Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat
didefinisikan sebagai suatu saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava)
yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke
atas permukaan bumi, termasuk endapat hasil akumulasi material yang dikeluarkan saat
meletus. Istilah gunung api juga dipakai untuk menamai fenomena pembentukan ice
volcamoes atau gunung api es dan mud volcamoes atau gunung api lumpur. Gunung api
es biasaterjadi di daerah yang mempunyai musim dingin bersalju, sedangkan gunung
api lumpur dapat kita lihat di daerah kuwu, grobongan, jawa tengan yang populer
sebagai bleduk kawu.
Gunung berapi terdapat beberapa bentuk sepanjang masa hihupnya. Gunung
berapi yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum akhirnya
menjadi aktif atau mati. Bagaimanapun gunung berapi mampu isirahat dalam waktu
610 tahun sebelum berubah menjadi aktif kembali. Oleh itu, sulit untuk menentukan
keadaan sebenarnya daripada suatu gunung berapi itu, apakah gunung berapi sedang
berada dalam keadaan istirahat atau telah mati.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana peran perawat dalam penanganan bencana gunung meletus?

1.3. Tujuan Umum


1. Untuk mengetahui peran perawat dalam penanganan bencana gunung meletus.

1.4. Tujuan Khusus


1. Untuk mngetahui peran perawat dalam penanganan bencana gunung meletus pada
fase pra bencana.
2. Untuk mengetahui peran perawat dalam penanganan bencana gunung meletus pada
fase bencana.
3. Untuk mengetahui peran perawat dalam penanganan bencana gunung meletus pada
fase setelah bencana.
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1. Definisi

Gunung adalah satu diantara bentuk bentang alam yang menonjol dibandingkan
dengan wilayah sekitarnya. Gunung terdiri atas puncak dan lereng. Gunung meletus
terjadi karena adanya tenaga dari dalam bumi yang mendorong magma yang ada di
bawah permukaan bumi. Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan
bumi dengan suhu sangat tinggi (> 1.000ºC). Cairan magma yang keluar dari dalam
bumi disebut lava. Tidak semua gunung berapi sering meletus. Gunung berapi yang
sering meletus dijuluki sebagai gunung berapi aktif.

Gunung berapi terbentuk pada batas lempeng tektonik. Indonesia memiliki


banyak gunung berapi karena terletak di atas tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng
Eurasia, Australia, dan Pasifik. Lempeng bumi selalu bergerak sepanjang waktu,
lempeng bisa bergerak saling bertumbuhan, menjauh, atau bergeser. Ketika dua
lempeng bertumbuhan, salah satu lempeng bisa terdorong ke bawah lempeng yang lain
dan meleleh. Gunung berapi terbentuk di daerah tempat lempeng-lempeng saling
bertumbuhan atau menjauh.

2.2. Jenis-jenis Gunung Berapi

Gunung berapi terlihat sama dengan gunung-gunung lain, dan terdapat di


berbagai belahan dunia. Gunung berapi yang melontarkan api disebut gunung berapi
aktif. Yang lainnya disebut gunung berapi tidak aktif atau tidur. Ada juga gunung
berapi mati, yaitu gunung berapi yang lavanya mengeras di bagian dalam gunung itu
dan tidak bisa keluar lagi ke permukaan.

a. Gunung berapi aktif di Indonesia


1. Gunung Krakatau
Letusannya berdampak secara global pada tahun 1883.
2. Gunung Tambora
Letusannya terhebat pada tahun 1815.
3. Gunung Kelud
Meletus > 30 kali, dengan letusan terbesar berkekuatan 5 volcanic explosivity
index.
4. Gunung Merapi
Meletus > 80 kali, Asosiasi Internasional Vulkanologi dan Kimia Interior Bumi
menobatkan Merapi sebagai Gunung Api Dekadi sejak tahun 1995 karena
aktivitas vulkaniknya yang sangat tinggi.
5. Gunung Sinabung
Terakhir kali meletus pada 1600-an, tetapi tiba-tiba aktif kembali pada tahun
2010 dan meletus pada 2013.
b. Gunung Berapi tidak aktif di Indonesia
1. Gunung Argapura, Jawa Timur
2. Gunung Bromo, Jawa Timur
3. Gunung Aseupan, Banten
4. Gunung Cikurai, Jawa Barat
5. Gunung Catur, Bali

2.3. Tanda dan Penyebab Gunung Berapi Meletus


Beberapa tanda-tanda gunung meletus:
1. Mata air yang mengering
2. Terdengar suara gemuruh
3. Terjadi gempa
4. Kenaikan suhu yang terjadi di wilayah sekeliling gunung tersebut
5. Tanaman dan pepohonan tampak layu
Beberapa penyebab meletusnya gunung berapi:
1. Adanya dorongan tekanan air
Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional
Penanggulangan Bencana, Sutopo Nugroho saat itu, letusan freatik disebabkan
karena dorongan tekanan uap air. Dorongan ini terjadi akibat kontak massa air
dengan panas di bawah kawah Gunung Merapi.
2. Magma yang terus mendorong ke permukaan
Sutopo menjelaskan, Gunung Merapi meletus juga karena dorongan magnetik.
Magma terus mendorong ke permukaan sehinggga letusan makin sering terjadi.
3. Aktivitas magma
Menurut Dosen di Departement of Geology, Faculty of Earth Sciences and
Technology, Institut Teknologi Bandung, gunung api selalu meletus karena ada
aktivitas magma. Seperti di bawah, di dalam dan di atas ruang magma. Di bawah
ruang magma itu, panas inti bumi mencairkan sebagian batuan yang ada menjadi
magma baru. Batu cair segar ini akhirnya masuk ke ruang magma. Saat ruang
yang sudah terisi dengan volume tertentu, tidak dapat menampung magma baru,
kelebihannya akan dikeluarkan melalui letusan.
4. Aktivitas di dalam ruang magma
Aktivitas di dalam ruang magma juga bisa menyebabkan letusan. Di dalam ruang
itu, magma mengkristal karena suhu menurun. Magma yang sudah terkristalisasi
lebih berat daripada batuan panas semi-cair sehingga akan tenggelam ke dasar
ruang magma. Ini mendorong sisa magma ke atas, menambah tekanan pada
penutup ruang itu. Sebuah letusan terjadi saat tutupnya tidak lagi mampu
menahan tekanan. Hal tersebut terjadi dalam sebuah siklus sehingga dapat
diprediksi.
Proses penting lainnya di dalam ruang magma adalah saat bauran magma
bercampur dengan batuan sekitarnya, proses ini disebut asimilasi. Saat magma
bergerak, zat ini berinteraksi dengan bebatuan di sekeliling ruang magma.
Kadang-kadang gunung berapi mempunyai jalur untuk magma mengalir ke
permukaan. Jika jalurnya tidak ada, maka magma akan memaksakan diri ke area
tekanannya lebih rendah. Hal ini menyebabkan dinding yang mengelilingi
ruangan jebol dan runtuh.
5. Aktivitas di atas ruang magma
Letusan bisa terjadi karena berkurangnya tekanan di atas ruang magma. Hal ini
bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti penurunan kerapatan bebatuan di atas
ruang magma atau mencairnya es di puncak sebuah gunung berapi. Sebuah topan
yang melewati gunung berapi dalam kondisi kritis dapat memperhebat kekuatan
letusan juga.

2.4. Mekanisme Gunung Berapi Meletus

Gunung berapi adalah tonjolan di permukaan bumi yang terjadi akibat keluarnya
magma dari dalam perut bumi melalui lubang kepundan. Proses keluarnya magma ini
disebut erupsi. Erupsi membawa serta bahan-bahan padat, cair, dan gas. Magma yang
keluar disebut lava, yang kemudian menimbun permukaan bumi di sekitar lubang
kepundan. Lava itu semakin lama semakin tinggi, biasanya erupsi disertai letusan
gunung berapi. Letusan yang kuat disebut eksplosi, sedangkan letusan lemah disebut
efuise. Letusan dahsyatnya biasanya disebabkan lepasnya gas atau magma secara tiba-
tiba akibat tekanan dari dalam perut bumi.

Dalam perjalanan naik dari dapur magma ke permukaan bumi, magma sering
menghancurkan dan meruntuhkan batuan-batuan dilaluinya, sehingga terjadi gempa
bumi. Oleh karena itu, antara gempa bumi dan letusan gunung berapi sering kali terjadi
beriringan. Letusan gunung berapi dapat memicu terjadinya gempa bumi, sebaliknya
gempa bumi dapat memicu letusan gunung berapi. Gempa bumi dapat menyebabkan
material penyumbat kepundan goyah, bergeser, atau pecah, sehingga magma dan gas
yang tersumbat di bawahnya menemukan celah untuk keluar.

Pada saat meletus, gunung berapi dapat menyemburkan lava, batu-batuan, gas,
dan material panas lainnya, baik yang kecil selembut debu sampai material sebesar
gajah. Material ini memancar ke atas seperti kembang api dan terlempar hingga cukup
jauh (3 km). Dalam kondisi normalpun, gunung berapi aktif sering mengeluarkan asap.
Asap umumnya mengandung gas asam yang dapat menghentikan mesin pesawat
terbang sehingga dapat menimbulkan kecelakaan. Itulah sebabnya, para pilot selalu
menghindari gunung berapi aktif saat menerbangkan pesawat.

2.5. Dampak Letusan Gunung Berapi

Beberapa dampak setelah terjadinya letusan gunung berapi:

2.5.1. Dampak Positif


1. Dampak positif letusan gunung api bagi manusia
1) Tanah yang dilewati oleh abu vulkanik akibat meletusnya gunung api
tersebut, membuat tanahnya menjadi subur dan sangat baik untuk bercocok
tanam. Bagi penduduk sekitar yang bekerja menggarap lahan untuk
keuntungan.
2) Pembangkit listrik berkualitas baik bila didirikan di wilayah yang sering
mengalami letusan gunung berapi.
3) Timbulnya mata air yang mengandung banyak mineral. Mata air ini biasa
disebut dengan makdani.
4) Membuka lapangan pekerjaan baru untuk warga sekitar pegunungan yaitu
sebagai penambang pasir. Materi vulkanik dari gunung berapi yang berupa
pasir dapat dijual dengan harga yang tinggi dan membantu perekonomian.
5) Jenis-jenis hutan yang rusak akibat letusan gunung berapi, akan cepat
digantikan dengan pepohonan baru yang tumbuh membentuk suatu
ekosistem baru.
6) Berpotensi terjadi hujan orografis di daerah vulkanis.
7) Batu yang meluap tatkala terjadi letusan gunung api berguna untuk bahan
bangunan.
8) Dampak meletusnya gunung api adalah munculnya geyser atau sumber
mata air panas yang bagus untuk kesehatan.
2. Dampak positif letusan gunung api bagi lingkungan
1) Menjadikan tanah sekitar letusan gunung tambah subur.
2) Menghasilkan batu dan pasir bermutu baik untuk bahan bangunan.
3) Energi panas yang berasal dari bumi berguna untuk pembangkit tenaga
listrik.
4) Sumber mineral, diantaranya gypsum, belerang, zeloit, dan lainnya.
5) Sumber mata air bagi pertanian, peternakan, dan sebagainya.
2.5.2. Dampak Negatif
1. Dampak negatif letusan gunung api bagi manusia
1) Menyebabkan korban jiwa atau nyawa melayang.
2) Abu vulkanik yang panas akan merusak segala yang dilewatinya.
3) Pencemaran udara oleh abu gunung api tersebut. Abu gunung berapi
memiliki beberapa kandungan zat berbahaya seperti: hidrogen sulfia (H2S),
sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida dan material debu yang
kemungkinan mengandung asam.
4) Melumpuhkan semua kegiatan masyarakat sekitar, termasuk ekonomi yang
berhenti.
5) Bermacam material yang dikeluarkan gunung berapi dapat memicu
munculnya bibit penyakit, seperti infeksi saluran pernapasan, batuk-batuk,
sakit kulit, dan lain-lain.
6) Utamanya untuk gunung berapi yang dimanfaatkan sebagai tempat wisata.
Dengan terjadi bencana tersebut, pariwisata akan terhenti sehingga
menimbulkan pemasukan untuk lingkungan setempat berkurang.
7) Terjadinya kecelakaan akibat jalanan yang licin berbedu, makanan
terkontaminasi racun.
8) Hujan debu yamg menghalangi pandangan dan mencemari udara sekitar
yang menjadi penyebab pemanasan global.
9) Lahar panas mengakibatkan kebakaran hutan, sehingga ekosistim hutan
terancam. Termasuk satwa yang tinggal di dalamnya.
2. Dampak negatif letusan gunung api bagi lingkungan
1) Bahaya langsung saat gunung meletus seperti awan panas, guguran
materiall letusan gunung, bebatuan, abu vulkanik, lava dan erosi tanah.
2) Bahay tidak langsung seperti terjadinya polusi udara oleh zat beracun, air
tercemar, dan lahan rusak.
2.5.3. Bahaya yang Ditimbulkan Oleh Aktivitas Gunung Berapi
1. Aliran lava panas yang mencapai suhu 7000 - 1200ºC. Lava dapat merusak
benda apa saja yang sedang dilaluinya. Warga dapat emnyelamatkan diri
karena lava mengalir dengan lambat, yaitu sekitar 5-300 meter/hari.
2. Lahar, beberapa jenis lahar. Lahar sekunder dan lahar primer atau lahar
letusan. Berat jenis aliran lahar tersebut dapat merusak apapun.
3. Lahar letusan, lahar yang terjadi karena eksplosif gunung berapi yang punya
danau kawah. Jauh atau tidak penyebaran lahar letusan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu abnyak sedikitnya air dalam kawah, dataran sekitar
gunung yang luas, serta keadaan morfolog sekeliling kawah tersebut.
4. Lahar hujan, terbentuknya lahar yang disebabkan proses terjadinya hujan.
Lahar hujan dapat terbentuk lama setelah gunung berapinya meletus atau
langsung setelah terjadinya letusan gunung api. Besar atau kecilnya lahar
hujan dipengaruhi oleh intensitas curah hujan, bnayak sedikitnya endapan
gunung berapi yang memiliki kandungan abu (material yang dapat
membentuk lahar). Lahar hujan di Indonesia yang sudah sangat populer
adalah lahar hujan gunung Galunggung, Merapim Semeru, dan Agung.
5. Awan panas, suhu mencapai 2000 – 8000ºC dapat menyerang wilayah sekitar
gunung berapi hingga radius 10 km bahkan lebih jauh. Kecepatan awan
panas kurnag lebih 60 sampai 145 km/jam. Awan panas ini selain dapat
merusak bangunan dan pemukiman warga juga dapat membuat pepohonan
tumbang dan akar pohon tercabut dari tanah. Dua jenias awan panas, yaitu
awan panas surge dapat menyerang dengan radius yang lebih jauh, sehingga
menjangkau daerah lebih luas dan awan panas block and ash flow yang
arahnya akan ikut dengan lembah gunung.
6. Hujan abu, hujan abu akibat erupsi gunung berapi biasanya berisi debu, pasir,
butiran lempung dan dapat berdampak pada tingginya keasaman air,
rusaknya pepohonan dan berbagai jenis tanaman termasuk lahan pertanian,
menyebabkan penyakit mata dan infeksi saluran napas. Apabila terjadi hujan
abu dihimbau untuk menggunakan masker dan kacamata serat jangan lupa
untuk membersihkan sisa hujan abu yang mengendap di atpa rumah.
7. Batuan pijar, lontaran batu pijar dapat terjadi tatkala gunung berapi meletus
dan mengarah ke mana saja. Dapat membakar dan merusak bangunan, hutan,
kematian manusia dan hewan. Untuk menghindar dari lontaran batu pijar,
sebaliknya mengungsi jauh-jauh ke wilayah yang aman (jauh dari gunung).
8. Guguran lava pijar, guguran lava ini berasal dari aliran lava atau kubah lava.
Longosrnya bisa sampai berjuta meter kubik sehingga sangat berbahaya bagi
lingkungan sekitarnya.

2.6. Penanggulangan Bahaya Letusan Gunung Api


Penanggulangan dilakukan sejak dini dimulai dari gunung berstatus siagia.
1. Memantau terus aktivitas gunung api yang aktif.
2. Informasi ketika sudah tampa tanda gunung akan meletus dapat tersampaikan
ke masyarakat sekitar dengan cepat berkat pemantauan intensif.
3. Bahaya karena aliran lahar, dapat dicegh dengan membuat tanggul dan
mengurangi jumlah air kawah
4. Wilayah yang rawan bencana sebaiknya ditinggalkan karena membahayakan
keselamatan penduduk.
5. Pemetaan wilayah rawan bencana.
BAB 3

PEMBAHASAN

3.1. Peran Perawat dalam Tanggap Bencana

Peran perawat pada pra-bencana:

1. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam


penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya.
2. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintah, organisasi lingkungan,
palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam
memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana
kepada masyarakat.
3. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan ke siapan
masyarakat dalam menghadapi bencana yang meliputi hal-hal berikut:

1) Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut).

2) Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota


keluarga yang lain.

3) Pembekalan informasi tentang bagaimana menyimpan dan membawa


persediaan makanan dan penggunaan air yang aman.

4) Perawat juga dapat memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat
seperti dinas kebakaran, rumah sakit, dan ambulans.

5) Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau posko-posko


bencana.

6) Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa seperti pakaian


seperlunya, radio portable, senter beserta baterai dan lainnya.

7) Bersama tim dokter, menyiapkan kebutuhan rumah sakit lapangan dan tim
ambulans.

8) Berdiskusi bersama tim dokter tentang penyakit yang timbul akibat bencana
sehingga dapat mempersiapkan obat-obatan atau alat kesehatan yang sesuai.

Peran Perawat dalam intra bencana:

1) Bertindakcepat
2) Melakukanpertolonganpertama

3) Menentukan status korbanberdasarkantriase

4) Merujukpasiensegera yang memerlukanfasilitaskesehatan yang lebihlengkap.

5) Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti,


dengan maksud memberikan harapan yang besar pada para korban selamat.

6) Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan.

7) Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan (coordination and create


leadership).

8) Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang terkait dapat mendiskusikan


dan merancang master plan of revitalizing, biasanya untuk jangka waktu 30
bulan pertama.

Peran perawat pada pasca bencana menurut Feridan Makhfudli (2009) adalah
perawat berkerjasama dengan tenaga kesehatan lain dalam memberikan bantuan
kesehatan kepada korban seperti pemeriksaan fisik, wound care secara menyeluruh dan
merata pada daerah terjadi bencana. Saat terjadi stre spsikologis yang terjadi dapat terus
berkembang hingga terjadi post-traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan
sindrom dengan tiga kriteria utama yaitu trauma pasti dapat dikenali, individu
mengalami gejala ulang traumanya melalui flash back, mimpi, ataupun peristiwa-
peristiwa yang memacunya dan individu akan menunjukkan gangguan fisik, perawat
dapat berperan sebagai konseling. Tidak hanya itu perawat bersama masyarakat dan
profesi lain yang terkait bekerja sama dengan unsur lintas sektor menangani masalah
kesehatan masyarakat pasca-gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan menuju
keadaan sehat dan aman. Selain itu perawat dapat melakukan pelatihan-pelatihan
keterampilan yang difasilitasi dan berkolaborasi dengan instansi ataupun LSM yang
bergerak dalam bidang itu. Sehinnga diharapka nmasyarakat di sekitar daerah bencana
akan mampu membangun kehidupannya kedepan lewat kemampuan yang dimilikinya.
BAB 4
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Gunung dibagi menjadi dua klasifikasi yaitu, gunung bersifat aktif dan gunung
bersifat tidak aktif. Gunung bersifat aktif merupakan gunung yang memiliki potensi
untuk meletus sehingga menimbulkan bencana sedangkan gunung bersifat tidak aktif
merupakan gunung yang tidak berpotensi meletus dan tidak menyebabkan bencana.
Gunung meletus merupakan satu diantara bencana alam yang disebabkan aktifitas dari
gunung aktif. Beberapa dampak akibat bencana gunung meletus, dampak positif dan
dampak negatif. Perawat memiliki tiga peran dalam hal tersebut yaitu, sebelum
terjadinya bencana, saat terjadi bencana, dan sesudah terjadi bencana.

4.2. Saran

Perawat perlu memahami kondisi lingkungan dan masyarakat, terutama pada pola
pikir, karena hal tersebut memberi pengaruh ketika bahaya gunung meletus
mengancam. Perawat perlu mempelajari peran perawat dalam situasi gawat darurat,
seperti kondisi bencana gunung meletus. Perawat perlu memiliki sifat cepat, tanggap,
dan cekatan untuk menangani korban bencana alam, pandai memilah memilih status
korban, memantau kondisi, dan tidak lupa memberi edukasi selanjutnya untuk korban
yang selamat.
DAFTAR PUSTAKA

Ruwanto Bambang. 2008. Gunung Meletus. Yogyakarta: Kanisius 2008.

Yulaelawati Ella, Usman Syihab. 2008. Mencerdasi Bencana. Jakarta: 2008.

Safri Regina. 2015. Belajar Membumi dengan Mbah Rono. Yogyakarta: Galangpress: 2015.

Anda mungkin juga menyukai