225314021
1. Latar Belakang
kehidupan setiap manusia terutama remaja. Dimana remaja masih dalam masa
pencarian jati diri dan identitas dapat dikatakan sangat bergantung pada pengaruh
pertemanan banyak yang memberikan pengaruh positif, namun juga tidak sedikit
negatif, inilah yang sering disebut dengan pertemanan toxic. Pengaruh negatif yang
rasa saling iri, persaingan antar teman, intoleransi dan manipulatif. Perilaku ini sering
ditunjukan oleh seseorang yang memiliki kontrol moral dan memiliki keterampilan
melakukan bullying terhadap anak lain yang dianggap lemah dan tak berdaya.
Tindakan mengganggu orang yang lebih lemah ini kerap terjadi biasanya anak yang
mengalami atau menjadi korban dari tindakan ini anak yang kesepian dan sulit
berkembangnya zaman yang tidak lain dipicu dari perkembangan teknologi. Konflik-
konflik yang terjadi antar teman tidak lagi dilakukan secara langsung melainkan juga
secara tidak langsung melalui sosial media. Selain itu bukan hanya teman yang akan
menjadi korban, orang yang tidak dikenal pun bisa menjadi korban. Saat ini beberapa
bentuk konflik atau bullying pada seseorang dilakukan secara online melalui media
sosial, hal ini dikarenakan di media sosial mereka merasa bebas dan tidak dibatasi
oleh siapapun. Karena media sosial yang merupakan salah satu pengembangan
melakukan aktivitas sosial seperti komunikasi, sarana informasi dan membuat konten
berupa video, foto maupun tulisan. Yang terbuka untuk setiap orang di dunia yang
akan mempermudah bagi mereka. Bentuk agresi yang dilakukan secara online di
dilakukan dimana saja dan dapat dilakukan secara anonimus. Biasanya seseorang
tahun karena mereka yang masih terbilang fasih dan dekat dengan teknologi digital.
remaja kebanyakan justru tidak dapat melakukan perannya dengan baik karena
Terbukti bahwa cyberbullying memiliki dampak negatif yang lebih besar pada
perkembangan seseorang dari pada bullying dan berefek pada masalah sosial dan
hampir dua kali lebih banyak memiliki niatan bunuh diri dibanding dengan orang
yang tidak mengalaminya. Depresi yang berujung kematian sering terjadi pada
kalangan usia remaja. Tingkat bunuh diri akibat cyberbullying yang terjadi di
Indonesia masih terbilang cukup tinggi. Dari jurnal Febriyani, 2021 disebutkan
sekitar 25 pelaporan kasus yang didapat dalam sehari. Dari data KPAI, cyberbullying
yang telah terjadi dikalangan masyarakat mencapai 22,4% yang terhitung sejak tahun
2018. Berdasarkan hasil penelitian APJII yang menyatakan bahwa terdapat sekitar
49% dari 5.900 responden yang menjadi korban cyberbullying. Tingginya tingkat
presentase ini sudah dipastikan tidak lepas dari kemajuan teknologi dan kurangnya
pengawasan dari orang tua. Hal ini tidak lepas dari perkembangan teknologi dan
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan
Bertolak dari dua persoalan yang telah di rumusakan, tujuan penulisan dalam
B. Landasan Teori
1. Media Sosial
seluruh dunia dan sebagai media komunikasi. Juga memenuhi kebutuhan segala
berkembang serta tumbuh luas seperti saat ini. Media sosial sendiri adalah sebuah
media online, dengan para pengguna bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi,
dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual.
Jejaring sosial dan wiki adalah bentuk dari media sosial yang paling umum
digunakan oleh masyarakat di dunia ini. Zaman sekarang, tidak bisa dihindari lagi
bahwa media sosial sangat berafiliasi dengan kehidupan manusia masa kini.
Media sosial memegang peranan penting bagi masyarakat hampir semua hal yang
dilakukan pasti berkaitan dengan media sosial. Jadi, tak heran jika seseorang
Media sosial merupakan situs yang dimana orang dapat membuat web
page pribadi, yang dapat terhubung dengan orang lain untuk berbagi informasi
dan berkomunikasi. B.K. Lewis dari jurnal Uman (2021) menyatakan bahwa,
“media sosial ialah suatu label yang merujuk pada teknologi digital yang
interaksi, produksi dan berbagi pesan”. Media sosial terbesar yang umum
digunakan yaitu Facebook, Tiktok, Twitter, dan YouTube. Media sosial dianggap
sebagai salah satu platform digital yang menyediakan fasilitas agar dapat
menggunakan internet. Media sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk
sebuah komentar dan membagi informasi dalam waktu yang cepat dan tak
terbatas.
terjadinya fenomena besar terhadap arus informasi tidak hanya di negara – negara
maju saja. Fenomena media sosial juga melanda Indonesia, sebagai negara yang
dari laporan We Are Social yang sudah beredar di website jumlah pengguna aktif
media sosial di Indonesia mencapai 191 juta jiwa pada Januari 2022. Yang
dimana jumlah ini naik 12,35% dari tahun sebelumnya yang sebanyak 170 juta
orang.
beberapa dari mereka mengatakan jika media sosial menjadi kebutuhan yang
komunikasi satu arah media siaran dari satu institusi media ke banyak audience
melakukan transformasi manusia dari pemakai isi pesan menjadi pesan itu sendiri
dan dapat membangun personal branding lewat media sosial (Fasha, 2020).
golongan generasi muda yang didominasi oleh sebagian remaja dan berusia
sekitar 14 - 22 tahun ialah pengguna yang paling aktif di media sosial (Destiana,
2018). Mereka menggunakan media baru dan teknologi terkini dengan pesat.
keingintahuannya akan hal baru yang berada di media sosial. Dan cenderung
untuk melibatkan diri dengan laman rangkaian media sosial. Banyak diantara
mereka beranggapan semakin aktif di media sosial akan semakin keren dan gaul,
sedangkan mereka yang tidak menggunakan media sosial dianggap kuno dan
kaum remaja. Jika dulu muncul istilah “mulutmu adalah harimaumu” namun telah
berubah menjadi “jarimu adalah harimaumu”. Dari jari-jari inilah orang mampu
menghina yang memberikan dampak yang buruk salah satunya ialah fenomena
maya tidak terbatas ruang dan waktu dan sering kali disalah gunakan.
2. Cyberbullying
dapat mengenali apa itu cyberbullying. Tetapi yang sebenarnya, ada banyak
pengalaman dengan bentuk agresi online. Sedangkan yang lain fokus terhadap
kontak fisik antar pelaku dan korban seperti memukul dan mendorong ataupun
kontak psikis yaitu mengejek, mengancam, dan berkata kasar secara langsung.
Tetapi bullying saat ini mengalami perkembangan akibat kemajuan
bersifat anonim yang menggunakan nama lain atau berpura – pura sebagai orang
lain, dengan kejadian ini bisa kapan saja dan dimana saja. Karena yang dilakukan
Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang terdapat pada jurnal
Utami dan Baiti (2018). Pasal 27 ayat (3) UU ITE yang menyatakan bahwa “jika
penghinaan dan pencemaran nama baik". Dan pasal 27 ayat (4) UU ITE yang
menyatakan bahwa “jika dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan
pasal 27 ayat (3) dan (4) UU ITE belum menyangkut unsur dari Flaming,
Harassment (gangguan), Impersonation (peniruan), Outing (menyebarkan rahasia
bentuk dari cyberbullying seperti flaming yaitu mengirim pesan yang berisi kata-
kata yang penuh dengan amarah dan frontal. Istilah “flame” ini pun merujuk pada
pesan yang berapi-api. Harassment yaitu pesan yang berisi gangguan pada email,
sms, ataupun pesan teks melalui media sosial dilakukan secara terus menerus.
dengan masuk merusak reputasi dan nama baik seseorang. Impersonation yaitu
meniru atau berpura – pura menjadi orang lain dan mengirim pesan atau membuat
status yang tidak baik tentang orang tersebut. Outing yaitu menyebarkan rahasia
orang lain atau foto pribadi orang tanpa persetujuan orang tersebut. Trickery yaitu
membujuk seseorang dengan tipu daya agar mendapatkan rahasia pribadi orang
Penelitian yang dilakukan oleh Price dan Dalgleish di dalam jurnal Mutma
(2019) kepada 548 remaja Australia, bentuk cyberbullying yang ditemukan yaitu
called name yang memanggil seseorang dengan nama buruk atau negatif di media
sosial. Image of victim spread, menyebarluaskan foto aib orang di media sosial.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Mutma (2019), dari
yang bersifat negatif pada postingan orang lain, dan beberapa konten yang berbau
usia tersebut masih sangat fasih dan dekat dengan teknologi digital ditambah
masa remaja merupakan masa dimana perkembangan segala hal terjadi. Sehingga
mereka bisa saja menjadi labil atau mudah dipengaruhi itulah ciri dari remaja.
Mereka juga menunjukan dengan jelas sifat transisi karena mereka sendiri belum
memperoleh status dewasa atau tidak lagi disebut anak-anak. Sementara itu, Dr.
Seto Mulyadi dalam jurnal Leonardi & Emilia (2013) menyatakan bahwa media
sosial menjadi salah satu pendukung terciptanya dunia virtual yang dapat
cenderung tidak kuat karena dunia virtual dapat diatur sesuai kehendak individu.
Indonesia cukup tinggi. Survei yang diperoleh UNICEF pada tahun 2016, sekitar
cukup sulit dilacak, karena identitas pelaku tidak diketahui dan hanya muncul
pada media sosial saja. Didukung sangatlah mudah memalsukan identitas diri di
media sosial.
c. Dampak Cyberbullying
korban, juga akan merasa kesulitan untuk keluar dari masalahnya karena merasa
tidak memiliki teman dan dukungan untuk mengatasi masalah mereka. Di dalam
jurnal Sukmawati & Puput (2020) memuat berdasarkan penelitian oleh Fahy,
Stansfeld, Smuk, Smith, Cummins, dan Clark (2016) yang berada di dalam jurnal
bunuh diri.
memiliki keinginan yang tinggi untuk menjauh serta menghilang dari segala
bentuk aktivitas sosial. Sebab korban cyberbullying akan merasa takut jika
diperhatikan dan merasa jika dunia luar bukanlah tempat aman bagi mereka.
Akibatnya mereka cenderung untuk memiliki pemikiran bunuh diri lebih banyak
dari orang biasa. Hasil penelitian oleh Safaria, Tentama dan Suyono (2016) yang
Dampak negatif ini tergantung dari frekuensi, durasi serta keparahan dari
cyberbullying itu sendiri. Korban cyberbullying dapat meningkatkan tekanan
nyaman dan tertekan, keadaan inilah yang nantinya akan menyebabkan korban
korban yang mengalami kegagalan dalam akademik dan memutuskan untuk tidak
penelitian Laeheem (2013) bahwa terdapat gejala lain yang muncul diantaranya
gangguan tidur atau sulit tidur yang akan mengakibatkan pada kesehatan tubuh
korban seperti terkadang merasa ngantuk di pagi hari, berkantung mata, mata
memerah dan korban juga kehilangan nafsu makan dan merasa mual, dimana hal
tersebut saling berkaitan satu sama lain sehingga mengakibatkan korban akan
merasa tidak baik. Selaras dengan hasil penelitian Navarro, Yubero & Larranaga
di dalam jurnal Sukmawati & Puput (2020) bahwa dampak dari cyberbullying
pada remaja akan mengalami sakit kepala, sakit perut, kelelahan, gangguan tidur,
membalas apa yang dilakukan pelaku, memilih untuk diam atau mengurung diri
karena tidak ingin bercerita pada siapapun, membalas sekali pesan dari pelaku
setelah itu mengabaikan dan memilih untuk memutus hubungan dengan pelaku,
dan berusaha tidak mencari masalah dengan pelaku karena merasa takut. Hal ini
«maaf mbak» pada pelaku kemudian memblokir whatsapp pelaku. Korban yang
Inilah yang terkadang menyebabkan timbal balik yang negatif terhadap pelaku.
5. Penutup
a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan kali ini dapat disimpulkan cyberbullying
paling sering terjadi di media sosial yang bernama Instagram. Dimana tindakan
menargetkan remaja berusia sekitar 13 – 19 tahun karena di usia ini masih sangat
fasih dan dekat dengan teknologi digital. Karena perilaku cyberbullying sangat
sulit untuk dilacak mengingat identitas pelaku yang tidak diketahui dan hanya
muncul pada media sosial. Didukung sangatlah mudah memalsukan identitas diri
di media sosial. Ini akan berdampak buruk bagi semua penghuni media sosial
yang tidak lain adalah korban cyberbullying. Dampak dari cyberbullying seperti
dampak psikologis yang dimana korban akan mengalami penekanan mental yang
menjauh serta menghilang dari segala bentuk aktivitas sosial. Dampak akademik
dimana korban akan merasa tidak nyaman dan tertekan yang nantinya
yang terakhir dampak fisik dimana korban akan mengalami sakit kepala, sulit
tidur, sakit perut, kelelahan, kehilangan nafsu makan yang nantinya akan
cyberbullying dengan tidak membalas pelaku, mereka memilih untuk diam atau
mengurung diri, tidak bercerita pada siapapun dan mengakhiri hubungan dengan
pelaku jika mengenalnya. Korban lebih sering meminta maaf kepada pelaku lalu
memblokir akun pelaku. Disini sudah jelas jika korban fokus menyingkirkan hal –
hal negatif. hal ini merupakan cara sopan untuk menghadapi dan tidak membalas
Konfrontasi langsung ini terjadi ketika korban memiliki hubungan pribadi dengan
terhadap pelaku.
b. Saran
Agar dimasa mendatang kitab isa jauh lebih baik lagi, bila terdapat
pengaruh dari luar maka ada baiknya untuk menyaring apa yang datang dari luar
agar tidak mengakibatkan dampak buruk bagi diri sendiri. Selain itu ada beberapa
saran agar menjauhi anak dari perilaku cyberbullying yaitu jadilah pengguna yang
baik di internet, jangan reaktif, laporkan perilaku yang tak layak serta jangan ikut
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, A. S. (2019). Pengaruh Media Sosial Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat di Indonesia.
Fatimah, L. S. (2016). Perilaku Cyberbullying Berdampak pada Tindakan Bunuh Diri. Integerasi
Psikologis, 03.
DIRI.
Mahdi, I. (2022, Februari 25). Jumlah Pengguna Aktif Media Sosial di Indonesia. Retrieved from
DataIndonesia.id.
Sabella, R. A., Patchin, J. W., & Hinduja, S. (2013). Cyberbullying myths and realities.
Utami, A. F., & Baiti, N. (2018). Pengaruh Media Sosial Terhadap Perilaku Cyber Bullying.
Sukmawati, A., & Puput, A. (2020). DAMPAK CYBERBULLYING PADA REMAJA DI MEDIA SOSIAL.
Cyberbullying, 57-59.