Media massa dan media sosial menjadi sangat penting dalam kehidupan masyarakat era
milenial. Media massa dan media sosial menjadi pertimbangan dalam berbagai keputusan dalam
rumah tangga, masyarakat, bangsa dan negara dalam menyelesaikan permasalahan. Di lain sisi,
media sosial menjadi media yang sangat mudah digunakan untuk menyebarkan berbagai
informasi, dan dapat dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja. Media sosial adalah alat
komunikasi yang digunakan oleh pengguna dalam proses sosial. Beberapa fungsi dari media
sosial :
a) Identity
Menggambarkan pengaturan identitas para pengguna dalam sebuah media sosial
menyangkut nama, usia, jenis kelamin, profesi, lokasi serta foto.
b) Conversations
Menggambarkan pengaturan para pengguna berkomunikasi dengan pengguna lainnya
dalam mediasosial
c) Sharing
Menggambarkan pertukaran, pembagian, serta penerimaan konten berupa teks, gambar,
atau video yangdilakukan oleh para pengguna.
d) Presence
Menggambarkan apakah parapengguna dapat mengakses pengguna lainnya.
e) Relationship menggambarkan para pengguna terhubung atau terkait dengan pengguna
lainnya.
f) Reputation
Menggambarkan para pengguna dapat mengidentifikasi orang lain serta dirinya sendiri.
g) Groups
Menggambarkan para penggunadapat membentuk komunitas dan sub-komunitas yang
memiliki latar belakang,minat, atau demografi
Mulawarman, M. and Nurfitri, A., 2017. Perilaku Pengguna Media Sosial beserta
Implikasinya Ditinjau dari Perspektif Psikologi Sosial Terapan. Buletin Psikologi, 25(1).
Thiodanu, B. and Purnama Sari, W., 2019. Fenomena Curhat Online pada
@Cerminlelaki di Instagram. Koneksi, 3(2).
.
4) Fenomena artis dan konten kehidupan pribadi di media sosial
Media sosial yang terdiri atas Youtube, Twitter, Facebook dan Instagram adalah
saluran-saluran komunikasi digital untuk berbagi foto dan video dimana penggunanya
juga sekaligus dapat membuat foto ataupun video sendiri dan dapat membagikannya ke
publik. Indonesia menduduki posisi keempat pengguna media sosial terbanyak di dunia,
yaitu sebanyak 56 juta orang dari 150 juta pengguna internet. Artis sebagai role model
juga menjadikan sosial media menjadi hal yang penting untuk menunjang karir. Bahkan
mereka sering menampilkan konten kehidupan pribadi di sosial media seperti Instagram,
YouTube, TikTok, dan sebaginya. Bukan hanya menceritakan hal-hal yang
membahagiakan, kadang sosial media jadi wadah curahan hati untuk menjadi konsumsi
publik.
Media sosial tampak menjadi tempat yang seru untuk berbagi momen pribadi,
baik kepada teman dekat maupun orang asing sekalipun yang bahkan tak pernah
berjumpa. Bahkan tanpa disadari informasi pribadi yang penting dan seharusnya tak perlu
diketahui public, seperti lokasi rumah, mengunggah foto anak atau keluarga, memberi
ucapan selamat ulang tahun, menceritakan pekerjaan, mengumbar kemesraan atau
masalah dengan pasangan atau keluarga, dan masih banyak lagi. Terlalu banyak
mengumbar informasi seperti itu biasa disebut sebagai oversharing. Oversharing
ditafsirkan sebagai perilaku terlalu banyak memberikan informasi detail yang tidak
pantas tentang kehidupan pribadi diri sendiri ataupun orang lain. Horney (dalam Feist,
Feist, dan Roberts, 2013) menjelaskan bahwa setiap individu memiliki kebutuhan untuk
mengatasi kecemasan dasar yang mereka rasakan.
Salah satu kebutuhan manusia menjadi adalah kebutuhan untuk mendapatkan
pengakuan sosial dalam bentuk gengsi tertentu dan kebutuhan untuk dikagumi secara
personal. Kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan sosial membuat individu mencoba
untuk selalu terlihat sebagai yang pertama, terlihat penting, dan menarik perhatian dari
orang-orang tertentu pada dirinya atau pencapaiannya. Sedangkan kebutuhan untuk
dikagumi secara personal membuat individu memiliki keinginan untuk dikagumi dengan
keberadaannya, sehingga keberhargaan mereka sangat bergantung pada kekaguman dan
pengakuan yang diberikan oleh orang lain terhadap dirinya atau unggahannya. Semua
orang memiliki kebutuhan tersebut, hanya saja bagi individu yang melakukan
oversharing, kebutuhan ini dirasa lebih mendesak dan lebih banyak. Hal inilah yang
menjadikan alasan seorang public figure melakukan oversharing dengan membagikan
konten pribadinya.
Menurut penelitian perilaku oversharing dipengaruhi oleh motif menjaga relasi
sosial, presentasi diri, hingga hiburan. Oversharing dipengaruhi oleh keingingan untuk
pengakuan dan keinginan untuk dikagumi orang lain. Oversharing kehidupan pribadi,
saat ini bisa jadi cara yang lumrah untuk mendapatkan sorotan publik yang dapat
menciptakan keuntungan. Cara ini banyak dilakukan oleh banyak public figure di seluruh
dunia, contohnya acara yang menampilkan keseharian sang pemain, yaitu anggota
keluarga sosialita. Banyak hal yang dibagikan dalam acara tersebut mulai dari kehidupan
keluarga, pekerjaan, hingga kehidupan asmara. Acara tersebut bisa dibilang cukup sukses
dan membawa keuntungan bagi orang-orang yang terlibat di dalamnya. Bisa berdampak
pada karier.
Namun tindakan oversharing bisa jadi menyebabkan dampak hukum yang serius
hingga memengaruhi karier. Sebagai contoh, kasus yang terjadi pada dua pemadam
kebakaran di Kanada 2013 lalu. Matt Bowman dan Lawaun Edwards, kehilangan
pekerjaan mereka setelah menuliskan tweet bernada misoginis pada 2013. Dikutip dari
CBC, Bowman sempat memposting kalimat dengan kata kasar mengenai tindakan yang
akan ia lakukan apabila merasa terganggu oleh seorang wanita. Tweet ini lantas dibalas
oleh rekannya, Edwards dengan nada serupa dan berisi kalimat kekerasan. Tidak butuh
waktu lama untuk membuat tweet tersebut viral. Akibatnya, banyak orang yang
mendesak proses pemecatan Bowman dan Edwards dari pekerjaannya sebagai pemadam
kebakaran.
https://tirto.id/dampak-oversharing-di-medsos-berpengaruh-baik-buruk-pada-
karier-gapt
Nancy, Y., 2021. Dampak Oversharing di Medsos: Berpengaruh Baik &
Buruk pada Karier. Tirto.id,.
Kehidupan selebritis selalu menjadi sorotan dan sajian menarik bagi masyarakat
umum dan menjadi hiburan. Kecenderungan berita-berita yang mengumbar aib seperti
perselingkuhan, kasus narkoba, dan skandal-skandal yang dilakukan oleh para selebritis
merupakan sesuatu yang sangat menarik. Namun tokoh publik ataupun selebritis
merupakan panutan bagi para fansnya, apabila idola mereka melakukan kesalahan dan
kesalahan tersebut menjadi aib yang dikonsumsi masyarakat secara terus menerus tentu
aib yang negatif ini akan mempunyai pengaruh negatif pula dimasyarakat. Karena
perilaku tokoh masyarakat atau artis tersebut adalah sebagai contoh atau panutan bagi
para fansya.
Konten para public figure di media sosial dapat membawa dampak positif berupa
kesejahteraan psikologis bagi para penonton yang mengonsumsinya. Salah satu penelitian
eksperimen membuktikan bahwa para remaja yang memiliki media sosial dan
mengikutikonten-konten di dalamnya, termasuk salah satunya adalah konten para public
figure terbukti mengalami peningkatan dalam hal kepercayaan diri dan kesejahteraan
psikologisnya. Penelitian lain menyatakan bahwa banyak sekali dampak positif dari
konten media sosial termasuk konten di dalamnya adalah konten influencer bagi
kesejahteraan psikologi dan perkembangan para remaja yang antara lain membantu
mengembangkan kesadaran sosial mereka akan masyarakat dan dunia, membantu
mengembangkan ketrampilan sosial yang bermanfaat untuk memperluas lingkaran sosial,
mampu menginspirasi, serta mampu mengembangkan dan menyempurnakan ketrampilan
motorik mereka, meningkatkan motivasi remaja yang mengikuti berbagai konten media
sosialnya, bahkan mampu menjadi panduan untuk mencapai kesuksesan.
Namun beberapa dampak psikologis juga timbul akibat sering menggunakan
media sosial terutama melihat konten kehidupan pribadi public figure
a) Kepercayaan diri yang menurun
Sebuah studi yang dilakukan pada 2016 lalu di Penn State University
menunjukkan bahwa melihat swafoto/selfie seseorang menurunkan kepercayaan
diri, karena para pengguna membandingkan diri mereka dengan foto orang yang
tampak paling bahagia. Para peneliti dari Universitas Strathclyde, Universitas
Ohio dan Universitas Iowa juga menemukan bahwa perempuan membandingkan
dirinya secara negatif terhadap swafoto perempuan lain. Pengguna sosial media
juga dapat membandingkan kehidupan mereka dengan kehidupan orang lain yang
tampak lebih sukses dalam karir dan memiliki hubungan yang bahagia, dan
mereka dapat merasa bahwa kehidupan mereka kurang sukses dibandingkan
dengan mereka.
b) Frustasi
Dalam sebuah studi yang melibatkan 600 orang dewasa, sekitar sepertiganya
mengatakan media sosial telah membuat mereka merasakan emosi negatif-
kebanyakan frustasi- dan iri merupakan salah satu penyebab utama. Ini dipicu
oleh kecenderungan membandingkan kehidupan mereka dengan yang lain dan
penyebab tamanya adalah foto orang lain yang sedang melancong. Perasaan iri
hati menyebabkan sebuah "pusaran kecemburuan", di mana orang beraksi dengan
iri dengan menambahkan konten serupa yang membuat mereka iri pada profil
mereka.
c) Depresi
Beberapa penelitian menemukan hubungan antara depresi dan penggunaan media
sosial. Risiko depresi dan kecemasan mencapai tiga kali lipat di antara orang-
orang yang paling banyak menggunakan platform media sosial. Penyebabnya,
perkiraan mereka, termasuk perundungan siber, memiliki pandangan terdistorsi
mengenai kehidupan orang lain, dan merasa menghabiskan waktu di media sosial
merupakan sebuah pemborosan waktu
Brown, J., 2018. Apa saja bukti pengaruh media sosial kehidupan
Anda. BBC Future,.
Dampak negative
Menjauhkan orang-orang yang sudah dekat dan sebaliknya.
Orang yang terjebak dalam media sosial memiliki kelemahan besar yaitu berisiko
mengabaikan orang-orang di kehidupannya sehari-sehari. Interaksi secara tatap
muka cenderung menurun, karena mudahnya berinteraksi melalui media sosial,
maka seseorang akan semakin malas untuk bertemu secara langsung dengan orang
lain.
Membuat orang-orang menjadi kecanduan terhadap internet
Dengan kepraktisan dan kemudahan menggunakan media sosial, maka orang-
orang akan semakin tergantung pada media sosial, dan pada akhirnya akan
menjadi kecanduan terhadap internet.
Rentan terhadap pengaruh buruk orang lain
Seperti di kehidupan sehari-hari, jika kita tidak menyeleksi orang- orang yang
berada dalam lingkaran sosial kita, maka kita akan lebih rentan terhadap pengaruh
buruk.
Masalah privasi
Dengan media sosial, apapun yang kita unggah bisa dengan mudah dilihat oleh
orang lain. Hal ini tentu saja dapat membocorkan masalah-masalah pribadi kita.
Oleh karena itu, sebaiknya tidak mengunggah hal-hal yang bersifat privasi ke
dalam media sosial.
Menimbulkan konflik
Dengan media sosial siapapun bebas mengeluarkan pendapat, opini , ide gagasan
dan yang lainnya, akan tetapi kebebasan yang berlebihan tanpa ada kontrol sering
menimbulkan potensi konflik yang akhirnya berujung pada sebuah perpecahan.
SUGENG CAHYONO, A., 2016. PENGARUH MEDIA SOSIAL TERHADAP
PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT DI INDONESIA.