Anda di halaman 1dari 8

MENGINGAT DAN MELUPAKAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Psikologi Kognitif
DosenPengampu : Khairani Zikrinawati,S.Psi., M.A.

Disusun Oleh kelompok 4 :


1. I'sy Fitri Karimah 2007016053
2. Sari putri 2007016060
3. Ayu Rachmawati 2007016085
4. Putri Hasta 2007016081
5. Muhammad Rizal Ghibran 2007016087

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
A. Mengingat

Mengingat merupakan kata kerja yang berasal dari kata "Ingat atau Ingatan'". Ingatan
adalah kemampuan untuk mencamkan, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan. Ingatan
yang baik adalah yang cepat maupun mudah mencamkan, setia, teguh, tahan lama dalam
meny impan, dan siap sedia (cepat) dalam memproduksi. Mengingat adalah proses
menerima,menyerap, menyimpan, dan mengeluarkan kembali informasi yang telah diterima
melalui pengamatan, kemudian disimpan dalam pusat kesadaran (otak) setelah diberikan
tafsiran. Sifat-sifat dari ingatan yang baik adalah: Cepat, setia, kuat, luas, dan siap. Ingatan
dikatakan cepat, apabila dalam mencamkan kesan-kesan tidak mengalami kesulitan. Ingatan
dikatakan setia, apabila kesan yang telah dicamkan itu tersimpan dengan baik dan stabil.
Ingatan dikatakan kuat, apabila kesan-kesan yang tersimpan bertahan lama. Ingatan dikatakan
luas, apabila kesan-kesan yang tersimpan sangat bervariasi dan banyak jumlahnya. Ingatan
dikatakan siap, apabila kesan-kesan yang tersimpan sewaktu-waktu mudah direproduksikan
ke alam kesadaran.

Soal mengingat dan lupa dalam psikologi biasa dikemukakan dengan satu pengertian,
yaitu "retensi". Retensi menunjukkan hal mengingat dan lupa yang keduanya hanya
merupakan sudut tinjauan yang berbeda tentang sesuatu yang satu. Untuk mengatasinya,
maka bahan yang ingin kita ingat dengan baik harus diulang-ulang sacara terus-menerus
Untuk itu subjek mampu membagi dan memanfaatkan waktu dengan baik. Dalam hal
mengingat, orang sering mengalami kesulitan yang disebabkan karena adanya "interferensi".
Interferensi adalah hambatan ingatan atau belajar akibat masuknya bahan-bahan yang
terdahulu.

Pada tahapan Mengingat Para ahli psikologi mengetahui pentingnya membuat dua
perbedaan dasar mengenai ingatan. Yang pertama, mengenai tiga tahapan ingatan,
memasukkan pesan dalam ingatan (encoding), penyimpanan (storage), dan mengingat
kembali (retrieval). Yang kedua mengenai dua jenis ingatan - ingatan jangka pendek dan
ingatan jangka panjang.

B. Melupakan

Kebalikan dari ingatan adalah lupa artinya makin banyak kita ingat maka makin
sedikit kita melupakan. Kelupaan dapat terjadi diantaranya karena kesan yang diterima telah
berangsung lama atau tidak menarik perhatian lagi dan karena masuknya tanggapan baru.
Fenomena lupa dapat terjadi pada siapa pun. Tidak seluruhnya pengalaman tersimpan dalam
memori. Menurut Gulo dan Rebber lupa adalah ketidak mampuan mengenal atau mengingat
sesuatu yang pernah dipelajari atau dialaminya. Dan menurut salah seorang ahli psikologi
lupa adalah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau mereproduksi kembalı apa-apa yang
sebelumnya telah dipelajarn. Mungkin saja ada beberapa orang yang frustasi, karena sering
sekali mengalami lupa pada hal sudah berusaha untuk mengingat apa yang telah
dipelajarinya. Sehingga seringkali timbul pertanyaan-pertanyaan dari dalam diri siswa untuk
apa belajar kalau nantinya tidak dapat diingat kembali atau lupa jua. Dan siswa cenderung
menganggap bahwa lupa adalah sebagai musuh besar.

C. Proses Terjadinya Lupa

Banyak orang berpendapat lupa itu terjadi disebabkan oleh lamanya waktu antara
terjadinya pengalaman dengan terjadinya proses ingatan. Karena telah lama, maka mudah
untuk dilupakan. Setelah dilakukan penyelidikan lebih lanjut, ternyata pendapat tersebut tidak
benar.Kita telah melihat bahwa kita menyimpan lebih banyak daripada yang biasanya dapat
kita panggil kembali dan bahwa fakta-fakta yang kita lalaikan suatu saat dapat menyelinap ke
dalam pikiran kita di waktu yang lain; boleh jadi tampaknya ada dasar untuk mengasumsikan
bahwa tidak ada penngalaman yang sepenuhnya terlupakan. Oleh sebab itu, mungkin lebih
tepat untuk memahami, bahwa "melupakan" bukan kegagalan menyimpan, tetapi ketidak
mampuan untuk memanggil kembali.

Deskripsi "melupakan" ini mencakup jenis-jenis yang kita akrab dengannya; pelupaan
"pasif" yang berlangsung karena belalunya waktu ketika pembelajaran orisinal tidak tuntas,
atau ketika pengalaman orisinal relatif tidak signifikan; pelupaan "aktif" adalah hasil dari
kemauan, sadar atau tidak sadar, untuk membuang dari pikiran kita gagasan-gagasan yang
mungkin menyebabkan perasaan sakit. Kemampuan kita untuk melup ak an atau seperti yang
telah dideskripsikan, ketidakmampuan kita untuk memanggil kembali harus dipandang bukan
sebagai kesialan tetapi keringanan yang penuh berkah. Jika kita dapat menjaga keseimbangan
mental kita dengan melupakan pengalaman tak menyenangkan, setidaknya untuk beberapa
waktu, kita beruntung dengan melupakannya. Lagipula, ketika kita melupakan rincian yang
tidak penting atau tidak relevan, kita jauh bisa lebih berkonsentrasi opada fakta yang penting.
Bila setiap pemikiran membawa semua gagasan yang terkait dengannya, maka kita akan
dibanj iri oleh bahan dan tidak bisa memanfaatkannya dengan baik. Berpikir secara jemih
mungkin sama pentingnya dengan "melupakan" rincian yang tidak relevan dengan mengingat
rincian yang relevan saja. Pelupaan "aktif", yakni penekanan terhadap memori yang mungkin
tidak menyenangkan pada dirinya sendiri maupun yang berperan sebagai petunjuk untuk
memanggil kembali pengalaman yang tidak menyenangkan lainnya. Kita semua akrab
dengan pelupaan jenis ini. Kita lupa mengeposkan surat sehingga akan mengantarkan kita
pada aktivitas sosial yang tidak diinginkan, atau perasaan bahwa kita telah membayar terlalu
mahal beberapa jenis jasa yang dberikan kepada kita, kita mengirimkan cek tetapi lupa
menandatanganinya. Terkadang ketidakmampuan yang lebih permanen untuk mengingat
terjejaki akibat penekanan yang sama, seperti ketidaksukaan pada nama seseorang ditemukan
menjadi penyebab ketidak mampuan mengingat nama-nama secara umum.

Pelupaan yang disebabkan oleh berlalunya waktu. Pengalaman yang sangat berarti
bagi kita adalah yang relatif tidak terpengaruh oleh waktu, tetapi bahan yang kita pelajari
melalui pengulangan -misalnya, tanggal, tabel, puisi- rupanya berangsur-angsur hilang dari
pikiran kita. Disamping perolehan- perolehan yang disebabkan oleh ingatan, laju pelupaan
terhadap bahan tersebut adalah yang paling cepat segera setelah pembelajaran dan kemudian
melambat secara berangsur-angsur. Tetapi, dengan revisi-revisi berjarak yang sesuai, kita
dapat menjaga laju pelupaan ini. Karena pelupaan ini cepat maka pertama-tama kita harus
meninjau kembali segera setelah pembelajaran dan kemudian merevisinya dalam interval-
interval. Interval antar revisi dapat dibuat lebih lama dan lebih lama lagi, karena laju
pelupaan pun melambat. Fakta ini mempunyai nilai praktis bagi para guru, sebab
mengingatkan bukan revisi merusak yang dilakukan hanya untuk mengisi periode-periode
yang jarang dan juga bukan ledakan tunggal revisi terkonsentrasi pada akhir semester atau
tahunlah yang sebernilai atau yang seekonomis revisi sistematis pada interval-interval
berjarak yang sesuai. Ada beberapa cara yang menerangkan proses terjadinya lupa tersebut,

di antaranya adalah:

1. Cara memasukkan atau belajar kurang tepat.


2. Kekuatan menyimpan (retensi) yang kurang baik
3. Lupa sebenarnya menyangkut dengan penggalian ingatan (Long trem memory)
penggalian (retrieval) berlangsung sesudah nmateri pelajaran diolah (enconding)
dan dimaksukkan dalam LTM (storage).
4. Selama proses belajar berlangsung siswa membutuhkan hasil penggalian dari
ingatannya pada saat:
5. Unit pelajaran ("working memory")
6. Hasil belajar yang akan diterapkan diluar lingkup bidang studi yang bersangkutan
7. Harus memberikan prestasi pada akhir proses belajar.

Terjadinya lupa ditinjau melalui fase menggali o fase prestasi, karena dalam kedua
fase itu dapat terjadi kesulitan dalam penggalian (retrieval) "keluar" menyangkut fase
konsentrasi, karena semua unsure dalam materi pelajaran yang tidak relevan tidak akan
diperhatikan lagi Dalam belajar, lupa kerap kali dialami dalam bidang belajar kognitif, di
mana anak didik harus banyak "belajar verbal", yaitu belajar yang menggunakan bahasa.

D. Faktor-faktor yang menyebabkan Lupa

Hasil penelitian dan refleksi atas pengalaman belajar di sekolah memberikan petunjuk
bahwa sesuatu yang pernah dicamkan dan dimasukkan dalam ingatan, tetap menjadi milik
pribadi dan tidak menghilang tanpa bekas dan mengendap kealam bawah sadar. Penggalian
kesan-kesan terpilih bisa karena kekuatan "asosiasi" atau bisa juga karena kemauan yang
keras melakukan "reproduksi" dengan pengandal an konsentrasi. Tepat apa yang pernah
dikemukakan oleh Gulo (1982) dan Reber (1988) bahwa lupa sebagai ketidak mampuan
mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami (Muhibbinsyah,
1999:151) Jadi, lupa bukan berarti hilang.

Sesuatu yang terlupakan tentu saja masih dimiliki dan tersimpan di alam bawah
sadar, sedangkan sesuatu yang hilang tentu saja tidak tersimpan di alam bawah sadar. Lupa
adalah fenomena psikologis, suatu proses yang terjadi di dalam kehidupan mental. Ingatan
sering dianggap sebagai suatu kemampuan atau kepastian yang bersifat umum. Misalnya
intelegensi atau kemampuan ini elektual, yang sedikit banyak berdiri sendiri.

Faktor faktor yang menyebabkan lupa

Karena apa yang dialami itu tidak pernah digunakan atau diingat lagi. Adanya
hambatan-hambatan yang terjadi karena gejala-gejala isi jiwa yang lain Represi atau
tekanan.Karena selalu mengalami tekanan, maka lama kelamaan menjadi lupa. Dalam
literature ilmiah yang membahas sebab-sebab terjadinya lupa, dapat ditemukan berbagai
pandangan antara lain adalah :

Menurut Woodworth, gejala lupa disebabkan bekas-bekas ingatan yang tidak lama
kelamaan akan terhapus, dengan berlangsungnya waktu, terjadinya proses penghapusan yang
mengakibatkan suatu bekas ingatan menjadi kabur dan lama kelamaan hilang sendiri.
Pandangan ini dikaitkan dengan proses fisiologis yang belangsung pada sel-sel otak,
digambarkan bahwa pada saat fiksasi, kesan-kesan yang dicamkan ini diterima dan
ditanamkan dalam struktur fisik sel-sel otak.

Pandangan yang lain menunjukkan pada suatu motif tertentu, sehingga orang sedikit
banyak mau melupakan sesuatu, misalnya kejadian atau peristiwa yang tidak menyenangkan
lebih mudah dilupakan dari pada yang menyenangkan. Jadi, disini terdapat pegnaruh dari
motivasi terhadap penyimpanan.inilah kasus lupa yang berformatif. Kedua pandangan yang
dijelaskan di atas mengandaikan bahwa terjadinya sesuatu selam fase penyimpanan (retensi),
sehingga penggalian (evokasi) menjadi lebih sukar.

Faktor-faktor penyebab lupa yang lain menurut Muhibbin Syah adalah:

1. Lupa karena perubahan situasi lingkungan

2. Lupa karena perubahan sikap dan minat

3. Lupa karena perubahan urat saraf otak

4. Lupa karena kerusakan informasi sebelum masuk ke memori

Menurut riset tentang daya ingat dan kelupaan, faktor – faktor penyebabnya adalah :

• Gangguan

Salah satu alasan penting mengapa orang lupa adalah gangguan (Anderson,
1995; Dempster & Corkill, 1999). Gangguan (interference) terjadi ketika informasi
bercampur-baur, atau disingkirkan oleh informasi lain.

• Hambatan Retroaktif

Gangguan ini terjadi ketika informasi yang dipelajari sebelumnya hilang


karena informasi tersebut tercampur dengan informasi baru dan agak mirip. Ada dua
cara untuk mengurangi hambatan retroaktif bagi siswa. Yang pertama adalah dengan
tidak mengajarkan konsep yang mirip dan membingungkan terlalu dekat dari segi
waktu. Kedua ialah menggunakan metode yang berbeda untuk mengajarkan konsep
yang mirip. Cara terbaik untuk memastikan penyimpanan jangka panjang bahan yang
diajarkan di sekolah ialah memastikan bahwa siswa telah menguasai bagian-bagian
penting bahan tersebut. Hal ini berarti sering menilai pemahaman siswa dan
mengajarkan kembali kalau ternyata siswa belum mencapai tingkat pemahaman yang
memadai.
• Hambatan Proaktif

Hambatan proaktif (proactive inhibition) terjadi ketika pembelajaran suatu


bagian informasi mengganggu pembelajaran informasi berikutnya.

E. Perbedaan masing-masing orang dalam perlawanan terhadap gangguan :


✓ Fasilitasi
✓ Efek Kepertamaan dan Kebaharuan
✓ Otomatisasi

F. Meningkatkan Ingatan

Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal
siswa. Banyak ragam kiat yang dapat dicoba siswa dalam meningkatkan daya ingatannya,
antara lain menurut Barlow (1985), Reber (1988), dan Anderson (1990), adalah sebagai
berikut:

1. Overlearning

Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas


penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu. contoh yang dapat dipakai untuk
over learning, antara lain pembacaan teks Pancasila pada setiap hari Senin
memungkinkan ingatan siswa terhadap teks Pancasila lebih kuat.

2. Extra Study Time

Extra study time (tambahan waktu belajar) adalah upaya penambahan


alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi (kekeapan) aktivitas belajar

3. Mnemonic Device

Mnemonic device artinya muslihat yang dapat membantu ingatan. Sering


juga hanya disebut mnemonic (baca: ni'manik). Ini adalah kiat khusus yang
dijadikan "alat pengait'" mental untuk memasukkan informasi-informasi ke dalam
system ingatan anak didik.

Contohnya, saat kamu pertama kali belajar mengendarai sepeda waktu kecil. Setahun
setelahnya, mungkin kamu masih bisa mengingat, warna sepeda yang kamu naiki, merknya,
sampai lokasinya secara jelas. Tapi, belasan tahun sesudahnya, kamu mulai lupa sedikit demi
sedikit rincian kejadiannya. Entah itu lupa warna sepedanya, merknya, atau lokasi yang
hanya bisa kamu ingat samar-samar. Sampai akhirnya, lambat laun, ingatanmu tinggal
sebatas, “kamu pernah belajar naik sepeda waktu kecil”. Nah, hal itu terjadi karena kamu
cenderung mengingat kejadian utamanya aja, yaitu “pertama kali belajar mengendarai
sepeda” dan “sewaktu kecil”. Jadi, jejak-jejak memori yang lain, seperti warna, merk sepeda,
dan lokasi, semakin lama akan memudar dan menghilang. Contoh lain, ketika kamu
menerapkan belajar SKS (Sistem Kebut Semalam) untuk ulangan Matematika esok hari.
Kamu belajar nonstop, menghafal semua rumus dan definisi dari beberapa topik, hingga
latihan soal. Tapi, karena otakmu dipaksa mengingat banyak informasi dalam waktu yang
singkat, akhirnya informasi-informasi tersebut akan saling campur aduk. Akibatnya,
keesokan harinya, materi yang kamu pelajari semalam nggak bisa semuanya kamu ingat.
Oleh karena itu, belajar SKS sangat nggak dianjurkan ya, karena hasilnya juga nggak akan
maksimal.

Daftar Pustaka:

http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/77057

https://www.academia.edu/12647668/Mengingat_dan_Melupakan
Ling J., dan Catling, J. 2012. Psikologi Kognitif. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai