PEMERIKSAAN KE 1
1. Tujuan :
Pemeriksaan ini untuk mendapatkan kadar air yang diperlukan oleh potland cement
unutk proses pengikatan dan pengerasan.
4. Prosedur percobaan :
a) Portland Cement ditimbang sebanyak 250 gram.
b) Air suling sebnayak 28 % dari berat portland cement uji pertama.
c) Portland Cement, air suling dicampur hingga homogen selama 3 menit.
d) Dibuat bola pasta semen dan dilemparkan dari tangan kiri ke kanan sebanyak
6 kali.
e) Bola pasta tersebut dimasukkan kedalam cincin conical dan bagian atasnya
diratakan.
f) Cincin tersebut diletakkan dibawah jarum vicat dengan diameter 9 mm
( alat jarum vicat yang posisinya dibalik ).
g) Jarum vicat dijatuhkan dengan selang waktu 30 detik dan penurunan yang
terjadi dibaca.
h) Uji selanjutnya dilakukan terus menerus hingga diperoleh penurunan 10 mm,
yang merupakan Consiteni normal dari Portland Cement.
Data Percobaan :
Hasil Percobaan :
Penurunan dalam mm
Penurunan dalam mm
Kadar air %
Kesimpulan :
PEMERIKSAAN KE 2
1. Tujuan :
Untuk mengetahui lamanya waktu pengikatan awal serta untuk mengetahui lamanya
waktu pengikatan akhir dari portland cement.
4. Prosedur percobaan :
a) Dari percobaan consistensi normal PC didapat prosentase air 30 %
b) Ditimbang potland cement sebanyak 250 gram.
c) Dicampur dengan air sebanyak 30% x 250 = 75 cc
d) Diaduk kira – kira selama 3 menit.
e) Dibuat bola pasta & dilemparkan kekiri dan kekanan sebanyak 6 kali.
f) Bola pasta tersebut dimasukkan kedalam cincin dan diatasnya diratakan.
g) Diletakkan dibawah jarum vicat diameter 3 mm ( alat jarum vicat).
h) Waktu yang diadakan untuk pengamatan dimulai 30 menit, dan seterusnya
selang 15 menit hingga penurunan 0 mm.
i) Waktu pengikatan awal adalah pada waktu penetrasi ebesar 35 mm.
j) Waktu pengikatan akhir adalah pada waktu penetrasi sebear 0 mm.
Data Percobaan :
Hasil Percobaan :
Penurunan dalam mm
45
40
35
Penurunan dalam mm
30
25
20
15
10
0
0 30 45 60 75 90 105 120 135 150 165 180 210
Kesimpulan :
PEMERIKSAAN KE 3
4. Prosedur Percobaan :
a) Labu takar atau picnometer dibersihkan sehingga dalam keadaan kering dan
bersih.
b) Kemudian ditimbang dalam keadaan kosong W = 86,8 gram
c) Timbang portland cement sebanyak A = 125 gram
d) Minyak tanah dimasukkan kedalam picnometer sampai pada batas yang telah
ditentukan kemudian ditimbang.
e) Kemudian picnometer yang berisi minyak tanah ini kemudian diisi dengan
cement dengan berat 125 gram.
f) Kemudian picnometer yang berisi minyak tanah dan portland cement diputar –
putar hingga gelembung udaranya hilang, kemudian ditimbang.
5. Data Percobaan :
Berat picnometer kosong W = 86,8 gram
Berat portland cement A = 125 gram
Berat picnometer + minyak tanah B = 283,3 gram
Berat picnometer + minyak tanah + PC C = 376 gram
Berat jenis minyak tanah
Talam Kosong = 33 gram
6. Hasil percobaan :
Berat jenis portland cement = =
= = 3,09 gr/cc
Kesimpulan :
-
- Dari percobaan berat jenis portland cement dapat dihasilkan berat jenis PC adalah
3,09 gr/cc
PEMERIKSAAN KE 4
4. Prosedur Percobaan :
a) Picnometer volume 500 cc kosong ditimbang beratnya W = 90,3 gram
b) Ambil pasair dari rendaman dan diangin – anginkan untuk mendapatkan suatu
kondisi SSD dengan pertolongan Dryer, ditest alat uji SSD.
c) Setelah pasir dalam keadaan SSD lalu ditimbang sebanyak 500 gram.
d) Pasir tersebut dimasukkan picnometer yang volumenya 500 cc
e) Picnometer yang berisi pasir tersebut lalu diisi air sampai 90% kapasitas
picnometer, diputar – putar kearah horizontal hingga gelembung udara keluar.
f) Picnometer kemudian diisi air lagi hingga batas garis yang ditentukan dan
catat penambahan air dari 0 sampai batas tadi.
g) Kemudian picnometer yang berisi pasir + air ditimbang C = 494,7 gram
h) Setelah ditimbang air dikeluarkan dan pasir dikeringkan oven, lalu pasir
didinginkan dan ditimbang A = 244,7 gram
i) Picnometer + air saja sampai pada batas lalu ditimbang B = 337,6 gram
5. Data Percobaan :
Berat Pasir dalam keadaan SSD = 500 gram
Berat Picnometer + Air = 337,6 gram
Berat Picnometer + Air + Pasir = 494,7 gram
Bera Pasir kering oven = 244,7 gram
6. Hasil Percobaan :
Berat Jenis Pasir SSD :
BJ = gram/cc
Kesimpulan :
- Dari percobaan berat jenis pasir di dapat besar jenis pasir SSD adalah
gram/cc dan berat jenis pasir kering oven adalah gram /cc
PEMERIKSAAN KE 5
4. Prosedur Percobaan :
Tanpa rojokan.
a) Takaran ditimbang bertanya 9,90 kg
b) Takaran diisi dengan pasir sampai penuh.
c) Takaran dan pasir lalu ditimbang 16,78 kg
5. Data Percobaan :
Tanpa rojokan
Berat takaran = 9900 gram
Berat takaran + pasir = 16780 gram
Berat pasir kering = 16780 - 9900 = 6880 gram
Dengan rojokan
6. Hasil Percobaan :
Volume takaran = ⁄ . 3,14 . . 30 = 5298
Tanpa rojokan
Berat per volume pasir = 6880 : 5298 = 1,298 gram /
Dengan rojokan
Berat per volume pasir rata – rata = ( 1,298 + 1,623 ) : 2 = 1,4605 gram /
Kesimpulan :
- Dari percobaan berat per volume pasir dihasilkan berat per volume pasir (tanpa
rojokan) adalah 1,298 gram / dan dihasilkan berat per volume pasir (dengan
rojokan ) adalah 1,623 gram /
PEMERIKSAAN KE 6
4. Prosedur Percobaan :
a) Botol bening diisi dengan larutan NaOH 3% sebanyak 250 cc.
b) Pasir sebabnyak 130 cc dimasukkan kedalam botol bening yang berisi NaOH
3% 250 cc tadi.
c) Kemudian botol tersebut digoyang – goyang hingga pasir dengan larutan soda
api dapat campur secara homogen.
d) Didiamkan selama 24 jam.
e) Setelah 24 jam diamati warna yang terjadi pada cairan larutan NaOH tersebut,
serta dibandingkan dengan standart warna.
f) Membuat standart warna yaitu dengan mencampur NaOH 3% sebanyak 97 cc
dengan Asam Tanin 2,5 cc dimasukkan dalam botol bening lainnya.
g) Cara membuat Soda api ( NaOH 3% ) adalah dengan mencampur Air Suling
sebanyak 970 cc dengan 30 gram butiran soda api, lalu dimasukkan kedalam
botol literan.
5. Data Percobaan :
Volume pasir = 130 cc
Volume NaOH 3% = 250 cc
6. Hasil Percobaan :
Warna yang terjadi pada larutan NaOH 3% setelah didiamkan selama 24 jam warna
lebih pekat dari standart warna.
Kesimpulan :
- Dari percobaan kotoran organis dalam pasir di dapat warna larutan NaOH 3% setelah
didiamkan selama 24 jam warna lebih pekat dari standart warna.
2. Pasir sebabnyak 130 cc dimasukkan kedalam botol bening yang berisi NaOH 3% 250
cc tadi. Lalu, botol tersebut digoyang – goyang hingga pasir dengan larutan soda api
dapat campur secara homogen. Didiamkan selama 24 jam.
PEMERIKSAAN KE 7
4. Prosedur Percobaan :
a) Pasir ditimbang sebanyak 500 gram.
b) Pasir dicuci dengan air PDAM, yang keruh dituangkan kedalam saringan
No.200 dan pasir yang tertinggal dalam ayakan dikembalikan lagi kedalam
pan dan diusahakan jangan sampai ada yang berceceran.
c) Pencucian dilakukan berkali – kali hingga air dalam pasir itu jernih.
d) Pasir hasil cucian yang telah bersih itu dioven selama 24 jam dengan suhu
110 .
e) Setelah 24 jam pasir terebut didinginkan dan ditimbang beratnya.
5. Hasil Percobaan :
Berat jenis mula – mula = 500 gram
Berat pasir bersih oven = 491 gram
= x 100% = 1,83%
Kesimpulan :
- Dari percobaan kadar lumpur dalam pasir prosentase kadar lumpur di dapat 1,83 %
Spesifikasi
Kadar lumpur yang dikandung oleh pasir maksimum adalah 5% sesuai dengan
yang disyaratkan dalam PBI 1971 pasal 3.3. ayat 3.
PEMERIKSAAN KE 8
4. Prosedur Percobaan :
a) Pasir dalam keadaan kering ditimbang sebanyak 500 gram.
b) Dimasukkan kedalam oven selama 24 jam dengan temperatur 110 sampai
beratnya konstant.
c) Setelah konstant beratnya, diambil dari oven dan ditimbang.
5. Data Percobaan :
Berat pasir kondisi SSD = 250 gram
Berat pasir kering oven = 244,7 gram
6. Hasil Percobaan :
Prosentase penyerapan pasir =
= x 100 % = 2,16 %
Kesimpulan :
- Dari percobaan kadar air dalam pasir di dapat prosentase penyerapan pasir 2,16 %
PEMERIKSAAN KE 9
4. Prosedur Percobaan :
a) Pasir dari lapangan ditimbang sebanyak 500 gram.
b) Dimasukkan kedalam oven selama 24 jam dengan temperatur 110 sampai
beratnya konstant.
c) Setelah konstant beratnya, diambil dari oven dan ditimbang.
5. Data Percobaan :
Berat pasir kondisi lapangan asli = 500 gram
Berat pasir kering oven = 523gram
6. Hasil Percobaan :
Prosentase penyerapan pasir =
= x 100 % = 1,82 %
Kesimpulan :
- Dari percobaan kadar air dalam pasir di dapatkan prosentase kadar air dalam
pasir adalah 1,82 %
PEMERIKSAAN KE 10
4. Prosedur Percobaan :
a) Ambil kerikil berdiameter lebih besar dari ⁄ “ sebanyak 3000 gram.
b) Direndam dalam air selama 24 jam.
c) Kerikil setelah direndam selama 24 jam lalu diangkat dan airnya dibuang dan
kerikil dilap dengan kain pel satu persatu hingga kering permukaan.
d) Setelah kering permukaan timbanglah sejumlah 2500 gram.
e) Kemudian kerikil ditimbang dalam air.
f) Dalam hal ini kehilangan berat oleh tekanan air ketas adalah merupakan faktor
dalam mencari berat jenis SSD.
g) Setelah ditimbang dalam air, lalu kerikil kita keringkan hingga kering oven
yaitu dalam oven selama 24 jam pada temperatur 110
h) Kerikil kering oven yang telah konstant beratnya diambil dan didinginkan
kemudian ditimbang beratnya.
6. Hasil Percobaan :
Kesimpulan :
- Dari percobaan berat jenis kerikil di dapatkan berat jenis kerikil (SSD) 3,125 gram /
cc dan di dapatkan berat jenis kering oven 3,25 gram / cc
-
PEMERIKSAAN KE 11
4. Prosedur Percobaan :
Tanpa rojokan.
a) Takaran ditimbang bertanya 9,90 kg
b) Takaran diisi dengan pasir sampai penuh.
c) Takaran dan pasir lalu ditimbang. 17,18
Dengan rojokan.
a) Takaran ditimbang bertanya 9,90 kg
b) Takaran diisi pasir tiga tahap, tiap tahap ⁄ bagian dirojok sebanyak 25
kali.
c) Takaran yang telah terisi ⁄ bagian dan telah dirojok tersebut diisi lagi
sampai penuh dan jadi semuanya dirojok 3 x 25 kali bagian atasnya
diratakan.
d) Takaran yang telah terisi pasir penuh tersebut ditimbang beratnya 18,76 kg
5. Data Percobaan :
Tanpa rojokan
Berat takaran = 9900 gram
Berat takaran + pasir = 17180 gram
Berat pasir kering = 17180 - 9900 = 7280 gram
Dengan rojokan
6. Hasil Percobaan :
Volume takaran = ⁄ . 3,14 . . 30 = 5,298
Tanpa rojokan
Berat per volume pasir = 7280 : 5298 = 1,374 gram /
Dengan rojokan
Berat per volume pasir rata – rata = ( 1,374 + 1,672 ) : 2 = 1,523 gram /
Kesimpulan :
- Dari percobaan berat per volume pasir dihasilkan berat per volume pasir (tanpa
rojokan) adalah 1,374 gram / dan dihasilkan berat per volume pasir (dengan
rojokan ) adalah 1,672 gram /
3. Lalu timbang
PEMERIKSAAN KE 12
4. Prosedur Percobaan :
a) Pasir ditimbang sebanyak 1000 gram.
b) Pasir dicuci dengan air PDAM, yang keruh dituangkan kedalam saringan
No.200 dan pasir yang tertinggal dalam ayakan dikembalikan lagi kedalam
pan dan diusahakan jangan sampai ada yang berceceran.
c) Pencucian dilakukan berkali – kali hingga air dalam pasir itu jernih.
d) Pasir hasil cucian yang telah bersih itu dioven selama 24 jam dengan suhu
110 .
e) Setelah 24 jam pasir terebut didinginkan dan ditimbang beratnya.
5. Hasil Percobaan :
Berat jenis mula – mula = 1000 gram
Berat pasir bersih oven = 960 gram
= 100% = 9,16 %
Spesifikasi
PEMERIKSAAN KE 13
4. Prosedur Percobaan :
a) Pasir dalam keadaan kering ditimbang sebanyak 3000 gram.
b) Dimasukkan kedalam oven selama 24 jam dengan temperatur 110 sampai
beratnya konstant.
c) Setelah konstant beratnya, diambil dari oven dan ditimbang.
5. Data Percobaan :
Berat pasir kondisi SSD = 3000 gram
Berat pasir kering oven = 32,5 gram
6. Hasil Percobaan :
Prosentase penyerapan pasir =
= x 100 % = 2,9 %
Kesimpulan :
PEMERIKSAAN KE 14
4. Prosedur Percobaan :
a) Kerikil dari lapangan ditimbang sebanyak 500 gram.
b) Dimasukkan kedalam oven selama 24 jam dengan temperatur 110 sampai
beratnya konstant.
c) Setelah konstant beratnya, diambil dari oven dan ditimbang.
5. Data Percobaan :
Berat pasir kondisi lapangan asli = 500 gram
Berat pasir kering oven = 493 gram
6. Hasil Percobaan :
Prosentase penyerapan pasir =
= x 100 % = 1,4 %
Kesimpulan :
- Dari percobaan kadar air dalam kerikil didapatkan prosentase kadar air dalam kerikil
1,4 %
PEMERIKSAAN KE 15
4. Prosedur Percobaan :
a) Masukkan bahan – bahan tersebut kedalam mesin Los Angeles Abration
bersama bola – bola baja 12 biji.
b) Container mesin ditutup rapat dan mesin dijalankan sebanyak 500 putaran atau
15 menit ( satu menit = 33 putaran ).
c) Selesai 500 putaran, material dikeluarkan dan disaring melalui saringan no.12
d) Material yang tertahan diatas saringan dicuci sampai bersih, setelah dicuci
dimasukkan kedalam oven dibiarkan selama 24 jam dengan suhu 110 .
e) Setelah 24 jam diambil dan didinginkan dan ditimbang.
= x 100 % = 20 %
Kesimpulan :
- Dari percobaan kadar keausan kerikil didapatkan prosentase kerikil 20%
PEMERIKSAAN KE 16
4. Prosedur Percobaan :
a) Pasir kering ditimbang sebanyak 1000 gram
b) Ayakan disusun mulai dari ayakan No.4 sampai dengan No.100 dan pan.
c) Pasir 1000 gram dimasukkan kedalam ayakan teratas No.4
d) Ayakan ditutup dengan penutupnya kemudian alat penggetar dinyalakan
selama 10 menit.
e) Kemudian diambil dan ditimbang beratnya yang tertinggal diatas masing –
masing ayakan.
f) Jumlah seluruh pasir harus cocok dengan jumlah pasir semula.
5. Data Percobaan :
Zona 2
120
100
80
60
40
20
Kesimpulan :
Jadi, hasil grading zona pada ayakan pasir adalah masuk kedalam zona II (dua
PEMERIKSAAN KE 17
4. Prosedur Percobaan :
a) Kerikil kering ditimbang sebanyak 16.000 gram.
a) Ayakan disusun mulai dari ayakan 1 ⁄ sampai dengan No.4 dan pan.
b) Kerikil 16.000 gram dimasukkan dalam ayakan tertas lubang 1 ⁄
c) Ayakan ditutup kemudian alat penggetar dinyalakan selama 10 menit.
d) Diambil, ditimbang beratnya yang tertinggal diatas masing – masing ayakan.
e) Jumlah seluruh kerikil harus cocok dengan jumlah pasir semula
5. Data Percobaan
Hasil Percobaan :
120
100
80
Patokan 1
60
Tertinggal
Patokan 2
40
20
0
Category 1 Category 2 Category 3 Category 4
PEMERIKSAAN KE : 19
PERCOBAAN MIX DESIGN BETON
1. Tujuan :
Untuk menemukan banyaknya perbandingan material beton guna
mendapatkan mutu beton sesuai dengan permintaan perencana.
Pasir : 37 %
Kerikil : 67%
Tabel 5.5. Perkiraan kadar air bebas (kg/m³) yang dibutuhkan untuk
beberapa tingkat kemudahan pengerjaan adukan beton.
No Umur Berat Diameter Tinggi Luas Beban Tekan Kuat Tekan Beton
(cm) (cm) ( ) (Kn)
= ⁄ = 0.93 ⁄
= ⁄ = 1.00 ⁄
= ⁄ = 0.94 ⁄
DAFTAR PUSTAKA
Aman subakti, 1994, Teknologi Beton Dalam Praktek, Jurusan Teknik
Sipil FTSP ITS Surabaya.
Achamd Antono, 1976, Rencana Perbandingan Campuran Beton,
FTS Universitas Gajahmada Jogjakarta.
Chu Kia Wang, Charles G Salmon, 1993, Desain Beton Bertulang,
Penerbit Erlangga Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, 1989, Draft Pedoman Beton 1989,
Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, 1971, Peraturan Beton Bertilang
Indonesia 1971, Jakarta.
Departemen, Pekerjaam Umum, 1991, SKSNI T-15-1991, Jakarta
Gunawan, Margaret, 1987, Teori dan Penyelesaian Kontruksi Beton I,
Delta Teknik Group Jakarta.
Gideon Kusuma, R.Sagel, P.Kole 1993, Pedoman Pengerjaan Beton,
Penerbit Erlangga Jakarta.
Istimawan Dipohusodo, 1999, Struktur Beton Bertulang, Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kardiyono Tjokrodimulyo, 1996, Teknologi Beton, Nafri Jogjakarta.
Khrisna Raju, Suryadi, 1986, Beton Praktekan, Erlangga Jakarta.
Sutami, 1970, Konstruksi Beton Indonesia, Departemen Pekerjaan
Umum Jakarta.
Suherman, 1975, Teknologi Beton, Riset Aplikasi Pusat Penelitian
Semen Gresik.
Sutikno, 1989, Teknologi Beton, Unipress IKIP Surabaya.
Torben C Hansen. 1970. Tex Book on Concrete Technology,
Directorate of Building Research, UN-Regional Housing Centre 84
Tamansari Bandung.
Wirat,am Wangsadinata, 1979, Evaluasi secara statistik hasil-hasil
pengujian kekuatan dan kualifikasi beton, LPMB, DPUTL, Bandung.