Anda di halaman 1dari 126

PENAWARAN TEKNIS

Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

BAB E
PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI

E.1. PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI

Untuk dapat melaksanakan suatu pekerjaan dengan baik, sebelumnya perlu


dibuat pendekatan secara umum agar dapat dilaksanakan secara sistematis dan praktis
sehingga efisiensi kerja, tenaga dan waktu dapat dicapai. Salah satu maksud pendekatan
ini diantaranya adalah membuat pendekatan rencana audit kinerja Sarana dan AKNOP
Sarana dan Prasarana Penyediaan Air Baku serta perhitungan angka kebutuhan nyata
operasi dan pemeliharaan secara umum. Pendekatan Teknis dan Metodologi
Pelaksanaan disini adalah penjelasan rinci mengenai prinsip–prinsip pemahaman teknis
dan metode pelaksanaan pekerjaan yang akan diterapkan pada pelaksanaan pekerjaan
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Sarana dan Prasarana Air Baku.
Maksud Melakukan Penelusuran Penilaian Kinerja dan Penyusunan Angka
Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP) Sarana dan Prasarana
Penyediaan Air Baku (OP Rutin, OP Berkala, OP Khusus) dengan melalui kegiatan
inventarisasi Sarana dan Prasarana Air Baku Citarum yang menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat. Inventarisasi dilakukan dengan melakukan survey lapangan, mencatat
kondisi sarana/prasarananya, Penilaian kinerja, penyusunan AKNOP, serta
menyajikannya dalam bentuk peta (mapping), membuat jadwal perencanaannya dan
skala kegiatan, maupun jenis pekerjaannya.
Tujuan Untuk memperoleh informasi besarnya biaya operasi dan pemeliharaan
rutin, operasi dan pemeliharaan berkala, serta operasi dan pemeliharaan khusus dalam
satu satuan wilayah sungai, dengan menilai kondisi terakhir (sarana dan prasarananya)
yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat dan merekomendasikan usaha - usaha
yang perlu dilakukan untuk menjamin kelestarian fungsi sungai dan prasarananya.

Metoda yang akan digunakan dalam pekerjaan ini adalah telaahan data primer
dan sekunder. Dalam pelaksanaannya metoda yang dianggap paling efektif dalam usaha
pendataan dan agar dapat memberikan arah pada sasaran yang hendak dicapai, serta
didapatkan hasil yang seoptimal mungkin, maka Konsultan akan melakukan
pembagian/pengelompokan dalam tahapan-tahapan kegiatan. Hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah Konsultan dalam kontrol pelaksanaan serta dapat teridentifikasi dengan
segera bila terjadi hambatan-hambatan yang akan menyebabkan keterlambantan
pelaksanaan.

E-1
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

Pendekatan teknis dan metodologi menjelaskan pemahaman terhadap tujuan pekerjaan,


lingkup pekerjaan, metodologi kerja dan uraian detail mengenai keluaran. Kemudian
melakukan analisa data terhadap permasalahan yang sedang dicari jalan keluarnya dan
menjelaskan pendekatan teknis yang akan diadopsi untuk diselesaikan permasalahannya
serta menjelaskan metodologi yang diusulkan termasuk kesesuaian metodologi tersebut
dengan pendekatan yang digunakan. Kegiatan pelaksanaan pekerjaan Penelusuran
Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku secara umum meliputi :
1. Kegiatan Persiapan Administrasi, Personil Pelaksana Dan Peralatan

2. Kegiatan Survey Lapangan Dan Inventarisasi Data


3. Kegiatan Analisa Data

4. Kegiatan Pelaporan
5. Kegiatan Diskusi/Pembahasan

E.1.1. Persiapan Administrasi, Personil Pelaksana Dan Peralatan


1. Persiapan Administrasi

Persiapan Administrasi, lebih banyak berkaitan dengan penyelesaian


administrasi dengan pemberi tugas (office to office dan office to owners), perijinan yang
diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan, dan lain-lain.
Dari administrasi kantor yang tertata dengan baik memudahkan dalam kontrol
pekerjaan secara keseluruhan. Hasilnya adalah diperolehnya proses administrasi yang
baik, tertata rapi yang pada akhirnya menunjang kinerja penyedia jasa.

Tahap persiapan administrasi ini meliputi berbagai persiapan yang mencakup beberapa
persyaratan yang dibutuhkan untuk kelancaran pelaksanaan tugas, antara lain
pengurusan :

 Surat Perjanjian Kerja/Kontrak antara Pengguna Jasa (Satuan Kerja Operasi dan
Pemeliharaan SDA Citarum Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang berkedudukan di Kota Bandung,
Propinsi Jawa Barat) dengan Penyedia Jasa (konsultan PT. Sarana Bagja Bumi yang
berkedudukan di Bandung).

 Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dari Satuan Kerja Operasi dan Pemeliharaan SDA
Citarum Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat yang berkedudukan di Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat.

 Surat pengantar untuk kunjungan lapangan yang ditujukan kepada Instansi-instansi


terkait sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.

 Surat penugasan personil/legalitas lain yang sekiranya diperlukan.

E-2
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

2. Persiapan Personil dan Peralatan


Pada persiapan ini meliputi penyiapan personil, peralatan yang diperlukan untuk
kegiatan di kantor maupun di lapangan serta peralatan transportasi.
Persiapan ini meliputi :

i. Mobilisasi Personil:
ii. Jumlah dan kualifikasi personil yang diperlukan berdasarkan pengalaman dan
pendidikan.
iii. Kemampuan fisik personil terutama untuk personil pada pelaksanaan survey
lapangan.
iv. Penyusunan deskripsi tugas dan tanggung jawab masing-masing personil.

v. Persiapan bahan dan peralatan yang akan digunakan, yaitu peralatan pengukuran
beserta perlengkapannya yang cukup andal.

E.1.2. Pengumpulan Data Sekunder dan Desk Study Perencanaan Terdahulu


a). Pengumpulan Data Awal

Pekerjaan Pengumpulan Data Awal akan dilakukan setelah melaksanakan


Koordinasi dan Sosialisasi Instansional dan Sosial Masyarakat. Koordinasi dan Sosialisasi
Instansional dan Sosial Masyarakat ini akan dilakukan antara lain kepada :
 Balai Hidrologi ,

 BMG ,
 BAKOSURTANAL,

 BAPPEDA ,
 Badan Pusat Statistik (BPS) ,

 Dinas Kehutanan ,
 Kantor-kantor Kecamatan dan/atau kantor-kantor Desa terkait dengan daerah
studi,
 Masyarakat sekitar dengan daerah studi.

Selanjutnya untuk tahap Pengumpulan Data Awal ini akan dilakukan terhadap :

1. Lingkungan Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman ;

Pengumpulan Data Sekunder :

 Data gambaran umum lokasi pekerjaan,


 Laporan-laporan studi terdahulu,

 Data vegetasi atau tataguna lahan atau data pemanfaatan lahan,


 Data Base wilayah Sungai Citarum (Bila ada)

E-3
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

 Desain dari berbagai sumber,


 Asbuilt drawing,

 Hasil penyelidikan kualitas air,


 Referensi Manual OP Air Baku,

 Referensi Peraturan-peraturan tentang persungaian,


 Data hasil pengukuran teristris sungai terdahulu dan data BM,

 Harga Satuan Barang & Jasa terbaru.

2. Instansi pemerintahan terkait di tingkat Provinsi, Kabupaten, Kecamatan dan Desa


diantaranya : Balai Hidrologi , BMG , BAKOSURTANAL, BAPPEDA, Badan Pusat
Statistik (BPS), Dinas Kehutanan, Kantor-kantor Kecamatan dan/atau Kantor-kantor
Desa terkait dengan daerah studi serta masyarakat di daerah studi dengan tujuan
utama selain untuk melapor dan mensosialisasikan pekerjaan ini juga untuk
memperoleh data-data sekunder dan primer yang diperlukan dan masukan-masukan
serta arahan-arahan agar hasil pekerjaan ini betul-betul dapat mencapai sasaran
yang diinginkan oleh semua pihak.

Pengumpulan Data Sekunder :


a. Balai Hidrologi

 Data Peta Pos Hidroklimatologi, ( jika ada)


 Data Pengamatan Hujan pada Stasiun Hujan yang berpengaruh,

 Data Pengamatan Debit Sungai (jika ada),


 Hasil penyelidikan kualitas air (jika ada),

 Hasil Studi Konservasi DAS terkait pada pekerjaan ini (jika ada).
b. BMG

 Data Peta Klimatologi (Peta Penyebaran Hujan, Peta Penyebaran Iklim /


Suhu , Peta Penyebaran Angin, Peta Gelombang Pantai, Peta Penyebaran
Penyinaran Matahari, dll (jika ada)),
 Data Pengamatan Iklim.

c. BAKOSURTANAL
 Rupabumi Digital Indonesia, Bakosurtanal, Skala 1 : 25.000, Edisi : I : 1998.

d. BAPPEDA
 RTRW

 Peraturan-peraturan daerah yang terkait dengan pekerjaan dan lain-lain.


e. Badan Pusat Statistik (BPS)

E-4
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

 Kecamatan Dalam Angka


 Data-data Statistik.

f. Dinas Kehutanan
 Data penelitian kehutanan pada lokasi terkait (jika ada),

 Data Tata Guna Lahan , dan Konservasi (jika ada).


g. Kantor-kantor Kecamatan terkait dengan daerah studi

 Demografi Kecamatan
Pengumpulan Data Primer :

a. Kantor-kantor Kecamatan, Desa, dan Masyarakat terkait dengan daerah studi


 Data Informasi KK yang mengalami kerugian sebagai akibat dari daya rusak
air sungai terkait (dengan Pengisian Form-form Survey),
 Data Informasi dampak kerusakan lahan permukiman, pertanian,
perkebunan, ladang, perikanan darat, dan material/fisik lainnya sebagai
akibat dari daya rusak air sungai terkait (dengan Pengisian Form-form
Survey),
 Data Informasi Kerusakan Bangunan SDA yang ada pada Sungai yang
melintasi Kecamatan tersebut (dengan Pengisian Form-form Survey),
 Data Proposal yang diajukan berkenaan dengan permintaan masyarakat
tehadap bangunan Sumber Daya Air (jika ada),
 Data Informasi tentang tingkat manfaat yang telah dirasakan masyarakat
terhadap Bangunan SDA yang telah ada yang ada dalam lungkup wilayah
Kecamatan tersebut (dengan Pengisian Form-form Survey).

b). Pengumpulan Semua Laporan hasil Studi Yang Terkait


Pengumpulan semua laporan hasil studi maupun publikasi studi terkait dan
kondisi existing Sarana dan Prasarana Penyediaan Air Baku yang ada di ada
diwilayah kerja BBWS Citarum.

E.1.3. Survey Pendahuluan


Konsultan bersama-sama dengan Direksi Pekerjaan melakukan peninjauan dan
penelusuran lapangan. Secara umum kegiatan ini akan memberikan gambaran awal
tentang kondisi lokasi pekerjaan dan permasalahannya. Dengan adanya orientasi
lapangan pendahuluan diharapkan dapat diperoleh bahan untuk penyusunan rencana
pelaksanaan pekerjaan lapangan. Sebagai bahan untuk penyusunan Laporan
Pendahuluan perlu dilakukan Inventarisasi data yang terkait dengan Prasarana Air Baku.
Data-data yang dikumpulkan meliputi :

E-5
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

- Inventarisasi data hidrologi, morfologi sungai, drainase alam/buatan yang ada, tata
guna lahan, wawancara dengan masyarakat untuk mendapatkan data aktual
kejadian banjir dll;
- Inventarisasi kondisi existing, kondisi sarana dan prasarana umum yang rusak
termasuk penyebab kerusakan dan tingkat kerusakannya.
Berdasarkan data-data pendahuluan dan hasil kunjungan lapangan tersebut dapat
diidentifikasi karakteristik daerah yang mengalami banjir dan permasalahan lain yang
selanjutnya dijadikan sebagai masukan dalam penyusunan Laporan Pendahuluan

E.1.4. Kegiatan Survey Lapangan Dan Inventarisasi Data


E.1.4.1. Inventarisasi Data Sarana Air Baku dan Prasarana

Pada tahap ini secara umum akan dilakukan inventarisasi bangunan air baku. Disamping
itu inventarisasi ditargetkan untuk mengumpulkan informasi sebagai berikut :

a) Bangunan Penampung Air


b) Bangunan Pengambilan

c) Alat Ukur
d) Pompa (kalau ada)

e) Bangunan Pembawa (pipa, dan sebagainya)


Pada kegiatan Kunjungan ke lapangan, merupakan Penelusuran Sarana dan Prasarana
Penyediaan Air Baku, Pada kegiatan.
Kegiatan survey lapangan ini akan dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan lapangan
lainnya dilaksanakan, dan dimaksudkan untuk mengetahui dan memahami kondisi
lapangan secara rinci, sehingga kegiatan Penilaian Kinerja dan Perhitungan AKNOP
Sarana dan Prasarana Penyediaan Air Baku selanjutnya dapat dilaksanakan dengan lebih
terarah dan sasaran yang diinginkan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK) dapat
tercapai.
Adapun hal-hal yang akan dilakukan dalam survey lapangan ini antara lain :

 Letak dari lokasi-lokasi Sarana dan Prasarana Penyediaan Air Baku (Sarana dan
Prasarana Penyediaan Air Baku) berdasarkan daerah administrasi dan koordinat
lintang dan bujur dengan menggunakan Global Positioning System / GPS atau
ekstrapolasi dari peta topografi yang tersedia.

 Mengidentifikasi Kondisi Sarana dan Prasarana Penyediaan Air Baku yang ada.

 Gambar / sketsa saluran distribusi.

 Ketersediaan air (sumber air dan jaringannya)

 Titik referensi yang dapat digunakan untuk dasar pengukuran dan pemetaan

E-6
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

 Luas layanan (command area) yang akan diairi.

 Selama kegiatan inventarisasi tersebut dibuat rekaman dalam bentuk film (video)
untuk dokumentasi kegiatan.

Tabel E. 1 Verifier Untuk Indikator Fisik Bangunan Air Baku

Nilai Kondisi Nilai Ekivalen


Fisik (Tingkat Kategori Keterangan terhadap
Kerusakan) Kondisi Awal

< 10% Baik Bangunan baru/masih baru, cukup Sangat Baik


dengan pemeliharaan rutin.

10 – 20% Rusak ringan Sudah beroperasi penuh, Baik


memerlukan pemeliharaan berkala
bersifat perawatan.

21 – 40% Rusak sedang Beroperasi tapi memerlukan Buruk


pemeliharaan yang bersifat
perbaikan.

> 40% Rusak berat Tidak beroperasi, bangunan mulai Sangat Buruk
rusak dan diperlukan perbaikan
berat atau penggantian.

Sumber : Peraturan Menteri No. 32 Tahun 2007

Tabel E. 2 Verifier Untuk Indikator Fungsionalitas Bangunan Air Baku

Nilai Kondisi
Nilai Ekivalen
Fungsionalitas
Kategori Keterangan terhadap
(Tingkat
Kondisi Awal
Kerusakan)

< 10% Berfungsi baik Optimal, fungsi pelayanan memenuhi Sangat Baik
(mantap) syarat-syarat pengoperasian.

10 – 20% Cukup (kurang Marginal, kurang memenuhi syarat- Baik


mantap) syarat pengoperasian.

21 – 40% Kurang berfungsi Sub marginal, tidak memenuhi syarat- Buruk


(kritis) syarat pengoperasian.

> 40% Tidak berfungsi Gagal, tidak berfungsi. Sangat Buruk

Sumber : Peraturan Menteri No. 32 Tahun 2007

E-7
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

E.1.4.2. Pengukuran Koordinat dan Dimensi Prasarana Air Baku


1) Bagan Alir Metode Pelaksanaan Topografi
Bagan alir metode pelaksanaan ini dimaksudkan untuk mengetahui alur dari
pelaksanaan pekerjaan pengukuran Topografi dan Pemetaan Teristris yang akan
dilaksanakan dilapangan.
Berikut ini adalah bagan alir dari pengukuran Topografi dan Pemetaan Teristris dapat
dilihat pada Gambar E.1

Gambar E. 1 Bagan Alir Pengukuran Topografi dan Teristris

2) Penetapan Titik Referensi


2.1. Karakteristik Survei GPS Geodetik

Survei penentuan posisi dengan pengamatan satelit GPS Geodetik (survei GPS)
secara umum dapat didefinisikan sebagai proses penentuan koordinat dari sejumlah
titik terhadap titik yang telah diketahui koordinatnya, dengan menggunakan metode

E-8
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

penentuan posisi diferensial (differential Positioning) serta data pengamatan fase


(carrier phase) dari sinyal GPS.
Pada survey GPS Geodetic, pengamatan GPS dengan selang waktu tertentu
dilakukan baseline per baseline dalam suatu jaringan dari titik-titik yang akan
ditentukan posisinya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar E.2 berikut ini :

Gambar E. 2 Penentuan posisi titik-titik dengan metode survei GPS Geodetik

Secara skematik proses perhitungan koordinat titik-titik dalam jaringan GPS dapat
ditunjukkan seperti pada Gambar E.3 berikut ini :

Gambar E. 3 Diagram alir perhitungan koordinat titik-titik jaringan GPS Geodetik

Dalam hal ini metode penentuan posisi diferensial dengan data fase digunakan

E-9
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

Untuk menentukan vektor (dx,dy,dz) dari setiap baseline yang diamati. Penentuan
vektor baseline ini umumnya dilakukan dengan metode hitung perataan kuadrat
terkecil (least Square Adjustment).

2.2. Langkah-Langkah Pengamatan GPS Geodetik statik

Proses pelaksanaan suatu survey GPS Geodetic, secara umum akan meliputi
tahapan-tahapan : perencanaan dan persiapan, pengamatan (pengumpulan data),
pengolahan data, dan pelaporan, seperti yang digambarkan secara skematik pada
gambar E.4 berikut :

Gambar E. 4 Tahapan umum pelaksanaan suatu survei GPS

Langkah-langkah Pengamatan GPS Geodetik statik


1. Menentukan CORS
Terdekat dari lokasi yang akan diamati untuk daerah ini dipergunakan CORS
terdekat CORS dengan kode CUMI 429 dengan lokasi di STO TELKOM
Bojonglopang Jampang Tengah.
2. Membuat rencana
Jaring pengamatan. Gambar Jaring Pengamatan dapat dilihat pada Gambar E.5
berikut ini

E - 10
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

COR CUMI 429

Base
BM.1 BM.4

CP.1 CP.7

SEASSION 1

COR CUMI 429

Base
BM.1 BM.4

CP.1 CP.7

SEASSION 2

COR CUMI 429

Base
BM.1 BM.4

CP.1 CP.7

SEASSION 3

Gambar E. 5 Skema Jaringan Pengamatan GPS Geodetik

3. Kontrol Kualitas Pengamatan


Strategi pengamatan suatu jaringan GPS, disamping harus optimal dipandang dari
segi ketelitian, biaya, dan waktu, juga harus mengandung secara implisit suatu
mekanisme kontrol kualitas.
Dalam hal ini, ada beberapa strategi pengamatan yang dapat digunakan untuk
mengontrol kualitas data pengamatan yaitu antara lain :

E - 11
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

1) Penggunaan hanya baseline-baseline bebas (non-vertikal) yang membentuk


suatu jaringan (kerangka) yang tertutup;
2) Pengamatan beberapa baseline dalam suatu loop tertutup yang relatif tidak
terlalu besar.
3) Pengamatan suatu baseline dua kali pada beberapa sesi pengamatan yang
berbeda (common baseline). Ini dilakukan biasanya pada baseline yang
panjang dan pada baseline-baseline yang konektivitasnya pada suatu titik
kurang kuat dan
4) Penggunaan beberapa titik ikat yang tersebar secara baik dalam jaringan.
Keempat strategi diatas umumnya diterapkan secara simultan dalam pengamatan
suatu jaringan GPS, seperti yang ditunjukan pada Gambar E.6 berikut :

Gambar E. 6 Strategi-strategi pengontrolan kualitas pengamatan

4. Pengolahan Baseline
Pengolahan baseline pada dasarnya bertujuan menghitung vektor baseline
(dX,dY,dZ) menggunakan data fase sinyal GPS yang dikumpulkan pada dua titik
ujung dari baseline yang bersangkutan, yang diilustrasikan pada Gambar E.7
berikut :

E - 12
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

Gambar E. 7 Pengolahan data baseline GPS

5. Pengolahan data baseline GPS


Pada survey GPS Geodetik, pengolahan baseline umumnya dilakukan secara
beranting satu persatu (Single Baseline) dari baseline ke baseline, dimulai dari
suatu tetap yang telah diketahui koordinatnya, sehingga membentuk suatu
jaringan yang tertutup. Tapi perlu juga dicatat di sini bahwa pengolahan baseline
dapat dilakukan secara sesi per sesi pengamatan, dimana satu sesi terdiri dari
beberapa baseline (Single Session, Multi Baseline).
Pada proses pengestimasian vektor baseline, data fase double-difference
digunakan. Meskipun begitu biasanya data pseudorange juga digunakan oleh
perangkat lunak pengolahan baseline sebagai data pembantu dalam beberapa hal
seperti penentuan koordinat pendekatan, sinkronisasi waktu kedua receiver GPS
yang digunakan, dan pendekatan cycle slips. Secara skematik, tahapan
perhitungan suatu (vektor) baseline ditunjukkan pada Gambar E.8 berikut :

Gambar E. 8 Tahapan perhitungan suatu baseline GPS

E - 13
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

6. Transformasi Datum dan Koordinat


Koordinat titik-titik yang didapatkan dari hitungan perataan jaringan GPS adalah
koordinat kartesian tiga dimensi (X, Y, Z) dalam datum WGS 1984. Seandainya
pengguna menginginkan koordinat titik-titik tersebut dalam datum dan sistem
koordinat lainnya yang berbeda, maka diperlukan suatu proses transformasi datum
dan koordinat. Berkaitan dengan pentransformasian koordinat titik-titik GPS ini,
jenis transformasi yang umum digunakan dapat ditunjukkan pada Gambar E.9
berikut :

Gambar E. 9 Transformasi koordinat titik GPS

3) Survey Pengukuran Topografi Dan Pemetaan


Pemetaan Terestris dimaksudkan untuk mendapatkan data posisi planimetris maupun
ketinggian dari semua titik-titik di lapangan, baik itu titik-titik yang mewakili keadaan
topografi kemiringan tanah maupun detail alam maupun detail bangunan exsisting
yang ada.
Pemetaan Terestris meliputi situasi topografi areal secara keseluruhan, dan situasi
khusus bangunan utama yaitu bendung dan bangunan-bangunan lain yang
membutuhkan perencanaan secara detail.
3.1. Pengukuran Polygon

A. Pengukuran polygon Utama dan Pengikatan


Pengukuran Utama adalah suatu jaringan titik-titik di lapangan yang ditentukan
melalui pengukuran dengan tingkat ketelitian yang tinggi dan digunakan sebagai
kerangka dasar pengukuran situasi areal secara keseluruhan, untuk itu
pelaksanaan pengukuran harus dilakukan secara cermat dan teliti, dengan
mengikuti ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
Jaringan Poligon Utama harus membentuk jaringan poligon loop tertutup.

E - 14
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

- Jarak antara dua titik poligon adalah berkisar antara 25 meter sampai dengan
100 meter.
- Untuk menentukan jarak poligon harus dilakukan pengukuran jarak.
- Kesalahan linier pengukuran jarak adalah < 1 : 10.000
- Posisi titik-titik poligon sedemikian rupa sehingga sudut dalam pada masing-
masing titik poligon ditentukan minimal 30 derajat dan maksimal 330 derajat.
- Pengukuran sudut-sudut poligon harus menggunakan alat Theodolit order I,
yaitu theodolit Wild T-2 atau yang derajat ketelitiannya, dan pengukuran sudut
dilakukan minimal dengan “satu seri” pengukuran.
- Ketentuan kesalahan pengukuran sudut poligon adalah tidak lebih dari 10√n
dimana n adalah jumlah titik poligon.
- Jaringan titik-titik poligon harus dipasang tidak jauh dari tepi saluran/sungai,
sehingga pelaksanaan pengukuran situasi sekitar sungai dapat dilakukan
dengan baik. Bagan alir pengukuran poligon dapat dilihat pada Gambar E.10
berikut ini:

Gambar E. 10 Bagan Alir Pengukuran Poligon

E - 15
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

B. Pengukuran Polygon Cabang


Poligon Cabang adalah pengukuran poligon titik-titik profil sepanjang
sungai/saluran, yang dipasang setiap jarak maksimal 50 meter dan mengikuti
bentuk alur saluran.
Pengukuran poligon sekunder harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
sebagai berikut:
- Titik-titik poligon sekunder yang ditentukan adalah titik profil sungai yang
dipasang dengan jarak maksimum 50 meter dan setiap belokan alur sungai.
- Pengukuran poligon sekunder harus diikatkan dengan titik-titik poligon utama
pada ujung-ujungnya.
- Jarak antara dua titik poligon atau patok profil harus diukur dengan
menggunakan midband yang terbuat dari fiberglass, dan pembacaan
pengukuran jarak dilakukan 3 kali pembacaan pada setiap titik poligon.
- Kesalahan linier pengukuran jarak adalah < 1 : 2.000
- Posisi poligon dipilih sedemikian rupa sehingga sudut dalam pada masing-
masing titik poligon ditentukan minimal 30 derajat dan maksimal 330 derajat.
- Pengukuran sudut-sudut poligon harus menggunakan alat Theodolit order II,
yaitu theodolit Wild Tm-5 (5”) atau yang sederajat ketelitiannya, dan
pengukuran sudut dilakukan minimal dengan “satu seri” pengukuran.
- Ketentuan kesalahan pengukuran sudut poligon adalah tidak lebih dari 24n
dimana n adalah jumlah titik poligon.
C. Perhitungan Kerangka Horizontal dan Koordinat
Koordinat yang dihitung adalah koordinat kerangka dasar horizontal/ titik-titik
poligon dengan menggunakan rumus-rumus sebagai berikut:
1. Syarat Geometri Sudut
α awal−α akhir = Σβ−(n+2)∗180+fβ
α awal−α akhir = Σd sin α + fx
α awal−α akhir = Σd cosα+fy
2. Koreksi Absis
d
fx
∑d
3. Koreksi Ordinat
d
fy
∑d
Dimana:

E - 16
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

 akhir = Azimuth akhir


 awal = Azimuth awal
 = Jumlah sudut ukuran
n = Jumlah titik poligon
  Salah penutup sudut
x akhir = Absis akhir
x awal = Absis awal
y akhir = Ordinat akhir
y awal = Ordinat awal
 = Azimuth
d = Jumlah jarak poligon
fx = Salah penutup absis
fy = Salah penutup ordinat
4. Koordinat Definitif
a) Hitungan Absis Definitif (x)
x i = x (i−1 ) + Δx i +kx i
Dimana:
xi = Absis titik ke i
x (i−1 )
= Absis titik ke titik sebelum i
Δx i = Selisih Absis
kx i = Koreksi Absis
b) Hitungan Ordinat Definitif (y)

y i = y (i−1 )+ Δy i +ky i

Dimana:

yi = Ordinat titik ke i

y (i−1 )
= Ordinat titik ke titik sebelum i

Δy i = Selisih ordinat

E - 17
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

ky i = Koreksi ordinat
3.2. Pengukuran Sifat Datar

A. Pengukuran Sifat Datar Polygon Utama


Pengukuran sifat datar polygon utama harus dilaksanakan dengan ketentuan-
ketentuan sebagai berikut:
- Pengukuran leveling poligon harus dilakukan dengan menggunakan alat
waterpass automatis seperti Wild NAK.2 atau Ni.2 atau yang sederajat
ketelitiannya.
- Pengukuran leveling harus dilakukan dengan sistem pengukuran “double-
stand” atau sistem “pulang-pergi”.
- Pembacaan rambu ukur selalu dilakukan bacaan tiga benang teropong
(benang atas, benang tengah, benang bawah), dengan rambu yang dipasang
tegak lurus dilengkapi dengan nivo rambu.
- Bacaan skala rambu harus dilakukan pada interval skala antara 0,5 meter
sampai 2,5 meter untuk rambu panjang 3 meter.
- Pengukuran leveling harus dilakukan dengan jarak ke depan sama dengan
jarak ke belakang pada setiap slag, atau jumlah jarak ke depan sama dengan
jumlah jarak ke belakang pada setiap seksi pengukuran.
- Selama pelaksanaan pengukuran tempat berdiri rambu ukur harus digunakan
rambu yang terbuat dari plat besi.
- Pengukuran leveling harus dilakukan dengan jarak antara alat dan rambu
maksimal 50 m.
- Pengukuran leveling poligon utama, disamping harus melewati semua titik
poligon, tapi juga harus melewati semua BM yang dipasang, maupun BM
lainnya yang ada.
- Ketelitian pengukuran leveling ditentukan < 6D mm dimana D adalah jumlah
jarak sisi poligon dalam Km. Bagan alir pengukuran sifat datar dapat dilihat pada
Gambar E.11 berikut ini:

E - 18
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

Gambar E. 11 Bagan Alir Pengukuran Sifat Datar

B. Pengukuran Sifat Datar Poligon Cabang


Pengukuran leveling poligon sekunder adalah pengukuran leveling pada jalur titik-
titik poligon sekunder, harus dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan sebagai
berikut:
- Pengukuran leveling poligon dilakukan dengan menggunakan alat waterpass
semi automatis atau waterpass biasa seperti Shokisaha B.2 Wild NAK.1 atau
yang sederajat ketelitiannya.
- Pengukuran leveling harus dilakukan dengan sistem pengukuran “double-
stand” atau sistem “pulang-pergi”.

E - 19
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

- Pembacaan rambu ukur selalu dilakukan bacaan tiga benang teropong


(benang atas, benang tengah, benang bawah), dengan rambu yang dipasang
tegak lurus dilengkapi dengan nivo rambu.
- Bacaan skala rambu harus dilakukan pada interval skala antara 0,5 meter
sampai 2,5 meter untuk rambu panjang 3 meter.
- Pengukuran leveling harus dilakukan dengan jarak ke depan sama dengan
jarak ke belakang pada setiap slag, atau jumlah jarak ke depan sama dengan
jumlah jarak ke belakang pada setiap seksi pengukuran.
- Pengukuran leveling harus dilakukan dengan jarak antara alat dan rambu
maksimal 50 m.
- Pengukuran leveling poligon sekunder harus melewati semua titik poligon
sekunder dan harus diikatkan kepada titik-titik poligon utama yang ada.
- Ketelitian pengukuran leveling ditentukan < 10D mm dimana D adalah jumlah
jarak sisi poligon dalam Km.

C. Hitungan Sifat Datar


Langkah-langkah perhitungan sifat datar/ketinggian elevasi adalah sebagai
berikut:
1. Menghitung beda tinggi per seksi

- Beda tinggi stand satu =


Δh 1

- Beda tinggi stand dua =


Δh 2

- Beda tinggi ukuran pergi


Δhpr =
1/ 2 ( D 1 + D2 )

- Salah penutup (SP) ukuran stand satu dan stand dua tidak boleh
melebihi batas toleransi yang diijinkan (10D), D dalam Km.
2. Jarak tiap slag diperoleh dari jumlah jarak ke belakang ditambah jarak ke
muka.
3. Menghitung salah penutup setiap kring sipat datar (H)

H=
Δh 1 + Δh 2 + Δh 3 +. . .. ..+ Δhn +SP = 0

4. Menghitung tinggi
Hj =
hi + Δhij + ( SPD )∗d ij

3.3. Penampang Melintang dan Memanjang

Pengukuran Penampang Melintang adalah ketinggian titik-titik disepanjang garis


yang tegak lurus memotong melintang penampang memanjang dengan maksud
untuk mendapatkan data ketinggian titik-titik pada garis melintang, sehingga dapat
digambarkan tampang melintang areal pengukuran.

E - 20
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

Pengukuran Penampang Melintang dan Memanjang dilakukan dengan kriteria


sebagai berikut:
- Pengukuran Penampang Melintang dan Memanjang dapat dilakukan metoda
tachimetri menggunakan alat theodolit T-0 atau yang lebih tinggi derajat
ketelitiannya.
- Pengukuran Penampang Melintang dan Memanjang dilakukan dengan
coverage 30 m sebelah kiri sampai dengan 30 m sebelah kanan as rencana
atau lebih disesuaikan dengan bentuk areal lahan.
- Pembacaan rambu ukur selalu dilakukan bacaan tiga benang dengan rambu
yang dipasang tegak.
- Pengukuran Penampang Melintang dan Memanjang dilakukan sedimikian
rupa sehingga dapat menggambarkan tampang profil sesungguhnya di
lapangan dengan basis pada titik patok profil.
- Pengukuran Penampang Melintang dan Memanjang dilakukan pada setiap
titik profil dengan interval maksimal 50 meter.
- Pengukuran Penampang Melintang dan Memanjang dilakukan juga terhadap
posisi ketinggian muka air, ketinggian dasar sungai /saluran (center, sungai),
tanggul kiri dan areal sekitar sungai mengikuti keadaan topografi tanah.
Data situasi dan cross-section hasil pengukuran lapangan dihitung dengan metoda
tachimetri. Alat berdiri pada titik A yang telah diketahui (x, y, z) maka titik B dapat
dihitung.
Berdasarkan gambar, dapat diketauhi tingginya dari titik yang telah diketahui
elevasinya. Ilustrasi Metoda Tachimetry dapat dilihat pada Gambar E.12 berikut
ini:

Gambar E. 12 Metoda Tachimetry

TB =
T A+ Δh

Δh =
{12 100 ( B −B ) sin 2m }+T −B
a b A t

D
Untuk menghitung jarak datar ( d )

E - 21
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

2
Dd = D 0 cos m
2
=
100 ( B a −B b ) cos m
Dimana:
TA = Tinggi titik A yang telah diketahui (x, y, z)
TB = Tinggi titik B yang akan ditentukan
Δh = Beda tinggi antara titik A dan titik B
B a = Bacaan diafragma benang atas
Bb = Bacaan diafragma benang bawah
Bt = Bacaan diafragma benang tengah
T A = Tinggi alat

Dd = Jarak optis
m = Sudut miring
A z = Azimuth

A. Cross Section Sungai


Cross Section Sungai adalah penampang arah melintang sungai, dimana dalam
penampang tersebut sudah menampilkan elevasi existing penampang melintang
sungai maupun elevasi rencana suatu sungai. Metode yang umum diterapkan
untuk menetapkan debit sungai adalah metode profil sungai (Cross Section).
Pada metode ini debit merupakan hasil perkalian antara luas penampang vertikal
sungai (profil sungai) dengan kecepatan aliran air.
Luas penampang diukur dengan menggunakan meteran dan piskal (tongkat
bambu atau kayu) dan kecepatan aliran diukur dengan menggunakan current
meter. Profil sungai atau bentuk geometri saluran sungai berpengaruh terhadap
besarnya kecepatan aliran sungai, sehingga dalam perhitungan debit perlu
dilakukan pembuatan profil sungai. Fungsi atau kegunaan cross section sungai
antara lain :
1. Mengetahui bentuk dan ukuran lebar penampang melintang sungai.
2. Mengetahui elevasi tanah asli penampang melintang sungai.
3. Sebagai acuan dalam desain penampang melintang sungai.
Berikut ini adalah contoh gambar sebuah penampang melintang sungai yang
akan disajikan pada Gambar E.13

E - 22
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

Gambar E. 13 Contoh Penampang melintang sungai (Cross Section)

B. Long Section Sungai


Profil memanjang adalah suatu potongan/penampang suatu areal arah
memanjang yang mempunyai jarak dan elevansi. Fungsi atau kegunaan Long
Section sungai antara lain:
1. Mengetahui bentuk dan ukuran panjang penampang memanjang sungai.
2. Dapat mengetahui kemiringan sungai dengan mengandalkan data elevasi
yang ada pada penampang memanjang sungai.
3. Sebagai acuan dalam desain penampang memanjang sungai.
Berikut ini adalah contoh gambar sebuah penampang memanjang sungai yang
akan disajikan pada Gambar E.14

Gambar E. 14 Contoh Penampang memanjang sungai (Long Section)

E - 23
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

3.5. PENGGAMBARAN
Peta Situasi dalam bentuk skala 1:2.000 akan memuat:
a. Bangunan-bangunan utama yaitu: bendung, sandtrap, waterway, headpond,
penstock, serta powerhouse dan tailrace. Bangunan-bangunan pelengkap
seperti: siphon, talang, jalan akses dan jembatan.
b. Skala garis numeris dan petunjuk arah utara.
c. Garis-garis kontur sekitaran daerah sungai
d. Kondisi areal tata guna lahan sekitaran daerah sungai
e. Keterangan elevasi-elevasi cross-section sungai
f. Keterangan nama-nama patok disekitaran sungai
g. Titik Triangulasi dan lokasi BM / CP serta angka garis grid.

Gambar E. 15 Contoh Peta Situasi Lokasi Intake Air Baku dan Jalur Pipa

E.1.5. Kegiatan Analisa Data, Penilaian Kinerja dan Penyusunan AKNOP

1) Kajian Hasil Survey Inventarisasi Prasarana Air Baku


Hasil Survey Inventarisasi Prasarana Air Baku yang didapat merupakan bahan
masukan yang sangat penting dalam pendataan jenis, jumlah dan kondisi bangunan
prasarana air baku.

2) Kajian Hasil Data Pencatatan Lokasi Geografi

E - 24
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

Hasil Pencatatan Lokasi Geografi yang telah diperoleh dari pengukuran lapangan
merupakan bahan masukan yang sangat penting dalam analisa. Dari hasil tersebut
akan diperoleh informasi tentang :

 Tata letak bangunan pengambilan.

Bangunan dan tata guna lahan yang ada disekitar lokasi bangunan pengambilan.

 Elevasi permukaan tanah pada tiap titik yang ditinjau.

 Identifikasi pemilikan lahan, bangunan dan prasarana umum yang ada di lokasi
proyek.

3) Penilaian Kinerja Bangunan Air Baku


Berdasarkan hasil inventarisasi dilakukan analisis/penilaian kinerja bangunan air baku
dan dibuat suatu rangkaian rencana aksi yang tersusun dengan skala prioritas serta
uraian pekerjaan pemeliharaan. Dalam menentukan kriteria pemeliharaan dilihat dari
kondisi kerusakan fisik bangunan air baku.

Tabel E. 3 Verifier Untuk Indikator OP Bangunan Air Baku

Nilai Kondisi Nilai Ekivalen


(Tingkat Kategori Keterangan terhadap
Kerusakan) Kondisi Awal

< 10% Diperlukan Kondisi bangunan mantap, Baik


pemeliharaan rutin berfungsi optimal.

10 – 20% Diperlukan Bangunan perlu dikondisikan Rusak Ringan


pemeliharaan berkala seperti awal dibangun.
yang bersifat perawatan

21 – 40% Diperlukan Bangunan perlu dikondisikan Rusak Sedang


pemeliharaan berkala seperti awal dibangun.
yang bersifat perbaikan

> 40% Diperlukan Pemeliharaan bersifat mendesak, Rusak Berat


pemeliharaan berkala kualitas pekerjaan benar-benar
yang bersifat perbaikan darurat.
berat atau penggantian

Sumber : Permen PUPR No. 12 Tahun 2015

Pengambilan keputusan tindak lanjut harus dilakukan dengan memperhatikan kondisi


bangunan secara menyeluruh, tidak hanya fisik namun juga fungsinya. Kinerja fungsi
bangunan memiliki peran pokok dalam menentukan tindak lanjut. Apabila kinerja
fungsi bangunan tidak baik padahal fisik bangunan masih baik atau cukup baik,

E - 25
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

apapun keadaan fisiknya di akhir evaluasi, bangunan tidak memberikan manfaat yang
diharapkan. Untuk itu perlu dilakukan kajian ulang terhadap perencanaan dan
penempatan bangunan bersangkutan. Mengacu pada tabel verifier di atas, maka
didapat indeks kinerja yang akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.

Tabel E. 4 Interval Indeks Kinerja

Indeks Jenis
Kategori Skala Kegiatan
Kinerja Pemeliharaan

80 - 100 Sangat Pemeliharaan rutin;


Baik Pemeliharaan berkala bersifat perbaikan.
Pemeliharaan
70 – 79 Baik Pemeliharaan berkala bersifat
preventif
penggantian;
Reparasi atau perbaikan ringan.

55 - 69 Kurang Pemeliharaan khusus / perbaikan berat.


dan Perlu
Perhatian Pemeliharaan
< 55 Jelek dan korektif Rehabilitasi;
Perlu Rektifikasi, pembetulan/penyempurnaan
Perhatian dalam skala terbatas.

Bencana Pemeliharaan Pemeliharaan darurat pada saat dan


alam darurat setelah banjir, tanah longsor, atau
bencana lainnya.

Sumber : Permen PUPR No. 12 Tahun 2015

4) Perhitungan AKNOP Dan Penentuan Skala Prioritas


a) Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP)
Agar pelaksanaan operasi dan pemeliharaan berjalan dengan optimal maka kita
harus memberikan dana untuk pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sesuai
dengan Angka kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan. Kegiatan operasi
dan pemeliharaan bangunan air baku adalah dua hal yang saling terkait. Untuk
mensinkronkan kedua kegiatan tersebut maka diperlukan suatu program operasi
dan pemeliharaan dan harus dibuat suatu kebutuhan biaya nyata yang akan
dilaksanakan di lapangan. Untuk kegiatan OP diperlukan suatu nilai atau angka
biaya yang betul-betul nyata yang merupakan hasil penelusuran bangunan air

E - 26
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

baku yang dikenal dengan nama Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan
Pemeliharaan Bangunan Air Baku (AKNOP).

Penyusunan AKNOP merupakan kegiatan penyusunan biaya kegiatan OP pada


suatu bangunan air baku yang akan menggambarkan secara rinci biaya nyata
kebutuhan untuk melaksanakan OP dilihat dari kondisi bangunan air (kondisi
baik, rusak ringan dan rusak sedang) dan ditentukan juga oleh jumlah personil
dan peralatan yang digunakan.
Angka kebutuhan nyata operasi dan pemeliharaan (AKNOP) secara umum
meliputi :
 Biaya Operasional

 Biaya Pemeliharaan
 Biaya Kelembagaan

b) Penentuan Skala Prioritas (Metode Analytic Hierarchy Process/AHP)


AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh
Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah
multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki, menurut
Saaty (1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah
permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level
pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan
seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu
masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang
kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan
tampak lebih terstruktur dan sistematis.
AHP sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan
metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut :
1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih,
sampai pada subkriteria yang paling dalam.
2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi
berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.
3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan
keputusan.
 Prinsip Dasar AHP

AHP didasarkan atas 3 prinsip dasar yaitu :


1. Dekomposisi

Dengan prinsip ini struktur masalah yang kompleks dibagi menjadi bagian-

E - 27
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

bagian secara hierarki. Tujuan didefinisikan dari yang umum sampai


khusus. Dalam bentuk yang paling sederhana struktur akan dibandingkan
tujuan, kriteria dan level alternatif. Tiap himpunan alternatif mungkin akan
dibagi lebih jauh menjadi tingkatan yang lebih detail, mencakup lebih
banyak kriteria yang lain. Level paling atas dari hirarki merupakan tujuan
yang terdiri atas satu elemen. Level berikutnya mungkin mengandung
beberapa elemen, di mana elemenelemen tersebut bisa dibandingkan,
memiliki kepentingan yang hampir sama dan tidak memiliki perbedaan
yang terlalu mencolok. Jika perbedaan terlalu besar harus dibuatkan level
yang baru.

2. Perbandingan penilaian/pertimbangan (comparative judgments)


Dengan prinsip ini akan dibangun perbandingan berpasangan dari semua
elemen yang ada dengan tujuan menghasilkan skala kepentingan relatif
dari elemen. Penilaian menghasilkan skala penilaian yang berupa angka.
Perbandingan berpasangan dalam bentuk matriks jika dikombinasikan akan
menghasilkan prioritas.

3. Sintesa Prioritas
Sintesa prioritas dilakukan dengan mengalikan prioritas lokal dengan
prioritas dari kriteria bersangkutan di level atasnya dan menambahkannya
ke tiap elemen dalam level yang dipengaruhi kriteria. Hasilnya berupa
gabungan atau dikenal dengan prioritas global yang kemudian digunakan
untuk memboboti prioritas lokal dari elemen di level terendah sesuai
dengan kriterianya.
 Perumusan Kriteria Dan Penyusunan Hirarki

Untuk memilih skala prioritas pembiayaan operasi dan pemeliharaan secara


optimal. Maka dari itu urutan hirarki pengambilan keputusan adalah sebagai
berikut :

1. Hirarki tujuan, yaitu Pembiayaan O/P yang optimum.


2. Hirarki kriteria, yaitu Kinerja 1 (Kinerja Fungsional Infrastuktur Bangunan);
Kinerja 2 (Kinerja Pelayanan Air); Kinerja 3 (Kinerja Kelembagaan
Pemerintah).

3. Hirarki Prioritas Pembiayaan, yaitu Prioritas-1, Prioritas-2 dan Prioritas-3.


 Perumusan Cara Penilaian Dan Ukuran Tiap Kriteria

Ada 2 cara pengukuran atas alternatif tindakan pada suatu kriteria yaitu:

E - 28
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

1. Penilaian relatif (alternatif dinilai berapa derajat kepentingannya terhadap


alternatif yang lain pada kriteria tersebut).

2. Penilaian absolut (alternatif dinilai dengan suatu derajat ukuran tertentu).


5) Penilaian Kelengkapan Kelembagaan
Setiap lembaga/institusi yang akan mengelola Sistem Penyediaan Air Baku minimal
harus mempunyai :
 Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga yang sudah disahkan notaris.

 Susunan organisasi/pengurus.
 Tenaga ahli yang dimiliki dan uraian tugas.

 Surat ijin lainnya sesuai yang disyaratkan.


Kegiatan kelembagaan pengelolaan air minum memiliki :

 Organisasi meliputi struktur organisasi kelembagaan dan personil unit pengelola


Sistem Penyediaan Air Baku.

 Tata laksana meliputi uraian tugas pokok dan fungsi, serta pembinaan karir
pegawai penyelenggara Sistem Penyediaan Air Baku.

Kelembagaan pengelola Sistem Penyediaan Air Baku harus dilengkapi dengan


sumber daya manusia yang kompeten di bidang pengelolaan Sistem Penyediaan Air
Baku sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

6) Analisa Sistem Informasi


Hasil inventarisasi bangunan akan diolah menggunakan software ArcView / ArcGis
sehingga dapat digabungkan antara data spasial dan data tabular. Untuk
mengerjakan pengolahan peta ini diperlukan ahli GIS atau SIG (Sistem Informasi
Geografis).

7) Penyusunan Manual OP
Prosedur Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Air Baku dimaksudkan sebagai
pedoman bagi pengelola air baku dalam melaksanakan kegiatan operasi dan
pemeliharaan jaringan air baku.

Sedangkan tujuannya adalah agar para pengelola air baku mampu melaksanakan
operasi dan pemeliharaan jaringan air baku secara efektif, efisien, dan berkelanjutan
sehingga air dapat dimanfaatkan secara optimal serta dapat meningkatkan kinerja
jaringan air baku.

Ruang lingkup Prosedur Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Air Baku adalah :
1. Pelaksanaan Operasi Jaringan Air Baku, meliputi perencanaan operasi jaringan
air baku, pelaksanaan operasi jaringan air baku, monitoring dan evaluasi jaringan

E - 29
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

air baku, pengoperasian bangunan air baku, pemanfaatan sumber air lain serta
kegiatan pendukung operasi dan pemeliharaan jaringan air baku.

2. Pelaksanaan Pemeliharaan Jaringan Air Baku, meliputi kegiatan inventarisasi


kondisi fisik jaringan air baku, perencanaan pemeliharaan jaringan air baku,
pelaksanaan pemeliharaan jaringan air baku serta pemantauan, evaluasi dan
pelaporan.

A. Pelaksanaan Operasi Jaringan Air Baku


1) Kegiatan Operasi Jaringan Air Baku

Operasi jaringan air baku adalah upaya pengaturan air baku termasuk kegiatan
membuka-menutup pintu bangunan air baku, menyusun rencana pembagian air
baku, melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau
dan, mengevaluasi.

Kegiatan operasi jaringan air baku secara rinci meliputi :


1. Pekerjaan pengumpulan data (data debit, data curah hujan, dan lain lain);

2. Pekerjaan kalibrasi alat pengukur debit air;


3. Pekerjaan membuat Rencana Penyediaan Air Tahunan, Pembagian dan
Pemberian Air Tahunan dan lain-lain.;
4. Pekerjaan melaksanakan pembagian air baku;

5. Pekerjaan mengatur pintu-pintu air baku;


6. Pekerjaan mengatur pintu tampungan lumpur untuk menguras endapan
lumpur;
7. Koordinasi antar instansi terkait;

8. Monitoring dan Evaluasi kegiatan Operasi Jaringan Air Baku.


2) Data Pendukung kegiatan operasi jaringan Air Baku

Dalam rangka membantu kegiatan operasi jaringan air baku dapat


dilaksanakan, diperlukan data pendukung antara lain :

 Peta lokasi Sumber Air Baku

Peta lokasi Sumber Air Baku adalah Peta Wilayah Kerja BBWS Citarum
diploting peta lokasi air baku.

 Peta Situasi Air Baku

Peta Wilayah Air Baku (Skala 1 : 5.000 atau disesuaikan) dengan batas air
baku, plotting saluran pembawa dan bangunan air baku.

 Skema Jaringan Air Baku

Skema jaringan Air Baku menggambarkan saluran pembawa, bangunan air

E - 30
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

dan bangunan lainnya yang masing-masing dilengkapi dengan nomenklatur.

 Gambar Purna Konstruksi (as built drawing)

Gambar Purna Konstruksi (as built drawing) berupa gambar kerja purna
konstruksi untuk saluran maupun bangunan.

 Dokumen dan data lain.

Dokumen dan data lain, berupa :

a. Manual pengoperasian air baku bangunan ukur debit air atau bangunan
khusus lainnya;

b. Data seri dari catatan curah hujan;


c. Dan data lainnya.

3) Peran Serta Masyarakat Dalam Operasi Jaringan Air Baku


BBWS Citarum menyusun rencana operasi jaringan air baku setelah mendapat
masukan dari instansi yang membidangi air baku.
Dalam kegiatan operasi jaringan air baku dilakukan dengan melibatkan peran
serta masyarakat diwujudkan mulai dari pemikiran awal, pengambilan
keputusan, dan pelaksanaan kegiatan dalam operasi jaringan air baku.

Dalam rangka mengikutsertakan masyarakat petani pemakai air, kegiatan


perencanaan dan pelaksanaan operasi jaringan air baku didapat melalui usulan
dari masyarakat/PDAM, dengan proses sebagai berikut :
1. Masyarakat/PDAM mengusulkan rencana kebutuhan debit air kepada
BBWS Citarum melalui instansi yang membidangi.
2. BBWS Citarum melaksanakan operasi jaringan air baku atau dapat
dilakukan dengan melibatkan peran masyarakat untuk melaksanakannya.
4) Ruang Lingkup Kegiatan Operasi Jaringan Air Baku

Ruang Lingkup Kegiatan Operasi Jaringan Air Baku meliputi :


1. Perencanaan Operasi Jaringan Air Baku.

2. Pelaksanaan Operasi Jaringan Air Baku.


3. Monitoring dan Evaluasi Operasi Jaringan Air Baku.

4. Pengoperasian Bangunan Air Baku.


5. Pemanfaatan Sumber Air Lain.

a. Pemanfaatan air tanah (conjunctive use).


b. Pemanfaatan kembali drainase.

6. Kegiatan Pendukung Operasi Jaringan Air Baku.

E - 31
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

a. Monitoring pelaksanaan operasi jaringan air baku.


b. Kalibrasi alat ukur debit.

c. Monitoring dan Evaluasi Kinerja Sistem Air Baku.


5) Tata Cara Operasi Jaringan Air Baku

1. Perencanaan Operasi Jaringan Air Baku


a. Perencanaan Penyediaan Air Baku

Rencana Penyediaan Air Tahunan dibuat oleh Dinas Pengelolaan


Sumber Daya Air Provinsi cq. BBWS Citarum sesuai dengan
kewenangannya berdasarkan ketersediaan air (debit andalan) dan
mempertimbangkan usulan rencana kebutuhan air baku.

b. Perencanaan Pembagian Air Baku.


Rencana Tahunan Pembagian Air Baku disusun oleh BBWS Citarum
berdasarkan rencana tahunan penyediaan air Baku dan pemakaian air
untuk keperluan lainnya.

2. Pelaksanaan Operasi Jaringan Air Baku


Berdasarkan perencanaan operasi jaringan air baku, maka pelaksanaan
kegiatan operasi jaringan air baku dilakukan dengan :
a. Blanko 01-AB (Pencatatan Debit Air Baku)

Pelaksanaan Pencatatan debit air baku pada saluran dengan


menggunakan Blangko 01-OAB.

3. Pemanfaatan Sumber Air Lain


Apabila terjadi kekurangan air baku dalam kegiatan pembagian air baku
dapat diupayakan pemanfaatan sumber-sumber air lainnya seperti
pemanfaatan air dari saluran suplesi, air tanah dan lain-lain.

a. Pemanfaatan Air Dari Saluran Suplesi


Dalam kondisi kekurangan debit air baku dapat diupayakan debit air dari
saluran suplesi air irigasi/air baku berdasarkan musyawarah dan
kesepakatan bersama.

b. Pemanfaatan Air Tanah


Air tanah dapat merupakan sumber air utama atau secara terpadu
bersama-sama dengan air permukaan memenuhi kebutuhan air baku
(Conjunctive use).

Pengelolaan terpadu dalam penggunaan air permukaan dan air tanah


diperlukan terutama pada pemanfaatan air tanah sebagai pengganti air

E - 32
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

baku dan air permukaan pada musim kemarau dan atau sebagai
tambahan (suplesi) bagi air baku.

4. Kegiatan Pendukung Operasi Jaringan Air Baku


a. Monitoring Pelaksanaan Operasi Jaringan Air Baku

Monitoring pelaksanaan operasi jaringan air baku dilakukan dengan


menggunakan Blanko 01-AB.

b. Kalibrasi Alat Ukur


Untuk dapat dicapainya operasi jaringan air baku yang efektif dan efisien,
pembagian air baku harus dapat diukur dengan baik. Besarnya air yang
mengalir melewati suatu alat ukur dalam satuan waktu tertentu tidak
selalu sama dengan perhitungan memakai rumus standar yang berlaku.
Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, antara lain nilai kekasaran, endapan
lumpur dan kekentalan air itu sendiri. Disamping itu pengerjaan dan
pemasangan alat ukur pada saat pembangunan juga sangat
berpengaruh.
Mengingat hal tersebut sebelum dipergunakan, alat ukur harus dikalibrasi
yaitu dengan membandingkan kenyataan besarnya debit yang mengalir
dengan besarnya debit sesuai dengan perhitungan menggunakan rumus
umum.
Tata cara kalibrasi harus dilakukan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan
tata cara kalibrasi.
Kalibrasi harus dilakukan setiap ada perubahan/perbaikan dari alat ukur
atau minimal lima tahun sekali.
Apabila terjadi kerusakan alat ukur pada jaringan Air Baku teknis maka
sambil menunggu perbaikan, pengukuran debit pada alat ukur yang rusak
dapat dilakukan antara lain sebagai berikut :

a) Pengukuran debit dengan metode pelampung.


b) Dibuat lubang pintu ukur yang proporsional dengan pintu ukur yang
masih berfungsi.
c. Evaluasi Kinerja Sistem Air Baku.

Evaluasi kinerja sistem Air Baku dimaksudkan untuk mengetahui kondisi


kinerja sistem air baku yang meliputi:

1) Prasarana fisik
2) Produktivitas debit air

3) Sarana penunjang

E - 33
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

4) Organisasi personalia
5) Dokumentasi

6) Kondisi kelembagaan masyarakat


B. Pelaksanaan Pemeliharaan Jaringan Air Baku

1. Kegiatan Pemeliharaan Jaringan Air Baku


Pemeliharaan jaringan air baku adalah upaya menjaga dan mengamankan
jaringan air baku agar dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar
pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya.

Pelaksanaan pemeliharaan jaringan air baku melalui kegiatan perawatan,


perbaikan, pencegahan dan pengamanan yang harus dilakukan secara terus
menerus.
Ruang lingkup kegiatan pemeliharaan jaringan air baku, meliputi :

1. Inventarisasi kondisi jaringan air baku


2. Perencanaan pemeliharaan jaringan air baku.

3. Pelaksanaan pemeliharaan jaringan air baku.


4. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

2. Data Pendukung Kegiatan Pemeliharaan Jaringan Air Baku


Dalam penyelenggaraan pemeliharaan jaringan air baku diperlukan data-data
pendukung sebagai berikut :
a. Peta Situasi Air Baku

Peta Air Baku (Skala 1 : 5.000 atau Skala 1 : 10.000), dengan batas-
batasnya dan tata letak saluran pembawa serta bangunan air.

b. Skema Jaringan Air Baku


Skema jaringan air baku menggambarkan letak, nama saluran pembawa dan
bangunan-bangunan airnya.
3. Jenis-Jenis Pemeliharaan Jaringan Air Baku

Jenis pemeliharaan jaringan air baku terdiri dari : (1) Pengamanan jaringan air
baku; (2) Pemeliharaan rutin; (3) Pemeliharaan berkala; dan (4) Perbaikan
darurat.
a. Pengamanan Jaringan Air Baku

Pengamanan jaringan air baku merupakan upaya untuk mencegah dan


menanggulangi terjadinya kerusakan jaringan air baku yang disebabkan oleh
daya rusak air, hewan, atau oleh manusia guna mempertahankan fungsi
jaringan air baku.

E - 34
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

Setiap kegiatan yang dapat membahayakan atau merusak jaringan air baku
dilakukan tindakan pencegahan berupa pemasangan papan larangan, papan
peringatan atau perangkat pengamanan lainnya.
Adapun tindakan pengamanan dapat dilakukan antara lain :

1) Tindakan Pencegahan
a. Melarang pengambilan air dengan pompa air maupun selang.

b. Melarang memandikan hewan selain di tempat yang telah


ditentukan dengan memasang papan larangan.

c. Menetapkan garis sempadan saluran sesuai ketentuan dan


peraturan yang berlaku.

d. Petugas pengelola air baku harus mengontrol patok-patok batas


tanah air baku supaya tidak dipindahkan oleh masyarakat.

e. Memasang papan larangan untuk kendaraan yang melintas jalan


inspeksi yang melebihi kelas jalan.

f. Melarang masyarakat, mandi di sekitar bangunan atau lokasi-lokasi


yang berbahaya.

g. Melarang mendirikan bangunan dan atau menanam pohon di tanah/


tanggul saluran air baku.

h. Mengadakan penyuluhan/sosialisasi kepada masyarakat dan


instansi terkait tentang pengamanan fungsi jaringan air baku.

2) Tindakan Pengamanan
a. Membuat bangunan pengamanan di tempat-tempat yang berbahaya.

b. Pemasangan penghalang di jalan inspeksi dan tempat-tempat yang


berbahaya berupa portal, patok, dan lain-lain.

c. Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan rutin merupakan kegiatan perawatan dalam rangka
mempertahankan kondisi jaringan air baku yang dilaksanakan secara
terus menerus tanpa ada bagian konstruksi yang diubah atau diganti.

Kegiatan pemeliharaan rutin meliputi :


1) Pemeliharaan Rutin yang bersifat Perawatan :

a) Memberikan minyak pelumas pada bagian pintu.


b) Membersihkan saluran dan bangunan dari tanaman liar dan
semak-semak.
c) Membersihkan saluran dan bangunan dari sampah dan

E - 35
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

kotoran.
d) Pembuangan endapan lumpur di bangunan ukur.

e) Memelihara tanaman lindung di sekitar bangunan dan di tepi


luar tanggul saluran.

2) Pemeliharaan Rutin yang bersifat Perbaikan ringan :


a) Menutup lubang-lubang bocoran kecil di saluran/bangunan.

b) Perbaikan kecil pada pasangan, misalnya siaran/plesteran


yang retak atau beberapa batu muka yang lepas.

d. Pemeliharaan Berkala
Pemeliharaan berkala merupakan kegiatan perawatan dan perbaikan
yang dilaksanakan secara berkala yang direncanakan dan
dilaksanakan oleh BBWS Citarum dan dapat bekerja sama
masyarakat secara swakelola berdasarkan kemampuan lembaga
tersebut dan dapat pula dilaksanakan secara kontraktual.

Pelaksanaan pemeliharaan berkala dilaksanakan secara periodik


sesuai kondisi jaringan air bakunya. Setiap jenis kegiatan
pemeliharaan berkala dapat berbeda-beda periodenya, misalnya
setiap tahun, 2 tahun atau 3 tahun.

Pemeliharaan berkala dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pemeliharaan


yang bersifat perawatan, pemeliharaan yang bersifat perbaikan, dan
pemeliharaan yang bersifat penggantian.
Pekerjaan pemeliharaan berkala meliputi :

1) Pemeliharaan Berkala yang Bersifat Perawatan


a) Pengecatan pintu.
b) Pembuangan lumpur di bangunan dan saluran.
2) Pemeliharaan Berkala yang Bersifat Perbaikan
a) Perbaikan bangunan pengambilan dan bangunan air
lainnya.
b) Perbaikan bangunan ukur dan kelengkapannya.
c) Perbaikan saluran.
d) Perbaikan Pintu-pintu.
e) Perbaikan Jalan Inspeksi.
f) Perbaikan fasilitas pendukung seperti kantor, rumah dinas,
rumah petugas lapangan, kendaraan dan peralatan
3) Pemeliharaan Berkala yang Bersifat Penggantian

E - 36
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

a) Penggantian Pintu.
b) Penggantian alat ukur.
c) Penggantian peil schall
e. Penanggulangan/Perbaikan Darurat

Perbaikan darurat dilakukan akibat bencana alam dan atau


kerusakan berat akibat terjadinya kejadian luar biasa (seperti
pengrusakan/penjebolan tanggul, longsoran tebing yang menutup
jaringan air baku, tanggul putus dll) dan penanggulangan segera
dengan konstruksi tidak permanen, agar jaringan air baku tetap
berfungsi.

Kejadian Luar Biasa/Bencana Alam harus segera dilaporkan oleh


Petugas lapangan, ditindak lanjuti Perwakilan Balai dan dilaporkan
kepala BBWS Citarum secara berjenjang dan selanjutnya oleh kepala
BBWS Citarum dilaporkan kepada Dinas Pengelolaan Sumber Daya
Air Provinsi dengan tembusan Instansi terkait termasuk
Bupati/Walikota dan Gubernur. Lokasi, tanggal/waktu, dan
kerusakan akibat kejadian bencana dimasukkan dalam Blangko 03-
OAB dan lampirannya. Perbaikan darurat ini dapat dilakukan secara
gotong-royong, swakelola atau kontraktual, dengan menggunakan
bahan yang tersedia di BBWS Citarum atau yang disediakan
masyarakat seperti (bronjong, karung plastik, batu, pasir, bambu,
batang kelapa, dan lain-lain).

Selanjutnya perbaikan darurat ini disempurnakan dengan konstruksi


yang permanen dan dianggarkan secepatnya melalui program
rehabilitasi.
4. Peran Serta Masyarakat dalam Pemeliharaan Jaringan Air Baku

BBWS Citarum dalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan jaringan air baku


dilakukan dengan melibatkan peran serta masyarakat diwujudkan mulai dari
pemikiran awal, pengambilan keputusan, dan pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan jaringan air baku.

Kegiatan perencanaan dan pelaksanaan pemeliharaan didapat melalui hasil


penelusuran bersama dengan proses sebagai berikut :

a. Masyarakat bersama Perwakilan Balai melakukan penelusuran untuk


mengidentifikasi kerusakan-kerusakan, usulan rencana perbaikan dan skala
prioritas.
b. Penyusunan jenis-jenis pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh masyarakat.

E - 37
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

c. BBWS Citarum melaksanakan pemeliharaan jaringan air baku dapat


dilakukan melalui kerjasama dengan masyarakat secara swakelola.

d. Masyarakat dapat berperan serta dalam pelaksanaan pemeliharaan jaringan


air baku dalam bentuk tenaga, bahan, atau biaya sesuai dengan
kemampuannya.
e. Masyarakat berperan aktif dalam pengamanan jaringan air baku.

f. Masyarakat dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan pemeliharaan


jaringan air baku dalam bentuk penyampaian laporan penyimpangan
pelaksanaan kepada BBWS Citarum.
5. Tata Cara Pemeliharaan Jaringan Air Baku

Untuk mendapatkan hasil pemeliharaan yang optimal, diperlukan tata


cara/prosedur yang tepat dengan mengacu pada tahapan sebagai berikut :

1) Inventarisasi Jaringan Air Baku


Inventarisasi jaringan air baku dilakukan untuk mendapatkan data jumlah,
dimensi, jenis, kondisi dan fungsi seluruh asset air baku serta data
ketersediaan air baku, nilai asset jaringan air baku pada setiap air baku.
Inventarisasi jaringan air baku dilaksanakan setiap tahun mengacu pada
ketentuan/pedoman yang berlaku.

Untuk kegiatan pemeliharaan dan inventarisasi tersebut yang sangat


diperlukan adalah data kondisi fisik jaringan air baku yang meliputi data
kerusakan dan pengaruhnya terhadap ketersediaan debit air baku.
Pelaksanaan inventarisasi jaringan air baku ini dilaksanakan secara
partisipatif melalui penelusuran jaringan air baku oleh personil BBWS
Citarum secara berjenjang bersama-sama dengan masyarakat dengan
menggunakan Blangko Inventaris Jaringan air baku. Dari hasil
inventarisasi tersebut disusun program 5 tahunan yang akan diusulkan
untuk mendapatkan biaya pemeliharaan jaringan air baku.

E - 38
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

Tabel E. 5 REKAPITULASI FORM INVENTARISASI DAN PENILAIAN KINERJA AIR BAKU

DATA : INVENTARISASI BANGUNAN AIR BAKU


STATUS DATA : BULAN .................. TAHUN ...................
NAMA/LOKASI BANGUNAN AIR BAKU : ..............................................................
NAMA DAERAH PENERIMA AIR : ..............................................................
SUMBER AIR : ..............................................................
3
KAPASITAS PENGAMBILAN (m /dt) : ..............................................................
SISTEM (GRAVITASI / POMPA) : ..............................................................
TAHUN DIBANGUN : ..............................................................
JUMLAH PETUGAS / OPERATOR : ..............................................................
JADWAL OPERASIONAL : ..............................................................

KONDISI FUNGSI KINERJA KEGIATAN OP


NO. KOMPONEN BANGUNAN AIR BAKU Rusak Rusak Rusak Cukup Buruk / Kurang Tidak Sangat Kurang Tahun Biaya (Rp.) SKETSA FOTO KET.
Baik Baik Baik Jelek Kegiatan
Ringan Sedang Berat Baik Fungsi Fungsi Baik Baik Pelaksanaan dalam ribuan
1 Broncaptering (Bangunan Penangkap Mata Air)
2 Bangunan Pengambilan (Intake)
3 Pipa Transmisi
4 Rumah Pompa
5 Pompa Air
6 Panel Listrik
7 Genset
8 Alat Ukur Tekanan Air
9 Alat Ukur Debit
10 Reservoar (Bak Penampung)
11 WTP (Instalasi Pengolah Air)
12 Air Valve
13 Jembatan Pipa

E - 39
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

Tabel E. 6 USULAN FORM INVENTARISASI DAN PENILAIAN KINERJA AIR BAKU

SKETSA :
BRONCAPTERING (BANGUNAN PENANGKAP MATA AIR)
Dimensi :
Panjang : m
Lebar : m
Tinggi : m
Elevasi : m

Kondisi : *) Baik
*) Pilih salah satu Rusak Ringan
Rusak Sedang
Rusak Berat

Fungsi : *) Baik
*) Pilih salah satu Cukup Baik DOKUMENTASI :
Buruk / Kurang Fungsi
Tidak Fungsi

Kinerja : *) Sangat Baik


*) Pilih salah satu Baik
Kurang Baik
Jelek

Kegiatan OP : *)
*) Yang sudah pernah dilakukan
Tahun Pelaksanaan :
Kegiatan :
Biaya (Rp.) dalam ribuan :

E - 40
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

SKETSA :
GENSET
Dimensi :
Panjang : m
Lebar : m
Tinggi : m
Elevasi : m
Jumlah : unit
Daya :

Kondisi : *) Baik
*) Pilih salah satu Rusak Ringan
Rusak Sedang
Rusak Berat

Fungsi : *) Baik
*) Pilih salah satu Cukup Baik DOKUMENTASI :
Buruk / Kurang Fungsi
Tidak Fungsi

Kinerja : *) Sangat Baik


*) Pilih salah satu Baik
Kurang Baik
Jelek

Kegiatan OP : *)
*) Yang sudah pernah dilakukan
Tahun Pelaksanaan :
Kegiatan :
Biaya (Rp.) dalam ribuan :

E - 41
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

2) Perencanaan Pemeliharaan Jaringan Air Baku


Perencanaan pemeliharaan jaringan air baku dibuat oleh BBWS Citarum
dan jajarannnya bersama masyarakat berdasarkan penelusuran jaringan
air baku dan rencana prioritas pemeliharaan jaringan air baku. Dalam
rencana pemeliharaan jaringan air baku terdapat pembagian tugas, antara
masyarakat dengan pemerintah diantaranya bagian mana dapat ditangani
masyarakat dan bagian mana yang ditangani pemerintah melalui Nota
Kesepakatan kerjasama Operasi dan Pemeliharaan jaringan air baku.
a. Penelusuran Jaringan Air Baku
Berdasarkan penelusuran jaringan air baku dicatat semua
kerusakannya, selanjutnya dikirim oleh Perwakilan Balai secara rutin
kepada Seksi Operasi dan Pemeliharaan BBWS Citarum.
Penelusuran dilaksanakan setahun sekali yaitu pada saat debit terkecil
untuk mengetahui endapan, dan mengetahui tingkat kerusakan yang
terjadi ketika air di saluran berada di bawah air normal.
Penelusuran dilakukan bersama secara partisipatif antara Staf BBWS
Citarum, Perwakilan Balai dan masyarakat.
Hasil penelusuran direkam dalam Blanko 01-PAB (Laporan
Penelusuran Kerusakan Jaringan Air Baku) dan ditentukan ranking
prioritasnya oleh BBWS Citarum.
Disamping itu dicatat juga dicatat secara detail dalam Blanko 02-PAB
(Buku Catatan Pemeliharaan).
Pencatatan dalam Buku Catatan Pemeliharaan dibuat per ruas saluran
dan perbangunan setiap lembar.
b. Identifikasi dan Analisis Tingkat Kerusakan
Berdasarkan hasil inventarisasi dilakukan survei identifikasi
permasalahan dan kebutuhan pemeliharaan secara partisipatif, dan
dibuat suatu rangkaian rencana aksi yang tersusun dengan skala
prioritas serta uraian pekerjaan pemeliharaan jaringan air baku. Dalam
menentukan kriteria pemeliharaan dilihat dari kondisi kerusakan fisik
jaringan air baku. Pada hakekatnya pemeliharaan jaringan air baku
yang tertunda akan mengakibatkan kerusakan yang lebih parah dan
memerlukan rehabilitasi lebih dini.

E - 42
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

1. FORM ISIAN PENILAIAN KINERA JENIS BENDUNG

INDEKS KINERJA SISTEM JARINGAN AIR BAKU

I. DATA UMUM
1. Nama Daerah Jaringan Air Baku
2. Layanan Air Baku .......... liter/detik
3. Unit Pengelola
4. Nama BWS
5. Kab/Kota
6. Provinsi

II. RIWAYAT PENANGANAN


1. Nama Proyek / Kegiatan (Setingkat
Rehabilitas & Perbaikan Berat)
2. Tahun Pelaksanaan
3. Jenis Penanganan (Kontraktual /
Swakelola)

III. DATA INVENTARISASI


1. Cakupan Pelayanan ........ liter/detik
2. Tipe Medan Lapangan Pegunungan/Pedataran
3. Sumber Air Baku
4. Jenis Bangunan Pengambilan Bendung
5. Pelimpah/Kantong Lumpur/Prasedimen
6. Panjang Saluran/Pipa/Jaringan Transmisi
7. Jumlah Bangunan Pengatur
8. Jumlah Bangunan Pelengkap

IV. PERSONALIA
Yang Ada
Kebutuhan
No Bagian / Jabatan Harian Jumlah
(or) PNS (or)
(or) (or)
1.

V. INDEKS KONDISI O&P JARINGAN AIR BAKU


Yang Ada Maks Min Optimum
No. Bagian / Kegiatan
(%) (%) (%) (%)
1 Prasarana Fisik ............ 45 25 35
2 Produktivitas Layanan Air Baku ............ 15 10 13
3 Sarana Penunjang ............ 10 5 8
4 Organisasi Personalia ............ 15 8 11
5 Dokumentasi ............ 5 3 4
6 Lembaga Pengguna / Pemakai Air ............ 10 5 8
Jumlah ............ 100 55 78

Sumber: LAMPIRAN IV Permen PUPR Nomor : xxx/PRT/M/20xx(Masih Draft, Belum ditetapkan)

E - 43
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

INDEKS KINERJA SISTEM JARINGAN AIR BAKU

Nama Jaringan Air Baku :


Bobot Layanan Total : ........ Iiter/detik
Besarnya Debit Layanan : ........ liter/detik
Jenis Bangunan : Bendung

Bobot Nilai Indeks Kondisi


Uraian Final Bagian Yg ada Maks Keterangan
(%) (%) (%) 100%
1 2 3 4 5 6

I. PRASARANA FISIK - 45.00


1. Bangunan Utama - 14.00
1.1 Bendung - 100 4.00
a. Mercu - 20 - 0.80
b. Sayap - 15 - 0.60
c. Lantai Bendung - 20 - 0.80
d. Tanggul Penutup - 20 - 0.80
e. Jembatan - 5 - 0.20
f. Papan Operasi - 10 - 0.40
g. Mistar Ukur - 5 - 0.20
h. Pagar Pengaman - 5 - 0.20

1.2 Pintu Bendung dapat dioperasikan - 100 7.00


a. Pintu Pengambilan - 55 - 3.85
b. Pintu Penguras Bendung - 45 - 3.15

1.3 Kantong Lumpur & Pintu Penguras - 100 3.00


a. Bangunan/Kantong Lumpur berfungsi - 35 - 1.05
b. Kantong lumpur telah dibersihkan - 30 - 0.90
c. Pintu penguras, kantong lumpur dapat dioperasikan - 35 - 1.05

2. Saluran Pembawa Transmisi - 100 12.00


2.1 Saluran terbuka /saluran tertutup pipa - 50 - 6.00
2.2 Tinggi tanggul cukup untuk menghindari limpasan setiap saat - 20 - 2.40
2.3 Semua perbaikan saluran telah selesai - 30 - 3.60

3. Bangunan pada Saluran Pembawa - 100 10.00


3.1 Bangunan pengatur lengkap dan berfungsi - 100 - 2.00
3.2 Pengukuran debit dapat dilakukan sesuai rencana operasi - 100 3.50
a. Pada bangunan pengambilan (bendung/Intake) - 40 - 1.40
b. Pada setiap bangunan pengatur - 30 - 1.05
c. Sebelum masuk IPA - 30 - 1.05

3.3. Bangunan Pelengkap berfungsi dan lengkap - 100 2.00


a. Pada saluran induk dan sekunder - 40 - 0.80
b. Pada bangunan pelengkap - 60 - 1.20

3.4. Semua Perbaikan teleh Selesai - 100 2.50


a. Perbaikan bangunan pengatur - 50 - 1.25
b. Mistar ukur, skala liter - 15 - 0.38
c. Papan operasi - 20 - 0.50
d. Bangunan pelengkap - 15 - 0.38

4. Jalan Masuk/Inspeksi - 100 4.00


4.1. Jalan masuk ke bangunan utama dalam kondisi baik - 50 - 2.00
4.2. Jalan Inspeksi sepanjang saluran telah diperbaiki - 25 - 1.00
4.3. Bangunan dan saluran yang dipelihara dapat dicapai - 25 - 1.00

5. Kantor, Perumahan dan Gudang - 100 5.00


5.1. Kantor memadai untuk: - 100 2.00
Ranting/UPTD - 50 - 1.00
Petugas Jaringan - 50 - 1.00

5.2. Perumahan memadai untuk: - 100 1.00


Ranting/UPTD - 50 - 0.50
Petugas Jaringan - 50 - 0.50

5.3. Gudang memadai untuk: - 100 2.00


Kantor Ranting/UPTD - 40 - 0.80
Bangunan Utama - 40 - 0.80
Pelengkap lain - 20 - 0.40

E - 44
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

2. FORM ISIAN PENILAIAN KINERA JENIS FREE INTAKE

INDEKS KINERJA SISTEM JARINGAN AIR BAKU

I. DATA UMUM
1. Nama Daerah Jaringan Air Baku
2. Layanan Air Baku .......... liter/detik
3. Unit Pengelola
4. Nama BWS
5. Kab./Kota
6. Provinsi

II. RIWAYAT PENANGANAN


1. Nama Proyek / Kegiatan (Setingkat
Rehabilitas & Perbaikan Berat)
2. Tahun Pelaksanaan
3. Jenis Penanganan (Kontraktual /
Swakelola)

III. DATA INVENTARISASI


1. Cakupan Pelayanan
2. Tipe Medan Lapangan Pegunungan/Pedataran
3. Sumber Air Baku Mata Air
4. Jenis Bangunan Pengambilan Free Intake
5. Pelimpah/Kantong Lumpur/Prasedimen
6. Panjang Saluran/Pipa/Jaringan Transmisi
7. Jumlah Bangunan Pengatur
8. Jumlah Bangunan Pelengkap

IV. PERSONALIA
Yang Ada
Kebutuhan
No Bagian / Jabatan PNS Harian Jumlah
(or)
(or) (or) (or)

V. INDEKS KONDISI O&P JARINGAN AIR BAKU


Yang Ada Maks Min Optimum
No. Bagian / Kegiatan
(%) (%) (%) (%)
1 Prasarana Fisik ........... 45 25 35
2 Produktivitas Layanan Air Baku ........... 15 10 13
3 Sarana Penunjang ........... 10 5 8
4 Organisasi Personalia ........... 15 8 11
5 Dokumentasi ........... 5 3 4
6 Lembaga Pengguna / Pemakai Air ........... 10 5 8
Jumlah ........... 100 55 78

E - 45
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

INDEKS KINERJA SISTEM JARINGAN AIR BAKU

Nama Jaringan Air Baku :


Bobot Layanan Total : .......... liter/detik
Besarnya Debit Layanan : .......... liter/detik
Jenis Bangunan : Free Intake

Bobot Nilai Indeks Kondisi


Uraian Final Bagian Yang ada Maks Keterangan
(%) (%) (%) 100%
1 2 3 4 5 6

I. PRASARANA FISIK - 45.00


1. Bangunan Utama - 14.00
1.1 Free Intake - 100 4.00
a. Bak Pengumpul - 20 70 0.80
b. Pipa Peluap - 15 - 0.60
c. Lubang Kontrol (Manhole) - 20 - 0.80
d. Pipa Pengeluaran Udara (Vent) - 20 - 0.80
e. Alat Ukur Debit (Water Meter) - 5 - 0.20
f. Pipa Transmisi - 10 - 0.40
g. Jembatan - 5 - 0.20
h. Pagar Pengaman - 5 - 0.20

1.2 Pipa Pengambilan dapat dioperasikan - 100 7.00


a. Pipa Pengambilan - 55 - 3.85
b. Pipa Penguras - 45 - 3.15

1.3 Kantong Lumpur & Pintu Penguras - 100 3.00


a. Bangunan/Kantong Lumpur berfungsi - 35 - 1.05
b. Kantong lumpur telah dibersihkan - 30 - 0.90
c. Pintu Penguras, kantong lumpur dapat dioperasikan - 35 - 1.05

2. Saluran pembawa Transmisi - 100 12.00


2.1 Saluran Tertutup Pipa - 50 - 6.00
2.2 Tanggul dapat mengatasi bocoran selama pengoperasian - 20 - 2.40
2.3 Semua perbaikan pipa telah selesai - 30 - 3.60

3. Bangunan pada saluran pembawa - 100 10.00


3.1 Bangunan Pengatur lengkap dan berfungsi - 100 - 2.00
3.2 Pengukuran debit dapat dilakukan sesuai rencana Operasi - 100 3.50
a. Pada Bangunan Pengambilan (pipa Intake) - 40 - 1.40
b. Pada setiap bangunan Pengatur - 30 - 1.05
c. Sebelum masuk IPA - 30 - 1.05

3.3. Bangunan Pelengkap berfungsi dan lengkap - 100 2.00


a. Pada saluran Induk dan Sekunder - 40 - 0.80
b. Pada Bangunan pelengkap - 60 - 1.20

3.4. Semua Perbaikan teleh Selesai - 100 2.50


a. Perbaikan Bangunan Pengatur - 50 - 1.25
b. Mistar Ukur, Skala Liter - 15 - 0.38
c. Papan Operasi - 20 - 0.50
d. Bangunan Pelengkap - 15 - 0.38

4. Jalan Masuk/Inspeksi - 100 4.00


4.1. Jalan masuk ke bangunan Utama dalam kondisi baik - 50 - 2.00
4.2. Jalan Inspeksi sepanjang saluran telah diperbaiki - 25 - 1.00
4.3. Bangunan dan saluran yang dipelihara dapat dicapai - 25 - 1.00

5. Kantor, perumahan dan gudang - 100 5.00


5.1. Kantor memadai untuk: - 100 2.00
Ranting/UPTD - 50 - 1.00
Mantri/Juru - 50 - 1.00

5.2. Perumahan memadai untuk: - 100 1.00


Ranting/UPTD - 50 - 0.50
Mantri/Juru - 50 - 0.50

5.3. Gudang memadai untuk: - 100 2.00


Kantor Ranting/UPTD - 40 - 0.80
Bangunan Utama - 40 - 0.80
Pelengkap lain - 20 - 0.40

E - 46
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

3. FORM ISIAN PENILAIAN KINERA JENIS BRONKAPTERING

INDEKS KINERJA SISTEM JARINGAN AIR BAKU

I. DATA UMUM
1. Nama Daerah Jaringan Air Baku
2. Layanan Air Baku
3. Unit Pengelola
4. Nama BWS
5. Kab./Kota
6. Provinsi

II. RIWAYAT PENANGANAN


1. Nama Proyek / Kegiatan (Setingkat
Rehabilitas & Perbaikan Berat)
2. Tahun Pelaksanaan
3. Jenis Penanganan (Kontraktual / Swakelola)

III. DATA INVENTARISASI


1. Cakupan Pelayanan
2. Tipe Medan Lapangan Perbukitan/Pedataran
3. Sumber Air Baku
4. Jenis Bangunan Pengambilan Bronkaptering
5. Pelimbah/Kantong Lumpur/Prasedimen
6. Panjang Saluran/Pipa/Jaringan Transmisi
7. Jumlah Bangunan Pengatur
8. Jumlah Bangunan Pelengkap

IV. PERSONALIA
Yang Ada
Kebutuha
No Bagian / Jabatan PNS Harian Jumlah
n (or)
(or) (or) (or)

V. INDEKS KONDISI O&P JARINGAN AIR BAKU


Yang Ada Maks Min (%) Optimum
No. Bagian / Kegiatan
(%) (%) (%)
1 Prasarana Fisik - 45 25 35
2 Produktivitas Layanan Air Baku - 15 10 13
3 Sarana Penunjang - 10 5 8
4 Organisasi Personalia - 15 8 11
5 Dokumentasi - 5 3 4
6 Lembaga Pengguna / Pemakai Air - 10 5 8
Jumlah - 100 55 78

E - 47
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

INDEKS KINERJA SISTEM JARINGAN AIR BAKU

Nama Jaringan Air Baku :


Bobot Layanan Totat : .......... Iiter/detik
Besarnya Debit Layanan : .......... liter/detik
Jenis Bangunan : Bronkaptering

Bobot Nilai Indeks Kondisi


Uraian Final Bagian Yg ada Maks Keterangan
(%) (%) (%) 100%
1 2 3 4 5 6

I. PRASARANA FISIK - 45.00


1. Bangunan Utama - 14.00
1.1 Intake - 100 4.00
a. Bak Pengumpul - 20 - 0.80
b. Pipa Pengeluaran Udara (Vent) - 15 - 0.60
c. Pipa Peluap - 20 - 0.80
d. Alat Ukur Debit (Water Meter) - 20 - 0.80
e. Lubang Kontrol (Manhole) - 5 - 0.20
f. Pipa Transmisi - 10 - 0.40
g. Papan Operasi - 5 - 0.20
h. Pagar pengaman - 5 - 0.20

1.2 Pipa Pengambilan dapat dioperasikan - 100 7.00


a. Pipa Pengambilan - 55 - 3.85
b. Pipa Penguras - 45 - 3.15

1.3 Kantong Lumpur & Pintu Penguras - 100 3.00


a. Bangunan/Kantong Lumpur berfungsi - 35 - 1.05
b. Kantong lumpur telah dibersihkan - 30 - 0.90
c. Pintu Penguras, kantong lumpur dapat dioperasikan - 35 - 1.05

2. Saluran pembawa Transmisi - 100 12.00


2.1 Saluran Tertutup Pipa - 50 - 6.00
2.2 Tanggul dapat mengatasi bocoran selama pengoperasian - 20 - 2.40
2.3 Semua perbaikan pipa telah selesai - 30 - 3.60

3. Bangunan pada saluran pembawa - 100 10.00


3.1 Bangunan Pengatur lengkap dan berfungsi - 100 - 2.00
3.2 Pengukuran debit dapat dilakukan sesuai rencana Operasi - 100 3.50
a. Pada Bangunan Pengambilan (pipa Intake) - 40 - 1.40
b. Pada setiap bangunan Pengatur - 30 - 1.05
c. Sebelum masuk IPA - 30 - 1.05

3.3. Bangunan Pelengkap berfungsi dan lengkap - 100 2.00


a. Pada saluran Induk dan Sekunder - 40 - 0.80
b. Pada Bangunan pelengkap - 60 - 1.20

3.4. Semua Perbaikan telah Selesai - 100 2.50


a. Perbaikan Bangunan Pengatur - 50 - 1.25
b. Mistar Ukur, Skala Liter - 15 - 0.38
c. Papan Operasi - 20 - 0.50
d. Bangunan Pelengkap - 15 - 0.38

4. Jalan Masuk/Inspeksi - 100 4.00


4.1. Jalan masuk ke bangunan Utama dalam kondisi baik - 50 - 2.00
4.2. Jalan Inspeksi sepanjang saluran telah diperbaiki - 25 - 1.00
4.3. Bangunan dan saluran yang dipelihara dapat dicapai - 25 - 1.00

5. Kantor, perumahan dan gudang - 100 5.00


5.1. Kantor memadai untuk: - 100 2.00
Ranting/UPTD - 50 - 1.00
Petugas Jaringan - 50 - 1.00

5.2. Perumahan memadai untuk: - 100 1.00


Ranting/UPTD - 50 - 0.50
Petugas Jaringan - 50 - 0.50

5.3. Gudang memadai untuk: - 100 2.00


Kantor Ranting/UPTD - 40 - 0.80
Bangunan Utama - 40 - 0.80
Pelengkap lain - 20 - 0.40

E - 48
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

c. Pengukuran dan Pembuatan Detail Desain Perbaikan Jaringan Air


baku
1). Survai Dan Pengukuran Perbaikan Jaringan Air Baku

Survai dan pengukuran untuk pemeliharaan jaringan air baku


dapat dilaksanakan secara sederhana oleh petugas BBWS
Citarum bersama-sama masyarakat dengan menggunakan roll
meter, alat bantu ukur, selang air atau, tali. Hasil survai yang
dituangkan dalam gambar sketsa atau diatas gambar as built
drawing. Sedangkan untuk pekerjaan perbaikan, perbaikan berat
maupun penggantian harus menggunakan alat ukur waterpass
atau theodolit untuk mendapatkan elevasi yang akurat. Hasil
survai dan pengukuran ini selanjutnya digunakan oleh personil
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi dalam penyusunan
detail desain.
2) Pembuatan Detail Desain

Berdasarkan hasil survai dan pengukuran disusun rancangan


detail desain dan penggambaran. Hasil rancangan detail desain ini
didiskusikan kembali dengan perkumpulan petani pemakai air
sebagai dasar pembuatan desain akhir.

d. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB)


Rencana anggaran biaya dihitung berdasarkan perhitungan volume
dan harga satuan yang sesuai dengan standar yang berlaku di wilayah
setempat. Sumber-sumber pembiayaan pemeliharaan jaringan air baku
berasal dari :
1) Alokasi biaya pemeliharaan dari sumber APBN, APBD, atau DAK.

2) Kontribusi biaya pemeliharaan jaringan air baku oleh perkumpulan


pemakai air.

3) Alokasi biaya dari badan usaha atau sumber lainnya.


e. Penyusunan Program/Rencana Kerja

Rencana Program/Rencana kerja dibuat oleh BBWS Citarum bersama


perkumpulan masyarakat pemakai air baku. Untuk lebih teratur dan
terarah dalam mencapai tujuan kegiatan pemeliharaan Jaringan air
baku perlu adanya suatu program atau rencana kerja sebagai berikut :

E - 49
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

1) Pekerjaan Yang Dilaksanakan Secara Swakelola

Pekerjaan yang dapat dilaksanakan dengan cara swakelola antara


lain adalah berupa pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala yang
bersifat perawatan, dan penanggulangan.
a) Pemeliharaan Rutin

- Pekerjaan pemeliharaan rutin dilaksanakan secara terus


menerus sesuai dengan kebutuhan/hasil inspeksi rutin
Pengelola Air Baku.
- Pelaksanaan oleh Perwakilan Balai/UPTD/Cabang Dinas
atau oleh perkumpulan masyarakat pemakai air baku
secara gotong royong dengan bimbingan teknis dari
dinas/pengelola air baku.
b) Pemeliharaan Berkala

- Pekerjaan dilaksanakan secara periodik disesuaikan


dengan tersedianya anggaran.

- Pelaksanaan secara swakelola oleh BBWS Citarum atau


dapat melibatkan masyarakat pemakai air.

- Pekerjaan berupa perawatan


c) Penanggulangan

- Pekerjaan bersifat darurat agar bangunan dan saluran


segera berfungsi.

- Pelaksanaan oleh BBWS Citarum bersama


masyarakat/perkumpulan petani pemakai air baku dengan
cara gotong royong.
Untuk program pemeliharaan jaringan air baku yang akan
dilaksanakan dengan cara swakelola dibuat oleh BBWS Citarum
dengan menggunakan Blangko 04-PAB (Program Pekerjaan
Pemeliharaan Swakelola).
2) Pekerjaan Yang Dapat Dikontrakkan

- Pekerjaan bersifat rehabilitasi, rehabilitasi berat, dan


penggantian.

- Pelaksanaan melalui pihak ketiga (kontraktor).


Untuk program pemeliharaan jaringan air baku yang akan

E - 50
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

dilaksanakan dengan cara kontraktual dibuat oleh BBWS Citarum


dengan menggunakan Blangko 05-PAB (Program Pekerjaan
Pemeliharaan Kontraktual).

f. Kebutuhan Bahan Operasi dan Bahan Pemeliharaan Yang Bersifat


Rehabilitasi

Daftar kebutuhan bahan operasi dan bahan pemeliharaan rutin serta


daftar kebutuhan bahan pemeliharaan dan tenaga kerja untuk
pemeliharaan berkala dilaksanakan oleh Perwakilan
Balai/UPTD/Cabang Dinas.

1) Daftar Kebutuhan Bahan Operasi dan Bahan Pemeliharaan Rutin


Perwakilan Balai/UPTD/Cabang Dinas melakukan perhitungan
kebutuhan bahan operasi rutin seperti : teer, paselin, solar, oli,
amplas, sikat baja, pel, kuas dan lain-lain. Disamping itu juga
melakukan perhitungan jaringan air baku kebutuhan bahan
pemeliharaan rutin seperti : semen, pasir, batu belash, kerikil,
tanah urug dan lain-lain.
Pelaksanaan kegiatan tersebut diisikan pada Blanko 06-PAB
(Daftar Kebutuhan Bahan Operasi dan Bahan Pemeliharaan
Rutin).

2). Daftar Kebutuhan Bahan dan Tenaga Kerja Untuk Pemeliharaan


Berkala

Perwakilan Balai/UPTD/Cabang Dinas melakukan perhitungan


kebutuhan bahan pemeliharaan berkala seperti : semen, pasir,
batu belash, kerikil, tanah urug dan lain-lain.
Pelaksanaan kegiatan tersebut diisikan pada Blanko 07-PAB
(Daftar Kebutuhan Bahan Operasi dan Tenaga Kerja Untuk
Pemeliharaan Berkala).

3) Pelaksanaan Pemeliharaan Jaringan Air Baku


a. Persiapan Pelaksanaan Pemeliharaan Jaringan Air Baku

1) Masyarakat dan atau kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan


pemeliharaan wajib memahami dan menerapkan persyaratan teknis
yang telah ditetapkan oleh BBWS Citarum.
2) Pelaksanaan pemeliharaan jaringan air baku tidak mengganggu

E - 51
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

kelancaran pembagian air untuk tanaman, artinya pelaksanaannya


disesuaikan dengan jadwal pengeringan dan giliran air.
3) BBWS Citarum wajib menyampaikan kepada masyarakat pemakai
air mengenai rencana pengeringan paling lambat tiga puluh hari
sebelum pelaksanaan pengeringan.

4) Untuk pekerjaaan yang dilaksanakan oleh masyarakat agar sesuai


dengan kuantitas dan kualitas yang dipersyaratkan, perlu adanya
bimbingan dari tenaga pendamping lapangan/BBWS Citarum.
5) Untuk pekerjaan yang dilaksanakan kontraktor, sebagai kontrol
sosial masyarakat dapat berperan serta secara swadaya
mengawasi pekerjaan.

6) Setelah pekerjaan rehabilitasi selesai dikerjakan harus dibuat berita


acara bahwa pekerjaan rehabilitasi telah selesai dilaksanakan dan
berfungsi baik.
b. Pelaksanaan Pemeliharaan Jaringan Air Baku

Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan sendiri secara


swakelola ataupun dikontrakkan, baik untuk jenis pengamanan jaringan
air baku, pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala dan
penanggulangan/reahbilitasi darurat.

c. Laporan Kemajuan Pelaksanaan Pekrjaan Pemeliharaan


1) Laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan swakelola
dan kontraktual dibuat oleh BBWS Citarum setiap akhir bulan
dengan menggunakan Blangko RFK 1S dan RFK 2S.

2) Laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan dibuat


oleh Kepala BBWS Citarum pada Blanko 08-PAB (Laporan
Tahunan Realisasi Pekerjaan Pemeliharaan).
4) Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan

Dalam mengetahui keberhasilan pelaksanaan pemeliharaan jaringan air


baku dilaukan pemantauan, evaluasi dan pelaporan indikator keberhasilan
kegiatan pemeliharaan jaringan air baku.
Indikator untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan pemeliharaan jaringan
air baku dapat diukur :
1) Terpenuhinya kapasitas saluran sesuai dengan kapasitas rencana.

E - 52
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

2) Terjaganya kondisi bangunan.

8) Penyusunan AKNOP
Dalam rangka memberi kemudahan adalam melakukan analisis kebutuhan
biaya, unsur AKNOP dikelompokkan sebagai berikut ;

1. Perhitungan Kebutuhan Biaya Operasi Jaringan Air Baku


2. Perhitungan Kebutuhan Biaya Pemeliharaan Rutin

3. Perhitungan Kebutuhan Bahan Pelumas Pintu Air dan Cat


4. Perhitungan Kebutuhan Bahan Pekerjaan Pemeliharaan Rutin

5. Perhitungan Biaya Pemeliharaan Berkala


6. Daftar Usulan Pekerjaan Pemeliharaan Berkala

7. Perhitungan Kebutuhan Biaya Rehabilitasi


8. Daftar Usulan Pekerjaan Rehabilitasi

9. Rekapitulasi Kebutuhan Anggaran Biaya Operasi Jaringan Air Baku


Form isian AKNOP ditunjukkan tabel berikut.

E - 53
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

Tabel E. 7 Form AKNOP Jaringan Air Baku

Sumber : LAMPIRAN IV Permen PUPR Nomor : xxx/PRT/M/20xx (Masih Draft, Belum


ditetapkan)

E - 54
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

Tabel E. 8 Form AKNOP Pemeliharaan Rutin

E - 55
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

Tabel E. 9 Form AKNOP Kebutuhan Bahan Pelumas Dan Cat

E - 56
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

Tabel E. 10 Form AKNOP Kebutuhan Bahan Pekerjaan Pemeliharaan Rutin

E - 57
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

Tabel E. 11 Form AKNOP Kebutuhan Pemeliharaan Berkala

E - 58
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

Tabel E. 12 Form AKNOP Kebutuhan Rehabilitasi

E - 59
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

Tabel E. 13 Form Rekapitulasi AKNOP

E - 60
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

E.1.6. KEGIATAN PELAPORAN

1. Laporan Program Mutu

Penyedia jasa membuat Laporan Program Mutu yang mengacu kepada


PERMEN PUPR No.10 Tahun 2021 Lampiran F tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan Konstruksi. Dokumen Program Mutu harus
disetujui oleh pihak Direksi Pekerjaan dan harus memuat diantaranya
   
Diagram Alir Tahap Kegiatan, Daftar Standar Prosedur (SP) dan Standar
Studi (ST), serta Laporan Audit Mutu (Laporan Audit Mutu, Form Usulan
Perbaikan). Program Mutu diserahkan selambat-lambatnya 2 (dua) minggu
setelah terbitnya SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) laporan

2. Laporan Pendahuluan

Laporan Pendahuluan memuat antara lain: rencana program kerja penyedia


jasa secara menyeluruh, mobilisasi tenaga ahli, tenaga pendukung dan
peralatan, metodologi pelaksanaan pekerjaan, struktur organisasi dan
jadwal pelaksanaan pekerjaan, hasil pengumpulan data serta perkiraan
   
kendala yang dihadapi dan pemecahannya. Laporan pendahuluan didahului
dengan diskusi Draft Laporan Pendahuluan. Laporan diserahkan paling
lambat 2 (dua) bulan sejak SPMK diterbitkan. Final Laporan Pendahuluan
sebanyak 5 rangkap.

3. Laporan Bulanan

Laporan Bulanan memuat:


a. Hasil kemajuan kerja yang telah dicapai selama 1 (satu) bulan (di plot
kan juga pada kurva-S).
b. Penjelasan program berikutnya baik teknis maupun administratif dan
   
permasalahannya.
c. Dokumentasi hasil pelaksanaan pekerjaan.

Laporan diserahkan selambat-Iambatnya 1 (satu) minggu setiap awal bulan


berikutnya berupa soft copy dan 5 (lima) rangkap hard copy

4. Laporan Antara

  Untuk mengetahui permasalahan yang ada selama kegiatan pengumpulan  


data, pelaksanaan analisis, konsultan diwajibkan membuat Laporan Antara
yang merupakan penghubung antara Laporan Pendahuluan dan Laporan
Akhir. Tanggapan, saran dan masukan yang relevan dari hasil

E - 61
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

pembahasan Laporan Antara segera diperbaiki dan yang memerlukan


tindaklanjut pada tahapan kegiatan selanjutnya agar dimasukkan dalam
Laporan Akhir. Laporan antara didahului dengan diskusi Draft Laporan
Antara . Laporan diserahkan paling lambat 4 (empat) bulan sejak SPMK
diterbitkan. Final Laporan antara sebanyak 5 rangkap.

5. Laporan Akhir

Laporan Akhir memuat tentang hasil pelaksanaan kegiatan Penilaian


Kinerja dan Penyusunan AKNOP Prasarana Air Baku. Laporan akhir
   
didahului dengan diskusi Draft Laporan Akhir. Final Laporan diserahkan
paling lambat pada akhir waktu kontrak sebanyak 5 (lima) laporan

6. Laporan Pendukung

Laporan Pendukung meliputi :

a. Laporan survey topografi


b. Buku Ukur

c. Laporan Deskripsi BM dan CP


d. Laporan Inventarisasi dan Data Base Prasarana Air Baku

e. Laporan Penilaian Kinerja Prasarana Air Baku dan Prasarana Air Baku
   
f. Laporan AKNOP

g. Laporan ringkasan (summary report)


h. Laporan Rancangan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
(SMKK)
Laporan diserahkan selambat-lambatnya bersama dengan Laporan Akhir
berupa soft copy dan jumlah rangkap laporan yang ditentukan pada RAB.

7. Gambar-Gambar

Gambar-gambar meliputi :

a. Album Gambar Pengukuran dan Situasi Ukuran A3


b. Album Gambar Pengukuran dan Situasi Ukuran A1
   
c. Album Gambar Inventory Ukuran A3
Gambar-gambar diserahkan selambat-lambatnya bersama dengan Laporan
Akhir lengkap dengan soft copy dan 5 (lima) rangkap laporan

8. Dokumentasi

  Dokumentasi pekerjaan meliputi 2 (dua) jenis, yaitu :  

E - 62
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

1. Foto Dokumentasi pelaksanaan pekerjaan yang disusun dalam album


Gambar Inventory

2. Video Dokumentasi pelaksanaan pekerjaan berupa video hasil drone


lengkap dengan video versi editing informatif yang disimpan ke Hard
Disk External.

Tabel E. 14 Pelaporan dan Gambar

Volume
No Uraian Satuan
Jumlah Kali
01 Laporan Program Mutu Buah 5.00 1.00
02 Laporan Pendahuluan Buah 5.00 1.00
03 Laporan Bulanan Buah 5.00 6.00
04 Laporan Antara Buah 5.00 1.00
05 Laporan Akhir Buah 5.00 1.00
06 Laporan Ringkasan Buah 5.00 1.00
07 Laporan Survey Topografi Buah 5.00 1.00
08 Laporan Deskripsi BM dan CP Buah 5.00 1.00
09 Laporan Inventarisasi dan Data Base Prasarana Air Baku Buah 5.00 1.00
10 Laporan Penilaian Kinerja OP dan Prasarana Air Baku Buah 5.00 1.00
11 Laporan AKNOP Buah 5.00 1.00
Laporan Rancangan Sistem Manajemen Keselamatan
12 Buah 5.00 1.00
Konstruksi
13 Buku Ukur Buah 5.00 1.00
14 Album Gambar Pengukuran (A3) Buah 5.00 1.00
15 Album Gambar Inventory (A3) Buah 5.00 1.00
16 Album Gambar Peta Situasi (A1) Buah 5.00 1.00
17 Backup Data External Hardisk 2T Buah 1.00 1.00

E.1.7. KEGIATAN DISKUSI/PEMBAHASAN


Konsultasi dengan pihak-pihak yang terkait dilaksanakan untuk mendapatkan hasil
pekerjaan yang lebih baik. Jenis diskusi dan konsultasi yang akan dilakukan selama
pelaksanaan pekerjaan Penilaian Kinerja dan AKNOP Air Baku terdiri dari:

1) Diskusi Program Mutu


2) Diskusi Laporan Pendahuluan
3) Diskusi Laporan Interim
4) Diskusi Draft Laporan Akhir

BAB E
PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI

E - 63
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

E.1. PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI

Untuk dapat melaksanakan suatu pekerjaan dengan baik, sebelumnya perlu


dibuat pendekatan secara umum agar dapat dilaksanakan secara sistematis dan praktis
sehingga efisiensi kerja, tenaga dan waktu dapat dicapai. Salah satu maksud pendekatan
ini diantaranya adalah membuat pendekatan rencana audit kinerja Sarana dan AKNOP
Sarana dan Prasarana Penyediaan Air Baku serta perhitungan angka kebutuhan nyata
operasi dan pemeliharaan secara umum. Pendekatan Teknis dan Metodologi
Pelaksanaan disini adalah penjelasan rinci mengenai prinsip–prinsip pemahaman teknis
dan metode pelaksanaan pekerjaan yang akan diterapkan pada pelaksanaan pekerjaan
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Sarana dan Prasarana Air Baku.
Maksud Melakukan Penelusuran Penilaian Kinerja dan Penyusunan Angka
Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP) Sarana dan Prasarana
Penyediaan Air Baku (OP Rutin, OP Berkala, OP Khusus) dengan melalui kegiatan
inventarisasi Sarana dan Prasarana Air Baku Citarum yang menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat. Inventarisasi dilakukan dengan melakukan survey lapangan, mencatat
kondisi sarana/prasarananya, Penilaian kinerja, penyusunan AKNOP, serta
menyajikannya dalam bentuk peta (mapping), membuat jadwal perencanaannya dan
skala kegiatan, maupun jenis pekerjaannya.
Tujuan Untuk memperoleh informasi besarnya biaya operasi dan pemeliharaan
rutin, operasi dan pemeliharaan berkala, serta operasi dan pemeliharaan khusus dalam
satu satuan wilayah sungai, dengan menilai kondisi terakhir (sarana dan prasarananya)
yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat dan merekomendasikan usaha - usaha
yang perlu dilakukan untuk menjamin kelestarian fungsi sungai dan prasarananya.

Metoda yang akan digunakan dalam pekerjaan ini adalah telaahan data primer
dan sekunder. Dalam pelaksanaannya metoda yang dianggap paling efektif dalam usaha
pendataan dan agar dapat memberikan arah pada sasaran yang hendak dicapai, serta
didapatkan hasil yang seoptimal mungkin, maka Konsultan akan melakukan
pembagian/pengelompokan dalam tahapan-tahapan kegiatan. Hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah Konsultan dalam kontrol pelaksanaan serta dapat teridentifikasi dengan
segera bila terjadi hambatan-hambatan yang akan menyebabkan keterlambantan
pelaksanaan.

Pendekatan teknis dan metodologi menjelaskan pemahaman terhadap tujuan pekerjaan,


lingkup pekerjaan, metodologi kerja dan uraian detail mengenai keluaran. Kemudian
melakukan analisa data terhadap permasalahan yang sedang dicari jalan keluarnya dan
menjelaskan pendekatan teknis yang akan diadopsi untuk diselesaikan permasalahannya
serta menjelaskan metodologi yang diusulkan termasuk kesesuaian metodologi tersebut

E - 64
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

dengan pendekatan yang digunakan. Kegiatan pelaksanaan pekerjaan Penelusuran


Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku secara umum meliputi :

6. Kegiatan Persiapan Administrasi, Personil Pelaksana Dan Peralatan


7. Kegiatan Survey Lapangan Dan Inventarisasi Data

8. Kegiatan Analisa Data


9. Kegiatan Pelaporan

10. Kegiatan Diskusi/Pembahasan


E.1.1. Persiapan Administrasi, Personil Pelaksana Dan Peralatan

1. Persiapan Administrasi
Persiapan Administrasi, lebih banyak berkaitan dengan penyelesaian
administrasi dengan pemberi tugas (office to office dan office to owners), perijinan yang
diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan, dan lain-lain.

Dari administrasi kantor yang tertata dengan baik memudahkan dalam kontrol
pekerjaan secara keseluruhan. Hasilnya adalah diperolehnya proses administrasi yang
baik, tertata rapi yang pada akhirnya menunjang kinerja penyedia jasa.
Tahap persiapan administrasi ini meliputi berbagai persiapan yang mencakup beberapa
persyaratan yang dibutuhkan untuk kelancaran pelaksanaan tugas, antara lain
pengurusan :

 Surat Perjanjian Kerja/Kontrak antara Pengguna Jasa (Satuan Kerja Operasi dan
Pemeliharaan SDA Citarum Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang berkedudukan di Kota Bandung,
Propinsi Jawa Barat) dengan Penyedia Jasa (konsultan PT. Sarana Bagja Bumi yang
berkedudukan di Bandung).

 Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dari Satuan Kerja Operasi dan Pemeliharaan SDA
Citarum Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat yang berkedudukan di Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat.

 Surat pengantar untuk kunjungan lapangan yang ditujukan kepada Instansi-instansi


terkait sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.

 Surat penugasan personil/legalitas lain yang sekiranya diperlukan.

2. Persiapan Personil dan Peralatan

Pada persiapan ini meliputi penyiapan personil, peralatan yang diperlukan untuk
kegiatan di kantor maupun di lapangan serta peralatan transportasi.

Persiapan ini meliputi :

E - 65
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

vi. Mobilisasi Personil:


vii. Jumlah dan kualifikasi personil yang diperlukan berdasarkan pengalaman dan
pendidikan.
viii. Kemampuan fisik personil terutama untuk personil pada pelaksanaan survey
lapangan.
ix. Penyusunan deskripsi tugas dan tanggung jawab masing-masing personil.

x. Persiapan bahan dan peralatan yang akan digunakan, yaitu peralatan pengukuran
beserta perlengkapannya yang cukup andal.

E.1.2. Pengumpulan Data Sekunder dan Desk Study Perencanaan Terdahulu


a). Pengumpulan Data Awal

Pekerjaan Pengumpulan Data Awal akan dilakukan setelah melaksanakan


Koordinasi dan Sosialisasi Instansional dan Sosial Masyarakat. Koordinasi dan Sosialisasi
Instansional dan Sosial Masyarakat ini akan dilakukan antara lain kepada :
 Balai Hidrologi ,

 BMG ,
 BAKOSURTANAL,

 BAPPEDA ,
 Badan Pusat Statistik (BPS) ,

 Dinas Kehutanan ,
 Kantor-kantor Kecamatan dan/atau kantor-kantor Desa terkait dengan daerah
studi,
 Masyarakat sekitar dengan daerah studi.

Selanjutnya untuk tahap Pengumpulan Data Awal ini akan dilakukan terhadap :

3. Lingkungan Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman ;

Pengumpulan Data Sekunder :

 Data gambaran umum lokasi pekerjaan,


 Laporan-laporan studi terdahulu,

 Data vegetasi atau tataguna lahan atau data pemanfaatan lahan,


 Data Base wilayah Sungai Citarum (Bila ada)

 Desain dari berbagai sumber,


 Asbuilt drawing,

 Hasil penyelidikan kualitas air,


 Referensi Manual OP Air Baku,

E - 66
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

 Referensi Peraturan-peraturan tentang persungaian,


 Data hasil pengukuran teristris sungai terdahulu dan data BM,

 Harga Satuan Barang & Jasa terbaru.

4. Instansi pemerintahan terkait di tingkat Provinsi, Kabupaten, Kecamatan dan Desa


diantaranya : Balai Hidrologi , BMG , BAKOSURTANAL, BAPPEDA, Badan Pusat
Statistik (BPS), Dinas Kehutanan, Kantor-kantor Kecamatan dan/atau Kantor-kantor
Desa terkait dengan daerah studi serta masyarakat di daerah studi dengan tujuan
utama selain untuk melapor dan mensosialisasikan pekerjaan ini juga untuk
memperoleh data-data sekunder dan primer yang diperlukan dan masukan-masukan
serta arahan-arahan agar hasil pekerjaan ini betul-betul dapat mencapai sasaran
yang diinginkan oleh semua pihak.

Pengumpulan Data Sekunder :


h. Balai Hidrologi

 Data Peta Pos Hidroklimatologi, ( jika ada)


 Data Pengamatan Hujan pada Stasiun Hujan yang berpengaruh,

 Data Pengamatan Debit Sungai (jika ada),


 Hasil penyelidikan kualitas air (jika ada),

 Hasil Studi Konservasi DAS terkait pada pekerjaan ini (jika ada).
i. BMG

 Data Peta Klimatologi (Peta Penyebaran Hujan, Peta Penyebaran Iklim /


Suhu , Peta Penyebaran Angin, Peta Gelombang Pantai, Peta Penyebaran
Penyinaran Matahari, dll (jika ada)),
 Data Pengamatan Iklim.

j. BAKOSURTANAL
 Rupabumi Digital Indonesia, Bakosurtanal, Skala 1 : 25.000, Edisi : I : 1998.

k. BAPPEDA
 RTRW

 Peraturan-peraturan daerah yang terkait dengan pekerjaan dan lain-lain.


l. Badan Pusat Statistik (BPS)

 Kecamatan Dalam Angka


 Data-data Statistik.

m. Dinas Kehutanan
 Data penelitian kehutanan pada lokasi terkait (jika ada),

E - 67
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

 Data Tata Guna Lahan , dan Konservasi (jika ada).


n. Kantor-kantor Kecamatan terkait dengan daerah studi

 Demografi Kecamatan
Pengumpulan Data Primer :

b. Kantor-kantor Kecamatan, Desa, dan Masyarakat terkait dengan daerah studi


 Data Informasi KK yang mengalami kerugian sebagai akibat dari daya rusak
air sungai terkait (dengan Pengisian Form-form Survey),
 Data Informasi dampak kerusakan lahan permukiman, pertanian,
perkebunan, ladang, perikanan darat, dan material/fisik lainnya sebagai
akibat dari daya rusak air sungai terkait (dengan Pengisian Form-form
Survey),
 Data Informasi Kerusakan Bangunan SDA yang ada pada Sungai yang
melintasi Kecamatan tersebut (dengan Pengisian Form-form Survey),
 Data Proposal yang diajukan berkenaan dengan permintaan masyarakat
tehadap bangunan Sumber Daya Air (jika ada),
 Data Informasi tentang tingkat manfaat yang telah dirasakan masyarakat
terhadap Bangunan SDA yang telah ada yang ada dalam lungkup wilayah
Kecamatan tersebut (dengan Pengisian Form-form Survey).

b). Pengumpulan Semua Laporan hasil Studi Yang Terkait


Pengumpulan semua laporan hasil studi maupun publikasi studi terkait dan
kondisi existing Sarana dan Prasarana Penyediaan Air Baku yang ada di ada
diwilayah kerja BBWS Citarum.

E.1.3. Survey Pendahuluan


Konsultan bersama-sama dengan Direksi Pekerjaan melakukan peninjauan dan
penelusuran lapangan. Secara umum kegiatan ini akan memberikan gambaran awal
tentang kondisi lokasi pekerjaan dan permasalahannya. Dengan adanya orientasi
lapangan pendahuluan diharapkan dapat diperoleh bahan untuk penyusunan rencana
pelaksanaan pekerjaan lapangan. Sebagai bahan untuk penyusunan Laporan
Pendahuluan perlu dilakukan Inventarisasi data yang terkait dengan Prasarana Air Baku.
Data-data yang dikumpulkan meliputi :

- Inventarisasi data hidrologi, morfologi sungai, drainase alam/buatan yang ada, tata
guna lahan, wawancara dengan masyarakat untuk mendapatkan data aktual
kejadian banjir dll;
- Inventarisasi kondisi existing, kondisi sarana dan prasarana umum yang rusak
termasuk penyebab kerusakan dan tingkat kerusakannya.

E - 68
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

Berdasarkan data-data pendahuluan dan hasil kunjungan lapangan tersebut dapat


diidentifikasi karakteristik daerah yang mengalami banjir dan permasalahan lain yang
selanjutnya dijadikan sebagai masukan dalam penyusunan Laporan Pendahuluan
E.1.4. Kegiatan Survey Lapangan Dan Inventarisasi Data

E.1.4.1. Inventarisasi Data Sarana Air Baku dan Prasarana


Pada tahap ini secara umum akan dilakukan inventarisasi bangunan air baku. Disamping
itu inventarisasi ditargetkan untuk mengumpulkan informasi sebagai berikut :
f) Bangunan Penampung Air

g) Bangunan Pengambilan
h) Alat Ukur

i) Pompa (kalau ada)


j) Bangunan Pembawa (pipa, dan sebagainya)

Pada kegiatan Kunjungan ke lapangan, merupakan Penelusuran Sarana dan Prasarana


Penyediaan Air Baku, Pada kegiatan.

Kegiatan survey lapangan ini akan dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan lapangan
lainnya dilaksanakan, dan dimaksudkan untuk mengetahui dan memahami kondisi
lapangan secara rinci, sehingga kegiatan Penilaian Kinerja dan Perhitungan AKNOP
Sarana dan Prasarana Penyediaan Air Baku selanjutnya dapat dilaksanakan dengan lebih
terarah dan sasaran yang diinginkan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK) dapat
tercapai.

Adapun hal-hal yang akan dilakukan dalam survey lapangan ini antara lain :

 Letak dari lokasi-lokasi Sarana dan Prasarana Penyediaan Air Baku (Sarana dan
Prasarana Penyediaan Air Baku) berdasarkan daerah administrasi dan koordinat
lintang dan bujur dengan menggunakan Global Positioning System / GPS atau
ekstrapolasi dari peta topografi yang tersedia.

 Mengidentifikasi Kondisi Sarana dan Prasarana Penyediaan Air Baku yang ada.

 Gambar / sketsa saluran distribusi.

 Ketersediaan air (sumber air dan jaringannya)

 Titik referensi yang dapat digunakan untuk dasar pengukuran dan pemetaan

 Luas layanan (command area) yang akan diairi.

 Selama kegiatan inventarisasi tersebut dibuat rekaman dalam bentuk film (video)
untuk dokumentasi kegiatan.

Tabel E. 15 Verifier Untuk Indikator Fisik Bangunan Air Baku

E - 69
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

Nilai Kondisi Nilai Ekivalen


Fisik (Tingkat Kategori Keterangan terhadap
Kerusakan) Kondisi Awal

< 10% Baik Bangunan baru/masih baru, cukup Sangat Baik


dengan pemeliharaan rutin.

10 – 20% Rusak ringan Sudah beroperasi penuh, Baik


memerlukan pemeliharaan berkala
bersifat perawatan.

21 – 40% Rusak sedang Beroperasi tapi memerlukan Buruk


pemeliharaan yang bersifat
perbaikan.

> 40% Rusak berat Tidak beroperasi, bangunan mulai Sangat Buruk
rusak dan diperlukan perbaikan
berat atau penggantian.

Sumber : Peraturan Menteri No. 32 Tahun 2007

Tabel E. 16 Verifier Untuk Indikator Fungsionalitas Bangunan Air Baku

Nilai Kondisi
Nilai Ekivalen
Fungsionalitas
Kategori Keterangan terhadap
(Tingkat
Kondisi Awal
Kerusakan)

< 10% Berfungsi baik Optimal, fungsi pelayanan memenuhi Sangat Baik
(mantap) syarat-syarat pengoperasian.

10 – 20% Cukup (kurang Marginal, kurang memenuhi syarat- Baik


mantap) syarat pengoperasian.

21 – 40% Kurang berfungsi Sub marginal, tidak memenuhi syarat- Buruk


(kritis) syarat pengoperasian.

> 40% Tidak berfungsi Gagal, tidak berfungsi. Sangat Buruk

Sumber : Peraturan Menteri No. 32 Tahun 2007

E.1.4.2. Pengukuran Koordinat dan Dimensi Prasarana Air Baku

1) Bagan Alir Metode Pelaksanaan Topografi


Bagan alir metode pelaksanaan ini dimaksudkan untuk mengetahui alur dari
pelaksanaan pekerjaan pengukuran Topografi dan Pemetaan Teristris yang akan
dilaksanakan dilapangan.

E - 70
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

Berikut ini adalah bagan alir dari pengukuran Topografi dan Pemetaan Teristris dapat
dilihat pada Gambar E.1

Gambar E. 16 Bagan Alir Pengukuran Topografi dan Teristris

2) Penetapan Titik Referensi


2.3. Karakteristik Survei GPS Geodetik

Survei penentuan posisi dengan pengamatan satelit GPS Geodetik (survei GPS)
secara umum dapat didefinisikan sebagai proses penentuan koordinat dari sejumlah
titik terhadap titik yang telah diketahui koordinatnya, dengan menggunakan metode
penentuan posisi diferensial (differential Positioning) serta data pengamatan fase
(carrier phase) dari sinyal GPS.
Pada survey GPS Geodetic, pengamatan GPS dengan selang waktu tertentu
dilakukan baseline per baseline dalam suatu jaringan dari titik-titik yang akan
ditentukan posisinya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar E.2 berikut ini :

E - 71
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

Gambar E. 17 Penentuan posisi titik-titik dengan metode survei GPS Geodetik

Secara skematik proses perhitungan koordinat titik-titik dalam jaringan GPS dapat
ditunjukkan seperti pada Gambar E.3 berikut ini :

Gambar E. 18 Diagram alir perhitungan koordinat titik-titik jaringan GPS Geodetik

Dalam hal ini metode penentuan posisi diferensial dengan data fase digunakan
Untuk menentukan vektor (dx,dy,dz) dari setiap baseline yang diamati. Penentuan
vektor baseline ini umumnya dilakukan dengan metode hitung perataan kuadrat
terkecil (least Square Adjustment).

E - 72
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

2.4. Langkah-Langkah Pengamatan GPS Geodetik statik

Proses pelaksanaan suatu survey GPS Geodetic, secara umum akan meliputi
tahapan-tahapan : perencanaan dan persiapan, pengamatan (pengumpulan data),
pengolahan data, dan pelaporan, seperti yang digambarkan secara skematik pada
gambar E.4 berikut :

Gambar E. 19 Tahapan umum pelaksanaan suatu survei GPS

Langkah-langkah Pengamatan GPS Geodetik statik


7. Menentukan CORS
Terdekat dari lokasi yang akan diamati untuk daerah ini dipergunakan CORS
terdekat CORS dengan kode CUMI 429 dengan lokasi di STO TELKOM
Bojonglopang Jampang Tengah.
8. Membuat rencana
Jaring pengamatan. Gambar Jaring Pengamatan dapat dilihat pada Gambar E.5
berikut ini

E - 73
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

COR CUMI 429

Base
BM.1 BM.4

CP.1 CP.7

SEASSION 1

COR CUMI 429

Base
BM.1 BM.4

CP.1 CP.7

SEASSION 2

COR CUMI 429

Base
BM.1 BM.4

CP.1 CP.7

SEASSION 3

Gambar E. 20 Skema Jaringan Pengamatan GPS Geodetik

9. Kontrol Kualitas Pengamatan


Strategi pengamatan suatu jaringan GPS, disamping harus optimal dipandang dari
segi ketelitian, biaya, dan waktu, juga harus mengandung secara implisit suatu
mekanisme kontrol kualitas.
Dalam hal ini, ada beberapa strategi pengamatan yang dapat digunakan untuk
mengontrol kualitas data pengamatan yaitu antara lain :

E - 74
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

5) Penggunaan hanya baseline-baseline bebas (non-vertikal) yang membentuk


suatu jaringan (kerangka) yang tertutup;
6) Pengamatan beberapa baseline dalam suatu loop tertutup yang relatif tidak
terlalu besar.
7) Pengamatan suatu baseline dua kali pada beberapa sesi pengamatan yang
berbeda (common baseline). Ini dilakukan biasanya pada baseline yang
panjang dan pada baseline-baseline yang konektivitasnya pada suatu titik
kurang kuat dan
8) Penggunaan beberapa titik ikat yang tersebar secara baik dalam jaringan.
Keempat strategi diatas umumnya diterapkan secara simultan dalam pengamatan
suatu jaringan GPS, seperti yang ditunjukan pada Gambar E.6 berikut :

Gambar E. 21 Strategi-strategi pengontrolan kualitas pengamatan

10. Pengolahan Baseline


Pengolahan baseline pada dasarnya bertujuan menghitung vektor baseline
(dX,dY,dZ) menggunakan data fase sinyal GPS yang dikumpulkan pada dua titik
ujung dari baseline yang bersangkutan, yang diilustrasikan pada Gambar E.7
berikut :

E - 75
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

Gambar E. 22 Pengolahan data baseline GPS

11. Pengolahan data baseline GPS


Pada survey GPS Geodetik, pengolahan baseline umumnya dilakukan secara
beranting satu persatu (Single Baseline) dari baseline ke baseline, dimulai dari
suatu tetap yang telah diketahui koordinatnya, sehingga membentuk suatu
jaringan yang tertutup. Tapi perlu juga dicatat di sini bahwa pengolahan baseline
dapat dilakukan secara sesi per sesi pengamatan, dimana satu sesi terdiri dari
beberapa baseline (Single Session, Multi Baseline).
Pada proses pengestimasian vektor baseline, data fase double-difference
digunakan. Meskipun begitu biasanya data pseudorange juga digunakan oleh
perangkat lunak pengolahan baseline sebagai data pembantu dalam beberapa hal
seperti penentuan koordinat pendekatan, sinkronisasi waktu kedua receiver GPS
yang digunakan, dan pendekatan cycle slips. Secara skematik, tahapan
perhitungan suatu (vektor) baseline ditunjukkan pada Gambar E.8 berikut :

Gambar E. 23 Tahapan perhitungan suatu baseline GPS

E - 76
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

12. Transformasi Datum dan Koordinat


Koordinat titik-titik yang didapatkan dari hitungan perataan jaringan GPS adalah
koordinat kartesian tiga dimensi (X, Y, Z) dalam datum WGS 1984. Seandainya
pengguna menginginkan koordinat titik-titik tersebut dalam datum dan sistem
koordinat lainnya yang berbeda, maka diperlukan suatu proses transformasi datum
dan koordinat. Berkaitan dengan pentransformasian koordinat titik-titik GPS ini,
jenis transformasi yang umum digunakan dapat ditunjukkan pada Gambar E.9
berikut :

Gambar E. 24 Transformasi koordinat titik GPS

3) Survey Pengukuran Topografi Dan Pemetaan


Pemetaan Terestris dimaksudkan untuk mendapatkan data posisi planimetris maupun
ketinggian dari semua titik-titik di lapangan, baik itu titik-titik yang mewakili keadaan
topografi kemiringan tanah maupun detail alam maupun detail bangunan exsisting
yang ada.
Pemetaan Terestris meliputi situasi topografi areal secara keseluruhan, dan situasi
khusus bangunan utama yaitu bendung dan bangunan-bangunan lain yang
membutuhkan perencanaan secara detail.
3.4. Pengukuran Polygon

D. Pengukuran polygon Utama dan Pengikatan


Pengukuran Utama adalah suatu jaringan titik-titik di lapangan yang ditentukan
melalui pengukuran dengan tingkat ketelitian yang tinggi dan digunakan sebagai
kerangka dasar pengukuran situasi areal secara keseluruhan, untuk itu
pelaksanaan pengukuran harus dilakukan secara cermat dan teliti, dengan
mengikuti ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
Jaringan Poligon Utama harus membentuk jaringan poligon loop tertutup.

E - 77
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

- Jarak antara dua titik poligon adalah berkisar antara 25 meter sampai dengan
100 meter.
- Untuk menentukan jarak poligon harus dilakukan pengukuran jarak.
- Kesalahan linier pengukuran jarak adalah < 1 : 10.000
- Posisi titik-titik poligon sedemikian rupa sehingga sudut dalam pada masing-
masing titik poligon ditentukan minimal 30 derajat dan maksimal 330 derajat.
- Pengukuran sudut-sudut poligon harus menggunakan alat Theodolit order I,
yaitu theodolit Wild T-2 atau yang derajat ketelitiannya, dan pengukuran sudut
dilakukan minimal dengan “satu seri” pengukuran.
- Ketentuan kesalahan pengukuran sudut poligon adalah tidak lebih dari 10√n
dimana n adalah jumlah titik poligon.
- Jaringan titik-titik poligon harus dipasang tidak jauh dari tepi saluran/sungai,
sehingga pelaksanaan pengukuran situasi sekitar sungai dapat dilakukan
dengan baik. Bagan alir pengukuran poligon dapat dilihat pada Gambar E.10
berikut ini:

Gambar E. 25 Bagan Alir Pengukuran Poligon

E - 78
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

E. Pengukuran Polygon Cabang


Poligon Cabang adalah pengukuran poligon titik-titik profil sepanjang
sungai/saluran, yang dipasang setiap jarak maksimal 50 meter dan mengikuti
bentuk alur saluran.
Pengukuran poligon sekunder harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
sebagai berikut:
- Titik-titik poligon sekunder yang ditentukan adalah titik profil sungai yang
dipasang dengan jarak maksimum 50 meter dan setiap belokan alur sungai.
- Pengukuran poligon sekunder harus diikatkan dengan titik-titik poligon utama
pada ujung-ujungnya.
- Jarak antara dua titik poligon atau patok profil harus diukur dengan
menggunakan midband yang terbuat dari fiberglass, dan pembacaan
pengukuran jarak dilakukan 3 kali pembacaan pada setiap titik poligon.
- Kesalahan linier pengukuran jarak adalah < 1 : 2.000
- Posisi poligon dipilih sedemikian rupa sehingga sudut dalam pada masing-
masing titik poligon ditentukan minimal 30 derajat dan maksimal 330 derajat.
- Pengukuran sudut-sudut poligon harus menggunakan alat Theodolit order II,
yaitu theodolit Wild Tm-5 (5”) atau yang sederajat ketelitiannya, dan
pengukuran sudut dilakukan minimal dengan “satu seri” pengukuran.
- Ketentuan kesalahan pengukuran sudut poligon adalah tidak lebih dari 24n
dimana n adalah jumlah titik poligon.
F. Perhitungan Kerangka Horizontal dan Koordinat
Koordinat yang dihitung adalah koordinat kerangka dasar horizontal/ titik-titik
poligon dengan menggunakan rumus-rumus sebagai berikut:
5. Syarat Geometri Sudut
α awal−α akhir = Σβ−(n+2)∗180+fβ
α awal−α akhir = Σd sin α + fx
α awal−α akhir = Σd cosα+fy
6. Koreksi Absis
d
fx
∑d
7. Koreksi Ordinat
d
fy
∑d
Dimana:

E - 79
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

 akhir = Azimuth akhir


 awal = Azimuth awal
 = Jumlah sudut ukuran
n = Jumlah titik poligon
  Salah penutup sudut
x akhir = Absis akhir
x awal = Absis awal
y akhir = Ordinat akhir
y awal = Ordinat awal
 = Azimuth
d = Jumlah jarak poligon
fx = Salah penutup absis
fy = Salah penutup ordinat
8. Koordinat Definitif
c) Hitungan Absis Definitif (x)
x i = x (i−1 ) + Δx i +kx i
Dimana:
xi = Absis titik ke i
x (i−1 )
= Absis titik ke titik sebelum i
Δx i = Selisih Absis
kx i = Koreksi Absis
d) Hitungan Ordinat Definitif (y)

y i = y (i−1 )+ Δy i +ky i

Dimana:

yi = Ordinat titik ke i

y (i−1 )
= Ordinat titik ke titik sebelum i

Δy i = Selisih ordinat

E - 80
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

ky i = Koreksi ordinat
3.5. Pengukuran Sifat Datar

D. Pengukuran Sifat Datar Polygon Utama


Pengukuran sifat datar polygon utama harus dilaksanakan dengan ketentuan-
ketentuan sebagai berikut:
- Pengukuran leveling poligon harus dilakukan dengan menggunakan alat
waterpass automatis seperti Wild NAK.2 atau Ni.2 atau yang sederajat
ketelitiannya.
- Pengukuran leveling harus dilakukan dengan sistem pengukuran “double-
stand” atau sistem “pulang-pergi”.
- Pembacaan rambu ukur selalu dilakukan bacaan tiga benang teropong
(benang atas, benang tengah, benang bawah), dengan rambu yang dipasang
tegak lurus dilengkapi dengan nivo rambu.
- Bacaan skala rambu harus dilakukan pada interval skala antara 0,5 meter
sampai 2,5 meter untuk rambu panjang 3 meter.
- Pengukuran leveling harus dilakukan dengan jarak ke depan sama dengan
jarak ke belakang pada setiap slag, atau jumlah jarak ke depan sama dengan
jumlah jarak ke belakang pada setiap seksi pengukuran.
- Selama pelaksanaan pengukuran tempat berdiri rambu ukur harus digunakan
rambu yang terbuat dari plat besi.
- Pengukuran leveling harus dilakukan dengan jarak antara alat dan rambu
maksimal 50 m.
- Pengukuran leveling poligon utama, disamping harus melewati semua titik
poligon, tapi juga harus melewati semua BM yang dipasang, maupun BM
lainnya yang ada.
- Ketelitian pengukuran leveling ditentukan < 6D mm dimana D adalah jumlah
jarak sisi poligon dalam Km. Bagan alir pengukuran sifat datar dapat dilihat pada
Gambar E.11 berikut ini:

E - 81
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

Gambar E. 26 Bagan Alir Pengukuran Sifat Datar

E. Pengukuran Sifat Datar Poligon Cabang


Pengukuran leveling poligon sekunder adalah pengukuran leveling pada jalur titik-
titik poligon sekunder, harus dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan sebagai
berikut:
- Pengukuran leveling poligon dilakukan dengan menggunakan alat waterpass
semi automatis atau waterpass biasa seperti Shokisaha B.2 Wild NAK.1 atau
yang sederajat ketelitiannya.
- Pengukuran leveling harus dilakukan dengan sistem pengukuran “double-
stand” atau sistem “pulang-pergi”.

E - 82
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

- Pembacaan rambu ukur selalu dilakukan bacaan tiga benang teropong


(benang atas, benang tengah, benang bawah), dengan rambu yang dipasang
tegak lurus dilengkapi dengan nivo rambu.
- Bacaan skala rambu harus dilakukan pada interval skala antara 0,5 meter
sampai 2,5 meter untuk rambu panjang 3 meter.
- Pengukuran leveling harus dilakukan dengan jarak ke depan sama dengan
jarak ke belakang pada setiap slag, atau jumlah jarak ke depan sama dengan
jumlah jarak ke belakang pada setiap seksi pengukuran.
- Pengukuran leveling harus dilakukan dengan jarak antara alat dan rambu
maksimal 50 m.
- Pengukuran leveling poligon sekunder harus melewati semua titik poligon
sekunder dan harus diikatkan kepada titik-titik poligon utama yang ada.
- Ketelitian pengukuran leveling ditentukan < 10D mm dimana D adalah jumlah
jarak sisi poligon dalam Km.

F. Hitungan Sifat Datar


Langkah-langkah perhitungan sifat datar/ketinggian elevasi adalah sebagai
berikut:
5. Menghitung beda tinggi per seksi

- Beda tinggi stand satu =


Δh 1

- Beda tinggi stand dua =


Δh 2

- Beda tinggi ukuran pergi


Δhpr =
1/ 2 ( D 1 + D2 )

- Salah penutup (SP) ukuran stand satu dan stand dua tidak boleh
melebihi batas toleransi yang diijinkan (10D), D dalam Km.
6. Jarak tiap slag diperoleh dari jumlah jarak ke belakang ditambah jarak ke
muka.
7. Menghitung salah penutup setiap kring sipat datar (H)

H=
Δh 1 + Δh 2 + Δh 3 +. . .. ..+ Δhn +SP = 0

8. Menghitung tinggi
Hj =
hi + Δhij + ( SPD )∗d ij

3.6. Penampang Melintang dan Memanjang

Pengukuran Penampang Melintang adalah ketinggian titik-titik disepanjang garis


yang tegak lurus memotong melintang penampang memanjang dengan maksud
untuk mendapatkan data ketinggian titik-titik pada garis melintang, sehingga dapat
digambarkan tampang melintang areal pengukuran.

E - 83
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

Pengukuran Penampang Melintang dan Memanjang dilakukan dengan kriteria


sebagai berikut:
- Pengukuran Penampang Melintang dan Memanjang dapat dilakukan metoda
tachimetri menggunakan alat theodolit T-0 atau yang lebih tinggi derajat
ketelitiannya.
- Pengukuran Penampang Melintang dan Memanjang dilakukan dengan
coverage 30 m sebelah kiri sampai dengan 30 m sebelah kanan as rencana
atau lebih disesuaikan dengan bentuk areal lahan.
- Pembacaan rambu ukur selalu dilakukan bacaan tiga benang dengan rambu
yang dipasang tegak.
- Pengukuran Penampang Melintang dan Memanjang dilakukan sedimikian
rupa sehingga dapat menggambarkan tampang profil sesungguhnya di
lapangan dengan basis pada titik patok profil.
- Pengukuran Penampang Melintang dan Memanjang dilakukan pada setiap
titik profil dengan interval maksimal 50 meter.
- Pengukuran Penampang Melintang dan Memanjang dilakukan juga terhadap
posisi ketinggian muka air, ketinggian dasar sungai /saluran (center, sungai),
tanggul kiri dan areal sekitar sungai mengikuti keadaan topografi tanah.
Data situasi dan cross-section hasil pengukuran lapangan dihitung dengan metoda
tachimetri. Alat berdiri pada titik A yang telah diketahui (x, y, z) maka titik B dapat
dihitung.
Berdasarkan gambar, dapat diketauhi tingginya dari titik yang telah diketahui
elevasinya. Ilustrasi Metoda Tachimetry dapat dilihat pada Gambar E.12 berikut
ini:

Gambar E. 27 Metoda Tachimetry

TB =
T A+ Δh

Δh =
{12 100 ( B −B ) sin 2m }+T −B
a b A t

D
Untuk menghitung jarak datar ( d )

E - 84
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

2
Dd = D 0 cos m
2
=
100 ( B a −B b ) cos m
Dimana:
TA = Tinggi titik A yang telah diketahui (x, y, z)
TB = Tinggi titik B yang akan ditentukan
Δh = Beda tinggi antara titik A dan titik B
B a = Bacaan diafragma benang atas
Bb = Bacaan diafragma benang bawah
Bt = Bacaan diafragma benang tengah
T A = Tinggi alat

Dd = Jarak optis
m = Sudut miring
A z = Azimuth

C. Cross Section Sungai


Cross Section Sungai adalah penampang arah melintang sungai, dimana dalam
penampang tersebut sudah menampilkan elevasi existing penampang melintang
sungai maupun elevasi rencana suatu sungai. Metode yang umum diterapkan
untuk menetapkan debit sungai adalah metode profil sungai (Cross Section).
Pada metode ini debit merupakan hasil perkalian antara luas penampang vertikal
sungai (profil sungai) dengan kecepatan aliran air.
Luas penampang diukur dengan menggunakan meteran dan piskal (tongkat
bambu atau kayu) dan kecepatan aliran diukur dengan menggunakan current
meter. Profil sungai atau bentuk geometri saluran sungai berpengaruh terhadap
besarnya kecepatan aliran sungai, sehingga dalam perhitungan debit perlu
dilakukan pembuatan profil sungai. Fungsi atau kegunaan cross section sungai
antara lain :
4. Mengetahui bentuk dan ukuran lebar penampang melintang sungai.
5. Mengetahui elevasi tanah asli penampang melintang sungai.
6. Sebagai acuan dalam desain penampang melintang sungai.
Berikut ini adalah contoh gambar sebuah penampang melintang sungai yang
akan disajikan pada Gambar E.13

E - 85
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

Gambar E. 28 Contoh Penampang melintang sungai (Cross Section)

D. Long Section Sungai


Profil memanjang adalah suatu potongan/penampang suatu areal arah
memanjang yang mempunyai jarak dan elevansi. Fungsi atau kegunaan Long
Section sungai antara lain:
4. Mengetahui bentuk dan ukuran panjang penampang memanjang sungai.
5. Dapat mengetahui kemiringan sungai dengan mengandalkan data elevasi
yang ada pada penampang memanjang sungai.
6. Sebagai acuan dalam desain penampang memanjang sungai.
Berikut ini adalah contoh gambar sebuah penampang memanjang sungai yang
akan disajikan pada Gambar E.14

Gambar E. 29 Contoh Penampang memanjang sungai (Long Section)

E - 86
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

6.5. PENGGAMBARAN
Peta Situasi dalam bentuk skala 1:2.000 akan memuat:
h. Bangunan-bangunan utama yaitu: bendung, sandtrap, waterway, headpond,
penstock, serta powerhouse dan tailrace. Bangunan-bangunan pelengkap
seperti: siphon, talang, jalan akses dan jembatan.
i. Skala garis numeris dan petunjuk arah utara.
j. Garis-garis kontur sekitaran daerah sungai
k. Kondisi areal tata guna lahan sekitaran daerah sungai
l. Keterangan elevasi-elevasi cross-section sungai
m. Keterangan nama-nama patok disekitaran sungai
n. Titik Triangulasi dan lokasi BM / CP serta angka garis grid.

Gambar E. 30 Contoh Peta Situasi Lokasi Intake Air Baku dan Jalur Pipa

E.1.5. Kegiatan Analisa Data, Penilaian Kinerja dan Penyusunan AKNOP

9) Kajian Hasil Survey Inventarisasi Prasarana Air Baku


Hasil Survey Inventarisasi Prasarana Air Baku yang didapat merupakan bahan
masukan yang sangat penting dalam pendataan jenis, jumlah dan kondisi bangunan
prasarana air baku.

10) Kajian Hasil Data Pencatatan Lokasi Geografi

E - 87
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

Hasil Pencatatan Lokasi Geografi yang telah diperoleh dari pengukuran lapangan
merupakan bahan masukan yang sangat penting dalam analisa. Dari hasil tersebut
akan diperoleh informasi tentang :

 Tata letak bangunan pengambilan.

Bangunan dan tata guna lahan yang ada disekitar lokasi bangunan pengambilan.

 Elevasi permukaan tanah pada tiap titik yang ditinjau.

 Identifikasi pemilikan lahan, bangunan dan prasarana umum yang ada di lokasi
proyek.

11) Penilaian Kinerja Bangunan Air Baku


Berdasarkan hasil inventarisasi dilakukan analisis/penilaian kinerja bangunan air baku
dan dibuat suatu rangkaian rencana aksi yang tersusun dengan skala prioritas serta
uraian pekerjaan pemeliharaan. Dalam menentukan kriteria pemeliharaan dilihat dari
kondisi kerusakan fisik bangunan air baku.

Tabel E. 17 Verifier Untuk Indikator OP Bangunan Air Baku

Nilai Kondisi Nilai Ekivalen


(Tingkat Kategori Keterangan terhadap
Kerusakan) Kondisi Awal

< 10% Diperlukan Kondisi bangunan mantap, Baik


pemeliharaan rutin berfungsi optimal.

10 – 20% Diperlukan Bangunan perlu dikondisikan Rusak Ringan


pemeliharaan berkala seperti awal dibangun.
yang bersifat perawatan

21 – 40% Diperlukan Bangunan perlu dikondisikan Rusak Sedang


pemeliharaan berkala seperti awal dibangun.
yang bersifat perbaikan

> 40% Diperlukan Pemeliharaan bersifat mendesak, Rusak Berat


pemeliharaan berkala kualitas pekerjaan benar-benar
yang bersifat perbaikan darurat.
berat atau penggantian

Sumber : Permen PUPR No. 12 Tahun 2015

Pengambilan keputusan tindak lanjut harus dilakukan dengan memperhatikan kondisi


bangunan secara menyeluruh, tidak hanya fisik namun juga fungsinya. Kinerja fungsi
bangunan memiliki peran pokok dalam menentukan tindak lanjut. Apabila kinerja
fungsi bangunan tidak baik padahal fisik bangunan masih baik atau cukup baik,

E - 88
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

apapun keadaan fisiknya di akhir evaluasi, bangunan tidak memberikan manfaat yang
diharapkan. Untuk itu perlu dilakukan kajian ulang terhadap perencanaan dan
penempatan bangunan bersangkutan. Mengacu pada tabel verifier di atas, maka
didapat indeks kinerja yang akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.

Tabel E. 18 Interval Indeks Kinerja

Indeks Jenis
Kategori Skala Kegiatan
Kinerja Pemeliharaan

80 - 100 Sangat Pemeliharaan rutin;


Baik Pemeliharaan berkala bersifat perbaikan.
Pemeliharaan
70 – 79 Baik Pemeliharaan berkala bersifat
preventif
penggantian;
Reparasi atau perbaikan ringan.

55 - 69 Kurang Pemeliharaan khusus / perbaikan berat.


dan Perlu
Perhatian Pemeliharaan
< 55 Jelek dan korektif Rehabilitasi;
Perlu Rektifikasi, pembetulan/penyempurnaan
Perhatian dalam skala terbatas.

Bencana Pemeliharaan Pemeliharaan darurat pada saat dan


alam darurat setelah banjir, tanah longsor, atau
bencana lainnya.

Sumber : Permen PUPR No. 12 Tahun 2015

12) Perhitungan AKNOP Dan Penentuan Skala Prioritas


c) Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP)
Agar pelaksanaan operasi dan pemeliharaan berjalan dengan optimal maka kita
harus memberikan dana untuk pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sesuai
dengan Angka kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan. Kegiatan operasi
dan pemeliharaan bangunan air baku adalah dua hal yang saling terkait. Untuk
mensinkronkan kedua kegiatan tersebut maka diperlukan suatu program operasi
dan pemeliharaan dan harus dibuat suatu kebutuhan biaya nyata yang akan
dilaksanakan di lapangan. Untuk kegiatan OP diperlukan suatu nilai atau angka
biaya yang betul-betul nyata yang merupakan hasil penelusuran bangunan air

E - 89
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

baku yang dikenal dengan nama Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan
Pemeliharaan Bangunan Air Baku (AKNOP).

Penyusunan AKNOP merupakan kegiatan penyusunan biaya kegiatan OP pada


suatu bangunan air baku yang akan menggambarkan secara rinci biaya nyata
kebutuhan untuk melaksanakan OP dilihat dari kondisi bangunan air (kondisi
baik, rusak ringan dan rusak sedang) dan ditentukan juga oleh jumlah personil
dan peralatan yang digunakan.
Angka kebutuhan nyata operasi dan pemeliharaan (AKNOP) secara umum
meliputi :
 Biaya Operasional

 Biaya Pemeliharaan
 Biaya Kelembagaan

d) Penentuan Skala Prioritas (Metode Analytic Hierarchy Process/AHP)


AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh
Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah
multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki, menurut
Saaty (1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah
permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level
pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan
seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu
masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang
kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan
tampak lebih terstruktur dan sistematis.
AHP sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan
metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut :
1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih,
sampai pada subkriteria yang paling dalam.
2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi
berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.
3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan
keputusan.
 Prinsip Dasar AHP

AHP didasarkan atas 3 prinsip dasar yaitu :


1. Dekomposisi

Dengan prinsip ini struktur masalah yang kompleks dibagi menjadi bagian-

E - 90
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

bagian secara hierarki. Tujuan didefinisikan dari yang umum sampai


khusus. Dalam bentuk yang paling sederhana struktur akan dibandingkan
tujuan, kriteria dan level alternatif. Tiap himpunan alternatif mungkin akan
dibagi lebih jauh menjadi tingkatan yang lebih detail, mencakup lebih
banyak kriteria yang lain. Level paling atas dari hirarki merupakan tujuan
yang terdiri atas satu elemen. Level berikutnya mungkin mengandung
beberapa elemen, di mana elemenelemen tersebut bisa dibandingkan,
memiliki kepentingan yang hampir sama dan tidak memiliki perbedaan
yang terlalu mencolok. Jika perbedaan terlalu besar harus dibuatkan level
yang baru.

2. Perbandingan penilaian/pertimbangan (comparative judgments)


Dengan prinsip ini akan dibangun perbandingan berpasangan dari semua
elemen yang ada dengan tujuan menghasilkan skala kepentingan relatif
dari elemen. Penilaian menghasilkan skala penilaian yang berupa angka.
Perbandingan berpasangan dalam bentuk matriks jika dikombinasikan akan
menghasilkan prioritas.

3. Sintesa Prioritas
Sintesa prioritas dilakukan dengan mengalikan prioritas lokal dengan
prioritas dari kriteria bersangkutan di level atasnya dan menambahkannya
ke tiap elemen dalam level yang dipengaruhi kriteria. Hasilnya berupa
gabungan atau dikenal dengan prioritas global yang kemudian digunakan
untuk memboboti prioritas lokal dari elemen di level terendah sesuai
dengan kriterianya.
 Perumusan Kriteria Dan Penyusunan Hirarki

Untuk memilih skala prioritas pembiayaan operasi dan pemeliharaan secara


optimal. Maka dari itu urutan hirarki pengambilan keputusan adalah sebagai
berikut :

4. Hirarki tujuan, yaitu Pembiayaan O/P yang optimum.


5. Hirarki kriteria, yaitu Kinerja 1 (Kinerja Fungsional Infrastuktur Bangunan);
Kinerja 2 (Kinerja Pelayanan Air); Kinerja 3 (Kinerja Kelembagaan
Pemerintah).

6. Hirarki Prioritas Pembiayaan, yaitu Prioritas-1, Prioritas-2 dan Prioritas-3.


 Perumusan Cara Penilaian Dan Ukuran Tiap Kriteria

Ada 2 cara pengukuran atas alternatif tindakan pada suatu kriteria yaitu:

E - 91
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

3. Penilaian relatif (alternatif dinilai berapa derajat kepentingannya terhadap


alternatif yang lain pada kriteria tersebut).

4. Penilaian absolut (alternatif dinilai dengan suatu derajat ukuran tertentu).


13) Penilaian Kelengkapan Kelembagaan
Setiap lembaga/institusi yang akan mengelola Sistem Penyediaan Air Baku minimal
harus mempunyai :
 Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga yang sudah disahkan notaris.

 Susunan organisasi/pengurus.
 Tenaga ahli yang dimiliki dan uraian tugas.

 Surat ijin lainnya sesuai yang disyaratkan.


Kegiatan kelembagaan pengelolaan air minum memiliki :

 Organisasi meliputi struktur organisasi kelembagaan dan personil unit pengelola


Sistem Penyediaan Air Baku.

 Tata laksana meliputi uraian tugas pokok dan fungsi, serta pembinaan karir
pegawai penyelenggara Sistem Penyediaan Air Baku.

Kelembagaan pengelola Sistem Penyediaan Air Baku harus dilengkapi dengan


sumber daya manusia yang kompeten di bidang pengelolaan Sistem Penyediaan Air
Baku sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

14) Analisa Sistem Informasi


Hasil inventarisasi bangunan akan diolah menggunakan software ArcView / ArcGis
sehingga dapat digabungkan antara data spasial dan data tabular. Untuk
mengerjakan pengolahan peta ini diperlukan ahli GIS atau SIG (Sistem Informasi
Geografis).

15) Penyusunan Manual OP


Prosedur Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Air Baku dimaksudkan sebagai
pedoman bagi pengelola air baku dalam melaksanakan kegiatan operasi dan
pemeliharaan jaringan air baku.

Sedangkan tujuannya adalah agar para pengelola air baku mampu melaksanakan
operasi dan pemeliharaan jaringan air baku secara efektif, efisien, dan berkelanjutan
sehingga air dapat dimanfaatkan secara optimal serta dapat meningkatkan kinerja
jaringan air baku.

Ruang lingkup Prosedur Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Air Baku adalah :
1. Pelaksanaan Operasi Jaringan Air Baku, meliputi perencanaan operasi jaringan
air baku, pelaksanaan operasi jaringan air baku, monitoring dan evaluasi jaringan

E - 92
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

air baku, pengoperasian bangunan air baku, pemanfaatan sumber air lain serta
kegiatan pendukung operasi dan pemeliharaan jaringan air baku.

2. Pelaksanaan Pemeliharaan Jaringan Air Baku, meliputi kegiatan inventarisasi


kondisi fisik jaringan air baku, perencanaan pemeliharaan jaringan air baku,
pelaksanaan pemeliharaan jaringan air baku serta pemantauan, evaluasi dan
pelaporan.

A. Pelaksanaan Operasi Jaringan Air Baku


6) Kegiatan Operasi Jaringan Air Baku

Operasi jaringan air baku adalah upaya pengaturan air baku termasuk kegiatan
membuka-menutup pintu bangunan air baku, menyusun rencana pembagian air
baku, melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau
dan, mengevaluasi.

Kegiatan operasi jaringan air baku secara rinci meliputi :


1. Pekerjaan pengumpulan data (data debit, data curah hujan, dan lain lain);

2. Pekerjaan kalibrasi alat pengukur debit air;


3. Pekerjaan membuat Rencana Penyediaan Air Tahunan, Pembagian dan
Pemberian Air Tahunan dan lain-lain.;
4. Pekerjaan melaksanakan pembagian air baku;

5. Pekerjaan mengatur pintu-pintu air baku;


6. Pekerjaan mengatur pintu tampungan lumpur untuk menguras endapan
lumpur;
7. Koordinasi antar instansi terkait;

8. Monitoring dan Evaluasi kegiatan Operasi Jaringan Air Baku.


7) Data Pendukung kegiatan operasi jaringan Air Baku

Dalam rangka membantu kegiatan operasi jaringan air baku dapat


dilaksanakan, diperlukan data pendukung antara lain :

 Peta lokasi Sumber Air Baku

Peta lokasi Sumber Air Baku adalah Peta Wilayah Kerja BBWS Citarum
diploting peta lokasi air baku.

 Peta Situasi Air Baku

Peta Wilayah Air Baku (Skala 1 : 5.000 atau disesuaikan) dengan batas air
baku, plotting saluran pembawa dan bangunan air baku.

 Skema Jaringan Air Baku

Skema jaringan Air Baku menggambarkan saluran pembawa, bangunan air

E - 93
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

dan bangunan lainnya yang masing-masing dilengkapi dengan nomenklatur.

 Gambar Purna Konstruksi (as built drawing)

Gambar Purna Konstruksi (as built drawing) berupa gambar kerja purna
konstruksi untuk saluran maupun bangunan.

 Dokumen dan data lain.

Dokumen dan data lain, berupa :

a. Manual pengoperasian air baku bangunan ukur debit air atau bangunan
khusus lainnya;

b. Data seri dari catatan curah hujan;


c. Dan data lainnya.

8) Peran Serta Masyarakat Dalam Operasi Jaringan Air Baku


BBWS Citarum menyusun rencana operasi jaringan air baku setelah mendapat
masukan dari instansi yang membidangi air baku.
Dalam kegiatan operasi jaringan air baku dilakukan dengan melibatkan peran
serta masyarakat diwujudkan mulai dari pemikiran awal, pengambilan
keputusan, dan pelaksanaan kegiatan dalam operasi jaringan air baku.

Dalam rangka mengikutsertakan masyarakat petani pemakai air, kegiatan


perencanaan dan pelaksanaan operasi jaringan air baku didapat melalui usulan
dari masyarakat/PDAM, dengan proses sebagai berikut :
3. Masyarakat/PDAM mengusulkan rencana kebutuhan debit air kepada
BBWS Citarum melalui instansi yang membidangi.
4. BBWS Citarum melaksanakan operasi jaringan air baku atau dapat
dilakukan dengan melibatkan peran masyarakat untuk melaksanakannya.
9) Ruang Lingkup Kegiatan Operasi Jaringan Air Baku

Ruang Lingkup Kegiatan Operasi Jaringan Air Baku meliputi :


1. Perencanaan Operasi Jaringan Air Baku.

2. Pelaksanaan Operasi Jaringan Air Baku.


3. Monitoring dan Evaluasi Operasi Jaringan Air Baku.

4. Pengoperasian Bangunan Air Baku.


5. Pemanfaatan Sumber Air Lain.

a. Pemanfaatan air tanah (conjunctive use).


b. Pemanfaatan kembali drainase.

6. Kegiatan Pendukung Operasi Jaringan Air Baku.

E - 94
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

a. Monitoring pelaksanaan operasi jaringan air baku.


b. Kalibrasi alat ukur debit.

c. Monitoring dan Evaluasi Kinerja Sistem Air Baku.


10) Tata Cara Operasi Jaringan Air Baku

1. Perencanaan Operasi Jaringan Air Baku


a. Perencanaan Penyediaan Air Baku

Rencana Penyediaan Air Tahunan dibuat oleh Dinas Pengelolaan


Sumber Daya Air Provinsi cq. BBWS Citarum sesuai dengan
kewenangannya berdasarkan ketersediaan air (debit andalan) dan
mempertimbangkan usulan rencana kebutuhan air baku.

b. Perencanaan Pembagian Air Baku.


Rencana Tahunan Pembagian Air Baku disusun oleh BBWS Citarum
berdasarkan rencana tahunan penyediaan air Baku dan pemakaian air
untuk keperluan lainnya.

2. Pelaksanaan Operasi Jaringan Air Baku


Berdasarkan perencanaan operasi jaringan air baku, maka pelaksanaan
kegiatan operasi jaringan air baku dilakukan dengan :
a. Blanko 01-AB (Pencatatan Debit Air Baku)

Pelaksanaan Pencatatan debit air baku pada saluran dengan


menggunakan Blangko 01-OAB.

3. Pemanfaatan Sumber Air Lain


Apabila terjadi kekurangan air baku dalam kegiatan pembagian air baku
dapat diupayakan pemanfaatan sumber-sumber air lainnya seperti
pemanfaatan air dari saluran suplesi, air tanah dan lain-lain.

a. Pemanfaatan Air Dari Saluran Suplesi


Dalam kondisi kekurangan debit air baku dapat diupayakan debit air dari
saluran suplesi air irigasi/air baku berdasarkan musyawarah dan
kesepakatan bersama.

b. Pemanfaatan Air Tanah


Air tanah dapat merupakan sumber air utama atau secara terpadu
bersama-sama dengan air permukaan memenuhi kebutuhan air baku
(Conjunctive use).

Pengelolaan terpadu dalam penggunaan air permukaan dan air tanah


diperlukan terutama pada pemanfaatan air tanah sebagai pengganti air

E - 95
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

baku dan air permukaan pada musim kemarau dan atau sebagai
tambahan (suplesi) bagi air baku.

4. Kegiatan Pendukung Operasi Jaringan Air Baku


a. Monitoring Pelaksanaan Operasi Jaringan Air Baku

Monitoring pelaksanaan operasi jaringan air baku dilakukan dengan


menggunakan Blanko 01-AB.

b. Kalibrasi Alat Ukur


Untuk dapat dicapainya operasi jaringan air baku yang efektif dan efisien,
pembagian air baku harus dapat diukur dengan baik. Besarnya air yang
mengalir melewati suatu alat ukur dalam satuan waktu tertentu tidak
selalu sama dengan perhitungan memakai rumus standar yang berlaku.
Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, antara lain nilai kekasaran, endapan
lumpur dan kekentalan air itu sendiri. Disamping itu pengerjaan dan
pemasangan alat ukur pada saat pembangunan juga sangat
berpengaruh.
Mengingat hal tersebut sebelum dipergunakan, alat ukur harus dikalibrasi
yaitu dengan membandingkan kenyataan besarnya debit yang mengalir
dengan besarnya debit sesuai dengan perhitungan menggunakan rumus
umum.
Tata cara kalibrasi harus dilakukan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan
tata cara kalibrasi.
Kalibrasi harus dilakukan setiap ada perubahan/perbaikan dari alat ukur
atau minimal lima tahun sekali.
Apabila terjadi kerusakan alat ukur pada jaringan Air Baku teknis maka
sambil menunggu perbaikan, pengukuran debit pada alat ukur yang rusak
dapat dilakukan antara lain sebagai berikut :

a) Pengukuran debit dengan metode pelampung.


b) Dibuat lubang pintu ukur yang proporsional dengan pintu ukur yang
masih berfungsi.
c. Evaluasi Kinerja Sistem Air Baku.

Evaluasi kinerja sistem Air Baku dimaksudkan untuk mengetahui kondisi


kinerja sistem air baku yang meliputi:

1) Prasarana fisik
2) Produktivitas debit air

3) Sarana penunjang

E - 96
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

4) Organisasi personalia
5) Dokumentasi

6) Kondisi kelembagaan masyarakat


B. Pelaksanaan Pemeliharaan Jaringan Air Baku

6. Kegiatan Pemeliharaan Jaringan Air Baku


Pemeliharaan jaringan air baku adalah upaya menjaga dan mengamankan
jaringan air baku agar dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar
pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya.

Pelaksanaan pemeliharaan jaringan air baku melalui kegiatan perawatan,


perbaikan, pencegahan dan pengamanan yang harus dilakukan secara terus
menerus.
Ruang lingkup kegiatan pemeliharaan jaringan air baku, meliputi :

1. Inventarisasi kondisi jaringan air baku


2. Perencanaan pemeliharaan jaringan air baku.

3. Pelaksanaan pemeliharaan jaringan air baku.


4. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

7. Data Pendukung Kegiatan Pemeliharaan Jaringan Air Baku


Dalam penyelenggaraan pemeliharaan jaringan air baku diperlukan data-data
pendukung sebagai berikut :
a. Peta Situasi Air Baku

Peta Air Baku (Skala 1 : 5.000 atau Skala 1 : 10.000), dengan batas-
batasnya dan tata letak saluran pembawa serta bangunan air.

b. Skema Jaringan Air Baku


Skema jaringan air baku menggambarkan letak, nama saluran pembawa dan
bangunan-bangunan airnya.
8. Jenis-Jenis Pemeliharaan Jaringan Air Baku

Jenis pemeliharaan jaringan air baku terdiri dari : (1) Pengamanan jaringan air
baku; (2) Pemeliharaan rutin; (3) Pemeliharaan berkala; dan (4) Perbaikan
darurat.
a. Pengamanan Jaringan Air Baku

Pengamanan jaringan air baku merupakan upaya untuk mencegah dan


menanggulangi terjadinya kerusakan jaringan air baku yang disebabkan oleh
daya rusak air, hewan, atau oleh manusia guna mempertahankan fungsi
jaringan air baku.

E - 97
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

Setiap kegiatan yang dapat membahayakan atau merusak jaringan air baku
dilakukan tindakan pencegahan berupa pemasangan papan larangan, papan
peringatan atau perangkat pengamanan lainnya.
Adapun tindakan pengamanan dapat dilakukan antara lain :

1) Tindakan Pencegahan
a. Melarang pengambilan air dengan pompa air maupun selang.

i. Melarang memandikan hewan selain di tempat yang telah


ditentukan dengan memasang papan larangan.

j. Menetapkan garis sempadan saluran sesuai ketentuan dan


peraturan yang berlaku.

k. Petugas pengelola air baku harus mengontrol patok-patok batas


tanah air baku supaya tidak dipindahkan oleh masyarakat.

l. Memasang papan larangan untuk kendaraan yang melintas jalan


inspeksi yang melebihi kelas jalan.

m. Melarang masyarakat, mandi di sekitar bangunan atau lokasi-lokasi


yang berbahaya.

n. Melarang mendirikan bangunan dan atau menanam pohon di tanah/


tanggul saluran air baku.

o. Mengadakan penyuluhan/sosialisasi kepada masyarakat dan


instansi terkait tentang pengamanan fungsi jaringan air baku.

2) Tindakan Pengamanan
f. Membuat bangunan pengamanan di tempat-tempat yang berbahaya.

g. Pemasangan penghalang di jalan inspeksi dan tempat-tempat yang


berbahaya berupa portal, patok, dan lain-lain.

h. Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan rutin merupakan kegiatan perawatan dalam rangka
mempertahankan kondisi jaringan air baku yang dilaksanakan secara
terus menerus tanpa ada bagian konstruksi yang diubah atau diganti.

Kegiatan pemeliharaan rutin meliputi :


1) Pemeliharaan Rutin yang bersifat Perawatan :

a) Memberikan minyak pelumas pada bagian pintu.


b) Membersihkan saluran dan bangunan dari tanaman liar dan
semak-semak.
c) Membersihkan saluran dan bangunan dari sampah dan

E - 98
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

kotoran.
d) Pembuangan endapan lumpur di bangunan ukur.

e) Memelihara tanaman lindung di sekitar bangunan dan di tepi


luar tanggul saluran.

2) Pemeliharaan Rutin yang bersifat Perbaikan ringan :


a) Menutup lubang-lubang bocoran kecil di saluran/bangunan.

b) Perbaikan kecil pada pasangan, misalnya siaran/plesteran


yang retak atau beberapa batu muka yang lepas.

i. Pemeliharaan Berkala
Pemeliharaan berkala merupakan kegiatan perawatan dan perbaikan
yang dilaksanakan secara berkala yang direncanakan dan
dilaksanakan oleh BBWS Citarum dan dapat bekerja sama
masyarakat secara swakelola berdasarkan kemampuan lembaga
tersebut dan dapat pula dilaksanakan secara kontraktual.

Pelaksanaan pemeliharaan berkala dilaksanakan secara periodik


sesuai kondisi jaringan air bakunya. Setiap jenis kegiatan
pemeliharaan berkala dapat berbeda-beda periodenya, misalnya
setiap tahun, 2 tahun atau 3 tahun.

Pemeliharaan berkala dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pemeliharaan


yang bersifat perawatan, pemeliharaan yang bersifat perbaikan, dan
pemeliharaan yang bersifat penggantian.
Pekerjaan pemeliharaan berkala meliputi :

1) Pemeliharaan Berkala yang Bersifat Perawatan


a) Pengecatan pintu.
b) Pembuangan lumpur di bangunan dan saluran.
2) Pemeliharaan Berkala yang Bersifat Perbaikan
a) Perbaikan bangunan pengambilan dan bangunan air
lainnya.
b) Perbaikan bangunan ukur dan kelengkapannya.
c) Perbaikan saluran.
d) Perbaikan Pintu-pintu.
e) Perbaikan Jalan Inspeksi.
f) Perbaikan fasilitas pendukung seperti kantor, rumah dinas,
rumah petugas lapangan, kendaraan dan peralatan
3) Pemeliharaan Berkala yang Bersifat Penggantian

E - 99
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

a) Penggantian Pintu.
b) Penggantian alat ukur.
c) Penggantian peil schall
j. Penanggulangan/Perbaikan Darurat

Perbaikan darurat dilakukan akibat bencana alam dan atau


kerusakan berat akibat terjadinya kejadian luar biasa (seperti
pengrusakan/penjebolan tanggul, longsoran tebing yang menutup
jaringan air baku, tanggul putus dll) dan penanggulangan segera
dengan konstruksi tidak permanen, agar jaringan air baku tetap
berfungsi.

Kejadian Luar Biasa/Bencana Alam harus segera dilaporkan oleh


Petugas lapangan, ditindak lanjuti Perwakilan Balai dan dilaporkan
kepala BBWS Citarum secara berjenjang dan selanjutnya oleh kepala
BBWS Citarum dilaporkan kepada Dinas Pengelolaan Sumber Daya
Air Provinsi dengan tembusan Instansi terkait termasuk
Bupati/Walikota dan Gubernur. Lokasi, tanggal/waktu, dan
kerusakan akibat kejadian bencana dimasukkan dalam Blangko 03-
OAB dan lampirannya. Perbaikan darurat ini dapat dilakukan secara
gotong-royong, swakelola atau kontraktual, dengan menggunakan
bahan yang tersedia di BBWS Citarum atau yang disediakan
masyarakat seperti (bronjong, karung plastik, batu, pasir, bambu,
batang kelapa, dan lain-lain).

Selanjutnya perbaikan darurat ini disempurnakan dengan konstruksi


yang permanen dan dianggarkan secepatnya melalui program
rehabilitasi.
9. Peran Serta Masyarakat dalam Pemeliharaan Jaringan Air Baku

BBWS Citarum dalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan jaringan air baku


dilakukan dengan melibatkan peran serta masyarakat diwujudkan mulai dari
pemikiran awal, pengambilan keputusan, dan pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan jaringan air baku.

Kegiatan perencanaan dan pelaksanaan pemeliharaan didapat melalui hasil


penelusuran bersama dengan proses sebagai berikut :

g. Masyarakat bersama Perwakilan Balai melakukan penelusuran untuk


mengidentifikasi kerusakan-kerusakan, usulan rencana perbaikan dan skala
prioritas.
h. Penyusunan jenis-jenis pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh masyarakat.

E - 100
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

i. BBWS Citarum melaksanakan pemeliharaan jaringan air baku dapat


dilakukan melalui kerjasama dengan masyarakat secara swakelola.

j. Masyarakat dapat berperan serta dalam pelaksanaan pemeliharaan jaringan


air baku dalam bentuk tenaga, bahan, atau biaya sesuai dengan
kemampuannya.
k. Masyarakat berperan aktif dalam pengamanan jaringan air baku.

l. Masyarakat dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan pemeliharaan


jaringan air baku dalam bentuk penyampaian laporan penyimpangan
pelaksanaan kepada BBWS Citarum.
10. Tata Cara Pemeliharaan Jaringan Air Baku

Untuk mendapatkan hasil pemeliharaan yang optimal, diperlukan tata


cara/prosedur yang tepat dengan mengacu pada tahapan sebagai berikut :

1) Inventarisasi Jaringan Air Baku


Inventarisasi jaringan air baku dilakukan untuk mendapatkan data jumlah,
dimensi, jenis, kondisi dan fungsi seluruh asset air baku serta data
ketersediaan air baku, nilai asset jaringan air baku pada setiap air baku.
Inventarisasi jaringan air baku dilaksanakan setiap tahun mengacu pada
ketentuan/pedoman yang berlaku.

Untuk kegiatan pemeliharaan dan inventarisasi tersebut yang sangat


diperlukan adalah data kondisi fisik jaringan air baku yang meliputi data
kerusakan dan pengaruhnya terhadap ketersediaan debit air baku.
Pelaksanaan inventarisasi jaringan air baku ini dilaksanakan secara
partisipatif melalui penelusuran jaringan air baku oleh personil BBWS
Citarum secara berjenjang bersama-sama dengan masyarakat dengan
menggunakan Blangko Inventaris Jaringan air baku. Dari hasil
inventarisasi tersebut disusun program 5 tahunan yang akan diusulkan
untuk mendapatkan biaya pemeliharaan jaringan air baku.

E - 101
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

Tabel E. 19 REKAPITULASI FORM INVENTARISASI DAN PENILAIAN KINERJA AIR BAKU

DATA : INVENTARISASI BANGUNAN AIR BAKU


STATUS DATA : BULAN .................. TAHUN ...................
NAMA/LOKASI BANGUNAN AIR BAKU : ..............................................................
NAMA DAERAH PENERIMA AIR : ..............................................................
SUMBER AIR : ..............................................................
3
KAPASITAS PENGAMBILAN (m /dt) : ..............................................................
SISTEM (GRAVITASI / POMPA) : ..............................................................
TAHUN DIBANGUN : ..............................................................
JUMLAH PETUGAS / OPERATOR : ..............................................................
JADWAL OPERASIONAL : ..............................................................

KONDISI FUNGSI KINERJA KEGIATAN OP


NO. KOMPONEN BANGUNAN AIR BAKU Rusak Rusak Rusak Cukup Buruk / Kurang Tidak Sangat Kurang Tahun Biaya (Rp.) SKETSA FOTO KET.
Baik Baik Baik Jelek Kegiatan
Ringan Sedang Berat Baik Fungsi Fungsi Baik Baik Pelaksanaan dalam ribuan
1 Broncaptering (Bangunan Penangkap Mata Air)
2 Bangunan Pengambilan (Intake)
3 Pipa Transmisi
4 Rumah Pompa
5 Pompa Air
6 Panel Listrik
7 Genset
8 Alat Ukur Tekanan Air
9 Alat Ukur Debit
10 Reservoar (Bak Penampung)
11 WTP (Instalasi Pengolah Air)
12 Air Valve
13 Jembatan Pipa

E - 102
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

Tabel E. 20 USULAN FORM INVENTARISASI DAN PENILAIAN KINERJA AIR BAKU

SKETSA :
BRONCAPTERING (BANGUNAN PENANGKAP MATA AIR)
Dimensi :
Panjang : m
Lebar : m
Tinggi : m
Elevasi : m

Kondisi : *) Baik
*) Pilih salah satu Rusak Ringan
Rusak Sedang
Rusak Berat

Fungsi : *) Baik
*) Pilih salah satu Cukup Baik DOKUMENTASI :
Buruk / Kurang Fungsi
Tidak Fungsi

Kinerja : *) Sangat Baik


*) Pilih salah satu Baik
Kurang Baik
Jelek

Kegiatan OP : *)
*) Yang sudah pernah dilakukan
Tahun Pelaksanaan :
Kegiatan :
Biaya (Rp.) dalam ribuan :

E - 103
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

SKETSA :
GENSET
Dimensi :
Panjang : m
Lebar : m
Tinggi : m
Elevasi : m
Jumlah : unit
Daya :

Kondisi : *) Baik
*) Pilih salah satu Rusak Ringan
Rusak Sedang
Rusak Berat

Fungsi : *) Baik
*) Pilih salah satu Cukup Baik DOKUMENTASI :
Buruk / Kurang Fungsi
Tidak Fungsi

Kinerja : *) Sangat Baik


*) Pilih salah satu Baik
Kurang Baik
Jelek

Kegiatan OP : *)
*) Yang sudah pernah dilakukan
Tahun Pelaksanaan :
Kegiatan :
Biaya (Rp.) dalam ribuan :

E - 104
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

2) Perencanaan Pemeliharaan Jaringan Air Baku


Perencanaan pemeliharaan jaringan air baku dibuat oleh BBWS Citarum
dan jajarannnya bersama masyarakat berdasarkan penelusuran jaringan
air baku dan rencana prioritas pemeliharaan jaringan air baku. Dalam
rencana pemeliharaan jaringan air baku terdapat pembagian tugas, antara
masyarakat dengan pemerintah diantaranya bagian mana dapat ditangani
masyarakat dan bagian mana yang ditangani pemerintah melalui Nota
Kesepakatan kerjasama Operasi dan Pemeliharaan jaringan air baku.
a. Penelusuran Jaringan Air Baku
Berdasarkan penelusuran jaringan air baku dicatat semua
kerusakannya, selanjutnya dikirim oleh Perwakilan Balai secara rutin
kepada Seksi Operasi dan Pemeliharaan BBWS Citarum.
Penelusuran dilaksanakan setahun sekali yaitu pada saat debit terkecil
untuk mengetahui endapan, dan mengetahui tingkat kerusakan yang
terjadi ketika air di saluran berada di bawah air normal.
Penelusuran dilakukan bersama secara partisipatif antara Staf BBWS
Citarum, Perwakilan Balai dan masyarakat.
Hasil penelusuran direkam dalam Blanko 01-PAB (Laporan
Penelusuran Kerusakan Jaringan Air Baku) dan ditentukan ranking
prioritasnya oleh BBWS Citarum.
Disamping itu dicatat juga dicatat secara detail dalam Blanko 02-PAB
(Buku Catatan Pemeliharaan).
Pencatatan dalam Buku Catatan Pemeliharaan dibuat per ruas saluran
dan perbangunan setiap lembar.
b. Identifikasi dan Analisis Tingkat Kerusakan
Berdasarkan hasil inventarisasi dilakukan survei identifikasi
permasalahan dan kebutuhan pemeliharaan secara partisipatif, dan
dibuat suatu rangkaian rencana aksi yang tersusun dengan skala
prioritas serta uraian pekerjaan pemeliharaan jaringan air baku. Dalam
menentukan kriteria pemeliharaan dilihat dari kondisi kerusakan fisik
jaringan air baku. Pada hakekatnya pemeliharaan jaringan air baku
yang tertunda akan mengakibatkan kerusakan yang lebih parah dan
memerlukan rehabilitasi lebih dini.

E - 105
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

1. FORM ISIAN PENILAIAN KINERA JENIS BENDUNG

INDEKS KINERJA SISTEM JARINGAN AIR BAKU

I. DATA UMUM
1. Nama Daerah Jaringan Air Baku
2. Layanan Air Baku .......... liter/detik
3. Unit Pengelola
4. Nama BWS
5. Kab/Kota
6. Provinsi

II. RIWAYAT PENANGANAN


1. Nama Proyek / Kegiatan (Setingkat
Rehabilitas & Perbaikan Berat)
2. Tahun Pelaksanaan
3. Jenis Penanganan (Kontraktual /
Swakelola)

III. DATA INVENTARISASI


1. Cakupan Pelayanan ........ liter/detik
2. Tipe Medan Lapangan Pegunungan/Pedataran
3. Sumber Air Baku
4. Jenis Bangunan Pengambilan Bendung
5. Pelimpah/Kantong Lumpur/Prasedimen
6. Panjang Saluran/Pipa/Jaringan Transmisi
7. Jumlah Bangunan Pengatur
8. Jumlah Bangunan Pelengkap

IV. PERSONALIA
Yang Ada
Kebutuhan
No Bagian / Jabatan Harian Jumlah
(or) PNS (or)
(or) (or)
1.

V. INDEKS KONDISI O&P JARINGAN AIR BAKU


Yang Ada Maks Min Optimum
No. Bagian / Kegiatan
(%) (%) (%) (%)
1 Prasarana Fisik ............ 45 25 35
2 Produktivitas Layanan Air Baku ............ 15 10 13
3 Sarana Penunjang ............ 10 5 8
4 Organisasi Personalia ............ 15 8 11
5 Dokumentasi ............ 5 3 4
6 Lembaga Pengguna / Pemakai Air ............ 10 5 8
Jumlah ............ 100 55 78

Sumber: LAMPIRAN IV Permen PUPR Nomor : xxx/PRT/M/20xx(Masih Draft, Belum ditetapkan)

E - 106
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

INDEKS KINERJA SISTEM JARINGAN AIR BAKU

Nama Jaringan Air Baku :


Bobot Layanan Total : ........ Iiter/detik
Besarnya Debit Layanan : ........ liter/detik
Jenis Bangunan : Bendung

Bobot Nilai Indeks Kondisi


Uraian Final Bagian Yg ada Maks Keterangan
(%) (%) (%) 100%
1 2 3 4 5 6

I. PRASARANA FISIK - 45.00


1. Bangunan Utama - 14.00
1.1 Bendung - 100 4.00
a. Mercu - 20 - 0.80
b. Sayap - 15 - 0.60
c. Lantai Bendung - 20 - 0.80
d. Tanggul Penutup - 20 - 0.80
e. Jembatan - 5 - 0.20
f. Papan Operasi - 10 - 0.40
g. Mistar Ukur - 5 - 0.20
h. Pagar Pengaman - 5 - 0.20

1.2 Pintu Bendung dapat dioperasikan - 100 7.00


a. Pintu Pengambilan - 55 - 3.85
b. Pintu Penguras Bendung - 45 - 3.15

1.3 Kantong Lumpur & Pintu Penguras - 100 3.00


a. Bangunan/Kantong Lumpur berfungsi - 35 - 1.05
b. Kantong lumpur telah dibersihkan - 30 - 0.90
c. Pintu penguras, kantong lumpur dapat dioperasikan - 35 - 1.05

2. Saluran Pembawa Transmisi - 100 12.00


2.1 Saluran terbuka /saluran tertutup pipa - 50 - 6.00
2.2 Tinggi tanggul cukup untuk menghindari limpasan setiap saat - 20 - 2.40
2.3 Semua perbaikan saluran telah selesai - 30 - 3.60

3. Bangunan pada Saluran Pembawa - 100 10.00


3.1 Bangunan pengatur lengkap dan berfungsi - 100 - 2.00
3.2 Pengukuran debit dapat dilakukan sesuai rencana operasi - 100 3.50
a. Pada bangunan pengambilan (bendung/Intake) - 40 - 1.40
b. Pada setiap bangunan pengatur - 30 - 1.05
c. Sebelum masuk IPA - 30 - 1.05

3.3. Bangunan Pelengkap berfungsi dan lengkap - 100 2.00


a. Pada saluran induk dan sekunder - 40 - 0.80
b. Pada bangunan pelengkap - 60 - 1.20

3.4. Semua Perbaikan teleh Selesai - 100 2.50


a. Perbaikan bangunan pengatur - 50 - 1.25
b. Mistar ukur, skala liter - 15 - 0.38
c. Papan operasi - 20 - 0.50
d. Bangunan pelengkap - 15 - 0.38

4. Jalan Masuk/Inspeksi - 100 4.00


4.1. Jalan masuk ke bangunan utama dalam kondisi baik - 50 - 2.00
4.2. Jalan Inspeksi sepanjang saluran telah diperbaiki - 25 - 1.00
4.3. Bangunan dan saluran yang dipelihara dapat dicapai - 25 - 1.00

5. Kantor, Perumahan dan Gudang - 100 5.00


5.1. Kantor memadai untuk: - 100 2.00
Ranting/UPTD - 50 - 1.00
Petugas Jaringan - 50 - 1.00

5.2. Perumahan memadai untuk: - 100 1.00


Ranting/UPTD - 50 - 0.50
Petugas Jaringan - 50 - 0.50

5.3. Gudang memadai untuk: - 100 2.00


Kantor Ranting/UPTD - 40 - 0.80
Bangunan Utama - 40 - 0.80
Pelengkap lain - 20 - 0.40

E - 107
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

2. FORM ISIAN PENILAIAN KINERA JENIS FREE INTAKE

INDEKS KINERJA SISTEM JARINGAN AIR BAKU

I. DATA UMUM
1. Nama Daerah Jaringan Air Baku
2. Layanan Air Baku .......... liter/detik
3. Unit Pengelola
4. Nama BWS
5. Kab./Kota
6. Provinsi

II. RIWAYAT PENANGANAN


1. Nama Proyek / Kegiatan (Setingkat
Rehabilitas & Perbaikan Berat)
2. Tahun Pelaksanaan
3. Jenis Penanganan (Kontraktual /
Swakelola)

III. DATA INVENTARISASI


1. Cakupan Pelayanan
2. Tipe Medan Lapangan Pegunungan/Pedataran
3. Sumber Air Baku Mata Air
4. Jenis Bangunan Pengambilan Free Intake
5. Pelimpah/Kantong Lumpur/Prasedimen
6. Panjang Saluran/Pipa/Jaringan Transmisi
7. Jumlah Bangunan Pengatur
8. Jumlah Bangunan Pelengkap

IV. PERSONALIA
Yang Ada
Kebutuhan
No Bagian / Jabatan PNS Harian Jumlah
(or)
(or) (or) (or)

V. INDEKS KONDISI O&P JARINGAN AIR BAKU


Yang Ada Maks Min Optimum
No. Bagian / Kegiatan
(%) (%) (%) (%)
1 Prasarana Fisik ........... 45 25 35
2 Produktivitas Layanan Air Baku ........... 15 10 13
3 Sarana Penunjang ........... 10 5 8
4 Organisasi Personalia ........... 15 8 11
5 Dokumentasi ........... 5 3 4
6 Lembaga Pengguna / Pemakai Air ........... 10 5 8
Jumlah ........... 100 55 78

E - 108
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

INDEKS KINERJA SISTEM JARINGAN AIR BAKU

Nama Jaringan Air Baku :


Bobot Layanan Total : .......... liter/detik
Besarnya Debit Layanan : .......... liter/detik
Jenis Bangunan : Free Intake

Bobot Nilai Indeks Kondisi


Uraian Final Bagian Yang ada Maks Keterangan
(%) (%) (%) 100%
1 2 3 4 5 6

I. PRASARANA FISIK - 45.00


1. Bangunan Utama - 14.00
1.1 Free Intake - 100 4.00
a. Bak Pengumpul - 20 70 0.80
b. Pipa Peluap - 15 - 0.60
c. Lubang Kontrol (Manhole) - 20 - 0.80
d. Pipa Pengeluaran Udara (Vent) - 20 - 0.80
e. Alat Ukur Debit (Water Meter) - 5 - 0.20
f. Pipa Transmisi - 10 - 0.40
g. Jembatan - 5 - 0.20
h. Pagar Pengaman - 5 - 0.20

1.2 Pipa Pengambilan dapat dioperasikan - 100 7.00


a. Pipa Pengambilan - 55 - 3.85
b. Pipa Penguras - 45 - 3.15

1.3 Kantong Lumpur & Pintu Penguras - 100 3.00


a. Bangunan/Kantong Lumpur berfungsi - 35 - 1.05
b. Kantong lumpur telah dibersihkan - 30 - 0.90
c. Pintu Penguras, kantong lumpur dapat dioperasikan - 35 - 1.05

2. Saluran pembawa Transmisi - 100 12.00


2.1 Saluran Tertutup Pipa - 50 - 6.00
2.2 Tanggul dapat mengatasi bocoran selama pengoperasian - 20 - 2.40
2.3 Semua perbaikan pipa telah selesai - 30 - 3.60

3. Bangunan pada saluran pembawa - 100 10.00


3.1 Bangunan Pengatur lengkap dan berfungsi - 100 - 2.00
3.2 Pengukuran debit dapat dilakukan sesuai rencana Operasi - 100 3.50
a. Pada Bangunan Pengambilan (pipa Intake) - 40 - 1.40
b. Pada setiap bangunan Pengatur - 30 - 1.05
c. Sebelum masuk IPA - 30 - 1.05

3.3. Bangunan Pelengkap berfungsi dan lengkap - 100 2.00


a. Pada saluran Induk dan Sekunder - 40 - 0.80
b. Pada Bangunan pelengkap - 60 - 1.20

3.4. Semua Perbaikan teleh Selesai - 100 2.50


a. Perbaikan Bangunan Pengatur - 50 - 1.25
b. Mistar Ukur, Skala Liter - 15 - 0.38
c. Papan Operasi - 20 - 0.50
d. Bangunan Pelengkap - 15 - 0.38

4. Jalan Masuk/Inspeksi - 100 4.00


4.1. Jalan masuk ke bangunan Utama dalam kondisi baik - 50 - 2.00
4.2. Jalan Inspeksi sepanjang saluran telah diperbaiki - 25 - 1.00
4.3. Bangunan dan saluran yang dipelihara dapat dicapai - 25 - 1.00

5. Kantor, perumahan dan gudang - 100 5.00


5.1. Kantor memadai untuk: - 100 2.00
Ranting/UPTD - 50 - 1.00
Mantri/Juru - 50 - 1.00

5.2. Perumahan memadai untuk: - 100 1.00


Ranting/UPTD - 50 - 0.50
Mantri/Juru - 50 - 0.50

5.3. Gudang memadai untuk: - 100 2.00


Kantor Ranting/UPTD - 40 - 0.80
Bangunan Utama - 40 - 0.80
Pelengkap lain - 20 - 0.40

E - 109
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

3. FORM ISIAN PENILAIAN KINERA JENIS BRONKAPTERING

INDEKS KINERJA SISTEM JARINGAN AIR BAKU

I. DATA UMUM
1. Nama Daerah Jaringan Air Baku
2. Layanan Air Baku
3. Unit Pengelola
4. Nama BWS
5. Kab./Kota
6. Provinsi

II. RIWAYAT PENANGANAN


1. Nama Proyek / Kegiatan (Setingkat
Rehabilitas & Perbaikan Berat)
2. Tahun Pelaksanaan
3. Jenis Penanganan (Kontraktual / Swakelola)

III. DATA INVENTARISASI


1. Cakupan Pelayanan
2. Tipe Medan Lapangan Perbukitan/Pedataran
3. Sumber Air Baku
4. Jenis Bangunan Pengambilan Bronkaptering
5. Pelimbah/Kantong Lumpur/Prasedimen
6. Panjang Saluran/Pipa/Jaringan Transmisi
7. Jumlah Bangunan Pengatur
8. Jumlah Bangunan Pelengkap

IV. PERSONALIA
Yang Ada
Kebutuha
No Bagian / Jabatan PNS Harian Jumlah
n (or)
(or) (or) (or)

V. INDEKS KONDISI O&P JARINGAN AIR BAKU


Yang Ada Maks Min (%) Optimum
No. Bagian / Kegiatan
(%) (%) (%)
1 Prasarana Fisik - 45 25 35
2 Produktivitas Layanan Air Baku - 15 10 13
3 Sarana Penunjang - 10 5 8
4 Organisasi Personalia - 15 8 11
5 Dokumentasi - 5 3 4
6 Lembaga Pengguna / Pemakai Air - 10 5 8
Jumlah - 100 55 78

E - 110
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

INDEKS KINERJA SISTEM JARINGAN AIR BAKU

Nama Jaringan Air Baku :


Bobot Layanan Totat : .......... Iiter/detik
Besarnya Debit Layanan : .......... liter/detik
Jenis Bangunan : Bronkaptering

Bobot Nilai Indeks Kondisi


Uraian Final Bagian Yg ada Maks Keterangan
(%) (%) (%) 100%
1 2 3 4 5 6

I. PRASARANA FISIK - 45.00


1. Bangunan Utama - 14.00
1.1 Intake - 100 4.00
a. Bak Pengumpul - 20 - 0.80
b. Pipa Pengeluaran Udara (Vent) - 15 - 0.60
c. Pipa Peluap - 20 - 0.80
d. Alat Ukur Debit (Water Meter) - 20 - 0.80
e. Lubang Kontrol (Manhole) - 5 - 0.20
f. Pipa Transmisi - 10 - 0.40
g. Papan Operasi - 5 - 0.20
h. Pagar pengaman - 5 - 0.20

1.2 Pipa Pengambilan dapat dioperasikan - 100 7.00


a. Pipa Pengambilan - 55 - 3.85
b. Pipa Penguras - 45 - 3.15

1.3 Kantong Lumpur & Pintu Penguras - 100 3.00


a. Bangunan/Kantong Lumpur berfungsi - 35 - 1.05
b. Kantong lumpur telah dibersihkan - 30 - 0.90
c. Pintu Penguras, kantong lumpur dapat dioperasikan - 35 - 1.05

2. Saluran pembawa Transmisi - 100 12.00


2.1 Saluran Tertutup Pipa - 50 - 6.00
2.2 Tanggul dapat mengatasi bocoran selama pengoperasian - 20 - 2.40
2.3 Semua perbaikan pipa telah selesai - 30 - 3.60

3. Bangunan pada saluran pembawa - 100 10.00


3.1 Bangunan Pengatur lengkap dan berfungsi - 100 - 2.00
3.2 Pengukuran debit dapat dilakukan sesuai rencana Operasi - 100 3.50
a. Pada Bangunan Pengambilan (pipa Intake) - 40 - 1.40
b. Pada setiap bangunan Pengatur - 30 - 1.05
c. Sebelum masuk IPA - 30 - 1.05

3.3. Bangunan Pelengkap berfungsi dan lengkap - 100 2.00


a. Pada saluran Induk dan Sekunder - 40 - 0.80
b. Pada Bangunan pelengkap - 60 - 1.20

3.4. Semua Perbaikan telah Selesai - 100 2.50


a. Perbaikan Bangunan Pengatur - 50 - 1.25
b. Mistar Ukur, Skala Liter - 15 - 0.38
c. Papan Operasi - 20 - 0.50
d. Bangunan Pelengkap - 15 - 0.38

4. Jalan Masuk/Inspeksi - 100 4.00


4.1. Jalan masuk ke bangunan Utama dalam kondisi baik - 50 - 2.00
4.2. Jalan Inspeksi sepanjang saluran telah diperbaiki - 25 - 1.00
4.3. Bangunan dan saluran yang dipelihara dapat dicapai - 25 - 1.00

5. Kantor, perumahan dan gudang - 100 5.00


5.1. Kantor memadai untuk: - 100 2.00
Ranting/UPTD - 50 - 1.00
Petugas Jaringan - 50 - 1.00

5.2. Perumahan memadai untuk: - 100 1.00


Ranting/UPTD - 50 - 0.50
Petugas Jaringan - 50 - 0.50

5.3. Gudang memadai untuk: - 100 2.00


Kantor Ranting/UPTD - 40 - 0.80
Bangunan Utama - 40 - 0.80
Pelengkap lain - 20 - 0.40

E - 111
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

c. Pengukuran dan Pembuatan Detail Desain Perbaikan Jaringan Air


baku
1). Survai Dan Pengukuran Perbaikan Jaringan Air Baku

Survai dan pengukuran untuk pemeliharaan jaringan air baku


dapat dilaksanakan secara sederhana oleh petugas BBWS
Citarum bersama-sama masyarakat dengan menggunakan roll
meter, alat bantu ukur, selang air atau, tali. Hasil survai yang
dituangkan dalam gambar sketsa atau diatas gambar as built
drawing. Sedangkan untuk pekerjaan perbaikan, perbaikan berat
maupun penggantian harus menggunakan alat ukur waterpass
atau theodolit untuk mendapatkan elevasi yang akurat. Hasil
survai dan pengukuran ini selanjutnya digunakan oleh personil
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi dalam penyusunan
detail desain.
2) Pembuatan Detail Desain

Berdasarkan hasil survai dan pengukuran disusun rancangan


detail desain dan penggambaran. Hasil rancangan detail desain ini
didiskusikan kembali dengan perkumpulan petani pemakai air
sebagai dasar pembuatan desain akhir.

d. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB)


Rencana anggaran biaya dihitung berdasarkan perhitungan volume
dan harga satuan yang sesuai dengan standar yang berlaku di wilayah
setempat. Sumber-sumber pembiayaan pemeliharaan jaringan air baku
berasal dari :
1) Alokasi biaya pemeliharaan dari sumber APBN, APBD, atau DAK.

2) Kontribusi biaya pemeliharaan jaringan air baku oleh perkumpulan


pemakai air.

3) Alokasi biaya dari badan usaha atau sumber lainnya.


e. Penyusunan Program/Rencana Kerja

Rencana Program/Rencana kerja dibuat oleh BBWS Citarum bersama


perkumpulan masyarakat pemakai air baku. Untuk lebih teratur dan
terarah dalam mencapai tujuan kegiatan pemeliharaan Jaringan air
baku perlu adanya suatu program atau rencana kerja sebagai berikut :

E - 112
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

1) Pekerjaan Yang Dilaksanakan Secara Swakelola

Pekerjaan yang dapat dilaksanakan dengan cara swakelola antara


lain adalah berupa pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala yang
bersifat perawatan, dan penanggulangan.
a) Pemeliharaan Rutin

- Pekerjaan pemeliharaan rutin dilaksanakan secara terus


menerus sesuai dengan kebutuhan/hasil inspeksi rutin
Pengelola Air Baku.
- Pelaksanaan oleh Perwakilan Balai/UPTD/Cabang Dinas
atau oleh perkumpulan masyarakat pemakai air baku
secara gotong royong dengan bimbingan teknis dari
dinas/pengelola air baku.
b) Pemeliharaan Berkala

- Pekerjaan dilaksanakan secara periodik disesuaikan


dengan tersedianya anggaran.

- Pelaksanaan secara swakelola oleh BBWS Citarum atau


dapat melibatkan masyarakat pemakai air.

- Pekerjaan berupa perawatan


c) Penanggulangan

- Pekerjaan bersifat darurat agar bangunan dan saluran


segera berfungsi.

- Pelaksanaan oleh BBWS Citarum bersama


masyarakat/perkumpulan petani pemakai air baku dengan
cara gotong royong.
Untuk program pemeliharaan jaringan air baku yang akan
dilaksanakan dengan cara swakelola dibuat oleh BBWS Citarum
dengan menggunakan Blangko 04-PAB (Program Pekerjaan
Pemeliharaan Swakelola).
2) Pekerjaan Yang Dapat Dikontrakkan

- Pekerjaan bersifat rehabilitasi, rehabilitasi berat, dan


penggantian.

- Pelaksanaan melalui pihak ketiga (kontraktor).


Untuk program pemeliharaan jaringan air baku yang akan

E - 113
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

dilaksanakan dengan cara kontraktual dibuat oleh BBWS Citarum


dengan menggunakan Blangko 05-PAB (Program Pekerjaan
Pemeliharaan Kontraktual).

f. Kebutuhan Bahan Operasi dan Bahan Pemeliharaan Yang Bersifat


Rehabilitasi

Daftar kebutuhan bahan operasi dan bahan pemeliharaan rutin serta


daftar kebutuhan bahan pemeliharaan dan tenaga kerja untuk
pemeliharaan berkala dilaksanakan oleh Perwakilan
Balai/UPTD/Cabang Dinas.

1) Daftar Kebutuhan Bahan Operasi dan Bahan Pemeliharaan Rutin


Perwakilan Balai/UPTD/Cabang Dinas melakukan perhitungan
kebutuhan bahan operasi rutin seperti : teer, paselin, solar, oli,
amplas, sikat baja, pel, kuas dan lain-lain. Disamping itu juga
melakukan perhitungan jaringan air baku kebutuhan bahan
pemeliharaan rutin seperti : semen, pasir, batu belash, kerikil,
tanah urug dan lain-lain.
Pelaksanaan kegiatan tersebut diisikan pada Blanko 06-PAB
(Daftar Kebutuhan Bahan Operasi dan Bahan Pemeliharaan
Rutin).

2). Daftar Kebutuhan Bahan dan Tenaga Kerja Untuk Pemeliharaan


Berkala

Perwakilan Balai/UPTD/Cabang Dinas melakukan perhitungan


kebutuhan bahan pemeliharaan berkala seperti : semen, pasir,
batu belash, kerikil, tanah urug dan lain-lain.
Pelaksanaan kegiatan tersebut diisikan pada Blanko 07-PAB
(Daftar Kebutuhan Bahan Operasi dan Tenaga Kerja Untuk
Pemeliharaan Berkala).

3) Pelaksanaan Pemeliharaan Jaringan Air Baku


a. Persiapan Pelaksanaan Pemeliharaan Jaringan Air Baku

1) Masyarakat dan atau kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan


pemeliharaan wajib memahami dan menerapkan persyaratan teknis
yang telah ditetapkan oleh BBWS Citarum.
2) Pelaksanaan pemeliharaan jaringan air baku tidak mengganggu

E - 114
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

kelancaran pembagian air untuk tanaman, artinya pelaksanaannya


disesuaikan dengan jadwal pengeringan dan giliran air.
3) BBWS Citarum wajib menyampaikan kepada masyarakat pemakai
air mengenai rencana pengeringan paling lambat tiga puluh hari
sebelum pelaksanaan pengeringan.

4) Untuk pekerjaaan yang dilaksanakan oleh masyarakat agar sesuai


dengan kuantitas dan kualitas yang dipersyaratkan, perlu adanya
bimbingan dari tenaga pendamping lapangan/BBWS Citarum.
5) Untuk pekerjaan yang dilaksanakan kontraktor, sebagai kontrol
sosial masyarakat dapat berperan serta secara swadaya
mengawasi pekerjaan.

6) Setelah pekerjaan rehabilitasi selesai dikerjakan harus dibuat berita


acara bahwa pekerjaan rehabilitasi telah selesai dilaksanakan dan
berfungsi baik.
b. Pelaksanaan Pemeliharaan Jaringan Air Baku

Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan sendiri secara


swakelola ataupun dikontrakkan, baik untuk jenis pengamanan jaringan
air baku, pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala dan
penanggulangan/reahbilitasi darurat.

c. Laporan Kemajuan Pelaksanaan Pekrjaan Pemeliharaan


1) Laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan swakelola
dan kontraktual dibuat oleh BBWS Citarum setiap akhir bulan
dengan menggunakan Blangko RFK 1S dan RFK 2S.

2) Laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan dibuat


oleh Kepala BBWS Citarum pada Blanko 08-PAB (Laporan
Tahunan Realisasi Pekerjaan Pemeliharaan).
4) Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan

Dalam mengetahui keberhasilan pelaksanaan pemeliharaan jaringan air


baku dilaukan pemantauan, evaluasi dan pelaporan indikator keberhasilan
kegiatan pemeliharaan jaringan air baku.
Indikator untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan pemeliharaan jaringan
air baku dapat diukur :
1) Terpenuhinya kapasitas saluran sesuai dengan kapasitas rencana.

E - 115
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

2) Terjaganya kondisi bangunan.

16) Penyusunan AKNOP


Dalam rangka memberi kemudahan adalam melakukan analisis kebutuhan
biaya, unsur AKNOP dikelompokkan sebagai berikut ;

1. Perhitungan Kebutuhan Biaya Operasi Jaringan Air Baku


2. Perhitungan Kebutuhan Biaya Pemeliharaan Rutin

3. Perhitungan Kebutuhan Bahan Pelumas Pintu Air dan Cat


4. Perhitungan Kebutuhan Bahan Pekerjaan Pemeliharaan Rutin

5. Perhitungan Biaya Pemeliharaan Berkala


6. Daftar Usulan Pekerjaan Pemeliharaan Berkala

7. Perhitungan Kebutuhan Biaya Rehabilitasi


8. Daftar Usulan Pekerjaan Rehabilitasi

9. Rekapitulasi Kebutuhan Anggaran Biaya Operasi Jaringan Air Baku


Form isian AKNOP ditunjukkan tabel berikut.

E - 116
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

Tabel E. 21 Form AKNOP Jaringan Air Baku

Sumber : LAMPIRAN IV Permen PUPR Nomor : xxx/PRT/M/20xx (Masih Draft, Belum


ditetapkan)

E - 117
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

Tabel E. 22 Form AKNOP Pemeliharaan Rutin

E - 118
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

Tabel E. 23 Form AKNOP Kebutuhan Bahan Pelumas Dan Cat

E - 119
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

Tabel E. 24 Form AKNOP Kebutuhan Bahan Pekerjaan Pemeliharaan Rutin

E - 120
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

Tabel E. 25 Form AKNOP Kebutuhan Pemeliharaan Berkala

E - 121
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

Tabel E. 26 Form AKNOP Kebutuhan Rehabilitasi

E - 122
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

Tabel E. 27 Form Rekapitulasi AKNOP

E - 123
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

E.1.6. KEGIATAN PELAPORAN

1. Laporan Program Mutu

Penyedia jasa membuat Laporan Program Mutu yang mengacu kepada


PERMEN PUPR No.10 Tahun 2021 Lampiran F tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan Konstruksi. Dokumen Program Mutu harus
disetujui oleh pihak Direksi Pekerjaan dan harus memuat diantaranya
   
Diagram Alir Tahap Kegiatan, Daftar Standar Prosedur (SP) dan Standar
Studi (ST), serta Laporan Audit Mutu (Laporan Audit Mutu, Form Usulan
Perbaikan). Program Mutu diserahkan selambat-lambatnya 2 (dua) minggu

setelah terbitnya SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) laporan

2. Laporan Pendahuluan

Laporan Pendahuluan memuat antara lain: rencana program kerja penyedia


jasa secara menyeluruh, mobilisasi tenaga ahli, tenaga pendukung dan
peralatan, metodologi pelaksanaan pekerjaan, struktur organisasi dan
jadwal pelaksanaan pekerjaan, hasil pengumpulan data serta perkiraan
   
kendala yang dihadapi dan pemecahannya. Laporan pendahuluan didahului
dengan diskusi Draft Laporan Pendahuluan. Laporan diserahkan paling
lambat 2 (dua) bulan sejak SPMK diterbitkan. Final Laporan Pendahuluan
sebanyak 5 rangkap.

3. Laporan Bulanan

Laporan Bulanan memuat:

a. Hasil kemajuan kerja yang telah dicapai selama 1 (satu) bulan (di plot
kan juga pada kurva-S).

b. Penjelasan program berikutnya baik teknis maupun administratif dan


   
permasalahannya.

c. Dokumentasi hasil pelaksanaan pekerjaan.


Laporan diserahkan selambat-Iambatnya 1 (satu) minggu setiap awal bulan
berikutnya berupa soft copy dan 5 (lima) rangkap hard copy

4. Laporan Antara

  Untuk mengetahui permasalahan yang ada selama kegiatan pengumpulan  


data, pelaksanaan analisis, konsultan diwajibkan membuat Laporan Antara
yang merupakan penghubung antara Laporan Pendahuluan dan Laporan

E - 124
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

Akhir. Tanggapan, saran dan masukan yang relevan dari hasil


pembahasan Laporan Antara segera diperbaiki dan yang memerlukan
tindaklanjut pada tahapan kegiatan selanjutnya agar dimasukkan dalam
Laporan Akhir. Laporan antara didahului dengan diskusi Draft Laporan
Antara . Laporan diserahkan paling lambat 4 (empat) bulan sejak SPMK
diterbitkan. Final Laporan antara sebanyak 5 rangkap.

5. Laporan Akhir

Laporan Akhir memuat tentang hasil pelaksanaan kegiatan Penilaian


Kinerja dan Penyusunan AKNOP Prasarana Air Baku. Laporan akhir
   
didahului dengan diskusi Draft Laporan Akhir. Final Laporan diserahkan
paling lambat pada akhir waktu kontrak sebanyak 5 (lima) laporan

6. Laporan Pendukung

Laporan Pendukung meliputi :

a. Laporan survey topografi


b. Buku Ukur

c. Laporan Deskripsi BM dan CP


d. Laporan Inventarisasi dan Data Base Prasarana Air Baku

e. Laporan Penilaian Kinerja Prasarana Air Baku dan Prasarana Air Baku
   
f. Laporan AKNOP

g. Laporan ringkasan (summary report)


h. Laporan Rancangan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
(SMKK)
Laporan diserahkan selambat-lambatnya bersama dengan Laporan Akhir
berupa soft copy dan jumlah rangkap laporan yang ditentukan pada RAB.

7. Gambar-Gambar

Gambar-gambar meliputi :

a. Album Gambar Pengukuran dan Situasi Ukuran A3


b. Album Gambar Pengukuran dan Situasi Ukuran A1
   
c. Album Gambar Inventory Ukuran A3
Gambar-gambar diserahkan selambat-lambatnya bersama dengan Laporan
Akhir lengkap dengan soft copy dan 5 (lima) rangkap laporan

E - 125
PENAWARAN TEKNIS
Penelusuran Penilaian Kinerja dan AKNOP Prasarana Penyediaan Air Baku

8. Dokumentasi

Dokumentasi pekerjaan meliputi 2 (dua) jenis, yaitu :


3. Foto Dokumentasi pelaksanaan pekerjaan yang disusun dalam album
Gambar Inventory
   
4. Video Dokumentasi pelaksanaan pekerjaan berupa video hasil drone
lengkap dengan video versi editing informatif yang disimpan ke Hard
Disk External.

Tabel E. 28 Pelaporan dan Gambar

Volume
No Uraian Satuan
Jumlah Kali
01 Laporan Program Mutu Buah 5.00 1.00
02 Laporan Pendahuluan Buah 5.00 1.00
03 Laporan Bulanan Buah 5.00 6.00
04 Laporan Antara Buah 5.00 1.00
05 Laporan Akhir Buah 5.00 1.00
06 Laporan Ringkasan Buah 5.00 1.00
07 Laporan Survey Topografi Buah 5.00 1.00
08 Laporan Deskripsi BM dan CP Buah 5.00 1.00
09 Laporan Inventarisasi dan Data Base Prasarana Air Baku Buah 5.00 1.00
10 Laporan Penilaian Kinerja OP dan Prasarana Air Baku Buah 5.00 1.00
11 Laporan AKNOP Buah 5.00 1.00
Laporan Rancangan Sistem Manajemen Keselamatan
12 Buah 5.00 1.00
Konstruksi
13 Buku Ukur Buah 5.00 1.00
14 Album Gambar Pengukuran (A3) Buah 5.00 1.00
15 Album Gambar Inventory (A3) Buah 5.00 1.00
16 Album Gambar Peta Situasi (A1) Buah 5.00 1.00
17 Backup Data External Hardisk 2T Buah 1.00 1.00

E.1.7. KEGIATAN DISKUSI/PEMBAHASAN

Konsultasi dengan pihak-pihak yang terkait dilaksanakan untuk mendapatkan hasil pekerjaan
yang lebih baik. Jenis diskusi dan konsultasi yang akan dilakukan selama pelaksanaan
pekerjaan Penilaian Kinerja dan AKNOP Air Baku terdiri dari:

5) Diskusi Program Mutu


6) Diskusi Laporan Pendahuluan
7) Diskusi Laporan Interim
8) Diskusi Draft Laporan Akhir

E - 126

Anda mungkin juga menyukai