Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gunung adalah bagian dari permukaan bumi yang menjulang lebih

tinggi dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Gunung pada umumnya

memiliki lereng yang curam dan tajam atau bisa juga dikelilingi oleh

puncak-puncak atau pegunungan.

Terdapat tiga jenis tipe utama dari gunung. Gunung api, gunung

lipatan, dan gunung patahan. Manfaat gunung bagi kehidupan sangat

banyak.Indonesia sebagai salah satu negara dengan gunung berapi

terbanyak di dunia memiliki tanah yang subur sebagai manfaat dari abu

vulkanik yang dikeluarkan oleh gunung.Diantara manfaat gunung yaitu

menyuburkan tanah, mengeluarkan material yang bermanfaat, sebagai

tempat penyimpan air, sebagai objek wisata, dan juga pendakian.

Gunung Merapi adalah gunung berapi di bagian tengah Pulau

Jawa dan merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Gunung

ini sangat berbahaya karena menurut catatan modern

mengalami erupsi (puncak keaktifan) setiap dua sampai lima tahun sekali

dan dikelilingi oleh permukiman yang sangat padat. Sejak tahun 1548,

gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali.Kota Magelang dan Kota

Yogyakarta adalah kota besar terdekat, berjarak di bawah 30 km dari

1
puncaknya. Di lerengnya masih terdapat permukiman sampai ketinggian

1700 m dan hanya berjarak empat kilometer dari puncak. Oleh karena

tingkat kepentingannya ini, Merapi menjadi salah satu dari enam belas

gunung api dunia yang termasuk dalam proyek Gunung Api Dekade

Ini (Decade Volcanoes).

Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar tercatat pada

tahun 1006 , 1786, 1822, 1872, dan 1930. Letusan terbaru, 2010,

diperkirakan juga memiliki kekuatan yang mendekati atau sama. Letusan

tahun 1930, merupakan letusan dengan catatan korban terbesar hingga

sekarang.

Sejak peristiwa erupsi, masyarakat sekitar yang bekerja di sektor

pariwisata secara praktis mengalami perubahan pendapatan dan pola

penghidupan.Hal tersebut dikarenakan modal penghidupan mereka banyak

yang mengalami kerusakan bahkan ada pula yang hilang.

Bencana erupsi sangat berdampak pada wisata alam.Dampak

tersebut mulai dari perubahan kondisi objek wisata, jumlah kunjungan dan

ekonomi masyarakat setempat yang bekerja di sektor pariwisata.Dampak

yang dihasilkan akibat erupsi tidak selalu negatif, tetapi bisa juga erupsi

tersebut berdampak positif terhadap objek wisata dan aktifitas di

dalamnya.

2
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana awal terjadi erupsi gunung Merapi?

Bagaimana perekonomian sebelum erupsi gunung

Merapi

Bagaimana dampak erupsi terhadap perekonomian

2. Bagaimana dampak pasca erupsi Gunung Merapi terhadap lingkungan ?

3. Bagaimana penanganan pasca erupsi Gunung Merapi ?

4.Bagaimana dampak positif pasca erupsi terhadap perekonomian warga

sekitar Gunung Merapi ?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penulisan

Adapun tujuan dan kegunaan penulisan karya tulis ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui dampak pascaerupsi Gunung Merapi terhadap

lingkungan.

2. Untuk mengetahui penanganan pasca erupsi Gunung Merapi.

3. Untuk mengetahui dampak pasca erupsi terhadap perekonomian warga

sekitar gunung Merapi.

1.4 Metode Penulisan

3
Dalam memperoleh data yang diperlukan untuk menyusun karya

tulis ini, penulis menggunakan metode-metode dengan teknik

pengolahan data sebagai berikut:

1. Metode Observasi

Metode Observasi adalah proses pengumpulan data dengan cara

melakukan pengamatan lalu mencatatnya dengan sistematis terhadap

objek. Oleh karena itu, penulis menggunakan metode ini agar lebih

jelas dan secara langsung dapat mengetahui Gunung Merapi yang

berada di Daerah Merapi. Observasi dilakukan pada tanggal 13 Juni

2019 pada pukul 13.05 s.d. 14.20 WIB.

2. Metode Wawancara

Penulis melakukan wawancara terhadap salah satu tour guide


Volcano Tour Gunung Merapi

3. Metode Kepustakaan

Penulis mendapatkan data yang dibutuhkan melalui buku buku yang

terkait dengan objek tersebut dan mencari informasi dari situs internet.

1.5 Sistematika Pembahasan

Dalam menyusun karya tulis ini, penulis memutuskan untuk

melampirkan sistematika pembahasan. Dimana sistematika ini untuk

memudahkan pembaca dalam memahami karya tulis ini penulis

menggunakan urutan sebagai berikut:

HALAMAN JUDUL

4
HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN MOTTO

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penulisan

1.4 Metode Penulisan

1.5 Sistematika Penulisan

BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Dampak Pasca Erupsi Terhadap Lingkungan

2.2 Penanganan Pasca Erupsi Gunung Merapi

2.3 Dampak Pasca Erupsi Terhadap Perekonomian

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

5
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Dampak Pasca Erupsi Terhadap Lingkungan

Indonesia adalah salah satu negara yang berada pada jalur Ring of

Fire, yaitu daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan

gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik sehingga

Indonesia memiliki banyak gunung api yang tersebar sepanjang pulau

Sumatera sampai Sulawesi. Posisi Indonesia yang berada pada

Lingkaran Cincin Api Pasifik ini menyebabkan Indonesia sering

mengalami peristiwa gempa bumi dan gunung meletus (erupsi).

Gunung Merapi terletak dalam wilayah provinsi Jawa Tengah

Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Klaten dan

Daerah Istimewa Yogyakarta Kabupaten Sleman. Jarak puncak Merapi

dari kota terdekat adalah sekita 3 km dari Yogyakarta, kira-kira 26,5

6
km dari Magelang, lebih kurang 25 km dari Klaten dan sekitar 27,5 km

dari Boyolali.

Gunung Merapi digolongkan sebagai gunung api jenis strato

karena sering mengalami pelongsoran pada puncaknya. Ciri strato

yang dimilikinya adalah lereng terjal, Topografinya berubah-ubah

akibat tumpukan material disekitar kawahnya labil dan longsor

sewaktu-waktu, terutama dimusim penghujan. Gunung ini diaggap

sebagai gunung api paling berbahaya di Indonesia selain Gunung

Kelud di Jawa Timur dan gunung Awu di pulau sangir, Sulawesi Utara

dan dimasukkan kedalam tipe A didasarkan pernah meletus dalam data

sejarah, baik data yang didapatkan secara lisan melalui penduduk

setempat maupun data yang diperoleh para ahli Geologi.

Gunung Merapi terletak di titik silang dua buah sesar, yaitu sesar

Transversal yang memisahkan Jawa Timur dan Jawa Tengah, dan

sebuah Sesar Longitudinal lewat Jawa.

Gunungapi diklasifikasikan berdasarkan dua sumber erupsi

yaitu erupsi pusat dan erupsi samping. Erupsi pusat adalah erupsi yang

keluar melalui kawah utama dan erupsi samping, erupsi yang keluar

dari lereng tubuhnya. Erupsi samping dapat dibedakan sebagai erupsi

celah dan esrupsi eksentrik. Erupsi samping adalah erupsi yang muncul

pada retakan/sesar dapat memanjang sampai beberapa kilometer.

Erupsi eksentrik adalah erupsi samping tetapi magma yang keluar

bukan dari kepundan pusat yang menyimpang ke samping melainkan

7
langsung dari dapur magma melalui kepundan tersendiri

(Phsycologymania, 2013).

Gunung Merapi meletus hebat pada tanggal 26 Oktober dan 5

November 2010. Erupsi Gunung Merapi telah membawa dampak

perubahan lahan yang sangat signifikan, terutama terkait dengan

perubahan tata guna lahan dan juga membawa dampak terhadap lahan

yang terkena erupsi. Akibat erupsi Gunung Merapi ratusan hektar

lahan pertanian hancur dan ribuan ternak mati. Kerusakan pada bidang

peternakan dan pertanian ini diiringi dengan menurunnya jumlah

produksi komoditas unggulan, yakni susu, sehingga mengindikasikan

bahwa banyak peternak kehilangan mata pencaharian. Sekitar 367

orang tewas, 400.000 orang dievakuasi, dan 2.300 unit rumah hancur.

Material vulkanik juga menghancurkan infrastruktur, seperti sabo dam,

jembatan, jalan, dan lainnya. Total kerusakan dan kerugian bencana

erupsi Gunung Merapi diperkirakan sekitar Rp 3,5 triliun (Bappenas

and BNPB, 2011).

Kerusakan sumberdaya lahan yang terjadi akibat letusan

Gunung Merapi adalah erupsi abu dan pasir yang menutupi lahan

pertanian dengan ketebalan abu dan pasir yang bervariasi untuk setiap

lokasi tergantung jarak dari pusat letusan dan arah dan kecepatan

angin. Dampak yang langsung terhadap lahan adalah penutupan

lapisan olah bagian atas tanah oleh abu dan rusaknya tanaman yang

tumbuh diatasnya.

8
Abu vulkanik yang baru keluar dari gunung berapi berdampak

negatif bagi lingkungan. Abu vulkanik yang membentuk awan panas,

baik karena temperaturnya maupun kandungannya, dapat berefek

mematikan dan bersifat toksik, baik bagi yang menyebabkan rusaknya

berbagai jenis infrastruktur dan utilitas, tidak hanya yang mengandung

logam, seperti jembatan, perumahan dan permukiman, tetapi juga

berbagai bangunan peninggalan sejarah seperti candi-candi yang

banyak tersebar di wilayah Jateng-Jatim. Abu vulkanik juga dapat

mengakibatkan terkontaminasinya air bersih, tersumbatnya saluran air,

serta rusaknya fasilitas air bersih. Sumber air dan pasokan air terbuka

lainnya, seperti sungai, danau, atau tangki air, pun sangat rentan

terhadap hujan abu. Abu yang bersifat asam, yang bersenyawa dengan

hujan dan menjadi hujan asam, dapat membakar jaringan tanaman.

Konsentrasi dan ketebalan abu yang tinggi dapat menyebabkan

kematian pada beberapa tanaman. Demikian juga pasokan air untuk

pertanian menjadi tercemar, sehingga risiko gagal panen menjadi

semakin besar. Erupsi gunung biasanya diikuti dengan peningkatan

kondensasi di atmosfer sehingga memicu terjadinya hujan dengan

intensitas cukup tinggi. Hujan dengan intensitas tinggi bisa

menggelontorkan material vulkanik yang masih tersisa di puncak

gunung dan berpotensi menimbulkan banjir ataupun longsor.

Adapun dampak tidak langsung dari adanya peristiwa adalah

masyarakat kehilangan mata pencaharian. Sebelum bencana,

9
masyarakat peternak memiliki kandang ternak di setiap rumahnya,

namun kehancuran rumah membuat masyarakat harus mengungsi. Di

tempat pengungsian, kondisi kandang komunal yang disediakan oleh

pemerintah sangat tidak mendukung. Luas kandang begitu sempit dan

air sulit dicari untuk memelihara ternak. Belum lagi sumber pakan

ternak juga sulit didapatkan akibat tidak adanya rumput yang tumbuh

beberapa saat pascabencana. Dengan demikian ternak yang masih

hidup dijual. Hal ini lah yang membuat peternak kehilangan mata

pencaharian meski ternaknya tidak menjadi korban dalam erupsi

Merapi 2010 (Wijayanti, 2010).

Tidak hanya masyarakat yang kehilangan mata pencaharian,

erupsi Gunung Merapi juga menyebabkan gangguan kesehatan.

Beberapa komposisi kimia yang dihasilkan erupsi tersebut, seperti

karbon dioksida (CO2), sulfur oksida (SO2), hidrogen dan helium

(He), yang pada konsentrasi tertentu menyebabkan sakit kepala,

pusing, diare, bronchitis radang saluran nafas), bronchopneumonia

(radang jaringan paru), iritasi selaput lendir saluran pernafasan, iritasi

kulit, serta mempengaruhi gigi dan tulang. Gangguan kesehatan ini

bisa akibat paparan akut jangka pendek atau dalam beberapa hari dan

jangka panjang dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan. Gejala

pernapasan akut yang sering dilaporkan oleh masyarakat setelah

gunung mengeluarkan abu adalah iritasi selaput lendir dengan keluhan

bersin, pilek dan beringus, iritasi dan sakit tenggorokan (kadang

10
disertai batuk kering), batuk dahak, mengi, sesak napas, dan iritasi

pada jalur pernapasan. Gangguan ini akan lebih berat bila terkena pada

orang atau anak yang sebelumnya mempunyai riwayat alergi saluran

napas dan vulkanik yang terhirup dapat merangsang peradangan di

paru-paru serta luka di saluran napas. Luka ini seperti codet di kulit

yang akan menyebabkan luka permanen pada alveolus (paru-paru

bawah) yang dalam jangka panjang bisa menyebabkan kanker. Kulit

tubuh juga bisa terkena dampak abu berupa gatal-gatal, iritasi, dan

infeksi, terutama ketika abu vulkanik tersebut bersifat asam. Kondisi

ini bisa juga diakibatkan oleh perubahan kualitas air yang sudah

tercemar abu vulkanik. Gangguan kesehatan berupa infeksi

pernapasan, gangguan penglihatan, dan diare menjadi penyakit yang

paling banyak dikeluhkan oleh para pengungsi (Suryani, 2014).

Dampak tidak langsung lainnya dari erupsi Gunung Merapi

adalah pada sektor transportasi. Jarak pandang berkurang akibat abu

vulkanik dan berpotensi menyebabkan kecelakaan, baik pada

transportasi udara, darat, maupun laut. manusia, tumbuhan, dan hewan.

Komposisi kimia dari abu vulkanik yang bersifat asam dapat

mencemari air tanah, merusak tumbuh-tumbuhan, dan apabila

bersenyawa dengan air hujan dapat menyebabkan hujan asam yang

bersifat korosif.

Disamping dampak negatif yang ditimbulkan oleh adanya

erupsi Gunung Merapi, juga ada dampak positif yaitu pasir dan abu

11
vulkanik yang mengadung silika dan besi merupakan pasir kualitas

terbaik dapat dijadikan campuran bahan bangunan berupa bahan beton

dan bata ringan. Demikian juga kandungan kimia dari abu vulkanik

juga berguna untuk memperkaya unsur hara tanah sehingga dapat

dijadikan pupuk. Manfaat lainnya adalah sebagai penjernih air. Pola

silika pada abu vulkanik yang berujung runcing membuat kemampuan

pasir menyerap partikel yang tidak diinginkan jauh lebih baik

ketimbang pasir biasa.

2.2 Penanganan Pasca Erupsi Gunung Merapi


Mengingat erupsi Gunung Merapi yang menimbulkan dampak
yang cukup signifikan bagi lingkungan sekitar, maka perlu dilakukan
penangangan pasca erupsi (Rahayu et al., 2014). Hal ini dilakukan
dengan tujuan meminimalisir adanya kerusakan lanjut akibat adanya
erupsi Gunung Merapi, antara lain dapat dilakukan dengan cara :
a. Melakukan evakuasi terhadap masyarakat yang terkena erupsi Gunung
Merapi
b. Menginventarisir data, mencakup sebaran dan volume hasil letusan
c. Mengidentifikasi daerah yang terancam bencana
d. Memberikan saran penanggulangan bencana
e. Memberikan penataan kawasan jangka pendek dan jangka panjang
f. Memperbaiki fasilitas yang rusak
g. Menurunkan status kegiatan, bila keadaan sudah menurun
h. Melanjutkan pemantauan secara berkesinambungan
i. Melakukan perbaikan infrakstruktur yang rusak

2.3 Dampak Pasca Erupsi Terhadap Perekonomian

12
Kondisi perekonomian di beberapa wilayah Kabupaten Magelang

nyaris lumpuh pasca hujan abu dan pasir erupsi Merapi, sementara

aktivitas perdagangan di Kota Yogyakarta mulai pulih meski abu

masih menyelimuti kota itu. Di beberapa wilayah Magelang seperti di

Muntilan di beberapa titik tidak ada toko yang buka, begitu juga di

kawasan Borobudur perdagangan nyaris lumpuh total.

Pasar tidak buka sehingga yang pedagang tidak berjualan. Buruh-

buruh bangunan tidak mendapatkan pekerjaan.Padahal, bagi mereka,

hasil upah kerja hari ini adalah untuk biaya hidup esok hari.

Masyarakat sangat membutuhkan bantuan.

Erupsi gunung Merapi juga berdampak pada pertanian dan

peternakan sekitar lereng Merapi salah satunya seperti tanaman kopi

dan ternak sapi perah di Dusun Jambu, Desa Kepuharjo, Kecamatan

Cangkringan, Kabupaten Sleman Propinsi DIY. Erupsi gunung Merapi

mengakibatkan sumber air menjadi rusak sehingga peternak

mengalami kesulitan mendapatkan air untuk ternaknya. Pada saat

hujan abu pakan ternak terkena dampak karena helaian daun

terkontaminasi oleh abu sehingga banyak peternak membeli pakan

hijauan dari luar daerah yaitu dari Kabupaten Gunungkidul dan Kab.

Kulonprogo. Hal tersebut menyebabkan biaya produksi menjadi lebih

tinggi dan berakibat sebagian peternak yang menjual ternaknya

dengan harga sangat murah yaitu 50% dari harga normal. Pemerintah

sebenarnya berusaha untuk memberikan uang ganti rugi pada ternak

13
yang mati, yakni 8,5 juta untuk ternak induk, 5,5 juta untuk ternak

dara, dan 3,5 juta untuk ternak yang masih kecil. Sebenarnya dengan

uang tersebut bisa saja masyarakat kembali membeli ternak dan

kembali menjadi peternak, akan tetapi karena dampak yang terjadi

akibat bencana mencakup hampir seluruh aspek kehidupan, maka

sebagian besar masyarakat lebih memilih menggunakan uang tersebut

sebagai simpanan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Akibat dari

aktivitas Gunung Merapi terjadi penurunan produktivitas susu dan

kopi. Pada kondisi normal (tidak ada aktivitas Merapi) produksi susu

sebesar 9-10 liter per hari per ekor, dengan adanya aktivitas Merapi

produksi susu turun menjadi 7-8 liter/hari/ekor, sedang produktivitas

kopi turun 33%. Dampak letusan gunung Merapi terhadap produksi

pakan ternak juga dirasakan oleh sebagian besar peternak di kawasan

lereng Gunung Merapi.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gunungapi diklasifikasikan berdasarkan dua sumber erupsi yaitu
erupsi pusat dan erupsi samping. Erupsi pusat adalah erupsi yang keluar
melalui kawah utama dan erupsi samping, erupsi yang keluar dari lereng
tubuhnya. Erupsi samping dapat dibedakan sebagai erupsi celah dan
esrupsi eksentrik. Erupsi samping adalah erupsi yang muncul pada
retakan/sesar dapat memanjang sampai beberapa kilometer. Erupsi
eksentrik adalah erupsi samping tetapi magma yang keluar bukan dari
kepundan pusat yang menyimpang ke samping melainkan langsung dari
dapur magma melalui kepundan tersendiri (Phsycologymania, 2013).
Adanya erupsi Gunung Merapi menimbulkan dampak langsung
maupun tidak langsung bagi lingkungan sekitar. Adapun dampak
langsung akibat erupsi Gunung Merapi antara lain perubahan lahan yang
sangat signifikan, terutama terkait dengan perubahan tata guna lahan dan
juga membawa dampak terhadap lahan yang terkena erupsi. Akibat erupsi
Gunung Merapi ratusan hektar lahan pertanian hancur dan ribuan ternak
mati. Kerusakan pada bidang peternakan dan pertanian ini diiringi dengan
menurunnya jumlah produksi komoditas unggulan, yakni susu, sehingga
mengindikasikan bahwa banyak peternak kehilangan mata pencaharian.

15
Ditambah dengan penutupan lapisan olah bagian atas tanah oleh abu dan
rusaknya tanaman yang tumbuh diatasnya. Abu vulkanik juga dapat
mengakibatkan terkontaminasinya air bersih, tersumbatnya saluran air,
serta rusaknya fasilitas air bersih. Konsentrasi dan ketebalan abu yang
tinggi dapat menyebabkan kematian pada beberapa tanaman. Demikian
juga pasokan air untuk pertanian menjadi tercemar, sehingga risiko gagal
panen menjadi semakin besar. Erupsi gunung biasanya diikuti dengan
peningkatan kondensasi di atmosfer sehingga memicu terjadinya hujan
dengan intensitas cukup tinggi. Hujan dengan intensitas tinggi bisa
menggelontorkan material vulkanik yang masih tersisa di puncak gunung
dan berpotensi menimbulkan banjir ataupun longsor.
Sedangkan dampak tidak langsung adanya erupsi Gunung Merapi
adalah hilangnya mata pencaharian masyarakat setempat, gangguan
kesehatan yang berkepanjangan, dan masalah transportasi. Namun,
disamping itu adanya erupsi Gunung Merapi juga membawa berkah bagi
lingkungan, yaitu tanah sekitar menjadi subur, dan material pasir Gunung
Merapi dapat dimanfaatkan masyarakat untuk bahan bangunan.
Peristiwa erupsi Gunung Merapi juga perlu penanganan pasca erupsi,
hal yang dapat dilakukan antara lain : Melakukan evakuasi terhadap
masyarakat yang terkena erupsi Gunung Merapi, menginventarisir data,
mencakup sebaran dan volume hasil letusan; mengidentifikasi daerah
yang terancam bencana; memberikan saran penanggulangan bencana;
memberikan penataan kawasan jangka pendek dan jangka panjang;
melakukan perbaikan infrakstruktur yang rusak, dll.

3.2 Saran
Peran pemerintah dalam mengenali tanda-tanda bencana perlu
diperkuat agar dapat memberikan pengarahan kepada masyarakat dalam
evakuasi.BNPB dan BPBD selaku lembaga yang berfungsi dalam
perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan
penanganan pengungsi serta pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan
penanggulangan bencana diharapkan dapat bertindak secara cepat, tepat,

16
efektif dan efisien dalam meminimalisir bencana.Koordinasi dengan
lembaga terkait terutama Dinas Kesehatan sangat diperlukan untuk
mengurangi dampak kesehatan yang dialami masyarakat.Demikian juga,
koordinasi dengan lembaga lainnya seperti Badan Lingkungan Hidup,
Palang Merah Indonesia serta LSM diperlukan untuk penanganan dampak
yang lebih lanjut.

17

Anda mungkin juga menyukai