Anda di halaman 1dari 123

TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan bertambahnya pula
jumlah air limbah permukiman yang dihasilkan. Air limbah permukiman
adalah air yang telah digunakan oleh suatu komunitas yang mengandung
material yang telah tertambahkan selama penggunaan air tersebut. Air limbah
permukiman terdiri dari limbah manusia (feses dan urin) yang telah
bercampur dengan air yang digunakan di toilet dan kamar mandi. Air limbah
permukiman juga meliputi hasil dari pencucian baju dan pembersihan
peralatan dapur. Penggunaan air minum menghasilkan sekitar 80% air
limbah. Konsentrasi air limbah di atas baku mutu regulasi dan tanpa
penanganan akan mencemari lingkungan sehingga harus dikumpulkan dan
dialirkan menuju Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Sistem
pengolahan air limbah melayani sebagian kecil penduduk karena biaya
konstruksi dan pengolahan mahal. Sistem pengolahan hampir sebagian besar
bersifat individu, berupa tangki septik. Unit tersebut tidak layak dibangun
pada wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi karena air limpasan
tangki septik dapat mencemari ketersediaan air tanah.
Sistem penyaluran air limbah ini pada prinsipnya terdiri dari dua macam
yaitu: sistem penyaluran terpisah dan sistem penyaluran campuran, dimana
sistem penyaluran terpisah adalah sistem yang memisahkan aliran air
buangan dengan limpasan air hujan, sedangkan sistem penyaluran
tercampur menggabungkan aliran air buangan dengan limpasan air hujan.
Pembahasan hanya mencakup sistem penyaluran air limbah terpisah.
Kemudian sistem pengolahan limbah pun terdiri dari 2 macam yaitu sistem
pengo lahan on-site position da n sistem off-site position, yang akan ditinjau
nantinya adalah sistem pengolahan off- site posistion dimana air limbah
disalurkan melalui sewer (saluran pengumpul air limbah) lalu kemudian
masuk ke instalasi pengolahan terpusat

Dani Setiawan (14513100) 1


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Drainase kota mayoritas menangani limpasan permukaan yang disebut


drainase permukaan (surface drainage). Adapun limpasan permukaan,
mayoritas bersumber dari limpasan air hujan, juga ada yang bersumber dari
buangan air limbah seperti buangan air cucian domestik (greywater) maupun
(black water) dan air buangan industri. Keadaan drainase semacam ini disebut
sistem drainase campuran. Oleh karena debit aliran air limbah dimasukkan
kedalam saluran drainase itu relatif sangat kecil jika dibanding dengan debit
puncak limpasan air hujannya, maka setiap perencanaan drainase permukaan,
hanya mengacu pada karakteristik limpasan air hujan yang terjadi.
Sistem drainase adalah rangkaian kegiatan yang membentuk upaya pengaliran
air, baik air permukaan (limpasan/run off), maupun air tanah (underground
water) dari suatu daerah atau kawasan. Suatu kawasan perumahan yang
tertata dengan baik haruslah juga diikuti dengan penataan sistem drainase
yang berfungsi untuk mengurangi atau membuang kelebihan air dari suatu
kawasan atau lahan sehingga tidak menimbulkan genangan air yang dapat
menganggu aktivitas masyarakat dan bahkan dapat menimbulkan kerugian
sosial ekonomi terutama yang menyangkut aspek-aspek kesehatan lingkungan
permukiman.
Prinsip jalur pembuangan pada waktu hujan, air yang mengalir dipermukaan
diusahakan secepatnya dibuang agar tidak menimbulkan genangan, hal
tersebut dapat mengganggu aktivitas di perkotaan dan bahkan dapat
menimbulkan kerugian sosial ekonomi terutama yang menyangkut aspek
kesehatan lingkungan pemukiman kota.
Sewerage yang berasal dari kata sewer dan sewage. sewer yang artinya
jaringan perpipaan yang pada umumnya tertutup dan secara normal tidak
membawa aliran air buangan secara penuh, Sedangkan sewage artinya cairan
buangan yang dibawa melalui sewer. Sehingga sistem sewerage adalah suatu
sistem pengelolaan Air Limbah mulai dari pengumpulan (sewer), pengolahan
(treatment) sampai dengan pembuangan akhir (disposal).
Kondisi eksisting drainase dan sewerage pada Kecamatan Kalasan Menurut
kondisi di lapangan, di beberapa titik jalan saluran drainase cukup baik.

Dani Setiawan (14513100) 2


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Namun terdapat juga permasalahan di Kecamatan Kalasan, yaitu


pemeliharaan yang kurang baik dari pemerintah maupun masyarakat disekitar
lokasi itu sendiri. Salah satunya adalah permasalahan screen saluran yang
tersumbat berbagai sampah dan ditumbuhi oleh tumbuhan-tumbuhan lainnya.
Sehingga akan direncanakan sistem drainase dan sewerage pada Kecamatan
Kalasan untuk menanggulangi permassalahan yang terjadi.
1.2 Maksud dan Tujuan
 Sistem Perencanaan Drainase
1. Mengendalikan banjir didaerah kecamatan kalasan
2. Merencanakan sistem saluran drainase kawasan yang berfungsi sebagai
saluran air untuk menghindari genangan air.
3. Menentukan dimensi saluran yang dapat menampung debit air hujan
4. Merencanaan bangunan pelengkap yang dibutuhkan saluran drainase
 Sistem Perencanaan Sewerage
1. Merencanakan sistem saluran sewerage yang berfungsi sebagai saluran
air buangan sehingga tidak menimbulkan gangguan estetika dan
menciptakan kondisi lingkungan yang sehat.
2. Menentukan dimensi saluran yang dapat mengalirkan air buangan ke
IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah).
3. Meningkatkan mutu lingkungan hidup melalui pengolahan,
pembuangan, dan atau pemanfaatan air buangan untuk kepentingan
hidup manusia dan lingkungannya.
4. Merencanakan bangunan pelengkap yang dibutuhkan saluran sewerage
1.3 Ruang Lingkup
Tugas perencanaan sistem drainase dan sewerage ini meliputi wilayah
Kecamatan Kalasan, adapun ruang lingkup perencanaan sebagai berikut :
 Sistem Drainase
1. Penentuan daerah pelayanan kurang lebih 60 %
2. Perencanaan sistem jaringan drainase, meliputi :
a. Penentuan sistem yang direncanakan
b. Lay out jaringan

Dani Setiawan (14513100) 3


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

3. Perhitungan beban aliran :


a. Penentuan blok pelayanan (sub area)
b. Perhitungan kapasitas aliran (sesuai tata guna lahan)
c. Menghitung curah hujan rata-rata, distribusi hujan dan lengkung
intensitas hujan:
A. Menghitung curah hujan rata-rata (ekivalen) daerah, menghitung
hujan hujan harian maksimum dengan metode:
- Gumbel
- Iwai Kadoya
- Log Pearson Tipe III
B. Menghitung distribusi hujan dengan menggunakan metode
Hasper Weduwen
C. Menghitung lengkung intensitas hujan untuk tinggi hujan
rencana yang dipilih, menggunakan cara:
- Talbot
- Ishigoro
- Sherman
4. Pemilihan bentuk dan bahan saluran
5. Perhitungan dimensi dan elevasi saluran
6. Rencana bangunan pelengkap
- Pompa dan rumah pompa (bila diperlukan)
- Bangunan bantu bila diperlukan
7. BOQ dan RAB
 Sistem Sewerage
1. Perencanaan Jaringan Swerage, meliputi:
- Area Pelayanan
- Penentuan sistem yang direncanakan
2. Kriteria Perencanaan
3. Perhitungan Beban Aliran:
- Penentuan sube area pelayanan

Dani Setiawan (14513100) 4


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

- Perhitungan kapasistas aliran (perumahan, komersial, industri, dan


lain-lain
4. Perhitungan dimensi saluran
5. Rencana bangunan pelengkap (bila diperlukan)
- Pompa
- Bangunan perlintasan dan sebagainya
6. BOQ dan RAB
1.4 Peraturan Terkait
Agar suatu perencanaan lebih terarah dan sesuai standar yang telah dibuat,
maka dalam perencanaan ini memiliki peraturan-peraturan sebagai berikut :
1. NSPM (Norma Standar Pedoman Manual)
2. Peraturan Menteri Perkerja Umum Nomor 16/PRT/M/2008 Tentang
Kebijakan Dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air
Limbah Permukiman
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2014 Tentang
Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan
4. Referensi lain yang dianggap relevan

Dani Setiawan (14513100) 5


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BAB II
KONDISI UMUM DAERAH PERENCANAAN
2.1 Batas Wilayah Administrasi
Kecamatan Kalasan terletak di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY). Kecamatan Kalasan memiliki luas sebesar 35,84 km2 dengan
jumlah penduduk sebanyak 73.284 jiwa. Kecamatan ini dibagi menjadi 4 desa
yaitu Desa Purwomartani, Desa Tamanmartani, Desa Tirtomartani, Dan Desa
Selomartani, pembagian tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1 Kecamatan
Kalasan.

Gambar 2.1 Peta Wilayah Kecamatan Kalasan (Badan Pusat Statistik, 2016)

penduduk Kecamatan Kalasan Sebagian besar adalah Petani. Data monografi


Kecamatan tercatat 14.106 orang atau 24,74 % penduduk Kecamatan Kalasan
bekerja di sektor pertanian. Kecamatan Kalasan berada di dataran rendah. Ibukota
Kecamatannya berada pada ketinggian 144 meter di atas permukaan laut.
Kecamatan Kalasan beriklim seperti layaknya daerah dataran rendah di daerah
tropis. Suhu tertinggi yang tercatat di Kecamatan Kalasan adalah 36 °C dengan

Dani Setiawan (14513100) 6


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

suhu terendah 33 °C. Bentangan wilayah di Kecamatan Kalasan berupa tanah


yang datar sampai berombak. Dengan batas wilayah sebagai berikut :
Utara : Kecamatan Ngemplek
Timur : Provinsi Jawa Tengah
Selatan : Kecamatan Berbah
Barat : Kecamatan Depok

Tabel 2.2 Nama sungai yang melintasi Kecamatan Kalasan

Desa Nama Sungai


Purwomartani Kuning, Tepus Warung
Tirtomartani Tepus, Wareng, Opak
Tamanmartani Opak
Selomartani Kuning, Tepus, Opak
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016

2.2 Demografi Kependudukan


Banyaknya penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di
Kecamatan Kalasan pada tahun 2015 sebagai berikut :
Tabel 2.3 Jumlah penduduk Kecamatan Kalasan Tahun 2015
Kelompk
Laki-laki Perempuan Jumlah
Umur
0-4 3227 3031 6258
5-9 2951 2826 5777
10-14 2801 2671 5472
15-19 3517 3512 7029
20-24 4521 4089 8610
25-29 3596 3430 7026
30-34 3240 3267 6507
35-39 3011 3058 6069
40-44 2884 3017 5901
45-49 2336 2553 4889
50-54 2093 2226 4319
55-59 1620 1628 3248
60-64 1090 1268 2358
65-69 1016 1106 2122

Dani Setiawan (14513100) 7


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Kelompk
Laki-laki Perempuan Jumlah
Umur
70-74 762 908 1670
75+ 959 1328 2287
Kecamatan 36397 36887 73284
Sumber : Registrasi Penduduk
Tabel 2.4 Kepadatan penduduk dan per km2 dan Sex Ratio menurut desa di
Kecamatan Kalasan Tahun 2015
Kepadatan per
Desa Luas (Km2) Sex Ratio
Km2
Purwomartani 12,05 2925 100,4
Tirtomartani 7,53 1852 96,4
Tamanmartani 7,3 2198 96,9
Selomartani 8,96 1464 98,4
Kecamatan 35,84 2186 98,7
Sumber : Badan Pusat Statistik

2.3 Fasilitas Prasarana Kecamatan Kalasan


Secara umum dari data tahun 2015 dengan luas wilayah 35,85 km2 terdapat
beberapa fasilitas umum di Kecamatan Kalasan sebagai berikut :
Tabel 2.5 Banyaknya SLB,TK dan SD per desa
di Kecamata Kalasan
SD
Desa SLB TK
Negeri Swasta
Purwomartani 1 16 7 6
Tirtomartani - 10 5 2
Tamanmartani - 11 8 -
Selomartani 1 6 6 1
Kecamatan 2 43 26 9
Sumber : Badan Pusat Statistik
Tabel 2.6 Banyaknya SMA dan SMP per desa di Kecamatan Kalasan
SLTP SLTA/SMK
Desa
Negeri Swasta Negeri Swasta
Purwomartani 1 1 - 1
Tirtomartani 1 2 - 2
Tamanmartani 1 - 2 2

Dani Setiawan (14513100) 8


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

SLTP SLTA/SMK
Desa
Negeri Swasta Negeri Swasta
Selomartani 1 - - -
Kecamatan 4 3 2 5
Sumber : Badan Pusat Statistik
Tabel 2.7 Banyaknya sarana kesehatan per desa di Kecamatan Kalasan
Puskesmas Dokter Rumah
Desa Puskesmas Poliklinik
Pembantu Praktek Brsalin
Purwomartani 1 - 32 1 4
Tirtomartani - 1 11 - 4
Tamanmartani - - 7 - 6
Selomartani - - 3 - 2
Kecamatan 1 1 53 1 16
Sumber : Badan Pusat Statistik
Tabel 2.8 Banyaknya Apotek dan Toko Obat per desa
di Kecamatan Kalasan

Desa Apotek Toko Obat


Purwomartani 11 5
Tirtomartani 4 3
Tamanmartani 1 2
Selomartani 2 2
Kecamatan 18 12
Sumber : Badan Pusat Statistik
Tabel 2.9 Banyaknya sarana perekonomian per desa di Kecamatan Kalasan
Pasar Warung Rumah
Desa Pertokoan Bank/KUD
Umum Kios Makan
Purwomartani 3 332 467 60 3
Tirtomartani 1 147 251 24 3
Tamanmartani 1 118 228 21 1
Selomartani 1 114 236 22 -
Kecamatan 6 711 1182 127 7
Sumber : Badan Pusat Statistik

Dani Setiawan (14513100) 9


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Tabel 2.10 Banyaknya penginapan menurut jenisnya per desa di Kecamatan


Kalasan
Hotel
Desa
Berbintang Melati
Purwomartani - 2
Tirtomartani 1 2
Tamanmartani 1 -
Selomartani - -
Kecamatan 2 4
Sumber : Badan Pusat Statistik
Tabel 2.11 Banyaknya tempat ibadah per desa di Kecamatan Kalasan
Gereja
Desa Masjid Musholah Pura
Katolik Kristen
Purwomartani 45 26 4 3 -
Tirtomartani 33 20 1 - -
Tamanmartani 32 29 - 1 -
Selomartani 40 33 - - 1
Kecamatan 150 108 5 4 1
Sumber : Badan Pusat Statistik
Tabel 2.12 Banyaknya tempat rekreasi dan wisata per desa
di Kecamatan Salakan
Pertunjukan Kolam Lain-
Desa Purbakala Sejarah
Kesenian Renang lain
Purwomartani 1 - 1 - 1
Tirtomartani - 2 2 - 2
Tamanmartani 1 - - - -
Selomartani - 2 - 1 1
Kecamatan 2 2 3 1 4
Sumber : Badan Pusat Statistik

Tabel 2.13 Total fasilitas di Kecamatan Kalasan


No Fasilitas Jumlah
1 Pendidikan 94
2 Kesehatan 102
3 Perekonomian 2033
4 Penginapan 6

Dani Setiawan (14513100) 10


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

No Fasilitas Jumlah
5 Peribadahan 268
6 Wisata 12
Total 2515

2.4 Kondisi Eksisting


Menurut kondisi di lapangan, di beberapa titik jalan saluran drainase cukup
baik. Namun kondisi ini di sepanjang Kecamatan Kalasan terdapat permasalahan
yang sama, yaitu pemeliharaan yang kurang baik dari pemerintah maupun
masyarakat disekitar lokasi itu sendiri. Salah satunya adalah permasalahan screen
saluran yang tersumbat berbagai sampah dan ditumbuhi oleh tumbuhan-tumbuhan
lainnya.
Adapun dibagian desa Purwomartani ada salah satu proyek pembangunan
drainase. Sebelum adanya proyek ini, dari sumber salah satu warga menyatakan
bahwa sebelum saluran ini di bangun, setiap musim hujan selalu terjadi genangan
sehingga mengganggu lalu lintas terutama sepeda motor.
Dari beberapa uraian di atas di perlukan perhatian lebih terhadap pemeliharaan
saluran. Pemeliharaan yang dimaksudkan adalah proses pembersihan secara
berkala sehingga saluran dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Dani Setiawan (14513100) 11


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Dani Setiawan (14513100) 12


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BAB III
KRITERIA PERENCANAAN
3.1 Kriteria Perencanaan Sistem Drainase
Dalam perencanaan sistem drainase membahas tentang analisis hidrologi
yaitu menganalisis data curah hujan yang hilang, menghitung curah hujan rata-
rata, menghitung hujan harian maksimum, menghitung distribusi hujan dan
menghitung intensitas hujan.
3.1.1 Analisis Data Curah Hujan Yang Hilang
Data yang ideal adalah data yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Tetapi
dalan prakteknya sangat jarang dijumpai data yang tidak lengkap, hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain adalah kelalaian petugas, kerusakan alat,
penggantian alat, bencana dan lain sebagainya. Analisa data curah hujan
merupakan salah satu pendukung perencanaan drainase karena besarnya debit
dalam saluran drainase ditentukan banyaknya debit hujan yang ada, selain itu
dengan diketahui curah hujan dapat ditentukan pula dimensi saluran yang
direncanakan.Analisa curah hujan yang hilang pada masing – masing stasiun
dapat dihitung dengan menggunakan metode aritmatik dan metode rasio normal.
1. Metode aritmatik
Bila pada suatu stasiun hujan terdapat data curah hujan yang hilang dan bila
perbedaan hujan tahunan normal pada stasiun yang datanya tersebut <10%, maka
perkiraan data curah hujan yang hilang dicari dengan mengambil harga rata-rata
aritmatik dari stasiun-stasiun yang mengelilinginya, Rumus yang dipergunakan :
rx = (R1 + R2 + R3 + . . . + Rn)/n
Dimana : rx = Curah hujan yang hilang
R1,R2,R3, ... ,Rn = Curah hujan pada stasiun
2. Metode rasio normal
Bila perbedaan hujan tahunan normal melebihi angka >10%, mak perkiraan curah
hujan yang hilang dihitung dengan menggunakan metode rasio normal. Rumus
yang dipergunakan :

Dani Setiawan (14513100) 13


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Dimana : rx = data hujan yang hilang


R1,R2, .. , Rn = Nilai curah hujan rata-rata tahunan pada stasiun ke-n
r1,r2, .. , rn = Nilai curah hujan tahunan normal pada stasiun ke-n
Rx = Curah hujan rata-rata tahunan pada stasiun x yang datanya akan
dilengkapi
n = Jumlah satasiun hujan pembanding

3.1.2 Curah Hujan Rata-rata


Data curah hujan yang digunakan adalah curah hujan jangka pendek misal 5
menit, 10 menit, 30 menit, 60 menit dan jam-jaman, jika tidak ada data curah
hujan jangka pendek maka digunakan data curah hujan harian, yang diperoleh dari
data sekunder. Pada studi ini data curah hujan yang digunakan adalah data curah
hujan harian. Selanjutnya dianalisis curah hujan harian maksimum rata-rata
dengan cara Aritmatika, Poligon Thiessen dan Isohyet dimana cara ini
mempertimbangkan daerah pengaruh tiap titik pengamatan stasiun hujan.
1. Cara aritmatika dilakukan dengan mengambil rata-rata hitung pengukuran
hujan pada stasiun pengukur curah hujan di dalam area tersebut. Rumus yang
dipergunakan :

R  ( R1  R2  R3  ...  Rn ) / n
Dimana : R = Curah hujan rata-rata area
R1,R2, .. ,Rn = Curah hujan rata-rata tahunan ditiap stasiun
n = Jumlah stasiun hujan
2. Cara poligon thiessen Cara ini memasukkan faktor pengaruh daerah yang
diwakili oleh stasiun penakar hujan disebut faktor pembobot atau koefisien
Thiessen. Besarnya faktor pembobot (weighing factor) tergantung dari luas daerah
pengaruh yg diwakili oleh stasiun. Rumus yang dipergunakan :
𝑅1 𝐴1 + 𝑅2 𝐴2 + ⋯ + 𝑅𝑛 𝐴𝑛
𝑅=
𝐴1 + 𝐴2 + ⋯ + 𝐴𝑛

Dimana : R1, R2, …. Rn = tinggi curah hujan pada pos penakar 1, 2, ….n

Dani Setiawan (14513100) 14


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

A1, A2, …. An= luas pengaruh setiap penakar hujan

3. Cara Isohyet dilakukan dengan menghubungkan titik-titik dengan tinggi hujan


yang sama. Isohyet diperoleh dari interpolasi harga2 tinggi hujan lokal (point
rainfall) Pola isohyet berubah dengan harga2 point rainfall yang tidak tetap,
walaupun letak stasiun penakar hujannya tetap Misalnya besar isohyet sudah
diperkirakan, maka besarnya hujan antara 2 isohyet adalah: R12 = ½ (I1+I2).
Rumus yang dipergunakan :
0,5 (𝑅1 + 𝑅2)𝐴1 + 0,5 (𝑅2 + 𝑅3)𝐴2+ . . . +0.5 (𝑅5 + 𝑅6)𝐴5
𝑅=
(𝐴1 + ⋯ + 𝐴5)

3.1.3 Hujan Harian Maksimum


Dalam menghitung curah hujan harian maksimum, dapat dilakukan dengan 3
metode, yaitu Metode Gumbel, Metode Log Pearson III dan Metode Iway
Kadoya. Dan nantinya akan dipilih yang menghasilkan nilai curah hujan paling
besar.
1. Metode Gumbel
Untuk dapat menyelesaikan perhitungan dengan metode gumbel, langkahlangkah
yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Menyusun data-data curah hujan (X) mulai dari harga yang terbesar s.d.
harga terkecil.
b. Menghitung besarnya harga rata-rata curah hujan tahunan (𝑋̅) dengan
persamaan :
1
𝑋̅ = ∑(𝑋)
𝑛
c. Mengisi kolom 3-5 pada tabel
d. Menentukan besarnya nilai reduksi variant (Yt) dari variable yang
diharapkan terjadi pada periode ulang tertentu (PUH 5, 10, 20, 25)
hubungan antara periode ulang T dengan Yt dapat dilihat pada tabel
Gumbel, atau dihitung dengan persamaan :
𝑇
𝑌𝑡 = −ln(ln ( )
𝑇−1

Dani Setiawan (14513100) 15


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

e. Menentukan besarnya nilai rata-rata dari reduksi variant (mean of reduce


variate, Yn). nilainya tergantung dari jumlah data (n = 20) dan dapat
dilihat berdasarkan Yn.
f. Menghitung besarnya harga standar deviasi rata-rata dengan persamaan :

∑(𝑥𝑖 − 𝑥̅ )2
𝑆𝑥 = √
𝑛−1

g. Menentukan besarnya nilai karakteristik distribusi peluang gumbel,


dengan persamaan.
𝑌𝑡 − 𝑌𝑛
𝑘=
𝜎𝑛
h. Menentukan besarnya deviasi standar dari reduksi variant (Sn) yang
nilainya tergantung dari jumlah data (n = 20) dan dapat dilihat pada tabel
Sn.
i. Menentukan nilai curah hujan dengan periode ulang T tahun (PUH 5, 10,
20, dan 25) dalam mm.
2. Metode Log Pearson III
Dalam menghitung curah hujan maksimum dengan metode log person III terdapat
beberapa tahapan, yaitu :
a. Memproyeksi data yang terbesar dan yang terkecil.
b. Menghitung rata – rata curah hujan :
𝛴𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑐𝑢𝑟𝑎ℎ ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛
𝑋̅ =
𝑛
c. Mengubah curah hujan rata – rata (Xi) ke dalam bentuk logaritma
X= log Xi
d. Menghitung nilai X rata – rata
𝛴𝑙𝑜𝑔𝑋𝑖
𝑋rata – rata =
𝑛
e. Menghitung nilai standar deviasi

∑(𝑋𝑖 − 𝑥)2
𝑆𝐷 = √
𝑛−1

Dani Setiawan (14513100) 16


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

f. Menghitung Nilai Koefisien Kemiringan (Cs)


𝑛𝛴(𝑋𝑖 − 𝑥)3
Cs =
(𝑛 − 1)(𝑛 − 2)(𝑆𝐷)3
g. Menentukan Nilai K dari Cs dengan Melihat Tabel Log Pearson III

3. Metode Iway Kadoya


Adapun tahapan perhitungan curah hujan maksimum dengan metode Iway
Kadoya, yaitu :
a. Mencari data yang terbesar dan terkecil (dapat dilihat pada tabel).
b. Menghitung curah hujan rata – rata.
𝛴𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑐𝑢𝑟𝑎ℎ ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛
𝑋̅ =
𝑛
c. Mengubah curah hujan rata – rata (Xi) ke dalam bentuk logaritma
X= log Xi
d. Menghitung nilai X rata – rata.
𝛴𝑙𝑜𝑔𝑋𝑖
𝑋rata – rata =
𝑛
e. Menghitung nilai Xo
𝛴𝑙𝑜𝑔𝑋𝑖
Xo = 𝑎𝑛𝑡𝑖𝑙𝑜𝑔
𝑛
f. Menghitung nilai b
𝑛
𝑏=
10
1
g. Menghitung nilai 𝑐 x ζ

Tabel 3.1 Tabel variabel normal

T W(x)=1/T ζ
500 0,002 2,0352

400 0,0025 1,984


300 0,00333 1,9227

250 0,004 1,8753

Dani Setiawan (14513100) 17


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

T W(x)=1/T ζ
200 0,005 1,8214

150 0,00667 1,7499

100 0,01 1,645


80 0,0125 1,5851

60 0,01667 1,5049

50 0,02 1,4522

40 0,025 1,3859

30 0,03333 1,2971

25 0,04 1,2379

20 0,05 1,1631

15 0,06667 1,0614

10 0,1 0,9062

8 0,125 0,8134
5 0,2 0,5951

4 0,25 0,4769
3 0,33333 0,3045

2 0,5

3.1.4 Distribusi Hujan


Perhitungan Distribusi Hujan dilakukan menggunakan Metode Hasper-Weduwen
dengan menggunakan curah hujan harian maksimum (CHHM) pada metode
Gumbel. Berikut adalah langkah-langkahnya:

a. Menentukan T rencana yang akan dipilih berdasarkan Metode Gumbel


b. Menentukan Interval Waktu t (menit)
c. Menentukan nilai R1 untuk 0 < t < 1 jam, dengan persamaan:
1218. 𝑡 + 59
𝑅1 = 𝑋𝑡
𝑋𝑡(1 − 𝑡) + 1272. 𝑡
d. Menentukan

Dani Setiawan (14513100) 18


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

 Nilai Rt Untuk 0 < t < 1 jam, Rt dapat dicari dengan persamaan :

11300. 𝑡 𝑅1
𝑅𝑡 = √ .
𝑡 + 3.12 100

 Untuk 1 jam < t < 24 jam, Rt dapat dihitung dengan persamaan :

11300. 𝑡 𝑋𝑡
𝑅𝑡 = √ .
𝑡 + 3.12 100

e. Menentukan nilai I dengan persamaan :


𝑅𝑡
𝐼=
𝑡

Tabel 3.2 Intensitas hujan metode Hasper-Weduwen PUH 5


t
t (jam) Xt R1 Rt atau R I
(menit)
5 0,083333 269,77 118,73909 20,3582882 244,2995
10 0,166667 269,77 158,72154 37,9945781 227,9675
20 0,333333 269,77 205,50614 67,8709854 203,613
30 0,5 269,77 232,01581 91,661619 183,3232
40 0,666667 269,77 249,08307 111,098772 166,6482
60 1 269,77 0 141,281164 141,2812
80 1,333333 269,77 0 156,913258 117,6849
120 2 269,77 0 179,230902 89,61545

Tabel 3.3 Intensitas hujan metode Hasper-Weduwen PUH 10


t
t (jam) Xt R1 Rt atau R I
(menit)
5 0,083333 279,68 120,015 20,57705 246,9246
10 0,166667 279,68 161,4989 38,65941 231,9565
20 0,333333 279,68 210,7496 69,6027 208,8018
30 0,5 279,68 239,0027 94,42189 188,8438
40 0,666667 279,68 257,3268 114,7757 172,1636
60 1 279,68 0 146,4711 146,4711
80 1,333333 279,68 0 162,6775 122,0081
120 2 279,68 0 185,8149 92,90747

Dani Setiawan (14513100) 19


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Tabel 3.4 Intensitas hujan metode Hasper-Weduwen PUH 20


t
t (jam) Xt R1 Rt atau R I
(menit)
5 0,083333 289,07 121,16633 20,7744472 249,2934
10 0,166667 289,07 164,037 39,2669874 235,6019
20 0,333333 289,07 215,61428 71,2093235 213,628
30 0,5 289,07 245,54108 97,0049972 194,01
40 0,666667 289,07 265,08482 118,236051 177,3541
60 1 289,07 0 151,388762 151,3888
80 1,333333 289,07 0 168,139213 126,1044
120 2 289,07 0 192,053516 96,02676

Tabel 3.5 Intensitas hujan metode Hasper-Weduwen PUH 25


t Rt atau
t (jam) Xt R1 I
(menit) R
5 0,083333 292,21 121,5395 20,83843 250,0611
10 0,166667 292,21 164,8663 39,4655 236,793
20 0,333333 292,21 217,2191 71,73932 215,218
30 0,5 292,21 247,71 97,86186 195,7237
40 0,666667 292,21 267,6676 119,3881 179,0821
60 1 292,21 0 153,0332 153,0332
80 1,333333 292,21 0 169,9656 127,4742
120 2 292,21 0 194,1397 97,06984

Dani Setiawan (14513100) 20


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Gambar 3.1 Intensitas hujan menurut Hesper


3.1.5 Intensitas Hujan
Intenitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu. Intensitas
hujan dapat dihitung dengan menggunakan Metode Talbot, Sherman dan Ishiguro.
a. Metode Talbot
Rumus ini banyak digunakan karena mudah diterapkan dan tetapan-tetapan a dan
b ditetapkan dengan harga-harga terukur.

𝑎
𝐼=
𝑡+𝑏

Dimana :

I = Intensitas hujan (mm/jam)

t = lamanya hujan

a dan b = konstanta yang tergantung pada lamanya hujan yang terjadi di DAS.

∑ 𝐼. 𝑡 ∑ 𝐼 2 − ∑ 𝐼 2 . 𝑡 ∑ 𝐼
𝑎=
𝑛 ∑ 𝐼 2 − (∑ 𝐼)2

∑ 𝐼 ∑ 𝐼. 𝑡 − 𝑛 ∑ 𝐼 2 . 𝑡
𝑏=
𝑛 ∑ 𝐼 2 − (∑ 𝐼)2

b. Metode Sherman
Rumus Sherman cocok untuk jangka waktu curah hujan yang lamanya lebih dari 2
jam.

𝑎
𝐼=
𝑡𝑛

Dimana :

I = Intensitas hujan (mm/jam)

t = lamanya hujan

Dani Setiawan (14513100) 21


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

n = konstanta

∑ log 𝐼 ∑(log 𝑡)2 − ∑ log 𝑡. log 𝐼 ∑ log 𝑡


log 𝑎 =
𝑛 ∑(log 𝑡)2 − (∑ log 𝑡)2

∑ log 𝐼 ∑ log 𝑡 − 𝑛 ∑ log 𝑡. log 𝐼


𝑛=
𝑛 ∑(log 𝑡)2 − (∑ log 𝑡)2

c. Metode Ishoguro
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

𝑎
𝐼=
√𝑡 + 𝑏

Dimana :

I = Intensitas hujan (mm/jam)

t = lamanya hujan

a dan b = konstanta

∑ 𝐼. √𝑡 ∑ 𝐼 2 − ∑ 𝐼 2 . √𝑡 ∑ 𝐼
𝑎=
𝑛 ∑ 𝐼 2 − (∑ 𝐼)2

∑ 𝐼 ∑ 𝐼. √𝑡 − 𝑛 ∑ 𝐼 2 . √𝑡
𝑏=
𝑛 ∑ 𝐼 2 − (∑ 𝐼)2

Pemilihan intensitas hujan dari ketiga metode, ditentukan berdasarkan selisih


terkecil antara I awal dan I teoritis hasil perhitungan dengan rumus diatas.
Persamaan intensitas hujan dengan selisih terkecil tersebut selanjutnya digunakan
dalam perhitungan debit.

3.1.6 Bentuk-Bentuk Dan Jenis Saluran


Bentuk dan jenis saluran disesuaikan dengan keadaan lingkungan sekitar, adapun
tipe-tipe saluran sebagai berikut:

Dani Setiawan (14513100) 22


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

1. Saluran tertutup
Terbuat dari beton tidak bertulang, dan diterapkan pada daerah yang
padat penduduk, atau jalan sempit. Sedangkan sistem pengaliran air
hujan di jalan menggunakan steet inlet. Dan pada jarak tertentu
terdapat sumur pemeriksa (manhole) dan atau drop manhole
(perubahan dimensi saluran).
2. Saluran Terbuka
Saluran terbuka memiliki dua bentu antara lain:
 Saluran segi empat dan modifikasinya. Saluran ini terdapat dari
pasangan batu kali atau baru belah dan diterapkan pada daerah
dengan ruang yang tersedia terbatas seperti pada lingkungan
pemukiman penduduk.
 Saluran trapezium dengan modifikasinya. Saluran ini dibuat tanpa
pengerasan dan diterapkan pada daerah yang kepadatan
rendah,seperti daerah pertanian atau pada daerah tertentu dilakukan
pengerasan bila batas kecepatan maksimum tidak terpenuhi.
3. Pola Jaringan Drainase
 Siku
Dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi
dari pada sungai. Sungai sebagai saluran pembuang akhir berada
akhir berada di tengah kota.

Gambar 3.2 Pola jaringan drainase siku


 Pararel

Dani Setiawan (14513100) 23


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan


saluran cabang (sekunder) yang cukup banyak dan pendek-pendek,
apabila terjadi perkembangan kota, saluran-saluran akan dapat
menyesuaikan diri.

Gambar 3.3 Pola jaringan drainase pararel

 Grid Iron
Untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota, sehingga
saluran-saluran yang bercabang dikumpulkan dulu pada saluran
pengumpulan.

Gambar 3.4 Pola jaringan drainase grid iron

Dani Setiawan (14513100) 24


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

 Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah
lebih besar dari pada pola siku.

Gambar 3.5 Pola jaringan drainase alamiah

 Radial
Pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala
arah.

Gambar 3.6 Pola Jaringan drainase radial

3.1.7 Jalur Saluran


Jalur sistem penyaluran air hujan yang direncanakan disesuaikan dengan keadaan
fisik lingkungan derah pelayanan. Dimana dalam perencanaan ini jalur dilakukan
di salah satu sisi jalan (kanan/kiri jalan) atau kedua sisi jalan. Untuk saluran hulu
(awal) batas maksimal lebar atas kurang lebih 1m sedangkan untuk saluran induk
(primer) lebar saluran lebih dari 1m, untuk saluran ini diusahakan berada jauh dan
melintasi jalan agar pemukiman disekitarnya tidak perlu membuat jembatan

Dani Setiawan (14513100) 25


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

persil. Kapasitas saluran dan pelengkapnya sesuai dengan beban keadaan serta
sifat-sifa hidrolis dimana saluran dan pelengkap tersebut ditempatkan.
Perencanaan hidrolis meliputi prinsip hidrolika.

3.1.8 Prinsip-Prinsip Pengaliran


Prinsip pokok dalam pengaliran adalah sedapat mungkin memanfaatkan jalur
drainase alamiah sebagai badan penerima, selain itu, dikenal juga kaidah-kaidah
pengaliran sebagai berikut :
a. Limpahan air hujan dari bawah saluran (tributary) selama masih belum
bebahaya, dihemat agar ada kesempatan untuk infiltrasi sebesar-besarnya.
Sehingga dapat mengurangi limpasan kebawah aliran dan sekaligus
berfungsi untuk konversi air tanah pada daerah atas (up stream). Koefisien
pengaliran untuk daerah limpasan adalah 0.045 (Wesli, 2008) karena
dianggap permukaan rumput sedang.
b. Penentuan kecepatan aliran dalam saluran didasarkan pada kecepatan
minimum agar tetap self cleaning (tidak ada endapan lumpur) dan tidak
terjadi penggerusan maka sesuai bentuk saluran persegi dengan permukaan
diperkeras maka range kecepatannya 0.3-0.5 m/det. (Wesli, 2008)
c. Sesuai di dinding dasar saluran permukaan (boton halus) maka koefisien
gesek yang digunakan adalah 0.013. (Wesli, 2008)
d. Profil saluran menggunakan PUH 10 tahun
e. Bedasarkan PUH maka,
 Sistem Drainase Mikro
Sedangkan drainase mikro adalah sistim saluran dan bangunan pelengkap
drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan
hujan dimana sebagian besar di dalam wilayah kota. Secara keseluruhan
yang termauk dalam sistim drainase mikro dalah: saluran di sepanjang
sisi jalan, saluran atau selokan air hujan di sekitar bangunan,
goronggorong, saluran drainase kota dan lain sebagainya dimana debit air
yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar. Pada umumnya drainase
mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2,5 dan 10 tahun

Dani Setiawan (14513100) 26


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

tergantung pada tata guna tanah yang ada. Sistim drainase untuk
lingkungan pemukiman lebih cenderung sebagai sistim drainase mikro.
 Sistem Drainase Major
Yang dimaksud dengan sistim drainase utama atau drainase makro
(major drainage) yaitu sistim saluran yang menampung dan mengalirkan
air dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area). Biasanya
sistim ini menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran
drainase primer, kanal-kanal atau sungai-sungai. Pada umumnya sistim
drainase mayor ini disebut juga sebagai sistim saluran pembuangan
utama. Sistim ini merupakan penguhubung antara drainase dan
pengendalian banjir. Debit rencana dipakai dengan periode ulang lebih
besar dari 10 tahun.
Bila ditinjau deri segi fisik (hirarki susunan saluran) sistem drainase perkotaan
diklasifikasikan atas saluran primer, sekunder, tersier dan kwarter sebagai berikut
penjelasannya :
1. Saluran Primer
Saluran yang memanfaatkan sungai dan anak sungai. Saluran primer adalah
saluran utama yang menerima aliran dari saluran sekunder.
2. Saluran Sekunder
Saluran yang menghubungkan saluran tersier dengan saluran primer
(dibangun dengan beton/ plesteran semen).
3. Saluran Tersier
Saluran untuk mengalirkan limbah rumah tangga ke saluran sekunder,
berupa plesteran, pipa dan tanah.
4. Saluran Kwarter
Saluran kolektor jaringan drainase lokal.

Dani Setiawan (14513100) 27


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Gambar 3.7 Hirarki susunan saluran


Keterangan :
a : Saluran primer
b : Saluran sekunder
c : Saluran tersier
d : Saluran kwarter

3.1.9 Kriteria Penentuan Pembagian Daerah Layanan (Catchment Area)


Dalam menentukan luasan catchment area dari sebuah saluran yang melayani
suatu areal tertentu, perlu diperhatikan sistem drainase pada kota tersebut secara
keseluruhan. Mengingat masing-masing areal pelayanan dari setiap saluran
merupakan sebuah subsistem dari sistem drainase kota sebagai suatu kesatuan.
Penentuan besarnya catchment area sangat tergantung dari beberapa faktor, antara
lain :
a. Kondisi topografi daerah proyek.
b. Sarana/prasarana drainase yang sudah ada.
c. Sarana/prasarana jalan yang sudah ada dan akan dibangun.
d. Sarana/prasarana kota lainnya seperti jaringan listrik, air bersih, telepon, dan
lain-lain.
e. Ketersediaan lahan alur saluran.
3.1.10 Kriteria Pengukuran Topografi
Pengukuran topografi saluran adalah untuk mendapatkan situasi memanjang dan
melintang saluran serta situasi bangunan yang ada dan yang akan direncanakan.
Sebagai referensi untuk pelaksanaan pengukuran topografi digunakan titik-titik

Dani Setiawan (14513100) 28


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

tetap yang telah ada di kota yang bersangkutan. Metode pengukuran yang
dilakukan meliputi :
a. Pengukuran Polygon/Perbaikan Peta
Pengukuran ini pada base line yang dibuat disebelah saluran (pada bahu
jalan atau tanggul) melalui patok-patok dengan prosedur sudut polygon
diukur seri ganda (biasa atau luar biasa dengan menggunakan Theodolit
(To).
b. Pengukuran Water Pass/Levelling
PengukuranWaterPass ini menggunakan alat uur Automatic Levelling
seperti B2 Sokhisha dan Topcon. Pengukuran dilakukan pada titik polygon
dan diikat ke titik referensi yang dipakai.
c. Cross Section
Cross Section dilakukan setiap interval maksmum 100 meter dengan metode
stadia survey dimana titik cross jalur sudah dikontrol elevesinya dengan alat
Automatic Levelling.
d. Pemasangan Bench Mark (BM)
Pemasangan Bench Mark (BM) dilakukan pada tempat-tempat yang aman
dan diikat ke sistem koordinat yang ada. BM ini dibuat dari kolom beton
20/20 cm dengan tinggi 1,00 m, dan bagian yang tertanam dalam tanah ±70
cm yang pangkalnya dibuat kaki (pondasi telapak) bersilang untuk pemberat
dan stabilitas.
e. Titik Referensi
Titik refensi yang digunakan untuk pekerjaan Drainase adalah titik tetap
yang ada di dalam kota.
3.1.11 Analisa Hidrolika
Zat cair dapat diangkut dari suatu tempat lain melalui bangunan pembawa alamiah
maupun buatan manusia. Bangunan pembawa ini dapat terbuka maupun tertutup
bagian atasnya. Saluran yang tertutup bagian atasnya disebut saluran tertutup
(closed conduits), sedangkan yang terbuka bagian atasnya disebut saluran terbuka
(open channels).

Dani Setiawan (14513100) 29


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Pada sistem pengaliran melalui saluran terbuka terdapat permukaan air yang bebas
(free surface) di mana permukaan bebas ini dipengaruhi oleh tekanan udara luar
secara langsung, saluran terbuka umumnya digunakan pada lahan yang masih
memungkinkan (luas), lalu lintas pejalan kakinya relatif jarang, beban kiri dan
kanan saluran relatif ringan. Pada sistem pengaliran melalui saluran tertutup (pipa
flow) seluruh pipa diisi dengan air sehingga tidak terdapat permukaan yang bebas,
oleh karena itu permukaan tidak secara langsung dipengaruhi oleh tekanan udara
luar, saluran tertutup umumnya digunakan pada daerah yang lahannya terbatas
(pasar, pertokoan), daerah yang lalu lintas pejalan kakinya relatif padat, lahan
yang dipakai untuk lapangan parkir. Berdasarkan konsistensi bentuk penampang
dan kemiringan dasarnya saluran terbuka dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Saluran prismatik (prismatic channel), yaitu saluran yang bentuk
penampang melintang dan kemiringan dasarnya tetap. Contoh : saluran
drainase, saluran irigasi.
b. Saluran non prismatik (non prismatic channel), yaitu saluran yang bentuk
penampang melintang dan kemiringan dasarnya berubah-ubah. Contoh :
sungai.
Aliran pada saluran terbuka terdiri dari saluran alam (natural channel), seperti
sungai-sungai kecil di daerah hulu (pegunungan) hingga sungai besar di muara,
dan saluran buatan (artificial channel), seperti saluran drainase tepi jalan, saluran
irigasi untuk mengairi persawahan, saluran pembuangan, saluran untuk
membawa air ke pembangkit listrik tenaga air, saluran untuk supply air minum,
dan saluran banjir. Saluran buatan dapat berbentuk segitiga, trapesium, segi
empat, bulat, setengah lingkaran, dan bentuk tersusun.

Dani Setiawan (14513100) 30


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Gambar 3.8 Bentuk-brntuk profil saluran


3.1.12 Dimensi Saluran
Perhitungan dimensi saluran didasarkan pada debit harus ditampung oleh saluran
(Qs dalam m3/det) lebih besar atau sama dengan debit rencana yang diakibatkan
oleh hujan rencana (QT dalam m3/det). Kondisi demikian dapat dirumuskan
dengan persamaan berikut:

Debit yang mampu ditampung oleh saluran (Qs) dapat diperoleh dengan rumus
seperti di bawah ini:

Dimana :
As : Luas penampang saluran (m2)
V : Kecepatan rata-rata aliran didalam saluran (m/detik)
Kecepatan rata-rata aliran di dalam saluran dapat dihitung dengan menggunakan
rumus Manning sebagai berikut:

Dimana :

Dani Setiawan (14513100) 31


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

V : Kecepatan rata-rata aliran didalam saluran (m/detik)


n : Koefesian kekerasan manning
R : Jari-jari hidrolis (m)
S : Kenirirngan dasar saluran
As : Luas penampang saluran (m2)
P : Keliling basah saluran (m)
Nilai koefisien kekerasan manning n, untuk gorong-gorong dan saluran pasangan
bisa dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.6 Koefisien kekerasan manning

Nilai kemiringan dinding saluran diperoleh berdasarkan bahan saluran yang


digunakan. Nilai kemiringan dinding saluran dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.7 Nilai kemiringan dinding saluran sesuai bahan

Dani Setiawan (14513100) 32


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

3.1.13 Analisa Biaya


Analisis biaya merupakan tahap penyusunan rencana anggaran biaya, berkaitan
dengan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan. Dalam
mendukung program yang telah ditetapkan, biaya untuk operasi dan pemeliharaan
akan diusulkan dalam bentuk perkiraan biaya tahunan, kecuali untuk kondisi
khusus yang memerlukan alokasi biaya tambahan. Biaya operasi dan
pemeliharaan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. Harga satuan resmi atau kontrak atau kompetitif, kecuali untuk hal-hal
khusus.
2. Kemampuan pendanaan Pemerintah Pusat dan Daerah dan tingkat urgensi
permasalahan baik secara rutin atau tahunan atau berkala untuk 3-5 tahun.
3. Rencana tahunan jangka menengah program pemantapan dan
pengembangan system drainase kota secara keseluruhan.
4. Biaya operasi dan pemeliharaan periode sebelumnya.
5. Mengacu pada peraturan Menteri Keuangan
Adapun aspek pembiayaan yang berkaitan dengan kegiatan operasi dan
pemeliharaan meliputi :
1. Biaya Operasi
Lingkup pembiayaan kegiatan operasi sistem drainase perkotaan, dapat
dikategorikan sebagai biaya untuk :

Dani Setiawan (14513100) 33


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

 Pengumpulan data meliputi curah hujan, debit aliran, lahan peruntukan


(land use) perkotaan, harga upah dan bahan, dll;
 Operasional pintu air, khususnya dibangun dengan sistem hidrolis
dengan menggunakan tenaga listrik dan diesel;
 Operasional pompa, menyangkut penggunaan tenaga listrik atau diesel
 Biaya operasional menyangkut gaji atau lembur atau pengobatan
karyawan peralatan dinas, pembelian alat tulis kantor dan formulir
operasi pemeliharaan rekening listrik dan air untuk perumahan dan lain
sebagainya.
2. Biaya Pemeliharaan
Biaya pemeliharaan merupakan komponen biaya yang besar dalam
pelaksanaan kegiatan Operasi dan Pemeliharaan sistem drainase
perkotaan, dan estimasinya dibuat menurut data dalam Buku Catatan
Pemeliharaan, yang mencantum lingkup Pekerjaan yang diperlukan,
berdasarkan hasil inspeksi dan dokumentasi lapangan. Lingkup
pembiayaan kegiatan pemeliharaan sistem drainase perkotaan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Biaya pemeriksaan dan pemeliharaan rutin adalah bentuk pemeliharaan
yang bersifat periodik, dengan tujuan agar setiap sub sistem dapat
berfungsi dengan baik selama umur rencana yang meliputi kegiatan :
 Memeriksa kondisi saluran dan bangunan pelengkap
 Membersihkan saluran rumput, sampah dan lain-lain
 Membersihkan endapan dan sampah disekitar bangunan inlet drain,
outfall, gorong-gorong, pintu air, filter sampah, pompa dan rumah
pompa dan lainlain
 Memberi atau mengganti pelumas pada kendaraan truk dan alat berat
lainnya
 Service mesin kendaraan truk dan alat berat lainnya
 Membersihkan pompa dan peralatan hidrolis pintu

Dani Setiawan (14513100) 34


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

b. Biaya pemeliharaan ringan dan darurat merupakan upaya perbaikan


darurat dan temporer pada sub sistem drainase perkotaan mengingat
keterbatasan dana, sebelum perbaikan berat dapat dilaksanakan, yang
terdiri dari kegiatan :
 Menutup bocoran pada tanggul banjir
 Memperbaiki pintu yang rusak ringan
 Memperbaiki tembok atau dinding saluran yang retak
 Memperbaiki jalan inspeksi
 Mengganti dan memperbaiki suku cadang pompa kendaraan truk dan
alat berat lainnya
c. Biaya perbaikan berat, yang bertujuan untuk mengembalikan kondisi
dan fungsi sub sistem drainase perkotaan seperti keadaan semula
mengganti peralatan yang sudah tidak bias dipakai dan meningkatkan
efisiensi kerja dengan lingkup kegiatan yang terdiri dari :
 Perbaikan sayap atau dinding saluran dan bangunan yang runtuh;
 Perbaikan tanggul banjir dan tanggul saluran yang mengalami
penurunan atau bobol;
 Mengganti pintu air yang rusak dan tidak dapat diperbaiki;
 Menambah dan memperluas bangunan;
 Service besar atau turun mesin kendaraan truk dan alat berat lainnya;
 Mengganti kendaraan truk dan alat berat lainnya yang rusak dan
tidak dapat diperbaiki;
 Menambah peralatan kerja

3.2 Kriteria Perencanaan Sistem Sewerage


Dalam perencanaan sistem sewerage membahas tentang proyeksi penduduk
dengan ketentuan data penduduk diwilayah administrasi minimal 10 tahun,
kepadatan penduduk, persebaran penduduk, dan migrasi penduduk. Proyeksi
penduduk dapat ditentukan dengan metode geometrik, exponensial, aritmatik, dan
grafis (least square).

Dani Setiawan (14513100) 35


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

3.2.1 Ketentuan Teknis


Ketentuan teknis untuk tata cara survei dan pengkajian demografi adalah:
1. Wilayah sasaran survei harus dikelompokan ke dalam kategori wilayah
berdasarkan jumlah penduduk sebagai berikut :
Tabel 3.8 Katergori Wilayah Berdasarkan Jumlah Penduduk

Kategori Jumlah Penduduk Jumlah Rumah


No.
Wilayah (jiwa) (buah)

1 Kota > 1.000.000 > 200.000

500.000 –
2 Metropolitan 1.000.000 100.000 – 200.000

3 Kota Besar 100.000 – 500.000 20.000 – 100.000

4 Kota Sedang 10.000 – 100.000 2.000 – 20.000

5 Kota Kecil Desa 3.000 – 10.000 600 – 2.000

2. Cari data jumlah penduduk awal perencanaan.


3. Tentukan nilai persentase pertambahan penduduk per tahun (r).
4. Menghitung pertumbuhan penduduk sampai akhir tahun perencanaan
dengan menggunakan salah satu metode geometrik, exponensial, aritmatik,
dan grafis (least square). Namun, metode yang biasa digunakan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS) adalah Metode Geometrik.
5. Rumus-rumus perhitungan proyeksi jumlah penduduk:
 Metode Geometrik
Pn = Po ( 1 + r )n
Dimana :
Pn : Penduduk pada tahun n
Po : Penduduk pada tahun awal
r : Angka pertumbuhan penduduk (%)
n : Waktu dalam tahun (periode proyeksi)

Dani Setiawan (14513100) 36


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

 Metode Exponensial
Pn = Po.ern
Dimana :
Pn : Jumlah penduduk pada n tahun proyeksi
Po : Jumlah penduduk pada awal tahun proyeksi
e : Bilangan exponensial (2,7182818)
r : Pertumbuhan penduduk rata-rata (%)
n : Interval waktu

 Metode Aritmatik
Pn = Po + cn atau Pn = Po (1 + rn)
Dimana :
Pn : Penduduk pada tahun n
Po : Penduduk pada tahun awal
c : jumlah pertambahan penduduk konstan (nilai absolut)
r : angka pertambahan penduduk (%)
n : periode (waktu) antara tahun awal dan tahun n

 Metode grafis (least square)


Y = a + bX
Dimana :
Y : Nilai variabel berdasarkan garis regresi
X : variabel independen
a : konstanta
b : koefisien arah regresi linear
Adapun persamaan untuk mencari koefisien a dan b adalah sebagai
berikut:
n Σ𝑦 Σ𝑥 2 − Σ𝑥 Σ𝑦
𝑎=
𝑛 Σ𝑥 2 − (Σ𝑥)2

Dani Setiawan (14513100) 37


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

𝑛 Σ𝑥𝑦 − Σ𝑥 Σ𝑦
𝑏=
𝑛 Σ𝑥 2 − (Σ𝑥)2
6. Untuk menentukan pilihan rumus proyeksi jumlah penduduk yang akan
digunakan dengan hasil perhitungan yang paling mendekati kebenaran
harus dilakukan analisis dengan menghitung standar deviasi atau koefisien
korelasi. Rumus standar deviasi dan koefisien korelasi adalah sebagai
berikut:
 Standar deviasi
2
∑(𝑌𝑖 − Ȳ)
𝑠=√ 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑛 > 20
𝑛−1

2
∑(𝑌𝑖 − Ȳ)
𝑠=√ 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑛 ≤ 20
𝑛

Dimana :
s : Standar deviasi
Yi : Jumlah penduduk pada tahun ke-i
Ȳ : Rata-rata jumlah prnduduk
n :Jumlah data

Metode perhitungan proyeksi penduduk yang paling tepat adalah


metoda yang memberikan harga standar deviasi terkecil.

 Koefisien korelasi
Metode perhitungan proyeksi jumlah penduduk yang menghasilkan
koefisien paling mendekati 1 adalah metoda yang terpilih.

3.2.2 Debit Desain


1. Debit Rata-Rata
Debit rata-rata suatu seksi pipa merupakan komulatif debit rata-rata seksi pipa
hulu yang mengkontribusinya, debit rata-rata suatu seksi pipa (qR) bisa terdiri
dari debit satu atau beberapa sumber air limbah dengan debit air limbah
spesifik, qR (m3/hari.ha) dan luas , a (m2) yang berbeda.
a. Debit air limbah spesifik dari daerah permukiman.

Dani Setiawan (14513100) 38


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

𝑞𝑅 [m3/(hari.ha)] = (0,10 – 0,15) [m3/(org.hari)] x (200 – 400)


[org/ha]
b. Debit air limbah spesifik dari daerah komersil, perkantoran atau highrise
building.
𝑞𝑅 [m3/(hari.ha)] = Ls1 [m3/(unit.hari)] x Ls2 [unit/ha] atau
= (0,40 – 0,60) [m3/(org.hari) x Ls3 [org/lt] x Ls4
[lt/unit] x Ls2 [unit/ha]
Besarnya Ls1 tergantung pada data pemakaian air bersih dan faktor air
limbah (0,70 – 0,80). Ls2, Ls3, Ls4 tergantung pada kondisi sumber air
limbahnya.
c. Debit air limbah spesifik dari rumah sakit.
𝑞𝑅 [m3/(hari.ha)] = Ls1 [m3/(unit.hari)] x Ls2 [unit/ha] atau
= (0,40 – 0,60) [m3/(bed.hari)] x Ls3 [bed/kmr] x Ls4
[kmr/lt] x Ls5 [lt/unit] x Ls2 [unit/ha]

Besarnya Ls1 tergantung pada datapemakaian air bersih dan faktor air
limbah (0,70 – 0,80). Ls2, Ls3, Ls4 dan Ls5 tergantung pada kondisi
sumber air limbahnya.

2. Debit Jam Maksimal (Puncak)


Debit puncak suatu seksi pipa merupakan debit rata-rata diseksi yang
bersangkutan (tanpa infiltrasi) dikalikan dengan faktor puncak sesuai dengan
dimensi pipanya. Faktor puncak (praktis) untuk berbagai dimensi pipa air
limbah dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.9 Faktor puncak (praktis)

jenis pipa Fp= qp / qR


Pipa SR 6
Pipa lateral 4-6
Pipa cabang 3
Pipa induk 2,5
Pipa pembawa (trunk atau outfall 2
Atau dapat juga dicari dari formula babbit dengan rumus sebagai berikut :

Dani Setiawan (14513100) 39


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

𝑞𝑝= 𝑓𝑝 × 𝑞𝑅
Dimana :
𝑓𝑝 : 5/𝑃0,167
P : Jumlah penduduk dilayani, ribuan
Debit puncak total, Qp harus mempertimbangkan debit infiltrasi dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
𝑄𝑝 = 𝑞𝑝 + 𝑞𝑖
Debit infiltrasi dapat dicari dengan menggunakan rumus :
Qi = 10% x 𝑞𝑅

3.2.3 Periode Desain


Perencanaan sistem sewerage Kecamatan Kalasan didesain untuk periode 20
tahun kedepan. Penentuan periode desain ini dilakukan berdasarkan sistem
pembangunan yang di Indonesia yang biasanya dilakukan secara bertahap dalam
jangka waktu tertentu. Mengharapkan selama dalam periode tertentu perencanaan
tidak terlalu kesulitan dalam menyediakan dana untuk kelangsungan proyek
tersebut. Selain itu, periode desain juga harus disesuaikan dengan kondisi kota
yang akan direncanakan sistem penyaluran air buangannya, sehingga penduduk
yang ada pada saat itu dan proyeksi penduduk yang akan datang dapat terlayani
seluruhnya.

3.2.4 Sistem Jaringan Penyaluran Air Buangan


Sistem penyaluran air buangan yang akan digunakan untuk daerah perencanaan
ini adalah sistem terpisah (separate sewer system ) dengan pertimbangan bahwa
daerah perencanaan terletak di daerah tropis dengan periode musim hujan dan
musim kemaraunya cukup panjang sehingga dengan diterapkan sistem terpisah
akan memerlukan dimensi saluran air buangan yang kecil. Sistem pengaliran air
buangan yang digunakan adalah sistem pengaliran secara gravitasi dengan
membuat jalur pengairan menurun.

Dani Setiawan (14513100) 40


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

3.2.5 Ketentuan Lokasi dan Penentuan Blok Pelayanan


Ketentuan lokasi mengacu pada Norma Standar Pedoman Manual (NSPM) lokasi
sewerage yang dipilih adalah lokasi yang bermasalah terhadap pencemaran
lingkungan akibat penduduk yang terlalu padat dan umumnya terletak dipusat
perkotaan. Dimana dalam perencanaan ini mampu melayani kawasan perumahan
atau lingkungan yang menampung air mandi, cuci, dapur, tinja.
Daerah pelayanan jaringan penyaluran air buangan disesuiakan dengan kebutuhan.
Pada perencanaan ini luas Kecamatan Kalasan adalah 35,84 km² dan daerah yang
akan terlayani kurang lebih 60% dari luas total daerah perencanaan. Penentuan
blok pelayanan in dilakukan dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut
mempunyai kepadatan yang cukup tinggi, sehingga sistem penyaluran air buangan
tidak mungkin menggunakan sistem on site, karena terbatasnya lahan yang
tersedia. Sedangkan untuk daerah-daerah yang mempunyai kepadatan yang cukup
rendah, penyaluran air buangannya dapat menggunakan sistem on site.
Penentuan luas blok daerah pelayanan berguna untuk mempermudah perencanaan
penyaluran air buangan dan untuk mempermudah penentuan beban aliran air
buangan yang akan disalurkan ke pipa yang akan malayani daerah pelayanan.
Pembagian blok pelayanan penyaluran air buangan biasanya berdasarkan
kepadatan penduduk, keadaan topografi, perkembangan daerah dan tata guna
lahan. Dalam perencanaan sistem penyaluran air buangan ini dibagi menjadi 3
blok sesuai dengan jumlah IPAL.
3.2.6 Kecepatan Aliran Dalam Pipa
 Kecepatan minimum yang terjadi dalam pipa penyaluran air buangan
merupakan kecepatan yang didasarkan pada kemampuan pengaliran untuk
memberikan daya pembilasan tersendiri terhadap endapan (self cleaning).
Kecepatan minimum yang digunakan dalam perencanaan ini adalah 0,5
m/detik.
 Kecepatan maksimum merupakan kecepatan yang didsasarkan pada
kemampuan saluran terhadap kemungkinan adanya gerusan-gerusan oleh air
yang mengandung partikel kasar. Kecepatan maksimum yang ditetapkan dalam
perencanaan ini adalah 3 m/detik.

Dani Setiawan (14513100) 41


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

3.2.7 Kedalam Minimum Pipa


Penempatan saluran air buangan perlu dipertimbangkan terhadap keadaan
lapangan, keamanan sistem jaringan itu sendiri dan pengaruh terhadap jaringan
pipa distribusi yang ada ataupun yang direncanakan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penempatan pipa air buangan adalah sebagai berikut :
 Pipa service dipasang dibelakang rumah dan pipa lainnya dipasang di tepi
jalan, di bawah tritoar atau berm, hal ini mengingat kemungkinan penggalian
jika diperlukan perbaikan atau ditengah median (jalur hijau) yaitu antara jalur
lambat dan jalur cepat.
 Kedalaman minimal saluran dimaksudkan untuk melindungi saluran terhadap
beban-beban diatasnya. Kedalaman saluran harus disesuaikan dengan :
1. Penanaman pipa utama pada tepi jalan, 0,3 m jika tidak dilalui kendaraan
dan 0,8 m jika dilalui kendaraan.
2. Kelas jalan yang dilewati saluran.
3. Lokasi bangunan yang akan menggunakan fasilitas penyaluran air buangan.
4. Kedalaman maksimum = 6 - 7 m.
5. Kekuatan saluran dan besarnya (diameter) umumnya hmin = 90 cm
dibawah lantai dan ≥ 120 cm (awal pipa lateral), dibawah muka tanah.
6. Apabila pada saat pemasangan bertemu dengan saluran air minum yang ada
atau direncanakan, maka saluran air buangan harus diletakkan minimum
0,5 m dibawahnya.

Gambar 3.9 Instalasi sambungan air limbah dari perumahan

Dani Setiawan (14513100) 42


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Keterangan gambar diatas :


a. Tata letak yang benar : letak pipa lurus, sambungan yang baik akan
memberikan kekuatan dan kerapatan maksimum.
b. Tata letak yang salah : terbentuk lengkungan dan sambungan yang
tidak baik berakibat terhambatnya aliran serta berkurangnya kapasitas
membawa (carrying capacity)
c. Kemiringan yang baik : kemiringan dengan tidak kurang dari 2 %,
bagian bawah pipa ditopang secara seragam.
d. Kemiringan jelek : bagian bawah galian tidak rata, ada batuan
menonjol yang dapat menyebabkan sambungan bocor dan kemampuan
menopang pipa yang tidak rata.
e. Sambungan pipa penyalur limbah dari gedung ke saluran limbah
umum (public sewer) harus tersambung pada atau diatas diameter
horisontal saluran limbah umum.

Gambar 3.10 Metode peletakan pipa dan kekuatannya

Dani Setiawan (14513100) 43


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Keterangan gambar diatas :


 Tipe 1, bahan pengisi dari tanah dengan faktor beban 1,1
 Tipe 2, bahan pengisi dari tanah dengan faktoir beban 1,5
 Tipe 3, bahan pengisi berupa butiran kerikil atau pecahan batu dengan
faktor beban 1,9
 Tipe 4, bahan pengisi berupa butiran kerikil atau pecahan batu dengan
faktor beban 2,4
 Tipe 5, bahan pengisi sebagian berupa campuran beton, faktor beban 2,4
 Tipe 6, bahan pengisi berupa campuran beton, faktor beban 4,5

Gambar 3.11 Bentuk galian pipa dan peletakannnya

Gambar 3.5 Jenis-jenis sambungan pipa air buangan

Dani Setiawan (14513100) 44


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Keterangan :
 Jenis sambungan sleeve coupling digunakan pada pipa asbestos semen
 Cincin-O sebelum terpasang digunakan pada pipa beton dan pipa tanah liat
 Cincin-O setelah terpasang
 Sambungan dengan adukan semen
3.3 Bangunan Pelengkap
3.3.1 Lokasi Manhole
a. Pada jalur saluran yang lurus, dengan jarak tertentu tergantung diameter
saluran, tapi perlu disesuaikan juga terhadap panjang peralatan pembersih
yang akan dipakai
b. Pada setiap perubahan kemiringan saluran, perubahan diameter,dan
perubahan arah aliran, baik vertikal maupun horizontal
c. Pada lokasi sambungan, persilangan atau percabangan(intersection)
dengan pipa atau bangunan lain
Tabel 3.10 Jarak antar Manhole pada Jalan Lurus

1. Klasifikasi Manhole
 Manhole dangkal : kedalaman (0,75-0,9) m, dengan cover kedap
 Manhole normal : kedalaman 1,5 m, dengan cover berat
 Manhole dalam : kedalaman di atas 1,5 m, dengan cover berat.
Khusus ’manhole dalam’ dapat diklasifikasikan lagi sesuai dengan
kedalaman, ketebalan dinding, keberadaan drop, keberadaan pompa, dan
lain-lain sesuai dengan kebutuhan.
2. Manhole Khusus
 Junction chamber
 Drop manhole
 Flushing manhole

Dani Setiawan (14513100) 45


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

 Pumping manhole
3. Eksentrisitas
 Eksentrisitas manhole pada suatu jalur sistem perpipaan tergantung
pada diameter salurannya
 Untuk pipa dimensi besar (D > 1,20 m), manhole diletakkan secara
eksentrik agar memudahkan operator turun ke dasar saluran
 Untuk pipa dimensi kecil [D (0,2-1,2) m], manhole diletakkan secara
sentrik, langsung di atas pipa
4. Dimensi Manhole
 Dimensi horizontal harus cukup untuk melakukan pemeriksaan dan
pembersihan dengan masuk ke dalam saluran. Dimensi vertikal
tergantung pada kedalamannya.
 Lubang masuk (acces shaft), minimal 50 cm x 50 cm ataudiameter 60
cm
 Dimensi minimal di sebelah bawah lubang masuk
- Untuk kedalaman sampai 0,8 m : 75 cm x 75 cm
- Untuk kedalaman (0,8 - 2,1) m : 120 cm x 90 cm atau diameter 1,2
m
- Untuk kedalaman > 2,1 m : 120 cm x 90 cm atau diameter 140
c
5. Manhole step atau ladderring
 Perlengkapan ini merupakan sebuah tangga besi yang dipasang
menempel di dinding manhole sebelah dalam untuk keperluan
operasional
 Dipasang vertikal dan zig zag 20 cm dengan jarak vertikal masing-
masing (30-40) cm
6. Bottom invert
Dasar manhole pada jalur pipa dilengkapi saluran terbuka dari beton yang
berbentuk U (cetak di tempat) dengan konstruksi dasar setengah bundar
menghubungkan invert pipa masuk dan ke luar. Ketinggian saluran U

Dani Setiawan (14513100) 46


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

dibuat sama dengan diameter saluran terbesar dan diberi benching kekanan
atau kiri dengan kemiringan 1 : 6 hingga mencapai dinding manhole.
3.3.2 Bangunan Penggelontor
1. Aplikasi
Disetiap garis pipa di mana kecepatan self-cleaning tidak tercapai akibat
landainya kemiringan tanah atau pipa atau kurangnya kapasitas aliran. Bisa
dilihat pada tabel kalkulasi dimensi pipa.
2. Cara Penggelontor
a. Dengan periode waktu tetap
 Dipilih pada waktu keadaan debit aliran minimum tiap harinya, di
mana pada saat itu kedalaman renang air limbah tidak cukup untuk
membersihkan tinja atau endapan-endapan.
 Cara ini dapat memakai air sungai terdekat, dipilih airnya yang cukup
bersih, debit penggelontorannya dimasukkan ke dalam perhitungan
dimensi pipa.
 Bila menggunakan tangki gelontor dioperasikan secara otomatis-
Pelaksanaan cara ini pada tengah malam, dimana bangunan
penggelontor dengan peralatan syphon diatur pada kran pengatur,
tepat penuh mengisi bak penggelontor sesuai jadwal waktu periodik
penggelontoran tiap harinya. Kapasitas tangki minimal 1 m3 dan/atau
10 % dari kapasitas pipa yang disuplai sesuai dengan kebutuhan.
b. Periode Waktu Insidentil
 Dipilih cara ini jika ujung atas (awal) pipa lateral tidak dilengkapi
dengan bangunan penggelontor, biasanya dari kran kebakaran terdekat
dapat diambil airnya dengan selang karet, dimasukkan ke dalam
bangunan perlengkapan pipa terminal cleanout, dengan debit 15
liter/detik, selama (5 -15) menit. Bila tidak ada kran kebakaran dapat
digunakan tangki air bersih.
 Alternatif lain adalah dengan pintu-pintu pada pipa air limbah.
3. Syphon
a. Fungsi atau Aplikasi

Dani Setiawan (14513100) 47


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Sebagai bangunan perlintasan, seperti pada sungai atau kali, jalan kereta,
api, atau depressed highway.
b. Komponen Struktur
 Inlet dan outlet (boks)
Berfungsi sebagai pengendalian debit dan fasilitas pembersihan pipa.
 Depressed sewer (pipa sifon)
- Berfungsi sebagai perangkap, sehingga kecepatan pengaliran harus
cukup tinggi, di atas 1 m/detik pada saat debit rata-rata.
- Terdiri dari minimal 3 unit (ruas) pipa sifon dengan dimensi yang
berbeda, minimal 150 mm. Pipa ke 1 didesain dengan Qmin, pipa ke
2 didesain dengan (Qr - Qmin) dan pipa ke 3 didesain dengan (Qp -
Qr)
4. Terminal Clean Out
a. Fungsi/aplikasi
Terminal clean-out dapat berfungsi sebagai (alternatif) pengganti
manhole.
b. Lokasi
Di ujung saluran, terutama pada pipa lateral yang pendek dengan jarak
dari manhole < 50 m.
5. Stasiun Pompa
a. Aplikasi
 Sebagai lift station, dipasang pada setiap jarak tertentu pada sistem
perpipaan yang sudah cukup dalam.
 Sebagai booster station, untuk penyaluran yang tidak memerlukan
pengaliran secara gravitasi. Misal dari zona rendah ke zona yang
lebih tinggi atau pada conveyance sewer ke instalasi. Di sini dapat
digunakan manhole pompa.
b. Kriteria Lokasi
 Tidak banjir dan mudah menerima air limbah secara gravitasi
 Dapat memompa air limbah hingga ke elevasi yang direncanakan

Dani Setiawan (14513100) 48


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

 Dapat memompa seluruh air limbah, meskipun dalam keadaan


darurat
 Fleksibel, dan kompak
 Biaya investasi dan pemeliharaannya rendah
 Desain pompa harus dapat mengikuti fluktuasi debit
 Bahan yang dipilih tidak mudah korosi oleh air limbah
 Sedikit mungkin adanya pengaruh bising pada masyarakat sekitarnya
 Kebutuhan space tidak banyak
 Tidak membutuhkan keahlian tinggi
c. Komponen Stasiun Pompa
 Rumah pompa (termasuk pondasi)
 Pompa
 Mesin penggerak atau motor
 Ruang pompa atau dry well
 Sump atau wet well
 Screen dan grit chamber
 Perpipaan, valve, fitting, pencatat debit, dan overflow darurat
 Sumber power, dan pengendali pompa (panel)

Dani Setiawan (14513100) 49


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BAB IV
PERENCANAAN DRAINASE

4.1 Penentuan Daerah Pelayanan


Perencanaan sistem drainase ini akan melayani wilayah Kecamatan Kalasan
yang terdiri dari 4 desa. Keempat desa tersebut adalah Desa Purwomartani, Desa
Tamanmartani, Desa Tirtomartani, Dan Desa Selomartani. Adapun daerah yang
dilayani pada perencanaan ini yaitu 80% dari luas wilayah Kecamatan Kalasan.
Hal tersebut dikarenakan Kecamatan Kalasan masih memiliki lahan hijau yang
memungkinkan air dapat meresap dengan sempurna sehingga tidak memerlukan
perencanaan drainase yang mendesak. Selain itu fasilitas dan prasarana umum
yang akan dilayani dalam perencanaan drainase adalah sekolah ( TK, SLB, SD,
SMP Negeri dan Swasta, SMA ataupun SMK Negeri dan Swasta) , tempat ibadah,
hotel dan pariwisata.
4.2 Perencanaan Sistem Jaringan Drainase
a. Penentuan Sistem Yang Direncanakan
Sistem drainase yang direncanakan adalah sistem drainase yang terpisah
dengan pengumpul air limbah. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 42 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air yang dinyatakan
bahwa jaringan drainase harus terpisah dengan pengumpul air limbah sehingga
semua air limbah baik dari tempat cuci, dapur, kamar mandi dan kakus harus
dibuang ke jaringan pengumpul air limbah.
Sistem drainase utama yang digunakan dalam perencanaan ini adalah sistem
drainase alami yaitu suatu sistem yang menggunakan sungai dan anak sungai
sebagai sistem primer penerima air buangan dari saluran – saluran sekunder dan
tersier yang ada. Keseluruhan sistem tersebut berfungsi untuk menyalurkan air
hujan. Hal ini sudah sesuai dengan kondisi eksisting drainase untuk Kecamatan
Kalasan dimana sistem drainase utama yang digunakan adalah sistem alami
sehingga tidak diperlukan bangunan – bangunan penunjang di dalam sistem ini.

Dani Setiawan (14513100) 50


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Adapun sistem drainase sekunder yang digunakan dalam perencanaan ini


adalah saluran terbuka. Pemilihan jenis saluran terbuka ini karenan dengan
berbagai pertimbangan antara lain :
 Dari segi biaya, sistem saluran terbuka lebih murah dibandingkan sistem
saluran tertutup yang membutuhkan biaya yang mahal
 Dari segi pembangunan, sistem saluran terbuka tidak membutuhkan teknologi
ataupun sistem yang sulit saat membangun, hal ini cukup efisien dibandingkan
sistem saluran tertutup yang membutuhkan teknologi yang sulit saat
pembangunan
 Dari segi pemeliharaan, sistem saluran terbuka lebih efisien dibandingkan
sistem saluran tertutup
4.3 Perhitungan Beban Air
4.3.1 Analisa Data Curah Hujan Yang Hilang
Data curah hujan yang ideal adalah data yang lengkap. Akan tetapi didalan
prakteknya sangat jarang dijumpai data curah hujan yang lengkap, dimana hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah kelalaian petugas,
kerusakan alat pada stasiun pemantauan, bencana dan lain sebagainya. Analisa
data curah hujan merupakan salah satu pendukung perencanaan drainase karena
besarnya debit dalam saluran drainase ditentukan banyaknya debit hujan yang
ada, selain itu dengan diketahui curah hujan dapat ditentukan pula dimensi saluran
yang direncanakan. Analisa curah hujan yang hilang pada masing–masing stasiun
dapat dihitung dengan menggunakan metode aritmatik, sebagai berikut :
Tabel 4.1 Data Curah Hujan Yang Hilang
ST.A ST.B ST.C ST.E ST.F
No Tahun
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
1 1996 155 157 164 170
2 1997 178 169 169 165
3 1998 166 165 175 168 185
4 1999 178 186 120 186
5 2000 172 191 130 151
6 2001 153 178 141 148
7 2002 189 148 152 175 129
8 2003 168 148 147 123 162

Dani Setiawan (14513100) 51


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

ST.A ST.B ST.C ST.E ST.F


No Tahun
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
9 2004 192 198 180 154 168
10 2005 219 188 192 155 138
11 2006 185 213 226 167
12 2007 119 168 163 110 144
13 2008 155 169 166 152 170
14 2009 168 172 132 143
15 2010 138 114 182 141 231
16 2011 192 151 153 151
17 2012 167 226 217 193 135
18 2013 144 163 175 168 144
19 2014 170 123 192 160
20 2015 143 166 114 169

Data curah hujan yang hilang dapat ditentukan dengan menggunakan


rumus sebagai berikut :
1
𝑃𝑥 = (𝑃 + 𝑃𝐵 + 𝑃𝐶 + +𝑃𝑛)
𝑛 𝐴
Dimana :
Px = Curah hujan yang hilang
𝑃𝐴 + 𝑃𝐵 + 𝑃𝐶 + + 𝑃𝑛 = Curah hujan pada stasiun A, B, C, . . , n
n = Bnyak atau jumlah pos pengamat yang diperhitungkan

Perhitungan :
1. Stasiun A
 Tahun 1999
Dengan menggunakan rumus diatas sehingga didapatkan hasil sebesar :
1
𝑃𝑥 = (178 + 186 + 120 + 186)
4
670
𝑃𝑥 =
4
𝑃𝑥 = 168 𝑚𝑚
 Tahun 2011
Dengan menggunakan rumus diatas sehingga didapatkan hasil sebesar :

Dani Setiawan (14513100) 52


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

1
𝑃𝑥 = (192 + 151 + 153 + 151)
4
647
𝑃𝑥 =
4
𝑃𝑥 = 162 𝑚𝑚
2. Stasiun B
 Tahun 2001
Dengan menggunakan rumus diatas sehingga didapatkan hasil sebesar :
1
𝑃𝑥 = (153 + 178 + 141 + 148)
4
620
𝑃𝑥 =
4
𝑃𝑥 = 155 𝑚𝑚
 Tahun 2014
Dengan menggunakan rumus diatas sehingga didapatkan hasil sebesar :
1
𝑃𝑥 = (170 + 123 + 192 + 160)
4
645
𝑃𝑥 =
4
𝑃𝑥 = 161 𝑚𝑚
3. Stasiun C
 Tahun 1997
Dengan menggunakan rumus diatas sehingga didapatkan hasil sebesar :
1
𝑃𝑥 = (178 + 169 + 169 + 165)
4
681
𝑃𝑥 =
4
𝑃𝑥 = 170 𝑚𝑚
 Tahun 2009
Dengan menggunakan rumus diatas sehingga didapatkan hasil sebesar :
1
𝑃𝑥 = (168 + 172 + 132 + 143)
4
615
𝑃𝑥 =
4

Dani Setiawan (14513100) 53


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

𝑃𝑥 = 154 𝑚𝑚
4. Stasiun E
 Tahun 1996
Dengan menggunakan rumus diatas sehingga didapatkan hasil sebesar :
1
𝑃𝑥 = (155 + 157 + 164 + 170)
4
646
𝑃𝑥 =
4
𝑃𝑥 = 162 𝑚𝑚
 Tahun 2006
Dengan menggunakan rumus diatas sehingga didapatkan hasil sebesar :
1
𝑃𝑥 = (185 + 213 + 226 + 167)
4
791
𝑃𝑥 =
4
𝑃𝑥 = 198 𝑚𝑚
5. Stasiun F
 Tahun 2000
Dengan menggunakan rumus diatas sehingga didapatkan hasil sebesar :
1
𝑃𝑥 = (172 + 191 + 130 + 151)
4
644
𝑃𝑥 =
4
𝑃𝑥 = 161 𝑚𝑚
 Stasiun 2015
Dengan menggunakan rumus diatas sehingga didapatkan hasil sebesar :
1
𝑃𝑥 = (143 + 166 + 114 + 169)
4
592
𝑃𝑥 =
4
𝑃𝑥 = 148 𝑚𝑚

Dani Setiawan (14513100) 54


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Tabel 4.2 Tabel Hasil Perhitungan Curah Hujan Harian Maksimum pada Stasiun
Pengamat
ST.A ST.B ST.C ST.E ST.F
No Tahun
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
1 1996 155 157 164 162 170
2 1997 178 169 170 169 165
3 1998 166 165 175 168 185
4 1999 168 178 186 120 186
5 2000 172 191 130 151 161
6 2001 153 155 178 141 148
7 2002 189 148 152 175 129
8 2003 168 148 147 123 162
9 2004 192 198 180 154 168
10 2005 219 188 192 155 138
11 2006 185 213 226 198 167
12 2007 119 168 163 110 144
13 2008 155 169 166 152 170
14 2009 168 172 154 132 143
15 2010 138 114 182 141 231
16 2011 162 192 151 153 151
17 2012 167 226 217 193 135
18 2013 144 163 175 168 144
19 2014 170 161 123 192 160
20 2015 143 166 114 169 148
Jumlah 3311 3441 3345 3126 3205
Rata-rata 165,55 172,05 167,25 156,3 160,25

4.3.2 Curah Hujan Rata-rata


Setelah dilakukan pencarian data hilang, kemudian dihitung curah hujan
rata-rata. Curah hujan rerata dapat dicari dengan mengggunakan 2 metode, yakni
Metode Rata-rata Aljabar dan Metode Poligon Thiesen, adapun perhitungannya
sebagai berikut :
1. Metode Rata-rata Aljabar
Metode ini sama prinsipnya dengan mencari rata-rata suatu data, dirumuskan
sebagai berikut :
𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3 + +𝑑𝑛
d̅ =
𝑛

Dani Setiawan (14513100) 55


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Dimana :
d1+d2+d3+ +dn = Tinggi curah hujan pada pos penakar 1,2,3,..,n
n = Banyaknya atau jumlah pos penakar yang diperhitungakan
 Contoh perhitungan pada tahun 1996 stasiun A, B, C, E, dan F sebagai berikut :
155 + 157 + 164 + 162 + 170
d̅ =
5
808
d̅ =
5
d̅ = 161,6 𝑚𝑚

Tabel 4.3 Curah Hujan Metode Rata-rata Aljabar


ST.A ST.B ST.C ST.E ST.F Rerata Hujan Tahunan
No Tahun
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
1 1996 155 157 164 162 170 161,6
2 1997 178 169 170 169 165 170,2
3 1998 166 165 175 168 185 171,8
4 1999 168 178 186 120 186 167,6
5 2000 172 191 130 151 161 161
6 2001 153 155 178 141 148 155
7 2002 189 148 152 175 129 158,6
8 2003 168 148 147 123 162 149,6
9 2004 192 198 180 154 168 178,4
10 2005 219 188 192 155 138 178,4
11 2006 185 213 226 198 167 197,8
12 2007 119 168 163 110 144 140,8
13 2008 155 169 166 152 170 162,4
14 2009 168 172 154 132 143 153,8
15 2010 138 114 182 141 231 161,2
16 2011 162 192 151 153 151 161,8
17 2012 167 226 217 193 135 187,6
18 2013 144 163 175 168 144 158,8
19 2014 170 161 123 192 160 161,2
20 2015 143 166 114 169 148 148
Jumlah 3311 3441 3345 3126 3205 3285,6
Rata-rata 165,55 172,05 167,25 156,3 160,25 164,28

Dani Setiawan (14513100) 56


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2. Metode Poligon Thiessen


Metode ini memperhitungkan bobot dari masing-masing stasiun yang mewakili
luasan di sekitarnya. Pembentukan poligon Thiessen adalah sebagai berikut ini :
 Stasiun pencatat hujan digambarkan pada peta DAS yang ditinjau, termasuk
stasiun hujan di luar DAS yang berdekatan.
 Stasiun-stasiun tersebut dihubungkan dengan garis lurus sehingga membentuk
segitiga-segitiga, yang sebaiknya mempunyai sisi dengan panjang yang kira-
kira sama.
 Dibuat garis berat pada sis-sisi segitiga.
 Garis-garis berat tersebut membentuk poligon yang mengelilingi tiap stasiun.
Tiap stasiun memwakili luasan yang dibentuk oleh poligon. Untuk stasiun yang
berada di dekat batas DAS, garis batas DAS membentuk batas tertutup dari
Poligon.
 Luas tiap poligon diukur dan kemudian dikalikan dengan kedalaman hujan di
stasiun yang berada di dalam poligon.
 Jumlah dari hitungan pada butir sebelumnya untuk semua stasiun dibagi
dengan luas daerah yang ditinjau menghasilkan hujan rerata daerah tersebut.
Berdasarkan data yang diperoleh, luasan wilayah Kecamatan Kalasan memiliki
luasan 35,8 km². Nilai curah hujan rata-rata ini didapat dari luasan yang telah
dibagi berdasarkan jumlah stasiun lalu didapat luas jangkauan stasiun pengamat
hujan sebagai berikut :
Tabel 4.4 Luas Jangkauan Stasiun Pengamat Hujan Metode Polygon Thiessen
Luas
No Stasiun
(km2)
1 A 10,4
2 B 3,4
3 C 4,4
4 E 9,3
5 F 8,3
Jumlah 35,8

Dani Setiawan (14513100) 57


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Rumus yang digunakan dalam mencari rata-rata metode polygon thiessen yakni,
sebagai berikut :
[(𝑅1 x𝐴1 ) + (𝑅2 x𝐴2 ) + (𝑅3 x𝐴3 )+. . +(𝑅𝑛 x𝐴𝑛 )]
𝑅=
ƩA

Dimana :
𝑅1 + 𝑅2 + . . +𝑅𝑛 = Tinggi curah hujan pada pos penakar 1, 2, . . ,n
𝐴1 + 𝐴2 + . . +𝐴𝑛 = Luas pengaruh setiap penakar hujan

Contoh perhitungan pada tahun 1996 sebagai berikut :


[(155 × 10,4) + (157 × 3,4) + (164 × 4,4) + (162 × 9,3) + (170 × 8,3)]
𝑅=
10,4 + 3,4 + 4,4 + 9,3 + 8,3
𝑅 = 161,6 𝑚𝑚
Tabel 4.5 Curah Hujan Rata–rata Metode Poligon Thiessen

No Tahun ST.A (mm) Luas Total ST.B (mm) Luas Total ST.C (mm) Luas Total ST.E (mm) Luas Total ST.F (mm) Luas Total Rata-rata (mm)
1 1996 155 10,4 157 3,4 164 4,4 162 9,3 170 8,3 161,6
2 1997 178 10,4 169 3,4 170 4,4 169 9,3 165 8,3 170,8
3 1998 166 10,4 165 3,4 175 4,4 168 9,3 185 8,3 171,9
4 1999 168 10,4 178 3,4 186 4,4 120 9,3 186 8,3 162,9
5 2000 172 10,4 191 3,4 130 4,4 151 9,3 161 8,3 160,6
6 2001 153 10,4 155 3,4 178 4,4 141 9,3 148 8,3 152,0
7 2002 189 10,4 148 3,4 152 4,4 175 9,3 129 8,3 163,0
8 2003 168 10,4 148 3,4 147 4,4 123 9,3 162 8,3 150,4
9 2004 192 10,4 198 3,4 180 4,4 154 9,3 168 8,3 175,7
10 2005 219 10,4 188 3,4 192 4,4 155 9,3 138 8,3 177,3
11 2006 185 10,4 213 3,4 226 4,4 198 9,3 167 8,3 191,9
12 2007 119 10,4 168 3,4 163 4,4 110 9,3 144 8,3 132,5
13 2008 155 10,4 169 3,4 166 4,4 152 9,3 170 8,3 160,4
14 2009 168 10,4 172 3,4 154 4,4 132 9,3 143 8,3 151,5
15 2010 138 10,4 114 3,4 182 4,4 141 9,3 231 8,3 163,5
16 2011 162 10,4 192 3,4 151 4,4 153 9,3 151 8,3 158,6
17 2012 167 10,4 226 3,4 217 4,4 193 9,3 135 8,3 178,1
18 2013 144 10,4 163 3,4 175 4,4 168 9,3 144 8,3 155,8
19 2014 170 10,4 161 3,4 123 4,4 192 9,3 160 8,3 166,8
20 2015 143 10,4 166 3,4 114 4,4 169 9,3 148 8,3 149,5
Jumlah 3311 208 3441 68 3345 88 3126 186 3205 166 3254,9
Rata-rata 165,55 10,4 172,05 3,4 167,25 4,4 156,3 9,3 160,25 8,3 162,7

Dani Setiawan (14513100) 58


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

 Metode yang dipilih


Setelah melakukan perhitungan dengan kedua metode, kami memilih metode rata-
rata aljabar karena menunjukan angka rata-rata hujan tertinggi dibanding metode
lainya. Dengan demikian perencanaan akan lebih aman dengan menggunakan
angka tertinggi.
4.3.3 Curah Hujan Maksimum
Dalam menghitung curah hujan harian maksimum, dapat dilakukan dengan
3 metode, yaitu Metode Gumbel, Metode Log Pearson III dan Metode Iway
Kadoya. Dan nantinya akan dipilih yang menghasilkan nilai curah hujan paling
besar.
1. Metode Gumbel
Distribusi Gumbel digunkan untuk analisis data maksimum misalnya untuk
analisi frekuensi banjir. Distribusi gumbel mempunyai koefisien kemencengan
Cs= 1,139 dan koefisien kurtosis Ck = 4,002. Adapun proses perhitungan curah
hujan rencana dengan metode Gumbel adalah sebagai berikut :
 Menyusun data-data curah hujan (X) mulai dari harga yang terbesar s.d. harga
terkecil
 Menghitung besarnya harga rata-rata curah hujan tahunan (𝑋̅) dengan
persamaan :
1
𝑋̅ = ∑(𝑋)
𝑛
 Mengisi kolom 3-5 pada tabel.
 Menentukan besarnya nilai reduksi variant (Yt) dari variable yang diharapkan
terjadi pada periode ulang tertentu (PUH 2, 5, 10, 20, 25, dan 50), hubungan
antara periode ulang T dengan Yt dapat dilihat pada tabel Gumbel, atau
dihitung dengan persamaan :
𝑇
𝑌𝑡 = −ln(ln ( )
𝑇−1

Dani Setiawan (14513100) 59


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Tabel 4.6 Reduced Variate (Yt)

 Menentukan besarnya nilai rata-rata dari reduksi variant (mean of reduce


variate, Yn). nilainya tergantung dari jumlah data (n = 20) dan dapat dilihat
pada tabel berdasarkan Yn.

Tabel 4.7 Reduced Mean (Yn)

 Menghitung besarnya harga standar deviasi rata-rata dengan persamaan :

∑(𝑥𝑖 − 𝑥̅ )2
𝑆𝑥 = √
𝑛−1

 Menentukan besarnya deviasi standar dari reduksi variant (Sn) yang nilainya
tergantung dari jumlah data (n = 20) dan dapat dilihat pada tabel Sn.

Dani Setiawan (14513100) 60


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Tabel 4.8 Reduced Standard Deviation (Sn)

 Menentukan nilai curah hujan dengan periode ulang T tahun (PUH 2, 5, 10, 20,
25, dan 50) dalam mm. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
𝑆
𝑋𝑇 = 𝑋̅ + (𝑌𝑡 − 𝑌𝑛)
𝑆𝑛

a. Tahapan Penyelesaian
 Menghitung nilai rata-rata curah hujan
𝛴𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑐𝑢𝑟𝑎ℎ ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛 3285,6
𝑋̅ = = = 164,28 𝑚𝑚
𝑛 20
Tabel 4.9 Rata-rata curah hujan
No Tahun R (mm) R-Ř (R - Ř)^2
1 1996 161,6 -2,68 7,1824
2 1997 170,2 5,92 35,0464
3 1998 171,8 7,52 56,5504
4 1999 167,6 3,32 11,0224
5 2000 161 -3,28 10,7584
6 2001 155 -9,28 86,1184
7 2002 158,6 -5,68 32,2624
8 2003 149,6 -14,68 215,5024
9 2004 178,4 14,12 199,3744
10 2005 178,4 14,12 199,3744
11 2006 197,8 33,52 1123,5904
12 2007 140,8 -23,48 551,3104
13 2008 162,4 -1,88 3,5344

Dani Setiawan (14513100) 61


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

No Tahun R (mm) R-Ř (R - Ř)^2


14 2009 153,8 -10,48 109,8304
15 2010 161,2 -3,08 9,4864
16 2011 161,8 -2,48 6,1504
17 2012 187,6 23,32 543,8224
18 2013 158,8 -5,48 30,0304
19 2014 161,2 -3,08 9,4864
20 2015 148 -16,28 265,0384
Jumlah 3285,6 3505,472
Rerata (Ř) 164,28

 Menghitung nilai standar deviasi

∑(𝑋𝑖 − 𝑥)2 3505,472


𝑆𝐷 = √ = √ = 13,58
𝑛−1 (20 − 1)

 Mencari nilai Yt, Yn, dan Sn (dilihat dari tabel Gumbel diatas)
Tabel 4.10 Hasil nilai Yt, Yn, dan Sn
PUH Yt Yn Sn
2 0,3665 0,5236 1,0628
5 1,4999 0,5236 1,0628
10 2,2502 0,5236 1,0628
20 2,9606 0,5236 1,0628
25 3,1985 0,5236 1,0628
50 3,9019 0,5236 1,0628

 Menghitung curah hujan rencana (𝑋𝑇 ) pada PUH 2, 5, 10, 20, 25, dan 50
tahun sebagai berikut :
Contoh perhitungan pada PUH 2 tahun :
13,58
𝑋𝑇 = 164,28 + (0,3665 − 0,5236)
1,0628
𝑋𝑇 = 162,27
Tabel 4.11 Hujan harian maksimum dengan metode Gumbel
PUH Yt Yn Sn S 𝑋̅ XT
2 0,3665 0,5236 1,0628 13,6 164,28 162,27
5 1,4999 0,5236 1,0628 13,6 164,28 176,77
10 2,2502 0,5236 1,0628 13,6 164,28 186,37

Dani Setiawan (14513100) 62


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

PUH Yt Yn Sn S 𝑋̅ XT
20 2,9606 0,5236 1,0628 13,6 164,28 195,46
25 3,1985 0,5236 1,0628 13,6 164,28 198,51
50 3,9019 0,5236 1,0628 13,6 164,28 207,51

2. Metode Iway Kadoya


Metode iway kadoya disebut juga cara distribusi terbatas sepihak. Prinsipnya
adalah mengubah variabel (x) dari kurva kemungkinan kerapatan dari curah hujan
harian maksimum ke log x atau mengubah distribusi yang asimetris menjadi kurva
distribusi normal. Adapun proses perhitungan curah hujan dengan metode iway
kadoya adalah sebagai berikut :
 Memperkirakan harga x :
𝑿 = 𝒍𝒐𝒈 𝑹
𝒏
𝟏
̅̅
𝑿̅̅𝒐 = ∑ 𝒍𝒐𝒈 𝑹𝒊
𝒏
𝒊=𝟏

 Memperkirakan harga b
𝒏
𝒎=
𝟏𝟎
𝒏
𝟏
𝒃 = ∑ 𝒃𝒊
𝒎
𝒊=𝟏
𝑿𝒔 . 𝑿𝒕 − 𝑿𝒐 ²
𝒃𝒊 =
𝟐𝑿𝒊 − (𝑿𝒔 + 𝑿𝒕 )
Dimana :
Xs = Harga pengamatan dengan nomor urut m dari yang terbesar
Xt = Harga pengamatan dengan nomor urut m dari yang terkecil
Xo = Rata-rata hujan
N = Jumlah data hujan
 Nilai b yang telah didapatkan, dijumlahkan dengan data awal, kemudian di log-
kan, dijumlahkan dan dicari rata-ratanya jika nilai b negatif ,maka b dianggap
nol :
𝟏
̅̅̅̅
𝑿𝟎 = ∑ 𝐥𝐨𝐠(𝑹𝒊 + 𝒃)
𝒏

Dani Setiawan (14513100) 63


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

 Menentukan nilai ξ dari tabel iwai kadoya.


 Menghitung nilai c :

𝟏 𝟐𝒏
=√ ̅𝟐 − 𝒙
(𝒙 ̅𝟐𝒐 )
𝒄 𝒏−𝟏

 Dengan harga variabel normal (C ) yg sesuai untuk tiap periode ulang (lihat
tabel iwai-kadoya) dan curah hujan untuk periode ulang tertentu didapat
dengan :
𝟏
̅𝒐 + ξ ) – b
log x =( 𝒙
𝒄

𝟏
̅𝒐 + ξ ) – b
x = antilog ( 𝒙 𝒄

Tahapan Penyelesaian :
 Menghitung nilai x bisa pada tabel berikut :
Tabel 4.12 perhitungan nilai x
Hujan Perhitungan
R
No Tahun tahunan Xi +
(mm) log Xi log (Xi+b) (log (Xi+b))^2
terurut (Xi) b
1 1996 161,6 197,8 2,296226287 197,8 2,296226287 5,272655162
2 1997 170,2 187,6 2,273232834 187,6 2,273232834 5,167587518
3 1998 171,8 178,4 2,25139485 178,4 2,25139485 5,068778771
4 1999 167,6 178,4 2,25139485 178,4 2,25139485 5,068778771
5 2000 161 171,8 2,235023159 171,8 2,235023159 4,995328523
6 2001 155 170,2 2,230959556 170,2 2,230959556 4,977180539
7 2002 158,6 167,6 2,224274014 167,6 2,224274014 4,947394891
8 2003 149,6 162,4 2,210586025 162,4 2,210586025 4,886690574
9 2004 178,4 161,8 2,208978517 161,8 2,208978517 4,87958609
10 2005 178,4 161,6 2,208441356 161,6 2,208441356 4,877213225
11 2006 197,8 161,2 2,207365037 161,2 2,207365037 4,872460409
12 2007 140,8 161,2 2,207365037 161,2 2,207365037 4,872460409
13 2008 162,4 161 2,206825876 161 2,206825876 4,870080447
14 2009 153,8 158,8 2,200850498 158,8 2,200850498 4,843742915
15 2010 161,2 158,6 2,200303183 158,6 2,200303183 4,841334097
16 2011 161,8 155 2,190331698 155 2,190331698 4,797552948
17 2012 187,6 153,8 2,186956335 153,8 2,186956335 4,782778013
18 2013 158,8 149,6 2,174931594 149,6 2,174931594 4,730327437
19 2014 161,2 148 2,170261715 148 2,170261715 4,710035913
20 2015 148 140,8 2,148602655 140,8 2,148602655 4,616493368
Jumlah 3285,6 44,28430508 44,28430508 98,07846002

Dani Setiawan (14513100) 64


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Hujan Perhitungan
R
No Tahun tahunan Xi +
(mm) log Xi log (Xi+b) (log (Xi+b))^2
terurut (Xi) b
Rerata 164,28 2,214215254 2,214215254 4,903923001

 Menghitung nilai b

Rarata log Xi 2,214215


Xo 164,28
m 2
2Xo 328,56
Xo^2 26987,92

Tabel 4.13 Perhitungan nilai b


No Xs Xt Xs.Xt Xs+Xt (Xs.Xt)-Xo^2 2Xo - (Xs+Xt) bi
1 197,8 140,8 27850,24 338,6 862,32 -10,04 -85,88844622
2 187,6 148 27764,8 335,6 776,88 -7,04 -110,3522727
Jumlah -196,2407189
Sehingga didapatkan nilai b sebesar :
n
1
b = ∑ bi
m
i=1
−196,24
b= = −98,12
2
Karena nilai b adalah negatif maka nilai b dianggap nol.
 Menentukan nilai ξ dari tabel iwai kadoya.
Tabel 4,14 Variabel normal ξ yang sesuai pada w(x) utama

Sumber : Sosrodarson, Hidrologi untuk pengairan,2003

Dani Setiawan (14513100) 65


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Tabel 4.15 Hujan harian maksimum dengan metode iway kadoya


PUH ζ 1/c (1/c)ζ Xo + (1/c)ζ x+b x
2 0,3045 0,049 0,0149205 2,229135754 169,4867508 169,4867508
5 0,5951 0,049 0,0291599 2,243375154 175,1358901 175,1358901
10 0,9062 0,049 0,0444038 2,258619054 181,3923862 181,3923862
20 1,1631 0,049 0,0569919 2,271207154 186,7270147 186,7270147
25 1,2379 0,049 0,0606571 2,274872354 188,3095536 188,3095536
50 1,4522 0,049 0,0711578 2,285373054 192,9181346 192,9181346

3. Metode Log Person III


Dalam menghitung curah hujan maksimum dengan metode log person III
terdapat beberapa tahapan, yaitu :
 Menyusun data-data curah hujan (R) mulai dari harga yang tersebar s.d harga
terkecil
 Mengubah sejumlah N data curah hujan kedalam bentuk logaritma, 𝑋𝑖 =
log 𝑅𝑖
 Menghitung besarnya harga rata-rata besaran tersebut dengan persamaan
1
𝑋̅ = ∑ 𝑋𝑖
𝑛
 Menghitung besarnya harga deviasi rata-rata dari besaran logaritma tsb

∑(X − ̅
X)²
𝜎𝑥 = √
n−1
 Menghitung harga skew coefficient (koefisien asimetri) dr besaran logaritma
diatas:
̅)3
N ∑(X − X
Cs =
(N − 1)(N − 2)(σ)3
 Berdasarkan harga Cs yg diperoleh dan harga periode ulang (T) yg ditentukan,
dapat diketahui nilai Kx dengan menggunakan tabel logpearson III
 Menghitung besarnya harga logaritma dari masing-masing data curah hujan
untuk suatu periode ulang T tertentu:
XT = ̅
X + (Kσ)
 Jadi perkiraan harga HHM untuk periode ulang T (tahun) adalah:
R T = antilog X T

Dani Setiawan (14513100) 66


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Tahapan Penyelesaian :
 Mengubah jumlah n kedalam bentuk logaritma dan menghitung besaran
harga rata-rata bisa dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.16 Besaran hrga rata-rata nilai n
No Tahun R (mm) Xi = logR Xi - ẋ (Xi - ẋ)^2 (Xi - ẋ)^3
1 1996 161,6 2,208441356 -0,005773898 3,33379E-05 -1,9249E-07
2 1997 170,2 2,230959556 0,016744302 0,000280372 4,69463E-06
3 1998 171,8 2,235023159 0,020807906 0,000432969 9,00918E-06
4 1999 167,6 2,224274014 0,01005876 0,000101179 1,01773E-06
5 2000 161 2,206825876 -0,007389378 5,46029E-05 -4,03482E-07
6 2001 155 2,190331698 -0,023883556 0,000570424 -1,36238E-05
7 2002 158,6 2,200303183 -0,013912071 0,000193546 -2,69262E-06
8 2003 149,6 2,174931594 -0,03928366 0,001543206 -6,06228E-05
9 2004 178,4 2,25139485 0,037179596 0,001382322 5,13942E-05
10 2005 178,4 2,25139485 0,037179596 0,001382322 5,13942E-05
11 2006 197,8 2,296226287 0,082011033 0,00672581 0,000551591
12 2007 140,8 2,148602655 -0,065612599 0,004305013 -0,000282463
13 2008 162,4 2,210586025 -0,003629229 1,31713E-05 -4,78017E-08
14 2009 153,8 2,186956335 -0,027258918 0,000743049 -2,02547E-05
15 2010 161,2 2,207365037 -0,006850216 4,69255E-05 -3,2145E-07
16 2011 161,8 2,208978517 -0,005236737 2,74234E-05 -1,43609E-07
17 2012 187,6 2,273232834 0,05901758 0,003483075 0,000205563
18 2013 158,8 2,200850498 -0,013364756 0,000178617 -2,38717E-06
19 2014 161,2 2,207365037 -0,006850216 4,69255E-05 -3,2145E-07
20 2015 148 2,170261715 -0,043953539 0,001931914 -8,49144E-05
Jumlah 3285,6 44,28430508 0,023476203 0,000406274
Rerata 164,28 2,214215254

 Menghitung nilai standar deviasi

̅)²
∑(X − X
𝜎𝑥 = √
n−1

0,0235
𝜎𝑥 = √ = 0,035
19

 Menghitung harga skew coefficient (Cs)


̅)3
N ∑(X − X
Cs =
(N − 1)(N − 2)(σ)3
20 × 0,0004
Cs = = 0,55
(19)(18)(0,035)3
 Menetukan nilai Kx

Dani Setiawan (14513100) 67


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Tabel 4.17 Harga Kx Distribusi Log Person III

Sumber : CD Soemarto, 1999


 Menghitung nilai 𝑋𝑇
Contoh perhitungan pada PUH 2 tahun sebagai berikut :
XT = ̅
X + (Kσ)
X T = 2,21422 + 0,003465 = 2,217685
 Menghitung harga Hujan Harian Maksimum pada PUH 2,5,10,,25 dan 50
tahun
Contoh perhitungan pada PUH 2 tahun sebagai berikut :
R T = antilog XT
R T = 102,217685 = 165,0764041
Tabel 4.18 Hujan Harian Maksimum metode Log Person III
PUH Kx Kx.σx ẋ XT RT
2 0,099 0,003465 2,21422 2,217685 165,0764041
5 0,800 0,028 2,21422 2,24222 174,6706756
10 1,328 0,04648 2,21422 2,2607 182,2636235
25 1,939 0,067865 2,21422 2,282085 191,4630619
50 2,359 0,082565 2,21422 2,296785 198,0546302

Dani Setiawan (14513100) 68


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Tabel 4.19 Perbandingan PUH Metode Gumbel, Iway Kadoya, Log Person III
Perbandingan Nilai Curah Hujan
PUH
Gumbel Log Pearson III Iwai Kadoya
2 162,27 165,08 169,49
5 176,77 174,67 175,14
10 186,37 182,26 181,39
25 198,51 191,46 188,31
50 207,51 198,05 192,92
Jumlah 931,43 911,52 907,25
Rerata 186,29 182,30 181,45

Dari tabel diatas didapatkan nilai Xt yang terbesar adalah dengan metode
Gumbel maka untuk mencari lengkung intensitas hujan menggunakan nilai
metode Gumbel, hal ini dilakukan karena agar desain saluran yang kita
rencanakan tidak terjadi luapan air limpasan karena tidak muat menampung.
4.3.4 Distribusi Hujan
Perhitungan Distribusi Hujan Menggunakan Metode Hasper Weduwen
(Berdasarkan Gumbel) Berikut adalah langkah perhitungan distribusi hujan untuk
periode ulang hujan (PUH) dipilih :
 Menentukan T rencana yang akan dipilih berdasarkan gumbel (dipilih PUH
2,5,10, 25)
 Menentukan interval waktu t (menit)
 Menentukan nilai R1 untuk 0<t<1 jam,dengan persamaan:
1218t + 54
R1 = X T
Xt (1 − t) + 1272t
 Menentukan nilai Rt :
Untuk 0< t<1 jam, Rt dapat dicari dengan persamaan :

11300 𝑡 𝑅1
𝑹=√ ×
𝑡 + 3,12 100

Untuk 1 jam < t <24 jam, Rt dapat dicari dengan persamaan :

11300 𝑡 𝑋𝑇
𝑅=√ ×
𝑡 + 3,12 100

Dani Setiawan (14513100) 69


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

 Menentukan nilai I dengan persamaan :


Rt
I= mm/jam
t
Tabel 4.20 Hujan Harian Maksimum Metode Gumbel
PUH Yt Yn Sn S ẋ XT
2 0,3665 0,5236 1,0628 13,6 164,28 162,27
5 1,4999 0,5236 1,0628 13,6 164,28 176,77
10 2,2502 0,5236 1,0628 13,6 164,28 186,37
20 2,9606 0,5236 1,0628 13,6 164,28 195,46
25 3,1985 0,5236 1,0628 13,6 164,28 198,51
50 3,9019 0,5236 1,0628 13,6 164,28 207,51
Rerata 187,82

Tabel 4.21 Hasper Weduwen Untuk PUH 2 Tahun


T
No T (jam) XT R1 Rt I
(menit)
*7 = *6 /
*1 *2 *3 = *2 / 60 *4 *5 *6
*3
1 5 0,08 162,27 99,05 16,98 203,79
2 10 0,17 162,27 120,10 28,75 172,50
3 20 0,33 162,27 140,26 46,32 138,97
4 30 0,50 162,27 150,02 59,27 118,54
5 40 0,67 162,27 155,78 69,48 104,22
6 60 1,00 162,27 84,98 84,98
7 80 1,33 162,27 94,39 70,79
8 120 2,00 162,27 107,81 53,90

Tabel 4.22 Hasper Weduwen Untuk PUH 5 Tahun


T
No T (jam) XT R1 Rt I
(menit)
*3 = *2 / *7 = *6 /
*1 *2 *4 *5 *6
60 *3
1 5 0,08 176,77 102,55 17,58 210,99
2 10 0,17 176,77 126,44 30,27 181,60
3 20 0,33 176,77 150,07 49,56 148,69
4 30 0,50 176,77 161,79 63,92 127,84
5 40 0,67 176,77 168,79 75,29 112,93
6 60 1,00 176,77 92,58 92,58
7 80 1,33 176,77 102,82 77,11
8 120 2,00 176,77 117,44 58,72

Dani Setiawan (14513100) 70


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Tabel 4.23 Hasper Weduwen Untuk PUH 10 Tahun


T
No T (jam) XT R1 Rt I
(menit)
*7 = *6 /
*1 *2 *3 = *2 / 60 *4 *5 *6
*3
1 5 0,08 186,37 104,68 17,95 215,38
2 10 0,17 186,37 130,40 31,22 187,29
3 20 0,33 186,37 156,37 51,64 154,93
4 30 0,50 186,37 169,45 66,95 133,89
5 40 0,67 186,37 177,33 79,10 118,65
6 60 1,00 186,37 97,60 97,60
7 80 1,33 186,37 108,40 81,30
8 120 2,00 186,37 123,82 61,91

Tabel 4.24 Hasper Weduwen Untuk PUH 20 Tahun


T
No T (jam) XT R1 Rt I
(menit)
*3 = *2 / *7 = *6 /
*1 *2 *4 *5 *6
60 *3
1 5 0,08 195,46 106,58 18,27 219,29
2 10 0,17 195,46 134,00 32,08 192,46
3 20 0,33 195,46 162,21 53,57 160,71
4 30 0,50 195,46 176,62 69,78 139,55
5 40 0,67 195,46 185,37 82,68 124,02
6 60 1,00 195,46 102,36 102,36
7 80 1,33 195,46 113,69 85,27
8 120 2,00 195,46 129,86 64,93

Tabel 4.25 Hasper Weduwen Untuk PUH 25 Tahun


T
No T (jam) XT R1 Rt I
(menit)
*7 = *6 /
*1 *2 *3 = *2 / 60 *4 *5 *6
*3
1 5 0,08 198,51 107,19 18,38 220,55
2 10 0,17 198,51 135,17 32,36 194,14
3 20 0,33 198,51 164,13 54,21 162,62
4 30 0,50 198,51 179,00 70,72 141,44
5 40 0,67 198,51 188,05 83,88 125,81
6 60 1,00 198,51 103,96 103,96
7 80 1,33 198,51 115,46 86,60
8 120 2,00 198,51 131,89 65,94

Dani Setiawan (14513100) 71


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Tabel 4.26 Hasper Weduwen Untuk PUH 50 Tahun


T
No T (jam) XT R1 Rt I
(menit)
*3 = *2 / *7 = *6 /
*1 *2 *4 *5 *6
60 *3
1 5 0,08 207,51 108,93 18,68 224,12
2 10 0,17 207,51 138,55 33,17 198,99
3 20 0,33 207,51 169,75 56,06 168,18
4 30 0,50 207,51 185,98 73,47 146,95
5 40 0,67 207,51 195,93 87,39 131,09
6 60 1,00 207,51 108,67 108,67
7 80 1,33 207,51 120,70 90,52
8 120 2,00 207,51 137,87 68,93

Tabel 4.27 Intensitas Hujan (Mm/Jam) Menurut Hasper & Weduwen


T
No (menit) PUH 2 PUH 5 PUH 10 PUH 20 PUH 25 PUH 50
1 5 203,79 210,99 215,38 219,29 220,55 224,12
2 10 172,50 181,60 187,29 192,46 194,14 198,99
3 20 138,97 148,69 154,93 160,71 162,62 168,18
4 30 118,54 127,84 133,89 139,55 141,44 146,95
5 40 104,22 112,93 118,65 124,02 125,81 131,09
6 60 84,98 92,58 97,60 102,36 103,96 108,67
7 80 70,79 77,11 81,30 85,27 86,60 90,52
8 120 53,90 58,72 61,91 64,93 65,94 68,93

Intensitas Hujan Menurut Hasper & Weduwen


250.00

200.00
PUH 2
150.00
PUH 5

100.00 PUH 10
PUH 20
50.00 PUH 25
PUH 50
0.00
0 20 40 60 80 100 120 140
t (menit)

Dani Setiawan (14513100) 72


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Gambar 4.1 Grafik Intensitas Hujan Menurut Hasper & Weduwen


Fungsi metode hasper-weduwen adalah sebagai pembanding antara metode
Sherman, Talbot dan Ishiguro untuk menentukan lengkung intensitas hujan.
Kenapa tidak langsung menggunakan metode hasper-weduwen untuk menentukan
besar intensitas hujan, Karena bentuk hasper-weduwen ini bukan dalam bentuk
persamaan, untuk mencari intensitas hujan harus menggunakan tabel nomogram.
Sehingga metode ini hanya dipakai sebagai pembanding untuk memilih antara
metode shermen, talbot atau ishiguro. Nilai antara sherman, talbot, atau ishiguro
yang lebih mendekati ke nilai hasper-weduwen yang dipilih.
4.3.5 Intensitas Hujan
Dalam menghitung intensitas hujan dan persamaan lengkung intensitas
hujan ini dapat dilakukan dengan 3 metode, yaitu metode Sherman, metode Talbot
dan metode Ishiguro. Nantinya yang akan dipilih adalah metode yang nilainya
paling mendekati dengan nilai Hasper-weduwen.
a. Metode Talbot
Rumus yang digunakan oleh metode talbot sebagai berikut :
𝑎
𝐼=
(𝑡 + 𝑏)

a
 I .t  I    I .t  I 
2 2
 I  I .t   n I .t  2

b
n. I    I  n. I    I 
2 2 2
2

Berikut adalah tabel perhitungan intensitas hujan dengan metode talbot, sebagai
berikut :
Tabel 4.28 Perhitungan Intensitas Hujan Metode Talbot PUH 2 Tahun
PUH 2 TAHUNAN
No t I I.t I^2 (I^2).t log t log I (log t).(log I) (log t)^2 I.(t^0,5) (I^2).(t^0,5)
1 5 203,79 1018,96 41531,25 207656,23 0,70 2,31 1,61 0,49 455,69 92866,69
2 10 172,50 1725,03 29757,39 297573,86 1,00 2,24 2,24 1,00 545,50 94101,12
3 20 138,97 2779,38 19312,40 386247,99 1,30 2,14 2,79 1,69 621,49 86367,68
4 30 118,54 3556,08 14050,82 421524,49 1,48 2,07 3,06 2,18 649,25 76959,49
5 40 104,22 4168,91 10862,38 434495,35 1,60 2,02 3,23 2,57 659,16 68699,75
6 60 84,98 5098,94 7222,00 433320,22 1,78 1,93 3,43 3,16 658,27 55941,40
7 80 70,79 5663,12 5011,08 400886,07 1,90 1,85 3,52 3,62 633,16 44820,42
8 120 53,90 6468,58 2905,73 348687,36 2,08 1,73 3,60 4,32 590,50 31830,66
Jumlah 365 947,70 30479,00 130653,04 2930391,57 11,84 16,29 23,49 19,04 4813,02 551587,20

Dani Setiawan (14513100) 73


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Talbot
T A B I
5 8192,57 37,00 195,08
10 8192,57 37,00 174,32
20 8192,57 37,00 143,74
30 8192,57 37,00 122,28
40 8192,57 37,00 106,40
60 8192,57 37,00 84,46
80 8192,57 37,00 70,02
120 8192,57 37,00 52,18
Jumlah 948,49

Tabel 4.29 Perhitungan Intensitas Hujan Metode Talbot PUH 5 Tahun


PUH 5 TAHUNAN
No t I I.t I^2 (I^2).t log t log I (log t).(log I) (log t)^2 I.(t^0,5) (I^2).(t^0,5)
1 5 210,99 1054,97 44518,34 222591,69 0,70 2,32 1,62 0,49 471,80 99546,03
2 10 181,60 1815,98 32977,89 329778,87 1,00 2,26 2,26 1,00 574,26 104285,24
3 20 148,69 2973,72 22107,58 442151,57 1,30 2,17 2,83 1,69 664,94 98868,10
4 30 127,84 3835,07 16342,00 490259,94 1,48 2,11 3,11 2,18 700,19 89508,81
5 40 112,93 4517,23 12753,35 510134,12 1,60 2,05 3,29 2,57 714,24 80659,29
6 60 92,58 5554,57 8570,35 514220,76 1,78 1,97 3,50 3,16 717,09 66385,61
7 80 77,11 6169,16 5946,64 475731,18 1,90 1,89 3,59 3,62 689,73 53188,36
8 120 58,72 7046,59 3448,23 413787,01 2,08 1,77 3,68 4,32 643,26 37773,41
Jumlah 365 1010,46 32967,30 146664,37 3398655,14 11,84 16,54 23,88 19,04 5175,51 630214,85
Talbot
T A B I
5 9198,99 40,20 203,50
10 9198,99 40,20 183,23
20 9198,99 40,20 152,80
30 9198,99 40,20 131,03
40 9198,99 40,20 114,69
60 9198,99 40,20 91,80
80 9198,99 40,20 76,53
120 9198,99 40,20 57,42
Jumlah 1011,00

Dani Setiawan (14513100) 74


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Tabel 4.30 Perhitungan Intensitas Hujan Metode Talbot PUH 10 Tahun


PUH 10 TAHUNAN
No t I I.t I^2 (I^2).t log t log I (log t).(log I) (log t)^2 I.(t^0,5) (I^2).(t^0,5)
1 5 215,38 1076,91 46389,03 231945,15 0,70 2,33 1,63 0,49 481,61 103729,02
2 10 187,29 1872,90 35077,67 350776,69 1,00 2,27 2,27 1,00 592,26 110925,33
3 20 154,93 3098,62 24003,63 480072,54 1,30 2,19 2,85 1,69 692,87 107347,48
4 30 133,89 4016,73 17926,83 537804,88 1,48 2,13 3,14 2,18 733,35 98189,29
5 40 118,65 4745,81 14076,67 563066,79 1,60 2,07 3,32 2,57 750,38 89028,68
6 60 97,60 5856,23 9526,50 571589,82 1,78 1,99 3,54 3,16 756,04 73791,93
7 80 81,30 6504,19 6610,08 528806,15 1,90 1,91 3,64 3,62 727,19 59122,33
8 120 61,91 7429,28 3832,93 459951,19 2,08 1,79 3,73 4,32 678,20 41987,61
Jumlah 365 1050,96 34600,66 157443,33 3724013,22 11,84 16,69 24,12 19,04 5411,90 684121,66
Talbot
T A B I
5 9893,45 42,39 208,78
10 9893,45 42,39 188,85
20 9893,45 42,39 158,58
30 9893,45 42,39 136,67
40 9893,45 42,39 120,08
60 9893,45 42,39 96,63
80 9893,45 42,39 80,84
120 9893,45 42,39 60,93
Jumlah 1051,36

Tabel 4.31 Perhitungan Intensitas Hujan Metode Talbot PUH 20 Tahun


PUH 20 TAHUNAN
No t I I.t I^2 (I^2).t log t log I (log t).(log I) (log t)^2 I.(t^0,5) (I^2).(t^0,5)
1 5 219,29 1096,43 48086,30 240431,51 0,70 2,34 1,64 0,49 490,34 107524,24
2 10 192,46 1924,56 37039,39 370393,88 1,00 2,28 2,28 1,00 608,60 117128,83
3 20 160,71 3214,22 25828,10 516561,98 1,30 2,21 2,87 1,69 718,72 115506,77
4 30 139,55 4186,55 19474,67 584240,17 1,48 2,14 3,17 2,18 764,36 106667,17
5 40 124,02 4960,76 15380,72 615228,96 1,60 2,09 3,35 2,57 784,37 97276,24
6 60 102,36 6141,86 10478,45 628706,96 1,78 2,01 3,57 3,16 792,91 81165,72
7 80 85,27 6821,43 7270,60 581648,05 1,90 1,93 3,67 3,62 762,66 65030,23
8 120 64,93 7791,63 4215,94 505912,63 2,08 1,81 3,77 4,32 711,28 46183,29
Jumlah 365 1088,59 36137,44 167774,17 4043124,16 11,84 16,82 24,33 19,04 5633,23 736482,50

Dani Setiawan (14513100) 75


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Talbot
T A B I
5 10572,04 44,50 213,59
10 10572,04 44,50 193,99
20 10572,04 44,50 163,92
30 10572,04 44,50 141,91
40 10572,04 44,50 125,12
60 10572,04 44,50 101,17
80 10572,04 44,50 84,92
120 10572,04 44,50 64,27
Jumlah 1088,88

Tabel 4.32 Perhitungan Intensitas Hujan Metode Talbot PUH 25 Tahun

PUH 25 TAHUNAN
No t I I.t I^2 (I^2).t log t log I (log t).(log I) (log t)^2 I.(t^0,5) (I^2).(t^0,5)
1 5 220,55 1102,73 48640,29 243201,46 0,70 2,34 1,64 0,49 493,15 108763,00
2 10 194,14 1941,43 37691,53 376915,27 1,00 2,29 2,29 1,00 613,93 119191,07
3 20 162,62 3252,45 26446,07 528921,31 1,30 2,21 2,88 1,69 727,27 118270,40
4 30 141,44 4243,06 20003,95 600118,46 1,48 2,15 3,18 2,18 774,67 109566,14
5 40 125,81 5032,57 15829,21 633168,43 1,60 2,10 3,36 2,57 795,72 100112,72
6 60 103,96 6237,70 10808,02 648481,00 1,78 2,02 3,59 3,16 805,28 83718,54
7 80 86,60 6927,87 7499,28 599942,00 1,90 1,94 3,69 3,62 774,56 67075,56
8 120 65,94 7913,21 4348,54 521824,56 2,08 1,82 3,78 4,32 722,37 47635,85
Jumlah 365 1101,06 36651,01 171266,87 4152572,48 11,84 16,87 24,40 19,04 5706,97 754333,27
Talbot
T A B I
5 10804,37 45,21 215,16
10 10804,37 45,21 195,68
20 10804,37 45,21 165,67
30 10804,37 45,21 143,65
40 10804,37 45,21 126,79
60 10804,37 45,21 102,69
80 10804,37 45,21 86,29
120 10804,37 45,21 65,40
Jumlah 1101,33

Dani Setiawan (14513100) 76


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Tabel 4.33 Perhitungan Intensitas Hujan Metode Talbot PUH 50 Tahun


PUH 50 TAHUNAN
No t I I.t I^2 (I^2).t log t log I (log t).(log I) (log t)^2 I.(t^0,5) (I^2).(t^0,5)
1 5 224,12 1120,62 50231,36 251156,82 0,70 2,35 1,64 0,49 501,16 112320,75
2 10 198,99 1989,91 39597,35 395973,48 1,00 2,30 2,30 1,00 629,26 125217,81
3 20 168,18 3363,63 28285,05 565701,02 1,30 2,23 2,90 1,69 752,13 126494,59
4 30 146,95 4408,45 21593,80 647814,14 1,48 2,17 3,20 2,18 804,87 118274,14
5 40 131,09 5243,53 17184,10 687364,00 1,60 2,12 3,39 2,57 829,07 108681,79
6 60 108,67 6520,50 11810,26 708615,32 1,78 2,04 3,62 3,16 841,79 91481,84
7 80 90,52 7241,96 8194,69 655575,25 1,90 1,96 3,72 3,62 809,68 73295,54
8 120 68,93 8271,98 4751,78 570213,89 2,08 1,84 3,82 4,32 755,13 52053,17
Jumlah 365 1137,47 38160,58 181648,40 4482413,93 11,84 16,99 24,60 19,04 5923,09 807819,64
Talbot
T A B I
5 11503,61 47,36 219,71
10 11503,61 47,36 200,56
20 11503,61 47,36 170,78
30 11503,61 47,36 148,71
40 11503,61 47,36 131,68
60 11503,61 47,36 107,15
80 11503,61 47,36 90,32
120 11503,61 47,36 68,74
Jumlah 1137,65

Contoh perhitungan untuk PUH 50 tahun sebagai berikut :


(38160,58 × 181648,40) − (4482413,93 × 1137,47)
𝑎= = 11503,61
(8 × 181648,40) − (1137,47)2

(1137,47 × 38160,58) − (8 × 4482413,93)


𝑏= = 47,36
(8 × 181648,40) − (1137,472 )

Didapat persamaan intensitas untuk metode talbot PUH 50 tahun dengan t = 5 menit
adalah sebagai berikut :

11503,61
𝐼= = 219,71
(5 + 47,36)

Dani Setiawan (14513100) 77


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

b. Metode Sherman
Rumus yang digunakan dalam metode sherman adalah sebagai berikut :

a
I
(t b )

log a 
 log I  log t    log I .log t  log t 
2

n. log t    log t  2 2

b
 log I  log t   n log I . log t 
n. log t    log t  2 2

Berikut adalah tabel perhitungan intensitas hujan dengan metode sherman :


Tabel 4.34 Perhitungan Intensitas Hujan Metode Sherman PUH 2 Tahun

PUH 2 TAHUNAN
No t I I.t I^2 (I^2).t log t log I (log t).(log I) (log t)^2 I.(t^0,5) (I^2).(t^0,5)
1 5 203,79 1018,96 41531,25 207656,23 0,70 2,31 1,61 0,49 455,69 92866,69
2 10 172,50 1725,03 29757,39 297573,86 1,00 2,24 2,24 1,00 545,50 94101,12
3 20 138,97 2779,38 19312,40 386247,99 1,30 2,14 2,79 1,69 621,49 86367,68
4 30 118,54 3556,08 14050,82 421524,49 1,48 2,07 3,06 2,18 649,25 76959,49
5 40 104,22 4168,91 10862,38 434495,35 1,60 2,02 3,23 2,57 659,16 68699,75
6 60 84,98 5098,94 7222,00 433320,22 1,78 1,93 3,43 3,16 658,27 55941,40
7 80 70,79 5663,12 5011,08 400886,07 1,90 1,85 3,52 3,62 633,16 44820,42
8 120 53,90 6468,58 2905,73 348687,36 2,08 1,73 3,60 4,32 590,50 31830,66
Jumlah 365 947,70 30479,00 130653,04 2930391,57 11,84 16,29 23,49 19,04 4813,02 551587,20
Sherman
T Log A A B I
5 2,65 442,99 0,41 228,21
10 2,65 442,99 0,41 171,50
20 2,65 442,99 0,41 128,88
30 2,65 442,99 0,41 109,05
40 2,65 442,99 0,41 96,86
60 2,65 442,99 0,41 81,95
80 2,65 442,99 0,41 72,79
120 2,65 442,99 0,41 61,59
Jumlah 950,82

Dani Setiawan (14513100) 78


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Tabel 4.35 Perhitungan Intensitas Hujan Metode Sherman PUH 5 Tahun


PUH 5 TAHUNAN
No t I I.t I^2 (I^2).t log t log I (log t).(log I) (log t)^2 I.(t^0,5) (I^2).(t^0,5)
1 5 210,99 1054,97 44518,34 222591,69 0,70 2,32 1,62 0,49 471,80 99546,03
2 10 181,60 1815,98 32977,89 329778,87 1,00 2,26 2,26 1,00 574,26 104285,24
3 20 148,69 2973,72 22107,58 442151,57 1,30 2,17 2,83 1,69 664,94 98868,10
4 30 127,84 3835,07 16342,00 490259,94 1,48 2,11 3,11 2,18 700,19 89508,81
5 40 112,93 4517,23 12753,35 510134,12 1,60 2,05 3,29 2,57 714,24 80659,29
6 60 92,58 5554,57 8570,35 514220,76 1,78 1,97 3,50 3,16 717,09 66385,61
7 80 77,11 6169,16 5946,64 475731,18 1,90 1,89 3,59 3,62 689,73 53188,36
8 120 58,72 7046,59 3448,23 413787,01 2,08 1,77 3,68 4,32 643,26 37773,41
Jumlah 365 1010,46 32967,30 146664,37 3398655,14 11,84 16,54 23,88 19,04 5175,51 630214,85
Sherman
T Log A A B I
5 2,65 448,96 0,40 237,63
10 2,65 448,96 0,40 180,68
20 2,65 448,96 0,40 137,38
30 2,65 448,96 0,40 117,03
40 2,65 448,96 0,40 104,45
60 2,65 448,96 0,40 88,99
80 2,65 448,96 0,40 79,42
120 2,65 448,96 0,40 67,66
Jumlah 1013,25

Tabel 4.36 Perhitungan Intensitas Hujan Metode Sherman PUH 10 Tahun

PUH 10 TAHUNAN
No t I I.t I^2 (I^2).t log t log I (log t).(log I) (log t)^2 I.(t^0,5) (I^2).(t^0,5)
1 5 215,38 1076,91 46389,03 231945,15 0,70 2,33 1,63 0,49 481,61 103729,02
2 10 187,29 1872,90 35077,67 350776,69 1,00 2,27 2,27 1,00 592,26 110925,33
3 20 154,93 3098,62 24003,63 480072,54 1,30 2,19 2,85 1,69 692,87 107347,48
4 30 133,89 4016,73 17926,83 537804,88 1,48 2,13 3,14 2,18 733,35 98189,29
5 40 118,65 4745,81 14076,67 563066,79 1,60 2,07 3,32 2,57 750,38 89028,68
6 60 97,60 5856,23 9526,50 571589,82 1,78 1,99 3,54 3,16 756,04 73791,93
7 80 81,30 6504,19 6610,08 528806,15 1,90 1,91 3,64 3,62 727,19 59122,33
8 120 61,91 7429,28 3832,93 459951,19 2,08 1,79 3,73 4,32 678,20 41987,61
Jumlah 365 1050,96 34600,66 157443,33 3724013,22 11,84 16,69 24,12 19,04 5411,90 684121,66

Dani Setiawan (14513100) 79


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Sherman
T Log A A B I
5 2,66 451,99 0,38 243,41
10 2,66 451,99 0,38 186,46
20 2,66 451,99 0,38 142,83
30 2,66 451,99 0,38 122,21
40 2,66 451,99 0,38 109,41
60 2,66 451,99 0,38 93,62
80 2,66 451,99 0,38 83,81
120 2,66 451,99 0,38 71,71
Jumlah 1053,47

Tabel 4.37 Perhitungan Intensitas Hujan Metode Sherman PUH 20 Tahun


PUH 20 TAHUNAN
No t I I.t I^2 (I^2).t log t log I (log t).(log I) (log t)^2 I.(t^0,5) (I^2).(t^0,5)
1 5 219,29 1096,43 48086,30 240431,51 0,70 2,34 1,64 0,49 490,34 107524,24
2 10 192,46 1924,56 37039,39 370393,88 1,00 2,28 2,28 1,00 608,60 117128,83
3 20 160,71 3214,22 25828,10 516561,98 1,30 2,21 2,87 1,69 718,72 115506,77
4 30 139,55 4186,55 19474,67 584240,17 1,48 2,14 3,17 2,18 764,36 106667,17
5 40 124,02 4960,76 15380,72 615228,96 1,60 2,09 3,35 2,57 784,37 97276,24
6 60 102,36 6141,86 10478,45 628706,96 1,78 2,01 3,57 3,16 792,91 81165,72
7 80 85,27 6821,43 7270,60 581648,05 1,90 1,93 3,67 3,62 762,66 65030,23
8 120 64,93 7791,63 4215,94 505912,63 2,08 1,81 3,77 4,32 711,28 46183,29
Jumlah 365 1088,59 36137,44 167774,17 4043124,16 11,84 16,82 24,33 19,04 5633,23 736482,50
Sherman
T Log A A B I
5 2,66 454,27 0,37 248,57
10 2,66 454,27 0,37 191,73
20 2,66 454,27 0,37 147,88
30 2,66 454,27 0,37 127,04
40 2,66 454,27 0,37 114,06
60 2,66 454,27 0,37 97,98
80 2,66 454,27 0,37 87,97
120 2,66 454,27 0,37 75,58
Jumlah 1090,81

Dani Setiawan (14513100) 80


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Tabel 4.38 Perhitungan Intensitas Hujan Metode Sherman PUH 25 Tahun


PUH 25 TAHUNAN
No t I I.t I^2 (I^2).t log t log I (log t).(log I) (log t)^2 I.(t^0,5) (I^2).(t^0,5)
1 5 220,55 1102,73 48640,29 243201,46 0,70 2,34 1,64 0,49 493,15 108763,00
2 10 194,14 1941,43 37691,53 376915,27 1,00 2,29 2,29 1,00 613,93 119191,07
3 20 162,62 3252,45 26446,07 528921,31 1,30 2,21 2,88 1,69 727,27 118270,40
4 30 141,44 4243,06 20003,95 600118,46 1,48 2,15 3,18 2,18 774,67 109566,14
5 40 125,81 5032,57 15829,21 633168,43 1,60 2,10 3,36 2,57 795,72 100112,72
6 60 103,96 6237,70 10808,02 648481,00 1,78 2,02 3,59 3,16 805,28 83718,54
7 80 86,60 6927,87 7499,28 599942,00 1,90 1,94 3,69 3,62 774,56 67075,56
8 120 65,94 7913,21 4348,54 521824,56 2,08 1,82 3,78 4,32 722,37 47635,85
Jumlah 365 1101,06 36651,01 171266,87 4152572,48 11,84 16,87 24,40 19,04 5706,97 754333,27
Sherman
T Log A A B I
5 2,66 454,92 0,37 250,24
10 2,66 454,92 0,37 193,45
20 2,66 454,92 0,37 149,55
30 2,66 454,92 0,37 128,64
40 2,66 454,92 0,37 115,61
60 2,66 454,92 0,37 99,45
80 2,66 454,92 0,37 89,37
120 2,66 454,92 0,37 76,88
Jumlah 1103,18

Tabel 4.39 Perhitungan Intensitas Hujan Metode Sherman PUH 50 Tahun


PUH 50 TAHUNAN
No t I I.t I^2 (I^2).t log t log I (log t).(log I) (log t)^2 I.(t^0,5) (I^2).(t^0,5)
1 5 224,12 1120,62 50231,36 251156,82 0,70 2,35 1,64 0,49 501,16 112320,75
2 10 198,99 1989,91 39597,35 395973,48 1,00 2,30 2,30 1,00 629,26 125217,81
3 20 168,18 3363,63 28285,05 565701,02 1,30 2,23 2,90 1,69 752,13 126494,59
4 30 146,95 4408,45 21593,80 647814,14 1,48 2,17 3,20 2,18 804,87 118274,14
5 40 131,09 5243,53 17184,10 687364,00 1,60 2,12 3,39 2,57 829,07 108681,79
6 60 108,67 6520,50 11810,26 708615,32 1,78 2,04 3,62 3,16 841,79 91481,84
7 80 90,52 7241,96 8194,69 655575,25 1,90 1,96 3,72 3,62 809,68 73295,54
8 120 68,93 8271,98 4751,78 570213,89 2,08 1,84 3,82 4,32 755,13 52053,17
Jumlah 365 1137,47 38160,58 181648,40 4482413,93 11,84 16,99 24,60 19,04 5923,09 807819,64

Dani Setiawan (14513100) 81


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Sherman
T Log A A B I
5 2,66 456,54 0,36 254,99
10 2,66 456,54 0,36 198,42
20 2,66 456,54 0,36 154,40
30 2,66 456,54 0,36 133,33
40 2,66 456,54 0,36 120,14
60 2,66 456,54 0,36 103,75
80 2,66 456,54 0,36 93,49
120 2,66 456,54 0,36 80,73
Jumlah 1139,25

Contoh perhitungan untuk PUH 50 tahun sebagai berikut :


(16,99 × 19,04) − (24,60 × 11,84)
log 𝑎 = = 2,66
(8 × 19,04) − (11,842 )

𝑎 = 𝑎𝑛𝑙𝑜𝑔 𝑎 = 10log 𝑎 = 102.66 = 456, 5

(16,99 × 11,84) − (8 × 24,60)


𝑏= = 0,36
(8 × 19,04) − (11.842 )

456,5
𝐼= = 254,99
50,36

c. Metode Ishiguro
Rumus yang digunakan dalam metode ishiguro sebagai berikut :

a
I
(t  b)
1/ 2

a
 I . t  I   I . t  I 
2 2

 
n.  I 2   I 
2

b
 I  I . t  n I 2
. t 
n. I    I 
2 2

Berikut adalah tabel perhitungan intensitas hujan dengan metode ishiguro :

Dani Setiawan (14513100) 82


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Tabel 4.40 Perhitungan Intensitas Hujan Metode Ishiguro PUH 2 Tahun


PUH 2 TAHUNAN
No t I I.t I^2 (I^2).t log t log I (log t).(log I) (log t)^2 I.(t^0,5) (I^2).(t^0,5)
1 5 203,79 1018,96 41531,25 207656,23 0,70 2,31 1,61 0,49 455,69 92866,69
2 10 172,50 1725,03 29757,39 297573,86 1,00 2,24 2,24 1,00 545,50 94101,12
3 20 138,97 2779,38 19312,40 386247,99 1,30 2,14 2,79 1,69 621,49 86367,68
4 30 118,54 3556,08 14050,82 421524,49 1,48 2,07 3,06 2,18 649,25 76959,49
5 40 104,22 4168,91 10862,38 434495,35 1,60 2,02 3,23 2,57 659,16 68699,75
6 60 84,98 5098,94 7222,00 433320,22 1,78 1,93 3,43 3,16 658,27 55941,40
7 80 70,79 5663,12 5011,08 400886,07 1,90 1,85 3,52 3,62 633,16 44820,42
8 120 53,90 6468,58 2905,73 348687,36 2,08 1,73 3,60 4,32 590,50 31830,66
Jumlah 365 947,70 30479,00 130653,04 2930391,57 11,84 16,29 23,49 19,04 4813,02 551587,20
Ishiguro
T A B I
5 721,31 1,01 222,19
10 721,31 1,01 172,87
20 721,31 1,01 131,57
30 721,31 1,01 111,18
40 721,31 1,01 98,34
60 721,31 1,01 82,38
80 721,31 1,01 72,46
120 721,31 1,01 60,29
Jumlah 951,27

Tabel 4.41 Perhitungan Intensitas Hujan Metode Ishiguro PUH 5 Tahun


PUH 5 TAHUNAN
No t I I.t I^2 (I^2).t log t log I (log t).(log I) (log t)^2 I.(t^0,5) (I^2).(t^0,5)
1 5 210,99 1054,97 44518,34 222591,69 0,70 2,32 1,62 0,49 471,80 99546,03
2 10 181,60 1815,98 32977,89 329778,87 1,00 2,26 2,26 1,00 574,26 104285,24
3 20 148,69 2973,72 22107,58 442151,57 1,30 2,17 2,83 1,69 664,94 98868,10
4 30 127,84 3835,07 16342,00 490259,94 1,48 2,11 3,11 2,18 700,19 89508,81
5 40 112,93 4517,23 12753,35 510134,12 1,60 2,05 3,29 2,57 714,24 80659,29
6 60 92,58 5554,57 8570,35 514220,76 1,78 1,97 3,50 3,16 717,09 66385,61
7 80 77,11 6169,16 5946,64 475731,18 1,90 1,89 3,59 3,62 689,73 53188,36
8 120 58,72 7046,59 3448,23 413787,01 2,08 1,77 3,68 4,32 643,26 37773,41
Jumlah 365 1010,46 32967,30 146664,37 3398655,14 11,84 16,54 23,88 19,04 5175,51 630214,85

Dani Setiawan (14513100) 83


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Ishiguro
T A B I
5 802,79 1,23 231,35
10 802,79 1,23 182,61
20 802,79 1,23 140,69
30 802,79 1,23 119,62
40 802,79 1,23 106,21
60 802,79 1,23 89,40
80 802,79 1,23 78,87
120 802,79 1,23 65,87
Jumlah 1014,62

Tabel 4.42 Perhitungan Intensitas Hujan Metode Ishiguro PUH 10 Tahun


PUH 10 TAHUNAN
No t I I.t I^2 (I^2).t log t log I (log t).(log I) (log t)^2 I.(t^0,5) (I^2).(t^0,5)
1 5 215,38 1076,91 46389,03 231945,15 0,70 2,33 1,63 0,49 481,61 103729,02
2 10 187,29 1872,90 35077,67 350776,69 1,00 2,27 2,27 1,00 592,26 110925,33
3 20 154,93 3098,62 24003,63 480072,54 1,30 2,19 2,85 1,69 692,87 107347,48
4 30 133,89 4016,73 17926,83 537804,88 1,48 2,13 3,14 2,18 733,35 98189,29
5 40 118,65 4745,81 14076,67 563066,79 1,60 2,07 3,32 2,57 750,38 89028,68
6 60 97,60 5856,23 9526,50 571589,82 1,78 1,99 3,54 3,16 756,04 73791,93
7 80 81,30 6504,19 6610,08 528806,15 1,90 1,91 3,64 3,62 727,19 59122,33
8 120 61,91 7429,28 3832,93 459951,19 2,08 1,79 3,73 4,32 678,20 41987,61
Jumlah 365 1050,96 34600,66 157443,33 3724013,22 11,84 16,69 24,12 19,04 5411,90 684121,66
Ishiguro
T A B I
5 858,40 1,38 237,07
10 858,40 1,38 188,78
20 858,40 1,38 146,56
30 858,40 1,38 125,10
40 858,40 1,38 111,35
60 858,40 1,38 94,01
80 858,40 1,38 83,11
120 858,40 1,38 69,57
Jumlah 1055,55

Dani Setiawan (14513100) 84


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Tabel 4.43 Perhitungan Intensitas Hujan Metode Ishiguro PUH 20 Tahun


PUH 20 TAHUNAN
No t I I.t I^2 (I^2).t log t log I (log t).(log I) (log t)^2 I.(t^0,5) (I^2).(t^0,5)
1 5 219,29 1096,43 48086,30 240431,51 0,70 2,34 1,64 0,49 490,34 107524,24
2 10 192,46 1924,56 37039,39 370393,88 1,00 2,28 2,28 1,00 608,60 117128,83
3 20 160,71 3214,22 25828,10 516561,98 1,30 2,21 2,87 1,69 718,72 115506,77
4 30 139,55 4186,55 19474,67 584240,17 1,48 2,14 3,17 2,18 764,36 106667,17
5 40 124,02 4960,76 15380,72 615228,96 1,60 2,09 3,35 2,57 784,37 97276,24
6 60 102,36 6141,86 10478,45 628706,96 1,78 2,01 3,57 3,16 792,91 81165,72
7 80 85,27 6821,43 7270,60 581648,05 1,90 1,93 3,67 3,62 762,66 65030,23
8 120 64,93 7791,63 4215,94 505912,63 2,08 1,81 3,77 4,32 711,28 46183,29
Jumlah 365 1088,59 36137,44 167774,17 4043124,16 11,84 16,82 24,33 19,04 5633,23 736482,50
Ishiguro
T A B I
5 912,28 1,53 242,27
10 912,28 1,53 194,44
20 912,28 1,53 152,00
30 912,28 1,53 130,20
40 912,28 1,53 116,15
60 912,28 1,53 98,35
80 912,28 1,53 87,10
120 912,28 1,53 73,08
Jumlah 1093,60

Tabel 4.44 Perhitungan Intensitas Hujan Metode Ishiguro PUH 25 Tahun


PUH 25 TAHUNAN
No t I I.t I^2 (I^2).t log t log I (log t).(log I) (log t)^2 I.(t^0,5) (I^2).(t^0,5)
1 5 220,55 1102,73 48640,29 243201,46 0,70 2,34 1,64 0,49 493,15 108763,00
2 10 194,14 1941,43 37691,53 376915,27 1,00 2,29 2,29 1,00 613,93 119191,07
3 20 162,62 3252,45 26446,07 528921,31 1,30 2,21 2,88 1,69 727,27 118270,40
4 30 141,44 4243,06 20003,95 600118,46 1,48 2,15 3,18 2,18 774,67 109566,14
5 40 125,81 5032,57 15829,21 633168,43 1,60 2,10 3,36 2,57 795,72 100112,72
6 60 103,96 6237,70 10808,02 648481,00 1,78 2,02 3,59 3,16 805,28 83718,54
7 80 86,60 6927,87 7499,28 599942,00 1,90 1,94 3,69 3,62 774,56 67075,56
8 120 65,94 7913,21 4348,54 521824,56 2,08 1,82 3,78 4,32 722,37 47635,85
Jumlah 365 1101,06 36651,01 171266,87 4152572,48 11,84 16,87 24,40 19,04 5706,97 754333,27

Dani Setiawan (14513100) 85


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Ishiguro
T A B I
5 930,62 1,58 243,97
10 930,62 1,58 196,30
20 930,62 1,58 153,81
30 930,62 1,58 131,90
40 930,62 1,58 117,75
60 930,62 1,58 99,80
80 930,62 1,58 88,44
120 930,62 1,58 74,25
Jumlah 1106,22

Tabel 4.45 Perhitungan Intensitas Hujan Metode Ishiguro PUH 50 Tahun

PUH 50 TAHUNAN
No t I I.t I^2 (I^2).t log t log I (log t).(log I) (log t)^2 I.(t^0,5) (I^2).(t^0,5)
1 5 224,12 1120,62 50231,36 251156,82 0,70 2,35 1,64 0,49 501,16 112320,75
2 10 198,99 1989,91 39597,35 395973,48 1,00 2,30 2,30 1,00 629,26 125217,81
3 20 168,18 3363,63 28285,05 565701,02 1,30 2,23 2,90 1,69 752,13 126494,59
4 30 146,95 4408,45 21593,80 647814,14 1,48 2,17 3,20 2,18 804,87 118274,14
5 40 131,09 5243,53 17184,10 687364,00 1,60 2,12 3,39 2,57 829,07 108681,79
6 60 108,67 6520,50 11810,26 708615,32 1,78 2,04 3,62 3,16 841,79 91481,84
7 80 90,52 7241,96 8194,69 655575,25 1,90 1,96 3,72 3,62 809,68 73295,54
8 120 68,93 8271,98 4751,78 570213,89 2,08 1,84 3,82 4,32 755,13 52053,17
Jumlah 365 1137,47 38160,58 181648,40 4482413,93 11,84 16,99 24,60 19,04 5923,09 807819,64
Ishiguro
T A B I
5 985,52 1,72 248,86
10 985,52 1,72 201,69
20 985,52 1,72 159,05
30 985,52 1,72 136,85
40 985,52 1,72 122,45
60 985,52 1,72 104,07
80 985,52 1,72 92,38
120 985,52 1,72 77,73
Jumlah 1143,08

Dani Setiawan (14513100) 86


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Contoh perhitungan untuk PUH 50 tahun sebagai berikut :


(5923,09 × 181648,40) − (807819,64 × 1137,47 )
𝑎= = 985,52
(8 × 181648,40) − (1137,472 )

(1137,47 × 5923,09) − (8 × 807819,64)


𝑏= = 1,72
(8 × 181649,40) − (1137,472 )

985,52
𝐼= 1 = 248,86
(52 + 1,72)

Metode yang dipilih :


Untuk memilih mana metode yang akan digunakan, kita harus membandingkan
metode mana yang memiliki kedekatan nilai dengan nilai I hasil metode hasper-
weduwen.

Tabel 4.46 Perhitungan Nilai Mutlak PUH 2 Tahun

Lengkung Intensitas
T Hasper D D D
Talbot Sharman Ishiguro
Weduwen Mutlak Mutlak Mutlak
5 203,79 195,08 8,71 228,21 24,41 222,19 18,40
10 172,50 174,32 1,82 171,50 1,00 172,87 0,37
20 138,97 143,74 4,77 128,88 10,09 131,57 7,40
30 118,54 122,28 3,75 109,05 9,49 111,18 7,35
40 104,22 106,40 2,18 96,86 7,37 98,34 5,88
60 84,98 84,46 0,52 81,95 3,03 82,38 2,61
80 70,79 70,02 0,76 72,79 2,00 72,46 1,67
120 53,90 52,18 1,72 61,59 7,68 60,29 6,38
Jumlah 947,70 3,03 8,13 6,26

Tabel 4.47 Perhitungan Nilai Mutlak PUH 5 Tahun

Lengkung Intensitas
T
Hasper Talbo D D Ishigur D
Sharman
Weduwen t Mutlak Mutlak o Mutlak
5 210,99 203,50 7,50 237,63 26,64 231,35 20,36

10 181,60 183,23 1,63 180,68 0,92 182,61 1,01

20 148,69 152,80 4,11 137,38 11,31 140,69 7,99

Dani Setiawan (14513100) 87


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

30 127,84 131,03 3,20 117,03 10,80 119,62 8,22

40 112,93 114,69 1,76 104,45 8,48 106,21 6,72

60 92,58 91,80 0,77 88,99 3,59 89,40 3,18

80 77,11 76,53 0,59 79,42 2,31 78,87 1,76

120 58,72 57,42 1,30 67,66 8,94 65,87 7,14


Jumla
1010,46 2,61 9,12 7,05
h

Tabel 4.48 Perhitungan Nilai Mutlak PUH 10 Tahun

Lengkung Intensitas
T
Hasper Weduwen Talbot D Mutlak Sharman D Mutlak Ishiguro D Mutlak
5 215,38 208,78 6,60 243,41 28,03 237,07 21,69
10 187,29 188,85 1,56 186,46 0,83 188,78 1,49
20 154,93 158,58 3,65 142,83 12,10 146,56 8,37
30 133,89 136,67 2,78 122,21 11,68 125,10 8,80
40 118,65 120,08 1,44 109,41 9,23 111,35 7,30
60 97,60 96,63 0,98 93,62 3,99 94,01 3,59
80 81,30 80,84 0,47 83,81 2,51 83,11 1,80
120 61,91 60,93 0,99 71,71 9,80 69,57 7,66
Jumlah 1050,96 2,31 9,77 7,59

Tabel 4.49 Perhitungan Nilai Mutlak PUH 20 Tahun

Lengkung Intensitas
T
Hasper Weduwen Talbot D Mutlak Sharman D Mutlak Ishiguro D Mutlak
5 219,29 213,59 5,70 248,57 29,29 242,27 22,98
10 192,46 193,99 1,54 191,73 0,73 194,44 1,99
20 160,71 163,92 3,20 147,88 12,83 152,00 8,71
30 139,55 141,91 2,36 127,04 12,51 130,20 9,35
40 124,02 125,12 1,10 114,06 9,96 116,15 7,87
60 102,36 101,17 1,19 97,98 4,38 98,35 4,01
80 85,27 84,92 0,35 87,97 2,71 87,10 1,83
120 64,93 64,27 0,66 75,58 10,65 73,08 8,15
Jumlah 1088,59 2,01 10,38 8,11

Dani Setiawan (14513100) 88


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Tabel 4.50 Perhitungan Nilai Mutlak PUH 25 Tahun

Lengkung Intensitas
T
Hasper Weduwen Talbot D Mutlak Sharman D Mutlak Ishiguro D Mutlak
5 220,55 215,16 5,38 250,24 29,70 243,97 23,42
10 194,14 195,68 1,54 193,45 0,69 196,30 2,16
20 162,62 165,67 3,05 149,55 13,08 153,81 8,82
30 141,44 143,65 2,21 128,64 12,79 131,90 9,54
40 125,81 126,79 0,98 115,61 10,21 117,75 8,06
60 103,96 102,69 1,27 99,45 4,52 99,80 4,16
80 86,60 86,29 0,31 89,37 2,77 88,44 1,84
120 65,94 65,40 0,55 76,88 10,93 74,25 8,31
Jumlah 1101,06 1,91 10,59 8,29

Tabel 4.51 Perhitungan Nilai Mutlak PUH 50 Tahun

Lengkung Intensitas
T
Hasper Weduwen Talbot D Mutlak Sharman D Mutlak Ishiguro D Mutlak
5 224,12 219,71 4,41 254,99 30,87 248,86 24,74
10 198,99 200,56 1,57 198,42 0,57 201,69 2,70
20 168,18 170,78 2,60 154,40 13,78 159,05 9,13
30 146,95 148,71 1,76 133,33 13,62 136,85 10,10
40 131,09 131,68 0,60 120,14 10,94 122,45 8,64
60 108,67 107,15 1,52 103,75 4,93 104,07 4,61
80 90,52 90,32 0,20 93,49 2,96 92,38 1,85
120 68,93 68,74 0,20 80,73 11,80 77,73 8,80
Jumlah 1137,47 1,61 11,18 8,82

Dani Setiawan (14513100) 89


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Berikut adalah gambar grafik lengkung intensitas hujan :

LENGKUNG INTENSITAS PUH 2


TAHUN
250.00

200.00

150.00

100.00

50.00

0.00
0 20 40 60 80 100 120 140

Hasper Weduwen Talbot Sharman Ishiguro

Gambar 4.2 Perbandingan grafik PUH 2 tahun

LENGKUNG INTENSITAS PUH 5


TAHUN
250.00

200.00

150.00

100.00

50.00

0.00
0 20 40 60 80 100 120 140

Hasper Weduwen Talbot Sharman Ishiguro

Gambar 4.3 Perbandingan grafik PUH 5 tahun

Dani Setiawan (14513100) 90


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

LENGKUNG INTENSITAS PUH 10


TAHUN
300.00

250.00

200.00

150.00

100.00

50.00

0.00
0 20 40 60 80 100 120 140

Hasper Weduwen Talbot Sharman Ishiguro

Gambar 4.4 Perbandingan grafik PUH 10 tahun

LENGKUNG INTENSITAS PUH 20


TAHUN
300.00

250.00

200.00

150.00

100.00

50.00

0.00
0 20 40 60 80 100 120 140

Hasper Weduwen Talbot Sharman Ishiguro

Gambar 4.5 Perbandingan grafik PUH 20 tahun

Dani Setiawan (14513100) 91


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

LENGKUNG INTENSITAS PUH 25


TAHUN
300.00

250.00

200.00

150.00

100.00

50.00

0.00
0 20 40 60 80 100 120 140

Hasper Weduwen Talbot Sharman Ishiguro

Gambar 4.6 Perbandingan grafik PUH 25 tahun

LENGKUNG INTENSITAS PUH 50


TAHUN
300.00

250.00

200.00

150.00

100.00

50.00

0.00
0 20 40 60 80 100 120 140

Hasper Weduwen Talbot Sharman Ishiguro

Gambar 4.7 Perbandingan grafik PUH 50 tahun

Keterangan :
D mutlak adalah selisih antara Σ I Hasper Weduwen dengan Σ I
Talbot/Sherman/Ishiguro Setelah melihat perbandingan ketiga metode tersebut
dibanding I hasil hasper weduwen, metode Talbot adalah metode yang dipilih
sebagai hasil perhitungan intensitas hujan karena memiliki nilai yang terdekat
dengan metode hasper weduwen.

Dani Setiawan (14513100) 92


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

4.4 Perencanan Saluran Drainase


Perencanaan saluran drainase meliputi pembagian sistem jaringan drainase.
Kemudian menghitung debit banjir atau run off yang mengalir ke jalur drainase
yang di rencanakan. Didalam menghitung debit limpasan juga memperhitungkan
kondisi tata guna lahan untuk mendapatkan koefisien run off yang mengalir.
Setelah mendapatkan debit, selanjutnya menghitung dimensi saluran drainase
yang direncanakan. Dan yang terakhir dapat menggambarkan profil hidrolis dari
setiap jalur drainase untuk mengetahui kemiringan serta elevasi dari saluran
drainase.
4.4.1 Sistem Jaringan Drainase
Saluran drainase yang di rencanakan dibagi atas tiap-tiap jalur atau section
di setiap blok pelayanan. Dari setiap jalur atau section ini di hitung pula luas
daerah tangkapan air hujan yang memungkinkan air hujan untuk mengalir ke
section tersebut. Kemudian dari jalur tersebut juga di jelaskan kemana air hujan
mengalir ke section berikutnya. Untuk lebih jelasn dapat melihat peta jalur
jaringan drainase pada lampiran laporan tugas perencanaan ini. Serta berikut tabel
pembagian section beserta luas DTA.

Tabel 4.52 Section Saluran Primer Wilayah Kecematan Kalasan

Saluran Luas Mengalir


No Area
Dari Ke (Ha) ke
1 A 1 2 5,13 Sungai
2 B 3 4 4,53 Sungai
3 C 5 6 11 Sungai
4 D 7 6 4,56 Sungai
5 E 8 9 13,72 Sungai
6 F 10 11 15,85 Sungai
7 G 12 13 4,64 Sungai
8 H 14 15 2,19 Sungai
9 I 16 17 5,44 Sungai
10 J 18 19 11,82 Sungai
11 K 20 21 6,21 Sungai
12 L 22 23 11,88 Sungai
13 M 24 25 2,99 Sungai
14 N 26 27 6,89 Sungai

Dani Setiawan (14513100) 93


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Saluran Luas Mengalir


No Area
Dari Ke (Ha) ke
15 O 28 29 9,5 Sungai
16 P 30 31 4,14 Sungai
17 Q 32 33 3,35 Sungai
18 R 34 35 3,96 Sungai
19 S 36 37 2,41 Sungai
20 T 38 39 14,87 Sungai
21 U 40 41 3,93 Sungai

4.5 Perhitungan Debit Banjir


Untuk menghitung debit banjir, langkah pertama yang dilakukan adalah
melihat tata guna lahan yang terkini mengenai Kecamatan Sleman. Dengan
menggunakan skala yang ada, dapat menghitung setiap luasan daerah tangkapan
air hujan yang mengalir ke setiap section jalur drainase yang sudah direncanakan.
Berikut adalah data luasan daerah tangkapan air beserta koefisien run off di setiap
blok layanan jalur drainase :

Tabel 4.53 Data Koefesien Run-off Saluran Primer Kecamatan Kalasan

Koefisiian Pengaliran Gabungan


Luas Tata Guna Asumsi Luas C Daerah C
No Area C
(Ha) Lahan Luas (Ha) Aliran gabungan
Permukiman 20% 1,03 0,4 0,08
1 A 5,13 Jalan aspal 15% 0,77 0,8 0,12 0,33
pertanian 65% 3,33 0,2 0,13
Permukiman 40% 2,05 0,4 0,16
2 B 4,53 Jalan aspal 10% 0,51 0,8 0,08 0,34
pertanian 50% 2,57 0,2 0,1
Permukiman 55% 2,82 0,4 0,22
3 C 11 Jalan aspal 10% 0,51 0,8 0,08 0,37
pertanian 35% 1,80 0,2 0,07
Permukiman 45% 2,31 0,4 0,18
4 D 4,56 Jalan aspal 10% 0,51 0,8 0,08 0,35
pertanian 45% 2,31 0,2 0,09
Permukiman 40% 2,05 0,4 0,16
5 E 13,72 Jalan aspal 20% 1,03 0,8 0,16 0,4
pertanian 40% 2,05 0,2 0,08

Dani Setiawan (14513100) 94


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Koefisiian Pengaliran Gabungan


Luas Tata Guna Asumsi Luas C Daerah C
No Area C
(Ha) Lahan Luas (Ha) Aliran gabungan
Permukiman 30% 1,54 0,4 0,12
Jalan aspal 15% 0,77 0,8 0,12
6 F 15,85 0,49
pertanian 35% 1,80 0,2 0,07
Industri 20% 1,03 0,9 0,18
Permukiman 40% 2,05 0,4 0,16
Jalan aspal 10% 0,51 0,8 0,08
7 G 4,64 0,41
pertanian 40% 2,05 0,2 0,08
Industri 10% 0,51 0,9 0,09
Permukiman 40% 2,05 0,4 0,16
8 H 2,19 Jalan aspal 10% 0,51 0,8 0,08 0,34
pertanian 50% 2,57 0,2 0,1
Permukiman 45% 2,31 0,4 0,18
9 I 5,44 Jalan aspal 20% 1,03 0,8 0,16 0,41
pertanian 35% 1,80 0,2 0,07
Permukiman 35% 1,80 0,4 0,14
Jalan aspal 15% 0,77 0,8 0,12
10 J 11,82 0,43
pertanian 40% 2,05 0,2 0,08
Industri 10% 0,51 0,9 0,09
Permukiman 25% 1,28 0,4 0,1
11 K 6,21 Jalan aspal 10% 0,51 0,8 0,08 0,31
pertanian 65% 3,33 0,2 0,13
Permukiman 45% 2,31 0,4 0,18
12 L 11,88 Jalan aspal 15% 0,77 0,8 0,12 0,38
pertanian 40% 2,05 0,2 0,08
Permukiman 50% 2,57 0,4 0,2
13 M 2,99 Jalan aspal 15% 0,77 0,8 0,12 0,39
pertanian 35% 1,80 0,2 0,07
Permukiman 25% 1,28 0,4 0,1
Jalan aspal 15% 0,77 0,8 0,12
14 N 6,89 0,445
pertanian 45% 2,31 0,2 0,09
Industri 15% 0,77 0,9 0,135
Permukiman 40% 2,05 0,4 0,16
15 O 9,5 Jalan aspal 15% 0,77 0,8 0,12 0,37
pertanian 45% 2,31 0,2 0,09
Permukiman 40% 2,05 0,4 0,16
16 P 4,14 Jalan aspal 20% 1,03 0,8 0,16 0,4
pertanian 40% 2,05 0,2 0,08
17 Q 3,35 Permukiman 30% 1,54 0,4 0,12 0,455

Dani Setiawan (14513100) 95


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Koefisiian Pengaliran Gabungan


Luas Tata Guna Asumsi Luas C Daerah C
No Area C
(Ha) Lahan Luas (Ha) Aliran gabungan
Jalan aspal 15% 0,77 0,8 0,12
pertanian 40% 2,05 0,2 0,08
Industri 15% 0,77 0,9 0,135
Permukiman 40% 2,05 0,4 0,16
18 R 3,96 Jalan aspal 10% 0,51 0,8 0,08 0,36
pertanian 60% 3,08 0,2 0,12
Permukiman 30% 1,54 0,4 0,12
19 S 2,41 Jalan aspal 5% 0,26 0,8 0,04 0,29
pertanian 65% 3,33 0,2 0,13
Permukiman 30% 1,54 0,4 0,12
Jalan aspal 15% 0,77 0,8 0,12
20 T 14,87 0,525
pertanian 30% 1,54 0,2 0,06
Industri 25% 1,28 0,9 0,225
Permukiman 35% 1,80 0,4 0,14
21 U 3,93 Jalan aspal 30% 1,54 0,8 0,24 0,45
pertanian 35% 1,80 0,2 0,07

Berikut adalah contoh perhitungan c gabungan untuk wilayah yang memiliki


lahan permukiman padat, jalan dan pertanian ( Area A pada saluran Primer) :

A1C1  A2 C 2  ...  An C n
C
A1  A2  ...  An
(1,03 𝑥 0,4 ) + (0,77 𝑥 0,8) (3,33 𝑥 0,2)
𝐶𝑔𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 (𝐴1 − 𝐴2) = = 0.33
1,03 + 0,77 + 3,33

Setelah didapat nilai koefisien limpasan permukaan atau koefisien run off (C)
selanjutnya kami menghitung sloope atau kemiringan lahan yang berada pada
daerah tangkapan air hujan 𝑆𝑜 dan sloope atau kemiringan lahan pada setiap
section jalur drainase 𝑆𝑑 . Didalam menghitung sloope digunakan rumus :
𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝐻1) − 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 (𝐻2)
𝑠𝑙𝑜𝑜𝑝𝑒 =
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ (𝐿)

Dani Setiawan (14513100) 96


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Data elevasi tinggi muka tanah, panjang wilayah maupun panjang saluran dapat
dicari dengan menggunakan peta google earth. Berikut data perhitungan sloope
untuk DTA maupun saluran :
Tabel 4.54 Data Panjang Wilayah dan Kemiringan lahan pada setiap daerah
tangkapan air hujan (Saluran Primer)

Elevasi Muka
Saluran
Luas Ld Lo Tanah
No Area Sd So
(ha) (m) (m) Awal Akhir
Dari Ke
(m) (m)
1 A 5,13 1 2 1485 1080 225 212,5 0,0084 0,0116

2 B 4,53 3 4 1697 756 200 187,5 0,0074 0,0165

3 C 11 5 6 1611 1481 175 162,5 0,0078 0,0084

4 D 4,56 7 6 986 707 162,5 150 0,0127 0,0177

5 E 13,72 8 9 1706 1395 150 137,5 0,0073 0,0090

6 F 15,85 10 11 2538 1359 131,25 125 0,0025 0,0046

7 G 4,64 12 13 1256 1188 200 187,5 0,0100 0,0105

8 H 2,19 14 15 1071 1013 200 187,5 0,0117 0,0123

9 I 5,44 16 17 1548 972 212,5 200 0,0081 0,0129

10 J 11,82 18 19 2633 2624 187,5 162,5 0,0095 0,0095

11 K 6,21 20 21 1841 1427 131,25 125 0,0034 0,0044

12 L 11,88 22 23 2165 1742 212,5 175 0,0173 0,0215

13 M 2,99 24 25 1454 774 162,5 156,25 0,0043 0,0081

14 N 6,89 26 27 1580 1161 162,5 150 0,0079 0,0108

15 O 9,5 28 29 1845 1742 150 125 0,0136 0,0144

16 P 4,14 30 31 1580 1476 125 118,75 0,0040 0,0042

17 Q 3,35 32 33 1287 1103 118,75 112,5 0,0049 0,0057

18 R 3,96 34 35 1278 738 200 187,5 0,0098 0,0169

19 S 2,41 36 37 1764 675 175 162,5 0,0071 0,0185

Dani Setiawan (14513100) 97


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Elevasi Muka
Saluran
Luas Ld Lo Tanah
No Area Sd So
(ha) (m) (m) Awal Akhir
Dari Ke
(m) (m)
20 T 14,87 38 39 2165 1994 156,25 131,25 0,0116 0,0125

21 U 3,93 40 41 1679 1557 150 125 0,0149 0,0161

Berikut adalah contoh perhitungan slope untuk saluran 1 ke 2 :


225 − 212,5
𝑆𝑑 = = 0,008
1485

225 − 212,5
𝑆𝑜 = = 0,0116
1080

Dalam menghitung debit banjir yang mengalir pada saluran drainase, langkah
pertama yang harus dilakukan adalah menghitung 𝑡𝑐 (time of concentration). 𝑡𝑐
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
𝑡𝑐 = 𝑡𝑜 + 𝑡𝑑
Dimana :
𝑡𝑐 = Time of concentration (menit)
𝑡𝑜 = Waktu awal limpasan permukaan (menit)
𝑡𝑑 = Wktu alir debit banjir disistem saluran (menit)
Untuk mendapatkan nilai 𝑡𝑜 bisa menggunakan rumus sebagai berikut:
1) Untuk daerah pengaliran sangat kecil, dengan jarak 300 m

2) Untuk daerah pengaliran kecil, dengan jarak 1000 m

Untuk mendapatkan nilai 𝑡𝑑 bisa menggunakan rumus sebagai berikut:


𝐿
𝑇𝑑 =
𝑣

Dani Setiawan (14513100) 98


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Dimana :
L = Panjang saluran (meter)
v = Asumsi kecepatan aliran banjir (1 m/s)
Setelah didapatkan tc, selanjutnya dilakukan perhitungan debit banjir. Nantinya
debit banjir ini akan digunakan untuk menentukan ukuran saluran. Seperti pada
perhitungan tc, ada beberapa data agar dapat dilakukan perhitungan debit banjir,
yaitu :
1) Area tangkapan air (A), data ini dapat diperoleh dari hasil pengukuran dengan
skala pada peta
2) Koefisien run-off, data ini dapat dilihat pada buku ‘Hidrologi Terapan’, karya
Bambang Triatmodjo (2006) pada halaman 145
3) tc, data yang sudah dihitung sebelumnya
4) PUH (periode ulang hujan) yang digunakan adalah 2 tahun.
5) Intensitas hujan, nilai intensitas hujan didasarkan pada persamaan Talbot yang
telah ditentukan pada analisa hidrologi sebelumnya, dengan nilai a dan b pada
PUH 2.

Tabel 4.55 Intensitas hujan yang digunakan

PUH 5 TAHUNAN
No t I I.t I^2 (I^2).t log t log I (log t).(log I) (log t)^2 I.(t^0,5) (I^2).(t^0,5)
1 5 210,99 1054,97 44518,34 222591,69 0,70 2,32 1,62 0,49 471,80 99546,03
2 10 181,60 1815,98 32977,89 329778,87 1,00 2,26 2,26 1,00 574,26 104285,24
3 20 148,69 2973,72 22107,58 442151,57 1,30 2,17 2,83 1,69 664,94 98868,10
4 30 127,84 3835,07 16342,00 490259,94 1,48 2,11 3,11 2,18 700,19 89508,81
5 40 112,93 4517,23 12753,35 510134,12 1,60 2,05 3,29 2,57 714,24 80659,29
6 60 92,58 5554,57 8570,35 514220,76 1,78 1,97 3,50 3,16 717,09 66385,61
7 80 77,11 6169,16 5946,64 475731,18 1,90 1,89 3,59 3,62 689,73 53188,36
8 120 58,72 7046,59 3448,23 413787,01 2,08 1,77 3,68 4,32 643,26 37773,41
Jumlah 365 1010,46 32967,30 146664,37 3398655,14 11,84 16,54 23,88 19,04 5175,51 630214,85

Dani Setiawan (14513100) 99


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Talbot
T A B I
5 9198,99 40,20 203,50
10 9198,99 40,20 183,23
20 9198,99 40,20 152,80
30 9198,99 40,20 131,03
40 9198,99 40,20 114,69
60 9198,99 40,20 91,80
80 9198,99 40,20 76,53
120 9198,99 40,20 57,42
Jumlah 1011,00

Dengan t adalah nilai tc, Nilai a dan b menyesuaikan PUH, sehingga persamaan
Talbolt sebagai berikut :
𝑎
𝐼=
(𝑡 + 𝑏)
Untuk menghitung debit banjir dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :
𝑄 = 0,002778 × 𝐶 × 𝐼 × 𝐴
Dimana
C = Koefesien limpasan/run-off
I = Intensitas hujan (mm)
A = Area tangkapan air (ha)

Tabel 4.56 Debit banjir untuk Kecamatan Kal

Dani Setiawan (14513100) 100


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Tabel 4.56 Debit banjir unutk Kecamatan Kalasan

Menghitung Debit
Saluran Elevasi Muka Tanah V asumsi to td tc I (a/(tc+b))
No Area Luas (ha) Ld (m) Lo (m) Sd So C Total Nilai n Q (m3/s)
Dari Ke Awal (m) Akhir (m) (m/s) (menit) (menit) (menit) (mm/jam)
1 A 5,13 1 2 1485 1080 225 212,5 0,0084 0,0116 0,33 0,015 1 40,5 24,8 65,3 87,19 0,41
2 B 4,53 3 4 1697 756 200 187,5 0,0074 0,0165 0,34 0,015 1 33,5 28,3 61,8 90,18 0,39
3 C 11 5 6 1611 1481 175 162,5 0,0078 0,0084 0,37 0,015 1 48,0 26,9 74,8 79,97 0,90
4 D 4,56 7 6 986 707 162,5 150 0,0127 0,0177 0,36 0,015 1 32,3 16,4 48,8 103,40 0,47
5 E 13,72 8 9 1706 1395 150 137,5 0,0073 0,0090 0,4 0,015 1 46,5 28,4 74,9 79,92 1,22
6 F 15,85 10 11 2538 1359 131,25 125 0,0025 0,0046 0,49 0,015 1 52,6 42,3 94,9 68,06 1,47
7 G 4,64 12 13 1256 1188 200 187,5 0,0100 0,0105 0,41 0,015 1 42,7 20,9 63,6 88,63 0,47
8 H 2,19 14 15 1071 1013 200 187,5 0,0117 0,0123 0,34 0,015 1 39,2 17,9 57,0 94,61 0,20
9 I 5,44 16 17 1548 972 212,5 200 0,0081 0,0129 0,41 0,015 1 38,3 25,8 64,1 88,17 0,55
10 J 11,82 18 19 2633 2624 187,5 162,5 0,0095 0,0095 0,43 0,015 1 56,7 43,9 100,5 65,36 0,92

Dani Setiawan (14513100) 101


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Menghitung Debit
Saluran Elevasi Muka Tanah V asumsi to td tc I
No Area Luas (ha) Ld (m) Lo (m) Sd So C Total Nilai n Q (m3/s)
Dari Ke Awal (m) Akhir (m) (m/s) (menit) (menit) (menit) (a/(tc+b))
11 K 6,21 20 21 1841 1427 131,25 125 0,0034 0,0044 0,31 0,015 1 54,0 30,7 84,7 73,65 0,39
12 L 11,88 22 23 2165 1742 212,5 175 0,0173 0,0215 0,38 0,015 1 42,0 36,1 78,1 77,78 0,98
13 M 2,99 24 25 1454 774 162,5 156,25 0,0043 0,0081 0,39 0,015 1 39,0 24,2 63,2 88,94 0,29
14 N 6,89 26 27 1580 1161 162,5 150 0,0079 0,0108 0,445 0,015 1 42,1 26,3 68,5 84,65 0,72
15 O 9,5 28 29 1845 1742 150 125 0,0136 0,0144 0,37 0,015 1 45,5 30,8 76,3 78,96 0,77
16 P 4,14 30 31 1580 1476 125 118,75 0,0040 0,0042 0,4 0,015 1 55,0 26,3 81,3 75,68 0,35
17 Q 3,35 32 33 1287 1103 118,75 112,5 0,0049 0,0057 0,455 0,015 1 47,1 21,5 68,5 84,59 0,36
18 R 3,96 34 35 1278 738 200 187,5 0,0098 0,0169 0,36 0,015 1 33,1 21,3 54,4 97,24 0,39
19 S 2,41 36 37 1764 675 175 162,5 0,0071 0,0185 0,29 0,015 1 31,6 29,4 61,0 90,93 0,18
20 T 14,87 38 39 2165 1994 156,25 131,25 0,0116 0,0125 0,525 0,015 1 48,9 36,1 85,0 73,46 1,59
21 U 3,93 40 41 1679 1557 150 125 0,0149 0,0161 0,45 0,015 1 42,9 28,0 70,9 82,81 0,41

Dani Setiawan (14513100) 102


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Berikut adalah contoh perhitungan unutk mencari debit pada salauran 1 ke 2


sebagai berikut :
C = 0,33
9198,99
𝐼 = = 87,19 𝑚𝑚/𝑗𝑎𝑚
(65,3 + 40,20)
A = 5,13 ha
Sehingga diperoleh :
𝑄 = 0,002778 × 𝐶 × 𝐼 × 𝐴
𝑄 = 0,002778 × 0,33 × 87,19 × 5,13
𝑄 = 0,41 𝑚3 /𝑠
4.6 Perhitungan Dimensi Saluran
Untuk mendapat nilai lebar dan tinggi saluran harus ditentukan bentuk
saluran terlebih dahulu, ditentukan bahwa saluran yang dipakai adalah segiempat
terbuat dari beton dengan nilai b (lebar saluran) setara dengan 2 kali tinggi saluran
(h) atau dapat dirumuskan b = 2h. Persamaan tersebut digunakan karena saluran
yang dikehendaki adalah saluran ekonomis, maksudnya adalah saluran yang
memiliki keliling basah minimal namun juga mampu mengalirkan debit yang
optimum.
Data-data yang diperlukan untuk dapat menentukan dimensi saluran adalah nilai
debit akumulasi, slope saluran, koefisien manning. Berikut tabel dimensi saluran :

Dani Setiawan (14513100) 103


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Tabel 4.57 Dimensi Saluran Kecamatan Kalasan

Saluran Koef Free


Q
No Area So Nilai n H (m) B (m) P (m) A (m2) R (m) Chezy board V (m/s)
Dari Ke (m3/s)
(C) (m)
1 A 1 2 0,0116 0,015 0,41 0,31 0,63 1,25 0,20 0,16 0,03 0,10 2,09
2 B 3 4 0,0165 0,015 0,39 0,29 0,57 1,15 0,16 0,14 0,03 0,10 2,35
3 C 5 6 0,0084 0,015 0,90 0,45 0,89 1,79 0,40 0,22 0,04 0,14 2,26
4 D 7 6 0,0177 0,015 0,47 0,31 0,61 1,22 0,19 0,15 0,03 0,10 2,53
5 E 8 9 0,0090 0,015 1,22 0,49 0,99 1,98 0,49 0,25 0,04 0,15 2,49
6 F 10 11 0,0046 0,015 1,47 0,60 1,20 2,41 0,72 0,30 0,05 0,17 2,03
7 G 12 13 0,0105 0,015 0,47 0,34 0,67 1,34 0,23 0,17 0,04 0,11 2,08
8 H 14 15 0,0123 0,015 0,20 0,23 0,47 0,94 0,11 0,12 0,03 0,08 1,78
9 I 16 17 0,0129 0,015 0,55 0,34 0,68 1,37 0,23 0,17 0,04 0,11 2,33
10 J 18 19 0,0095 0,015 0,92 0,44 0,88 1,76 0,39 0,22 0,04 0,13 2,37
11 K 20 21 0,0044 0,015 0,39 0,37 0,74 1,48 0,27 0,19 0,04 0,12 1,43
12 L 22 23 0,0215 0,015 0,98 0,39 0,77 1,55 0,30 0,19 0,04 0,12 3,27
13 M 24 25 0,0081 0,015 0,29 0,29 0,59 1,18 0,17 0,15 0,03 0,10 1,67
14 N 26 27 0,0108 0,015 0,72 0,39 0,79 1,57 0,31 0,20 0,04 0,12 2,34
15 O 28 29 0,0144 0,015 0,77 0,38 0,76 1,53 0,29 0,19 0,04 0,12 2,65
16 P 30 31 0,0042 0,015 0,35 0,36 0,71 1,42 0,25 0,18 0,04 0,11 1,37
17 Q 32 33 0,0057 0,015 0,36 0,34 0,68 1,36 0,23 0,17 0,04 0,11 1,54
18 R 34 35 0,0169 0,015 0,39 0,29 0,57 1,14 0,16 0,14 0,03 0,10 2,37
19 S 36 37 0,0185 0,015 0,18 0,21 0,42 0,84 0,09 0,10 0,03 0,08 2,01
20 T 38 39 0,0125 0,015 1,59 0,51 1,03 2,06 0,53 0,26 0,04 0,15 3,02

Dani Setiawan (14513100) 104


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Saluran Koef Free


Q
No Area So Nilai n H (m) B (m) P (m) A (m2) R (m) Chezy board V (m/s)
Dari Ke (m3/s)
(C) (m)
21 U 40 41 0,0161 0,015 0,41 0,29 0,59 1,18 0,17 0,15 0,03 0,10 2,35

Dani Setiawan (14513100) 105


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Berikut adalah contoh perhitungan mencari dimensi pada saluran 1 ke 2 :


Diketahu :
Q = 0,41 m3/s
Sd = 0,0116
n = 0,015 (koefisien kekasaran manning untuk saluran beton)
 Kedalaman saluran
0.375
𝑄𝑥𝑛
ℎ=[ ]
1.26 𝑥 𝑆𝑑0.5

0,41 𝑥 0,015 0.375


ℎ=[ ] = 0,31 𝑚
1.26 𝑥 0,01160.5

 Lebar saluran
𝑏 = 2ℎ

𝑏 = 2 × 0,31 = 0,62 𝑚

 Luas penampang basah


𝐴 = 2ℎ2

𝐴 = 2 × 0,312 = 0,19 m2

 Jari-jari hidraulik
𝐴
𝑅=
𝑏 + 2ℎ

0,19
𝑅= = 0,16 𝑚
0,62 + 2 × 0,31

 Free board
87
𝑐=
1000
1 + ( 0.5 )
𝑅

87
𝑐= = 0,03
1000
1+( )
0,160.5

𝐹𝑟𝑒𝑒𝐵𝑜𝑎𝑟𝑑 = (ℎ 𝑥 𝑐)0.5

Dani Setiawan (14513100) 106


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

𝐹𝑟𝑒𝑒𝐵𝑜𝑎𝑟𝑑 = (0,31 𝑥 0,03)0.5 = 0,10 𝑚

 Menghitung kecepatan (v)


2/3
𝑆𝑑0.5 𝐴
𝑉= 𝑥 [ ]
𝑛 𝑏 + 2ℎ
2/3
0,01160.5 0,19
𝑉= 𝑥 [ ] = 2,1 𝑚/𝑠
0,015 0,62 + 2 × 0,31

kecepatan yang di perkenankan antara 1 m/s hingga 3 m/s. Hal ini untuk
menghindari adanya endapan bila kecepatan terlalu rendah dan pengikisan dinding
saluran apabila kecepatan terlalu tinggi.

4.7 Profil Hidrolis


Setelah didapatkan dimensi yang sesuai dengan kriteria desain dan debit
banjir yang direncanakan, langkah selanjutnya adalah membuat profil hidrolis.
Tujuan dari profil hidrolis ini adalah untuk melihat tampak samping dari saluran.
Dari situ akan terlihat berapa galian yang dibutuhkan, letak saluran terhadap
elevasi tanah, terjunan dan kesesuaian saluran terhadap saluran dibelakangnya.
Adapun data yang harus diperlukan untuk membuat profil hidrolis adalah :
1) Panjang saluran (L).
2) Elevasi tanah, baik tanah di awal saluran maupun di akhir saluran. Data ini
didapat dari peta kontur maupun google earth.
3) Selisih tinggi, didapat dari mengurangkan elevasi tanah akhir dengan elevasi
tanah awal pada saluran.
4) Slope saluran (S), slope saluran berbeda dengan slope tanah. Slope saluran
disini adalah slope dari hasil perbaikan kecepatan. Namun berhubung tidak ada
kendala dengan kecepatan maka sloope saluran sama dengan sloope tanah
5) Selisih tinggi saluran (∆H), didapat dengan mengalikan panjang saluran (L)
dengan slope saluran (S).
6) Lebar, kedalaman, dan freeboard saluran. Kedalaman dan lebar saluran sudah
didapat berdasarkan debit banjir, sedangkan freeboard adalah tinggi ruang
untuk udara di dalam saluran.

Dani Setiawan (14513100) 107


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Setelah didapat data tadi, selanjutnya dicari elevasi dasar saluran, elevasi muka air
dan kedalaman galian dengan menggunakan rumus dibawah ini :
 Elevasi dasar saluran awal = Elevasi tana–kedalaman saluran–freeboard
 Elevasi dasar saluran akhir = Elevasi dasar saluran awal - ∆H
 Elevasi muka air = Elevasi dasar saluran + kedalaman saluran
 Kedalaman galian = Elevasi tanah – elevasi dasar saluran
Contoh perhitungan pada saluran 1 ke 2 sebagai berikut :
 Elevasi dasar saluran awal = 225 – 0,31 – 0,10 = 224,58 m
 Elevasi dasar saluran akhir = 224,58 – 12,50 = 212,08 m
 Elevasi muka tanah = 224,58 + 0,31 = 224,9 m
 Kedalaman galian = 225 – 224,58 = 0,42 m

Dani Setiawan (14513100) 108


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Tabel 4.58 Profil Hidrolis Saluran Drainase Kecamatan Kalasan


Elevasi Muka Elevasi Dasar Elevasi Muka
Saluran Ld h Hf Kedalaman
Tanah Saluran Air
No Area Sd Fb
Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir
Dari Ke (m) (m) (m)
(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
1 A 1 2 1080 225 212,5 0,0116 0,31 0,10 13 224,58 212,08 0,42 0,42 224,90 212,40
2 B 3 4 756 200 187,5 0,0165 0,29 0,10 13 199,62 187,12 0,38 0,38 199,90 187,40
3 C 5 6 1481 175 162,5 0,0084 0,45 0,14 13 174,42 161,92 0,58 0,58 174,86 162,36
4 D 7 6 707 162,5 150 0,0177 0,31 0,10 13 162,09 149,59 0,41 0,41 162,40 149,90
5 E 8 9 1395 150 137,5 0,0090 0,49 0,15 13 149,36 136,86 0,64 0,64 149,85 137,35
6 F 10 11 1359 131,25 125 0,0046 0,60 0,17 6 130,48 124,23 0,77 0,77 131,08 124,83
7 G 12 13 1188 200 187,5 0,0105 0,34 0,11 13 199,56 187,06 0,44 0,44 199,89 187,39
8 H 14 15 1013 200 187,5 0,0123 0,23 0,08 13 199,68 187,18 0,32 0,32 199,92 187,42
9 I 16 17 972 212,5 200 0,0129 0,34 0,11 13 212,05 199,55 0,45 0,45 212,39 199,89
10 J 18 19 2624 187,5 162,5 0,0095 0,44 0,13 25 186,93 161,93 0,57 0,57 187,37 162,37
11 K 20 21 1427 131,25 125 0,0044 0,37 0,12 6 130,76 124,51 0,49 0,49 131,13 124,88
12 L 22 23 1742 212,5 175 0,0215 0,39 0,12 38 211,99 174,49 0,51 0,51 212,38 174,88
13 M 24 25 774 162,5 156,25 0,0081 0,29 0,10 6 162,11 155,86 0,39 0,39 162,40 156,15
14 N 26 27 1161 162,5 150 0,0108 0,39 0,12 13 161,98 149,48 0,52 0,52 162,38 149,88
15 O 28 29 1742 150 125 0,0144 0,38 0,12 25 149,50 124,50 0,50 0,50 149,88 124,88
16 P 30 31 1476 125 118,75 0,0042 0,36 0,11 6 124,53 118,28 0,47 0,47 124,89 118,64
17 Q 32 33 1103 118,75 112,5 0,0057 0,34 0,11 6 118,30 112,05 0,45 0,45 118,64 112,39
18 R 34 35 738 200 187,5 0,0169 0,29 0,10 13 199,62 187,12 0,38 0,38 199,90 187,40
19 S 36 37 675 175 162,5 0,0185 0,21 0,08 13 174,71 162,21 0,29 0,29 174,92 162,42
20 T 38 39 1994 156,25 131,25 0,0125 0,51 0,15 25 155,59 130,59 0,66 0,66 156,10 131,10

Dani Setiawan (14513100) 109


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Elevasi Muka Elevasi Dasar Elevasi Muka


Saluran Ld h Hf Kedalaman
Tanah Saluran Air
No Area Sd Fb
Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir
Dari Ke (m) (m) (m)
(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
21 U 40 41 1557 150 125 0,0161 0,29 0,10 25 149,61 124,61 0,39 0,39 149,90 124,90

Dani Setiawan (14513100) 110


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Berikut ini adalah gambar profil hidrolis saluran drainase Kecamatan Kalasan

Saluran 1 - 2
230
Elevasi (m) 225 Elevasi muka
220 tanah
215 Elevasi dasar
210 saluran
205
Elevasi muka air
0 1080
L (meter)

Gambar 4.8 Profil hidrolis 1 ke 2 Saluran Drainase

Saluran 3 - 4
205
200 Elevasi muka
Elevasi (m)

195 tanah
190 Elevasi dasar
185 saluran
180 Elevasi muka air
0 756
L (meter)

Gambar 4.9 Profil hidrolis 3 ke 4 Saluran Drainase

Saluran 5 - 6
180
175
Elevasi muka
Elevasi (m)

170 tanah
165 Elevasi dasar
160 saluran
155 Elevasi muka air
0 1481
L (meter)

Gambar 4.10 Profil hidrolis 5 ke 6 Saluran Drainase

Dani Setiawan (14513100) 111


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Saluran 7 - 6
165
160
Elevasi muka
Elevasi (m) 155 tanah
150 Elevasi dasar
145 saluran
140 Elevasi muka air
0 707
L (meter)

Gambar 4.11 Profil hidrolis 7 ke 6 Saluran Drainase

Saluran 8 - 9
155
150 Elevasi muka
Elevasi (m)

145 tanah
140 Elevasi dasar
135 saluran
130 Elevasi muka air
0 1395
L (meter)

Gambar 4.12 Profil hidrolis 8 ke 9 Saluran Drainase

Saluran 10 - 11
135
Elevasi muka
Elevasi (m)

130
tanah
125 Elevasi dasar
saluran
120 Elevasi muka air
0 1359
L (meter)

Gambar 4.13 Profil hidrolis 10 ke 11 Saluran Drainase

Dani Setiawan (14513100) 112


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Saluran 12 - 13
205
200
Elevasi (m) Elevasi muka
195 tanah
190 Elevasi dasar
185 saluran
180 Elevasi muka air
0 1188
L (meter)

Gambar 4.14 Profil hidrolis 12 ke 13 Saluran Drainase

Saluran 14 - 15
205
200
Elevasi muka
Elevasi (m)

195 tanah
190 Elevasi dasar
185 saluran
180 Elevasi muka air
0 1013
L (meter)

Gambar 4.15 Profil hidrolis 14 ke 15 Saluran Drainase

Saluran 16 - 17
215
210
Elevasi muka
Elevasi (m)

205 tanah
200 Elevasi dasar
195 saluran
Elevasi muka air
190
0 972
L (meter)

Gambar 4.16 Profil hidrolis 16 ke 17 Saluran Drainase

Dani Setiawan (14513100) 113


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Saluran 18 - 19
190
Elevasi (m) 180 Elevasi muka tanah
170
160 Elevasi dasar
150 saluran
140 Elevasi muka air
0 2624
L (meter)

Gambar 4.17 Profil hidrolis 18 ke 19 Saluran Drainase

Saluran 20 -21
132
130
Elevasi muka tanah
Elevasi (m)

128
126
124 Elevasi dasar
122 saluran
120 Elevasi muka air
0 1427
L (meter)

Gambar 4.18 Profil hidrolis 20 ke 21 Saluran Drainase

Saluran 22 - 23
300
Elevasi muka tanah
Elevasi (m)

200

100 Elevasi dasar


saluran
0
0 1742 Elevasi muka air
L (meter)

Gambar 4.19 Profil hidrolis 22 ke 23 Saluran Drainase

Dani Setiawan (14513100) 114


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Saluran 24 - 25
164
162
Elevasi muka
Elevasi (m)
160
tanah
158
156 Elevasi dasar
saluran
154
152 Elevasi muka air
0 774
L (meter)

Gambar 4.20 Profil hidrolis 24 ke 25 Saluran Drainase

Saluran 26 - 27
165
160
Elevasi muka tanah
Elevasi (m)

155
150 Elevasi dasar
saluran
145
Elevasi muka air
140
0 1161
L (meter)

Gambar 4.21 Profil hidrolis 26 ke 27 Saluran Drainase

Saluran 28 - 29
200
150 Elevasi muka tanah
Elevasi (m)

100
Elevasi dasar
50 saluran
0 Elevasi muka air
0 1742
L (meter)

Gambar 4.22 Profil hidrolis 28 ke 29 Saluran Drainase

Dani Setiawan (14513100) 115


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Saluran 30 - 31
130
125 Elevasi muka
Elevasi (m)
tanah
120
Elevasi dasar
115 saluran
110 Elevasi muka air
0 1476
L (meter)

Gambar 4.23 Profil hidrolis 30 ke 31 Saluran Drainase

Saluran 32 - 33
120
Elevasi muka
Elevasi (m)

115
tanah
110 Elevasi dasar
saluran
105
Elevasi muka air
0 1103
L (meter)

Gambar 4.24 Profil hidrolis 32 ke 33 Saluran Drainase

Saluran 34 - 35
205
200
Elevasi muka
Elevasi (m)

195 tanah
190 Elevasi dasar
185 saluran

180 Elevasi muka air


0 738
L (meter)

Gambar 4.25 Profil hidrolis 34 ke 35 Saluran Drainase

Dani Setiawan (14513100) 116


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Saluran 36 - 37
180
175 Elevasi muka
Elevasi (m)
170 tanah
165 Elevasi dasar
160 saluran
155 Elevasi muka air
0 675
L (meter)

Gambar 4.26 Profil hidrolis 36 ke 37 Saluran Drainase

Saluran 38 - 39
160
150 Elevasi muka
Elevasi (m)

140 tanah
130 Elevasi dasar
120 saluran
110
Elevasi muka air
0 1994
L (meter)

Gambar 4.27 Profil hidrolis 38 ke 39 Saluran Drainase

Saluran 40 - 41
200
Elevasi muka
Elevasi (m)

150
tanah
100
50 Elevasi dasar
saluran
0
0 1557 Elevasi muka air
L (meter)

Gambar 4.28 Profil hidrolis 40 ke 41 Saluran Drainase

4.8 Perencanaan Bangunan Pelengkap


Bangunan pelengkap yang digunakan pada perencanaan sistem drainase di
Kecamatan Kalasan, yaitu Gorong – gorong dan Street Inlet.

Dani Setiawan (14513100) 117


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

4.8.1 Gorong-gorong
Pada perencanaan sistem drainase kecamatan Kalasan ini, bangunan pelengkap
yang digunakan adalah gorong-gorong. Dimana gorong-gorong ini merupakan
bangunan yang digunakan untuk melalui perlintasan. Perlintasan yang dilalui oleh
saluran drainase yaitu bangunan pelengkap yang digunakan untuk menyalurkan
aliran air hujan melewati jalan raya atau pun rel kereta api. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pembagunan gorong-gorong adalah :
 Panjang gorong-gorong adalah sama dengan lebar jalan dan penampangnya
bebenuk segi empat
 Kecepatan pada gorong-gorong adalah 1,5-3 m/s
 Gorong-gorong terbuat dari beton
Kecepatan yang diharapkan pada gorong-gorong lebih besar dari kecepatan
saluran drainase, hal ini dipertimbangkan agar aliran yang melalui gorong-gorong
tidak membawa endapan lumpur, sehingga gorong-gorong harus terbebas dari
endapan. Gorong–gorong adalah bangunan yang diperlukan untuk menyalurkan
air hujan bila saluran yang akan dibangun menyeberangi atau melintasi jalan.
Perencanaannya tetap didasarkan pada debit yang mengalir pada gorong–gorong.
Selain itu, faktor endapan lumpur yang mungkin timbul saat pengaliran harus
dihindari.
Berikut ini contoh perhitungan gorong-gorong saluran 1 ke 2 :
Diketahui :
Q = 0,41 m3/s
V sal = 2,09 m/s
H sal = 0,31 m
V gorong-gorong = 3,75 m/s (asumsi)
P gorong-gorong = 8 m (asumsi)
Sd = 0,0116
1. Menghitung dimensi gorong-gorong
𝑄
 𝐴 = 𝑉 𝑔𝑜𝑟𝑜𝑛𝑔−𝑔𝑜𝑟𝑜𝑛𝑔
0,41
𝐴= = 0,11 𝑚2
3,75

Dani Setiawan (14513100) 118


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

𝐴
 ℎ = ( )0,5
2
0,11 0,5
ℎ=( ) = 0,23 𝑚
2
 b gorong-gorong = 2 x h
= 2 x 0,23
= 0,47 m
2. Menentukan kehilangan energi
 Hfin = 0,25 (Vgor – Vsal)2 / 2g
= 0,25 (3,75 – 2,09)2 / 2 x 9,81
= 0,0353 m
 Hfout = 0,5 (Vgor – Vsal)2 / 2g
= 0,5 (3,75 – 2,09)2 / 2 x 9,81
= 0,0706 m
 Hfgesek = Sd x P gorong-gorong
= 0,0116 x 8
= 0,0926 m
 Hf total = Hfin + Hfout + Hfgesek
= 0,0353 + 0,0706 + 0,0926
= 0,1985 m
Perhitungan gorong-gorong selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Dani Setiawan (14513100) 119


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Tabel 4.59 Perhitungan gorong-gorong saluran drainase


Dimensi Gorong Kehilangan Tekan
Notasi Qpeak v v P A h b
No Sd h (m) Hfin Hfout Hfgesek Hftotal
Saluran (m3/s) (m/s) gorong gorong gorong gorong gorong
(m) (m) (m) (m)
(m/s) (m) (m2) (m) (m)
1 1 ke 2 0,41 0,0116 2,09 0,31 3,75 8 0,11 0,23 0,47 0,0353 0,0706 0,0926 0,1985
2 3 ke 4 0,39 0,0165 2,35 0,29 3,75 8 0,10 0,23 0,45 0,0251 0,0501 0,1323 0,2074
3 5 ke 6 0,90 0,0084 2,26 0,45 3,75 8 0,24 0,35 0,69 0,0284 0,0568 0,0675 0,1527
4 7 ke 6 0,47 0,0177 2,53 0,31 3,75 8 0,13 0,25 0,50 0,0189 0,0378 0,1415 0,1983
5 8 ke 9 1,22 0,0090 2,49 0,49 3,75 8 0,32 0,40 0,81 0,0203 0,0406 0,0717 0,1326
6 10 ke 11 1,47 0,0046 2,03 0,60 3,75 8 0,39 0,44 0,88 0,0377 0,0754 0,0368 0,1500
7 12 ke 13 0,47 0,0105 2,08 0,34 3,75 8 0,12 0,25 0,50 0,0355 0,0711 0,0842 0,1908
8 14 ke 15 0,20 0,0123 1,78 0,23 3,75 8 0,05 0,16 0,32 0,0497 0,0993 0,0988 0,2478
9 16 ke 17 0,55 0,0129 2,33 0,34 3,75 8 0,15 0,27 0,54 0,0257 0,0513 0,1029 0,1799
10 18 ke 19 0,92 0,0095 2,37 0,44 3,75 8 0,25 0,35 0,70 0,0241 0,0482 0,0762 0,1486
11 20 ke 21 0,39 0,0044 1,43 0,37 3,75 8 0,11 0,23 0,46 0,0683 0,1367 0,0351 0,2401
12 22 ke 23 0,98 0,0215 3,27 0,39 3,75 8 0,26 0,36 0,72 0,0030 0,0059 0,1723 0,1811
13 24 ke 25 0,29 0,0081 1,67 0,29 3,75 8 0,08 0,20 0,39 0,0552 0,1105 0,0646 0,2303
14 26 ke 27 0,72 0,0108 2,34 0,39 3,75 8 0,19 0,31 0,62 0,0254 0,0509 0,0861 0,1624
15 28 ke 29 0,77 0,0144 2,65 0,38 3,75 8 0,21 0,32 0,64 0,0155 0,0310 0,1148 0,1613
16 30 ke 31 0,35 0,0042 1,37 0,36 3,75 8 0,09 0,22 0,43 0,0720 0,1440 0,0339 0,2499
17 32 ke 33 0,36 0,0057 1,54 0,34 3,75 8 0,10 0,22 0,44 0,0621 0,1242 0,0454 0,2316
18 34 ke 35 0,39 0,0169 2,37 0,29 3,75 8 0,10 0,23 0,45 0,0243 0,0487 0,1355 0,2085

Dani Setiawan (14513100) 120


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Dimensi Gorong Kehilangan Tekan


Notasi Qpeak v v P A h b
No Sd h (m) Hfin Hfout Hfgesek Hftotal
Saluran (m3/s) (m/s) gorong gorong gorong gorong gorong
(m) (m) (m) (m)
(m/s) (m) (m2) (m) (m)
19 36 ke 37 0,18 0,0185 2,01 0,21 3,75 8 0,05 0,15 0,31 0,0384 0,0767 0,1481 0,2632
20 38 ke 39 1,59 0,0125 3,02 0,51 3,75 8 0,42 0,46 0,92 0,0068 0,0137 0,1003 0,1209
21 40 ke 41 0,41 0,0161 2,35 0,29 3,75 8 0,11 0,23 0,47 0,0249 0,0497 0,1285 0,2031

Dani Setiawan (14513100) 121


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

4.8.2 Stret Inlet


Street inlet adalah lubang disis jalan yang berfungsi untuk menampung dan
menyalurkan limpasan air hujan yang berada disepanjang jalan menuju kedalam
saluran. Untuk menghitung stret inlet dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
280
𝐷𝑆𝐿 = √𝑆0
𝑤
Dimana :
DSL = Diastance atau jarak antar street inlet (m), D ≤ 50 m
W = Lebar jalan
So = Slope limpasan
𝐿𝑑
 Jumlah Stert Inlet = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘

Dimana :
Ld = Panjang jalur

Hasil dari perhitungan jumlah street inlet dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.60 Perhitungan stert inlet saluran drainase
Notasi Ld Lebar Jalan Jarak Jumlah Street
No So
Saluran m m Street Inlet (m) Inlet
1 1 ke 2 1485 8 0,0084 17 87
2 3 ke 4 1697 8 0,0074 18 93
3 5 ke 6 1611 8 0,0078 18 91
4 7 ke 6 986 8 0,0127 14 71
5 8 ke 9 1706 8 0,0073 18 93
6 10 ke 11 2538 8 0,0025 16 161
7 12 ke 13 1256 8 0,0100 16 80
8 14 ke 15 1071 8 0,0117 14 74
9 16 ke 17 1548 8 0,0081 17 89
10 18 ke 19 2633 8 0,0095 32 82
11 20 ke 21 1841 8 0,0034 13 137
12 22 ke 23 2165 8 0,0173 36 61
13 24 ke 25 1454 8 0,0043 12 122
14 26 ke 27 1580 8 0,0079 18 90
15 28 ke 29 1845 8 0,0136 27 69
16 30 ke 31 1580 8 0,0040 12 127
17 32 ke 33 1287 8 0,0049 11 115

Dani Setiawan (14513100) 122


TUGAS DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN KALASAN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Notasi Ld Lebar Jalan Jarak Jumlah Street


No So
Saluran m m Street Inlet (m) Inlet
18 34 ke 35 1278 8 0,0098 16 81
19 36 ke 37 1764 8 0,0071 19 95
20 38 ke 39 2165 8 0,0116 29 74
21 40 ke 41 1679 8 0,0149 26 66

Dani Setiawan (14513100) 123

Anda mungkin juga menyukai