Kementerian PUPR melalui Visium Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Cipta
Karya memiliki komitmen untuk terus melanjutkan capaian target 100% akses air minum dan sanitasi.
Visium Kementerian PUPR ini tertuang dalam Permen PUPR No. 26 Tahun 2017 tentang panduan
Pembangunan Budaya Integritas di kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Air minum merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia dan Pemerintah bertanggung
jawab dalam memenuhi kebutuhan dasar tersebut, hingga saat ini capaian akses air minum layak
secara nasional baru mencapai sebesar 90,21%. Pada RPIJM 2020 – 2024 juga telah ditargetkan untuk
akses air minum layak kota dan desa (Universal Access) adalah 100%, disamping itu pemerintah saat
ini juga diharapkan pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030 yaitu
menjamin ketersediaan serta pengelolaan air bersih yang berkelanjutan untuk semua. Untuk itu, masih
diperlukan upaya-upaya untuk memenuhi target tersebut. Berbagai upaya telah dilakukan untuk
meningkatkan pelayanan air minum seperti pembangunan SPAM baru untuk wilayah yang belum
memiliki akses air minum aman dan layak, pemanfaatan idle capacity melalui penambahan jaringan
dan pemasangan sambungan rumah, fungsional SPAM serta mendorong kerjasama dengan Badan
Usaha dalam penyelenggaraan SPAM. Dalam upaya peningkatan akses air minum, kita seringkali
dihadapkan pada kendala dan tantangan seperti:
a. Kondisi air baku yang terbatas dan kualitas yang buruk akibat eksploitasi alam yang tidak
terkendali dan perubahan iklim global.
b. Sebaran SDM air minum yang tidak merata;
c. Kebergantunagn terhadap APBD yang terbatas sehingga diperlukan menggali sumber pendanaan
alternative lainnya;
d. Sektor air minum belum menjadi fokus utama pembangunan bagi Pemerintah Daerah.
Air minum merupakan kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
kualitas hidup manusia dan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Untuk itu, sejalan dengan
pentingnya peranan dan fungsi dari air minum, perlu direncanakan suatu Sistem Penyediaan Air
Minum (SPAM). Semangan otonomi dan desentralisasi menegaskan kembali bahwa penyelenggaraan
pelayanan public kepada masyarakat di daerah termasuk pelayanan air minum merupakan tugas dan
USULAN
Penyusunan DED Peningkatan SPAM Jaringan Perkotaan Muara Siberut
TEKNIS
tanggung jawab kabupaten dan kota. Namun demikian pemerintah pusat dan pemerintah daerah
provinsi bertanggung jawab untuk turut menjamin penyelenggaraan pelayanan air minum yang
memenuhi sasaran kuantitas, kualitas dan kontinuitas.
Air Bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat diperlukan dalam
meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Sesuai
dengan kebijakan otonomi daerah, penyelenggaraan pelayanan kabupaten / kota, termasuk
pelayanan air minum. Namun demikian, Pemerintah Pusat bertanggung jawab untuk turut
menjamin penyelenggaraan pelayanan air minum yang berkualitas, sehingga dapat dicapai tujuan
Pengembangan Air Bersih sebagaimana disebutkan dalam undang-undang (UU) No. 17 Tahun
2019 tentang Sumber Daya Air, yaitu :
(i) Terciptanya pengelolaan dan pelayanan air minum yang berkualitas dengan harga
terjangkau,
(ii) Tercapainya kepentingan yang seimbang antara konsumen dan penyedia jasa
pelayanan,
(iii) Meningkatnya efisiensi dan cakupan pelayanan air minum.
Untuk itu, sejalan dengan peran Pemerintah Pusat sebagai fasilisator dalam era otonomi
daerah dan dalam kaitan dengan ditertibkannya UU No. 17 Tahun 2019 tentang SDA,
Pemerintah telah menerbitkan produk pengaturan setingkat peraturan Pemerintah, yaitu Peraturan
Pemerintah (PP) No. 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum Penyediaan
Sarana dan Prasarana Air Bersih. Dengan diterbitkannya PP ini diharapkan kualitas teknis
penyelenggaraan pelayanan air minum kepada masyarakat pengguna / pelanggan mulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan hingga pada tahap pengelolaan memenuhi syarat kualitas
berdasarkan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintah dibidang kesehatan.
Kondisi geografis, topografi dan geologis dan juga aspek sumber daya manusia yang berbeda
disetiap wilayah di Indonesia menyebabkan ketersediaan air baku dan kondisi pelayanan air
minum yang berbeda untuk masing – masing wilayah. Untuk meminimalisasikan perbedaan
yang dapat terjadi, maka diperlukan suatu pedoman penyelenggaraan, guna mewujudkan
penyediaan air minum yang berkualitas dan mampu memenuhi kebutuhan yang ada.
Mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 122 Tahun 2015, Pekerjaan Belanja Jasa
Konsultansi Perencanaan Rekayasa-Jasa Desain Rekayasa untuk Pekerjaan Teknik Sipil Air -
Penyusunan DED Peningkatan SPAM Jaringan Pipa SPAM Perkotaan Muara Siberut Kec.
Siberut Selatan , disusun berdasarkan rencana pengelolaan sumber daya air, rencana tata ruang
wilayah, kebijakan dan strategi pengembangan Air Bersih, kondisi setempat (Lingkungan, budaya,
USULAN
Penyusunan DED Peningkatan SPAM Jaringan Perkotaan Muara Siberut
TEKNIS
sosial, ekonomi), kondisi kota, serta rencana pengembangan Air Bersih (Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah).
Pekerjaan Pekerjaan Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan Rekayasa-Jasa Desain
Rekayasa untuk Pekerjaan Teknik Sipil Air - Penyusunan DED Peningkatan SPAM Jaringan Pipa
SPAM Perkotaan Muara Siberut Kec. Siberut Selatan yang diprakarsai oleh Dana APBD
Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun Anggaran 2023 ini diharapkan sebagai kegiatan bagi
pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam mewujudkan tugas wajib mengembangkan Air
Bersih daerahnya.
Standar konsumsi pemakaian air dibagi menajdi dua kategori yaitu konsumsi domestik dan
konsumsi non domestik. Keterangan konsumsi tersebut sebagai berikut :
1. Konsumsi domestik adalah kegiatan yang dilakukan di dalam rumah tangga.
2. Konsumsi non domestik adalah kegiatan penunjang kota yang terdir dari kegiatan
komersial berupa industri, perkantoran, perniagaan dan kegiatan sosial seperti sekolah,
rumah sakit dan tempat ibadah.
5.5.1. Domestik
Berdasarkan Peraturan Menteri PU Nomor 18 Tahun 2007, standar tingkat konsumsi
dan pemakaian air rumah tangga sesuai dengan kategori kota adalah sebagai berikut :
Konsumsi
SR L/org/hr 190 170 150 130 100 -
HU L/org/hr 60 60 60 60 30 30
Jumlah Org
SR Jiwa 6 6 5 5 5 0
HU Jiwa 100 100 100 100 50 50
Berdasarkan hasil pengematan awal yang telah dilakukan terhadap beberapa wilayah
yang telah terlayani, disimpulkan untuk menghitungan jumlah kebutuhan air penduduk
Provinsi Kepualaun Riau menggunakan standar Ibu Kota Kecil dengan jumlah
kebutuhan air minum penduduk sebesar 130 L/orang/hari. Selain pelayanan dengan
menggunakan Sambungan Rumah (SR), pelayanan air minum direncanakan juga akan
menggunakan sistem Hidran Umum (HU).
Kebutuhan air domestik dihitung berdasarkan jumlah penduduk tahun perencanaan.
Kebutuhan air minum untuk domestik dapat dihitung dengan persamaan berikut ini.
Kebutuhan air = % pelayanan x a x b
Dimana :
USULAN
Penyusunan DED Peningkatan SPAM Jaringan Perkotaan Muara Siberut
TEKNIS
Faktor
Jam 2 2 1,5 1,5 1,2 1,2
Puncak
Berdasarkan standar kriteria di atas diketahui tingkat kebutuhan air maksimum adalah
sebesar 1,5 kali jumlah kebutuhan air rata-rata penduduk.
Kebutuhan Maksimum (Qmaks) = 1,5 x Kebutuhan Rata-rata (Qavg)
maka fluktuasi pemakaian air semakin kecil. Faktor kebutuhan jam puncak ini
digunakan untuk menghitung besarnya dimensi pemipaan distribusi.
Faktor
Jam 1,5 1,5 1,75 1,75 2 2
Puncak
Tingat % dari
kebocoran keb. Air 20 20 20 20 20 20
total
sarana pengambilan dan/atau penyedia air baku. Berikut ini merupakan ketentuan
teknis dalam mendesain unit air baku.
1. Air Baku
Sumber air yang dapat digunakan sebagai sumber air baku meliputi: mata air, air
tanah, air permukaan dan air hujan
2. Dasar-Dasar Perencanaan Bangunan Pengambilan Air Baku :
a. Survei dan identifikasi sumber air baku, mengenai : mata air, debit, kualitas air,
pemanfaatan.
b. Perhitungan debit sumber air baku
I. Pengukuran debit mata air, menggunakan:
- Pengukuran debit dengan pelimpah.
Alat ukur pelimpah yang dapat digunakan. Alat ukur Thomson
berbentuk V dengan sudut celah 30º, 45º, 60º, 90º.
Alat ukur Thomson sudut celah 90º dengan rumus:
Q = 1,417. H 3/2
dimana:
Q= debit aliran (m³/detik)
H= tinggi muka air dari ambang
1,417 = konstanta konversi waktu (perdetik)
- Penampung dan pengukuran volume air dengan mengukur lamanya (t)
air mengisi penampungan air yang mempunyai volume tertentu:
Volume penampungan
Debit air (Q) ( L / det ik )
t
Dengan mengukur perubahan tinggi muka air (H) dalam penampangan
yang mempunyai luas tertentu (A) dalam jangka waktu tertentu maka
dapat dihitung :
dimana:
Q = debit (m³/detik)
A = luas penampang basah (m²)
R = jari-jari hidrolik (m)
S = kemiringan/slope
Dimana :
m = koefisien Bazin
Selain pengukuran perlu diperoleh data-data lain dan informasi yang
dapat diperoleh dari penduduk. Data-data yang diperlukan meliputi
debit aliran, pemanfaatan sungai, tinggi muka air minimum dan
tinggi muka air maksimum.
b. Perhitungan debit air danau
Perhitungan debit air danau dilakukan berdasarkan pengukuran
langsung. Cara ini dilakukan dengan pengamatan atau pencatatan
fluktuasi tinggi muka air selama minimal 1 tahun. Besarnya
fluktuasi debit dapat diketahui dengan mengalikan perbedaan tinggi
air maksimum dan minimum dengan luas muka air danau.
Pengukuran ini mempunyai tingkat ketelitian yang optimal bila
dilakukan dengan periode pengamatan yang cukup lama. Data-data
di atas dapat diperoleh dari penduduk setempat tentang fluktuasi
yang pernah terjadi (muka air terendah).
c. Perhitungan debit embung
Pengukuran debit yang masuk ke dalam embung dapat dilakukan
pada saat musim penghujan, yaitu dengan mengukur luas
penampang basah sungai/parit yang bermuara di embung dan
dikalikan dengan kecepatan aliran. Sedangkan volume tampungan
USULAN
Penyusunan DED Peningkatan SPAM Jaringan Perkotaan Muara Siberut
TEKNIS
mungkin, terutama untuk sistem transimisi distribusi (pipa transmisi dari unit produksi
menuju reservoir).
Karena transmisi distribusi debit aliran untuk kebutuhan jam puncak, sedangkan
pipa transmisi air baku kebutuhan maksimum harian.
Pipa transmisi sedapat mungkin harus diletakkan sedemikian rupa dibawah level
garis hidrolis untuk menjamin aliran sesuai harapan.
Dalam pemasangan pipa transmisi, perlu memasang angker penahan pipa pada
bagian belokan baik dalam bentuk belokan arah vertikal maupun belokan arah
horizontal untuk menahan gaya yang ditimbulkan akibat tekanan internal dalam
pipa dan energi kinetik dari aliran air dalam pipa yang mengakibatkan kerusakan
pipa maupun kebocoran aliran air dalam pipa tersebut secara berlebihan.
Sistem transmisi harus menerapkan metode-metode yang mampu mengendalikan
pukulan air (water hammer) yaitu bilamana sistem aliran tertutup dalam suatu pipa
transmisi terjadi perubahan kecepatan aliran air secara tiba-tiba yang menyebabkan
pecahnya pipa transmisi atau berubahnya posisi pipa transmisi dari posisi semula.
Sistem pipa transmisi air baku yang panjang dan berukuran diameter relatif besar dari
diameter nominal ND-600 mm sampai dengan ND-1000 mm perlu dilengkapi dengan
aksesoris dan perlengkapan pipa yang memadai.
Perlengkapan penting dan pokok dalam sistem transmisi air baku air minum adalah :
1. Katup pelepas udara, yang berfungsi melepaskan udara yang terakumulasi dalam
pipa transmisi, yang dipasang pada titik-titik tertentu dimana akumulasi udara
dalam pipa akan terjadi.
2. Katup pelepas tekanan, yang berfungsi melepas atau mereduksi tekanan berlebih
yang mungkin terjadi pada pipa transmisi.
3. Katup penguras (Wash-out Valve), berfungsi untuk menguras akumulasi lumpur
atau pasir dalam pipa transmisi, yang umumnya dipasang pada titik-titik terendah
dalam setiap segmen pipa transmisi.
4. Katup ventilasi udara (Air Valve) perlu disediakan pada titik-titik tertentu guna
menghindari terjadinya kerusakan pada pipa ketika berlangsung tekanan negatif
atau kondisi vakum udara.
Debit pompa transmisi air minum ke reservoir ditentukan bardasarkan debit hari maksimum.
Perioda operasi pompa antara 20–24 jam per hari.
Tabel 4.6 Besar Debit dan Jumlah Pompa
Jika terdapat perbedaan elevasi wilayah pelayanan terlalu besar atau lebih dari 40
m, wilayah pelayanan dibagi menjadi beberapa zone sedemikian rupa sehingga
memenuhi persyaratan tekanan minimum. Untuk mengatasi tekanan yang
berlebihan dapat digunakan katup pelepas tekan (pressure reducing valve). Untuk
mengatasi kekurangan tekanan dapat digunakan pompa penguat.
Ketentuan untuk Perpipaan Transmisi Air Minum dan Distribusi adalah :
a. Penentuan dimensi perpipaan transmisi air minum dan distribusi dapat
menggunakan formula:
Q = VxA
A = 0,785 D2
Dimana
Q : debit (m3/detik)
V : kecepatan pengaliran (m/detik)
A : luas penampang pipa (m2)
D : diameter pipa (m)
b. Kualitas pipa berdasarkan tekanan yang direncanakan; untuk pipa bertekanan
tinggi dapat menggunakan pipa Galvanis (GI) Medium atau pipa PVC kelas AW,
8 s/d 10 kg/cm2 atau pipa berdasarkan SNI, Seri (10–12,5), atau jenis pipa lain
yang telah memiliki SNI atau standar internasional setara.
c. Jaringan pipa didesain pada jalur yang ditentukan dan digambar sesuai dengan
zona pelayan yang di tentukan dari jumlah konsumen yang akan dilayani,
penggambaran dilakukan skala maksimal 1:5.000.
Tabel 4.9 Kriteria Pipa Distribusi
d. Jaringan distribusi pembagi atau distribusi tersier adalah rangkaian pipa yang
membentuk jaringan tertutup Sel Utama.
e. Pipa pelayanan adalah pipa yang menghubungkan antara jaringan distribusi
pembagi dengan Sambungan Rumah. Pendistribusian air minum dari pipa
pelayanan dilakukan melalui Clamp Sadle.
f. Sel utama (Primary Cell) adalah suatu area pelayanan dalam sebuah zona
distribusi dan dibatasi oleh jaringan distribusi pembagi (distribusi tersier)
yang membentuk suatu jaringan tertutup. Setiap sel utama akan membentuk
beberapa Sel Dasar dengan jumlah sekitar 5-10 sel dasar. Sel utama biasanya
dibentuk bila jumlah sambungan rumah (SR) sekitar 10.000 SR.
3. Bahan Pipa
Pemilihan bahan pipa bergantung pada pendanaan atau investasi yang tersedia. Hal
yang terpenting adalah harus dilaksanakannya uji pipa yang terwakili untuk
menguji mutu pipa tersebut. Tata cara pengambilan contoh uji pipa yang dapat
mewakili tersebut harus memenuhi persyaratan teknis dalam SNI 06-2552-1991
tentang Metode Pengambilan Contoh Uji Pipa PVC Untuk Air Minum, atau
standar lain yang berlaku.
4. Diameter Pipa Distribusi
Ukuran diameter pipa distribusi ditentukan berdasarkan aliran pada jam puncak
dengan sisa tekan minimum di jalur distribusi, pada saat terjadi kebakaran jaringan
pipa mampu mengalirkan air untuk kebutuhan maksimum harian dan tiga buah
hidran kebakaran masing-masing berkapasitas 250 gpm dengan jarak antara hidran
maksimum 300 m. Faktor jam puncak terhadap debit rata-rata tergantung pada
jumlah penduduk wilayah terlayani sebagai pendekatan perencanaan dapat
digunakan tabel dibawah ini.
Tabel 4.10 Kriteria Dimensi Pipa Distribusi Berdasarkan Cakupan Sistem
Cakupan Pipa Pipa Pipa Pipa
Sistem DistUtama DistPembawa DistPembagi Pelayanan
Sistem
≥ 100 mm 75 – 100 mm 75 mm 50 mm
Kecamatan
Sistem
≥ 150 mm 100 – 150 mm 75 – 100 mm 50 – 75 mm
Perkotaan
Analisis jaringan pipa distribusi antara lain memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. Jika jaringan pipa tidak lebih dari empat loop, perhitungan dengan metoda hardy-
cross masih diijinkan secara manual. Jika lebih dari empat loop harus dianalisis
dengan bantuan program komputer.
USULAN
Penyusunan DED Peningkatan SPAM Jaringan Perkotaan Muara Siberut
TEKNIS
2. Perhitungan kehilangan tekanan dalam pipa dapat dihitung dengan rumus Hazen
Williams :
Hf = 10,66-1,85 D-4,87 L
Kecepatan aliran dengan rumus:
V = 0,38464 C.D 0,63 I 0,54
Debit aliran dihitung dengan rumus:
Q = 0,27853 C.D 2,63 I 0,54
Dimana:
Q = debit air dalam pipa (m³/detik)
C = koefisien kekasaran pipa
D = diameter pipa (m)
S = slope/kemiringan hidrolis
Ah = kehilangan tekanan (m)
L = panjang pipa (m)
V = kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)
A = luas penampang pipa (m³)
Perlengkapan Jaringan Pipa Distribusi :
a. Katup/valve
Katup berfungsi untuk membuka dan menutup aliran air dalam pipa, dipasang
pada:
lokasi ujung pipa tempat aliran air masuk atau aliran air keluar;
setiap percabangan;
pipa outlet pompa;
pipa penguras atau wash out
Tipe katup yang dapat dipakai pada jaringan pipa distribusi adalah Katup
Gerbang (Gate Valve) dan Katup kupu-kupu (Butterly Valve).
b. Katup penguras (Wash Out/Blow Off)
Dipasang pada tempat-tempat yang relatif rendah sepanjang jalur pipa, ujung
jalur pipa yang mendatar dan menurun dan titik awal jembatan
c. Katup Udara (Air Valve)
Dipasang pada titik tertinggi di sepanjang pipa distribusi, di jembatan pipa
dengan perletakan ¼ panjang bentang pipa dari arah aliran, pada jalur lurus
setiap jarak tertentu.
d. Hidran Kebakaran
USULAN
Penyusunan DED Peningkatan SPAM Jaringan Perkotaan Muara Siberut
TEKNIS
Dipasang pada jaringan pipa distribusi dengan jarak antar hidran maksimum
tidak boleh lebih dari 300 m di depan gedung perkantoran kran komersil
e. Bak Pelepas Tekan (BPT)
Bak pelepas tekan (BPT) merupakan salah satu bangunan penunjang pada
jaringan transmisi atau pipa distribusi. BPT berfungsi untuk menghilangkan
tekanan lebih yang terdapat pada aliran pipa, yang dapat mengakibatkan pipa
pecah.
f. Jembatan Pipa
a) Merupakan bagian dari pipa transmisi atau pipa distribusi yang
menyeberang sungai/saluran atau sejenis, diatas permukaan tanah/sungai.
b) Pipa yang digunakan untuk jembatan pipa disarankan menggunakan pipa
baja atau pipa Ductile Cast Iron (DCIP).
c) Sebelum bagian pipa masuk dilengkapi gate valve dan wash out.
d) Dilengkapi dengan air valve yang diletakkan pada jarak 1/4 bentang dari
titik masuk jembatan pipa.
g. Syphon
Merupakan bagian dari pipa transmisi atau pipa distribusi yang
menyeberang di bawah dasar sungai/saluran.
Pipa yang digunakan untuk syhpon disarankan menggunakan pipa baja
atau pipa Ductile Cast Iron (DCIP).
Bagian pipa masuk dan keluar pada syphon, dibuat miring terhadap pipa
transmisi atau pipa distribusi membentuk sudut 45 derajat dan diberi
blok beton penahan sebagai pondasi.
Bagian pipa yang menyeberang/berada di bawah dasar sungai/saluran
harus diberi pelindung.
h. Manhole
1. Manhole diperlukan untuk inspeksi dan perbaikan terhadap
perlengkapan-perlengkapan tertentu pada jaringan distribusi.
2. Ditempatkan pada tempat-tempat pemasangan meter air, pemasangan
katup, dan sebagainya.
i. Thrust Block
1. Berfungsi sebagai pondasi bantalan/dudukan perlengkapan pipa seperti
bend, tee, Katup (valve) yang berdiameter lebih besar dari 40 mm.
2. Dipasang pada tempat-tempat dimana perlengkapan pipa dipasang yaitu
pada:
USULAN
Penyusunan DED Peningkatan SPAM Jaringan Perkotaan Muara Siberut
TEKNIS
Belokan pipa.
Persimpangan/percabangan pipa.
Sebelum dan sesudah jembatan pipa, syphon.
Perletakan valve/katup.
3. Dibuat dari pasangan batu atau beton bertulang.
Hidran kebakaran adalah suatu hidran atau sambungan keluar yang disediakan
untuk mengambil air dari pipa air minum untuk keperluan pemadam kebakaran
atau pengurasan pipa. Unit hidran kebakaran (fire hydrant) pada umumnya
dipasang pada setiap interval jarak 300 m, atau tergantung kepada kondisi
daerah/peruntukan dan kepadatan bangunannya.
Berdasarkan jenisnya dibagi menjadi 2, yaitu:
Tabung basah, mempunyai katup operasi diujung air keluar dari kran
kebakaran. Dalam keadaaan tidak terpakai hidran jenis ini selalu terisi air.
Tabung kering, mempunyai katup operasi terpisah dari hidran. Dengan
menutup katup ini maka pada saat tidak dipergunakan hidran ini tidak berisi
air.
Pada umumnya hidran kebakaran terdiri dari empat bagian utama, yaitu:
Bagian yang menghubungkan pipa distribusi dengan hidran kebakaran
Badan hidran
Kepala hidran
Katup hidran
Pemakaian air minum ini dibatasi oleh suatu sistem, sedangkan kebutuhan merupakan sesuatu
yang harus diperhitungkan. Adakalanya kebutuhan air lebih besar, tapi adakalanya pemakaian
yang lebih besar.
Dalam perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih ada beberapa faktor yang berpengaruh pada
perhitungan kebutuhan air, yaitu antara lain :
1.Proyeksi penduduk.
2.Kebutuhan air sepanjang sistem.
3.Kehilangan air sepanjang sistem.
4.Fluktuasi pemakaian air.
5.Kebutuhan air untuk pemadam kebakaran.
6.Data pendukung lainnya, seperti daerah pelayanan, tata guna lahan, keadaan sosial ekonomi
masyarakat serta kemungkinan pengembangan di masa yang akan datang.
USULAN
Penyusunan DED Peningkatan SPAM Jaringan Perkotaan Muara Siberut
TEKNIS
Suatu kawasan cendrung mengalami pertumbuhan penduduk, semakin lengkapnya sarana dan
prasarana umum yang direncanakan secara bertahap. Besarnya kapasitas suatu sistem
penyediaan air bersih sangat ditentukan oleh proyeksi kebutuhan air untuk kawasan tersebut.
Untuk menghitung proyeksi kebutuhan air, maka terlebih dahulu dilakukan proyeksi jumlah
penduduk sesuai dengan jangka waktu (periode desain) yang direncanakan. Jumlah penduduk
merupakan faktor yang relevan untuk mengestimasi kebutuhan air di masa yang akan datang.
Ada beberapa metoda yang digunakan untuk menghitung proyeksi penduduk ini, antara lain :
Metoda Aritmatika
Metoda Geometri
Metoda Least Square
Metoda Eksponensial
Metoda Decreasing rate of Increase
Metoda Logaritmik
Metoda Rasio & Korelasi
Metoda yang digunakan dalam menghitung proyeksi penduduk pada laporan ini hanya empat
metoda yaitu : Metoda Aritmatika, Metoda Geometri, Metoda Logaritmik dan metoda
Eksponensial.
(SR) dan hidran umum (HU). Kebutuhan air bersih untuk daerah domestik ini dapat dihitung
berdasarkan persamaan berikut :
Kebutuhan air= %pelayanan x a x b
Dimana :
a = jumlah pemakaian air (liter/ orang/ hari)
b = jumlah penduduk daerah pelayanan (jiwa)
Kebutuhan air untuk cadangan kebakaran ini harus diperhitungkan dalam perencanaan suatu
sistem penyediaan air bersih, karena apabila terjadi kebakaran debit air untuk kebutuhan
konsumen tidak mengalami gangguan. Kebutuhan air untuk cadangan pemadaman kebakaran
ini dapat dihitung dengan persamaan :
Q = , Al - Layla, 1977………...……………….….3.21
Dimana :
Q = Debit kebakaran (L/ menit)
P = jumlah penduduk dalam ribuan
Q= , John R Freman……………………………….……..3.23
Dimana :
USULAN
Penyusunan DED Peningkatan SPAM Jaringan Perkotaan Muara Siberut
TEKNIS
Kehilangan air yang dianggap wajar atau masih dalam batas toleransi adalah sebesar 15 % - 20 % dari
total produksi.
Untuk menetapkan debit pemakaian air pada suatu kota dapat dilakukan berdasarkan standar
pemakaian. Salah satunya yang ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral
Cipta Karya tahun 1994, dapat dilihat pada tabel 3.1.
2. Sistem Transmisi
3. instalasi Pengolahan/ Unit Pengolahan
4. Sistem distribusi
S P W DP
digunakan sebagai sumber air baku untuk air minum dan biasanya hanya digunakan untuk sistem
individual.
Beberapa jenis bangunan penangkap atau penyadap berdasarkan sumber airnya :
Air Hujan ; Bak penampung air hujan
Air Permukaan ; Intake
Mata Air ; Broncaptering
Air Tanah ; Sumur gali dan Sumur bor
Broncaptering
Yang perlu diperhatikan dalam pembangunan broncaptering :
Pembendungan harus sesuai dengan lokasi
Saluran drainase harus dirancang sedemikian rupa sehingga mampu
mengeringkan daerah bangunan penangkap.
Lokasi harus diberi pengaman biasanya berupa pagar.
Intake
Bangunan intake menurut cara pengambilannya terbagi dua :
1. Intake gravitasi
2. Intake pemompaan
Jenis bangunan sadap tergantung pada ; letak, keadaan, fluktuasi dan debit alirannya.
Perencanaan intake harus mempertimbangkan :
Intake harus merupakan bangunan yang kuat yang tahan arus deras.
Mempunyai berat sendiri yang cukup agar tidak hanyut.
Pada kanal navigasi (lalu lintas) ada tiang pancang sebagai pengaman.
Pondasi harus cukup kuat sehingga tidak tergali oleh aliran air.
Perlu saringan terhadap benda – benda dan ikan kecil.
Dapat memasukkan air yang cukup, sesuai kebutuhan.
Posisi inlet sedemikian rupa sehingga selalu dapat menerima air dengan kondisi musim
apapun.
Elemen – elemen dari intake :
Saringan
Pipa atau saluran air baku
Katup pembuka dan penutup
Sumur pengumpul
Foot valve
Pipa hisap dan pipa backwash
Pemilihan sumber air untuk menjadi sumber air baku air minum harus memperhatikan :
USULAN
Penyusunan DED Peningkatan SPAM Jaringan Perkotaan Muara Siberut
TEKNIS
Tabel 3.2
Standar Kualitas Air Bersih
Kadar Max
No Parameter Satuan Keterangan
izin
A Fisika
B Kimia
a. Anorganik
1 Air Raksa mg/l 0,001
2 Arsen mg/l 0,05
3 Besi mg/l 1
4 Fluorida mg/l 1,5
5 Cadmium mg/l 0,005
6 Kesadahan (CaCO3) mg/l 500
7 Chlorida mg/l 600
8 Kromium Valensi 6 mg/l 0,05
9 Mangan mg/l 0,5
10 Nitrat (NO3) mg/l 10
USULAN
Penyusunan DED Peningkatan SPAM Jaringan Perkotaan Muara Siberut
TEKNIS
Kadar Max
No Parameter Satuan Keterangan
izin
11 Nitrit (NO2) mg/l 1
batasan min - max
12 pH - 6,5 - 9
khusus, air hujan 5,5
13 Selenium mg/l 0,01
14 Seng mg/l 15
15 Sianida mg/l 0,1
16 Sulfat mg/l 400
17 Timbal mg/l 0,1
18 Zat Organik (KMnO4) mg/l 10
b. Organik
1 Aldrin & Dieldrin mg/l 0,0007
2 Benzene mg/l 0,01
3 Benzon (a) pyrene mg/l 0,00001
4 Chlordane (total isomer) mg/l 0,007
5 Chloroform mg/l 0,03
6 24 - D mg/l 0,10
7 DDT mg/l 0,03
8 Deterjen mg/l 0,5
9 1,2 Dichloroethane mg/l 0,01
10 1,3 Dichloroethane mg/l 0,0003
11 Heptachlore mg/l 0,003
12 Heptachloepoxide mg/l 0,00001
13 HexaChlorbenzene mg/l 0,004
14 Gamma - HCH (Lindane) mg/l 0,1
15 Methoxychlor mg/l 0,01
16 Pentachlorophenol mg/l 0,1
17 Pestisida total mg/l 1,01
2.4.6 - trichlorophenol
18 10
zat organik (KMO4)
C Mikrobiologi
1 Total coliform (MPN) 100 ml 50 bukan air pipa
100 ml 10 air perpipaan
D Radioaktivitas
Aktivitas (gross alpha
1 activity) Bq/l 0,1
2 Aktivitas (gross beta activity) Bq/l 1
Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/ Menkes/ XI/ 1990
Tabel 3.3
Kriteria Mutu Air Kelas I (Satu)
Parameter Satuan Kadar Izin Keterangan
USULAN
Penyusunan DED Peningkatan SPAM Jaringan Perkotaan Muara Siberut
TEKNIS
Fisika
o Deviasi temperatur dari
Temperatur C Deviasi 3
keadaan sebenarnya
Residu Terlarut mg/ L 1000
Bagi pengolahan air minum secara
Residu Tersuspensi mg/ L 50 konvensional, residu tersuspensi
£ 5000 mg/ L
Kimia Anorganik
Apabila secara alamiah diluar
pH 6-9 rentangtersebut, maka ditentukan
berdasarkan kondisi alamiah
BOD mg/ L 2
COD mg/ L 10
DO mg/ L 6 Angka batas minimum
Total Fosfat sbg P mg/ L 0,2
NO3 sebagai N mg/ L 10
NH3 sebagai N mg/ L 0,5
Arsen mg/ L 0,05
Kobalt mg/ L 0,2
Barium mg/ L 1
Boron mg/ L 1
Selenium mg/ L 0,01
Kadmium mg/ L 0,01
Khrom (IV) mg/ L 0,05
Bagi pengolahan air minum secara
Tembaga mg/ L 0,02
konvensional, Cu £ 1 mg/ L
Bagi pengolahan air minum secara
Besi mg/ L 0,3
konvensional, Fe £ 5 mg/ L
Bagi pengolahan air minum secara
Timbal mg/ L 0,03
konvensional, Pb £ 0,1 mg/ L
Mangan mg/ L 0,1
Air Raksa mg/ L 0,001
Bagi pengolahan air minum secara
Seng mg/ L 0,05
konvensional, Zn £ 5 mg/ L
Khlorida mg/ L 600
Sianida mg/ L 0,02
Fluorida mg/ L 0,5
Bagi pengolahan air minum secara
Nitrit sebagai N mg/ L 0,06
konvensional, NO2_N £ 1 mg/ L
Sulfat mg/ L 400
Khlorin Bebas mg/ L 0,03 Bagi ABAM tidak dipersyaratkan
Bagi pengolahan air minum secara
Belerang sebagai H2S mg/ L 0,002 konvensional, S sebagai
H2S < 0,1 mg/ L
Parameter Satuan Kadar Izin Keterangan
USULAN
Penyusunan DED Peningkatan SPAM Jaringan Perkotaan Muara Siberut
TEKNIS
Mikrobiologi
Bagi pengolahan air minum secara
jml/ 100
Fecal Coliform 100 konvensional, fecal coliform
ml
£ 2000 jml/ 100 ml
Bagi pengolahan air minum secara
jml/ 100
Total Coliform 1000 konvensional, total coliform
ml
£ 10000 jml/ ml
Radioaktivitas
Gross - A Bq/ L 0,1
Gross - B Bq/ L 1
Kimia Organik
Minyak dan Lemak ug/ L 1000
Detergen sebagai
MBAS ug/ L 200
Senyawa Fenol ug/ L 1
BHC ug/ L 210
Aldrin/ Dieldrin ug/ L 17
Chlordane ug/ L 3
DDT ug/ L 2
Heptachlor epoxide
Lindane ug/ L 56
Methoxyclor ug/ L 35
Endrin ug/ L 1
Toxaphan ug/ L 5
Sumber : Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001
Keterangan :
mg = miligram
µg = mikrogram
ml = mililiter
L = liter
Bq = Bequerel
MBAS = Methylene Blue Active Substance
ABAM = Air Baku untuk Air Minum
Sistem transmisi merupakan suatu sistem yang mengalirkan air baku dari sumber air ke distribusi atau
dari sumber ke unit pengolahan atau dari sumber ke reservoar distribusi. Dalam perencanaan dibuat
beberapa jalur alternatif dan dipilih jalur yang paling menguntungkan ditinjau dari segi teknis dan
ekonomis. Saluran transmisi ini dapat berupa saluran saluran terbuka, tertutup dan dengan sistem
perpipaan.
1. Saluran Terbuka (open chanel)
Merupakan saluran yang bekerja pada tekanan atmosfir dimana permukaannya langsung berhubungan
dengan udara bebas. Saluran terbuka ini jarang digunakan, karena :
Harus mengikuti kontur
Kemungkinan kehilangan air sangat besar
Kemungkinan terjadinya gangguan
Kecepatan aliran dipengaruhi oleh kemiringan saluran
Keuntungan dari saluran terbuka ini adalah memiliki kapasitas yang besar dan ukurannya sangat
bervariasi. Bentuk saluran yang umumnya dipakai adalah berbentuk trapesium, karena perubahan
kecepatan tidak terlalu berfluktuasi dan dapat mengurangi pengendapan.
2. Saluran Tertutup
Biasanya saluran tertutup ini digunakan untuk mengalirkan air dari intake ke bangunan pengolahan
dan bekerja pada tekanan atmosfir.
Berdasarkan letaknya ada dua (2) tipe saluran tertutup yaitu :
Pada permukaan tanah
Di atas permukaan tanah
3. Perpipaan
Sistem perpipaan merupakan saluran tertutup yang bekerja di bawah tekanan atmosfir dan
kapasitasnya terbatas. Karakteristik dari sistem perpipaan ini adalah :
Tidak dipengaruhi oleh tekanan udara, tapi dipengaruhi oleh tekanan hodrolis.
Dimensi pipa dihitung berdasarkan debit maksimum. Bahan pipa yang digunakan
dapat berupa : Besi tuang, Besi baja campur, Besi baja, Asbes, PVC, Polyethylen dan Semen.
Pemilihan bahan pipa berdasarkan :
Diameter
Kekuatan dan daya tahan
USULAN
Penyusunan DED Peningkatan SPAM Jaringan Perkotaan Muara Siberut
TEKNIS
Tekanan
Ketahanan terhadap lingkungan (korosifitas)
Kemudahan dalam pengadaan, pengangkutan dan pemasangan
Harga dan biaya pemeliharaan
Kekasaran pipa.
Perletakan pipa harus mempertimbangkan :
Jalur yang terpendek
Sedapat mungkin menghindari hambatan, seperti : jembatan, pemakian crossing, pompa , cut
& cover
Lokasi mudah untuk di kontrol (operasi & maintenance)
Memungkinkan perletakan sistem perpipaan
Memenuhi kebutuhan hidrolis.
Langkah – langkah untuk perletakan pipa :
1. Pelajari peta situasi
Penggunaan lahan
Jalur jalan umum
Peta toografi dan kontur
2. Rencana awal perletakan
3. Survei lapangan
4. Konfirmasi lapangan guna mencocokkan point 1 dan 3
5. Pengukuran profil panjang dan melintang
6. melengkapi gambar perletakan dengan peralatan dan perlengkapan pipa yang dibutuhkan.
Dimensi dan Tekanan dari pipa transmisi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
Hazen William :
Q = 0,2785 x C x D2,63 x S0,54……………………………….……………..3.24
Dimana :
Q = debit (m3/ detik)
C = koefisien kekasaran pipa
D = diameter pipa (m)
S = slope
Darcy weisbach :
hf = ………………………..…………………………………..…3.25
Dimana :
USULAN
Penyusunan DED Peningkatan SPAM Jaringan Perkotaan Muara Siberut
TEKNIS
K F S Filt.
D
P
Gambar 3.2 Unit-unit Pengolahan Air Bersih
Keterangan : S
PS = Prasedimentasi.
K = Koagulasi.
F = Flokulasi.
S = Sedimentasi
Filt = Filtrasi
D = Desinfeksi.
3.2.3.1 Prasedimentasi
Unit ini berfungsi sebagai tempat terjadinya proses pengendapan secara gravitasi tanpa penambahan
zat kimia karena partikel yang ada dalam suspensi tersebut bersifat diskrit (non flokulan). Tujuan
pengendapannya adalah untuk menurunkan kekeruhan agar lebih mudah diolah dan mengurangi
pemakaian zat kimia pada proses selanjutnya. Kecepatan mengendap partikel dipengaruhi oleh berat
jenis dan diameter partikel dalam air baku. Proses ini menghasilkan lumpur. Waktu pengendapan
(detention time) biasanya antara 4 - 8 jam dengan kecepatan 20 - 70 m/hari (2,31510-3 - 8,10210-4
m/detik).
3.2.3.2 Koagulasi
USULAN
Penyusunan DED Peningkatan SPAM Jaringan Perkotaan Muara Siberut
TEKNIS
Koagulasi adalah proses stabilisasi partikel-partikel koloid. Partikel-partikel tersebut harus dilapisi
dengan suatu lapisan pengikat kimia yang menjadikannya berflokulasi (aglomerasi) dan diam dalam
waktu tertentu. Pengadukan cepat merupakan bagian dari koagulasi, yang bertujuan untuk
mempercepat dan meratakan zat-zat kimia yang digunakan untuk pengolahan air.
Proses koagulasi dapat terjadi dengan dua cara yaitu :
1. Destabilisasi/ eliminasi stabilitas partikel dalam suspensi dengan menetralisir muatan dengan
suatu elektrolit atau dehydratasi dengan garam atau kedua cara diatas.
2. Penambahan absorbance, serentak pada permukaan sebagai usaha untuk meningkatkan daya
atraksi inter molekuler guna mendapatkan aglomerasi yang kuat.
Koagulan yang biasa digunakan adalah alum (aluminium sulfat) dan garam-garam besi, dengan alum
sebagai agen yang paling banyak digunakan. Selain itu juga digunakan polimer-polimer kation, anion
dan non ionic sintetis yang merupakan koagulan-koagulan yang efektif tetapi biasanya lebih mahal
dari senyawa-senyawa alami.
Tabel 3.4
Jenis – jenis Koagulan
Nama Komposisi
Aluminium Sulfate Al2(SO4)3.18 H2O
Sodium Aluminate Na3AlO3
Ferrous Sulfate FeSO4.7H2O
Ferric Sulfate Fe2(SO4)3
Ferric Chloride FeCl3
Chlorinated Coppears FeCl2Fe(SO4)3
Sumber : Penyediaan dan Teknologi Pengolahan Air Minum, Benny Chatib, 1991
Dalam merancang unit koagulasi ini didasarkan pada nilai Gradien hidrolis (G) dan waktu detensinya
(td).
Persamaan umum yang digunakan untuk mencari gradien kecepatan (G) adalah :
………………………………………….……………….……..3.26
dimana :
G = gradien kecepatan (detik-1)
P = power input/ daya (kg m2/ dt3)
µ = viskositas dinamik (kg/ m dt)
C = volume air yang akan diolah (m3)
Untuk pengadukan pada proses koagulasi ini dapat dilakukan dengan cara hidrolis, mekanis dan
pneumatis.
Hidrolis
USULAN
Penyusunan DED Peningkatan SPAM Jaringan Perkotaan Muara Siberut
TEKNIS
Pengadukan secara hidrolis dilakukan dengan memanfaatkan pengaliran air, seperti ; terjunan,
saluran pipa dan baffle chanel.
Persamaan yang digunakan pada proses ini adalah :
……………………………………….………………………3.27
jika persamaan 3.27 ini dimasukkan ke dalam persamaan 3.26, maka persamaannya menjadi :
……..………………….………………3.28
dimana :
G = gradien kecepatan (detik-1)
P = daya (kg m2/ dt3)
µ = viskositas dinamik (kg/ m dt)
ρ = berat jenis air (kg/ m3)
h = headloss (m)
C = volume air yang akan diolah (m3)
Q = debit (m3/ dt)
v = viskositas kinematik (m2/ detik)
td = waktu detensi (detik)
Perhitungan headloss
…………………………………………….………………………3.29
dimana :
h = headloss (m)
v = kecepatan aliran air (m/dt)
g = kecepatan gravitasi (m/ dt2)
Pada saluran pipa digunakan persamaan :
………………………………..……..………………………3.30
dimana :
hf = kehilangan tinggi tekan (m)
L = panjang pipa (m)
D = diameter pipa (m)
f = faktor gesekan pipa
v = kecepatan aliran air (m/ dt)
USULAN
Penyusunan DED Peningkatan SPAM Jaringan Perkotaan Muara Siberut
TEKNIS
……………………………………………….…………………...3.31
dimana :
n = jumlah baffle
k = konstanta
v = kecepatan aliran air (m/ dt)
g = kecepatan gravitasi (m/ dt2)
Mekanis
Pengadukan secara mekanis ini dapat dilakukan dengan menggunakan paddle, turbin atau
propeller.
Persamaan yang digunakan untuk menghtiung daya padle :
…...………………………….….……………..3.32
………………………………….…………………3.33
……………………………………………….………………….3.34
..............................................................................................................3.35
dimana :
P = daya (kg m2/ dt3)
FD = gaya (kg m/ dt2)
CD = koefisien kekasaran
A = luas area paddle (m2)
v = kecepatan relatif paddle terhadap air (m/ dt)
ρ = berat jenis air (kg/ m3)
µ = viskositas dinamik (kg/ m dt)
vi = kecepatan paddle (m/ dt)
va = kecepatan air(m/ dt)
n = putaran paddle per menit (rpm)
k = konstanta
Pneumatis
Pengadukan dengan cara memasukkan udara ke dalam air sehingga terjadi pengadukan. Udara
yang dimasukkan diatur sesuai dengan nilai G untuk proses koagulasi.
USULAN
Penyusunan DED Peningkatan SPAM Jaringan Perkotaan Muara Siberut
TEKNIS
Persamaan yang digunakan untuk menghitung daya pada proses pneumatis adalah :
……………..…………………………………….…3.36
dimana :
P = daya (kg m2/ dt3)
K = konstanta
Qa = debit udara yang disuplai (m3/ dt)
h = headloss (m)
3.2.3.3 Flokulasi
Didefinisikan sebagai proses penggabungan flok-flok hasil koagulasi dengan pengadukan lambat
sehingga dapat menghasilkan flok-flok besar untuk diendapkan. Proses ini akan menghasilkan
endapan lumpur, untuk itu harus disediakan ruang lumpur pada tiap-tiap kompartemennya. Pada unit
ini, seperti halnya dengan unit pengadukan cepat intensitas pengadukan juga ditentukan oleh nilai G
yang nilainya jauh lebih kecil dan waktu detensi.
Persamaan yang digunakan untuk menghitung nilai gradien (G) adalah :
…......................................................................................................3.37
dimana :
G = gradien kecepatan (detik-1)
P = power input/ daya (kg m2/ dt3)
µ = viskositas dinamik (kg/ m dt)
C = volume air yang akan diolah (m3)
3.2.3.4 Sedimentasi
Merupakan tempat terjadinya proses pengendapan setelah penambahan zat kimia pada proses
koagulasi dan flokulasi. Partikelnya bersifat flokulan pada suspensi encer. Untuk meningkatkan
kapasitas bak dan efisiensi dipasang tube settler. Proses pengendapan menghasilkan lumpur biologis.
Lumpur ini ditampung pada zone settling yang terletak dibagian bawah bak sedimentasi. Untuk proses
pengolahan lumpur dapat dilakukan dengan cara Thickening dan Digester.
Tujuan Sedimentasi :
Mendapatkan effluen yang lebih jernih
Memisahkan pasir
Memisahkan partikel material pada bak pengendapan.
Memisahkan bioflok proses biologi.
Memisahkan chemical flok proses koagulasi dan flokulasi kimia.
USULAN
Penyusunan DED Peningkatan SPAM Jaringan Perkotaan Muara Siberut
TEKNIS
1. Klarifikasi golongan I
Merupakan suatu unit tempat terjadinya pengendapan partikel diskrit secara gravitasi, yaitu
pengendapan dengan berat sendiri tanpa adanya penambahan zat kimia.
Dimanfaatkan pada proses prasedimentasi
Tujuan pengendapannya adalah untuk menurunkan tingkat kekeruhan agar lebih mudah
diolah dan mengurangi pemakaian zat kimia pada proses selanjutnya
Kecepatan mengendap partikel dipengaruhi oleh berat jenis dan diameter partikel dalam air
baku.
2. Klarifikasi golongan II
Merupakan tempat terjadinya pemisahan partikel flokulan dari suspensi setelah terlebih
dahulu mengalami proses koagulasi dan flokkulasi
Kecepatan pengendapan tergantung dari pembentukan flok.
Untuk meningkatkan kapasitas bak dan efisiensi dipasang tube settler. Tube settler ini
bentuknya dapat beraneka ragam, diantaranya berbentuk segi enam ( hexagon), sarang
tawon, dan segi empat. Sedangkan bahan tube settler ini umumnya terbuat dari bahan fiber
glass karena tahan air dan ringan. Dengan dipasangnya tube settler ini kecepatan mengendap
lebih besar sehingga efisiensi meningkat pula
Proses pengendapan ini sendiri akan mengahasilkan lumpur biologis yang nantinya akan
diolah lagi dengan sara Thickening dan Digester.
3.2.3.5 Filtrasi
Didefinisikan sebagai proses pemisahan antara solid-liquid dengan melewatkan cairan melalui suatu
media berpori atau material porus lainnya untuk menghilangkan sebanyak mungkin zat padat terlarut .
Terdapat beberapa jenis filtrassi yaitu :
1. Saringan pasir cepat (rapid sand filter)
Filtrasi jenis ini umumnya :
Digunakan untuk mengolah air minum dan industri
Mudah terjadi clogging, sehingga diperlukan pencucian dengan menggunakan aliran
yang berlawanan dengan arah penyaringan.
USULAN
Penyusunan DED Peningkatan SPAM Jaringan Perkotaan Muara Siberut
TEKNIS
Dimana :
P10 = diameter pasir yang 10 % lolos saringan
P60 = diameter pasir yang 60 % lolos saringan
UC = koefisien keseragaman
…………………………….…………………….3.42
Dimana :
hl = headloss (m)
Φ = faktor bentuk
D = tebal media (m)
g = gaya gravitasi (m/ dt2)
vα = kecepatan filtrasi (m/ dt)
USULAN
Penyusunan DED Peningkatan SPAM Jaringan Perkotaan Muara Siberut
TEKNIS
ε = porositas
CD = koefisien drag
x = berat fraksi
d = diameter geimetri (m)
……………………………………….……………………….…3.43
………………………….………………………..3.44
Dimana :
CD = koefisien drag
NRe = bilangan Reynolds
2. Kehilangan tekanan pada under drain
Persamaan yang digunakan :
………………………………………….……………….3.45
Dimana :
H = headloss (m)
g = gaya gavitasi (m/ dt2)
Q = debit pengolahan (m3/ dt)
C = koefisien orifice ≈ 0,6
A = luas orifice (m2)
Kehilangan tekanan pada saat Backwash
Persamaan yang digunakan :
……...….………………….3.46
………………..……………………….………………3.47
………...……………………………….……………..3.48
…………………..……………….……………..3.49
……………….………………………….……………….3.50
Dimana :
Hf = kehilangan tekanan pada pasir (m)
USULAN
Penyusunan DED Peningkatan SPAM Jaringan Perkotaan Muara Siberut
TEKNIS
3.2.3.6 Desinfeksi
Adalah suatu proses yang menggunakan zat kimia yang berfungsi untuk membunuh mikroorganisme
patogen. Pada unit ini digunakan klorin karena selain efektif untuk membunuh mikroorganisme
patogen juga murah dan banyak tersedia dipasaran selain itu juga menghasilkan residu yang penting
agar selama diperjalanan ke konsumen air tersebut terbebas dari mikroorganisme yang tidak
diinginkan, sehingga air hasil pengolahan tetap “aman” sebagai sumber air minum.
Reaksi desinfeksi ini dipengaruhi oleh : temperatur, aliran air , kualitas air dan wakti kontak.
Metoda pembubuhan klorin :
1. Prachlorinasi, yaitu klorin ditambahkan langsung pada air baku, tujuan adalah untuk mengurangi
bakteri yang akan melewati filter sehingga beban filter dapat dikurangi.
2. Dastchlorinasi, yaitu klorin ditambahkan pada air hasil filtrasi, klorin dibubuhkan saat out let.
3. Break point, yaitu penambahan klorin ketika terjadi titik break point dari residu klorin kombinasi
menjadi klorin bebas.
Sistem distribusi merupakan penentu keberhasilan suatu sistem PAM yang direncanakan. Berfungsi
untuk menyalurkan dan menghantarkan air ke konsumen. Sistem distribusi terdiri dari reservoar dan
meter air, jaringan perpipaan dan perlengkapan serta peralatan distribusi serta pompa jika perlu.
3.2.4.1 Reservoar
Penyimpanan
Untuk menutupi kebutuhan saat terjadi gangguan, kebutuhan puncak dan kehilangan air.
Penyimpanan harus sebanding dengan pemakaian.
Pengatur Tekanan
Muka air yang bebas di permukaan reservoar berfungsi untuk menghentikan gradien tekanan.
Adanya reservoar ini akan dapat digunakan untuk membatasi tekanan di perpipaan.
Berdasarkan elevasinya reservoar dapat dibedakan menjadi :
Ground Reservoar
Jika tinggi muka air lebih rendah dari daerah pelayanan dan diperlukan pompa untuk menaikkan
tekanan. Posisi diatur berdasarkan posisi instalasi.
Elevated Reservoar
Jika muka air daerah pelayanan lebih tinggi dan tekanan cukup. Elevated reservoar diletakkan
pada posisi tanah yang tinggi atau sebagai menara air.
Penentuan kapasitas reservoar berdasarkan grafik fluktuasi pemakaian air dapat dihitung dengan
persamaan :
…………….……………...3.51
……………..…………………………………….3.52
Dimana :
VR = volume reservoar (m3)
P = jumlah penduduk (dalam ribuan)
Vkebakaran = l/ menit
1. Feeder System
Sistem ini berfungsi sebagai pipa transmisi yang menggunakan tapping.
Sistem ini digunakan dari titik ke titik, dari rumah ke rumah.
Terdiri dari pipa induk (main feeder) yang disambungkan langsung ke secondary feeder dan
disambungkan lagi dengan pipa cabang berikutnya.
Semakin keujung semakin kecil ukuran diameternya sehingga kecepatan dan tekanan air
semakin besar.
Luas daerah pelayanan relatif kecil.
Jalur jalan yang ada tidak berhubungan satu dengan lainnya.
Keuntungan dari pola cabang :
Diameternya paling minimum sehingga lebih ekonomis (harganya
lebih murah).
Perhitungannya mudah dan dihitung percabang.
main distributor
secondary distributor
....................................................................................................... 3.53
Dimana :
hl = kehilangan tinggi tekan (m)
L = panjang pipa (m)
D = diameter pipa (m)
F = faktor gesekan pipa
v = kecepatan aliran fluida (m/ dt)
g = kecepatan gravitasi (m/ dt2)
Chezy – Manning
....................................................................................................3.54
Dimana :
hl = kehilangan tinggi tekan (m)
L = panjang pipa (m)
R = jari – jari hidrolis (m)
n = koefisien kekasaran pipa
v = kecepatan aliran fluida (m/ dt)
Hazen William
…..........................................................................3.55
Dimana :
hl = kehilangan tinggi tekan (m)
L = panjang pipa (m)
R = jari – jari hidrolis (m)
v = kecepatan aliran fluida (m/ dt)
CH = koefisien Hazen William
USULAN
Penyusunan DED Peningkatan SPAM Jaringan Perkotaan Muara Siberut
TEKNIS
3.2.5.2 Analisa Aliran Air pada Jaringan Pipa dengan Metoda Hardy Cross
Analisa aliran air pada jaringan pipa dengan menggunakan metoda Hardy Cross harus memenuhi
syarat – syarat berikut :
Aliran yang memasuki suatu titik pertemuan harus sama besarnya dengan aliran air yang
meninggalkan titik tersebut.
Jumlah kehilangan tekanan pada setiap putaran loop tertutup harus sama dengan nol.
Kehilangan tinggi tekan pada rangkaian pipa dapat dihitung dengan mengikuti persamaan :
Hl = K . Qn…………………………………………..…………………..…3.55
Dimana nilai K tergantung pada pengaturan panjng, garis tengah, kekasaran pipa dan sifat zat cairnya.
Sedangkan nilai n bervariasi tergantung pada kekasaran pipa. Skema loop sederhana dapat dilihat
pada gambar 3.7.
Q
Q1
(+)
Q2 (-)
Analisa dimulai dengan asumsi Q 1 (+) dan Q2 (-). Jika asumsi benar, maka hf 1 – hf2 = 0, jika tidak
maka dilakukan koreksi dengan ∆Q sehingga menjadi Q 1 + ∆Q dan Q2 - ∆Q, maka syarat kehilangan
tinggi tekan pada loop sketelah dikkoreksi harus sama dengan nol, yaitu hf1 – hf2 = 0.
Persamaan koreksi aliran :
……………………………….………….………3.56
Dimana :
∆ = koreksi aliran
Q = debit air (m3/ dt)
hf = kehilangan tinggi tekan (m)
K = konstanta
n’ = faktor kekasaran pipa
USULAN
Penyusunan DED Peningkatan SPAM Jaringan Perkotaan Muara Siberut
TEKNIS
Koreksi yang sama harus diterapkan untuk setiap pipa yang terdapat di dalam putaran loop yan
bersangkutan. Bila arah yang berlawanan dengan arah jarum jam dianggap negatif, maka arah
sebaliknya dianggap positif.
3.2.6 Pompa
Jenis pompa yang paling banyak digunakan adalah pompa jenis putar, karena :
Ukurannya kecil dan ringan
Dapat memompa terus menerus
Bekerja tanpa gejolak
Konstruksi sederhana dan mudah dioperasikan
Konstruksi sederhana, karena tidak ada poros penyambung dan bantalan perantara
Pompa dapat bekerja pada putaran tinggi
Mudah dipasang
Harga relatif murah
Perhitungan Pompa
Tinggi angkat total (Ht)
Persamaan :
Ht = Hd + Hfd + Hmd + Hs + Hfs + Hms………………...…….…………3.57
Dimana :
Ht = tinggi angkat total (m)
Hd = tinggi tekan (m)
Hfd = kerugian gesekan sepanjang pipa (m)
Hmd = kerugian gesek pada peralatan pipa (m)
Hs = tinggi isap (m)
Hfs = kerugian gesekan sepanjang pipa (m)
Hms = kerugian gesek pada peralatan pipa (m)
Hd,
Hfd, Ht
Hmd
………………….…………………………………………..3.59
…………………………….………………………….3.40
USULAN
Penyusunan DED Peningkatan SPAM Jaringan Perkotaan Muara Siberut
TEKNIS
……………………………….…………………………..3.41
Dimana :
P = daya pompa (KN/ m/ dt = Kwatt)
Q = kapasitas pompa (m3/ menit)
Ht = tinggi angkat total (m)
ﻻ = berat spesifik air ( kg/ l)
Pm= daya motor (Kwatt)
A = faktor jennis motor (0,1 – 0,25)
ηp = efisiensi pompa
ηk = efisiensi poros
ηm = efisiensi motor
Pengelompokan kategori daerah berdasarkan Standar Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Air
Bersih dapat dilihat pada tabel 3.1
Air yang diproduksi dari suatu Sistem Penyediaan Air Bersih haruslah memenuhi standar yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Standar kualitas air baku yang berlaku saat ini adalah Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/ Menkes/ XI/ 1990 tanggal 3 September 1990 mengenai
standar air bersih dan juga Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tanggal 14 Desember 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Standar tersebut dapat di lihat
pada tabel 3.2 dan 3.3 (BAB III, halaman 15 – 18).
3.3.4.1 Intake
1. Saringan Bell Mouth
Kecepatan air melalui lubang saringan (vLs) = (0,15 – 0,3) m/dt
Diameter bukaan lubang (dbL) = 6 mm – 12 mm
Area gross / luas total saringan (Ag) = 2 x luas efektif saringan
Saringan diletakkan 0,6 – 1m dibawah muka air terendah.
2. Pipa Air Baku
Untuk menghindari erosi sedimentasi kecepatan air = (0,6 – 0,15) m/dt
3. Pipa Air Hisap.
USULAN
Penyusunan DED Peningkatan SPAM Jaringan Perkotaan Muara Siberut
TEKNIS
3.3.4.2 Prasedimentasi
Kriteria desain untuk unit Prasedimientasi* ini seperti berikut :
Surface loading ( Q/A ) = 20 – 80 m/hari ( 2,3x10-4 – 9,3x10-4 m/dt )
Tinggi (H) = 1,5 – 2,5 m.
Panjang : Lebar = (4 : 3) – (6 : 1)
Waktu detensi = 0,5 – 3 jam
Panjang : tinggi = 5 : 1 – 10 : 1
*Schulz – Okun, Newyork, 1984
3.3.4.3 Koagulasi
Kriteria desain untuk unit koagulasi* adalah seperti berikut :
Gradien Kecepatan/ G (dt-1) = (200 – 1200) detik-1
td (detik) = (30 – 120) detik
*Schulz – Okun, Newyork, 1984
3.3.4.4 Flokulasi
Tinggi (H) = 3 - 4 m.
Panjang : Lebar = (4 : 3) – (6 : 1)
Panjang : tinggi = 5 : 1 – 10 : 1
*Schulz – Okun, Newyork, 1984
3.3.4.6 Inlet dan Outlet
Kriteria desain untuk unit inlet dan outlet adalah seperti berikut :
Weir loading ≤ 25 m3/ jam m
Kecepatan di flume dan orifice = (0,15 – 0,4) m/ dt
Jarak antar v – notch = (15 – 30) cm
3.3.4.7 Filtrasi
Kriteria desain yang digunakan adalah :
Luas area filter maksimum 200 m2
Kriteria desain untuk kehilangan tekanan pada media pasir dan penyangga
Effective size (ES) = (0,45 – 0,8) mm
Uniform coefficient (UC) = 1,3 – 1,7
Sphericity (Φ) = 0,73 – 1
Porositas (f) = 0,4 – 0,5
Kecepatan filtrasi = (0,3 - 0,6) m/ dt
Tebal media pasir = minimum 300 mm
Tebal media kerikil = (10 – 24) inchi
Konstanta kerikil = 10 – 14
Diameter kerikil = > 3/ 64 inchi
Perbandingan ukuran tiap lapisan =2:1
3.3.4.9 Reservoar
Jadwal pelaksanaan pekerjaan memuat masing – masing item pekerjaan yang akan
dilaksanakan yakni kapan akan dimulai dan kapan akan selesai. Jadwal pelaksanaan ini dibuat untuk
memperhitungkan target waktu pelaksanaan terhadap waktu kontrak sehingga dapat diketahui dengan
jelas dan pasti menyangkut pelaksanaan pekerjaan sehingga apabila terjadi keterlambatan dapat
dilakukan evaluasi terhadap waktu pelaksanaan sehingga diharapkan pekerjaan dapat diselesaikan
tepat pada waktunya dan tepat sasaran.
Waktu pelaksanaan untuk menyesaikan pekerjaan ini adalah selama 90 (Sembilan puluh) hari
Kalender. Jadwal pelaksanaan pekerjaan ini dapat dilihat pada Tabel 6.1
USULAN
Penyusunan DED Peningkatan SPAM Jaringan Perkotaan Muara Siberut
TEKNIS
Untuk mendapatkan hasil kerja yang baik, maka masing – masing personil harus mengetahui
pertangung jawaban dan hubungan kerja dalam hubungannya dengan pekerjaan ini sehingga
pekerjaan dapat diselesaikan tepat pada waktunya dan dapat mendapatkan hasil yang dapat
dipertanggung jawabkan secara teknis dan administrasi. Untuk lebih jelasnya struktur organisasi
pelaksnaan pekerjaan ini dapat dilihat pada Gambar
- Bertanggungjawab atas semua harga satuan upah, barang dan peralatan yang
ditetapkan.
- Menyusun dan menyiapkan laporan-laporan dokumen pelaksanaan kontrak
konsultansi.
- Melaksanakan tugas dan arahan lain yang diberikan oleh ketua tim yang berkaitan
dengan kegiatan ini.
4. Ahli K3
Tenaga Ahli yang minimal memiliki sertifikat keahlian SKA Muda (603), dilampirkan
Referensi Pengalaman 1 Tahun. Tugas dan Kewajibannya adalah :
- Menerapkan ketentuan peraturan perundang-undang tentang terkait K.3 Konstruksi.
- Mengkaji dokumen kontrak dan metode kerja pelaksanaan konstruksi
- Merencanakan dan menyusun program K.3.
- Membuat Prosedur kerja dan instruksi kerja penerapan ketentuan K3
- Melakukan sosialisasi penerapan dan pengawasan pelaksanaan program, prosedur
kerja dan instruksi kerja K3.
USULAN
Penyusunan DED Peningkatan SPAM Jaringan Perkotaan Muara Siberut
TEKNIS
- Melakukan Evaluasi dan membuat laporan penerapan SMK3 dan pedoman teknis
K3 konstruksi.
- Mengusulkan perbaikan metode kerja pelaksanaan konstruksi berbasis K3, jika
diperlukan.
- Melakukan penanganan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta keadaan
darurat.
6.7. Peralatan
USULAN
Penyusunan DED Peningkatan SPAM Jaringan Perkotaan Muara Siberut
TEKNIS
Gambar 6.2. Bagan Alir Pelaksanaan PENYUSUNAN DED PENINGKATAN SPAM JARINGAN
PERKOTAAN MUARA SIBERUT
LAPORAN
PERSIAPAN PENDAHULUAN
Survey Lapangan
Pengolahan Data
KONSEP LAPORAN
KONSEP LAPORAN
AKHIR
AKHIR
KEBIJAKAN/
MASUKAN OUTLINE TARGET &
PEMERINTAH OUTLINE
USULAN KRITERIA
DAERAH & USULAN
SPAM
MASYARAKAT SPAM
RENCANA
RENCANA
INDUK SPAM
INDUK SPAM
LAPORAN
SPAM TAHAPAN PERKIRAAN LAPORAN
AKHIR
& Gambar PEMBANGUNAN BIAYA AKHIR
Teknis
USULAN
Penyusunan DED Peningkatan SPAM Jaringan Perkotaan Muara Siberut
TEKNIS
1. Kebijakan K3
Sesuai dengan dokumen KAK dan penjelasan aanwijzing bahwa RK3 menjadi syarat
dalam penilaian teknis. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
09/PER/M/2008 Tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja (K3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum. Sesuai Peraturan Menteri tersebut
dijelaskan bahwa K3 adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan pengertian
pemberian perlindungan kepada setiap orang yang berada di tempat kerja, yang
berhubungan dengan pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan kerja konstruksi,
proses produksi dan lingkungan sekitar tempat kerja. Tujuan diberlakukannya Pedoman
ini agar semua pemangku kepentingan mengetahui dan memahami tugas dan
kewajibannya dalam Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum
sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja konstruksi dan penyakit akibat
kerja konstruksi serta menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman, yang pada
akhirnya akan meningkatkan produktivitas kerja.
Sesuai dengan BAB III Pasal 4 point 5 dijelaskan bahwa Dalam rangka Penyelenggaraan
Sitem Manajemen K3 (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum harus dibuat
Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak (RK3K) oleh Penyedia Jasa dan
disetujui oleh Pengguna Jasa. Kami selaku Penyedia Jasa menyambut penting akan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja selama masa pelaksanaan pekerjaan ini.
2. Perencanaan
1). Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko Bahaya
No Jenis Type Pekerjaan Identifikasi Jenis bahaya Pengendalian Resiko K3
dan Resiko K3
USULAN
Penyusunan DED Peningkatan SPAM Jaringan Perkotaan Muara Siberut
TEKNIS
1 2 3 4
1. Survey Topografi a. Terjatuh ke lubang atau a. Membuat rambu-rambu
sungai akibatnya luka berat pengaman
c. memastikan semua tenaga ahli berikut asisten dan surveyor mematuhi peraturan
yang diterapkan.
d. Ketentuan perundangan yang berlaku bagi organisasi karena masing-masing
organisasi memiliki karakteristik tersendiri sehingga harus mengacu peraturan
yang terkait dengan aktifitasnya seperti jasa konstruktsi,manufaktur ,industry
kimia.transportasi,migas,dan lainnya.
e. Kebijakan K3 yang telah ditetapkan manajemen.program K3 harus sejalan dengan
kebijakan K3 organisasi.
f. Rekaman kejadian atau kecelakaan yang pernah terjadi sebelumnya seperti
kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran dan lainnya.
g. Ketidaksesuaian yang pernah ditemukan dari hasil audit sebelumnya baik internal
maupun ekternal organisasi.
Organisasi K3
Menyediakan petugas K3 sesuai dengan struktur organisasi yang diusulkan
Penangggung Jawab K3
Bag. Keselamatan Kerja Bag. Perlengkapan, Bina dan Sidik K3 Bid. Kesehatan/P3K
Pendukung