Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air merupakan salah satu elemen penyusun bumi yang berpengaruh terhadap
keberlangsungan mahkhluk hidup. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
18/PRT/M/2007, air baku yang digunakan sebagai air minum rumah tangga merupakan air
yang dapat diperoleh melalui sumber air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan
yang secara kualitas telah memenuhi persyaratan baku mutu tertentu yang telah ditetapkan
sebagai air minum.

Ketersediaan air minum yang memadai merupakan unsur kebutuhan dasar masyarakat. Unsur
ini memiliki peranan yang sangat penting dan strategis dalam peningkatan kualitas kesehatan,
produktivitas masyarakat serta angka harapan hidup manusia. Penyediaan air minum
memiliki keterkaitan dengan pencegahan kemunculan penyakit-penyakit yang secara khusus
dapat ditularkan melalui air (water borne disease). Penyakit seperti ini dapat menyebar
apabila mikroba penyebab penyakit masuk ke dalam sumber air yang digunakan masyarakat
untuk pemenuhan kebutuhan harian (Purwanto, dkk. 2017).

Upaya pemenuhan ketersediaan air minum bagi masyarakat memerlukan suatu Sistem
Penyediaan Air Minum (SPAM) yang merupakan suatu kesatuan sistem fisik (teknik) dan
non-fisik pada sarana dan prasarana air minum (Permen PU No. 18/PRT/M/2007). SPAM
memiliki fungsi sebagai media pengolahan air yang berasal dari sumber air agar sesuai
dengan baku mutu air minum yang telah ditetapkan untuk kemudian disalurkan melalui pipa
distribusi kepada seluruh masyarakat agar ketersediaan air minum masyarakat terpenuhi
(Khoirunnisa, 2019).

SPAM harus dapat memenuhi kriteria pemenuhan air minum bagi masyarakat yang disebut
dengan aspek 4K (Kualitas, Kuantitas, Kontinuitas dan Keterjangkauan). Kualitas air minum
dalam hal ini merupakan acuan air minum yang layak dikonsumsi. Kuantitas air minum
merupakan jumlah minimum air minum yang dikonsumsi masyarakat dengan
memperhitungkan kehilangan air. Kontinuitas adalah acuan pengaliran atau distribusi air
minum yang tidak terputus atau berkelanjutan setiap saat. Sementara aspek keterjangkauan
merupakan kesanggupan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air minum melalui
persyaratan yang sudah diberlakukan atau ditetapkan seperti tarif air minum (Shanty dan
Rachmawati, 2020).

Pemenuhan aspek 4K dalam Sistem Penyediaan Air Minum memerlukan adanya sinergitas
antara pemerintah dengan masyarakat. Upaya sinergi dalam pemenuhan ini dapat dilakukan
dalam bentuk pembangunan infrastruktur yang memadai serta memenuhi aspek 4K sehingga
dapat memenuhi kebutuhan air minum masyarakat serta meminimalisir kemungkinan
terjadinya keterbatasan atau krisis air minum dan air bersih pada masyarakat.

Rancangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) diperlukan sebagai solusi pemenuhan
ketersediaan air minum di masyarakat. Dalam perancangan SPAM diperlukan tinjauan dan
pertimbangan dari seluruh aspek teknis seperti perencanaan, persiapan serta pelaksanaan agar
rancangan yang dibuat dapat menghasilkan sistem jaringan pendistribusian air yang
berkelanjutan.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang didapat pada latar belakang yang sudah dipaparkan adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana proyeksi kebutuhan air minum di suatu wilayah perencanaan?
2. Bagaimana perhitungan aspek teknis dalam perancangan Sistem Penyediaan Air Minum,
seperti kapasitas reservoir dan bangunan penunjang, kebutuhan pompa, estimasi diameter
pipa, nilai kehilangan energi (major dan minor losses), profil hidraulis jaringan pipa (hf,
he, dP) di suatu wilayah perencanaan?
3. Bagaimana desain WaterNet dalam perencanaan jaringan perpipaan (transmisi dan
distribusi) pada Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di suatu wilayah perencanaan?
4. Bagaimana diagram skematis target cakupan dan rencana SPAM yang akan dibangun di
suatu wilayah perencanaan?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari perancangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) ini adalah:
1. Menganalisa proyeksi kebutuhan air minum di suatu wilayah perencanaan.
2. Menganalisa perhitungan aspek teknis dalam perancangan Sistem Penyediaan Air
Minum, seperti kapasitas reservoir dan bangunan penunjang, kebutuhan pompa, estimasi
diameter pipa, nilai kehilangan energi (major dan minor losses), profil hidraulis jaringan
pipa (hf, he, dP) di suatu wilayah perencanaan.
3. Menganalisa desain WaterNet dalam perencanaan jaringan perpipaan (transmisi dan
distribusi) pada Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di suatu wilayah perencanaan.
4. Menganalisa diagram skematis target cakupan dan rencana SPAM yang akan dibangun
di suatu wilayah perencanaan.

1.4. Manfaat
Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dibuat untuk memenuhi persyaratan
kelulusan Mata Kuliah Sistem Penyediaan Air Minum. Selain itu, perencanaan ini diharapkan
mampu menjadi media pengaplikasian teori yang sudah diperoleh selama perkuliahan untuk
menjadi solusi permasalahan sebenarnya di masyarakat. Kedepannya perencanaan ini mampu
menjadi acuan dalam merencanakan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di suatu Ibu
Kota Kecamatan (IKK) bersama dengan instansi terkait.

1.5. Dasar Hukum


Adapun dasar hukum yang mendasari dan melandasi penyusunan perencanaan Sistem
Penyediaan Air Minum ini adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 122 Tahun 2015 tentang Sistem
Penyediaan Air Minum (SPAM).
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penggunaan
Daya Air.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 07/PRT/M/2013 tentang Pedoman Pembuatan
Ijin Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Air Minum oleh Badan Usaha dan
Masyarakat untuk Memenuhi Kebutuhan Sendiri.
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 27/PRT/M/2016 tentang
Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 01/PRT/M/2016 tentang
Tata Cara Perijinan Pengusahaan Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air.
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 25/PRT/M/2016 tentang
Pelaksanaan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum untuk Memenuhi
Kebutuhan Sendiri oleh Badan Usaha.
9. Peraturan Menteri Kesehatan No. 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam
Renang, Solus per Aqua dan Pemandian Umum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Penyediaan Air Minum


Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) merupakan penyediaan air minum yang dilakukan
oleh penyelenggara terkait dalam usaha pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat
(Khoirunnisa, 2019). Perencanaan dan pengembangan SPAM memerlukan penggabungan
antara kegiatan aspek fisik (pembangunan, perluasan dan/atau peningkatan sistem secara
teknis) serta kegiatan aspek non-fisik (kelembagaan, kegiatan manajemen, pengaturan
keuangan, kontribusi masyarakat dan hukum). Kedua aspek kegiatan ini bergabung menjadi
kesatuan yang utuh guna menghasilkan sistem penyediaan air minum bagi masyarakat dalam
mewujudkan kehidupan dan keadaan yang lebih baik. (Permen PU No. 18/PRT/M/2007).

Perencanaan SPAM harus memuat setidaknya rencana umum, rencana jaringan, program dan
kegiatan pengembangan, kriteria dan standar pelayanan, rencana sumber dan alokasi air baku,
rencana keterpaduan dengan sarana dan prasarana, rencana pembiayaan dan pola investasi
dan rencana pengembangan kelembagaan. Rencana umum meliputi evaluasi kota atau
kawasan yang bertujuan untuk mengidentifikasi karakter, fungsi strategis dan konteks
regional (kepadatan penduduk, konsumsi air bersih penduduk dan lainnya) daerah yang
bersangkutan. Kemudian evaluasi kondisi eksisting SPAM, dengan melakukan pendataan
peralatan dan kelengkapan sistem penyediaan air minum yang tersedia saat ini. Rencana
jaringan meliputi perencanaan sistem transmisi air minum dan distribusi. Sistem distribusi
mencakup pada reservoir, jaringan pipa distribusi dan tata letak untuk SPAM (Lampiran
Permen PU No. 18/PRT/M/2007).

2.2. Komponen Sistem Penyediaan Air Minum


Dalam sistem penyediaan air minum, terdapat beberapa komponen yang diperlukan agar
sistem dapat berjalan dengan semestinya. Menurut Triatmadja (2019), Dirjen Cipta Karya
(2018), komponen sistem penyediaan air minum terdiri dari beberapa bagian, yang meliputi:
2.2.1. Sumber Air Baku dan Broncaptering
Bagian terpenting dalam suatu sistem penyediaan air minum adalah sumber air. Seiring
berjalannya waktu, sumber air semakin berkurang yang diakibatkan oleh perubahan iklim,
polusi serta kemampuan penyimpanan sementara dari daerah aliran sungai. Sumber air dapat
berupa mata air, sungai, laut, air tanah, air hujan dan sumber lainnya (Triatmadja, 2019).
Sumber air dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Sumber Air Permukaan
Merupakan sumber air yang meliputi danau, sungai, laut dan air hujan yang
tertampung. Sumber air yang berasal dari danau dapat berupa danau alami ataupun
danau buatan seperti waduk. Sumber air yang berasal dari laut memerlukan proses
dengan biaya yang cukup tinggi untuk dapat digunakan sebagai air minum. Sumber
air hujan dapat ditampung dengan metode tampungan langsung secara sederhana.
Sumber air sungai merupakan sumber air yang tersedia dengan baik akan tetapi
kualitas sumber air ini dapat bervariasi akibat lokasi serta muatan sedimen dan
pencemar sungai.
2. Sumber Air Bawah Permukaan
Sumber air bawah permukaan dapat dimanfaatkan dengan menggunakan sumur
dangkal dan sumur dalam. Sumur dangkal merupakan opsi yang sering digunakan
oleh masyarakat serta masih bergantung pada musim. Sementara sumur dalam
merupakan sumur yang dapat melakukan penetrasi ke dalam air tanah sehingga
didapatkan daerah akuifer dengan kualitas dan kapasitas yang tidak bergantung pada
musim.
Sumber air yang digunakan dalam sistem penyediaan air minum ditampung pada
Broncaptering. Broncaptering merupakan bangunan khusus yang dibuat untuk menangkap
air khususnya yang bersumber dari mata air (Dirjen Cipta Karya, 2018).

2.2.2. Unit Transmisi


Unit transmisi merupakan kesatuan unit yang berfungsi untuk menyalurkan air yang berasal
dari sumber air baku, menuju ke bangunan atau instalasi pengolahan air serta mengalirkan
hasil pengolahan menuju ke reservoir induk. Penggunaan unit transmisi disesuaikan dengan
kondisi topografi yang menghubungkan sumber air dengan reservoir induk. Beberapa
pertimbangan yang diperlukan dalam merencanakan unit transmisi dalam sistem penyediaan
air minum adalah menentukan Bak Pelepas Tekanan (BPT), menghitung panjang dan
diameter pipa serta merencanakan jalur pipa (Dirjen Cipta Karya, 2018). Berikut penjelasan
mengenai setiap pertimbangan tersbut:
1. Penentuan Bak Pelepas Tekan (BPT)
Bak Pelepas Tekan diperlukan apabila terdapat perbedaan ketinggian antara sumber
air dan lokasi bangunan pengolahan yang menghasilkan perbedaan tekanan secara
berlebihan. Hal ini dapat terjadi pada sistem pengaliran air yang menggunakan
gravitasi sebagai sumber tenaganya. BPT mampu menghindari kemungkinan
terjadinya tekanan yang berlebihan sehingga dapat menjaga sistem perpipaan. Secara
ideal, BPT akan diterapkan apabila perbedaan ketinggian sekitar 60-100 m,
tergantung pada kualitas pipa transmisinya. Terdapat dua lokasi kemungkinan BPT
akan ditempatkan, yakni lokasi terjadinya tekanan tertinggi serta lokasi stasiun
penguat (booster pump) sepanjang alur pipa transmisi.
2. Perhitungan panjang dan diameter pipa
Perhitungan panjang pipa dilakukan berdasarkan jarak dari bangunan pengolahan air
menuju reservoir induk. Perhitungan diameter pipa dilakukan berdasarkan nilai debit
harian maksimum. Nilai diameter minimal pipa adalah 10 cm untuk pipa transmisi.
Ukuran diameter pipa disesuaikan dengan ukuran standar dan pertimbangan ekonomi.
3. Perencanaan Jalur Pipa
Perencanaan jalur pipa memerlukan pertimbangan yang baik agar dapat
meminimalisir biaya konstruksi serta pemeliharaan. Beberapa aspek yang dapat
menjadi pertimbangan perencanaan jalur pipa adalah sebagai berikut:
a. Kondisi topografi sepanjang jalur pipa transmisi harus seminimal mungkin
menggunakan bangunan perlindungan.
b. Panjang jalur yang menghubungkan sumber air dan lokasi yang ingin dituju
merupakan panjang yang paling efisien dan seminimal mungkin.
c. Kualitas dan struktur tanah sepanjang jalur harus dapat mendukung pemeliharaan
perpipaan, seperti dapat melindungi perpipaan dari korosi.
d. Metode pelaksanaan serta pemeliharaan jalur pipa harus merupakan metode yang
paling efisien dalam hal teknis serta biaya.

2.2.3. Unit Produksi


Unit produksi merupakan seluruh bangunan yang memiliki peran dalam mengolah air baku
menjadi air minum. Instalasi Pengolahan Air (IPA) merupakan salah satu contoh bagian dari
unit produksi. IPA diperlukan apabila kualitas air baku (fisika, kimia, biologi) melebihi dari
ambang batas standar baku mutu yang ditetapkan. Pemilihan jenis IPA ditentukan
berdasarkan kualitas air baku yang akan diolah. Beberapa jenis IPA yang umum digunakan
menurut Triatmadja, 2019 adalah sebagai berikut:
1. Slow Sand Filter
Slow Sand Filter atau saringan pasir lambat merupakan sistem saringan pasir halus
yang digunakan untuk menyaring kekeruhan pada air baku yang akan digunakan.
Proses yang terjadi pada sistem saringan pasir lambat diantaranya pengendapan,
adsorbs, mechanical straining, aktivitas bakteriologi dan bio-chemical.
2. Koagulasi – Flokulasi – Sedimentasi – Filtrasi dan Aerasi
Rangkaian proses ini diawali dengan proses koagulasi, yang merupakan proses
pencampuran bahan koagulan ke air baku yang kemudian dilakukan pengadukan
dengan kecepatan tinggi. Kemudian dilanjutkan dengan proses flokulasi yang
merupakan pembentukan flok dari partikel kekeruhan yang sudah terpisah pada proses
koagulasi sebelumnya. Setelah flok-flok terbentuk, dilanjutkan dengan proses
sedimentasi yang merupakan pengendapan flok menjadi satu. Setelah padatan
terkumpul, proses filtrasi dilakukan dengan tujuan menyaring sisa mikro flok yang
tidak berhasil mengendap. Proses kemudian diakhiri dengan aerasi yang merupakan
pertemuan antara gas dan air. Aerasi bertujuan menghilangkan atau memasukkan
kandungan gas tertentu pada badan air.

Reservoir merupakan salah satu unit produksi yang bertujuan untuk menciptakan kondisi
seimbang pada jumlah kapasitas produksi dari unit tersebut terhadap fluktuasi kebutuhan di
jaringan distribusi. Reservoir dapat dibagi menjadi beberapa jenis sesuai fungsinya:
1. Reservoir aktif, yang berfungsi sebagai penampung air produksi untuk menciptakan
kondisi setimbang serta mengalirkan air menuju jaringan distribusi secara gravitasi.
Reservoir aktif umumnya berupa bangunan menara air.
2. Reservoir pasif, yang hanya berfungsi sebagai penampung air produksi untuk
menciptakan kondisi setimbang dengan kebutuhan unit distribusi. Proses pengaliran
menuju jaringan distribusi pada reservoir ini dilakukan dengan pemompaan.
Reservoir pasif umumnya berupa ground reservoir.

2.2.4. Unit Distribusi


Unit distribusi meliputi sistem jaringan pipa distribusi merupakan bagian yang membutuhkan
biaya paling besar dalam perencanaan sistem penyediaan air minum. Sehingga diperlukan
ketelitian yang tinggi agar perencanaan unit distribusi menghasilkan suatu sistem yang
efisien. Jumlah debit air yang disalurkan dalam unit distribusi dipengaruhi oleh jumlah
penduduk, kebutuhan air serta jenis industri/kebutuhan yang dilayani (Triatmadja, 2019).
Sistem distribusi air bersih dapat dilakukan dengan beberapa metode sebagai berikut:
1. Metode Gravitasi
Merupakan metode yang paling sesuai digunakan apabila terdapat perbedaan elevasi
yang cukup besar antara elevasi sumber air dengan elevasi daerah pelayanan.
Perbedaan elevasi yang dimaksudkan adalah sumber air memiliki elevasi yang lebih
tinggi. Hal ini mengakibatkan tekanan air yang diperlukan sepanjang unit distribusi
dapat dipertahankan.
2. Metode Pemompaan
Metode pemompaan merupakan metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan
tekanan yang diperlukan untuk mendistribusikan air yang berasal dari reservoir
distribusi menuju konsumen.
3. Metode Kombinasi
Metode kombinasi merupakan gabungan metode gravitasi dan metode pemompaan.
Metode ini digunakan untuk mempertahankan tekanan dalam periode pemakaian yang
tinggi serta kondisi darurat.

2.2.5. Bangunan Pelengkap


Bangunan pelengkap serta aksesoris pipa diperlukan dalam menunjang suatu jaringan
transmisi dalam sistem penyediaan air minum.
1. Gate Valve
Gate valve merupakan katup yang berfungsi untuk mengendalikan aliran dalam pipa.
Katup ini dapat menutup dan membagi aliran ke bagian lainnya dalam pipa distribusi.
2. Air Release Valve
Katup ini berfungsi untuk melepaskan udara yang terdapat dalam aliran. Katup ini
juga dapat memasukkan udara ketika tekanan air dalam pipa menjadi negative. Katup
angin dipasang pada setiap bagian dari jalur pipa tertinggi dan memiliki tekanan lebih
rendah dari 1 atm. Lokasi pemasangan katup ini biasanya pada titik puncak jalur pipa
dengan posisi yang lebih tinggi dari tinggi muka air tanah untuk mencegah
kemungkinan polusi masuk ke dalam katup.
3. Blow Off Valve
Katup ini umumnya dipasang pada titik mati atau titik terendah dari jalur pipa dan
pada lokasi sebelum jembatan yang berfungsi untuk mengeluarkan endapan yang
terdapat pada jalur pipa. Endapan pada pipa ini dapat terjadi ketika pemasangan,
perbaikan serta kotoran lainnya dalam pipa.
4. Check Valve
Katup ini dipasang pada pengaliran satu arah. Check valve dipasang pada pipa
tekanan antara pompa dan gate valve. Pemasangan ini bertujuan untuk mencegah
kerusakan pipa akibat tekanan balik yang dihasilkan ketika pompa mati.
5. Bangunan Perlintasan Pipa
Bangunan ini diperlukan apabila jalur pipa yang dibuat memotong medan yang sulit,
seperti sungai, rel kereta api serta jalan raya. Bangunan ini dapat meningkatkan
keamanan pipa. Beberapa jenis bangunan perlintasan pipa untuk sungai adalah
sebagai berikut:
a. Bridge Supported, yang merupakan konstruksi bangunan perlintasan pipa apabila
terdapat jembatan yang melintasi sungai. Jalur pipa akan diletakkan menggantung
pada bagian bawah papan kerangka jembatan. Jembatan yang digunakan harus
cukup kuat untuk menahan jalur pipa yang dipasang. Konstruksi ini merupakan
jenis yang paling ekonomis dan sering digunakan.
b. Pipe Beam Bridge, atau jembatan pipa merupakan konstruksi yang menggunakan
pipa sebagai jembatan apabila rentangan jembatan terlalu kecil dan panjang pipa
mencukupi untuk melalui sungai.
c. Siphon, merupakan konstruksi yang banyak digunakan dibandingkan dengan
jembatan pipa. Konstruksi siphon tidak terlalu sulit serta memerlukan perhatian
dalam beberapa aspek sama seperti jembatan pipa.
6. Thrust Block
Thrust block merupakan aksesoris pipa yang berguna pada pipa dengan beban hidrolik
tidak seimbang, contohnya pada bagian pergantian diameter, akhir pipa dan belokan.
Gaya akibat beban hidrolik ini akan menggeser jaringan pipa dari kedudukan semula
dan dapat merusak pipa pada bagian sambungannya. Thrust block mampu menahan
gaya tersebut. Thrust block umumnya dipasang pada sisi parit untuk menahan gaya
geseran atau menggali sebuah lubang masuk ke dalam dinding parit. Beberapa gaya
yang dibebankan pada thrust block antara lain adalah tumpuan belokan, tumpuan
sebelum dan sesudah katup, tempat perubahan diameter pipa, ujung akhir pipa serta
sambungan-sambungan pipa.
7. Meter Tekan
Meter tekan dipasang pada pompa untuk mengetahui nilai tekanan kerja pompa.
Kontrol nilai tekanan kerja pompa diperlukan untuk menjaga keamanan distribusi,
menjaga keamanan tekanan kerja pompa serta menjaga kontinuitas aliran.
8. Meter Air
Meter air berfungsi untuk mengetahui besarnya jumlah pemakaian air sekaligus alat
pendeteksi besarnya kebocoran. Lokasi pemasangan meter air adalah setiap
sambungan pada jalur pipa.
9. Sambungan
Beberapa aksesoris pipa berupa sambungan yang sering digunakan dalam jalur
perpipaan sistem penyediaan air minum antara lain:
a. Bell Spigot
Bell spigot atau Spigot socket merupakan kelengkapan sambungan pipa yang
berfungsi untuk menghindari kebocoran serta menahan pipa dari kemungkinan
defleksi (perubahan sudut sambungan) Spigot dari suatu pipa dimasukkan ke
dalam socket yang lainnya.
b. Flange Joint
Aksesoris pipa ini umumnya digunakan pada pipa bertekanan tinggi, khususnya
pada bagian sambungan yang dekat dengan instalasi pipa. Antara satu flange
dengan flange yang lain, disisipkan packing yang berguna untuk mencegah
kebocoran.
c. Ball Joint
Aksesoris sambungan melalui pipa dalam air.
d. Increaser-Reducer
Increaser digunakan untuk menyambung pipa dari diameter kecil ke diameter
yang lebih besar. Reducer digunakan untuk menyambung pipa dari diameter
besar ke diameter yang lebih kecil.
e. Bend dan Tee
Bend merupakan aksesoris sambungan pipa berupa belokan dengan sudut belokan
bervariasi antara 90˚, 45˚, 22,5˚ dan 11,5˚. Tee merupakan aksesoris sambungan
pipa untuk menyambung pipa pada bagian percabangan.
f. Tapping Band
Tapping band merupakan aksesoris pipa yang berguna untuk menyadap pipa dan
dialihkan ke tempat lain. Pipa distribusi akan dilubangi dan tapping band
dipasang dengan baut di sekeliling lubang. Ketika dimensi penyadapan terlalu
besar, maka pipa distribusi dapat dipotong kemudian dipasangkan dengan tee atau
aksesoris yang sesuai.

2.2.6. Pompa
Ukuran baling-baling, kecepatan putaran baling-baling, housing pompa sangat menentukan
kapasitas pompa. Ketika pompa bekerja, tekanan pada bagian hilir yang harus dilawan serta
daya hisapan yang diberikan akan mempengaruhi kinerja pompa. Kecepatan baling-baling
akan membuat tekanan pada pompa menurun sehingga tekanan di bagian hulu menjadi lebih
besar. Hal ini akan mengakibatkan air dapat dengan mudah mengalir dari sumber menuju
pompa. Pompa juga berfungsi untuk menutupi kehilangan energi air sepanjang pipa hulu dan
hilir. Perhitungan kapasitas operasional pompa adalah sebagai berikut
V
Operasional pompa = (2.1)
Q
Keterangan:
Q = debit (m3/hari)
V = Volume reservoir
Penentuan kapasitas head pump adalah sebagai berikut
Head pump = Beda elevasi + Hf(mayor) + Hf(minor) (2.2)
Keterangan:
Hf(mayor) = Kehilangan energi mayor
Hf(minor) = Kehilangan energi minor

2.3. Kebutuhan Air Bersih


Kebutuhan air merupakan kuantitas air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar
serta unit konsumsi air. Jumlah nilai air yang digunakan untuk memenuhi berbagai jenis
penggunaan tersebut adalah pemakaian air. Jumlah pemakaian atau konsumsi air dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti ketersediaan air, pola hidup masyarakat, tarif air
dan keadaan sosial ekonomi penduduk.
2.3.1. Standar Kebutuhan Air
Berdasarkan Peraturan Kementerian Dalam Negeri No. 21 Tahun 2020 tentang Perhitungan
dan Penetapan Tarif Air Minum, kebutuhan air minum pokok sudah ditetapkan sebesar 10
m3/kepala keluarga/bulan atau 60 liter/orang/hari. Air yang digunakan untuk keperluan rumah
tangga dihitung berdasarkan jumlah penduduk perkotaan serta pedesaan yang berada di
daerah tangkapan air. Daerah perkotaan membutuhkan 120 liter/kapita/hari dan penduduk
pedesaan membutuhkan 60 liter/kapita/hari (Badan Standarisasi Nasional, 2002)

2.3.2. Kebutuhan Air Domestik


Kebutuhan air domestik merupakan air yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan
domestik, seperti rumah tangga. Beberapa kebutuhan domestik, antara lain adalah minum,
masak, mencuci, mandi serta seluruh aktivitas rumah tangga yang memerlukan air bersih.

2.3.3. Kebutuhan Air Non Domestik


Kebutuhan air non domestik merupakan air yang dimanfaatkan dalam pemenuhan kebutuhan
umum dan komersil. Pembagian jenis kebutuhan air domestik adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan publik atau umum, yang merupakan kelompok kebutuhan air untuk institusi
dan perkotaan. Kebutuhan air institusi meliputi pemakaian air pada gedung publik
(kantor pemerintahan, sekolah, rumah sakit). Kebutuhan air perkotaan meliputi
kebutuhan air dalam pemeliharaan tata kelola perkotaan (penyiraman taman,
pembersihan jalan, pemadam kebakaran).
2. Kebutuhan komersial yang merupakan kebutuhan air untuk dikonsumsi pada sarana
komersil, seperti pertokoan, restoran, hotel dan fasilitas umum.
3. Kebutuhan industri yang merupakan kebutuhan air untuk digunakan dalam proses
produksi industri serta kebutuhan karyawan. Kuantitas air yang diperlukan dipengaruhi
oleh kapasitas dan tipe industri.
4. Kebutuhan lainnya, yang merupakan kebutuhan air untuk hal-hal yang belum
dikategorikan di atas, seperti kebutuhan air bersih pada sarana transportasi (kapal, kereta
dan pesawat).

2.3.4. Fluktuasi Penggunaan Air


Fluktuasi penggunaan air dapat terjadi akibat pemakaian air yang berbeda oleh setiap
konsumen. Perbedaan penggunaan air dapat dipengaruhi beberapa faktor seperti, kondisi
iklim, karakteristik penduduk, harga air dan meteran, ukuran kota serta kondisi industri dan
komersial (Committee on Sustainable Water Supplies in the Middle East. 1999). Pada satu
waktu tertentu, air akan mencapai titik maksimum dan juga titik minimum. Menurut
(Hadisoebroto, dkk. 2007) pola fluktuasi pemakaian air terdiri dari:
1. Kebutuhan hari rata-rata (Qhr)
Pemakaian rata-rata air domestik dan domestik dalam 1 hari selama kurun waktu 1 tahun.
Nilai pemakaian rata-rata air dapat diperoleh dari penjumlahan debit pemakaian dalam 1
tahun dibagi dengan 365 hari.
Qt
Qhr = (2.3)
365
Keterangan:
Qhr = Kebutuhan rata-rata air harian (m3/hari)
Qt = Total debit pengaliran selama satu tahun (m3/tahun)

2. Kebutuhan hari maksimum (Qhm)


Pemakaian air terbesar pada 1 hari dalam kurun waktu 1 tahun. Besaran kebutuhan
maksimum tergantung pada faktor hari maksimum (F hm) yang nilainya berada pada
rentang 1,1 – 1,5 (Permen PU No. 18 Tahun 2007). Fhm dipengaruhi oleh:
Luas kota, yang menunjukkan nilai Fhm lebih besar dibandingkan kota kecil.
Iklim, yang mempengaruhi tinggi dan rendah perbedaan pemakaian air di hari
maksimum dengan hari biasa.
Qhm= Fhm × Qhr (2.4)
Keterangan:
Qhm = Kebutuhan hari maksimum (m3/hari)
Fhm = Faktor hari maksimum
Qhr= Kebutuhan harian rata-rata (m3/hari)

3. Kebutuhan jam puncak (Qjp)


Pemakaian air terbesar dalam 1 jam pada rentang 1 hari. Hal ini dapat terjadi karena
adanya pemakaian serentak dalam satu waktu. Qjp juga tergantung dari faktor jam puncak
(Fjp) yang berada pada rentang 1,15 – 3 (Permen PU No. 18 Tahun 2007).
Qjp= Fjp × Qhm (2.5)
Keterangan:
Qjp = Kebutuhan jam puncak (m3/jam)
Fjp = Faktor jam puncak
Qhm = Kebutuhan hari maksimum (m3/hari)

2.3.5. Proyeksi Jumlah Penduduk


Proyeksi jumlah penduduk merupakan tahap awal dalam menghitung proyeksi kebutuhan air
bersih. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ketelitian proyeksi jumlah penduduk pada
masa yang akan dating adalah kecepatan pertumbuhan penduduk dan kurun waktu proyeksi
serta jumlah tahun pengambilan data. Metode umum yang digunakan dalam perhitungan
proyeksi jumlah penduduk adalah sebagai berikut
1. Metode Aritmatika
Merupakan metode perhitungan yang cocok digunakan untuk kurun waktu yang
singkat atau sama dengan waktu perolehan data.
P n = Po + K a ( T n - T o ) (2.6)
P 2 - P1
Ka= (2.7)
T 2 - T1
Keterangan:
Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke-n
Po = Jumlah penduduk pada tahun awal
Tn = Tahun ke-n
To = Tahun awal
Ka = Konstanta aritmatika
P1 = Jumlah penduduk pada tahun I
P2 = Jumlah penduduk pada tahun II
T1 = Tahun I yang diketahui
T2 = Tahun II yang diketahui

2. Metode Geometri
Merupakan metode yang beranggapan bahwa perkembangan jumlah penduduk secara
otomatis akan bertambah dengan sendirinya dan tidak memperhatikan penurunan
jumlah penduduk.
P n = Po ( 1 − r ) n (2.8)
Keterangan:
Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke-n
Po = Jumlah penduduk pada tahun awal
r = Rata-rata persentase pertambahan per tahun (%)
n = Periode waktu proyeksi

3. Metode Least Square


Merupakan metode regresi untuk mendapatkan hubungan antara sumbu Y dan sumbu
X. Sumbu Y merupakan jumlah penduduk dan sumbu X merupakan tahun. Hubungan
antara kedua sumbu ini ditentukan dengan menarik garis linear antara datum tersebut
dan meminimalkan jumlah pangkat dua dari masing-masing penyimpangan jarak
datum dengan garis yang dibuat.
P n = a + b (n) (2.9)
Keterangan:
Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke-n
n = Beda tahun yang dihitung terhadap tahun awal
a dan b = konstanta
( ∑ P ) ( ∑ t 2) - ( ∑ t )( ∑ P . t ) n ( ∑ P . t ) −( ∑ t )( ∑ P )
a= 2 , b= 2 (2.10)
n (∑ t ) - (∑ t ) n (∑ t ) - (∑ t )
2 2

t = Nomor tahun
n = Banyak data

Berdasarkan ketiga metode tersebut, perlu dilakukan suatu uji nilai standar deviasi dan
koefisien korelasi (r) untuk setiap metode. Metode dengan perhitungan standar deviasi paling
rendah dan koefisien korelasi mendekati 1, digunakan sebagai metode proyeksi jumlah
penduduk.

√ √
n n
n

∑ ( Yi - Ymean )2 dan r = ∑ ( Yi - Ymean )2−∑ ( Y −Yi )2


i=1
i=1 i=1
(2.11)
n
SD=
n ∑ ( Yi - Ymean ) 2

i=1

Keterangan:
SD = Standar deviasi
r = Koefisien korelasi
Y = Jumlah penduduk pada satu tahun tertentu
Ymean = Rata-rata dari jumlah penduduk pada satu periode waktu tertentu
Yi = Hasil perhitungan jumlah penduduk pada satu tahun tertentu

2.4. Sistem Jaringan Perpipaan


Menurut BPSDM PU dalam Modul Bimtek Perencanaan Jaringan (2018), sistem jaringan
perpipaan dapat dibagi menjadi jaringan pipa transmisi dan jaringan pipa distribusi. Masing-
masing sistem jaringan memiliki fungsi, jenis dan bentuk jaringan yang berbeda-beda.

2.4.1. Jaringan Pipa Transmisi/Saluran Transmisi


Saluran transmisi memiliki fungsi untuk menyalurkan air baku dari bangunan pengambil air
baku menuju unit produksi atau menyalurkan air hasil pengolahan unit produksi ke reservoir.
Saluran transmisi dibagi menjadi dua jenis aliran, yakni:
1. Saluran Transmisi untuk Aliran Bebas/Tidak Bertekanan
Saluran ini terdiri dari :
a) Open Canals
Saluran transmisi ini terbuat dari beton bertulang. Bentuk potongan melingtang
saluran open canal adalah trapezium.
b) Aquaduct
Open Canal yang disanggah oleh jembatan untuk membawa aliran air yang tidak
bertekanan melewati medan lembah/jurang (elevasi tinggi ke elevasi rendah).
c) Tunnels
Tunnel merupakan saluran air yang berbentuk canal namun tertutup. Jenis saluran
air ini digunakan apabila saluran open canal harus melewati bukit.

2. Saluran Transmisi untuk Aliran Bertekanan


Saluran transmisi untuk aliran bertekanan pada umumnya menggunakan pipa sebagai
saluran pipa transmisi. Saluran transmisi untuk aliran yang bertekanan dapat
menyalurkan air melalui jalur yang elevasinya berubah sesuai dengan muka tanah yang
dilewati. Pipa transmisi pada aliran bertekanan tinggi dipengaruhi oleh titik tertinggi dan
titik terendah pada sistem jaringan pipa. Pada titik tertinggi, diperlukan pemasangan
katup Pelepas udara (air release valve) yang berfungsi melepaskan udara yang
terperangkap di dalam pipa untuk mencegah penyumbatan serta memasukkan udara ke
dalam pipa untuk mempercepat aliran air saat proses pengurasan. Sedangkan pada titik
terendah pipa, diperlukan pemasangan katup penguras (drain valve) untuk
menghilangkan kotoran yang terkumpul akibat terbawa aliran air (BPSDM PU, 2018).
Jaringan pipa transmisi dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yakni:
a) Jaringan Pipa Transmisi Air Baku
Jaringan ini berfungsi mengalirkan air yang diperoleh dari sumber air baku menuju
bagian Instalasi Pengolahan Air (IPA).
b) Jaringan Pipa Transmisi Air Bersih/Air Minum
Jaringan ini berfungsi mengalirkan air bersih/air minum atau air hasil pengolahan
IPA menuju ke reservoir penampungan hasil pengolahan air atau mengalirkan air
dari reservoir induk menuju reservoir pembagi sebelum didistribusikan (BPSDM
PU, 2018).
Perencanaan perpipaan jaringan transmisi memerlukan beberapa data yang harus disiapkan
terlebih dahulu, seperti pemetaan wilayah pelayanan yang berisi informasi jalur jalan, jenis
pemanfaatan lahan (perumahan, perkantoran, pasar dan lainnya) serta jarak antar lokasi dan
kontur tanah wilayah, pendataan kebutuhan air pada masing-masing wilayah pelayanan
(domestik dan non-domestik), jenis pipa yang digunakan dan perhitungan kebutuhan
kapasitas pelayanan (BPSDM PU, 2018).

2.4.2. Jaringan Pipa Distribusi


Jaringan pipa distribusi memiliki fungsi untuk mengalirkan air dari unit produksi atau unit
reservoir menuju ke pelanggan (perumahan, perkantoran, fasilitas umum dan lainnya). Pipa
yang digunakan pada jaringan distribusi ini adalah pipa aliran yang bertekanan, dengan
sepanjang daerah perpipaan dihubungkan dengan sambungan pelanggan. Beberapa jenis
sambungan dapat berupa Sambungan Rumah (SR), Sambungan Hidran Umum (HU) ataupun
sambungan lainnya yang digunakan untuk pelanggan pada usaha komersial. Jalur pipa
distribusi biasanya ditanam mengikuti jalur jalan yang sudah tersedia.

Sistem jaringan distribusi air bersih/air minum dibagi dalam beberapa jenis. Jenis jaringan
yang umum digunakan adalah sistem cabang (branch) dan sistem melingkar (loop) (BPSDM
PU, 2018).
1. Sistem Cabang (Branch System)
Sistem cabang adalah sistem jaringan perpipaan terbuka. Daerah pedesaan atau daerah
dengan wilayah pelayanan yang tidak terlalu luas biasanya menggunakan sistem ini.
Perhitungan hidrolis pada sistem branched cukup sederhana dikarenakan setiap jalur pipa
dihitung secara terpisah. Sistem cabang memiliki beberapa keuntungan seperti, jaringan
distribusi yang relatif sederhana dalam perhitungan dimensi pipa yang digunakan,
pemasangan pipa yang lebih mudah, penggunaan pipa yang lebih sedikit dikarenakan pipa
distribusi hanya dipasang pada daerah dengan jumlah penduduk paling padat serta
memiliki tekanan air bersih yang relatif lebih tinggi. Sedangkan kelemahan dari sistem
cabang antara lain adalah, terdapat kemungkinan adanya timbunan kotoan dan
pengendapan pada ujung pipa, adanya gangguan pada seluruh distribusi apabila terjadi
kerusakan, tekanan menjadi tidak mencukupi apabila ada pemasangan sambungan baru
serta keseimbangan pengaliran air yang kurang terjamin (tekanan kritis pada bagian pipa
paling jaun dari unit produksi) (BPSDM PU, 2018).

2. Sistem Melingkar (Loop System)


Jaringan perpipaan distribusi sistem melingkar pada umumnya digunakan di wilayah
perkotaan dengan wilayah pelayanan yang sangat luas. Disebut sebagai sistem melingkar
dikarenakan jaringan pipa induk pada sistem ini saling berhubungan satu dengan lainnya
membentuk lingkaran-lingkaran (tidak ada titik mati/buntu pada pipa induk). Sistem loop
atau sistem tertutup memiliki perhitungan hidrolis yang lebih sulit dibandingkan dengan
sistem branched. Hal ini dikarenakan perlu adanya kesetimbangan aliran pada masing-
masing jalur pipa pada sistem loop. Sistem loop sangat cocok untuk diterapkan pada
daerah dengan jaringan jalan yang saling berhubungan, daerah dengan perkembangan kota
yang cenderung ke segala arah dan daerah yang memiliki keadaan topografi datar.
Keuntungan dari sistem melingkar, adalah dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya
timbunan kotoran atau pengendapan, distribusi aliran merata serta distribusi aliran air pada
bagian lain tidak akan terganggu apabila terdapat kerusakan. Sedangkan kelemahan dalam
sistem melingkar antara lain memiliki sistem perpipaan dan perhitungan yang rumit,
kompleks, memerlukan banyak perlengkapan pipa serta memiliki tekanan air yang relatif
rendah dan fluktuatif (BPSDM PU, 2018).

2.4.3. Jenis-jenis Pipa


Pemilihan jenis pipa untuk sistem penyediaan air minum dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti daya tahan pipa terhadap gaya luar dan gaya dalam, karakteristik tanah (keasaman dan
korositas), standar panjang pipa, diameter pipa (kapasitas aliran) serta upaya pelaksanaan
(biaya, pemasangan dan lainnya). Beberapa jenis pipa yang biasanya digunakan sebagai pipa
transmisi dan distribusi air baku antara lain:
1. Besi Tuang (Cast Iron)
Merupakan jenis pipa yang paling tahan lama digunakan. Pipa ini umumnya sudah
dilapisi dengan lapisan anti karat untuk perlindungan tambahan. Berukuran panjang 4
– 6 meter dengan perkiraan usia pipa mencapai 100 tahun. Pipa besi tuang memiliki
harga yang cukup murah, mudah untuk didapatkan dan diaplikasikan serta tahan
korosi. Tetapi konstruksi pipa cenderung keras dan mudah pecah serta berat pipa
dapat mempengaruhi biaya pengangkutan ke lokasi pembangunan.
2. Besi Galvanis (Galvanized Iron Pipe)
Merupakan jenis pipa besi yang dilapisi seng. Memiliki perkiraan usia relatif pendek
dan berkisar antara 7 – 10 tahun. Pipa galvanis mampu menahan uji tekan air yang
cukup besar (50 bar), tidak mudah mengalami kebocoran, memiliki harga terjangkau
serta berat yang relatif ringan sehingga memudahkan proses pengangkutan dan
penyambungan. Kelemahan dari pipa ini adalah mudah mengalami korosi.
3. Pipa Plastik (Poly Vinyl Chloride)
Merupakan pipa yang paling sering digunakan dalam proyek-proyek jaringan
distribusi air bersih. Memiliki panjang pipa 4 – 6 meter dengan diameter bervariasi.
Perkiraan usia pipa dapat mencapai 75 tahun, mudah didapatkan dengan harga
terjangkau, memiliki ketahanan terhadap korosi serta mudah dalam pengangkutan dan
pemasangan. Kelemahan dari pipa ini adalah koefisien muai yang cukup besar yang
mengakibatkan pipa tidak tahan terhadap suhu tinggi.
4. Pipa Baja (Steelpipe)
Merupakan pipa yang terbuat dari baja lunak dengan berbagai variasi bentuk dan
ukuran. Perkiraan usia pipa ini dapat mencapai 40 tahun. Kelemahan dari pipa baja
adalah tidak tahan karat, massa pipa yang berat sehingga membutuhkan biaya
pengangkutan serta sulit untuk disambungkan akibat ukuran pupa yang besar.
5. Pipa HDPE (High Density Polyethylene)
Merupakan pipa dengan bahan baku plastic yang berkualitas tinggi. Memiliki
perkiraan usia 50 – 100 tahun pada kondisi suhu normal. Memiliki kekasaran 1/8 dari
pipa besi serta tahan korosi dan larutan kimia. Memiliki kemampuan untuk
dilengkungkan serta dapat disambungkan dengan cara pemanasan untuk membentuk
sambungan yang kuat.
2.5. Analisa Hidrolika pada Perpipaan
Aliran dalam pipa yang bertekanan adalah aliran yang menunjukkan kondisi seluruh tampang
pipa dipenuhi air. Apabila air mengalir dalam pipa tetapi terdapat permukaan air bebas dalam
pipa, maka aliran tersebut tidak termasuk dalam definisi aliran dalam pipa. Analisis hidrolika
dalam perencanaan sistem penyediaan air diperlukan untuk menentukan dimensi bangunan
dan fasilitas yang akan direncanakan.

2.5.1. Persamaan Dasar dalam Aliran Pipa


Jumlah aliran yang mengalir melalui lintang aliran dalam tiap satuan waktu disebut debit
aliran. Debit aliran dapat dirumuskan sebagai berikut
Q=A ×V (m2 × m/det = m3/det) (2.12)
1. Persamaan Kontinuitas
Pada suatu aliran yang tidak memiliki titik kebocoran, setiap penampang akan
memiliki debit yang sama pada masing-masing potongannya.
V1 × A1 = V2 × A2 (2.13)
Q=A×V

Gambar 2. 1 Saluran Pipa dengan Diameter Berbeda

Persamaan kontinuitas menunjukkan bahwa debit aliran yang menuju titik cabang
harus sama dengan debit yang meninggalkan titik tersebut. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa
V1 × A1 = V2 × A2 + V3 × A3 (2.14)
Q1 = Q2 + Q3 (2.15)
Gambar 2. 2 Pipa Bercabang

2. Persamaan Bernoulli
Persamaan Bernoulli menyatakan bahwa jumlah tinggi tempat, tinggi tekanan dan
tinggi kecepatan pada setiap titik pada aliran air selalu konstan. Persamaan Bernoulli
secara umum dapat ditulis sebagai berikut
2 2
P V P V
+Z+ = +Z+ + he (2.16)
γ 2g γ 2g
Keterangan:
P = Tekanan
Z = Tinggi dantum
V = Kecepatan rata-rata aliran dalam pipa
g = Percepatan gravitasi bumi
he = Kehilangan energi tenaga
γ = Berat per unit volume

Gambar 2. 3 Garis Energi dan Garis Tekanan

2.5.2. Tekanan dan Kecepatan Aliran


Pemakaian air akan semakin sulit apabila tekanan air berkurang atau terlalu kecil. Sedangkan
tekanan air yang berlebihan atau terlalu besar dapat mengakibatkan rusaknya peralatan
perpipaan dan menambah kemungkinan terjadinya pukulan air. Besar tekanan air yang cukup
pada suatu daerah bergantung pada persyaratan pemakai atau alat yang diperlukan. Kecepatan
air yang terlalu tinggi akan menambah kemungkinan terjadinya pukulan air, menghasilkan
suara berisik yang mengganggu serta menyebabkan permukaan dalam pipa menjadi habis.

2.5.3. Kehilangan Energi Utama (Mayor Losses)


Kehilangan energi utama dapat diakibatkan oleh gesekan aliran air dengan dinding pipa.
Kehilangan energi oleh gesekan disebabkan akibat kekentalan/viskositas dari cairan/fluida,
sedangkan dinding pipa bersifat tidak licin sempurna. Apabila dinding licin sempurna maka
kehilangan energi menjadi tidak ada karena diameter kekasaran dindin sama dengan 0.

Beberapa persamaan dapat digunakan dalam menghitung nilai kehilangan energi utama.
Persamaan Darcy-Weisbach dapat digunakan pada aliran fluida secara umum. Sedangkan
untuk aliran dengan viskositas yang relative tidak banyak berubah, dapat menggunakan
persamaan Hazen-William.

1. Persamaan Darcy-Weisbach
L Q2
hf = 8f atau (2.17)
DS π 2 g
2
L V
hf = f (2.18)
D 2g
Keterangan:
hf = Kehilangan energi atau tekanan mayor
Q = Debit air dalam pipa (m3/det)
f = Koefisien gesek
L = Panjang pipa (m)
D = Diameter pipa (m)
g = Percepatan gravitasi bumi (m/s2)
2. Persamaan Hazen-William
Q = CU . CHW . d 2,63 s 0,54 (2.19)
Nilai Cu = 0,2785, maka
263 0,54
Q = 0,2785 . C HW . d s (2.20)
Keterangan:
CHW = Koefisien Hazen-William
s = Kemiringan/slope garis tenaga
d = Diameter pipa
Q = Debit aliran
L = Panjang pipa
hf
Diketahui persamaan s= , maka
L

( )
1,85
Q
hf = L (2.21)
0,2785 . CHW . d2,63

2.5.4. Kehilangan Energi Sekunder (Minor Losses)


Kehilangan energi sekunder diakibatkan oleh turbulensi ketika air kehilangan energi saat
berbelok. Selain itu, kehilangan energi ini juga dapat terjadi ketika air harus melalui
penyempitan dan pembesaran secara tiba-tiba, hal ini termasuk ke dalam kondisi apabila air
harus melalui katup. Meskipun disebut sebagai kehilangan energi sekunder/minor losses,
akan tetapi nilai kehilangan ini mungkin saja jauh lebih besar apabila dibandingkan dengan
kehilangan energi akibat gesekan dengan dinding pipa.
2
V
hf = k (2.22)
2g

atau
2
Q
hf = k (2.23)
2 A2 g
Keterangan:
k = Koefisien kehilangan minor
V = Kecepatan aliran
g = Percepatan gravitasi bumi
Nilai koefisien k sangat bergantung pada bentuk belokan, penyempitan, bentuk katup dan hal
lainnya yang dapat mengakibatkan kehilangan energi sekunder. Nilai k biasanya berkisar
antara 0 – 1 kecuali untuk kehilangan energi yang diakibatkan oleh katup. Nilai k
mencerminkan fungsi dari bahan, kekasaran pembuatan fitting, usia fitting dan faktor
manusia. Berikut adalah beberapa nilai k menurut Weisbach
1. Nilai koefisien k untuk belokan patah
2 θ 4θ
k = 0,946 sin +2,047 sin (2.24)
2 2
Keterangan:
Ɵ = Sudut belokan
k = Koefisien kehilangan energi
2. Nilai koefisien k untuk belokan lengkung

[ ( ) ]( )
3,5 0,5
D θ
k = 0,131+1,847 (2.25)
2R 90
Keterangan:
D = Diameter dalam pipa
R = Jari-jari lengkung belokan

2.6. Aplikasi WaterNet


WaterNet merupakan sebuah program yang dirancang untuk melakukan simulasi aliran air
atau fluida lainnya yang tidak berbentuk gas dalam perpipaan. Simulasi aliran ini dapat
dilakukan pada jaringan tertutup (loop) ataupun jaringan terbuka. Sistem pengaliran atau
distribusi fluida yang digunakan juga tersedia dalam sistem gravitasi, perpompaan serta
kombinasi. (Syahputra, B. 2020). Beberapa kegunaan serta fasilitas dari WaterNet dalam
simulasi jaringan pipa secara garis besar adalah sebagai berikut.
1. Menghitung debit dan tekanan di seluruh jaringan pipa pada setiap node yang
merupakan titik dengan elevasi tidak berubah dengan instalasi reservoir, pompa,
katup dan tangki.
2. Menghitung demand atau air yang dapat diambil pada sebuah node apabila tekanan
pada node tersebut telah ditentukan.
3. Fasilitas pompa dengan persamaan Q – H yang mengikuti persamaan daya
tetap/konstan. Fasilitas pompa ini juga dilengkapi dengan fitur pompa bekerja dan
pompa mati. Selain itu, pompa juga dapat diatur secara otomatis untuk mati apabila
tangki telah penuh dan kembali bekerja apabila tangki sudah kosong.
4. Fasilitas default untuk memudahkan pengguna dalam memasukkan data. Data default
dapat ditemukan dalam pengaturan setiap pipa, pompa, node yang digunakan.
5. Fasilitas editing dalam bentuk grafik interaktif yang memudahkan pengguna dalam
merencanakan jaringan pipa. Fasilitas ini meliputi penggambaran dan penentuan pipa,
termasuk arah serta sambungan antara satu pipa dengan pipa lainnya dalam jaringan.
Serta beberapa fitur lainnya yang berguna dalam perencanaan jaringan perpipaan.

2.6.1. Pembuatan File Baru


Pembuatan file baru dimulai pada menu utama. Tekan perintah new file. Pengguna kemudian
mengisi nama proyek dan nama perencana dalam tampilan jendela persiapan data default.
Setelah itu pilih cara penggambaran pipa yaitu penggambaran secara skematik dan
penggambaran secara skala. Panjang pipa default, diameter pipa default kemudian diisi sesuai
dengan estimasi dimensi pipa dari persamaan yang digunakan. Persamaaan friksi yang dipilih
adalah persamaan dari Darcy-Weisbach dan jenis kekasaran yang dimaksudkan sesuai dengan
tipe pipa yang digunakan. Setelah semua tampilan pada jendela persiapkan data default diisi,
kemudian tekan perintah OK.

2.6.2. Desain Jaringan Perpipaan


Desain jaringan perpipaan dimulai dengan menekan gambar pipa yang berada pada bagian
perintah. Setelah icon kursor berubah menjadi pensil, desain siap untuk dimulai. Klik kiri
pada mouse kemudian drag (tarik sambal tetap menekan mouse) untuk menggambar pipa
dengan panjang sesuai keinginan. Lepaskan mouse dan pipa akan tergambar pada bidang
gambar. Lakukan proses tersebut sampai terbentuk jaringan pipa (dengan menghubungkan
satu pipa dengan pipa lainnya). Apabila, ingin menambahkan reservoir atau bangunan
penunjang lainnya, pilih pada bagian perintah, kemudian letakkan bangunan penunjang pada
tempat yang diinginkan dalam jaringan perpipaan.

2.6.3. Proses Running Jaringan Perpipaan


Ketika jaringan yang sudah digambarkan siap untuk disimulasikan (running), klik tombol GO
dan jendela informasi variabel yang digunakan dalam simulasi akan muncul. Klik GO pada
jendela variabel tersebut. Hasil running akan muncul pada jendela Report. Pada sebelah
kanan atas ada lingkaran berwarna hijau yang menunjukkan bahwa simulasi sukses dan
jaringan tidak mempunyai masalah. Pada jendela report ada tiga combo box yang
menunjukkan status hasil running. Klik EXIT dan akan muncul jaringan yang telah
dilengkapi dengan arah aliran. Jika hasil simulasi bertulisakan stop or aborted berarti harus
dilakukan simulasi ulang, program ini akan menunjukan kejanggalan yang akan muncul
akibat perhitungan yang kurang tepat (lihat kotak yang dilingkar merah).
BAB III
ANALISIS KEBUTUHAN AIR DAN BANGUNAN PENUNJANG

3.1. Rencana Daerah Pelayanan


Rencana daerah pelayanan untuk masing-masing reservoir distribusi direncanakan dengan
jaringan distribusi type II dengan rincian daerah pelayanan sebagai berikut:
 Reservoir I melayani Desa A, Desa B dan Desa C
 Reservoir II melayani Desa D, Desa E dan Desa F
Sedangkan untuk tingkat pelayanan direncanakan untuk 20 tahun ke depan dengan rincian:
 5 tahun pertama (2022-2026) dengan tingkat pelayanan sebesar 70%
 5 tahun kedua (2027-2031) dengan tingkat pelayanan sebesar 80%
 5 tahun ketiga (2032-2036) dengan tingkat pelayanan sebesar 90%
 5 tahun keempat (2037-2042) dengan tingkat pelayanan sebesar 100%

3.2. Data Perencanaan


 Potensi Sumber Air = 335 l/dpl
 Sumber Air = Mata Air
 Wilayah Pelayanan = 6 Daerah type II
 Unit Air Baku = Sumber Mata Air
 Unit Produksi = Reservoir I dan II
 Pipa Transmisi = PN 10 – PN 12
 Pipa Distribusi = PN (6 – 8)
 Sistem Pengaliran dari Mata Air ke Rsv. Transmisi = Pompa
 Sistem Pengaliran dari Rsv. Transmisi – R. Distribusi = Gravitasi
 Sistem Pengaliran Distribusi = Gravitasi
 Bangunan Penunjang = BPT/PRV, Acc Pipa
 Konsumsi Air Rumah Tangga = 125 L/org/hari
 Periode Perencanaan = 20 tahun

Jumlah Penduduk (Jiwa)


Wilayah
2017 2018 2019 2020 2021
Desa A 2120 2320 2560 2758 2920
Desa B 1638 1733 1745 1790 1815
Desa C 1729 1819 1855 2032 2218
Desa D 1838 1933 1945 2090 2115
Desa E 2220 2320 2460 2558 2620
Desa F 1638 1722 1769 1822 1908
Tabel 3. 1 Data Jumlah Penduduk

3.3. Proyeksi Jumlah Penduduk


Jumlah penduduk pada tahun perencanaan dapat diprediksi berdasarkan angka pertumbuhan
pada masa yang lalu. Dalam perencanaan ini, prediksi jumlah penduduk dapat dihitung
berdasarkan jumlah penduduk dari tahun 2017 sampai tahun 2021. Terdapat beberapa metode
untuk menentukan proyeksi jumlah penduduk, seperti Metode Aritmatik, Metode Geometrik
dan Metode Least Square. Metode dengan nilai standar deviasi (nilai penyimpangan) terkecil
dipilih sebagai proyeksi jumlah penduduk.

3.3.1. Menentukan Metode Perhitungan


A. Desa A
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Wilayah
2017 2018 2019 2020 2021
Desa A 2120 2320 2560 2758 2920
Tabel 3. 2 Data Jumlah Penduduk Desa A (2017-2021)

Jumlah Penduduk Pertumbuhan Pertumbuhan Penduduk


Tahun
(Jiwa) Jiwa (%)
2017 2120 - -
2018 2320 200 9,433%
2019 2560 240 10,344%
2020 2758 198 7,734%
2021 2920 162 5,873%
Jumlah 800 33,39%
Rata-rata 200 8,35%
Tabel 3. 3 Data Statistik Jumlah Penduduk Desa A (2017-2021)

Metode Aritmatik
Pn = Po + Ka. (n)
Po = Pn – Ka. (n)
Diketahui:
Pn = P21 = 2920 jiwa
Ka = 200 jiwa
Sehingga:
P17 = 2920 – 200(4) = 2120
P18 = 2920 – 200(3) = 2320
P19 = 2920 – 200(2) = 2520
P20 = 2920 – 200(1) = 2720
P21 = 2920 – 200(0) = 2920
Tahun (Tn – To) Pn Ka Po
2017 4 2120
2018 3 2320
2019 2 2920 200 2520
2020 1 2720
2021 0 2920
Tabel 3. 4 Jumlah Penduduk Desa A dengan Metode Aritmatik

Metode Geometrik
Pn = Po (1+r)n
Po = Pn/(1+r)n
Diketahui:
Pn = P21 = 2920
r = 8,346% = 0,08364
Maka:
P17 = 2920/ (1+0,08364)4 = 2117
P18 = 2920/ (1+0,08364)3 = 2294
P19 = 2920/ (1+0,08364)2 = 2486
P20 = 2920/ (1+0,08364)1 = 2694
P21 = 2920/ (1+0,08364)0 = 2920
Tahun n Po r Pn
2017 4 2920 0,08364 2119
2018 3 2920 2296
2019 2 2920 2487
2020 1 2920 2695
2021 0 2920 2920
Jumlah 14600 12517
Tabel 3. 5 Jumlah Penduduk Desa A dengan Metode Geometrik

Metode Least Square


P n = a + b (n)

( ∑ P ) ( ∑ t 2) - ( ∑ t )( ∑ P . t ) ( 12678 ) ( 55 )−(15)(40072)
a= 2
= 2
=1924
n (∑ t ) - (∑ t ) 5 ( 55 ) − ( 15 )
2

n ( ∑ P . t ) −( ∑ t )( ∑ P ) 5 ( 40072 )−(15)(12678)
b= 2
= 2
=204
n ( ∑ t 2) - ( ∑ t ) 5 (55 )−( 15 )

Jumlah
Tahun ke – Jumlah
Tahun Penduduk P. t t2
(t) Penduduk
(P)
2017 2120 1 2120 1 1924
2018 2320 2 4640 4 2128
2019 2560 3 7680 9 2332
2020 2758 4 11032 16 2536
2021 2920 5 14600 25 2739
Jumlah 12678 15 40072 55 11659
Tabel 3. 6 Jumlah Penduduk Desa A dengan Metode Least Square

Hasil Perhitungan 3 Metode


Jumlah Hasil Perhitungan
Tahun
Penduduk Aritmatika Geometrik Least Square
2017 2120 2120 2119 1924
2018 2320 2320 2296 2128
2019 2560 2520 2487 2332
2020 2758 2720 2695 2536
2021 2920 2920 2920 2739
Jumlah 12678 12600 12517 11659
Tabel 3. 7 Hasil Perhitungan Penduduk Desa A Berdasarkan Perhitungan 3 Metode

Perhitungan Standar Deviasi dan Koefisien Korelasi

√ √
n n
n

∑ ( Yi - Ymean )2 dan r = ∑ ( Yi - Ymean )2−∑ ( Y −Yi )2


i=1 i=1
i=1 n
SD=
n ∑ ( Yi - Ymean )2
i=1

Hasil
Jumlah
Tahun Perhitungan (Yi – (Y –
Tahun Penduduk (Y – Yi)2
ke- Aritmatika Ymean)2 Ymean)2
(Y)
(Yi)
2017 1 2120 2120 173506 173506 0
2018 2 2320 2320 46656 46656 0
2019 3 2560 2520 576 576 1600
2020 4 2758 2720 33856 33856 1444
2021 5 2920 2920 147456 147456 0
Jumlah 15 12678 12600 402049 402049 3044
Ymean - 2536 - - - -
Standar Deviasi - - 283,57 - -
Koefisien Korelasi - - - - 0,996
Tabel 3. 8 SD dan Koefisien Korelasi Desa A Metode Aritmatika

Hasil
Jumlah
Tahun Perhitungan (Yi – (Y –
Tahun Penduduk (Y – Yi)2
ke- Geometrik Ymean)2 Ymean)2
(Y)
(Yi)
2017 1 2120 2119 173889 173056 1
2018 2 2320 2296 57600 46656 576
2019 3 2560 2487 2401 576 5329
2020 4 2758 2695 25281 49284 3969
2021 5 2920 2920 147456 147456 0
Jumlah 15 12678 12517 406627 417028
Ymean - 2536 - - - -
Standar Deviasi - - 285,17 - -
Koefisien Korelasi - - - - 0,988
Tabel 3. 9 SD dan Koefisien Korelasi Desa A Metode Geometrik

Hasil
Jumlah
Tahun Perhitungan (Yi – (Y –
Tahun Penduduk (Y – Yi)2
ke- Least Ymean)2 Ymean)2
(Y)
Square (Yi)
2017 1 2120 1924 374544 173056 38416
2018 2 2320 2128 166464 46656 36864
2019 3 2560 2332 41616 576 51984
2020 4 2758 2536 0 48284 49284
2021 5 2920 2739 41209 147456 32761
Jumlah 15 12678 11659 623833 416028 209309
Ymean - 2536 - - - -
Standar Deviasi - - 352,93 - -
Koefisien Korelasi - - - - 0,814
Tabel 3. 10 SD dan Koefisien Korelasi Desa A Metode Least Square

Berdasarkan perhitungan proyeksi penduduk Desa A, didapatkan nilai Standar Deviasi


terkecil dan Koefisien Korelasi terkecil adalah dengan metode aritmatika. Sehingga
perhitungan proyeksi penduduk Desa A untuk 20 tahun ke depan, menggunakan metode
aritmatika.

B. Desa B
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Wilayah
2017 2018 2019 2020 2021
Desa B 1638 1733 1745 1790 1815
Tabel 3. 11 Data Jumlah Penduduk Desa B (2017-2021)

Jumlah Penduduk Pertumbuhan Pertumbuhan Penduduk


Tahun
(Jiwa) Jiwa (%)
2017 1638 - -
2018 1733 95 5,80%
2019 1745 12 0,69%
2020 1790 45 2,58%
2021 1815 25 1,40%
Jumlah 177 10,47%
Rata-rata 44,3 2,62%
Tabel 3. 12 Data Statistik Jumlah Penduduk Desa B (2017-2021)

Metode Aritmatik
Pn = Po + Ka. (n)
Po = Pn – Ka. (n)
Diketahui:
PO = P17 = 1638 jiwa
Ka = 44 jiwa
Sehingga:
P17 = 1638 + 44(0) = 1638
P18 = 1638 + 44(1) = 1682
P19 = 1638 + 44(2) = 1727
P20 = 1638 + 44(3) = 1771
P21 = 1638 + 44(4) = 1815
Tahun (Tn – To) Po Ka Pn
2017 0 1638
2018 1 1682
2019 2 1638 44 1727
2020 3 1771
2021 4 1815
Tabel 3. 13 Jumlah Penduduk Desa B dengan Metode Aritmatik

Metode Geometrik
Pn = Po (1+r)n
Po = Pn/(1+r)n
Diketahui:
Po = P17 = 1638
r = 2,62% = 0,0262
Maka:
P17 = 1638 (1+0,08364)0 = 1638
P18 = 1638 (1+0,08364)1 = 1680
P19 = 1638 (1+0,08364)2 = 1724
P20 = 1638 (1+0,08364)3 = 1769
P21 = 1638 (1+0,08364)4 = 1815
Tahun n Po R Pn
2017 0 1638 1637
2018 1 1733 1680
2019 2 1745 0,0262 1724
2020 3 1790 1769
2021 4 1815 1815
Jumlah 8721 8624
Tabel 3. 14 Jumlah Penduduk Desa B dengan Metode Geometrik
Metode Least Square
P n = a + b (n)

( ∑ P ) ( ∑ t 2) - ( ∑ t )( ∑ P . t ) ( 8721 ) ( 55 )−(15)(26574)
a= 2
= 2
=1621
n (∑ t ) - (∑ t ) 5 ( 55 )−( 15 )
2

n ( ∑ P . t ) −( ∑ t )( ∑ P ) 5 ( 26574 ) −(15)(8721)
b= 2
= 2
=41
n ( ∑ t 2) - ( ∑ t ) 5 (55 )−( 15 )

Jumlah
Tahun ke – Jumlah
Tahun Penduduk P. t t2
(t) Penduduk
(P)
2017 1638 1 1638 1 1621
2018 1733 2 3466 4 1662
2019 1745 3 5235 9 1703
2020 1790 4 7160 16 1744
2021 1815 5 9075 25 1785
Jumlah 8721 15 26574 55 8516
Tabel 3. 15 Jumlah Pneduduk Desa B dengan Metode Least Square

Hasil Perhitungan 3 Metode


Jumlah Hasil Perhitungan
Tahun
Penduduk Aritmatika Geometrik Least Square
2017 1638 1638 1637 1621
2018 1733 1682 1680 1662
2019 1745 1727 1724 1703
2020 1790 1771 1769 1744
2021 1815 1815 1815 1785
Jumlah 8721 8633 8624 8516
Tabel 3. 16 Hasil Perhitungan Penduduk Desa B Berdasarkan Perhitungan 3 Metode

Perhitungan Standar Deviasi dan Koefisien Korelasi

√ √
n n
n
∑ ( Yi - Ymean )2−∑ ( Y −Yi )2
∑ ( Yi - Ymean )2 dan r = i=1 i=1
i=1 n
SD=
n ∑ ( Yi - Ymean )2
i=1

Tahun Tahun Jumlah Hasil (Yi – (Y – (Y – Yi)2


Perhitungan
Penduduk
ke- Aritmatika Ymean)2 Ymean)2
(Y)
(Yi)
2017 1 1638 1638 11236 11236 0
2018 2 1733 1682 3844 121 2601
2019 3 1745 1727 289 1 324
2020 4 1790 1771 729 2116 361
2021 5 1815 1815 5041 5041 0
Jumlah 15 8721 8633 21139 18515 3286
Ymean - 1744 - - - -
Standar Deviasi - - 65,02 - -
Koefisien Korelasi - - - - 0,918
Tabel 3. 17 SD dan Koefisien Korelasi Desa B Metode Aritmatika

Hasil
Jumlah
Tahun Perhitungan (Yi – (Y –
Tahun Penduduk (Y – Yi)2
ke- Geometrik Ymean)2 Ymean)2
(Y)
(Yi)
2017 1 1638 1637 11530 11278 1
2018 2 1733 1680 4166 125 2846
2019 3 1745 1724 424 1 458
2020 4 1790 1769 601 2098 453
2021 5 1815 1815 5013 5013 0
Jumlah 15 8721 8624 21734 18515 3758
Ymean - 1744 - - - -
Standar Deviasi - - 66 - -
Koefisien Korelasi - - - - 0,91
Tabel 3. 18 SD dan Koefisien Korelasi Desa B Metode Geometrik

Hasil
Jumlah
Tahun Perhitunga (Yi – (Y –
Tahun Penduduk (Y – Yi)2
ke- n Least Ymean)2 Ymean)2
(Y)
Square (Yi)
2017 1 1638 1621 15203 11278 292
2018 2 1733 1662 6757 125 5041
2019 3 1745 1703 1689 1 1756
2020 4 1790 1744 0 2098 2098
2021 5 1815 1785 1689 5013 882
Jumlah 15 8721 8516 25338 18515 10069
Ymean - 1744 - - - -
Standar Deviasi - - 71 - -
Koefisien Korelasi - - - - 0,78
Tabel 3. 19 SD dan Koefisien Korelasi Desa B Metode Least Square

Berdasarkan perhitungan proyeksi penduduk Desa B, didapatkan nilai Standar Deviasi


terkecil dan Koefisien Korelasi terkecil adalah dengan metode aritmatika. Sehingga
perhitungan proyeksi penduduk Desa B untuk 20 tahun ke depan, menggunakan metode
aritmatika.
C. Desa C
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Wilayah
2017 2018 2019 2020 2021
Desa C 1729 1819 1855 2032 2218
Tabel 3. 20 Data Jumlah Penduduk Desa C (2017-2021)

Jumlah Penduduk Pertumbuhan Pertumbuhan Penduduk


Tahun
(Jiwa) Jiwa (%)
2017 1729 - -
2018 1819 90 5,21%
2019 1855 36 1,98%
2020 2032 177 9,54%
2021 2218 186 9,15%
Jumlah 489 25,88%
Rata-rata 122 6,47%
Tabel 3. 21 Data Statistik Jumlah Penduduk Desa C (2017-2021)

Metode Aritmatik
Pn = Po + Ka. (n)
Po = Pn – Ka. (n)
Diketahui:
PO = P17 = 1729 jiwa
Ka = 122 jiwa
Sehingga:
P17 = 1729 + 122(0) = 1729
P18 = 1729 + 122(1) = 1851
P19 = 1729 + 122(2) = 1974
P20 = 1729 + 122(3) = 2096
P21 = 1729 + 122(4) = 2218
Tahun (Tn – To) Po Ka Pn
2017 0 1729 122 1729
2018 1 1851
2019 2 1974
2020 3 2096
2021 4 2218
Tabel 3. 22 Jumlah Penduduk Desa C dengan Metode Aritmatik

Metode Geometrik
Pn = Po (1+r)n
Po = Pn/(1+r)n
Diketahui:
Po = P17 = 1729
r = 6,47% = 0,0647
Maka:
P17 = 1729 (1+0,0647)0 = 1726
P18 = 1729 (1+0,0647)1 = 1838
P19 = 1729 (1+0,0647)2 = 1957
P20 = 1729 (1+0,0647)3 = 2083
P21 = 1729 (1+0,0647)4 = 2218
Tahun N Po R Pn
2017 0 1729 1726
2018 1 1819 1838
2019 2 1855 0,0647 1957
2020 3 2032 2083
2021 4 2218 2218
Jumlah 9653 9822
Tabel 3. 23 Jumlah Penduduk Desa C dengan Metode Geometrik

Metode Least Square


P n = a + b (n)

( ∑ P ) ( ∑ t 2) - ( ∑ t )( ∑ P . t ) ( 9653 )( 55 )−(15)(30150)
a= 2
= 2
=1573
n (∑ t ) - (∑ t ) 5 ( 55 )−( 15 )
2

n ( ∑ P . t ) −( ∑ t )( ∑ P ) 5 ( 30150 )−(15)(9653)
b= 2
= 2
=119
n (∑ t ) - (∑ t )
2
5 (55 )−( 15 )
Jumlah
Tahun ke – Jumlah
Tahun Penduduk P. t t2
(t) Penduduk
(P)
2017 1729 1 1729 1 1573
2018 1819 2 3638 4 1692
2019 1855 3 5565 9 1812
2020 2032 4 8128 16 1931
2021 2218 5 11090 25 2050
Jumlah 9653 15 30150 55 9058
Tabel 3. 24 Jumlah Penduduk Desa C dengan Metode Least Square

Hasil Perhitungan 3 Metode


Jumlah Hasil Perhitungan
Tahun
Penduduk Aritmatika Geometrik Least Square
2017 1729 1729 1726 1573
2018 1819 1851 1838 1692
2019 1855 1974 1957 1812
2020 2032 2096 2083 1931
2021 2218 2218 2218 2050
Jumlah 9653 9868 9822 9058
Tabel 3. 25 Hasil Perhitungan Penduduk Desa C dengan Perhitungan 3 Metode

Perhitungan Standar Deviasi dan Koefisien Korelasi

√ √
n n
n
∑ ( Yi - Ymean )2−∑ ( Y −Yi )2
∑ ( Yi - Ymean )2 dan r = i=1 i=1
i=1 n
SD=
n ∑ ( Yi - Ymean )2
i=1

Hasil
Jumlah Perhitunga
Tahun (Yi – (Y –
Tahun Penduduk n (Y – Yi)2
ke- Ymean)2 Ymean)2
(Y) Aritmatika
(Yi)
2017 1 1729 1729 40643 40643 0
2018 2 1819 1851 6296 12455 1040
2019 3 1855 1974 1840 5715 14042
2020 4 2032 2096 27275 10282 4064
2021 5 2218 2218 82599 82599 0
Jumlah 15 9653 9868 158653 151693 19146
Ymean - 1931 - - - -
Standar Deviasi - - 178 - -
Koefisien Korelasi - - - - 0,94
Tabel 3. 26 SD dan Koefisien Korelasi Desa C Metode Aritmatika

Hasil
Jumlah Perhitunga
Tahun (Yi – (Y –
Tahun Penduduk n (Y – Yi)2
ke- Ymean)2 Ymean)2
(Y) Geometrik
(Yi)
2017 1 1729 1726 41840 40643 9
2018 2 1819 1838 8626 12455 351
2019 3 1855 1957 677 5715 10328
2020 4 2032 2083 23292 10282 2623
2021 5 2218 2218 82599 82599 0
Jumlah 15 9653 9822 157034 151693 13310
Ymean - 1931 - - - -
Standar Deviasi - - 177 - -
Koefisien Korelasi - - - - 0,96
Tabel 3. 27 SD dan Koefisien Korelasi Desa C Metode Geometrik

Hasil
Jumlah
Tahun Perhitunga (Yi – (Y –
Tahun Penduduk (Y – Yi)2
ke- n Least Ymean)2 Ymean)2
(Y)
Square (Yi)
2017 1 1729 1573 127663 40643 24242
2018 2 1819 1692 56739 12455 16028
2019 3 1855 1812 14185 5715 1892
2020 4 2032 1931 0 10282 10282
2021 5 2218 2050 14185 82599 28325
Jumlah 15 9653 9058 212772 151693 80769
Ymean - 1931 - - - -
Standar Deviasi - - 206 - -
Koefisien Korelasi - - - - 0,79
Tabel 3. 28 SD dan Koefisien Korelasi Desa C Metode Least Square

Berdasarkan perhitungan proyeksi penduduk Desa C, didapatkan nilai Standar Deviasi


terkecil dan Koefisien Korelasi terkecil adalah dengan metode geometrik. Sehingga
perhitungan proyeksi penduduk Desa C untuk 20 tahun ke depan, menggunakan metode
geometrik.

D. Desa D
Wilayah Jumlah Penduduk (Jiwa)
2017 2018 2019 2020 2021
Desa D 1838 1933 1945 2090 2115
Tabel 3. 29 Data Jumlah Penduduk Desa D (2017-2021)

Jumlah Penduduk Pertumbuhan Pertumbuhan Penduduk


Tahun
(Jiwa) Jiwa (%)
2017 1838 - -
2018 1933 95 5,17%
2019 1945 12 0,62%
2020 2090 145 7,46%
2021 2115 25 1,20%
Jumlah 277 14,44%
Rata-rata 69 3,61%
Tabel 3. 30 Data Statistik Jumlah Penduduk Desa D (2017-2021)

Metode Aritmatik
Pn = Po + Ka. (n)
Po = Pn – Ka. (n)
Diketahui:
PO = P17 = 1838 jiwa
Ka = 69 jiwa
Sehingga:
P17 = 1838 + 69(0) = 1838
P18 = 1838 + 69(1) = 1907
P19 = 1838 + 69(2) = 1977
P20 = 1838 + 69(3) = 2046
P21 = 1838 + 69(4) = 2115
Tahun (Tn – To) Po Ka Pn
2017 0 1838
2018 1 1907
2019 2 1838 69 1977
2020 3 2046
2021 4 2115
Tabel 3. 31 Jumlah Penduduk Desa D dengan Metode Aritmatika
Metode Geometrik
Pn = Po (1+r)n
Po = Pn/(1+r)n
Diketahui:
Po = P17 = 1838
r = 3,61% = 0,0361
Maka:
P17 = 1838 (1+0,0361)0 = 1835
P18 = 1838 (1+0,0361)1 = 1902
P19 = 1838 (1+0,0361)2 = 1977
P20 = 1838 (1+0,0361)3 = 2046
P21 = 1838 (1+0,0361)4 = 2115
Tahun N Po R Pn
2017 0 1838 1835
2018 1 1933 1902
2019 2 1945 0,0361 1970
2020 3 2090 2041
2021 4 2115 2115
Jumlah 9921 9863
Tabel 3. 32 Jumlah Penduduk Desa D dengan Metode Geometrik

Metode Least Square


P n = a + b (n)

( ∑ P ) ( ∑ t 2) - ( ∑ t )( ∑ P . t ) ( 9921 ) ( 55 )−(15)(30474)
a= 2
= 2
=1771
n (∑ t ) - (∑ t ) 5 ( 55 ) − ( 15 )
2

n ( ∑ P . t ) −( ∑ t )( ∑ P ) 5 ( 30474 ) −(15)(9921)
b= 2
= 2
=71
n ( ∑ t 2) - ( ∑ t ) 5 (55 )−( 15 )

Jumlah
Tahun ke – Jumlah
Tahun Penduduk P. t t2
(t) Penduduk
(P)
2017 1838 1 1838 1 1771
2018 1933 2 3866 4 1842
2019 1945 3 5835 9 1913
2020 2090 4 8360 16 1984
2021 2115 5 10575 25 2055
Jumlah 9921 15 30474 55 9566
Tabel 3. 33 Jumlah Penduduk Desa D dengan Metode Least Square

Hasil Perhitungan 3 Metode


Jumlah Hasil Perhitungan
Tahun
Penduduk Aritmatika Geometrik Least Square
2017 1838 1838 1835 1771
2018 1933 1907 1902 1842
2019 1945 1977 1970 1913
2020 2090 2046 2041 1984
2021 2115 2115 2115 2055
Jumlah 9921 9883 9863 9566
Tabel 3. 34 Hasil Perhitungan Penduduk Desa D dengan Perhitungan 3 Metode

Perhitungan Standar Deviasi dan Koefisien Korelasi

√ √
n n
n
∑ ( Yi - Ymean )2−∑ ( Y −Yi )2
∑ ( Yi - Ymean )2 dan r = i=1 i=1
i=1 n
SD=
n ∑ ( Yi - Ymean )2
i=1

Hasil
Jumlah
Tahun Perhitungan (Yi – (Y –
Tahun Penduduk (Y – Yi)2
ke- Aritmatika Ymean)2 Ymean)2
(Y)
(Yi)
2017 1 1838 1838 21374 21374 0
2018 2 1933 1907 5921 2621 663
2019 3 1945 1977 59 1537 992
2020 4 2090 2046 3788 11194 1958
2021 5 2115 2115 17109 17109 0
Jumlah 15 9921 9883 48252 53835 3613
Ymean - 1984 - - - -
Standar Deviasi - - 98 - -
Koefisien Korelasi - - - - 0,96
Tabel 3. 35 SD dan Koefisien Korelasi Desa D Metode Aritmatika
Hasil
Jumlah
Tahun Perhitungan (Yi – (Y –
Tahun Penduduk (Y – Yi)2
ke- Geometrik Ymean)2 Ymean)2
(Y)
(Yi)
2017 1 1838 1835 22179 21374 7
2018 2 1933 1902 6834 2621 990
2019 3 1945 1970 197 1537 634
2020 4 2090 2041 3261 11194 2371
2021 5 2115 2115 17109 17109 0
Jumlah 15 9921 9863 49579 53835 4003
Ymean - 1984 - - - -
Standar Deviasi - - 100 - -
Koefisien Korelasi - - - - 0,96
Tabel 3. 36 SD dan Koefisien Korelasi Desa D Metode Geometrik

Hasil
Jumlah
Tahun Perhitunga (Yi – (Y –
Tahun Penduduk (Y – Yi)2
ke- n Least Ymean)2 Ymean)2
(Y)
Square (Yi)
2017 1 1838 1771 45497 21374 4502
2018 2 1933 1842 20221 2621 8281
2019 3 1945 1913 5055 1537 1018
2020 4 2090 1984 0 11194 11194
2021 5 2115 2055 5055 17109 3564
Jumlah 15 9921 9566 75828 53835 28559
Ymean - 1984 - - - -
Standar Deviasi - - 123 - -
Koefisien Korelasi - - - - 0,79
Tabel 3. 37 SD dan Koefisien Korelasi Desa D Metode Least Square

Berdasarkan perhitungan proyeksi penduduk Desa D, didapatkan nilai Standar Deviasi


terkecil dan Koefisien Korelasi terkecil adalah dengan metode aritmatika. Sehingga
perhitungan proyeksi penduduk Desa D untuk 20 tahun ke depan, menggunakan metode
aritmatika.

E. Desa E
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Wilayah
2017 2018 2019 2020 2021
Desa E 2220 2320 2460 2558 2620
Tabel 3. 38 Data Jumlah Penduduk Desa E (2017-2021)

Jumlah Penduduk Pertumbuhan Pertumbuhan Penduduk


Tahun
(Jiwa) Jiwa (%)
2017 2220 - -
2018 2320 100 4,50%
2019 2460 140 6,03%
2020 2558 98 3,98%
2021 2620 62 2,42%
Jumlah 400 16,95%
Rata-rata 100 4,24%
Tabel 3. 39 Data Statistik Jumlah Penduduk Desa E (2017-2021)

Metode Aritmatik
Pn = Po + Ka. (n)
Po = Pn – Ka. (n)
Diketahui:
PO = P17 = 2220 jiwa
Ka = 100 jiwa
Sehingga:
P17 = 2220 + 100(0) = 2220
P18 = 2220 + 100(1) = 2320
P19 = 2220 + 100(2) = 2420
P20 = 2220 + 100(3) = 2520
P21 = 2220 + 100(4) = 2620
Tahun (Tn – To) Po Ka Pn
2017 0 2220
2018 1 2320
2019 2 2220 100 2420
2020 3 2520
2021 4 2620
Tabel 3. 40 Jumlah Penduduk Desa E dengan Metode Aritmatika

Metode Geometrik
Pn = Po (1+r)n
Po = Pn/(1+r)n
Diketahui:
Po = P17 = 2220
r = 4,24% = 0,0424
Maka:
P17 = 2220 (1+0,0424)0 = 2219
P18 = 2220 (1+0,0424)1 = 2313
P19 = 2220 (1+0,0424)2 = 2411
P20 = 2220 (1+0,0424)3 = 2514
P21 = 2220 (1+0,0424)4 = 2620
Tahun N Po R Pn
2017 0 2220 2219
2018 1 2320 2313
2019 2 2460 0,0424 2411
2020 3 2558 2514
2021 4 2620 2620
Jumlah 12178 12078
Tabel 3. 41 Jumlah Penduduk Desa E dengan Metode Geometrik

Metode Least Square


P n = a + b (n)

( ∑ P ) ( ∑ t 2) - ( ∑ t )( ∑ P . t ) ( 12178 ) ( 55 )−(15)(37572)
a= 2
= 2
=2124
n (∑ t ) - (∑ t ) 5 ( 55 )−( 15 )
2

n ( ∑ P . t ) −( ∑ t )( ∑ P ) 5 ( 37572 )−(15)(12178)
b= 2
= 2
=103,8
n (∑ t ) - (∑ t )
2
5 ( 55 ) −( 15 )

Jumlah
Tahun ke – Jumlah
Tahun Penduduk P. t t2
(t) Penduduk
(P)
2017 2220 1 2220 1 2124
2018 2320 2 4640 4 2228
2019 2460 3 7380 9 2332
2020 2558 4 10232 16 2436
2021 2620 5 13100 25 2539
Jumlah 12178 15 37572 55 11659
Tabel 3. 42 Jumlah Penduduk Desa E dengan Metode Least Square
Hasil Perhitungan 3 Metode
Jumlah Hasil Perhitungan
Tahun
Penduduk Aritmatika Geometrik Least Square
2017 2220 2220 2219 2124
2018 2320 2320 2323 2228
2019 2460 2420 2411 2332
2020 2558 2520 2514 2436
2021 2620 2620 2620 2539
Jumlah 12178 12100 12078 11659
Tabel 3. 43 Hasil Perhitungan Penduduk Desa E dengan Perhitungan 3 Metode

Perhitungan Standar Deviasi dan Koefisien Korelasi

√ √
n n
n
∑ ( Yi - Ymean ) −∑ ( Y −Yi )2
2

∑ ( Yi - Ymean ) 2
dan r = i=1 i=1
i=1 n
SD=
n ∑ ( Yi - Ymean )2
i=1

Hasil
Jumlah
Tahun Perhitungan (Yi – (Y –
Tahun Penduduk (Y – Yi)2
ke- Aritmatika Ymean)2 Ymean)2
(Y)
(Yi)
2017 1 2220 2220 46483 46483 0
2018 2 2320 2320 13363 13363 0
2019 3 2460 2420 243 595 1600
2020 4 2558 2520 7123 14982 1444
2021 5 2620 2620 34003 34003 0
Jumlah 15 12178 12100 101217 109427 3044
Ymean - 2436 - - - -
Standar Deviasi - - 142 - -
Koefisien Korelasi - - - - 0,98
Tabel 3. 44 SD dan Koefisien Korelasi Desa E Metode Aritmatika

Hasil
Jumlah
Tahun Perhitungan (Yi – (Y –
Tahun Penduduk (Y – Yi)2
ke- Geometrik Ymean)2 Ymean)2
(Y)
(Yi)
2017 1 2220 2219 46777 46483 0
2018 2 2320 2313 14946 13363 44
2019 3 2460 2411 588 595 2367
2020 4 2558 2514 6070 14982 1979
2021 5 2620 2620 34003 34003 0
Jumlah 15 12178 12078 102385 109427 4391
Ymean - 2436 - - - -
Standar Deviasi - - 143 - -
Koefisien Korelasi - - - - 0,98
Tabel 3. 45 SD dan Koefisien Korelasi Desa E Metode Geometrik

Hasil
Jumlah Perhitunga
Tahun (Yi – (Y –
Tahun Penduduk n (Y – Yi)2
ke- Ymean)2 Ymean)2
(Y) Geometrik
(Yi)
2017 1 2220 2124 96970 46483 9178
2018 2 2320 2228 43098 13363 8464
2019 3 2460 2332 10774 595 16435
2020 4 2558 2436 0 14982 14982
2021 5 2620 2539 10774 34003 6496
Jumlah 15 12178 11659 161617 109427 55555
Ymean - 2436 - - - -
Standar Deviasi - - 180 - -
Koefisien Korelasi - - - - 0,81
Tabel 3. 46 SD dan Koefisien Korelasi Desa E Metode Least Square

Berdasarkan perhitungan proyeksi penduduk Desa E, didapatkan nilai Standar Deviasi


terkecil dan Koefisien Korelasi terkecil adalah dengan metode aritmatika. Sehingga
perhitungan proyeksi penduduk Desa E untuk 20 tahun ke depan, menggunakan metode
aritmatika.

F. Desa F
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Wilayah
2017 2018 2019 2020 2021
Desa F 1638 1722 1769 1822 1908
Tabel 3. 47 Jumlah Penduduk Desa F (2017-2021)

Jumlah Penduduk Pertumbuhan Pertumbuhan Penduduk


Tahun
(Jiwa) Jiwa (%)
2017 1638 - -
2018 1722 84 5,13%
2019 1769 47 2,73%
2020 1822 53 3,00%
2021 1908 86 4,72%
Jumlah 270 15,57%
Rata-rata 68 3,89%
Tabel 3. 48 Data Statistik Jumlah Penduduk Desa F (2017-2021)

Metode Aritmatik
Pn = Po + Ka. (n)
Po = Pn – Ka. (n)
Diketahui:
PO = P17 = 1638 jiwa
Ka = 68 jiwa
Sehingga:
P17 = 1638 + 68(0) = 1638
P18 = 1638 + 68(1) = 1706
P19 = 1638 + 68(2) = 1773
P20 = 1638 + 68(3) = 1841
P21 = 1638 + 68(4) = 1908
Tahun (Tn – To) Po Ka Pn
2017 0 1638
2018 1 1706
2019 2 1638 68 1773
2020 3 1841
2021 4 1908
Tabel 3. 49 Jumlah Penduduk Desa F dengan Metode Aritmatika

Metode Geometrik
Pn = Po (1+r)n
Po = Pn/(1+r)n
Diketahui:
Po = P17 = 1638
r = 3,89% = 0,0389
Maka:
P17 = 1638 (1+0,0389)0 = 1638
P18 = 1638 (1+0,0389)1 = 1701
P19 = 1638 (1+0,0389)2 = 1768
P20 = 1638 (1+0,0389)3 = 1836
P21 = 1638 (1+0,0389)4 = 1908
Tahun N Po R Pn
2017 0 1638 1638
2018 1 1638 1706
2019 2 1638 0,0389 1773
2020 3 1638 1841
2021 4 1638 1908
Jumlah 8859 8865
Tabel 3. 50 Jumlah Penduduk Desa F dengan Metode Geometrik

Metode Least Square


P n = a + b (n)

( ∑ P ) ( ∑ t 2) - ( ∑ t )( ∑ P . t ) ( 8859 ) ( 55 )−(15)(27217)
a= 2
= 2
=1580
n (∑ t ) - (∑ t ) 5 ( 55 ) − ( 15 )
2

n ( ∑ P . t ) −( ∑ t )( ∑ P ) 5 ( 27217 )−(15)(8859)
b= 2
= 2
=64
n ( ∑ t 2) - ( ∑ t ) 5 (55 )−( 15 )

Jumlah
Tahun ke – Jumlah
Tahun Penduduk P. t t2
(t) Penduduk
(P)
2017 1638 1 1638 1 1580
2018 1722 2 3444 4 1644
2019 1769 3 5307 9 1708
2020 1822 4 7288 16 1772
2021 1908 5 9540 25 1836
Jumlah 8859 15 27217 55 8539
Tabel 3. 51 Jumlah Penduduk Desa F dengan Metode Least Square

Hasil Perhitungan 3 Metode


Jumlah Hasil Perhitungan
Tahun
Penduduk Aritmatika Geometrik Least Square
2017 1638 1638 1638 1580
2018 1722 1706 1701 1644
2019 1769 1773 1768 1708
2020 1822 1841 1836 1772
2021 1908 1908 1908 1836
Jumlah 8859 8865 8851 8539
Tabel 3. 52 Hasil Perhitungan Penduduk Desa F dengan Perhitungan 3 Metode

Perhitungan Standar Deviasi dan Koefisien Korelasi

√ √
n n
n

∑ ( Yi - Ymean )2 dan r = ∑ ( Yi - Ymean )2−∑ ( Y −Yi )2


i=1 i=1
i=1 n
SD=
n ∑ ( Yi - Ymean )2
i=1

Hasil
Jumlah
Tahun Perhitungan (Yi – (Y –
Tahun Penduduk (Y – Yi)2
ke- Aritmatika Ymean)2 Ymean)2
(Y)
(Yi)
2017 1 1638 1638 17902 17902 0
2018 2 1722 1706 4396 2480 272
2019 3 1769 1773 1 8 16
2020 4 1822 1841 4720 2520 342
2021 5 1908 1908 18550 18550 0
Jumlah 15 8859 8865 45570 41461 631
Ymean - 1772 - - - -
Standar Deviasi - - 95 - -
Koefisien Korelasi - - - - 0,99
Tabel 3. 53 SD dan Koefisien Korelasi Desa F Metode Aritmatika

Hasil
Jumlah
Tahun Perhitungan (Yi – (Y –
Tahun Penduduk (Y – Yi)2
ke- Geometrik Ymean)2 Ymean)2
(Y)
(Yi)
2017 1 1638 1638 17991 17902 0
2018 2 1722 1701 4952 2480 423
2019 3 1769 1768 17 8 2
2020 4 1822 1836 4186 2520 210
2021 5 1908 1908 18550 18550 0
Jumlah 15 8859 8851 45696 41461 635
Ymean - 1772 - - - -
Standar Deviasi - - 96 - -
Koefisien Korelasi - - - - 0,99
Tabel 3. 54 SD dan Koefisien Korelasi Desa F Metode Geometrik

Hasil
Jumlah
Tahun Perhitunga (Yi – (Y –
Tahun Penduduk (Y – Yi)2
ke- n Least Ymean)2 Ymean)2
(Y)
Square (Yi)
2017 1 1638 1580 36864 17902 3387
2018 2 1722 1644 16384 2480 6115
2019 3 1769 1708 4096 8 3745
2020 4 1822 1772 0 2520 2520
2021 5 1908 1836 4096 18550 5213
Jumlah 15 8859 8539 61440 41461 20981
Ymean - 1772 - - - -
Standar Deviasi - - 111 - -
Koefisien Korelasi - - - - 0,81
Tabel 3. 55 SD dan Koefisien Korelasi Desa F Metode Least Square

Berdasarkan perhitungan proyeksi penduduk Desa F, didapatkan nilai Standar Deviasi


terkecil dan Koefisien Korelasi terkecil adalah dengan metode aritmatika. Sehingga
perhitungan proyeksi penduduk Desa F untuk 20 tahun ke depan, menggunakan metode
aritmatika.

3.3.2. Proyeksi Jumlah Penduduk


A. Desa A
TAHUN PROYEKSI PENDUDUK
2021 2920
2026 3920
2031 4920
2036 5920
2042 7120
Tabel 3. 56 Proyeksi Penduduk Desa A

B. Desa B
TAHUN PROYEKSI PENDUDUK
2021 1815
2026 2036
2031 2258
2036 2479
2042 2744
Tabel 3. 57 Proyeksi Penduduk Desa B
C. Desa C
TAHUN PROYEKSI PENDUDUK
2021 2218
2026 3035
2031 4152
2036 5680
2042 8247
Tabel 3. 58 Proyeksi Penduduk Desa C

D. Desa D
TAHUN PROYEKSI PENDUDUK
2021 2115
2026 2461
2031 2808
2036 3154
2042 3569
Tabel 3. 59 Proyeksi Penduduk Desa D

E. Desa E
TAHUN JUMLAH PENDUDUK
2021 2620
2026 3120
2031 3620
2036 4120
2042 4720
Tabel 3. 60 Proyeksi Penduduk Desa E

F. Desa F
TAHUN JUMLAH PENDUDUK
2021 1908
2026 2246
2031 2583
2036 2921
2042 3326
Tabel 3. 61 Proyeksi Penduduk Desa F
3.4. Proyeksi Kebutuhan Air Minum
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR MINUM DESA A
Tahun
No Keterangan Satuan
2042
A Kependudukan
1 Jumlah Penduduk Jiwa 7120
2 Tingkat Pelayanan % 100%
3 Penduduk Terlayani Jiwa 7120
B Kebutuhan Domestik
1 SR L/o/h 125
2 HU L/o/h 0
Perbandingan SR:HU 125:0
3 Kebutuhan Air SR L/hari 890.000
Kebutuhan Air HU L/hari 0
4 Kebutuhan Domestik L/hari 890.000
C Kebutuhan Non Domestik
20% dari Kebutuhan Domestik L/hari 178.000
D Kebutuhan Air Total L/hari 1.068.000
L/detik 12,36
E Kehilangan Air
% Kehilangan Air % 20%
Jumlah Kehilangan Air L/detik 2,47
F Kebutuhan Air Rata-rata L/detik 14,83
G Kebutuhan Hari Maksimum
Faktor Koefisien 1,2
Kebutuhan Air L/detik 17,80
H Kebutuhan Jam Puncak
Faktor Koefisien 2
Kebutuhan Air L/detik 35,60
Tabel 3. 62 Proyeksi Kebutuhan Air Desa A Tahun ke-20
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR MINUM DESA B
Tahun
No Keterangan Satuan
2042
A Kependudukan
1 Jumlah Penduduk Jiwa 2744
2 Tingkat Pelayanan % 100%
3 Penduduk Terlayani Jiwa 2744
B Kebutuhan Domestik
1 SR L/o/h 125
2 HU L/o/h 0
Perbandingan SR:HU 125:0
3 Kebutuhan Air SR L/hari 343.031
Kebutuhan Air HU L/hari 0
4 Kebutuhan Domestik L/hari 343.031
C Kebutuhan Non Domestik
20% dari Kebutuhan Domestik L/hari 68.606
D Kebutuhan Air Total L/hari 411.638
L/detik 4,76
E Kehilangan Air
% Kehilangan Air % 20%
Jumlah Kehilangan Air L/detik 0,95
F Kebutuhan Air Rata-rata L/detik 5,72
G Kebutuhan Hari Maksimum
Faktor Koefisien 1,2
Kebutuhan Air L/detik 6,86
H Kebutuhan Jam Puncak
Faktor Koefisien 2
Kebutuhan Air L/detik 13,72
Tabel 3. 63 Proyeksi Kebutuhan Air Desa B Tahun ke-20
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR MINUM DESA C
Tahun
No Keterangan Satuan
2042
A Kependudukan
1 Jumlah Penduduk Jiwa 8274
2 Tingkat Pelayanan % 100%
3 Penduduk Terlayani Jiwa 8274
B Kebutuhan Domestik
1 SR L/o/h 125
2 HU L/o/h 0
Perbandingan SR:HU 125:0
3 Kebutuhan Air SR L/hari 1.034.281
Kebutuhan Air HU L/hari 0
4 Kebutuhan Domestik L/hari 1.034.281
C Kebutuhan Non Domestik
20% dari Kebutuhan Domestik L/hari 206.856
D Kebutuhan Air Total L/hari 1.241.137
L/detik 14,37
E Kehilangan Air
% Kehilangan Air % 20%
Jumlah Kehilangan Air L/detik 2,87
F Kebutuhan Air Rata-rata L/detik 17,24
G Kebutuhan Hari Maksimum
Faktor Koefisien 1,2
Kebutuhan Air L/detik 20,69
H Kebutuhan Jam Puncak
Faktor Koefisien 2
Kebutuhan Air L/detik 41,37
Tabel 3. 64 Proyeksi Kebutuhan Air Desa C Tahun ke-20
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR MINUM DESA D
Tahun
No Keterangan Satuan
2042
A Kependudukan
1 Jumlah Penduduk Jiwa 3569
2 Tingkat Pelayanan % 100%
3 Penduduk Terlayani Jiwa 3569
B Kebutuhan Domestik
1 SR L/o/h 125
2 HU L/o/h 0
Perbandingan SR:HU 125:0
3 Kebutuhan Air SR L/hari 446.156
Kebutuhan Air HU L/hari 0
4 Kebutuhan Domestik L/hari 446.156
C Kebutuhan Non Domestik
20% dari Kebutuhan Domestik L/hari 89.231
D Kebutuhan Air Total L/hari 535.388
L/detik 6,20
E Kehilangan Air
% Kehilangan Air % 20%
Jumlah Kehilangan Air L/detik 1,24
F Kebutuhan Air Rata-rata L/detik 7,44
G Kebutuhan Hari Maksimum
Faktor Koefisien 1,2
Kebutuhan Air L/detik 8,92
H Kebutuhan Jam Puncak
Faktor Koefisien 2
Kebutuhan Air L/detik 17,85
Tabel 3. 65 Proyeksi Kebutuhan Air Desa D Tahun ke-20
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR MINUM DESA E
Tahun
No Keterangan Satuan
2042
A Kependudukan
1 Jumlah Penduduk Jiwa 4720
2 Tingkat Pelayanan % 100%
3 Penduduk Terlayani Jiwa 4720
B Kebutuhan Domestik
1 SR L/o/h 125
2 HU L/o/h 0
Perbandingan SR:HU 125:0
3 Kebutuhan Air SR L/hari 590.000
Kebutuhan Air HU L/hari 0
4 Kebutuhan Domestik L/hari 590.000
C Kebutuhan Non Domestik
20% dari Kebutuhan Domestik L/hari 118.000
D Kebutuhan Air Total L/hari 708.000
L/detik 8,19
E Kehilangan Air
% Kehilangan Air % 20%
Jumlah Kehilangan Air L/detik 1,64
F Kebutuhan Air Rata-rata L/detik 9,83
G Kebutuhan Hari Maksimum
Faktor Koefisien 1,2
Kebutuhan Air L/detik 11,80
H Kebutuhan Jam Puncak
Faktor Koefisien 2
Kebutuhan Air L/detik 23,60
Tabel 3. 66 Proyeksi Kebutuhan Air Desa E Tahun ke-20
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR MINUM DESA F
Tahun
No Keterangan Satuan
2042
A Kependudukan
1 Jumlah Penduduk Jiwa 3326
2 Tingkat Pelayanan % 100%
3 Penduduk Terlayani Jiwa 3326
B Kebutuhan Domestik
1 SR L/o/h 125
2 HU L/o/h 0
Perbandingan SR:HU 125:0
3 Kebutuhan Air SR L/hari 415.688
Kebutuhan Air HU L/hari 0
4 Kebutuhan Domestik L/hari 415.688
C Kebutuhan Non Domestik
20% dari Kebutuhan Domestik L/hari 83.138
D Kebutuhan Air Total L/hari 498.825
L/detik 5,77
E Kehilangan Air
% Kehilangan Air % 20%
Jumlah Kehilangan Air L/detik 1,15
F Kebutuhan Air Rata-rata L/detik 6,93
G Kebutuhan Hari Maksimum
Faktor Koefisien 1,2
Kebutuhan Air L/detik 8,31
H Kebutuhan Jam Puncak
Faktor Koefisien 2
Kebutuhan Air L/detik 16,63
Tabel 3. 67 Proyeksi Kebutuhan Air Desa F Tahun ke-20
3.5. Perhitungan Reservoir
Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di wilayah perencanaan dilakukan
dengan sistem penampungan pada reservoir. Kapasitas reservoir ditentukan oleh beberapa
faktor, yakni debit sumber mata air dan kebutuhan air harian maksimum. Kapasitas reservoir
yang akan direncanakan digunakan untuk menampung kapasitas produksi air yang telah
disesuaikan dengan proyeksi kebutuhan air sesuai dengan tahun rencana. Kapasitas reservoir
dihitung berdasarkan jumlah kebutuhan hari maksimum pada desa wilayah perencanaan
menggunakan rumus sebagai berikut:

V=
( 15−20 % × ( 24 ×3600 ) × K )
dt
hr
3
m
1000
lt

3.5.1. Kapasitas Reservoir


1. Reservoir Transmisi
Wilayah perencanaan Desa A, B, C, D, E, F dengan total kebutuhan air harian maksimum
74,38 lt/dt memerlukan reservoir dengan kapasitas

V=
( 20 % × ( 24 × 3600 ) ×74,38 )
dt
hr
3
m
1000
lt
3 3
V=1285,34 m ≈ 1500 m
Volume reservoir yang didapat, dibulatkan menjadi besar volume reservoir yang umum
digunakan.

2. Reservoir Distribusi I (Desa A, B, C)


Wilayah perencanaan Desa A, B, C dengan total kebutuhan air harian maksimum 45,35 lt/dt
memerlukan reservoir dengan kapasitas

V=
( 20 % × ( 24 × 3600 ) ×45,35 )
dt
hr
3
m
1000
lt
3 3
V=783,58 m ≈ 1000 m
Volume reservoir yang didapat, dibulatkan menjadi besar volume reservoir yang umum
digunakan.

3. Reservoir Distribusi II (Desa D, E, F)


Wilayah perencanaan Desa A, B, C dengan total kebutuhan air harian maksimum 29,04 lt/dt
memerlukan reservoir dengan kapasitas

V=
( 20 % × ( 24 × 3600 ) ×29,04 )
dt
hr
m3
1000
lt
3 3
V=501,76 m ≈ 500 m
Volume reservoir yang didapat, dibulatkan menjadi besar volume reservoir yang umum
digunakan.

3.5.2. Dimensi Reservoir


1. Reservoir Transmisi
Kapasitas reservoir transmisi yang direncanakan adalah 1500 m3 dengan perencanaan tinggi
reservoir 10 m. Sehingga dimensi reservoir:
A= 1500/10 = 150 m 2
Sehingga didapatkan panjang dan lebar reservoir:
P = 12,25 m
l = 12,25 m

2. Reservoir Distribusi I (Desa A, B, C)


Kapasitas reservoir distribusi I yang direncanakan adalah 1000 m3 dengan perencanaan tinggi
reservoir 10 m. Sehingga dimensi reservoir:
2
A= 1000/10 = 100 m
Sehingga didapatkan panjang dan lebar reservoir:
P = 10 m
l = 10 m

3. Reservoir Distribusi II (Desa D, E, F)


Kapasitas reservoir distribusi II yang direncanakan adalah 500 m3 dengan perencanaan tinggi
reservoir 8 m. Sehingga dimensi reservoir:
2
A= 500/8 = 63 m
Sehingga didapatkan panjang dan lebar reservoir:
P=8m
l=8m

Nama Reservoir Panjang Lebar Tinggi Luas Alas Volume


(m) (m) (m) (m2) (m3)
Reservoir Transmisi 12,25 12,25 10 150 1500
Reservoir Distribusi I 10 10 10 100 1000
Reservoir Distribusi II 8 8 8 63 500
Tabel 3. 68 Dimensi Reservoir SPAM Wilayah Perencanaan

3.6. Bangunan Penunjang


3.6.1. Bak Pelepas Tekan (BPT)
Bak Pelepas tekan digunakan untuk menghindari tekanan yang tinggi, sehingga ketika
penyaluran air tidak terjadi suatu kondisi yang mampu merusak sistem perpipaan seperti pipa
pecah atau war hammer. Pada perencanaan sistem jaringan air di wilayah perencanaan, jenis
pipa yang digunakan adalah pipa galvanis. Bak Pelepas tekan ditempatkan pada titik tertentu
sepanjang jalur pipa transmisi.

BPT pada perencanaan ini akan diletakkan pada elevasi +295 dengan volume:

V=
( 20 % × ( 24 × 3600 ) ×74,38 )
dt
hr
m3
1000
lt
3 3
V=1285,34 m ≈ 1500 m

Anda mungkin juga menyukai