BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan bertambahnya pula
jumlah air limbah permukiman yang dihasilkan. Air limbah permukiman
adalah air yang telah digunakan oleh suatu komunitas yang mengandung
material yang telah tertambahkan selama penggunaan air tersebut. Air limbah
permukiman terdiri dari limbah manusia (feses dan urin) yang telah
bercampur dengan air yang digunakan di toilet dan kamar mandi. Air limbah
permukiman juga meliputi hasil dari pencucian baju dan pembersihan
peralatan dapur. Penggunaan air minum menghasilkan sekitar 80% air
limbah. Konsentrasi air limbah di atas baku mutu regulasi dan tanpa
penanganan akan mencemari lingkungan sehingga harus dikumpulkan dan
dialirkan menuju Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Sistem
pengolahan air limbah melayani sebagian kecil penduduk karena biaya
konstruksi dan pengolahan mahal. Sistem pengolahan hampir sebagian besar
bersifat individu, berupa tangki septik. Unit tersebut tidak layak dibangun
pada wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi karena air limpasan
tangki septik dapat mencemari ketersediaan air tanah.
Sistem penyaluran air limbah ini pada prinsipnya terdiri dari dua macam
yaitu: sistem penyaluran terpisah dan sistem penyaluran campuran, dimana
sistem penyaluran terpisah adalah sistem yang memisahkan aliran air
buangan dengan limpasan air hujan, sedangkan sistem penyaluran
tercampur menggabungkan aliran air buangan dengan limpasan air hujan.
Pembahasan hanya mencakup sistem penyaluran air limbah terpisah.
Kemudian sistem pengolahan limbah pun terdiri dari 2 macam yaitu sistem
pengo lahan on-site position da n sistem off-site position, yang akan ditinjau
nantinya adalah sistem pengolahan off- site posistion dimana air limbah
disalurkan melalui sewer (saluran pengumpul air limbah) lalu kemudian
masuk ke instalasi pengolahan terpusat
BAB II
KONDISI UMUM DAERAH PERENCANAAN
2.1 Batas Wilayah Administrasi
Kecamatan Kalasan terletak di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY). Kecamatan Kalasan memiliki luas sebesar 35,84 km2 dengan
jumlah penduduk sebanyak 73.284 jiwa. Kecamatan ini dibagi menjadi 4 desa
yaitu Desa Purwomartani, Desa Tamanmartani, Desa Tirtomartani, Dan Desa
Selomartani, pembagian tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1 Kecamatan
Kalasan.
Gambar 2.1 Peta Wilayah Kecamatan Kalasan (Badan Pusat Statistik, 2016)
Kelompk
Laki-laki Perempuan Jumlah
Umur
70-74 762 908 1670
75+ 959 1328 2287
Kecamatan 36397 36887 73284
Sumber : Registrasi Penduduk
Tabel 2.4 Kepadatan penduduk dan per km2 dan Sex Ratio menurut desa di
Kecamatan Kalasan Tahun 2015
Kepadatan per
Desa Luas (Km2) Sex Ratio
Km2
Purwomartani 12,05 2925 100,4
Tirtomartani 7,53 1852 96,4
Tamanmartani 7,3 2198 96,9
Selomartani 8,96 1464 98,4
Kecamatan 35,84 2186 98,7
Sumber : Badan Pusat Statistik
SLTP SLTA/SMK
Desa
Negeri Swasta Negeri Swasta
Selomartani 1 - - -
Kecamatan 4 3 2 5
Sumber : Badan Pusat Statistik
Tabel 2.7 Banyaknya sarana kesehatan per desa di Kecamatan Kalasan
Puskesmas Dokter Rumah
Desa Puskesmas Poliklinik
Pembantu Praktek Brsalin
Purwomartani 1 - 32 1 4
Tirtomartani - 1 11 - 4
Tamanmartani - - 7 - 6
Selomartani - - 3 - 2
Kecamatan 1 1 53 1 16
Sumber : Badan Pusat Statistik
Tabel 2.8 Banyaknya Apotek dan Toko Obat per desa
di Kecamatan Kalasan
No Fasilitas Jumlah
5 Peribadahan 268
6 Wisata 12
Total 2515
BAB III
KRITERIA PERENCANAAN
3.1 Kriteria Perencanaan Sistem Drainase
Dalam perencanaan sistem drainase membahas tentang analisis hidrologi
yaitu menganalisis data curah hujan yang hilang, menghitung curah hujan rata-
rata, menghitung hujan harian maksimum, menghitung distribusi hujan dan
menghitung intensitas hujan.
3.1.1 Analisis Data Curah Hujan Yang Hilang
Data yang ideal adalah data yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Tetapi
dalan prakteknya sangat jarang dijumpai data yang tidak lengkap, hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain adalah kelalaian petugas, kerusakan alat,
penggantian alat, bencana dan lain sebagainya. Analisa data curah hujan
merupakan salah satu pendukung perencanaan drainase karena besarnya debit
dalam saluran drainase ditentukan banyaknya debit hujan yang ada, selain itu
dengan diketahui curah hujan dapat ditentukan pula dimensi saluran yang
direncanakan.Analisa curah hujan yang hilang pada masing – masing stasiun
dapat dihitung dengan menggunakan metode aritmatik dan metode rasio normal.
1. Metode aritmatik
Bila pada suatu stasiun hujan terdapat data curah hujan yang hilang dan bila
perbedaan hujan tahunan normal pada stasiun yang datanya tersebut <10%, maka
perkiraan data curah hujan yang hilang dicari dengan mengambil harga rata-rata
aritmatik dari stasiun-stasiun yang mengelilinginya, Rumus yang dipergunakan :
rx = (R1 + R2 + R3 + . . . + Rn)/n
Dimana : rx = Curah hujan yang hilang
R1,R2,R3, ... ,Rn = Curah hujan pada stasiun
2. Metode rasio normal
Bila perbedaan hujan tahunan normal melebihi angka >10%, mak perkiraan curah
hujan yang hilang dihitung dengan menggunakan metode rasio normal. Rumus
yang dipergunakan :
R ( R1 R2 R3 ... Rn ) / n
Dimana : R = Curah hujan rata-rata area
R1,R2, .. ,Rn = Curah hujan rata-rata tahunan ditiap stasiun
n = Jumlah stasiun hujan
2. Cara poligon thiessen Cara ini memasukkan faktor pengaruh daerah yang
diwakili oleh stasiun penakar hujan disebut faktor pembobot atau koefisien
Thiessen. Besarnya faktor pembobot (weighing factor) tergantung dari luas daerah
pengaruh yg diwakili oleh stasiun. Rumus yang dipergunakan :
𝑅1 𝐴1 + 𝑅2 𝐴2 + ⋯ + 𝑅𝑛 𝐴𝑛
𝑅=
𝐴1 + 𝐴2 + ⋯ + 𝐴𝑛
Dimana : R1, R2, …. Rn = tinggi curah hujan pada pos penakar 1, 2, ….n
∑(𝑥𝑖 − 𝑥̅ )2
𝑆𝑥 = √
𝑛−1
∑(𝑋𝑖 − 𝑥)2
𝑆𝐷 = √
𝑛−1
T W(x)=1/T ζ
500 0,002 2,0352
T W(x)=1/T ζ
200 0,005 1,8214
60 0,01667 1,5049
50 0,02 1,4522
40 0,025 1,3859
30 0,03333 1,2971
25 0,04 1,2379
20 0,05 1,1631
15 0,06667 1,0614
10 0,1 0,9062
8 0,125 0,8134
5 0,2 0,5951
4 0,25 0,4769
3 0,33333 0,3045
2 0,5
11300. 𝑡 𝑅1
𝑅𝑡 = √ .
𝑡 + 3.12 100
11300. 𝑡 𝑋𝑡
𝑅𝑡 = √ .
𝑡 + 3.12 100
𝑎
𝐼=
𝑡+𝑏
Dimana :
t = lamanya hujan
a dan b = konstanta yang tergantung pada lamanya hujan yang terjadi di DAS.
∑ 𝐼. 𝑡 ∑ 𝐼 2 − ∑ 𝐼 2 . 𝑡 ∑ 𝐼
𝑎=
𝑛 ∑ 𝐼 2 − (∑ 𝐼)2
∑ 𝐼 ∑ 𝐼. 𝑡 − 𝑛 ∑ 𝐼 2 . 𝑡
𝑏=
𝑛 ∑ 𝐼 2 − (∑ 𝐼)2
b. Metode Sherman
Rumus Sherman cocok untuk jangka waktu curah hujan yang lamanya lebih dari 2
jam.
𝑎
𝐼=
𝑡𝑛
Dimana :
t = lamanya hujan
n = konstanta
c. Metode Ishoguro
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
𝑎
𝐼=
√𝑡 + 𝑏
Dimana :
t = lamanya hujan
a dan b = konstanta
∑ 𝐼. √𝑡 ∑ 𝐼 2 − ∑ 𝐼 2 . √𝑡 ∑ 𝐼
𝑎=
𝑛 ∑ 𝐼 2 − (∑ 𝐼)2
∑ 𝐼 ∑ 𝐼. √𝑡 − 𝑛 ∑ 𝐼 2 . √𝑡
𝑏=
𝑛 ∑ 𝐼 2 − (∑ 𝐼)2
1. Saluran tertutup
Terbuat dari beton tidak bertulang, dan diterapkan pada daerah yang
padat penduduk, atau jalan sempit. Sedangkan sistem pengaliran air
hujan di jalan menggunakan steet inlet. Dan pada jarak tertentu
terdapat sumur pemeriksa (manhole) dan atau drop manhole
(perubahan dimensi saluran).
2. Saluran Terbuka
Saluran terbuka memiliki dua bentu antara lain:
Saluran segi empat dan modifikasinya. Saluran ini terdapat dari
pasangan batu kali atau baru belah dan diterapkan pada daerah
dengan ruang yang tersedia terbatas seperti pada lingkungan
pemukiman penduduk.
Saluran trapezium dengan modifikasinya. Saluran ini dibuat tanpa
pengerasan dan diterapkan pada daerah yang kepadatan
rendah,seperti daerah pertanian atau pada daerah tertentu dilakukan
pengerasan bila batas kecepatan maksimum tidak terpenuhi.
3. Pola Jaringan Drainase
Siku
Dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi
dari pada sungai. Sungai sebagai saluran pembuang akhir berada
akhir berada di tengah kota.
Grid Iron
Untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota, sehingga
saluran-saluran yang bercabang dikumpulkan dulu pada saluran
pengumpulan.
Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah
lebih besar dari pada pola siku.
Radial
Pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala
arah.
persil. Kapasitas saluran dan pelengkapnya sesuai dengan beban keadaan serta
sifat-sifa hidrolis dimana saluran dan pelengkap tersebut ditempatkan.
Perencanaan hidrolis meliputi prinsip hidrolika.
tergantung pada tata guna tanah yang ada. Sistim drainase untuk
lingkungan pemukiman lebih cenderung sebagai sistim drainase mikro.
Sistem Drainase Major
Yang dimaksud dengan sistim drainase utama atau drainase makro
(major drainage) yaitu sistim saluran yang menampung dan mengalirkan
air dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area). Biasanya
sistim ini menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran
drainase primer, kanal-kanal atau sungai-sungai. Pada umumnya sistim
drainase mayor ini disebut juga sebagai sistim saluran pembuangan
utama. Sistim ini merupakan penguhubung antara drainase dan
pengendalian banjir. Debit rencana dipakai dengan periode ulang lebih
besar dari 10 tahun.
Bila ditinjau deri segi fisik (hirarki susunan saluran) sistem drainase perkotaan
diklasifikasikan atas saluran primer, sekunder, tersier dan kwarter sebagai berikut
penjelasannya :
1. Saluran Primer
Saluran yang memanfaatkan sungai dan anak sungai. Saluran primer adalah
saluran utama yang menerima aliran dari saluran sekunder.
2. Saluran Sekunder
Saluran yang menghubungkan saluran tersier dengan saluran primer
(dibangun dengan beton/ plesteran semen).
3. Saluran Tersier
Saluran untuk mengalirkan limbah rumah tangga ke saluran sekunder,
berupa plesteran, pipa dan tanah.
4. Saluran Kwarter
Saluran kolektor jaringan drainase lokal.
tetap yang telah ada di kota yang bersangkutan. Metode pengukuran yang
dilakukan meliputi :
a. Pengukuran Polygon/Perbaikan Peta
Pengukuran ini pada base line yang dibuat disebelah saluran (pada bahu
jalan atau tanggul) melalui patok-patok dengan prosedur sudut polygon
diukur seri ganda (biasa atau luar biasa dengan menggunakan Theodolit
(To).
b. Pengukuran Water Pass/Levelling
PengukuranWaterPass ini menggunakan alat uur Automatic Levelling
seperti B2 Sokhisha dan Topcon. Pengukuran dilakukan pada titik polygon
dan diikat ke titik referensi yang dipakai.
c. Cross Section
Cross Section dilakukan setiap interval maksmum 100 meter dengan metode
stadia survey dimana titik cross jalur sudah dikontrol elevesinya dengan alat
Automatic Levelling.
d. Pemasangan Bench Mark (BM)
Pemasangan Bench Mark (BM) dilakukan pada tempat-tempat yang aman
dan diikat ke sistem koordinat yang ada. BM ini dibuat dari kolom beton
20/20 cm dengan tinggi 1,00 m, dan bagian yang tertanam dalam tanah ±70
cm yang pangkalnya dibuat kaki (pondasi telapak) bersilang untuk pemberat
dan stabilitas.
e. Titik Referensi
Titik refensi yang digunakan untuk pekerjaan Drainase adalah titik tetap
yang ada di dalam kota.
3.1.11 Analisa Hidrolika
Zat cair dapat diangkut dari suatu tempat lain melalui bangunan pembawa alamiah
maupun buatan manusia. Bangunan pembawa ini dapat terbuka maupun tertutup
bagian atasnya. Saluran yang tertutup bagian atasnya disebut saluran tertutup
(closed conduits), sedangkan yang terbuka bagian atasnya disebut saluran terbuka
(open channels).
Pada sistem pengaliran melalui saluran terbuka terdapat permukaan air yang bebas
(free surface) di mana permukaan bebas ini dipengaruhi oleh tekanan udara luar
secara langsung, saluran terbuka umumnya digunakan pada lahan yang masih
memungkinkan (luas), lalu lintas pejalan kakinya relatif jarang, beban kiri dan
kanan saluran relatif ringan. Pada sistem pengaliran melalui saluran tertutup (pipa
flow) seluruh pipa diisi dengan air sehingga tidak terdapat permukaan yang bebas,
oleh karena itu permukaan tidak secara langsung dipengaruhi oleh tekanan udara
luar, saluran tertutup umumnya digunakan pada daerah yang lahannya terbatas
(pasar, pertokoan), daerah yang lalu lintas pejalan kakinya relatif padat, lahan
yang dipakai untuk lapangan parkir. Berdasarkan konsistensi bentuk penampang
dan kemiringan dasarnya saluran terbuka dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Saluran prismatik (prismatic channel), yaitu saluran yang bentuk
penampang melintang dan kemiringan dasarnya tetap. Contoh : saluran
drainase, saluran irigasi.
b. Saluran non prismatik (non prismatic channel), yaitu saluran yang bentuk
penampang melintang dan kemiringan dasarnya berubah-ubah. Contoh :
sungai.
Aliran pada saluran terbuka terdiri dari saluran alam (natural channel), seperti
sungai-sungai kecil di daerah hulu (pegunungan) hingga sungai besar di muara,
dan saluran buatan (artificial channel), seperti saluran drainase tepi jalan, saluran
irigasi untuk mengairi persawahan, saluran pembuangan, saluran untuk
membawa air ke pembangkit listrik tenaga air, saluran untuk supply air minum,
dan saluran banjir. Saluran buatan dapat berbentuk segitiga, trapesium, segi
empat, bulat, setengah lingkaran, dan bentuk tersusun.
Debit yang mampu ditampung oleh saluran (Qs) dapat diperoleh dengan rumus
seperti di bawah ini:
Dimana :
As : Luas penampang saluran (m2)
V : Kecepatan rata-rata aliran didalam saluran (m/detik)
Kecepatan rata-rata aliran di dalam saluran dapat dihitung dengan menggunakan
rumus Manning sebagai berikut:
Dimana :
500.000 –
2 Metropolitan 1.000.000 100.000 – 200.000
Metode Exponensial
Pn = Po.ern
Dimana :
Pn : Jumlah penduduk pada n tahun proyeksi
Po : Jumlah penduduk pada awal tahun proyeksi
e : Bilangan exponensial (2,7182818)
r : Pertumbuhan penduduk rata-rata (%)
n : Interval waktu
Metode Aritmatik
Pn = Po + cn atau Pn = Po (1 + rn)
Dimana :
Pn : Penduduk pada tahun n
Po : Penduduk pada tahun awal
c : jumlah pertambahan penduduk konstan (nilai absolut)
r : angka pertambahan penduduk (%)
n : periode (waktu) antara tahun awal dan tahun n
𝑛 Σ𝑥𝑦 − Σ𝑥 Σ𝑦
𝑏=
𝑛 Σ𝑥 2 − (Σ𝑥)2
6. Untuk menentukan pilihan rumus proyeksi jumlah penduduk yang akan
digunakan dengan hasil perhitungan yang paling mendekati kebenaran
harus dilakukan analisis dengan menghitung standar deviasi atau koefisien
korelasi. Rumus standar deviasi dan koefisien korelasi adalah sebagai
berikut:
Standar deviasi
2
∑(𝑌𝑖 − Ȳ)
𝑠=√ 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑛 > 20
𝑛−1
2
∑(𝑌𝑖 − Ȳ)
𝑠=√ 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑛 ≤ 20
𝑛
Dimana :
s : Standar deviasi
Yi : Jumlah penduduk pada tahun ke-i
Ȳ : Rata-rata jumlah prnduduk
n :Jumlah data
Koefisien korelasi
Metode perhitungan proyeksi jumlah penduduk yang menghasilkan
koefisien paling mendekati 1 adalah metoda yang terpilih.
Besarnya Ls1 tergantung pada datapemakaian air bersih dan faktor air
limbah (0,70 – 0,80). Ls2, Ls3, Ls4 dan Ls5 tergantung pada kondisi
sumber air limbahnya.
𝑞𝑝= 𝑓𝑝 × 𝑞𝑅
Dimana :
𝑓𝑝 : 5/𝑃0,167
P : Jumlah penduduk dilayani, ribuan
Debit puncak total, Qp harus mempertimbangkan debit infiltrasi dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
𝑄𝑝 = 𝑞𝑝 + 𝑞𝑖
Debit infiltrasi dapat dicari dengan menggunakan rumus :
Qi = 10% x 𝑞𝑅
Keterangan :
Jenis sambungan sleeve coupling digunakan pada pipa asbestos semen
Cincin-O sebelum terpasang digunakan pada pipa beton dan pipa tanah liat
Cincin-O setelah terpasang
Sambungan dengan adukan semen
3.3 Bangunan Pelengkap
3.3.1 Lokasi Manhole
a. Pada jalur saluran yang lurus, dengan jarak tertentu tergantung diameter
saluran, tapi perlu disesuaikan juga terhadap panjang peralatan pembersih
yang akan dipakai
b. Pada setiap perubahan kemiringan saluran, perubahan diameter,dan
perubahan arah aliran, baik vertikal maupun horizontal
c. Pada lokasi sambungan, persilangan atau percabangan(intersection)
dengan pipa atau bangunan lain
Tabel 3.10 Jarak antar Manhole pada Jalan Lurus
1. Klasifikasi Manhole
Manhole dangkal : kedalaman (0,75-0,9) m, dengan cover kedap
Manhole normal : kedalaman 1,5 m, dengan cover berat
Manhole dalam : kedalaman di atas 1,5 m, dengan cover berat.
Khusus ’manhole dalam’ dapat diklasifikasikan lagi sesuai dengan
kedalaman, ketebalan dinding, keberadaan drop, keberadaan pompa, dan
lain-lain sesuai dengan kebutuhan.
2. Manhole Khusus
Junction chamber
Drop manhole
Flushing manhole
Pumping manhole
3. Eksentrisitas
Eksentrisitas manhole pada suatu jalur sistem perpipaan tergantung
pada diameter salurannya
Untuk pipa dimensi besar (D > 1,20 m), manhole diletakkan secara
eksentrik agar memudahkan operator turun ke dasar saluran
Untuk pipa dimensi kecil [D (0,2-1,2) m], manhole diletakkan secara
sentrik, langsung di atas pipa
4. Dimensi Manhole
Dimensi horizontal harus cukup untuk melakukan pemeriksaan dan
pembersihan dengan masuk ke dalam saluran. Dimensi vertikal
tergantung pada kedalamannya.
Lubang masuk (acces shaft), minimal 50 cm x 50 cm ataudiameter 60
cm
Dimensi minimal di sebelah bawah lubang masuk
- Untuk kedalaman sampai 0,8 m : 75 cm x 75 cm
- Untuk kedalaman (0,8 - 2,1) m : 120 cm x 90 cm atau diameter 1,2
m
- Untuk kedalaman > 2,1 m : 120 cm x 90 cm atau diameter 140
c
5. Manhole step atau ladderring
Perlengkapan ini merupakan sebuah tangga besi yang dipasang
menempel di dinding manhole sebelah dalam untuk keperluan
operasional
Dipasang vertikal dan zig zag 20 cm dengan jarak vertikal masing-
masing (30-40) cm
6. Bottom invert
Dasar manhole pada jalur pipa dilengkapi saluran terbuka dari beton yang
berbentuk U (cetak di tempat) dengan konstruksi dasar setengah bundar
menghubungkan invert pipa masuk dan ke luar. Ketinggian saluran U
dibuat sama dengan diameter saluran terbesar dan diberi benching kekanan
atau kiri dengan kemiringan 1 : 6 hingga mencapai dinding manhole.
3.3.2 Bangunan Penggelontor
1. Aplikasi
Disetiap garis pipa di mana kecepatan self-cleaning tidak tercapai akibat
landainya kemiringan tanah atau pipa atau kurangnya kapasitas aliran. Bisa
dilihat pada tabel kalkulasi dimensi pipa.
2. Cara Penggelontor
a. Dengan periode waktu tetap
Dipilih pada waktu keadaan debit aliran minimum tiap harinya, di
mana pada saat itu kedalaman renang air limbah tidak cukup untuk
membersihkan tinja atau endapan-endapan.
Cara ini dapat memakai air sungai terdekat, dipilih airnya yang cukup
bersih, debit penggelontorannya dimasukkan ke dalam perhitungan
dimensi pipa.
Bila menggunakan tangki gelontor dioperasikan secara otomatis-
Pelaksanaan cara ini pada tengah malam, dimana bangunan
penggelontor dengan peralatan syphon diatur pada kran pengatur,
tepat penuh mengisi bak penggelontor sesuai jadwal waktu periodik
penggelontoran tiap harinya. Kapasitas tangki minimal 1 m3 dan/atau
10 % dari kapasitas pipa yang disuplai sesuai dengan kebutuhan.
b. Periode Waktu Insidentil
Dipilih cara ini jika ujung atas (awal) pipa lateral tidak dilengkapi
dengan bangunan penggelontor, biasanya dari kran kebakaran terdekat
dapat diambil airnya dengan selang karet, dimasukkan ke dalam
bangunan perlengkapan pipa terminal cleanout, dengan debit 15
liter/detik, selama (5 -15) menit. Bila tidak ada kran kebakaran dapat
digunakan tangki air bersih.
Alternatif lain adalah dengan pintu-pintu pada pipa air limbah.
3. Syphon
a. Fungsi atau Aplikasi
Sebagai bangunan perlintasan, seperti pada sungai atau kali, jalan kereta,
api, atau depressed highway.
b. Komponen Struktur
Inlet dan outlet (boks)
Berfungsi sebagai pengendalian debit dan fasilitas pembersihan pipa.
Depressed sewer (pipa sifon)
- Berfungsi sebagai perangkap, sehingga kecepatan pengaliran harus
cukup tinggi, di atas 1 m/detik pada saat debit rata-rata.
- Terdiri dari minimal 3 unit (ruas) pipa sifon dengan dimensi yang
berbeda, minimal 150 mm. Pipa ke 1 didesain dengan Qmin, pipa ke
2 didesain dengan (Qr - Qmin) dan pipa ke 3 didesain dengan (Qp -
Qr)
4. Terminal Clean Out
a. Fungsi/aplikasi
Terminal clean-out dapat berfungsi sebagai (alternatif) pengganti
manhole.
b. Lokasi
Di ujung saluran, terutama pada pipa lateral yang pendek dengan jarak
dari manhole < 50 m.
5. Stasiun Pompa
a. Aplikasi
Sebagai lift station, dipasang pada setiap jarak tertentu pada sistem
perpipaan yang sudah cukup dalam.
Sebagai booster station, untuk penyaluran yang tidak memerlukan
pengaliran secara gravitasi. Misal dari zona rendah ke zona yang
lebih tinggi atau pada conveyance sewer ke instalasi. Di sini dapat
digunakan manhole pompa.
b. Kriteria Lokasi
Tidak banjir dan mudah menerima air limbah secara gravitasi
Dapat memompa air limbah hingga ke elevasi yang direncanakan
BAB IV
PERENCANAAN DRAINASE
Perhitungan :
1. Stasiun A
Tahun 1999
Dengan menggunakan rumus diatas sehingga didapatkan hasil sebesar :
1
𝑃𝑥 = (178 + 186 + 120 + 186)
4
670
𝑃𝑥 =
4
𝑃𝑥 = 168 𝑚𝑚
Tahun 2011
Dengan menggunakan rumus diatas sehingga didapatkan hasil sebesar :
1
𝑃𝑥 = (192 + 151 + 153 + 151)
4
647
𝑃𝑥 =
4
𝑃𝑥 = 162 𝑚𝑚
2. Stasiun B
Tahun 2001
Dengan menggunakan rumus diatas sehingga didapatkan hasil sebesar :
1
𝑃𝑥 = (153 + 178 + 141 + 148)
4
620
𝑃𝑥 =
4
𝑃𝑥 = 155 𝑚𝑚
Tahun 2014
Dengan menggunakan rumus diatas sehingga didapatkan hasil sebesar :
1
𝑃𝑥 = (170 + 123 + 192 + 160)
4
645
𝑃𝑥 =
4
𝑃𝑥 = 161 𝑚𝑚
3. Stasiun C
Tahun 1997
Dengan menggunakan rumus diatas sehingga didapatkan hasil sebesar :
1
𝑃𝑥 = (178 + 169 + 169 + 165)
4
681
𝑃𝑥 =
4
𝑃𝑥 = 170 𝑚𝑚
Tahun 2009
Dengan menggunakan rumus diatas sehingga didapatkan hasil sebesar :
1
𝑃𝑥 = (168 + 172 + 132 + 143)
4
615
𝑃𝑥 =
4
𝑃𝑥 = 154 𝑚𝑚
4. Stasiun E
Tahun 1996
Dengan menggunakan rumus diatas sehingga didapatkan hasil sebesar :
1
𝑃𝑥 = (155 + 157 + 164 + 170)
4
646
𝑃𝑥 =
4
𝑃𝑥 = 162 𝑚𝑚
Tahun 2006
Dengan menggunakan rumus diatas sehingga didapatkan hasil sebesar :
1
𝑃𝑥 = (185 + 213 + 226 + 167)
4
791
𝑃𝑥 =
4
𝑃𝑥 = 198 𝑚𝑚
5. Stasiun F
Tahun 2000
Dengan menggunakan rumus diatas sehingga didapatkan hasil sebesar :
1
𝑃𝑥 = (172 + 191 + 130 + 151)
4
644
𝑃𝑥 =
4
𝑃𝑥 = 161 𝑚𝑚
Stasiun 2015
Dengan menggunakan rumus diatas sehingga didapatkan hasil sebesar :
1
𝑃𝑥 = (143 + 166 + 114 + 169)
4
592
𝑃𝑥 =
4
𝑃𝑥 = 148 𝑚𝑚
Tabel 4.2 Tabel Hasil Perhitungan Curah Hujan Harian Maksimum pada Stasiun
Pengamat
ST.A ST.B ST.C ST.E ST.F
No Tahun
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
1 1996 155 157 164 162 170
2 1997 178 169 170 169 165
3 1998 166 165 175 168 185
4 1999 168 178 186 120 186
5 2000 172 191 130 151 161
6 2001 153 155 178 141 148
7 2002 189 148 152 175 129
8 2003 168 148 147 123 162
9 2004 192 198 180 154 168
10 2005 219 188 192 155 138
11 2006 185 213 226 198 167
12 2007 119 168 163 110 144
13 2008 155 169 166 152 170
14 2009 168 172 154 132 143
15 2010 138 114 182 141 231
16 2011 162 192 151 153 151
17 2012 167 226 217 193 135
18 2013 144 163 175 168 144
19 2014 170 161 123 192 160
20 2015 143 166 114 169 148
Jumlah 3311 3441 3345 3126 3205
Rata-rata 165,55 172,05 167,25 156,3 160,25
Dimana :
d1+d2+d3+ +dn = Tinggi curah hujan pada pos penakar 1,2,3,..,n
n = Banyaknya atau jumlah pos penakar yang diperhitungakan
Contoh perhitungan pada tahun 1996 stasiun A, B, C, E, dan F sebagai berikut :
155 + 157 + 164 + 162 + 170
d̅ =
5
808
d̅ =
5
d̅ = 161,6 𝑚𝑚
Rumus yang digunakan dalam mencari rata-rata metode polygon thiessen yakni,
sebagai berikut :
[(𝑅1 x𝐴1 ) + (𝑅2 x𝐴2 ) + (𝑅3 x𝐴3 )+. . +(𝑅𝑛 x𝐴𝑛 )]
𝑅=
ƩA
Dimana :
𝑅1 + 𝑅2 + . . +𝑅𝑛 = Tinggi curah hujan pada pos penakar 1, 2, . . ,n
𝐴1 + 𝐴2 + . . +𝐴𝑛 = Luas pengaruh setiap penakar hujan
No Tahun ST.A (mm) Luas Total ST.B (mm) Luas Total ST.C (mm) Luas Total ST.E (mm) Luas Total ST.F (mm) Luas Total Rata-rata (mm)
1 1996 155 10,4 157 3,4 164 4,4 162 9,3 170 8,3 161,6
2 1997 178 10,4 169 3,4 170 4,4 169 9,3 165 8,3 170,8
3 1998 166 10,4 165 3,4 175 4,4 168 9,3 185 8,3 171,9
4 1999 168 10,4 178 3,4 186 4,4 120 9,3 186 8,3 162,9
5 2000 172 10,4 191 3,4 130 4,4 151 9,3 161 8,3 160,6
6 2001 153 10,4 155 3,4 178 4,4 141 9,3 148 8,3 152,0
7 2002 189 10,4 148 3,4 152 4,4 175 9,3 129 8,3 163,0
8 2003 168 10,4 148 3,4 147 4,4 123 9,3 162 8,3 150,4
9 2004 192 10,4 198 3,4 180 4,4 154 9,3 168 8,3 175,7
10 2005 219 10,4 188 3,4 192 4,4 155 9,3 138 8,3 177,3
11 2006 185 10,4 213 3,4 226 4,4 198 9,3 167 8,3 191,9
12 2007 119 10,4 168 3,4 163 4,4 110 9,3 144 8,3 132,5
13 2008 155 10,4 169 3,4 166 4,4 152 9,3 170 8,3 160,4
14 2009 168 10,4 172 3,4 154 4,4 132 9,3 143 8,3 151,5
15 2010 138 10,4 114 3,4 182 4,4 141 9,3 231 8,3 163,5
16 2011 162 10,4 192 3,4 151 4,4 153 9,3 151 8,3 158,6
17 2012 167 10,4 226 3,4 217 4,4 193 9,3 135 8,3 178,1
18 2013 144 10,4 163 3,4 175 4,4 168 9,3 144 8,3 155,8
19 2014 170 10,4 161 3,4 123 4,4 192 9,3 160 8,3 166,8
20 2015 143 10,4 166 3,4 114 4,4 169 9,3 148 8,3 149,5
Jumlah 3311 208 3441 68 3345 88 3126 186 3205 166 3254,9
Rata-rata 165,55 10,4 172,05 3,4 167,25 4,4 156,3 9,3 160,25 8,3 162,7
∑(𝑥𝑖 − 𝑥̅ )2
𝑆𝑥 = √
𝑛−1
Menentukan besarnya deviasi standar dari reduksi variant (Sn) yang nilainya
tergantung dari jumlah data (n = 20) dan dapat dilihat pada tabel Sn.
Menentukan nilai curah hujan dengan periode ulang T tahun (PUH 2, 5, 10, 20,
25, dan 50) dalam mm. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
𝑆
𝑋𝑇 = 𝑋̅ + (𝑌𝑡 − 𝑌𝑛)
𝑆𝑛
a. Tahapan Penyelesaian
Menghitung nilai rata-rata curah hujan
𝛴𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑐𝑢𝑟𝑎ℎ ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛 3285,6
𝑋̅ = = = 164,28 𝑚𝑚
𝑛 20
Tabel 4.9 Rata-rata curah hujan
No Tahun R (mm) R-Ř (R - Ř)^2
1 1996 161,6 -2,68 7,1824
2 1997 170,2 5,92 35,0464
3 1998 171,8 7,52 56,5504
4 1999 167,6 3,32 11,0224
5 2000 161 -3,28 10,7584
6 2001 155 -9,28 86,1184
7 2002 158,6 -5,68 32,2624
8 2003 149,6 -14,68 215,5024
9 2004 178,4 14,12 199,3744
10 2005 178,4 14,12 199,3744
11 2006 197,8 33,52 1123,5904
12 2007 140,8 -23,48 551,3104
13 2008 162,4 -1,88 3,5344
Mencari nilai Yt, Yn, dan Sn (dilihat dari tabel Gumbel diatas)
Tabel 4.10 Hasil nilai Yt, Yn, dan Sn
PUH Yt Yn Sn
2 0,3665 0,5236 1,0628
5 1,4999 0,5236 1,0628
10 2,2502 0,5236 1,0628
20 2,9606 0,5236 1,0628
25 3,1985 0,5236 1,0628
50 3,9019 0,5236 1,0628
Menghitung curah hujan rencana (𝑋𝑇 ) pada PUH 2, 5, 10, 20, 25, dan 50
tahun sebagai berikut :
Contoh perhitungan pada PUH 2 tahun :
13,58
𝑋𝑇 = 164,28 + (0,3665 − 0,5236)
1,0628
𝑋𝑇 = 162,27
Tabel 4.11 Hujan harian maksimum dengan metode Gumbel
PUH Yt Yn Sn S 𝑋̅ XT
2 0,3665 0,5236 1,0628 13,6 164,28 162,27
5 1,4999 0,5236 1,0628 13,6 164,28 176,77
10 2,2502 0,5236 1,0628 13,6 164,28 186,37
PUH Yt Yn Sn S 𝑋̅ XT
20 2,9606 0,5236 1,0628 13,6 164,28 195,46
25 3,1985 0,5236 1,0628 13,6 164,28 198,51
50 3,9019 0,5236 1,0628 13,6 164,28 207,51
Memperkirakan harga b
𝒏
𝒎=
𝟏𝟎
𝒏
𝟏
𝒃 = ∑ 𝒃𝒊
𝒎
𝒊=𝟏
𝑿𝒔 . 𝑿𝒕 − 𝑿𝒐 ²
𝒃𝒊 =
𝟐𝑿𝒊 − (𝑿𝒔 + 𝑿𝒕 )
Dimana :
Xs = Harga pengamatan dengan nomor urut m dari yang terbesar
Xt = Harga pengamatan dengan nomor urut m dari yang terkecil
Xo = Rata-rata hujan
N = Jumlah data hujan
Nilai b yang telah didapatkan, dijumlahkan dengan data awal, kemudian di log-
kan, dijumlahkan dan dicari rata-ratanya jika nilai b negatif ,maka b dianggap
nol :
𝟏
̅̅̅̅
𝑿𝟎 = ∑ 𝐥𝐨𝐠(𝑹𝒊 + 𝒃)
𝒏
𝟏 𝟐𝒏
=√ ̅𝟐 − 𝒙
(𝒙 ̅𝟐𝒐 )
𝒄 𝒏−𝟏
Dengan harga variabel normal (C ) yg sesuai untuk tiap periode ulang (lihat
tabel iwai-kadoya) dan curah hujan untuk periode ulang tertentu didapat
dengan :
𝟏
̅𝒐 + ξ ) – b
log x =( 𝒙
𝒄
𝟏
̅𝒐 + ξ ) – b
x = antilog ( 𝒙 𝒄
Tahapan Penyelesaian :
Menghitung nilai x bisa pada tabel berikut :
Tabel 4.12 perhitungan nilai x
Hujan Perhitungan
R
No Tahun tahunan Xi +
(mm) log Xi log (Xi+b) (log (Xi+b))^2
terurut (Xi) b
1 1996 161,6 197,8 2,296226287 197,8 2,296226287 5,272655162
2 1997 170,2 187,6 2,273232834 187,6 2,273232834 5,167587518
3 1998 171,8 178,4 2,25139485 178,4 2,25139485 5,068778771
4 1999 167,6 178,4 2,25139485 178,4 2,25139485 5,068778771
5 2000 161 171,8 2,235023159 171,8 2,235023159 4,995328523
6 2001 155 170,2 2,230959556 170,2 2,230959556 4,977180539
7 2002 158,6 167,6 2,224274014 167,6 2,224274014 4,947394891
8 2003 149,6 162,4 2,210586025 162,4 2,210586025 4,886690574
9 2004 178,4 161,8 2,208978517 161,8 2,208978517 4,87958609
10 2005 178,4 161,6 2,208441356 161,6 2,208441356 4,877213225
11 2006 197,8 161,2 2,207365037 161,2 2,207365037 4,872460409
12 2007 140,8 161,2 2,207365037 161,2 2,207365037 4,872460409
13 2008 162,4 161 2,206825876 161 2,206825876 4,870080447
14 2009 153,8 158,8 2,200850498 158,8 2,200850498 4,843742915
15 2010 161,2 158,6 2,200303183 158,6 2,200303183 4,841334097
16 2011 161,8 155 2,190331698 155 2,190331698 4,797552948
17 2012 187,6 153,8 2,186956335 153,8 2,186956335 4,782778013
18 2013 158,8 149,6 2,174931594 149,6 2,174931594 4,730327437
19 2014 161,2 148 2,170261715 148 2,170261715 4,710035913
20 2015 148 140,8 2,148602655 140,8 2,148602655 4,616493368
Jumlah 3285,6 44,28430508 44,28430508 98,07846002
Hujan Perhitungan
R
No Tahun tahunan Xi +
(mm) log Xi log (Xi+b) (log (Xi+b))^2
terurut (Xi) b
Rerata 164,28 2,214215254 2,214215254 4,903923001
Menghitung nilai b
∑(X − ̅
X)²
𝜎𝑥 = √
n−1
Menghitung harga skew coefficient (koefisien asimetri) dr besaran logaritma
diatas:
̅)3
N ∑(X − X
Cs =
(N − 1)(N − 2)(σ)3
Berdasarkan harga Cs yg diperoleh dan harga periode ulang (T) yg ditentukan,
dapat diketahui nilai Kx dengan menggunakan tabel logpearson III
Menghitung besarnya harga logaritma dari masing-masing data curah hujan
untuk suatu periode ulang T tertentu:
XT = ̅
X + (Kσ)
Jadi perkiraan harga HHM untuk periode ulang T (tahun) adalah:
R T = antilog X T
Tahapan Penyelesaian :
Mengubah jumlah n kedalam bentuk logaritma dan menghitung besaran
harga rata-rata bisa dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.16 Besaran hrga rata-rata nilai n
No Tahun R (mm) Xi = logR Xi - ẋ (Xi - ẋ)^2 (Xi - ẋ)^3
1 1996 161,6 2,208441356 -0,005773898 3,33379E-05 -1,9249E-07
2 1997 170,2 2,230959556 0,016744302 0,000280372 4,69463E-06
3 1998 171,8 2,235023159 0,020807906 0,000432969 9,00918E-06
4 1999 167,6 2,224274014 0,01005876 0,000101179 1,01773E-06
5 2000 161 2,206825876 -0,007389378 5,46029E-05 -4,03482E-07
6 2001 155 2,190331698 -0,023883556 0,000570424 -1,36238E-05
7 2002 158,6 2,200303183 -0,013912071 0,000193546 -2,69262E-06
8 2003 149,6 2,174931594 -0,03928366 0,001543206 -6,06228E-05
9 2004 178,4 2,25139485 0,037179596 0,001382322 5,13942E-05
10 2005 178,4 2,25139485 0,037179596 0,001382322 5,13942E-05
11 2006 197,8 2,296226287 0,082011033 0,00672581 0,000551591
12 2007 140,8 2,148602655 -0,065612599 0,004305013 -0,000282463
13 2008 162,4 2,210586025 -0,003629229 1,31713E-05 -4,78017E-08
14 2009 153,8 2,186956335 -0,027258918 0,000743049 -2,02547E-05
15 2010 161,2 2,207365037 -0,006850216 4,69255E-05 -3,2145E-07
16 2011 161,8 2,208978517 -0,005236737 2,74234E-05 -1,43609E-07
17 2012 187,6 2,273232834 0,05901758 0,003483075 0,000205563
18 2013 158,8 2,200850498 -0,013364756 0,000178617 -2,38717E-06
19 2014 161,2 2,207365037 -0,006850216 4,69255E-05 -3,2145E-07
20 2015 148 2,170261715 -0,043953539 0,001931914 -8,49144E-05
Jumlah 3285,6 44,28430508 0,023476203 0,000406274
Rerata 164,28 2,214215254
̅)²
∑(X − X
𝜎𝑥 = √
n−1
0,0235
𝜎𝑥 = √ = 0,035
19
Tabel 4.19 Perbandingan PUH Metode Gumbel, Iway Kadoya, Log Person III
Perbandingan Nilai Curah Hujan
PUH
Gumbel Log Pearson III Iwai Kadoya
2 162,27 165,08 169,49
5 176,77 174,67 175,14
10 186,37 182,26 181,39
25 198,51 191,46 188,31
50 207,51 198,05 192,92
Jumlah 931,43 911,52 907,25
Rerata 186,29 182,30 181,45
Dari tabel diatas didapatkan nilai Xt yang terbesar adalah dengan metode
Gumbel maka untuk mencari lengkung intensitas hujan menggunakan nilai
metode Gumbel, hal ini dilakukan karena agar desain saluran yang kita
rencanakan tidak terjadi luapan air limpasan karena tidak muat menampung.
4.3.4 Distribusi Hujan
Perhitungan Distribusi Hujan Menggunakan Metode Hasper Weduwen
(Berdasarkan Gumbel) Berikut adalah langkah perhitungan distribusi hujan untuk
periode ulang hujan (PUH) dipilih :
Menentukan T rencana yang akan dipilih berdasarkan gumbel (dipilih PUH
2,5,10, 25)
Menentukan interval waktu t (menit)
Menentukan nilai R1 untuk 0<t<1 jam,dengan persamaan:
1218t + 54
R1 = X T
Xt (1 − t) + 1272t
Menentukan nilai Rt :
Untuk 0< t<1 jam, Rt dapat dicari dengan persamaan :
11300 𝑡 𝑅1
𝑹=√ ×
𝑡 + 3,12 100
11300 𝑡 𝑋𝑇
𝑅=√ ×
𝑡 + 3,12 100
200.00
PUH 2
150.00
PUH 5
100.00 PUH 10
PUH 20
50.00 PUH 25
PUH 50
0.00
0 20 40 60 80 100 120 140
t (menit)
a
I .t I I .t I
2 2
I I .t n I .t 2
b
n. I I n. I I
2 2 2
2
Berikut adalah tabel perhitungan intensitas hujan dengan metode talbot, sebagai
berikut :
Tabel 4.28 Perhitungan Intensitas Hujan Metode Talbot PUH 2 Tahun
PUH 2 TAHUNAN
No t I I.t I^2 (I^2).t log t log I (log t).(log I) (log t)^2 I.(t^0,5) (I^2).(t^0,5)
1 5 203,79 1018,96 41531,25 207656,23 0,70 2,31 1,61 0,49 455,69 92866,69
2 10 172,50 1725,03 29757,39 297573,86 1,00 2,24 2,24 1,00 545,50 94101,12
3 20 138,97 2779,38 19312,40 386247,99 1,30 2,14 2,79 1,69 621,49 86367,68
4 30 118,54 3556,08 14050,82 421524,49 1,48 2,07 3,06 2,18 649,25 76959,49
5 40 104,22 4168,91 10862,38 434495,35 1,60 2,02 3,23 2,57 659,16 68699,75
6 60 84,98 5098,94 7222,00 433320,22 1,78 1,93 3,43 3,16 658,27 55941,40
7 80 70,79 5663,12 5011,08 400886,07 1,90 1,85 3,52 3,62 633,16 44820,42
8 120 53,90 6468,58 2905,73 348687,36 2,08 1,73 3,60 4,32 590,50 31830,66
Jumlah 365 947,70 30479,00 130653,04 2930391,57 11,84 16,29 23,49 19,04 4813,02 551587,20
Talbot
T A B I
5 8192,57 37,00 195,08
10 8192,57 37,00 174,32
20 8192,57 37,00 143,74
30 8192,57 37,00 122,28
40 8192,57 37,00 106,40
60 8192,57 37,00 84,46
80 8192,57 37,00 70,02
120 8192,57 37,00 52,18
Jumlah 948,49
Talbot
T A B I
5 10572,04 44,50 213,59
10 10572,04 44,50 193,99
20 10572,04 44,50 163,92
30 10572,04 44,50 141,91
40 10572,04 44,50 125,12
60 10572,04 44,50 101,17
80 10572,04 44,50 84,92
120 10572,04 44,50 64,27
Jumlah 1088,88
PUH 25 TAHUNAN
No t I I.t I^2 (I^2).t log t log I (log t).(log I) (log t)^2 I.(t^0,5) (I^2).(t^0,5)
1 5 220,55 1102,73 48640,29 243201,46 0,70 2,34 1,64 0,49 493,15 108763,00
2 10 194,14 1941,43 37691,53 376915,27 1,00 2,29 2,29 1,00 613,93 119191,07
3 20 162,62 3252,45 26446,07 528921,31 1,30 2,21 2,88 1,69 727,27 118270,40
4 30 141,44 4243,06 20003,95 600118,46 1,48 2,15 3,18 2,18 774,67 109566,14
5 40 125,81 5032,57 15829,21 633168,43 1,60 2,10 3,36 2,57 795,72 100112,72
6 60 103,96 6237,70 10808,02 648481,00 1,78 2,02 3,59 3,16 805,28 83718,54
7 80 86,60 6927,87 7499,28 599942,00 1,90 1,94 3,69 3,62 774,56 67075,56
8 120 65,94 7913,21 4348,54 521824,56 2,08 1,82 3,78 4,32 722,37 47635,85
Jumlah 365 1101,06 36651,01 171266,87 4152572,48 11,84 16,87 24,40 19,04 5706,97 754333,27
Talbot
T A B I
5 10804,37 45,21 215,16
10 10804,37 45,21 195,68
20 10804,37 45,21 165,67
30 10804,37 45,21 143,65
40 10804,37 45,21 126,79
60 10804,37 45,21 102,69
80 10804,37 45,21 86,29
120 10804,37 45,21 65,40
Jumlah 1101,33
Didapat persamaan intensitas untuk metode talbot PUH 50 tahun dengan t = 5 menit
adalah sebagai berikut :
11503,61
𝐼= = 219,71
(5 + 47,36)
b. Metode Sherman
Rumus yang digunakan dalam metode sherman adalah sebagai berikut :
a
I
(t b )
log a
log I log t log I .log t log t
2
b
log I log t n log I . log t
n. log t log t 2 2
PUH 2 TAHUNAN
No t I I.t I^2 (I^2).t log t log I (log t).(log I) (log t)^2 I.(t^0,5) (I^2).(t^0,5)
1 5 203,79 1018,96 41531,25 207656,23 0,70 2,31 1,61 0,49 455,69 92866,69
2 10 172,50 1725,03 29757,39 297573,86 1,00 2,24 2,24 1,00 545,50 94101,12
3 20 138,97 2779,38 19312,40 386247,99 1,30 2,14 2,79 1,69 621,49 86367,68
4 30 118,54 3556,08 14050,82 421524,49 1,48 2,07 3,06 2,18 649,25 76959,49
5 40 104,22 4168,91 10862,38 434495,35 1,60 2,02 3,23 2,57 659,16 68699,75
6 60 84,98 5098,94 7222,00 433320,22 1,78 1,93 3,43 3,16 658,27 55941,40
7 80 70,79 5663,12 5011,08 400886,07 1,90 1,85 3,52 3,62 633,16 44820,42
8 120 53,90 6468,58 2905,73 348687,36 2,08 1,73 3,60 4,32 590,50 31830,66
Jumlah 365 947,70 30479,00 130653,04 2930391,57 11,84 16,29 23,49 19,04 4813,02 551587,20
Sherman
T Log A A B I
5 2,65 442,99 0,41 228,21
10 2,65 442,99 0,41 171,50
20 2,65 442,99 0,41 128,88
30 2,65 442,99 0,41 109,05
40 2,65 442,99 0,41 96,86
60 2,65 442,99 0,41 81,95
80 2,65 442,99 0,41 72,79
120 2,65 442,99 0,41 61,59
Jumlah 950,82
PUH 10 TAHUNAN
No t I I.t I^2 (I^2).t log t log I (log t).(log I) (log t)^2 I.(t^0,5) (I^2).(t^0,5)
1 5 215,38 1076,91 46389,03 231945,15 0,70 2,33 1,63 0,49 481,61 103729,02
2 10 187,29 1872,90 35077,67 350776,69 1,00 2,27 2,27 1,00 592,26 110925,33
3 20 154,93 3098,62 24003,63 480072,54 1,30 2,19 2,85 1,69 692,87 107347,48
4 30 133,89 4016,73 17926,83 537804,88 1,48 2,13 3,14 2,18 733,35 98189,29
5 40 118,65 4745,81 14076,67 563066,79 1,60 2,07 3,32 2,57 750,38 89028,68
6 60 97,60 5856,23 9526,50 571589,82 1,78 1,99 3,54 3,16 756,04 73791,93
7 80 81,30 6504,19 6610,08 528806,15 1,90 1,91 3,64 3,62 727,19 59122,33
8 120 61,91 7429,28 3832,93 459951,19 2,08 1,79 3,73 4,32 678,20 41987,61
Jumlah 365 1050,96 34600,66 157443,33 3724013,22 11,84 16,69 24,12 19,04 5411,90 684121,66
Sherman
T Log A A B I
5 2,66 451,99 0,38 243,41
10 2,66 451,99 0,38 186,46
20 2,66 451,99 0,38 142,83
30 2,66 451,99 0,38 122,21
40 2,66 451,99 0,38 109,41
60 2,66 451,99 0,38 93,62
80 2,66 451,99 0,38 83,81
120 2,66 451,99 0,38 71,71
Jumlah 1053,47
Sherman
T Log A A B I
5 2,66 456,54 0,36 254,99
10 2,66 456,54 0,36 198,42
20 2,66 456,54 0,36 154,40
30 2,66 456,54 0,36 133,33
40 2,66 456,54 0,36 120,14
60 2,66 456,54 0,36 103,75
80 2,66 456,54 0,36 93,49
120 2,66 456,54 0,36 80,73
Jumlah 1139,25
456,5
𝐼= = 254,99
50,36
c. Metode Ishiguro
Rumus yang digunakan dalam metode ishiguro sebagai berikut :
a
I
(t b)
1/ 2
a
I . t I I . t I
2 2
n. I 2 I
2
b
I I . t n I 2
. t
n. I I
2 2
Ishiguro
T A B I
5 802,79 1,23 231,35
10 802,79 1,23 182,61
20 802,79 1,23 140,69
30 802,79 1,23 119,62
40 802,79 1,23 106,21
60 802,79 1,23 89,40
80 802,79 1,23 78,87
120 802,79 1,23 65,87
Jumlah 1014,62
Ishiguro
T A B I
5 930,62 1,58 243,97
10 930,62 1,58 196,30
20 930,62 1,58 153,81
30 930,62 1,58 131,90
40 930,62 1,58 117,75
60 930,62 1,58 99,80
80 930,62 1,58 88,44
120 930,62 1,58 74,25
Jumlah 1106,22
PUH 50 TAHUNAN
No t I I.t I^2 (I^2).t log t log I (log t).(log I) (log t)^2 I.(t^0,5) (I^2).(t^0,5)
1 5 224,12 1120,62 50231,36 251156,82 0,70 2,35 1,64 0,49 501,16 112320,75
2 10 198,99 1989,91 39597,35 395973,48 1,00 2,30 2,30 1,00 629,26 125217,81
3 20 168,18 3363,63 28285,05 565701,02 1,30 2,23 2,90 1,69 752,13 126494,59
4 30 146,95 4408,45 21593,80 647814,14 1,48 2,17 3,20 2,18 804,87 118274,14
5 40 131,09 5243,53 17184,10 687364,00 1,60 2,12 3,39 2,57 829,07 108681,79
6 60 108,67 6520,50 11810,26 708615,32 1,78 2,04 3,62 3,16 841,79 91481,84
7 80 90,52 7241,96 8194,69 655575,25 1,90 1,96 3,72 3,62 809,68 73295,54
8 120 68,93 8271,98 4751,78 570213,89 2,08 1,84 3,82 4,32 755,13 52053,17
Jumlah 365 1137,47 38160,58 181648,40 4482413,93 11,84 16,99 24,60 19,04 5923,09 807819,64
Ishiguro
T A B I
5 985,52 1,72 248,86
10 985,52 1,72 201,69
20 985,52 1,72 159,05
30 985,52 1,72 136,85
40 985,52 1,72 122,45
60 985,52 1,72 104,07
80 985,52 1,72 92,38
120 985,52 1,72 77,73
Jumlah 1143,08
985,52
𝐼= 1 = 248,86
(52 + 1,72)
Lengkung Intensitas
T Hasper D D D
Talbot Sharman Ishiguro
Weduwen Mutlak Mutlak Mutlak
5 203,79 195,08 8,71 228,21 24,41 222,19 18,40
10 172,50 174,32 1,82 171,50 1,00 172,87 0,37
20 138,97 143,74 4,77 128,88 10,09 131,57 7,40
30 118,54 122,28 3,75 109,05 9,49 111,18 7,35
40 104,22 106,40 2,18 96,86 7,37 98,34 5,88
60 84,98 84,46 0,52 81,95 3,03 82,38 2,61
80 70,79 70,02 0,76 72,79 2,00 72,46 1,67
120 53,90 52,18 1,72 61,59 7,68 60,29 6,38
Jumlah 947,70 3,03 8,13 6,26
Lengkung Intensitas
T
Hasper Talbo D D Ishigur D
Sharman
Weduwen t Mutlak Mutlak o Mutlak
5 210,99 203,50 7,50 237,63 26,64 231,35 20,36
Lengkung Intensitas
T
Hasper Weduwen Talbot D Mutlak Sharman D Mutlak Ishiguro D Mutlak
5 215,38 208,78 6,60 243,41 28,03 237,07 21,69
10 187,29 188,85 1,56 186,46 0,83 188,78 1,49
20 154,93 158,58 3,65 142,83 12,10 146,56 8,37
30 133,89 136,67 2,78 122,21 11,68 125,10 8,80
40 118,65 120,08 1,44 109,41 9,23 111,35 7,30
60 97,60 96,63 0,98 93,62 3,99 94,01 3,59
80 81,30 80,84 0,47 83,81 2,51 83,11 1,80
120 61,91 60,93 0,99 71,71 9,80 69,57 7,66
Jumlah 1050,96 2,31 9,77 7,59
Lengkung Intensitas
T
Hasper Weduwen Talbot D Mutlak Sharman D Mutlak Ishiguro D Mutlak
5 219,29 213,59 5,70 248,57 29,29 242,27 22,98
10 192,46 193,99 1,54 191,73 0,73 194,44 1,99
20 160,71 163,92 3,20 147,88 12,83 152,00 8,71
30 139,55 141,91 2,36 127,04 12,51 130,20 9,35
40 124,02 125,12 1,10 114,06 9,96 116,15 7,87
60 102,36 101,17 1,19 97,98 4,38 98,35 4,01
80 85,27 84,92 0,35 87,97 2,71 87,10 1,83
120 64,93 64,27 0,66 75,58 10,65 73,08 8,15
Jumlah 1088,59 2,01 10,38 8,11
Lengkung Intensitas
T
Hasper Weduwen Talbot D Mutlak Sharman D Mutlak Ishiguro D Mutlak
5 220,55 215,16 5,38 250,24 29,70 243,97 23,42
10 194,14 195,68 1,54 193,45 0,69 196,30 2,16
20 162,62 165,67 3,05 149,55 13,08 153,81 8,82
30 141,44 143,65 2,21 128,64 12,79 131,90 9,54
40 125,81 126,79 0,98 115,61 10,21 117,75 8,06
60 103,96 102,69 1,27 99,45 4,52 99,80 4,16
80 86,60 86,29 0,31 89,37 2,77 88,44 1,84
120 65,94 65,40 0,55 76,88 10,93 74,25 8,31
Jumlah 1101,06 1,91 10,59 8,29
Lengkung Intensitas
T
Hasper Weduwen Talbot D Mutlak Sharman D Mutlak Ishiguro D Mutlak
5 224,12 219,71 4,41 254,99 30,87 248,86 24,74
10 198,99 200,56 1,57 198,42 0,57 201,69 2,70
20 168,18 170,78 2,60 154,40 13,78 159,05 9,13
30 146,95 148,71 1,76 133,33 13,62 136,85 10,10
40 131,09 131,68 0,60 120,14 10,94 122,45 8,64
60 108,67 107,15 1,52 103,75 4,93 104,07 4,61
80 90,52 90,32 0,20 93,49 2,96 92,38 1,85
120 68,93 68,74 0,20 80,73 11,80 77,73 8,80
Jumlah 1137,47 1,61 11,18 8,82
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
0 20 40 60 80 100 120 140
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
0 20 40 60 80 100 120 140
250.00
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
0 20 40 60 80 100 120 140
250.00
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
0 20 40 60 80 100 120 140
250.00
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
0 20 40 60 80 100 120 140
250.00
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
0 20 40 60 80 100 120 140
Keterangan :
D mutlak adalah selisih antara Σ I Hasper Weduwen dengan Σ I
Talbot/Sherman/Ishiguro Setelah melihat perbandingan ketiga metode tersebut
dibanding I hasil hasper weduwen, metode Talbot adalah metode yang dipilih
sebagai hasil perhitungan intensitas hujan karena memiliki nilai yang terdekat
dengan metode hasper weduwen.
A1C1 A2 C 2 ... An C n
C
A1 A2 ... An
(1,03 𝑥 0,4 ) + (0,77 𝑥 0,8) (3,33 𝑥 0,2)
𝐶𝑔𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 (𝐴1 − 𝐴2) = = 0.33
1,03 + 0,77 + 3,33
Setelah didapat nilai koefisien limpasan permukaan atau koefisien run off (C)
selanjutnya kami menghitung sloope atau kemiringan lahan yang berada pada
daerah tangkapan air hujan 𝑆𝑜 dan sloope atau kemiringan lahan pada setiap
section jalur drainase 𝑆𝑑 . Didalam menghitung sloope digunakan rumus :
𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝐻1) − 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 (𝐻2)
𝑠𝑙𝑜𝑜𝑝𝑒 =
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ (𝐿)
Data elevasi tinggi muka tanah, panjang wilayah maupun panjang saluran dapat
dicari dengan menggunakan peta google earth. Berikut data perhitungan sloope
untuk DTA maupun saluran :
Tabel 4.54 Data Panjang Wilayah dan Kemiringan lahan pada setiap daerah
tangkapan air hujan (Saluran Primer)
Elevasi Muka
Saluran
Luas Ld Lo Tanah
No Area Sd So
(ha) (m) (m) Awal Akhir
Dari Ke
(m) (m)
1 A 5,13 1 2 1485 1080 225 212,5 0,0084 0,0116
Elevasi Muka
Saluran
Luas Ld Lo Tanah
No Area Sd So
(ha) (m) (m) Awal Akhir
Dari Ke
(m) (m)
20 T 14,87 38 39 2165 1994 156,25 131,25 0,0116 0,0125
225 − 212,5
𝑆𝑜 = = 0,0116
1080
Dalam menghitung debit banjir yang mengalir pada saluran drainase, langkah
pertama yang harus dilakukan adalah menghitung 𝑡𝑐 (time of concentration). 𝑡𝑐
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
𝑡𝑐 = 𝑡𝑜 + 𝑡𝑑
Dimana :
𝑡𝑐 = Time of concentration (menit)
𝑡𝑜 = Waktu awal limpasan permukaan (menit)
𝑡𝑑 = Wktu alir debit banjir disistem saluran (menit)
Untuk mendapatkan nilai 𝑡𝑜 bisa menggunakan rumus sebagai berikut:
1) Untuk daerah pengaliran sangat kecil, dengan jarak 300 m
Dimana :
L = Panjang saluran (meter)
v = Asumsi kecepatan aliran banjir (1 m/s)
Setelah didapatkan tc, selanjutnya dilakukan perhitungan debit banjir. Nantinya
debit banjir ini akan digunakan untuk menentukan ukuran saluran. Seperti pada
perhitungan tc, ada beberapa data agar dapat dilakukan perhitungan debit banjir,
yaitu :
1) Area tangkapan air (A), data ini dapat diperoleh dari hasil pengukuran dengan
skala pada peta
2) Koefisien run-off, data ini dapat dilihat pada buku ‘Hidrologi Terapan’, karya
Bambang Triatmodjo (2006) pada halaman 145
3) tc, data yang sudah dihitung sebelumnya
4) PUH (periode ulang hujan) yang digunakan adalah 2 tahun.
5) Intensitas hujan, nilai intensitas hujan didasarkan pada persamaan Talbot yang
telah ditentukan pada analisa hidrologi sebelumnya, dengan nilai a dan b pada
PUH 2.
PUH 5 TAHUNAN
No t I I.t I^2 (I^2).t log t log I (log t).(log I) (log t)^2 I.(t^0,5) (I^2).(t^0,5)
1 5 210,99 1054,97 44518,34 222591,69 0,70 2,32 1,62 0,49 471,80 99546,03
2 10 181,60 1815,98 32977,89 329778,87 1,00 2,26 2,26 1,00 574,26 104285,24
3 20 148,69 2973,72 22107,58 442151,57 1,30 2,17 2,83 1,69 664,94 98868,10
4 30 127,84 3835,07 16342,00 490259,94 1,48 2,11 3,11 2,18 700,19 89508,81
5 40 112,93 4517,23 12753,35 510134,12 1,60 2,05 3,29 2,57 714,24 80659,29
6 60 92,58 5554,57 8570,35 514220,76 1,78 1,97 3,50 3,16 717,09 66385,61
7 80 77,11 6169,16 5946,64 475731,18 1,90 1,89 3,59 3,62 689,73 53188,36
8 120 58,72 7046,59 3448,23 413787,01 2,08 1,77 3,68 4,32 643,26 37773,41
Jumlah 365 1010,46 32967,30 146664,37 3398655,14 11,84 16,54 23,88 19,04 5175,51 630214,85
Talbot
T A B I
5 9198,99 40,20 203,50
10 9198,99 40,20 183,23
20 9198,99 40,20 152,80
30 9198,99 40,20 131,03
40 9198,99 40,20 114,69
60 9198,99 40,20 91,80
80 9198,99 40,20 76,53
120 9198,99 40,20 57,42
Jumlah 1011,00
Dengan t adalah nilai tc, Nilai a dan b menyesuaikan PUH, sehingga persamaan
Talbolt sebagai berikut :
𝑎
𝐼=
(𝑡 + 𝑏)
Untuk menghitung debit banjir dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :
𝑄 = 0,002778 × 𝐶 × 𝐼 × 𝐴
Dimana
C = Koefesien limpasan/run-off
I = Intensitas hujan (mm)
A = Area tangkapan air (ha)
Menghitung Debit
Saluran Elevasi Muka Tanah V asumsi to td tc I (a/(tc+b))
No Area Luas (ha) Ld (m) Lo (m) Sd So C Total Nilai n Q (m3/s)
Dari Ke Awal (m) Akhir (m) (m/s) (menit) (menit) (menit) (mm/jam)
1 A 5,13 1 2 1485 1080 225 212,5 0,0084 0,0116 0,33 0,015 1 40,5 24,8 65,3 87,19 0,41
2 B 4,53 3 4 1697 756 200 187,5 0,0074 0,0165 0,34 0,015 1 33,5 28,3 61,8 90,18 0,39
3 C 11 5 6 1611 1481 175 162,5 0,0078 0,0084 0,37 0,015 1 48,0 26,9 74,8 79,97 0,90
4 D 4,56 7 6 986 707 162,5 150 0,0127 0,0177 0,36 0,015 1 32,3 16,4 48,8 103,40 0,47
5 E 13,72 8 9 1706 1395 150 137,5 0,0073 0,0090 0,4 0,015 1 46,5 28,4 74,9 79,92 1,22
6 F 15,85 10 11 2538 1359 131,25 125 0,0025 0,0046 0,49 0,015 1 52,6 42,3 94,9 68,06 1,47
7 G 4,64 12 13 1256 1188 200 187,5 0,0100 0,0105 0,41 0,015 1 42,7 20,9 63,6 88,63 0,47
8 H 2,19 14 15 1071 1013 200 187,5 0,0117 0,0123 0,34 0,015 1 39,2 17,9 57,0 94,61 0,20
9 I 5,44 16 17 1548 972 212,5 200 0,0081 0,0129 0,41 0,015 1 38,3 25,8 64,1 88,17 0,55
10 J 11,82 18 19 2633 2624 187,5 162,5 0,0095 0,0095 0,43 0,015 1 56,7 43,9 100,5 65,36 0,92
Menghitung Debit
Saluran Elevasi Muka Tanah V asumsi to td tc I
No Area Luas (ha) Ld (m) Lo (m) Sd So C Total Nilai n Q (m3/s)
Dari Ke Awal (m) Akhir (m) (m/s) (menit) (menit) (menit) (a/(tc+b))
11 K 6,21 20 21 1841 1427 131,25 125 0,0034 0,0044 0,31 0,015 1 54,0 30,7 84,7 73,65 0,39
12 L 11,88 22 23 2165 1742 212,5 175 0,0173 0,0215 0,38 0,015 1 42,0 36,1 78,1 77,78 0,98
13 M 2,99 24 25 1454 774 162,5 156,25 0,0043 0,0081 0,39 0,015 1 39,0 24,2 63,2 88,94 0,29
14 N 6,89 26 27 1580 1161 162,5 150 0,0079 0,0108 0,445 0,015 1 42,1 26,3 68,5 84,65 0,72
15 O 9,5 28 29 1845 1742 150 125 0,0136 0,0144 0,37 0,015 1 45,5 30,8 76,3 78,96 0,77
16 P 4,14 30 31 1580 1476 125 118,75 0,0040 0,0042 0,4 0,015 1 55,0 26,3 81,3 75,68 0,35
17 Q 3,35 32 33 1287 1103 118,75 112,5 0,0049 0,0057 0,455 0,015 1 47,1 21,5 68,5 84,59 0,36
18 R 3,96 34 35 1278 738 200 187,5 0,0098 0,0169 0,36 0,015 1 33,1 21,3 54,4 97,24 0,39
19 S 2,41 36 37 1764 675 175 162,5 0,0071 0,0185 0,29 0,015 1 31,6 29,4 61,0 90,93 0,18
20 T 14,87 38 39 2165 1994 156,25 131,25 0,0116 0,0125 0,525 0,015 1 48,9 36,1 85,0 73,46 1,59
21 U 3,93 40 41 1679 1557 150 125 0,0149 0,0161 0,45 0,015 1 42,9 28,0 70,9 82,81 0,41
Lebar saluran
𝑏 = 2ℎ
𝑏 = 2 × 0,31 = 0,62 𝑚
𝐴 = 2 × 0,312 = 0,19 m2
Jari-jari hidraulik
𝐴
𝑅=
𝑏 + 2ℎ
0,19
𝑅= = 0,16 𝑚
0,62 + 2 × 0,31
Free board
87
𝑐=
1000
1 + ( 0.5 )
𝑅
87
𝑐= = 0,03
1000
1+( )
0,160.5
𝐹𝑟𝑒𝑒𝐵𝑜𝑎𝑟𝑑 = (ℎ 𝑥 𝑐)0.5
kecepatan yang di perkenankan antara 1 m/s hingga 3 m/s. Hal ini untuk
menghindari adanya endapan bila kecepatan terlalu rendah dan pengikisan dinding
saluran apabila kecepatan terlalu tinggi.
Setelah didapat data tadi, selanjutnya dicari elevasi dasar saluran, elevasi muka air
dan kedalaman galian dengan menggunakan rumus dibawah ini :
Elevasi dasar saluran awal = Elevasi tana–kedalaman saluran–freeboard
Elevasi dasar saluran akhir = Elevasi dasar saluran awal - ∆H
Elevasi muka air = Elevasi dasar saluran + kedalaman saluran
Kedalaman galian = Elevasi tanah – elevasi dasar saluran
Contoh perhitungan pada saluran 1 ke 2 sebagai berikut :
Elevasi dasar saluran awal = 225 – 0,31 – 0,10 = 224,58 m
Elevasi dasar saluran akhir = 224,58 – 12,50 = 212,08 m
Elevasi muka tanah = 224,58 + 0,31 = 224,9 m
Kedalaman galian = 225 – 224,58 = 0,42 m
Berikut ini adalah gambar profil hidrolis saluran drainase Kecamatan Kalasan
Saluran 1 - 2
230
Elevasi (m) 225 Elevasi muka
220 tanah
215 Elevasi dasar
210 saluran
205
Elevasi muka air
0 1080
L (meter)
Saluran 3 - 4
205
200 Elevasi muka
Elevasi (m)
195 tanah
190 Elevasi dasar
185 saluran
180 Elevasi muka air
0 756
L (meter)
Saluran 5 - 6
180
175
Elevasi muka
Elevasi (m)
170 tanah
165 Elevasi dasar
160 saluran
155 Elevasi muka air
0 1481
L (meter)
Saluran 7 - 6
165
160
Elevasi muka
Elevasi (m) 155 tanah
150 Elevasi dasar
145 saluran
140 Elevasi muka air
0 707
L (meter)
Saluran 8 - 9
155
150 Elevasi muka
Elevasi (m)
145 tanah
140 Elevasi dasar
135 saluran
130 Elevasi muka air
0 1395
L (meter)
Saluran 10 - 11
135
Elevasi muka
Elevasi (m)
130
tanah
125 Elevasi dasar
saluran
120 Elevasi muka air
0 1359
L (meter)
Saluran 12 - 13
205
200
Elevasi (m) Elevasi muka
195 tanah
190 Elevasi dasar
185 saluran
180 Elevasi muka air
0 1188
L (meter)
Saluran 14 - 15
205
200
Elevasi muka
Elevasi (m)
195 tanah
190 Elevasi dasar
185 saluran
180 Elevasi muka air
0 1013
L (meter)
Saluran 16 - 17
215
210
Elevasi muka
Elevasi (m)
205 tanah
200 Elevasi dasar
195 saluran
Elevasi muka air
190
0 972
L (meter)
Saluran 18 - 19
190
Elevasi (m) 180 Elevasi muka tanah
170
160 Elevasi dasar
150 saluran
140 Elevasi muka air
0 2624
L (meter)
Saluran 20 -21
132
130
Elevasi muka tanah
Elevasi (m)
128
126
124 Elevasi dasar
122 saluran
120 Elevasi muka air
0 1427
L (meter)
Saluran 22 - 23
300
Elevasi muka tanah
Elevasi (m)
200
Saluran 24 - 25
164
162
Elevasi muka
Elevasi (m)
160
tanah
158
156 Elevasi dasar
saluran
154
152 Elevasi muka air
0 774
L (meter)
Saluran 26 - 27
165
160
Elevasi muka tanah
Elevasi (m)
155
150 Elevasi dasar
saluran
145
Elevasi muka air
140
0 1161
L (meter)
Saluran 28 - 29
200
150 Elevasi muka tanah
Elevasi (m)
100
Elevasi dasar
50 saluran
0 Elevasi muka air
0 1742
L (meter)
Saluran 30 - 31
130
125 Elevasi muka
Elevasi (m)
tanah
120
Elevasi dasar
115 saluran
110 Elevasi muka air
0 1476
L (meter)
Saluran 32 - 33
120
Elevasi muka
Elevasi (m)
115
tanah
110 Elevasi dasar
saluran
105
Elevasi muka air
0 1103
L (meter)
Saluran 34 - 35
205
200
Elevasi muka
Elevasi (m)
195 tanah
190 Elevasi dasar
185 saluran
Saluran 36 - 37
180
175 Elevasi muka
Elevasi (m)
170 tanah
165 Elevasi dasar
160 saluran
155 Elevasi muka air
0 675
L (meter)
Saluran 38 - 39
160
150 Elevasi muka
Elevasi (m)
140 tanah
130 Elevasi dasar
120 saluran
110
Elevasi muka air
0 1994
L (meter)
Saluran 40 - 41
200
Elevasi muka
Elevasi (m)
150
tanah
100
50 Elevasi dasar
saluran
0
0 1557 Elevasi muka air
L (meter)
4.8.1 Gorong-gorong
Pada perencanaan sistem drainase kecamatan Kalasan ini, bangunan pelengkap
yang digunakan adalah gorong-gorong. Dimana gorong-gorong ini merupakan
bangunan yang digunakan untuk melalui perlintasan. Perlintasan yang dilalui oleh
saluran drainase yaitu bangunan pelengkap yang digunakan untuk menyalurkan
aliran air hujan melewati jalan raya atau pun rel kereta api. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pembagunan gorong-gorong adalah :
Panjang gorong-gorong adalah sama dengan lebar jalan dan penampangnya
bebenuk segi empat
Kecepatan pada gorong-gorong adalah 1,5-3 m/s
Gorong-gorong terbuat dari beton
Kecepatan yang diharapkan pada gorong-gorong lebih besar dari kecepatan
saluran drainase, hal ini dipertimbangkan agar aliran yang melalui gorong-gorong
tidak membawa endapan lumpur, sehingga gorong-gorong harus terbebas dari
endapan. Gorong–gorong adalah bangunan yang diperlukan untuk menyalurkan
air hujan bila saluran yang akan dibangun menyeberangi atau melintasi jalan.
Perencanaannya tetap didasarkan pada debit yang mengalir pada gorong–gorong.
Selain itu, faktor endapan lumpur yang mungkin timbul saat pengaliran harus
dihindari.
Berikut ini contoh perhitungan gorong-gorong saluran 1 ke 2 :
Diketahui :
Q = 0,41 m3/s
V sal = 2,09 m/s
H sal = 0,31 m
V gorong-gorong = 3,75 m/s (asumsi)
P gorong-gorong = 8 m (asumsi)
Sd = 0,0116
1. Menghitung dimensi gorong-gorong
𝑄
𝐴 = 𝑉 𝑔𝑜𝑟𝑜𝑛𝑔−𝑔𝑜𝑟𝑜𝑛𝑔
0,41
𝐴= = 0,11 𝑚2
3,75
𝐴
ℎ = ( )0,5
2
0,11 0,5
ℎ=( ) = 0,23 𝑚
2
b gorong-gorong = 2 x h
= 2 x 0,23
= 0,47 m
2. Menentukan kehilangan energi
Hfin = 0,25 (Vgor – Vsal)2 / 2g
= 0,25 (3,75 – 2,09)2 / 2 x 9,81
= 0,0353 m
Hfout = 0,5 (Vgor – Vsal)2 / 2g
= 0,5 (3,75 – 2,09)2 / 2 x 9,81
= 0,0706 m
Hfgesek = Sd x P gorong-gorong
= 0,0116 x 8
= 0,0926 m
Hf total = Hfin + Hfout + Hfgesek
= 0,0353 + 0,0706 + 0,0926
= 0,1985 m
Perhitungan gorong-gorong selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Dimana :
Ld = Panjang jalur
Hasil dari perhitungan jumlah street inlet dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.60 Perhitungan stert inlet saluran drainase
Notasi Ld Lebar Jalan Jarak Jumlah Street
No So
Saluran m m Street Inlet (m) Inlet
1 1 ke 2 1485 8 0,0084 17 87
2 3 ke 4 1697 8 0,0074 18 93
3 5 ke 6 1611 8 0,0078 18 91
4 7 ke 6 986 8 0,0127 14 71
5 8 ke 9 1706 8 0,0073 18 93
6 10 ke 11 2538 8 0,0025 16 161
7 12 ke 13 1256 8 0,0100 16 80
8 14 ke 15 1071 8 0,0117 14 74
9 16 ke 17 1548 8 0,0081 17 89
10 18 ke 19 2633 8 0,0095 32 82
11 20 ke 21 1841 8 0,0034 13 137
12 22 ke 23 2165 8 0,0173 36 61
13 24 ke 25 1454 8 0,0043 12 122
14 26 ke 27 1580 8 0,0079 18 90
15 28 ke 29 1845 8 0,0136 27 69
16 30 ke 31 1580 8 0,0040 12 127
17 32 ke 33 1287 8 0,0049 11 115