Anda di halaman 1dari 10

Journal of Indonesian History 10 (1) (2021)

Journal of Indonesian History

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jih

Erupsi Merapi Dan Perubahan Permukiman Di Kecamatan Pakem, Turi, Dan


Cangkringan Kabupaten Sleman Tahun 1990-2010

Yanuar Rezza Kurniawan & Wasino


Jurusan Sejarah Universitas Negeri Semarang
Info Artikel Abstrak
________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Gunung Merapi menurut catatan sejarah sudah menunjukan aktivitas vulkaniknya (erupsi) sejak
Diterima Mei2021 tahun 1003. Pada kurun waktu 1990an sampai 2010 telah terjadi erupsi Gunung Merapi sebanyak
Disetujui Juni 2021 tujuH kali, yakni pada tahun 1992, 1994, 1997, 1998, 2001, 2006 dan 2010. Erupsi Gunung Merapi
Dipublikasikan Agustus selalu memberikan dampak positif dan negatif kepada masyarakat yang tinggal di Kabupaten
2021 Sleman. Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain untuk mengetahui bagaimana dampak dari
________________ erupsi Gunung Merapi dan juga dampaknya bagi masyarakat di beberapa desa di Kabupaten
Keywords: Sleman. Metode penelitian yang digunakan merupakan metode penelitian sejarah. Dari hasil
Erupsi, Merapi, Perubahan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa Perubahan Permukiman yang terjadi di
Pemukiman, Sleman Kecamatan Pakem Turi Cangkringan ini pasca erupsi Gunung Merapi tahun 1994 dan 2010. Erupsi
____________________ tahun 1994 mengarah ke permukiman masyarakat dusun Turgo dan Erupsi tahun 2010 mengarah
ke permukiman masyarakat Umbuharjo, Kepuharjo dan Glagaharjo. Banyak rumah penduduk yang
rusak parah tidak dapat dihuni lagi dan sebagian hanya rusak ringan. Peran pemerintah dalam hal
ini memberikan tempat relokasi, huntara dan juga huntap (hunian tetap) bagi masyarakat yang
terdampak langsung erupsi Gunung Merapi tahun 1994 dan tahun 2010.

Abstract
_______________________________________________________________
According to historical records, Mount Merapi has shown volcanic activity (eruption) since 1003. In the 1990s
to 2010 there have been seven eruptions of Mount Merapi, namely in 1992, 1994, 1997, 1998, 2001, 2006 and
2010. The eruption of Mount Merapi Merapi always has a positive and negative impact on the people living in
Sleman Regency. The purpose of this study, among others, is to find out how the impact of the eruption of Mount
Merapi and its impact on the community in several villages in Sleman Regency is. The research method used is
a historical research method. From the results of the research, it can be concluded that the settlement changes that
occurred in Pakem Turi Cangkringan Sub-district were after the eruption of Mount Merapi in 1994 and 2010.
The 1994 eruption led to the settlements of the Turgo hamlet community and the 2010 eruption led to the
settlements of the people of Umbuharjo, Kepuharjo and Glagaharjo. Many houses that were badly damaged were
uninhabitable and some were only lightly damaged. The government's role in this regard is to provide relocation
sites, shelters and shelters (permanent housing) for people directly affected by the eruptions of Mount Merapi in
1994 and 2010.
© 2021 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi: ISSN 2252-6633
Ruang Jurnal Sejarah, Gedung C5 Lantai 1 FIS Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: y12k26@gmail.com

38
Yanuar Rezza Kurniawan & Wasino / Journal of Indonesian History 10 (1) (2021); pg. 38-47

PENDAHULUAN Berbagai macam dampak dari erupsi


Indonesia merupakan negara yang rawan Gunung Merapi salah satunyanya yang banyak
akan bencana alam. Indonesia berada diantara memakan korban jiwa dalam peristiwa erupsi
dua lempeng tektonik yaitu lempeng India- Gunung Merapi pada tahun 1990-an hingga 2010
Austalia yang setiap tahunnya mengalami adalah aliran awan panas dalam jumlah besar
pergeseran mencapai 2-10 sm per tahun yang yang melanda permukiman penduduk di lereng
semakin lama akan terbentuk suatu rekahan/ Merapi Kabupaten Sleman. Pandangan
lembah sempit rift zone. Pergerakan lempeng masyarakat lereng Gunung Merapi melihat
tersebut yang menyebabkan Indonesia termasuk Gunung Merapi bersifat dualistik, pada satu sisi
dalam negara yang rawan bencana alam. Gunung Merapi memberikan kehidupan pada
Letak geologis negara Indonesia meraka namun di sisi lain Gunung Merapi
strategis karena wilayahnya terdapat di antara menjadi ancaman (sumber bahaya) bagi mereka.
lempengan bumi dan dangkalan laut. Selain itu Hal tersebut membuat penduduk desa di lereng
negara Indonesia merupakan negara dengan Gunung Merapi tidak merasa takut, justru
jumlah gunung aktif terbanyak di aktivitas Gunung Merapi telah benar-benar
dunia.Indonesia selain itu juga terletak di titik terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari
pertemuan litosfer, yaitu lempeng Indo- penduduk. Pengetahuan dan cara pandang ini
Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik, menghasilkan sikap yang berbeda pada waktu
tertelak di 3 daerah dangkalan antara lain terjadi erupsi Gunung Merapi. Mbah Maridjan
dangkalan sunda, dangkalan sahul dan daerah selaku juru kunci Merapi dan Sebagian
laut pertengahan Australia Asiatis. masyarakat lebih memilih untuk tidak mengungsi
(Kusumadinata K, 1979:5) meskipun dibujuk dan dipaksa. (FX Rudy
Gunung merapi merupakan gunung api Gunawan, 2006:14)
aktif yang terletak diperbatasan empat kabupaten Pemerintah telah berusaha megambil
yaitu (Kabupaten Sleman, Magelang, Boyolali langkah-langkah yang tepat guna mengurangi
dan Klaten Jawa Tengah). resiko bencana erupsi Gunung Merapi sebagai
Bahaya letusan gunung api terdiri dua konsekuensi kewajiban negara untuk melindungi
yakni bahaya primer dan bahaya sekunder. rakyatnya. Tidak hanya peran pemerintah saja
Bahaya Primer adalah bahaya yang langsung namun peran masyarakat juga lebih penting
menimpa penduduk ketika letusan berlangsung. seperti pemahaman masyarakat mengenai
Sedangkan bahaya sekunder terjadi secara tidak manajemen bencana guna mengurai resiko
langsung dan umumnya berlangsung setelah bencana erupsi Gunung Merapi.
letusan terjadi. Peran masyarakat dan peran pemerintah dalam
Periode erupsi Merapi selanjutnya yang penanggulangan bencana erupsi Gunung Merapi
dapat menandingi kekuatan erupsi 1960an juga ditekankan dalam skripsi ini meningat
adalah erupsi tahun 2010. Hal ini karena korban Gunung Merapi merupakan gunung api aktif
jiwa dan juga kerusakan lingkungan yang yang masih produktif dalam mengeluarkan
ditimbulkan mencapai tingkat kemiripan dengan material vulkanik,
yang terjadi pada 1960an. Melihat Gunung Secara teoritik ketika terjadi bencana alam seperti
Merapi yang kebanyakan membawa dampak erupsi Gunung Merapi yang mengakibatkan
yang kurang menguntungkan dan sewaktu-waktu rusaknya rumah tinggal masyarakat kemudian
mengancam jiwa masyarakat yang tinggal berpindah tinggal yang menjadikan terjadinya
sekitarnya seharusnya wilayah tersebut didak perubahan permukiman. Perubahan itu akan
digunakan sebagai tempat tinggal maupun diikuti dengan perubahan sosial budaya.
digunakan sebagai tempat mencari nafkah. Penelitian ini akan memfokuskan pada
Namun yang terjadi adalah masyarakat masih bagaimana bencana alam dalam erupsi Gunung
banyak memilih tetap tinggal di lereng Gunung Merapi itu terhadap permukiman secara fisik dan
Merapi. perubahan sosial budaya.

39
Yanuar Rezza Kurniawan & Wasino / Journal of Indonesian History 10 (1) (2021); pg. 38-47

Berdasarkan uraian pada latar belakang Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi


masalah, maka dapat ditarik beberapa rumusan (BPPTKG), Badan Pusat Statistik Sleman (BPS
masalah yang perlu untuk dikaji sebagai berikut : Sleman), Museum Gunung Merapi Sleman,
(1)Bagaimana aktivitas Gunung Merapi, kondisi Museum Mini Sisa Hartaku Sleman, Library
permukiman dan kehidupan masyarakat sebelum Center Yogyakarta, Perpustakaan Jurusan
tahun 1990? (2)Bagaimana perubahan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas
permukiman masyarakat akibat erupsi Gunung Diponegoro dan Perpustakaan Jurusan Sejarah
Merapi tahun 1990-2010? (3)Bagaimana respon Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada.
masyarakat serta respon pemerintah terhadap Dari tempat-tempat tersebut peneliti
perubahan permukiman akibat erupsi gunung mendapatkan beberapa bahan yang berpotensi
Merapi tahun 1990-2010 ?. dijadikan sebagai sumber primer maupun
sekunder dalam penelitian ini. Bahan-bahan
METODE tersebut berupa arsip-arsip, buku-buku, juga
Metode Penelitian yang digunakan dalam dokumen berupa surat kabar kuno.
penelitian ini adalah metode penelitian sejarah. Sumber primer yaitu sumber yang ditulis
Metode sejarah terdiri dari empat tahap yang oleh saksi hidup yang mengalami atau
saling berkaitan satu sama lain. Adapun tahapan mengambil bagian dalam suatu kejadian atau
di dalamnya, yakni: 1.Pengumpulan Data yang hidup sezaman dengan kejadian itu.
(Heuristik) (Gottschalk, 1975:36) Data primer yang
Heuristik merupakan kegiatan atau proses diperoleh penulis yaitu berupa dokumen arsip
pengumpulan sumber-sumber sejarah atau sejaman mengenai Surat Keputusan Bupati,
pengumpulan sumber data sebanyak-banyaknya Data-data letusan Gunung Merapi, Koleksi
yang berhubungan dengan tema dan (poster) Letusan Gunung Merapi dan surat kabar
permasalahan penelitian. Pengumpulan sumber dari Suara Merdeka , Kompas dan Kedaulatan
data ini dilakukan dengan menetapkan sumber Rakyat yang penulis dapatkan dari beberapa
data dan membedakannya dalam katagori data tempat, yakni BPBD Sleman , Library Center
primer dan data sekunder yang harus dilakukan Yogyakarta, Museum Gunung Merapi Sleman
dengan system pendacatatan yang relevan. dan BPPTKG Yogyakarta. Serta wawancara
Pengumpulan data dalam studi ini didapatkan dengan tokoh masyarakat dan korban dari erupsi
melalui metode penelitian dengan teknik Gunung Merapi serta wawancara dengan
pengumpulan data dari proses penggalian beberapa tokoh masyarakat seperti mantan
sumber-sumber sejarah yaitu sumber tertulis dan dukuh , mantan lurah dan juga pemilik museum
sumber lisan. Heuristik adalah proses atau usaha mini sisa hartaku. Data sekunder dapat diperoleh
untuk mendapatkan dan mengumpulkan sumber- dari buku-buku, surat kabar, serta data-data yang
sumber sejarah yang ada hubungannya dengan memiliki relevansi dengan pembahasan dalam
permasalahan yang akan diteliti berupa jejak- penelitian yang dikaji.
jejak masa lampau, dapat berupa kejadian, benda Tahap kedua adalah kritik sumber.
peninggalan masa lampau dan bahasa tulisan. Dalam tahap ini, dilakukan pengujian terhadap
(Notosusanto. Nugroho, 1971:18) kredibilitas dan autentisitas sumber. Sumber-
Untuk meperoleh data-data yang sumber berupa arsip pemerintah, data dari
dibutuhkan, peneliti mengunjungi beberapa paguyuban, maupun sumber-sumber lisan hasil
tempat untuk mendapatkan bahan-bahan yang wawancara yang diperoleh kemudian dilakukan
berpotensi menjadi sumber primer maupun kritik ekstern dan intern.
sumber sekunder dalam penelitian ini. Tempat- Bukti-bukti sejarah yang tersedia tidak
tempat tersebut diantaranya adalah Perpustakaan dapat berbicara sendiri mengenai masa lampau.
Jurusan Sejarah Universitas Negeri Semarang, Bukti-bukti itu perlu ditafsirkan oleh sejarawan
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sleman agar jelas tentang kebenaran faktual dan
(BPBD Sleman), Balai Penyelidikan dan

40
Yanuar Rezza Kurniawan & Wasino / Journal of Indonesian History 10 (1) (2021); pg. 38-47

rangkaian antar faktanya menjadi sebuah cerita Erupsi Merapi tahun 1997 dan tahun
masa lampau. (Wasino, 2007:73) 1998 tidak berdampak ke permukiman
Kecamatan Pakem , Turi ataupun Cangkringan
HASIL DAN PEMBAHASAN secara signifikan hanya saja terjadi hujan abu
Perubahan Permukiman di Kecamatan Pakem, yang cukup tebal menyelimuti permukiman
Turi, dan Cangkringan tahun 1990 – 2010 penduduk.
Perubahan permukiman yang terjadi di Erupsi Gunung Merapi tahun 2001 juga
Kecamatan Pakem Turi Cangkringan selama tidak ada dampak yang menyebabkan atau
tujuh kali Merapi erupsi pada tahun 1992, 1994, berkaitan dengan perubahan permukiman
1997, 1998, 2001, 2006 dan 2010 bisa dikatakan namun pada tahun 2002 terjadi perubahan
cukup banyak atau sedang, yang paling jelas paradigma Mitigasi Bencana dan Perubahan
terlihat perubahannya terjadi pada erupsi Merapi Konsep Peta Daerah Bahaya menjadi Peta
tahun 1994 dan tahun 2010. Kawasan Rawan Bencana (KRB). Perubahan
Pada erupsi Merapi tahun 1992, erupsi kali paradigma yang dimaksud disini adalah
ini tidak ada dampak terhadap perubahan sebelumnya paradigma Mitigasi Bencana daerah
permukiman yang signifikan ke Kabupaten yang masuk di zonasi Daerah Bahaya/Terlarang
Sleman karena arah erupsi lebih mengarah ke harus dikosongkan dan tidak boleh dihuni
Kabupaten Magelang. Namun pada erupsi sedangkan paradigma baru Mitigasi Bencana
Merapi Senin tanggal 4 Februari 1992 dengan keluarnya Undang-Undang No.24 tahun
memberikan dampak ke Kabupaten Sleman 2007 yang isinya tentang pengelolaan resiko.
secara tidak langsung yang berkaitan dengan Pengelolaan resiko yang dimaksud adalah
permukiman dengan keluarnya ketetapan bagaimana pengelolaan resiko yang berada di
daerah-daerah terlarang dan daerah bahaya dalam Peta KRB I , II dan III.
berdasarkan SK Bupati Sleman. Dikatakan, ke-46 Erupsi Merapi tahun 2006 ini cukup
dusun yang dinyatakan sebagai daerah terlarang memberikan dampak perubahan permukiman,
itu tersebar di 11 desa yakni, Merdikorejo, permukiman yang dimaksud disini termasuk
Girikerto, Wonokerto, Argomulyo, Wukirsari, kawasan wisata seperti kawasan wisata
Umbulharjo, Glagahharjo, Kepunharjo, Kaliadem. Pasca erupsi Merapi tahun 2006 yang
Purwobinangun, Candibinangun, dan melanda wisata kaliadem. Hal ini mengakibatkan
Hargobinangun. Atau di wilayah 4 Kecamatan keluarnya surat keputusan Bupati Sleman yang
masing-masing, Tempel, Turi, Cangkringan dan akan menutup total Kawasan Wisata Kaliadem
Pakem. sampai batas waktu yang belum ditentukan,
Erupsi Merapi tahun 1992 saat itu masih karena dianggap masih rawan bahaya awan
menggunakan konsep Peta Daerah Bahaya. panas.
Konsep ini berbeda dengan konsep yang sekarang Dan yang terakhir Erupsi Merapi pada
digunakan yaitu konsep Peta Kawasan Rawan tahun 2010, erupsi kali ini merupakan erupsi
Bencana (KRB) yang sekarang digunakan sejak yang cukup besar dan dampaknya signifikan
tahun 2002. Hal yang mendasar yang terhadap perubahan permukiman di Kelurahan
membedakan dari konsep Peta KRB (Kawasan Umbulharjo , Kelurahan Kepuharjo dan
Rawan Bencana) yaitu system zonasinya. Zonasi Kelurahan Glagaharjo Kecamatan Cangkringan.
daerah terlarang, dibagi menjadi tiga yakni Untuk melihat bagaimana terjadinya perubahan
Daerah Terlarang, Daerah Bahaya I dan Daerah permukiman secara mendetail saya akan
Bahaya II. membagi menjadi tiga bagian : bagian yang
Erupsi Gunung Merapi tahun 1994 bisa pertama kondisi sebelum erupsi Merapi ; Kedua
dibilang cukup berdampak ke permukiman kondisi ketika terjadi erupsi Merapi ; Ketiga
khususnya masyarakat Kecamatan Pakem kondisi pasca erupsi Merapi.
(Turgo) dan sebagian masyarakat Kecamatan a. Masa Pra Erupsi (Sebelum Erupsi
Turi (Tritis Ngandong). Merapi)

41
Yanuar Rezza Kurniawan & Wasino / Journal of Indonesian History 10 (1) (2021); pg. 38-47

Kondisi sebelum terjadi erupsi di permukimannya mengikuti aliran sungai (sungai


Kelurahan Umbulharjo tepatnya di dusun Gendol). Begitu pula lapisan masyarakat dan
Kinahrejo, kondisi fisik permukimannya suara yang sangat dipercaya oleh warga sama
termasuk dalam pola permukiman bergerombol. dengan kelurahan umbulharjo khususnya Dusun
Permukiman Dusun Kinahrejo secara fisik Kinahrejo. Kondisi tanah yang bergelombang
mengalami perubahan karena rumah-rumah karena letak permukiman yang berada di dataran
warga banyak yang rusak akibat awan panas. tinggi ini membuat masyarakat susah untuk
Masyarakat membangun rumahnya berdasar membuat tempat tinggal.
kondisi tanah yang datar dan dekat dengan Di Kelurahan Glagaharjo khususnya
tegalan. Di samping rumah biasanya didirikan dusun kalitengah lor juga sama memiliki pola
kendang-kandang ternak sapi dan kambing. Yang permukiman bergerombol karena kondisi tanah
dijadikan pusat atau central dalam permukiman yang bergelombang. Jarak dari rumah kerumah
penduduk disini yakni Masjid. Namun tidak juga cukup jauh. Mayoritas matapencaharian
terlihat melingkari masjid karena dari konsep penduduk di Glagaharjo yakni petani dan ada
pola permukiman di Dusun Kinahrejo itu sendiri juga beberapa yang berjualan karena disana ada
bergerombol dan jarak dari rumah ke rumah beberapa destinasi wisata alam. Ditiga kelurahan
tidak pasti ada yang dekat dan ada yang cukup tersebut yaitu Kelurahan Umbulharjo, Kelurahan
jauh hal ini dikarenakan kondisi tanah yang Kepuharjo dan Kelurahan Glagaharjo
bergelombang yang tidak dapat dijadikan mempunyai kepercayaan yang kuat mereka
bangunan rumah. Dari pagi hingga siang hari, percaya bahwasanya ada sosok mistis atau
biasanya rumah-rumah warga menjadi sepi penunggu di Gunung Merapi. Meraka juga
karena ditinggalkan pemiliknya untuk bekerja di mempunyai Upacara atau Selametan yang di
tegalan, dikebun yang terletak di pekarangan lakukan secara turun temurun guna memperoleh
rumah yang luas atau rerumput. Tegalan mereka keselamatan lahir dan batin dari gangguan
kebanyakan terletak dipinggir desa atau pinggir- makhluk halus penghuni gunung.
pinggir jurang. Mayoritas pekerjaan penduduk di b. Masa Erupsi Merapi
Kinahrejo yakni petani dan peternak sapi perah. Pada masa erupsi saat itu kondisi di
Di Dusun Kinahrejo lapisan masyarakat Kelurahan Umbulharjo tepatnya di Dusun
dibagi menjadi tiga. Lapisan yang paling atas Kinahrejo, tempat dimana tinggalnya Mbah
yang ada hubungan dengan keraton atau abdi Maridjan (Juru kunci Gunung Merapi) ini rusak
dalem, lapisan yang di tengah adalah tokoh parah akibat terpaan awan panas. Rumah –
masyarakat seperti pak bekel, kepala dukuh, dll rumah warga begitupun masjid (tempat ibadah)
dan lapisan masyarakat yang berada di bawah dan sarana prasana lainnya nya pun rusak parah.
seperti masyarakat biasa. Masyarakat dari Di Kelurahan Kepuharjo Dusun Kaliadem
berbagai lapisan dapat berbaur satu sama lain dan juga rusak parah karena terkena awan panas,
saling membantu (tolong menolong). Pendapat kondisi Bunker Merapi pun sudah rata dengan
atau suara tokoh masyarakat disni sangat tanah. Permukiman di Dusun Kaliadem rusak
didengar oleh warga, seperti pendapat mbah parah dan tertimbun abu vulkanik yang sangat
maridjan atau pun tokoh masyarakat seperti tebal.
kepala dukuh. Di Kelurahan Glagaharjo tepatnya di
Di Kelurahan Kepuharjo khususnya dusun Kalitengah Lor terkena awan panas
Dusun Kaliadem dan Dusun Petung hampir namun tidak terlalu rusak, karena di Kelurahan
semua Dusun Topografi dan pola Glagaharjo ini lebih terdampak terkena Banjir
permukimannya sama antara dusun yang berada Lahar karena luapan dari Sungai Gendol.
di Kelurahan Umbulharjo, Keluarahan Banyak Rumah yang terkena lahar dan rata
Kepuharjo dan Kelurahan Glagaharjo. Letak dengan tanah.
permukimannya di dataran tinggi yang kondisi Pada masa Erupsi Merapi saat itu
tanahnya bergelombang. Ada juga yang pola masyarakat sudah tidak lagi memikirkan

42
Yanuar Rezza Kurniawan & Wasino / Journal of Indonesian History 10 (1) (2021); pg. 38-47

bagaimana pekerjaan nya mencari rumput, ditutup total pasca erupsi Merapi tahun 2010
bagaimana pekarangannya dan lain sebagainya. sampai sekarang karena mengalami kerusakan
Tradisi-tradisi seperti nyadran, sedekah bumi dan yang begitu parah. Begitu pula Bunker Kaliadem
selametan-selametan lainnya pun tidak sudah tidak difungsikan karena kondisinya yang
berjalankan. Masyarakat hanyan fokus rusak parah dan masuk dalam Kawasan Rawan
memikirkan bagaimana untuk menyelamatkan Bencana III yang sangat rawan akan bahaya
diri dan keluarga serta harta benda dari bahaya erupsi Merapi. Beda halnya dengan Dusun
erupsi Gunung Merapi. Petung, disana masih ada beberapa penduduk
yang beraktifitas, ada beberapa penduduk yang
c. Masa Pasca Erupsi (Setelah Erupsi membangun rumah hanya sekedar untuk
Merapi) beristirahat ketika bekerja tidak untuk ditinggali.
Pada masa pasca erupsi Merapi kondisi di Ada juga rumah penduduk yang rusak terkena
Kelurahan Umbulharjo tepatnya di Dusun awan panas sekarang direnovasi dan dijadikan
Kinahrejo, dusun tersebut sekarang di sudah sebuah Museum. Museum tersebut bernama
tidak lagi dihuni penduduk, namun sekarang Museum Mini Sisa Hartaku. Museum tersebut
telah dijadikan wisata. Dan di sekitaran sana berisi benda-benda yang masih tersisa dari erupsi
banyak di dirikan kios-kion makanan untuk Merapi 2010 saat itu. Benda-benda tersebut milik
menerima wisatawan-wisatawan yang datang. beberapa warga yang kemudian dikumpulkan
Rumah almarhum Mbah Maridjan pun pernah menjadi satu di museum tersebut guna menarik
dijadikan tempat wisata karena merupakan minat wisatawan untuk berkunjung. Namun
tempat saksi bisu meninggalnya almarhum Mbah secara fisik juga terjadi perubahan permukiman
Maridjan. Mbah Maridjan waktu itu meninggal yang tadinya merupakan permukiman penduduk
karena terkena awan panas yang menyerang sakarang ini berubah menjadi tempat wisata
Dusun Kinahrejo. mbah maridjan waktu itu (museum) dan sebagian menjadi permukiman
meninggal dalam kondisi sedang sujud. Kondisi kosong.
permukiman yang berada di Kelurahan Di Kelurahan Glagaharjo Dusun
Umbulharjo yang terkena dampak dari erupsi Kalitengah Lor kondisi permukiman disana
Merapi mayoritas sekarang dikosongkan dan pasca erupsi Merapi tahun 2010, bisa dibilang
tidak dihuni lagi seperti Dusun Palemsari dan banyak warga yang memilih untuk menempati
Kinahrejo. Terlihat jelas bagaimana perubahan kembali dan merenovasi rumah mereka karena
fisik permukiman yang terjadi di Dusun kerusakan nya tidak begitu parah dan sebagian
Kinahrejo akibat erupsi Merapi tahun 2010. banyak warga lebih nyaman untuk tinggal disana
Rumah almarhum Mbah Maridjan dan rumah karena tidak bisa jauh dari mata pencaharian
warga lainnya sekarang kosong dan dijadikan mereka sebagai petani dan peternak sapi perah
kios-kios makanan. Dari segi ekonomi terdapat serta kerusakan rumahnya pun tidak begitu
cukup banyak perubahan mata pencaharian parah. Namun ada juga beberapa dusun yang
masyarakat yang tadinya bekerja sebagai petani berada di Glagaharjo yang pasca erupsi Merapi
dan peternak sapi saja sekarang mulai banyak 2010 ini kosong dan tidak ada penghuninya yakni
yang berjualan di area tempat wisata dan ada juga Dusun Glagah dan Dusun Singlar. Hal ini
yang bekerja menjadi pengurus atau pengelola dikarena dusun tersebut rusak parah rata dengan
wisata – wisata di kawasan Dusun Kinahrejo. tanah akibat diterjang banjir lahar dari luapan
Tidak hanya tempat wisata saja ada juga Kali Gendol.
beberapa warga yang membuka penyewaan Tradisi budaya yang berada di tiga
Mobil Jeep untuk mengelilingi wisata-wisata Kelurahan, yakni Kelurahan Umbulharjo,
yang berada dilereng Gunung Merapi. Kelurahan Kepuharjo, dan Kelurahan
Kemudian di Kelurahan Kepuharjo dusun Glagaharjo pasca erupsi Merapi 2010 tidak
Kaliadem, perubahan fisik permukiman terlihat mengalami perubahan dikarenakan kepercayaan
jelas, dilihat dari permukiman penduduk disana masyarakat sangat kuat dan tradisi – tradisi

43
Yanuar Rezza Kurniawan & Wasino / Journal of Indonesian History 10 (1) (2021); pg. 38-47

Selametan yang tujukan ke penunggu Gunung berada di Kecamatan Pakem, Turi dan
Merapi ini sudah dilakukan secara turun Cangkringan Kab Sleman antara lain:
temurun. Termasuk masyarakat yang sekarang a. Huntap Cancangan
ini tinggal di perumahan baru dari bantuan b. Huntap Jetisumur
pemerintah yang dikenal dengan istilah Huntap c. Huntap Jetissumur 2
(Hunian Tetap). d. Huntap Banjarsari
Peran Pemerintah Terhadap Perubahan e. Huntap Kaipan
Permukiman di Kecamatan Pakem Turi f. Huntap Jelapan
Cangkringan akibat Erupsi Gunung Merapi g. Huntap Kuwang
tahun 1980-2010 h. Huntap Randusari
Peran pemerintah terhadap terjadinya i. Huntap Batur
perubahan permukiman selama tahun 1990-2010 j. Huntap Pagerjurang
yaitu pada setelah erupsi Gunung Merapi tahun k. Huntap Dongkelsari
1994 Pemerintah Kabupaten Sleman didukung l. Huntap Gondang
oleh beberapa pihak membangun permukiman m. Huntap Gondang 2
Relokasi Sudimoro untuk warga dusun Turgo. n. Huntap Gondang 3
Permukiman relokasi ini juga ditempati oleh o. Huntap Gondanglegi
sebagian warga Ngandong kecamatan turi. p. Huntap Plosokerep
Selanjutnya pasca erupsi Merapi tahun q. Huntap Karang Kendal
2010 pemerintah juga menyiapkan program r. Huntap Kisik
Relokasi untuk warga yang terdapak erupsi Respon Masyarakat
Gunung Merapi. Namun sebelum Program itu, Respon masyarakat terhadap kebijakan
warga yang terdampak erupsi Gunung Merapi pemerintah yang berkaitan dengan terjadinya
sempat tinggal di Huntara (hunian sementara) perubahan permukiman di Kecamatan Pakem
atau sering disebut Shelter. Turi dan Cangkringan Kabupaten Sleman, secara
Setelah beberapa bulan masyarakat yang garis besar ada dua respon masyarakat yang
terdampak erupsi Merapi tahun 2010 tinggal di berbeda. Ada masyarakat yang setuju dengan
Huntara. Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia bantuan pemerintah berupa Huntap (hunian
telah menjalankan Proyek Rehabilitas dan tetap) dan peraturan pemerintah yang melarang
Rekonstruksi Masyarakat di DIY dan Provinsi untuk tinggal di permukiman lama karena masuk
Jawa Tengah, yang disebut Proyek dalam wilayah kawasan rawan bencana. Dan ada
REKOMPAK. REKOMPAK adalah nama juga masyarakat yang menolak untuk dibuatkan
proyek pembangunan kembali permukiman Huntap (bantuan dari pemerintah) dan tetap
pasca erupsi Gunung Merapi di Wilayah DIY tinggal dan merenovasi mandiri tempat tinggal
dan Provinsi Jawa Tengah berbasis komunitas mereka yang berada di kawasan rawan bencana.
yang berorientasi pada pengurangan resiko Setelah erupsi Merapi tahun 1994, respon
bencana. masyarakat atas kebijakan pemerintah akan
Program REKOMPAK berupa Huntap larangan untuk tidak tinggal dipermukiman lama
(hunian tetap) dari pemerintah ini dibangun dan diminta untuk tinggal di relokasi sudimoro
kurang lebih 2 tahun, tepatnya terbangun pada (turgo) yang jauh akan bahaya erupsi Merapi
tahun 2012. Berdasarkan rekomendasi dari Balai ataupun bahaya banjir lahar, kebanyakan
Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi masyarakat setuju dan mau untuk tinggal di
Kebencanaan Geologi (BPPTKG) diterbitkanlah tempat relokasi yang sudah disiapkan oleh
SK Bupati Sleman Nomor 266/Kep.KDH/2011 pemerintah untuk warga atau keluarga-keluarga
tentang Lokasi Pembangunan Huntap. Di dalam yang terkena dampak erupsi Gunung Merapi.
SK Bupati tersebut tercantum 18 (delapan belas) Pasca erupsi Merapi tahun 2010, respon
huntap yang lokasinya berada di 8 (delapan) desa masyarakat terhadap kebijakan pemerintah
di 3 (tiga) Kecamatan. Huntap – Huntap yang berbeda dengan tahun 1994 lalu. Masyarakat

44
Yanuar Rezza Kurniawan & Wasino / Journal of Indonesian History 10 (1) (2021); pg. 38-47

cukup banyak memilih untuk tinggal di rumah menjadi subur yang meningkatkan hasil
lama mereka dan merenovasi kembali rumah pertanian dan perkebunan. Dampak negatif
mereka contohnya seperti di Karangtengah Lor merupakan kerugian yang di ditimbulkan akibat
dan Karangtengah Kidul di Kelurahan peristiwa erupsi Gunung Merapi seperti korban
Glagaharjo. Dan ada juga yang masyarakat yang luka- luka dan bahkan sampai meninggal dunia,
memilih untuk tinggal di Huntap (hunian tetap) hewan ternak mati, kerusakan bangunan
namun mereka juga membangun rumah kecil di infrastruktur dan rusaknya bangunan tempat
atas (permukiman lama) untuk usaha atau tempat tinggal (rumah).
istirahat mereka namun tidak untuk ditinggali. Erupsi Gunung Merapi pada kurun waktu
Seperti contohnya Bu sumarsih dan Ibu Watinem 1990 sampai 2010 yang memberikan dampak
pemilik Musium Mini Sisa Hartaku yang berada yang cukup besar ke bangunan atau rumah warga
di dusun Petung Kelurahan Kepuharjo, beliau yang mengakibatkan terjadinya perubahan
setiap harinya masih bekerja di daerah atas permukiman yaitu erupsi Gunung Merapi pada
(permukiman mereka) yang sekarang dijadikan tahun 1994 dan tahun 2010. Dampak dari
Museum dan berjualan dikawasan Museum rusaknya bangunan tempat tinggal atau rumah
namun tetap tinggal di Huntap (hunian tetap). masyarakat akibat terpaan awan panas maupun
Secara garis besar masyarakat yang banjir lahar ini membuat terjadinya perubahan
memilih tetap tinggal di atas (permukiman lama) permukiman. Oleh karena itu pemerintah
dan tidak tertarik untuk tinggal dipermukiman memberikan bantuan berupa Relokasi/Huntap
baru (Huntap) karena menyakut penghidupan (hunian tetap) untuk masyarakat yang terdampak
mereka, sebagian besar pekerjaan mereka adalah erupsi Gunung Merapi.
petani dan mengurus Sapi Perah yang membuat Erupsi pada tahun 1994 memberikan
mereka selalu membutuhkan rumput untuk dampak ke dusun Turgo Kecamatan Pakem. Satu
sumber makan hewan ternak mereka. dusun rusak parah akibat terpaan awan panas
Masyarakat yang memilih untuk tinggal di oleh sebab itu pemerintah memberikan bantuan
Huntap (hunian tetap) merasa senang karena berupa tempat Relokasi yang letaknya cukup
mempunyai rumah lagi, merasa aman juga dari jauh dari puncak Merapi agar masyarakat aman
ancaman bahaya Gunung Merapi dan jarak dari ancaman bahaya erupsi Gunung Merapi.
rumah dengan tempat kerja mereka jadi lebih Relokasi ini diberinama Relokasi Sudimoro yang
dekat. ditujukan kepada warga Turgo yang rumahnya
Selanjutnya di dusun Singlar kelurahan rusak dan tidak layak untuk dihuni serta yang
Glagaharjo Kecamatan Cangkringan juga rumahnya berada pada zonasi Daerah Terlarang.
terdapat permukiman kosong karena rumah Pada erupsi tahun 2010 memberikan dampak
warga di dusun tersebut benar sudah rata dengan yang cukup besar, bisa dikatakan erupsi tahun
tanah akibat banjir lahar dari Kali Gendol. Oleh 2010 ini merupakan erupsi yang paling besar dari
karena itu satu dusun Singlar di pindahkan ke erupsi dalam kurun waktu 1990 – 2010.
Permukiman baru yakni Huntap (Hunian Tetap). Dampaknya ke Kecamatan Cangkringan
Warga merasa senang karena mereka khususnya ke Kelurahan Umbulharjo karena
mempunyai rumah baru untuk ditempati. terpaan awanpanas dan ke Kelurahan Kepuharjo
Namun ada juga warga yang merasa sedih dan Kelurahan Glagaharjo karena banjir lahar
meskipun mendapat rumah baru tetapi jauh dari dari Kali Gendol. Tidak sedikit rumah-rumah
mata pencaharian mereka. warga yang rusak parah karena terpaan
awanpanas bahkan ada yang rata dengan tanah
SIMPULAN karena di landa banjir lajar dari luapan Kali
erupsi Gunung Merapi seperti kekayaan Gendol.
alam yang melimpah seperti pasir, kerikil dan Pasca erupsi Gunung Merapi tahun 2010
batu sebagai bahan bangunan dan mempunyai masyarakat yang terkena dampak langsung dari
nilai yang cukup tinggi. Dan juga lahan tanah erupsi Gunung Merapi awalnya dibuatkan

45
Yanuar Rezza Kurniawan & Wasino / Journal of Indonesian History 10 (1) (2021); pg. 38-47

Huntara (hunian sementara) berupa rumah Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
bambu yang biasa disebut shelter setelah itu Penanggulangan Bencana
pemerintah bersama Bank Dunia serta (http://www.bnpb.go.id, di unduh pada
masyarakat membuat program yang bernama 20 April 2021).
Rekompak untuk menjalankan Proyek Caraka Tani-Jurnal Ilmu Ilmu Pertanian
Rehabilitasi dan Rekonstruksi masyarakat yang Vol.XXIX No.1 Maret 2014
terkena dampak Erupsi Gunung Merapi di DIY Dani H S, 2012 , Adaptasi Sosial Pengungsi
dan Provinsi Jawa Tengah. Erupsi Merapi di Hunian Sementara
Secara garis besar jumlah masyarakat yang (Huntara) Jenggala Dusun Plosokerep
mau untuk tinggal di Huntap (hunian tetap) Desa Umbulharjo Kec. Cangkringan Kab.
dengan masyarakat yang memilih untuk tetap Sleman, (Program Studi Pendidikan
menempati rumah nya yang lama (permukiman Sosiologi Jurusan Pendidikan Sejarah
lama) hampir sama banyaknya. Masyarakat yang Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
memilih untuk tetap tinggal dipermukiman lama Yogyakarta
dan merenovasi mandiri tempat tinggal mereka FX Rudy Gunawan, 2006 , Mbah Maridjan,
sebagian besar berpemikiran yang sama, yakni Sang Presiden Gunung Merapi , Jakarta:
karena jarak tempuh tempat tinggal mereka Gagas Media
(huntap) dengan tempat matapencaharian Gottschalk Louis, 1975 , Mengerti Sejarah ,
(mencari rumput, mengurus sapi perah, Pengantar Metode Sejarah , Terjemahan
mengurus lahan perkebunan) yang cukup jauh Nugroho Notosutanto, Universitas
dan juga umur mereka yang sudah masuk usia Indonesia
lanjut membuat masyarakat susah dalam hal Ign. Purwanto Hadi, “Dinamika Pada
transportasi ke tempat matapencaharian mereka. Permukiman Relokasi Turgo di Dusun
Masyarakat lebih mengutamakan Sudimoro”, Arsitektur KOMPOSISI, Vol.
matapencaharian mereka dibandingkan 12 No. 1, 2018, Hal. 8
mempunyai rumah baru (huntap) yang letaknya Lucas Sasongko Triyoga, 2010 , Manusia Jawa
jauh dari tempat matapencaharian mereka. dan Gunung Merapi: Persepsi dan
Sedangkan masyarakat yang memilih untuk Kepercayaannya , Jakarta : Grasindo
tinggal di permukiman baru (huntap) sebagian Sumarti S dkk, 2010 , Peta Kawasan Rawan
besar karena matapencaharian mereka jadi lebih Bencana Gunung Merapi Pasca Erupsi
dekat karena matapencaharian mereka beradi di Eksplosif 2010 , Badan Penyelidikan dan
kota dan umur nya pun masih terhitung muda Pengembangan Tekonologi Kebencanaan
(dewasa). Geologi , Di dalam buku “Erupsi Gunung
Api Merapi 2006: Pemantauan,
DAFTAR PUSTAKA Penanggulangan dan Peran Masyarakat”,
Sleman: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Arsip dan Manuskrip Bencana Geologi, 2010
Data Letusan Gunung Merapi Tahun 1984-2010 Notosusanto. Nugroho , 1971 , Norma-norma
(Koleksi Balai Penyelidikan dan Dasar Penelitian dan Penulisan Sejarah ,
Pengembangan Teknologi Kebencanaan Jakarta : Departemen Pertahanan
Geologi) Keamanan Pusat Sejarah ABRI
Keputusan Bupati Sleman tentang Keadaan Wasino , 2007 , Dari Riser Hingga Tulisan
Darurat Gunung Merapi dengan Status Sejarah , Semarang: Unnes Press
(http://www.bpbd.go.id , di unduh pada Wawancara
20 April 2021). Warto, 3 Desember 2020, di kediaman Warto
Sejarah Letusan Gunung Merapi Tahun 1961- Ngadimin, 2 Desember 2020, di kediaman
2006, (Koleksi Museum Gunung Merapi Ngadimin
Yogyakarta)

46
Yanuar Rezza Kurniawan & Wasino / Journal of Indonesian History 10 (1) (2021); pg. 38-47

Sumarsih dan Watinem , 4 Maret 2021, di


Kawasan Musium Mini Sisa Hartaku
Jamin, 18 Maret 2021, di kediaman Jamin
Jono dan Marso, 13 Maret 2021, di Kawasan
Museum Ulen Sentalu
Adi Kiswanto, 2 Desember 2020, di kediaman
Adi Kiswanto

47

Anda mungkin juga menyukai