Anda di halaman 1dari 18

Abu adalah material padat yang tersisa setelah pembakaran oleh api.

 Abu vulkanik, yaitu material


yang dikeluarkan oleh gunung berapi

(http://id.wikipedia.org/wiki/Abu)

vulkanik adalah bentang alam yang pembentukannya dikontrol oleh proses keluarnya magma dari dalam
bumi (vulkanisme)

(http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20100330030445AAue98G)

Abu vulkanik
Abu vulkanik, sering disebut juga pasir vulkanik atau jatuhan piroklastik adalah bahan
material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan, terdiri dari
batuan berukuran besar sampai berukuran halus. Batuan yang berukuran besar (bongkah -
kerikil) biasanya jatuh disekitar kawah sampai radius 5 – 7 km dari kawah, dan yang berukuran
halus dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan km bahkan ribuan km dari kawah karena dapat
terpengaruh oleh adanya hembusan angin. Sebagai contoh letusan G. Krakatau tahun 1883 dapat
mengitari bumi berhari-hari, juga letusan G. Galunggung tahun 1982 dapat mencapai Australia.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Abu_vulkanik)

Gunung Merapi 2010

Posted by goesty on November 7, 2010 · 2 Comments 


Letusan Merapi 2010
Letusan Merapi 2010 adalah rangkaian peristiwa gunung berapi yang terjadi di Merapi di
Indonesia. Aktivitas seismik dimulai pada akhir September 2010, dan menyebabkan
letusan gunung berapi pada hari Selasa tanggal 26 Oktober 2010, mengakibatkan
sedikitnya 28 orang tewas, termasuk Mbah Maridjan.

Kronologi:

 20 September, Status Gunung Merapi dinaikkan dari Normal menjadi Waspada


oleh BPPTK Yogyakarta.
 21 Oktober, Status berubah menjadi Siaga pada pukul 18.00 WIB.
 25 Oktober, BPPTK Yogyakarta meningkatkan status Gunung Merapi menjadi
Awas pada pukul 06.00 WIB.
 26 Oktober, Gunung Merapi memasuki tahap erupsi. Menurut laporan BPPTKA,
letusan terjadi sekitar pukul 17.02 WIB. Sedikitnya terjadi hingga tiga kali letusan.
Letusan diiringi keluarnya awan panas setinggi 1,5 meter yang mengarah ke
Kaliadem, Kepuharjo. Letusan ini menyemburkan material vulkanik setinggi
kurang lebih 1,5 km.[3]
 27 Oktober, Gunung Merapi pun meletus. Dari sekian lama penelitian gunung
teraktif di dunia ini pun meletus.
 28 Oktober, Gunung Merapi memuntahkan Lava pijar yang muncul hampir
bersamaan dengan keluarnya awan panas pada pukul 19.54 WIB.

Berikut adalah kronologi letusan Gunung Merapi[4]:

1. Pukul 17.02 mulai terjadi awan panas selama 9 menit


2. Pukul 17.18 terjadi awan panas selama 4 menit
3. Pukul 17.23 terjadi awan panas selama 5 menit
4. Pukul 17.30 terjadi awan panas selama 2 menit
5. Pukul 17.37 terjadi awan panas selama 2 menit
6. Pukul 17.42 terjadi awan panas besar selama 33 menit
7. Pukul 18.00 sampai dengan 18.45 terdengar suara gemuruh dari Pos Pengamatan
Merapi di Jrakah dan Selo
8. Pukul 18.10, pukul 18.15, pukul 18.25 terdengan suara dentuman
9. Pukul 18.16 terjadi awan panas selama 5 menit
10. Pukul 18.21 terjadi awan panas besar selama 33 menit
11. Dari pos Pengamatan Gunung Merapi Selo terlihat nyala api bersama kolom asap
membumbung ke atas setinggi 1,5 km dari puncak Gunung Merapi
12. Pukul 18.54 aktivitas awan panas mulai mereda
13. Luncuran awan panas mengarah ke sektor Barat-Barat Daya dan sektor Selatan-
Tenggara

Gunung Merapi
Merapi

Ketinggian 2.968 m (9.737 kaki)


Daftar Ribu, Gunung api Tipe A
Lokasi
Lokasi Klaten, Boyolali, Magelang (Jawa Tengah), Sleman (DI Yogyakarta)
Koordinat 7°32’30″ LS 110°26’30″ BT
Geologi
Jenis stratovolcano
Letusan terakhir 2010
Merapi (ketinggian puncak 2.968 m dpl, per 2006) adalah gunung berapi di bagian tengah
Pulau Jawa dan merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Lereng sisi selatan
berada dalam administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sisanya
berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di sisi barat,
Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur, serta Kabupaten Klaten di sisi tenggara.
Kawasan hutan di sekitar puncaknya menjadi kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
sejak tahun 2004.

Gunung ini sangat berbahaya karena menurut catatan modern mengalami erupsi (puncak
keaktifan) setiap dua sampai lima tahun sekali dan dikelilingi oleh pemukiman yang
sangat padat. Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali. Kota
Yogyakarta adalah kota besar terdekat, berjarak sekitar 27 km dari puncaknya, dan
masih terdapat desa-desa di lerengnya sampai ketinggian 1700 m dan hanya 4 km jauhnya
dari puncak. Gunung ini adalah salah satu dari enam belas gunung api dunia yang
termasuk dalam proyek Gunung Api Dekade Ini (Decade Volcanoes).

Geologi Merapi
Gunung Merapi adalah gunung termuda dalam rangkaian gunung berapi yang mengarah
ke selatan dari Gunung Ungaran. Gunung ini terletak di zona subduksi Lempeng Indo-
Australia yang bergerak ke bawah Lempeng Eurasia. Puncak yang sekarang ini tidak
ditumbuhi vegetasi karena aktivitas vulkanik yang tumbuh di sisi barat daya puncak
Gunung Batulawang yang lebih tua.[2] Letusan-letusan di daerah tersebut berlangsung
sejak 400.000 tahun lalu (kala Pleistosen),[rujukan?] dan sampai 10.000 tahun lalu tipe
letusannya adalah efusif (leleran lava). Setelah itu, letusannya juga bersifat eksplosif
(ledakan), dengan lava kental yang menimbulkan kubah-kubah lava.

Karakteristik letusan sejak 1953 adalah desakan lava ke puncak kawah disertai dengan
keruntuhan kubah lava secara periodik dan pembentukan awan panas (nuée ardente).
Kubah puncak yang ada sampai 2010 adalah hasil proses yang berlangsung sejak letusan
gas 1969.

Dalam proyek kerja sama dengan Pusat Vulkanologi Indonesia (PVMBG), ahli geologi
Pusat Penelitian Kebumian di Potsdam, Jerman, mendeteksi adanya ruang raksasa di
bawah Merapi berisi material seperti lumpur yang secara “signifikan menghambat
gelombang getaran gempa bumi”. Para ilmuwan memperkirakan material itu adalah
magma.

Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun
sekali. Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar tercatat di tahun 1006, 1786, 1822,
1872, dan 1930. Letusan besar pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau
Jawa diselubungi abu, berdasarkan pengamatan timbunan debu vulkanik. [rujukan?]
Diperkirakan, letusan tersebutlah yang menyebabkan pusat Kerajaan Medang (Mataram
Kuno) harus berpindah ke Jawa Timur. Letusannya di tahun 1930 menghancurkan tiga
belas desa dan menewaskan 1400 orang.
Letusan bulan November 1994 menyebabkan luncuran awan panas ke bawah hingga
menjangkau beberapa desa dan memakan korban 60 jiwa manusia. Letusan 19 Juli 1998
cukup besar namun mengarah ke atas sehingga tidak memakan korban jiwa. Catatan
letusan terakhir gunung ini adalah pada tahun 2001-2003 berupa aktivitas tinggi yang
berlangsung terus-menerus. Pada tahun 2006 Gunung Merapi kembali beraktivitas tinggi
dan sempat menelan dua nyawa sukarelawan di kawasan hulu Kali Bebeng karena terkena
terjangan awan panas. Rangkaian letusan pada bulan Oktober dan November 2010
dievaluasi sebagai yang terbesar selama 100 tahun terakhir, mengancam 32 desa[5] dan
memakan korban nyawa lebih daripada 100 orang (angka masih dapat berubah),
meskipun pengamatan terhadap Merapi telah sangat intensif dan manajemen pengungsian
telah berfungsi relatif baik.

Gunung ini dimonitor non-stop oleh Pusat Pengamatan Gunung Merapi di Kota
Yogyakarta, dibantu dengan berbagai instrumen geofisika telemetri di sekitar puncak
gunung serta sejumlah pos pengamatan visual dan pencatat kegempaan di Ngepos,
Srumbung, Kaliurang, dan Babadan.

Erupsi 2006

Di bulan April dan Mei 2006, mulai muncul tanda-tanda bahwa Merapi akan meletus
kembali, ditandai dengan gempa-gempa dan deformasi. Pemerintah daerah Jawa Tengah
dan DI Yogyakarta sudah mempersiapkan upaya-upaya evakuasi. Instruksi juga sudah
dikeluarkan oleh kedua pemda tersebut agar penduduk yang tinggal di dekat Merapi
segera mengungsi ke tempat-tempat yang telah disediakan.

Pada tanggal 15 Mei 2006 akhirnya Merapi meletus. Lalu pada 4 Juni, dilaporkan bahwa
aktivitas Gunung Merapi telah melampaui status awas. Kepala BPPTK Daerah Istimewa
Yogyakarta, Ratdomo Purbo menjelaskan bahwa sekitar 2-4 Juni volume lava di kubah
Merapi sudah mencapai 4 juta meter kubik – artinya lava telah memenuhi seluruh
kapasitas kubah Merapi sehingga tambahan semburan lava terbaru akan langsung keluar
dari kubah Merapi.

1 Juni, Hujan abu vulkanik dari luncuran awan panas Gunung Merapi yang lebat, tiga
hari belakangan ini terjadi di Kota Magelang dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Muntilan sekitar 14 kilometer dari Puncak Merapi, paling merasakan hujan abu ini. [6]

8 Juni, Gunung Merapi pada pukul 09:03 WIB meletus dengan semburan awan panas
yang membuat ribuan warga di wilayah lereng Gunung Merapi panik dan berusaha
melarikan diri ke tempat aman. Hari ini tercatat dua letusan Merapi, letusan kedua terjadi
sekitar pukul 09:40 WIB. Semburan awan panas sejauh 5 km lebih mengarah ke hulu Kali
Gendol (lereng selatan) dan menghanguskan sebagian kawasan hutan di utara Kaliadem di
wilayah Kabupaten Sleman.

Erupsi 2010
Peningkatan status dari “normal aktif” menjadi “waspada” pada tanggal 20 September
2010 direkomendasi oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi
Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta. Setelah sekitar satu bulan, pada tanggal 21
Oktober status berubah menjadi “siaga” sejak pukul 18.00 WIB. Pada tingkat ini kegiatan
pengungsian sudah harus dipersiapkan. Karena aktivitas yang semakin meningkat,
ditunjukkan dengan tingginya frekuensi gempa multifase dan gempa vulkanik, sejak pukul
06.00 WIB tangggal 25 Oktober BPPTK Yogyakarta merekomendasi peningkatan status
Gunung Merapi menjadi “awas” dan semua penghuni wilayah dalam radius 10 km dari
puncak harus dievakuasi dan diungsikan ke wilayah aman.

Erupsi pertama terjadi sekitar pukul 17.02 WIB tanggal 26 Oktober. Sedikitnya terjadi
hingga tiga kali letusan. Letusan menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih
1,5 km dan disertai keluarnya awan panas yang menerjang ke Kaliadem, Desa Kepuharjo,
Kecamatan Cangkringan, Sleman.[8] 27 Oktober, Gunung Merapi pun meletus. Dari sekian
lama penelitian gunung teraktif di dunia ini pun meletus. 28 Oktober, Gunung Merapi
memuntahkan Lava pijar yang muncul hampir bersamaan dengan keluarnya awan panas
pada pukul 19.54 WIB.

Letusan terbesar diawali pada pagi hari Kamis, 4 November 2010, menghasilkan kolom
awan setinggi 4 km dan semburan awan panas ke berbagai arah di kaki Merapi.
Selanjutnya, sejak sekitar pukul tiga siang hari terjadi letusan yang tidak henti-hentinya
hingga malam hari dan mencapai puncaknya pada dini hari Jumat 5 November 2010.
Rangkaian letusan ini serta suara gemuruh terdengar hingga Kota Yogyakarta (jarak
sekitar 27 km dari puncak), Kota Magelang, dan pusat Kabupaten Wonosobo (jarak 50
km). Hujan kerikil dan pasir mencapai Kota Yogyakarta bagian utara, sedangkan hujan
abu vulkanik pekat melanda hingga Purwokerto dan Cilacap. Pada siang harinya, debu
vulkanik diketahui telah mencapai Tasikmalaya, Bandung, dan Bogor.

Bahaya sekunder berupa aliran lahar dingin juga mengancam kawasan lebih rendah
setelah pada tanggal 4 November terjadi hujan deras di sekitar puncak Merapi. Pada
tanggal 5 November Kali Code di kawasan Kota Yogyakarta dinyatakan berstatus “awas”
(red alert).

Vegetasi
Gunung Merapi di bagian puncak tidak pernah ditumbuhi vegetasi karena aktivitas yang
tinggi. Jenis tumbuhan di bagian teratas bertipe alpina khas pegunungan Jawa, seperti
Rhododendron dan edeweis jawa. Agak ke bawah terdapat hutan bambu dan tetumbuhan
pegunungan tropika.

Lereng Merapi, khususnya di bawah 1.000 m, merupakan tempat asal dua kultivar salak
unggul nasional, yaitu salak ‘Pondoh’ dan ‘Nglumut’.

Rute pendakian
Gunung Merapi merupakan obyek pendakian yang populer. karena gunung ini
merupakan gunung yang sangat mempesona. Jalur pendakian yang paling umum dan
dekat adalah melalui sisi utara dari Sèlo, satu kecamatan di Kabupaten Boyolali, Jawa
Tengah, yang terletak di antara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Pendakian
melalui Selo memakan waktu rata-rata 5 jam hingga ke puncak.

Jalur populer lain adalah melalui Kaliurang, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman,
Yogyakarta di sisi selatan. Jalur ini lebih terjal dan memakan waktu sekitar 6-7 jam
hingga ke puncak. Jalur alternatif yang lain adalah melalui sisi barat laut, dimulai dari
Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dan melalui sisi tenggara, dari arah Deles,
Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Berikut laporan media massa mengenai Gunung Merapi:

Kawah Besar Terbentuk di Merapi


Minggu, 7 November 2010 | 07:33 WIB

 
KOMPAS/IWAN SETYAWAN

Puncak Merapi Berubah Bentuk–Kondisi puncak Gunung Merapi pascaletusan beberapi kali
mengalami perubahan seperti terlihat dari Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Klaten, Minggu
(31/10). Erupsi beberapa kali membuat tumpukan material vulkanik di puncak gunung luruh dan
membentuk rekahan lebar tempat keluarnya lava.

YOGYAKARTA, KOMPAS.com – Gunung Merapi kini memiliki kawah besar di puncaknya,


dan diperkirakan berdiameter 400 meter, setelah terjadi letusan pada 4 November 2010.  Badan
Geologi memperkirakan telah terbentuk kawah dengan diameter 400 meter di puncak Merapi
pascaletusan besar pada 4 November 2010.
“Pascaletusan 26 Oktober 2010, telah terbentuk kawah 200 meter di puncak gunung, tetapi
karena letusan pada awal November itu diperkirakan 10 kali lebih besar dibandingkan dengan 26
Oktober lalu, maka kawah yang terbentuk juga diperkirakan lebih besar hingga dua kali lipat,”
kata Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) R Sukhyar,
di kantor Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK)
Yogyakarta, Sabtu (6/11/2010).

Namun demikian, lanjut dia, pihaknya belum dapat memastikan secara pasti luas kawah dan
morfologi puncak Gunung Merapi karena puncak gunung tersebut masih terus tertutup kabut
sehingga menghambat pemantauan secara visual. Ia mengatakan, masyarakat agar terus waspada
karena aktivitas Gunung Merapi masih tetap tinggi berdasarkan data pengamatan secara
instrumental dengan menggunakan seismograf di BPPTK.

“Fluktuasi Gunung Merapi masih cukup tinggi sehingga status Merapi masih tetap awas dan
daerah terdampak juga masih tetap sama yaitu radius 20 kilometer (km),” katanya.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, endapan awan panas bisa mencapai jarak 12 km di Kali
Boyong dengan ketebalan hingga 10 meter. Oleh karena itu, lanjut dia, ancaman Gunung Merapi
tidak hanya awan panas tetapi juga banjir lahar apalagi saat terkena hujan yang cukup lebat di
lereng gunung.

“Masyarakat tetap diimbau untuk menjauhi bantaran sungai karena dinding bantaran sungai itu
bisa tergerus atau jika tidak memiliki kepentingan, jangan terlalu lama beraktivitas di jembatan,”
katanya.

Sejumlah alur sungai yang perlu dihindari adalah Kali Woro, Kali Gendol, Kali Kuning, Kali
Boyong, Kali Bedog, Kali Krasak, Kali Bebeng, Kali Sat, Kali Lamat, Kali Krasak, Kali
Senowo, Kali Trising dan Kali Apu. Saat ini, lanjut dia, BPPTK masih mengusahakan untuk
menambah alat pemantauan di tiga titik menggantikan tiga seismometer yang rusak karena
terkena letusan Gunung Merapi.

Namun demikian, ia mengatakan, pengamatan dan kemampuan analisis perkembangan aktivitas


gunung tidak terganggu meskipun alat rusak karena masih tersisa satu seismometer di
Plawangan. Sukhyar memperkirakan, jumlah material vulkanik hasil erupsi Gunung Merapi
sejak 26 Oktober hingga sekarang telah mencapai sekitar 100 juta meter kubik.

Masyarakat juga diminta untuk tidak mempercayai sejumlah isu yang berkembang di
masyarakat, seperri adanya isu yang menyebutkan bahwa Gunung Merapi akan mengeluarkan
gas beracun.

“Saat terjadi erupsi, gas akan dihasilkan oleh gunung seperti karbon dioksida atau belerang,
tetapi gas tersebut hanya akan terkonsentrasi di sekitar puncak. Kalau sudah terendapkan lama,
gas-gas itu akan hilang dengan sendirinya,” ujarnya.

Berdasarkan laporan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) hingga
pukul 06.00 WIB suara gemuruh masih terdengar dari jarak 20 km dari puncak gunung. 
Sementara itu, awan panas masih terjadi, sehingga warga diminta tetap meningkatkan
kewaspadaannya.

“Gunung Merapi masih terus menerus menyemburkan awan panas sehingga masih dalam status
’awas’,” kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan
Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono, di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut dia, Gunung Merapi hingga kini masih menyemburkan awan panas, sedangkan aktivitas
kegempaan sejak Jumat (5/11/2010) pukul 00.00 WIB hingga Sabtu pukul 00.00 WIB nihil, baik
gempa vulkanik, gempa “multiphase” (MP), dan  frekuensi rendah. Absennya jenis-jenis gempa
tersebut digantikan munculnya gempa tremor dan gempa guguran yang berlangsung secara
berkesinambungan.

Dari pengamatan visual, petugas di semua pos pengamatan Gunung Merapi melaporkan sejak
Jumat  pukul 19:00 WIB hingga Sabtu  pukul 00.00 Merapi tertutup kabut. Mereka hanya
mampu mendengar suara gemuruh dari puncak Merapi. Suara tersebut terdengar jelas dari jarak
lebih dari 20 km.

Aktivitas Merapi masih berintensitas tinggi. Oleh karena itu, status masih tetap dipertahankan
pada level IV atau “Awas Merapi dan Awas lahar”. Wilayah aman bagi pengungsi masih berada
di luar radius 20 km dari puncak gunung.

Tipe kombinasi

Letusan Gunung Merapi yang sering terjadi  adalah tipe letusan kombinasi Piropilastika, yakni 
letusan gunung yang memuntahkan  materi vulkanik dan awan panas yaitu kerikil maupun pasir
halus, kata pakar geologi dari Universitas Pembangunan Nasional ’Veteran’ Yogyakarta Sari
Bahagiarti, di Yogyakarta, Sabtu.

Diminta komentarnya tentang letusan Merapi, ia mengatakan letusan Gunung Merapi kali ini
hampir sama dengan letusan pada 1930. “Berdasarkan catatan sejarah di tata dasar gunung api,
letusan pada 1930 merupakan letusan yang paling besar yang menewaskan 300 jiwa dengan
jarak luncur awan panas atau ’wedus gembel’ mencapai 12 kilometer dan itu merupakan jarak
luncur paling jauh,” katanya.

Menurut dia, aktivitas Gunung Merapi saat ini sangat aneh dan sulit untuk diprediksi kemana
arahnya, namun yang  jelas arah luncur awan panas menyesuikan dengan jalurnya yakni pada
alur lembah. Ia mengatakan  aktivitas Gunung Merapi ini juga dapat mengalami kenaikan
maupun penurunan sesuai dengan faktor lingkungan yang ada di sekitar Gunung tersebut.

“Jika letusan menurun, ditandai dengan jarak jangkauan awan panas menurun serta bumbungan
gasnya rendah. Namun bisa juga aktivitas Gunung Merapi ini meningkat atau mencapai letusan
klimaks erupsi gunung api atau yang disebut dengan letusan parosiskmal,” katanya.
Menurut Sari, dengan melihat kondisi dan aktivitas Gunung Merapi yang saat ini,
memungkinkan adanya ancaman letusan parosiskmal yang merupakan letusan klimaks dari
gunung api.

“Letusan parosiskmal adalah letusan klimaks dari aktivitas gunung api yang akan mengeluarkan
seluruh isi di dalam gunung api tersebut yang ditandai dengan magma yang keluar dari perut
gunung, tekanan dan energi yang cukup tinggi di sekitar gunung tersebut dan diikuti dengan
longsoran bagian gunung api tersebut,” katanya.

Sementara itu, Sari juga mengatakan jika sebagian besar gunung api di Indonesia berada pada
satu kawasan tata tektona yang sama sehingga mempengaruhi keaktifan antargunung api.

“Jika salah satu gunung api ada yang aktif maka akan mempengaruhi gunung api lainnya juga
akan aktif, karena kondisi gunung api di Indonesia berada di tata kawasan tektona yang sama,”
katanya.

Namun, ia berharap dan menghimbau kepada masyarakat, khususnnya masyarakat di Yogyakarta


untuk tetap menjauh dari kawasan puncak Gunung Merapi sesuai dengan komando dari
pemerintah daerah dan pihak-pihak terkait.

“Bagi masyarakat Yogyakarta, agar menjauh dari kawasan Gunung Merapi, sesuai dengan
kententuan zona daerah aman yang telah di tentukan,” katanya.

Ia mengatakan aktivitas Gunung Merapi  berbeda dengan aktivitas gunung api lainnya di
Indonesia. “Aktivitas Gunung Merapi ini tergolong unik dan menarik, maka sejumlah peneliti
tertarik untuk mengkaji dan meneliti gunung yang terletak di antara Daerah Istimewa Yogyakarta
dan Jawa Tengah ini,” katanya.

Sari juga mengatakan sebenarnya perkembangan aktivitas Gunung api juga dapat dianalisa
dengan visual dan juga telah ada alat yang didesain khusus untuk mengamati dan mengetahui
perkembanganya. Saat ini alat sudah tersedia, negara-negara maju sudah memproduksi alat
tersebut, hanya untuk di Indonesia mungkin keterbatasan SDM dan alat, karena saat ini jumlah
peneliti kegunungapian sangat terbatas,” katanya.

Jauhi bantaran sungai

Warga di bantaran sungai diimbau mematuhi instruksi untuk menghindar sejauh 300 meter dari
sungai, karena ancaman lahar dingin Merapi hingga kini masih besar.

“Meskipun beberapa sungai yang teraliri material lahar dingin Merapi masih tergolong kecil,
warga diminta tetap waspada,” kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
(PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono, di
Yogyakarta, Sabtu.
“Aktivitas Gunung Merapi yang terpantau sejak Sabtu dini hari masih menunjukkan tingginya
luncuran awan panas yang berentetan tanpa henti. Hal ini menandakan Gunung Merapi masih 
berbahaya dan tetap pada status awas,” katanya.

Ia mengatakan jika cuaca cerah dan air sedikit surut, bukan berarti warga diizinkan berdekatan
dengan sungai, apalagi yang berhulu di Gunung Merapi. Ancaman banjir lahar dan awan panas
masih belum dinyatakan berhenti dan masyarakat harus tetap waspada, termasuk saat  cuaca
ekstrem seperti hujan deras.

Berdasarkan data seismik di kantor BPPTK Yogyakarta, katanya, tidak tercatat adanya gempa
vulkanik sepanjang malam hingga pagi hari. “Tremor, guguran, dan awan panas masih terjadi
terus menerus secara berentetan tanpa henti. Laporan dari pos pengamatan Gunung Merapi
menyebutkan hingga Sabtu pagi Gunung Merapi sempat tertutup kabut. Namun suara gemuruh
bisa terdengar pada jarak 20 kilometer,” katanya.

Dia mengatakan semakin bertambahnya material erupsi yang mengalir ke sungai dengan hulu
puncak di Gunung Merapi dan kemungkinan tingginya intensitas hujan di sekitar Gunung
Merapi, maka merupakan faktor yang menjadikan potensi banjir lahar memungkinkan terus
terjadi.

Ia meminta warga mengosongkan aktivitas di alur sungai sektor tenggara, selatan, barat daya,
barat, dan barat laut dalam jarak 20 kilometer dari puncak Gunung Merapi, yakni Kali Woro,
Kali Gendol, Kali Kuning, Kali Boyong, Kali Bedog, Kali Krasak, Kali Bebeng, Kali Sat, Kali
Lamat, Kali Senowo, Kali Trising, dan Kali Apu.

Radius aman hingga kini masih ditetapkan sejauh 20 kilometer dari puncak Gunung Merapi.
“Paling penting saat ini adalah masyarakat tetap mematuhi instruksi, katanya.

Gemuruh dan Gempa Terus Terjadi


Minggu, 7 November 2010 | 07:19 WIB

 
TRIBUN NEWS/IMAN SURYANTO

KLATEN, KOMPAS.com – Suara gemuruh terus terdengar dari arah Gunung Merapi Minggu
(7/11/2010 ). Pantauan Kompas.com dari Dusun Cabaan, Tanjungsari, Manisrenggo yang
berjarak sekitar 28 kilometer dari puncak Merapi, suara gemuruh itu disertai getaran hebat.
Gunung Merapi sejak dini hari hingga sekitar pukul 6.15 tertutup kabut tebal. Hanya awan panas
atau whedus gembel yang terlihat membumbung tinggi. Meski bergemuruh sudah terdengar
sejak dini hari, getaran hebat berkali-kali mulai terasa sekitar pukul 3.00.

“Sudah nda kehitung gempanya. Kalau gemuruh jendela-jendela goyang,” kata Sunarwo (63),
warga sekitar.

Karena jarak dengan puncak Merapi dinilai aman, warga di desa tempat Sunarwo tinggal masih
bertahan di rumah masing-masing. Namun, perekonomian hampir lumpuh. Dikatakan Sunarwo,
tiga pasar disekitar yakni Kejambon, Kembang, dan Klewer tutup sejak Merapi meletus pertama
kali pada akhir Oktober 2010 .

“Pasar tutup karena kebanyakan yang jualan warga dari utara, dekat Merapi. Warung-warung
tutup, nda ada yang jual makanan. Bensin aja nda ada. Kita harus lima kilometer ke arah selatan
buat cari barang-barang keperluan,” jelas dia.

Kawah Berdiameter 400 Meter Terbentuk?


Sabtu, 6 November 2010 | 13:13 WIB

 
KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO

Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas terlihat dari Dusun Gondang, Desa
Balerante, Kecamatan Kemalang, Klaten, Jawa Tengah, Selasa (2/11/2010). Pagi ini, Gunung
Merapi setidaknya menyemburkan sepuluh kali awan panas (wedhus gembel). Guguran pertama
kali terjadi sekitar pukul 05.25 WIB.

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Badan Geologi memperkirakan, kawah dengan diameter


400 meter telah terbentuk di puncak Gunung Merapi pascaletusan besar pada 4 November.
“Pascaletusan 26 Oktober, telah terbentuk kawah 200 meter di puncak gunung. Tetapi karena
letusan awal November itu diperkirakan 10 kali lebih besar dibanding 26 Oktober lalu, kawah
yang terbentuk juga diperkirakan lebih besar hingga dua kali lipat,” kata Kepala Badan Geologi
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) R Sukhyar di Balai Penyelidikan dan
Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Sabtu (6/11/2010).

Walau demikian, lanjut dia, pihaknya belum dapat memastikan secara pasti luas kawah dan
morfologi puncak Gunung Merapi karena puncak gunung tersebut masih terus tertutup kabut
sehingga menghambat pemantauan secara visual.

Ia mengatakan, masyarakat agar terus waspada karena aktivitas Gunung Merapi masih tetap
tinggi berdasarkan data pengamatan secara instrumental dengan menggunakan seismograf di
BPPTK.

“Fluktuasi Gunung Merapi masih cukup tinggi sehingga status Merapi masih tetap awas dan
daerah terdampak juga masih tetap sama, yaitu radius 20 kilometer (km),” katanya.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, endapan awan panas bisa mencapai jarak 12 km di Kali
Boyong dengan ketebalan hingga 10 meter.

Oleh karena itu, ancaman Gunung Merapi tidak hanya awan panas, tetapi juga banjir lahar,
apalagi saat terkena hujan yang cukup lebat di lereng gunung.

“Masyarakat tetap diimbau untuk menjauhi bantaran sungai karena dinding bantaran sungai itu
bisa tergerus atau jika tidak memiliki kepentingan, jangan terlalu lama beraktivitas di jembatan,”
katanya.

Sejumlah alur sungai yang perlu dihindari adalah Kali Woro, Kali Gendol, Kali Kuning, Kali
Boyong, Kali Bedog, Kali Krasak, Kali Bebeng, Kali Sat, Kali Lamat, Kali Krasak, Kali
Senowo, Kali Trising, dan Kali Apu.

Saat ini, BPPTK masih mengusahakan untuk menambah alat pemantauan di tiga titik
menggantikan tiga seismometer yang rusak karena terkena letusan Gunung Merapi.

Walau demikian, ia mengatakan, pengamatan dan kemampuan analisis perkembangan aktivitas


gunung tidak terganggu meskipun alat rusak karena masih tersisa satu seismometer di
Plawangan.

Debu Vulkanik Merapi Ditemukan di Ciomas


Laporan wartawan Kompas.com M.Latief
Sabtu, 6 November 2010 | 22:53 WIB
 
TRIBUN NEWS/IMAN SURYANTO

BOGOR, KOMPAS.com – Setelah sempat mencapai beberapa wilayah Bogor seperti Cisarua,
Ciawi, dan Tajur, debu vulkanis letusan Gunung Merapi juga ditemukan warga di wilayah Bogor
lainnya, yaitu Ciomas, Bogor, Jawa Barat.

Kesaksian seorang warga menguatkan hal tersebut meskipun sebaran debu tidak merata di semua
kawasan yang terletak di kaki Gunung Salak itu.

“Selain kaca angkot, pohon-pohon di sini juga berdebu dan tidak biasanya begitu. Sebab, dari
warnanya berbeda dan begitu disentuh tangan juga rasanya lebih tebal dibanding debu kotoran
biasa,” tutur Edi Nurjaman (42), warga perumahan Bukit Asri Ciomas kepada Kompas.com,
Sabtu (6/11/2010).

Penuturan lain juga disampaikan Tia (15), seorang siswi kelas satu SMA Rimba Madya, Ciomas,
Bogor. Dia mengungkapkan, kondisi di sekitarnya tampak tidak biasa dari yang kerap dilihatnya
sehari-hari saat berangkat ke sekolah, Sabtu (6/11/2010) siang tadi.

“Tadi itu, sekitar jam sembilan pagi, saya lihat pemandangan di Gunung Salak tiba-tiba seperti
berkabut dan menutup gunung, tapi tidak hujan. Tak lama kemudian terang lagi. Cuma anehnya,
kok tiba-tiba sudah banyak debu di jalan. Mungkin, kabut yang saya lihat tadi itu debu,” ujarnya.

Tia mengaku, bukan hanya dirinya yang melihat fenomena tidak biasa tersebut. Saat kejadian,
kebetulan Tia sedang bersama-sama teman-teman sekolahnya.

DEPOK, KOMPAS.com – Debu vulkanis letusan Gunung Merapi ternyata juga mencapai
wilayah Depok, Jawa Barat. Debu-debu vulkanis berwarna putih keabu-abuan tersebut
ditemukan menempel di permukaan dedaunan di halaman rumah warga.

Nur Aprinawati (29), warga Jalan Merapi, Depok Timur, menuturkan, butiran debu vulkanis
tersebut ditemukan di hampir semua permukaan dedaunan di pekarangannya saat akan
membersihkan rumah, Sabtu (6/11/2010). Dia mengaku heran dengan temuan tersebut.

“Seperti abu puntung rokok, warnanya abu-abu tapi lebih muda. Saya pikir bekas abu rokok, tapi
herannya kok ada di semua daun,” ujar Nur kepada Kompas.com.
Ibu dua anak tersebut mengatakan, butiran halus debu tersebut juga tampak membekas saat
dibersihkan.

“Bentuknya seperti bercak-bercak karena mungkin turun bercampur hujan gerimis,” katanya.

Nur mengatakan, sebelumnya debu vulkanis tersebut juga ditemukan warga di daerah Depok
Timur Dalam. Hal itu dituturkan oleh tetangga depan rumahnya yang memiliki kerabat di
wilayah tersebut.

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Hingga pukul 13.00, Gunung Merapi masih terus


menyemburkan awan panas atau whedus gembel setelah letusan besar Sabtu (6/11/2010) sekitar
pukul 07.00. Dentuman keras berkali-kali juga masih terdengar dari arah Merapi.

Siang ini, pantauan dari wilayah Cangkringan, Sleman, Merapi tertutup kabut tebal sehingga
semburan dari puncak tidak terlihat. Namun, berdasarkan laporan dari radio panggil, awan panas
dilaporkan membubung vertikal. Sebagian awan turun dan mengalir ke Kali Gendol.

Pantauan Kompas.com, kerusakan hebat akibat semburan awan panas kemarin terlihat di sekitar
Dusun Desa Wukirsari, Cangkringan yang berjarak sekitar 10 kilometer dari puncak Merapi.
Beberapa rumah rusak, batang-batang bambu tumbang dan menutup jalan. Selain itu, perkebunan
warga di sekitar Kali Gendol terbakar. Kepulan asap dari abu di sekitar kali masih terlihat.

Untuk meminimalkan pencurian, warga berjaga-jaga di beberapa akses naik kearah puncak
Merapi. Warga meminta identitas masyarakat yang tidak dikenal ketika melintas. Begitu pula
ketika pengendara motor dan mobil turun, warga memeriksa surat-surat kendaraan dan barang
bawaan di dalam mobil.

Gemuruh Berkali-Kali Terdengar


Minggu, 7 November 2010 | 03:57 WIB

 
AFP PHOTO / BAY ISMOYO

Lava pijar dan mateial vulkabik dimuntahkan Merapi seperti terlihat dari Klaten, Sabtu
(6/11/2010) dini hari.

KLATEN, KOMPAS.com – Suara gemuruh berkali-kali terdengar dari arah Gunung Merapi
Minggu ( 7/11/2010 ) sekitar pukul 2.00. Suara gemuruh terdengar dari Dusun Padasan, Desa
Tijayan, Manisrenggo, Klaten yang berjarak sekitar 25 kilometer dari puncak Merapi.

Berdasarkan pantauan Kompas.com, suara gemuruh sudah terdengar sejak kemarin pagi. Suara
gemuruh yang sudah tak terhitung jumlahnya terdengar disaat awan panas terus menyembur dari
puncak Merapi. Sepanjang hari, Gunung Merapi tertutup asap tebal.

Seperti saat ini, dari Dusun Padasan tidak terlihat Gunung Merapi lantaran tertutup debu.
Padahal, menurut warga, jika tak ada debu dan cuaca cerah, Merapi dapat terlihat jelas. Belum
terlihat aliran lava pijar dari puncak Merapi.

Meski lokasinya relatif jauh dari puncak Merapi, warga di Dusun Padasan dan sekitarnya telah
mengevakuasikan diri ke barak-barak pengungsian di sekitar Candi Prambanan. Tampak belasan
warga berjaga untuk meminimalkan aksi pencurian.

“Sudah dari kemarin warga mengungsi,” kata Suroto (47), salah seorang warga.

Galeri

Foto-foto Merapi dari sisi sebelah utara, setelah letusan 2006.

Merapi dari arah Ketep, Dari arah Jrakah, Dari arah Selo, Dari arah depan
Magelang. Boyolali. Boyolali.

List of volcanic eruptions by death toll


Volcanic eruptions can be highly explosive, volatile, or neither. Certain volcanoes have
undergone catastrophic eruptions, killing countless numbers of people, and this list
attempts to document those volcanic eruptions by death toll.

Volcanic eruptions
Death Toll Volcano Location Date
$Unknown
precisely:
perhaps 6
million,[1]
including a
million in Japan,
[2]
a similar
number in
France,[2] many
Laki Iceland 1783
in the rest of
northern Europe
and in Egypt.
Killed 9,350
people in
Iceland, about
25% of the
island’s
population.
$Perhaps left Between 69,000
Lake Toba (see also Toba
only 10,000 Indonesia and 77,000 years
catastrophe theory)
humans alive ago
$Unknown. May
have contributed
to the fall of
Minoan
Between 1650
civilization, Santorini (see Minoan eruption) Greece
and 1500 BC
famine in China,
and the collapse
of the Xia
dynasty.
Mount Tambora (see also Year
$92,000 Indonesia 1815
Without a Summer)
$36,000 Krakatoa Indonesia 1883
$33,000 Mount Pelée Martinique 1902
$23,000 Nevado del Ruiz Colombia 1985
$18,000 Mount Vesuvius Italy 1631
$15,000 Mount Unzen Japan 1792
$10,000 Mount Kelut Indonesia 1586
$6,000 Santa Maria Guatemala 1902
$5,115 Mount Kelut Indonesia 1912
$4,000 Mount Galunggung Indonesia 1822
$3,500 El Chichón Mexico 1982
$3,360 Mount Vesuvius Italy 79
$2,942 Mount Lamington Papua New 1951
Guinea
$2,000 Tseax Cone Canada 1775
$1,680 Soufrière St. Vincent 1902
$1,584 Mount Agung Indonesia 1963
$1,369 Mount Merapi Indonesia 1930
$1,335 Mount Mayon Philippines 1897
$1,335 Mount Taal Philippines 1911
$1,151 Mount Asama Japan 1783
$1,000 Cotopaxi Ecuador 1887
$700 Mount Pinatubo Philippines 1991
Democratic
$245 Nyiragongo Republic of the 2002
Congo
$152 Mt Ruapehu, Tangiwai New Zealand 1953
$122+ Mount Merapi Indonesia 2010 (Ongoing)
$120 Mount Tarawera New Zealand 1886
$57 Mount St. Helens United States 1980

http://sutrawidanta.wordpress.com/2010/11/07/gunung-merapi-2010/

Anda mungkin juga menyukai