Anda di halaman 1dari 82

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan pembangunan suatu daerah sering membawa dampak,

baik dampak positif maupun negatif. Seiring berkembangnya suatu daerah maka

semakin meningkatkan kebutuhan akan sarana dan prasarana. Perkembangan di

beberapa bagian wilayah kabupaten / kota menuntut untuk disediakan

infrastruktur yang memadai guna mendukung kegiatan di wilayah tersebut,

termasuk salah satunya adalah penyedia sarana dan prasarana untuk pelayanan air

bersih. Begitu pentingnya kebutuhan akan air bersih sehingga menjadi tolok ukur

keberhasilan dari suatu daerah. Daerah tersebut dinyatakan berkembang apabila

pemenuhan kebutuhan akan air bersih mendapat prioritas utama. Pemenuhan

kebutuhan akan air bersih dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain salah

satunya dengan menggunakan sistem perpipaan yang biasa dikelola oleh

Perusahaan Umum Daerah Air Minum ( PUDAM ).

Ketersediaan air di alam bervariasi antara daerah yang satu dengan

daerah yang lain. Hal yang paling mendasar ikut mempengaruhi ketersediaan air

pada suatu daerah adalah kondisi geografis dan topografi dari daerah yang

bersangkutan. Sebagaimana terjadi juga pada Kabupaten Boyolali yang terletak di

Jawa Tengah. Secara administratif, Kabupaten Boyolali terbagi atas 19

Kecamatan, 267 desa / kelurahan. Sementara itu desa-desa di Kabupaten Boyolali

terbagi menjadi desa pedesaan ( rural area ) dan desa perkotaan ( urban area ).

1
2

Salah satu kecamatan yang mengalami peningkatan jumlah penduduk dan

perluasan pemukiman yaitu Kacamatan Banyudono. Kecamatan Banyudono

berada ± 75-400 meter dari permukaan laut, terletak di bagian pusat Kabupaten

Boyolali dengan Luas 2.537,9 Ha yang terdiri dari 13.775 rumah tangga dengan

jumlah penduduk tercatat 47.590 jiwa. Dan Jumlah pelanggan PUDAM mencapai

1.837 pelanggan aktif. Tingkat pertumbuhan penduduk dalam 5 tahun terakhir

rata-rata 0,742 %. Meningkatnya jumlah penduduk dan perluasan pemukiman

pada Kecamatan Banyudono sangat berpengaruh terhadap air bersih dan air

minum.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam

penelitian adalah berikut ini :

1. Apakah jaringan distribusi eksisting air bersih PDAM Kecamatan Banyudono

sudah optimal ?

2. Bagaimana cara meningkatkan pelayanan kepada konsumen PDAM

Kecamatan Banyudono ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah seperti tersebut di

bawah ini.

1. Mengetahui kinerja teknis jaringan distribusi air bersih ekisting Kecamatan

Banyudono.
3

2. Melakukan analisis terhadap sistim jaringan air bersih eksisting agar dapat

meningkatkan pelayanan kepada kosumen / Pelanggan PUDAM Unit

Kecamatan Banyudono.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat seperti di bawah ini.

1. Memberikan alternatif pengelolaan air bersih dalam rangka melaksanakan

pelayanan pelanggan Kecamatan Banyudono.

2. Memberikan gambaran teknis mengenai karakteristik aliran yang terjadi pada

jaringan distribusi air bersih, dapat dijadikan referensi untuk mengatasi

masalah pada masa yang akan datang.

1.5 Batasan Masalah

Dalam melaksanakan penelitian ini ditetapkan batasan-batasan seperti di

bawah ini.

1. Lokasi penelitian adalah PUDAM Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali

Propinsi Jawa Tengah.

2. Obyek penelitian yang dilakukan adalah sistem jaringan pipa transmisi dari

instalasi pengolahan air dan pipa distribusi air di Kecamatan Banyudono.

3. Evaluasi jaringan pipa existing yang ditinjau menggunakan software “Water

Net”.

4. Menganalisa jaringan yang ada untuk memenuhi ketersediaan air pada jaringan

pipa existing dengan jumlah pelanggan sebagian.


4

5. Penelitian dilakukan pada bulan Maret tahun 2019 sampai bulan Juni tahun

2019.

1.6 Kajian Pustaka

1. Primaputra (2005) mengkaji tentang optimasi jaringan air bersih studi kasus

PDAM Kota Sumbawa Besar. Dalam melakukan simulasi pada penelitian ini

menggunakan software WaterNet Versi 1.6. hasil penelitiannya didapatkan

bahwa kinerja instalasi jaringan eksisting tidak optimal sehingga terjadi

peluapan pada tangki, dan pada jaringan pipa eksisting yang ada masih dapat

dikembangkan karena pada masing-masing node masih mempunyai sisa

tekanan relative yang cukup tinggi terutama pada node-node yang mempunyai

kebutuhan (demand).

2. Benu (2006) mengkaji tentang kajian system jaringan pipa untuk optimalisasi

pengelolaannya PDAM Kabupaten Timor Tengah selatan dengan

menggunakan program WaterNet. Hasil penelitian tersebut menunjukkan

terdapat beberapa jaringan yang kurang optimal bila menggunakan fluktuasi

kebutuhan. Penelitian ini juga memprediksi kemampuan jaringan eksisting

untuk melayani air sampai tahun 2016

3. Suwirman (2011) mengkaji tentang kinerja jaringan air bersih PDAM Tirta

Indra Rengat Kecamatan Rengat Kabupaten Indragiri Hulu dengan

menggunakan program WaterNet 2.2. hasil penelitian tersebut menunjukkan

simulasi WaterNet jaringan eksisting dengan aliran berubah diketahui bahwa

kinerja jaringan eksisting tidak optimal yaitu banyaknya aliran laminar pada
5

pipa dan air di dalam tangki selalu meluap menyebabkan terjadinya kehilangan

air dan mengganggu efisiensi pompa.

4. Fermana (2012) mengkaji tentang analisis kinerja jaringan pipa system

penyediaan air minum PDAM Tirta Kadilo Kabupaten Paser dengan

menggunakan program WaterNet 2.2. Hasil penelitian tersebut menunjukkan

terjadi kehilangan air pada pipa tranmisi air baku, tinggi tekanan relatif

dibawah standar terjadi pada saat jam puncak, dan biaya operasi pompa

produksi serta distribusi sangat besar.

5. Tatipikalawan (2015) mengkaji tentang evaluasi teknis dan optimalisasi

jaringan eksisting air bersih serta evaluasi kinerja sumber daya manusia bidang

teknis PDAM Tirta Dharma Kecamatan Namlea Kabupaten Buru. Hasil

Penelitian tersebut menunjukkan jaringan distribusi sudah tidak lagi mampu

menyalurkan air walau digunakan pompa berkapasitas lebih besar.

6. Hilda Isnaini (2018) mengkaji tentang evaluasi dan optimalisasi jaringan

distribusi air bersih PDAM Klaten Wilayah Kecamatan Tulung Kabupaten

Klaten dengan program WaterNet. Hasil Penelitian tersebut menunjukkan

kinerja jaringan PDAM masih perlu ditingkatkan, hal ini ditunjukkan masih

adanya aliran lemah atau kehilangan tekanan di wilayah distribusi.

Perbedaan Penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah :

1. Jika pada penelitian Primaputra (2005), penelitian tentang evaluasi kinerja

instalasi jaringan eksisting, studi kasus penelitian yaitu di PDAM Kota

Sumbawa Besar, sedangkan penelitian ini tentang analisa jaringan air bersih
6

eksisting, studi kasus penelitian yaitu PUDAM Kecamatan Banyudono

Kabupaten Boyolali.

2. Jika pada penelitian Benu (2006), penelitian memprediksi jaringan eksisting

untuk melayani sampai tahun 2016, dan optimalisasi pengelolaan, studi kasus

penelitian yaitu PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan, sedangkan

penelitian ini tentang analisa jaringan air bersih eksisting, studi kasus

penelitian yaitu PUDAM Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali.

3. Jika pada penelitian Suwirman (2011), penelitian tentang kinerja eksisting

jaringan air bersih, studi kasus PDAM Tirta Indra Rengat Kabupaten Indragiri

Hulu, sedangkan penelitian ini tentang analisa jaringan air bersih eksisting,

studi kasus penelitian yaitu PUDAM Kecamatan Banyudono Kabupaten

Boyolali.

4. Jika pada penelitian Fermana (2012), penelitian tentang analisis kinerja

jaringan pipa eksisting, studi kasus PDAM Tirta Kadilo Kabupaten Paser,

sedangkan penelitian ini tentang analisa jaringan air bersih eksisting, studi

kasus penelitian yaitu PUDAM Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali.

5. Jika pada penelitian Tatipikalawan (2015), penelitian tentang evaluasi dan

optimalisasi jaringan eksisting, studi kasus PDAM Tirta Dharma Kecamatan

Namlea Kabupaten Baru, sedangkan penelitian ini tentang analisa jaringan air

bersih eksisting, studi kasus penelitian yaitu PUDAM Kecamatan Banyudono

Kabupaten Boyolali.

6. Jika pada penelitian Hilda Isnaini (2018), penelitian tentang evaluasi dan

optimalisaasi kinerja jaringan eksisting, studi kasus penelitian yaitu PDAM


7

Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten, sedangkan penelitian ini tentang analisa

jaringan air bersih eksisting, studi kasus penelitian yaitu PUDAM Kecamatan

Banyudono Kabupaten Boyolali.

1.7 Sistematika Penulisan.

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB 1 Pendahuluan

Pada bab ini penulis akan menguraikan mengenai latar belakang

Penelitian, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan

dan Manfaat penelitian, serta sistematika pembahasan sesuai

dengan Topik skripsi.

BAB II Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori

Pada bab ini penulis akan menguraikan teori-teori yang

Mendasari pembahasan antara lain yang terkait dengan Sistem

Penyediaan Air Minum, tentang Penyelenggaraan

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, Kebutuhan Air

Minum, kebutuhan air domestik, kebutuhan air non domestik,

Fluktuasi kebutuhan air. Landasan teori antara lain : Proyeksi

jumlah penduduk, Komponen system penyediaan air bersih,

Aspek hidroulika dalam distribusi air bersih, Asesoris dalam

system jaringan perpipaan, Strategi pengembangan sector air

bersih, Aplikasi program Waternet.


8

BAB III Metode Penelitian

Pada bab ini berisi gambaran umum PUDAM Tirta Ampera,

Unit Kecamatan Banyudono serta pembahasan tentang Tahap

penelitian, Tahap analisis dan pengolahan data, Program

Waternet, Pemecahan masalah dan Bagan Penelitian.

BAB IV Analisa Dan Pembahasan

Pada bab ini berisi tentang Analisa jaringan eksisting PUDAM

Kecamatan Banyudono, Skema dan karateristik jaringan pipa

eksisting, Kebutuhan air (Demond), Fluktuasi Kebutuhan air

Kecamatan Banyudono.

BAB V Penutup

Bab ini akan menjelaskan mengenai simpulan yang diperoleh

dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya, kemudian

dikemukakan saran yang dapat diberikan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Menurut Peraturan Pemerintah No.16 Tahun 2005 tentang

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, terdapat beberapa pengertian yang

terkait dengan Sistem Penyediaan Air Minum yakni :

a. Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku

adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah

dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk

air minum.

b. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan

atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat

langsung diminum.

c. Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat,

bersih, dan produktif.

d. Sistem penyediaan air minum yang selanjutnya disebut SPAM merupakan satu

kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air

minum.

e. Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun,

memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik

(kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam

9
10

kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada

masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.

Dalam pedoman Penyusunan Studi Kelayakan Pengembangan Sistem

Penyediaan Air Minum, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.

18/PRT/M/2007, yang dimaksud dengan:

a. Tingkat Pelayanan adalah presentasi jumlah penduduk yang dilayani dari total

jumlah penduduk daerah pelayanan, dimana besarnya tingkat pelayanan

diambil berdasarkan survey yang dilakukan oleh PUDAM terhadap jumlah

permintaan air minum oleh masyarakat atau dapat juga dilihat berdasarkan

kemampuan yang dimiliki oleh PUDAM untuk menyediakan air minum.

b. Unit Air Baku adalah sarana dan prasarana pengambilan dan/atau penyedia air

baku, meliputi bangunan penampungan air, bangunan pengambilan/

penyadapan, peralatan pengukuran dan pemantauan, sistem pemompaan,

dan/atau bangunan pembawa serta kelengkapannya.

c. Unit Produksi adalah sarana dan prasarana yang dapat digunakan untuk

mengolah air baku menjadi air minum melalui proses fisik, kimiawi, dan/atau

biologi meliputi bangunan pengolahan dan kelengkapannnya, perangkat

operasional, peralatan pengukuran dan pemantauan, serta bangunan

penampungan air minum.

d. Unit Distribusi adalah sarana untuk mengalirkan air minum dari pipa transmisi

air minum sampai ke unit pelayanan.


11

e. Unit Pelayanan adalah sarana untuk mengambil air minum langsung oleh

masyarakat yang terdiri dari sambungan rumah, hidran umum, dan hidran

kebakaran.

f. Jaringan Pipa Transmisi Air Baku adalah ruas pipa pembawa air dari sumber

air sampai unit produksi.

g. Jaringan Pipa Transmisi Air Minum adalah ruas pipa pembawa air minum dari

unti produksi/bangunan penangkap air sampai ke reservoir atau batas

distribusi.

h. Pipa Transmisi adalah pipa pembawa air dari sumber air ke instalasi

pengolahan atau pipa pembawa air bersih dari instalasi pengolahan ke unti

distrubusi utama atau reservoir.

i. Pipa Distribusi adalah pipa yang dipergunakan untuk mendistribusikan air

minum dari reservoir ke daerah pelayanan atau konsumen.

j. Pipa Pelayanan adalah pipa yang menghubungkan jaringan distribusi dengan

sambungan rumah.

k. Katup adalah suatu alat yang berfungsi untuk membuka dan menutup aliaran

dalam pipa.

l. Reservoir adalah tempat penyimpanan air sementara sebelum didistribusikan

kepada konsumen.

m. Sambungan Rumah adalah jenis sambungan pelanggan yang mensuplai air

langsung ke rumah-rumah, biasanya berupa sambungan pipa-pipa distribusi air

melalui meter air dan instalasi pipa di dalam rumah.


12

Gambar 2.1 Skema Jaringan Transmisi Dan Distribusi Utama

Sumber : DPU, 2012

2.1.1 Kebutuhan Air Minum

Air merupakan kebutuhan bagi kehidupan. Semua makhluk

membutuhkan air dalam kehidupannya, sehingga tanpa air dapat dipastikan tidak

ada kehidupan. Selain kebutuhan langsung seperti dihirup, diminum, menjaga

kelembaban, air juga dibutuhkan oleh manusia melalui berbagai makhluk hidup

yang lain. Manusia sering hanya memperhitungkan kebutuhannya sendiri untuk

makan, minum, mandi, cuci atau yang terkait langsung dengan dirinya. Bahkan

kebanyakan orang melupakan bahwa air untuk tanaman dan kelestarian

lingkungan adalah juga kebutuhan bagi manusia. Kebutuhan air bersih suatu

daerah dianalisis berdasarkan beberapa pertimbangan sebagai berikut:


13

a. Standar Kebutuhan Air

Standar kelayakan kebutuhan air bersih adalah 49,9 lt/kapita/hari. Untuk

kebutuhan tubuh manusia air yang diperlukan adalah 2,5 lt per hari. Standar

kebutuhan air pada manusia biasanya mengikuti rumus 30 cc per kilogram berat

badan per hari. Artinya, jika seseorang dengan berat badan 60 kg, maka

kebutuhan air tiap harinya sebanyak 1.800 cc atau 1,8 liter. Badan dunia

UNESCO sendiri pada tahun 2002 telah menetapkan hak dasar manusia atas air

yaitu sebesar 60 ltr/org/hari. Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen

Pekerjaan Umum membagi lagi standar kebutuhan air minum tersebut

berdasarkan lokasi wilayah sebagai berikut :

a. Pedesaan dengan kebutuhan 60 liter/per kapita/hari.

b. Kota Kecil dengan kebutuhan 90 liter / per kapita / hari.

c. Kota Sedang dengan kebutuhan 110 liter / per kapita / hari.

d. Kota Besar dengan kebutuhan 130 liter / per kapita / hari.

e. Kota Metropolitan dengan kebutuhan 150 liter / per kapita / hari.

Berdasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun

2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada

Perusahaan Daerah Air Minum BAB I ketentuan umum Pasal 1 ayat 8

menyatakan bahwa: “Standar Kebutuhan Pokok Air Minum adalah kebutuhan air

sebesar 10 meter kubik/kepala keluarga/bulan atau 60 liter/orang/hari, atau

sebesar satuan volume lainnya yang ditetapkan Iebih lanjut oleh Menteri yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sumber daya air”. Untuk

kebutuhan air minum nasional data dari Departemen Pekerjaan Umum


14

menunjukkan bahwa kebutuhan air minum nasional sebanyak 272.107 liter per

detik, sedangkan kapasitas air minum eksistingnya sebanyak 105.000 liter

perdetik.

b. Kebutuhan Air Domestik

Kebutuhan dasar domestik ditentukan oleh adanya konsumen domestik,

yang berasal dari data penduduk, pola kebiasaan dan tingkat hidup yang didukung

perkembangan sosial ekonomi yang memeberikan kecenderungan peningkatan

kebutuhan air. Standar kebutuhan air domestik yaitu kebutuhan air yang

digunakan pada tempattempat hunian pribadi untuk memenuhi keperluan

seharihari seperti : memasak, minum, mencuci dan keperluan rumah tangga

lainnya. Satuan yang dipakai adalah liter/orang/hari.

Besarnya kebutuhan air untuk keperluan domestik dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.


15

Tabel 2.1 Pemakaian Air Domestik Berdasarkan SNI Tahun 1997

Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk ( Jiwa )


500.000 - 100.000 - 20.000 -
No Uraian > 1.000.000 < 20.000
1.000.000 500.000 100.000
Metro Besar Sedang Kecil Desa
1
Konsumsi Unit
sambungan Rumah 190 170 150 130 30
(SR) L/o/h
2
Konsumsi Unit
Hidran Umum (HU) 30 30 30 30 30
L/o/h
3 Konsumsi Unit Non 20-30 20-30 20-30 20-30 20-10
Domestik (%)*⁾
4 Kehilangan Air (%) 20-30 20-30 20-30 20-30 20
5 Faktor Maximum 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
Day
6 Faktor Peak-Hour 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
7 Jumlah Jiwa per SR 5 5 6 6 10
8 Jumlah Jiwa per HU 100 100 100 100-200 200
9
Sisa Tekan di
Jaringan Distribusi 10 10 10 10 10
(mka)
10 Jam Operasi 24 24 24 24 24
11 Volume Reservoir 20 20 20 20 20
(%) (Max Demand)
12 SR : HU 50:50 s/d 50:50 s/d
80:20 70:30 70:30
80:20 80:20
13 Cakupan Pelayanan 90 90 90 90 70
Sumber : Dirjen Cipta Karya, 1997

c. Kebutuhan Air Non Domestik

Kebutuhan air non domestik ditentukan oleh adanya konsumen non domestik.

Konsumen non domestik ini memanfaatkan fasilitas-fasilitan antara lain:

a. Perkantoran

b. Tempat Ibadah
16

c. Prasarana Pendidikan

d. Prasarana Kesehatan

e. Komersial (pasar, pertokoan, penginapan, rumah makan dan sebagainya)

f. Industri

Dalam hal ini kebutuhan air non domestik diperhitungkan sebesar 15% dari

kebutuhan domestik (eksisting mencapai 13,33%).

d. Fluktuasi Kebutuhan Air

Dalam perhitungan kebutuhan air didasarkan pada kebutuhan air harian

maksimum dan kebutuhan air jam maksimum dengan referensi kebutuhan

ratarata.

a. Kebutuhan air rata-rata harian (Qm) Banyaknya air yang diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan domestik, non domestik dan ditambah kehilangan air.

b. Kebutuhan air harian maksimum (Qhm) Banyaknya air yang dipakaipada

suatu hari pada satu tahun dan berdasarkan pada Qm, untuk menghitung Qhm

diperlukan faktor fluktuasi kebutuhan air maksimum.

Qhm = Fhm x Qm

Dimana Fhm adalah faktor harian maksimum biasanya berkisar 115%- 120%.

c. Kebutuhan air jam maksimum (Qjm) Banyaknya kebutuhan air terbesar pada

saat jam tertentu dalam satu hari

Qjm = Fjm x Qm

Dimana faktor jam maksimum (Fjm) biasanya berkisar 175%-210%.


17

Kebutuhan air tergantung pada berbagai aspek. Oleh karenanya, dalam

perencanaan jaringan air bersih kebutuhan dan budaya pemakaian air sangat

diperhitungkan. Walaupun demikian sebagai standar atau acuan untuk kemudahan

perencanaan variasi kebutuhan air bersih digolongkan seperti tercantum dalam

(tabel 2.2). Selain perbedaan menurut kemajuan daerah atau kebiasaan (adat

istiadat) dalam kehidupan perbedaan kebutuhan air juga terjadi sepanjang hari.

Tabel 2.2 Kebutuhan Minimum Air Bersih (domestik dan non domestik)

Kota Kota Kota


Parameter Metropolitan
No. Besar Sedang Kecil
1 Target Layanan 100% 100% 100% 100%
pemakaian air
2 (l/org/hari)
Sambungan Rumah 190 170 150 130
hidran Umum (HU) 30 30 30 30
Kebutuhan Non
3 Domestik
Industri Berat 0.50 - 1.00
Industri Sedang 0.25 - 0.50
15% s/d 30% dari
Industri Ringan 0.15 - 0.25
Kebutuhan domestik
Komersial
Pasar 0.1 - 1.00
Hotel Lokal (l/km/hari) 400
Hotel Internasional 1000
Sosial
Universitas (l/org/hari) 22
Sekolah 15
Mesjid (l/hari) 1000 - 2000
Rumah Sakit (l/km/hari) 400
Puskesmas (l/hari) 1000 - 2000
Kantor (l/detik) 0.01
Militer (l/hari/ha) 10000
4 Kebutuhanair maksimum Kebutuhan rerata x 1.38
5 Kehilangan air sistem baru 20% kebutuhan rerata
Kehilangan air sistem
lama 30% - 40% kebutuhan rerata
Kebutuhan jam puncak 165% s/d 200%
Sumber : Sistem Penyediaan Air Minum Perpipaan, Radianta Triadmadja.
18

Berikut ini merupakan contoh koefisien fluktuasi kebutuhan air:

Tabel 2.3 Koefisien Fluktuasi Harian

Jam Koefisien Jam Koefisien Jam Koefisien Jam Koefisien


1 0,53 7 0,9 13 1,2 19 1,55
2 0,45 8 1,4 14 1,25 20 1,4
3 0,4 9 1,3 15 1,3 21 1,1
4 0,4 10 1,25 16 1,3 22 0,75
5 0,45 11 1,2 17 1,42 23 0,6
6 0,62 12 1,2 18 1,5 24 0,53
Sumber : Triatmadja( 2007)

Tabel 2.4 Koefisien Fluktuasi Harian Sekolah dan Perkantoran

Jam Koefisien Jam Koefisien Jam Koefisien Jam Koefisien


1 0,2 7 1,8 13 1,2 19 1,2
2 0,2 8 1,8 14 1,5 20 0,8
3 0,2 9 2 15 1,4 21 0,2
4 0,2 10 1,7 16 1,3 22 0,2
5 0,6 11 1,5 17 1,3 23 0,2
6 1,5 12 1,5 18 1,3 24 0,2
Sumber : Triatmadja (2007)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Proyeksi Jumlah Penduduk

Metode proyeksi penduduk beragam dan banyak macamnya. Adapun

metode proyeksi penduduk yang biasa digunakan ada beberapa macam, antara

lain:

1. Metode Aritmatik Metode ini dianggap baik untuk kurun waktu yang pendek

sama dengan kurun waktu perolehan data. Persamaan yang digunakan adalah:

Pn= Po + (r.n)................................................................................................(2.1)

Dimana:
19

Pn : jumlah penduduk pada tahun ke-n (jiwa)

Po : jumlah penduduk pada tahun awal (jiwa)

n : periode waktu proyeksi

r : rata-rata pertumbuhan penduduk per tahun (jiwa)

2. Metode Geometri Metode ini menganggap bahwa perkembangan atau jumlah

penduduk akan secara otomatis bertambah dengan sendirinya dan tidak

memperhatikan penurunan jumlah penduduk. Persamaan yang digunakan

adalah:

Pn= Po (1 + r)ᵑ...............................................................................................(2.2)

Dimana:

Pn : jumlah penduduk tahun ke-n (jiwa)

Po : jumlah penduduk pada tahun awal (jiwa)

n : periode waktu proyeksi

r : rata-rata prosentase pertambahan penduduk per tahun (%)

2.2.2 Komponen Sistem Penyediaan Air Bersih

Suatu sistem penyediaan air harus mampu menyediakan air untuk dapat

diminum dalam jumlah yang cukup merupakan hal yang penting bagi suatu Kota.

Unsur-unsur yang diperlukan menyangkut sarana antara lain: sumber-sumber

penyedia, penampungan, pengolahan, penyaluran air pengolahan tampungan

sementara dan distribusi ( Linsley, 1996 ).

Yang disebut dengan sistem air bersih adalah suatu sistem penyediaan air bersih

yang meliputi sistem pengambilan air baku, proses pengolahan air baku, sistem

transmisi dan reservoir air bersih serta sistem distribusi dan perpipaan yang
20

dioperasikan sedemikian rupa sehingga air yang dihasilkan, secara kuantitas dapat

memenuhi kebutuhan yang tersedia setiap saat, serta secara kualitas dapat

memenuhi syarat sebagai air bersih sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 416/Menkes/Pers/IX/1990 tanggal 3 september 1990 (Dep. PU, 1998).

Sistem tersebut di atas dibutuhkan prasarana air bersih. Prasarana air bersih adalah

semua bangunan dan peralatan penunjangnya yang berfungsi menghantarkan air

bersih dari sumber air ke pelanggannya (Dep. PU. 2002).

1. Sumber Air Baku

Air Baku adalah air yang berasal dari sumber air yang dapat dipakai

sebagai pemasok air untuk sistem produksi air bersih sesuai dengan jumlah dan

waktu untuk memenuhi kebutuhan dan belum mengalami proses pengolahan.

2. Sistem Transmisi

Sistem transmisi (pipa transmisi) adalah pipa pembawa air dari sumber

air ke unit atau menghantarkan air dari unit pengolahan ke unit distribusi utama

atau reservoir.

3. Reservoir

Reservoir adalah tempat penyimpan air sementara sebelum

didistribusikan ke pelanggan atau konsumen.

4. Sistem Distribusi

Sistem distribusi (pipa distribusi) adalah pipa yang dipergunakan untuk

mendistribusikan air bersih dari reservoir ke pelanggan atau konsumen.

Sambungan Rumah (SR) adalah jenis sambungan pelanggan air minum yang

supply airnya langsung ke rumah-rumah, biasanya berupa sambungan-sambungan


21

pipa-pipa distribusi melalui water meter dan instalasi pipanya di dalam rumah.

Kran Umum (KU) adalah jenis sambungan yang mensuplai air melalui kran yang

dipasang di suatu tempat tertentu agar mudah dipergunakan untuk umum guna

mencukupi kebutuhan mandi, cuci dan minum.Hidran Umum (HU) adalah kran

umum yang menggunakan bak penampungan air sementara dan dipakai oleh

masyarakat umum disekitar lokasi hidran umum.

2.2.3 Aspek Hidraulika Dalam Distribusi Air Bersih

Pengetahuan Hidraulika tidak dapat dipisahkan dengan jaringan APAM,

sejak dari pra rencana hingga operasional dan pengembangannya.Tidak dapat

dipungkiri bahwa perkembangan jaringan air minum sangat pesat setelah

ditemukannya berbagai teknologi perpipaan dan ilmu yang mendukung hal

tersebut terutama ilmu Hidraulika dan Pemodelan.

Konstruksi jaringan perpipaan air minum tanpa hitungan hidraulika yang

cermat sangat riskan terhadap kegagalan. Selain itu efisiensi investasi dan

operasional dalam layanan air minum perpipaan membuat pengetahuan hidraulika

dalam jaringan system penyediaan air minum menjadi vital bukan hanya sekedar

perencanaan, tetapi pengetahuan tersebut sangat membantu sejak survey,

perencanaan, pelaksanaan, operasional, dan perawatan serta pengetahuan.

(Radianta Triatmadja. 2009).

a. Aliran air dalam pipa.

Di dalam pipa air mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah, artinya

selama air mengalir tinggi tekanan dapat berkurang atau dengan kat alain
22

energinya dapat berkurang.Berkurangnya energi atau tingginya tekanan

merupakan fungsi debit, panjang pipa, diameter pipa dan koefisien gesek pipa.

Persamaan energi merupakan salah satu persamaan untuk menyelesaikan

masalah dalam hidraulika.Aliran dalam pipa misalnya dikenal dengan persamaan

energi (Persamaan Bernaulli) kontinuitas.

Persamaan Bernaulli ditulis sebagai berikut (Triatmaja, 2009):

………………………………..............………......(2.1)

dengan:

P = tekanan

z = tinggi datum

V = kecepatan rerata aliran dalam pipa

g = percepatan gravitasi bumi

he = kehilangan tinggi tenaga

γ = berat per unit volume

hf = kehilangan tinggi tenaga karena gesekan

hs = kehilangan tinggi tenaga sekunder (turbulensi lokal)

Selain tinggi tekanan dikenal juga tinggi tenaga atau energy head, ini

merupakan penjumlahan anatar tinggitekanan dan tinggi kecepatan.Sesungguhnya

tinggi tekanan merupakan energi potensial sedangkan tinggi kecepatan merupakan

energi kinetic (Triatmadja, 2007). Mengingat hedalam persamaan 3.1 diatas

merupakan kehilangan tinggi tenaga yang berupa gesekan dengan pipa, maupun

karena turbulesi local (kehilangan tinggi tenaga sekunder) sehingga secara

lengkap persamaannya adalah sebagai berikut :


23

………………............…...…(2.2)

Dimana :

hf : kehilangan tinggi tekanan karena gesekan

hs : kehilangan tinggi tenaga sekunder (turbulensi lokal)

Tinggi energi (tenaga) kadang hanya disebut sebagai energi saja, tinggi tekanan

sebagai tekanan, kehilangan energy sebagai kehilangan energy, atau kehilangan

tinggi tekanan sebagai kehilangan tekanan saja.

b. Kehilangan energi dalam pipa

Kehilangan energi pada system pipa dapat mengacu pada kombinasi dari

beberapa faktor. Penyebab kehilangan energiadalah adanya gesekan antara cairan

dan dinding di sepanjang pipa pada saat proses pengaliran air, energy Grade line

dan Hydraulic grade line, mengalami penurunan secara linier pada arah aliran.

Selain kehilangan energy akibat dari gesekan antara air dan dinding pipa,

pada saat bersamaan terjadi pula kehilangan energy akibat dari sambungan-

sambungan dalam jaringan, baik itu antara pipa dengan pipa atau pipa dengan

tangki, hal ini terjadi di saat air keluar dari pipa.

c. Kehilangan energi utama (Mayor)

Kehilangan energi mayor disebabkan oleh gesekan atau friksi dengan

dinding pipa. Kehilangan energi oleh gesekan disebabkan karena cairan atau

fluida mempunyai kekentalan, dan dinding pipa tidak licin sempurna. Pada
24

dinding yang mendekati licin sempurna, masih pula terjadi kehilangan energi

walaupun sangat kecil. Jika dinding licin sempurna, maka tidak ada kehilangan

energi, yaitu saat diameter kekasaran nol.

Ada beberapa persamaan empirik yang digunakan masing-masing

dengan keuntungan dan kerugiannya sendiri. Persamaan Darcy Weisbach paling

banyak digunakan dalam aliran fluida secara umum. Untuk aliran air dengan

viskositas yang relatif tidak banyak berubah, persamaan Hazen Williams dapat

digunakan. Berikut ditunjukan kedua persamaan tersebut:

1. Persamaan Darcy Weisbach

Persamaan matematis persamaan Darcy Weisbach ditulis sebagai:

hf =8f atau hf = f …………………..............…….(2.3)

dengan:

hf = kehilangan energi atau tekanan (mayor atau utama) (m)

Q = debit air dalam pipa (m3 /s)

f = koefisien gesek (Darcy Weisbach)

L = panjang pipa (m)

D = diameter pipa (m)

g = percepatan gravitasi bumi (m/s2 )

Dengan bertambahnya umur pipa, maka pipa tersebut dapat mengalami kerusakan

sehingga kekasarannya bertambah.Kekasaran inilah yang menyebabkan

berkurangnya energi air atau fluida selama pengaliran. Kekasaran merupakan

bilangan relatif terhadap diameter (dalam) pipa.


25

Gambar 2.2 Aliran dalam pipa dan kehilangan tinggi tenaga major (utama)

maupun minor (sekunder). Semua energi air saat keluar dalam bentuk energi

kinetik.

Gambar 2.3 Aliran dalam pipa dan kehilangan tinggi tenaga major (utama)

maupun minor (sekunder). Air keluar dengan masih menyisakan energi potensial

(terhadap datum).

Perhatikan kehilangan tenaga pada Gambar 2.2 dan 2.3. yang ditunjukkan oleh

garis yang disebut EGL (Energy Grade Line). Yang dimaksd dengan Energi

dalam Energy Grade Line adalah energi total. Energi awal adalah setinggi muka

air dalam reservoir kemudian turun sepanjang aliran dan akhirnya minimum di

ujung pipa. Tinggi tekanan energi diukur dari suatudatum tertentu. Datum adalah
26

garis atau bidang horizontal (datar) yang dapat dipilih sesuka kita. Selain garis

energi, terdapat pula terdapat pula garis HGL (Hydraulic Grade Line) yang

merupakan garis yang menunjukkan tekanan air di setiap titik yang di tinjau.

Perbedaan tinggi antara EGL dan HGL adalah V²/2g.

Semakin besar diameter pipa, maka pipa tersebut semakin tampak relatif

halus dan koefisien kehilangan energi akibat gesekan juga berkuang. Faktor lain

yang berpengaruh pada kehilangan energi akibat gesekan adalah kecepatan fluida

yang mengalir. Koefisien kehilangan energi memang semakin kecil akibat dari

kecepatan aliran bertambah. Namun demikian semakin tinggi kecepatan

kehilangan energinya semakin besar, karena kehilangan energi linier dengan

koefisien kehilangan energi tetapi merupakan fungsi kuadratis terhadap

kecepatan. Barr (1976) dalam Triatmadja (2009), memberi formula untuk harga f

sebagai berikut :

= -2 log 10 ( + )......................................................................(2.4)

Sedangkan swamce dan Jane (Triatmadja, 2009) mengemukakan persamaan

berikut untuk daerah turbulen.

f= ................................................................................(2.5)

Kedua ekspresi diatas digunakan dan dapat dipilih dengan hasil yang sangat mirip

sehingga pada umumnya hasil hitungan antara keduanyan sulit dibedakan.

2. Persamaan Hazen Williams


27

Persamaan ini lebih sederhana karena koefisien kehilangan enrgi (CHW)

nya tidak berubah terhadap angka Reynold, secara matematics dapat ditulis seperti

berikut ini :

Q = 0,2785CHWD2,63 i0,54.....................................................................(2.6)

dengan:

CHW = koefisien Hazen Williams

i = kemiringan atau slope garis tenaga (i = )

D = diameter pipa

Q = debit aliran

Berdasarkan persamaan diatas persamaan kehilangan energi dapat ditulis dalam

satuan m.k.s sebagai :

hf= ( ) 1,85
( ) 1,85
...............................................................(2.7)

d. Kehilangan Energi Sekunder Akibat Sambungan dan Fitting

Selain kehilangan energi karena gesekan dengan dinding pipa, selama

pengalirannya, air kehilangan energi karena harus membelok sehingga terjadi

turbulensi. Demikian pula jika air harus melalui penyempitan dan pembesaran

secara tiba-tiba. Kehilangan energi juga akan terjadi jika air harus melalui katup.

Seperti diketahui, katup menggangu aliran sehingga dapat mengurangi atau

bahkan menghentikan aliran sama sekali.

Kehilangan ditempat-tempat tersebut disebut sebagai kehilangan energi

minor. Walaupun disebut minor, kehilangan di tempat-tempat tersebut mungkin

saja jauh lebih besar dibandingkan dengan kehilangan energi akibat gesekan
28

dengan pipa. Kehilangan energi minor dalam bahasa matematika ditulis sebagai

berikut:

hf = k atau hf = k ...............................................................................(2.8)

dengan:

k = koefisien kehilangan energi minor

V = kecepatan aliran

2.2.4 Asesoris dalam Sistem Jaringan Perpipaan

Dalam sistem jaringan perpipaan asesoris atau sarana penunjang

(pelengkap) sangat membantu dalam unjuk kerja jaringan perpipaan seperti tangki

maupun pompa.

a. Tangki

Menurut Triatmadja (2007), tangki adalah elemen dalam jaringan pipa

yang berfungsi menyimpan air sementara waktu sebelum didistribusikan. Selain

itu tangki juga memberikan efek atau pengaruh pada elemen lain seperti pompa

dan pipa, adapun beberapa fungsi tangki yang dapat kita rinci sebagai berikut :

1. Peredam fluktuasi kebutuhan daerah distribusi

Tangki atau tandon air, seperti namanya dapat menyimpan air sementara

waktu sebelum didistribusikan. Pada saat tertentu, daerah distribusi tidak banyak

membutuhkan air, padahal suplai dari sumber dapat diambil atau dibuat konstan.

Untuk itu air dapat ditampung dalam tangki, setelah tiba saatnya kebutuhan

daerah distribusi meningkat tajam (pada jam-jam tertentu) maka air yang

tersimpan tadi dapat digunakan untuk suplai. Pada saat itu mungkin suplai air dari
29

sumber (misalnya reservoir) tetap (tidak naik), sehingga sebenarnya kurang besar

dibandingkan dengan air yang dikeluarkan dari tangki.dengan demikian dengan

pada saat jam puncak (kebutuhan distribusi tinggi), air dalam tangki seolah-olah

dikuras, sehingga muka air dalam tangki mengalami penurunan, tetapi debit yang

didistribusikan tetap terpenuhi (Triatmadja, 2007).

Tangki tidak boleh direncanakan asal besar saja, karena perencanaan

dengan dasar tersebut membuat tangki tidak efisien. Tangki harus direncanakan

sedemikian rupa sehingga air tidak turun terus hingga habis terkuras pada saat jam

puncak, tetapi diharapkan dapat menampung air sebesar kekurangan air yang

dibutuhkan antara suplai dan kebutuhan jam puncak.

Triatmadja (2009), secara matematis hubungan antara pertambahan dan

pengurangan volume tangki oleh pengambilan dan suplai dapat ditulis demikian :

i –O = ............................................................................................................(2.9)

Di mana :

i : input

O : output

: pertambahan atau pengurangan volume air

Lebih rinci lagi kalimat matematikanya dengan memasukkan faktor waktu

sehingga menjadi :

( i – O ) dt = dV.................................................................................................(2.10)

Di mana :

i : debit suplai

O : debit kebutuhan
30

dt : selang waktu

dV : selang volume (perubahan air dalam tangki).

2. Penghematan / efisiensi pipa transmisi

Daerah distribusi tidak selalu dekat dengan sumber airnya. Kadang kala

daerah sumber berjarak beberapa puluh kilometer dari daerah pelayanan, karena

itu instalasi jaringan pipa merupakan sesuatu fasilitas yang mahal, sehingga perlu

dioptimalkan (Triatmadja, 2009)

Kebutuhan air berfluktuasi sesuai dengan kebutuham pelanggan. Oleh

karena itu, jika air dari sumber setelah melalui proses instalasi pengolahan

langsung distribusikan ke pelanggan yang jauh dari lokasi sumber, maka jaringan

pipa transmisi harus menyesuaikan kebutuhan (relatif besar) untuk melawan

kehilangan energi.

3. Penghematan / efisiensi pompa

Kadang kala sumber air terletak pada elevasi di bawah elevasi daerah

distribusi. Dalam kasus seperti ini maka pompa merupakan asesoris yang harus

ditambahkan dalam jaringan pipa.

Pompa mempunyai sifat menaikkan tinggi takanan dan memberikan

kecepatan pada air (debit). Jika tinggi tekanan semakin tinggi kemampuan pompa

dalam mengalirkan air turun. Sebaliknya, jika tinggi tekanan yang diminta dari

pompa berkurang, maka kemampuan pompa untuk mengalirkan air semakin

meningkat. Namun pompa biasanya bekerja pada elevasi yang relatif tetap.
31

Misalnya memompa air dari reservoir dengan elevasi tertentu ke tangki dengan

elevasi yang sedikit perubahannya.

Jika satu jaringan distribusi air tidak memiliki tangki, maka pompa harus

bekerja terus menerus (non-stop) selama 24 jam setiap harinya.selain itu, karena

pada saat puncak (jam kebutuhan puncak), aliran dalam jaringan harus mampu

menyuplai, maka pada saat itu kapasitas pompa-pun tetap harus memenuhi syarat.

Kalau pompa tidak mampu karena debit yang diminta terlalu banyak, maka air

yang keluar tetap saja kurang memenuhi kebutuhan, biarpun semua katup di

pelanggan (SR) telah dinuka lebar-lebar. Sebaliknya jika kebutuhan sangat sedikit,

pompa tetap terus bekerja, walaupun hanya mengalirkan debit kurang dari 10 %

kapasitasnya. Yang terjadi adalah di tingkat pelanggan tekanan mengalami

kenaikan, dan debit di beberapa pelanggan yang membutuhan air mengalami

kenaikan (hanya pada saat-saat tersebut).

Pada kondisi seperti di atas itu fungsi pompa tidak efisien. Oleh karena

air yang diproduksi oleh pompa hanya sedikit, tetapi daya listrik yang digunakan

relatif besar. Maka untuk menghindari in-efisiensi tersebut pompa sebenarnya

dapat dibiarkan hidup dengan debit besar, asalkan air yang diproduksi ditampung

dahulu didalam tangki hingga penuh, tetapi tidak meluap, pada saat itu pompa

dimtikan beberapa jam, hal ini dimaksudkan agar air didalam tangki dapat

digunakan semuanya sampai pada batas minimumnya. Dengan metode seperti di

atas tadi daya listrik yang diberikan pada pompa benar-benar dimanfaatkan secara

efisien ( Triatmadja, 2009 ).


32

Elevasi tangki juga merupakan kriteria untuk efisiensi pemanfaatan

tangki, selain yang sudah diuraikan diatas tadi. Untuk itu elevasi tangki harus

direncanakan sedemikian sehingga masih ada sisa tekanan di lokasi pengambilan

oleh pelanggan yaitu setelah terjadi kehilangan energi akibat gesekan. Selain itu

juga tangki yang harus disuplai dengan tenaga pompa sebaiknya direncanakan

tidak asal tinggi, tetapi seperlunya dan sesuai dengan kebutuhannya.

Tangki yang terlalu tinggi membutuhkan daya yang besar untuk

menyuplainya, sehingga biaya operasional naik, walau hasil tetap tidak berubah.

Dan tangki yang terlalu tinggi dapat memberikan keuntungan pada pelanggan

yang terjauh, karena tekanan di lokasi mereka masih tinggi, sehingga pelanggan

tersebut masih dapat menyiram tanamannya dari jarak jauh dan menaikkan air ke

lantai atas rumahnya dengan mudah.

Keuntungan seperti ini di pelanggan sulit untuk diuangkan (dibisniskan).

Karena pelanggan cenderung menerima air dengan tekanan rendah asalkan debit

masih mencukupi, dari pada mendapat tekanan tinggi tetapi membayar lebih

mahal.

Selain keuntungan tinggi tekanan, jangan lupakan bahwa tinggi tekanan

tidak boleh berlebihan agar pipa tidak pecah, karena semakin tinggi tekanan

semakin tinggi pula kualitas pipa yang hars digunakan, itu berarti semakin mahal

pula sistem jaringan distribusi tersebut. Selain hal tersebut tangki juga tidak harus

diletakkan pada satu titik lokasi untuk mengaliri seluruh daerah distribusi.

Sebenarnya daerah distribusi dapat dibagi menjadi beberapa zona tekanan, dan
33

pembagian ini sangat menguntungkan baik dari segi penyediaan daya pompa

maupun penghematan sistem jaringan.

b. Pompa

Menurut Triatmadja (2009), pompa dapat dipandang sebagai alat untuk

menaikan tekanan atau energi potensial air. Dengan pompa maka tinggi tekanan

yang telah berkurang dapat dinaikan kembali sehingga sistem dapat mengairi yang

jauh yang belum terjangkau. Jika sebelum pompa dipasang sudah ada aliran, maka

tugas pompa adalah menambah debit yang berarti juga mempercepat aliran

(booster). Dengan demikian pompa dapat digunakan atau dipandang sebagai alat

untuk menambah debit dan tekanan.

Akibat penambahan debit, adalah turunnya tinggi tenaga dari simpul sebelum

pompa hingga ke pompa membesar. Namun karena kemudian tinggi tenaga

tersebut dinaikkan oleh pompa, aliran sebelah hilir berlanjut.

Pompa mengalirkan air ke satu arah dengan menaikkan tinggi tekanan disebelah

hilir dan menurunkan tekanan di sebelah hulunya. Daya bersih yang ditambahkan

oleh pompa pada air dalam sistem dapat dirumuskan sebagai :

P = .Q.hp.................................................................................................(2.11)
Di mana :

P : daya yang ditambahkan

: berat per unit volume

hp : head total

Selain asesoris yang telah dibahas diatas ada juga asesoris lain yang tidak akalh

penting didalam sistem perpipaan seperti :


34

1. Jenis - jenis pipa

Pipa sangat diperlukan pada prasarana jaringan air bersih karena dapat

mengalirkan Air Baku dari sumber air ke tangki maupun konsumen. Jenis pipa

yan diperlukan umumnya memiliki penampang bulat yang terbuat dari bahan yang

keras maupun dari bahan plastic. Jenis pipa tersebut antara lain adalah :

a. Besi Tuang (casr iron)

b. Besi yang di galvanisir ( galvanized iron pipe )

c. Pipa PVC

d. Pipa Baja ( stell pipa )

2. Sambungan pipa

Sambungan pipa ini berfungsi untuk menggabungkan antara pipa yang satu

dengan yang lain, baik yang berdiameter kecil maupun yang besar. Dan asesoris

sambungan pipa ini sudah ada dipasarkan dengan berbagai macam jenis,

tergantung kondisi lapangan dimana saat sambungan itu diperlukan.

Dari berbagai jenis yang digunakan yang paling sering dipakai adalah sebagai

berikut :

a. sambungan mangkok (bell) dan lurus

b. sambungan mekanik

c. sambungan dorong (push and joint),

d. sambungan pinggiran (flange)

3. Katup
35

Dalam satu jaringan kadang dibutuhkan jenis katup yang berbeda-beda agar suatu

rangkaian pipa dapat bekerja dengan baik sesuai fungsinya, dan jenis katup yang

paling banyak di pergunakan diantaranya :

a. Flow valve control (FCV)

b. Pressure breaker valve (PBV)

c. Pressure reducing valve (PRV)

d. Pressure sustaining valve (PSV)

e. Throttle control valve (TCV)

2.2.5 Strategi pengembangan sektor air bersih

Dalam menjawab tantangan pembangunan dimasa yang akan datang

khusunya pelayanan air bersih kepada masyarakat. Pembangunan sektor air bersih

dihadapkan dengan bernagai aspek diantaranya, aspek ekonomi, sosial, dan

lingkungan. Ketiga aspek tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi satu

dengan yang lainnya. Dalam aspek ekonomi, sektor air bersih dituntut untuk

menyesuaikan diri dengan kaidah-kaidah ekonomi dalam rangka memandu

alokasi sumber daya air dan mendorong terselenggaranya sektor usaha yang

menghasilkan manfaat bagi sektor ekonomi lainnya.

Dalam aspek sosial, sektor air bersih berhadapan dengan implikasi yang

bernuansa sosial yang mempengaruhi alokasi sumber daya air. Sinergi antara

aspek lingkungan dan sosial dapat menentukan perilaku pengelolaan sumberdaya

air dan permintaan air bersih. Secara teknis dan operasional hal tersebut

diimplementasikan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), sebagai


36

lembaga ekonomi satu-satunya penyelenggara dan penyedia air bersih di

Indonesia, (Bappenas, 2007) yang mewujudkan dalam prinsip umumnya yaitu

sebagai berikut :

a. Mengutamakan masyarakat miskin dalam peningkatan pelayanan sektor air

bersih (pro poor)

b. Menjaga keseimbangan antara kebutuhan penyelenggara sektor air bersih dan

daya dukung lingkungan (pro enviroment)

c. Meningkatkan keterlibatan semua pihak dalam penyelenggaraan sektor air

bersih (total participation)

d. Mengoptimalkan penerapan prinsip kepengusahaan yang baik dan prinsip

pemulihan biaya dalam penyelenggaraan sektor air bersih (good corporate

govermence)

e. Mengefektifkan penegakan hukum (law enforcement)

f. Mengembangkan mekanisme kerja sama daerah dan antar sektor dalam

penyelenggaraan sektor air bersih (regionalisasi).

2.2.6 Aplikasi Program Waternet

Program ini dirancang untuk melakukan simulasi aliran air atau fluida

lainnya (bukan gas) dalam pipa baik dengan sistem jaringan tertutup (loop),

sistem jaringan terbuka (bercabang) maupun sistem jaringan campuran antara

loop dan percabangan. Sistem pengaliran (distribusi) fluida dapat berupa sistem

gravitasi, sistem pompanisasi maupun campuran keduanya. Air atau fluida yang

mengalir harus dalam kondisi tertekan yaitu memenuhi seluruh tampang pipa.
37

WaterNet dirancang dengan memeberikan banyak kemudahan sehingga pengguna

dengan pengetahuan minimal tentang jaringan distribusi (aliran dalam pipa) dapat

menggunakannya juga. Input data dibuat interaktif sehingga memudahkan dalam

simulasi jaringan dan memperkecil kesalahan pengguna saat menggunakan

WaterNet.

Program Waternet dibuat untuk memenuhi kebutuhan perencana dalam

mensimulasikan jaringan pipa secara mudah dan akurat. Adapun kemampuan

yang dimiliki oleh fasilitas Waternet adalah sebagai berikut.

a. Menghitung debit dan tekanan di seluruh jaringan pipa dan setiap node.

b. Mengitung demand atau air yang dibutuhkan/diambil pada setiap node (jika

tekanan node telah ditentukan).

c. Fasilitas default diberikan untuk memudahkan input data pada setiap pipa,

pompa, dan node secara manual.

d. Fasilitas pustaka untuk mencantumkan kekasaran pipa, kehilangan energi, dan

yang lainnya.

e. Fasilitas katup pada jaringan pipa.

f. Fasilitas pengubah tipe aliran untuk melakukan simulasi perubahan elevasi di

dalam tangki akibat fluktuasi pemakaian air yang dipengaruhi oleh jumlah

pemakaian air berjam-jam. Fasilitas ini juga digunakan untuk mengitung

volume tangki yang optimal serta menguji jaringan untuk debit yang fluktuatif.

Pengguna dapat memeriksa tinggi tekanan, kecepatan aliran, dan debit pada

setiap pipa untuk mengoptimalkan jaringan.

g. Fasilitas pengubah posisi node dan pipa.


38

h. Failitas kontur yang dibuat berdasarkan input kontur topografi untuk

memudahkan input elevasi node.

i. Fasilitas editing untuk memperbaiki kekurangan atau kesalahan dalam

perencanaan.

Fasilitas WaterNet dibuat agar proses editing dan analisis pada

perancangan dan optimasi jaringan distribusi air dapat dilakukan dengan mudah.

Output WaterNet dibuat dalam bentuk database, text maupun grafik yang

memudahkan pengguna untuk selanjutnya memprosesnya langsung menjadi

hardcopy atau proses lebih lanjut dengan program lain sebagai laporan yang

menyeluruh.

Berikut akan diuraikan sedikit tentang cara menggunakan aplikasi

program WaterNet sampai pada proses run :

Gambar 2.4 Tampilan aplikasi WaterNet pada menu awal


39

1. Membuat File Baru

Klik Menu Utama File kemudian klik New atau klik Tombol New File.

Setelah itu akan muncul menu default, dimana pada menu tersebut terdapat

parameter-parameter yang harus diisi nilanya agar setiap pipa dan node nanti

mempunyai keseragaman nilai, sehingga akan memudahkan perencana pada saat

merencanakan. Untuk lebih jelas, tampilan menu default diperlihatkan di bawah

ini:

Gambar 2.5 Tampilan menu default

Setelah selesai mengisi isian klik OK dan jendela default akan menutup dan

dihadapkan pada jendela Paper. Isikan pilihan paper Letter dengan layout

Lanscape dan semua margin diisikan 1 cm. Setelah itu, klik Apply and Exit.
40

Gambar 2.6 Tampilan menu ukuran kertas sebagai pedoman perencanaan terutama

pada tampilan gambar

2. Menggambar Jaringan Pipa

Dengan menggunakan beberapa drawing tools yang tersedia pada

aplikasi waternet, maka kita dapat menggambar jaringan pipa beserta reservoirnya

dan tangkinya, seperti pada gambar berikut:

Gambar 2.7 Contoh gambar rencana suatu jaringan pipa.


41

3. Proses Running

Setelah proses penggambaran selesai, pada tombol perintah klik tombol

GO dan akan muncul jendela informasi Variabel yang digunakan dalam simulasi

secara ringkas. Misalnya demand maksimum dan minimum dapat digunakan

untuk menguji apakah demand yang telah diinputkan sudah benar.

Gambar 2.8 Gambar jendela informasi variable untuk simulasi secara ringkas

Pada jendela Variabel used for Simulation untuk flow type dipilih CONSTANT.

Hal ini dikarenakan belum melakukan pilihan tipe aliran sama sekali, sehingga

WaterNet menggunakan tipe aliran default yaitu CONSTANT.

Pada ujung atas terlihat hanya RunHydraulic Model yang dicek atau dipilih.

WaterNet hanya akan mengerjakan simulasi terkait dengan hidraulika saja (tidak

termasuk kualitas air). Klik GO pada jendela Variabel Used For Simulation dan

WaterNet segera running.


42

Gambar 2.9 Hasil simulasi dari program WaterNet

Hasil running dilaporkan secara singkat dengan jendela Report. Pada

sebelah kanan atas ada lingkaran berwarna hijau yang menunjukkan bahwa

simulasi sukses dan jaringan tidak mempunyai masalah. Pada jendela report ada

tiga combo box yang jka jaringan mengalami masalah pesan akan ditampilkan di

dalamnya. Klik EXIT dan akan muncul jaringan yang telah dilengkapi dengan

arah aliran (gambar jaringan 4). Jika hasil simulasi bertulisakan stop or aborted

berarti harus dilakukan simulasi ulang, program ini akan menunjukan kejanggalan

yang akan muncul akibat perhitungan yang kurang tepat (lihat kotak yang

dilingkar merah). sehingga perencana harus mengubah besar atau panjang pipa

sampai simulasi berjalan sukses.


43

Gambar 2.10 Hasil simulasi yang telah berhasil.


BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan studi kasus yang akan dilaksanakan di

Kecamatan Banyudono, Boyolali yaitu PUDAM Tirta Ampera, untuk mengkaji

jaringan distribusi yang sudah ada dalam upaya menganalisa pelayanan serta

menentukan kebijakan teknis berkaitan dengan rencana pengembangan jaringan

untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Dalam penelitian ini akan dilakukan simulasi dengan menggunakan program

WaterNet Versi Beta V-3

3.1 Lokasi Penelitian

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian

44
45

Penelitian dilakukan pada Perusahaan Umum Daerah Air Minum

(PUDAM) Tirta Ampera Kecamatan Banyudono di kabupaten Boyolali Provinsi

Jawa Tengah. Dasar pertimbangan dipilihnya lokasi ini adalah sebagai berikut :

1. Adanya permasalahan kualitas dan kontinuitas dalam pendistribusian air

terutama di Kecamatan Banyudono,

2. Kebutuhan penduduk akan air bersih belum semuanya terpenuhi karena

sehari-hari air yang dikonsumsi berasal dari sumur dangkal yang tidak layak

untuk minum,

3. Sumber air baku cukup tersedia, yaitu sumber air Pengging yang terletak di

Kecamatan Banyudono,

4. Belum ada penelitian yang sama sebelumnya,

5. Data relatif lengkap dan akurat.

Gambar 3.2 Lokasi Penelitian


46

3.2 Tahap Penelitian

Pada tahap persiapan penelitian ini disusun hal-hal yang berkaitan

dengan penelitian ini, yaitu :

1. Studi Pustaka, mengumpulkan dan mempelajari literature serta teori-teori yang

berkaitan dengan judul penelitian.

2. Pengumpulan data

Tahap pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data-data yang akan

digunakan dalam simulasi jaringan pipa distribusi. Peranan instansi terkait

sangat diperlukan terutama Dinas Kimpraswil dan PUDAM. Data sekunder

dari Dinas Kimpraswil maupun PUDAM yang diperlukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a. Data Jumlah penduduk

Data jumlah penduduk diperlukan untuk mengetahui berapa banyak penduduk

yang telah menjadi pelanggan atau terlayani oleh jaringan serta berapa banyak

penduduk yang belum terlayani.

b. Peta Jaringan transmisi dan distribusi

Peta jaringan merupakan data utama dengan fasilitas pendukung karena

melalui peta jaringan yang ada dan dapat dipelajari kemungkinan

pengembangan ke depan.

c. Data sumber air

Sumber air yang dimanfaatkan layak dikonsumsi untuk masyarakat

berdasarkan kualitas maupun kuantitasnya.

d. Data perkembangan daerah


47

Data perkembangan daerah / wilayah sangat dibutuhkan untuk perencanaan

pengembangan pada waktu yang akan datang.

e. Peta kontur wilayah data yang sangat penting berkaitan dengan analisis

jaringan air bersih.

f. Data pelanggan sangat diperlukan yang berkaitan dengan data kebutuhan air

penting untuk mengetahui banyaknya air yang dibutuhkan oleh konsumen.

3. Analisis dan pengelolaan data

Analisis dan pengeolaan data dilakukan berdasarkan data sekunder dan primer

yang telah diperoleh dari hasil survey di lapangan. Melalui tahapan ini diharapkan

akan diperoleh data yang akurat sebagai pemecah masalah yang tepat. Dalam

analisis kinerja jaringan distribusi eksisting, dibantu dengan penggunaan Software

WaterNet untuk melakukan simulasi jaringan pipa.

4. Pemecahan masalah

Dari hasil analisis dan pengolahan data yang ada, maka selanjutnya dilaksanakan

tahap pemecahan masalah. Pemecahan masalah dilakukan dengan membuat suatu

strategi yang efektif dalam memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat.

Pemecahan masalah ini meliputi aspek-aspek yang dapat menjadi alternatif dalam

pencapaian tujuan penulisan ini, sehingga akan dijadikan solusi yang baik bagi

pemenuhan kebutuhan air bersih di kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali.

5. Hasil Pembahasan

Hasil pembahasan merupakan hubungan atau yang didapat dari data-data yang

telah dianalisis dan dapat diterangkan dengan tabel, grafik atau gambar kemudian

temuan-temuan yang didapat dibahas dalam kerangka teoritis.


48

3.3 Tahap Analisis dan Pengolahan Data

Dari hasil pengumpulan data dilanjutkan dengan tahap analisa melalui

indikator teknis maupun kinerja berdasarkan Kepmen Dagri Nomor 47 tahun

1999, hal tersebut diantaranya ;

1. Analisis teknis dilaksanakan berdasarkan data sekunder yang telah diperoleh

dan dilakukan dengan menggunakan software WaterNet versi Beta V-3

dengan tahapan sebagai berikut :

a. Menggambar jaringan pipa eksisting dengan memasukkan data pipa, diameter

pipa jenis pipa, ketersediaan pipa, kekasaran pipa, kebutuhan tiap Node,

fluktuasi kebutuhan, data tangki dan elevasi, dan jika menggunakan pompa

untuk pendistribusiannya maka, dikaji juga jenis pompa dan asesoris

pendukung lainnya, sehingga aplikasi software WaterNet dapat bekerja sesuai

dengan fungsinya.

b. Kemudian untuk mengetahui permasalahan pada jaringan eksisting yang ada

secara teknis, diperlukan perhitungan yang lebih detail untuk itu perintah

running dalam software WaterNet, akan memberikan keterangan kepada

pengguna, tentang analisis jaringan eksisting yang ada, sedangkan nilai

ekonomisnya dan infestasinya itu diperhitungkan dengan menggunakan dasar

pertimbangan dan kriteria optimalisasi jaringan.

c. Hal terakhir yaitu membuat kesimpulan dan saran dari beberapa Alternatif

jaringan yang sudah di evaluasi dengan berbagai pertimbangan yaitu

pertimbangan ekonomis dan pertimbangan teknis, yang mengacu pada


49

kriteria atau standar yang berlaku sehingga dapat melayani kebutuhan air

bersih masyarakat secara berkesinambungan.

3.4 Program WaterNet

Pada saat perencanaa maupun operasional, yang menjadi kendala dalam

menganalisa jaringan pipa adalah perhitungan hidrolikanya, untuk itu dengan

ditenukannya berbagai software dalam pekerjaan pipa, maka kesulitan yang

dihadapi mulai trasa, hal tersebut dikarenakan dengan penggunaan software yang

dilakukan dengan computer melalui cara trial and error dapat dilakukan dengan

singkat serta nilai ketelitiannya yang tinggi.

Program-program yang diciptakan untuk mempermudah perhitungan

dalam distribusi aliran fluida (cair) sampai saat ini seperti : loop design, water

cad, waternet dan epanet. Salah satu program yang dipakai dalam penelitian ini

untuk menghitung distribusi aliran fluida (cair) dalam pipa adalah program

WaterNet.

Program ini dirancang untuk melakukan simulasi aliran air atau fluida lainnya (

bukan gas ) dalam pipa baik dengan sistem jaringan tertutup, (loop), maupun

sistem jaringan terbuka (bercabang) maupun sistem jaringan campuran antara

loop dan percabangan. Sistem pengaliran (distribusi) fluida dapat berupa sistem

gravitasi, sistem pompanisasi maupun campuran keduannya.

WaterNet dirancang dengan memberikan banyak kemudahan sehingga

pengguna dengan pengetahuan minimal tentang jaringan distribusi (aliran dalam

pipa) dapat menggunakan juga. Input data dibuat interaktif sehingga memudahkan
50

dalam simulasi jaringan dan memperkecil kesalahan pengguna saat menggunakan

WaterNet.

3.5 Pemecahan Masalah

Dari hasil analisis teknis dengan software WaterNet, akan diketahui

permasalahan yang terjadi pada kondisi eksisting, dan kemudian dengan

secepatnya memberikan alternatif pemecahan masalah. Adapun kriteria-kriteria

yang sudah baku dalam program / software WaterNet, seperti pada WaterNet Versi

Beta V-3 diantaranya :

1. Kondisi jaringan eksisting dianggap baik,

2. Kualitas air baku dianggap memenuhi standar kualitas,

3. Kekasaran pipa yang telah disiapkan oleh WaterNet.

4. Kebutuhan air tiap hari dengan menggunakan Hidran Umum (HU) didasarkan

pada kebutuhan tiap node dengan layanan tetap. Kebutuhan per orang per hari

60 liter/org/hari, dikalikan dengan jumlah pelanggan. Dan untuk Sambungan

Rumah (SR), kebutuhan 100 liter/org/hr, dengan asumsi 1 rumah 5 jiwa/org.


51

3.6 Bagan Alir Penelitian

Mulai

Pengumpulan Data

DATA PRIMER: DATA SEKUNDER:


- Data jaringan pipa - Data kondisi fisik daerah
- Data reservoir - Data Jumlah penduduk
- Data diameter, panjang dan tata - Data perkembangan Penduduk
letak (elevasi dan posisi) - Peta kontur wilayah
- Ketersediaan sumber air
- Pelanggan PUDAM
- Kapasitas Produksi

-Simulasi dan pengujian jaringan pipa eksisting


-Evaluasi jaringan eksisting
-Analisis jaringan eksisting

Simulasi ketersediaan air dan kinerja jaringan

Tidak
Optimalisasi Jaringan Eksisting

Ya

Kesimpulan dan saran

Selesai

Gambar 3.3. Bagan alir kegiatan


BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisa Jaringan Eksisting PUDAM Kecamatan Banyudono Kabupaten

Boyolali

Berdasarkan data dari : PUDAM, instansi lain yang terkait dengan

pelayanan air bersih, memahami secara benar fasilitas-fasilitas yang terdapat pada

software WaterNet, maka pelaksanaan analisa jaringan pipa eksisting PUDAM

Kecamatan Banyudono dapat dilakukan. Agar model / skema yang dibuat

mendekati kondisi dilapangan maka langkah-langkah berikut ini harus terlebih

dulu dilakukan.

4.1.1 Skema Dan Karakteristik Jaringan Pipa Eksisting

Jaringan yang ada di lapangan terdiri dari jaringan pipa transmisi,

jaringan pipa distribusi, pompa dan bak penampungan air (reservoir). Data

karakteristik pipa berupa diameter pipa diperoleh dari PUDAM Tirta Ampera

Kabupaten Boyolali. Sedangkan elevasi konturya diperoleh dari survei lapangan

dengan batuan alat Google Earth Pro.

Kondisi Jaringan pipa serta sistim distribusi dilapangan yang sudah ada

selanjutnya dibuat peta jaringan menggunakan program AutoCAD 2010. hasilnya

dibuat dalam format JPEG atau bitmap yag sudah diskalakan/skalatis. File dalam

52
53

format JPEG kemudian diinput sebagai dasar pemodelan jaringan pipa eksisting

pada software WaterNet versi Beta V.3. hasilnya seperti pada gambar 4.1.

Gambar 4.1. Skema Jaringan pipa eksisting.


Data panjang pipa, diameter pipa, serta elevasi node, yang sudah diperoleh

merupakan data yang nantinya dimasukkan kedalam simulasi kondisi eksisting.

Data tersebut seperti yang ditunjukkan oleh tabel 4.1.

Tabel 4.1. Data karakteristik pipa eksisting

No Node Pipa
Pipa Dari Ke Panjang (m) Diameter Jenis Kekasaran
1 1 2 37 0.15 PVC 0.0015
2 1 3 411.8 0.04 PVC 0.0015
3 3 4 159.5 0.04 PVC 0.0015
4 4 5 73.14 0.025 PVC 0.0015
5 5 6 146.1 0.025 PVC 0.0015
6 5 7 142.1 0.025 PVC 0.0015
54

Lanjutan Tabel 4.1.


No Node Pipa
Pipa Dari Ke Panjang (m) Diameter Jenis Kekasaran
7 4 8 200.2 0.04 PVC 0.0015
8 9 10 95.45 0.25 PVC 0.0015
9 10 11 475.9 0.25 PVC 0.0015
10 2 9 97 0.15 PVC 0.0015
11 15 16 460.5 0.15 PVC 0.0015
12 12 13 151.2 0.05 PVC 0.0015
13 1 14 37.5 0.15 PVC 0.0015
14 14 15 300.75 0.15 PVC 0.0015
15 15 16 77.2 0.15 PVC 0.0015
16 16 17 48.1 0.15 PVC 0.0015
17 17 18 80.9 0.15 PVC 0.0015
18 13 18 194.8 0.05 PVC 0.0015
19 18 19 840.9 0.15 PVC 0.0015
20 19 20 196.5 0.05 PVC 0.0015
21 19 21 385.25 0.075 PVC 0.0015
22 21 22 98.2 0.075 PVC 0.0015
23 22 23 369.6 0.075 PVC 0.0015
24 12 24 118 0.25 PVC 0.0015
25 11 25 205.4 0.25 PVC 0.0015
26 11 26 111.5 0.05 PVC 0.0015
27 24 27 156.8 0.25 PVC 0.0015
28 25 28 384.33 0.25 PVC 0.0015
29 28 29 904.1 0.1 PVC 0.0015
30 29 30 169.7 0.075 PVC 0.0015
31 30 31 283.4 0.075 PVC 0.0015
32 31 32 149 0.05 PVC 0.0015
33 31 33 141.22 0.075 PVC 0.0015
34 33 34 244.5 0.05 PVC 0.0015
35 20 35 772.7 0.15 PVC 0.0015
36 35 36 228.6 0.04 PVC 0.0015
37 35 37 181.2 0.04 PVC 0.0015
38 37 38 32.2 0.04 PVC 0.0015
39 38 39 123.9 0.04 PVC 0.0015
40 39 40 167.21 0.04 PVC 0.0015
41 40 41 333.3 0.04 PVC 0.0015
42 41 42 154.2 0.04 PVC 0.0015
43 35 43 217.1 0.15 PVC 0.0015
44 43 44 194.95 0.05 PVC 0.0015
55

Lanjutan Tabel 4.1.


No Node Pipa
Pipa Dari Ke Panjang (m) Diameter Jenis Kekasaran
45 44 45 78.4 0.05 PVC 0.0015
46 45 46 103.6 0.05 PVC 0.0015
47 44 47 150.4 0.05 PVC 0.0015
48 47 48 282.2 0.05 PVC 0.0015
49 43 49 146.5 0.15 PVC 0.0015
50 49 50 28.3 0.05 PVC 0.0015
51 50 51 7 0.05 PVC 0.0015
52 51 52 159.8 0.04 PVC 0.0015
53 49 53 180.5 0.15 PVC 0.0015
54 53 54 220.9 0.05 PVC 0.0015
55 53 55 84.1 0.04 PVC 0.0015
56 53 56 128.1 0.15 PVC 0.0015
57 56 57 234.4 0.05 PVC 0.0015
58 56 57 105.6 0.15 PVC 0.0015
59 58 59 238.5 0.1 PVC 0.0015
60 59 60 79.1 0.1 PVC 0.0015
61 60 61 110.5 0.1 PVC 0.0015
62 60 62 100 0.1 PVC 0.0015
63 62 63 33.3 0.1 PVC 0.0015
64 63 64 166.7 0.1 PVC 0.0015
65 61 65 142.4 0.05 PVC 0.0015
66 62 65 90 0.05 PVC 0.0015
67 65 66 92 0.05 PVC 0.0015
68 66 67 84.6 0.05 PVC 0.0015
69 59 68 118.4 0.15 PVC 0.0015
70 28 69 228.8 0.25 PVC 0.0015
71 69 70 203.7 0.25 PVC 0.0015
72 70 71 350.7 0.25 PVC 0.0015
73 71 72 358.3 0.25 PVC 0.0015
74 72 73 274.6 0.25 PVC 0.0015
75 73 74 736.2 0.25 PVC 0.0015
76 74 75 304.7 0.25 PVC 0.0015
77 73 76 380.7 0.1 PVC 0.0015
78 76 77 33.6 0.1 PVC 0.0015
79 77 78 127.4 0.1 PVC 0.0015
80 78 79 120.5 0.05 PVC 0.0015
81 79 80 106.7 0.05 PVC 0.0015
82 77 81 121.4 0.05 PVC 0.0015
56

Lanjutan Tabel 4.1.


No Node Pipa
Pipa Dari Ke Panjang (m) Diameter Jenis Kekasaran
83 81 82 96.6 0.05 PVC 0.0015
84 73 83 127.1 0.05 PVC 0.0015
85 83 84 89.1 0.05 PVC 0.0015
86 83 85 110.4 0.05 PVC 0.0015
87 85 86 118.9 0.05 PVC 0.0015
88 85 87 157.9 0.05 PVC 0.0015
89 85 88 92 0.05 PVC 0.0015
90 88 89 152.4 0.05 PVC 0.0015
91 23 90 111.8 0.075 PVC 0.0015
92 90 91 224.5 0.075 PVC 0.0015
93 91 92 49.4 0.04 PVC 0.0015
94 91 72 223.6 0.075 PVC 0.0015
95 59 93 388 0.05 PVC 0.0015

4.1.2 Kebutuhan Air ( demand )

Berdasarkan data yang diperoleh dari PUDAM Kecamatan Banyudono,

kebutuhan air bersih yang dilayani sistem jaringan distribusi daerah pelayanan

Kecamatan Tulung dapat ditunjukkan pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Demand pada daerah pelayanan Kecamatan Banyudono

No Daerah Jumlah Demand Persentase


No
Node Sambungan Sambungan (l/s) Pelayanan (%)
1 7 Karang Duwet 1 7 0.049 0.87
2 6 Karang Duwet 2 11 0.076 1.37
3 8 Karang Duwet 3 15 0.104 1.87
4 26 Ngaliyan 1 61 0.424 7.61
5 2 Ngaliyan 2 12 0.083 1.49
6 18 Ngaliyan 3 49 0.340 6.11
7 22 Tegalarum 10 0.069 1.25
8 80 Perum Ngaru-aru 1 64 0.444 7.98
9 82 Perum Ngaru-aru 2 63 0.438 7.90
10 84 Perum Ngaru-aru 3 62 0.431 7.73
57

Lanjutan Tabel 4.2.


No Daerah Jumlah Demand Persentase
No
Node Sambungan Sambungan (l/s) Pelayanan (%)
11 87 Perum Ngaru-aru 4 63 0.438 7.90
12 89 Perum Ngaru-aru 5 61 0.424 7.61
13 86 Perum Ngaru-aru 6 58 0.403 7.24
14 75 Ngaru-aru 27 0.188 3.37
15 42 Mlatirejo 13 0.090 1.62
16 36 Bulakan 38 0.264 4.74
17 46 Kebondalem 1 31 0.215 3.90
18 54 Gobahan 15 0.104 1.87
19 57 Sebrangan 22 0.153 2.75
20 93 Perum Slangen 1 38 0.264 4.74
21 67 Perum Slangen 2 31 0.215 3.87
22 69 Jentekan 15 0.104 1.87
23 32 Plumutan 1 13 0.090 1.62
24 34 Plumutan 2 22 0.153 2.74
Sumber : PUDAM Kecamatan Banyudono

Untuk mendapatkan demand di titik simpul (node) perlu dilakukan perhitungan

lebih lanjut pada masing-masing node, berdasarkan jumlah fasilitas sambungan

yang ada. Berdasarkan data pelanggan jaringan air bersih PUDAM Kecamatan

Banyudono diperoleh hitungan jumlah sambungan di tiap-tiap node. Hasil

hitungan demand imasing-masing node dapat ditunjukkan pada tabel 4.3. dibawah

ini :

Tabel4.3. Hasil perhitungan demand

No Daerah Jumlah Demand Persentase


No
Node Sambungan Sambungan (l/s) Pelayanan (%)
1 1 0 0 -
2 2 Ngaliyan 2 12 0.083 1.49
3 3 0 0 -
4 4 0 0 -
58

Lanjutan Tabel 4.3.


5 5 0 0 -
6 6 Karang Duwet 2 11 0.076 1.37
7 7 Karang Duwet 1 7 0.049 0.87
8 8 Karang Duwet 3 15 0.104 1.87
9 9 0 0 -
10 10 0 0 -
11 11 0 0 -
12 12 0 0 -
13 13 0 0 -
14 14 0 0 -
15 15 0 0 -
16 16 0 0 -
17 17 0 0 -
18 18 Ngaliyan 3 49 0.340 6.11
19 19 0 0 -
20 20 0 0 -
21 21 0 0 -
22 22 Tegalarum 10 0.069 1.25
23 23 0 0 -
24 24 0 0 -
25 25 0 0 -
26 26 Ngaliyan 1 61 0.424 7.61
27 27 0 0 -
28 28 0 0 -
29 29 0 0 -
30 30 0 0 -
31 31 0 0 -
32 32 Plumutan 1 13 0.090 1.62
33 33 0 0 -
34 34 Plumutan 2 22 0.153 2.74
35 35 0 0 -
36 36 Bulakan 38 0.264 4.74
37 37 0 0 -
38 38 0 0 -
39 39 0 0 -
40 40 0 0 -
41 41 0 0 -
42 42 Mlatirejo 13 0.09 1.63
59

Lanjutan Tabel 4.3.


43 43 0 0 -
44 44 0 0 -
45 45 0 0 -
46 46 Kebondalem 1 31 0.215 3.90
47 47 0 0 -
48 48 0 0 -
49 49 0 0 -
50 50 0 0 -
51 51 0 0 -
52 52 0 0 -
53 53 0 0 -
54 54 Gobahan 15 0.104 1.87
55 55 0 0 -
56 56 0 0 -
57 57 0 0 -
58 58 0 0 -
59 59 0 0 -
60 60 0 0 -
61 61 0 0 -
62 62 0 0 -
63 63 0 0 -
64 64 0 0 -
65 65 0 0 -
66 66 0 0 -
67 67 Perum Slangen 2 31 0.215 3.90
68 68 0 0 -
69 69 Jentekan 15 0.104 1.87
70 70 0 0 -
71 71 0 0 -
72 72 0 0 -
73 73 0 0 -
74 74 0 0 -
75 75 Ngaru-aru 27 0.188 3.37
76 76 0 0 -
77 77 0 0 -
78 78 0 0 -
79 79 0 0 -
80 80 Perum Ngaru-aru 1 64 0.444 7.98
60

Lanjutan Tabel 4.3.


81 81 0 0 -
82 82 Perum Ngaru-aru 2 63 0438 7.90
83 83 0 0 -
84 84 Perum Ngaru-aru 3 62 0.431 7.73
85 85 0 0 -
86 86 Perum Ngaru-aru 6 58 0.403 7.24
87 87 Perum Ngaru-aru 4 63 0438 7.90
88 88 0 0 -
89 89 Perum Ngaru-aru 5 61 0.424 7.61
90 90 0 0 -
91 91 0 0 -
92 92 0 0 -
93 93 Perum Slangen 1 38 0.264 4.74
94 94 0 0 -
95 95 0 0 -
96 96 0 0 -
Jumlah 801 5.563 100.00

Hasil dari analisis kebutuhan demand yang ditunjukkan pada tabel 4.3.,

dapat diketahui adanya daerah distribusi pelayanan yang tidak merata. Hal ini

diperlihatkan pada daerah node 54 dan node 67 yang jumlah demandnya 0.10-

0.21 liter / detik. Sedangkan pada node-node yang lain banyak yang belum

digunakan atau demandnya 0 liter / detik.

Hasil dari analisis ditiap node-node, merupakan input data dalam proses

simulasi jaringan distribusi dengan menggunakan software waternet. Simulasi

dimaksudkan untuk memberikan gambaran terhadap kondisi jaringan distribusi

dengan perlakuan kebutuhan yang berdasarkan hasil analisis pendekatan terhadap

kondisi jaringan ditribusi dengan perlakuan kebutuhan yang berdasarkan hasil

analisis pendekatan terhadap kondisi demand sebenarnya.


61

4.1.3 Fluktuasi Kebutuhan Air Kecamatan Banyudono

Dalam perhitungan kebutuhan air didasarkan pada kebutuhan air harian

maksimum dan kebutuhan air jam maksimum dengan referensi kebutuhan rata-

rata. Sebagai standar atau acuan untuk kemudahan perencanaan variasi kebutuhan

air bersih digolongkan seperti tercantum dalam (tabel). Selain perbedaan menurut

kemajuan daerah atau kebiasaan (adat istiadat) dalam kehidupan perbedaan

kebutuhan air juga terjadi sepanjang hari. Fluktuasi kebutuhan air tiap jamnya

didapat dari data teknis PUDAM Kecamatan Banyudono, seperti tabel 4.4.

Fluktuasi harian Kecamatan Banyudono.

Tabel 4.4. Koefisien Fluktuasi Harian Kecamatan Banyudono

Jam Koefisien Jam Koefisien Jam Koefisien Jam Koefisien

1 0,4 7 0,9 13 1,2 19 1,5


2 0,4 8 1,4 14 1,25 20 1,4
3 0,4 9 1,3 15 1,3 21 1,1
4 0,4 10 1,25 16 1,3 22 0,75
5 0,5 11 1,2 17 1,42 23 0,6
6 0,6 12 1,2 18 1,5 24 0,53
Sumber : PUDAM Kecamatan Banyudono

Dari Tabel 4.4. terlihat bahwa variasi waktu perubahan pada fluktuasi PUDAM

Kecamatan Banyudono lebih panjang, sehingga beban puncaknya lebih rendah.

Berdasarkan data tersebut, karakteristik daerah Kecamatan Banyudono dapat

digolongkan pada daerah pemukiman kelas rendah dengan tingkat ekonomi yang

cukup rendah.
62

Gambar 4.2. Kondisi Fluktuasi Banyudono

4.1.4 Simulasi Kondisi Eksisting Jaringan Distribusi

Simulasi eksisting yang dilakukan dengan software waternet versi Beta-

V5, berdasarkan data yang diperoleh dari PUDAM Kecamatan Banyudono.

Sebagian besar pipa yang digunakan terlalu kecil, dan ada beberapa pipa yang

terlalu besar. Hal ini ditunjukkan dari peringatan yang diberikan dalam fasilitas

waternet terutama pada saat simulasi aliran berubah (extended). Pada Gambar 4.3

dan 4.4 diperlihatkan tampilan saat running dan laporan singkat hasil running

untuk aliran tetap.


63

Gambar 4.3. Kondisi ekisting pada aliran tetap

Gambar 4.4. Laporan hasil running pada simulasi aliran tetap


64

Secara umum kondisi aliran air pada jaringan pipa eksisting masih

berfungsi dengan baik, dimana air mampu mengalir ke node-node sesuai dengan

kebutuhan. Sebagaimana ditunjukkan ada gambar 4.4, masih banyak aliran

dengan kecepatan rendah atau aliran laminer dan terjadi luapan pada tangki.

Gambar 4.5. Arah aliran di jaringan distribusi pada simulasi aliran tetap.

Dari gambar 4.5. diperlihatkan bahwa pada kondisi aliran tetap, tekanan

absolut lebih besar dari 10 m dan ini berarti memenuhi yang disyaratkan.
65

Gambar 4.6. Kondisi tekanan pada aliran tetap tekanan diatas 10 m ditunjukkan
lingkaran berwarna biru.
Pada simulasi aliran berubah waternet memberikan peringatan dalam

operasi, dikarenakan ukuran pipa yang tidak sesuai dengan tekanan yang

dibutuhkan. Sebagai langkah lebih lanjut dalam proses simulasi jaringan

distribusi, dilakukan prakiraan data demand yang mendekati kondisi di lapangan.

Untuk membuat simulasi lebih realistis, melalui trial and error dicari angka

koefisien demand guna mengganti angka kebutuhan seragam sama dengan 1.

Dalam simulasi aliran berubah ini didapat angka koefisien 0,3 dan angka koefisien

demand ini merupakan faktor kali terhadap kebutuhan dasar (demand) yang telah

diisikan pada Node. Pada Gambar 4.6. diperlihatkan tampilan data running untuk

simulasi aliran berubah pada kondisi dimasukkan angka koefisien kebutuhan.

Untuk memudahkan mengontrol kondisi jaringan, dalam operasi simulasi

waternet dilakukan dengan fasilitas path yang disediakan di dalam waternet.

Dalam simulasi ini dilakukan tinjauan pada jalur yang dianggap dapat mewakili
66

kondisi jaringan. Jalur tersebut adalah pipa pada nomor 2, 3, 4, 5, 6, 7, 32, 34.

Perubahan diameter pipa tersebut dilakukan dari eksisting 0,025 dan 0,04 menjadi

diameter 0,075, dengan maksud untuk melihat perubahan kondisi kinerja jaringan

dalam memenuhi kebutuhan.

Fluktuasi yang digunakan hampir mendekati karakteristik masyarakat

Kecamatan Banyudono dalam memenuhi kebutuhan air PUDAM. Dari gambar

4.6. terlihat adanya keragaman perubahan tekanan pada jaringan distribusi, hal ini

dipengaruhi oleh adanya fluktuasi penggunaan kebutuhan air.

Gambar 4.7. Kondisi tekanan pada jaringan saat dilakukan running aliran berubah.
67

Gambar 4.8. Running kondisi eksisting pada aliran berubah.

Gambar 4.9. Laporan hasil running pada simulasi aliran berubah.


68

Dari hasil running simulasi jaringan distribusi eksisting, dan data yang

diperoleh dari pihak PUDAM, dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja jaringan

disribusi PUDAM Kecamatan Banyudono masih perlu ditingkatkan, hal ini

ditunjukkan oleh adanya aliran lemah atau kehilangan tekanan di wilayah

distribusi, seperti diperlihatkan hasil running waternet adanya aliran laminer di

node : 2, 3, 4, 5, 9, 10, 15, 23, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41,

42, 43, 46, 50, 51, 53, 55, 56, 57, 58, 59, 62, 63, 64, 65, 72, 73, 76, 77, 78, 79, 80,

82, 84, 85, 86, 87, 92,dan 98.

Masalah tersebut membutuhkan langkah-langkah penanganan agar

tercapai sistem jaringan yang lebih optimal dan dapat dioperasikan dengan lebih

baik. Secara keseluruhan langkah-langkah optimalisasi tersebut meliputi jaringan

produksi dan jaringan distribusi. Selanjutnya akan dipilih beberapa alternatif

untuk mencapai hasil yang optimal.

4.2. Optimalisasi Jaringan Eksisting

4.2.1 Simulasi Teknis Skenario Optimalisasi Jaringan Eksisting

Simulasi optimalisasi direncanakan menggunakan beberapa skenario

yang diharapkan akan menghasilkan alternatif terbaik guna perbaikan. Skenario

tersebut terdiri dari :

a. Mengganti pipa jaringan dengan diameter yang terukur.

b. Menaikkan elevasi dasar tangki.


69

Pembahasan tentang skenario optimalisasi sistem jaringan akan

ditunjukkan dalam beberapa alternatif diantaranya alternatif satu dan dua. Kedua

alternatif tersebut akan dipilih melalui seleksi analisa teknis sistem jaringan

distribusi. Alternatif yang baik akan menjadi alternatif terpilih guna

perbaikan/optimalisasi kondisi eksisting. Berikut ini adalah pembahasan analisis

dari masing-masing skenario dalam dua alternatif tersebut.

Skenario alternatif pertama akan dilakukan dengan mengganti beberapa

pipa. Selain pipa yang diganti, tangki juga disesuaikan dengan kebutuhan

pelanggan, dengan cara menaikkan elevasi dasar tangki dari 206 dpl menjadi

211dpl. Hasil simulasi alternatif pertama masih belum memuaskan karena masih

ada energi relatif yang `dibawah dari standar, yaitu kurang dari 10 m H2O. Hasil

yang kurang memuaskan tersebut terjadi karena dalam skenario simulasi sistem

jaringan distribusi tersebut masih meggunakan sistem gravitasi, kondisi tersebut

masih seperti kondisi eksisting.

Hasil alternatif pertama tidak menunjukkan ada perbaikan. Selanjutnya

simulasi dilanjutkan dengan skenario alternatif kedua. Pada skenario kedua ini

dilakukan dengan cara hampir sama dengan skenario alternatif pertama yaitu

mengganti beberapa pipa, yang membedakan yaitu ada penyesuaian kapasitas

pompa dengan kebutuhan air pelanggan di daerah layanan. Sistem jaringan

distribusi masih tetap menggunakan gaya gravitasi.

Hasil dari simulasi skenario alteratif kedua ini menunjukkan ada

perbaikan dimana node dengan tekanan sisa dibawah 10 meter mejadi berkurang.

Selain pipa dan sistem jaringan diperbaiki, usaha lainnya dalam mengoptimalkan
70

sistem jaringan eksisting pada skenario alternatif kedua yaitu dengan perbaikan

kondisi tangki dengan cara menaikkan elevasi dasar tangki dari 206 dpl menjadi

217 dpl. Pertimbangan perbaikan kondisi tangki dan peremajaan pipa ini

dimaksudkan agar pompa dapat beroperasi pada kapasitas yang relatif tetap

dengan pengaturan waktu mati hidup pompa secara otomatis, sehingga efisiensi

pompa dapat dipertahakan dan juga dapat membuat tekanan relatif lebih baik.

Secara keseluruhan pergantian pipa dan pompa serta penyelesaian tangki

dapat dilihat melalui tabel 4.6, tabel 4.7.

Tabel 4.6. Optimalisasi Tangki

Dimensi Kondisi Tangki Keterangan

Tangki Eksisting Alternatif (1) Alternatif (2) Yang terpilih

Luas (m2) 200 200 200 Alternatif

Tinggi (m) 4 4 4 2

Elevasi (dpl) 206 211 217

Sumber : Hasil Simulasi Optimalisasi Tangki

Tabel 4.7. Optimalisasi mesin pompa

Kondisi Kondisi Optimalisasi Keterangan


Titik
Eksisting Alternatif (1) Alternatif (2)

Debit Head Debit Head Debit Head Yang terpilih


Pompa
(l/dt) (l/dt) (l/dt) (l/dt) (l/dt) (l/dt) Alteratif

1 25 45 25 55 25 65 2

Sumber : Hasil Simulasi Optimalisasi


71

Gambar 4.10. Kondisi Eksistig Tamgki PUDAM Kecamatan Banyudono.

Gambar 4.11. Gambar Rencana Tangki Banyudono Tampak depan.

Gambar 4.12. Gambar Rencana Tangki Banyudono Tampak samping.


72

Gambar 4.13. Gambar Rencana Tangki Banyudono tampak perspektif.

4.2.2 Analisa Teknis Skenario Optimalisasi Jaringan Eksisting

Analisa teknis skenario optimalisasi jaringan eksisting berlaku hanya

pada alteratif terpilih saja, yaitu alternatif kedua. Dasar dari pemilihan adalah

tinggi tekanan relatif pada masing-masing node dan waktu operasional pompa,

serta pertimbangan efisiensi penggunaan tangki dan kecepatan air didalam pipa.

Hasil simulasi dari kedua alternatif ditunjukkan pada Gambar 4.13, 4.14.

Gambar 4.14. Hasil simulasi optimalisasi alternatif 1


73

Gambar 4.15. Hasil simulasi optimalisasi alternatif 2

Pada simulasi alternatif ke 2 (dua) skenario yang dilakukan yaitu dengan

cara menaikkan elevasi dasar tangki, hal itu dilakukan karena sistem distribusi

menggunakan sistem gravitasi. Tangki yang telah dinaikkan elevasi dasarnya,

akan mempengaruhi kapasitas head dan debit pada pompa, sehingga pompa perlu

disesuaikan dan diatur jam operasionalnya, agar pompa dapat bekerja efisien dan

sesuai dengan debit rencana.

Skenario yang dimaksud adalah dengan menaikkan elevasi dasar tangki

dari 206 dpl menjadi 217 dpl. Setelah melakukan perbaikan tangki, selanjutnya

pompa disesuaikan dengan kondisi tangki, maka pompa tersebut dinaikkan

headnya menjadi 65 meter dan debit 25 liter/detik. Kemudian pompa jg diatur jam

operasionalnya, dengan cara pompa akan berhenti bekerja di saat elevasi muka air

dalam tangki mecapai ketinggian 221 meter, dan beroperasi kembali pada saat

muka air dalam tangki mencapai ketinggian 217,5 meter.

Hasil simulasi alternatif 2 (dua) menunjukkan waktu operasinal pompa

yang terjadi lebih pendek. Hal tersebut dapat terajadi karena fungsi tangki sebagai
74

penampungan air sementara sebelum didistribusikan ke pelanggan dapat

dimanfaatkan secara maksimal. Fungsi lain dari tangki adalah dapat menampung

air kebutuhan rendah, sehingga jam operasional pompa dapat dihemat.

Gambar 4.16. Kondisi tangki dan pompa saat simulasi teakhir (alternatif 2)

Kondisi tangki tersebut diatas sudah optimal setelah simulasi, dimana

masih ada tekanan sisa di lokasi pengambilan oleh pelanggan yaitu setelah terjadi

kehilangan energi akibat gesekan air dalam pipa.

Secara umum hasil simulasi skenario alternatif kedua pada kondisi

eksisting berjalan baik, dimana air mampu mengalir ke semua node namun
75

demikian pada jaringan pipa masih banyak terjadi aliran laminer. Hal tersebut

terjadi karena fluktuasi pemakaian air, dimana pada jam-jam tertentu terdapat

pemakaian air yang rendah, sehingga tekanan di node menjadi tinggi. Tekanan

yang tinggi tersebut terjadi karena pipa yang digunakan berdiameter lebih besar

yaitu 0,1 meter sampai dengan 0,15 meter. Gambar 4.17. menampilkan informasi

tetang pipa yang mengalami aliran laminer.

Gambar 4.17. Laporan hasil simulasi alternatif 02.

Penggunaan pipa yang berdiameter lebih besar dalam optimalisasi

kondisi eksisting tersebut sangat dibutuhkan karena akan dapat menghemat

energi, dan air dalam pipa juga dapat dipertahakan tekanannya. Pipa yang

mengalami aliran laminer adalah pipa dengan nomor 2, 3, 4, 5, 9, 10, 15, 23, 26,

27, 28, 29, 30, 31, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 46, 50, 51, 53, 55, 56, 57,

58, 59, 62, 63, 64, 65, 72, 73, 76, 77, 78, 79, 80, 82, 84, 85, 86, 87, 92,dan 98.
76

Hasil running degan Software WaterNet menunjukkan kondisi pengaliran

cukup baik dimana semua node memiliki tekanan relatif rata-rata diatas 20 m H2O

dibandingkan dengan kondisi simulasi alternatif 01 dan alternatif 02. Gambar 4.16

adalah hasil running simulasi skenario alternatif kedua.

Gambar 4.18. Tekanan relatif untuk semua node.

Gambar diatas menunjukkan tekanan relatif setelah menaikkan elevasi

dasar tangki, terjadi perubahan tekanan relatif di masing-masing node dimana

ketinggian paling tinggi mencapai 33 meter sedangkan paling rendah sebesar 11

meter. Kondisi ini sangat efisien dan menguntungkan sebab jika tekanan yang

terlalu tinggi akan menyebabkan pipa menjadi pecah atau sambungannya terlepas

sehingga dapat mengakibatkan kebocoran. Pada sisi lain, tekanan yang terlalu

rendah akan menyebabkan suplai air ke pelanggan tidak maksimal. Secara

keseluruhan simulasi alteratif kedua pada jaringan eksisting tergambar jelas pada

Gambar 4.19.
77

Gambar 4.19. Kondisi sistem jaringan optimalisasi alternatif 2.

Analisa teknis diatas scara keseluruhan menjelaskan kelebihan saat

simulasi skenario alternatif ke-2 (dua). Hal ini terkait dengan cara optimalisasi

sistem jaringan dimana sistem tersebut menggunakan 1 titik pompa yang

mendistribusikan air kedalam tangki dan dari tangki tersebut baru dibagi menurut

sistem pelayanan. Manfaat lain dari tangki adalah dapat mengurangi jam

operasional pompa, sehingga berdampak pada biaya operasional secara

keseluruhan dari PUDAM Kecamatan Banyudono.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil Penelitian, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Simulasi pada aliran tetap dan berubah sesuai dengan kondisi eksisting

menunjukkan bahwa beberapa pipa yang digunakan terlalu kecil, diantaranya

pipa nomor 2, 3, 4, 5, 6, 36, 37, 38, 39.. Dan di Desa Puluhan kondisi elevasi

eksisting pipa sama dengan elevasi Tangki. Hal tersebut tidak efisien karena

disaat jam puncak air tidak lagi mengalir ke wilayah distribusi dengan baik,

Kondisi ini sama dengan kondisi di lapangan sehingga wilayah-wilayah

distribusi pada jam puncak harus menunggu giliran untuk dapat menikmati air

bersih.

2. Pada simulasi optimalisasi untuk meningkatkan sistem jaringan yang ada, dapat

dilakukan dengan penggantian pipa yang terlalu kecil nomor 2, 3, 4, 5, 6, 36,

37, 38, 39, 41, 42, 51, 52, 55, 65, 66, 67, 88, 89, 90 diganti dengan pipa

diameter diatas 0.075 m, Pipa yang terlalu besar nomor 9, 10, 24, 25, 27, 28,

70, 71, 72, 75, 76 diganti dengan pipa dibawah 0.15 m dan menaikkan elevasi

dasar tangki menjadi 217 dpl. Penggantian dimaksudkan agar air dapat

didistribusikan di wilayah pelanggan yang berada di wilayah dataran tinggi 209

dpl (Desa Puluhan) dan pelayanan yang bertekanan rendah, untuk

78
79

mendapatkan hasil yang optimal dalam rangka memberikan pelayanan yang

terbaik kepada pelanggan PUDAM Kecamatan Banyudono.

5.2 Saran

1. Untuk meningkatkan sistem jaringan yang ada, dapat dilakukan survey kepada

pelanggan atau konsumen air bersih, agar mengetahui keadaan jaringan

distribusi air bersih berfungsi dengan baik atau tidak..

2. Dalam perencanaan penyediaan air minum perpipaan yang baru, diharapkan

melakukan simulasi menggunakan Software perpipaan terlebih dahulu. Hal ini

dilakukan untuk mendapatkan perencaaan jaringan yang baik dan optimal.


80

DAFTAR PUSTAKA

Benu, J E P, 2006, Kajian Sistem Jaringan Pipa Untuk Optimalisasi

Pengelolaannya (Studi Kasus) PDAM Kecamatan Kualin Kabupaten

Tinor Tengah Selatan, Tesis, MPSP Program Studi Teknik Sipil, Jurusan

Ilmu – ilmu Teknik, Universitas Gadjah Mada.

Darmi, 2004. Kajian Jaringan Pengembangan Distribusi Air Bersih PDAM Tirta

Meulaboh, Tesis MPSA Program Studi Teknik Sipil, Jurusan Ilmu-ilmu

Teknik, Universitas Gadjah Mada.

Fermana, A, 2012, Analisis Kinerja Jaringan Pipa Sistem Penyediaan Air Minum

(Studi Kasus Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kandilo Kabupaten

Paser), Tesis, MPSA Program Studi Teknik Sipil, Jurusan Ilmu-ilmu

Teknik, Universitas Gadjah Mada.

Linsley, R K., dan Franzini, J, B., 1986, Teknik Sumber Daya Air Jilid 11, Edisi

Ketiga, Terjemahan Djoko Sasongko, Jakarta, Penerbit Erlangga.

Primaputra, P., 2005, Optimalisasi Jaringan Air Bersih (Studi kasus) PDAM Kota

Sumbawa Dalam Pengembangan Jaringan Pipa), Tesis, MPSP Program

Teknik Sipil, Jurusan Ilmu-ilmu Teknik, Universitas Gadjah Mada.

Soplanit J. M, 2003, Optimalisasi Sistem Jaringan Distribusi Perusahaan Daerah

Air Minum (PDAM) Kota Ambon Palangkaraya, Tesis, MPSA Program

Studi Teknik Sipil, Jurusan Ilmu-ilmu Teknik, Universitas Gadjah Mada.

Suwirman, 2011, Kajian Kinerja Jaringan Air Bersih (Studi Kasus di PDAM Tirta

Indra Rengat Kecamatan Rengat Kabupaten Indragiri Hulu), Tesis,


81

MPSA Program Studi Teknik Sipil, Jurusan Ilmu-ilmu Teknik,

Universitas Gadjah Mada.

Triatmodjo, B., 1993, Hidraulika 1, Edisi Kedua, Penerbit Bta Offset, Yogyakarta.

Triatmadja, R, 2007, Manual WaterNet Versi 2.1, Penerbit Nafari Offset,

Yogyakarta.

Triatmadja, R, 2016, Teknik Penyediaan Air Minum Perpipaan, Penerbit Gadjah

Mada University Press, Yogyakarta.

Tatipikalawan, R, 2015, Evaluasi Teknis Dan Optimalisasi Jaringan Eksisting Air

Bersih Serta Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia Bidang Teknik:

Studi Kasus PDAM Tirta Dharma Kecamatan Namlea Kabupaten Buru,

Program Studi Teknik Sipil, Jurusan Ilmu-ilmu Teknik, Universitas

Gadjah Mada
82

Anda mungkin juga menyukai