Anda di halaman 1dari 10

1) Pengenalan medis sosial

Media massa dan media sosial menjadi sangat penting dalam kehidupan masyarakat era
milenial. Media massa dan media sosial menjadi pertimbangan dalam berbagai keputusan dalam
rumah tangga, masyarakat, bangsa dan negara dalam menyelesaikan permasalahan. Di lain sisi,
media sosial menjadi media yang sangat mudah digunakan untuk menyebarkan berbagai
informasi, dan dapat dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja. Media sosial adalah alat
komunikasi yang digunakan oleh pengguna dalam proses sosial. Beberapa fungsi dari media
sosial :

a) Identity
Menggambarkan pengaturan identitas para pengguna dalam sebuah media sosial
menyangkut nama, usia, jenis kelamin, profesi, lokasi serta foto.
b) Conversations
Menggambarkan pengaturan para pengguna berkomunikasi dengan pengguna lainnya
dalam mediasosial
c) Sharing
Menggambarkan pertukaran, pembagian, serta penerimaan konten berupa teks, gambar,
atau video yangdilakukan oleh para pengguna.
d) Presence
Menggambarkan apakah parapengguna dapat mengakses pengguna lainnya.
e) Relationship menggambarkan para pengguna terhubung atau terkait dengan pengguna
lainnya.
f) Reputation
Menggambarkan para pengguna dapat mengidentifikasi orang lain serta dirinya sendiri.
g) Groups
Menggambarkan para penggunadapat membentuk komunitas dan sub-komunitas yang
memiliki latar belakang,minat, atau demografi

Mulawarman, M. and Nurfitri, A., 2017. Perilaku Pengguna Media Sosial beserta
Implikasinya Ditinjau dari Perspektif Psikologi Sosial Terapan. Buletin Psikologi, 25(1).

2) Permasalahan di media sosial


Permasalahan yang timbul pada penggunaan media sosial antara lain berupa peleburan
ruang privat dengan ruang publik para penggunanya. Hal ini mengakibatkan pergeseran
budaya berupa pengguna tak lagi segan mengupload segala kegiatan pribadinya untuk
disampaikan kepada teman atau kolega melalui akun media sosial dalam membentuk
identitas diri mereka. Penggunaan media sosial juga dapat menyebabkan ketergantungan/
adiksi yang berdampak buruk. Berikut beberapa permasalahan dalam media sosial
a) Perubahan sosial budaya
 Media sosial dapat membawa perubahan pada kepercayaan (belief), nilai
(values), dan sikap (attitudes).
Hal ini tampak pada hubungan seseorang dengan sang pencipta tidak lagi
dianggap sebagai hubungan individual, tetapi kelompok. Seseorang dapat
berbagi pengalaman rohaninya atau ucapan rasa syukur terhadap pecipta
dengan orang lain maupun kelompok misalnya dengan menggunakan
Facebook atau Twitter. Media sosial juga dapat mengubah nilai-nilai
dalam masyarakat, misalnya budaya masyarakat Indonesia dikenal dengan
budaya sopan santun. Dengan media sosial, terjadi pergeseran nilai karena
seseorang dapat memberi kritik tajam, hujatan, bahkan makian secara
langsung terhadap individu atau kelompok lain tanpa memikirkan
konsekuensi pada sang terhujat. Media sosial juga menyebabkan
perubahan sikap pada masyarakat. alah satu contohnya adalah seseorang
tak lagi menganggap pertemuan langsung atau silaturahmi sebagai sesuatu
yang penting, karena dapat dilakukan hanya dengan chatting di media
sosial.
 Pandangan dunia (worldview)
Cara pandang sempit (tradisional) yang berubah menjadi cara pandang
global (modern). Sebagai contoh gaya berpacaran remaja di luar negeri
yang cenderung bebas dan diupload pada Facebook atau media sosial
lainnya, telah banyak diterapkan oleh remaja Indonesia.
 Organisasi sosial
Organisasi sosial yang dibentuk di media sosial seperti Facebook tidak lagi
bersifat resmi dan terikat seperti di dunia nyata.
 Tabiat manusia (human nature)
Status pada Facebook maupun media sosial lain sering menunjukkan tabiat
narsis, egosentris, ingin merasa lebih dari yang lain dan ingin menonjolkan
kelebihan diri sendiri. Banyak juga yang terlihat berusaha membuka
kekurangan dan memojokkan orang lain. Tabiat buruk yang dahulu
ditutupi, sekarang jelas terpampang pada media sosial seseorang dengan
atau tanpa disadari oleh pemilik akun tersebut.
 Orientasi kegiatan (activity orientation)
Orientasi kegiatan yang bersifat positif antara lain mengupload kegiatan
untuk tujuan bisnis, perdagangan atau kegiatan sosial.
 Persepsi tentang diri sendiri dan orang lain (perseption on self and others)
Perilaku pengguna Facebook yang berusaha membangun konsep diri
mereka sendiri dengan menuliskan status pada laman Facebook mereka.
Mengekspos diri sendiri untuk mendapat perhatian orang lain.

b) Perubahan psikologis dan gangguan privacy


Remaja dan dewasa muda adalah pengguna media sosial terbesar yang sering
mengungkapkan kekecewaan, kesedihan, dan kesulitan hidupnya di media sosial.
Penelitian mengungkapkan bahwa 84% pengguna Facebook berusia 18-29 tahun.
Di California, Amerika Serikat, sekitar 23% remaja melaporkan tindakan bullying
oleh sesamanya, dan prevalensi cyber bullying maupun bullying di kehidupan
nyata sama besarnya. Cyber-bullying diketahui menyebabkan angka depresi dan
anxietas yang lebih besar dibandingkan bullying tradisional. Hal ini akan
mendorong tindakan bunuh diri pada remaja. Tindakan bunuh diri ini sering
diakibatkan karena membaca komentar yang menyakitkan beberapa hari sebelum
dilakukan tindakan tersebut, sedangkan kegiatan cyber-bullying di Indonesia
banyak terjadi pada public figure seperti politisi, selebriti maupun tokoh publik
lainnya. Korban cyber-bullying juga berisiko mendapatkan perlakuan buruk di
dunia nyata, seperti pelecehan seksual maupun kekerasan fisik
c) Permasalahan baru: hoax, cyber-hate dan cyber-bullying
 Cyber-hate telah hadir di komunikasi online dengan beragam konteks
sejak internet mulai populer di masyarakat pertengahan 90an. Suatu studi
dari Oksanen et al (2014) menyatakan bahwa 67% remaja berusia 15-18
tahun telah terekspos pesan kebencian (hate material), dan 21% dari
jumlah tersebut kemudian menjadi korban. Studi ini juga
menyimpulkanbahwa peningkatan penggunaan media sosial juga
diimbangi dengan meningkatnya cyber-hate. Aksi terorisme diketahui
berhubungan dengan prevalensi sentimen anti-imigran dan hate-crimes.
Suatu skala data eurobarometer di Eropa oleh Legewie (2013)
menunjukkan hubungan signifikan antara sentimen anti-imigran dengan
aksi pengeboman oleh teroris di Bali dan Madrid.
 Cyber-bullying juga dapat terjadi akibat penggunaan media sosial.
Beberapa cyber-bullying seperti pelecehan/ provokasi emosi (harassment/
trolling), fitnah (denigration), penyulut kemarahan (flaming), mencuri
identitas seseorang atau membajak situs seseorang (hacking). Dan
mengirimkan gambar atau memaksa seseorang untuk mengirim gambar
seksual.
 Berita atau informasi palsu yang belum jelas sumbernya (HOAX) sangat
sering kita jumpai di media sosial. Dalam kasus ini, pengguna media sosial
dituntut untuk cerdas dan bijak dalam memanfaatkan sebuah berita atau
informasi lainnya. Bila ingin menyebarkan informasi tersebut, ada baiknya
lakukan kroscek kebenaran dan kredibilitas informasi terlebih dahulu agar
tidak ada tuntutan dikemudian hari dan dapat dipertanggungjawabkan.
Anwar, F., 2017. Perubahan dan Permasalahan Media
Sosial. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni, 1(1).

3) Fenomena curhat sosial media


Curhat media sosial adalah menuliskan sepenggal kalimat yang sedang dirasakan
di kolom keadaan secara online, dan mengharapkan orang-orang akan mengerti apa yang
sedang kita rasakan. Banyak pengguna media sosial yang menulis curhatan-curhatan
mereka, seperti: mengeluh, sedih, jatuh cinta, dan saat bahagia. Karena mudah dalam
menggunakannya, maka media sosial pun sering menjadi tempat penggunanya untuk
curhat. Pada umumnya semakin pribadi dan semakin negatif suatu topik, semakin kecil
kemungkinan kita mengungkapkannya, namun orang-orang suka curhat di media sosial
mengenai masalahnya karena ingin mencari dukungan untuk dirinya sendiri. Orang-orang
ini biasanya hanya punya sedikit teman atau tidak punya teman yang bisa diajak bercerita
tentang masalahnya. Pada akhirnya, ia menumpahkannya ke media sosial untuk
mendapatkan dukungan melalui komentar di akun media sosialnya. Dengan adanya
curhat online dengan sistem anonim orang bisa dengan bebasnya melakukan curhat
dengan topik apapun tanpa merasa takut diketahui siapa orang tersebut. Melakukan
curhat kepada orang asing akan lebih terbuka, karena kita tidak akan merasa terbebani
akan menjadi gunjingan karena hanya sekali ketemu, dan orang asing akan lebih
berempati dibanding orang yang dikenal. Sistem curhat online sama seperti stranger on
the train karena topik yang dibawakan akan lebih bervariasi dan lebih terbuka dibanding
kepada orang yang dikenal, bahkan dengan anonim topik yang dibawakan lebih bisa
bervariasi dan lebih sensitif. Namun, jika media sosial sering dijadikan tempat untuk
menumpahkan masalah pribadinya, tentu bisa berdampak negatif di kemudian hari.
Risiko yang pasti dihadapi saat menceritakan masalah pribadi di media sosial adalah akan
ada banyak orang yang mengetahui kehidupan pribadimu. Hal yang bisa jadi berbahaya,
apa pun yang pernah kita tulis di akun media sosial akan menjadi jejak digital yang sulit
dihilangkan. Meskipun, orang tersebut sudah menghapus tulisannya, belum tentu
unggahan yang ia buat sudah benar-benar. Pasalnya, teknologi saat ini memungkinkan
orang lain untuk memfoto atau screen shot maupun merekam layar unggahan di media
sosial untuk disimpan di dalam galeri smartphone. Terlebih, banyak perusahaan yang
mengamati jejak akun media sosial seseorang sebelum direkrut menjadi karyawan
mereka. Apabila perusahaan tersebut menemukan unggahan yang kurang baik, tentunya
dapat menurunkan peluang pemilik akun untuk mendapatkan pekerjaan.

Thiodanu, B. and Purnama Sari, W., 2019. Fenomena Curhat Online pada
@Cerminlelaki di Instagram. Koneksi, 3(2).
.
4) Fenomena artis dan konten kehidupan pribadi di media sosial
Media sosial yang terdiri atas Youtube, Twitter, Facebook dan Instagram adalah
saluran-saluran komunikasi digital untuk berbagi foto dan video dimana penggunanya
juga sekaligus dapat membuat foto ataupun video sendiri dan dapat membagikannya ke
publik. Indonesia menduduki posisi keempat pengguna media sosial terbanyak di dunia,
yaitu sebanyak 56 juta orang dari 150 juta pengguna internet. Artis sebagai role model
juga menjadikan sosial media menjadi hal yang penting untuk menunjang karir. Bahkan
mereka sering menampilkan konten kehidupan pribadi di sosial media seperti Instagram,
YouTube, TikTok, dan sebaginya. Bukan hanya menceritakan hal-hal yang
membahagiakan, kadang sosial media jadi wadah curahan hati untuk menjadi konsumsi
publik.
Media sosial tampak menjadi tempat yang seru untuk berbagi momen pribadi,
baik kepada teman dekat maupun orang asing sekalipun yang bahkan tak pernah
berjumpa. Bahkan tanpa disadari informasi pribadi yang penting dan seharusnya tak perlu
diketahui public, seperti lokasi rumah, mengunggah foto anak atau keluarga, memberi
ucapan selamat ulang tahun, menceritakan pekerjaan, mengumbar kemesraan atau
masalah dengan pasangan atau keluarga, dan masih banyak lagi. Terlalu banyak
mengumbar informasi seperti itu biasa disebut sebagai oversharing. Oversharing
ditafsirkan sebagai perilaku terlalu banyak memberikan informasi detail yang tidak
pantas tentang kehidupan pribadi diri sendiri ataupun orang lain. Horney (dalam Feist,
Feist, dan Roberts, 2013) menjelaskan bahwa setiap individu memiliki kebutuhan untuk
mengatasi kecemasan dasar yang mereka rasakan.
Salah satu kebutuhan manusia menjadi adalah kebutuhan untuk mendapatkan
pengakuan sosial dalam bentuk gengsi tertentu dan kebutuhan untuk dikagumi secara
personal. Kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan sosial membuat individu mencoba
untuk selalu terlihat sebagai yang pertama, terlihat penting, dan menarik perhatian dari
orang-orang tertentu pada dirinya atau pencapaiannya. Sedangkan kebutuhan untuk
dikagumi secara personal membuat individu memiliki keinginan untuk dikagumi dengan
keberadaannya, sehingga keberhargaan mereka sangat bergantung pada kekaguman dan
pengakuan yang diberikan oleh orang lain terhadap dirinya atau unggahannya. Semua
orang memiliki kebutuhan tersebut, hanya saja bagi individu yang melakukan
oversharing, kebutuhan ini dirasa lebih mendesak dan lebih banyak. Hal inilah yang
menjadikan alasan seorang public figure melakukan oversharing dengan membagikan
konten pribadinya.
Menurut penelitian perilaku oversharing dipengaruhi oleh motif menjaga relasi
sosial, presentasi diri, hingga hiburan. Oversharing dipengaruhi oleh keingingan untuk
pengakuan dan keinginan untuk dikagumi orang lain. Oversharing kehidupan pribadi,
saat ini bisa jadi cara yang lumrah untuk mendapatkan sorotan publik yang dapat
menciptakan keuntungan. Cara ini banyak dilakukan oleh banyak public figure di seluruh
dunia, contohnya acara yang menampilkan keseharian sang pemain, yaitu anggota
keluarga sosialita. Banyak hal yang dibagikan dalam acara tersebut mulai dari kehidupan
keluarga, pekerjaan, hingga kehidupan asmara. Acara tersebut bisa dibilang cukup sukses
dan membawa keuntungan bagi orang-orang yang terlibat di dalamnya. Bisa berdampak
pada karier.
Namun tindakan oversharing bisa jadi menyebabkan dampak hukum yang serius
hingga memengaruhi karier. Sebagai contoh, kasus yang terjadi pada dua pemadam
kebakaran di Kanada 2013 lalu. Matt Bowman dan Lawaun Edwards, kehilangan
pekerjaan mereka setelah menuliskan tweet bernada misoginis pada 2013. Dikutip dari
CBC, Bowman sempat memposting kalimat dengan kata kasar mengenai tindakan yang
akan ia lakukan apabila merasa terganggu oleh seorang wanita. Tweet ini lantas dibalas
oleh rekannya, Edwards dengan nada serupa dan berisi kalimat kekerasan. Tidak butuh
waktu lama untuk membuat tweet tersebut viral. Akibatnya, banyak orang yang
mendesak proses pemecatan Bowman dan Edwards dari pekerjaannya sebagai pemadam
kebakaran.
https://tirto.id/dampak-oversharing-di-medsos-berpengaruh-baik-buruk-pada-
karier-gapt
Nancy, Y., 2021. Dampak Oversharing di Medsos: Berpengaruh Baik &
Buruk pada Karier. Tirto.id,.
Kehidupan selebritis selalu menjadi sorotan dan sajian menarik bagi masyarakat
umum dan menjadi hiburan. Kecenderungan berita-berita yang mengumbar aib seperti
perselingkuhan, kasus narkoba, dan skandal-skandal yang dilakukan oleh para selebritis
merupakan sesuatu yang sangat menarik. Namun tokoh publik ataupun selebritis
merupakan panutan bagi para fansnya, apabila idola mereka melakukan kesalahan dan
kesalahan tersebut menjadi aib yang dikonsumsi masyarakat secara terus menerus tentu
aib yang negatif ini akan mempunyai pengaruh negatif pula dimasyarakat. Karena
perilaku tokoh masyarakat atau artis tersebut adalah sebagai contoh atau panutan bagi
para fansya.
Konten para public figure di media sosial dapat membawa dampak positif berupa
kesejahteraan psikologis bagi para penonton yang mengonsumsinya. Salah satu penelitian
eksperimen membuktikan bahwa para remaja yang memiliki media sosial dan
mengikutikonten-konten di dalamnya, termasuk salah satunya adalah konten para public
figure terbukti mengalami peningkatan dalam hal kepercayaan diri dan kesejahteraan
psikologisnya. Penelitian lain menyatakan bahwa banyak sekali dampak positif dari
konten media sosial termasuk konten di dalamnya adalah konten influencer bagi
kesejahteraan psikologi dan perkembangan para remaja yang antara lain membantu
mengembangkan kesadaran sosial mereka akan masyarakat dan dunia, membantu
mengembangkan ketrampilan sosial yang bermanfaat untuk memperluas lingkaran sosial,
mampu menginspirasi, serta mampu mengembangkan dan menyempurnakan ketrampilan
motorik mereka, meningkatkan motivasi remaja yang mengikuti berbagai konten media
sosialnya, bahkan mampu menjadi panduan untuk mencapai kesuksesan.
Namun beberapa dampak psikologis juga timbul akibat sering menggunakan
media sosial terutama melihat konten kehidupan pribadi public figure
a) Kepercayaan diri yang menurun
Sebuah studi yang dilakukan pada 2016 lalu di Penn State University
menunjukkan bahwa melihat swafoto/selfie seseorang menurunkan kepercayaan
diri, karena para pengguna membandingkan diri mereka dengan foto orang yang
tampak paling bahagia. Para peneliti dari Universitas Strathclyde, Universitas
Ohio dan Universitas Iowa juga menemukan bahwa perempuan membandingkan
dirinya secara negatif terhadap swafoto perempuan lain. Pengguna sosial media
juga dapat membandingkan kehidupan mereka dengan kehidupan orang lain yang
tampak lebih sukses dalam karir dan memiliki hubungan yang bahagia, dan
mereka dapat merasa bahwa kehidupan mereka kurang sukses dibandingkan
dengan mereka.
b) Frustasi
Dalam sebuah studi yang melibatkan 600 orang dewasa, sekitar sepertiganya
mengatakan media sosial telah membuat mereka merasakan emosi negatif-
kebanyakan frustasi- dan iri merupakan salah satu penyebab utama. Ini dipicu
oleh kecenderungan membandingkan kehidupan mereka dengan yang lain dan
penyebab tamanya adalah foto orang lain yang sedang melancong. Perasaan iri
hati menyebabkan sebuah "pusaran kecemburuan", di mana orang beraksi dengan
iri dengan menambahkan konten serupa yang membuat mereka iri pada profil
mereka.
c) Depresi
Beberapa penelitian menemukan hubungan antara depresi dan penggunaan media
sosial. Risiko depresi dan kecemasan mencapai tiga kali lipat di antara orang-
orang yang paling banyak menggunakan platform media sosial. Penyebabnya,
perkiraan mereka, termasuk perundungan siber, memiliki pandangan terdistorsi
mengenai kehidupan orang lain, dan merasa menghabiskan waktu di media sosial
merupakan sebuah pemborosan waktu
Brown, J., 2018. Apa saja bukti pengaruh media sosial kehidupan
Anda. BBC Future,.

Akhtar, H., 2020. Perilaku Oversharing di Media Sosial: Ancaman atau


Peluang?. Psikologika : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi, 25(2), pp.257-270.

Mahdia, A., 2018. PENGARUH KONTEN INFLUENCER DI MEDIA SOSIAL


TERHADAP KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS REMAJA AKHIR. Jurnal Ilmiah Psikologi,
11(2).

5) Dampak positif dan negative penggunaan sosial media bagi masyarakat


Dampak positif
 Memudahkan kita untuk berinteraksi dengan banyak orang
Dengan media sosial, kita dapat dengan mudah berinteraksi dengan siapa saja
termasuk artis favorit kita yang juga menggunakan media sosial terkenal seperti
Facebook dan Twitter.
 Memperluas pergaulan
Media sosial membuat kita bisa memiliki banyak koneksi dan jaringan yang luas.
Tentu saja hal ini berdampak positif bagi orang yang ingin mendapatkan teman
atau pasangan hidup dari tempat yang jauh atau negara asing.
 Jarak dan waktu bukan lagi
Di era media sosial seperti sekarang ini, hubungan jarak jauh bukan lagi halangan
besar karena kita tetap dapat berinteraksi dengan orang lain kapan saja walaupun
dipisahkan oleh jarak yang cukup jauh.
 Lebih mudah dalam mengekspresikan diri
Media sosial memberikan sarana baru bagi manusia dalam mengekspresikan diri.
Orang biasa, orang pemalu, atau orang yang selalu gugup mengungkapkan
pendapat di depan umum akhirnya mampu menyuarakan diri mereka secara
bebas.
 Penyebaran informasi dapat berlangsung secara cepat
Dengan media sosial, siapapun dapat menyebarkan informasi baru kapan saja,
sehingga orang lain juga dapat memperoleh informasi yang tersebar di media
sosial kapan saja.

Dampak negative
 Menjauhkan orang-orang yang sudah dekat dan sebaliknya.
Orang yang terjebak dalam media sosial memiliki kelemahan besar yaitu berisiko
mengabaikan orang-orang di kehidupannya sehari-sehari. Interaksi secara tatap
muka cenderung menurun, karena mudahnya berinteraksi melalui media sosial,
maka seseorang akan semakin malas untuk bertemu secara langsung dengan orang
lain.
 Membuat orang-orang menjadi kecanduan terhadap internet
Dengan kepraktisan dan kemudahan menggunakan media sosial, maka orang-
orang akan semakin tergantung pada media sosial, dan pada akhirnya akan
menjadi kecanduan terhadap internet.
 Rentan terhadap pengaruh buruk orang lain
Seperti di kehidupan sehari-hari, jika kita tidak menyeleksi orang- orang yang
berada dalam lingkaran sosial kita, maka kita akan lebih rentan terhadap pengaruh
buruk.
 Masalah privasi
Dengan media sosial, apapun yang kita unggah bisa dengan mudah dilihat oleh
orang lain. Hal ini tentu saja dapat membocorkan masalah-masalah pribadi kita.
Oleh karena itu, sebaiknya tidak mengunggah hal-hal yang bersifat privasi ke
dalam media sosial.
 Menimbulkan konflik
Dengan media sosial siapapun bebas mengeluarkan pendapat, opini , ide gagasan
dan yang lainnya, akan tetapi kebebasan yang berlebihan tanpa ada kontrol sering
menimbulkan potensi konflik yang akhirnya berujung pada sebuah perpecahan.
SUGENG CAHYONO, A., 2016. PENGARUH MEDIA SOSIAL TERHADAP
PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT DI INDONESIA.

6) Bagaimana membimbing secara bijak pasien psikiatri dalam menggunakan sosial


medianya
Perkembangan media sosial sangat mempengaruhi perilaku dan keseharian kita,
sebagai individu, tentunya harus bijak dalam menggunakan media sosial. berikut
beberapa hal yang dapat dijadikan acuan dalam pemanfaatan media sosial secara
bijak:
a) Proteksi informasi pribadi.
Bijaklah dalam berbagi informasi yang bersifat pribadi, karena hal ini dapat
mencegah seseorang yang memiliki maksud kurang baik. Mengupload foto dan
rutinitas pribadi dianggap hal yang wajar, namun di lain sisi dapat memberi
kesempatan bagi pihak yang ingin mengambil keuntungan. Pikirkan mengenai
konsekuensi sebelum mengunggah sesuatu ke dalam media sosial.
b) Etika dalam berkomunikasi.
Gunakan kata-kata sopan dalam komunikasi antar sesame individu pada situs
jejaring sosial, karena banyak ditemui kata-kata kasar dalam percakapan tersebut
baik disengaja maupun tidak. Jangan lupakan etika dalam berkomunikasi,
walaupun percakapan dengan teman atau kolega dekat untuk menghindari hal
yang tidak diinginkan.
c) Hindari penyebaran SARA dan pornografi. Pastikan apapun yang akan disebarkan
tidak mengandung informasi yang berhubungan dengan pornografi dan SARA di
media sosial. Sebarkanlah informasi yang berguna dan bermanfaat yang tidak
menimbulkan konflik antar sesama individu pada situs jejaring sosial tersebut.
d) Memandang penting hasil karya orang lain. Jika menyebarkan informasi baik itu
berupa tulisan, foto, video atau sejenisnya milik orang lain, alangkah baiknya
sumber informasi tersebut dicantumkan sebagai bentuk penghargaan hasil karya
orang lain. Hindari tindakan copy-paste tanpa mencantumkan sumber informasi
tersebut.
e) Baca berita secara keseluruhan, jangan hanya menilai dari judulnya. Ini
merupakan bagian dari fenomena baru dalam jejaring media sosial. Sering sekali
pengguna media sosial sekedar ikut-ikutan menyebarkan bahkan mengomentari
hal-hal yang sedang ramai dibicarakan di media sosial tanpa membaca berita
secara keseluruhannya.
f) Kroscek kebenaran berita atau informasi. Berita atau informasi palsu yang belum
jelas sumbernya (HOAX) sangat sering kita jumpai di media sosial. Dalam kasus
ini, pengguna media sosial dituntut untuk cerdas dan bijak dalam memanfaatkan
sebuah berita atau informasi lainnya.
Bila ingin menyebarkan informasi tersebut, ada baiknya lakukan kroscek
kebenaran dan kredibilitas informasi terlebih dahulu agar tidak ada tuntutan
dikemudian hari dan dapat dipertanggungjawabkan.
Anwar, F., 2017. Perubahan dan Permasalahan Media Sosial. Jurnal
Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni, 1(1).

Anda mungkin juga menyukai