Anda di halaman 1dari 10

Kerusakan Akibat Erupsi Gunung Api Semeru 2021

Banyak Disebabkan Oleh Banjir Lahar

Naskah Proyek Kolaborasi


(Agama, Geografi, Bahasa Indonesia, Sosiologi, Bahasa Inggris dan SBK)

Disusun Oleh

Benediktus Hastanto/10
Gerald Kristanto/17
Laurentius Andhika/23
Marcellinus Lewidarmaja/24
Rilan Kusuma/31

XI IPS 3/ SMA Kolese De Britto

2022
Gunung Api Semeru adalah gunung api yang berada di Jawa Timur. Letak
Gunung Api Semeru tepatnya berada di antara Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa
Timur. Gunung Api Semeru secara geografis terletak pada 08’06,5’LS dan 112°55'BT.
Gunung Api Semeru bertipe strato dan memiliki kubah lava. Gunung Api Semeru
memiliki ketinggian puncak mencapai 3.676 mdpl (Puncak Mahameru) dan Kubah Lava
Jonggring terletak pada ketinggian 3744,50 mdpl (Badan Geologi, 2014).

Gunung Api Semeru kembali erupsi pada 4 Desember 2021, sebelumnya Gunung
Api Semeru tercatat mengalami erupsi cukup besar pada tanggal 1 Desember 2020
disertai guguran awan panas sejauh 11 km dari puncak (Cindy, 2021). Pada tanggal 1
Desember 2021 Gunung Api Semeru mengalami 4 kali guguran awan panas, kemudian
pada tanggal 3 Desember 2021 Gunung Api Semeru mengalami kegempaan yang terjadi
sebanyak 4 kali disertai dengan guguran awan panas. Pada 4 Desember 2021 siang hari
terjadi guguran awan panas Gunung Api Semeru mencapai 4 km dari puncaknya. Setelah
luncuran awan panas tersebut, beberapa jam kemudian mulai tercium bau abu vulkanis
dan bau gas belerang yang mengarah ke Dusun Curah Kobokan, Desa Supiturang,
Kecamatan Pronojiwo, Lumajang.

Gempa letusan Gunung Api Semeru juga kembali terasa pada tanggal 5 Desember
2021 sebanyak 2 kali dengan durasi 80-90 detik, selain kegempaan Gunung Api Semeru
mengalami 1 kali gempa guguran awan panas selama 6.600 detik serta terjadi 5 kali
gempa akibat guguran yang berdurasi 45-174 detik (Ramadhan, 2021). Menurut warga
yang tinggal di sekitar Gunung Api Semeru, erupsi yang terjadi kali ini berbeda
dibandingkan dengan erupsi pada tahun-tahun sebelumnya. Bulan Desember 2020
sampai Januari 2021, erupsi menimbulkan awan panas bergerak ke arah Besuk Kobokan,
Sumber Mujur, dan Curah Kobokan tidak menimbulkan dampak sebesar erupsi 4
Desember 2021. Meskipun sempat mengungsi, warga masih bisa kembali ke rumah dan
berladang. Hingga Selasa (7/12/2021), tercatat 5.205 rumah terdampak. Sebanyak 4.250
orang mengungsi di sejumlah pengungsian yang tersebar di kecamatan Pronojiwo,
Candipuro, Pasirian, Lumajang, Tempeh, Sumberseko, Sukodono, dan Yosowilangun
(Indraswari, 2021).
Apabila dikelompokan, ancaman bahaya yang disebabkan oleh erupsi Gunung
Api Semeru 2021 dibagi menjadi 2 yaitu ancaman langsung dan susulan. Ancaman
langsung berupa lava panas, hujan abu vulkanik, gas beracun, guguran atau jatuhan
piroklastik dan awan panas serta gempa vulkanik akibat dari getaran yang ditimbulkan
dari erupsi Gunung Api Semeru. Akibat dari hujan abu vulkanik beberapa jalur evakuasi
menjadi terputus karena tertutup abu vulkanik Gunung Api Semeru. Sedangkan bahaya
susulannya berupa banjir lahar. Saat erupsi Gunung Api Semeru 2021, ancaman bahaya
berupa banjir lahar menjadi salah satu bahaya yang menimbulkan kerusakan paling berat.

Gambar.1 Dampak Banjir Lahar Gunung Api Semeru 2021 (Al Faruq, 2021)

Banjir Lahar
Banjir lahar terjadi karena bentuk Gunung Semeru yang strato berlereng curam,
jika erupsi Gunung Semeru terjadi dalam jumlah besar dengan intensitas curah hujan
yang besar dan panjang maka banjir lahar dapat terjadi dan berdampak besar pada
kerusakan lingkungan sekitar gunung dan kerusakan area pemukiman, banjir lahar yang
terjadi berpotensi menghasilkan tenaga yang cukup besar untuk mengangkut material
yang berada pada lereng Gunung Semeru seperti pasir, kerikil bahkan bongkahan batu
yang cukup besar. Menurut dosen Fakultas Geografi UGM, Danang Sri Hadmoko dalam
konferensi pers di Auditorium Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(FMIPA) UGM, Senin, 6 Desember 2021, tingginya curah hujan menjadi penyebab
ancaman bahaya banjir lahar tinggi (Mustaqim, 2021).
Berdasarkan laporan dari petugas Pos Pantau Pengamatan Gunung Api (PPPGA)
Semeru di daerah Gunung Sawur yang kemudian dilaporkan ke BPBD Lumajang
mengatakan bahwa getaran banjir lahar terekam dalam seismograf dari pukul 10.48 WIB
hingga 16.02 WIB. Akibat banjir lahar erupsi Gunung Api Semeru sejumlah Desa yang
terdampak mengalami kerusakan, beberapa tambang pasir beserta alat beratnya juga luluh
lantak diterjang banjir lahar, Jembatan Besuk Kobokan yang berfungsi sebagai
penghubung antar desa juga putus akibat terjangan banjir lahar erupsi Gunung Api
Semeru 2021 (Solichah, 2022). Selain itu beberapa sarana kesehatan dan pendidikan serta
aset dan harta milik warga salah satunya adalah hewan ternak juga habis diterjang erupsi
Gunung Api Semeru (Yanuarto, 2021).

Pada 2020, sebanyak 364,2 ribu jiwa atau 32,5 persen total penduduk Kabupaten
Lumajang menetap di sekitar Kawasan Rawan Bencana Gunung Api Semeru. Mereka
tersebar di enam kecamatan, yakni Pronojiwo, Tempeh, Pasrujambe, Tempursari,
Candipuro, dan Pasirian. Tersedianya lahan pertanian yang subur sebagai akibat dari abu
vulkanik sisa erupsi menjadi salah satu alasan banyak masyarakat yang tinggal di sekitar
Gunung Api Semeru walaupun masuk dalam kategori Kawasan Rawan Bencana (KRB)
(Indraswari, 2021). Akibat hal tersebut sebagian besar masyarakat menolak untuk
direlokasi ke tempat yang lebih aman sehingga menyebabkan terjadinya konflik sosial
dalam masyarakat. Konflik sosial yang terjadi dalam hal tersebut adalah konflik
konstruktif, yaitu konflik yang muncul karena perbedaan pendapat dalam menghadapi
suatu masalah.

Adapun objek wisata alam seperti Ranu Kumbolo, Padang Rumput Jambangan,
Oro-oro Ombo, Cemoro Kandang, Pangonan Cilik, Kalimati, Arcopodo, Agrowisata
pedesaan, Wisata Danau dan Camping ground menjadi salah satu kerentanan dari erupsi
Gunung Api Semeru. Tempat-tempat wisata tersebut pastinya menjadi tujuan banyak
orang sehingga apabila tiba-tiba Gunung Api Semeru erupsi akan sangat berbahaya,
mengingat aktivitas Gunung Api Semeru sulit diprediksi.
Masyarakat yang telah lama menetap dan tinggal di sekitar lereng Gunung Api
Semeru yang subur tanahnya dan strategis lokasinya, memiliki pendapat bahwa mereka
tidak dapat meninggalkan lokasinya tersebut dengan alasan tanah Gunung Api Semeru
yang subur dapat membawakan mereka kehidupan dan penghidupan walaupun berada di
Kawasan Rawan Bencana (KRB). Sedangkan dari pandangan pemerintah sebenarnya
tinggal di Kawasan Rawan Bencana sangat beresiko dan sebenarnya sudah ada aturan
yang melarang masyarakat untuk tinggal di Kawasan Rawan Bencana ( UU No.24 Tahun
2007). Dari perbedaan pendapat antara masyarakat yang tinggal di Kawasan Rawan
Bencana Gunung Api Semeru dengan pemerintah itulah yang menyebabkan terjadinya
konflik sosial konstruktif. Dari konflik sosial konstruktif tersebut nantinya akan
disepakati sebuah kesepakatan bersama untuk menengahi konflik atau masalah yang ada
agar dapat terselesaikan.

Konflik sosial yang terjadi akibat erupsi Gunung Api Semeru dapat dikatakan
penyebabnya adalah perbedaan kepentingan. Masyarakat yang sudah lama menetap dan
tinggal di kawasan rawan bencana (KRB) Gunung Api Semeru yang memiliki tanah
subur, mereka memiliki kepentingan dalam hal pekerjaan atau mata pencaharian yang
sehari-harinya dilakukan di kawasan tersebut. Kehidupan mereka juga sangat bergantung
pada alam di sekitar Gunung Api Semeru. Sedangkan pemerintah juga memiliki
kepentingannya berupa menegakkan peraturan untuk memastikan semua masyarakat
tinggal di kawasan aman sehingga apabila Gunung Api Semeru mengalami erupsi,
jumlah kerusakan dan korban dapat diminimalisir. Dampak yang dapat terjadi akibat
konflik sosial tersebut apabila tidak segera terselesaikan adalah hancurnya harta benda
dan jatuhnya korban jiwa serta pemerintah juga dapat di cap buruk karena tidak berhasil
mengkondisikan kawasan rawan bencana (KRB) Gunung Api Semeru.

Di lokasi sekitar Gunung Api Semeru terdapat pos pengamatan gunung api
(PPGA) yang sudah dilengkapi dengan beberapa peralatan monitoring kebencanaan yaitu
PPGA Gunung Sawur di Dusun Poncokusumo, Desa Sumberwuluh, Kecamatan
Candipuro yang selalu aktif memantau aktivitas Gunung Api Semeru (Oktaviano & Sari,
2021). Peta Kawasan Rawan Bencana (Gambar.2)juga telah dibuat sebagai pemberi
informasi daerah mana saja yang termasuk di dalam Kawasan Rawan Bencana (KRB).
Selain itu tersedia juga sejumlah alat berat untuk membantu evakuasi apabila Gunung
Api Semeru mengalami erupsi (Rabbi, 2021). Jalur evakuasi serta beberapa posko
pengungsian dan kesehatan juga telah tersedia sebagai sarana untuk mempermudah dan
memfasilitasi korban erupsi.

Gambar.2 Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Api Semeru (https://magma.esdm.go.id/)

Rencana mitigasi yang dapat dilakukan adalah memberikan tanda di daerah


daerah yang rawan akan aliran lahar seperti lembah dan daerah aliran sungai agar ketika
terjadi erupsi, masyarakat dapat menjauh dari daerah terlarang tersebut. Pemberian sirine
bahaya di beberapa lokasi akan menjadi rencana yang baik dan bermanfaat.
Pembangunan shelter dan lokasi khusus untuk pengungsian warga dan hewan ternak
warga yang terdampak erupsi Gunung Api Semeru juga akan dilakukan, mengingat pada
erupsi Gunung Api Semeru 2021 sebagian besar warga mengungsi di tempat-tempat
umum dengan lokasi yang terbatas sehingga terasa padat untuk dijadikan tempat
pengungsian. Hewan ternak yang menjadi salah satu aset atau harta milik warga juga
perlu diperhatikan untuk ikut juga dievakuasi ke kandang-kandang komunal agar tetap
aman.

Pembukaan jalur evakuasi baru yang lebih aman dan penambahan tim evakuasi
juga akan menjadi fokus rencana mitigasi bencana karena pada erupsi Gunung Api
Semeru 2021 beberapa jalur evakuasi justru lumpuh akibat terdampak abu vulkanik dan
banjir lahar. Pembukaan jalur evakuasi baru yang lebih aman diharapkan dapat
mempercepat dan mempermudah proses evakuasi.

Warga yang terdampak erupsi Gunung Api Semeru mengalami apa artinya
menghargai setiap orang , setiap perkara dan belajar menjalin hubungan serta tahu
menikmati hal-hal sederhana" kalimat tersebut terkandung di bab 6 bagian IV nomor 223
(Laudato Si) yang membahas mengenai kebahagiaan dan damai. Hal tersebut berkaitan
dengan proses evakuasi dalam bencana gunung meletus gunung api semeru, dimana para
warga tidak memikirkan diri sendiri melainkan mampu menghargai sesama dalam suatu
perkara yang dialami bersama. Setelah evakuasi biasanya mereka disatukan dalam suatu
tempat evakuasi dan disitulah mereka saling berinteraksi menjalin hubungan serta
menikmati hal hal kecil sehingga mampu menciptakan suka di dalam duka.

Dari peristiwa erupsi Gunung Api Semeru kita sebagai manusia juga disadarkan
bahwa melalui bencana alam, Tuhan ingin menyadarkan kita agar dapat melakukan
pertobatan ekologis serta dari bencana alam yang terjadi kita sebagai manusia hendaklah
saling tolong menolong untuk meringankan beban saudara-saudara kita yang terkena
musibah (Laudato Si).
References

Al Faruq, D. U. (2021, 12 06). Waspada Potensi Banjir Lahar Dingin Gunung Semeru Masih

Tinggi. Medcom.id. Retrieved 04 05, 2022, from

https://m.medcom.id/nasional/daerah/8N0wzqYK-waspada-potensi-banjir-lahar-dingin-g

unung-semeru-masih-tinggi

Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. (2014, June 03). G.Semeru.

vsi.esdm.go.id. Retrieved 03 30, 2022, from

https://vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/data-dasar-gunungapi/533-g-semeru

Cindy. (2021, 12 05). Sejarah Letusan Gunung Semeru, Catatan Pertama 1818 Hingga Erupsi

Desember 2020. Medcom.id. Retrieved 03 31, 2022, from

https://www.medcom.id/nasional/daerah/ybD4BBpb-sejarah-letusan-gunung-semeru-cata

tan-pertama-1818-hingga-erupsi-desember-2020#:~:text=Letusan%20Semeru%202020,te

rjadi%20pada%20pertengahan%20Januari%202021.

Indraswari, D. L. (2021, 12 09). Hidup Diantara Ancaman dan Berkah Erupsi Semeru.

Kompas.id. Retrieved 04 04, 2021, from

https://www.kompas.id/baca/riset/2021/12/09/hidup-di-antara-ancaman-dan-berkah-erups

i-semeru?utm_source=kompasid&utm_medium=bannerregister_meteredpaywall&utm_m

edium=bannerregister_meteredpaywall&utm_medium=bannerregister_meteredpaywall&

utm_campaign=metered

Mustaqim, A. (2021, 12 06). Ancaman Bahaya Erupsi Gunung Semeru Bertambah. medcom.id.

Retrieved 04 01, 2022, from

https://www.medcom.id/nasional/daerah/yNLPay6N-ancaman-bahaya-erupsi-gunung-se

meru-bertambah
Oktaviano, D., & Sari, H. P. (2021, 12 06). Pengamatan Aktivitas Gunung Semeru Pasca Erupsi

di Pos Gunung Sawur. Kompas.com. Retrieved 04 09, 2022, from

https://foto.kompas.com/photo/read/2021/12/06/1638784049c5c/Pengamatan-Aktivitas-G

unung-Semeru-Pasca-erupsi-di-Pos-Gunung-Sawur

Rabbi, C. P. A. (2021, 12 06). Kementerian PUPR Kerahkan Alat Berat Bantu Evakuasi Korban

Semeru. katadata.co.id. Retrieved 04 10, 2022, from

https://katadata.co.id/maesaroh/berita/61ad71790a4ed/kementerian-pupr-kerahkan-alat-b

erat-bantu-evakuasi-korban-semeru

Ramadhan, F. M. (2021, 12 07). Catatan Erupsi Semeru 13 Tahun Terakhir. grafis.tempo.co.

Retrieved 03 31, 2022, from

https://grafis.tempo.co/read/2882/catatan-erupsi-semeru-13-tahun-terakhir

Solichah, Z. (2022, 01 02). Banjir Lahar Dingin Semeru Terjang Sejumlah Desa di Lumajang.

Antaranews.com. Retrieved 04 05, 2022, from

https://www.antaranews.com/berita/2619957/banjir-lahar-dingin-gunung-semeru-terjang-

sejumlah-desa-di-lumajang

Yanuarto, T. (2021, 12 10). Update Warga Terdampak Erupsi Semeru Tersebar di 115 Titik Pos

Pengungsian. bnpb.go.id. Retrieved 04 10, 2022, from

https://bnpb.go.id/berita/-update-warga-terdampak-erupsi-semeru-tersebar-di-115-titik-po

s-pengungsian

Anda mungkin juga menyukai