Gunung Semeru atau biasa disebut dengan Gunung Meru adalah sebuah gunung berapi kerucut di Jawa Timur, Indonesia. Gunung Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa, dengan puncaknya Mahameru, 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl). Gunung ini terbentuk akibat subduksi Lempeng Indo-Australia kebawah Lempeng Eurasia. Gunung Semeru juga merupakan gunung berapi tertinggi ketiga di Indonesia setelah Gunung Kerinci di Sumatra dan Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat.[2] Kawah di puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Jonggring Saloko. Gunung Semeru secara administratif termasuk dalam wilayah dua kabupaten, yakni Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur. Gunung ini termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Semeru mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung. Posisi geografis Semeru terletak antara 8°06' LS dan 112°55' BT. Pada tahun 1913 dan 1946 Kawah Jonggring Saloka memiliki kubah dengan ketinggian 3.744,8 m hingga akhir November 1973. Di sebelah selatan, kubah ini mendobrak tepi kawah menyebabkan aliran lava mengarah ke sisi selatan meliputi daerah Pronojiwo dan Candipuro di Lumajang. B. Informasi Meletusnya Gunung Semeru Ciri-ciri gunung berapi yang akan erupsi dan meletus: 1. Suhu di sekitar gunung naik. 2. Mata air menjadi kering 3. Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa) 4. Tumbuhan di sekitar gunung layu 5. Binatang di atas gunung akan turun ke bawah 6. Binatang di sekitar gunung akan bermigrasi dan kelihatan gelisah Tiga proses terjadinya erupsi gunung berapi: 1. Terdapat Endapan Magma di Perut Bumi Proses terjadinya gunung meletus biasanya diawali dengan adanya endapan magma di perut bumi atau pada inti bumi. Magma merupakan sebuah batuan cair yang berada pada perut bumi. Magma dapat terbentuk akibat panasnya suhu di dalam interior bumi. 2. Adanya Gas Bertekanan Tinggi Proses terjadinya gunung meletus juga tak lepas dari adanya gas yang bertekanan tinggi. Suhu panas yang ada di dalam bumi akan mampu melelehkan batuan penyusun lapisan bumi. Ketika batu-batuan tersebut meleleh maka akan dihasilkan gas yang kemudian bercampur dengan magma. Magma ini akan terbentuk di kedalaman 60 hingga 160 km di bawah permukaan bumi. 3. Magma yang Didorong Gas Bertekanan Tinggi Proses terjadinya gunung meletus juga tak lepas dari magma yang telah terdorong oleh gas yang bertekanan tinggi. Magma yang mengandung gas kemudian akan terdorong sedikit demi sedikit ke permukaan bumi karena memiliki massa yang lebih ringan daripada batuan padat yang ada di sekelilingnya. Magma yang mengandung gas berada dalam kondisi dibawah tekanan batuan- batuan berat yang berada di sekitarnya. Tekanan inilah yang menyebabkan magma meletus atau yang disebut dengan erupsi gunung berapi atau gunung meletus. Letusan paling mematikan Gunung Semeru terjadi pada 29 Agustus 1909 ketika aliran piroklastik dan lava menghancurkan 38 pemukiman dan 600-800 hektar lahan pertanian. Letusan itu merenggut 208 korban jiwa. Sejak saat itu, sebagian besar aktivitas letusan gunung berapi terbatas pada letusan strombolian kecil . Letusan pada tahun 1994 menyebabkan kematian tiga orang. Letusan Gunung Semeru 2021 terjadi pada 4 Desember 2021 di Jawa Timur, Indonesia. Setidaknya 48 orang tewas, 169 orang terluka, dan 22 orang hilang. 45 orang mengalami luka bakar karena letusan tersebut. Jembatan Gladak Perak, jembatan penghubung jalur selatan antara Kabupaten Lumajang dan Malang terputus akibat diterjang lahar dingin letusan gunung. Aliran piroklastik dan lahar merusak sedikitnya 5.205 rumah dan beberapa bangunan umum. Letusan 4 Desember adalah yang terbaru dari serangkaian letusan eksplosif di gunung berapi sejak tahun 2014. Kemudian terjadi lagi erupsi Gunung Semeru pada hari Rabu, 08 Desember 2021, pukul 00:01 WIB dengan tinggi kolom abu teramati ± 500 m di atas puncak (± 4176 m di atas permukaan laut). Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah utara. Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 16 mm dan durasi 233 detikLetusan baru-baru ini di gunung berapi telah disertai dengan aliran piroklastik, gumpalan debu vulkanik, dan tanah longsor. C. Kelemahan Informasi dari BMKG Informasi yang berasal dari BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) sering salah dalam memprediksi meletusnya Gunung Semeru yang secara tiba-tiba terjadi. Walaupun sudah ada peringatan dini namun tetap memakan korban. Kepala PVMBG Andiani mengaku sudah memberikan peringatan dini kepada pihak- pihak tertentu untuk disampaikan kepada masyarakat sekitar Gunung Semeru. Menurut informasi, diketahui bahwa kepala PVMBG sudah memberikan informasi peringatan dini pada tanggal 1 Desember 202. “Pertama pada tanggal 1 semburan awan panas itu sudah kami peringatkan. Bahkan di tanggal 2, diingatkan secara resmi melalui surat”. Kemudian pihak PVMBG juga sudah menyebarkan informasi peringatan aktivitas yang terpantau di gunung Semeru sejak awal Desember, ada grup WhatsApp sebagai wadah informasi bagi warga sekitar gunung Semeru. Kepala PVMBG Andiani juga menuturkan bahwa pantauan aktivitas di gunung api bisa dilihat secara visual. Dan pada tanggal 4 Desember 2021 memang tidak ada tanda-tanda visual dari gunung Semeru. Namun ternyata sore harinya di tanggal 4 Desember 2021, awan panas turun dari gunung Semeru dan warga berlarian karena panik. Sontak meletusnya Semeru pada hari itu terkesan tidak ada pemberitahuan sebelumnya karena warga belum ada yang mengungsi sampai akhirnya terjadi erupsi. Namun ternyata berdasarkan keterangan kepala PVMBG tersebut, peringatan dini memang sudah diinformasikan jauh sebelum erupsi terjadi. Dan informasi peringatan tersebut memang berdasarkan pantauan dari alat yang ada di sekitar gunung Semeru. Kepala PVMBG Andiani juga mengatakan bahwa aktivitas pada gunung api bisa terpantau namun terjadinya erupsi tidak bisa dipastikan waktunya, hanya bisa diprediksi. Namun menurut Guru Besar Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran Prof Nana Sulaksana mengatakan, letusan yang terjadi pada Sabtu sore pekan lalu ternyata tidak terjadi tiba-tiba. letusan kemarin bukan tiba-tiba, tapi memang sudah terjadi letusan kegiatan magmatisme jauh sebelumnya. Hanya kemarin saat letusan besar, secara kebetulan bersamaan dengan curah hujan tinggi. D. Dampak Erupsi Gunung Semeru 1. Dampak lingkungan Dengan terjadi nya erupsi Gunung Semeru memiliki dampak yaitu pasir hasil semburan gunung meletus akan membawa banyak pasir, serta tanah yang dilalui oleh abu vulkanis akan membuat tanah menjadi lebih subur dan sangat baik untuk bercocok tanam. Tentunya bisa membawa keuntungan bagi masyarakat dalam membuat perkebunan baru, bangkit pasca bencana alam gunung meletus. 2. Dampak korban jiwa Jumlah warga mengungsi mengalami peningkatan menjadi 3.697 jiwa. Warga yang mengungsi ini sebagian besar berada di wilayah Kabupaten Lumajang, sedangkan di Kabupaten Malang hanya terdapat 24 jiwa. Sebaran titik pengungsian di Kabupaten Lumajang berada di Kecamatan Pronojiwo dengan 9 titik berjumlah 382 jiwa, Kecamatan Candipuro 6 titik 1.136 jiwa, Kecamatan Pasirian 4 titik 563 jiwa, Kecamatan Lumajang 188 jiwa, Kecamatan Tempeh 290 jiwa, Kecamatan Sumberseko 67 jiwa, Kecamatan Sukodono 45 jiwa. Data korban jiwa tercatat warga luka-luka 56 jiwa, hilang 17 jiwa dan meninggal dunia 34 jiwa, sedangkan jumlah populasi terdampak sebanyak 5.205 jiwa. Terkait dengan jumlah warga yang dinyatakan hilang dan luka, posko masih melakukan pemutakhiran data dan validasi. 3. Dampak pembangunan (infrastuktur) daerah Dampak yang diakibatkan oleh erupsi Gunung Semeru adalah erupsi mengakibatkan 2.970 unit rumah terdampak. Pihak pemerintah daerah masih melakukan pemutakhiran jumlah rumah terdampak maupun tingkat kerusakan. Bangunan terdampak lainnya berupa fasilitas pendidikan 38 unit dan jembatan terputus (Gladak Perak) 1 unit. 4. Dampak ekonomi Melumpuhkan aktivitas masyarakat di bidang ekonomi, baik dalam bercocok tanam dan mencari nafkah jadi terhenti karena terpaksa mengungsi cukup lama. Ekonomi yang harus dibangkitkan kembali dari awal setelah bencana alam.Adapula kerugian finansial dari warga yang terdampak dari gunung meletus ini jika pekerjaan mereka diliburkan dan tidak mendapatkan gaji. Kerusakan dan kerugian yang dihimpun meliputi 31 fasilitas umum terdampak, hewan ternak sapi 764 ekor, kambing atau domba 648 ekor dan unggas 1.578 ekor dan masih banyak lagi. 5. Dampak sosial budaya Dampak yang disebabkan adalah banyaknya warga yang mengungsi di posko yang telah disiapkan oleh pemerintah setempat. Yang dimana hidup bersama saat bencana akan menanamkan jiwa sosial saling membantu disaat kondisi yang memprihatinkan ini. Kemudian dengan adanya peristiwa ini banyak manusia dari daerah lain yang ikut menyumbangkan baik itu materi ataupun jasa dengan menjadi relawan untuk saling membantu. 6. Dampak religi Dampak religi dari erupsi Gunung Semeru ini adalah mengingatkan manusia akan kuasa Allah SWT dan menambah derajat keimanan sehingga kita senantiasa bersyukur atas kesehatan jasmani dan kenyamanan lingkungan yang diberikan kepada manusia. E. Sasaran Pembaca Sasaran pembaca untuk ini adalah masyarakat untuk umur remaja hingga orang tua karena bacaan ini memuat informasi mengenai Gunung Semeru dan peristiwa-peristiwa meletusnya Gunung Semeru yang bisa menambah wawasan untuk pembaca. F. Pesan Moral Meletusnya Gunung Semeru Pada hakikatnya walaupun semua bencana alam yang terjadi merupakan fenomena atau gejala yang alam lakukan akan tetapi semua itu tidak lepas dari kuasa Allah SWT. Setelah terjadinya bencana gunung semeru meletus ini semoga selalu mengingatkan kita akan Allah SWT. Supaya kita selalu istiqomah dijalan-Nya dan selalu dalam perlindungan-Nya. Terlepas dari kehendak Nya kita sebagai manusia juga dapat mengantisipasi terkait akan terjadinya bencana seperti mendengarkan peringatan dini yang telah diinfokan dari pemerintah setempat agar waspada ataupun secepat mungkin mengungsikan diri agar terhindar bencana yang tiak diinginkan. Selain itu kita harus selalu waspada jika bertempat tinggal ditempat yang rawan bencana, selalu lebih sering membaca dan menerapkan literasi mengenai keadaan darurat di zona daerah yang rawan bencana serta menyiapakan segala perlengkapan aman yang dapat melindungi diri dari bahaya dan menyimpan semua berkas dokemen yang penting dalam satu tempat dan mudah dijangkau ketika keadaan darurat. Pesan moral dari meletusnya Gunung Semeru juga adalah dengan adanya peristiwa ini kita sesama manusia semakin mempererat tali persaudaraan, saling membantu, dan menumbuhkan jiwa sosial sehingga dapat menjunjung persatuan dan kesatuan sebagai warga Negara Kesatuan Republik Indonesia. G. Perbandingan Meletusnya Gunung Semeru dengan Teori yang Ada Letusan Gunung Semeru diperkirakan dimulai ketika kubah lava di kawah puncak runtuh karena curah hujan yang tinggi. Seorang ahli vulkanologi di Institut Teknologi Bandung mengatakan aliran puing letusan merupakan akumulasi material dari letusan masa lalu. Hujan deras mengikis material vulkanik di puncak, membuat kubah lava tidak stabil. Kubah yang runtuh memicu serangkaian aliran piroklastik yang menuruni lereng gunung berapi. Menurut laporan dari departemen geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, semburan tingginya mungkin bisa mencapai 45 km, meski ada yang mengklaim tingginya hanya 11 km. Investigasi sedang berlangsung untuk menentukan ketinggian asap. Antara tanggal 5 dan 9 Desember, delapan aliran piroklastik menempuh jarak 3 km atau lebih dari puncaknya. Arus mengalir ke arah tenggara. Menurut Guru Besar Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran Prof Nana Sulaksana mengatakan, letusan yang terjadi pada Sabtu sore pekan lalu ternyata tidak terjadi tiba-tiba. letusan kemarin bukan tiba-tiba, tapi memang sudah terjadi letusan kegiatan magmatisme jauh sebelumnya. Hanya kemarin saat letusan besar, secara kebetulan bersamaan dengan curah hujan tinggi. Erupsi Gunung Semeru diakibatkan adanya dua gaya yang bekerja, yaitu endogen dan eksogen. Gaya endogen terjadi dari aktivitas magma yang mendorong material vulkanik naik ke permukaan, sedangkan gaya eksogen diakibatkan hujan ekstrem. Material vulkanik yang tertumpuk di kubah secara langsung bersentuhan dengan air. Akumulasi material tersebut kemudian dialirkan oleh air dan hanyut ke bawah melalui lembahan dan sungai-sungai. Akibatnya, banjir lahar mampu menyapu kawasan di lembahan Semeru. “Kalau tidak ada hujan, maka seluruh material yang keluar sifatnya belum langsung menjadi lahar. Ini karena musim hujan, kebetulan hujan besar, material yang teronggok di atas terkena air dan hanyut ke sungai. Sedangkan menurut teori yang ada letusan gunung merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Peristiwa ini berhubungan dengan naiknya magma dari dalam perut bumi. Aktifitas magma yang mempunyai suhu yang sangat tinggi di dalam perut bumi berusaha keluar sehingga dapat terjadi retakan-retakan dan pergeseran lempeng kulit bumi. Magma yang keluar dari perut gunung berapi adalah gunung yang sedang meletus atau vulkanisme. Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700- 1.200 °C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km. Jenis dan bentuk gunung api bermacammacam karena derajat kekentalan dan kedalaman magma terbentuknya gunung api berbeda-beda. Gunung api meletus, terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Dari letusan-letusan seperti inilah gunung api terbentuk. Hasil letusan gunung berapi berupa: gas vulkanik, lava dan aliran pasir serta batu panas, lahar, tanah longsor, gempa bumi, abu letusan, awan panas. Letusannya yang membawa abu dan batu dapat menyembur dengan keras hingga sejauh radius 18 km atau lebih, sedang lavanya bisa membanjiri daerah sejauh radius 90 km. Letusan gunung berapi bisa menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang besar hingga sampai ribuan kilometer jauhnya dan bahkan bisa mempengaruhi putaran iklim di bumi ini. H. Referensi Referensi yang digunakan dalam menyusun tugas ini adalah; 1. Eko Widianto (October 25, 2014). "Foreign Plantations Invade Mt Semeru". 2. Media, Kompas “Ternyata Erupsi Gunung Semeru Tak Terjadi Tiba-tiba, Alam Telah Memberi Tanda”. Diakses dari https://regional.kompas.com/read/2021/12/06/174702878/ternyata-erupsi- gunung-semeru-tak-terjadi-tiba-tiba-alam-telah-memberi?page=all pada tanggal 17 Desember 2021 pukul 10.16 WIB. 3. Medistiara, Yulinda. “Gunung Semeeru Meletus, BNPB: Sejumlah Lokasi Gelap”. Diakses dari https://news.detik.com/berita/d-5840535/gunung- semeru-meletus-bnpb-sejumlah-lokasi-gelap pada tanggal 17 Desember 9.13 WIB. 4. Wikipedia, “Gunung Semeru”. Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Semeru pada tanggal 17 Desember 08.52 WIB