Anda di halaman 1dari 12

PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

KABUPATEN JEMBRANA

1.1 Latar Belakang


Perkembangan pembangunan di Kabupaten Jembrana telah memberikan
konsekuensi tersendiri bagi perkembangan sektor-sektor lain di daerah
tersebut, dan juga penyediaan sarana dan prasarana penunjangnya. Salah
satunya adalah kebutuhan akan ketersediaan sumber air baku untuk melayani
kebutuhan air bersih masyarakat, industri dan aktivitas sosial budaya. Untuk
itu penyediaan air bersih merupakan salah satu bagian dari prasarana wilayah
yang harus terus dikembangkan untuk mendukung perekembangan wilayah
terutama perkotaan. Pada saat ini daya dukung sumber daya air di Kabupaten
Jembrana mulai menurun, sehingga penyediaan air bersih untuk memenuhi
kebutuhan pokok sehari-hari masyarakat merupakan prioritas utama di atas
semua kebutuhan lainnya. Upaya pemenuhan kebutuhan air bersih telah
memunculkan persoalan dalam kaitannya dengan pembangunan prasarana
penyediaan air bersih untuk meningkatkan jangkauan pelayanan.
Pengelolaan penyediaan air bersih di Kabupaten Jembrana dilakukan oleh
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Amertha Jati Kabupaten
Jembrana. Daerah pelayanan pada sistem penyediaan air minum Kabupaten
Jembrana meliputi: Unit Kecamatan Negara, Unit Kecamatan Mendoyo, Unit
Kecamatan Melaya dan Unit Kecamatan Pekutatan. Sumber-sumber air yang
digunakan dalam penyediaan air bersih oleh PDAM memanfaatkan sumur
bor, air permukaan dan mata air. Sumber air baku penyediaan air baku
PDAM unit Melaya dan Pekutatan berasal dari sumber air tanah melalui
sumur bor. Sedangkan penyediaan air baku PDAM unit Negara dan Mendoyo
sebagian dari sumur bor dan beberapa memanfaatkan sumber mata air dan air
permukaan. Total kapasitas sumber air baku PDAM saat ini sebesar 236

1
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
KABUPATEN JEMBRANA

Lt/dt. Berdasarkan laporan (PDAM, 2010) bahwa kapasitas sumber yang


didistribusikan pada bulan April 2010 ke pelanggan sebesar 389,250.00 M3.
Sejalan dengan perkembangan wilayah dan perekonomian masyarakat maka
kebutuhan akan air minum juga akan semakin meningkat. Berdasarkan (BPS,
2010) ada peningkatan jumlah pelanggan air minum dari tahun 2008 sampai
tahun 2009 sebesar 713 pelanggan. Jumlah pelanggan air minum di tahun
2009 menjadi 17.732 pelanggan atau meningkat sekitar 4,19%. Jumlah
volume air minum distribusikan pada tahun 2009 mencapai 4.767.812 m 3.
Tingkat pelayanan air minum PDAM Jembrana rata-rata sebesar 44.50 %.
Sedangkan tingkat pelayanan di bawah 55 % terdapat di unit pelayanan
Pekutatan dan pelayanan dibawah 45 % terdapat di unit pelayanan Negara,
Melaya dan Mendoyo.
Permasalahan pemenuhan kebutuhan air minum di Kabupaten Jembrana
secara umum dapat diuraikan sebagai berikut :
 Penurunan debit sumber air yang ada, sehingga menurunnya kapasitas
produksi yang dikelola saat ini.
 Rendahnya tingkat pelayanan air bersih untuk perkotaan dan pedesaan
akibat tingkat pertumbuhan penduduk yang tidak diikuti dengan
pembangunan prasarana penyediaan air bersih yang memadai.
 Penambahan kapasitas produksi pada sistem yang ada berbenturan dengan
subak untuk kepentingan air irigasi.
 Potensi sumber air cukup, tetapi keterbatasan kapasitas sistem penyediaan
air bersih yang ada sehingga tidak mampu memberikan jangkauan
pelayanan yang lebih luas.
Ketersediaan infrastruktur yang memadai dan berkesinambungan merupakan
kebutuhan mendesak untuk mendukung pelaksanaan pembangunan. Salah
satu infrastruktur air minum yang sangat penting dan mendasar adalah unit
Air Baku Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). Sebuah infrastruktur
SPAM yang mengalami penurunan air baku atau bahkan hilang akan
mengakibatkan keseluruhan SPAM tidak dapat berjalan. Oleh sebab itu,
ketidak pastian ketersediaan dan keberlanjutan ketersediaan air baku akan
mempengaruhi Kinerja keseluruhan penyelenggaraan SPAM. Unit Air Baku

2
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
KABUPATEN JEMBRANA

yang andal akan secara langsung menjamin keberlangsungan


penyelenggaraan air minum.
Penyediaan air minum merupakan salah satu kebutuhan dasar dan hak sosial
ekonomi masyarakat yang harus dipenuhi oleh Pemerintah, baik itu
Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat. Ketersediaan air minum
merupakan salah satu penentu peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang
mana diharapkan dengan ketersediaan air minum dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, dan dapat mendorong peningkatan produktivitas
masyarakat, sehingga dapat terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi
masyarakat. Oleh karena itu, penyediaan sarana dan prasarana air minum
menjadi salah satu kunci dalam pengembangan ekonomi wilayah.
Ketersediaan air baku yang andal yang secara langsung menjamin
keberlangsungan penyelenggaraan air minum diperlukan suatu konsep dasar
rencana pengambangan SPAM. Rencana Induk Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum merupakan jawaban bagi dasar pengembangan air
minum suatu wilayah. Diharapkan, dengan adanya Rencana Induk Air
Minum, dapat menjadi dasar tersusunnya suatu program pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum wilayah yang berkelanjutan (sustainable) dan
terarah. Selain itu dengan adanya rencana teknis pengembangan SPAM
(DED) yang memenuhi syarat peraturan berlaku (Permen PU No. 18/2007),
maka pengembangan SPAM di suatu lokasi/kawasan akan mendukung
keberfungsian dan keberlanjutan yang sistematis.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Maksud dari kegiatan Rencan Induk Dan Pengembangan SPAM
Kabupaten Jembrana adalah:
 Untuk melakukan identifikasi kebutuhan perluasan akses cakupan
pelayanan air minum skala perkotaan dan pedesaan yang dikelola oleh
PDAM Kabupaten Jembrana, terutama bagi daerah rawan air sehingga
dapat dijadikan acuan dalam mewujudkan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan penyediaan air minum bagi masyarakat.

3
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
KABUPATEN JEMBRANA

1.2.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya pekerjaan ini adalah untuk menyediakan data dan
informasi yang handal dalam rangka menjamin kebutuhan pokok air minum
masyarakat dalam rangka pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM)
saat ini maupun yang akan datang guna meningkatkan cakupan/akses pelayanan
air minum. yang dapat menjadi pedoman pengembangan SPAM di kabupaten
Jembrana hingga tahun 20 tahun kedepan.

1.3 Sasaran
Sasaran dari kegiatan yang akan dicapai dalam pelaksanaan kegiatan ini
adalah:
1. Identifikasi permasalahan Pengembangan SPAM
2. Identifikasi kebutuhan pengembangan SPAM (unit air baku, produksi,
transmisi dan distribusi, cakupan pelayanan, pelayanan)
3. Tersusunnya strategi dan program Pengembangan SPAM (pola investasi dan
pembiayaan, tahapan pembangunan SPAM)

1.4 Lingkup Kegiatan


Ruang Lingkup Penyusunan Rencana Induk SPAM Kabupaten Jembrana
meliputi :
1. Melaksanakan koordinasi, mengumpulkan data dan konsultasi kepada
instansi terkait
2. Menganalisis kinerja badan pengelola air minum daerah
3. Menganalisis kondisi eksisting SPAM untuk mengetahui kebutuhan
rehabilitasi dalam rangka pelayanan air minum
4. Melaksanakan identifikasi potensi pengembangan pelayanan air minum dan
potensi air baku.
5. Melaksanakan survey sosial, ekonomi masyarakat.
6. Membuat proyeksi kebutuhan air minum berdasarkan hasil survey kebutuhan
nyata (real demand survey), kriteria dan standar pelayanan.

4
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
KABUPATEN JEMBRANA

7. Membuat skematisasi pemakaian air dan hidrolis rencana pengembangan


sistem jaringan pipa eksisting dan perencanaan jaringan pipa pada SPAM
baru.
8. Mengkaji pilihan SPAM yang paling ekonomis dari investasi, serta operasi
dan pemeliharaan untuk pembangunan SPAM baru.
9. Melaksanakan kajian keterpaduan perencanaan pengembangan SPAM
dengan sanitasi.
10. Menyusun strategi dan program pengembangan pelayanan air minum dengan
pola investasi dan pemeliharaannya.
11. Menyusun materi rencana induk air minum dengan memperhatikan rencana
pengelolaan sumber daya air, rencana tata ruang wilayah, kebijakan dan
strategi pengembangan SPAM.

1.5 Keluaran
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah Rencana Induk Pengembangan
SPAM Kabupaten Jembrana yang siap ditindaklanjuti oleh Penyelenggara SPAM
Pemerintah Kabupaten untuk menjadi dokumen Legal Pemerintah Kabupaten
mengenai Rencana Induk Pengembangan SPAM.

1.6 Landasan Hukum Penyusunan RIP SPAM


1.6.1 Acuan Normatif Utama

Landasan hukum/acuan normatif utama dalam pelaksanaan penyusunan


RIP SPAM yaitu Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

Beberapa ketentuan terkait Pengembangan SPAM sesuai Peraturan


Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 2005 Tentang
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, sebagai berikut:
1. Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1, dimana dalam Peraturan
Pemerintah ini yang dimaksudkan dengan :

5
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
KABUPATEN JEMBRANA

a. Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya


disebut air baku adalah air yang dapat berasal dari air
permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan yang
memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum.
b. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum.
c. Sistem penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air
minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar
mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih dan produktif.
2. Bab II Sistem Penyediaan Air Minum, Pasal 6, menyebutkan bahwa:
a. Pasal 5, menyebutkan bahwa:
Ayat 2: SPAM dengan jaringan perpipaan sebagaimana
dimaksudkan pada ayat (1) dapat meliputi unit air baku,
unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit
pengolahan.
b. Pasal 6, menyebutkan bahwa:
Ayat 1: Air minum yang dihasilkan dari SPAM yang digunakan
oleh masyarakat pengguna/pelanggan harus memenuhi
syarat kualitas berdasarkan peraturan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan.
c. Pasal 7, menyebutkan bahwa:
Ayat 1: Unit air baku sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 5
ayat (2), dapat terdiri dari bangunan penampungan air,
bangunan pengambilan/penyadapan, alat pengukuran
dan peralatan pemantauan, sistem pemompaan,
dan/atau bangunan sarana pembawa serta
perlengkapannya.

6
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
KABUPATEN JEMBRANA

d. Pasal 8, menyebutkan bahwa:


Ayat 1: Air baku wajib memenuhi baku mutu yang ditetapkan
untuk penyediaan air minum sesuai peraturan
perundang-undangan.
Ruang lingkup penyelenggaran pengembangan SPAM sesuai Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No. 18 Tahun 2007 tertuang pada Bagian
Ketiga, Ruang Lingkup, Pasal 3 meliputi SPAM dengan jaringan
perpipaan yang mencakup:
1. Perencanaan pengembangan SPAM yang terdiri dari penyusunan:
a. Rencana Induk Pengembangan SPAM,
b. Studi Kelayakan Pengembangan SPAM, dan
c. Perencanaan Teknis Pengembangan SPAM;
2. Pelaksanaan Konstruksi SPAM;
3. Pengelolaan SPAM;
4. Pemeliharaan dan Rehabilitasi SPAM; dan
5. Pemantauan dan Evaluasi SPAM.

1.6.2 Acuan Normatif Pendukung


Acuan-acuan normatif pendukung yang diperlukan dalam pelaksanaan
penyusunan RIP SPAM berupa peraturan/perundangan yang berkaitan
dengan SPAM termasuk kebijakan pemerintah daerah, sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 2/PRT/M/2008
tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Departemen Pekerjaan
Umum Yang Merupakan Kewenangan Pemerintah dan
Dilaksanakan Sendiri
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 2/PRT/M/2010
tentang Rencana Strategis Nasional Kementerian Pekerjaan Umum
Tahun 2010 – 2014

7
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
KABUPATEN JEMBRANA

5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 104/PMK.02/2010 tentang


Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2011
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 1/PRT/M/2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pekerjaan Umum
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 13/PRT/M/2006
tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Wilayah Sungai.

Landasan Hukum Penyusunan RIP SPAM


1.6.3 Acuan Normatif Utama

Landasan hukum/acuan normatif utama dalam pelaksanaan penyusunan


RIP SPAM yaitu Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

Beberapa ketentuan terkait Pengembangan SPAM sesuai Peraturan


Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 2005 Tentang
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, sebagai berikut:
1. Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1, dimana dalam Peraturan
Pemerintah ini yang dimaksudkan dengan :
d. Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya
disebut air baku adalah air yang dapat berasal dari air
permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan yang
memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum.
e. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum.
f. Sistem penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air
minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar
mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih dan produktif.

8
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
KABUPATEN JEMBRANA

2. Bab II Sistem Penyediaan Air Minum, Pasal 6, menyebutkan bahwa:


e. Pasal 5, menyebutkan bahwa:
Ayat 2: SPAM dengan jaringan perpipaan sebagaimana
dimaksudkan pada ayat (1) dapat meliputi unit air baku,
unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit
pengolahan.
f. Pasal 6, menyebutkan bahwa:
Ayat 1: Air minum yang dihasilkan dari SPAM yang digunakan
oleh masyarakat pengguna/pelanggan harus memenuhi
syarat kualitas berdasarkan peraturan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan.
g. Pasal 7, menyebutkan bahwa:
Ayat 1: Unit air baku sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 5
ayat (2), dapat terdiri dari bangunan penampungan air,
bangunan pengambilan/penyadapan, alat pengukuran
dan peralatan pemantauan, sistem pemompaan,
dan/atau bangunan sarana pembawa serta
perlengkapannya.
h. Pasal 8, menyebutkan bahwa:
Ayat 1: Air baku wajib memenuhi baku mutu yang ditetapkan
untuk penyediaan air minum sesuai peraturan
perundang-undangan.
Ruang lingkup penyelenggaran pengembangan SPAM sesuai Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No. 18 Tahun 2007 tertuang pada Bagian
Ketiga, Ruang Lingkup, Pasal 3 meliputi SPAM dengan jaringan
perpipaan yang mencakup:
1. Perencanaan pengembangan SPAM yang terdiri dari penyusunan:
a. Rencana Induk Pengembangan SPAM,
b. Studi Kelayakan Pengembangan SPAM, dan
c. Perencanaan Teknis Pengembangan SPAM;
2. Pelaksanaan Konstruksi SPAM;

9
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
KABUPATEN JEMBRANA

3. Pengelolaan SPAM;
4. Pemeliharaan dan Rehabilitasi SPAM; dan
5. Pemantauan dan Evaluasi SPAM.

1.6.4 Acuan Normatif Pendukung


Acuan-acuan normatif pendukung yang diperlukan dalam pelaksanaan
penyusunan RIP SPAM berupa peraturan/perundangan yang berkaitan
dengan SPAM termasuk kebijakan pemerintah daerah, sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 2/PRT/M/2008
tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Departemen Pekerjaan
Umum Yang Merupakan Kewenangan Pemerintah dan
Dilaksanakan Sendiri
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 2/PRT/M/2010
tentang Rencana Strategis Nasional Kementerian Pekerjaan Umum
Tahun 2010 – 2014
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 104/PMK.02/2010 tentang
Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2011
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 1/PRT/M/2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pekerjaan Umum
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 13/PRT/M/2006
tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Wilayah Sungai

1.7 Sistematika Penulisan Laporan


Bab I Pendahuluan
Bab ini menguraikan secara ringkas mengenai latar belakang, maksud
dan tujuan, sasaran, lingkup kegiatan dan lokasi kegiatan serta keluaran
yang diharapkan dalam kegiatan Penyusunan Rencana Induk Sistem
Penyediaan Air Minum Kabupaten Jembrana.

10
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
KABUPATEN JEMBRANA

Bab II Kondisi Umum Daerah


Bab ini menguraikan gambaran umum lokasi studi yang meliputi
kondisi fisik dasar, rumah dan lahan, kondisi sarana dan prasarana, serta
kondisi sosial ekonomi budaya Kabupaten Jembrana.
Bab III Kondisi Sistem Penyediaan Air Minum Eksisting
Bab ini menguraikan kondisi eksiting SPAM Kabupaten Jembrana yang
meliputi aspek teknis, permasalahan aspek teknis, skematik SPAM
eksisting serta aspek non teknis (keuangan, institusional, dan
kelembagaan).
Bab IV Kriteria Perencanaan Pengembangan SPAM
Bab ini menguraikan kriteria teknis, metoda dan standar pengembangan
SPAM yang meliputi periode perencanaan, standar pemakaian air,
kebutuhan air, kehilangan sistem serta metoda proyeksi penduduk.
Bab V Potensi Sumber Air Baku
Bab ini menguraikan potensi sumber-sumber air baku di wilayah
Kabupaten Jembrana yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan
SPAM Kabupaten Jembrana sampai dengan akhir tahun periode
perencanaan 2020.
Bab VI Rencana Pengembangan SPAM
Bab ini menguraikan rencana pola pemanfaatan ruang dan kawasan
Kabupaten Jembrana, pengembangan daerah pelayanan, rencana
pentahapan pengembangan dan skenario/konsep pengembangan SPAM
Kabupaten Jembrana.
Bab VII Rencana Pengembangan Kelembagaan
Bab ini menjelaskan mengenai bentuk badan pengelola yang akan
menangani SPAM Kabupaten; sumber daya manusia, baik jumlah
maupun kualifikasinya; program pelatihan untuk mendukung
pengelolaan SPAM; perjanjian kerjasama yang mungkin untuk
dilakukan.
Bab VIII Rencana Pendanaan / Investasi
Bab ini menjelaskan biaya investasi serta pola investasi yang dilakukan
dengan pentahapan serta sumber pendanaan disesuaikan dengan kondisi

11
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
KABUPATEN JEMBRANA

kinerja BUMD/PDAM/BLU. Selain itu juga menjelaskan gambaran


asumsi-asumsi yang berpengaruh secara langsung maupun tidak
langsung terhadap hasil perhitungan proyeksi finansial. Bab ini juga
mencakup hasil perhitungan kelayakan finansial (termasuk analisisnya)
dan besaran tarif.

12

Anda mungkin juga menyukai