Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Telah diketahui bahwa untuk aktifitas sekecil apapun harus memiliki

kekuatan otot yang performance nya baik, terlebih lagi untuk aktifitas berat seperti

mendorong benda, mengangkat barang yang berat dan lain sebagainya. Untuk

melakukan itu semua harus ditunjang oleh kekuatan otot yang maksimal, karena

kekuatan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan

kualitas kondisi fisik. Jika tidak akibatnya produktifitas kerja pun akan menurun.

Kekuatan otot adalah kekuatan maksimum otot yang ditunjang oleh umur, jenis

kelamin, jenis serabut otot, ukuran crossectional otot dan tipe kontraksi otot yang

merupakan kekuatan untuk menahan beban maksimal disekitar aksis sendi1.

Salah satu otot yang memiliki peran penting dalam beraktifitas olahraga

adalah otot biceps. Otot bicep sebagai salah satu komponen yang dapat

menghasilkan gerakan melalui kontraksinya membutuhkan suatu kekuatan untuk

menghasilkan performance yang tinggi. Kerja otot bicep yang maksimal dapat

meningkatkan kemampuan kerja seseorang yang pada akhirnya akan

meningkatkan produktifitasnya2. Otot ini memiliki fungsi utama yaitu sebagai

penggerak sendi siku untuk gerakan fleksi. Gerakan fleksi sendiri memiliki peran

penting dalam beberapa cabang olahraga seperti beladiri, tenis, bulu tangkis

bahkan berlari. Otot Biceps adalah otot yang dominan memiliki serabut otot tipe II

1 Kapanji, The physiology of The Joints ; Volume 1 Upper Limb, (Churchill Livingstone, New York. 2014) h.
34
2 Melianita dan Hardjono. Perbedaan Pengaruh Pemberian Latihan Metode De Lorme Dengan Latihan

Metode Oxford Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Quadriceps. (Jurnal Fisioterapi Indonusa, 2015) h. 16

1
2

atau tipe fast twicth, Otot tipe fast twicth adalah otot yang memiliki serabut otot

putih sehingga memiliki kontraksi otot yang cepat dan tajam sebagai otot tipe I

yang merupakan penggerak sendi maka otot tersebut akan dapat dengan mudah

mengalami peningkatan kekuatan otot bila diberikan latihan khususnya latihan

beban.

Namun pada kenyataan / realita di lapangan berdasarkan hasil pengamatan

di Elcavana Gym sebagian besar member mengikuti latihan dengan tujuan utama

penambahan massa otot bicep, dalam pelaksanaannya sebagian besar member

salah menerapkan latihan beban terhadap progam latihan. Menurut pengalaman

penulis banyak terjadi kesalahan yang mendasar dalam proses pelaksanaan

progam latihan. Contohnya member fitness tidak menyesuaikan beban latihan

terhadap kemampuan tubuh yang dimiliki karena setiap orang memiliki

kemampuan tubuh yang berbeda-beda. Selain itu berdasarkan hasil wawancara

terhadap 20 member fitness Elcavana Gym, latihan yang diterapkan masih bersifat

monoton yaitu dengan melatih otot besar terus menerus dan otot kecil sering

dilupakan untuk dilatih. Selain itu juga dalam melakukan latihan di Elcavana Gym

dalam seminggu bisa enam sampai tujuh kali latihan. Dengan hal tersebut otot

tidak akan bisa berkembang dengan maksimal karena otot perlu istirahat, sehingga

dalam pembentukan otot tidak sesuai yang diharapkan.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi di lapangan di atas, diperlukan

solusi dalam upaya meningkatkan kekuatan bicep para member Elcavana Gym

yaitu melalui latihan dumbbel dan barbel dengan program latihan yang tepat

sehingga latihan lebih terarah dan lebih efektif dalam pelaksanaannya. Latihan
3

dumbbell dan barbell merupakan salah satu variasi dari latihan beban yang

memiliki tujuan untuk meningkatkan kekuatan otot lengan dan bahu, terutama

otot biceps. Latihan menggunakan alat yang berupa dumbbell dan barbell3.

Latihan ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan Mahfudz Irwansyah, hasil

penelitiannya menyimpulkan bahwa:

Simpulan dari hasil penelitian yaitu program latihan dumbell twist curl
dengan model 8mwo dan superset sama-sama efektif dalam pembentukan
hypertrophy otot biceps, oleh karena itu penulis mengajukan saran untuk
program latihan dengan tujuan untuk pembentukan hypertrophy otot
biceps dapat menerapkan latihan dumbell twist curl dengan model 8mwo
dan superset4.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan Amat Nordin dengan kesimpulan

sebagai berikut:

Berdasarkan analisis uji t menghasilkan T hitung sebesar 21.95 dan


Ttabel1.812, berarti Thitung>Ttabel. Berdasarkan analisis data statistik,
terdapat rata-rata pree-test sebesar 12.1 dan rata-rata post-test sebesar 15.7,
maka data tersebut normal. Dengan demikian, terdapat pengaruh latihan
Barbell Pullover terhadap Kekuatan otot lengan dan bahu pada tim voli
putra SMP NEGERI 6 pekanbaru5

Dari uraian latar belakang dan hasil penelitian dari beberapa peneliti

diatas, maka penulis tertarik untuk mengujicobakan latihan dumbbel dan barbel

ini pada member Elcavana Gym, dan harapan penulis di akhir penelitian ini salah

satu latihan dari ke dua latihan ini dapat terbukti meningkatkan kekuatan bicep.

3 Wulandari, Cara Mengatasi Kegemukan. (Yogyakarta : Andi. 2012) h. 34


4 Mahfudz Irwansyah. Perbedaan Program Latihan Dumbell Twist Curl Dengan Model 8mwo Dan Superset
Terhadap Hypertrophy Otot Biceps Pada Member Fitness Maroz Gym. (Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu
Keolahragaanuniversitas Negeri Semarang. 2016) h. 61
5 Amat Nordin Pengaruh Latihan Barbell Pullover Terhadap Kekuatan Otot Lengan Dan Bahu Pada Tim

Voli Putra Smp Negeri 6 pekanbaru (Pendidikan Kepelatihan Olahraga fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Universitas Riau. 2015)
4

Penulis mengambil judul penelitian “Latihan Dumbbel Dan Barbel Untuk

Kekuatan Biceps Member Elcavana Gym”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis mengidentifikasi

masalah sebagai berikut:

1. Latihan yang diterapkan masih bersifat monoton yaitu dengan melatih otot

besar terus menerus dan otot kecil sering dilupakan untuk dilatih.

2. Latihan di Elcavana Gym dalam seminggu bisa enam sampai tujuh kali

latihan. Dengan hal tersebut otot tidak akan bisa berkembang dengan

maksimal karena otot perlu istirahat, sehingga dalam pembentukan otot tidak

sesuai yang diharapkan.

3. Padatnya aktifitas seseorang menurunkan tingkat kesadaran akan pentingnya

berolahraga.

4. Masih banyak para member fitness yang belum mengetahui tentang teknik-

teknik latihan dalam latihan beban.

5. Latihan dumbell dan barbell menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam

pembentukan hypertrophy otot biceps.

6. Belum diketahui latihan yang lebih efektif menggunakan latihan dumbell dan

barbell

C. Pembatasan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah serta agar

penelitian ini tidak menyimpang dari masalah yang sebenarnya maka penelitian
5

ini perlu adanya pembatasan masalah, adapun pembatasan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Aspek yang diteliti dan merupakan variable penelitian ini adalah :

a. Latihan dumbbel dan barbel (variabel bebas)

b. Kekuatan biceps (variabel terikat)

2. Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

eksperimen. Tujuan dari penelitian eksperimen yaitu untuk meneliti

kemungkinan sebab akibat dengan mengenakan satu atau lebih kondisi

perlakuan pada satu atau lebih kelompok eksperimen dan membandingkan

hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan6

3. Populasi dan sampel. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

seluruh jumlah member Elcavana Gym sebanyak 20 orang member dan

sampel yang digunakan sesuai dengan jumlah populasi yaitu 20 member

Elcavana Gym. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan total sampling yaitu semua anggota populasi dijadikan

sebagai sampel penelitian7.

4. Lokasi penelitian dilaksanakan di lingkungan fitness centre Elcavana Gym.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat ditarik rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh latihan dumbbel terhadap kekuatan biceps member

Elcavana Gym?
6 Michael. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. (Jakarta: UI-Press.2012) h. 24
7
Nursalam. Manajemen Keperawatan.Edisi 3. (Jakarta : Salemba Medika, 2011) h.23
6

2. Apakah terdapat pengaruh latihan barbel terhadap kekuatan biceps member

Elcavana Gym?

3. Apakah terdapat perbedaan pengaruh antara latihan dumbbel dengan latihan

barbel terhadap kekuatan biceps member Elcavana Gym?

E. Kegunaan Hasil Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Kegunaan teoritis dari penelitian ini adalah diperolehnya konsep-konsep

tentang latihan dumbbel dan barbel, bagaimana bentuk pelaksanaannya, kemudian

peranannya dalam meningkatkan kekuatan biceps yang dapat dijadikan rujukan

pengembangan keilmuan dalam dunia pendidikan olahraga.

2. Kegunaan Praktis

Hasil dari penelitian ini memiliki beberapa kegunaan, di antaranya :

a. SecaraTeoritis

1) Memberikan sumbangan pengetahuan, khususnya dalam bidang kebugaran.

2) Dapat dijadikan bahan kajian bagi peneliti selanjutnya sehingga hasilnya

lebih mendalam.

b. Secara Praktis

1) Memberikan pengetahuan bagi para member dalam menentukan jenis dan

metode latihan untuk merancang program latihannya dengan benar.

2) Memberi pengetahuan kepada management Elcavana Gym untuk

merancang menu latihan yang dipromosikan dalam fasilitasnya


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Anatomi Otot Biceps

Otot adalah sebuah jaringan konektif yang tugas utamanya adalah

berkontraksi yang berfungsi untuk menggerakan bagian-bagian tubuh baik yang

di sadari maupun yang tidak, sekitar 40% berat dari tubuh kita adalah otot. tubuh

manusia memiliki lebih dari 600 otot rangka. Otot memiliki sel-sel yang tipis dan

panjang. Otot bekerja dengan cara mengubah lemak dan glukosa menjadi gerakan

dan energi panas. Sel-sel otot ini dapat bergerak karena sitoplasma mengubah

bentuk8.

Otot adalah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu

berkontraksi. Jaringan otot terdiri dari sel-sel yang berbentuk panjang dan

ramping. Setiap sel otot mempunyai serabut otot, apabila serabut otot ini di

kumpulkan menjadi satu kesatuan maka akan menjadi salah satu alat tubuh yang

disebut daging, terdapat jaringan yang mengikat serat-serat otot menjadi satu

bagian pembungkus dan pelindung yaitu jaringan fibrosa. Jaringan ini berfungsi

sebagai tempat asal/origo dari beberapa dan tempatnya pembuluh darah dan saraf

untuk jaringan otot9.

Otot biceps brachialis adalah otot lengan berkepala dua. Otot ini meliputi

dua buah sendi dan mempunyai dua buah kepala (kaput). Kepala yang panjang

melekat didalam sendi bahu, kepala yang pendek melekatnya disebelah luar dan

8 Giri Wiarto, Fisiologi dan Olahraga. (Yogyakarta: Graha Ilmu. 2013) h. 51


9
Ibid., h. 52

7
8

yang kedua disebelah dalam. Otot itu kebawah menuju ke tulang pengumpil.

Dibawah uratnya terdapat kandung lendir. Fungsinya membengkokkan lengan

bawah siku, meratakan hasta dan mengangkat lengan10. Biceps adalah otot dua

kaput yang terletak disebelah anterior humerus11. Biceps adalah otot yang

mempunyai dua kepala12. Biceps dalam fitnes dan binaraga merupakan otot yang

paling sering ditonjolkan, dan melambangkan kekuatan. Bicepsperlu dilatih

dengan sedemikian rupa agar dapat seimbang dengantriceps13. Biceps adalah otot

utama pada lengan atas14.

Otot biceps dari lengan atas dilekatkan oleh tendon ke scapula. Perlekatan

ini biasanya tetapstasioner dan adalah asal (origo) dari otot. Ujung yang lain dari

otot dilekatkan pada radius. Perlekatan ini untuk menggerakkan otot dan diketahui

sebagai insersio dari otot. Bisep adalah otot fleksor, otot ini menekuk

sendi,mengangkat lengan saat ia memendek. Otot ini juga cenderung memutar

lengan untuk memposisikan telapak tengadah karena titik insersinya.Otot

kerangka biasanya dikaitkan pada dua tempat tertentu, tempat yang terkuat

disebut origo (asal) dan yang lebih dapa bergerak disebut insersio. Origo dianggap

sebagai tempat dari mana otot timbul, dan insersio adalah tempat kea rah mana

otot berjalan, tempat terakhir ini adalah struktur yang menyediakan kaitan yang

harus digerakkan oleh otot itu, kecuali pada sebagian kecil otot setiap otot dapat

10 Syaifuddin, B.Ac. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat (Cetakan 1), (Kedokteran EGC, Jakarta. 2012)
h. 43
11 Rosdiana A.R. Kamus Keperawatan. (Semarang: Para Media. 2014) h. 96
12 Diana. Kamus Kedokteran Lengkap. (Surabaya: Serba Jaya Surabaya. 2013) h. 76
13 Ade Rai. Gaya Hidup Sehat Fitness dan Binaraga. (Jakarta: Tabloid BOLA, 2012) h. 60
14
Arum Gayatri. Kamus Kesehatan. (Jakarta: Arcan 2010) h. 27
9

menggerakkan baik origo maupun insersionya, maka dikatakan bahwa origo dan

isersio dapat berbalik fungsi15.

Gambar 2.1 Otot BicepsSumber: (www.learningjust4u.wordpress.com)

Biceps timbul dari scapula dan berjalan turun ke lengan dan berinsersio di

radius, maka scapula merupakan tempat yang lebih terpancang, sedangkan radius

adalah tempat yang digerakkan oleh biceps, tetapi bila kedua tangan berpegangan

pada sebuah batang horisontal dan badan diangkat keatas setinggi lengan maka

biceps akan membantu gerakan ini, dan dengan demikian bekerja dengan origo

dan insersio yang terbalik, dalam hal ini radius menjadi tempat yang lebih kuat

mengait dan skapula tempat yang harus bergerak16 .

15 Evelyn Pearce, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. (Jakarta: Gramedia. 2011) h. 102
16
Ibid., h. 102
10

2. Dosis Latihan Untuk Peningkatan Massa Otot

Komponen-komponen latihan yang perlu diperhatikan dalam latihan, ada

beberapa faktor atau variabel latihan yang berupa ukuran atau dosis

latihan.Ukuran atau dosis latihan tersebut adalah:

1) Frekuensi Latihan

Frekuensi latihan merupakan elemen-elemen yang sangat dibutuhkan

dalam menentukan intensitas yang tepat dalam program-program yang berhasil,

agar efektif, latihan harus dilakukan atas dasar keteraturan, tetapi sadari juga

bahwa waktu istirahat antara hari-hari latihan sama pentingnya seperti latihan

sebenarnya. Tubuh membutuhkan waktu pulih kembali untuk membuang hasil

sampah latihan dari otot dan mengambil zat-zat makan yang sangat penting untuk

kelanjutan pertumbuhan otot17.

2) Intensitas Latihan

Intensitas latihan adalah besarnya kapasitas tenaga maksimal yang

dikeluarkan untuk menggerakkan beban, semakin tinggi intensitas latihan,

semakin tinggi pula tingkat penggunaan otot yang dilatih untuk menggerakkan

tubuh 18

3) Durasi latihan (time)

Durasi adalah ukuran yang menunjukkan lamanya waktu pemberian

rangsang (lamanya waktu latihan), sebagai contoh dalam satu kali tatap muka

(sesi) memerlukan waktu latihan 3 jam, berarti durasi latihannya selama 3 jam

tersebut. Untuk menentukankualitas latihan yang dilakukan, maka durasi latihan

17 Baechle, Latian Beban:Langkah-langkah Menuju Sukses. (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2003) h. 199
18
Ade Rai. Gaya Hidup Sehat Fitness dan Binaraga. (Jakarta: Tabloid BOLA, 2012) h. 31
11

akan selalu berhubungan dengan densitas latihan yang berkaitan erat

denganpemberian waktu recovery dan interval, dengan demikian durasi latihan

adalah lamanya waktu latihan dalam satukali tatap muka atau sesi latihan19.

Durasi latihan atau time adalah waktu atau durasi yang diperlukan setiap kali

berlatih, selain itu durasi dapat berarti waktu. Durasi menunjuk pada lama waktu

yang digunakan untuk latihan, jarak menunjukkan pada panjangnya langkah atau

kayuhan yang ditempuh, sedangkan kalori menunjuk pada jumlah energy latihan

yang digunakan selama latihan. Durasi dan intensitas latihan saling berhubungan,

peningkatan pada salah satunya yang lain akan menurun, hasil latihan kebugaran

akan tampak nyata setelah berlatih selama 8 sampai 12 minggu dan akan stabil

setelah 20 minggu berlatih.

4) Tipe latihan

Latihan akan berhasil jika latihan tersebut memilih metode latihan yang

tepat. Metode dipilih untuk disesuaikan dengan tujuan latihan, ketersediaan alat
20
dan fasilitas, serta perbedaan individu peserta latihan . Karakteristik metode

latihan sering dinamakan dengan tipe latihan, tipe latihan akan menyangkut isi

dan bentuk-bentuk latihan21.

5) Enjoyment

Enjoyment adalah bahwa latihan yang dipilih dapat dinikmati oleh atlet.

Atlet atau seseorang yang melakukan olahraga bias menikmati jenis dan metode

yang dilakukan selama olahraga.

19 Sukadiyanto dan Dangsina Muluk, Melatih Fisik. (Bandung : Lubuk Agung. 2011) h. 31
20 Suharjana, Dasar Kepelatihan. (Diklat.Yogyakarta: FIK UNY. 2012) h. 17
21
Ibid., h. 17
12

3. Latihan dumbel

Dumbell, digunakan untuk latihan dengan menggunakan satu atau dua

lengan. Alat ini lebih pendek dari barbell dan juga menawarkan banyak variasi

latihan. Latihan dumbbell merupakan salah satu variasi dari latihan beban yang

memiliki tujuan untuk meningkatkan kekuatan otot lengan dan bahu, terutama

otot biceps. Latihan menggunakan alat yang berupa dumbbell dan

bench/bangku22. Latihan dumbbell merupakan salah satu bentuk variasi dari

latihan beban, tujuan dari latihan ini yaitu untuk meningkatkan kekuatan otot

lengan khususnya pada bagian otot triceps. Latihan ini menggunakan alat yang

berupa bench/bangku dan dumbbell, cara pelaksanaannya yaitu dengan posisi

awal pegang satu dumbbell dengan tangan kanan, letakkan lutut kiri dibangku dan

tangan kiri lurus menahan badan dibangku. Sedangkan kaki kanan lurus menahan

badan. Pastikan punggung hampir horisontal atau sejajar lantai, pandangan lurus

ke bawah. Lengan atas kanan horisontal dan lengan bawah kanan lurus ke bawah.

Untuk gerakannya putar siku kanan sehingga lengan bawah kanan terputar ke

belakang hingga akhirnya lengan kanan lurus 180 derajat, jaga agar lengan atas

kanan tidak ikut bergerak23.

22 Wulandari, Cara Mengatasi Kegemukan. (Yogyakarta : Andi. 2012) h. 28


23
Federic Delavier, Strength Training (Anatomy. Human Kinetics. 2010) h. 27
13

Gambar 2.2 Latihan Menggunakan Dumbbel

4. Latihan Barbell

Barbell, digunakan untuk latihan dengan menggunakan dua lengan.

Barbell memberikan variasi latihan yang tidak mungkin diberikan pada mesin.

Barbell dilengkapi dengan lempengan beban dengan berat yang bervariasi.

Latihan ini merupakan latihan utama jika memang tujuan ingin

membentuk otot bisep. Ambil barbell dengan beban yang sesuai dengan

kemampuan, posisikan telapak tangan menghadap ke atas. Lalu, tubuh berdiri

tegak sambil memegang barbell yang diposisikan berada di depan panggul dengan

tangan berada di samping tubuh. Gerakan barbell mengayun ke atas dan

pertahankan posisi awal siku, jangan menggerakkan siku. Pada saat itu hanya

lengan bawah (forearm) yang bergerak mengayunkan barbell. 1 kali ayunan

barbell dihitung hingga tangan balik ke posisi semula. Untuk memulai ayunan

berikutnya, jangan memanfaatkan pantulan dari gerakan sebelumnya, mulailah

ayunan barbell seperti saat memulai latihan, yaitu berhenti dahulu baru memulai
14

ayunan berikutnya lagi. Tumpu semua beban yang rasakan ketika mengayun

barbell pada otot-otot bisep.

Gambar 2.3 Latihan Menggunakan Barbell

B. Penelitian yang Relevan

Kajian tentang penelitian yang relevan penting dilakukan untuk meneliti

hasil penelitian sebelumnya untuk mengetahui hasil penelitian dengan pokok

bahasan yang sama serta untuk menghindari adanya kesamaan yang berindikasi

plagiat.
15

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Yang Relevan

No Nama Jurnal Penelitian Hasil


1 Amat Nordin Pengaruh Latihan Barbell Pullover Terhadap Kekuatan Instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
Otot Lengan Dan Bahu Pada Tim Voli Putra Smp Expanding Dynamometer, yang bertujuan untuk mengukur
Negeri 6 Pekanbaru kekuatan otot lengan dan bahu. Setelah itu, data diolah dengan
statistik, untuk menguji normalitas dengan uji lilifors pada
taraf signifikan 0,05α. Hipotesis yang diajukan adalah adanya
pengaruh latihan Barbell Pull over Terhadap Kekuatan otot
lengan dan bahu.Berdasarkan analisis uji tmenghasilkan
Thitung sebesar 21.95 dan Ttabel1.812, berarti
Thitung>Ttabel. Berdasarkan analisis data statistik, terdapat
rata-rata pree-test sebesar 12.1 dan rata-rata post-test sebesar
15.7, maka data tersebut normal. Dengan demikian,terdapat
pengaruh latihan Barbell Pullover terhadap Kekuatan otot
lengan dan bahu pada tim voli putraSMP NEGERI 6
pekanbaru
2 Muhammad Iqbal Beda Pengaruh Latihan Dumbbellbeban Statis Dan berdasarkan uji beda pengaruh menggunakan uji Independent
Hamid Latihan Dumbbellbeban Dinamis Terhadap Sampels T-Test didapatkan hasil nilai Sig. (2-tailed)p 0.035 <
Pengingkatan Power Otot Biceps Brachii 0,05 yang bermakna Ho ditolak yaitu ada beda pengaruh
pemberian latihan dumbbell beban statis dan pemberian
latihan dumbbell beban dinamis.Kesimpulan : Data
disimpulkan ada beda pengaruh pemberian latihan dumbbell
beban statis dan pemberian latihan dumbbell beban
dinamisterhadap powerotot biceps brachii.
16

C. Hipotesis

Dalam sebuah penelitian diperlukan sebuah hipotesis, hal ini berfungsi

sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian. Selain itu pula

hipotesis dapat dijadikan sebagai awalan terhadap masalah penelitian. Selain itu

hipotesis dapat dijadikan sebagai awal terhadap pengujian kebenaran dari

permasalah penelitian. Hipotesis adalah kebenaran sementara yang ditentukan

oleh penelitian; tetapi masih harus dibuktikan atau diuji kebenarannya24. Mengacu

pada kajian teoretis dalam bab II di atas, maka hipotesis yang penulis ajukan

dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh latihan dumbbel terhadap kekuatan biceps member

Elcavana Gym

2. Terdapat pengaruh latihan barbel terhadap kekuatan biceps member Elcavana

Gym

3. Terdapat perbedaan pengaruh antara latihan dumbbel dengan latihan barbel

terhadap kekuatan biceps member Elcavana Gym

24
Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Bandung: Rosda Karya,2013) h.17
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui gambaran

secara umum mengenai pengaruh dari latihan dumbbel dengan latihan barbel

terhadap kekuatan biceps.

2. Tujuan Khusus

Sedangkan yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu:

a. Untuk mengetahui pengaruh latihan dumbbel terhadap kekuatan biceps

member Elcavana Gym

b. Untuk mengetahui pengaruh latihan barbel terhadap kekuatan biceps member

Elcavana Gym

c. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara latihan dumbbel dengan latihan

barbel terhadap kekuatan biceps member Elcavana Gym

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan dilingkungan fitness Centre Elcavana Gym.

Penelelitian dilakukan selama dua bulan. Lama latihan atau disebut prolonged

Exercise adalah sampai delapan minggu atau dua bulan program tersebut

dijalankan25. Latihan akan terlihat pengaruhnya setelah dilakukan selama 8

25Sajoto, Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dan teknik dalam Olahraga. (Semarang:
Dahara Prize, 2013) h.139

17
18

minggu26. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan lama latihan selama dua

bulan atau 26 kali pertemuan. Pertemuan pertama untuk melaksanakan pretest dan

pertemuan yang terakhir (ke-26) untuk melaksanakan posttest setelah diberikan

perlakuan.

C. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian pasti mutlak diperlukan metode yang akan

digunakan. Karena dengan menggunakan metode, maka terdapat cara untuk

menyelesaikan sebuah penelitian. Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah

untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu27. Artinya melalui

penggunaan metode serta pemilihan sebuah metode yang tepat maka akan

membantu jalannya sebuah penelitian. Beranjak dari sebuah permasalahan,

rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka metode yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah metode eksperimen.

Metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan

untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang

terkendalikan. Metode eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan

sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh

peneliti dengan mengeliminisasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor

lain yang mengganggu28. Jadi metode eksperimen ini digunakan untuk

mengungkap ada atau tidaknya pengaruh dari variabel-variabel yang telah dipilih

untuk dijadikan penelitian.

26 Suharjana. Latihan Beban. (Yogyakarta: FIK UNY. 2012) h. 47


27 Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). (Bandung: Alfabeta,
2014) h.3
28
Ibid., h.107) “
19

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti dapat menarik kesimpulan,

bahwa metode eksperimen adalah jenis metode penelitian yang dilakukan oleh

peneliti untuk mencari pengaruh akan variabel-variabelnya. Adapun alasan

penulis menggunakan metode penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini

penulis bertujuan untuk mengetahui sejauh mana berhasil atau tidaknya penerapan

latihan dumbbel dengan latihan barbel pada kekuatan biceps.

Desain dalam penelitian ini akan menggunakan quasi eksperimen. Jenis

penelitian ini hampir mirip dengan jenis penelitian klasik, namun lebih membantu

peneliti untuk melihat hubungan kausal dari berbagai macam situasi yang ada

disebut kuasi karena merupakan variasi dari penelitian eksperimen klasik29.

Penelitian kuasi eksperimen (quasi eksperimental research) ini bertujuan untuk

mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok

kontrol disamping kelompok eksperimen, namun pemilahan kedua kelompok

tersebut tidak dengan teknik random. Penelitian ini kontrolnya lebih baik daripada

pra eksperimen, tetapi masih ada kelemahan-kelamahan, karena lazimnya tak

mencapai ekuivalensi antara ekperimen dan kelompok kontrol. Penelitian ini

adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan 2 (dua) kelompok yang

memperoleh perlakuan yang berbeda.

Desain penelitian merupakan rancangan bagaimana penelitian

dilaksanakan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah “two

groups pretest-postest design”. Kelompok-kelompok dalam penelitian ini diberi

pretest dan postest. Kelompok I diberi perlakuan (treatment) latihan dumbbel) dan

29Prasetyo, B.,dan Lina Miftahul Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. (Jakarta:
PT.Raja Grafindo Persada. 2011) h.160
20

kelompok II diberi perlakuan latihan latihan barbel. Adapun desain penelitian

dituangkan dalam bentuk gambar sebagai berikut:

T1

Pretest Posttest

T2

Gambar 3.1.
Desain penelitian, Editing Ilustrasi Oleh M. Dahlan (2011: 30)

Keterangan:

Pre Test : Tes awal yang dilakukan sebelum subyek mendapatkan

perlakuan (treatment).

T1 : Perlakuan (treatment) pertama yang menggunakan latihan

dumbell

T2 : Perlakuan (treatment) kedua yang menggunakan latihan

barbell

Post Test : tes terakhir yang dilakukan setelah subyek mendapat perlakuan

(treatment).

D. Populasi, Dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek

yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya30. Populasi adalah

30
Sugiyono. Statistika Untuk. Penelitian. (Jakarta: Raja Grafindo. 2012) h.57
21

keseluruhan subjek penelitian. Population is all members of well defined class of

people, events or objects31.

Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa populasi adalah objek atau

subjek yang berada dalam satu wilayah yang memenuhi syarat dalam sebuah

penelitian. Populasi dalam penelitian dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu

populasi terbatas dan populasi tidak terbatas (tak terhingga)32. Populasi terbatas

adalah populasi yang mempunyai sumber data yang jelas batasannya secara

kuantitatif sehingga dapat dihitung jumlahnya. Sedangkan populasi tidak terbatas

adalah populasi yang memiliki sumber data yang tidak dapat ditentukan

batasannya sehingga relatif tidak dinyatakan dalam bentuk jumlah.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah

member Elcavana Gym sebanyak 20 orang member.

Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Sampel

ditentukan untuk memperoleh informasi tentang obyek penelitian dengan

mengambil representasi populasi yang diprediksikan sebagai inferensi terhadap

seluruh populasi.

Sampel yang digunakan sesuai dengan jumlah populasi yaitu 20 member

Elcavana Gym. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan total sampling yaitu semua anggota populasi dijadikan

sebagai sampel penelitian33.

31 Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Bandung: Rosda Karya, 2013) h.102
32 Riduan. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. (Bandung: Alfabeta,
2011) h.54
33
Nursalam. Manajemen Keperawatan.Edisi 3. (Jakarta : Salemba Medika, 2011) h.23
22

E. Rancangan Perlakuan

1. Tahap-Tahap Perlakuan

Selanjutnya penulis kemukakan secara garis besar tahap-tahap perlakuan

sebagai berikut:

1. Mengadakan tes awal (daya tahan) untuk mengukur kekuatan biceps sebelum

diberikan perlakuan

2. Memberikan perlakuan yaitu dengan cara menerapkan latihan dumbbel dan

barbel dengan observer selama kegiatan.

3. Melakukan tes akhir (kekuatan biceps) untuk mengukur kekuatan biceps

setelah diberikan perlakuan

4. Mengolah data yang diperlukan dari tes awal dan tes akhir serta menganalisis

instrumen penelitian

5. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data

6. Memberikan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian


23

Teori Masalah Realita

Populasi

Sampel

Tes Awal
Kekuatan Biceps

Kelompok A Kelompok B
Latihan Dumbbel Latihan Barbel

Tes Akhir
Kekuatan Biceps

Pengolahan Data

Kesimpulan

Gambar 3.2
Alur Penelitian

2. Pelaksanaan Perlakuan

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan penulis selama pengumpulan data

adalah sebagai berikut :

Latihan dilakukan tiga kali dalam satu minggu, yaitu pada hari senin,

kamis, dan sabtu selama 24 kali pertemuan. ... frekuensi latihan paling sedikit tiga
24

hari per minggu, baik untuk olahraga kesehatan maupun untuk olahraga prestasi.

Hal ini disebabkan ketahanan seseorang akan menurun setelah empat puluh jam

tidak melakukan latihan34.

Dan dengan latihan yang berulang-ulang, diharapkan adanya perubahan-

perubahan pada satu bahkan lebih komponen fisik. Untuk frekuensi latihan

sebaiknya latihan dilakukan tiga kali dalam seminggu misalnya senin, kamis, dan

sabtu, dan diselingi dengan satu hari istirahat untuk memberikan kesempatan bagi

otot untuk berkembang dan mengadaptasikan diri pada hari istirahat tersebut35.

Lama latihan atau disebut prolonged Exercise adalah sampai lima minggu

atau dua bulan program tersebut dijalankan36. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan lama latihan selama 26 kali pertemuan. Pertemuan pertama untuk

melaksanakan pretest dan pertemuan yang terakhir (ke-26) untuk melaksanakan

posttest setelah diberikan latihan dumbbel dan barbel.

Materi yang diberikan setiap treatment adalah:

(a) Pendahuluan

Pendahuluan dalam penelitian ini meliputi pengarahan kepada member

sebelum melakukan treatment, persiapan alat, presensi dan berdoa.

(b) Pemanasan

Pemanasan dalam penelitian ini sangatlah penting sebelum melakukan

treatment, dengan melakukan gerakan-gerakan ringan dan meregang regangkan

34 Sumosardjono, Komponen-Komponen Kesegaran Jasmani (Jakarta: Raja Grafindo, 2014) h.12


35 Aim Hariono. Metode Melatih Fisik Pencak Silat. (Yogyakarta: FIK, 2013), h.194
36 Sajoto, Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dan teknik dalam Olahraga. (Semarang:

Dahara Prize, 2013) h.139


25

anggota badan suhu tubuh meningkat dan otot siap melakukan latihan, selain itu

juga agar terhindar terjadinya cidera saat melakukan latihan.

(c) Latihan Inti

Latihan inti ditujukan untuk pelaksanaan program latihan yang telah

disusun. Latihan inti pada peningkatan otot biceps pada member fitness center

Elcavana Gym yang beranggotakan 20 orang di bagi dalam dua kelompok.

Kelompok pertama diberi latihan dumbell dan kelompok kedua diberi latihan

barbel.

(d) Pendinginan (Cooling Down)

Pendinginan ini bertujuan untuk memulihkan kondisi tubuh ke kondisi

semula, sehingga ketegangan pada otot akan kembali seperti semula

Adapun program belajar yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut

ini.
26

Tabel 3.1
Treatment (Perlakuan)

Program Latihan Dumbbel dan Barbel

No Program Repetisi Intensitas Set Recovery Irama Frekuensi


Latihan
1 Dumbell 8-12 80%-90% 5 30-60 detik Pelan 3 kali
perminggu
2 Barbel 8-12 80%-90% 5 30-60 detik Pelan 3 kali
perminggu

Program Latihan Kekuatan Bicep

No Program Repetisi Set Recovery Irama Frekuensi


Latihan
1 Jamping jack 30 detik 1 10 detik Cepat 3 kali
perminggu
2 Wall sit 30 detik 1 10 detik Cepat 3 kali
perminggu
3 Push-up 30 detik 1 10 detik Cepat 3 kali
perminggu
4 Sit-up 30 detik 1 10 detik Cepat 3 kali
perminggu
5 Pull-up 30 detik 1 10 detik Cepat 3 kali
perminggu
6 Squart 30 detik 1 10 detik Cepat 3 kali
perminggu
7 Triceps dip on 30 detik 1 10 detik Cepat 3 kali
chair perminggu
8 Plangking 30 detik 1 10 detik Cepat 3 kali
perminggu
9 High kness 30 detik 1 10 detik Cepat 3 kali
running in place perminggu
10 Lunges 30 detik 1 10 detik Cepat 3 kali
perminggu
11 Push up and 30 detik 1 10 detik Cepat 3 kali
rotation perminggu
12 Sid palngking 30 detik 1 10 detik Cepat 3 kali
perminggu
27

F. Teknik Pengumpulan Data

1). Instrumen Variabel Terikat

a. Jenis Instrumen

Ada berbagai jenis instrumen yang sering digunakan dalam proses

penelitian mulai dari angket, wawancara, observasi, tes dan sebagainya. Sesuai

dengan variabel terikat yang diteliti maka jenis instrumen yang digunakana adalah

tes. Tes yang dilakukan adalah Tes kekuatan biceps

b. Definisi Konseptual

Definisi konseptual adalah pernyataan yang mengartikan atau memberi

makna suatu konsep istilah tertentu. Definisi konseptual

merupakan penggambaran secara umum dan menyeluruh yang menyiratkan

maksud dan konsep atau istilah tersebut bersifat konstitutif (merupakan definisi

yang tersepakati oleh banyak pihak dan telah dibakukan setidaknya

dikamus bahasa), formal dan mempunyai pengertian yang abstrak37.

Variabel yang dijadikan instrumen penelitian yaitu kekuatan biceps.

Adapun yang menjadi definisi konseptual dalam penelitian ini adalah biceps yaitu

otot dua kaput yang terletak disebelah anterior humerus38. Biceps adalah otot yang

mempunyai dua kepala39. Biceps dalam fitnes dan binaraga merupakan otot yang

paling sering ditonjolkan, dan melambangkan kekuatan. Biceps perlu dilatih

37 Hidayat. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa. Data, (Surabaya:Salemba Media, 2014) h.23
38 Rosdiana A.R. Kamus Keperawatan. (Semarang: Para Media. 2014) h. 96
39
Diana. Kamus Kedokteran Lengkap. (Surabaya: Serba Jaya Surabaya. 2013) h. 76
28

dengan sedemikian rupa agar dapat seimbang dengantriceps40. Biceps adalah otot

utama pada lengan atas41.

c. Definisi Operasional

Agar konsep data dapat diteliti secara empiris maka konsep tersebut harus

dioperasionalisasikan dengan cara mengubahnya menjadi variabel atau sesuatu

yang mempunyai nilai. Untuk mengetahui kekuatan biceps maka harus melalui

Tes kekuatan biceps.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pita ukur. Pita ukur

dengan satuan centimetre, yang berfungsi untuk mengukur lingkar otot42.

Gambar 3.3
Pita Ukur
Sumber: https://pita-ukur.com

G. Teknik Analisis Data

Setelah data diperoleh melalui Tes kekuatan biceps, langkah selanjutnya

adalah menyusun, mengolah, dan menganalisis data dengan menggunakan rumus-

rumus statistik. Pengolahan data hasil perhitungan melalui analisis statistik akan

40 Ade Rai, Gaya Hidup Sehat Fitness dan Binaraga. (Jakarta: Tabloid BOLA, 2012) h. 60
41 Arum Gayatri. Kamus Kesehatan. (Jakarta: Arcan 2010) h. 27
42
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Bandung: Rosda Karya, 2013) h. 197
29

diperoleh jawaban mengenai diterima atau ditolaknya hipotesis sesuai dengan

taraf nyata yang diajukan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan rumus-

rumus statistik sebagai berikut :

a. Menghitung rata-rata dan simpangan baku

b. Menguji normalitas masing-masing periode tes

c. Menguji homogenitas dua variansi

d. Mengadakan pengujian hipotesis dengan pendekatan uji t.

1. Mencari nilai rata-rata dengan rumus:

X =
 Xi
n

Keterangan :

X = skor rata-rata yang dicari

 Xi = jumlah skor

n = jumlah sample

2. Mencari simpangan baku / standar deviasi, dengan rumus :

 (Xi − X )
2

Sd =
n −1

Arti dari tanda-tanda tersebut diatas adalah :

Sd = Simpangan baku yang dicari

∑ = Jumlah dari

X = rata- rata nilai X

Xi = Nilai kuantitatif sampel

n = Jumlah sampel
30

3. Uji Normalitas distribusi data dari masing-masing kelompok dengan

pendekatan uji normalitas Liliefors, dengan langkah –langkah sebagai

berikut:

a. Pengamatan X1, X2, …, Xn dijadikan bilangan baku, Z1, Z2, …., Zn dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

Xi – X
Zi =
S

Arti dari tanda-tanda rumus tersebut diatas adalah :

Zi = Nilai pengamatan yang dicari

Xi = Nilai kuantitatif sampel

X = Rata – rata hitung

S = Standar deviasi

b. Untuk setiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku,

lalu hitung peluang F (Z1) dengan ketentuan:

▪ bila nilai Zi negatif maka 0,5- Z table

▪ bila nilai Zi positif maka 0,5 + Z tabel

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, ….., Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan dengan S (Zi), maka :

banyaknya Z1, Z2, …….., Zn yang Zi


S ( Z1 ) =
n
d. Hitung selisih F (Zi) – S (Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Ambil harga yang terbesar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut.

Sebutlah harga terbesar itu Lo.


31

Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, kita bandingkan nilai Lo

dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar XIX (II) untuk taraf nyata 0.05.

Kriterianya adalah : - Terima hipotesis jika Lo < Lά = normal - Tolak

hipotesis jika Lo > Lά = Tidak normal

4. Menghitung Homogenitas Dua Varian

a. Menghitung varian, dengan rumus:

Vb
F=
Vk

Keterangan : F = varian yang dicari

vb = varian terbesar

vk = varian terkecil

b. Menentukan derajat kebebasan, dengan rumus:

db1 = n1 – 1

db2 = n2 – 1

Keterangan : db1 = derajat kebebasan pembilang

db2 = derajat kebebasan penyebut

n1 = ukuran sampel yang variannya besar

n2 = ukuran sampel yang variannya kecil

c. Untuk mencari nilai F diperoleh dari tabel

d. Menentukan homogenitas

Kriteria pengujian dengan menggunakan distribusi F dengan taraf

nyata () = 0,01 dan derajat kebebasan (dk) = n1 – 1 , apabila F hitung lebih

kecil atau sama dengan F tabel, ( F < F ½  ( v1 – v2 ), maka data tes itu

homogen, untuk nilai F lainnya ditolak.


32

5. Uji Signifikansi (Uji Peningkatan) dua variabel dengan Menggunakan

Tes t

Setelah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas, maka untuk

menguji hipotesis dilakukan dengan uji t. Adapun perhitungan menggunakan tes t

dengan rumus sebagai berikut :

X1 − X 2 (n1 − 1).S12 + (n2 − 1).S 22


t= Sg =
1 1 n1 + n2 − 2
Sg 2 +
n1 n2

Keterangan : S1 = varian kelompok A

S2 = varian kelompok B

sg = simpangan baku gabungan

Kriteria pengujian :

Diterima hipotesis 0 jika didapat -t1 – ½  < t < t1 – ½ , dimana t1 – ½ 

didapat dari daftar distribusi t dengan derajat kebebasan = n1 + n2 dan peluang

(1 – ½) taraf nyata (  ) = 0,0

H. Hipotesis Statistika

Hipotesis penelitian yang akan di uji dirumuskan sebagai berikut :

H0 : µ1 ≥ µ2

H1 : µ1 < µ2

Keterangan

µ1 = rata-rata nilai post-tes

µ2 = rata-rata nilai pre-te


33

Daftar Pustaka

Ade Rai, (2012) Gaya Hidup Sehat Fitness dan Binaraga. (Jakarta: Tabloid
BOLA)

Aim Hariono. (2013) Metode Melatih Fisik Pencak Silat. (Yogyakarta: FIK)

Amat Nordin (2015) Pengaruh Latihan Barbell Pullover Terhadap Kekuatan Otot
Lengan Dan Bahu Pada Tim Voli Putra Smp Negeri 6 pekanbaru
(Pendidikan Kepelatihan Olahraga fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Universitas Riau)

Arikunto. (2013) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Bandung:


Rosda Karya

Arum Gayatri. (2010) Kamus Kesehatan. (Jakarta: Arcan)

Baechle, (2003) Latian Beban:Langkah-langkah Menuju Sukses. (Jakarta: Raja


Grafindo Persada.

Diana. (2013) Kamus Kedokteran Lengkap. (Surabaya: Serba Jaya Surabaya)

Evelyn Pearce, (2011) Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. (Jakarta:


Gramedia)

Federic Delavier, (2010) Strength Training (Anatomy. Human Kinetics)

Giri Wiarto, (2013) Fisiologi dan Olahraga. (Yogyakarta: Graha Ilmu)

Hidayat. (2014) Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa. Data,


(Surabaya:Salemba Media)

Kapanji, (2014) The physiology of The Joints ; Volume 1 Upper Limb, (Churchill
Livingstone, New York)

Mahfudz Irwansyah. (2016) Perbedaan Program Latihan Dumbell Twist Curl


Dengan Model 8mwo Dan Superset Terhadap Hypertrophy Otot Biceps
Pada Member Fitness Maroz Gym. (Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu
Keolahragaanuniversitas Negeri Semarang)

Melianita dan Hardjono. (2015) Perbedaan Pengaruh Pemberian Latihan Metode


De Lorme Dengan Latihan Metode Oxford Terhadap Peningkatan
Kekuatan Otot Quadriceps. (Jurnal Fisioterapi Indonusa)

Michael. (2012) Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.


(Jakarta: UI-Press)
34

Nursalam. (2011) Manajemen Keperawatan.Edisi 3. (Jakarta : Salemba Medika)

Prasetyo, B.,dan Lina Miftahul Jannah. (2011) Metode Penelitian Kuantitatif:


Teori dan Aplikasi. (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. 2011)

Riduan. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula.


(Bandung: Alfabeta)

Rosdiana A.R. (2014) Kamus Keperawatan. (Semarang: Para Media)

Sajoto, (2013) Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dan teknik
dalam Olahraga. (Semarang: Dahara Prize)

Sugiyono. (2012) Statistika Untuk. Penelitian. (Jakarta: Raja Grafindo)

Suharjana, (2012) Dasar Kepelatihan. (Diklat.Yogyakarta: FIK UNY)

Sukadiyanto dan Dangsina Muluk, (2011) Melatih Fisik. (Bandung : Lubuk


Agung)

Sumosardjono, (2014) Komponen-Komponen Kesegaran Jasmani (Jakarta: Raja


Grafindo)

Syaifuddin, B.Ac. (2012) Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat (Cetakan 1),
(Kedokteran EGC, Jakarta)

Wulandari, (2012) Cara Mengatasi Kegemukan. (Yogyakarta : Andi)

Anda mungkin juga menyukai