Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH IDE BISNIS

COOKIES VEGAN “COOGAN”


Teknopreneur 10

Anggota Kelompok 5 :

1. Dwi Rizkha Yunia P (04311840000009)


2. M. Choirul R (04311840000020)
3. Sella Fitri Alifia (04411840000010)
4. Safira Rizkiah Wahyudi (04411840000016)
5. Azzahra Paramanindhita Z. (04411840000030)

Dosen Pengampu :
Lissa Rosdiana Noer, S.T., M.MT.

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER


SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur khadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan Analisis Ide Bisnis COOGAN: Cookies Vegan
dengan tepat waktu. Tak lupa pula, sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada Rasulullah
SAW yang telah menunjukkan jalan yang benar yaitu agama islam. Adapun maksud dan tujuan
dalam penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas yangdiberikan oleh
dosen pengampu Teknopreneur.

Dalam laporan ini penulis akan melaporkan hasil Analisis Ide Bisnis “Cookies Vegan”.
Penulisan laporan ini dapat terselesaikan dengan baik karena adanya motivasi dan bantuan dari
beberapa piak dan karenanya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Lissa Rosdiana Noer, S.T., M.MT. selaku Dosen Pengampu Teknopreneur 10


2. Keluarga tercinta yang telah senantiasa memberikan dukungan dan doa

3. Teman-teman anggota kelompok 5 yang memberikan bantuan terbaik kepada penulis


4. Teman-teman seperjuangan yang selama ini mendampingi dan memberikan saran
terbaik kepada penulis
5. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu atas bantuan, doa dan
jasanya
Penulis menyadari bahwa laporan ini pastinya terdapat banyak kesalahan baik darisegi
penyusunan, tata bahasa, maupun data-data yang dilampirkan. Oleh karena itu, penulis memohon
saran dan kritik yang membangun sebagai acuan pembuatan laporan berikutnya. Semoga laporan
ini bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.

Surabaya, 6 Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
PENDAHULUAN ......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................................5
1.3 Tujuan ...............................................................................................................................5
1.4 Manfaat .............................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................................................6
METODOLOGI ..........................................................................................................................9
ANALISA DAN PEMBAHASAN ............................................................................................ 10
4.1 Deskripsi Produk ............................................................................................................. 10
4.2 Analisa SWOT................................................................................................................. 10
4.2.1 Strength..................................................................................................................... 10
4.2.2 Weakness .................................................................................................................. 10
4.2.3 Opportunity ............................................................................................................... 10
4.2.4 Threats ...................................................................................................................... 10
4.3 Sustainability Produk ....................................................................................................... 11
4.4 Analisa Hasil Survey ....................................................................................................... 11
4.5 Business Model Canvas (Bmc) ........................................................................................ 12
4.6 Stategi Pemasaran ............................................................................................................ 17
4.7 Prototype ......................................................................................................................... 17
PENUTUP ................................................................................................................................ 21
5.1 Kesimpulan...................................................................................................................... 21
5.2 Saran ............................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 22
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada masa pandemi, pemerintah menganjurkan masyarakat untuk mengurangi kontak fisik
secara langsung dan melakukan kegiatan di rumah saja sehingga banyak masyarakat yang
mengurangi aktivitas di luar rumah. Masyarakat pun menjalani aktivitas secara daring dengan
mudah melalui dukungan teknologi yang semakin memadai. Penggunakan teknologi dimulai dari
alat yang digunakan sehari - hari seperti gawai yang membuat segalanya menjadi mudah sekaligus
cepat. Namun, tingginya angka penggunaan gawai dan kemudahan untuk memenuhi kebutuhan
harian seperti belanja, memesan makanan, hingga bekerja secara daring, dapat memicu masyarakat
memiliki perilaku sedentari. Dimana hal tersebut merupakan perilaku seseorang yang menjalani
aktivitas dengan tidak banyak gerakan. Ditambah, perilaku ini juga disertai dengan pola makan
yang tidak sehat. Hal ini tentu dapat memicu beberapa masalah kesehatan dalam tubuh. Namun,
ada cara untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan memulai menjalankan pola hidup sehat
dengan mengonsumsi makanan rendah lemak dan menerapkan diet vegan. Proses pembiasaan ini
dimulai dengan cara mengolah dan memasarkan makanan berbahan dasar vegan atau nabati.
Diet vegan adalah pola makan sehat dengan tidak mengkonsumsi produk hewani sama
sekali. Pada dasarnya vegan adalah orang - orang yang mempraktikkan gaya hidup yang peduli
dan tanpa segala bentuk eksploitasi hewan, baik itu penolakan untuk mengonsumsi hewan sebagai
makanan, pakaian, serta penolakan uji coba pada hewan. Namun, masyarakat Indonesia masih
awam akan gaya hidup dan diet vegan. Banyak masyarakat beranggapan bahwa makanan yang
tidak mengandung produk hewani dipercaya memiliki rasa yang tidak seenak produk yang
mengandung produk hewani. Selain itu, makanan sehat justru seringkali dipatok dengan harga
yang cukup tinggi. Hal tersebut menyebabkan kurang populernya makanan sehat, terutama
makanan vegan di kalangan masyarakat Indonesia.
Kelompok 5 menawarkan ide untuk mengembangkan bisnis makanan vegan dengan bahan-
bahan nabati. Menu makanan yang kami angkat adalah cookies, yaitu camilan atau makanan ringan
yang memiliki kandungan gula, telur, susu, coklat, dan lemak yang tinggi sehingga tidak baik bila
dikonsumsi dalam jumlah banyak. Kami berinovasi untuk mengolah kudapan ini agar sehat dan
dapat dinikmati seluruh masyarakat, sehingga lahirlah COOGAN, yakni cookies yang diolah
dengan bahan vegan namun tetap memiliki rasa, tekstur, dan konsistensi yang sama dengan
cookies pada umumnya. Selain itu, produk kami juga dibanderol harga yang lebih terjangkau di
produk sekelasnya, sehingga semua orang dapat mencicipi makanan sehat tanpa perlu khawatir.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, kami merumuskan masalah yang akan diselesaikan
sebagai berikut :
1. Bagaimana solusi untuk menjaga kesehatan masyarakat di masa pandemi?
2. Apa manfaat dari mengonsumsi vegan cookies?

1.3 Tujuan
Tujuan dari ide bisnis adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui solusi untuk menjaga kesehatan masyarakat di masa pandemi.
2. Mengetahui manfaat mengonsumsi vegan cookies.

1.4 Manfaat
Manfaat dari ide bisnis yang didapatkan adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis apa yang lebih dibutuhkan masyarakat saat ini di masa pandemi, terutama
dalam hal gaya hidup.
2. Menumbuhkan kebiasaan makan sehat di masyarakat
3. Mendukung healthy & cruelty-free lifestyle dengan menerapkan veganisme
4. Mengurangi konsumsi makanan hewani secara berlebih.
5. Mulai memerhatikan hal-hal kecil yang memberikan dampak terhadap lingkungan
termasuk konsumsi makanan hewani.
6. Mulai mempertimbangkan untuk perlahan perbanyak konsumsi olahan nabati.
7. Dapat membantu mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan dan memulai pola
makan sehat dengan mengonsumsi cookies vegan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bisnis
Dalam konteks pembicaraan umum, bisnis (business) tidak terlepas dari aktifitas produksi,
pembelian, penjualan, maupun pertukaran barang dan jasa yang melibatkan orang atau perusahaan.
Aktivitas dalam bisnis pada umumnya punya tujuan menghasilkan laba untuk kelangsungan hidup
serta mengumpulkan cukup dana bagi pelaksanaan kegiatan si pelaku bisnis atau bisnisman
(businessman) itu sendiri. Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual
barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis
kata bisnis dari bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti "sibuk" dalam konteks
individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan
pekerjaan yang mendatangkan keuntungan. Atau bisnis dalam arti luas adalah semua aktivitas oleh
komunitas pemasok barang dan jasa.
Dalam ekonomi kapitalis, dimana kebanyakan bisnis dimiliki oleh pihak swasta, bisnis
dibentuk untuk mendapatkan profit dan meningkatkan kemakmuran para pemiliknya. Pemilik dan
operator dari sebuah bisnis mendapatkan imbalan sesuai dengan waktu, usaha, atau kapital yang
mereka berikan. Namun tidak semua bisnis mengejar keuntungan seperti ini, misalnya bisnis
koperatif yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan semua anggotanya atau institusi pemerintah
yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Model bisnis seperti ini kontras dengan sistem
sosialistik, dimana bisnis besar kebanyakan dimiliki oleh pemerintah, masyarakat umum, atau
serikat pekerja. Secara sederhana, bisnis adalah semua kegiatan yang dilakukan seseorang atau
lebih yang terorganisasi dalam mencari laba melalui penyediaan produk yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Dari hasil penelitian George W. England terhadap 1.072 pimpinan perusahaan di
Amerika Serikat, di peroleh pendapatan yang lebih beragam tentang tujuan perusahaan, yaitu:
1. Profitability (menghasilkan keuntungan).
2. Produktivity (menghasilkan produk dengan kualitas atau jumlah tertentu).
3. Growth (tumbuh dan berkembang).
4. Employee (memuaskan karyawan).
5. Community interest (memenuhi kebutuhan masyarakat).
Namun, bagi usaha bisnis, tujuan utamanya adalah memperoleh keuntungan. Di Indonesia,
dari tujuan di atas agaknya masih dapat ditambahkan satu tujuan lagi, yaitu untuk beribadah,
karena, masyarakat Indonesia memiliki pandangan religius atau keberagamaan yang kuat.

2.2 Cookies
Cookies adalah salah satu jenis makanan ringan. Cookies mempunyai rasa dan bentuk yang
berbeda-beda. Rasa yang beranekaragam dapat dibedakan dengan bahan tambahan yang
digunakan untuk pembuatannya (Suarni, 2009). Menurut Smith (1972), cookies merupakan kue
kering yang memiliki tekstur renyah, berbentuk tipis datar atau pipih, mempunyai ukuran kecil
yang berbahan dasar tepung terigu, dan bahan tambahan lain seperti margarine, telur dan gula halus
diaduk hingga homogen. Kemudian dicetak, ditata diatas loyang yang telah diolesi margarine lalu
dipanggang sampai matang. Proses pembuatan cookies yaitu cukup sederhana, karena tidak
memerlukan waktu yang lama, tidak memerlukan pengembang dan tidak memerlukan keahlian
khusus.
Sedangkan butter cookies adalah salah satu jenis cookies yang sangat digemari oleh
masyarakat. Butter cookies (biskuit butter) secara harfiah disebut kue mentega dikenal dengan
brysslkex, sablès dan biskuit denmark, bahan pembuatan kue ini yang tidak menggunakan
pengembang atau ragi. Butter cookies dikategorikan sebagai "crisp cookies (kue renyah)"
teksturnya yang renyah karena bahannya dari mentega dan gula halus (BSN, 2011). Kandungan
zat gizi butter cookies yaitu mempunyai energi total 160 kkal, lemak total 7 g, protein 2 g,
karbohidrat total 20 g dan natrium 20 mg.

2.3 Makanan Berbahan Alami (Vegan Food)


Vegan sering disebut sebagai vegetarian total, atau vegetarian murni. Orang yang disebut
dengan Vegatarian ini adalah orang atau kelompok yang tidak mengkonsumsi atau memakan
produk hewani apapun. Selain itu mereka juga menghindari madu dan juga produk hewan seperti
kulit hewan ataupun kosmetik yang mengandung produk hewani yang terbentuk satu komunitas
vegetarian di Inggris (Ara Rossi, 2012).
Vegetarian merupakan sebutan bagi orang yang hanya mengonsumsi
makanan dari tumbuhan-tumbuhan yang meliputi sayur-sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, dan
buah-buahan. Kebiasaan makan-makanan yang berasal 6 dari tumbuh-tumbuhan bukan merupakan
ajaran agama tertentu saja, namun lebih disebabkan adanya keyakinan bahwa makanan vegetarian
adalah makanan yang terbaik bagi kesehatan (Karnia Padmasuri, 2015). Sedangkan menurut
(Susianto, 2015), vegetarian adalah orang yang mengonsumsi produk nabati, dengan atau tanpa
susu dan telur, juga menghindari konsumsi daging, unggas dan hewan laut.
Dari berbagai pendapat di atas dapat dirangkum bahwa vegetarian merupakan pola makan yang
menghindari konsumsi protein hewani, meskipun tidak mengkonsumsi protein hewani, pola
makan vegetarian jarang terjadi kekurangan protein, yaitu dengan cara mengonsumsi lebih dari
satu protein nabati

2.4 Pemasaran
Pemasaran merupakan tombak utama dalam proses bisnis, cara yang digunakan dalam
pemasaran menentukan apakah produk tersebut dapat diterima masyarakat. Pemasaran atau
marketing adalah kegiatan yang dilakukan oleh perseorangan atau perusahaan untuk
mempromosikan suatu produk atau layanan (jasa) yang mereka miliki. Pemasaran mencakup
pengiklanan, penjualan, dan pengiriman produk ke konsumen atau perusahaan lain. Dalam
melakukan promosi, para pengusaha menargetkan orang – orang yang sesuai dengan produk yang
dipasarkan. Selain itu, dengan adanya pemasaran juga sangat membantu para konsumen dalam
menemukan produk yang mereka butuhkan. Ketika pemasaran sesuai dengan target, maka
perusahaan akan mendapatkan banyak pembeli serta keuntungan maksimum.
Berikut merupakan fungsi pemasaran:
a) Pengenalan Produk
Pengenalan merupakan fungsi utama dari sebuah pemasaran yang dilakukan oleh
perusahaan atau perseorangan. Dengan adanya pemasaran, produk akan lebih mudah
dikenal oleh masyarakat sehingga mendapatkan pasar yang luas. Pemasar harus
menonjolkan keunggulan dari produk yang di pasarkan, sehingga bisa lebih menarik
perhatian dibanding produk pesaing.
b) Riset
Riset memungkinkan pemasaruntuk mendapatkan informasi yang tepat mengenai pasar
target sebuah produk. Beberapa hal yang biasanya harus diriset adalah kepopuleran, usia,
jenis kelamin kebutuhan hingga keinginan dan lain sebagainya. Nantinya produk yang
diproduksi bisa disesuaikan dengan apa yang sesuai dengan target pasarnya.
c) Distribusi
d) Layanan Purnajual
BAB III
METODOLOGI

START

Menentukan Rumusan
Masalah

Study Literatur

Survey

Analisis Kompetisi dan


Peluang

Membuat BMC

Pembuatan Prototype

Pembahasan

Pembuatan Laporan
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 DESKRIPSI PRODUK


Ide bisnis yang kelompok 5 bawakan adalah Cookies Vegan yang bisa disingkat
COOGAN. COOGAN merupakan chewy cookies yang tanpa bahan dasar yang berasal dari hewan
contohnya mentega, telur dan susu. COOGAN bertekstur renyah di luar namun empuk di dalam.
Dengan menggunakan bahan nabati, COOGAN juga rendah lemak dan kalori, sehingga cocok
sebagai teman diet. Bahan utama COOGAN sendiri berupa tepung terigu protein rendah, gula
palem, susu kedelai UHT, dan minyak sayur.
Sebagai awalan, COOGAN tersedia dalam tiga rasa, yakni rasa original, coklat, dan red
velvet. Masing-masing rasa hadir dalam dua varian, yakni dengan chocochips atau rainbow
sprinkles.

4.2 ANALISA SWOT


4.2.1 Strength
- Mendukung pola hidup sehat.
- Walau rendah lemak dan terbuat dari bahan nabati, citarasa COOGAN tidak jauh
berbeda dengan cookies yang ada di pasaran.
- Menggunakan bahan-bahan lokal
4.2.2 Weakness
- Masih banyak masyarakat yang belum familiar dengan makanan vegan dan rendah
lemak
- Pilihan rasa pada produk masih perlu diperbanyak
- Produk menggunakan bahan organik, sehingga berdampak pada harga jual
4.2.3 Opportunity
- Marketing bisa melalui media sosial
- Menjadikan makanan vegan sebagai tren gaya hidup sehat
4.2.4 Threats
- Banyak kompetitor yang sudah menjual produk serupa
- Kompetitor serupa lebih lama terjun atau memulai bisnisnya
4.3 SUSTAINABILITY PRODUK
Sehubungan dengan tren pola hidup sehat, COOGAN dapat terus bertahan di
pasaran. Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menjaga eksistensi COOGAN adalah
dengan memaksimalkan pemasaran dan branding produk, menjaga kualitas produk, serta
menjalin kerja sama yang baik dengan supplier agar bahan baku yang didapat tetap
terjangkau. Selain itu, perlu juga adanya inovasi agar bisnis dapat semakin berkembang.

4.4 ANALISA HASIL SURVEY


Survey dilakukan selama dua hari, dari tanggal 27-29 Maret 2021 melalui Google
Form. Responden yang berpartisipasi dalam survey sebanyak 57 orang dari berbagai kota
di Indonesia. Berikut hasil survey yang telah dilakukan oleh Kelompok 5.
Bagian pertama survey menanyakan mengenai pengaruh COVID-19 bagi
kesehatan. 54% responden menjawab pandemi sangat berdampak bagi kesehatan,
sementara 40,4% lagi menyatakan bahwa pandemi sangat berpengaruh bagi kesehatan.

Bagian kedua survey mengenai kebutuhan konsumsi makanan sehat, terutama


camilan atau makanan ringan. 86% responden menyatakan sangat membutuhkan, dan 14%
sisanya menjawab biasa saja.
Bagian ketiga survey adalah mengenai seperti apa makanan ringan vegan yang
diinginkan. 78,9% responden menjawab cookies, kemudian disusul dengan keripik sebesar
12,3%, dan yang terakhir 7% yakni brownies dan sisanya wrap salad.

4.5 BUSINESS MODEL CANVAS (BMC)


Business Model Canvas adalah media untuk menciptakan, memvisualisasikan, menilai,
dan mengubah model bisnis. Terdapat sembilan blok bangunan dasar yang memperlihatkan aspek-
aspek tertentu tentang bagaimana cara perusahaan menjalankan kegiatannya untuk memperoleh
keuntungan. Kesembilan blok tersebut terdiri dari segmen pelanggan, proporsi nilai, saluran,
hubungan pelanggan, arus pendapatan, sumber daya utama, aktivitas kunci, kemitraan utama, dan
struktur biaya. Business Model Canvas ini menjelaskan tentang mendeskripsikan dan memetakan
operasional bisnis secara jelas dengan pendekatan Business Model Canvas pada COOGAN
“Cookies Vegan” agar mengetahui apakah sudah menggunakan 9 blok bangunan dalam Business
Model Canvas secara keseluruhan atau hanya sebagian saja yang telah digunakan.
OVERALL PROGRES K E Y PARTNERS
Aliansi Strategis:
Cookie Vegan 1. Toko kue
REVENUE STREAMS 2. Pasar Tradsional
 Asset Sales:Penjualan 3. Toko Swalayan
produk vegan cookies 4. Pusat Oleh- Oleh

 Payment Method:
Cash, dan transfer
COST STRUCTURE K E Y ACTIVITIES
Production :
 Value Driven
1. Penjualan Produk
 Fixed Cost : biaya bahan,
estimasi biaya tetap Modern Promotion
2. Problem Solving
 Variable Cost : biaya
mobilisasi, biaya Peningkatan kualitas
operasional, estimasi pelayanan
biaya variabel

CUSTOMER SEGMENTS KEY RESOURCE


 Niche Market : Pelanggan  Physical : Toko baru
dari semua kelangan usia, dengan letak lebih
Pusat Oleh-oleh Toko strategis
Swalayan, Pasar
 Human : Sistem
Tradisional, Toko Kue
percobaan
 Mass Market  Financial
CHANNELS
 Direct Sales :
VALUE PROPOSITION
Partner channels,
aftersales, upaya  Newness
promosi CUSTOMER RELATIONSHIPS  Taste
 Modern Sales :  Personal Assistance  Accesibility
Internet dan jejaring  Dedicated Personal  Customization
sosial  Cost Reduction

Deskripsi Sembilan Elemen Business Model Canvas


Pada bagian ini akan disajikan hasil dari deskripsi sembilan elemen business model canvas
pada “COOGAN (Cookies Vegan)” yaitu :
1. Customer Segments
Vegan Cookies mempunyai segmen pelanggan yang bervariasi, karena sasaran yang dituju
adalah semua kalangan, semua kalangan tersebut meliputi Pusat Oleh-oleh Toko Swalayan,
Pasar Tradisional, Toko Kue. customer segments Vegan Cookies termasuk dalam kategori niche
market. Namun tidak menutup kemungkinan untuk menambah segmen pasar untuk bisa
menjangkau diluar kota Surabaya.
2. Value Propositions
a) Newness
Vegan Cookies selain berinovasi dalam menciptakan produk baru, juga dapat
memenuhi kebutuhan pelanggan dalam hal newness karena Vegan Cookies produksi setiap
hari sehingga kualitas dapat terjaga dan selalu fresh.
b) Taste
Vegan Cookies konsisten mengenai rasa serta kedepannya terus berinovasi untuk
menciptakan varian rasa baru.
c) Accessibility
Untuk membantu pelanggan dalam mendapatkan Vegan Cookies, produk ini terseedia
di Pasar tradisional,, Toko Kue, Toko Swalayan, dan Pusat oleh-oleh yang dapat
dikunjungi oleh pelanggan. Pelanggan juga bisa melakukan order melalui Sosial Media
d) Costumizable product
Upaya untuk berinovasi menciptakan varian baru Vegan Cookies dengan tetap
menjaga kualitas produk dan layanannya dalam melakukan penjualan produk.
3. Channel
Vegan Cookies termasuk pada jenis channel direct sales. Vegan Cookies menjalankan
channel dengan menggunakan tenaga penjual sendiri dan toko sendiri, tetapi untuk kedepannya
berencana untuk menambahkan channel modern sales yang diharapkan dapat lebih
memudahkan produsen untuk menyampaikan value ke pelanggan.
4. Customer Relationship
Jika dikategorikan, customer relationship terbagi menjadi beberapa kategori yaitu
personal assistance, dedicated personal assistance, self service, automated service,
communities, dan co-creation.
a. Personal assistance
Vegan Cookies termasuk dalam kategori personal assistance, yang dapat diartikan
pola hubungan didasarkan pada interaksi manusia, pelanggan dapat secara langsung
berkomunikasi dengan petugas dari perusahaan pada saat akuisisi maupun transaksi. Jika
pelanggan mempunyai keluhan dan saran atau ingin bertanya mengenai informasi produk
dan jasa, pelanggan dapat langsung menyampaikannya kepada karyawan maupun pemilik
UD Oting secara langsung dengan berkunjung ke toko fisik ataupun melalui telepon.
b. Dedicated personal assistance
Divisi khusus untuk menangani hubungan dengan pelanggan yang selama ini masih
belum dimiliki oleh perusahaan, dimana upaya ini termasuk dalam kategori dedicated
personal. Dengan adanya divisi khusus yang menangani hubungan dengan pelanggan
akan mempermudah perusahaan untuk melakukan follow up dengan pelanggan, divisi ini
bisa menanyakan kepuasan pelanggan atau menerima komplain terkait produk dan
pelayanan jasa dari perusahaan serta memberikan kabar kepada pelanggan saat ada diskon
khusus untuk produk-produk tertentu
c. Self Service
Self-Service Reservation adalah layanan berbasis web dimana pelanggan dapat
melayani dirinya sendiri untuk melakukan transaksi dan pemesanan Vegan Cookies dan
melaporkan bila ada saran dan kritikan dengan fasilitas web yang telah disediakan
produsen sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
5. Revenue Streams
Pendapatan berasal dari hasil penjualan produk. Jika digolongkan dalam jenis aliran
pendapatan, bisnis ini termasuk dalam jenis pendapatan transaction revenue. Jika dilihat dari
upayanya dapat dikategorikan dalam asset sales. Asset sales adalah hasil produksi perusahaan
tersebut, Untuk cara pembayaran yang diberikan oleh perusahaan kepada pelanggan dalam
melakukan pembayaran produk adalah dengan pembayaran cash, atau bisa melalui transfer
bank.
6. Key Resources
Sumber daya kunci perusahaan dibagi menjadi empat, yaitu :
a. Physical
Sumber daya fisik yang dimiliki adalah sebuah toko dan kendaraan yang digunakan
untuk kegiatan operasional. terkait peran teknologi terhadap aktivitas perusahaan adalah
sangat penting. Terutama dalam penggunaan teknologi komputer yang digunakan oleh
perusahaan untuk melakukan penghitungan keuangan. Dengan adanya peran teknologi,
perusahaan sangat terbantu dengan pengerjaan yang lebih efisien.
b. Human (People)
Mengenai sumber daya manusia, memiliki lima karyawan tetap. Lima karyawan
tersebut memiliki pembagian tugas
masing-masing, yaitu sebagai divisi pemasaran, divisi keuangan, divisi produksi. Modal
bisnis berasal dari modal pribadi yang didapat melalui pinjaman bank. Pengelolaan
keuangan perusahaan diatur sendiri oleh pihak perusahaan dengan mengatur arus keluar
masuk kas perusahan. Perusahaan mengalami hambatan apabila arus kas keluar masuk
perusahaan tidak ditangani dengan baik.
7. Key Activities
Aktivitas utama yang dijalankan perusahaan sekarang adalah penjualan Vegan Cookies,
pembelian stok bahan, pengaturan stok Vegan Cookies, pengiriman Vegan Cookies dan
melakukan promosi. Mengenai metode promosi, perusahaan menggunakan modern
activities.Dilihat dari kategorinya maka Vegan Cookies termasuk dalam kategori jenis aktivitas
production dan problem solving. Bisnis memfokuskan penjualan sebagai aktivitas utamanya,
tetapi perusahaan juga berharap bisa memfokuskan aktivitasnya dari segi operasional dan
pelayanan.
8. Key Partnership
Vegan Cookies memiliki beberapa partner, yaitu supplier, Pasar tradisional, Toko Kue,
Toko Swalayan, dan Pusat oleh-oleh. Berdasarkan hasil partner yang berdampak paling
signifikan bagi perusahaan adalah supplier, karena semua bahan baku yang digunakan dalam
produksi Vegan Cookies di suplai oleh supplier dengan harga spesial dan dengan pembayaran
yang mudah. Jika dikategorikan, maka bisnis ini termasuk ke dalam kategori partnership buyer-
supplier dan aliansi strategis anatara non pesaing.
9. Cost Structure
Cost Structure terbagi menjadi dua jenis yaitu cost-driven dan value-driven. Dalam hal ini
termasuk ke dalam kategori value-driven yaitu efisiensi biaya tidak menjadi sasaran utama.
Sasaran utamanya adalah memberi kepuasan kepada pelanggan dengan memberi pelayanan
premium. Cost structures dibagi menjadi 2 karakteristik yaitu :
a. Fixed Cost
Biaya tetap dari Vegan Cookies adalah biaya gaji pegawai yang harus dibayarkan
setiap bulan kepada 5 karyawan tetap. Biaya tetap dapat diestimasi karena pengeluaran
biaya tetap setiap bulannya cenderung sama.
b. Variable Cost
Biaya variabel Vegan Cookies adalah biaya modal untuk membeli bahan baku dan
biaya operasional seperti uang bensin, biaya listrik dan biaya telepon. Perusahaan
belum bisa mengestimasi pengeluaran biaya variabel setiap bulannya karena
pengeluaran biaya variabel setiap bulan berbeda-beda.

4.6 STATEGI PEMASARAN


Berdasarkan pembahasan dan analisa yang telah dijelaskan pada sebelumnya, dapat
dibuat rencana pemasaran sebagai berikut :
1. Memanfaatkan sosial media untuk memasarkan produk, seperti Instagram
2. Menargetkan pemasaran kepada masyarakat usia remaja hingga dewasa, utamanya yang
menggemari vegan food dan gemar mencoba makanan hits
3. Menawarkan promo maupun paket produk untuk menarik minat calon customer
4. Menjaga interaksi dengan customer dengan membuat konten seperti funfact tentang
makanan sehat, pentingnya menjaga pola makan, dll.
5. Secara aktif meminta feedback atau masukan dari customer
6. Rutin melakukan evaluasi untuk pengukur performa dan hasil kerja dengan
membandingkan parameter di pasar atau kompetitor.

4.7 PROTOTYPE
Berikut merupakan tampilan kemasan yang digunakan pada Cookies Vegan “COOGAN” ini.
Material kemasan atau packaging yang digunakan berasal dari kertas kraft.
Berikut bahan – bahan yang diperlukan untuk membuat cookies vegan. Bahan –
bahan yang tercantum mampu menghasilkan 5 – 10 cookies, bergantung pada ukuran yang
akan dibuat.
- Vegan butter atau vegan margarin
100 gr @28.000
- Gula palem
65 gr @5.000
- Ekstrak vanilla (boleh menggunakan perasa atau warna lain)
½ sdt @2.000
- Telur
1 Butir @5.000
- Tepung terigu rendah protein
140 gr @5.000
- Baking powder
½ sdt @2.000
- Baking soda
½ sdt @2.000
- Chocolate Spread Meltcookies - selai coklat rendah kalori (sebagai isian
cookies)
10 sdm @10.000
- Dairy-free choco chips (opsional sebagai topping)
75 gr @5.000
Selain bahan – bahan yang diperlukan untuk membuat cookies, kami juga
menyiapkan kebutuhan penunjang produk, diantaranya:
- Box packaging cookies
- Kertas untuk lapisan di dalam box
- Stiker brand
- Tas plastik
- Akomodasi pengantaran
Produk vegan food dikemas dengan box serta ditempel stiker brand. Dalam
penjualan kami menawarkan beberapa ukuran cookies yaitu:
- Personal box berisi 4 pcs cookies dengan diameter 6 cm dibandrol dengan harga
Rp. 27.000,-
- Special box berisi 1 pcs cookies dengan diameter 18 cm dibandrol dengan harga
Rp. 60.000,-
- Adapun dengan extra topping akan dikenakan biaya tambahan sebesar Rp.
3.000,- /topping
Dalam pemasaran produk, kami membuat akun sosial media agar mempermudah promosi produk
dan mendapatkan lebih banyak konsumen. Berikut merupakan template feeds Instagram toko
kami.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Di masa pandemi ini, kebutuhan produk makanan sehat cukup tinggi untuk menjaga tubuh
masyarakat agar tetap fit dan dari hasil survey terhadap lingkungan sekitar didapatkan 78,9%
responden menjawab cookies sebagai pilihan makanan ringan yang mereka ingin konsumsi
saat pandemi. Oleh karena itu, muncul ide bisnis Cookies Vegan “COOGAN” yang
mendukung gaya hidup veganisme dengan kebiasaan pola makan sehat dengan mengurangi
konsumsi produk hewani. COOGAN mengunggulkan rasa yang tidak kalah dengan cookies
di pasaran namun lebih sehat, serta harga yang terjangkau diantara kompetitornya. Dengan
tren gaya hidup sehat yang makin marak, diharapkan ide bisnis ini dapat menjadi solusi bagi
masyarakat untuk menerapkan gaya hidup sehat.

5.2 Saran
Beberapa saran yang untuk membangun ide bisnis ini antara lain:
1. Pengembangan variasi menu agar beda dari produk merk lain.
2. Rasa yang disesuaikan dengan lidah Indonesia dan dapat dinikmati orang yang tidak
menganut diet vegan.
3. Memaksimalkan marketing dan platform yang ada. Selain menjual produk, perlu branding
lain seperti edukasi mengenai pola hidup sehat dan konsumsi yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, H. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.


Mulyadi. (2005). Akuntansi Biaya. Edisi ke-5. . Yogyakarta: UPP Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN.
Thamrin, A. (2003). Manajemen Produksi dan Industri Kecil. Jakarta: Pusat: Penerbitan
Universitas Terbuka.
Tjiptono, F. (2002). Strategi Pemasaran, Cetakan Keenam. Yogyakarta: ANDI OFSSET.
Anonim. 2006. Kreaker dan Cookies. www.ebook pangan.com, diakses tanggal 30 November
2012.
Buckle, K., A., Edward, R., A., Fleet, G.H., Wotton, M. 1987. Ilmu Pangan, Edisi Pertama.
Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta
Manley, D. J. R. 2000. Technology of Biscuits, Crackers and Cookies. Ellis Horwood Limited,
Chichester.
Mulatsih, D. L. (2020). Pengertian Pemasaran, Fungsi, Dan Jenis Pemasaran Dalam Bisnis. Artikel
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Bung Hatta.

Anda mungkin juga menyukai