PENDAHULUAN
1
R. Otje Salman. Ikhtisar Filsafat Hukum, (Bandung : ARMICO, 1987), h. 8.
2
Badran Abu Al-Ainain Badran, Ushul Al-Fiqh Al-Islami (Iskandaiyah: Muasassah Syabab al-Jami’at t.t.), h. 251.
1
Teori Pemberlakuan Hukum Islam Di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
3
Ibn Manzur, Lisan al-arab (Kairo : Dar al-hadis, 2003), vol 5, h.82
4
Ibid., h.82
5
Manna’ al qattan, Tarikh at-tasyri’ al-islami, (Kairo: Maktabah wahbah, 2001), h.13
6
Ibid., h.13
7
Ibid..., h.14
2
Teori Pemberlakuan Hukum Islam Di Indonesia
Adapun fiqih, secara etimologi merupakan bentuk dasar dari kata
kerja di dalam bahasa arab; faqaha yang artinya paham (al-fahmu)8. Ini
seperti apa yang diungkapkan Rasulullah ketika mendoa’kan Ibnu Abbas;
Allahumma ‘allimhu ad-din, wa faqqihhu fi at-ta`wil, (Ya Allah ajarkanlah
padanya persoalan agama, dan berikanlah pemahaman padanya dalam
menta’wil).
Sedangkan menurut terminologi, Abd al-wahhab khallaf
menyebutkan, fiqh (fikih) adalah ilmu tentang hukum-hukum syariat yang
bersifat perbuatan (al-‘amaliyyat) yang diperloeh dari dalil-dalil terperinci
(at-tafsili)9. Jadi, antara syariat, fikih dan hukum Islam seharusnya dilihat
sebagai satu kesatuan yang utuh. Antara ketiganya tidak bisa dilihat secara
parsial, karena memang hukum Islam itu adalah bentuk implementasi dari
apa yang telah dipahami seorang faqih, yang terkodifikasikan dalam karya
fikihnya, dan juga merupakan turunan dari syariat tersebut. Sebab, seperti
yang dikemukakan oleh al-Qaradawi, bahwa tidak mungkin memisahkan
antara syariah dan fikih. Karena fikih adalah ilmu yang pembentukannya dari
syariah (Alquran dan hadis), dan syariah itu sendiri diketahui dari wahyu ilahi.
Dengan demikian dipahami bahwa fikih adalah ilmu yang berdasarkan wahyu
ilahi. Maka tidak benar, orang yang menyebutkan kalau syariat adalah satu
hal, dan fikih merupakan hal yang lain. Atau fikih adalah buatan manusia
sementara syariat adalah wahyu ilahi 10. Dan untuk penyebutan istilah hukum
Islam, sebenarnya tidak dikenal oleh kalangan masyarakat arab bahkan umat
islam sendiri. Sebab, bagi mereka hukum Islam lebih sering disebut syari‘ah
atau fiqh. Sama halnya di masyarakat Indonesia juga, penggunaan istilah
hukum Islam lebih sering digunakan dengan sebutan syariah. Seperti
penyandingan istilah syariah dalam beberapa hal : Peraturan Daerah,
Perbankan, Pegadaian, Hotel dan lain sebagainya.
8
Ibn Manzur, Lisan al-arab, (Kairo ; Dar al hadis, 2003), vol 7, h. 145
9
‘Abd al-wahhab khallaf, ‘Ilm usul al-fiqh, (Kairo; Dar al-hadis, 2003), h.11
10
Yusuf al-qaradawi, Madkhal li ad-Dirasat as-Syariat al-Islamiyyat, (Kairo; Maktabah wahbah, 2001), h.22
3
Teori Pemberlakuan Hukum Islam Di Indonesia
Dengan demikian kita bisa menyimpulkan bahwa hukum Islam yang
dimaksud adalah sama seperti apa yang disebut dengan syariah dan fikih.
Hukum Islam yang merupakan terjemahan dari islamic law dipahami baik di
kalangan umat Islam sendiri ataupun di luar itu, adalah satu sistem yang
mengatur masyarakat muslim dalam kehidupannya sehari-harinya, baik yang
berupa legal formal seperti qanun dan qada’ maupun yang bersifat informal
seperti fatwa.
2.2. MUNCULNYA HUKUM ISLAM DI INDONESIA
Indonesia adalah sebuah Negara kepulauan yang penduduknya sangat
beragam dari segi etnik, budaya, dan agama. Sedangkan mayoritasnya adalah
beragama islam.
4
Teori Pemberlakuan Hukum Islam Di Indonesia
proses islamisasi sebuah masyarakat bukanlah proses yang dapat selesai
seketika. Dengan demikian hukum Islam bukanlah sistem yang hanya
memiliki satu standar kebenaran yang berlaku sepanjang masa. Hukum Islam
tumbuh dan berkembang melalui proses evolusi yang sangat panjang. Jadi
merupakan pembakuan dan pemberlakuan yang sebelumnya telah
mengalami proses kritik dan dinamika sosio kultural tersendiri
5
Teori Pemberlakuan Hukum Islam Di Indonesia
Kesultanan Malaka yang tidak jauh dari Aceh. Selain itu ada
beberapa yang ada di Jawa antara lain Kesultanan Demak, Mataram,
dan Cirebon. Kemudian di daerah Sulawesi dan Maluku yang ada
Kerajaan Gowa dan Kesultanan Ternate serta Tidore.
12
Abdul Halim, Politik Hukum Islam di Indonesia, Jakarta : Ciputat Press, 2005, hal 49
6
Teori Pemberlakuan Hukum Islam Di Indonesia
VOC memberikan kemudahan dan fasilitas agar lembaga peradilan
islam dapat terus berkembang. Bentuk kemudahan yang diberikan
VOC adalah menerbitkan buku - buku hukum islam untuk menjadi
pegangan para hakim dalam memutuskan perkara.13
7
Teori Pemberlakuan Hukum Islam Di Indonesia
pengadilan agama. Berdasarkan peraturan yang dikeluarkan
Pemerintah Bala Tentara Jepang melalui dekritnya No. 1 tahun 1942
menyatakan, semua badan pemerintahan beserta wewenangnya,
semua undang-undang, tata hukum dan semua peraturan dari
pemerintahan yang lama dianggap masih tetap berlaku dalam waktu
yang tidak ditentukan selama tidak bertentangan dengan peraturan
Pemerintah Bala Tentara Jepang.
8
Teori Pemberlakuan Hukum Islam Di Indonesia
kementerian Kehakiman kepada kementerian Agama dengan
ketetapan pemerintah Nomor 5/SD tanggal 25 Maret 1946.17
17
Ibid. hal 71-72
18
Moh. Idris Ramulyo, Asas-asas Hukum Islam, sejarah timbul dan berkembangnya kedudukan hukum Islam
dalam sistem hukum di Indonesia, Hal 58
19
Noel J. Coulson. The Concept Progress and islamic law, dalam Robert N. Bellah (ed.), Religion and Progress in
Modern Asia, Hal 75
9
Teori Pemberlakuan Hukum Islam Di Indonesia
dinamakan sebagai receptio a contrario theorie, yang menjelaskan
jika hukum adat baru akan berlaku jika telah diterima oleh hukum
Islam.
20
C.Snouck Hurgronje, De Islam in Nederlandsch Indie, alih bahasa S.Gunawan, Islam di Hindia Belanda,(Cet.II;
Jakarta: Bhratara, 1983), h. 10.
10
Teori Pemberlakuan Hukum Islam Di Indonesia
2.3.1. TEORI Receptio In Complexu
21
Sayuti Thalib,S.H, M.H, Receptio A Contrario, (Cet. III; Jakarta: Bina Aksara, 1982), h.15.
22
Bustanul Arifin, Budaya Hukum itu Telah Mati, (Jakarta: Kongres Umat Islam Indonesia, 1998), h.2
11
Teori Pemberlakuan Hukum Islam Di Indonesia
hukum Islam tidak otomatis berlaku bagi orang Islam. Hukum Islam
berlaku bagi orang Islam, kalau ia sudah diterima (diresepsi) oleh
dan telah menjadi hukum adat mereka, Jadi yang berlaku bagi
mereka bukan hukum Islam, tapi hukum adat. Teori ini dikemukakan
oleh Cornelis van Vollenhoven dan Christian Snouck Hurgronje.
Cornelis van Volenhoven (1874-1933) adalah seorang ahli hukum
adat Indonesia, yang diberi gelar sebagai pendasar (grondlegger)
dan pencipta, pembuat sistem (systeem bouwer) ilmu hukum adat.23
Sedang Christian Snouck Hurgronje sebagaimana telah disebutkan di
atas adalah seorang doktor sastra Semit dan ahli dalam bidang
hukum Islam. Penerapan teori Resepsi dimuat dalam pasal 134 ayat
2 IS (Indische Staatsregeling), stbl 221 th. 1929, sebagai berikut;
23
H.W.J.Sonius, dalam J.F.Holleman,an Vollenhoven on Indonesian Adat Law, Leiden: 1981, Lihat juga Bushar
Muhammad, Asas-Asas Hukum Adat, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1976), h.57.
12
Teori Pemberlakuan Hukum Islam Di Indonesia
Pengadilan Negeri. Alasan pencabutan wewenang Pengadilan
Agama tersebut dengan alasan bahwa hukum waris Islam belum
sepenuhnya diterima oleh hukum adat (belum diresepsi).
24
Muhammad Roem dalam Endang Saifuddin Anshary, Piagam Jakarta 22 Juni 1945 dan Sejarah Konsensusu
Nasional-antara Nasionalis Islami dan Nasionalis Sekuler tentang Dasar Negara Republik Indonesia 1945-1959,
(Cet. II; Bandung: Pustaka, 1983), h. xii.
25
H.Muhammad Yamin, Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945, (Jakarta: Yayasan Prapanca, 1959), h. 279.
26
Ibid. h.115
27
Ibid. h.118
13
Teori Pemberlakuan Hukum Islam Di Indonesia
“Bagaimana dalam negara yang saya gambarkan tadi akan
berhubungan antara negara dan agama, Oleh anggota yang
terhormat Moh. Hatta telah diuraikan dengan panjang lebar, bahwa
dalam negara persatuan di Indonesia hendaknya urusan negara
dipisahkan dari urusan agama. Memang di sini terlihat ada dua
paham, ialah paham dari anggota - anggota ahli agama yang
menganjurkan supaya Indonesia didirikan sebagai negara Islam, dan
anjuran lain, sebagai telah dianjurkan oleh tuan Moh. Hatta, ialah
negara persatuan nasional yang memisahkan urusan negara dan
urusan Islam, dengan kata lain perkataan: bukan negara Islam. Apa
sebabnya di sini saya mengatakan “bukan negara Islam”, Perkataan
“negara Islam” lain artinya dari pada perkataan “Negara berdasar
atas cita-cita luhur dari agama Islam.”
14
Teori Pemberlakuan Hukum Islam Di Indonesia
rakyat yang luhur. Maka negara demikian itu hendaknya negara
Indonesia yang memakai dasar moral yang luhur, yang dianjurkan
juga oleh agama Islam.29
15
Teori Pemberlakuan Hukum Islam Di Indonesia
pemberlakuan hukum agama bagi pemeluknya. Landasan filosofis
adalah Pancasila sebagaimana rumusannya terdapat dalam alinea
keempat Pembukaan UUD 1945, dan landasan yuridis terdapat
dalam pasal 29 UUD 1945.
16
Teori Pemberlakuan Hukum Islam Di Indonesia
Negara untuk menjalankan dan karena itu dapat sendiri dijalankan
oleh pemeluk agama yang bersangkutan, menjadi kewajiban pribadi
terhadap Allah bagi setiap orang itu, yang dijalankannya sendiri
menurut agamanya masing-masing.33
33
Hafidz Dasuki, et. al.Ensiklopedi Hukum Islam, (Cet.I; Jakarta: PT.Ichtiar Van Hoeve, 1997), h.537.
34
Hazairin, Tujuh Serangkai tentang Hukum, (Cet.I; Jakarta: Tintamas, 1974), h.101.
35
Hazairin, Hukum Kekeluargaan Nasional, (Cet.III; Jakarta: Tintamas, 1982), h.7-8.
17
Teori Pemberlakuan Hukum Islam Di Indonesia
Republik Indonesia.36 Jadi, menurut Hazairin, teori Resepsi, yang
menyatakan bahwa hukum Islam baru berlaku bagi orang Islam
kalau sudah diterima dan menjadi bagian dari hukum adatnya,
sebagaimana dikemukakan oleh C. Snouck Hurgronje, adalah teori
Iblis (syetan) dan telah modar, artinya telah hapus atau harus
dinyatakan hapus dengan berlakunya UUD 1945. Pemahaman inilah
yang dimaksud dengan teori Receptie exit.37
36
Hazairin, Tinjauan Mengenai Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974, (Cet.I; Jakarta: Tintamas, 1975), h.
8.
37
Ichtijanto, SA,S.H, Pengadilan Agama sebagai Wadah Perjuangan Mengisi Kemerdekaan Bangsa, dalam
Kenang-kenangan Seabad Pengadilan Agama, (Cet.I;Jakarta: Dirbinperta Dep.Agama RI, 1985), h. 262.
38
Sayuti Thalib, Receptio A Contrario, (Cet.III; Jakarta: Bina Aksara, 1982), h.67.
18
Teori Pemberlakuan Hukum Islam Di Indonesia
Apabila ada ketentuan adat di dalamnya, boleh saja dilakukan atau
dipakai, tetapi dengan satu ukuran, yaitu tidak boleh bertentangan
dengan hukum Islam. Dengan demikian yang ada sekarang adalah
kebalikan dari teori Resepsi yaitu hukum adat baru berlaku kalau
tidak bertentangan dengan hukum Islam. Inilah yang disebut oleh
Satyuti Thalib dengan teori Reseptio A Contrario.39
39
Ibid., h. 69.
40
S.A.Ichtianto, Pengadilan Agama sebagai Wadah Perjuangan Mengisi Kemerdekaan Bangsa, dalam kenang-
kenangan Seabad Pengadilan Agama, (Cet.I; Jakarta: Ditbinperta Dep.Agama
19
Teori Pemberlakuan Hukum Islam Di Indonesia
sederajat, yang pada akhirnya membentuk suatu pola khas dalam
kesadaran hukum masyarakat. Namun, kesaamaan derajat
berlakunya dua sistem hukum ini tidak selamanya berjalan dalam
alur yang searah. Pada saat tertentu, dimungkinkan terjadinya
konflik seperti digambarkan dalam konflik hukum adat dengan
hukum Islam di Minangkabau atau konflik antara santri dan abangan
di Jawa.41 Dengan demikian menurut Hooker, daya berlakunya suatu
sistem hukum baik hukum adat maupun hukum Islam, tidak
disebabkan oleh meresepsinya sistem hukum tersebut pada sistem
hukum yang lain, tetapi hendaknya disebabkan oleh adanya
kesadaran hukum masyarakat yang sungguh-sungguh menghendaki
bahwa sistem hukum itulah yang berlaku. Dengan anggapan ini,
akan tampak bahwa antara sistem hukum Adat dengan sistem
hukum Islam mempunyai daya berlaku sejajar dalam suatu
masyarakat tertentu. Daya berlaku sejajar tersebut tidak muncul
begitu saja, tetapi melalui sebuah proses yang amat panjang. Kondisi
ini bisa terjadi karena sifat akomodatif Islam terhadap budaya lokal.
Sikap akomodatif Islam itu mengakibatkan terjadinya hubungan erat
antara nilai-nilai Islam dengan hukum adat dalam kehidupan
masyarakat Indonesia. Eratnya hubungan tersebut menghasilkan
suatu sikap rukun, saling memberi dan menerima dalam bentuk
tatanan baru, yaitu sinkretisme.
2.4. HUKUM TADARRUJ DALAM MEMPERJUANGKAN HUKUM ISLAM
20
Teori Pemberlakuan Hukum Islam Di Indonesia
hidup Rasulullah Saw, syari’at Islam sudah menjadi ajaran yang lengkap dan
berlaku secara keseluruhannya. Maksudnya yaitu nilai kewajiban untuk
menjalankan hukum Islam memang tidak sepotong-sepotong. Semua hukum
hudud seperti merajam pezina, membunuh pembunuh (qishash), memotong
tangan pencuri, mencambuk peminum khamar, membunuh orang yang
murtad dan lainnya sudah wajib hukumnya bagi umat Islam. Belum pernah
hukum ini berkurang menjadi setengah wajib atau tidak wajib. Dalam hal ini
memang demikianlah ketentuannya.Namun tadarruj yang dimaksud adalah
dalam upaya merealisasikan hukum itu pada sebuah negara yang secara resmi
menolak hukum Islam. Sebagai umat Islam, kita hidup di negeri kafir secara syar’i,
yaitu negeri yang tidak mengakui hukum Islam dan menolak secara tegas untuk
melaksanakannya. ”Sesungguhnya, ada beberapa pemahaman mengenai gagasan
tadarruj, akan tetapi semuanya mengerucut pada makna tunggal, yakni “perjuangan
untuk menerapkan syari’at Islam secara bertahap, bukan secara menyeluruh.” Lebih
dari itu, tadarruj telah dijadikan sebagai metode perjuangan, bahwa metode berfikir
sebagian kaum muslim yang menjadi penganut gagasan ini.
21
Teori Pemberlakuan Hukum Islam Di Indonesia
kufur untuk mengubah sedikit demi sedikit hukum negara dengan
hukum Islam. Dengan kata lain, penganut tadarruj telah menjadikan
parlemen kufur sebagai tahapan untuk melakukan perubahan
menuju masyarakat Islam, meskipun mereka juga memahami bahwa
parlemen demokratik bertentangan dengan Islam secara diametral.
Tadarruj semacam ini jelas-jelas bertentangan dengan Islam. Sebab,
ia telah menghalalkan segala cara untuk menerapkan syari’at Islam.
Tahapan-tahapan yang mereka tempuh, sesungguhnya adalah
perbuatan yang diharamkan oleh Allah SWT. Seorang muslim tidak
boleh menghalalkan segala cara untuk menerapkan hukum Allah
yang suci. Partai politik Islam, yang ada di negeri ini pun menempuh
cara-cara ini untuk mewujudkan tujuan mereka. Sayangnya, mereka
malah tidak berdaya, bahkan semakin mengendur dan terwarnai
oleh sistem yang ada. Bahkan, beberapa pemimpin partai Islam yang
katanya bersih, tidak tegas berani menyatakan penerapan syari’at
Islam, tatkala ditanya tentang penerapan syari’at Islam. Bahkan ia
mendiamkan berlakunya sistem presidensil yang bertentangan
dengan Islam, padahal ia telah menjadi ketua salah satu lembaga
rakyat di negeri ini.
Kedua, tadarruj juga bermakna, penerapan sebagian syari’at Islam,
dan “berdiam diri” terhadap sebagian hukum-hukum kufur untuk
sementara waktu, sampai tibanya waktu untuk menerapkan syari’at
Islam secara sempurna. Contoh yang paling gamblang adalah apa
yang dilakukan oleh anggota-anggota gerakan Islam di parlemen
demokratik. Mereka berdiam, bahkan melibatkan diri dalam aturan-
aturan kufur untuk mengubah hukum-hukum kufur secara bertahap.
Ketiga, tadarruj kadang-kadang juga berhubungan dengan
pemikiran-pemikiran yang menyangkut ‘aqidah, misalnya demokrasi
Islam, sosialisme Islam, dan lain sebagainya. Kadang-kadang juga
berhubungan dengan masalah hukum syari’at, misalnya, seorang
wanita muslimah mengenakan jilbab yang tidak panjang —sebatas
lutut—, hingga tiba waktunya mengenakan jilbab yang sempurna.
22
Teori Pemberlakuan Hukum Islam Di Indonesia
Tadarruj kadang-kadang juga berkaitan dengan sistem, misalnya,
adanya keinginan sebagian gerakan Islam yang memasukkan
anggotanya ke dalam parlemen kufur, atau jabatan-jabatan
kenegaraan kufur, sebagai tahapan untuk menuju sistem yang Islam.
Keempat, tadarruj, juga diartikan sebagai upaya untuk menerapkan
hukum syari’at dan berdiam diri terhadap hukum-hukum kufur,
dengan harapan semakin lama akan semakin banyak hukum Islam
yang diterapkan, hingga seluruh sistem berubah sesuai dengan
syari’at Islam. Seluruh bentuk dan pemahaman tadarruj di atas jelas-
jelas bertentangan dengan syari’at Islam. Sebab, pemahaman di atas
bertentangan dengan strategi perjuangan yang digariskan oleh
Rasulullah Saw. Untuk mengubah masyarakat, harusnya dilakukan
perubahan pada aspek mendasarnya yakni sistemnya, bukan
mengubah secara bertahap pada aspek-aspek cabangnya. Selain
karena tidak efektif cara-cara semacam ini masih diragukan
keislamiannya.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
23
Teori Pemberlakuan Hukum Islam Di Indonesia
Islam, kita hidup di negeri kafir secara syar’i, yaitu negeri yang tidak
mengakui hukum Islam dan menolak secara tegas untuk melaksanakannya.
3.2. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
http://www.rumahpintarr.com/2014/12/makalah-teori-teori-hukum-islam-
di.html diakses pada 16:48 WIT 14 Oktober 2017
https://jurnalalahkamstainpalopo.wordpress.com/2014/09/28/teori-
pemberlakuan-hukum-islam-di-indonesia/ diakses pada 17:52 WIT 14
Oktober 2017
http://memey7894.blogspot.co.id/2014/02/makalah-teori-pelaksanaan-
hukum-islam.html diakses pada 20:17 WIT 14 Oktober 2017
http://rofiq212.blogspot.co.id/2015/03/makalah-studi-hukum-islam.html
diakses pada 20:54 WIT 14 Oktober 2017
24
Teori Pemberlakuan Hukum Islam Di Indonesia
http://ladydeeana91.blogspot.co.id/2012/04/hukum-islam-di-indonesia.html
diakses pada 22:52 WIT 14 Oktober 2017
Arifin, Bustanul, Budaya Hukum itu Telah Mati, Jakarta: Kongres Umat Islam
Indonesia, 1998.
Dasuki, Hafidz et. al.Ensiklopedi Hukum Islam, Cet.I; Jakarta: PT.Ichtiar Van
Hoeve, 1997.
25
Teori Pemberlakuan Hukum Islam Di Indonesia
Roem Muhammad, dalam Anshary, Endang Saifuddin, Piagam Jakarta 22 Juni
1945 dan Sejarah Konsensus Nasional-antara Nasionalis Islam dan Nasionalis
Sekuler tentang Dasar Negara Republik Indonesia 1945-1959, Cet. II;
Bandung: Pustaka, 1983.
Thalib,Sayuti, S.H, M.H, Receptio A Contrario, Cet. III; Jakarta: Bina Aksara,
1982.
26
Teori Pemberlakuan Hukum Islam Di Indonesia