PENDAHULUAN
Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat
didefinisikan sebagai suatu saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava)
yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke
atas permukaan bumi, termasuk endapat hasil akumulasi material yang dikeluarkan saat
meletus. Istilah gunung api juga dipakai untuk menamai fenomena pembentukan ice
volcamoes atau gunung api es dan mud volcamoes atau gunung api lumpur. Gunung api
es biasaterjadi di daerah yang mempunyai musim dingin bersalju, sedangkan gunung
api lumpur dapat kita lihat di daerah kuwu, grobongan, jawa tengan yang populer
sebagai bleduk kawu.
Gunung berapi terdapat beberapa bentuk sepanjang masa hihupnya. Gunung
berapi yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum akhirnya
menjadi aktif atau mati. Bagaimanapun gunung berapi mampu isirahat dalam waktu
610 tahun sebelum berubah menjadi aktif kembali. Oleh itu, sulit untuk menentukan
keadaan sebenarnya daripada suatu gunung berapi itu, apakah gunung berapi sedang
berada dalam keadaan istirahat atau telah mati.
TINJAUAN TEORI
2.1. Definisi
Gunung adalah satu diantara bentuk bentang alam yang menonjol dibandingkan
dengan wilayah sekitarnya. Gunung terdiri atas puncak dan lereng. Gunung meletus
terjadi karena adanya tenaga dari dalam bumi yang mendorong magma yang ada di
bawah permukaan bumi. Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan
bumi dengan suhu sangat tinggi (> 1.000ºC). Cairan magma yang keluar dari dalam
bumi disebut lava. Tidak semua gunung berapi sering meletus. Gunung berapi yang
sering meletus dijuluki sebagai gunung berapi aktif.
Gunung berapi adalah tonjolan di permukaan bumi yang terjadi akibat keluarnya
magma dari dalam perut bumi melalui lubang kepundan. Proses keluarnya magma ini
disebut erupsi. Erupsi membawa serta bahan-bahan padat, cair, dan gas. Magma yang
keluar disebut lava, yang kemudian menimbun permukaan bumi di sekitar lubang
kepundan. Lava itu semakin lama semakin tinggi, biasanya erupsi disertai letusan
gunung berapi. Letusan yang kuat disebut eksplosi, sedangkan letusan lemah disebut
efuise. Letusan dahsyatnya biasanya disebabkan lepasnya gas atau magma secara tiba-
tiba akibat tekanan dari dalam perut bumi.
Dalam perjalanan naik dari dapur magma ke permukaan bumi, magma sering
menghancurkan dan meruntuhkan batuan-batuan dilaluinya, sehingga terjadi gempa
bumi. Oleh karena itu, antara gempa bumi dan letusan gunung berapi sering kali terjadi
beriringan. Letusan gunung berapi dapat memicu terjadinya gempa bumi, sebaliknya
gempa bumi dapat memicu letusan gunung berapi. Gempa bumi dapat menyebabkan
material penyumbat kepundan goyah, bergeser, atau pecah, sehingga magma dan gas
yang tersumbat di bawahnya menemukan celah untuk keluar.
Pada saat meletus, gunung berapi dapat menyemburkan lava, batu-batuan, gas,
dan material panas lainnya, baik yang kecil selembut debu sampai material sebesar
gajah. Material ini memancar ke atas seperti kembang api dan terlempar hingga cukup
jauh (3 km). Dalam kondisi normalpun, gunung berapi aktif sering mengeluarkan asap.
Asap umumnya mengandung gas asam yang dapat menghentikan mesin pesawat
terbang sehingga dapat menimbulkan kecelakaan. Itulah sebabnya, para pilot selalu
menghindari gunung berapi aktif saat menerbangkan pesawat.
PEMBAHASAN
4) Perawat juga dapat memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat
seperti dinas kebakaran, rumah sakit, dan ambulans.
7) Bersama tim dokter, menyiapkan kebutuhan rumah sakit lapangan dan tim
ambulans.
8) Berdiskusi bersama tim dokter tentang penyakit yang timbul akibat bencana
sehingga dapat mempersiapkan obat-obatan atau alat kesehatan yang sesuai.
1) Bertindakcepat
2) Melakukanpertolonganpertama
Peran perawat pada pasca bencana menurut Feridan Makhfudli (2009) adalah
perawat berkerjasama dengan tenaga kesehatan lain dalam memberikan bantuan
kesehatan kepada korban seperti pemeriksaan fisik, wound care secara menyeluruh dan
merata pada daerah terjadi bencana. Saat terjadi stre spsikologis yang terjadi dapat terus
berkembang hingga terjadi post-traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan
sindrom dengan tiga kriteria utama yaitu trauma pasti dapat dikenali, individu
mengalami gejala ulang traumanya melalui flash back, mimpi, ataupun peristiwa-
peristiwa yang memacunya dan individu akan menunjukkan gangguan fisik, perawat
dapat berperan sebagai konseling. Tidak hanya itu perawat bersama masyarakat dan
profesi lain yang terkait bekerja sama dengan unsur lintas sektor menangani masalah
kesehatan masyarakat pasca-gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan menuju
keadaan sehat dan aman. Selain itu perawat dapat melakukan pelatihan-pelatihan
keterampilan yang difasilitasi dan berkolaborasi dengan instansi ataupun LSM yang
bergerak dalam bidang itu. Sehinnga diharapka nmasyarakat di sekitar daerah bencana
akan mampu membangun kehidupannya kedepan lewat kemampuan yang dimilikinya.
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Gunung dibagi menjadi dua klasifikasi yaitu, gunung bersifat aktif dan gunung
bersifat tidak aktif. Gunung bersifat aktif merupakan gunung yang memiliki potensi
untuk meletus sehingga menimbulkan bencana sedangkan gunung bersifat tidak aktif
merupakan gunung yang tidak berpotensi meletus dan tidak menyebabkan bencana.
Gunung meletus merupakan satu diantara bencana alam yang disebabkan aktifitas dari
gunung aktif. Beberapa dampak akibat bencana gunung meletus, dampak positif dan
dampak negatif. Perawat memiliki tiga peran dalam hal tersebut yaitu, sebelum
terjadinya bencana, saat terjadi bencana, dan sesudah terjadi bencana.
4.2. Saran
Perawat perlu memahami kondisi lingkungan dan masyarakat, terutama pada pola
pikir, karena hal tersebut memberi pengaruh ketika bahaya gunung meletus
mengancam. Perawat perlu mempelajari peran perawat dalam situasi gawat darurat,
seperti kondisi bencana gunung meletus. Perawat perlu memiliki sifat cepat, tanggap,
dan cekatan untuk menangani korban bencana alam, pandai memilah memilih status
korban, memantau kondisi, dan tidak lupa memberi edukasi selanjutnya untuk korban
yang selamat.
DAFTAR PUSTAKA
Safri Regina. 2015. Belajar Membumi dengan Mbah Rono. Yogyakarta: Galangpress: 2015.