Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Dewasa ini sudah banyak berdiri pusat-pusat kebugaran yang

menawarkan jasanya sebagai sarana penampung hasrat masyarakat

yang melakukan kegiatan dengan tujuan memberikan dan memclihars

kesehatan serta kebugaran fisik. Tempat tersebut telah dipersiapkan

dengan berbagai macam sarana dan prasarana yang dibutuhkan,

maka tidaklah heran terlihat baryak orang melakukan olahraga untuk

memiliki kebugaran yang baik.

Elvarita Fitness Center merupakan salah satu tempat

kebugaran yang memiliki perlengkapan fitnes terlengkap di kota

Sukabumi. Tempat Fitness ini juga memiliki members yang banyak,

jadwal latihan yang teratur, pelayanan yang baik serta memiliki

instruktur- instruktur fitnes yang profesional.

Dari pantauan peneliti pada member disana memiliki masalah

dengan kekuatan otot lengan. Hal ini dapat dilihat dengan rendahnya

hasil kekuatan otot lengan. Selain kekuatan otot lengan yang baik

seorang member harus memiliki keterampilan gerak yang baik, karena

ketepatan sangat mempengaruhi koordinasi gerakan yang satu

dengan gerakan yang lainnya sehingga pada waktu melakukan suatu

gerakan tidak merasa kaku.


Menurut Sajoto (1986:17), koordinasi adalah : "Kemampuan

seseorang mengintegrasikan bermacam-macam gerakan yang

berbeda dalam pola gerakan tunggal secara efektif." Peneliti juga

melihat member Elvarita Fitness Center, dalam melakukan angkatan

barbel dan posisi turun atau kemnbali cendrung kelihatan asal-asalan,

terkadang cepat dan terkadang lambat. Walaupun secara teori belum

ditemukan dari beberapa buku tentang latihan beban (weight training)

yang merumuskan tentang kecepatan waktu yang tepat yang

dibutuhkan scorang members dalam melakukan angkatan barbell

dalam setiap bentuk latihan Salah satu komponen kondisi fisik yang

penting guna mendukung komponen-komponen lainnya, adalah

komponen kekuatan otot. Kekuatan otot adalah komponen kondisi fisik

yang dapat ditingkatkan sampai batas sub maksimal, sesuai dengan

kebutuhan setiap cabang olahraga yang memeriukan. Kebutuhan

kckuatan olahraga angkat berat akan jauh berbeda dibanding dengan

kebutuhan olahraga permainan. Kebutuhan pemain sepak bola

berbeda dengan kebutuhan pemain voli, tenis dan lain-lain.

Mukholid (2004:5), mengartikan kekuatan adalah ะ

"Kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu

tahanan. Olch karena itu, latihan yang cocok untuk mengembangkan

kekuatan tubuh adakah latihan tahanan (resistance exercises) Contoh


latihan tahanan adalah mengangkat, mendorong atau menarik suatu

beban. Beban yang dimaksud bisa berupa beban anggota tubuh

sendiri, ataupun beban dari luar". Agar efektif hasilnya, latihan-latihan

tahanan harus dilakukan dengan mengupayakan agar tenaga yang

dikeluarkan untuk menahan beban semaksimal mungkin, Menurut

Sajoto (1995:20), kekuatan otot lengan adalah : "Kemampuan serabut

otot lengan untuk menahan beban tertentu dalam jangka waktu

tertentu". Yang dimaksud otot lengan dalam penelitian ini adalah ofot

lengan atas dan otot lengan bawah.

Kekuatan otot lengan dapat ditingkatkan karena jika sescorang

atlit memiliki kekuatan otot lengan maka ia akan memperoleh gerakan

yang baik, yakni dengan melakukan latihan-latihan kekuatan lainnya

seperti push--up akan mengakibatkan pembesaran pada otot yang

sccara otomatis akan menambah kemampuan kekuatan otot tersebut

baik mendorong ataupun menarik.

Latihan-latihan yang membentuk lengan atas sangat populer,

khususnya bagi mereka yang baru mulai melakukan latihan beban dan

latihan binaraga. Otot-otot ini memberi respon yang cepat dilatih

dengan tepat, dan perubahan-perubah,an dalam daerah ini mendapat

perhatian Iebih banyak dan lebih cepat dibandingkan dengan

perubahan-perubabhan pada bagian tubuh lainnya Biceps curl dengan

beban bebas merupakan latihan yang ideal untuk membentuk lengan


atas dan lengan bawah. Pembentukan juga terjadi pada otot-otot

bagian rmuka lengan bawah (otot-otot lengan bawah anterior). Dari

uraian di atas dapat diketahui bahwa dalam setiap cabang olahraga

kekuatan adalah satu faktor yang sangat penting dalam pencapaian

prestasi, Dalam olahraga kekuatan otot lengan juga sangat dibutuhkan

faktor-faktor lain untuk meraih suatu hasil yang maksimal seperti: daya

tahan otot, agilitas dan kelentukan serta power.

Biceps curl suatu bentuk latihan untuk kekuatan otot lengan.

Menurut Harsono(1988:209) cara melakukan gerakan latihan Biceps

Curl adalah sebagai berikut; "Berdiri tegak dengan kaki

dikangkangkan, pegangan batang barbel dengan keduatangan,

bengkokkan siku 90% kurang lebih. Luruskan'turunkan tangan

kebawah kembali keposisi semula (siku 90%) dan bawa kemuka dada

kembali keposisi semula".

Selanjutrya Harsono(1993:23), mengemukakan bahwa :

Repetisi sedikit dengan beban berat akan menghasilkan adaptasi

terhadap kekuatan sedangkan repetisi banyak dengan beban ringan

akan menghasilkan perkembangan dalam daya tahan otot. Sesuai

dengan pendapat tersebut maka sebagai patokan dalam melakukan

latihan biceps curl ini dengan repetisi 8 sampai 12 RM (Repitisi

Maksimal). Artinya pada permulaan latihan biceps curl dengan

menentukan beban yang cukup berat sehingga 8 repetisi merpakan


jumlah yang maksimal dapat dilakukan seorang member untuk

mengangkat beban tersebut. Latihan ini dilakukan tanpa ketegangan

yang berlebihan.

Dari uraian tersebut peneliti berkeinginan untuk mengetahui

seberapa besar perbedaan pengaruh latihan biceps curl tempo cepat

dengan tempo lambat terhadap peningkatan kekuatan otot lengan.

Adapun latihan biceps curl tempo cepat yaitu mclakukan angkatan

barbeli dengan kecepatan waktu 1 detik naik dan 1 detik turun, sesuai

dengan irama metronom 60 kring'menit atau 60 ketukan'menit.

Sedangkan latihan biceps curl termpo lambat yaitu dengan melakukan

angkatan barbell 3 detik naik dan 3 detik turun. Hal ini dapat

disesuaikan dengan irama metronom 20 kring'menit atau 180

ketukan/menit.

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas,

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh

Metode Slow Eccentric Pada Gerakan Dumbbell Curl Untuk

Membentuk Otot Bicep”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan,

maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Pengaruh Metode Slow Eccentric Pada Gerakan

Dumbbell Curl Untuk Membentuk Otot Bicep.


2. Apakah Metode Slow Eccentric Pada Gerakan Dumbbell Curl

Untuk Membentuk Otot Bicep.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan hal yang terdapat di dalam latar belakang terdapat

beberapa permasalahan maka akan difokuskan pada pembentukan

otot Bicep.

Sub Fokus penelitian ini adalah:

1. Metode Slow Eccentric Untuk Membentuk Otot Bicep.

2. Gerakan Dumbbell Curl Untuk Membentuk Otot Bicep.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk

mengetahui hasil permasalahan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Pengaruh Metode Slow Eccentric Pada Gerakan

Dumbbell Curl Untuk Membentuk Otot Bicep.

2. Untuk mengetahui Slow Eccentric Pada Gerakan Dumbbell Curl

Untuk Membentuk Otot Bicep.

E. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini memberikan tambahan ilmu pengetahuan tentang

Pengaruh Metode Slow Eccentric Pada Gerakan Dumbbell Curl

Untuk Membentuk Otot Bicep

b. Penelitian ini juga dapat dijadikan referensi untuk penelitian

selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Member Fitness

Member dapat menjadi lebih meningkatkan motivasi penggunaan

Slow Eccentric Pada Gerakan Dumbbell Curl Untuk Membentuk

Otot Bicep

b. Bagi pelatih/Instruktur

Pelatih atau Instruktur dapat menambah pengetahuan mengenai

meningkatkan motivasi penggunaan Slow Eccentric Pada Gerakan

Dumbbell Curl Untuk Membentuk Otot Bicep pada member fitness

c. Bagi Elvarita Fitness Center

Elvarita Fitness Center dapat mendapatkan informasi yang baru

tentang pentingnya menggunakan Slow Eccentric Pada Gerakan

Dumbbell Curl Untuk Membentuk Otot Bicep.


BAB II

A. Deskripsi Teori
1. Hakikat Eccentric
Hal ini ditunjukkan lebih rinci dalam hal kecepatan dan mode
kontraksi setelah pelatihan bias. Latihan bias yang dilakukan dengan
intensitas tinggi ternyata lebih efektif untuk mendorong peningkatan jumlah
otot yang diukur dengan lingkar otot. Latihan bias juga menunjukkan
kecenderungan aspek otot yang diukur dengan pencitraan resonansi magnetik
atau fotografi lapisan komputer. Analisis kelompok parsial menunjukkan suhu
awal pelatihan bias untuk meningkatkan kekuatan dan massa suatu saat.(Roig
M, dkk 2009:43)
Harsono (1993:23), mengemukakan bahwa : Repetisi sedikit dengan
beban berat akan menghasilkan adaptasi terhadap kckuatan scdangkan repetisi
banyak dengan beban ringan akan menghasilkan perkembangan dalam daya
tahan otot.
Kontraksi eksentrik, ditandai dengan pemanjangan kompleks otot
tendon, menghadirkan beberapa jenis unik dibandingkan dengan jenis
kontraksi lainnya, yang mungkin mengarah pada adaptasi unik. Disebabkan
oleh sifat fisiologis dan mekanisnya yang spesifik, ada minat yang meningkat
dalam Latihan eksentrik kerja otot untuk keperluan rehabilitasi dan klinis.
Namun, latihan Eksentrik yang tidak biasa diketahui menyebabkan kerusakan
otot dan rasa sakit yang tertunda, yang biasanya didefinisikan sebagai
"'Delayed-Onset Muscular Soreness"(DOMS). Sampai saat ini, strategi
pencegahan yang paling berguna untuk menghindari efek buruk ini terdiri dari
pengulangan sesi yang melibatkan kontraksi eksentrik submaksimal yang
intensitasnya semakin meningkat selama latihan. Meskipun ada peningkatan
jumlah investigasi yang berfokus pada kontraksi eksentrik, sebuah signifikan
Kesenjangan masih tetap dalam pemahaman kita tentang mekanisme seluler
dan molekuler yang mendasari awal. Kerusakan respon dan adaptasi
selanjutnya untuk latihan esentrik. Namun, mengungkap dasar molekuler dari
kerusakan otot yang berhubungan dengan olahraga dan rasa sakit dapat
membantu mengungkap dasar mekanistik patologis kondisi seperti mialgia
atau penyakit neuromuskuler. Selain itu, wawasan yang lebih baik tentang
mekanisme mengatur adaptasi pelatihan eksentrik harus memberikan
informasi yang sangat berharga untuk merancang terapi intervensi dan
mengidentifikasi target terapi potensial. (Stephanie Hody, dkk 2019)

2. Hakikat kekuatan otot lengan


a. Pengertian kekuatan
Kekuatan adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang
kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu
bekerja maksimal (Nuril Ahmadi, 2007: 65). Sedangkan menurut Nurhasan
(2005: 3) kekuatan adalah kemampuan sekelompok otot dalam menahan
beban secara maksimal. Jadi kekuatan otot adalah kemampuan kondisi fisik
seseorang dalam menahan beban sewaktu bekerja secara maksimal. Kekuatan
adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam
mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja maksimal (Nuril
Ahmadi, 2007: 65). Menurut Agus Mahendra yang dikutip Duwiyanto (2009:
11) kekuatan adalah sejumlah daya yang dapat dihasilkan oleh suatu otot
ketika otot itu berkontraksi. Kekuatan adalah tenaga yang dipakai untuk
mengubah keadaan gerak atau bentuk dari suatu benda. Gerakan mendorong
atau menarik yang bisa mengakibatkan suatu benda mulai bergerak, berhenti
atau mengubah arah, tergantung pada sifat fisik benda dan besarnya kekuatan,
titik tumpuan dan arah kekuatan (Pate Rotell Mc Clenaghan, 1993: 181).
Menurut Suharno H. P. (1980/1981: 28) kekuatan ialah kemampuan dasri otot
untuk dapat mengatasi tahanan atau beban dalam menjalankan aktivitas.
Dalam program latihan fisik, perlu diperhatikan aspek-aspek biomotor yang
kompeten dengan cabang olahraga. Dalam seluruh aktifitas, kekuatan
merupakan dasar yang fundamental yang turut mempengaruhi aspek biomotor
lainnya.Harsono(1988: 177) mengemukakan bahwa kekuatan otot adalah
komponen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara
keseluruhan. Selain sebagai penunjang faktor biomotor lain, kekuatan itu
sendiri kadang tidak nampak nyata penggunaannya, tetapi sesungguhnya
setiap aspek biomotor tetap dipengaruhi olch kekuatan.
Rusli Lutan dkk (2000: 66) mengemukakan bahwa kekuatan
merupakan komponen yang sangat penting untuk meningkatkan kondisi fisik
sescorang secara keseluruhan. Beliau juga menyebutkan bahwa kekuatan otot
merupakan kemampuan badan dalam menggunakan daya. Kekuatan
merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik dan juga memegang peranan
penting dalam melindungi atlet dari kemungkinan cidera. Kekuatan juga bisa
menjadikan atlet bisa lari lebih cepat, melempar lebih jauh, mengangkat lebih
berat, menarik, mendorong, memukul, menendang lebih keras dan lain-lain.
Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 4) kekuatan otot adalah
kemampuan otot melawan beban dalam satu usaha. Menurut Len Kravitz
(2001: 6) kekuatan otot adalah kemampuan otot yang menggunakan tenaga
maksimal, untuk mengangkat beban. Otot yang kuat dapat melindungi
persendian yang dikelilinginya dan mengurangi kemungkinan terjadinya
cidera karena aktivitas fisik. Menurut Harsono (1988: 176) kekuatan otot
lengan adalah kemampuan dari otot lengan untuk membangkitkan tegangan
dengan suatu tahanan dan mengangkat beban. Dari beberapa pendapat diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa kekuatan otot lengan adalah kemampuan otot
lengan untuk menggerakkan suatu benda.Sehingga bisa melempar lebih jauh
mengangkat lebih berat, menarik, mendorong, memukul, menendang lebih
keras dan melindungi atlet dari kemungkinan cidera.

b. Kekuatan otot lengan

Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 4) kekuatan otot adalah


kemampuan otot melawan beban dalam satu usaha. Menurut Len Kravitz
(2001: 6) kekuatan otot adalah kemampuan otot yang menggunakan tenaga
maksimal, untuk mengangkat beban. Otot-otot yang kuat dapat melindungi
persendian yang dikelilinginya kemungkinan terjadinya cidera karena
aktivitas fisik. Menurut Harsono (1988: 176) kekuatan otot lengan adalah
kemampuan dari otot lengan untuk membangkitkan tegangan dalam suatu
tahanan dan mengangkat beban. Dari pendapat diatas disimpulkan bahwa
kekuatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot seseorang dalam
mengerahkan tenaga secara maksimal untuk melakukan kontraksi atau
gerakan.

3. Hakikat Latihan Dumbbell Curl


Latihan adalah proses pembiasaan yang dilakukan secara berulang-
ulang sehingga terjadi adaptasi garak dan otomatis gerakan yang awalnya
dirasakan sangat sukar akan menjadi sangat mudah setelah melakukan latihan
yang diberikan secara sistematis dan teratur. Dumbell dipergunakan dalam
latihan satu dan dua lengan. Walaupun suatu waktu dan dibentuk tersendiri.
Dumbell berbeda dangan Barbell walaupun memiliki fungsi yang serupa
dumbell lebih pendek dari barbell, dumbell biasanya berbentuk tengahnya
(antara lempengan beban) umumnya bergelombang halus. Sebuah bar dumbell
dengan collar dan penguncinya berbobot kurang lebih 1,5 kg. Pada umumnya
beban seberat 5 kg pada kedua ujungnya dicatat sebagai berbobot 10 kg dan
bukan 11,5 kg. Sedangkan barbell berbentuk tongkat panjang yang dikedua
ujungnya bisa dipasang beban sesuai keinginan.
Dumbell adalah alat semacam barbell dengan ukuran kecil. Alat ini
hanya dapat diangkat dengan satu tangan saja untuk kekuatan otot lengan,
sebagaimana yang dikemukakan oleh Sadoso (1993:43). Selanjutnya Haller
David (dalam Djubaera 2004:9) menyatakan bahwa salah satu latihan yang
paling baik untuk memperkuat otot lengan dan dada adalah latihan dumbell
dan push up.
Latihan dumbell merupakan salah satu bentuk latihan kemampuan otot
untuk mendesakkan tekanan terhadap suatu perlawanan (resistance) dan
kekuatan bisa diatur oleh sekumpulan perlawanan otot yang dapat
mengatasinya. Iskandar (2000:55) mengatakan bahwa kekuatan dibagi atas:
"Kekuatan khusus adalah kemampuan dari otot atau sekumpulan otot untuk
perlawanan berat tubuh melalui jangkauan gerakan dalam keadaan yang
sama'". Kekuatan yang khusus seringkali merupakan suatu daerah persoalan
dalam pengembangan kekuatan, untuk itu seringkali membuat lemahnya otot-
otot lain dalam hubungannya dengan satu daerah yang khusus dari otot.
Menurut Suharsono (dalam Djubaera 2004:12) menyatakan bahwa dumbell
adalah salah satu macam bentuk test untuk mengukur kekuatan (strenght) otot
lengan. Dumbell merupakan salah satu latihan beban yang menggunakan berat
Dumbell.
Latihan ini bertujuan melatih otot-otot lengan untuk meningkatkan
kekuatan. Menurut Sajoto (dalam Djubaera 2004:11) mengemukakan bahwa
"Kekuatan otot adalah komponen kondisi fisik yang dapat ditingkatkan
sampai
batas sub maksimal sesuai dengan cabang olahraga yang diperlukan.
Analisis Gerakan Dumbell Curl Tata cara pelaksanaan latihan
Dumbbell Curl pertama, Pilihlah Dumbbell dengan berat yang sesuai dengan
kebutuhan Anda. Berdirilah dengan posisi tegap dengan memegang Dumbbel
di kedua tangan. Tekuk salah satu lengan Anda hingga sejajar bahu. Usahakan
punggung Anda tidak membungkuk dan busungkan tulang dada Anda.
Turunkan lengan Anda secara perlahan, kemudian lakukan secara bergantian
untuk tangan Anda yang lain. Gunakan kekuatan otot bicep saat melakukan
gerakan ini dan hindari gerakan mengayun agar otot bicep terlatih dengan
tepat.

4. Hakikat Anatomi Otot Bicep


Otot adalah sebuah jaringan konektif yang tugas utamanya adalah
berkontraksi yang berfungsi untuk menggerakan bagian-bagian tubuh baik
yang di sadari maupun yang tidak, sekitar 40% berat dari tubuh kita adalah
otot. Tubuh manusia memiliki lebih dari 600 otot rangka. Otot memiliki sel-
sel yang tipis dan panjang. Otot bekerja dengan cara mengubah lemak dan
glukosa menjadi
gerakan dan energi panas. Sel-sel otot ini dapat bergerak karena sitoplasma
mengubah bentuk (Giri Wiarto, 2013: 51).
Otot adalah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu berkontraksi.
Jaringan otot terdiri dari sel-sel yang berbentuk panjang dan ramping. Setiap
sel otot mempunyai serabut otot, apabila serabut otot ini di kumpulkan
menjadi satu kesatuan maka akan menjadi salah satu alat tubuh yang disebut
daging, terdapat jaringan yang mengikat serat-serat otot menjadi satu bagian
pembungkus dan pelindung yaitu jaringan fibrosa. Jaringan ini berfungsi
sebagai tempat asal/origo dari beberapa dan tempatnya pembuluh darah dan
saraf untuk jaringan otot (Giri Wiarto, 2013: 52).
Otot biceps brachialis adalah otot lengan berkepala dua. Otot ini
meliputi dua buah sendi dan mempunyai dua buah kepala (kaput). Kepala
yang panjang melekat didalam sendi bahu, kepala yang pendek melekatnya
disebelah luar dan yang kedua disebelah dalam. Otot itu kebawah menuju ke
tulang pengumpil. Dibawah uratnya terdapat kandung lendir. Fungsinya
membengkokkan lengan bawah siku, meratakan hasta dan mengangkat lengan
(Syaifuddin,B.Ac.1997:43).

Biceps adalah otot dua kaput yang terletak disebelah anterior humerus
(Rosdiana A.R. 2014: 96). Biceps adalah otot yang mempunyai dua kepala
(Diana. 2013:76). Biceps dalam fitnes dan binaraga merupakan otot yang
paling
sering ditonjolkan, dan melambangkan kekuatan. Biceps perlu dilatih dengan
sedemikian rupa agar dapat seimbang dengan triceps (Ade Rai, 2008: 60).
Biceps adalah otot utama pada lengan atas (Arum Gayatri. 1990: 27). Otot
biceps dari lengan atas dilekatkan oleh tendon ke scapula. Perlekatan ini
biasanya tetap stasioner dan adalah asal (origo) dari otot. Ujung yang lain dari
otot dilekatkan pada radius. Perlekatan ini untuk menggerakkan otot dan
diketahui sebagai insersio dari otot. Bisep adalah otot fleksor, otot ini
menekuk sendi, mengangkat lengan saat ia memendek. Otot ini juga
cenderung memutar
lengan untuk memposisikan telapak tengadah karena titik insersinya
(Cambridge Communication Limited. 1999: 09). Otot kerangka biasanya
dikaitkan pada dua tempat tertentu, tempat yang terkuat disebut origo (asal)
dan yang lebih dapa bergerak disebut insersio. Origo dianggap sebagai tempat
dari mana otot timbul, dan insersio adalah tempat kearah mana otot berjalan,
tempat terakhir ini adalah struktur yang menyediakan kaitan yang harus
digerakkan oleh otot itu, kecuali pada sebagian kecil otot setiap otot dapat
menggerakkan baik origo maupun insersionya, maka dikatakan bahwa origo
dan isersio dapat berbalik fungsi (Evelyn Pearce, 2006:102).
Biceps timbul dari scapula dan berjalan turun ke lengan dan
berinsersio di radius, maka scapula merupakan tempat yang lebih terpancang,
sedangkan radius adalah tempat yang digerakkan oleh biceps, tetapi bila
kedua tangan berpegangan pada sebuah batang horisontal dan badan diangkat
keatas setinggi
lengan maka biceps akan membantu gerakan ini, dan dengan demikian bekerja
dengan origo dan insersio yang terbalik, dalam hal ini radius menjadi tempat
yang lebih kuat mengait dan skapula tempat yang harus bergerak (Evelyn
Pearce, 2006:102).

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Judul yang akan di teliti oleh peneliti adalah “Pengaruh Metode Slow
Eccentric Pada Gerakan Dumbbell Curl Untuk Membentuk Otot Bicep”.
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Menurut
Bogdan & Biklcn, S. (1992:21-22) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif
adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati.
Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasil kan uraian yang
mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati
dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertertu
dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang
utuh, komprehensif, dan holistik. Penelitian kualitatif bertujuan untuk
mrendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan
sosial dari perpektif partisipan.
B. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Metode Kualitatif dengan
pendekatan Studi Kasus. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 1994;3)
mendifinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Yin (dalam Bungin 2005;64) menyatakan bahwa studi kasus adalah
suatu inquiry empirisyang mendalami fenomena dalam konteks kehidupan
nyata, ketika batas antara fenomena dan konteks tak tampak secara
tegas. Bungin (2005;65) menyatakan kelebihan studi kasus sebagai
berikut:
1. Studi kasus dapat memberikan informasi penting mengenai
hubungan antar variabel serta proses-proses yang memerlukan
penjelasan dan pemahan yang lebih luas.
2. Studi kasus dapat memberikan kesempatan untuk memperoleh
wawasan mengenai konsep-konsep dasar perilaku manusia.
3. Studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuan-temuan yang
sangat berguna sebagai dasar untuk membangun latar
permasalahan bagi perencanaan peneliatan yang lebih besar dan
mendalam, dalam rangka pengembangan ilmu-ilmu sosial.
C. Definisi Operasional
Definisi oprasional variabel adalah pengertian variabel (yang di
anggap dalam definisi konsep tersebut, secara oprasional, secara paktik,
secara nyata alam lingkup objek penelitian/objek yang di teliti.
1. Variabel bebas (Idenpendent Variable)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi, yang
menyebabkan timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Variabel
bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah locus of control
dan kepribadian.
2. Variabel terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat adalah variabel yang mempengaruhi karena
adanya variabel bebas, variabel terikat yanng terkait dalam
penelitian ini adalah kinerja. Definisi variabel penelitian merupakan
penjelasan dari masing masing variabel yang digunakan dalam
penelitian dalam indikator indikator yang membentuknya.
D. Waktu dan Tempat
Waktu pelaksaan penelitian ini di mulai pada bulan Maret tahun 2020
dan tempat penelitian ini di laksanan di Gym ELVARITA FITNES CENTER
Kota Sukabumi.
E. Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian populasi dilakukan peneliti yang akan meneliti semua
elemen yang ada dalam wilayah penelitian. Pendapat tersebut merupakan
pendapat Suharsimi Arikuntoko (1996). Pengertian sample dikemukakan
oleh Sutrisno Hadi (1996) adalah sejumlah penduduk yang kurang dari
populasi. Sedangkan menurut Sudjana (1986) sample adalah sebagian
yang di ambil dari populasi.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menurut Suharsimi Arikunto (2006:
149)merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data.
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto dalam edisi sebelumnya adalah
alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih
cermat, lengkap dan sistematis, sehingga mudah diolah. Instrumen yang
digunakan oleh peneliti dalam hal ini adalah instrumen pokok dan
instrumen penunjang. Menurut Moleong (2007: 168) Kedudukan peneliti
dalam penelitian kualitatif adalah ia sekaligus merupakan perencana,
pelaksana, pengumpulan data, analisis, penafsir data, pada akhirnya ia
menjadi pelapor hasil penelitiannya. Ciri-ciri umum manusia sebagai
instrumen mencakup sebagai berikut:
a. Responsif, manusia responsif terhadap lingkungan dan terhadap
pribadi-pribadi yang menciptakan lingkungan.
b. Dapat menyesuaikan diri, manusia dapat menyesuaikan diri pada
keadaan dan situasi pengumpulan data.
c. Menekankan keutuhan, manusia memanfaatkan imajinasi dan
kreativitasnya dan memandang dunia ini sebagai suatu keutuhan,
jadi sebagai konteks yang berkesinambungan dimana mereka
memandang dirinya sendiri dan kehidupannya sebagai sesuatu
yang real, benar, dan mempunyai arti.
d. Mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan, manusia sudah
mempunyai pengetahuan yang cukup sebagai bekal dalam
mengadakan penelitian dan memperluas kembali berdasarkan
pengalaman praktisnya.
e. Memproses data secepatnya, manusia dapat memproses data
secepatnya setelah diperolehnya, menyusunnya kembali,
mengubah arah inkuiriatas dasar penemuannya, merumuskan
hipotesis kerja ketika di lapangan, dan mengetes hipotesis kerja itu
pada respondennya.
f. Memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasikan dan
mengikhtisarkan, manusia memiliki kemampuan untuk menjelaskan
sesuatu yang kurang dipahami oleh subjek atau responden.
g. Memanfaatkan kesempatan untuk mencari respons yang tidak lazim
dan disinkratik, manusia memiliki kemampuan untuk menggali
informasi yang lain dari yang lain, yang tidak direncanakan semula,
yang tidak diduga sebelumnya, atau yang tidak lazim terjadi.
G. Teknik Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dilakukan secara triangulasi yakni
gabungan antara hasil studi observasi (pengamatan), interview
(wawancara), dan dokumentasi. Hasil dari pengumpulan data dan refleksi
terhadap data tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan
akan tertulis dalam catatan lapangan.
a) Observasi (pengamatan)
Observasi dilaksanakan pada bulan maret. Peneliti terjun langsung
mencari informasi tentang apa yang akan diteliti. Observasi partisipan,
observasi yang dilakukan adalah mencatat peristiwa yang terjadi, jenis
observasi ini adalah observasi partisipan pasif. Dalam hal ini peneliti datang
di tempat kegiatan orang yang diamati, namun tidak ikut dalam kegiatan
tersebut.
b) Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara bertanya
kepada narasumber atau subjek mengenai hal yang berkaitan dengan
penelitian.
c) Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,
gambar, maupun elektronik. Teknik dokumentasi merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
Dokumentasi yang dikumpulkan dapat dijadikan sebagai sumber data yang
digunakan sebagai bahan analisis.
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif
interpretatif. Dalam melakukan penelitian ini analisis data dilakukan
secara terus menerus sejak awal penelitian hingga akhir penelitian.
Analisis ini dilakukan secara kualitatif, yaitu berupa pernyataan yang
diinprestasikan bertujuan agar dapat memahami kerterkaitan masalah
yang sedang diteliti. Secara garis besar analisis data dilakukan melalui
beberapa tahapan yaitu:
1. Tahap reduksi data, dengan memilih data informasi mengenai sekolah,
guru maupun siswa sehingga memudahkan peneliti dalam
memberikan kode terhadap aspek-aspek tertentu.
2. Display data, dilakukan dengan menyajikan data dalam bentuk tabel
atau gambar. Hal ini dimaksudkan agar dapat memudahkan membaca
data informasi yang telah diperoleh peneliti.
3. Pengambilan keputusan dan verifikasi, hal ini dilakukan dalam
pengambilan keputusan atas data-data yang telah direduksi, sehingga
didapatkan kesimpulan.
I. Prosedur Penelitian
Secara umum tahap penelitian kualitatif menurut Moleong (2010: 127)
terdiri atas tiga tahapan, yaitu tahap pralapangan, tahap pekerjaan
lapangan, dan tahap analisis data.
1. Tahap pralapangan
Ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan dalam tahap ini,
yang pertama peneliti harus menyusun rancangan penelitian.
Rancangan suatu penelitian kualitatif paling tidak berisi; merumuskan
permasalahan, mencari teori yang relevan, memilih lokasi penelitian,
menentukan jadwal penelitian, memilih alat penelitian, rancangan
pengumpulan data, rancangan analisis data, rancangan dan
menyiapkan perlengkapan yang diperlukan dalam penelitian, dan
rancangan pengecekan kebenaran data.
Kedua, peneliti terlebih dulu melapor dan memohon izin kepada
pimpinan yang ada di lokasi penelitian dengan disertai surat izin
penelitian yang selanjutnya mengutarakan maksud dan tujuan peneliti,
sekaligus memohon izin sebagai tanda bahwa peneliti benar-benar
melakukan penelitian. Hal ini dilakukan dengan harapan dapat terjalin
hubungan yang baik berlandaskan pada etika dan simpatik, sehingga
dapat mengurangi jarak sosial antara peneliti dan informan dalam
bertutur kata dan berperilaku.
Ketiga, memilih dan memanfaatkan informan. Informan adalah
orang dalam pada latar penelitian. Fungsinya sebagai orang yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi
latar penelitian. Pemanfaatan informan bagi penelitian ialah agar
dalam waktu yang relatif singkat banyak informasi yang terjangkau.
2. Tahap pekerjaan lapangan
Tahap ini peneliti datang ke lokasi penelitian dan melakukan
hubungan secara pribadi untuk menjaga keakraban dengan informan.
Dengan penyesuaian diri dan mengikuti peraturan yang berlaku di
lokasi penelitian, peneliti berusaha melakukan pengamatan,
wawancara, berdiskusi, tukar informasi pada tataran etika yang sesuai
dengan norma yang ada di masyarakat informan. Hasil pengamatan
dan wawancara ini selanjutnya peneliti diolah, kemudian dianalisis dan
ditafsirkan menurut metode dan teori serta argumen peneliti (bersifat
etik). Dengan demikian, informasi selengkap-lengkapnya akan
diperoleh sesuai dengan fokus penelitian yang sudah direncanakan.

3. Tahap analisis data


Analisis data dilaksanakan langsung di lapangan bersama-
sama dengan pengumpulan data. Menurut Fatchan (2009: 190)
“Proses analisis data adalah untuk mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian,
sehingga dihasilkan suatu temuan atau simpulan seperti yang
disarankan oleh data dan sejalan dengan tujuan penelitian.” Jadi,
analisis data bermaksud untuk mengorganisasikan data, mengatur,
mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan
mengkategorikan data.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis kualitatif. Analisis data kualitatif mencakup tiga alur kegiatan
yang terjadi secara bersamaan maupun berurutan, yaitu (1) reduksi
data, (2) penyajian data, dan (3) menarik kesimpulan.
J. Alur Penelitian
Metode penilaian merupakan kerangka, pola atau rancangan yang
menggambarkan alur dan arah penelitian yang di dalamnya terdapat
langkah-langkah atau tahapan-tahapan yang menunjukkan suatu urutan
yang sistematis.

Bila siklus prosedur digambarkan seperti gambar berikut:

Studi Awal Analisis


Simpulan

Hasil Penelitian,
Temuan
Tahap Rekomendasi,
Pelaksanaan
Perencanaan dalil-dalil
(Observasi,
Interview,
Dokumen)
Mempertajam
fokus dan
perumusan Pengecekan
masalah Keabsahan Data
penelitian
K. Jadwal Penelitian

Bulan (2019)
No
Kegiatan Maret Mei Juni Juli
.
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
1.
proposal
Seminar
2.
Proposal
Perbaikan
3.
Proposal
4. Bimbingan
Skripsi
Penelitian dan
5.
Analisis data
Penyusunan
6. laporan hasil
penelitian
Penulisan
7.
skripsi

8. Sidang skripsi

Anda mungkin juga menyukai