Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan sebagai
suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari
kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk
endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus.
Apabila gunung berapi meletus, magma yang terkandung di dalam kamar magmar di bawah
gunung berapi meletus keluar sebagai lahar atau lava. Selain daripada aliran lava, kehancuran
oleh gunung berapi disebabkan melalui berbagai cara seperti berikut:
* Aliran lava.
* Letusan gunung berapi.
* Aliran lumpur.
* Abu.
* Kebakaran hutan.
* Gas beracun.
* Gelombang tsunami.
* Gempa bumi.
Penyebab Terjadinya Gunung Berapi
Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona kegempaan aktif sebab
berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan
suhu yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang merupakan
cairan pijar (magma).
Magma akan mengintrusi batuan atau tanah di sekitarnya melalui rekahan- rekahan
mendekati permukaan bumi.
Gunung berapi terbentuk dari magma, yaitu batuan cair yang terdalam di dalam bumi.
Magma terbentuk akibat panasnya suhu di dalam interior bumi. Pada kedalaman tertentu,
suhu panas ini sangat tinggi sehingga mampu melelehkan batu-batuan di dalam bumi. Saat
batuan ini meleleh, dihasilkanlah gas yang kemudian bercampur dengan magma. Sebagian
besar magma terbentuk pada kedalaman 60 hingga 160 km di bawah permukaan bumi.
Sebagian lainnya terbentuk pada kedalaman 24 hingga 48 km.
Magma yang mengandung gas, sedikit demi sedikit naik ke permukaan karena massanya
yang lebih ringan dibanding batu-batuan padat di sekelilingnya. Saat magma naik, magma
tersebut melelehkan batu-batuan di dekatnya sehingga terbentuklah kabin yang besar pada
kedalaman sekitar 3 km dari permukaan. Kabin magma (magma chamber) inilah yang
merupakan gudang (reservoir) darimana letusan material-material vulkanik berasal.
Magma yang mengandung gas dalam kabin magma berada dalam kondisi di bawah tekanan
batu-batuan berat yang mengelilinginya. Tekanan ini menyebabkan magma meletus atau
melelehkan conduit (saluran) pada bagian batuan yang rapuh atau retak. Magma bergerak
keluar melalui saluran ini menuju ke permukaan. Saat magma mendekati permukaan,
kandungan gas di dalamnya terlepas. Gas dan magma ini bersama-sama meledak dan
membentuk lubang yang disebut lubang utama (central vent). Sebagian besar magma dan
material vulkanik lainnya kemudian menyembur keluar melalui lubang ini. Setelah semburan
berhenti, kawah (crater) yang menyerupai mangkuk biasanya terbentuk pada bagian puncak
gunung berapi. Sementara lubang utama terdapat di dasar kawah tersebut.
Setelah gunung berapi terbentuk, tidak semua magma yang muncul pada letusan berikutnya
naik sampai ke permukaan melalui lubang utama. Saat magma naik, sebagian mungkin
terpecah melalui retakan dinding atau bercabang melalui saluran yang lebih kecil. Magma
yang melalui saluran ini mungkin akan keluar melalui lubang lain yang terbentuk pada sisi
gunung, atau mungkin juga tetap berada di bawah permukaan.
1. Dampak Negatif:
Bahaya langsung, terjadi pada saat letusan (lava, awan panas, jatuhan piroklastik/bom,
lahar letusan dan
gas beracun).
Bahaya tidak langsung, terjadi setelah letusan (lahar hujan, kelaparan akibat rusaknya
lahan
pertanian/perkebunan/ perikanan), kepanikan, pencemaran udara/air oleh gas racun: gigi
kuning/ keropos,
endemi gondok, kecebolan dsb.
2. Dampak Positif :
Bahan galian: seperti batu dan pasir bahan bangunan, peralatan rumah tangga,patung, dan
lain lain.
Mineral : belerang, gipsum,zeolit dan juga mas (epitermal gold).
Energi panas bumi: listrik, pemanas ruangan, agribisnis
Mata air panas : pengobatan/terapi kesehatan.
Daerah wisata: keindahan alam
Lahan yang subur: pertanian dan perkebunan
Sumberdaya air: air minum, pertanian/peternakan, dll.
TANAH LONGSOR, BENCANA YANG PALING MEMATIKAN
Tanah longsor dan banjir menjadi bencana alam paling mematikan di Indonesia sepanjang
dua tahun terakhir. Total korban tewas akibat longsor mencapai 372 orang. Terakhir, longsor
terjadi di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (5/5), menewaskan 4 orang
dan 6 orang masih tertimbun.
Hingga Rabu, pencarian terhadap korban longsor di lereng Gunung Bedil, Pangalengan, itu
berbuah penemuan empat warga yang tewas, yaitu Iran (55), Ma Oja (60), Pardi (70), dan
Nayla (1,5). Enam warga lainnya, Wiwi, Dedeh, Nurul, Asep, Juju, dan Ayi, masih dicari.
Longsoran itu juga menimpa pipa saluran geotermal milik Star Energy Geothermal (Wayang
Windu) Ltd. "Saat longsor terjadi, pipa seperti digunting dan langsung mengeluarkan material
uap panas dalam jumlah besar sehingga terdengar seperti bunyi ledakan," kata Presiden
Direktur Star Energy Geothermal Rudy Suparman.
Terjadi 600 kali
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sepanjang dua tahun terakhir,
menunjukkan bencana longsor terjadi 600 kali. Sebanyak 338 jiwa tewas akibat longsor
sepanjang 2014 dan 46 orang tewas pada 2015. Korban terluka dalam dua tahun terakhir
sebanyak 221 orang dan rumah yang rusak berat mencapai 2.337 unit.
Sementara banjir dalam dua tahun terakhir menewaskan 107 orang, 254 orang terluka, dan
1.557 rumah rusak berat. Puting beliung menewaskan 62 orang dan melukai 184 orang.
Bencana yang juga menyebabkan korban jiwa adalah letusan gunung api yang dalam dua
tahun terakhir menewaskan 24 orang dan melukai 1.429 orang. Letusan gunung api
merupakan bencana alam yang paling merusak karena mengakibatkan 12.404 rumah warga
rusak berat.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, di Jakarta, Rabu,
menyebutkan, longsor terus memakan korban jiwa disebabkan jumlah penduduk yang banyak
tinggal di zona rentan longsor. Ada 40,9 juta jiwa warga di 274 kabupaten/kota yang tinggal
di zona longsor.
Salah satu upaya mitigasi longsor yang dilakukan, kata Sutopo, adalah dengan memasang
sistem peringatan dini longsor. Baru-baru ini, BNPB bersama Universitas Gadjah Mada serta
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi memasang 20 alat peringatan dini longsor
di Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Longsor Pangalengan
Ahli longsor dari UGM, Yogyakarta, Faisal Fathani, menilai eksplorasi panas bumi yang kini
berkembang pesat harus disertai dengan mitigasi bencana, termasuk kepada masyarakat di
sekitar hutan sekitar kawasan eksplorasi.
"Masalahnya, eksplorasi ini biasanya diikuti pembukaan hutan. Namun, investasinya hanya
untuk membuat ladang sumur dan jalan akses, tetapi tidak ada alokasi dana untuk penanganan
lereng. Ini menyebabkan area panas bumi biasanya rentan longsor," katanya.
Selain di Pangalengan, pada 2013 juga terjadi longsor di lokasi eksplorasi panas bumi di
Sungai Penuh, Jambi, yang menewaskan lima orang. Kondisi tanah di sekitar eksplorasi
panas bumi biasanya juga mengalami alterasi atau pelapukan sehingga menambah tinggi
risiko longsor.
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Surono, di Bandung,
mengingatkan, Kampung Cibitung, Desa Margamukti, Pangalengan, yang dilanda bencana
tanah longsor, Selasa lalu, harus direlokasi. Kampung yang kini dihuni 52 keluarga atau
sekitar 200 jiwa itu terancam longsoran tanah karena terletak pada zona kerentanan gerakan
tanah.
Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar, saat mengunjungi lokasi longsor, Rabu, juga meminta
semua perusahaan yang beroperasi di kawasan rawan bencana harus menerapkan benar
mitigasi bencana yang tepat. Tujuannya, meminimalkan munculnya korban jiwa jika bencana
alam datang.
Deddy mengatakan, longsor kali ini memperlihatkan aturan tata guna lahan belum diterapkan
dengan baik. Titik longsor berada dekat pipa panas bumi milik Star Energy Geothermal di
Bukit Bedil yang terlihat gundul. Kondisi itu menyimpan bahaya longsor karena karakteristik
tanah di perbukitan Jabar tergolong labil.
Surono menjelaskan, sebelum bencana terjadi, Sabtu lalu, pihaknya menurunkan tim
pemeriksaan bencana gerakan tanah ke Kampung Cibitung. Hal itu menindaklanjuti
permintaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bandung, April lalu, karena
terjadi gerakan tanah di bukit itu berupa retakan dan longsoran sejak Maret 2015. Setiap
musim hujan retakan itu berkembang.
Cibitung berada dalam zona kerentanan gerakan tanah tingkat menengah hingga tinggi.
Lokasi tersebut sangat berbahaya untuk dihuni. (CHE/SEM/DMU/NIK/AIK)
GEMPA BUMI
A.PENGERTIAN
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaanbumi akibat
pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa
bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Frekuensi suatu
wilayah, mengacu pada jenis dan ukuran gempa bumi yang di alami selama periode waktu.
Gempa bumi diukur dengan menggunakan alat Seismometer. moment magnitudo adalah skala
yang paling umum di mana gempa bumi terjadi untuk seluruh dunia.skala rickter adalah skala
yang di laporkan oleh observatorium seismologi nasional yang di ukur pada skala besarnya
lokal 5 magnitude. kedua skala yang sama selama rentang angka mereka valid. gempa 3
magnitude atau lebih sebagian besar hampir tidak terlihat dan besar nya 7 lebih berpotensi
menyebabkan kerusakan serius di daerah yang luas, tergantung pada kedalaman gempa.
Gempa bumi terbesar bersejarah besarnya telahvlebih dari 9, meskipun tidak ada batasan
besarnya. Gempa bumi besar terakhir besarnya 9,0 atau lebih besar adalah 9,0 magnitudo
gempa di Jepang pada tahun 2011 (per Maret 2011), dan itu adalah gempa Jepang terbesar
sejak pencatatan dimulai. Intensitas getaran diukur pada modifikasi Skala Mercalli .
Bangunan roboh
Kebakaran
Jatuhnya korban jiwa
Permukaan tanah menjadi merekat dan jalan menjadi putus
Tanah longsor akibat guncangan
Banjir akibat rusaknya tanggul
Gempa di dasar laut yang menyebabkan tsunami
E.PENANGGULANGAN
Bila berada didalam rumah:
Jangan panik dan jangan berlari keluar, berlindunglah dibawah meja atau tempat
tidur.
Bila tidak ada, lindungilah kepala dengan bantal atau benda lainnya.
Jauhi rak buku, lemari dan jendela kaca.
Hati-hati terhadap langit-langit yang mungkin runtuh, benda-benda yang tergantung di
dinding dsb.
Bila berada di luar ruangan:
Jauhi bangunan tinggi, dinding, tebing terjal, pusat listrik dan tiang listrik, papan
reklame, pohon yang tinggi, dsb.
Usahakan dapat mencapai daerah yang terbuka.
Jauhi rak-rak dan jendela kaca.
Bila berada di dalam ruangan umum:
Jangan panik dan jangan berlari keluar karena kemungkinan dipenuhi orang.
Jauhi benda-benda yang mudah tergelincir seperti rak, lemari dan jendela kaca dsb.
Bila sedang mengendarai kendaraan:
Jangan menggunakan lift saat terjadi gempabumi atau kebakaran. Lebih baik
menggunakan tangga darurat
Jika anda merasakan getaran gempabumi saat berada di dalam lift, maka tekanlah
semua tombol
Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan mengungsilah
Jika anda terjebak dalam lift, hubungi manajer gedung dengan
menggunakan interphone jika tersedia
Bila sedang berada di dalam kereta api:
Berpeganganlah dengan erat pada tiang sehingga anda tidak akan terjatuh seandainya
kereta dihentikan secara mendadak
Bersikap tenanglah mengikuti penjelasan dari petugas kereta
Salah mengerti terhadap informasi petugas kereta atau stasiun akan mengakibatkan
kepanikan
Bila sedang berada di gunung/pantai:
Ada kemungkinan lonsor terjadi dari atas gunung. Menjauhlah langsung ke tempat
aman.
Di pesisir pantai, bahayanya datang dari tsunami. Jika anda merasakan getaran dan
tanda-tanda tsunami tampak, cepatlah mengungsi ke dataran yang tinggi.
Beri pertolongan:
Sudah dapat diramalkan bahwa banyak orang akan cedera saat terjadi gempabumi
besar. Karena petugas kesehatan dari rumah-rumah sakit akan mengalami kesulitan
datang ke tempat kejadian maka bersiaplah memberikan pertolongan pertama kepada
orang-orang berada di sekitar anda.
Evakuasi: