Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia dan semua makhluk hidup butuh air. Air merupakan material

yag membuat kehidupan terjadi di bumi. Dapat dikatakan air adalah

sumber kehidupan. Air merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia,

bahkan hamper 70 % tubuh manusia mengandung air. Manusia membutuhkan

air untuk minum, mandi dan pemenuhan kebutuhan lainnya. Dalam kondisi

normal air terdiri dari molekul 2 atom hidrogen dan 1 atom oksigen yang

jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan mempunyai sifat – sifat alamiah air

yang belum tercampur senyawa lain. Standar kualitas air bersih merupakan

syarat mutlak yang harus dipenuhi instansi pemerintah penyedia jasa layanan

air bersih sepeti Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Pembangunan prasarana dan sarana air minum terus dilaksanakan secara

berkesinambungan oleh pemerintah Kabupaten Buton. Hal ini dilakukan dalam

rangka meningkatkan cakupan pelayanan kepada masyarakat. Tantangan dalam

penyediaan air minum semakin besar seiring dengan laju pertambahan penduduk

yang tinggi di Kabupaten Buton. Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

(SPAM) bertujuan membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem

fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran serta

masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan

penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan lebih baik. Untuk

1
SPAM di Desa Banabungi terdiri atas dua yaitu SPAM perpipaan yang dikelola

oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan SPAM perpipaan yang

dikelola oleh masyarakat dengan bantuan pemerintah melalui program-program

pemberdayaan masyarakat seperti Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) dan Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat (PNPM). Persentase pelayanan SPAM perpipaan oleh PDAM di

Desa Banabungi di perkirakan hanya sebesar 11,4 % dengan kehilangan air

mencapai 55,7%.

PDAM Kabupaten Buton berupaya meningkatkan kinerja pelayanannya

yang masih terkendala, salah satunya mengenai tingkat kehilangan air yang

masih tinggi terutama di Desa Banabungi.

Desa Banabungi adalah salah satu Desa di kabupaten Buton dengan

jumlah penduduk pada tahun 2021 sebesar 3051 jiwa. Semakin banyak

pertumbuhan penduduk di Desa Banabungi, semakin banyak kebutuhan

masyarakat untuk kunsumsi air minum. Saat ini SPAM Desa Banabungi berada

pada katagori kurangannya air Minum, berdasarkan keluhan dari masyarakat

Desa Banabungi Kehilangan air Minum dapat merugikan masyarakat yang ada

di Desa Banabungi, terutama dalam konsumsi air bersih tiap hari , air yang

semestinya terdistribusi sampai ke masyarakat namun kenyataanya sampai saat

ini Sistem Penyediaan Air Minum belum di rasakan oleh masyarakat Desa

Banbungi.

2
Berdasarkan uraian permasalahan tersebut, maka penulis dengan ini

mengajukan penelitian yang berjudul “Analisis Kehilangan Air SPAM. “( Studi

Kasus Desa Banabungi )”

1.2 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka

dibuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang menjadi penyebab kehilangan air di Desa Banabungi, dan

2. Bagaimana solusi terbaik yang di terapkan untuk mengoptimalkan Sistem

Penyediaan Air Minum dengan menurunkan tingkat kehilangan air di Desa

Banabungi

3. Semakin besar atau kecilkah kehilangan air yang terjadi di Desa Banabungi

untuk 5 tahun kedapan.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untukmengetahui penyebab kehilangan air di Desa Banabungi

2. Untuk mencari solusi terbaik dalam memecahkan masalah Kehilangan Air

Minum di Desa Banabungi.

3. Untuk mengetahui Semakin besar atau kecilkah kehilangan air yang terjadi di

Desa Banabungi untuk 5 tahun kedapan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

3
1. Bagi praktisi teknik sipil sebagai bahan referensi dalam pengembangan ilmu

akademik dan pengetahuan dibidang analisis Kehilangan Air SPAM.

2. Sebagai bahan masukan bagi PDAM Kabupaten Buton dan para perencana

3. Bagi penulis dapat menambah ilmu dalam menempuh studi khususnya di

bidang teknik sumber daya air.

1.5 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian terpusat di Desa Banbungi Kec. Pasarwajo.Kab Buton.

2. Perhitungan perkiraan kehilangan air yang terjadi dalam jangka waktu 5 tahun

sesuai perkiraaan PDAM Kabupaten Buton.

3. Penelitian ini hanya membahas kehilangan air di Desa Banabungi Kabupaten.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

1. Penelitian Henny Herawat. 2018, pnelitian berjudul “Analisis Kehilangan Air

Jaringan Distribusi Air Bersih Pdam Tirta Melawi” Pentingnya kebutuhan air

bersih mengakibatkan sektor air bersih mendapatkan prioritas penanganan

utama karena menyangkut kehidupan orang banyak. Pengelolaan pelayanan

air bersih untuk kebutuhan masyarakat Kabupaten Melawi dilaksanakan oleh

PDAM Tirta Melawi yang merupakan perusahaan milik pemerintah

Kabupaten Melawi. Dengan sistem distribusi pipa yang ada, PDAM diharapkan

mampu untuk mendistribusikan dan memenuhi kebutuhan air bersih

masyarakat dengan baik dan merata. Tujuan penelitian ini adalah adalah

untuk mengetahui besarnya angka kehilangan air, kebutuhan air penduduk

Desa Paal untuk 20 tahun yang akan datang dan analisis parameter aliran

hidrolis.Untuk mengetahui jumlah kehilangan air ,kebutuhan air Desa Paal

serta analisis parameter aliran hidrolis digunakan program Epanet 2.0. Dari hasil

analisis diperoleh besar kehilangan air pada sistem distribusi sebesar 24,11%

dan pada sistem produksi sebesar 6%. Kebutuhan air untuk Desa Paal pada

tahun 2038 adalah sebesar 48,72 lt/detik. Hasil analisis simulasi parameter

dengan program Epanet 2.0 diperoleh parameter kecepatan (velocity) telah

memenuhi syarat yaitu antara 0,3 - 3 m/detik, parameter tekanan (pressure)

5
juga diperoleh sesuai ketentuan yaitu antara 10 – 80 m, sedangkan

parameter kehilangan tekan (headloss) sebesar 0 - 10 m/Km.

2. Penelitian Fatimah, Sri Meutia, 2019, dan Suri Astika berjudul “Analisis

Kehilangan Air Dengan Metode Neraca Air Dan Infrastructure Leakage Index

Pada Pdam Tirta Tamiang” Pengelolaan pelayanan air bersih untuk kebutuhan

masyarakat Kota Kuala Simpang dilaksanakan oleh PDAM Tirta Tamiang yang

merupakan perusahaan milik pemerintah Kota Kuala Simpang. Pada tahun 2017

perusahaan mengalami kebocoran air mencapai 41,3% yaitu sebesar 2,25 juta

meter kubik air yang hilang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

metode Neraca Air dan ILI (Infrastructure Leakge Index). Metode Neraca Air

bertujuan mengidentifikasi kehilangan air yang terjadi dalam sistem

pendistribusian. ILI bertujuan untuk mempertimbangkan pengelolalaan jaringan

dengan menggunakan skala. Penelitian dengan menggunakan metode Neraca

Air, PDAM Tirta Tamiang mengalami kebocoran sebesar 38,5% setara dengan

394.680 m3/tahun. Dengan kerugian financial sebesar Rp. 1.737.128.799,-/tahun.

Sedangkan dengan metode ILI, PDAM Tirta Tamiang masuk pada golongan D

dengan nilai kebocoran >400 liter/sambungan/hari, yang artinya PDAM Tirta

Tamiang tidak menggunakan sumber daya secara efisien dan hal ini harus segera

ditangani.

3. Penelitian Aprillya Nugraheni, 2010, berjudul “Analisis Kehilangan Air Surakarta

Pada Tahun 2014” Kehilangan air merupakan masalah pokok dalam

penyelenggaran pelayanan air bersih. Pemahaman ini memberikan gambaran

6
bahwa kehilangan air merupakan wanprestasi dari suatu proses pelayanan air

secara keseluruhan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perkiraan

besarnya kapasitas distribusi, kehilangan air pada tahun 2014 serta rencana

anggaran biaya untuk perbaikan kebocoran pipa pelanggan berupa penggantian

pipa baru di PDAM Surakarta. Penelitian ini menggunakan studi literatur dan

metode deskriptif kuantitatif. Data – data yang diperlukan antara lain data jumlah

pendududuk dan jumlah pelanggan PDAM Surakarta 5 tahun terakhir. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan kapasitas distribusi PDAM Surakarta pada tahun

2014 dalam melayani kebutuhan pelanggan menurut perkiraan jumlah

penduduk sebesar 1162,326 lt/dt, sedangkan berdasarkan perkiraan jumlah

pelanggan sebesar 1140,880 lt/dt. Tingkat kehilangan air pada tahun 2014

diperkirakan sebesar 29,61 %, masih jauh dari Millenium Development

Goals (MDG) yang dicanangkan pemerintah yaitu sebesar 24 % dan lebih

kecil dibanding tahun 2009 ( 36 %).Rencana anggaran biaya yang

diperlukan untuk penggantian pipa pelanggan PDAM Surakarta yang mengalami

kebocoran sebesar Rp. 233.091,00/ m’.

4. Penelitian Aminudin, 2017, berjudul “Analisis Kehilangan Air Pdam Kabupaten

Padang Pariaman Unit Batang Anai” Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

adalah perusahaan yang menjual jasa dalam penyediaan air minum Atas dasar

efisiensi air dapat disalurkan dan air diukur menjadi tinggi, sehingga

pendapatan perusahaan dimaksimalkan. efisiensi maksimum dapat dicapai

jika didukung oleh jaringan dan pelanggan koneksi pipa distribusi dalam kondisi

7
baik (tidak ada kebocoran). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi

penyebab terjadinya kehilangan air Padang Pariaman terutama di Unit Batang

Anai dan menghitung kerugian kehilangan air secara ekonomi. Metode atau Jenis

penelitian ini yang bersifat deskriptif, Penelitian deskriptif yaitu, penelitian

yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada baik

alamiah maupun buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktifasi,

perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaan antara satu dengan yang lain.

Hasil penelitian Penyebab hilangnya air di Kabupaten PDAM Padang

Pariaman di Batang Anai Satuan disebabkan oleh kehilangan air fisik:

Kebocoran adalah nyata (fisik): Konstruksi yang tidak sesuai dengan standar,

(penggalian, perakitan, urugan dan lain-lain.) Cacat pada pipa (crack, dll);

Terjadinya tekanan kembali (hammer Air); Tekanan internal yang tinggi (terutama

ketika tekanan statis maksimum ) tekanan eksternal yang tinggi (karena

aktivitas di atas pipa); kecepatan air yang tinggi; Kualitas air yang

disampaikan; Kualitas tanah di sekitar tumpukan; Kualitas bahan pipa dan

aksesoris; usia jaringan. kehilangan air non-fisik yang disebabkan oleh:

Penentuan konsumsi air sekitar; koneksi mereka tanpa meteran air;

sambungan ilegal (sambungan ilegal); kesalahan administrasi lainnya; Kesalahan

membaca dan pencatatan meter air. Jumlah kehilangan air kerugian ekonomi rata-

rata per tahun di PDAM Padang Pariaman Satuan Batang Anai Rp. Rp.

493,324,000.00. Berdasarkan hasil penilaian kinerja relatif, maka PDAM

unit Batang Anai dengan nilai ILI.

8
2.2 Sistem Penyediaan Air Minum.

2.2.1 Sisitem Distribusi Air

Dalam mengevaluasi sistem distribusi air minum didasarkan atas dua

faktor utama yaitu kebutuhan air (water demand) dan tekanan air, serta ditunjang

dengan faktor kontinuitas dan keamanan (safety). Fungsi pokok jaringan distribusi

adalah menghantarkan air minum ke seluruh pelanggan dengan tetap

memperhatikan faktor kualitas, kuantitas, kontinuitas dengan tekanan dan

kecepatan air yang memenuhi standar. Kondisi yang diinginkan pelanggan adalah

kapan saja mereka membuka kran air selalu tersedia. Air yang disuplai melalui

jaringan pipa distribusi, sistem pengalirannya terbagi atas dua alternatif

pendistribusian, yaitu :

1. Sistem Berkelanjutan (Continuous Sistem)

Pada sistem ini, suplai dan distribusi air kepada pelanggan dilaksanakan

secara terus-menerus selama 24 (dua puluh empat) jam. Sistem ini diterapkan bila

pada setiap waktu kuantitas air bersih dapat memenuhi kebutuhan konsumsi air di

daerah pelayanan.

a. Keuntungan menggunakan sistem ini adalah pelanggan akan mendapatkan

air minum setiap saat dan air minum yang diambil dari titik pengambilan air dalam

jaringan distribusi selalu dalam kondisi segar.

b. Kerugian sistem ini adalah pemakaian air akan cenderung lebih boros, dan

bila ada sedikit kehilangan air, jumlah air terbuang akan sangat besar.

2. Sistem Bergilir (Intermittent Sistem)

9
Pada sistem ini air minum yang disuplai dan didistribusikan kepada

pelanggan dilakukan hanya selama beberapa jam dalam satu hari, yaitu dua sampai

empat jam pada pagi dan sore hari. Sistem ini biasanya diterapkan apabila

kuantitas air dan tekanan air tidak mencukupi.

a. Keuntungan sistem ini adalah pemakaian air cenderung lebih hemat dan bila

terjadi kehilangan air maka jumlah air yang terbuang relatif kecil.

b. Kerugian menggunakan sistem ini adalah - Bila terjadi kebakaran pada saat

air tidak terdistribusi, maka air untuk pemadam kebakaran tidak akan tersedia. -

Setiap rumah perlu menyediakan tempat penyimpanan air yang cukup agar

kebutuhan air dalam sehari dapat dipenuhi. - Dimensi pipa yang dipakai lebih

besar karena kebutuhan air yang akan Air yang telah diproduksi di unit produksi

harus didistribusikan kepada masyarakat sebagai pelanggan air minum. Hal ini

untuk menjamin kepastian akan kuantitas, kualitas dan kontinuitas pengaliran.

Pendistribusian air minum dapat dilakukan dengan (Masduqi dan Assomadi,

2012):

• Sistem perpipaan, yaitu pendistribusian air minum melalui jaringan pipa

distribusi hingga ke pelanggan. Untuk pendistribusian menggunakan perpipaan ini

dapat dilakukan dengan pemompaan atau pengaliran secara gravitasi. Hal ini

tergantung pada perbedaan elevasi antara unit produksi dengan daerah pelayanan.

• Sistem non-perpipaan, yaitu pendistribusian air minum tidak melalui jaringan

pipa distribusi, melainkan menggunakan alat transportasi untuk mengangkut air

10
dari unit produksi menuju ke pelanggan, seperti mobil tangki, gerobak dorong, dan

lain-lain.

2.3. Peraturan Pemerintah

Sebagian kutipan dari PP No. 16 tahun 2005 serta pendapat beberapa ahli

adalah sebagai berikut :

Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses

pengolahan atau tanpa melalui proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan

dan dapat langsung diminum“ (PP No. 16 tahun 2005).

Dalam suatu sistem penyediaan air minum tidak seluruhnya air yang

diproduksi instalasi sampai kepada konsumen. Biasanya terdapat kebocoran

disana-sini yang disebut dengan kehilangan air. Kebocoran/kehilangan air

yang berasal dari instalasi itu sendiri, pada pipa distribusi dan sekunder, pada alat

meter air, kesalahan administrasi dan juga untuk pemadam kebakaran/

penyiraman tanah. Kehilangan air pada sistem ini diusahakan sekecil

mungkin, diantaranya dilakukan dengan mengoperasikan instalasi yang benar,

pemasangan sambungan pipa tranmisi dan distribusi dengan baik,penggunaan

peralatan meter air yang baik dan ketelitian dalam laporan administrasi.

Kehilangan air dari data pengamatan umumnya adalah antara 20% sampai 40% hal

ini sangat tergantung dari pada pengelolaannya. Untuk perencanaan ini kehilangan

air dibatasi sebesar kurang lebih 20%”.

11
2.4 Sistem Jaringan Induk dan Perpipaan Distribusi air

Jaringan pipa induk merupakan pipa distribusi yang memilik diameter

terbesar sehingga jangkauan pelayanannya luas. Secara fisik pipa induk dapat

mengalirkan air sampai akhir tahap perencanaan dengan debit jam puncak,

memiliki ketahanan yang tinggi namun tidak melayani penyadapan langsung ke

konsumen (Dirjen Cipta Karya, 2009).

Sistem jaringan induk perpipaan yang dipakai dalam mendistribusikan air

bersih terdiri atas dua sistem yaitu (Al-Layla, 1980):

a. Sistem Cabang (Branch Sistem). Pada sistem ini, air hanya mengalir dari

satu arah dan pada setiap ujung pipa akhir daerah pelayanan terdapat titik

akhir (dead end). Pipa distribusi tidak saling berhubungan, area pelayanan

disuplai air melalui satu jalur pipa utama.

b. Sistem Melingkar (Loop Sistem)

Pada sistem ini, pipa induk distribusi saling berhubungan satu dengan yang

lain membentuk jaringan melingkar (loop) sehingga pada pipa induk tidak

ada titik mati dan air akan mengalir ke suatu titik yang dapat melalui

beberapa arah dengan tekanan yang relatif stabil.

c. Sistem Kombinasi (Combination Sistem)

Sistem jaringan perpipaan kombinasi merupakan gabungan dari sistem

jaringan perpipaan bercabang (Branching Sistem) dan sistem melingkar

(Loop Sistem).

12
Sistem distribusi adalah jaringan perpipaan untuk mengalirkan air minum

dari reservoir menuju daerah pelayanan/konsumen (Al-Layla, 1980). Perencanaan

sistem distribusi air minum didasarkan atas dua faktor utama yaitu kebutuhan air

(water demand) dan tekanan air, serta ditunjang dengan faktor kontinuitas dan

safety (keamanan).

2.4.1 Intake dan Jaringan Pipa Transmisi

Intake adalah bangunan penangkap air atau tempat air masuk dari sungai,

danau atau sumber air permukaan lainnya ke instalasi pengolahan. Bangunan

intake ini berfungsi sebagai bangunan pertama untuk masuknya air dari sumber

air. Pada umumnya, sumber air untuk pengolahan air bersih, diambil dari sungai.

Pada bangunan intake ini biasanya terdapat bar screen yang berfungsi untuk

menyaring benda-benda yang ikut tergenang dalam air. Selanjutnya, air akan

masuk ke dalam sebuah bak yang nantinya akan dipompa ke bangunan selanjutnya,

yaitu WTP – Water Treatment Plant (Dirjen Cipta Karya, 2009).

Jaringan pipa transmisi adalah jalur pipa pembawa air bersih dari titik

awal transmisi air bersih ke titik akhir transmisi air bersih. Fungsi transmisi

(transmission) adalah mengalirkan air dari sumbernya (collection sistem) ke awal

sistem distribusi. Jarak antara sumber air dan sistem distribusi boleh jadi berkilo-

kilometer tetapi bisa juga dekat. Kualitas air yang ditransmisikannya bisa berupa

air baku, bisa juga air bersih (olahan, baik setengah diolah maupun sudah selesai

diolah).

13
2.4.2 Unit Reservoir

Sebelum didistribusikan, air masuk ke dalam reservoir. Reservoir

merupakan suatu bangunan konstruksi yang berfungsi untuk menampung air yang

telah diolah untuk didistribusikan kepada konsumen. Reservoir dipergunakan

untuk menyediakan tampungan air guna memenuhi fluktuasi jumlah pemakaian

air. Pada saat pemakaian air dibawah konsumsi air rata-rata maka suplai air yang

lebih akan ditampung didalam reservoir untuk mengimbangi pemakaian air dalam

jumlah yang besar pada jam-jam puncak. Reservoir juga diperlukan untuk

menyediakan tampungan air bagi penanggulangan kebakaran, serta untuk

menstabilkan tekanan didalam sistim distribusi dan juga sebagai pemeratan aliran

dan tekanan akibat fluktuasi pemakaian air di daerah distribusi.

Reservoir harus terletak sedekat mungkin dengan pusat pemakaian.

Pemakaian air didalam reservoir harus cukup tinggi untuk memungkinkan aliran

gravitasi dengan tekanan yang cukup ke sistim distribusi yang akan dilayani. Pada

kota-kota besar beberapa reservoir dapat diletakkan pada titik-titik strategis

didalam kota. Air biasanya dipompakan ke dalam suatu reservoir dan kemudian

dilepaskan ke jaringan sistim distribusi dengan aliran gravitasi. Kapasitas yang

dibutuhkan dari suatu reservoir ditetapkan berdasarkan topografi dan ciri-ciri lain

dari daerah yang dilayani.

Reservoir ini biasanya diletakkan di tempat dengan elevasi lebih tinggi

daripada tempat-tempat yang menjadi sasaran distribusi. Biasanya terletak di atas

bukit atau gunung. Setelah dari reservoir, air bersih siap untuk didistribusikan

14
melalui pipa-pipa dengan berbagai ukuran ke tiap daerah distribusi. Jenis reservoir

meliputi (Dirjen Cipta Karya, 2009) :

a. Ground reservoir yaitu bangunan penampung air bersih di bawah permukaan

tanah. Karena letaknya tersebut maka reservoir ini sangat dipengaruhi oleh

fluktuasi permukaan air, oleh sebab itu konstruksi reservoir jenis ini dilengkapi

dengan sekat-sekat pembatas. Hal tersebut dikarenakan prinsip utama dalam

penyimpanan air adalah tidak boleh terdapat sedimentasi.

b. Ground reservoir harus dapat menampung 2/3 dari volume total kebutuhan

air maksimum harian daerah pelayanan pada tahun akhir umur teknis reservoir

tersebut.

c. Elevated reservoir adalah bangunan penampung air yang terletak di atas

permukaan tanah dengan ketinggian tertentu sehingga tekanan air pada titik terjauh

masih tercapai. Volume yang dapat harus ditampung minimal 1/3 dari volume total

kebutuhan harian maksimum daerah pelayanan.

Kapasitas Reservoir baik ground reservoir maupun elevated reservoir

ditentukan dengan analisa fluktuasi pemakaian air dan pengalirannya yang

didasarkan pada akumulasi kuantitas pengaliran dan pemakaian air selama satu

hari. Rumus yang digunakan menentukan volume reservoir adalah : Rumus-rumus

yang dipakai dalam perencanaan reservoir adalah:

a. Volume total reservoir : V = ( % reservoir x Qhm ) .................. ...(2.1)

b. Volume tiap reservoir : Volume elevated = 1/3x V …………….(2.2)

c. Volume ground = 2/3x V …………..………..…………….. …..(2.3)

15
Dimana : V = Volume (m3)

Qhm = Pemakaian hari maksimum (m3)

d. Dimensi ground reservoir : Bentuk segi empat, dengan free board 0,30 meter.

Perbandingan panjang : lebar = 2 : 1

2.4.4 Unit Pompa

Pompa merupakan salah satu alat yang berperan penting dalam proses

pengolahan air. Berfungsi mendistribusikan air dari sumber air ke tempat

pengolahan air, menyalurkan air ke konsumen dan sebagainya. Jenis-jenis pompa

air pun sangat banyak tergantung dari kegunaannya.

Di dalam penyediaan air bersih pompa digunakan pada intake, sumur

pengumpul, unit treatment, sistem distibusi dengan memakai pompa jenis

sentrifugal. Pompa dibutuhkan untuk dapat memberikan head tertentu dan untuk

menghantarkan kuantitas air. Prinsip kerja pompa adalah menambah energi ke air

atau cairan lainnya secara mekanik. Beberapa istilah yang penting adalah kapasitas

pompa, head, dan daya pompa.

Kapasitas pompa (flow rate) adalah volume cairan yang dipompa per unit

waktu yang bisa dinyatakan dalam liter/detik, meter kubik/detik, galon per menit

atau lainnya.

Head adalah elevasi permukaan air bebas diatas atau dibawah datum.

Ada beberapa macam bentuk head, seperti yang diuraikan sebagai berikut :

a. Static suction head (hs), adalah jarak vertikal dari permukaan air yang

dihisap dengan pusat pompa (datum pompa).

16
b. Static dischange head (hd), adalah jarak vertikal antara datum pompa dengan

permukaan air tekan.

c. Static Head (Hs), adalah perbedaan elevasi antara level cairan tekan

dengan level cairan hisap.

d. Friction (fd) , adalah head cair yang harus diberikan untuk mengatasi friction

loss akibat adanya aliran fluida melalui saluran perpipaan. 2/2g), adalah head

yang timbul diakibatkan oleh air untuk e. Velocity Head (Vd menjaga kecepatan

Vd. Ini adalah energi kecepatan yang ditambahkan ke dalam cairan pompa.

f. Tekanan Admosfir (Ha) adalah perbedaan tekanan admosfir pada permukaan

air discharge dan suction.

2.5. Kehilangan Air

Kehilangan air adalah selisih antara banyaknya air yang disediakan

dengan air yang dikonsumsi (Obradovic dan Landsdale 1998). Dalam

kenyataannya kehilangan air dalam suatu sistem distribusi air minum selalu ada.

Kehilangan air ini dapat bersifat teknis, misalnya kehilangan air pada pipa itu

sendiri, sedangkan yang bersifat non teknis misalnya pencurian air dalam pipa

distribusi. Oleh sebab itu dalam pengembangan sistem pada penelitian ini juga

diperhitungkan kehilangan air dengan maksud agar titik-titik pelayanan tetap

dapat terpenuhi kebutuhan airnya.

Dalam suatu perencanaan perpipaan, kehilangan air pipa tidak dapat

dihindari. Kehilangan air bersifat teknis. Besarnya kehilangan air harus

17
diperhatikan dengan tujuan agar titik-titik pelayanan tetap dapat terbutuhi

kebutuhan airnya. Menurut Dirjen Cipta Karya (2009)

Kehilangan air didefinisikan sebagai jumlah air yang hilang akibat:

1. Pemasangan sambungan yang tidak tetap.

2. Terkena tekanan dari luar sehingga menyebabkan pipa retak atau pecah.

3. Penyambungan liar.

Untuk mengetahui jika terjadi kehilangan air yang tidak tepat misalnya air

rembesan dari keretakan pipa, dapat diatasi dengan alat pendeteksi kehilangan air

yang disebut leak detector. Sedangkan upaya untuk mengurangi terjadinya

kehilangan air yang lebih besar dalam perencanaan sistem distribusi air dilakukan

pembagian wilayah atau zoning untuk memudahkan pengontrolan kehilangan air

pipa, serta pemasangan meteran air.

Langkah pertama dalam mengurangi kehilangan air adalah dengan

mengembangkan satu pemahaman mengenai gambaran besar tentang sistem air

yang mencakup penyusunan satu neraca air (water balance). Proses ini membantu

untuk memahami besaran, sumber, dan biaya kehilangan air. Asosiasi Air

Internasional (International Water Association) telah mengembangkan satu

struktur dan terminologi baku untuk neraca air internasional yang telah diadopsi

oleh asosiasi-asosiasi nasional di banyak Negara.

Air Tak Berekening (Non-renenue water) setara dengan jumlah total air

yang mengalir ke jaringan layanan air minum dari sebuah instalasi pengolahan air

bersih (volume input sistem) minus jumlah total air yang resmi bisa digunakan

18
industry dan pelanggan rumah tangga (konsumsi resmi). Rumus yang dipakai

dalam menghitung air tak berekening adalah:

NRW = Volume Input Sistem – Konsumsi Resmi Berekening ……………(2.4)

Dimana: NRW : Air Tak Berekening (Non Revenue Water).

Vol. Input Sistem : Input volume tahunan ke dalam system penyediaan air bersih.

Konsumsi Resmi : Volume tahunan air bermeter dan tidak bermeter yang diambil

oleh pelanggan yang terdaftar.

Langkah-langkah untuk menghitung NRW dengan menggunakan neraca

air dapat dijabarkan sebagai berikut:

• Langkah 1 : Menentukan volume input sistem.

• Langkah 2 : Menentukan konsumsi resmi. - Berekening : Total volume air

yang ditagih rekeningnya oleh PDAM. - Tak Berekening : Total volume air yang

tersedia tanpa dipungut biaya.

• Langkah 3 : Memperkirakan kerugian nonfisik/komersial. - Pencurian air dan

pemalsuan. - Sedikitnya meter yang terdaftar. - Kesalahan penanganan data.

• Langkah 4 : Menghitung kerugian fisik - Kehilangan air pada pipa transmisi. -

Kehilangan air pada pipa distribusi. - Kehilangan air pada tempat penampungan

air dan luapan. - Kehilangan air pada sambungan pipa pelanggan.

Pada hakekatnya neraca air merupakan kerangka untuk menilai kondisi

kehilangan air di suatu PDAM. Perhitungan neraca air berarti juga:

• Mengungkap ketersediaan/keandalan data dan tingkat pemahaman terhadap

situasi Air Tak Berekening (ATR).

19
• Menciptakan kesadaran tentang adanya masalah Air Tak Berekening (ATR).

• Petunjuk langsung menuju perbaikan. Neraca air juga menjadi alat untuk

komunikasi dan benchmarking, karena menggunakan indikator-indikator yang

disepakati, seragam dan dapat diperbandingkan di seluruh dunia. Memahami

neraca air hukumnya wajib untuk penyusunan prioritas perhatian dan investasi

(BPPSPAM, 2013).

1. Untuk penyusunan neraca air data awal yang wajib diketahui adalah

data input sistem yaitu data debit keseluruhan produksi yang masuk ke pipa

distribusi (setiap pipa produksi harus ada meter induknya), data pemakaian air

yang terbayar di billing sistem, & kemudian data seluruh kegiatan resmi yang

berpotensi mengeluarkan air. Data- data tersebut kemudian didefenisikan lagi

mana yang masuk di input sistem, air bermeter berekening, air bermeter tak

berekening, air tak bermeter berekening & air tak bermeter tek berekening. Untuk

dapat menghitung neraca air, diperlukan pemahaman terhadap sistem produksi dan

distribusi yang diterapkan dalam suatu PDAM. Umumnya PDAM mempunyai

sistem produksi, transmisi, distribusi, meter pelanggan, sistem pencatatan

pemakaian air dan rekening. Pada sistem- sisem yang tersebut diatas terdapat

kemungkinan-kemungkinan kehilangan air. Progam bantu untuk menghitung

neraca air adalah “WB Easy Calc” yang diterbitkan oleh Limberger and Partner

dan dapat dipergunakan secara bebas tanpa biaya. Program ini dijalankan

mempergunakan program Microsoft Excel (BPPSPAM, 2013).

20
Adapun data-data yang diperlukan untuk menghitung neraca air,

diantaranya adalah data volume air yang didistribusikan, data tarif, data teknis, dan

sebagainya. Secara lebih rinci data dan alat yang dibutuhkan adalah sebagai

berikut:

1. Gambar nyata laksana jaringan perpipaan (as built drawing), terutama untuk

zona District Meter Area (DMA).

2. Jumlah pelanggan tahun yang dihitung.

3. Jumlah konsumsi air/penjualan air berdasarkan kategori pelanggan

untuk tahun yang dihitung.

4. Tarif air per katagori dan tarif rata-rata.

5. Jumlah sambungan (aktif, diputus tapi pipa dinas masih terpasang).

6. Rincian biaya produksi tahun yang dihitung.

7. Rincian biaya operasional tahun yang dihitung.

8. Kehilangan air 5 tahun terakhir.

9. Target kehilangan air 5 tahun ke depan (bila ada).

10. Data dasar untuk pengisian neraca air.

Kehilangan air yang sering terjadi dalam pengelolaan sistem penyediaan

air minum PDAM dikelompokkan dalam 2 jenis yaitu kehilangan air secara fisik

dan kehilangan air non fisik.

2.5.1 Kehilangan air Fisik

Kehilangan air fisik dalah hilangnya sejumlah air minum pada proses

penyediaan, pendistribusian dan pelayanan air minum PDAM yang diperlihatkan

21
oleh adanya aliran air secara fisik yang keluar dari sistem jaringan pipa distribusi

dan pelayanan PDAM. Penyebab terjadinya kehilangan air secara fisik yaitu:

1. Faktor Teknis, antara lain :

a. Kehilangan air pada pipa distribusi dan perlengkapannya .

b. Kehilangan air pada pipa dinas dan komponen instalasi Sambungan Rumah

(SR) sebelum meter air.

c. Penggunaan fire hydrant, pengurasan jaringan pipa, penggunaan air instalasi

produksi.

2. Faktor Non Teknis, antara lain:

a. Sambungan tidak terdaftar/illegal.

b. Pencurian air.

c. Kecurangan pelanggan (pemasangan pipa by-pass di instalasi Sambungan

Rumah). Kehilangan air fisik ada beberapa jenis, diantaranya adalah:

• Semburan/kebocoran yang dilaporkan (reported brust) Semburan airnya terlihat

dan muncul di permukaan tanah, sehingga mudah dilaporkan oleh masyarakat.

• Semburan/kebocoran yang tidak dilaporkan (unreported brust) Kebocoran

terletak di bawah tanah dan tidak terlihat di permukaan. Semburan/kebocoran jenis

ini dapat ditemukan dengan melakukan survey deteksi kebocoran menggunakan

alat leak detector.

• Semburan/kebocoran kecil (background leakage) Kebocoran merupakan

rembesan yang sangat kecil dan sangat sulit terdeteksi meskipun menggunakan

alat leak detector.

22
2.5.2 Kehilangan Air Non Fisik

Kehilangan air non fisik adalah hilangnya sejumlah air minum pada

proses pendistribusian dan pelayanan air minum kepada pelanggan PDAM yang

tidak diperlihatkan oleh adanya aliran air secara fisik yang keluar dari sistem

jaringan pipa distribusi dan pelayanan PDAM. Penyebab terjadinya Kehilangan air

non fisik yaitu:

3. Faktor Teknis, antara lain :

a. Meter air tidak akurat

Salah satu penyebab kehilangan air komersial yang paling banyak ditemui

adalah akurasi meter. Meter air mekanikal, yang didalamnya terdapat roda atau

gigi yang terbuat dari bahan plastik, seiring dengan usia akan aus, dan

menyebabkan meter air mencatat lebih rendah dari pemakian semestinya. Oleh

sebab itu meter harus secara berkala diteraulang (re-kalibrasi) Meter air jenis ultra

sonic dan magnetic tidak terlalu terpengaruh ketelitiannya oleh usia meter. Kualitas

air yang buruk juga merupakan salah satu penyebab turunnya kinerja meter air.

Bisa lebih cepat memburuk apabila airnya agresif. Pengendapan kotoran bisa

mempengaruhi mekanik meter, sehingga meter gagal mencatat aliran.

4. Faktor Non Teknis, antara lain :

a. Kesalahan pembacaan angka pada meter air Sambungan Rumah (SR)

b. Kesalahan pencatatan hasil pembacaan meter air Sambungan Rumah (SR)

c. Kesalahan perhitungan hasil pembacaan meter air Sambungan Rumah (SR)

d. Hasil pembacaan meter air Sambungan Rumah (SR) yang diperkirakan

23
e. Meter air Sambungan Rumah (SR) tidak dibaca

f. Kecurangan pelanggan (meter air ditempel magnit, ditusuk jarum, ditetesi

larutan garam, dimiringkan, dibalik dsb).

Keakuratan meter pencatat debit dan air masuk (flow meter) produksi

sangat menentukan untuk menghitung NRW sistem. Ada berbagai jenis meter yang

mempunyai keakuratan bervariasi.

Perkiraan Keakuratan Meter Air Elektromagnetik <0,15 -0,5%

Meter Air Ultrasonik 0,5 - 1%

Insertion Meter <2%

Meter Mekanik 1,0 - 2%

Meter Venturi 0,5 - 3%

Meas Weir di saluran terbuka 10 50%

Adapun terjadinya Kehilangan air secara fisik dan non fisik pada proses

pendistribusian dan pelayanan air minum PDAM disebabkan oleh faktor-faktor

sebagai berikut:

1. Faktor penyebab kehilangan air secara fisik

a. Kualitas material yang digunakan kurang baik

b. Pekerjaan pemasangan pipa kurang baik

c. Pekerjaan galian dan penimbunan kembali pipa tidak memenuhi syarat

d. Tekanan air pada sistem jaringan pipa terlalu tinggi

e. Umur material telah melewati batas umur teknisnya

2. Faktor penyebab kehilangan air secara non fisik

24
a. Kemampuan petugas pembaca meter air Sambungan Rumah (SR) rendah b.

Pengetahuan pelanggan PDAM rendah

c. Penerapan peraturan belum dilakukan/tidak tegas.

Program yang direncanakan untuk menurunkan kehilangan air meliputi :

1. Pemasangan Dan Penggantian Water Meter Induk Pemasangan dan

penggantian water meter induk dilakukan terhadap :

a. Water meter induk produksi (terdapat pada unit sumber air baku).

b. Water meter induk distribusi (terdapat pada unit reservoir)

2. Pemasangan Dan Penggantian Water Meter Konsumen Pemasangan dan

penggantian water meter konsumen dilakukan terhadap :

a. Water meter konsumen yang belum terpasang

b. Water meter konsumen yang rusak

c. Water meter konsumen yang buram (sulit dibaca)

d. Water meter konsumen yang umur teknisnya sudah habis (berumur lebih dari

5 tahun).

3. Rehabilitasi Pipa

Rehabilitasi pipa dilakukan terhadap pipa transmisi dan pipa distribusi

berdasarkan lokasi yang prioritas menggunkan pipa HDPE. Sejak diluncurkan

program NRW pada tahun 2012, PDAM Kota Malang menggunakan pipa HDPE

dan GI untuk perbaikannya.

4. Pressure Management Manajemen tekanan merupakan salah satu elemen

yang paling mendasar dalam strategi pengelolaan kehilangan air yang kuat. Laju

25
kehilangan air dalam jaringan distribusi air merupakan satu fungsi tekanan

pompa atau menurut gravitasi. Ada sejumlah metode untuk mengurangi

tekanan dalam sistem, termasuk pompa pengendali kecepatan variabel dan

zoning tekanan berdasarkan elevasi. Namun yang paling umum dan efektif dari

segi biaya adalah katup pengurang tekanan otomatis (Pressure Reducing Valve)

atau PRV. Alat tersebut nantinya akan dipasang pada titik-titik strategis dalam

jaringan untuk mengurangi atau mempertahankan tekanan jaringan pada tingkat

tertentu yang sudah ditetapkan. Katup pada PRV menjaga tekanan hilir yang

sudah ditetapkan sebelumnya tanpa memperhatikan tekanan hulu atau fluktuasi

laju aliran. PRV biasanya diletakkan di pipa inlet DMA sejajar dengan meter air

DMA. PRV yang dipasang di setiap DMA harus dilakukan setting terlebih

dahulu. Langkah-langkah untuk melakukkan setting pada PRV adalah sebagai

berikut:

• Ukur pressure di lokasi crtitical point, kemudian pasang pressure logger non

online

• Ukur pressure di inlet dan outlet PRV

• Buka isolating valve dan/ball valve

• Buka stop valve

• Buang udara dalam bonnet dengan membuka plug fenting PRV

• Arahkan solenoid ke posisi off ketika mengatur tekanan low

• Atur tekanan pada downstream dengan memutar pilot

• Apabila ingin menambah tekanan downstream, putar searah jarum jam

26
• Apabila ingin mengurangi tekanan downstream, putar berlawanan jarum jam

• Buka solenoid ON ketika setting tekanan high

• Setting timer

• Pastikan nilai pressure apakah sudah sesuai dengan keinginan dengan cara

control manual di solenoid (on-off manual)

• Setting selesai

5. Pemantauan District Meter Area (DMA)

Pemantauan District Meter Area (DMA) dilakukan dengan cara

membandingkan debit yang masuk DMA dengan pemakaian pelanggan di DMA

tersebut. Kemudian setelah mengetahui prosentase NRW di DMA tersebut dan

apabila nilai prosentase NRWnya > 30%, maka akan dilakukan tindakan

penurunan NRW dengan metode step test dan survey commercial losses.

6. Pemantauan Kualitas Air Kualitas air sangat berpengaruh terhadap kondisi

pipa dan aksesorisnya. Air dapat menyebabkan korosif maupun kerak. Dalam

operasi pengolahan air korosi dapat terjadi pada hampir seluruh logam yang

terkena air. Ada beberapa faktor yang menyebabkan korosi yaitu (Roberge dkk,

1999):

1. Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) → DO berperan dalam sebagian

proses korosi, bila konsentrasi DO naik, maka kecepatan korosi akan naik.

2. Zat padat terlarut jumlah (Total Dissolved Solid) → konsentrasi TDS

sangatlah penting, karena air yang mengandung TDS merupakan penghantar

arus listrik yang baik dibandingkan dengan air tanpa TDS. Aliran listrik

27
diperlukan untuk terjadinya korosi pada pipa logam, oleh karena itu jika

TDS naik, maka kecepatan korosi akan naik.

3. pH dan Alkalinitas → mempengaruhi kecepatan reaksi, pada umumnya

pH dan alkalinitas naik, kecepatan korosi akan naik.

4. Temperatur → makin tinggi temperatur, reaksi kimia lebih cepat terjadi

dan naiknya temperatur air pada umumnya menambah kecepatan korosi.

5. Tipe logam yang digunakan untuk pipa dan perlengkapan pipa →

logam yang mudah memberikan elektron atau yang mudah teroksidasi, akan

mudah terkorosi.

6. Aliran listrik → Aliran listrik yang diakibatkan oleh korosi sangat lemah

dan isolasi dapat menghalangi aliran listrik antara logam-logam yang

berbeda, sehingga korosi Galvanis dapat dihindari. Bilamana aliran listrik

yang kuat melewati logam yang mudah terkorosi, maka akan menimbulkan

aliran nyasar dari sistem pemasangan listrik di pelanggan yang tidak

menggunakan aarde, hal ini menyebabkan korosi cepat terjadi.

7. Bakteri → tipe bakteri tertentu dapat mempercepat korosi, karena mereka

akan menghasilkan karbon dioksida (CO2) dan hidrogen sulfida (H2S),

selama masa putaran hidupnya. CO2 akan menurunkan pH secara berarti

sehingga menaikkan kecepatan korosi. H2S dan besi sulfida, Fe2S2, hasil

reduksi sulfat (SO42–) oleh bakteri pereduksi sulfat pada kondisi anaerob,

dapat mempercepat korosi bila sulfat ada di dalam air. Zat-zat ini dapat

menaikkan kecepatan korosi. Jika terjadi korosi logam besi maka hal ini

28
dapat mendorong bakteri besi (iron bacteria) untuk berkembang, karena

mereka senang dengan air yang mengandung besi.

Korosifitas dan pembentukan kerak dapat diketahui dengan menghitung

Indeks Stabilitas atau Langelier Index (LI) atau Saturation Index (SI) atau

disingkat LSI. Langelier Index memberikan indikasi apakah air bersifat

membentuk kerak atau menimbulkan korosif. Hasil dari perhitungan Langelier

Index menghasilkan nilai LSI index value. Interpretasi dari Langelier Index

value dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Langelier Saturation Index Value.

2.6 Sumber Kehilangan Air

Secara garis besar kehilangan air dapat digolongkan menjadi dua

bagian antara lain:

Faktor penyebab kehilangan air secara fisik meliputi :

a. Kebocoran fisik dapat disebabkan oleh hal - hal sebagai berikut :

1. Konstruksi yangtidak sesuai dengan ketentuan standar (galian,perakitan,urugan

dan lain lain.)

2. Cacat pada pipa (retak, dan lain lain)

3. Terjadinya tekanan balik (Water hammer)

4. Tekanan internal tinggi (terutama saat tekanan statis maksimum)

5. Tekanan eksternal tinggi(karena aktivitas diatas pipa)

6. Kecepatan air yang tinggi

7. Kualitas air yang disalurkan.

8. Kualitas tanah disekitar timbunan.

29
9. Kualitas bahan pipa dan asesoris.

10. Usia jaringan.

11. Pemeliharaan yang tidak terencana.

Beberapa contoh kebocoran fisik antara lain :

Gambar 2.1 pipa pada distribusi bocor sambungan

2. Bocor pada pipa (pecah, retak)

Gambar 2.2 pipa pada distribusi bocor sambungan

b. Kehilangan air secara non fisik

Kehilangan air secara non fisik yaitu kehilangan air yang tidak nyata

kelihatan sebagai kehilangan air, umumnya bersifat administrasi, yang

meliputi:

1. Penentuan pemakaian air dengan kira-kira

2. Kesalahan pembacaan dan pencatatan meter air

3. Adanya sambungan tanpa meter air

4. Sambungan liar (Illegal connection)

5. Kesalahan administrasi lainnya.

30
2.6.1 Definisi Operasional

Pengertian Kehilangan Air adalah perbedaan antara volume air

yang didistribusikan dengan volume air yang dikonsumsi yang tercatat.

Metode kehilangan air dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu :

1. Metode persentase

Kehilangan air secara prosentase dapat dihitung dengan rumus:

D-K_
H= X 100%
D

Dimana:

H : Kehilangan air dalam persen (%).

D : Jumlah air yang didistribusikan dalam (m3).

K : Jumlah air yang tercatat dalam rekening tagihan (m3)

2. Metode Infrastructure Leakage Index (ILI)

Infrastructure Leakage Index (ILI) dihitung dengan cara menimbangkan antara

CAPL dari hasil pada Neraca Air dengan MAAPL pada infrastruktur jaringan

pipa distribusi, dimana :

CAPL : (Current Annual Physical Losses) = Kehilangan Fisik/teknis Tahunan

Saat Ini.

MAAPL: (Minimum Achievable Annual Physical Losses) = Kehilangan

Fisik/teknis Tahunan Minimal Yang Dapat Dicapai.

2.7 Metode Pencarian Kehilangan Air

31
Pencarian kehilangan secara aktif adalah salah satu tindakan dalam

rangka untuk mengendalikan kehilangan air. Perlu adanya metode yang sangat

efektif dalam pencarian kehilangan air, salah satu metode yang cukup terkenal

adalah Steptest, yaitu teknik untuk mencari lokasi atau area dengan jumlah

kehilangan air terbesar di dalam DMA (Asmara, 2015).

2.7.1 Alat Pendeteksi Kehilangan Air

Deteksi kehilangan air dapat dilakukan dengan menggunakan alat

pendeteksi kehilangan air, diantaranya adalah:

a. Alat Perekam Suara (Noise Loggers) Noise loggers prisip kerjanya

yaitu menyimpan suara di pipa kemudian menginformasikan suara-suara yang

diduga disebabkan oleh kehilangan air. Setiap loggers ditempatkan pada satu

hidran, meter air, atau surface fitting lainnya. Kemudian dari sinyal yang

diperoleh, noise loggers akan menentukan ruas pipa yang terdapat indikasi

bocor tertinggi dengan radius tertentu. Gambar 2.3 merupakan ilustrasi cara

kerja dari noise loggers.

32
Gambar 2.3 Alat Pendeteksi Kehilangan Air.

2.8 Kebutuhan Air

Kebutuhan air adalah kebutuhan air yang digunakan untuk menunjang


sgala kegiatan manusia, meliputi air bersih domestik dan non domestik, air
irigasi baik pertanian maupun perikanan, air untuk penngelontoran kota.

Air bersih digunakan untuk memenuhi kebutuhan

1. Kebutuhan air domestik : keperluan rumah tangga

2. Kebutuhan air non domestik : industri, pariwisata, tempat ibadah,


tempat sosial serta tempat – tempat komersial atau tempat umum
lainnya.

Untuk merumuskan penggunaan air bersih oleh masing – masing


komponen (kelompok per Sambungan Rumah) secara pasti sulit dilakukan
sehingga dalam perencanaan dan perhitungan digunakan asumsi atau
pendekatan berdasarkan kategori kota pada Tabel 2.4. berikut :

Tabel 2.8. Tabel Kebutuhan Air Bersih di Daerah


Perkotaan
Kategori Ukuran Kota Jumlah penduduk Kebutuhan air
Jiwa (orang) (lt/orang/hari)
I Kota Metropolitan > 1000.000 190
II Kota Besar 500.000- 170
III Kota Sedang 1.000.000
100.000-500.000 150
IV Kota Kecil 20.000-100.000 130
V Kota Kecamatan >20.000 100

Sumber: Departemen Permukiman dan Prasarana


Wilayah, 2002

33
Konsumsi air perkapita sangat bervariasi antara satu tempat
dengan tempat lainnya yang dipengaruhi curah hujan, perbedaan jumlah
penduduk, kemampuan ekonomi, tingkat kesadaran masyarakat akan
pentingnya menghemat air, penggunaan air baik untuk industri maupun
komersial lainnya dsb. Unit konsumsi air rata-rata untuk sarana dan prasarana
non domestik dalam evaluasi disesuaikan dengan standart DPU Ditjen Cipta
Karya, 1996.

2.9 Perkiraan Jumlah Penduduk

Proyeksi jumlah penduduk adalah menentukan perkiraan jumlah

penduduk pada beberapa tahun mendatang, sesuai dengan periode perencanaan

yang diinginkan. Data yang diperlukan adalah jumlah penduduk maupun

persentase pertambahan jumlah penduduk yang ada selama 5 tahun

terakhir, serta rata-rata kenaikan jumlah penduduk selama 5 tahun terakhir

tersebut.

Rumus proyeksi penduduk yang biasa dipakai adalah metode Geometrik,

sesuai dengan ”Petunjuk Teknis Perencanaan, Rencana Induk Sistem, Sistem

Penyediaan Air Minum Perkotaan” adalah sebagai berikut:

Pn = Po (1 + r)n........................................................................... 2.1.

Jumlah _ pertambahan
r …………………………………..
tahun n tahun o
Dengan :

Pn = Jumlah penduduk pada tahun n proyeksi (jiwa), Po = Jumlah penduduk

pad awal proyeksi (jiwa),

34
r = Presentase jumlah pertambahan penduduk dibagi selisih waktu dikurangi

tahun awal proyeksi (%),

n : selisi waktu ( tahun )

Untuk mengetahui kriteria perencanaan air bersih pada tiap – tiap kategori

dapat dilihat pada table 2.8 berikut ini :

Tabel 2.8 Kriteria Perencanaan Air Bersih


KATEGORI KOTA BERDASARKAN JUMLAH
PENDUDUK

>1.000.000

Desa

1 2 3 4 5 6
1. Konsumsi Unit Sambungan > 150 150 - 120 90 - 120 80 - 120 60 – 80
Rumah (SR) ( liter/org/hari )
2. Konsumsi Unit Hidran (HU) 20 - 40 20 - 40 20 - 40 20- 40 20 – 40

3. Konsumsi unit non domestic


a. Niaga Kecil 600 – 900 600 – 900 600
(liter/unit/hari)
b. Niaga Besar 1000 – 5000 1000 – 1500
(liter/unit/hari) 5000
c. Industri Besar 0.2 – 0.8 0.2 – 0.8 0.2 – 0.8
(liter/detik/ha)
d. Pariwisata (liter/detik/ha) 0.1 – 0.3 0.1 – 0.3 0.1 – 0.3
4. Kehilangan Air ( % ) 20 - 30 20 - 30 20 - 30 20 - 30 20 – 30
5. Faktor Hari Maksimum 1.15 – 1.25 1.15 – 1.25 1.15 – 1.25 1.15 –1.251.15 – 1.25

* harian * harian * harian * harian * harian


6. Faktor Jam Puncak 1.75 – 2.0 1.75 – 2.0 1.75 – 2.0 1.75 1.75
* hari maks * hari * hari maks *hari *hari maks
7. Jumlah Jiwa Per SR (Jiwa ) 5 maks
5 5 maks
5 5
8. Jumlah Jiwa Per HU ( Jiwa ) 100 100 100 100 - 200 200
9. Sisa Tekan Di penyediaan
Distribusi ( Meter ) 10 10 10 10 10
10. Jam Operasi ( jam ) 24 24 24 24 24
11. Volume Reservoir ( %
Max 15 - 25 15 - 25 15 - 25 15 - 25 15 – 25
Day Demand )

35
12. SR : HU 50 : 50 50 : 50
s/d s/d
80 : 20 80 : 20 80 : 20 70 : 30 70 : 30
13. Cakupan Pelayanan ( % ) 90 90 90 90 70

2.10 Perkiraan Kebutuhan Air Bersih

Sesuai dengan Millinium Development Goals (MDG) pedoman

yang perlu diketahui selain proyeksi jumlah penduduk dalam memprediksi

jumlah kebutuhan air bersih adalah:

1. Tingkat pelayanan masyarakat

Cakupan pelayanan air bersih kepada masyarakat rata-rata tingkat

nasional adalah 80% dari jumlah penduduk, dengan rumus:

Cp=80%xPn................................................................................

Dengan:

Cp = Cakupan pelayanan air bersih (liter/detik),

Pn = Cakupan pelayanan air bersih (liter/detik),

2. Pelayanan sambungan rumah

Jumlah penduduk yang mendapat air bersih melalui sambungan


rumah adalah, dengan rumus:

Sl=80%xCp.................................................................................

Dengan :

Sl = Konsumsi air dengan sambungan rumah (liter/detik),

Cp = Cakupan pelayanan air bersih (liter/detik).

36
3. Sambungan tak langsung atau sambungan bak umum

Sambungan tak langsung atau sambungan bak umum adalah

sambungan untuk melayani penduduk tidak mampu dimana sebuah bak

umum dapat melayani kurang lebih 100 jiwa atau sekitar 20 keluarga.

Jumlah penduduk yang mendapatkan air bersih melalui sambungan tak

langsung atau bak umum dihitung dengan rumus:

Sb=20%xCp................................................................................

Dengan :

Sb = Konsumsi air bak umum (liter/detik),

Cp = Cakupan pelayanan air bersih (liter/detik),

4. Konsumsi air bersih

Konsumsi kebutuhan air bersih sesuai dengan Departemen

Pemukiman dan Prasarana Wilayah, 2002 diasumsikan sebagai berikut:

a. Konsumsi air bersih untuk sambungan rumah/sambungan langsung

sebanyak 140 liter/orang/hari.

b. Konsumsi air bersih untuk sambungan tak langsung/bak umum

untuk masyarakat kurang mampu sebanyak 30 liter/orang/hari.

c. Konsumsi air bersih non rumah tangga (kantor, sekolahan, tempat

ibadah, industri, pemadam kebakaran dan lain-lain) ditentukan sebesar

15% dari jumlah pemakaian air untuk sambungan rumah dan bak umum

dengan rumus:

37
Kn=15%x(Sl+Sb)..................................................................

Dengan:

Kn = Konsumsi air untuk non rumah tangga (liter/detik),

Sl = Konsumsi air dengan sambungan rumah (liter/detik),

Sb = Konsumsi air bak umum (liter/detik).

5. Kehilangan air

Kehilangan air diasumsikan sebesar 20% dari total kebutuhan air

bersih, perkiraan kehilangan jumlah air ini disebabkan adanya sambungan

pipa yang bocor, pipa yang retak dan akibat kurang sempurnanya waktu

pemasangan, pencucian pipa, kerusakan water meter, pelimpah air di menara

air dan lain-lain, dengan rumus:

Lo=24%xPr...............................................................................

Dengan :

Lo = Kehilangan air (liter/detik),

Pr = Produksi air (liter/detik).

6. Analisis kebutuhan air PDAM

Analiis produksi air total yang dibutuhkan oleh PDAM adalah

jumlah konsumsi air sambungan langsung ditambah dengan konsumsi air

dari bak umum dan konsumsi air untuk non rumah tangga kemudian

dijumlahkan dengan kehilangan air akibat kebocoran pipa atau pengglontoran

air, dengan rumus:

38
Pr=Sl + Sb + Kn + Lo..................................................................

Dengan :

Pr = Produksi air (liter/detik),

Sl = Konsumsi air dengan sambungan rumah (liter/detik),

Sb = Konsumsi air bak umum (liter/detik),

Kn = Konsumen air untuk non rumah (liter/detik).

Lo = Kehilangan air (liter/detik).

7. Analisis kebutuhan harian maksimum

Kebutuhan harian maksimum adalah banyaknya air yang

dibutuhkan terbesar dalam satu tahun. Kebutuhan air pada harian

maksimum digunakan untuk mengetahui berapa kapasitas pengolahan

(produksi) dan dihitung berdasarkan kebutuhan air rata-rata sebagai berikut:

Ss=f1xSr.....................................................................................

Dengan :

Ss = Kebutuhan harian maksimum (liter/detik),

Sr = Jumlah total kebutuhan air domestik dan non domestic

(liter/detik),

Ss = factor maksimum day 1,15 (liter/detik),

8. Analisis pemakaian air pada waktu jam puncak

39
Pemakaian air pada waktu jam puncak adalah pemakaian air tertinggi

pada jam- jam tertentu dalam satu hari. Kebutuhan air pada waktu jam

puncak digunakan untuk mengetahui beberapa kapasitas distribusi dari

besarnya diameter pipa dan dihitung berdasarkan kebutuhan air rata-rata

sebagai berikut:

Debit waktu puncak=f2xSr.........................................................

Dengan :

Sr = Jumlah total kebutuhan air domestik dan non domestic

(liter/detik),

F2 = f aktor peak hour 1,5

2.11. Kerugian Akibat Kehilangan Air

Tiga kerugian akibat kehilangan air antara lain :

a. Pada segi kuantitas dan kualitas air

Pada segi kuantitas dapat dilihat saat air yang dapat digunakan oleh

pelanggan berkurang jumlahnya, sedangkan dari segi kualitas hal ini dapat

terjadi akibat pipa yang bocor sehingga dapat masuk kotoran dari luar pipa

yang secara langsung dapat mempengaruhi kualitas air yang akan

didistribusikan.

b. Pada segi tekanan air

Pelanggan PDAM memerlukan sambungan air dengan tekanan

yang mencukupi hingga titik akhir pelayanan. Oleh karena itu, jika

kehilangan air dalam bentuk kebocoran pada pipa terjadi dapat

40
menyebabkan tekanan air berkurang dan membuat air tidak mengalir hingga

titik akhir distribusi pelayanan.

c. Pada segi keuangan

Akibat kehilangan air jika dilihat dari segi keuangan, antara lain:

1. Biaya produksi air dan biaya untuk mengurangi tingkat kehilangan air juga akan

lebih meningkat.

2. Kehilangan air yang terjadi akan membuat jumlah air yang dapat terjual

menjadi berkurang, sehingga pendapatan yang akan diterima PDAM

otomatis juga akan berkurang.

3. Jumlah produksi air harus ditingkatkan, mengingat hal ini untuk menutupi

banyaknya air yang hilang, baik fisik maupun non fisik.

41
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Tempat Penelitian ini akan dilakukan di Desa Banabungi di Kabupaten

Buton yang merupakan tempat kehilangan air SPAM. Penelitian ini akan

dilaksanakanmulai bulan Juni - Semtember 2021.

Gambar 3.1 Peta Lokasi Desa Banabungi

42
3.2 Objek Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif


kuantitatif, dimana data – data yang diperoleh dianalisis dengan rumus yang
ada.

3.3 Jenis Data Penelitian

1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder yang dapat diuraikan sebagai berikut:

Pengumpulan data primer yaitu data yang diambil langsung dari


lapangan, penelitian di fokuskan pada kehilangan air yang terjadi pada sistem
peyediaan air minum di Desa Banbungi.

Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data dengan melakukan

pengamatan di lapangan untuk menganalisa diantaranya sebagai berikut.

a. Kondisi lingkunan

b. Pengecekan pipa

c. Pengecekan meteran air

d. Sampling dan wawancara pelanggan

e. Dan lain - lain

2. Data sekunder meliputi Peta Lokasi dan Data jumlah penduduk

3.4 Teknik Tengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data bertujuan untuk mengumpulkan data-data

yang digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan cara perolehan datanya,

43
pengumpulan data dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.

Data primer didapatkan dari pengumpulan langsung dengan cara survey di

lapangan. Data sekunder didapatkan dengan cara bekerja sama dengan pihak

PDAM Kabupaten Buton.

Berikut adalah beberapa cara pengumpulan data:

1. Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil kunjungan lapangan dengan melakukan

survey kehilangan air, pengecekan kondisi pipa, dan lain- lain.

3. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi, baik berupa

penelitian yang telah dilakukan maupun data yang telah dikumpulkan oleh

instansi terkait. Pengamatan di lakukan pada pukul 07:00 sampai 14:00 WITA.

3.5 Tipe dan Dasar Penelitian

Data dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu data primer dan

data sekunder. Dalam pengumpulannya, data primer diperoleh dari hasil tanya

jawab langsung oleh pelanggan, pengambilan data ini dilakukan secara langsung

dengan cara pengamatan dan wawancara langsung dilapangan.

Metode pengumpulan data dalam studi kasus ini diperoleh melalui


studi literatur serta menggunakan data yang dimiliki oleh instansi terkait.

Adapun data tersebut adalah :

1. Data jumlah penduduk Desa Banabungi 5 tahun terakhir.

44
2. Data pelanggan PDAM menurut jenis-jenis pelanggan selama 5 tahun

terakhir.

3.6 Pengolahan Data

Pada tahap analisis dilakukan dengan menghitung data yang ada


untuk mencari laju perubahan dari masing-masing elemen. Data yang
diperlukan yaitu penambahan pelanggan PDAM menurut variabel-variabelnya
dan jumlah penduduk selama 5 tahun terakhir, kemudian data tersebut
dianalisis menggunakan rumus-rumus untuk mencari kebutuhan air bersih
dan kehilangan air periode 5 tahun mendatang.

45
3.7 Diagram Alir Penelitian
Mulai

Survei Pendahuluan

Studi Literatur Rumusan Masalah Studi Lapangan

Pengumpulan Data

Data Primer : Data Sekunder :


- Dokumentasi Gambar - Peta lokasi
- Pengamatan Lapanagan - Jumlah penduduk
- Data pelanggan PDAM

Analisa Data dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

46
Selesai

Gambar 3.2 flow chart metodologi penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Al Layla, M.A., Ahmad S., and Middlebrooks, E.J. 1978. Water supply
Engineering Design. Michigan: Ann Arbor Science.

Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum


(BPPSPAM).2013. Pedoman Penurunan Non Revenue Water (NRW) atau Air
Tak Berekening (ATR). Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat.

Aprilya Nugraheni, Aprillya Nugraheni, 2010, “Analisis Kehilangan Air


PDAM Surakarta Pada Tahun 2014” Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Aminudin , 2017, Analisis Kehilangan Air Pdam Kabupaten Padang


Pariaman Unit Batang Anai, Yayasan Muhammad Yamin Sekolah Tinggi
Teknologi Industri (Sttind) Padang.

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (Depkimpraswil).


2003. Kebijkan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
Berbasis Masyarakat. Jakarta: Bappenas.

Ditjen Tata Perkotaandan Tata Pedesaan, Departemen Permukiman dan


Prasarana Wilayah. 1998. Standard Pelayanan Bidang Air Minum.

Ditjen Cipta Karya, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.


2009. Standard Pelayanan Bidang Air Minum. Departemen PU.

47
Fatim Sri Meutia,2019” Analisis Kehilangan Air Dengan Metode Neraca
Air Dan Infrastructure Leakage Index Pada Pdam Tirta Tamiang, Jurusan Teknik
Industri, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh, Aceh Utara, Indonesia

Henny Herawati, Analisis Kehilangan Air Jaringan Distribusi Air Bersih


Pdam Tirta Melawi, Mahasiswa Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil
Universitas Tanjungpura Pontianak

Masduqi, A., Assomadi, AF. 2012. Operasi dan Proses Pengolahan Air.
Surabaya: ITS Press.

Obradovic, dan dansdale, . 1998. Water Loss Control 2nd Edition. United
States of America. McGraw-Hill Companies.

48

Anda mungkin juga menyukai