Oleh :
1531310172
9/1C
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan YME, karena dengan karunia-Nya saya dapat
menyelesaiakan “Laporan Drainase”. Laporan ini bertujuan untuk memberikan data-data hasil
praktikum yang telah didapatkan. Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses
pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan laporan tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing Bapak Moh. Charits
yang telah membantu dan membimbing saya dalam mengerjakan laporan ini. Saya juga
mengucapkan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi
kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan laporan ini.
Saya menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
sempurnanya laporan ini. Penulis berharap semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi mahasiswa
Politeknik Negeri Malang khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
i
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
4.1 Menentukan Kemiringan Galian dengan menggunakan Borning Rod ............ 14
4.2 Pemasangan Stake Out dan Galian Tanah Pasangan Tertutup ......................... 18
4.4 Pemasangan Buis Beton Setengah Lingkaran dan Pemasangan Pasangan Bata
........................................................................................................................... 26
LAMPIRAN ........................................................................................................................... 31
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya sistem drainase yang kita jumpai ada beberapa jenis, diantaranya yaitu
drainase pertanian yang biasa digunakan untuk pengeringan lahan pertanian. Drainase jalan
raya berfungsi untuk menjaga kondisi jalan raya tidak tergenang air hujan sehingga merusak
badan jalan bahkan dengan genangan air ini akan merusak badan jalan bahkan dengan
genangan air ini akan merusak konstruksi jalan raya itu. Drainase perkotaan berfungsi untuk
mengeringkan areal perkotaan dari air limbah rumah tangga dan air hujan yang merupakan
prioritas utama dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat kota. Drainase gedung yang
berfungsi untuk menjaga pengaliran air limbah gedung secara baik dan memenuhi syarat
kesehatan.
Sistem drainase merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pebangunan
gedung oleh karena itu perencanaan dan perancangan sistem drainase haruslah dilakukan
bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan perencanaan dan perancangan gedung itu
sendiri.
Perencanaan dan perancangan sistem drainase dimulai dengan rencana konsep, rencana
dasar, rancangan pendahuluan, dan gambar-gambar pelaksanaan, dengan selalu
memperhatikan koordinasi dan keserasian dengan perencanaan dan perancangan element
lainnya dalam gedung.
1
1.3.4 Mahasiswa/i dapat menentukan dan merancang penampang saluran drainase
2
BAB II
DASAR TEORI
Dengan demikian kriteria desain drainase perkotaan memiliki kekhususan, sebab untuk
perkotaan ada tambahan variabel design seperti keterkaitan dengan tata guna lahan,
keterkaitan dengan master plan drainase kota, keterkaitan dengan masalah sosial budaya
(kurangnya kesadaran masyarakat dalam ikut memelihara fungsi drainase kota) dan lain-lain.
Ada daerah-daerah tertentu yang hujanya turun sering berlebihan, dan ini bisa
menimbulkan malapetaka banjirbagi penduduk daerah tersebut. Lebih parah lagi kalau daerah
3
tersebut tidak terdapat saluran-saluran pembuangan atau kalau ada tetapi tidak berfungsi
sebagaimana mestinya. Untuk mencegah suatu banjir yang disebabkan curah hujan dapat
dibuat suatu sistem saluran pembuangan yang memenuhi syarat, yaitu sesuai dengan debit air
yang akan mengaliri saluran tersebut dan kemiringannya merupakan suatu kesatuan.
Pokoknya untuk itu semua memang dibuat suatu sistem pencegahan banjir dengan ruang
lingkup :
Pembuatan salauran yang baik pada kiri kanan badan jalan, begitu pula saluran
pembuangan dari rumah penduduk.
Dibangun bak-bak control pada saluran tersebut, guna untuk pemisah sampah dan
pengendap lumpur.
Air buangan dari industri adalah penyebab tercemarnya lingkungan, karena air buangan
ini mengandung berbagai macam bahan kimia, sampah-sampah pabrik, dll. Banyak ikan-ikan
dan ternak piaraan penduduk mati disebabkan air dilingkungan mereka tercemar oleh air
buangan dari industri. Untuk mencegah agar di lingkungan tempat tinggal penduduk tidak
tercemar, maka air bunagan dari industry harus dialirkan secara khusus, atau saluran yang
terpisah dan di buang ke :
Bak pengolahan air limbah, lalu dialirkan keperesapan yang baik saringannya.
Dalam suatu kota pada umumnya, air yang dibutuhkan penduduk didatngkan dari suatu
tempat di luar kota dan dialirkan ke rumah-rumah penduduk melalui pipa-pipa yang
diinstalasi sedemikian rupa. Tetapi karena tidak sempurna pengejaannya, sering pipa-pipa
tersebut bocor dan air megalir kemana-mana. Air yang berasal dari pipa yang bocor tersebut
dapat merusak jalan raya, bangunan, lingkungan dan air terbuang percuma. Untuk hal tersebut
diperlukan teknologi yang baik dalam hal penyambungan pipa-pipa saluran serta
perletakkannya.
4
2.3 Penggunaan Drainase
Rumah tinggal.
Perkantoran.
Asrama.
Hotel.
Kampus/Sekolah.
Rumah Sakit.
Pabrik-pabrik/Industrial Estate.
Stadion/Kompleks Olahraga.
5
Kompleks Perumahan/Real Estate.
Padang/Lembah Golf.
Jalan Raya.
Lapangan Terbang/Bandara.
Pelabuhan Laut.
Bendungan/Waduk.
Bumi Perkemahan.
Tempat-tempat rekreasi.
Saluran drainase pada umumnya terbuka atau tertutup. Tetapi selayaknya pada saluran
terbuka hanya untuk mengalirkan air buangan yang relative tidak berbau, seperti air hujan
maupun air permukaan (rembesan sistem irigasi, mata air, dll).
Sedangkan saluran tertutup digunakan untuk mengalirkan air buangan dari kamar
mandi, WC, dapur, cucian maupun buangan hasil proses industri.
Jenis saluran yang ada merupakan jaringan instalasi Sistem Terpisah yaitu satu saluran hanya
mengalirkan air kotor dari rumah tangga/industry, sedangkan saluran lainnya hanya
mengalirkan buangan air hujan. Sistem Kombinasi atau Sistem Gabungan merupakan satu
saluran yang membawa air buangan rumah tangga/industry dan buangan air hujan. Pada
6
sistem ini (sistem Kombinasi) sering dijumpai pada kota-kota di Negara berkembang, ooleh
karena factor ekonomi, tetapi pada daerah perdagangan dan pariwisata yang bertaraf
internasional di negara berkembang sudah menerapkan sistem terpisah. Sedangkan Sistem
Terpisah Sebagian hanya dipasang pada daerah tertentu saja, yaitu pada titik tertentu pada
saluran yang membawa air hujan yang dipasang Valve (Katub/Klep) atau pintu air yang
dihubungkan dengan saluran yang membawa limbah domestic untuk penggelontoran terhadap
endapan pada dasar saluran limbah ddomestik yang sewaktu-waktu dibutuhkan, yang
dioperasikan pada waktu air hujan cukup untuk penggelontoran (Flushing).
Ada berbagai macam penampang saluran yang digunakan, tetapi pada saluranterbuka
banyak digunakan saluran berpenampang segi empat maupun trapezium. Untuk penampang
saluran tertutup, banyak digunakan pipa saluran berpenampang bulat.
Sebagaimana seperti yang sering kita jumpai, posisi saluran du luar halaman rumah atau
gedung, yaitu di kedua sisi jalan, biasanya juga disebut drainase jalan. Oleh karena saluran
tersebut juga melayani bunagan limpasan hujan dari genting/atap rumah maupun bangnan
lainnya serta halaman, maka secara umum kita sebut saluran draunase.
Jenis air buangan atau limbah baik yang mengandng kotoran manusia, hewan, bekas
tumbuhan dibagi menjadi4 golongan :
2.8.1 Air kotor : yang berasal dari kloset, peturasan, bidet, dan air buangan yang mengandung
kotoran manusia yang berasal dari alat-alat saniter lainnya.
2.8.2 Air bekas : air yang berasal dari baka mandi (bath tub), bak cuci tangan, bak dapur dan
sebagainya.
7
2.8.3 Air hujan : dari atap, halaman.
2.8.4 Air buangan : yang berasal dari pabrik, aboratorium rumah sakit, tempat pemotongan
hewan dan air buangan yang bersifat radioaktif.
Sistem pembuangan air umumnya dibagi dalam bebrapa klasifikasi menurut jenis air
buangan, cara membuang air, dan sifat-sifat lain dari lokasi dimana saluran itu dipasang.
Sistem grafitasi
Sistem bertekanan
Bak kontrol di pasang dimana pipa bawah tanah membelok tajam, berubah diameternya,
bercabang atau pada lokasi-lokasi yang mirip penempatan lobang pembersih. Ukuran bak
8
kontrol harus sesuai dengan ukuran pipa dan cukup besar untuk memudahkan pembersihan.
Pada dasar bak kontrol untuk pembuangan air hujan dipasang tumpukan batu koral setabal
15cm atau lebih. Jarak antara bak kontrol sebaiknya tidak lebih dari 120 kali diameter dalam
pipanya. Dibawah ini diperlihatkan contoh bak kontrol dengan pasangan batu bata
a. Meteran lipat
b. Baja ukur
c. Benang
d. Waterpass
e. Unting-unting
f. Siku siku
g. Meteran gulung
a. Obeng
b. Palu besi
c. Palu kayu
a. Blincok
b. Linggis
9
c. Sekop runcing
e. Sendok semen
f. Skrap
g. Ruskam kayu
10
BAB III
Senam
Praktik drainase
Senam
Senam
Senam
Kamis, 6
4.
Oktober 2016
Memulai penggalian tanah sesuai rencana
11
Senam
Jumat, 7
5. Menguras galian yang terendam air
Oktober 2016
Melanjutkan penggalian tanah
Senam
Senam
Selasa, 11
7. Menguras galian yang terendam air
Oktober 2016
Melanjutkan galian tanah
Senam
Rabu, 12
8. Menyiapkan tempat bak kontor dan alat
Oktober 2016
bahan yang digunakan untuk pembuatan
saluran tertutup dan bak kontrol
Senam
Jumat, 14
10 Senam
Oktober 2016
12
Membongkar dan membersihkan
lapangan kerja
13
BAB IV
Bila kita ingin membuat sebuah saluran baik terbuka atautertutup, maka perlu terlebih
dahulu diketahui kemana arah air yang akan dialirkan supaya air yang akan dibuang mengalir.
Lalu kita perlu menentukan perbandingan kemiringan dasar saluran yang akan dibuat.
4.1.3 Peralatan
a. Meteran (5 m)
e. Kaca cermin
14
f. Gergaji potong
g. Pensil
h. Waterpass
i. Benang
j. Boning Rod
4.1.4 Bahan
b. Menentukan lokasi dimana praktek akan dikerjakan, dan tandai dengan patok.
Kemiringan galian = 2%
Angka ini ditandai pada tiang ujung B, yaitu 12 cm turun dari tanda pertama tadi.
15
d. Memasang sebuah patok pada ujung-ujung galian dengan ketinggian yang sama
(waterpass). Jarak patok A ke patok B = 6 meter.
Slang plastik
(Waterpass)
A
B
f. Menandai pada patok B=12 cm turun dari puncak atas patok, lalu tancapkan sebuah lagi
patok pendamping (patok C) dari patok B itu, tingginya tepat sama dengan garis tanda
yang sama pada patok B. (turun 12 cm terhadap patok B).
Slang plastik
(Waterpass) 12cm
A
B C
g. Memukul patok B hingga permukaan patok tersebut sama (selevel) dengan patok C.
12cm
A
B C
h. Memasang patok-patok antara pada tiap jarak 1 (satu) meter diantara patok A – B
dengan lurus menggunakan waterpass. Ketinggian patok-patok antara ini dibuat lebih
tinggi sedikit atau sama tinggi dengan patok A.
16
A
B
TAMPAK SAMPING
A B
TAMPAK ATAS
i. Mendirikan boning-rod diatas patok A dan patok B, masing-masing dipegang oleh satu
orang, Boning-rod harus tegak lurus. Dan satu orang berdiri kira-kira 1 (satu) meter
dibelakang patok A lalu membidik permukaan atas Boning-rod pada patok A dan patok
B (dimana kedua permukaan Boning-rod harus betul-betul horisontal dan satu garis).
Dan satu orang lagi memegang Boning-rod dan mendirikannya di atas salah satu patok
antara.
A
B
A
B
17
A
B
Mahasiswa/i mampu memasang Stake-Out (Bouw plank) dengan konstruksi yang kokoh
dan ukuran tepat.
Mahasiswa/i mampu menggali tanah dengan lebar yang sesuai ukuran pipa saluran yang
akan dipasang.
Mahasiswa/i mampu mebuat dasar galian tanah dalam suatu kesatuan miring dan
mengontrolnya dengan Boning Rod.
Mahasiswa/i mampu mengontrol elevasi Stake-Out (Bouw plank) dan elevasi dasar
galian pada tiitk-titik tertentu sesuai dengan gambar rencana kerja dnegan tepat.
Stake out merupaka papan duga (Bouwplank). Dingunakan untuk titik pedoman yang
menentukan letak pemasangan jalur pipa yang dilengkapi dengan penentuan arah aliran air
dan penentuan kemiringan pemasangan pipa/roil.sehingga dengan adanya stake out ini
menjadi tolok ukur semua pekerjaan yang dilaksanakan. Stake out dibuat dari papan yang
berukuran lembar 2 cm, panjang berkisar 120 cm dipaku pada dua batang patok kayu dolken
18
ataupun kayu meranti 5/7cm dengan panjang patok 100 cm. Stake out dipasang pada daerah
hulu saluran dan dihilirnya, dengan pajang saluran menurut gambar kerja. Galian tanah
merupakan pekerjaan selanjutnya setelah stake out dipasang. Galian tanah untuk saluran
tersebut sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan pada stake out, tanah digali mempuyai
talud yang sesuai dengan karakter tanah. Bila tanah cadas (keras) talud galian bisa tegak,
namun bila tanah berpasi maka talud ukuran dalam 1 juga ukuran miring. Sifat tanah dan
karakteristiknya perlu diketahui agar pada saat digali tidak terjadi longsoran yang akan
mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
a. Meteran
b. Pensil
c. Waterpass
e. Palu cakar
f. Gergaji potong
g. Ember
h. Unting-unting
i. Slang plastik
4.2.4 Bahan
b. Papan 2/20
c. Paku 5 cm.
19
d. Benang.
100
cm
b. Menentukan lokasi dimana praktek akan dikerjakan, dan tandai dengan patok.
c. Memasang tiang dolken ½ (setengah) meter di luar ujung sisi galian (A –B).
A B
½m ½m
Rencana galian
TAMPAK SAMPING
Rencana galian
TAMPAK ATAS
d. Menandai salah satu tiang dengan pensil pada ketinggian 80 cm dari tanah, lalu tanda
itu dipindahkan pada seluruh tiang-tiang dengan datar menggunakan slang plastik yang
diisi air.
20
Slang plastik (Waterpass)
A B
½m ½m
Rencana galian
e. Memasang papan Stake-Out tepat pada salah satu ujung A dan memberi tanda dengan
pensil.
A B
½m ½m
Rencana galian
A B
½m ½m
Rencana galian
6m
21
g. Menandai pertengahan panjang papan Stake-Out sebagai sumbu ( as ) saluran dengan
membidik as/patok dibawah papan Stake-Out menggunakan unting-unting.
PAPAN DUGA
Unting-unting
As galian / pipa
h. Menandai 38,215 cm kiri kanan as untuk diameter pipa 6” dan 36,310 cm kiri kanan as
untuk diameter pipa 4”.
i. Menandai garis garis tanda dengan memasang 2 (dua) buah paku sebagai pengikat benang
nantinya.
Unting-unting
As galian / pipa
22
LEBAR GALIAN PAPAN DUGA
Unting-unting
k. Menggali tanah menggunakan cangkul dan sekop ( jika tanah terlalu keras penggalian
menggunakan belincong, jika trase saluran terdapat bekas bangunan misalnya, dibongkar
menggunakan mesin pahat/hammer beton ) . Tanah bekas galian harus kita tempatkan
pada salah satu sisi galian.
l. Menggali selapis demi selapis sampai sedalam 50 cm dan mengontrol kemiringan dasar
galian dengan Boning-rod , dengan mendirikannya di dasar galian dan membidik pada
kedataran kedua papan Stake Out tersebut .
PAPAN DUGA
LEBAR GALIAN
AS GALIAN / PIPA
Minimal 30 cm
23
4.3 PEMASANGAN SALURAN TERTUTUP DENGAN BAK KONTROL
Mahasiswa/i mampu membuat saluran drainase tertutup dengan baik dan benar.
Drainase Bawah Tanah Tertutup, yaitu saluran yang menerima air limpasan dari daerah
yang diperkeras maupun yang tidak diperkeras dan membawanya ke sebuah pipa keluar di sisi
tapak (saluran permukaan atau sungai), ke sistem drainase kota. Drainase Bawah Tanah
Tertutup dengan tempat penampungan pada tapak, dimana drainase ini mampu menampung
air limpasan dengan volume dan kecepatan yang meningkat tanpa menyebabkan erosi dan
kerusakan pada tapak.
Bak kontrol di pasang dimana pipa bawah tanah membelok tajam, berubah diameternya,
bercabang atau pada lokasi-lokasi yang mirip penempatan lobang pembersih. Ukuran bak
kontrol harus sesuai dengan ukuran pipa dan cukup besar untuk memudahkan pembersihan.
Pada dasar bak kontrol untuk pembuangan air hujan dipasang tumpukan batu koral setabal
15cm atau lebih. Jarak antara bak kontrol sebaiknya tidak lebih dari 120 kali diameter dalam
pipanya. Dibawah ini diperlihatkan contoh bak kontrol dengan pasangan batu bata.
4.3.3 Peralatan
a. Meteran lipat
24
c. Selang plastic
d. Waterpass
e. Cetok kecil
f. Bak spesi
g. Ember
h. Cangkul
4.3.4 Bahan
a. Semen
b. Kapur
c. Pasir pasang
e. Bata
f. Benang
b. Meletakkan pipa pada pinggir galian yang sudah disiapkan secara teratur dan pada
posisi yang benar.
c. Menghamparkan pasir urug pada dasar saluran dengan tebal 3-5 cm secara merata,
siram sedikit dengan air agar padat.
d. Memasukkan pipa ke dalam galian lalu beri tanda sebagai acuan membuat bak kontrol
yang sesuai dengan rencana.
25
e. Meletakkan pipa pada bak kontrol pada pondasi yang sudah terpasang di atas pasangan
batu bata pada bak kontrol di salah satu ujungnya, serta di atas pondasi di ujung pipa
lainnya.
f. Memasang pasangan batu bata bak kontrol dan bak penampung agar saling terkunci.
Mahasiswa/i mampu memasang buis beton setengah lingkaran untuk saluran terbuka
dengan ukuran dan kemiringan tertentu secara baik dan benar.
Mahasiswa/i mampu memasang buis beton setengah lingkaran dengan posisi yang
benar.
Mahasiswa/i mampu melakukan pasangan bata, baik setengah bata dan pasangan satu
bata.
Mahasiswa/i mampu membuat pasangan bata untuk memperkuat sisi sisi drainase agar
tidak jadi kelongsoran.
Buis beton setengah bulat merupakan jenis saluran yang sering digunakan sebagai
bahan dasar saluran terbuka. Ukuran ini berfariasi dari ukuran 10 cm hingga berdiameter 50
cm, namun bila pipa beton mencapai diameter 1 m bahkan lebih. Cara menyambung buis ini
yaitu menggunakan mortal /adukan semen spesi dengan campuran 1 : 2 ( 1 semen : 2 pasir )
yang kedapair dengan cara ditempelkan pada daerah sambungan buis benar- benar sudah lurus
serta rapi. Penyambugan dilakukan bila posisi buis benar-benar sudah lurus serta kemiringan
yang benar. Letak mortal ditempatkan dibagian luar dari buis atau dibagian bawah, selain
sebagai penguat sambungan juga berfungsi sebagai pondasi per letekan buis beton.
26
Pasangan bata digunakan untuk menahan gaya lateral dari tanah dan samping jalan bila
drainase ada dipinggir jalan. Pasangan bata dipinggir jalan selalu dierbesar untuk menghindari
kelongsoran. Jika pasangan drainase yyang jauh dari jalan mengguakan pasangan setengha
bata maka disebelah jalan pas pasangan yang digunakan adalah satu bata.
4.4.3 Peralatan
a. Meteran lipat
c. Selang plastik
d. Waterpass
e. Cetok kecil
f. Bak spesi
g. Ember
h. Cangkul
4.4.4 Bahan
a. Semen
b. Kapur
c. Pasir pasang
e. Bata
27
4.4.5 Prosedur Kerja
a. Memasang benang pada as papan duga untuk menetukan posisis buis beton.
b. Meletakkan buis beton pada pinggir galian yang sudah disiapkan secara teratur dan pada
posisi yang benar.
c. Menghamparkan pasir urug pada dasar saluran dengan tebal 5 cm secara merata, siram
sedikit dengan air agar padat.
d. Menyusun buis beton pada dasar saluran dalam posisi terlentang, secara bertahap satu
persatu dengan cara memberikan mortal (semen spesi) yang sudah diaduk secara
homogen pada bak pengaduk.
e. Meletakkan Buis beton berikutnya hingga terpasang lurus dengan kemiringan aliran
yang sudah ditentukan pada benang yang ada pada stake out.
f. Mengukur kemiringan pasangan Buis beton yang sudah dipasang dengan cara
menjinjingkan unting-unting pada jalur benang as saluran,beri tanda pada pertemuan
antara benang unting –unting dan benang as saluran.
g. Menimbun sisi kiri dan kanan buis beton yang tealh terpasang dengan tanah
urug/timbun dan memadatkan tanah urug tersebut hingga mencapai tinggi 5 cm di
bawah bibir Buis beton.
h. Memasang pasangan batu bata pada hulu dan hilir buis beton sepanjang 1 (satu) meter
dengan tinggi sejajar permukaan tanah.
28
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam kerja drainase sangat diperlukan ketelitian dimana saat menentukan ukuran-
ukuran yang harus kita patokan. Kerja drainase merupakan saah satu sifat yang harus
dilaksanakan di dalam teknik sipil karena pada pembuatan denah/bangunan harus dapat
pastikan dimana posisi kedudukannya.
Karena apabila tidak melakukannya dengan baik maka akan berakibat yang fatalkarena
dalam pembuatan instalasi ini harus benar dan tepat, supaya air yang ingin dibuang mengair
ketempat yang telah kita tentukan terlebih dahulu.
5.2 Saran
Dalam kerja drainase untuk dapat elakukan pekerjaan yang sesuai dengan rencana baca
dan pahami teori atau langkah kerja dengan baik. Hati hati ketika memindahkan atau menaruh
pipa saluran baik saluran drainase atau gorong gorong dan mengutamakan keseamatan ketika
di lapangan. Mengecek elevasi saluran dengan Boning Rod agar hasil sesuai dengan yang
direncanakan dan utamakan kerja sama tim.
29
DAFTAR PUSTAKA
Charits, Mohammad dkk, 2012. Modul Praktek Drainase. Malang : Politeknik Negeri
Malang.
________, 2011. Contoh Laporan Kerja Pipa dan Drainase. Medan :Politeknik Negeri
Medan – Teknik Sipil 09. http://polmed-tekniksipil.blogspot.co.id/2011/05/contoh-
laporan-kerja-pipa-dan-drainase.html. (di akses 13, Oktober 2016. Pukul 4.10 WIB).
Zakiah, Salma ST, 2011. Laporan Praktikum Plambing dan Drainase. Bandung : Politeknik
Negeri Bandung.
https://www.academia.edu/9398527/LAPORAN_PLAMBING_and_DRAINASE .(
diakses 22 April 2016. Pukul 4.44 WIB).
Suripin. 2004. Sistem Drainase Yang Berkelanjutan. Penerbit Andi Offset, Yogyakarta
LAMPIRAN
30
31
32
33
34
35
36