Anda di halaman 1dari 41

PAKET SU-03

KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

III. METODE PELAKSANAAN

3.1. PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Pendekatan dan metodologi pelaksanaan dalam suatu pekerjaan sangat


diperlukan, khususnya dalam menangani pekerjaan Penyusunan Rencana Induk
Pengembangan Air Minum (RISPAM) ini. Pendekatan secara teknis, non teknis
maupun metode pelaksanaan pekerjaan merupakan suatu kesatuan yang
mengacu pada Kerangka Acuan Kerja (KAK).

A. Pendekatan Teknis dan Non Teknis


Pendekatan teknis dan non teknis yang merupakan satu kesatuan, dalam
melaksanakan pekerjaan studi ini, adalah sebagai berikut :
 Pendekatan teknis berkaitan dengan pekerjaan teknis yang dimulai dari
pemahaman sistem penyediaan air minum yang terdiri dari Unit Produksi,
Unit Distribusi dan Unit Pelayanan Sambungan. Dimana pada masing-
masing unit terdiri prasarana dan sarana air minum, yaitu :
v Unit Produksi terdiri dari : sumber air baku, bangunan intake
(penangkap), perpipaan transmisi, pemompaan (bila ada), bangunan
pengolahan air berikut bangunan penunjangnya.
v Unit Distribusi terdiri dari : bangunan reservoar, jaringan perpipaan
distribusi dan bangunan pelengkapnya.
v Unit Pelayanan Sambungan terdiri dari : pipa dinas, jenis sambungan
yang ada (SR, HU/KU, terminal air).

 Dari pemahaman sistem penyediaan air minum ini, maka dilakukan


kegiatan seperti : pengumpulan data, survei dan investigasi, analisa dan
perhitungan sistem penyediaan air minum dengan mengacu pada kriteria
perencanaan dan norma, standar, pedoman serta manual yang dikeluarkan
Dep. PU.

CV. YARA PASHMA Hal 39


LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

 Sedangkan Pendekatan non teknis berkaitan juga dengan pekerjaan teknis


seperti kegiatan survei sosek yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan
dan kemauan masyarakat berlangganan air minum dari PDAM, juga aspirasi
mereka dalam menanggapi kondisi layanan PDAM yang ada saat ini. Selain
itu juga kegiatan sosialisai dengan masyarakat sebagai upaya melibatkan
mereka dalam perencanaan pengembangan sistem penyediaan air minum.

Pelaksanaan diskusi serta asistensi dengan pihak PDAM, Dinas terkait, dan
SatKer merupakan bagian dari pendekatan non teknis untuk menerima
masukan agar mendapat suatu kesepakatan dan arahan pelaksanaan pekerjaan.

B. METODE PELAKSANAAN

Metode pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Air


Minum (RISPAM) ini merupakan penjabaran secara rinci mengenai tahapan
kegiatan dimana didalamnya juga terdapat kedua pendekatan seperti
diuraikan di atas. Secara diagramatis tahapan kegiatan studi ini dapat dilihat
pada bagan alir dibawah ini.

CV. YARA PASHMA Hal 40


LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

GAMBAR DIAGRAM ALIR KEGIATAN

CV. YARA PASHMA Hal 41


LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

CV. YARA PASHMA Hal 42


LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

CV. YARA PASHMA Hal 43


LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

Penjelasan dari Diagram Alir tahapan kegiatan Studi ini, adalah sebagai
berikut :

B.1. TAHAP PERSIAPAN

a. Mobilisasi dan Pengarahan Tim :

Pada awal kegiatan tahap persiapan, dilakukan kegiatan sebagai berikut :

Ø Mobilisasi personil, peralatan juga termasuk bahan agar pelaksanaan


pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal.
Ø Memberikan pengarahan kepada tim mengenai lingkup pekerjaan
studi ini, termasuk juga struktur organisasi proyek serta tugas dan tanggung
jawab masing-masing personil tenaga ahli.

b. Pengumpulan Data :

Pengumpulan data sekunder serta laporan studi pekerjaan sejenis yang sudah
pernah dilaksanakan sebelumnya. Adapun data-data sekunder yang dibutuhkan,
adalah sebagai berikut :
No. Jenis Data / Peta / Laporan Sumber

1 . Laporan RTRW Kab. Pesisir Barat Bappeda Kab. Pesisir Barat

2 . Laporan RDTRK Kab. Pesisir Barat Bappeda Kab. Pesisir Barat

Laporan Studi SPAM atau sejenisnya Dinas Permukiman,


3 .
Pengairan Provinsi Lampung
4 . Data Statistik Kab. Pesisir Barat BPS Prop/Kab/Kota

5 . Data Teknis Pelayanan PDAM PDAM

Data Administrasi Keuangan PDAM

7 . Peta Jaringan Perpipaan Eksisting PDAM

CV. YARA PASHMA Hal 44


LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

No. Jenis Data / Peta / Laporan Sumber

Peta Kab. Pesisir Barat ; Geologi umum,


Bakorsurtanal/BPN/Bappeda
8 . Rupa Bumi, Administrasi Wilayah, Tata
Prop/Kab/Kota
guna Lahan dsb.

Data hidrologi sumber air permukaan yang


9 . Dinas Pengairan/BMG
ada, Klimatologi.

c. Survei Awal

Kegiatan survei awal dimaksudkan untuk melakukan orientasi lapangan terhadap


kondisi sistem penyediaan air minum yang ada guna identifikasi permasalahan
sistem yang ada. Selain itu juga melakukan sosialisasi dengan pihak PDAM dan
masyarakat sebagai konsumen PDAM.

d. Pembuatan Laporan Pendahuluan

Dari data-data sekunder yang sudah terkumpul serta hasil survey awal yang
dilakukan, maka dibuat Laporan Pendahuluan yang berisi antara lain :

 Latar belakang permasalahan, maksud dan tujuan pekerjaan, ruang lingkup


pekerjaan
 Gambaran umum wilayah studi
 Metode pelaksanaan pekerjaan
 Rencana kerja dan jadwal pelaksanaan kegiatan
 Rencana dan jadwal keterlibatan personil

Konsep Laporan Pendahuluan akan dibahas bersama dengan Kasatker, PDAM dan
Dinas terkait, agar mendapat masukan guna penajaman serta kesepakatan akan
sasaran dari pekerjaan ini.

CV. YARA PASHMA Hal 45


LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

B.2. TAHAP IDENTIFIKASI

a. Analisa Sistem Eksisting :

Dari data teknis yang diperoleh dari PDAM serta hasil survei awal, dilakukan
kegiatan sebagai berikut :

Ø Melakukan analisa sistem yang ada pada masing-masing


unit/cabang yang ada, untuk mengidentifikasi permasalahan sistem yang ada
agar dalam melakukan survei dan penyelidikan lapangan lebih terarah, baik
yang menyangkut sumber air baku maupun masalah jaringan perpipaan.
Ø Melihat keseimbangan antara kapasitas produksi yang ada dengan
kapasitas distribusi yang dipasok ke daerah pelayanan. Dengan hasil analisa
keseimbangan ini, maka dapat ditentukan bahwa kondisi permasalahan dari
sistem yang ada.

b. Analisa Kawasan Perkotaan / Perdesaan :


Analisa ini dilakukan berdasarkan data dari Laporan RTRW Kabupaten Pesisir Barat,
dengan melihat kondisi dan potensi kawasan yang perlu dikembangkan. Hasil
analisa ini dibuatkan peta orientasi kawasan dan dibandingkan dengan peta daerah
pelayanan air minum PDAM, serta lokasi-lokasi sumber air baku yang ada. Hal ini
akan memberikan gambaran alternatif skenario yang tentatif serta menjadi acuan
dalam melakukan survei dan penyelidikan di lapangan.

B.3. TAHAP SURVEI DAN ANALISA

a. Survei Topografi :

Survei dan analisa topografi diperlukan dalam hal kejelasan peta dimana pada
lokasi tersebut diusulkan rencana prasarana dan sarana dasar air minum yang tidak
mungkin direncanakan diatas peta skala 1 : 50.000. Untuk ini lokasi-lokasi tersebut
akan diukur sesuai dengan kebutuhan pada skala 1 : 5.000 atau 1 : 1000, dimana

CV. YARA PASHMA Hal 46


LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

masing-masing lokasi terkait pada referensi peta dasar yang dipakai, yaitu peta 1 :
50.000 dari Bakosurtanal (proyeksi UTM). Referensi akan mengacu pada Benchmark
yang sesuai dengan peta dasar tersebut, yang apabila tidak didapatkan di dekat
lokasi, maka dapat digunakan orientasi grafis seperti muara sungai, sudut jalan,
bangunan dan sebagainya.

b. Survei Hidrometri

Data hidrometri didapat dari pelaksanaan survei hidrometri yang dilaksanakan pada
sumber air baku yaitu air permukaan, mata air maupun air tanah dalam yang ada.
Survei ini meliputi pengukuran debit dan kualitas air.

b.1. Pengukuran debit dengan ambang

Khususnya pada air permukaan, pengukuran debit dilakukan dengan menggunakan


bangunan atau alat ukur debit seperti ambang tajam yang berbentuk segi tiga, data
yang diperoleh dari pengukuran ini adalah data tinggi air di atas alat ukur debit.
Gambar melintang alat ukur ambang tajam yang digunakan dalam pengukuran
debit di lapangan dapat dilihat pada berikut ini.

GAMBAR ALAT UKUR DEBIT THOMPSON

CV. YARA PASHMA Hal 47


LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

Pengukuran debit sesaat dengan alat ukur debit Thompson dihitung dengan
menggunakan persamaan:

8/15 x Cd x (2g)1/ x Tg 1/2 á x H5/ = 1.465 x H5/2


2 2

b.2. Pengukuran kecepatan Aliran


Pengukuran ini disebut pula cara pengukuran debit secara tidak
langsung karena didasarkan pada rumus :
Q = V x A
dimana :
Q = debit air (m3/det atau lt/det)
V = kecepatan aliran air rata-rata (m/det)
A = luas penampang basah sungai (m 2 )

Untuk perhitungan debit (Q) diperlukan variabel V dan A yang hanya dapat
diperoleh melalui pengukuran langsung di lapangan. Kecepatan aliran air di sungai
tidak pernah seragam karena adanya berbagai gaya yang mempengaruhinya
misalnya gesekan antara air dengan dasar sungai, air dengan tebing dan antara air
dengan udara atmosfir. Kecepatan aliran terbesar terdapat pada bagian permukaan
di bagian tengah penampang.Sedangkan kecepatan rata-rata terdapat pada 0,6 d
(kedalaman air), pengukuran dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan sistem
pelampung dan current meter (alat ukur arus).

1. Mengukur kecepatan aliran dengan pelampung

Cara ini sangat sederhana sehingga memberikan hasil pengukuran yang kurang
teliti. Metode ini terdiri dari pencatatan waktu (t) yang diperlukan oleh pelampung
untuk menempuh jarak tertentu (D), kemudian kecepatan aliran (V) dapat dihitung
berdasarkan rumus :

V = D/t

CV. YARA PASHMA Hal 48


LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

Langkah-langkah kerja pengukuran (V) dengan pelampung adalah sebagai berikut :

 menentukan lokasi atau tempat pengukuran yang memenuhi syarat,

a) aliran air yang seragam atau tempat pengukuran yang memiliki tebing
dikedua sisi yang lurus sepanjang 50-100 m, minimal panjangnya 10 kali
lebar rata-rata dari sungai tersebut.

b) sebaiknya daerah pengukuran terlindungi dari angin.

 memasang tanda-tanda (benchmark) dan garis-garis batas di lokasi tempat


pengukuran sebagai tanda awal dan berakhirnya waktu pengukuran pelampung.

Jika lebar sungai kecil (sempit) pengukuran kecepatan (V) cukup dilakukan satu kali,
tetapi bila lebar sungai cukup besar maka pengukuran dilakukan secara bertahap
yaitu dengan membagi penampang melintang atas beberapa kolom (jalur).

GAMBAR SKEMA PENGUKURAN KECEPATAN ALIRAN DENGAN


PELAMPUNG

CV. YARA PASHMA Hal 49


LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

Melepaskan pelampung :

Ø Ada beberapa jenis pelampung yang dapat digunakan antara lain : pelampung
permukaan, pelampung di bawah permukaan (double float) dan pelampung
tongkat.

GAMBAR JENIS-JENIS PELAMPUNG

Ø Pelampung dilepaskan pada FA’–A’ sehingga pada tali A-A diperoleh kecepatan
aliran air yang dipakai sebagai garis penglihatan pertama.
Ø Dengan menggunakan stopwatch, waktu yang diperlukan oleh pelampung
untuk menempuh jarak A-B dapat ditentukan, dan dengan demikian kecepatan
rata-rata (V) dapat dihitung dengan menggunakan rumus diatas.
Bila terdapat beberapa kolom (jalur) pengukuran, dengan cara yang sama akan
diperoleh kecepatan rata aliran pada setiap kolom (misal V1, V2, V3, dan
seterusnya).
Ø Jika diperlukan tingkat ketelitian yang tinggi dapat menggunakan faktor
reduksi 0,8-0,9.

2. Mengukur Kecepatan Aliran (V) Dengan Current Meter

Pengukuran (V) secara teliti dapat dilakukan dengan mempergunakan alat ukur arus
(current meter).Alat ini bekerja berdasarkan prinsip hubungan linier antara
perputaran baling-baling (propeller) dengan kecepatan aliran air (V) pada
penumpang. Hubungan tersebut dapat dituliskan dalam bentuk rumus :

V = an + b

CV. YARA PASHMA Hal 50


LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

dimana :

V = kecepatan aliran (m/det)

N = jumlah putaran dalam waktu tertentu (antara 40-70 detik)

a + b = koefisien/tetapan.

Menurut bentuk baling-baling (propeller), current meter dapat dibedakan atas dua
jenis yaitu tipe mangkok (price current meter) dan tipe propeller (propeller current
meter) seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.5. PRICE CURRENT METER

Gambar 3.6. PROPELLER CURRENT METER

CV. YARA PASHMA Hal 51


LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

Metode pengukuran kecepatan (v) dengan current meter secara umum dapat
dilakukan pada satu titik atau pada 0.60 D yang merupakan titik kecepatan rata-rata
aliran air pada penampang. Tetapi untuk memperoleh kecepatan rata-rata aliran
pada setiap kedalaman dari penampang, pengukuran (V) dapat dilakukan pada titik
0.20 D dan 0.80 D. Rata-rata dari hasil kedua pengukuran ini memberikan angka
kecepatan rata-rata aliran pada penampang. Pada bagian yang dangkal (pinggir
sungai), kecepatan rata-rata diperoleh pada 0.60 d.

GAMBAR PENGUKURAN KECEPATAN ALIRAN DENGAN CURRENT METER

b.3. Pengukuran Luas Penampang Basah (A)

Bentuk penampang sungai dapat berbentuk persegi panjang dan segitiga.


Tergantung pada kondisi tanah di daerah sumber dan daerah aliran sungai (DAS)
terdapat beberapa bentuk penampang, yaitu :
Ø berbentuk V; umumnya terdapat pada bagian hulu sungai atau di daerah
sumber/pegunungan.
Ø berbentuk U atau parabol; umumnya terdapat pada DAS.
Ø berbentuk trapesium sama kaki; umumnya terdapat pada sungai di daerah
dataran.

CV. YARA PASHMA Hal 52


LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

Metode pengukuran adalah sebagai berikut ;

Ø Pengukuran didasarkan pada rumus :


A = c x B x h max
dimana :

A = Luas penampang basah (m2)

B = Lebar sungai (m)

H = Dalamnya sungai (m)

c = Angka koefisien penampang yang harganya tergantung pada bentuk


penampang, dalam praktek biasanya dipergunakan harga c = 0.60.

Ø Pengukuran dilakukan terhadap lebar sungai (b) dan terhadap dalam sungai (h).
Ø Pengukuran lebar (b) dapat dipergunakan alat pengukur jarak biasa, tetapi bila
penampang sungai cukup lebar, pengukuran dapat menggunakan teodholit, dan
lain sebagainya.
Ø Pengukuran dalamnya sungai (h); untuk maksud tersebut dapat dipergunakan
berbagai tipe alat tergantung kedalaman sungai, beberapa contoh di
antaranya adalah : tongkat ukur (sounding rod), tambang + pemberat (lead
line), papan duga (peil schaal) dan echo sounder (menggunakan gelombang
suara).
Ø Pada sungai yang penampang lebarnya, pengukuran (h) dapat dilakukan pada
beberapa tempat atau pada tiap kolom (jalur) sehingga diperoleh hasil
pengukuran : h1, h2, h3, …hn seperti terlihat pada skema dibawah ini.
Ø Dengan menggunakan rumus diatas, luas penampang pada masing-masing
kolom (jalur) dapat dihitung, yakni sebagai berikut :
A1 = d1 x h1
A2 = d2 x h2
A3 = dn x hn

CV. YARA PASHMA Hal 53


LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

GAMBAR PENGUKURAN LUAS PENAMPANG BASAH

Dengan pengukuran-pengukuran terdapat kecepatan aliran (V) dan luas


penampang basah (A) maka debit sungai dapat dihitung berdasarkan rumus (7)
diatas, yaitu :

q1 = V1 x A1, q2 = V2 x A2, dan qn = Vn x An


atau
q = V1A1 + V2A2 + V3A3 + ……. + VnAn = VnAn

Cara-cara pengukuran debit seperti diuraikan diatas dapat pula dipergunakan untuk
mengukur debit di saluran irigasi.

Adapun metode penyidikan debit sungai yang digunakan dalam survey ini adalah
menggunakan propeller current meter. Dengan prosedur pengukuran sebagai
berikut :
a. Pilih penggalan sungai yang alirannya laminar
b. Ukur bentang sungai sebagai lebar penampang basah sungai
c. Tentukan jumlah segmen (d) yang harus diukur kecepatan alirannya

d. Tentukan kedalaman aliran (h)


e. Gunakan current meter dengan letak baling-baling sesuai dengan masing-
masing kedalaman segmen penampang basah
f. Tentukan waktu pengukuran apakah 10, 50, atau 100 detik
g. Baca kecepatan baling-baling yang terukur pada counter dalam satuan

CV. YARA PASHMA Hal 54


LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

rotasi per menit (rpm)


h. Konversikan kecepatan putar baling-baling ke kecepatan aliran dengan
berdasar pada type baling-baling yang digunakan sehingga diperoleh satuan
kecepatan aliran dalam m/detik
i. Hitung luas penampang masing-masing segmen dalam satuan m2
j. Hitung debit masing-masing segmen dengan mengalihkan (h) x (i) dalam
satuan m3/det
k. Jumlahkan debit masing-masing segmen, sehingga diperoleh debit aliran
total disungai tersebut dalam satuan m3/detik.

b.4. Pemeriksa Kualitas Air

Pemeriksaan kualitas air merupakan bagian yang terpenting dalam merencanakan


pembangunan prasarana dan sarana air, baik untuk digunakan mensuplai areal
persawahan sebagai air irigasi maupun untuk mensuplai daerah pelayanan
(Demand Cluster) sebagai kebutuhan air bersih atau air minum.

Dengan mengetahui kualitas air baku yang ada pada sumber air yang akan
digunakan, maka dapat dilakukan cara-cara pengolahan guna memenuhi kebutuhan
air sebagaimana dijelaskan di atas.

Didalam melakukan pengelolaan dan pengendalian pencemaran air, Pemerintah


mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 82 Tahun 2001, Tentang Pengelolaan
Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air, dimana sumber air dapat
diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kelas sesuai peruntukannya, yaitu sebagai
berikut :

1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut;
2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang

CV. YARA PASHMA Hal 55


LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

sama dengan kegunaan tersebut;


3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut;
4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu yang
sama dengan kegunaan tersebut.

Untuk menghindari efek sampingan atau pengaruh buruk air baku terhadap
konsumen sebagai pengguna maupun tanaman dan tanah yang mendapat
pengairan, maka perlu dilakukan penyelidikan kualitas terhadap sumber air.
Penyelidikan biasanya bersifat analisa terhadap sample (contoh air) yang diambil di
lapangan, dan dilakukan pada Laboratorium. Sedangkan penyelidikan kualitas air di
lapangan yang meliputi Derajat Keasaman (pH), Suhu Air, Kekeruhan, Oksigen
Terlarut dan Konduktivitas.

Kriteria penilaian kualitas air termasuk zat-zat yang membahayakan terhadap


masyarakat sebagai konsumen, tanaman dan tanah sesuai dengan PP
82/2001.

CV. YARA PASHMA Hal 56


LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001


Tanggal 14 Desember 2001
Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PARAMETER SATUAN KELAS KETERANGAN


I II III IV
FISIKA
o
Temperatur C Devisi 3 Devisi 3 Devisi 3 Devisi 3 Devisi temperature dari
keadaan alamiah
Residu mg/l 1000 1000 1000 1000
Terlarut
Residu mg/l 50 50 400 400 Bagi pengolahan air minum
Tersuspensi secara konvensional, residu
tersuspensi < 5000 mg/l
KIMIA ORGANIK
pH 6-9 6-9 6-9 5-9 Apabila secara alamiah
diluar rentang tersebut.
Maka ditentukan
berdasarkan kondisi alamiah
BOD mg/l 2 3 6 12
COD mg/l 10 25 50 100
DO mg/l 6 4 3 0 Angka batas
Total fosfat mg/l 0,2 0,2 1 5
NO3 sebagai mg/l 10 10 20 20
NH3-N mg/l 0,5 (-) (-) (-) Bagi perikanan, kandungan
ammonia bebas untuk ikan
yang peka < 0,02 mg/l
sebagai NH3
Arsen mg/l 0,05 1 1 1
Kobalt mg/l 0,2 0,2 0,2 0,2
Barium mg/l 1 (-) (-) (-)
Boron mg/l 1 1 1 1
Selenium mg/l 0,01 0,05 0,05 0,05
Cadmium mg/l 0,01 0,01 0,01 0,01
Khrom (VI) mg/l 0,05 0,05 0,05 1
Tembaga mg/l 0,02 0,02 0,02 0,02 Bagi pengolahan air minum
secara konvensional, Cu < 1
mg/l
Besi mg/l Bagi pengolahan air minum
secara konvensional, Fe < 5
mg/l
Timbal mg/l Bagi pengolahan air minum
secara konvensional, Pb <
0,1 mg/l
Mangan Mg/l 0,1 (-) (-) (-)
Air Raksa Mg/l 0,001 0,002 0,002 0,005
Seng Mg/l 0,05 0,05 0,05 2 Bagi pengolahan air minum
secara konvensional, Zn < 5

CV. YARA PASHMA Hal 57


LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

mg/l
Khlorida Mg/l 600 (-) (-) (-)
Sianida Mg/l 0,02 0,02 0,02 (-)

PARAMETER SATUAN KELAS KETERANGAN


I II III IV
Flourida Mg/l 0,5 1,5 1,5 (-)
Nitrit sebagai Mg/l 0,06 0,06 0,06 (-) Bagi pengolahan air minum
N secara konvensional. NO2,
N < 1 mg/l
Sulfat Mg/l 400 (-) (-) (-)
Khlorin bebas Mg/l 0,03 0,03 0,03 (-) Bagi ABAM tidak
dipersyaratkan
Belerang Mg/l 0,002 0,002 0,002 (-) Bagi pengolahan air minum
sebagai H2S secara konvensional H2S <
0,1 mg/l
MIKROBIOLOGI
- Fecal Jml/ 100 100 1000 2000 2000 Bagi pengolahan air minum
coliform ml secara konvensional. Fecal
- Total Jml/ 100 1000 5000 10000 10000 coliform < 2000 jml/100 ml
ml dan total coliform < 10000
coliform
jml/100 ml
RADIOAKTIVAS
- Gross A Bg/L 0,1 0,1 0,1 0,1
- Gross B Bg/L 1 1 1 1
KIMIA ORGANIK
Minyak dan Ug/L 1000 1000 1000 (-)
lemak
Detergen Ug/L 200 200 200 (-)
sebagai MBAS
Senyawa fenol Ug/L 1 1 1 (-)
sebagai fenol
BHC Ug/L 210 210 210 (-)
Aldrin/Dieldrin Ug/L 17 (-) (-) (-)
Chlordane Ug/L 3 (-) (-) (-)
DDT Ug/L 2 2 2 2
Heptachlor Ug/L 18 (-) (-) (-)
dan
heptachlor
epoxide
Lindane Ug/L 56 (-) (-) (-)
Methoxychlor Ug/L 35 (-) (-) (-)
Endin Ug/L 1 4 4 (-)
Toxaphan Ug/L 5 (-) (-) (-)

Keterangan :
Mg = Milligram
Ug = Mikrogram
L = Liter
Bq = Bequerel

CV. YARA PASHMA Hal 58


LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

MBAS = Methylene Blue Active Subtance


ABAM = Air Baku Untuk Minum
Logam berat merupakan logam terlarut.

Nilai diatas merupakan batas maksimum, kecuali untuk pH dan DO Bagi pH


merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang
tercantum.
Nilai DO merupakan batas minimum.
Arti (-) dinyatakan untuk kelas termaksud. Parameter tersebut tidak dipersyaratkan.
Tanda ≤ adalah lebih kurang atau sama dengan
Tanda < adalah kecil

b.4.1 Pengambilan Contoh Air

Untuk keperluan analisa di laboratorium diperlukan sample (contoh air) yang


berasal dari daerah sumber. Teknik pengambilannya adalah sebagai berikut :

1. Contoh air dapat diambil dari sungai, saluran irigasi, sumur


penduduk, sumur ladang, mata air, sumur artesis dan sebagainya. Dalam
pengambilan sampel/contoh air diharapkan dapat mewakili keseluruhan air
yang ada di lokasi tersebut.
2. Untuk analisa lengkap cukup diperlukan 1 liter contoh air, tetapi
biasanya diambil 2 liter dari satu tempat, hal ini diperlukan untuk cadangan
bila terjadi kegagalan analisa dan lain sebagainya.
3. Contoh air hendaknya dapat mewakili sumber air yang sedang
diselidiki, untuk maksud tersebut diperlukan ketelitian yang seksama, yakni
sebagai berikut:
 Contoh air dari suatu tempat diperoleh dari campuran beberapa contoh
yang dikumpulkan dalam waktu berbedabeda, pencampuran dan detail-
detail pengambilannya disesuaikan dengan keadaan setempat dan musim.
 Contoh air dari sungai sebaiknya diambil dari tempat yang airnya mengalir.
 Bila contoh air dari sumur pompa, diusahakan setelah pompa berjalan
untuk beberapa waktu, jangka waktu pengambilan dan analisa diusahakan
CV. YARA PASHMA Hal 59
LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

setelah pompa berjalan untuk beberapa waktu.


 Jangka waktu pengambilan dan analisa diusahakan sesingkat mungkin,
untuk mencegah aktivitas kimia dan biologi pada sample tersebut.
4. Tiap contoh air dimasukkan ke dalam botol plastik isi 2 liter dan
diberi label yang berisikan keterangan : lokasi, waktu, dan tanggal pengambilan.

b.5. Survei Sosial dan Ekonomi

1. Penetapan Wilayah Survei

Dari hasil analisis wilayah, dilakukan penetapan wilayah survei sosial ekonomi
(sosek) berdasarkan tingkat keperluan dan keterpengaruhan. Kondisi-kondisi dalam
penentuan wilayah survei, yaitu sebagai berikut :

 Daerah yang memiliki potensi ekonomi yang tinggi, baik karena tingkat
kesejahteraan; penghuninya atau intensitas aktivitas yang dilakukan.
 Daerah dengan tingkat kesejahteraan yang buruk.
 Daerah yang rawan air minum.
 Daerah yang memiliki tingkat huni yang tinggi.

Wilayah survei sendiri tidak terkait dengan batas-batas administratif, melainkan


ditujukan untuk memenuhi seberapa aktifitas manusia.

2. Penetapan Klasifikasi Wilayah

Kategori suatu wilayah dalam hal ini ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk,
seperti tercantum sebagai berikut :

Tabel Penetapan Klasifikasi Wilayah


Kategori Jumlah Populasi Jumlah Rumah
No.
Wilayah (jiwa) (unit)

1 . Kota Metro > 1.000.000 > 200.000


2 . Kota Besar 500.000 - 1.000.000 100.000 - 200.000
3 . Kota Sedang 100.000 - 500.000 20.000 - 100.000

CV. YARA PASHMA Hal 60


LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

4 . Kota Kecil 10.000 - 100.000 2.000 - 20.000


5 . IKK 3.000 - 10.000 600 - 2.000

3. Penetapan Jumlah Sampel

Berdasarkan kategori wilayah, maka selanjutnya dapat ditentukan jumlah sampel


yang akan diambil berikut tingkat kepercayaan yang dimiliki :

Tabel Penetapan Jumlah Sampel


% Sampel
Kategori Jumlah Tingkat Tingkat
No. vs
Wilayah Sampel Kepercayaan Kesalahan
populasi
1. Kota Metro 2.000 95 % 2% 1
2. Kota Besar 1.000 95 % 3% 1

Kota
3. 400 95 % 5% 2
Sedang
4. Kota Kecil 200 95 % 6% 5 - 10
5. IKK 100 95 % 9% 5 – 20

3.1. Kriteria Penentuan Jumlah Sampel

Kriteria dasar :

 Data yang diperlukan : Jumlah seluruh populasi (N)


 Kriteria penelitian :
 Tingkat kepercayaan (level of confidence)
 Tingkat ketelitian setiap sampel (bound of eror)
 Rasio dari unsure dalam sampel yang mempunyai sifat-sifat yang diinginkan
(p)

Rumus yang digunakan :

CV. YARA PASHMA Hal 61


LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

Np(1− p)
N=
( N −1 ) D+ p (1− p)

Dimana :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
p = Rasio dari unsur dalam sampel memiliki sifat yang diinginkan

B2
D =
t2
Dimana :
B = Bound of eror (Tingkat ketelitian tiap sampel)
t = Tingkat kepercayaan yang di korelasikan dengan derajat kebebasan

Contoh kasus :
Kota “A” dengan jumlah populasi = 2500 rumah ( N)
Kriteria penelitian : Tingkat kepercayaan = 95 %, dari tabel  t = 1.96 ≅ 2
- Tingkat ketelitian setiap sampel : 0.06 (6%)  B = 0.06
- Rasio dari unsur sampel memiliki sifat-sifat yang diinginkan p = 0.5
(probabilitas mata uang logam)
- Pemakaian rumus :
B2 ( 0.06 )2
D = ---------- = ------------ = 0.0009
t2 22

2.500 x 0.5 x ( 1 – 0.5 )


N = -----------------------------------
(2.500 – 1) x 0.000625 + 0.5 x ( 1 – 0.5 )
625
= = 250.09 ≅ 250
2.4991
Jumlah sampel yang diambil 200 buah dengan tingkat kepercayaan 95 %
200
( prosentase terhadap jumlah populasi : x 100 % = 8 % )
2.500

CV. YARA PASHMA Hal 62


LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

b.6. Survei Mekanika Tanah

Survei mekanika tanah dilakukan untuk mengetahui kondisi tanah di lokasi


tersebut.Kondisi tanah yang diperlukan adalah sifat-sifat fisis tanah, karena tanah
adalah tempat tegak atau berdirinya suatu bangunan. Sifat-sifat fisis tanah antara
lain adalah: kadar air, berat volume, berat jenis, dan ukuran butiran/gradasi. Untuk
itu perlu diadakan uji Laboratorium dari sampel tanah yang telah diambil dari lokasi
yang akan direncanakan maupun pengujian langsung di lapangan.

Adapun jenis pengujian yang dilakukan di Laboratorium adalah sebagai berikut :

a. Kadar Air (Moisture Content)


Tujuan pengujian kadar air adalah untuk menentukan kadar air tanah yaitu
perbandingan antara berat air yang tekandung dalam tanah dengan berat butiran
tanah kering, dinyatakan dalam persen (%).

b. Berat Volume (Moist Unit Weight)


Tujuan pengujian berat volume adalah untuk menentukan berat volume tanah
basah dalam keadaan asli (undisturbed sample), yaitu perbandingan antara berat
tanah dengan volume tanah.

c. Berat Jenis (Specific Gravity)


Tujuan pengujian berat jenis adalah untuk menentukan kepadatan massa butiran
tanah secara rata-rata yaitu perbandingan antara berat butiran tanah dan berat air
suling dengan volume yang sama pada suhu tertentu.

d. Kuat Geser Langsung (Direct Shear Test)


Tujuan pengujian kuat geser langsung adalah untuk menentukan sudut geser dalam
( Φ )dari nilai kohesi (C) suatu jenis tanah.
CV. YARA PASHMA Hal 63
LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

e. Analisa saringan (Sieva Analysis)


Tujuan dari pengujian analisa saringanadalah untuk mengetahui prosentase ukuran
butiran tanah dan susunan butiran tanah (gradasi) dari suatu jenis tanah yang
tertahan di atas saringan No. 200 (0.075 mm)

b.7. Analisa Potensi Sumber Daya Air

Dari hasil survei hidrometri, dilakukan analisa potensi sumber daya air yang ditinjau
dari base flow dari aliran sungai atau mata air menunjukkan potensi baik secara
kuantitas, kualitas maupun “potential head” (elevasi ketinggian) memenuhi syarat
untuk dimanfaatkan sebagai sumber air baku yang dapat didistribusikan baik secara
gravitasi maupun pemompaan.
Khusus air permukaan atau air sungai dilakukan analisa hidrologi dengan
menggunakan data curah hujan (minimal 10 tahun terakhir) dan klimatologi dari
stasiun yang ada didalam daerah aliran sungai (DAS). Dengan menghitung besarnya
debit maksimal dan minimal sungai tersebut.Serta nilai peluang terjadinya debit
maksimal (banjir) dan debit minimal digunakan metode Hazen.

b.8. Analisa Kebutuhan Air


1. Standar Pemakaian Air Minum
Kebutuhan besarnya air baku sangat dipengaruhi oleh besarnya kebutuhan akan air
minum (water demand). Sedangkan kebutuhan air minum tergantung dengan
karakteristik suatu wilayah, yang menyangkut kondisi permukiman, perumahan,
mata pencaharian masyarakat yang ada, pemakaian air sehari-hari, iklim dan juga
sistem penyediaan air minum yang sudah ada.
Sedangkan standar pemakaian air yang ditetapkan oleh Dep. PU berdasarkan skala
kota, yaitu sebagai berikut :

CV. YARA PASHMA Hal 64


LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

Tabel Standar Pemakaian Air Bersih berdasarkan Kategori Wilayah

Konsumsi
Jumlah Populasi
No. Kategori Wilayah Pemakaian
(jiwa)
Air

1 . Kota Metropolitan > 1.000.000 190 lt/or/hr

2 . Kota Besar 500.000 – 1.000.000 170 lt/or/hr


3 . Kota Sedang 100.000 – 500.000 150 lt/or/hr
4 . Kota Kecil 10.000 – 100.000 130 lt/or/hr
5 . Kota-Desa 3.000 – 10.000 100 lt/or/hr

Untuk sambungan tidak langsung khususnya untuk daerah-daerah padat


penduduknya dan tingkat ekonomi pendapatannya rendah, maka disediakan
prasarana Hidran Umum (HU) atau juga Kran Umum (KU) yang berkapasitas 3000
ltr.Standar pemakaian yang digunakan yaitu untuk 1 unit HU/KU melayani 100
orang dengan pemakaian airnya 30 lt/or/hr.

Sedangkan untuk kebutuhan lainnya selain kebutuhan air bagi penduduk, juga
berkaitan dengan aktifitas masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung,
yaitu seperti :
a. Sosial
b. Komersil
c. Perkantoran
d. Rekreasi/ pariwisata
e. Industri

Perkiraan kebutuhan air untuk prasarana di atas disebut sebagai kebutuhan Non
Domestik (diluar industri), dimana dapat dilakukan berdasarkan jumlah orang atau
jumlah unit yang dikalikan dengan standar air tertentu. Secara lengkap klasifikasi
pemakaian air bersih disajikan pada Tabel 3.4.di bawah ini .

CV. YARA PASHMA Hal 65


LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

2. Proyeksi Jumlah Penduduk

Sedangkan kebutuhan air minum untuk masyarakat harus diperhitungkan juga


untuk kebutuhan masa mendatang sesuai dengan periode perencanaan studi ini.
Oleh sebab itu besaran kebutuhan ini sangat tergantung kepada proyeksi jumlah
penduduk yang ada saat ini dan kecendrungan pertumbuhannya. Pertambahan
jumlah penduduk rata-rata per tahunnya dihitung dengan menggunakan
persamaan.

Pn = P0 ( 1 + r )n

1
P AWAL DATA
r =( P AKHIR ) (TAHUN AKHIT −TAHUN AKHIR )

Dimana :

P0 = Jumlah penduduk pada awal proyeksi

Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke n

r = Laju pertumbuhan penduduk

n = Jumlah tahun proyeksi dan awal analisis

CV. YARA PASHMA Hal 66


LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

No Parameter Kota Kota Kota Kota Kota-


. metropolitan besar sedang kecil desa
1. Tingkat pelayanan (target) 100 % 100% 100% 80% 60%
2. Tingkat Pemakaian Air (ltr/org/hr)
a. Sambungan rumah (SR) 190.0 170.0 150.0 130.0 100.00
b. Kran Umum (KU) 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0
3. Kebutuhan non domestik
a. Komersil
a.1. Pasar (ltr/det/ha) 0.20 15% - 30% dari kebutuhan
a.2. Hotel (ltr/det/hr) domestik
- Lokal 300
- Internasional 700
a.3. Toko (tanpa rumah) (ltr/det/ha) 0.10
a.4. Toko dgn rumah (ltr/det/ha) 0.85
b. Sosial dan Institusi
b.1. Universitas (ltr/siswa/hr) 20
b.2. Sekolah (ltr/siswa/hr) 15
b.3. Mesjid (m3/hr/unit) 1.00 – 2.00
b.4. Rumah sakit (ltr/bed/hr) 400
b.5. Puskesmas (m3/hr) 1.00 - 2.00
b.6. Kantor (ltr/dt/hr) 0.08
b.7. Militer (m3/ha/hr) 10

4. Industri (ltr/det/ha)
a. Berat 0.50 - 1.00
b. Sedang 0.25 - 0.50
c. Ringin 0.15 - 0.25

3. Tingkat pelayanan

Tingkat pelayanan ditetapkan sebagai acuan target pelayanan penyediaan air


minum bagi masyarakat yang berada di perkotaan maupun perdesaan.Data yang
ada mengenai tingkat pelayanan PDAM yang ada sangat diperlukan untuk
menetapkan peningkatan layanan. Sedangkan dari target pemerintah untuk tahun
2015 ditargetkan untuk memenuhi air minum perkotaan sebesar 80 % dan untuk
perdesaan sebesar 40 % penduduk yang terlayani. Oleh sebab itu dalam penetapan
tingkat pelayanan didasarkan juga pada kondisi sosial dan ekonomi masyarakat
yang ada.

4. Kebutuhan Hari Maksimum dan Jam Puncak

Kebutuhan air sedikitnya selalu bervariasi diakibatkan perubahan atas kegiatan


sehari-hari yang ada di masyarakat, seperti hari-hari raya/hari besar, yang
CV. YARA PASHMA Hal 67
LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

membutuhkan air yang cukup besar. Oleh sebab itu penentuan besarnya kebutuhan
hari maksimum didasarkan pada pencatatan pemakaian air terdahulu, karakteristik
kota dan kebiasaan hidup penduduk sehari-hari. Oleh karena itu faktor kebutuhan
hari maksimum dapat ditetapkan antara 1.15 – 1.25 dari kebutuhan rata-rata,
sedangkan kebutuhan jam puncak berkisar 1.5 – 2.0 dari kebutuhan rata-rata.

Kebutuhan hari maksimum biasanya digunakan untuk merencanakan sistem unit


produksi sedangkan kebutuhan jam puncak digunakan untuk menghitung jaringan
pipa distribusi.

5. Kehilangan Air

Kehilangan air adalah selisih antara produksi air dengan air yang tercatat pada
meter air sambungan rumah atau pelanggan. Komponen utama penyebab
kehilangan/kebocoran air adalah :
v Limpahan reservoir
v Kebocoran pipa induk
v Sambungan illegal
v Kerusakan atau kurang akuratnya pembacaan meter air

Besaran kehilangan air biasanya berkisar antara :


v Sistem baru ≤ 25 % dari kebutuhan rata-rata
v Sistem lama 30 % - 40 % dari kebutuhan rata-rata

Direncanakan sampai akhir periode perencanaan tingkat kehilangan air dapat


ditekan menjadi 20 %.

b.9. Kriteria Disain PSD Air Minum

Penentuan kebutuhan prasarana dan sarana air bersih berdasarkan target besaran
kebutuhan air bersih dari periode perencanaan. Dalam perhitungan penentuan
besaran dan kebutuhan prasarana dan sarana air bersih akan meliputi antara lain :
CV. YARA PASHMA Hal 68
LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

· Perhitungan dan kriteria disain untuk perhitungan hidrolis jaringan perpipaan,


bangunan pengolahan air bersih yang terdiri dari unit pengolahan koagulasi,
flokulasi, sedimentasi dan filtrasi, bangunan reservoar serta peralatan pompa
dan catu daya, yang diuraikan sebagai berikut :
v Unit Koagulasi :
Unit ini dimaksudkan untuk pengadukan cepat agar bahan kimia Alum
(Alumunium Sulfat) sebagai koagulan, yang dibubuhkan dapat tercampur
merata. Sistem pengadukan cepat dilakukan secara gravitasi, dan kriteria
disain yang berpengaruh adalah gradien kecepatan (G) dan waktu tinggal
(td). Kriteria disain untuk unit ini adalah : (1) nilai G > 750 1/det; (2) waktu
tinggal (td) berkisar 5 – 7 det.

v Unit Flokulasi :
Berbeda dengan unit koagulasi, unit flokulasi adalah unit pengaduk lambat
yang bertujuan untuk membentuk flokflok dari partikel-partikel suspended.
Kriteria disain yang berpengaruh adalah gradien kecepatan (G) dan waktu
tinggal (td). Sistem pengadukan juga dengan cara gravitasi, dan bangunan
yang digunakan biasanya dengan sistem sekat (baffle), dan helicoidal flow
P
G=
√ μ xV
Dimana :
G = Gradien kecepatan (det -1 )
P = Daya pengadukan (W)
μ = Viskositas (N.det/m2)
V = Volume bak (m3)

P - pxgxQx∆H

Dimana :

p = densitas air (kg/m3)


g = gravitasi (m/det)
Q = Debit (m3/det)
∆H = head loss saat pengadukan (m)

CV. YARA PASHMA Hal 69


LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

P
G=
√ μ xV
v Unit Sedimentasi
Unit ini untuk mengendapkan flok-flok yang semakin membesar, dan aliran
didalam unit ini harus terjadi aliran laminar agar flok-flok yang terbentuk
tidak pecah lagi.
Vs .d
Re = V

Dimana :
Re = Bilangan Reynold
Vs = Kecepatan pengendapan, (m/det)
d = diameter partikel (m)
n = kinematik viskositas (m2/det)
24
bila Re < 1 = aliran bersifat laminar dan Cd = ℜ
Cd = drag coefisien

1 g ps− pw
Vs = x x x d2
18 v pw

Dimana :
G = gravitasi (m/det2)
rs = densitas partikel (kg/m3)
rw = densitas air (kg/m3)

497.10−6
v=
(T +42.5)1.5
Dimana :

T = temperatur

Dimensi bak digunakan persamaan berikut :


CV. YARA PASHMA Hal 70
LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

Q
Vo =
BxH

Q
VSO =
BxL

BxH
R = B+ 2 xH

Vox R
Re =
v

v Unit Filtrasi
Unit filtrasi adalah proses pengaliran melalui media filter yang poros
sementara partikel suspended solid tertahan pada permukaan media
filter. Jenis penyaringan (filtrasi) yang dipergunakan adalah penyaringan
cepat (rapid sand filtration). Hal yang mempengaruhi proses
penyaringan adalah :
1. Ukuran diameter butiran pasir sebagai media filter
2. Kecepatan penyaringan
3. Tinggi atau ketebalan media filter
4. Ketinggian air diatas permukaan media filter

Rumus – rumua yang dipergunakan dalam mendisain unit filtrasi adalah


sebagai berikut :

Ho v 1−Po V
= 180 x x 3 x
L g Po d λ2

Dimana :

Ho = Head loss pada filtrasi (m)


L = Ketebalan media filter (m)
n = Kinematik viskositas (m2/detik)
g = Gravitasi (m/detik2)
Po = Porositas saat awal
V = Kecepatan penyaringan (m/detik)

CV. YARA PASHMA Hal 71


LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

dλ = Diameter media (m)

n = Q1/12 ; penentuan jumlah bak filter yang akan digunakan

V = Q/A ; dimana A = luas permukaan bak

Untuk kecepatan penyaringan pada Rapid Sand Filter berkisar antara 1 –


20 m/jam.

Pada saat backwash :

1.8
H V 0.8 ( 1−Pe ) V 1.2
= 130 x x x 1.8
¿ g Pe3 d

ρ f − ρw
Hmax = (1-P) x L x [ ρw ]
Dimana :

Hmax = Head loss maximum saat pencucian (m)


P = Porositas media saat awal
Pe = Porositas media saat terekspansi
Le = tebal media terekspansi (m)
n = kinematik viskositas (m2/detik)
V = kecepatan backwash (m/detk)
ρ f = berat jenis pasir (kg/m3)
ρw = berat jenis air (kg/m3)

Sistem air bersih yang diusulkan akan direncanakan untuk memberikan


pelayanan secara terus menerus (kontinue) dan memuaskan konsumen.

Kualitas air yang disuplai harus memenuhi Baku Mutu Air Minum dari
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Kebutuhan air minum pada saat
jam puncak dipenuhi melalui reservoar. Reservoar dapat didefinisikan sebagai
tempat penampungan air yang akan menyimpan kelebihan air pada saat

CV. YARA PASHMA Hal 72


LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

pemakaian minimum dan mensuplai kebutuhan air pada saat pemakaian jam
puncak dimana kapasitas produksi adalah konstan.

· Reservoar
Penggunaan reservoar memberikan biaya investasi yang rendah karena disain
dari fasilitas produksi lainnya dan pipa transmisi lebih kecil daripada aliran pada
jam puncak. Kapasitas reservoar diperkirakan sebesar 20 % dari aliran
maksimum dan sisa tekan minimum pada jaringan distribusi adalah 10 m. Sisa
tekan akan memberikan tekanan positif didalam suatu sistem sehingga
kontaminasi air bersih melalui infiltrasi air tanah tidak terjadi.

· Jaringan Pipa

Perencanaan jaringan pipa transmisi sampai ke reservoar, dengan


kriteria perencanaan yang dipakai dalam menghitung jaringan pipa tersebut
adalah sebagai berikut :

v Faktor jam puncak sebesar 1.50 – 2.00


v Koefisien Kekasaran ( C ) diambil 110 atau 130
v Kecepatan aliran ( V ) diambil 1.00 – 1.50 m/det
v Jenis pipa yang digunakan adalah PVC (Poly Vinil Chloride).

Didalam menentukan koefisien kekasaran tergantung kepada kondisi pipa yang


dipakai, jika pipa yang digunakan dalam kondisi baik (belum digunakan) maka
koefisien kekasarannya sebesar 130, sedangkan jika pipa yang ada telah
berfungsi sebagaimana mestinya (telah digunakan) maka koefisien
kekasarannya akan bernilai 120 atau 110. Untuk perhitungan hidrolis digunakan
rumus Hazen Wiliams, yaitu sebagai berikut :

10.666 x Q 1.85
Hl = xL
C1.85 x D 4.85

CV. YARA PASHMA Hal 73


LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

Dimana :

Hl = Head Loss yang terjadi pada pengaliran dalam pipa (m)

C = Koefisien kekasaran Hazen Williams

Q = Kapasitas yang dialirkan, (m3/detik)

D = Diameter pipa, (m)

L = Panjang pipa, (m)

Setelah dimensi diperoleh dari hasil perhitungan hidrolis, maka dapat dihitung
kekuatan struktur bangunan dengan menggunakan standar teknis dan data
penyelidikan tanah yang ada. Untuk menganalisa kinerja suatu sistem distribusi air
baku di dalam pipa, digunakan perangkat lunak EPANET. Program EPANET adalah
sebuah program komputer yang menyajikan simulasi hidrolik dan perilaku air
pada jaringan pipa. Jaringan tersebut terdiri dari pipa, node (titik sambungan
pipa), pompa, valve dan tangki penampungan atau reservoir. EPANET menyajikan
debit air di setiap pipa, tekanan di setiap node, tinggi air dalam tangki dan
konsentrasi zat kimia yang melalui jaringan selama periode waktu simulasi.

1. Metode Perhitungan

Metode yang digunakan dalam EPANET untuk menyelesaikan persamaan


kontinuitas dan kehilangan tinggi tekan yang menyajikan kondisi hidrolik dalam
jaringan pipa pada titik yang diberikan tiap saat adalah pendekatan hybrid node-
loop.Todini dan Pilati (1987) dan kemudian Salgado (1988) menyebutnya dengan
Metode Gradient.Diasumsikan jaringan pipa dengan N junction nodes dan NF
node terikat (tank dan reservoir). Maka hubungan debit dan headloss dalam pipa
antara node i dan j adalah sbb:

n 2
Hi – Hj = hij = rQ ij + mQ ij

hij = - ω2 (h0 – r (Qij / ω)n)


CV. YARA PASHMA Hal 74
LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

Persamaan tersebut harus memenuhi persamaan kontinuitas di seluruh node


seperti pada persamaan berikut :

∑ Qij −Di =0 , untuk i=1 ,… … … N


j

Dimana :
H = nodal head
h = headloss
r = koefisien resistensi
Q = debit aliran
n = exponent debit
m = koefisien minor loss
ho = head pada pompa saat tertutup
ω = kecepatan relatip
r&n = koefisien lengkung pompa
Di = keperluan debit pada node i

2. Rumus Kehilangan Tekanan


Kehilangan tinggi tekan akibat aliran air dalam pipa akibat gesekan dalam dinding
pipa dapat dihitung dengan menggunakan salah satu dari tiga rumus berikut ini.
v Rumus Hazen – Williams
hL = 4.727 C-1.852 d-4.871 L
v Rumus Darcy Weisbach
hL = 0.0252 f (e,d,q) d-5 L
v Rumus Chezy – Manning
hL = 4.66 n2 d-5.33 L
Dimana :
C = koefisien kekasaran Hazen – Williams
e = koefisien kekasaran Darc – Weisbach
f = factor gesekan (tergantung pada e, d dan q)
n = koefisien kekasaran manning
d = diameter pipa
L = panjang pipa
q = debit air
CV. YARA PASHMA Hal 75
LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

v Minor Losses
Selain itu terjadi juga Minor losses atau kehilangan lokal yang disebabkan oleh
terjadinya turbulensi pada belokan dan fitting.Minor losses dapat dihitung dengan
memasukan koefisien minor loss pada pipa.Minor losses merupakan perkalian
dari koefisien tersebut dengan tinggi kecepatan pada pipa.

V2
( )
hL = K 2 g

Dimana :
K = koefi sien minor loss
v = kecepatan aliran
g = percepatan gravitasi

b.10 Analisa Kelayakan

Terkait dimensi dari alternatif disain diperoleh, maka dibuat perhitungan biaya
investasi berdasarkan harga satuan upah dan material, baik berdasarkan harga
setempat maupun harga pasaran atau pabrikan.Selain itu juga dihitung biaya
operasional dan pemeliharaan untuk masing-masing alternatif, dan selanjutnya
dilakukan analisa kelayakan ekonomi dan finansial dari setiap alternatif.

Sedangkan biaya proyek pembangunan sistem prasarana dan sarana air minum
merupakan biaya yang diperlukan untuk seluruh pekerjaan secara keseluruhan
dilaksanakan dengan sistem kontraktual, biaya proyek dihitung dengan
menggunakan harga yang berlaku (current price) sesuai dengan program
pelaksanaan pekerjaan dan dalam mata uang rupiah (local currency). Biaya tersebut
juga disebut biaya finansial (financial cost). Susunan biaya proyek terdiri dari
komponen-komponen biaya sebagai berikut :
· Biaya dasar kontruksi.

· Biaya pemeliharaan dan pengoperasian fasilitas dan peralatan.

· Biaya dasar penggantian.

· Biaya jasa layanan rekayasa.


CV. YARA PASHMA Hal 76
LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

· Biaya administrasi.

· Biaya tak terduga.

Kenaikan biaya yang disebabkan oleh faktor inflasi harus diperhitungkan


berdasarkan jadwal penggunaaan dana sesuai dengan jadwal pelaksanaan
pekerjaan. Sedangkan biaya ekonomi proyek digunakan untuk keperluan evaluasi
proyek berdasarkan pada harga internasional. Yang dalam hal ini dihitung dengan
penggalian faktor konversi dan biaya finansial.

Analisa kelayakan ekonomi dimaksud untuk memperbaiki pemilihan investasi.


Perhitungan percobaan sebelum melaksanakan proyek untuk menentukan hasil
dari berbagai alternatif dengan jalan menghitung biaya dan manfaat yang dapat
diharapkan masing-masing alternatif tersebut. Hal ini didasarkan pada
pertimbangan bahwa sumber-sumber yang tersedia bagi pembangunan adalah
terbatas.

Salah satu aspek dari analisis ini adalah layak atau tidaknya pembangunan
dilaksanakan menurut perhitungan ekonomis. Kelayakan ekonomi proyek
dimaksudkan untuk menilai apakah suatu proyek layak terhadap investasi yang
ditanam untuk konstruksi, eksploitasi dan pemeliharaan proyek.

Perhitungan dari analisis proyek adalah besarnya tambahan (manfaat) yang


dihasilkan dari pelaksanaan suatu proyek. Tambahan biaya (Cost) dan manfaat
(benefit) disini berbeda antara kondisi apabila proyek tersebut dilaksanakan kondisi
apabila proyek tidak jadi dilaksanakan. Perbedaan kondisi inilah yang disebut
kondisi ”tanpa proyek” dengan kondisi ”adanya proyek ”. Parameter-parameter
kelayakan ekonomi yang digunakan dalam analisis ekonomi adalah sebagai berikut :

1. Net Present Value (NPV).


Net Present Value merupakan selisih antara present value dari manfaat (benefit)
dan present value dari biaya (cost) secara umum persamaan umum yang digunakan
untuk menghitung present value adalah

CV. YARA PASHMA Hal 77


LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

NPV = F/(1 + i)n


Dimana :

NPV = Net Present Value

F = Nilai pada tahun ke-n

i = Tingkat suku bunga

Bila nilai NPV > 0 dan positif berarti proyek dapat dilaksanakan, akan memberikan
manfaat. NPV = 0, berarti proyek tersebut mengembalikan keuntungan sebesar
biaya (Cost) yang dilakukan sedangkan apabila nilai NPV < 0, maka proyek tidak
akan memberi manfaat sehingga tidak layak untuk dilaksanakan.

2. Interest Rate Of Return (IRR)


Nilai IRR adalah nilai discount rate (i) sehingga NPV Proyek sama dengan Nol, IRR
dapat dinyatakan dengan persamaaan.

IRR = i1 + NPV1 x (i1-i2)/NPV1-NPV2

Dimana :
i1 = suku bunga pada saat NPV positif

i2 = suku bunga pada saat NPV negatif

NPV1 = NPV yang bernilai positif

NPV2 = NPV yang bernilai negative

Bila nilai IRR > Social discount rate, maka proyek layak untuk dilaksanakan, dan bila
IRR< Social discount rate, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

3. Benefit Cost Ratio (B/C)

Benefit Cost Ratio, adalah perbandingan antara nilai sekarang dari manfaat dengan
nilai sekarang dari biaya. Sebagai ukuran dari penilaian suatu kelayakan proyek
dengan metode BCR ini adalah jika BCR > 1, maka proyek dikatakan layak

CV. YARA PASHMA Hal 78


LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

dikerjakan dan sebaliknya jika BCR < 1, maka proyek tidak layak untuk
dilaksanakan.

Untuk membantu dalam proses analisis ekonomi perlu disusun asumsi-asumsi yang
berhubungan dengan kegiatan. Asumsi yang disusun dalam analisis ini adalah :

1. Umur ekonomis bangunan ditetapkan selama 25 tahun


2. Tingkat suku bunga yang berlaku diasumsikan sebesar 18 % setahun
3. Perhitungan biaya investasi meliputi biaya Konstruksi, pajak dan sebagainya
dengan perhitungan volume dan anggaran biaya konstruksi.
4. Tiap-tiap kegiatan proyek tersebut diatas dilakukan secara bertahap dengan
alokasi dana pembangunan mengikuti program investasi / jadwal investasi
dari tahun 2005 hingga tahun 2009 seperti ditunjukan pada jadwal rencana
pembangunan.
5. Biaya Operasional dan Pemeliharaan diasumsikan setiap tahun meningkat
sebesar 0.5 %.

CV. YARA PASHMA Hal 79


LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Anda mungkin juga menyukai