Anda di halaman 1dari 35

Tugas Kelompok

Laporan Perencanaan Saluran Drainase


Daerah Kotagede Kelurahan Rejowinangun RW 01

Disusun oleh:
Kelompok 1
Atina Inayah (14314514)
Ray Kentkhute (14314623)
Tiari Januarita C. (14314645)
Trisya Wahyuni (14314649)
Kelas Sarmag 2014

Program Studi Teknik Lingkungan


Institut Teknologi Yogyakarta (STTL YLH)
Yogyakarta
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
pertolongan-Nya kami dapat menyelesaikan laporan yang berjudul Laporan
Perencanaan Saluran Drainase Daerah Kotagede Kelurahan Rejowinangun RW
01 sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Penyaluran Air
Buangan/Drainase.
Proses pembuatan laporan ini tentu saja tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak. Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Chafid Fandeli, M.S. selaku rektor Insititut Teknologi
Yogyakarta (STTL YLH).
2. Bapak Ir. Triyono, ST, M.Sc selaku pengajar mata kuliah Penyaluran Air
Buangan/Drainase atas semua saran dan bantuan yang sangat berguna dan
membantu.
3. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan doa dan dukungan secara
moril dan materil.
4. Pihak-pihak lain yang turut membantu dalam pembuatan laporan ini yang
tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Akhirnya, penulis berharap laporan ini dapat menjadi sesuatu yang
bermanfaat bagi masyarakat di masa yang akan datang serta penulis berharap
laporan ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca, meskipun tulisan ini
masih terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu,
penulis

mengharapkan

kritikan

dan

saran

yang

bermanfaat

untuk

menyempurnakan laporan ini di masa yang akan datang.


Yogyakarta, Desember 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ....... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Maksud & Tujuan ....... 2
1.3 Lingkup Tugas 2
BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN
2.1 Kondisi Fisik .......3
2.2 Kondisi Sosial Ekonomi & Budaya 6
2.3 Kondisi Biotis . 6
BAB III KRITERIA DESAIN DRAINASE
3.1 Sistem Drainase ...... 8
3.2 Analisis Hidrologi .......9
3.3 Analisis Hidraulika . 9
3.4 Manajemen DAS .11
BAB IV HASIL PERENCANAAN DRAINASE
4.1 Peta Rencana Manajemen/Pola Aliran ........13
4.2 Rencana Drainase (Perhitungan Desain) 14
4.2.1 Analisis dan Pembahasan Data ... 14
4.2.2 Analisis Frekuensi Curah Hujan...................................... 17
4.2.3 Analisis Intensitas Curah Hujan Harian
Maksimum (XT) ............................................................. 18
4.2.4 Analisis Debit Rencana....................................................19
4.2.5 Analisis Dimensi Saluran Pembuang...............................22

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan . 25
5.2 Saran ... 25
DAFTAR GAMBAR dan TABEL . iv
DAFTAR PUSTAKA .. v

LAMPIRAN

.........

vii

DAFTAR GAMBAR dan TABEL

GAMBAR
Gambar 2.1 Klaster Kelurahan Rejowinangun ......... 4

Gambar 2.2 Daerah Perencanaan Drainase .. 4


Gambar 2.3 Aliran Sungai 4
Gambar 2.4 Sumur Resapan . 5
Gambar 2.5 Jenis Saluran Drainase Tertutup ....... 5
Gambar 2.6 Air Genangan Sementara .. 5
Gambar 2.7 Tanaman di Halaman Rumah Warga 6
Gambar 2.8 Kolam Ikan Warga 7
Gambar 3.1 Manajemen Aliran Drainase RW 01 Kelurahan
Rejowinangun ....... 12
Gambar 4.1 Peta Perencanaan Saluran Drainase .. 13
Gambar 4.2 Penampang Saluran Trapesium 23

TABEL
Tabel 4.1. Nama dan Panjang Saluran ..

14

Tabel 4.2. Zona dan Luas Daerah Tangkapan Air Hujan .. 15


Tabel 4.3. Kemiringan Medan ... 15
Tabel 4.4. Data Curah Hujan Harian Maksimum .. 16
Tabel 4.5. Perhitungan Intensitas Curah Hujan . 17
Tabel 4.6. Waktu Konsentrasi 19
Tabel 4.7. Perhitungan Koefisien Penampungan (Cs) ..

20

Tabel 4.8. Perhitungan Debit Rencana (m3/detik) .

21

Tabel 4.9. Perhitungan Debit Kumulatif (m3/detik) .


Tabel 4.10. Analisis Dimensi Tiap Saluran ..
Tabel 4.11. Tipe Saluran Drainase

21
23
24

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kota merupakan tempat bagi banyak orang untuk melakukan berbagai
aktivitas, maka untuk menjamin kesehatan dan kenyamanan penduduknya harus
ada sanitasi yang memadai, misalnya drainase. Dengan adanya drainase tersebut
genangan air hujan dapat disalurkan sehingga banjir dapat dihindari dan tidak
akan menimbulkan dampak gangguan kesehatan pada masyarakat serta aktivitas
masyarakat tidak akan terganggu.
Drainase merupakan suatu sistem untuk menyalurkan air hujan. Sistem ini
mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang
sehat, apalagi di daerah yang berpenduduk padat seperti di perkotaan. Drainase
juga merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna
memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam
perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Secara umum, drainase
didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi
dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan
dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk
mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas, dimana drainase
merupakan suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu
daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan
air tersebut.
Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari
prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju
kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini
berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan
dan bawah permkaantanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi

sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki


daerah becek, genangan air dan banjir.

1.2 Maksud & Tujuan


Maksud dari tugas drainase ini adalah agar mahasiswa dapat mengerti dan
memahami

sistem

drainase

di

perkotaan

dan

tujuannya,

serta

bisa

mengaplikasikannya di lapangan. Sehingga mampu untuk merancang sistem


penyaluran air dalam kota, dimana rancangan disesuaikan dengan kriteria desain
dan memenuhi kaidah-kaidah perencanaan.
Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai salah satu tugas mata kuliah
Penyaluran Air Buangan/Drainase. Selain itu, penulis juga bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai pentingnya keberadaan saluran drainase
pada sebuah kota atau daerah sebagai bagian dari menanggulangi bencana banjir
maupun krisis kekurangan air.

1.3 Lingkup Tugas


Adapun lingkup tugas Penyaluran Air Buangan/Drainase yaitu:
1. Mendeskripsikan wilayah perencanaan yang akan dibuat saluran drainase.
2. Menganalisa saluran pembuangan air buangan/drainase dalam wilayah
perencanaan.
3. Mendata kondisi fisik di lapangan.
4. Merencanakan saluran drainase.

BAB II
DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN

2.1 Kondisi Fisik


Wilayah yang mejadi perencanaan saluran drainase adalah Kelurahan
Rejowinangun RW 01 Kecamatan Kotagede, Yogyakarta, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Indonesia. Lebih tepatnya di Jalan Semangu yang dapat dilihat pada
gambar 2.2.
Secara administratif RW 01 Kelurahan Rejowinangun mempunyai batasbatas wilayah yaitu:
a.
b.
c.
d.

Utara
Timur
Selatan
Barat

: Desa Banguntapan,
: RW 02 Kelurahan Rejowinangun
: RW 03 Kelurahan Rejowinangun
: RW 06 Kelurahan Rejowinangun

Luas wilayah RW 01 Kelurahan Rejowinangun adalah 30.490 m 2 dan secara


geografis letaknya datar, tingkat kemiringannya lumayan sehingga jika musim
hujan air mengalir ke tempat yang lebih rendah. RW 01 ini terdiri dari 4 RT yang
memiliki 122 KK.
Pesatnya perkembangan pemukiman warga mengurangi daerah resapan air.
Tetapi, untuk sampai saat ini menurut warga sekitar RW 01 belum pernah terjadi
banjir karena saluran drainase di daerah tersebut masih existing yang dapat dilihat
pada gambar 2.3 dan dimana adanya sumur resepan seperti pada gambar 2.4.
Saluran drainase di daerah tersebut jenisnya tertutup dikarenakan jalan yang sudah
kecil yang dapat dilihat pada gambar 2.5. Untuk genangan air tergolong genangan
sementara karena air terus mengalir ke daerah yang lebih rendah. Genangan bisa
terjadi dikarenakan jalan yang sudah mulai berlubang membentuk cekungan
sehingga saat air hujan turun mengisi lubang dan cekungan tersebut yang dapa
dilihat pada gambar 2.6.

Gambar 2.1

Gambar 2.2

Klaster Kelurahan Rejowinangun

Daerah Perencanaan Drainase

Gambar 2.3 Aliran Sungai

Gambar 2.4 Sumur Resapan

Gambar 2.5 Jenis Saluran Drainase Tertutup

Gambar 2.6 Air Genangan Sementara

2.2 Kondisi Sosial Ekonomi & Budaya


Masyarakat telah memiliki kesadaran akan pentingnya pengelolaan saluran
air buangan atau drainase. Daerah tersebut termasuk bersih karena masyarakat
tidak membuang sampah di sembarang tempat. Tak perlu diragukan lagi
kebersihan RW ini, semua sampah warga telah dipisah berdasarkan jenisnya
(organik dan anoreganik), sampah yang telah dipisahkan selanjutnya diolah
dengan menggunakan mesin mengolah sampah yang didapat dari BLH baru
baru ini, sebelum mendapatkan mesin warga mengolah sampah menjadi kompos
dengan cara dan alat yang sederhana.
Kelurahan Rejowinangun dibagi menjadi lima sistem klaster agar potensi
wilayah bisa berkembang dengan baik dan masyarakat bisa maju bersama yang
dapat dilihat pada gambar 2.1. Dimana RW 01 termasuk klaster Kampung Budaya
meliputi wayang, karawiyatan, Sanggar Tari, Keroncong, Jathilan anak, Mocopat,
Hadroh, Angklung, Gejog Lesung.

2.3 Kondisi Biotis


Di daerah RW 01 Kelurahan Rejowinangun tidak terdapat banyak lahan
hijau yang masih kosong. Tanaman ataupun pohon-pohon hanya tumbuh di
halaman rumah warga yang dapat dilihat pada gambar 2.7. Di pusatnya sudah
terisi dengan rumah-rumah warga. Tapi di sekitar RT 01 terdapat sawah warga dan
terdapat juga kolam-kolam ikan yang dapat dilihat pada gambar 2.8.

Gambar 2.7 Tanaman di Halaman Rumah Warga

Gambar 2.8 Kolam Ikan Warga

BAB III
KRITERIA DESAIN DRAINASE

3.1 Sistem Drainase


Data yang telah dikumpulkan sebelum masuk pada tahapan analisis, maka
dilakukan pengolahan data awal terlebih dahulu guna mendukung analisis
selanjutnya. Data yang diambil dan diolah terlebih dahulu guna analisis
selanjutnya adalah sebagai berikut:
a. Panjang Saluran
Dari hasil pengamatan di lapangan dapat ditentukan ada 11 saluran di
wilayah yang mejadi perencanaan saluran drainase dimana dengan ukuran
panjang yang berbeda-beda yang dapat dilihat pada tabel 4.1
b. Zona dan Luas Daerah Tangkapan Air Hujan
Catchment area (daerah tangkapan air) merupakan suatu wilayah daratan
yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya,
yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal
dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat
merupakan pemisah topografis yang dapat berupa punggung-punggung bukit
atau gunung dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan. Catchment area dapat dikatakan menjadi
suatu ekosistem dimana terdapat banyak aliran sungai, daerah hutan dan
komponen

penyusun

ekosistem

lainnya

termasuk

sumber

daya

alam.Namun,komponen yang terpenting adalah air, yang merupakan zat cair


yang terdapat di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam
pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di

darat. Catchment area erat kaitannya dengan Daerah Aliran Sungai (DAS).
Dari hasil pengamatan di lapangan bahwa penulis membagi luas daerah
tangkapan air hujan menjadi 11 zona dimana 10 zona tersebut berbentuk
C
segitiga sembarang dan 1 zona berbentuk segitaga siku-siku. Untuk
menghitung setiap zona maka digunakanlah rumus sebagai berikut:
b
1. Segitiga Sembarang
tc
A

a
B

L= s ( sa )( sb ) ( sc )

1
Dimana: s= 2 ( a+ b+c )
a, b, dan c adalah panjang sisi segitiga
2. Segitiga Siku-Siku
1
L= x a x t
2
Dimana: a = alas segitiga
t = tinggi segitiga

a
c. Kemiringan Medan
Kemiringan medan (S) bisa kita tentukan dengan mengetahui elevasi tiap
titik saluran. Altitudo (atau elevasi) adalah posisi vertikal (ketinggian) suatu
objek dari suatu titik tertentu (datum). Kemiringan medan bisa ditentukan
dengan rumus sebagai berikut:
elevasi aelevasi b
S=
panjang saluran

3.2 Analisis Hidrologi


Salah satu analisis hidrologi dalam perencanaan saluran drainase adalah
curah hujan. Curah hujan (mm) merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul
dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir.
Curah hujan 1 (satu) millimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi pada
tempat yang datar tertampung air setinggi satu millimeter atau tertampung air
sebanyak satu liter.
3.3 Analisis Hidraulika
Salah satu analisis hidraulika dalam perencanaan saluran drainase adalah
debit rencana. Dalam mengitung debit rencana kita perlu mengetahui beberapa hal
yaitu:
A. Waktu Konsentrasi
Waktu konsentrasi (Tc) adalah penjumlahan waktu yang dibutuhkan
untuk mengalir dari titik ke saluran terdekat (t1) ditambah waktu aliran di

dalam saluran ke titik terjauh. Untuk menghitung t1 kita harus


mengetahui beberapa hal yaitu:
1. Jarak dari titik terjauh ke saluran drainase (Lo)
2. Koefisien hambatan (nd)
Dari hasil pengamatan di lapangan dilihat bahwa kondisi
permukaan tanah pada daerah perencanaan adalah lapisan semen dan
aspal beton. Berdasarkan kondisi tersebut maka besarnya nilai
koefisien hambatan (nd) diambil sebesar 0,013. Hubungan antara
kondisi lapisan permukaan dengan Koefisien hambatan dapat dilihat
pada lampiran.
3. Kemiringan medan (S)

2
nd
Dimana rumusnya: t 1 = 3 x 3,28 x Lo x S

0,167

Untuk menghitung t2 kita harus mengetahui beberapa hal yaitu:


1. Panjang saluran (L)
2. Kecepatan rata-rata di saluran (V)
L
Dimana rumusnya: t 2 = 60 x V
B. Koefisien Pengaliran
Dari data letak pemukiman dilihat bahwa kondisi permukaan tanah
termasuk dalam kategori pemukiman padat, hal ini dikarenakan luas
daerah tangkapan air hujan pada lokasi perencanaan tersebut sebagian
besar adalah pemukiman.
Berdasarkan kondisi tersebut maka besarnya nilai koefisien
pengaliran (C) diambil sebesar 0,60. Hubungan kondisi permukaan tanah
dan koefisien pengaliran dapat dilihat pada lampiran.
C. Koefisien Penampungan
Perhitungan Koefisien Penampungan (Cs) dapat dilakukan setelah
diketahui besarnya waktu konsentrasi. Koefisien Penampungan dapat
dihitung menggunakan rumus:
2 Tc
Cs = 2 Tc+t 2
3.4 Manajemen DAS

10

DAS merupakan ekosistem, dimana unsur organisme dan lingkungan


biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat
keseimbangan inflow dan outflow dari material dan energi. Selain itu pengelolaan
DAS dapat disebutkan merupakan suatu bentuk pengembangan wilayah yang
menempatkan DAS sebagai suatu unit pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang
secara umum untuk mencapai tujuan peningkatan produksi pertanian dan
kehutanan yang optimum dan berkelanjutan (lestari) dengan upaya menekan
kerusakan seminimum mungkin agar distribusi aliran air sungai yang berasal dari
DAS dapat merata sepanjang tahun.
DAS berdasarkan fungsi, yaitu pertama DAS bagian hulu didasarkan pada
fungsi konservasi yang dikelola untuk mempertahankan kondisi lingkungan DAS
agar tidak terdegradasi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan
vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit), dan curah
hujan. Kedua DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai
yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan
ekonomi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air,
kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada
prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan danau. Ketiga DAS
bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk
dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang
diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air,
ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta
pengelolaan air limbah

11

Gambar 3.1 Manajemen Aliran Drainase RW 01 Kelurahan Rejowinangun

BAB IV
HASIL PERENCANAAN DRAINASE

12

4.1 Peta Rencana Manajemen/Pola Aliran

Gambar 4.1 Peta Perencanaan Saluran Drainase

4.2 Rencana Drainase (Perhitungan Drainase)


4.2.1 Analisis dan Pembahasan Data
A. Panjang Saluran

13

Berdasarkan data letak pemukiman dan jalan maka dapat


diketahui panjang saluran drainase tersebut. Pemberian nama dan
panjang saluran dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini.
Tabel 4.1. Nama dan Panjang Saluran
No

Nama Saluran

Panjang Saluran (m)

1.

P1

74

2.

P2

59

3.

P3

84

4.

P4

106

5.

P5

104

6.

P6

82

7.

P7

137

8.

P8

121

9.

P9

87

10.

P10

121

11.

P11

136

Sumber: Data Sekunder, 2015


B. Zona dan Luas Daerah Tangkapan Air Hujan
Berdasarkan kondisi topografi yang ada maka daerah
tangkapan air hujan dibagi dalam zona-zona dengan luasnya
masing-masing. Luas daerah tangkapan air hujan (zona) dapat
dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini.
Tabel 4.2. Zona dan Luas Daerah Tangkapan Air Hujan
No

Zona

Luas Daerah Tangkapan Air Hujan (km2)

1.

A1

0,00212

2.

A2

0,00247

3.

A3

0,00235

4.

A4

0,00273

5.

A5

0,00294

6.

A6

0,00280

14

7.

A7

0,00255

8.

A8

0,00267

9.

A9

0,00357

10.

A10

0,00209

11.

A11

0,00420

Sumber: Data Sekunder, 2015


C. Kemiringan Medan
Berdasarkan kondisi topografi serta data jalan yang ada maka
dapatlah diketahui besarnya kemiringan pada saluran yang akan
direncanakan. Besarnya kemiringan pada saluran tersebut
dapatlah dilihat pada tabel 4.3. dibawah ini.
Tabel 4.3. Kemiringan Medan
No

Nama
Saluran

Kemiringan
(%)

P1

107

105

0,027

P2

105

104

0,017

P3

104

103

0,012

b
102,5

Kemiringan
(%)
0,0047

102

0,0048

102

0,036

Nama
Saluran
P4

P5

P6

103
102,
5
105

P7

106

105

0,007

P8

107

106

0,008

P9

106

105,5

0,0057

10

P10

105

0,004

11

P11

No

105,
5
105,
5

102

Sumber: Data Sekunder, 2015

15

0,026

D. Curah Hujan
Data klimatologi untuk daerah perencanaan diambil dari
Dinas Pertanian dan Kehewanan Kota Yogyakarta dengan
lamanya waktu pencatatan tahunan curah hujan adalah selama 10
tahun. Data curah hujan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4
dibawah ini.
Tabel 4.4 Data Curah Hujan Harian Maksimum
No

Waktu Kejadian

Curah Hujan Maksimum (mm)

1.

Maret 2002

296

2.

Februari 2003

244

3.

Desember 2004

271

4.

Januari 2005

180

5.

Maret 2006

388

6.

Desember 2007

524

7.

Februari 2008

211

No

Waktu Kejadian

Curah Hujan Maksimum (mm)

8.

April 2009

519

9.

Desember 2010

512

10.

Januari 2011

351

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehewanan Kota Yogyakarta, BPS


2002-2012
4.2.2

Analisis Frekuensi Curah Hujan


Perhitungan/analisis data curah hujan untuk menentukan besar
curah hujan periode ulang T (tahun) XT dapatlah dilihat pada tabel
4.5 dibawah ini.
Tabel 4.5. Perhitungan Intensitas Curah Hujan
Hujan Harian Maksimum

Deviasi

Tahun
Xi (mm)

( Xi -

16

( Xi )

)2

2002

296

-53,6

2872,96

2003

244

-105,6

11151,36

2004

271

-78,6

6177,96

2005

180

-169,6

28764,16

2006

388

38,4

1474,56

2007

524

174,4

30415,36

2008

211

-138,6

19209,96

2009

519

169,4

28696,36

2010

512

162,4

26373,76

2011

351

1,4

1,96

Tahun

Hujan Harian Maksimum

Deviasi

Xi
( Xi -

n = 10

Xi =3496

(Xi -

( Xi -

)2

)
X

)2 = 155138,4

Sumber: Hasil Perhitungan, 2015


Dari data curah hujan yang ada, diperoleh nilai-nilai sebagai
berikut:
a) Rata-rata (mean)
X

3496
10

= 349,6

b) Standar Deviasi
SX =

155138,4
10

= 124,55

Untuk periode ulang (T) = 2 tahun dan n = 10 tahun, maka


diperoleh besarnya nilai Yt = 0,3665; nilai Yn = 0,4952; Sn =
0,9496. Besarnya nilai Yt, Yn dan Sn dapat dilihat pada lampiran.
4.2.3

Analisis Intensitas Curah Hujan Harian Maksimum (XT)

17

Besarnya hujan harian maksimum pada periode ulang 2 tahun


adalah:
X
XT =

SX
Yt - Yn
Sn

XT = 349,6 +

124,55
0,9496

(0,3665 0,4952)

XT = 349,6 + (131,16) (- 0,1287)


XT = 349,6 16,88
XT = 332,72 mm
4.2.4

Analisis Debit Rencana


Berdasarkan data curah hujan harian maksimum dan kondisi
topografi pada daerah perencanaan maka akan dihitung besarnya
debit rencana (design flood) yang akan dipergunakan untuk
kebutuhan analisis dimensi saluran.
A. Waktu Konsentrasi
Perhitungan/analisis data

waktu

konsentrasi

untuk

menentukan koefisien penampungan (Cs) dapat dilihat pada tabel


4.6 dibawah ini.
Tabel 4.6 Waktu Konsentrasi
Nama
Salura
n

Lo
(m)

Koefisien
Hambata
n (nd)

P1

74

0,013

Kemiringa
n medan
(S)
0,027

P2

59

0,013

0,017

P3

84

0,013

0,012

0,013

0,0047

0,013

0,0048

0,013

0,036

0,013

0,007

0,013
0,013

P4
P5
P6
P7
P8
P9

10
6
10
4
82
13
7
12
1
87

L
(m
)

V
(m/detik
)

t1
(menit
)

t2
(menit
)

Tc
(menit
)

0
13
3
21
7
32
3
42
7
34
0
25
8

1,5

1,54

1,54

1,5

1,53

1,48

3,01

1,5

1,67

2,41

4,08

1,5

1,88

3,59

5,47

1,5

1,87

4,74

6,61

1,5

1,52

3,78

5,3

1,5

1,29

2,87

4,16

0,008

1,5

1,84

1,84

0,0057

20
8

1,5

1,79

2,31

4,1

18

12
0,013
0,004
1
13
P11
0,013
0,026
6
Sumber: Hasil Perhitungan, 2015

32
9
34
4

P10

1,5

1,95

3,66

5,61

1,5

1,7

3,82

5,52

B. Koefisien Pengaliran (C)


Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa besarnya nilai
koefisien pengaliran (C) adalah 0,60 dapat dilihat pada lampiran.

C. Koefisien Penampungan (Cs)


Perhitungan Koefisien Penampungan (Cs) dapat dilakukan
setelah

diketahui

besarnya

waktu

konsentrasi.

Koefisien

Penampungan dapat dihitung menggunakan rumus:


2 Tc
Cs = 2 Tc+t 2
Tabel 4.7 Perhitungan Koefisien Penampungan (Cs)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Nama

t2

Tc

Saluran
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11

(menit)
0
1,48
2,41
3,59
4,74
3,78
2,87
0
2,31
3,66
3,82

(menit)
1,57
3,08
4,11
5,47
6,61
5,33
4,71
1,80
4,12
5,58
5,48

Sumber: Hasil Perhitungan, 2015


D. Debit Rencana (Qrenc)

19

Cs
1
0,80
0,77
0,75
0,74
0,74
0,74
1
0,78
0,75
0,74

Dengan nilai-nilai dan besaran yang diketahui di atas maka


dengan demikian besarnya debit rencana dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Qrenc = 0,278 . C . Cs . I . A
Dimana koefisien pengaliran (C) = 0,60
Intensitas hujan (I)
= 100
Tabel 4.8 Perhitungan Debit Rencana (m3/detik)
Nama

No

Saluran
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Cs

A (km2)

Qrencana (m3/detik)

0,60
0,60
0,60
0,60
0,60
0,60
0,60
0,60
0,60
0,60
0,60

1
0,81
0,77
0,75
0,74
0,74
0,77
1
0,78
0,75
0,74

100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100

0,00212
0,00247
0,00235
0,00273
0,00294
0,00280
0,00255
0,00267
0,00357
0,00209
0,00420

0,035
0,033
0,030
0,034
0,036
0,035
0,031
0,044
0,046
0,026
0,052

Sumber: Hasil Perhitungan, 2015

E. Debit Kumulatif
Perhitungan debit kumulatif (Qkumulatif) dapat dilakukan
setelah diketahui besarnya debit rencana (Qrenc). Hasil
perhitungan bisa dilihat pada tabel 4.9 ini.
Tabel 4.9 Perhitungan Debit Kumulatif (m3/detik)
No
1
2
3
4

Nama

Qrencana

Qkumulatif

Saluran

(m3/detik)

(m3/detik)

P1
P2
P3
P4

0,035
0,033
0,030
0,034

0,035
0,068
0,098
0,132

20

Keterangan
Q1
Q1 + Q2
Q1 + Q2 + Q3
Q1 + Q2 + Q3 + Q4

5
No
6
7
8
9
10
11

P5
Nama

0,036
Qrencana

0,168
Qkumulatif

Saluran
P6
P7
P8
P9
P10
P11

(m3/detik)
0,035
0,033
0,044
0,046
0,026
0,052

(m3/detik)
0,110
0,075

Q1 + Q2 + Q3 + Q4 + Q5

0,044
0,090
0,116
0,142

Keterangan
Q8 + Q7 + Q6
Q8 + Q7
Q8
Q8 + Q9
Q8 + Q9 + Q10
Q8 + Q9 + Q11

Sumber: Hasil Perhitungan, 2015


4.2.5

Analisis Dimensi Saluran Pembuang


Tipe Saluran yang digunakan pada perencanaan saluran drainase
pada lokasi pemukiman adalah penampang segitiga dan trapesium.
Perhitungan dimensi saluran yaitu sebagai berikut:
Analisis dimensi tiap saluran
Dimana kondisi dinding saluran adalah baik maka nilai koefisien
Kekasaran Manning (n) = 0,011
Kecepatan Rencana

= 1,5 m/detik

Syarat penampang ekonomis:


b = 2h
R = h/2
a) Luas penampang basah (A)
Q = V x A, maka A = Q/V,
saluran segi empat A = b x h = 2h x h = 2h2
b) Tinggi air dalam saluran (h)
A
h=
2

c) Lebar bawah saluran (b)


b=2xh=
d) Keliling basah (P)
P=4xh

21

e) Jari-jari tampang basah (R)


A
R= P
f) Kemiringan dasar saluran (I)
1 h
V= x
n 2

2
3

( ) xI

1
2

( ( ))
1 h
x
n 2

2
3

g) Tinggi jagaan (W)


W = 20 % x h = 0.2 x h
h) Tinggi saluran (H)
H=h+W
w
H

h
m

Tabel 4.10. Analisis


Dimensi Tiap Saluran
b
Gambar 4.2 Penampang Saluran Trapesium
V

Nama

Qkumulatif

Saluran

(m3/detik)

(m)

(m)

(m)

P1

0.035

0.011

1.5

0.023

0.107

0.214

0.428

P2

0.068

0.011

1.5

0.045

0.105

0.21

0.42

P3

0.098

0.011

1.5

0.065

0.1

0.2

0.4

P4

0.132

0.011

1.5

0.088

0.107

0.214

0.428

P5

0.168

0.011

1.5

0.112

0.109

0.218

0.436

Nama

Qkumulatif

Saluran

(m3/detik)

(m)

(m)

(m)

P6

0.110

0.011

1.5

0.107

0.214

0.428

P7

0.075

0.011

1.5

0.105

0.21

0.42

(m/detik

A (m2)

V
N

(m/detik

A (m2)

)
0.073
0.050
0

22

R (m)
0.054
5
0.107
9
0.163
3
0.205
6
0.256
9
R (m)
0.171
3
0.1190

0,0137

W
0.021
4

0.1284

0,0141

0.021

0.126

0,0151

0.02

0.12

0,0137
0,0134

0,0137
0,0141

0.021
4
0.021
8
W
0.021
4
0.021

0.1284
0.1308

0.1284
0.126

P8

0.011

1.5

P9

0.09

0.011

1.5

10

P10

0.116

0.011

1.5

11

P11

0.142

0.011

1.5

0.044

0.029
3
0.06
0.077
3
0.094
7

0.12

0.24

0.48

0.124

0.248

0.496

0.092

0.184

0.368

0.132

0.264

0.528

0.0611
0.120
9
0.210
1
0.179
3

0,0118
0,0113
0,0168
0,0104

Sumber: Hasil Perhitungan, 2015


Tabel 4.11 Tipe Saluran Drainase

1
2
3
4

Nama
Salura
n
P1
P2
P3
P4

P5

0.168

0.035 < 0.150


0.068 < 0.150
0.098 < 0.150
0.132 < 0.150
0.150 < 0.168 < 0.0300

6
7
8
9
10
11

P6
P7
P8
P9
P10
P11

0.11
0.075

0.11 < 0.150


0.075 < 0.150

0.044
0.09
0.116
0.142

0.044 < 0.150


0.09 < 0.150
0.116 < 0.150
0.142 < 0.150

No

Qkumulati
f (m3/detik)
0.035
0.068
0.098
0.132

Range

Tipe Saluran
Tipe DU-1
Tipe DU-1
Tipe DU-1
Tipe DU-1
Tipe DU-1
Tipe DU-1
Tipe DU-1
Tipe DU-1
Tipe DU-1
Tipe DU-1

Tipe DU-2

Sumber: Hasil Perhitungan, 2015


Keterangan: Tipe DU-1 = Debit (m3/detik) = < 0,150
Tipe DU-2 = Debit (m3/detik) = 0.150 < Q < 0.300
Tipe DU-3 = Debit (m3/detik) = 0.300 < Q < 0.500
Tipe DT-1 = Debit (m3/detik) = 0.500 < Q < 1.000
Tipe DT-2 = Debit (m3/detik) = 1.000 < Q < 1.500
Tipe DT-3 = Debit (m3/detik) = Q > 1.500

BAB V
PENUTUP

23

0.024
0.024
8
0.018
4
0.026
4

0.144
0.1488
0.1104
0.1584

5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan survei dan mengolah data maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Sistem drainase dibuat untuk mengalirkan air buangan atau air hujan
berlebih, yang akhirnya akan diteruskan hingga pembuangan akhir yaitu
sungai atau laut. Pengalirannya bisa melalui resapan ke dalam tanah atau
melalui sistem aliran drainase. Di setiap tempat mempunyai saluran dan
bahan drainase yang berbeda-beda, tergantung dari keadaan dan kondisi fisik
lingkungan tersebut.
2. Di RW 01 Kelurahan Rejowinangun bisa dikatakan bahwa sistem
drainasenya masih bagus. Tetapi, ada beberapa hal yang masih kurang
efektif seperti ada gang yang saluran drainasenya kurang dimana daerah
tersebut mudah terjadi genangan. Masih adanya sampah di saluran drainase
walaupun tidak begitu banyak.
5.2 Saran
Berikut saran yang bisa penulisan berikan yaitu:
1. Dalam perancangan drainase harus memperhatikan setiap komponen
perancangan dengan benar, seperti elevasi maupun kepadatan penduduk di
daerah tersebut juga merencanakan solusi antisipasi apabila nanti saluran
tersebut mengalami masalah.
2. Perlunya dilakukan pembersihan saluran drainase atau mengeluarkan
sedimentasi yang menumpuk didasar lantai saluran.

24

DAFTAR PUSTAKA

Irawan, Budi. 2011. Kotagede Kecamatan Bersih. Diunduh dari http://bangbudi.


blog.ugm.ac.id/2011/04/20/kotagede-kecamatan-bersih/. Diakses pada Jumat
11 Desember 2015.
Dimas. 2013. Bab IV. Diunduh dari http://eprints.uny.ac.id/18822/7/ BAB
%20IV.pdf. Diakses pada Sabtu 12 Desember 2015.
Miftahul,

Ivan.

2013.

Catchment

Area.

Diunduh

dari

http://ivanmiftahulfikri92.blogspot.co.id/2013/10/catchment-area.html.
Diakses pada Jumat 18 Desember 2015.
Sumardi, Umar. 2015. Drainase Perkotaan. Diunduh dari http://umarcivilenginee
ring.blogspot.co.id/2015/02/drainase-perkotaan.html. Diakses pada Jumat 11
Desember 2015.

LAMPIRAN

Kecepatan Rata-Rata Aliran Berdasarkan Jenis Material


No
Jenis Material
1
Lanau Aluvial
2
Kerikil Halus
3
Lempung Kokoh
4
Lempung Padat
5
Kerikil Kasar
6
Batu-batu Besar
7
Pasangan Batu
8
Beton
9
Beton Bertulang
Sumber: Subarkah, 1980

Kecepatan Rata-Rata (m/dtk)


0,60
0,75
0,75
1,10
1,20
1,50
1,50
1,50
1,50

Koefisien Reduced Variated (Yt)


Periode Ulang (tahun)

Variasi Periode Ulang (Yt)

0,3665

1,4999

10

2,2502

25

3,1985

50

3,9019

100

4,6001

Sumber: Subarkah, 1980

10

0,4952

0,4996

0,5035

0,5070

0,5070

0,5128

0,5157

0,5181

0,5202

0,5220

20

0,5236

0,5252

0,5268

0,5283

0,5296

0,5309

0,5320

0,5332

0,5343

0,5353

30

0,5362

0,5371

0,5380

0,5388

0,5402

0,5402

0,5410

0,5418

0,5424

0,5432

40

0,5436

0,5422

0,5448

0,5453

0,5458

0,5463

0,5468

0,5473

0,5477

0,5481

50

0,5485

0,5489

0,5493

0,5497

0,5501

0,5504

0,5508

0,5411

0,5519

0,5518

60

0,5521

0,5534

0,5527

0,5530

0,5533

0,5535

0,5538

0,5540

0,5543

0,5545

70

0,5548

0,5552

0,5555

0,5555

0,5557

0,5559

0,5561

0,5563

0,5565

0,5567

80

0,5569

0,5570

0,5572

0,5574

0,5576

0,5578

0,5580

0,5581

0,5583

0,5585

90

0,5586

0,5587

0,5589

0,5591

0,5592

0,5593

0,5595

0,5596

0,5598

0,5599

Koefisien Reduced Mean (Yn)


Sumber: Subarkah, 1980
Koefisien Reduced Deviation (Sn)
N

10

0,9496

0,9676

0,9833

0,9971

1,0095

1,0206

1,0316

1,0411

1.0493

1,0665

20

0,0628

1,0696

1,0696

1,0811

1,0864

1,0915

1,0961

1,1004

1,1047

1,1086

30

0,1124

1,1159

1,1159

1,1226

1,2555

1,1285

1,1313

1,1339

1,1363

1,1388

40

0,1413

1,1436

1,1436

1,1480

1,1499

1,1519

1,1538

1,1557

1,1674

1,1590

50

0,1607

1,1623

1,1623

1,1658

1,1667

1,1681

1,1696

1,1708

1,1721

1,1734

60

0,1747

1,1759

1,1759

1,1782

1,1793

1,1803

1,1814

1,1824

1,1834

1,1844

70

0,1859

1,1863

1,1863

1,1881

1,1890

1,1898

1,1906

1,1945

1,1923

1,1930

80

0,1938

1,1945

1,1945

1,1959

1,1967

1,1973

1,1980

1,1987

1,1993

1,2001

90

0,2007

1,2013

1,2020

1,2026

1,2032

1,2038

1,2044

1,2049

1,2055

1,2066

Sumber: Subarkah, 1980


Hubungan Pemukiman Dengan Koefisien Hambatan (nd)
Koefisien
No

Kondisi Lapisan Permukaan


Hambatan (nd)

Lapisan semen dan aspal beton

0,013

Permukaan licin dan kedap air

0,020

Permukaan licin dan kokoh

0,100

Tanah gundul, rumput tipis dan permukaan sedikit kasar

0,200

Rerumputan atau padang rumput

0,400

Hutan gundul

0,600

Hutan rimbun

0,80

Sumber: Subarkah, 1980


Hubungan Kondisi Permukaan Tanah dan Koefisien Pengaliran (C)
No

Kondisi Permukaan Tanah

Koefisien Pengaliran (C)

Jalan beton dan jalan aspal

0,70 0,95

Jalan kerikil dan jalan tanah

0,40 0,70

Bahu jalan

No

Tanah berbutir halus

0,40 0,65

Tanah berbutir kasar

0,10 0,20

Batuan masif keras

0,70 0,85

Batuan massif lunak

0,60 0,75

Kondisi Permukaan Tanah

Koefisien Pengaliran (C)

Daerah perkotaan

0,70 0,95

Daerah pinggir kota

0,60 0,70

Daerah industri

0,60 0,90

Pemukiman padat

0,40 0,60

Pemukiman tidak padat

0,20 0,60

Taman dan kebun

0,20 0,40

10

Persawahan

0,45 0,60

11

Perbukitan

0,70 0,80

12

Pegunungan

0,75 0,90

Sumber: Subarkah, 1980

Nilai Koefisien Kekasaran Manning (n)


No

Tipe Saluran

Baik Sekali

Baik

Sedang

Jelek

0,017

0,020

0,023

0,025

0,023

0,028

0,030

0,040

0,020

0,030

0,033

0,035

0,035

0,040

0,045

0,045

0,025

0,030

0,035

0,040

0,028

0,030

0,033

0,035

Baik Sekali

Baik

Sedang

Jelek

0,020

0,025

0,028

0,030

0,025

0,028

0,030

0,033

0,030

0,033

0,035

0,040

0,033

0,035

0,040

0,045

0,040

0,045

0,050

0,055

0,035

0,040

0,045

0,050

0,045

0,050

0,055

0,060

0,050

0,060

0,070

0,080

0,075

0,100

0,125

0,150

0,025

0,030

0,03

0,035

0,017

0,020

0,025

0,030

SALURAN BUATAN
1
2
3
4
5
6
No
7

Saluran tanah, lurus teratur


Saluran tanah yang dibuat dengan
excavator
Saluran pada dinding batuan,
lurus, teratur
Saluran pada dinding batuan, tidak
lurus tidak teratur
Saluran batuan, yang diledakan,
ada tumbuh-tumbuhan
Dasar saluran dari tanah, sisi
saluran berbatu

Tipe Saluran
Saluran lengkung, dengan
kecepatan aliran rendah

SALURAN ALAM
8
9
10
11
12
13
14
15

Bersih, lurus, tidak berpasir, tidak


berlubang
Seperti no 8 tapi ada timbunan
atau kerikil
Melengkung, bersih, berlubang
dan berdinding pasir
Seperti no. 10, dangkal dan tidak
teratur
Seperti no.10, berbatu dan ada
tumbuh-tumbuhan
Seperti no. 11, sebagian berbatu
Aliran pelan, banyak tumbuhtumbuhan dan berlubang
Banyak tumbuh-tumbuhan

SALURAN BUATAN,
BETON/BATU KALI
16
17

Saluran pasangan batu, dengan


penyelesaian
Seperti no.16, tanpa penyelesaian

18
19
20
21

Saluran Beton
Saluran beton halus dan rata
Saluran beton pracetak dengan
acuan baja
Saluran beton pracetak dengan

acuan kayu
Sumber: Subarkah, 1980

10

0,014
0,010

0,016
0,011

0,019
0,012

0,021
0,013

0,013

0,014

0,014

0,015

0,015

0,016

0,016

0,018

Anda mungkin juga menyukai