Anda di halaman 1dari 31

TUGAS BESAR

SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

(TL 3135)

Disusun Oleh :
Fitria Alya Sari 25117024

Dosen Pengampu :
Alfian Zurfi, S.T., M.Si.
Mutiara Fajar, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

LAMPUNG SELATAN

2019
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Maksud dan Tujuan
1.3. Ruang Lingkup
1.4. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Umum
2.2. Sumber Air Baku
2.3. Penentuan Kebutuhan Air
2.3.1. Proyeksi Penduduk
2.3.2. Metode Proyeksi Penduduk
1. Metode Least Square
2. Metode Geometri
3. Metode Eksponensial
2.3.3. Kebutuhan Air
2.3.4. Fluktuasi Pemakaian Air
2.4. Sistematika Transmisi Air Bersih
2.4.1. Sistem Pengaliran Air
1. Jenis – jenis Pompa
2. Perhitungan Head Pompa
2.4.2. Hidrolika Aliran dalam Pipa
2.5. Sistem Pipa Distribusi Air Bersih
2.5.1. Reservoar Distribusi
2.5.2. Perpipaan Distribusi
2.5.3. Hydraulic Grade Line (HGL) dan Energy Grade Line (EGL)
2.5.4. Program (Software) dalam Penentuan Sistem Distribusi
2.6. Peraturan Terkait Sistem Penyediaan Air Minum
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
3.1. Umum
3.2. Topografi, Hidrologi, dan Geologi
3.3. Aspek Sosial dan Ekonomi
3.3.1. Tata Guna Lahan
3.3.2. Kependudukan
1. Jumlah Penduduk
2. Mata Pencarian
3. Jenis Pemukiman Penduduk
3.4. Fasilitas Perkotaan
BAB IV RENCANA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
4.1. Umum
4.2. Periode Desain
4.3. Proyeksi Penduduk

2
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. (Judul)


Tabel 2.2. (Judul)

3
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A
Lampiran A-1 Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 492 Tahun 2010
Lampiran A-2 Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001

Lampiran B
Lampiran B-1 Denah Intake
Lampiran B-2 Potongan A-A dan Potongan B-B Intake
Lampiran B-3 Denah Reservoar
Lampiran B-4 Potongan A-A dan Potongan B-B Reservoar

Lampiran C
Lampiran C-1 Soal Tugas Besar Penyediaan Air Minum 2019

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air memiliki peranan yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan kehidupan makhluk
yang ada di dunia ini. Terutama manusia sebagai salah satu makhluk hidup sangatlah
membutuhkan air dalam kehidupan sehari – harinya. Tetapi, tidak semua air yang tersedia di
alam bisa digunakan dan dikonsumsi oleh manusia. Air yang bisa digunakan oleh manusia
haruslah air bersih yang memiliki syarat tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau.Air
tersebut digunakan untuk kebutuhan sehari – hari seperti mandi, mencuci, dan dikonsumsi
untuk diminum. Akan tetapi, seiring makin padatnya pertumbuhan penduduk di zaman
sekarang ini menyebabkan air bersih menjadi semakin sulit untuk didapat.

Hal ini disebabkan kebutuhan air yang semakin besar dan pencemaran air akibat pembuangan
limbah dari pabrik, sisa bahan tambang, dan sampah yang dibua sembarangan hasil sisa
kegiatan manusia.Untuk keperluan industri air berfungsi sebagai pendingin mesin, bahan baku
maupun pembersih atau penggelontor limbah. Di samping itu, air juga berfungsi untuk usaha-
usaha pertanian, perikanan, olahraga, rekreasi, pemadam kebakaran dan lain sebagainya.
Hingga saat ini penyediaan yang dilakukan oleh pemerintah menghadapi keterbatasan, baik
sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya.

Saat ini masalah penyediaan air bersih menjadi perhatian khusus baik bagi negara-negara
maju maupun negara yang sedang berkembang. Indonesia sebagai negara berkembang
lainnya, tidak luput dari permasalahan penyediaan air bersih bagi masyarakatnya. Salah satu
masalah pokok yang dihadapi adalah kurang tersedianya sumber air yang bersih, belum
meratanya pelayanan penyediaan air bersih terutama pada daerah perdesaan dan sumber air
bersih yang ada belum dapat dimanfaatkan secara maksimal. Bahkan pada beberapa tempat di
kota-kota besar, sumber air bersih yang telah dimanfaatkan oleh Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) telah tercemari oleh limbah industri dan limbah domestik, sehingga beban
dalam segi pengelolaan air bersihnya semakin meningkat. Hal ini merupakan tantangan bagi
kita semua bagaimana memperlakukan air agar diperoleh daya guna yang sebesar-besarnya
dan menekan kerusakan para sumber daya air sekecil - kecilnya. Dengan demikian,
pemenuhan penyediaan air bersih yang memenuhi syarat kualitas, kuantitas, kontinuitas dan
harga yang terjangkau oleh masyarakat dapat tercapai. Oleh karena itu, untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat suatu kota terhadap air minum, maka perlu direncanakan suatu Sistem
Penyediaan Air Minum (SPAM).
1.2. Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

Adapun maksud dari pembuatan Tugas Besar Teknik Penyediaan Air Minum (TB
TPAM) ini adalah untuk lebih memahami mengenai sistem penyediaan air minum pada
suatu daerah dengan memandang berbagai faktor yang mempengaruhi penyediaan air
minum tersebut.

1.2.2 Tujuan

1. Merencanakan system penyediaan air minum.


2. Menghitung prediksi jumlah penduduk pada tahun perencanaan.
3. Menghitung kebutuhan air pada tahun perencanaan.
4. Merancang system perpiaan distribusi, pipa transmisi, water intake dan reservoir
sesui dengan kebutuhan kota perencanaan.

1.3. Ruang Lingkup

Pada pembahasan ini terfokus kepada :

1. Penentuan daerah pelayanan.


2. Perencanaan jaringan distribusi air minum.
3. Proyeksi penduduk dan fasilitas umum.
4. Periode desain rencana induk adalah 15 tahun, dimulai dari tahun 2019 sampai dengan
tahun 2033;
5. Penyusunan Rencana Induk SPAM menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
18/PRT/M/2007 ;
6. Mengumpulkan data daerah perencanaan meliputi profil SPAM daerah perencanaan
dan kebutuhan pengembangan SPAM daerah perencanaan ;
7. Melakukan identifikasi permasalahan dan kebutuhan pengembangan SPAM antara
lain :
a. Sistem perpipaan PDAM :
1) Tingkat kebocoran ;
2) Kondisi pengembangan jaringan distribusi ; dan
3) Kelembagaan dan sumber daya manusia.
8. Proyeksi kebutuhan air hingga tahun 2033 untuk sistem perpipaan PDAM meliputi
kebutuhan domestik, nondomestik dan kebocoran.

6
1.4. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab 1 ini, praktikan menjelaskan latar belakang mengapa Sistem Penyediaan
Air Minum (SPAM) sangat penting. Kemudian, dijelaskan maksud dibuatnya
sistem ini dan apa tujuan yang akan dicapai dari adanya sistem penyediaan air
minum ini bagi kehidupan masyarakat. Subbab ruang lingkup menjelaskan
seberapa luas cakupan wilayah yang akan dibangun oleh sistem ini. Kemudian
yang terakhir sistematika penulisan, praktikan menjelaskan kerangka penulisan
yang digunakan untuk laporan tugas besar SPAM ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini, penulis menjelaskan teori yang berupa pengertian dan definisi yang
diambil dari literature review, berkaitan dengan Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM). Landasan teori menjelaskan tentang pandangan umum mengenai Sistem
Penyedian Air Minum (SPAM), sumber air baku, penentuan kebutuhan air, sistem
transmisi air bersih, sistem pipa distribusi air bersih, serta peraturan terkait sistem
penyedian air minum. Di dalam penentuan kebutuhan air terdapat subbab yang
menjelaskan proyeksi penduduk, metode proyeksi penduduk menggunakan
metode least square, metode geometri dan metode eksponensial, kemudian
menjelaskan kebutuhan air dan fluktuasi pemakaian air.

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

Pada bab ketiga ini,penulis menjelaskan mengenai gambaran kondisi suatu daerah
yang meliputi: letak dan topografi, hidrologi, klimatologi, tataguna lahan, geologi
dan jenis tanah, dan lain-lain.

BAB IV RENCANA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

Berisi umum, periode desain, proyeksi penduduk, perhitungan kebutuhan air,


daerah pelayanan, sumber air baku, sistem transmisi, sistem distribusi, dan
analisis data menggunakan software Epanet.

BAB V PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Umum

Sistem penyediaan air minum (SPAM) adalah satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik
(kelembagaan, manajemen keuangan, peran masyarakat dan hukum) dari prasarana dan sarana
air minum. Pengembangan SPAM merupakan kegiatan yang bertujuan membangun,
memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan,
manajemen keuangan, peran masyarakat dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk
melaksanakan PAM kepada masyarakat.
Tujuan pengembangan SPAM yakni :

1. Terwujudnya pengelolaan dan pelayanan air minum berkualitas dengan harga


terjangkau;
2. Tercapainya kepentingan yang seimbang antara konsumen dan penyedia jasa layanan;
3. Tercapainya peningkatan efisiensi dan cakupan pelayanan air minum.
Perencanaan pengembangan SPAM, meliputi :
1. Rencana Induk
Rencana jangka panjang antara 15 s.d 20 tahun untuk memenuhi kebutuhan air minum
di suatu kota atau kawasan, meliputi :
 Periode dan Tahapan.
 Proyeksi.
 Dimensi komponen-komponen utama sistem.
 Prakiraan biaya dan keuntungan.
2. Studi Kelayakan
Bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan atau usulan proyek SPAM, meliputi :
 Rencana induk pengembangan SPAM yang telah ditetapkan.
 Hasil kajian kelayakan teknik teknologis, lingkungan, ekonomi, kelembagaan dan
finansial.
 Kajian sumber pembiayaan.
3. Perancangan teknis
 Perencanaan teknis pengembangan SPAM disusun berdasarkan :
a. Rencana induk pengembangan SPAM yang telah ditetapkan
b. Hasil kajian kelayakan.
c. Jadwal pelaksanaan konstruksi.

8
d. Kepastian sumber pembiayaan.
 Rancangan teknis pengembangan SPAM, paling sedikit memuat :
a. Rancangan teknis sistem pengembangan, meliputi rancangan detail kegiatan
serta tahapan dan jadwal pelaksanaan.
b. Perhitungan dan gambar teknis.
c. Spesifikasi teknis.
d. Dokumen pelaksanaan kegiatan.
Peraturan pemerintah yang mengatur tentang sistem penyediaan air minum adalah PP nomor
16 tahun 2005. Sistem penyediaan air minum yang selanjutnya disebut SPAM merupakan
satu kesatuan sistem fisik (teknik) non fisik dari prasarana dan sarana air minum.
Pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) adalah kegiatan yang bertujuan
membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) non fisik
(kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang
utuh untuk menyediakan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.

Penyelenggaraan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan, konstruksi,


mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik
penyediaan air minum. Penyelenggara pengembangan SPAM yang selanjutnya disebut
penyelenggara adalah Badan Usaha Milik Negara/ Badan Usaha Milik Daerah, koperasi,
badan usaha swasta, dan/atau kelompok 8 masyarakat yang melakukan penyelenggaraan
pengembangan sistem penyediaan air minum. Dalam mengelola SPAM, penyelenggara harus
berdasarkan pada prinsip good corporate governance, memenuhi standar pelayanan
minimum, persyaratan kualitas air minum sesuai peraturan menteri kesehatan yang berlaku
dan memberikan pelayanan secara penuh 24 jam per hari kepada pelanggan. Untuk memenuhi
hal tersebut di atas, maka diperlukan pedoman pengelolaan SPAM yang baik terdiri dari
pedoman pengoperasian dan pemanfaatan sarana serta administrasi dan kelembagaan SPAM.

Pedoman penyusunan pengelolaan SPAM ini merupakan turunan dari Peraturan Pemerintah
nomer 16 tahun 2005 tentang pengembangan sistim penyediaan air minum (SPAM). Secara
garis besar, pedoman ini memberikan acuan dalam pengelolaan SPAM. Muatan pedoman ini
adalah materi yang bersifat pengaturan maupun teknis. Dalam rangka efisiensi, maka
pengelolaan SPAM sendiri dapat dilakukan melalui kerjasama antar pemerintah daerah, atau
kerjasama dengan penyelenggara lainnya dalam bentuk kemitraan. Namun dalam kondisi
suatu wilayah belum terjangkau oleh pelayanan BUMN/BUMD sebagai penyelenggara
pengembangan SPAM , maka dapat dibentuk Badan Layanan Umum (BLU) – Unit Pelaksana
Teknis (UPT) atau dilakukannya kerja sama dengan penyelenggara lainnya.

9
2.2 Sumber air baku
Untuk keperluan air minum, rumah tangga, dan industri, secara umum dapat digunakan
sumber air yang berasal dari air sungai, mata air, danau, sumur, dan air hujan yang telah
dihilangkan zat-zat kimianya, gas beracun, atau kuman-kuman yang berbahaya bagi
kesehatan. Sumber air yang dapat kita manfaatkan pada dasarnya digolongkan sebagai berikut
:

1. Air Hujan
Air hujan merupakan penyubliman awan/uap air menjadi air murni yang ketika turun dan
melalui udara akan melalui benda-benda yang terdapat di udara, diantara benda-benda yang
terlarut dari udara tersebut adalah: gas O2 , CO2 , N2 , juga zat-zat renik dan debu. Dalam
keadaan murni, air hujan sangat bersih, tetapi setelah mencapai permukaan bumi, air hujan
tidak murni lagi karena ada pengotoran udara yang disebabkan oleh pengotoran industri/debu
dan lain sebagainya. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaklah
menampung air hujan terlebih dahulu 8 jangan pada saat hujan mulai turun karena masih
banyak mengandung kotoran (Sutrisno, 1996).

2. Air Permukaan

Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air
permukaan ini akan mengalami pengotoran selama pengaliran. Dibandingkan dengan sumber
lain air permukaan merupakan sumber air yang tercemar berat. Keadaan ini terutama berlaku
bagi tempat-tempat yang dekat dengan tempat tinggal penduduk. Hampir semua sisa kegiatan
manusia yang menggunakan air atau dicuci dengan air, pada waktunya akan dibuang ke dalam
air permukaan. Disamping manusia, flora dan fauna juga turut mengambil bagian dalam
mengotori air permukaan, misalnya batang-batang kayu, daun-daun, tinja dan lain-lain. Jadi,
dapat dipahami bahwa air permukaan merupakan badan air yang mudah sekali dicemari
terutama oleh kegiatan manusia. Oleh karena itu, mutu air permukaan perlu mendapat
perhatian yang seksama kalau air permukaan akan dipakai sebagai bahan baku air bersih.
Beberapa sumber air yang termasuk ke dalam kelompok air permukaan adalah air yang
berasal dari sungai, danau, laut, lautan dan sebagainya (Kusnoputanto, 1986).

3. Air Tanah

Jumlah air di bumi relatif konstan, tetapi air tidak diam, melainkan bersirkulasi akibat
pengaruh cuaca sehingga terjadi suatu siklus yaitu siklus hidrologi. Pada proses tersebut air
hujan jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut ada yang mengalir masuk ke permukaan
(mengalami run off) dan ada juga yang meresap ke dalam tanah (mengalami perkolasi)

10
sehingga menjadi air tanah baik yang dangkal maupun yang dalam (Slamet, 2009). Air tanah
mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut,
di dalam perjalanannya ke bawah tanah membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni
dibandingkan dengan air permukaan. Secara praktis air tanah adalah air bebas polutan karena
berada di bawah permukaan tanah. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa air tanah dapat
tercemar oleh zat-zat yang mengganggu kesehatan. Air tanah terbagi atas 3 yaitu (Sutrisno,
1996):

a. Air Tanah Dangkal

Terjadi karena daya proses peresapan air permukaan tanah, lumpur akan tertahan demikian
pula dengan sebagian bakteri sehingga air tanah akan jernih. Air tanah dangkal akan
terdapat pada kedalaman 15 meter. Air tanah ini bisa dimanfaatkan sebagai sumber air
minum melalui sumur-sumur dangkal. Dari segi kualitas agak baik sedangkan kuantitasnya
kurang cukup dan tergantung pada musim.

b. Air Tanah Dalam

Terdapat pada lapisan rapat air pertama dan kedalaman 100-300 meter. Ditinjau dari segi
kualitas pada umumnya lebih baik dari air tanah dangkal sedangkan 10 kuantitasnya
mencukupi tergantung pada keadaan tanah dan sedikit dipengaruhi oleh perubahan musim.

c. Mata Air Mata air adalah tempat dimana air tanah keluar kepemukaan tanah. Keluarnya
air tanah tersebut secara alami dan biasanya terletak di lereng - lereng gunung atau
sepanjang tepi sungai.

Berdasarkan munculnya kepermukaan air tanah terbagi atas 2 yaitu :

a. Mata air (gravity spring) yaitu air mengalir dengan gaya berat sendiri. Pada lapisan tanah
yang permukaan tanah yang tipis, air tanah tersebut menembus lalu keluar sebagai mata air.

b. Mata air artesis berasal dari lapisan air yang dalam posisi tertekan. Air artesis berusaha
untuk menembus lapisan rapat air dan keluar ke permukaan bumi.

2.3 Penentuan kebutuhan air

Air adalah sumber daya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup semua makhluk
hidup. Air juga sangat diperlukan untuk kegiatan industri, perikanan, pertanian dan usaha-
usaha lainnya. Dalam penggunaan air sering terjadi kurang hati-hati dalam pemakaian dan
pemanfaatannya sehingga diperlukan upaya untuk menjaga keseimbangan antara ketersediaan
dan kebutuhan air melalui pengembangan, pelestarian, perbaikan dan perlindungan. Dalam

11
pemanfaatan air khususnya lagi dalam hal pertanian, dalam rangka memenuhi kebutuhan
pangan serta pengembangan wilayah, Pemerintah Indonesia melakukan usaha pembangunan
di bidang pengairan yang bertujuan agar dapat langsung dirasakan oleh masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan air.

2.3.1 Proyeksi penduduk

Proyeksi penduduk (population projections) dan peramalan penduduk (population forecast)


sering dipergunakan sebagai dua istilah yang sering dipertukarkan. Meskipun demikian,
kedua istilah ini sebenarnya memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Berbagai literatur
menyatakan proyeksi penduduk sebagai prediksi atau ramalan yang didasarkan pada asumsi
rasional tertentu yang dibangun untuk kecenderungan masa yang akan datang dengan
menggunakan peralatan statistik atau perhitungan matematis. Di sisi lain, peramalan
penduduk (population forecast) bisa saja dengan/tanpa asumsi dan/atau kalkulasi tanpa
kondisi, syarat dan pendekatan tertentu (Smith, et.al 2001).

2.3.2 Metode proyeksi penduduk

Dalam perencanaan suatu sistem distribusi air minum, diperlukan beberapa kriteria sebagai
dasar perencanaan. Tujuan dari pengajuan beberapa kriteria perencanaan adalah untuk
mendapatkan suatu hasil perencanaan yang tepat dan terkondisi untuk suatu wilayah
perencanaan. Kebutuhan air bersih semakin lama semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk di masa yang akan datang. Untuk itu diperlukan proyeksi
penduduk untuk tahun perencanaan. Walaupun proyeksi bersifat ramalan, dimana
kebenarannya bersifat subjektif, namun bukan berarti tanpa pertimbangan dan metode. Ada
beberapa metoda proyeksi penduduk yang digunakan untuk perencanaan.

Metoda Aritmatika Metoda ini sesuai untuk daerah dengan perkembangan penduduk yang
selalu meningkat/bertambah secara konstan. Rumus untuk perhitungannya:

Pn = Po + a . n

Dimana :
Pn = jumlah penduduk pada tahun proyeksi (jiwa)
Po = jumlah penduduk pada awal tahun dasar (jiwa)
a = rata-rata pertambahan penduduk (jiwa/tahun)
n = kurun waktu proyeksi (tahun)

12
1. Metode Least Square

Metode ini juga dapat digunakan untuk daerah dengan perkembangan penduduk yang
mempunyai kecenderungan garis linear meskipun perkembangan penduduk tidak selalu
bertambah Rumus perhitungannya :

Pn = a + b . x

Dimana :

Pn = jumlah penduduk pada tahun proyeksi (jiwa)

2. Metode eksponensial

Penggunaan rumus ini apabila pertumbuhan penduduknya konstan atau continue tiap hari.

Pn = P0er.n

Keterangan:
Pn = Jumlah penduduk setelah n tahun ke depan.
P0 = Jumlah penduduk pada tahun awal.
r =Angka pertumbuhan penduduk.
n =Jangka waktu dalam tahun.
e = Bilangan eksponensial = 2,7182818.

3. Metode Geometri

Proyeksi dengan metoda ini dianggap bahwa perkembangan penduduk secara otomatis
berganda dengan pertambahan penduduk. Metoda ini tidak memperhatikan asanya suatu
saat terjadi perkembangan menurun, disebabkan kepadatan penduduk mendekati
maksimum. Metode ini banyak digunakan karena mudah dan mendekati kebenaran. Rumus
perhitungannya :

Pn = Po ( 1 + r ) n

13
Dimana :

Pn = jumlah penduduk pada tahun proyeksi (jiwa)


Po = jumlah penduduk pada awal tahun dasar (jiwa)
a = rata-rata pertambahan penduduk (%)
n = selisih anatara tahun proyeksi dengan tahun dasar (tahun)

4. Metode eksponensial

Metode eksponensial memiliki asumsi bahwa persentase pertumbuhan penduduk sama


setiap hari. Hasil proyeksi penduduk dengan menggunakan metode eksponensial akan
berbentuk garis lengkung yang lebih terjal daripada garis lengkung pada metode geometrik.

Metode eksponensial dalam proyeksi penduduk dapat dihitung dengan menggunakan


rumus:

Keterangan :
Pt : Jumlah penduduk tahun ke t (jiwa)
P0 : Jumlah penduduk tahun ke 0 (jiwa)
r : Laju pertumbuhan penduduk (% pertahun)
t : Rentang waktu antara P0 dan Pt (tahun)

2.3.3 Kebutuhan air

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan air bersih menurut Linsey and
Franzini (1986) adalah :

1. Iklim Kebutuhan air untuk mandi, menyiram taman, pengaturan udara dan sebagainya akan
lebih besar pada iklim yang hangat dan kering daripada di iklim yang lembab.

2. Ciri-ciri Penduduk Pemakaian air dipengaruhi oleh status ekonomi dari para langganan.
Pemakaian perkapita di daerah miskin jauh lebih rendah daripada di daerah-daerah kaya. Di
daerah-daerah tanpa pembuangan limbah, konsumsi dapat sangat rendah hingga hanya sebesar
10 gpcd (40 liter / kapita per hari).

14
3. Masalah Lingkungan Hidup Meningkatnya perhatian masyarakat terhadap berlebihannya
pemakaian sumber-sumber daya telah menyebabkan berkembangnya alat-alat yang dapat
dipergunakan untuk mengurangi jumlah pemakaian air di daerah pemukiman.

4. Keberadaan Industri dan Perdagangan Keberadaan industri dan perdagangan dapat


mempengaruhi banyaknya kebutuhan air per kapita dari suatu kota.

5. Iuran Air dan Meteran Bila harga air mahal, orang akan lebih menahan diri dalam
pemakaian air dan industri mungkin mengembangkan persediaannya sendiri dengan biaya
yang lebih murah. Para langganan yang jatah air diukur dengan meteran akan cenderung
untuk memperbaiki kebocoran-kebocoran dan mempergunakan air dengan jarang.

6. Ukuran Kota Penggunaan air per kapita pada kelompok masyarakat yang mempunyai
jaringan limbah cenderung untuk lebih tinggi di kota-kota besar daripada di kota kecil. Untuk
memproyeksi jumlah kebutuhan air bersih dapat dilakukan berdasarkan perkiraan kebutuhan
air untuk berbagai macam tujuan ditambah perkiraan kehilangan air.

Adapun kebutuhan air untuk berbagai macam tujuan pada umumnya dapat dibagi dalam :

a. Kebutuhan domestik
- sambungan rumah
- sambungan kran umum

b. Kebutuhan nondomestik

- Fasilitas sosial (Masjid, panti asuhan, rumah sakit dan sebagainya).


- Fasilitas perdagangan/industri.
- Fasilitas perkantoran dan lain-lainnya .
Sedangkan kehilangan air dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu :
a. Kehilangan air akibat faktor teknis, misalnya kebocoran dari pipa distribusi
b. Kehilangan air akibat faktor non teknis, antara lain sambungan tidak terdaftar. kerusakan
meteran air, untuk kebakaran dan lain-lainnya

1. Kebutuhan Domestik

Menurut Kindler and Russel (1984), kebutuhan air untuk tempat tinggal (kebutuhan
domestik) meliputi semua kebutuhan air untuk keperluan penghuni. Tingkat kebutuhan air
bervariasi berdasarkan keadaan alam di area pemukiman, banyaknya penghuni rumah,
karakteristik penghuni serta ada atau tidaknya penghitungan pemakaian air. Sedangkan
menurut Linsey and Franzini (1986), penggunaan rumah tangga adalah air yang dipergunakan
di tempat-tempat hunian pribadi, rumah-rumah apartemen dan sebagainya untuk minum,

15
mandi, penyiraman taman, saniter dan tujuan-tujuan lainnya. Taman dan kebun-kebun yang
luas mengakibatkan sangat meningkatnya konsumsi pada masa-masa kering. Penggunaan air
kota dan jumlah-jumlah yang dipakai di Amerika Serikat menurut Linsey and Franzini
(1986), untuk keperluan rumah tangga berkisar antara 40-80 GPCD (gallon per kapita per
hari) atau 150-300 LPCD (liter per kapita per hari) dan umumnya berkisar antara 65 GPCD
(gallon per kapita per hari) atau 250 LPCD (liter per kapita per hari), sedangkan menurut
Kindler and Russel(1984), penggunaan air rata-rata untuk rumah tangga adalah sebagai
berikut :

2. Kebutuhan non domestik adalah kebutuhan air bersih selain untuk keperluan rumah tangga
dan sambungan keran umum, seperti penyediaan air bersih untuk perkantoran, perdagangan
serta fasilitas sosial seperti tempat-tempat ibadah, sekolah, hotel, puskesmas, serta pelayanan
jasa umum lainnya.

16
2.3.4 Fluktuasi Pemakaian Air

Kebutuhan air tidak selalu sama untuk setiap saat tetapi akan berfluktuasi. Fluktuasi yang
terjadi tergantung pada suatu aktivitas penggunaan air dalam keseharian oleh masyarakat.
Pada umumnya kebutuhan air dibagi dalam tiga kelompok :

1. Kebutuhan rerata
2. Kebutuhan harian maksimum
3. Kebutuhan pada jam puncak Kebutuhan harian maksimum dan jam puncak sangat
diperlukan dalam perhitungan besarnya kebutuhan air baku, karena hal ini menyangkut
kebutuhan pada hari-hari tertentu dan pada jam puncak pelayanan. Sehingga penting
mempertimbangkan suatu nilai koefisien untuk keperluan tersebut. Kebutuhan air harian
maksimum dan jam puncak dihitung berdasarkan kebutuhan dasar dan nilai kebocoran
dengan pendekatan sebagai berikut :
1. Kebutuhan harian maksimum = 1,15 x kebutuhan air rata-rata
2. kebutuhan pada jam puncak = 1,56 x kebutuhan harian maksimum
(Sumber : PDAM kota Medan)

2.4 Sistem transmisi air bersih

Jalur pipa pembawa air bersih dari titik awal transmisi air bersih ke titik akhir transmisi air
bersih.

2.4.1 Sistem Pengaliran Air

Sistem distribusi adalah sistem yang langsung berhubungan dengan konsumen, yang
mempunyai fungsi pokok mendistribusikan air yang telah memenuhi syarat ke seluruh
daerah pelayanan. Sistem ini meliputi unsur sistem pemipaan dan perlengkapannya,
hidran kebakaran, tekanan tersedia, sistem pemompaan (bila diperlukan), dan reservoir
distribusi. Sistem distribusi air minum terdiri atas pemipaan, katup-katup, dan pompa
yang membawa air yang telah diolah dari instalasi pengolahan menuju pemukiman,
perkantoran dan industri yang mengkonsumsi air. Juga termasuk dalam sistem ini adalah
fasilitas penampung air yang telah diolah (reservoir distribusi), yang digunakan saat
kebutuhan air lebih besar dari suplai instalasi, meter air untuk menentukan banyak air
yang digunakan, dan keran kebakaran. Dua hal penting yang harus diperhatikan pada
sistem distribusi adalah tersedianya jumlah air yang cukup dan tekanan yang memenuhi
(kontinuitas pelayanan), serta menjaga keamanan kualitas air yang berasal dari instalasi
pengolahan. Tugas pokok sistem distribusi air bersih adalah menghantarkan air bersih

17
kepada para pelanggan yang akan dilayani, dengan tetap memperhatikan faktor kualitas,
kuantitas dan tekanan air sesuai dengan perencanaan awal. Faktor yang didambakan
oleh para pelanggan adalah ketersedian air setiap waktu. Suplai air melalui pipa induk
mempunyai dua macam sistem:

a) Continuous system
Dalam sistem ini air minum yang disuplai ke konsumen mengalir terus menerus
selama 24 jam. Keuntungan sistem ini adalah konsumen setiap saat dapat
memperoleh air bersih dari jaringan pipa distribusi di posisi pipa manapun. Sedang
kerugiannya pemakaian air akan cenderung akan lebih boros dan bila terjadi sedikit
kebocoran saja, maka jumlah air yang hilang akan sangat besar jumlahnya.

b) Intermitten system
Dalam sistem ini air bersih disuplai 2-4 jam pada pagi hari dan 2-4 jam pada sore
hari. Kerugiannya adalah pelanggan air tidak bisa setiap saat mendapatkan air dan
perlu menyediakan tempat penyimpanan air dan bila terjadi kebocoran maka air untuk
fire fighter (pemadam kebakaran) akan sulit didapat. Dimensi pipa yang digunakan
akan lebih besar karena kebutuhan air untuk 24 jam hanya disuplai dalam beberapa
jam saja. Sedang keuntungannya adalah pemborosan air dapat dihindari dan juga
sistem ini cocok untuk daerah dengan sumber air yang terbatas.

Menurut Houghtalen et all (2010), pola jaringan distribusi terdiri atas dua jenis,
yaitu sistem bercabang (branch) dan sistem loop. Sistem bercabang mengalirkan air
pada arah yang sama, jaringan pipa tidak berhubungan, dan mempunyai dead-end.
Pada sistem loop, air mengalir dalam dua arah, pipa saling berhubungan, dan
tidak memiliki dead-end. Sistem jaringan perpipaan air bersih merupakan salah
satu upaya untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat. Dalam perencanaan
danpengoperasianya, sistem perpipaan digunakan apabila kondisi topografi tidak
memungkinkan untuk dibangun open channel.Meskipun demikian, jaringan
perpipaan harus memperhatikan daya tahan pipa terhadap tekanan, kemudahan
pemasangan, lokasi jalur pipa, peletakan pipa, dan biaya investasi.

1. Jenis-jenis pompa
Pompa adalah alat untuk memindahkan fluida dari tempat satu ketempat lainnya yang
bekerja atas dasar mengkonversikan energi mekanik menjadi energi kinetik.Klasifikasi
pompa berdasarkan cara pemindahan dan pemberian energi pada cairan dapat
diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu pompa kerja positif (positive displacement

18
pump) dan pompa kerja dinamis (non positive displacement pump). Klasifikasi pompa
dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini:

Pompa pemindah positif (positive displacement pump) Pompa jenis ini merupakan
pompa dengan ruangan kerja yangsecara periodik berubah dari besar ke kecil atau
sebaliknya, selama pompa bekerja. Energi yang diberikan kepada cairan ialah energi
potensial,sehingga cairan berpindah volume per volume.Yang termasuk dalam
kelompok pompa pemindah positif antara lain:

 Pompa Reciprocating
 Pompa Diaphragma
 Pompa Rotary

Pompa kerja dinamis (non positive displacement pump) Pompa jenis ini adalah pompa
dengan volume ruang yang tidak berubah pada saat pompa bekerja. Energi yang
diberikan pada cairan adalah energi kecepatan, sehingga cairan berpindah karena
adanyaperubahan energi kecepatan yang kemudian diubah menjadi energidinamis di
dalam rumah pompa itu sendiri.

Yang termasuk dalam kelompok pompa kerja dinamis antara lain:

 Pompa kerja khusus


 Pompa Sentrifugal (Centrifugal Pump)

Mengingat tujuan utama dari materi ini adalah sebatas pengenalan pompa, maka yang
akan dibahas selanjutnya hanyalah jenis pompa yang sesuai dengan judul materi ini
karena banyak ditemukan pada instalasi pengolahan minyak bumi, yaitu pompa
sentrifugal.

19
2. Perhitungan Head pompa

Head Total Pompa Dalam merancang suatu sistem pompa, pertama-tama harus
diketahui debit dan head yang diperlukan untuk mengalirkan zat cair yang akan
dipompakan. Pengertian head pompa adalah energi yang dapat diberikan pompa dalam
satuan elevasi. Head pompa berbeda-beda tergantung dari berat jenis fluida yang
dialirkan, tetapi standard yang biasa digunakan produsen pompa untuk memberikan
spesifikasi head pompa adalah head pompa dalam kolom air. Total Dynamic Head
secara umum digunakan untuk merancang sistem pompa dengan memperhitungkan
tekanan permukaan, perbedaan kecepatan aliran, perbedaan tinggi, dan rugi-rugi yang
akan terjadi di dalam sistem perpipaan. Hasil perhitungan dari Total Dynamic Head
adalah head minimum yang harus disediakan pompa untuk mengalirkan fluida sesuai
dengan sistem pompa yang sudah direncanakan. Pada Gambar 2.11. dan persamaan 2.8

adalah penjelasan tergambar untuk menghitung Total Dynamic Head:

20
Head total pompa salah satunya dipengaruhi oleh berbagai kerugian pada sistem
perpipaan yaitu gesekan dalam pipa, katup, belokan, sambungan, reducer dll. Untuk
menentukan head total yang harus 23 disediakan pompa, perlu menghitung terlebih
dahulu kerugian-kerugaian pada instalasi. Dimana kerugian-kerugian tersebut akan
dijumlahkan untuk mengetahui kerugian head yang terjadi dalam instalasi.

 Head Total Pompa Terpasang Untuk dapat menghitung total head pompa yang sudah
terpasang, maka dibutuhkan alat ukur tekanan (pressure gauge) pada sisi suction dan
sisi discharge pompa. Alat ukur sebaiknya sangat dekat pada kedua sisi pompa.
Kebanyakan rumus yang digunakan adalah dengan menghitung perbedaan head pada
sisi suction dengan head pada sisi discharge. Mekanisme perhitungan Head total pompa
akan dijelaskan pada Gambar 2.16 di bawah ini:

Dimana:
H = Head total pompa (m) 𝑃𝐺𝐷 = Tekanan pada discharge (N/m2 )
𝑃𝐺𝑠 = Tekanan pada suction (N/m2 )
𝛾 = Berat jenis (N/m3 )
𝑍𝐷 = Elevasi sisi discharge (m)
𝑍𝑆 = Elevasi sisi suction (m)
𝑉𝐷 = Kecepatan aliran discharge (m/s)
𝑉𝑆 = Kecepatan aliran suction (m/s)

21
2.4.2 Hidrolika aliran dalam pipa

Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran yang digunakan
untuk mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh (Triatmojo 1996 : 25). Fluida
yang di alirkan melalui pipa bisa berupa zat cair atau gas dan tekanan bisa lebih besar
atau lebih kecil dari tekanan atmosfer. Apabila zat cair di dalam pipa tidak penuh maka
aliran termasuk dalam aliran saluran terbuka atau karena tekanan di dalam pipa sama
dengan tekanan atmosfer (zat cair di dalam pipa tidak penuh), aliran temasuk dalam
pengaliran terbuka. Karena mempunyai permukaan bebas, maka fluida yang dialirkan
dalah zat cair. Tekanan dipermukaan zat cair disepanjang saluran terbuka adalah tekanan
atmosfer. Perbedaan mendasar antara aliran pada saluran terbuka dan aliran pada pipa
adalah adanya permukaan yang bebas yang (hampir selalu) berupa udara pada saluran
terbuka. Jadi seandainya pada pipa alirannya tidak penuh sehingga masih ada rongga
yang berisi udara maka sifat dan karakteristik alirannya sama dengan aliran pada saluran
terbuka (Kodoatie, 2002: 215).

Konsep Aliran Melalui Pipa

Ada tiga persamaan dasar dalam Mekanika Fluida dan Hidrolika yang berkaitan dengan
pengaliran air dalam pipa yaitu persamaan Kontinuitas, Momentum dan pers. Energi.

Untuk aliran mantap dan satu dimensi persamaan energi dapat disederhanakan menjadi
persamaan Bernoulli. Ketiga bentuk persamaan tersebut adalah sebagai berikut :

Pers. Kontinuitas

Q : debit aliran
A : luas tampang aliran
V : kecepatan rerata aliran pada tampang tersebut.
Indeks 1 dan 2 menunjukan nomor tampang aliran yang ditinjau

22
Pers. Momentum

F : gaya yang ditimbulkan oleh aliran zat cair


 : rapat massa aliran

Pers. Bernoulli

Z= Head Statis Total


ρ = Massa jenis fluida
v = Kecepatan aliran fluida
g = Percepatan gravitasi

23
BAB III

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

3.1. Umum

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional, wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif
dan/aspek fungsional. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa wilayah
adalah bagian atau daerah di permukaan bumi yang dibatasi oleh kenampakan tertentu yang
bersifat khas dan membedakan wilayah tersebut dari wilayah lainnya. Misalnya, wilayah
hutan berbeda dengan wilayah pertanian, wilayah kota berbeda dengan wilayah perdesaan.

Terkadang kita sering menyamakan antara tempat (place) dan wilayah (region). Tempat dan
wilayah sama-sama menunjukkan lokasi tetapi keduanya berbeda dalam pengertian. Tempat
merupakan bagian ruang di Bumi, baik berukuran luas atau sempit yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia. Wujud tempat dapat berupa benua, pulau, negara, kota, desa, dusun, dan
daerah tidak berpenghuni. Tempat tersebut biasanya mempunyai nama dan batas-batas serta
ciri-ciri yang bersifat fisik maupun sosial. Ciri fisik suatu tempat misalnya iklim, bentuk
lahan, tanah, hidrosfer, flora, dan fauna. Ciri sosial suatu tempat misalnya bahasa, agama,
sistem ekonomi, sistem politik, dan penyebaran penduduk.

Wilayah merupakan suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi dan


mengorganisasi daerah (area) di muka Bumi untuk berbagai tujuan. Suatu wilayah
mempunyai karakteristik tertentu yang memberikan ukuran-ukuran kesamaan dan perbedaan
dengan wilayah lain. Contoh: Perbedaan wilayah pesisir dan pedalaman. Wilayah dapat
digunakan untuk menyederhanakan daerah di muka Bumi dengan pengaturan berdasarkan
pada karakteristik fisik dan sosial yang ada. Wilayah dibangun manusia sebagai suatu hasil
kreasi dan mempunyai batas-batas yang diturunkan dari kriteria khusus. Dalam suatu wilayah
tentu terdapat pemukiman warga untuk bertahan hidup, berdasarkan tugas besar ini kami akan
mengamati secara umum wilayah Balikpapan mengenai sistem penyediaan air minum pada
daerah tersebut.

Jumlah penduduk di Kota Minyak mengalami peningkatan setiap tahunnya. Bahkan, kini
jumlah penduduknya mencapai 700 ribu lebih jiwa. Menurut anggota Komisi III DPRD
Balikpapan, Syukri Wahid, kondisi itu menjadi peluang untuk dibentuknya kawasan
perkotaan baru atau kota satelit oleh pengembang perumahan. Saat ini, titik kumpul kepadatan
penduduk berada di Kecamatan Balikpapan Kota dan Balikpapan Selatan.

24
3.2. Topografi,Hidrologi, dan Geologi

Topografi Balikpapan

Secara umum, ketinggian kota Balikpapan antara 0 meter sampai 100 meter di bawah
permukaan laut. Kemiringan dan ketinggian permukaan tanah dari permukaan air laut
beragam, mulai yang terendah dari wilayah pantai dengan ketinggian 0 meter sampai dengan

25
wilayah berbukit dengan ketinggian 100 meter dari permukaan laut (d.p.l). Ketinggian 0-10
mdpl memiliki luas 6.980,00 ha atau 13 % dari wilayah kota Balikpapan. Ketinggian >10-20
mdpl memiliki luas 17.260,00 ha, sedangkan ketinggian >20-100 mdpl memiliki luas sebesar
26.090,57 ha. Kemiringan lahan (persentase lereng) sangat menentukan layak tidaknya suatu
wilayah dibudidayakan, karena faktor ini sangat menentukan besar kecilnya kerusakan tanah
oleh erosi. Lereng didefinisikan sebagai hasil beda ketinggian antara 2 (dua) tempat
(kedudukan) dengan jarak datanya, dan dinyatakan dalam persen.
Wilayah perencanaan kota Balikpapan terdiri dari sebagian besar wilayah daratan dan
beberapa wilayah berupa pulau-pulau kecil. Ditinjau dari kemiringan lerengnya, Kota
Balikpapan memiliki kemiringan lereng yang bervariasi antara 0% (di wilayah pantai) sampai
lebih dari 40% di daerah pedalaman yang berbukit.
Luas wilayah Kota Balikpapan berdasarkan klasifikasi kemiringan lereng adalah sebagai
berikut:
1. 0 – 2% = 22.181,19 ha
2. 2 – 5% = 6.398,80 ha
3. 5 – 8% = 3.912,20 ha
4. 8 – 15% = 1.194,08 ha
5. 15 – 25% = 3.154,24 ha
6. 25 – 40% = 12.408,71 ha
7. > 40% = 1.292,36 ha

Keadaan topografi /kemiringan tanah tersebut merupakan salah satu karakteristik fisik dalam
melihat potensi pengembangan daerah perkotaan. Data di atas menunjukkkan bahwa kelas
lereng 0 - 2% memiliki area terluas, yaitu 22.181,19 ha atau 43,895% dari total area kota
Balikpapan. Daerah dengan kelas lereng di atas 15% yang pada dasarnya kurang sesuai untuk
kawasan terbangun perkotaan mencapai areal seluas 16.855,31 ha atau sekitar 33,15% dari
luas kota Balikpapan. Hal ini memperlihatkan bahwa secara umum kondisi topografi kota
Balikpapan terdiri dari daerah perbukitan. Kemiringan lereng berkaitan dengan tingkat
kestabilan lereng akibat pengupasan lahan dan tatanan keseimbangan neraca air akibat dari
kenaikan debit limpasan air permukaan. Dampak negatif akan berkurang apabila neraca air
dapat dipulihkan kepada keadaan semula dengan memasukkan kelebihan run off ke tanah
melalui rekayasa teknik seperti sumur resapan dan kolam resapan.
Kondisi topografi dominan perbukitan menyebabkab beberapa kawasan pelayanan air bersih
tidak maksimal karena tekanan air yang tidak mampu sampai pada konsumen. Diperlukan
peralatan tambahan dan strategi tertentu agar pelayanan air bersih memenuhi seluruh daerah
layanan. Demikian juga untuk rencana pengembangan pengelolaan air limbah. Tidak semua
air limbah dapat dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah. Untuk kawasan tertentu harus

26
dibuat skala komunal yang kemudian dengan menggunakan alat dipompa menuju instalasi
pengolahan air limbah terpusat.

Hidrologi Kota Balikpapan

Potensi hidrologi yang terdapat di Kota Balikpapan meliputi air tanah dan air permukaan
(sungai). Potensi air tanah di Kota Balikpapan termasuk dalam klasifikasi cukup baik. Sesuai
dengan kondisi topografi dan fisiografi wilayah yang berbukit, menyebabkan pola aliran air
tanah yang terbentuk mengalir dari arah wilayah bagian utara menuju ke arah wilayah bagian
selatan kota. Berdasarkan hasil penelitian DAS Sungai Ampal / Sungai Klandasan Besar,
keadaan topografi di DAS Sungai Ampal / Sungai Klandasan Besar beragam, yang paling
tinggi mencapai 100 meter diatas permukaan laut, berupa bukit-bukit yang berupa hutan
heterogen, hutan lindung, perumahan dan kebun rakyat. Dengan kondisi yang berbukit-bukit
itu dan sebagian lembah-lembah berupa cekungan dan hanya sedikit daerah yang datar, maka
saat hujan lebat air permukaan cenderung mengalir kearah lembah-lembah yang berupa
tandon, yang pada akhirnya sebagai daerah tampungan air hujan yang semakin luas berupa
rawa-rawa karena alur sungai yang berfungsi untuk mengalirkan air tidak bisa menampung air
lagi.

Mengingat pada DAS tersebut prasarana yang ada saat ini belum tertata dengan baik dan
sebagian telah berubah menjadi lahan perumahan sehingga mengakibatkan terjadinya banjir /
genangan pada daerah Karang Rejo dan sekitarnya sampai ke kampung Damai, kondisi
drainase di sepanjang DAS Sungai Ampal pada saat ini sebagian masih merupakan drainase
alarn yang tidak beraturan dan bermender. Sungai-sungai yang terdapat dalam wilayah Kota
Balikpapan pada umumnya adalah sungai-sungai kecil, pendek, serta sempit. Sungai yang
panjang dan agak lebar, antara lain : Pada saat ini di Kota Balikpapan telah terjadi kasus
intrusi laut dan salinasi, yaitu di wilayah sekitar Sungai Wain Besar, Sungai Somber, dan
Sungai Manggar Besar.

Geologi Kota Balikpapan

Kota Balikpapan secara geologi terdiri dari 3 formasi yang mendasarinya yaitu :

 Formasi Balikpapan Bawah,


 Formasi Balikpapan Atas,
 Formasi Balikpapan Kampung Baru.
Untuk formasi Balikpapan Bawah dan Balikpapan Atas terdiri dari batu pasir kuarsa dan
lempung dengan sisipan lanau, serpih, batu gamping dan batu bara, formasi tersebut berada
didaerah perkotaan. Dimana satuan batuan tersebut secara umur geologi berumur Miosen dan

27
telah mengalami tingkat pelapukan yang cukup tinggi dan mudah jenuh oleh air. Untuk
Formasi Kampung Baru terdiri dari batu pasir kwarsa dengan sisipan lempung lignit dan
lanau dan berumur pliosen. Adapun letak Formasi tersebut berada dibagian Timur dari Kota
Balikpapan dan sebelah utara. Dimana satuan batuan ini juga memiliki tingkat pelapukan
yang tinggi dan mudah mengalami erosi. Formasi geologi Kota Balikpapan terdiri dari
Meosin Atas dan Alluvial Undak Terumbu Koral. Berdasarkan perhitungan, diketahui bahwa
Meosin Atas mencapai luas 20.937 Ha, dan Alluvial Undak Terumbu Koral mencapai luas
31.743 Ha.

Jenis batuan yang ada terdiri dari endapan permukaan dan batuan sedimen dan gunung api.
Endapan permukaan berupa endapan aluvium, terdiri dari kerikil, pasir, lempung dan lumpur,
umumnya tersebar disepanjang pantai timur di sekitar Tanah Grogot, Teluk Adang dan Teluk
Balikpapan. Sedangkan jenis batuan sedimen dan gunung api, terdiri dari tiga formasi batuan
yaitu Formasi Pulau Balang, Formasi Balikpapan dan Formasi Kampung Baru.

Jenis tanah yang terdapat di Kota Balikpapan adalah sebagai berikut :

 Alluvial, terdiri dari material pasir, lempung dan lumpur yang terbentuk dalam
lingkungan sungai dan pantai. Podsolik Merah Kuning, jenis tanah ini menempati
wilayah Kota Balikpapan sekitar 80%, keadaan tekstur tanah liat, porositas jelek dan
mudah larut bersama air.

 Tanah Pasir, sekitar 15% dari wilayah Kota Balikpapan, tanah pasir ini mengandung
kuarsa, lempung serta serpih dengan sisipan napal dan batu bara, berwarna kecoklatan
agak kelabu, porositas baik, rapuh dan tingkat erosi sangat tinggi.

Tekstur tanah adalah perbandingan relatif tiga golongan besar partikel tanah dalam suatu
massa tanah yaitu partikel pasir, debu dan liat. Kasar halusnya tekstur tanah dalam suatu
wilayah penggolongan tanah tersebut. Tekstur tanah dapat menentukan tata air dalam tanah
berupa kerapatan infiltrasi, penetrasi dan kemampuan pengikatan/sementasi oleh air tanah.

28
3.3. Aspek Sosial dan Ekonomi

3.3.1. Tataguna Lahan

Tataguna lahan (penggunaan lahan) adalah suatu tempat dalam penggunaan yang
terletak dalam suatu kawasan yang memuat pembagian wilayah untuk fungsi khusus,
misalnya fungsi pemukiman, perdagangan, industri, dll. Rencana tata guna lahan yang
diakhiri dengan keputusan-keputusan yang terkait dengan rencana, pengaturan dan
jadwal pembuatan jalan, saluran air bersih dan air limbah, gedungsekolah, pusat
kesehatan, taman dan pusat-pusat perhimpunan menyediakan fasilitas umum.Tataguna
lahan merupakan salah satu faktor penentu pengaruh dalam pengelolaan lingkungan.
Keseimbangan antara kawasan budidaya dan kawasan konservasi merupakan kunci
daripembangunan konservasi yang berwawasan lingkungan.

Rencana tataguna lahan hanya merupakan alat bantu untuk melaksanakan kebijakan-
kebijakan serta saran-saran yang dikandungnya selama semua terbuka dan tidak basi
karena perdarahan terus-menerus untuk acuhan pengambilan keputusan baik
bagikalangan pemerintah maupun swasta. Suatu cara untuk melaksanakan hal itu adalah
dengan cara meminta, menyusun dan mensahkan kembali rencana tersebut dari waktu
kewaktu.

Tabel Tataguna Lahan Kota Balikpapan Tahun 2018

No Tata Guna Lahan Persentase (%)


1 Pemukiman/tanah untuk bangunan dan halaman sekitarnya 50
2 Perkantoran dan pertokoan 20
3 Industri 15
4 Sawah 5
5 Kebun/ ladang 5
6 Hutan 3
7 Lainnya 2

29
3.3.2. Kependudukan

a. Jumlah penduduk

Tabel Jumlah Penduduk Kota Balikpapan Tahun 2009 – 2018

No Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)


1 2009 43524
2 2010 43624
3 2011 43724
4 2012 43924
5 2013 44024
6 2014 45224
7 2015 44824
8 2016 45024
9 2017 45224
10 2018 45424

b. Mata pencarian

Tabel Mata Pencaharian Penduduk Kota Balikpapan Tahun 2018

No Jenis Mata Pencaharian Persentase (%)


1 Petani 5
2 Pedagang 30
3 Pegawai Negeri/Swasta 45
4 Jasa 8
5 Lain-lain 2

c. Jenis pemukiman penduduk

Tabel Jenis Pemukiman Penduduk Kota Balikpapan Tahun 2018

No Jenis Rumah Persentase (%)


1 Rumah permanen 75
2 Rumah semipermanen 15
3 Rumah nonpermanen 10

30
3.4. Fasilitas Perkotaan

Tabel Fasilitas Perkotaan Kota Balikpapan Tahun 2018

No Jenis Fasilitas Jumlah Kapasitas


1 Sekolah
2 a. TK 10 + 4 100 jiwa/unit
3 b. SD 30 + 4 600 jiwa/unit
4 c. SMP 15 + 4 800 jiwa/unit
5 d. SMA 5+4 800 jiwa/unit
6 e. PT/Akademi 1+4 1500 jiwa/unit
7 Peribadatan
8 a. Masjid 30 + 4 400 jiwa/unit
9 b. Musola 34 + 4 100 jiwa unit
10 c. Gereja 4+ 4 400 jiwa/unit
Kesehatan
a. Rumah sakit 10 +4 300 tt/unit
b. Puskesmas 20 + 4 40 tt/unit
c. Klinik 5+4 15 tt/unit
d. Apotik 5+4 5 tt/unit
Industri
a. Industri besar 7+4 2 Ha/unit
b. Industri kecil 30 + 4 200 m2/unit
Perdagangan
a. Pasar 5+4 700 m2/unit
b. Toko 300 + 4 50 m2/unit
c. Restoran 30 + 4 50 m2/unit
Perkantoran
a. Kantor besar 10 + 4 1000 m2/unit
b. Kantor menengah 15 + 4 600 m2/unit
c. Kantor kecil 25 + 4 300 m2/unit
Lain-lain
a. Hotel berbintang 3 5+4 200 tt/unit
b. Hotel melati/wisma 7+4 50 tt/unit
c. Bioskop 4+4 500 tt/unit
d. Stadion olahraga 1+4 4 Ha
e. Terminal bus 3+4 200 unit bus/hari

31

Anda mungkin juga menyukai