UTS 8 UAS
EkTek_IEI2I2_Prodi TI_Genap 20/21_MRN
Pendahuluan
Pajak adalah aliran kas. Oleh karena itu, pajak harus dipertimbangkan,
seperti halnya ongkos-ongkos peralatan, bahan, energi, tenaga kerja,
dan sebagainya.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar suatu property/asset bisa
didepresiasi, antara lain:
1) Harus digunakan untuk keperluan bisnis atau memperoleh
penghasilan
2) Umur ekonomisnya bisa dihitung
3) Umur ekonomisnya lebih dari 1(satu) tahun
4) Harus merupakan sesuatu yang digunakan, sesuatu yang menjadi
usang, atau sesuatu yang nilainya menurun karena sebab-sebab
alamiah
Aset didepresiasi dengan jumlah yang sama setiap tahun, maka nilai
buku (Book Value, disingkat BV) asset tersebut dikurangi besarnya
depresiasi tahunan, dikalikan t
𝑰 −𝑺
BV1 = I - [ ] .𝒕
𝑵
Contoh:
Sebuah perusahaan membeli alat transportasi :
Harga = Rp 38.000.000
Biaya pengiriman dan uji coba = Rp 1.000.000
Masa pakai ekonomis = 6 tahun
Nilai sisa = Rp 3.000.000
Solusi:
a) Nilai awal (I) dari alat adalah harga ditambah biaya
pengiriman dan uji coba, yaitu:
I = Rp 38.000.000 + Rp 1.000.000 = Rp 39.000.000
Solusi:
d) Tabel jadwal depresiasi dan nilai buku tiap tahun :
Akhir Depresiasi Nilai Buku
tahun ke-
0 0 Rp 39.000.000
1 Rp 6.000.000 Rp 39.000.000 – Rp 6.000.000 = Rp 33.000.000
2 Rp 6.000.000 Rp 33.000.000 – Rp 6.000.000 = Rp 27.000.000
3 Rp 6.000.000 Rp 27.000.000 – Rp 6.000.000 = Rp 21.000.000
4 Rp 6.000.000 Rp 21.000.000 – Rp 6.000.000 = Rp 15.000.000
5 Rp 6.000.000 Rp 15.000.000 – Rp 6.000.000 = Rp 9.000.000
6 Rp 6.000.000 Rp 9.000.000 – Rp 6.000.000 = Rp 3.000.000
Metode depresiasi SOYD dirancang untuk membebankan depresiasi lebih besar pada tahun-tahun
awal, dan semakin kecil untuk tahun-tahun berikutnya.
→ Metode SOYD membebankan depresiasi yang lebih cepat dari metode SL
Depresiasi yang dipercepat ini erat kaitannya dengan perhitungan pajak pendapatan.
Secara matematis, besarnya depresiasi tiap tahun dapat dihitung dengan rumus:
Dt = 𝒔𝒊𝒔𝒂 𝒖𝒎𝒖𝒓
𝑺𝑶𝒀𝑫
𝒂𝒔𝒔𝒆𝒕
𝒐𝒏𝒈𝒌𝒐𝒔 𝒂𝒘𝒂𝒍 − 𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒔𝒊𝒔𝒂
𝑵−𝒕 +𝟏
= 𝑺𝑶𝒀𝑫
𝑰 − 𝑺 , (t = 1.2.3, …, N)
Dimana,
Dt = beban depresiasi pada tahun-t
SOYD = jumlah digit tahun dari 1 sampai N
Besarnya nilai buku (BV) pada suatu saat, dapat diperoleh tanpa harus
menghitung depresiasi pada tahun-tahun sebelumnya, dengan rumus
berikut:
𝒕
𝒕(𝑵 −𝟐+𝟎.𝟓)
BVt = I – [ 𝑺𝑶𝒀𝑫
] 𝑰 −𝑺
Nilai ini sebenarnya adalah faktor pengali dari (I – S) untuk mendapatkan besarnya
depresiasi pada suatu saat.
Semakin besar t, maka dt akan semakin kecil, sehingga beban depresiasi juga
semakin menurun dengan bertambahnya umur asset
Contoh:
Sebuah perusahaan membeli alat transportasi :
Harga = Rp 38.000.000
Biaya pengiriman dan uji coba = Rp 1.000.000
Masa pakai ekonomis = 6 tahun
Nilai sisa = Rp 3.000.000
Solusi:
Jumlah digit tahun = 1+2+3+4+5+6 = 21
Besarnya depresiasi tiap tahun :
𝒔𝒊𝒔𝒂 𝒖𝒎𝒖𝒓 𝒂𝒔𝒔𝒆𝒕
Dt = 𝒐𝒏𝒈𝒌𝒐𝒔 𝒂𝒘𝒂𝒍 − 𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒔𝒊𝒔𝒂
𝑺𝑶𝒀𝑫
+𝟏
= 𝑰 − 𝑺 , (t = 1.2.3, …, N
𝑺𝑶𝒀𝑫
𝟔−𝟏 +𝟏
D1 = 𝑹𝒑 𝟑𝟗. 𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎 − 𝑹𝒑 𝟑. 𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎 ] = Rp 10.286.000
𝟐𝟏
𝟔−𝟐 +𝟏
D2 = 𝑹𝒑 𝟑𝟗. 𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎 − 𝑹𝒑 𝟑. 𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎 ] = Rp 8.571.000
𝟐𝟏
𝟔−𝟑 +𝟏
D3 = 𝑹𝒑 𝟑𝟗. 𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎 − 𝑹𝒑 𝟑. 𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎 ] = Rp 6.857.000
𝟐𝟏
𝟔−𝟒 +𝟏
D4 = 𝑹𝒑 𝟑𝟗. 𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎 − 𝑹𝒑 𝟑. 𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎 ] = Rp 5.143.000
𝟐𝟏
𝟏
𝟏(𝟔 − +𝟎.𝟓)
𝟐
BV1 = Rp 39.000.000 – [ ] 𝑹𝒑 𝟑𝟗. 𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎 − 𝑹𝒑 𝟑. 𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎 = Rp 28.714.000
𝟐𝟏
𝟐
𝟐(𝟔 − 𝟐+𝟎.𝟓)
BV2 = Rp 39.000.000 – [ ] 𝑹𝒑 𝟑𝟗. 𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎 − 𝑹𝒑 𝟑. 𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎 = Rp 20.143.000
𝟐𝟏
𝟑
𝟑(𝟔 − 𝟐+𝟎.𝟓)
BV3 = Rp 39.000.000 – [ 𝟐𝟏
] 𝑹𝒑 𝟑𝟗. 𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎 − 𝑹𝒑 𝟑. 𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎 = Rp 13.286.000
Besarnya nilai buku pada akhir tahun ke-t, dihitung dengan rumus
berikut:
BVt = BVt-1 - Dt
Besarnya nilai buku pada akhir tahun ke-t, dihitung dengan rumus
berikut:
BVt = BVt-1 - dBVt-1
= BVt-1 - (1 – d)
Selama BVt lebih besar atau sama dengan nilai sisa (S) yang telah
ditetapkan
Nilai buku (BVt ) akan sama dengan nilai F setelah t tahun, dimana:
𝐥𝐧(𝑭/𝑷)
t=
𝐥𝐧(𝟏 −𝒅)
Bila kita ingin mengetahui tingkat depresiasi pada saat itu, maka bisa
dihitung dengan rumus :
𝐹
d = 1 – [ ] 1/t
𝑃
Bila besarnya depresiasi membawa nilai buku kurang dari nilai sisanya,
maka besarnya depresiasi harus disesuaikan sedemikian rupa sehingga
nilai sisa pas dicapai pada akhir umur asset tersebut.
Contoh:
Sebuah perusahaan membeli alat transportasi :
Harga = Rp 38.000.000
Biaya pengiriman dan uji coba = Rp 1.000.000
Masa pakai ekonomis = 6 tahun
Nilai sisa = Rp 3.000.000
Contoh:
Dengan menggunakan DDB, maka tingkat depresiasi yang dipakai adalah 200% dari
tingkat depresiasi dengan metode SL.
Metode SL pada soal tersebut menggunakan tingkat depresiasi 1/N = 1/6. Jadi,
tingkat depresiasi yang digunakan pada metode DDB adalah 1/3
Akhir tahun ke- Depresiasi Akhir Tahun Nilai Buku Akhir Tahun
0 39.000.000
1 1/3 (39.000.000) = 13.000.000 39.000.000 – 13.000.000 = 26.000.000
2 1/3 (26.000.000) = 8.670.000 26.000.000 – 8.670.000 = 17.330.000
3 1/3 (17.330.000) = 5.770.000 17.330.000 – 5.770.000 = 11.560.000
4 1/3 (11.560.000) = 3.850.000 11.560.000 – 3.850.000 = 7.710.000
5 1/3 (7.710.000) = 2.570.000 7.710.000 – 2.570.000 = 5.140.000
6 1/3 (5.140.000) = 1.710.000 5.140.000 – 1.710.000 = 3.430.000
Dapat dilihat dari tabel, bahwa nilai buku asset pada akhir umur depresiasinya LEBIH BESAR
dari nilai sisa yang ditetapkan.
Oleh karena itu, besarnya depresiasi pada tahun ke-6 harus disesuaikan sedemikian rupa,
sehingga nilai buku pada akhir tahun ke-6 adalah Rp 3.000.000.
Dengan demikian, besarnya depresiasi pada tahun ke-6 bukannya Rp 1.710.000, melainkan Rp
2.140.000
Ada beberapa aturan umum yang harus diikuti bila perusahaan ingin
melakukan penggantian metode depresiasi, antara lain :
1) Penggantian dibolehkan pada tahun ke-t apabila pada tahun tersebut,
metode depresiasi yang baru (pengganti) menghasilkan nilai depresiasi
yang lebih besar dari metode depresiasi lama. Misalnya, dengan
metode DDB diperoleh D3=1000, sedangkan bila dengan metode SL,
D3=1200, maka pada tahun ke-3 perusahaan boleh mengganti metode
depresiasinya dari DDB ke SL.
Secara matematis, hal ini bisa dirumuskan sebagai berikut:
Misalnya kita ingin mendepresiasi suatu asset dengan metode DDB pada tahun-tahun
awal, dan akhirnya akan diganti dengan metode SL, maka prosedur yang harus dilakukan
adalah sebagai berikut:
1) Penggantian dari metode DDB atau DB ke SL, akan menguntungkan bila nilai buku
yang dihasilkan dari depresiasi metode DB atau DDB pada akhir periode depresiasi
lebih besar dari nilai sisa yang ditetapkan.
2) Bila persyaratan pada point 1 dipenuhi, maka hitunglah nilai depresiasi dengan DDB
maupun SL, setiap tahun
𝑫𝑫𝑫𝑩
𝒕 = 𝒅𝑩𝑽𝒕−𝟏
𝑩𝑽𝒕−𝟏 −𝑺
𝑫𝑫𝑫𝑩
𝒕 = 𝒏−𝒕+𝟏
3) Untuk setiap periode atau tahun, pilih yang lebih besar dari
kedua nilai pada point 2
Contoh
Perusahaan LDR membeli sebuah mesin bor seharga Rp 10 juta,
dan diperkirakan berumur 8 tahun, dengan nilai sisa Rp 500 ribu.
Hitunglah besarnya depresiasi tahunan dengan:
a) Metode SL
b) Metode DDB
c) Penggantian dari metode DDB ke metode SL
d) Membandingkan besarnya nilai present worth dari ketiga
cara. Gunakan i=15%
Solusi →
Solusi
a) Metode SL
Diketahui : I = Rp 10 juta
S= Rp 500 ribu
N= 8 tahun
𝑅𝑝 10 𝑗𝑢𝑡𝑎 −𝑅𝑝 500 𝑟𝑖𝑏𝑢
Dt = = Rp 1.187.500
8
Solusi →
Solusi
b) Metode DDB
Besarnya tingkat depresiasi (d) = 2/N = 2/8 = 0.25
Dengan d=0.25, maka jadwal depresiasi dan nilai bukunya, seperti pada tabel 1
berikut:
Akhir tahun ke- Dt BVt
0 0 10 juta
1 0.25(10 juta) = 2.5 juta 10 juta – 2.5 juta = 7.5 juta
2 0.25(7.5 juta) = 1.875.000 7.5 juta – 1.875.000= 5.625.000
3 0.25(5.625.000)= 1.406.250 5.625.000-1.406.250= 4.218.750
4 0.25(4.218.750)= 1.054.688 4.218.750-1.054.688= 3.164.062
5 0.25(3.164.062)= 791.016 3.164.062- 791.016= 2.373.046
6 0.25(2.373.046)= 593.262 2.373.046- 593.262= 1.779.785
7 0.25(1.779.785)= 444.947 1.779.785-444.947= 1.334.838
8 0.25(1.334.838)= 333.710 1.334.838-333.710= 1.001.128
EkTek_IEI2I2_Prodi TI_Genap 20/21_MRN
Penggantian Metode Depresiasi
Solusi
Nilai present worth dari depresiasi dengan metode DDB, dapat dihitung
dengan mengkonversi nilai-nilai depresiasi pada tabel ke nilai sekarang
(Present)
Jadi,
P = 2.500.000 (P/F,15%,1) + 1.875.000 (P/F,15%,2) + 1.406.250 (P/F,15%,3)
+ 1.054.688 (P/F,15%,4) + 791.016(P/F,15%,5) + 593.262 (P/F,15%,6) +
444.947 (P/F,15%,7) + 333.710 (P/F,15%,8)
= Rp 6.045.477
Solusi
Dari tabel dapat dilihat BV8 (= 1.001.128) >>> Nilai sisa (= 500.000),
sehingga penggantian metode depresiasi akan menguntungkan
Solusi
Jadwal depresiasi dengan penggantian DDB – SL (tabel-2)
Akhir tahun Metode DDB
ke- Dt SL Dt*
Dt DDB BVt
0 0 10.000.000 0 0
1 2.500.000 7.500.000 1.187.500 2.500.000
2 1.875.000 5.625.000 1.000.000 1.875.000
3 1.406.250 4.218.750 854.167 1.406.250
4 1.054.688 3.164.062 743.750 1.054.688
5 791.016 2.373.046 666.016 791.016
6 593.262 1.779.785 624.349 624.349
7 444.947 1.334.838 639.893 624.349
8 333.710 1.001.128 834.838 624.349
Solusi
Dari tabel-2 dapat dilihat, pada kolom-2 dan kolom-3 adalah besarnya depresiasi dan
nilai buku untuk metode DDB. Nilai-nilainya persis sama dengan yang disajikan pada
tabel-1.
Tahun kedua:
BV1 = 7.500.000
𝟕.𝟓𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎 −𝟓𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
D1SL = = Rp 1.000.000
𝟕
Tahun ke-3:
BV2 = 5.625.000
𝟓.𝟔𝟐𝟓.𝟎𝟎𝟎 −𝟓𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
D3SL = = Rp 854.167
𝟔
Tahun ke-6:
BV5 = 2.373.046
2.373.046 −𝟓𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
D6SL = = Rp 624.349 >>> D6DDB
𝟑
Nilai present worth dari depresiasi dengan metode DDB - SL, dapat dihitung
dengan mengkonversi nilai-nilai depresiasi pada kolom ke-5 dari tabel-2 ke nilai
sekarang (Present)
Jadi,
P = 2.500.000 (P/F,15%,1) + 1.875.000 (P/F,15%,2) + 1.406.250 (P/F,15%,3)
+ 1.054.688 (P/F,15%,4) + 791.016(P/F,15%,5) + 624.349 (P/F,15%,6) +
624.349 (P/F,15%,7) + 624.349 (P/F,15%,8)
= 2.500.000 (0.8696) + 1.875.000 (0.7561) + 1.406.250 (0.6575) +
1.054.688 (0.5718) + 791.016(0.4972) + 624.349 (0.4323) +
624.349 (0.3759) + 624.349 (0.3269)
= 2.174.000 + 1.417.688 + 924.610 + 603.071 + 393.294 + 269.906 +
234.693 + 204.100
= Rp 6.221.362
Dengan membandingkan nilai present worth dari ketiga metode, maka dapat
dilihat bahwa dengan metode ke-3 (penggantian dari DDB ke SL) adalah yang
paling menguntungkan karena nilai present worth nya paling besar