KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT
Pelaksanaan diskusi serta asistensi dengan pihak PDAM, Dinas terkait, dan
SatKer merupakan bagian dari pendekatan non teknis untuk menerima
masukan agar mendapat suatu kesepakatan dan arahan pelaksanaan pekerjaan.
B. METODE PELAKSANAAN
Penjelasan dari Diagram Alir tahapan kegiatan Studi ini, adalah sebagai
berikut :
b. Pengumpulan Data :
Pengumpulan data sekunder serta laporan studi pekerjaan sejenis yang sudah
pernah dilaksanakan sebelumnya. Adapun data-data sekunder yang dibutuhkan,
adalah sebagai berikut :
No. Jenis Data / Peta / Laporan Sumber
c. Survei Awal
Dari data-data sekunder yang sudah terkumpul serta hasil survey awal yang
dilakukan, maka dibuat Laporan Pendahuluan yang berisi antara lain :
Konsep Laporan Pendahuluan akan dibahas bersama dengan Kasatker, PDAM dan
Dinas terkait, agar mendapat masukan guna penajaman serta kesepakatan akan
sasaran dari pekerjaan ini.
Dari data teknis yang diperoleh dari PDAM serta hasil survei awal, dilakukan
kegiatan sebagai berikut :
a. Survei Topografi :
Survei dan analisa topografi diperlukan dalam hal kejelasan peta dimana pada
lokasi tersebut diusulkan rencana prasarana dan sarana dasar air minum yang tidak
mungkin direncanakan diatas peta skala 1 : 50.000. Untuk ini lokasi-lokasi tersebut
akan diukur sesuai dengan kebutuhan pada skala 1 : 5.000 atau 1 : 1000, dimana
masing-masing lokasi terkait pada referensi peta dasar yang dipakai, yaitu peta 1 :
50.000 dari Bakosurtanal (proyeksi UTM). Referensi akan mengacu pada Benchmark
yang sesuai dengan peta dasar tersebut, yang apabila tidak didapatkan di dekat
lokasi, maka dapat digunakan orientasi grafis seperti muara sungai, sudut jalan,
bangunan dan sebagainya.
b. Survei Hidrometri
Data hidrometri didapat dari pelaksanaan survei hidrometri yang dilaksanakan pada
sumber air baku yaitu air permukaan, mata air maupun air tanah dalam yang ada.
Survei ini meliputi pengukuran debit dan kualitas air.
Pengukuran debit sesaat dengan alat ukur debit Thompson dihitung dengan
menggunakan persamaan:
Untuk perhitungan debit (Q) diperlukan variabel V dan A yang hanya dapat
diperoleh melalui pengukuran langsung di lapangan. Kecepatan aliran air di sungai
tidak pernah seragam karena adanya berbagai gaya yang mempengaruhinya
misalnya gesekan antara air dengan dasar sungai, air dengan tebing dan antara air
dengan udara atmosfir. Kecepatan aliran terbesar terdapat pada bagian permukaan
di bagian tengah penampang.Sedangkan kecepatan rata-rata terdapat pada 0,6 d
(kedalaman air), pengukuran dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan sistem
pelampung dan current meter (alat ukur arus).
Cara ini sangat sederhana sehingga memberikan hasil pengukuran yang kurang
teliti. Metode ini terdiri dari pencatatan waktu (t) yang diperlukan oleh pelampung
untuk menempuh jarak tertentu (D), kemudian kecepatan aliran (V) dapat dihitung
berdasarkan rumus :
V = D/t
a) aliran air yang seragam atau tempat pengukuran yang memiliki tebing
dikedua sisi yang lurus sepanjang 50-100 m, minimal panjangnya 10 kali
lebar rata-rata dari sungai tersebut.
Jika lebar sungai kecil (sempit) pengukuran kecepatan (V) cukup dilakukan satu kali,
tetapi bila lebar sungai cukup besar maka pengukuran dilakukan secara bertahap
yaitu dengan membagi penampang melintang atas beberapa kolom (jalur).
Melepaskan pelampung :
Ø Ada beberapa jenis pelampung yang dapat digunakan antara lain : pelampung
permukaan, pelampung di bawah permukaan (double float) dan pelampung
tongkat.
Ø Pelampung dilepaskan pada FA’–A’ sehingga pada tali A-A diperoleh kecepatan
aliran air yang dipakai sebagai garis penglihatan pertama.
Ø Dengan menggunakan stopwatch, waktu yang diperlukan oleh pelampung
untuk menempuh jarak A-B dapat ditentukan, dan dengan demikian kecepatan
rata-rata (V) dapat dihitung dengan menggunakan rumus diatas.
Bila terdapat beberapa kolom (jalur) pengukuran, dengan cara yang sama akan
diperoleh kecepatan rata aliran pada setiap kolom (misal V1, V2, V3, dan
seterusnya).
Ø Jika diperlukan tingkat ketelitian yang tinggi dapat menggunakan faktor
reduksi 0,8-0,9.
Pengukuran (V) secara teliti dapat dilakukan dengan mempergunakan alat ukur arus
(current meter).Alat ini bekerja berdasarkan prinsip hubungan linier antara
perputaran baling-baling (propeller) dengan kecepatan aliran air (V) pada
penumpang. Hubungan tersebut dapat dituliskan dalam bentuk rumus :
V = an + b
dimana :
a + b = koefisien/tetapan.
Menurut bentuk baling-baling (propeller), current meter dapat dibedakan atas dua
jenis yaitu tipe mangkok (price current meter) dan tipe propeller (propeller current
meter) seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
Metode pengukuran kecepatan (v) dengan current meter secara umum dapat
dilakukan pada satu titik atau pada 0.60 D yang merupakan titik kecepatan rata-rata
aliran air pada penampang. Tetapi untuk memperoleh kecepatan rata-rata aliran
pada setiap kedalaman dari penampang, pengukuran (V) dapat dilakukan pada titik
0.20 D dan 0.80 D. Rata-rata dari hasil kedua pengukuran ini memberikan angka
kecepatan rata-rata aliran pada penampang. Pada bagian yang dangkal (pinggir
sungai), kecepatan rata-rata diperoleh pada 0.60 d.
Ø Pengukuran dilakukan terhadap lebar sungai (b) dan terhadap dalam sungai (h).
Ø Pengukuran lebar (b) dapat dipergunakan alat pengukur jarak biasa, tetapi bila
penampang sungai cukup lebar, pengukuran dapat menggunakan teodholit, dan
lain sebagainya.
Ø Pengukuran dalamnya sungai (h); untuk maksud tersebut dapat dipergunakan
berbagai tipe alat tergantung kedalaman sungai, beberapa contoh di
antaranya adalah : tongkat ukur (sounding rod), tambang + pemberat (lead
line), papan duga (peil schaal) dan echo sounder (menggunakan gelombang
suara).
Ø Pada sungai yang penampang lebarnya, pengukuran (h) dapat dilakukan pada
beberapa tempat atau pada tiap kolom (jalur) sehingga diperoleh hasil
pengukuran : h1, h2, h3, …hn seperti terlihat pada skema dibawah ini.
Ø Dengan menggunakan rumus diatas, luas penampang pada masing-masing
kolom (jalur) dapat dihitung, yakni sebagai berikut :
A1 = d1 x h1
A2 = d2 x h2
A3 = dn x hn
Cara-cara pengukuran debit seperti diuraikan diatas dapat pula dipergunakan untuk
mengukur debit di saluran irigasi.
Adapun metode penyidikan debit sungai yang digunakan dalam survey ini adalah
menggunakan propeller current meter. Dengan prosedur pengukuran sebagai
berikut :
a. Pilih penggalan sungai yang alirannya laminar
b. Ukur bentang sungai sebagai lebar penampang basah sungai
c. Tentukan jumlah segmen (d) yang harus diukur kecepatan alirannya
Dengan mengetahui kualitas air baku yang ada pada sumber air yang akan
digunakan, maka dapat dilakukan cara-cara pengolahan guna memenuhi kebutuhan
air sebagaimana dijelaskan di atas.
1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut;
2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
Untuk menghindari efek sampingan atau pengaruh buruk air baku terhadap
konsumen sebagai pengguna maupun tanaman dan tanah yang mendapat
pengairan, maka perlu dilakukan penyelidikan kualitas terhadap sumber air.
Penyelidikan biasanya bersifat analisa terhadap sample (contoh air) yang diambil di
lapangan, dan dilakukan pada Laboratorium. Sedangkan penyelidikan kualitas air di
lapangan yang meliputi Derajat Keasaman (pH), Suhu Air, Kekeruhan, Oksigen
Terlarut dan Konduktivitas.
mg/l
Khlorida Mg/l 600 (-) (-) (-)
Sianida Mg/l 0,02 0,02 0,02 (-)
Keterangan :
Mg = Milligram
Ug = Mikrogram
L = Liter
Bq = Bequerel
Dari hasil analisis wilayah, dilakukan penetapan wilayah survei sosial ekonomi
(sosek) berdasarkan tingkat keperluan dan keterpengaruhan. Kondisi-kondisi dalam
penentuan wilayah survei, yaitu sebagai berikut :
Daerah yang memiliki potensi ekonomi yang tinggi, baik karena tingkat
kesejahteraan; penghuninya atau intensitas aktivitas yang dilakukan.
Daerah dengan tingkat kesejahteraan yang buruk.
Daerah yang rawan air minum.
Daerah yang memiliki tingkat huni yang tinggi.
Kategori suatu wilayah dalam hal ini ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk,
seperti tercantum sebagai berikut :
Kota
3. 400 95 % 5% 2
Sedang
4. Kota Kecil 200 95 % 6% 5 - 10
5. IKK 100 95 % 9% 5 – 20
Kriteria dasar :
Np(1− p)
N=
( N −1 ) D+ p (1− p)
Dimana :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
p = Rasio dari unsur dalam sampel memiliki sifat yang diinginkan
B2
D =
t2
Dimana :
B = Bound of eror (Tingkat ketelitian tiap sampel)
t = Tingkat kepercayaan yang di korelasikan dengan derajat kebebasan
Contoh kasus :
Kota “A” dengan jumlah populasi = 2500 rumah ( N)
Kriteria penelitian : Tingkat kepercayaan = 95 %, dari tabel t = 1.96 ≅ 2
- Tingkat ketelitian setiap sampel : 0.06 (6%) B = 0.06
- Rasio dari unsur sampel memiliki sifat-sifat yang diinginkan p = 0.5
(probabilitas mata uang logam)
- Pemakaian rumus :
B2 ( 0.06 )2
D = ---------- = ------------ = 0.0009
t2 22
Dari hasil survei hidrometri, dilakukan analisa potensi sumber daya air yang ditinjau
dari base flow dari aliran sungai atau mata air menunjukkan potensi baik secara
kuantitas, kualitas maupun “potential head” (elevasi ketinggian) memenuhi syarat
untuk dimanfaatkan sebagai sumber air baku yang dapat didistribusikan baik secara
gravitasi maupun pemompaan.
Khusus air permukaan atau air sungai dilakukan analisa hidrologi dengan
menggunakan data curah hujan (minimal 10 tahun terakhir) dan klimatologi dari
stasiun yang ada didalam daerah aliran sungai (DAS). Dengan menghitung besarnya
debit maksimal dan minimal sungai tersebut.Serta nilai peluang terjadinya debit
maksimal (banjir) dan debit minimal digunakan metode Hazen.
Konsumsi
Jumlah Populasi
No. Kategori Wilayah Pemakaian
(jiwa)
Air
Sedangkan untuk kebutuhan lainnya selain kebutuhan air bagi penduduk, juga
berkaitan dengan aktifitas masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung,
yaitu seperti :
a. Sosial
b. Komersil
c. Perkantoran
d. Rekreasi/ pariwisata
e. Industri
Perkiraan kebutuhan air untuk prasarana di atas disebut sebagai kebutuhan Non
Domestik (diluar industri), dimana dapat dilakukan berdasarkan jumlah orang atau
jumlah unit yang dikalikan dengan standar air tertentu. Secara lengkap klasifikasi
pemakaian air bersih disajikan pada Tabel 3.4.di bawah ini .
Pn = P0 ( 1 + r )n
1
P AWAL DATA
r =( P AKHIR ) (TAHUN AKHIT −TAHUN AKHIR )
Dimana :
4. Industri (ltr/det/ha)
a. Berat 0.50 - 1.00
b. Sedang 0.25 - 0.50
c. Ringin 0.15 - 0.25
3. Tingkat pelayanan
membutuhkan air yang cukup besar. Oleh sebab itu penentuan besarnya kebutuhan
hari maksimum didasarkan pada pencatatan pemakaian air terdahulu, karakteristik
kota dan kebiasaan hidup penduduk sehari-hari. Oleh karena itu faktor kebutuhan
hari maksimum dapat ditetapkan antara 1.15 – 1.25 dari kebutuhan rata-rata,
sedangkan kebutuhan jam puncak berkisar 1.5 – 2.0 dari kebutuhan rata-rata.
5. Kehilangan Air
Kehilangan air adalah selisih antara produksi air dengan air yang tercatat pada
meter air sambungan rumah atau pelanggan. Komponen utama penyebab
kehilangan/kebocoran air adalah :
v Limpahan reservoir
v Kebocoran pipa induk
v Sambungan illegal
v Kerusakan atau kurang akuratnya pembacaan meter air
Penentuan kebutuhan prasarana dan sarana air bersih berdasarkan target besaran
kebutuhan air bersih dari periode perencanaan. Dalam perhitungan penentuan
besaran dan kebutuhan prasarana dan sarana air bersih akan meliputi antara lain :
CV. YARA PASHMA Hal 68
LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT
PAKET SU-03
KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT
v Unit Flokulasi :
Berbeda dengan unit koagulasi, unit flokulasi adalah unit pengaduk lambat
yang bertujuan untuk membentuk flokflok dari partikel-partikel suspended.
Kriteria disain yang berpengaruh adalah gradien kecepatan (G) dan waktu
tinggal (td). Sistem pengadukan juga dengan cara gravitasi, dan bangunan
yang digunakan biasanya dengan sistem sekat (baffle), dan helicoidal flow
P
G=
√ μ xV
Dimana :
G = Gradien kecepatan (det -1 )
P = Daya pengadukan (W)
μ = Viskositas (N.det/m2)
V = Volume bak (m3)
P - pxgxQx∆H
Dimana :
P
G=
√ μ xV
v Unit Sedimentasi
Unit ini untuk mengendapkan flok-flok yang semakin membesar, dan aliran
didalam unit ini harus terjadi aliran laminar agar flok-flok yang terbentuk
tidak pecah lagi.
Vs .d
Re = V
Dimana :
Re = Bilangan Reynold
Vs = Kecepatan pengendapan, (m/det)
d = diameter partikel (m)
n = kinematik viskositas (m2/det)
24
bila Re < 1 = aliran bersifat laminar dan Cd = ℜ
Cd = drag coefisien
1 g ps− pw
Vs = x x x d2
18 v pw
Dimana :
G = gravitasi (m/det2)
rs = densitas partikel (kg/m3)
rw = densitas air (kg/m3)
497.10−6
v=
(T +42.5)1.5
Dimana :
T = temperatur
Q
Vo =
BxH
Q
VSO =
BxL
BxH
R = B+ 2 xH
Vox R
Re =
v
v Unit Filtrasi
Unit filtrasi adalah proses pengaliran melalui media filter yang poros
sementara partikel suspended solid tertahan pada permukaan media
filter. Jenis penyaringan (filtrasi) yang dipergunakan adalah penyaringan
cepat (rapid sand filtration). Hal yang mempengaruhi proses
penyaringan adalah :
1. Ukuran diameter butiran pasir sebagai media filter
2. Kecepatan penyaringan
3. Tinggi atau ketebalan media filter
4. Ketinggian air diatas permukaan media filter
Ho v 1−Po V
= 180 x x 3 x
L g Po d λ2
Dimana :
1.8
H V 0.8 ( 1−Pe ) V 1.2
= 130 x x x 1.8
¿ g Pe3 d
ρ f − ρw
Hmax = (1-P) x L x [ ρw ]
Dimana :
Kualitas air yang disuplai harus memenuhi Baku Mutu Air Minum dari
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Kebutuhan air minum pada saat
jam puncak dipenuhi melalui reservoar. Reservoar dapat didefinisikan sebagai
tempat penampungan air yang akan menyimpan kelebihan air pada saat
pemakaian minimum dan mensuplai kebutuhan air pada saat pemakaian jam
puncak dimana kapasitas produksi adalah konstan.
· Reservoar
Penggunaan reservoar memberikan biaya investasi yang rendah karena disain
dari fasilitas produksi lainnya dan pipa transmisi lebih kecil daripada aliran pada
jam puncak. Kapasitas reservoar diperkirakan sebesar 20 % dari aliran
maksimum dan sisa tekan minimum pada jaringan distribusi adalah 10 m. Sisa
tekan akan memberikan tekanan positif didalam suatu sistem sehingga
kontaminasi air bersih melalui infiltrasi air tanah tidak terjadi.
· Jaringan Pipa
10.666 x Q 1.85
Hl = xL
C1.85 x D 4.85
Dimana :
Setelah dimensi diperoleh dari hasil perhitungan hidrolis, maka dapat dihitung
kekuatan struktur bangunan dengan menggunakan standar teknis dan data
penyelidikan tanah yang ada. Untuk menganalisa kinerja suatu sistem distribusi air
baku di dalam pipa, digunakan perangkat lunak EPANET. Program EPANET adalah
sebuah program komputer yang menyajikan simulasi hidrolik dan perilaku air
pada jaringan pipa. Jaringan tersebut terdiri dari pipa, node (titik sambungan
pipa), pompa, valve dan tangki penampungan atau reservoir. EPANET menyajikan
debit air di setiap pipa, tekanan di setiap node, tinggi air dalam tangki dan
konsentrasi zat kimia yang melalui jaringan selama periode waktu simulasi.
1. Metode Perhitungan
n 2
Hi – Hj = hij = rQ ij + mQ ij
Dimana :
H = nodal head
h = headloss
r = koefisien resistensi
Q = debit aliran
n = exponent debit
m = koefisien minor loss
ho = head pada pompa saat tertutup
ω = kecepatan relatip
r&n = koefisien lengkung pompa
Di = keperluan debit pada node i
v Minor Losses
Selain itu terjadi juga Minor losses atau kehilangan lokal yang disebabkan oleh
terjadinya turbulensi pada belokan dan fitting.Minor losses dapat dihitung dengan
memasukan koefisien minor loss pada pipa.Minor losses merupakan perkalian
dari koefisien tersebut dengan tinggi kecepatan pada pipa.
V2
( )
hL = K 2 g
Dimana :
K = koefi sien minor loss
v = kecepatan aliran
g = percepatan gravitasi
Terkait dimensi dari alternatif disain diperoleh, maka dibuat perhitungan biaya
investasi berdasarkan harga satuan upah dan material, baik berdasarkan harga
setempat maupun harga pasaran atau pabrikan.Selain itu juga dihitung biaya
operasional dan pemeliharaan untuk masing-masing alternatif, dan selanjutnya
dilakukan analisa kelayakan ekonomi dan finansial dari setiap alternatif.
Sedangkan biaya proyek pembangunan sistem prasarana dan sarana air minum
merupakan biaya yang diperlukan untuk seluruh pekerjaan secara keseluruhan
dilaksanakan dengan sistem kontraktual, biaya proyek dihitung dengan
menggunakan harga yang berlaku (current price) sesuai dengan program
pelaksanaan pekerjaan dan dalam mata uang rupiah (local currency). Biaya tersebut
juga disebut biaya finansial (financial cost). Susunan biaya proyek terdiri dari
komponen-komponen biaya sebagai berikut :
· Biaya dasar kontruksi.
· Biaya administrasi.
Salah satu aspek dari analisis ini adalah layak atau tidaknya pembangunan
dilaksanakan menurut perhitungan ekonomis. Kelayakan ekonomi proyek
dimaksudkan untuk menilai apakah suatu proyek layak terhadap investasi yang
ditanam untuk konstruksi, eksploitasi dan pemeliharaan proyek.
Bila nilai NPV > 0 dan positif berarti proyek dapat dilaksanakan, akan memberikan
manfaat. NPV = 0, berarti proyek tersebut mengembalikan keuntungan sebesar
biaya (Cost) yang dilakukan sedangkan apabila nilai NPV < 0, maka proyek tidak
akan memberi manfaat sehingga tidak layak untuk dilaksanakan.
Dimana :
i1 = suku bunga pada saat NPV positif
Bila nilai IRR > Social discount rate, maka proyek layak untuk dilaksanakan, dan bila
IRR< Social discount rate, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.
Benefit Cost Ratio, adalah perbandingan antara nilai sekarang dari manfaat dengan
nilai sekarang dari biaya. Sebagai ukuran dari penilaian suatu kelayakan proyek
dengan metode BCR ini adalah jika BCR > 1, maka proyek dikatakan layak
dikerjakan dan sebaliknya jika BCR < 1, maka proyek tidak layak untuk
dilaksanakan.
Untuk membantu dalam proses analisis ekonomi perlu disusun asumsi-asumsi yang
berhubungan dengan kegiatan. Asumsi yang disusun dalam analisis ini adalah :