Anda di halaman 1dari 60

SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Manusia selalu menggunakan air untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Aktivitas tersebut meliputi kegiatan tumah tangga, industri, perkebunan,
pengairan sawah, kegiatan perkantoran, sekolah, dll. Air yang dipergunakan
tersebut, tidak secara keseluruhan habis digunakan, namun 70-80% menjadi air
limbah. Agar air limbah tersebut tidak menganggu kesehatan lingkungan di
permukiman maka diperlukan suatu perlakuan sistem sanitasi pada air buangan
tersebut.
Sistem sanitasi yang digunakan yaitu Sistem Sanitasi Terpusat ( Off site
sanitation) merupakan sistem pembuangan air buangan rumah tangga (mandi,
cuci, dapur, dan limbah kotoran) yang menyalurkan dari lokasi pekarangan
masing-masing rumah ke saluran pengumpul air buangan dan selanjutnya
disalurkan secara terpusat ke bangunan pengolahan air buangan sebelum dibuang
ke badan perairan.
Sistem perencanaan penyaluran air buangan limbah untuk mengalirkan air
limbah dari suatu pemukiman secara cepat ke suatu tempat atau BPAB (Bangunan
Pengolah Air Buangan) yang tidak akan menimbulkan bahaya atau kerusakan bagi
manusia dan lingkungan. Sistem penyaluran air buangan yang digunakan pada
perencanaan ini yaitu mengunakan sistem terpisah, dimana sistem penyaluran air
buangan rumah tangga (domestik dan non domestik) dengan sistem penyaluran air
hujan direncanakan secara terpisah.
Prinsip dari sistem penyaluran air limbah adalah membuat suatu sistem
penyaluran yang mengalirkan air buangan dari sumber ke Bangunan Pengolah Air
Buangan (BPAB) melalui jarak yang paling pendek agar waktu penyaluran yang
dibutuhkan lebih singkat. Untuk menentukan teknologi yang akan digunakan,
terlebih dahulu harus dilakukan analisis terhadap kondisi umum, batasan-batasan
yang ada, dan potensi yang dimiliki oleh daerah pelayanan yang akan
direncanakan

1
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan pembuatan laporan sistem penyaluran air limbah dan
ini yaitu :
a. Merencanakan jalur saluran air buangan dan daerah pelayanannya.
b. Menghitung debit air buangan pada daerah pelayanan.
c. Merencanakan dimensi pipa induk dan perlengkapan.
d. Merencanakan suatu sistem penyaluran air buangan ke Bangunan
Pengolahan dan Air Buangan.

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup perencanaan sistem penyaluran air limbah, yaitu:
1. Perencanaan jalur saluran dan daerah pelayanannya.
2. Perhitungan debit air bungan.
3. Perencanaan dimensi saluran dan perlengkapannya.

1.4 Metode Penulisan


Tugas laporan sistem penyaluran air limbah dan drainase dibuat
berdasarkan data-data yang diberikan oleh dosen dan disusun dengan teori yang
didapat dari perkuliahan sistem penyaluran air limbah dan drainase, literatur,
buku-buku referensi, dan hasil asistensi.
Sistematika laporan teknis ini adalah sebagai berikut:
1. Lembar Judul merupakan identitas yang memberikan gambaran mengenai
isi dari laporan.
2. Kata Pengantar merupakan ucapan terima kasih dan pengantar pada
laporan.
3. Daftar isi merupakan suatu susunan yang berisikan bahasan setiap bagian
pada laporan ini.
4. Daftar tabel merupakan kumpulan tabel perhitungan dan keterangan yang
mendukung pembuatan laporan.
5. Daftar gambar merupakan kumpulan gambar yang berisi penjelasan detail
dari dasar pembuatan laporan.

2
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

6. Daftar grafik merupakan kumpulan grafik dari perhitungan pada laporan


yang mendukung rincian perencanaan.
7. Daftar lampiran merupakan kumpulan lampiran yang mendukung setiap
pembahasan dan pembuatan rancangan pada laporan ini.
8. BAB I PENDAHULUAN
Penjabaran tentang latar belakang perencanaan sistem penyaluran air
limbah, maksud dan tujuan perencanaan, ruang lingkup dan sistematika
penulisan.
9. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Informasi umum yang dikutip dari pustaka mengenai bagian-bagian dari
sistem penyaluran air limbah serta penjelasan umum yang dapat menjadi
acuan dasar dari perencanaan tersebut.
10. BAB III KRITERIA PERENCANAAN
Pembahasan mengenai detail dan kriteria perencanaan yang digunakan
dalam saluran air limbah.
11. BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PERENCANAAN
Memberikan gambaran mengenai wilayah perencanaan dan konsep dari
kota yang direncanakan.
12. BAB V PERHITUNGAN
Menjabarkan hasil perhitungan yang diperoleh dalam bentuk tabulasi
mengenai perencanaan pengaliran air limbah.
13. DAFTAR PUSTAKA
Kumpulan referensi yang digunakan atau dikutip dalam pembuatan
laporan ini.
14. LAMPIRAN
Kumpulan data yang disertakan dalam pembuatan laporan teknis ini.

3
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyaluran Air Limbah


Air limbah yang dihasilkan suatu daerah perlu diolah terlebih dahulu
sebelum dibuang ke lingkungan. Ada 2 sistem pengolahan yang dikenal, yaitu:
On site sanitation (sanitasi setempat), yaitu pengolahan air buangan yang
dilakukan dilokasi di mana air buangan tersebut dikeluarkan. Contoh yang
paling sederhana adalah septik tank dan sumur resapan yang biasanya
terletak di daerah pemukiman.
Off site sanitation (sanitasi terpusat), yaitu pengolahan air buangan di satu
tempat tertentu di mana air buangan dialirkan atau dikumpulkan ke dalam
satu pipa yang akan menuju ke BPAB.
Dalam sanitasi setempat terdapat 3 langkah yang dilakukan, yaitu :
Collection (pengumpulan), yaitu melalui perpipaan untuk mengalirkan air
buangan sehingga tidak mencemari lingkungan.
Treatment atau pengolahan air buangan dalam BPAB.
Disposal (pembuangan), yaitu pembuangan lumpur sisa pengolahan ke
TPA untuk dapat digunakan lagi, misalnyya untuk membuat batu bata atau
digunakan untuk lapisan penutup pada landfill.
Penyaluran air buangan yang menggunakan sistem perpipaan (sewerage system)
terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Sistem terpisah, di mana air hujan dan air buangan dialirkan dalam dua
pipa yang berbeda. Air hujan akan dialirkan ke badan air, sedangkan air
buangan akan dialirkan ke BPAB.
2. Sistem tercampur, di mana air hujan dan air buangan akan dialirkan dalam
satu pipa ke BPAB.
Kedua sistem di atas masing-masing mempunyai kerugian dan keuntungan, yaitu :
1. Sistem Terpisah
Keuntungannya :
Diameter saluran cukup efektif.

4
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

Kapasitas bangunan pengelolaan kecil karena air hujan tidak diolah,


tapi jika air hujan disatukan maka beban pengelolaan air buangan lebih
ringan karena sudah encer dengan air hujan.
Dimensi saluran kecil karena hanya menyalurkan air buangan saja atau
drainasenya saja.
Perencanaan perpipaan sesuai dengan kecepatan self cleansing
sehingga pengendapan tidak terjadi.
Kerugiannya :
Konstruksi lebih rumit karena terdiri dari 2 saluran.
Biaya investasi lebih mahal.
Beban pengolahan lebih besar.
2. Sistem Tercampur
Keuntungannya :
Investasi lebih murah.
Dalam satu kota hanya ada satu jaringan terkumpul.
Beban pengolahan lebih kecil, karena adanya pengenceran air buangan
oleh air hujan.
Kerugiannya :
Diameter saluran besar karena harus mampu menampung air hujan dan
air buangan.
Bila musim kemarau (air hujan sedikit) maka perlu penggelontoran
agar air buangan dapat mengalir.
Kapasitas BPAB lebih besar karena air hujan juga ikut diolah.

2.2 Perencanaan Daerah Pelayanan


Dalam merencanakan sistem pelayanan yang akan digunakan ada beberapa
hal yang harus dipertimbangkan, yaitu :
Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk biasanya dihubungkan dengan luas daerah.
Penduduk yang semakin padat akan menyebabkan semakin tingginya

5
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

kebutuhan akan lahan, padahal lahan yang tersedia sangat terbatas. Hal ini
menyebabkan semakin sempitnya lahan untuk pemukiman, sehingga keadaan
ini tidak memungkinkan untuk menggunakan sanitasi setempat. Untuk itu
daerah yang kepadatan penduduknya tinggi sebaiknya menggunakan sanitasi
terpusat.
Muka Air Tanah
Daerah dengan muka air tanah yang tinggi tidak dapat menggunakan
sanitasi setempat (septik tank), karena dalam pembuatan septik tank harus
dilakukan penggalian tanah. Jika muka air tanah tinggi maka dikuatirkan air
ini akan masuk ke dalam septik tank atau air ini akan tercemar oleh limbah
resapan dari septik tank.
Keadaan Sosial Ekonomi
Bila keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat tidak memungkinkan
(tidak sanggup untuk membayar restribusi dan pengetahuan masyarakat
mengenai pengolahan air buangan masih kurang), maka sebaiknya tidak
digunakan sanitasi setempat.

2.3 Perencanaan Jalur Saluran


Perpipaan adalah pipa dari rumah atau bangunan penghasil air buangan
sampai kepada pipa yang menuju bangunan pengolahan. Pipa yang terdapat
dalam sistem perpipaan meliputi :
1. Pipa persil
Pipa persil adalah saluran yang menyalurkan air buangan dari rumah atau
bangunan ke pipa service, di mana pipa ini masih terdapat dalam halaman
rumah atau bangunan yang bersangkutan. Pipa ini berdiameter minimal 4'',
diameter maksimalnya tergantung dari volume air limbah yang dialirkan.
2. Pipa servis
Pipa servis adalah pipa yang menampung aliran dari pipa service. Pipa ini
berdiameter antara 6'' sampai dengan 8'', dan pipa ini diharapkan dapat
melayani 50 rumah atau setiap satu pemenggal jalan (blok), sehingga pada satu
blok terdapat satu pipa service.

6
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

3. Pipa lateral
Pipa lateral adalah pipa yang menerima air buangan dari pipa service.
Ukuran dari pipa lateral tergantung dari pipa service yang dilayani, tetapi
biasanya berdiameter lebih besar dari 12''. Unttuk sistem jaringan kecil, pipa
service dapat berfungsi sebagai pipa letral, sedangkan untuk sistem jaringan
besar, pipa lateral dapat berkembang sebagai pipa cabang.
4. Pipa induk
Pipa induk adalah pipa yang menampung air buangan dari beberapa pipa
lateral. Pipa ini merupakan penyaluran air buangan terakhir sebelum dibawa
ke BPAB. Ukuran dari pipa ini tergantung dari besarnya populasi daerah
pelayanan.

2.4 Faktor-faktor Penentu dalam Penyaluran Air Buangan


Agar saluran tetap berfungsi, baik dalam keadaan debit maksimum ataupun
dalam keadaan debit minimum, ada beberapa faktor yang harus diperhitungkan,
yaitu :
1. Luas penampang saluran
2. Kemiringan saluran
3. Kekasaran saluran
4. Kondisi pengaliran
5. Belokan atau rintangan lain
6. Karakteristik effluen (viskositasnya).

2.5 Jenis Pengaliran


Terdapat dua jenis pengaliran pada perencanaan sistem penyaluran air
buangan, yaitu :
1. Pengaliran di bawah tekanan, yaitu pengaliran yang disebabkan adanya gaya
dari luar.
2. Pengaliran terbuka, yaitu pengaliran secara gravitasi, mangalir dari tempat
tinggi ke tempat yang rendah.

7
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

Berdasarkan kecepatannya didalam saluran, pengaliran air buangan dibedakan


menjadi :
1. Pengaliran steady, bila kecepatan pengaliran tetap dengan berubahnya waktu.
Tipe pengaliran ini terdiri atas steady uniform dan steady varied flow.
2. Pengaliran unsteady, bila pengaliran berubah dengan adanya perubahan
waktu. Tipe pengaliran ini terdiri dari unsteady uniform dan unsteady varied
flow.

2.6 Syarat Pengaliran


Syarat-syarat pengaliran yang harus diperhitungkan dalam perencanaan SPAL
adalah :
1. Pengaliran diusahakan bersifat gravitasi, kecuali untuk keadaan yang tidak
memungkinkan.
2. Saluran diusahakan dapat memberikan kondisi pengaliran unsteady uniform.
3. Kecepatan pengaliran harus besar, sehingga waktu pengaliran ke IPAL relatif
singkat dan mampu mencapai selfcleaning velocity tanpa menimbulkan
kerusakan pada dinding saluran.
4. Aliran harus mampu membawa material padat yang terdapat pada aliran,
meskipun dalam keadaan dan waktu minim.
Dalam merencanakan sistem penyaluran air buangan ada beberapa batasan yang
harus diperhatikan yaitu :
Kecepatan minimum aliran 0.6 m/detik dan kecepatan maksimum aliran 3
m/detik. Jika kecepatan aliran kurang dari 0.6 m/detik, maka harus diadakan
penggelontoran.
Diameter minimum pada pipa adalah 150 mm, karena kedalaman berenang
yang dipakai pada saat debit minimum adalah 100 mm, sehingga apabila d
minimum kurang dari 100 mm maka harus dilakukan penggelontoran.

8
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

2.7 Perencanaan Bangunan Pelengkap


Bangunan pelengkap adalah semua bangunan yang ikut mengambil bagian
dalam menunjang kelancaran perjalanan air buangan didalam SPAB. Bangunan-
bangunan pelengkapnya adalah :
1. Manhole
Manhole berfungsi sebagai tempat untuk memeriksa atau memperbaiki
serta membersihkan saluran dari kotoran yang terbawa aliran. Manhole
ditempatkan pada tempat-tempat tertentu, yaitu :
- Pada perubahan arah aliran (belokan, pertemuan, saluran).
- Pada perubahan diameter saluran.
- Pada perubahan kemiringan saluran.
- Pada jarak tertentu.
2. Drop Manhole
Drop Manhole berfungsi sama dengan manhole hanya pemakaiannya
berbeda karena drop manhole dipakai untuk pertemuan saluran yang
mempunyai perbedaan tinggi relatif besar. Perletakkan drop manhole dengan
mempertimbangkan kontur tanah dan kemiringan tanah. Jika slope tanah
slope saluran maka butuh drop manhole.
3. Ventilasi Udara
Ventilasi Udara berfungsi untuk mengeluarkan gas yang terbentuk dalam
pipa dan untuk mengatur tekanan udara dalam saluran atau manhole, menjadi
sama dengan tekanan luar.
4. Terminal Clean Out
Terminal Clean Out berfungsi untuk lubang untu penyisipan alat
pembersih kedalaman saluran dan pipa tempat penggelontoran saluran yakni
dengan memasukkan air dari ujung bagian atas terminal clean out.
5. Tikungan (Bend)
Bend berfungsi untuk membelokkan arah aliran, banyak dipakai pada
pertemuan antara lateral dengan pipa service, lateral dengan sub main pipe,
atau sub main dengan main atau karena mengikuti belokan pada arah jalan.

9
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

Mengingat pada tikungan kehilangan energi cukup besar, perlu


diperhatikan beberapa persyaratan dalam merencanakan tikungan, yaitu :
- Tidak boleh terjadi perubahan diameter atau kemiringan.
- Pembuatan dinding harus selicin mungkin.
- Harus ada manhole untuk pemeriksaan.
- Radius minimum belokan diameter saluran
6. Transition dan Junction
Transition adalah keadaan terjadinya perubahan diameter saluran.
Junction adalah tempat penggabungan beberapa buah saluran. Pada transition
dan junction pipa terjadi kehilangan energi sehingga dalam perencanaannya
perlu diperhatikan
7. Bangunan Penggelontoran
Adalah bangunan yang dapat mengumpulkan air serta dilengkapi dengan
peralatan untuk keperluan penggelontoran yang dapat bekerja secara otomatis
atau manual. Aliran untuk keperluan penggelontoran berasal dari PAM, air
sungai, waduk, air hujan, atau sumber lainnya asal memenuhi syarat sebagai
air penggelontoran, yakni jernih, tidak mengandung partikel padat atau loloid
dan tidak bersifat asam atau basa. Pada penggelontoran harus diperhitungkan
Vgelontor air penggelontoran yang aman terhadap pipa sehingga dapat
dicegah pukulan air yang besar terhadap pipa (water hammer).
8. Rumah Pompa
Dibutuhkan dalam sistem penyaluran air buangan untuk Mengangkut air
buangan dari tempat yang rendah ke tempat yang lebih tinggi untuk
menghindarkan yang terlalu dalam. Memberikan head yang cukup pada
proses pengolahan.

2.8 Persamaan Aliran


Persamaan aliran yang paling umum digunakan adalah :
1. De Chezy
Digunakan untuk aliran dalam saluran terbuka maupun tertutup :

n = C x .R.I

10
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

Dimana :
n = kecepatan aliran (m/detik)
R = jari-jari hidrolik (m)
I = kemiringan saluran
C = konstanta, yang nilainya tergantung dari ukuran, bentuk, dan
kekasaran saluran.

2. Manning

v = 1/n . R 2/3 . S

Dimana :
v = kecepatan aliran (m/detik)
n = koefisien kekasaran manning
R = jari-jari hidrolik (m)
S = kemiringan saluran
Dalam perencanaan sistem penyaluran air limbah ini digunakan beberapa
asumsi seperti :
1. Debit air buangan domestik dan nondomestik adalah 80% dari air
minum.
2. Faktor max day yang dipakai adalah 1.15
3. Koefisien infiltrasi (Cr) yang digunakan adalah 0.2
4. Faktor d/D yang dipakai dalam perhitungan dimensi adalah 0,6 dan 0.8.

11
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

BAB III
KRITERIA PERENCANAAN

Jalur air buangan merupakan hal yang penting dalam penyaluran air buangan.
Jalur air buangan menentukan sistem dan cara yang akan dipakai dalam
perancangan lebih lanjut, seperti pola jaringan, mekanisme pengaliran, dimensi
dan penanaman pipa. Beberapa hal yang terkait dalam pembuatan jalur adalah
arah aliran, pembagian areal pelayanan dan peletakan manhole. Yang perlu
diperhatikan dalam membuat jalur air buangan adalah :
1. Kontur
Aliran dari daerah yang lebih tinggi ke daerah yang lebih rendah agar
mendapatkan aliran secara gravitasi, kecuali untuk keadaan yang tidak
memungkinkan maka dapat dilakukan pengaliran dengan tekanan.
2. Kondisi Pengaliran unsteady non uniform yaitu aliran yang berubah sesuai
dengan waktu
3. Mengurangi terlalu banyak adanya belokan agar saluran dapat berfungsi
dengan baik saat debit maksimum atau minimum, karena adanya belokan yang
banyak mengurangi energi dan membuat headloss menjadi besar
4. Kecepatan pengaliran cukup besar, sehingga waktu pengaliran kebangunan
relatif singkat dan mencapai kecepatan self cleaning (0.6-3) m/s
5. Aliran harus mampu membawa material bila terdapat material tersebut dalam
aliran walaupun dalam keadaan minimum.
Manhole diletakkan pada :
a. Permulaan saluran
b. Setiap perubahan arah aliran
c. Setiap perubahan diameter
d. Setiap perubahan kemiringan saluran
e. Setiap pertemuan atau percabangan pipa
f. Sepanjang jalan lurus dengan jarak tertentu dan sangat tergantung pada
diameter saluran.

12
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

3.1. Tinjauan Hidrolis Dalam Saluran


Aliran air buangan didalam pipa bersifat aliran terbuka dengan memanfaatkan
gaya gravitasi. Hal lain yang harus diperhatikan dalam penyaluran air buangan
adalah kecepatan aliran, kedalaman air, kemiringan saluran dan kapasitas saluran.
a. Kecepatan aliran
1. Kecepatan aliran maksimum, ditetapkan sebagai berikut :
- Untuk aliran air yang mengandung pasir, kecepatan maksimum 2 sampai
2.4 m/det.
- Untuk aliran yang tidak mengandung pasir, kecepatan maksimum 3
m/det.
Batas tersebut ditetapkan berdasarkan :
- Saluran harus dapat mengantarkan air buangan secepatnya menuju
instalasi pengolahan.
- Pada kecepatan tersebut penggerusan terhadap pipa belum terjadi.
2. Kecepatan aliran minimum
Kecepatan minimum yang diizinkan adalah 0.6 m/det, dan diharapkan
pada kecepatan ini aliran mampu untuk membersihkan diri sendiri, sehingga
tidak terjadi pengendapan. Karena apabila kecepatan minimum kurang dari
0.6 m/det, maka harus diadakan penggelontoran.

b. Kedalaman aliran
Mengingat aliran buangan umumnya mengandung partikel padat yang
belum hancur, maka harus diperhitungkan kedalaman aliran minimum yang
dianggap mampu membawa partikel tersebut berenang mengikuti aliran pada
saat kecepatan minimum.
Kedalaman minimum ditetapkan sebasar 10 cm. Untuk menjaga kondisi
aliran tetap bersifat terbuka, maka ditetapkan kedalaman maksimum 80% dari
kedalaman aliran penuh.

13
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

c. Kemiringan pipa
Kemiringan saluran dapat dipengaruhi beberapa faktor, yaitu :
Debit aliran.
Diameter pipa.
Profil dan bahan pipa.
Kecepatan yang diinginkan.
Karakteristik aliran.

d. Kapasitas saluran
Saluran yang direncanakan harus memiliki kapasitas yang dapat
menyalurkan air dalam keadaan maksimum maupun minimum dengan tetap
memperhatikan kedalaman air yang diisyaratkan dalam pipa.

3.2. Profil Pipa


Dalam pemilihaan profil atau bentuk pipa yang digunakan, harus
dipertimbangkan beberapa faktor :
Performance hidrolis
Kekokohan konstruksi
Teknik pembuatan berdasarkan segi ekonomis
Beberapa profil pipa yang sering digunakan adalah profil bulat dan profil bulat
telur.

3.3. Bahan Pipa


Pemilihan bahan pipa menentukan nilai n (koefisien Manning) yang akan
diambil. Beberapa faktor yang harus diperhitungkan dalam pemilihan bahan pipa
adalah :
1. Ketahanan terhadap asam dan basa serta korosi.
2. Kekokohan konstruksi.
3. Kekasaran permukaan sebelah dalam.
4. Kemudahan dalam pemasangan.
5. Kemudahan dalam persediaan.

14
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

3.4. Penggelontoran
Saluran air buangan yang memiliki Vmin kurang dari 0.6 m/detik dan dmin
kurang dari 100 mm memerlukan penggelontoran. Penggelontoran bertujuan
untuk menambah debit pada jaringan pipa dalam keadaan minimum. Sehingga
aliran dapat mencapai kedalaman minimum dan kecepatan aliran minimun yang
memenuhi syarat. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya pembusukan yang
dapat menimbulkan korosi.

15
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

BAB IV
GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI

Kota yang akan direncanakan pada sistem penyaluran air limbah ini adalah
Kota Bumi Trisakti Damai terletak pada elevasi + 296 sampai + 308 meter diatas
permukaan laut. Skala peta kota perencanaan ini yaitu 1:7.000. Elevasi dari timur
ke barat kota, selatan ke barat kota, dan dari utara kota menurun ke arah barat
sehingga kota ini hanya membutuhkan 1 IPAL. Kota Bumi Trisakti Damai ini
terdiri dari daerah domestik dan nondomestik. Daerah domestik dibagi menjadi
dua daerah dengan kepadatan penduduk yang berbeda untuk tiap-tiap daerah.
Jumlah penduduk tiap daerah bervariasi sesuai dengan kepadatannya yang
berbeda antar daerah yang satu dengan yang lainnya. Pada tabel 2.1 di bawah ini
dapat dilihat data kepadatan penduduk daerah domestik ( perumahan ).
Tabel 4.1 Data Kepadatan Penduduk
Daerah A 230 jiwa/Ha
Daerah B 150 jiwa/Ha

Kepadatan penduduk untuk daerah nondomestik, yaitu rumah sakit (RS),


sekolah (S), Stasiun Bus (SB), dan kantor (K) mempunyai nilai kepadatan yang
sudah diberi nilai kepadatannya. Sedangkan untuk mesjid dan pasar kedua daerah
tersebut tidak memiliki kepadatan penduduk sehingga kepadatan kedua derah
tersebut ditentukan berdasarkan literatur. Dibawah ini adalah data daerah
nondomestic di Kota Bumi Trisakti Damai
Tabel 4.2 Data Sarana Kota
Sarana Kota Jumlah Unit Satuan
RS ( Rumah Sakit ) 1400 Bed/Ha
S ( Sekolah ) 650 Orang/Ha
ST ( Stasiun Bis ) 310 Bis/Hari
K ( Kantor ) 850 Orang/Ha
H (Hotel) 500 Bed/Ha

16
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

Sistem Penyaluran Air Limbah berkaitan dengan kebutuhan air minum


yang dibutuhkan oleh setiap daerah baik daerah domestik maupun nondomestik.
Kebutuhan air minum tiap daerah memiliki nilai yang berbeda-beda. Untuk
kebutuhan air minum daerah domestik diperoleh dari penggunan air minum pada
perumahan sehari-hari. Kebutuhan air minum dapat dilihat dari segi high income
(HI), medium income (MI), dan low income (LI) seperti yang ada pada tabel 2.3
dibawah. Sedangkan kebutuhan air minum pada daerah non domestik dapat
diperoleh dengan melihat buku literatur yang ada.
Tabel 4.3 Data Kebutuhan Air Minum Domestik
Kebutuhan Air
Tingkat Pelayanan
Minum
High Income 200 l/orang/hari
Medium Income 150 l/orang/hari
Low Income 100 l/orang/hari

Kebutuhan air HI paling banyak karena pada penduduk tersebut banyak


membutuhkan air bersih dalam kegiatan sehari-harinya karena sangat
mengutamakan sanitasi dan untuk kebutuhan air minum. Hal ini juga
dipertimbangkan berdasarkan banyaknya alat sanitasi yang ada di rumah mereka.
Sedangkan kebutuhan air minum pada daerah non domestik Kota Bumi
Trisakti Damai tersebut sebagai berikut :
Tabel 4.4 Kebutuhan Air Minum Nondomestik
Sarana Kota Kebutuhan Air Minum
RS ( Rumah Sakit ) 350 L/Bed/Hari
S ( Sekolah ) 25 L/Orang/Hari
ST ( Stasiun Bis ) 50 L/Bis/Hari
K ( Kantor ) 60 L/Orang/Hari

17
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

BAB V
PERHITUNGAN

5.1 Perhitungan Debit Air Buangan


Sistem perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 2 (Tabel C2) dengan
ketentuan antara lain :
1. Jalur pipa
Jalur pipa menjelaskan arah aliran dari satu manhole ke manhole
berikutnya.
2. Panjang pipa (m)
Mengukur panjang pipa saluran dari manhole ke manhole di peta lalu
dikalikan dengan skala agar satuannya dalam meter, kemudian dari jalur ke
jalur saluran panjang pipa dikumulatifkan. Adapun cara mendapatkan
panjang pipa sebagai berikut :

Panjang pipa = (Panjang pipa dipeta (cm) x skala) / 100


(m)
3. Area pelayanan
Kode
Kode menjelaskan daerah pelayanan domestik dan non domestik.
Luas (Ha)
Luas merupakan luas dari daerah pelayanan dalam Ha.
Jenis peruntukan
Jenis peruntukan menjelaskan daerah tersebut digunakan buat apa saja.
Misalnya : perumahan, sekolah, stasiun bis, kantor, rumah sakit.
Kepadatan (jiwa/Ha)
Merupakan kepadatan penduduk dari suatu daerah. Kepadatan sudah
ditentukan.

18
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

4. Pelayanan
Persen pelayanan yang dipakai sesuai dengan asumsi perencanaan yaitu :
High Income digunakan persen pelayanan 80 %
Medium Income digunakan persen pelayanan 75 %
Low Income digunakan persen pelayanan 75 %
Toko digunakan persen pelayanan 70%
Kantor digunakan persen pelayanan 95 %
Hotel digunakan persen pelayanan 85 %
Sekolah digunakan persen pelayanan 90 %
Rumah Sakit digunakan persen pelayanan 100 %

5. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk merupakan jumlah orang yang ada didalam satu
daerah. Cara menghitung jumlah penduduk yaitu :

Penduduk (jiwa) = Kepadatan Penduduk (jiwa/Ha) x Area (Ha)

6. Debit air
Unit
Unit merupakan unit air buangan yang didapat dari :

Q air buangan (lt/org/hr) = 80% x Q air bersih (l/jiwa/hr)

Kebutuhan air buangan (lt/dtk)


Untuk Daerah Perumahan. Rumus :

Q air buangan (lt/dtk) = (Q air minum(lt/org/hr)x juml pend. (jiwa))


86400

Debit rata-rata air buangan


Adalah keseluruhan debit air buangan yang dihasilkan dari kegiatan
penduduk dalam 1000 orang penduduk. Rumus :
qr (lt/dtk/1000 jiwa) = (Q air buangan domestik(lt/org/hr)
Jumlah pdd domestik(org)

19
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

7. Penduduk Ekivalen (PE) (jiwa)


Penduduk Ekivalen adalah perbandingan antara kebutuhan air
nondomestik per orang dalam satu hari dengan kebutuhan air domestik per
1000 jiwa dalam satu detik. PE di gunakan untuk mencari nilai fluktuasi
debit saluran, karena setiap saluran antar manhole melayani lebih dari satu
blok pelayanan.

8. Penduduk Ekivalen Kumulatif ( PE) (jiwa)


PE kumulatif merupakan pertambahan penduduk ekivalen sesuai
dengan jalur yang telah direncanakan semula, sampai tiba di BPAB.
Perhitungan ada pada setiap titik manhole.

9. Debit minimum, yaitu debit minimum air buangan yang dihasilkan dari
domestik dan sarana-sarana nondomestik. Rumus :

Qmin(lt/dtk) =1/5 x PE1.2 x qr

10. Debit hari maksimum (Qmd) (l/detik)


Adalah debit air buangan yang dihasilkan dari pemakaian yang
bervariasi, sehingga akan mencapai keadaan maksimum. Rumus :

Qmd (lt/dtk) = fmd x qr

fm : koefisien pemakaian air rata-rata, (1.2 2.0) qr. Asumsi fmd = 1,15

11. Debit maximum, yaitu debit air buangan maximum yang dihasilkan dari
domestik dan non domestik. Rumus :

Qmax = 5 x PE0.8 x Qmd

20
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

12. Q infiltrasi surface (l/dtk)


Debit air limbah dalam pengalirannya akan bertambah akibat adanya
infiltrasi tanah, air permukaan dan air hujan.
Q infiltrasi surface = Cr x jml PE x qr
Cr = 0.1 - 0.3

13. Q infiltrasi saluran (L/dtk)


Q infiltrasi saluran = (jml L / 1000) x q infiltrasi
q infiltrasi 1-3 l/dtk/1000 m panjang pipa

14. Q peak (Debit Puncak) (L/dtk)


Debit puncak, adalah debit air buangan paling banyak didalam satu jam
selama satu hari. Rumus :

Qpeak (lt/dtk) = Qmax + Q surface + Q saluran

5.2 Perhitungan Perencanaan Dimensi Saluran


Dalam menentukan dimensi saluran, data-data yang diperlukan adalah :
1. Menggunakan grafik Propotional Depth d/D Nomograph for Design of
Main Sewers.
2. Menentukan tinggi air didalam pipa, 0.6-0.8 D, minimum 7.5 10 cm.
Untuk tinggi air yang dipakai sebaiknya nilai maximum, yaitu nilai d/D =
0.8
3. Qpeak / Qfull
Mencari nilai Qpeak / Qfull didalam grafik dengan menggunakan nilai d/D
ke kurva Q/Qf
4. Q full (m3/dtk)
Menentukan nilai Q full menggunakan rumus :

Qfull (m3/dtk) = Qpeak (m3/dtk) / (Qpeak/Qfull)

5. Asumsi D = 0,6-0,8

21
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

6. Asumsi V full (m/dtk) = 0,6-3 m/dtk


7. Jari-jari Hidrolis (R) (m) = D
8. Slope tanah =
Elevasi Muka Tanah Awal Elevasi Muka Tanah Akhir
Panjang Pipa

9. Slope pipa
Slope pipa harus disesuaikan dengan slope tanah. Slope pipa tidak
selamanya sama dengan slope tanah. Ada yang slope pipanya lebih miring
dari slope tanah, dan ada juga slope tanah yang lebih miring dari slope
pipa.
10. V full 2 (m/dtk)
Rumus :
Vfull (m/dtk) = 1/n x R 2/3 x S 1/2

11. Q full 2 (m3/dtk)


Rumus :
Q full 2 (m3/dtk) = ( x D(mm)/1000)2) x V full (m/dtk)
(m/dtk)
12. Q peak / Q full (0,67-0,98)
Nilai Q peak / Q full tidak boleh lebih dari 0,98 dan kurang dari 0,67.
13. d peak/D full (0,6-0,8)
Didapatkan dari grafik dengan menarik garis tegak lurus dari q peak/ q full
kemudian menarik garis ke kiri grafik sehingga didapatkan d/D. Nilai Q
peak / Q full tidak boleh lebih dari 0,8 dan kurang dari 0,6.
14. Vpeak / Vfull (0,6-3)
Didaptakan dari grafik melalui nilai Q peak / Q full, nilai v peak/v full
tidak boleh lebih dari 3 dan kurang dari 0,6.
15. Menentukan nilai V peak.
Rumus :
Vpeak (m/dtk) = Vpeak/Vfull x V full 2
(m/dtk)

22
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

Hasil perhitungan dimensi pipa sistem penyaluran air limbah yang


direncanakan terdapat pada Lampiran 3 (Tabel C3).

5.3 Perhitungan Penanaman Pipa


Kedalaman galian untuk penanaman pipa tidak boleh melebihi 7 meter
karena bila melebihi 7 m kemungkinan dapat mencemari air tanah.
a. Elevasi Tanah
Merupakan titik kontur letak suatu daerah.
b. Elevasi Dasar Saluran
Pada setiap awal saluran pipa ditetapkan penanaman awal pipa minimum 2
m dari permukaan tanah.
Rumus :
Awal Pipa, Us Elevasi Muka Tanah Awal - 2 m - D

Akhir Pipa, Ds Elevasi Muka Tanah Akhir - 2 m - D

Untuk jalur lanjutan : So = (Ho2


- Ho ) / Lo
Upstream = Elevasi Muka1Tanah Awal (d/(D/1000))
So = (Ho2 -
Downstream = Elevasi Muka Tanah Awal (Slope pipa x panjang
Ho1) / Lo
pipa)
c. Elevasi Muka Air
Pada awal Pipa, Us
Elevasi Dasar Saluran Awal + (d/D x D)

Pada akhir Pipa, Ds

Elevasi Dasar Saluran Akhir + (d/D x D)


So = (Ho2 - Ho1)
d. Kedalaman Galian/ Lo
Awal Pipa, Us

Elevasi Muka Tanah Awal So = (Ho2 -Dasar


- Elevasi Ho1) Saluran Awal
/ Lo

23

So = (Ho2 - Ho1) / Lo
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

Akhir Pipa, Ds

Elevasi Muka Tanah Akhir - Elevasi Dasar Saluran Akhir

Hasil perhitungan penanaman pipa sistem penyaluran air limbah yang


direncanakan terdapat pada Lampiran 4 (Tabel C5).
. So = (Ho2 - Ho1) / Lo

5.4 Perhitungan Volume, Kecepatan dan Debit Penggelontoran


Perhitungan kebutuhan gelontor saluran terdapat pada Lampiran 5 (Tabel
C4a) dengan data sebagai berikut :
1. Qmin (m3/dtk) dari Lampiran 1 (Tabel C2)
2. Qfull (m3/dtk) dari Lampiran II (Tabel C3)
3. Perhitungan Qmin/Qfull
Qmin/Qfull = Qmin / Qfull
4. dmin/D
Dari pembacaan grafik melalui nilai Qmin/Qfull
5. Vmin/Vfull
Dari pembacaan grafik melalui nilai dmin/dfull
6. Diameter pasaran diperoleh dari tabel sebelumnya
7. Perhitungan D min
D min = dmin/dfull x D pasaran

8. Perhitungan V min
V min = Vmin/vfull x Vfull

9. Keterangan
Jika Vmin kurang dari 0.6 m/dtk dan / atau dmin kurang dari 100 mm,
maka perlu penggelontoran. Bila didapat penggelontoran, maka
perhitungan diulang lagi dengan menambah Qmin dengan Qgelontor
pada hasil perhitungan sebelummnya sehingga tidak ada lagi yang
digelontor. Q gelontor itu diperoleh dengan perhtitungan debit dan
kecepatan gelontor.

24
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

Hasil perhitungan Debit dan Volume Gelontor dapat dilihat pada Lampiran
6 (Tabel C4b).
Perhitungan Nilai dg adalah ketinggian muka air pada saat penggelontoran
sedangkan dmin ketinggian muka air minimum titik berat keduanya dirumuskan
sebagai berikut:

dmin = 2/5 dmin dg = 2/5 dg

1. Dfull
dmin/dfull = dmin : D

2. Amin/Afull diperoleh dari pembacaan grafik manning formula dari


dmin/dfull
3. .Perhitungan Afull
Afull = 1/4 x 3,14 x D2

4. Perhitungan Amin
Amin = Amin/Afull x Afull

5. dg/dfull
dg/dull = dg : D

6. Ag/Afull dari pembacaan grafik manning formula dari dg/D


7. Perhitungan Ag
Ag = Ag/Afull x Afull

8. Perhitungan Vw

Vw = Vmin + g. (Ag.dg ) ( Amin.dmin)


Amin. (1- Amin / Ag)

25
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

dimana :
Vmin = kecepatan aliran pada saat debit minimum (m /detik)
G = gravitasi (m /detik2)
Dg = kedalaman titik berat air pada saat mencapai kedalaman
berenang (m)
Dmin = kedalaman titik berat air saat debit minimum (m)
Ag = luas basah pada saat kedalaman berenang ( m2 )
Amin = luas basah pada saat kedalaman minimum ( m2 )

9. Perhitungan V gelontor
V gelontor = Qg x (L : Vw)

10. Perhitungan Q gelontor


Qg = Vw x ( Ag Amin)

5.5 Perhitungan Waktu Pengaliran


Waktu yang diperlukan air limbah untuk sampai ke Instalansi Pengolahan
Air Limbah. Waktu pengaliran daerah tropis tidak boleh melebihi 18 jam
untuk menghindari pembusukan. Cara mendapatkan waktu pengaliran adalah :

Waktu Pengaliran = Panjang Saluran x V min


Hasil perhitungan terlampir pada Lampiran 7 (Tabel C4c), dengan
keterangan sebagai berikut :
1. Qmin (m3/dtk) dari Lampiran 1 (Tabel C2)
2. Qgelontor (m3/dtk) dari Lampiran 2 (Tabel C3)
3. Qmin + Qgelontor Rumus : Qmin + Qgelontor
4. Qfull (m3/dtk) dari Lampiran 4 (Tabel C4a)
5. (Qmin + Qgelontor) / Qfull Rumus : (Qmin + Qgelontor) / Qfull
6. dmin/Dfull
(didapat dari kurva Design of Main Sewers dengan memasukkan harga
Qmin+Qgelontor / Qfull)

26
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

7. Diameter pipa (D)


Dari diameter pasaran yang mendekati diameter hasil perhitungan.
8. d min (m) harus lebih dari atau sama dengan 0,1 m
Rumus : D * dmin/Dfull
9. Vmin/Vfull
(didapat dari kurva Design of Main Sewers dengan memasukkan harga
dmin/dfull).
10. Vfull (m/dtk) dari Lampiran 5 (Tabel C4a)
11. Vmin (m/dtk) harus lebih dari atau sama dengan 0,6 m/detik
Rumus : (Vmin/Vfull) * Vfull

27
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

BAB VI
PENUTUP

6.1 Simpulan
Sistem penyaluran air limbah adalah suatu sistem penyaluran yang
mengalirkan air buangan dari sumber ke Bangunan Pengolah Air Buangan
(BPAB) melalui jarak yang paling pendek agar waktu penyaluran yang
dibutuhkan lebih singkat.
Sistem perencanaan penyaluran air buangan yang direncanakan di Kota
Bumi Trisakti Damai dilakukan dengan menggunakan jenis pengaliran bertekanan
atau pengaliran tertutup. Pola jaringan yang digunakan yaitu pola jaringan zona
biasa. Hal tersebut dikarenakan pola jaringan terpisah ini sangat sesuai dengan
kondisi musim dan lingkungan di Indonesia.
Pengaliran pada sistem penyaluran air limbah ini dialirkan secara gravitasi
dengan memperhatikan kontur pada setiap manhole yang direncanakan. Pemilihan
letak instalasi pengolahan air limbah IPAL berdekatan dengan badan air penerima.
Hal tersebut dilakukan agar hasil dari pengolahan air limbah tersebut dapat
langsung dibuang ke badan air dalam jarak dekat. Pada Kota Bumi Trisakti,
terdapat satu IPAL di bagian barat kota dan lokasi badan air yang digunakan
adalah sungai.
Dalam sistem perencanaan ini dilakukan secara terpisah (separate system)
yaitu air buangan domestik dan non domestik tidak disalurkan dalam satu buangan
dengan air hujan. Waktu pengaliran daerah perencanaan memenuhi kriteria, yaitu
kurang dari 18 jam.
Perhitungan yang dilakukan menggunakan Rumus Manning yang menjadi
dasar dalam perhitungan pipa untuk mendisain pipa air buangan. Desain dan
perhitungan yang tepat akan dapat menghasilkan desain yang efisien, ekonomis
dan tepat pada tujuan untuk membantu dalam mengatasi kesulitan dalam masalah
penyaluran dan pengolahan air limbah.

28
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

6.2 Saran
Dalam membuat perencanaan Sistem Penyaluran Air Limbah ini, saran
yang dapat diberikan adalah :
1. Dalam membagi daerah pelayanan sebaiknya dibagi secara merata agar
perencanaan yang dibuat bagus.
2. Mahasiswa harus lebih teliti dalam memasukkan data ke dalam tabel
perhitungan.
3. Mahasiswa sebaiknya mengkoreksi dan mencari literatur terlebih dahulu
rumus yang dimasukkan ke dalam tabel perhitungan, karena umunya
kesalahan terjadi karena salah memasukkan rumus.

29
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Drainase merupakan sebuah sistem yang dibuat untuk menangani
persoalan kelebihan air yang berada di atas permukaan tanah. Kelebihan air
dapat disebabkan oleh itensitas hujan yang tinggi atau akibat akibat durasi
hujan yang lama. Secara umum drainase didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan pada suatu
kawasan.
Dengan semakin pesatnya laju pertumbuhan penduduk, maka semakin
meningkatnya daerah-daerah pemukiman baru dan daerah-daerah tapak baru.
Dengan semakin banyaknya daerah-daerah tersebut, maka dapat
mengakibatkan sebagian tanah mengalami perkerasan dan banyaknya tanah
yang tertutup oleh bangunan-bangunan. Hal tersebut menyebabkan air
permukaan (run off) tersebut hanya sedikit yang mampu terinfiltrasi ke dalam
tanah. Hal ini secara sistematik akan meningkatkan jumlah aliran di atas
permukaan tanah dan apabila dibiarkan saja dapat menyebabkan banjir pada
daerah tersebut. Sehingga untuk menangani masalah itu dibutuhkan suatu
perencanaan tata kota, dimana perbandingan antara jumlah tanah yang
dibangun dengan menggunakan dalam perencanaan penghijauan haruslah
benar-benar tepat. Selain itu perlu disusun juga perencanaan drainase yang
baik, terpadu serta berwawasan lingkungan.
Walaupun perencanaan telah disusun dengan baik dan teratur masih ada
masalah yang harus dapat ditanggulangi dan direncanakan tersendiri. Masalah
tersebut adalah masalah banjir atau genangan air dipermukaan-permukaan
atau di daerah pemukiman. Air hujan yang seharusnya meresap ke dalam
tanah, kini sebagian besar menggenang dan mengalir dalam jumlah besar di
permukaan. Hal ini disebabkan oleh semua lahan yang ada dimanfaatkan
untuk membangun gedung, jalan raya, perumahan dan segala sarana kota
lainnya akibat sedikit sekali lahan yang tidak tertutupi oleh bangunan. Tentu

30
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

hal ini amat merugikan terlebih lagi bila daerah itu mempunyai tingkat curah
hujan yang tinggi. Guna mengatasi hal tersebut, diperlukan suatu sistem
drainase yang baik. Sistem drainase yang baik dapat menjadi alternatif
mengatasi banjir pada daerah yang minim lahan terbuka.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari pembuatan laporan drainase ini adalah sebagai
berikut :
1. Memberikan data-data secara deskriptif untuk daerah perencanaan.
2. Mampu untuk mengenal prinsip-prinsip perencanaan dengan mengenali
prinsip dalam drainase.
3. Mampu melakukan perhitungan dan mengambil keputusan berdasarkan
perhitungan tersebut.
4. Mampu untuk mengenal perlengkapan sistem drainase dan tata letaknya
serta perhitungan sarana drainase.

1.3 Ruang Lingkup


Dengan banyaknya bahan yang dapat dibahas maka diberikan ruang
lingkup bahasan yang meliputi:
1. Perencanaan intensitas hujan rencana.
2. Air hujan disalurkan menuju Badan Air Penerima terdekat.
3. Perencanaan yang diminta adalah saluran utama (primer), tetapi
harus dipertimbangkan perencanaan saluran sekunder & tersier.
4. Perencanaan alternatif jalur saluran.
5. Perencanaan dimensi saluran.

1.4 Metode Penulisan


Tugas laporan sistem penyaluran air limbah dan drainase dibuat
berdasarkan data-data yang diberikan oleh dosen dan disusun dengan teori yang
didapat dari perkuliahan sistem penyaluran air limbah dan drainase, literatur,
buku-buku referensi, dan hasil asistensi.

31
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

Sistematika laporan teknis ini adalah sebagai berikut:


1. Lembar Judul merupakan identitas yang memberikan gambaran mengenai isi
dari laporan.
2. Kata Pengantar merupakan ucapan terima kasih dan pengantar pada laporan.
3. Daftar isi merupakan suatu susunan yang berisikan bahasan setiap bagian
pada laporan ini.
4. Daftar tabel merupakan kumpulan tabel perhitungan dan keterangan yang
mendukung pembuatan laporan.
5. Daftar gambar merupakan kumpulan gambar yang berisi penjelasan detail
dari dasar pembuatan laporan.
6. Daftar grafik merupakan kumpulan grafik dari perhitungan pada laporan yang
mendukung rincian perencanaan.
7. Daftar lampiran merupakan kumpulan lampiran yang mendukung setiap
pembahasan dan pembuatan rancangan pada laporan ini.
8. BAB I PENDAHULUAN
Penjabaran tentang latar belakang perencanaan sistem drainase,, maksud dan
tujuan perencanaan, ruang lingkup dan sistematika penulisan.
9. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Informasi umum yang dikutip dari pustaka mengenai bagian-bagian dari
sistem drainase serta penjelasan umum yang dapat menjadi acuan dasar dari
perencanaan tersebut.
10. BAB III KRITERIA PERENCANAAN
Pembahasan mengenai detail dan kriteria perencanaan yang digunakan dalam
drainase.
11. BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PERENCANAAN
Memberikan gambaran mengenai wilayah perencanaan dan konsep dari kota
yang direncanakan.
12. BAB V PERHITUNGAN
Menjabarkan hasil perhitungan yang diperoleh dalam bentuk tabulasi
mengenai perencanaan sistem drainase.

32
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

13. DAFTAR PUSTAKA


Kumpulan referensi yang digunakan atau dikutip dalam pembuatan laporan
ini.
14. LAMPIRAN
Kumpulan data yang disertakan dalam pembuatan laporan teknis ini.

33
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Drainase


Drainase yang berasal dari bahasa inggris drainage mempunyai arti
mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalikan air. Dalam budang Teknik
Sipil, drainase secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan teknis
untuk mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan,
maupun kelebihan air irigasi dari suatu kawasan/lahan, sehingga fungsi
kawasan/lahan tidak terganggu. Drainase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk
mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas. Jadi, drainase
menyangkut tidak hanya air permukaan tapi juga air tanah.
Secara umum sistem drainase dapat didefinisikan sebagai serangkaian
bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/membuang kelebihan air dari
suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.
Dirunut dari hulunya, bangunan sistem drainase terdiri dari saluran penerima
(interceptor drain), saluran pengumpul (collector drain), saluran pembawa
(conveyor drain), saluran induk (main drain), dan badan air penerima (receiving
waters). Disepanjang sistem sering dijumpai bangunan lainnya, seperti gorong-
gorong, syphon, jembatan air (aquaduct), pelimpah, pintu-pintu air, bangunan
terjun, kolam tandu, dan stasiun pompa. Pada sistem yang lengkap, sebelum
masuk ke badan air penerima, air diolah dahulu di Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL), khususnya untuk sistem tercampur. Hanya air yang telah
memenuhi baku mutu tertentu yang dimasukkan ke badan air penerima, sehingga
tidak merusak lingkungan.

2.2 Jenis dan Macam Saluran Drainase


Sistem Drainase perkotaan secara umum dapat dibagi 2, yaitu :
1. Sistem drainase Makro atau utama (sistem pengendali banjir)
Sistem ini juga dikenal dengan istilah sistem pengendalian banjir yang
daerah tangkapannya sangat luas dan besar, kemudian dialirkan ke muara

34
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

pembuangan akhir yang berupa laut ataupun danau. Sistem drainase makro ini
terdiri dari sungai, saluran buatan yang besar dan tangul-tangul penahan
banjir berikut fasilitas bangunannya. Sistem drainase makro yang baik harus
mampu menampung air dari curah hujan yang tinggi, walaupun kemungkinan
terjadinya curah hujan yang tinggi tersebut sangat kecil. Perencanaan hujan
untuk sistem drainase makro menggunakan masa ulang 25 tahun, 50 tahun,
100 tahun.
2. Sistem drainase mikro (initial drainage system)
Sistem drainase ini terdiri dari saluran-saluran ranting dan saluran aliran
cabang. Kapasitas atau luas daerah pengalirannya adalaaah untuk daerah
hidrologi lebih kecil dari 10 Ha. Sistem Drainase mikro adalah sebagian dari
sistem drainase yang secara keseluruhan banyak menangani seluruh pinggir
jalan, air hujan di sekitar bangunan gorong-gorong dan saluran drainase kota,
prasarana dengan debit air yang kecil. Umumnya sistem Drainase mikro di
desain untuk hujan masa ulang 2.5 dan 10 tahun tergantung dari tata guna
lahan yang ada. Sistem drainase ini terdiri dari :
- Sistem drainase cabang (secondary system)
- Sistem drainase ranting (tertiary system)

2.3 Daerah Operasional Sistem Drainase


Drainase dalam tindakannya secara teknis adalah suatu kegiatan untuk
memperbaiki daerah banjir, genangan air, bahkan untuk menurunkan permukaan
air yang tinggi. Cara pembuangan supaya tidak terjadi kerusakan permukaan
tanah, misalnya erosi dan endapan, maka daerah operasionalnya dapat dibagi
sebagai berikut :
1. Tanah berlereng atau mempunyai kemiringan besar. Kecepatan aliran pada
daerah ini biasanya tinggi dan sering terjadi erosi, terlebih lagi jika tanahnya
gembur dan lembek. Akibat yang ditimbulkannya adalah terjadinya
pengikisan tanah, terjadinya endapan lumpur pada daerah bawah aliran
2. Tanah yang dilanda banjir limpasan karena kurangnya saluran drainase
permukaan serta persyaratannya. Biasanya terdapat pada tanah yang datar,

35
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

cekungan dan permukaan tanah yang kedap air. Untuk mengatasi akumulasi
air permukaan yang berlebih akibat hujan lebat diperlukan sarana saluran
drainase permukaan yang memadai.
3. Tanah yang dilanda banjior akibat meluapnya sungai atau saluran selama
waktu tertentu oleh adanya hujan lebat. Keadaan banjir ini desebut-sebut
banjir kiriman. Daerah yang sering dilanda banjir ini adalah daerah lembah
sungai yang elevasinya lebih rendah dari tebing sungainya. Proteksinya
adalah dengan membuat tanggul sepanjang tepi sungai pada daerah lembah,
membuat parit pada kaki tanggul pada daerah lembah dan untuk :
- Lembah pada dataran tinggi, tanpa waduk dan stasiun pompa
- Lembah pada dataran rendah, terlebih pada muara sungai, perlu
waduk dan stasiun pompa.
Khususnya untuk muara pada lantai laut, dengan fluktuasi pasang surut
tinggi mungkin perlu tambahan tanggul pada tepian pantai di daerah lembah
tersebut.
4. Tanah yang mempunyai kedalaman permukaan air tanah sangat kecil
bahkan kadang-kadang nol, sehingga permukaannya menjadi tergenang air.
Daerah ini terletak didaerah perbukitan yang berhutan lebat dan tanahnya
pasir . hal ini sering juga terdapat pada daerah lembah sungai, danau dan
daerah pasang surut. Cara penanggulangannya adalah dengan membangun
sarana saluran drainase bawah permukaan beserta perlengkapannya.

2.4 Kriteria Analisis Hidrologi


2.4.1 Umum
Dalam perencanaan sistem penyaluran air hujan salah satu faktor yang
sangat penting adalah analisa hidrologi. Dalam analisa tersebut sangatlah
penting dipengaruhi oleh faktor iklim yang memberikan gambaran
mengenai besarnya curah hujan beserta faktor-faktor lain seperti faktor
geologi, dan sifat permukaan tanahnya yang dapat memberikan perkiraan
seberapa besar prosentase air hujan yang mengalir di permukaan tanah dan
arah alirannya. Di dalam analisis hidrologi, salah satu hasil akhir yang

36
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

sering diharapkan adalah perkiraan besar banjir rencana untuk suatu


bangunan. Banjir rencana ditafsirkan sebagai besar banjir yang
menentukan untuk mendimensi bangunan hidrolik dalam hal ini jaringan
sistem drainase.

2.4.2 Data Curah Hujan Periode Ulang


Data-data hidrologi yang tersedia untuk perencanaan yang diperoleh
dan dikumpulkan dari institusi pengelola dalam hal ini BMG. Data curah
hujan yang diambil adalah dalam jangka waktu yang berbeda-beda sesuai
dengan bangunan hidrolik rancangan. Misalnya lapangan terbang
dibutuhkan curah hujan selama 50 tahun sedangkan untuk pemukiman
cukup 10 atau 20 tahun saja.

2.4.3 Koefisien Pengaliran


Dalam menentukan angka pengaliran untuk suatu daerah urban
banyak faktor yang berpengaruh misalnya :
Tipe curah hujan
Lama waktu hujan
Topografi
Keadaan fauna
Intensitas hujan
Distribusi hujan
Geologi
Angka pengaliran berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan
perubahan yang terjadi pada daerah urban terhadap faktor-faktor tersebut.
Dalam menentukan besarnya angka aliran sebagai pengaruh dari
setiap factor tersebut sangatlah sulit sehingga menyebabkan sukarnya
penentuan angla pengaliran (C).

37
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

2.4.4 Periode Ulang


Dalam perencanaan suatu sistem penyaluran air hujan, digunakan
beberapa klasifikasi periode ulang yang penentuannya didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan ekonomis serta kondisi curah hujan daerah
setempat. Periode ulang untuk perencanaan sistem drainase sangat penting,
karena menyangkut keamanan saluran. Semakin besar periode ulang, akan
semakin aman saluran dan semakin mahal pula biaya untuk pembangunan
saluran. Periode ulang yang biasa digunakan adalah periode ulang
berdasarkan jenis kota dan jenis saluran.

2.4.5 Waktu Konsentrasi


Adalah jumlah waktu yang dibutuhkan oleh banjir untuk dapat
berkumpul atau masuk ke dalam saluran serta mengalir pada suatu titik
tinjauan. Besarnya waktu konsentrasi (tc) tergantung pada beberapa factor
yaitu :
Luas dan bentuk daerah tangkapan
Kondisi permukaan tanah
Kondisi topografi
Kondisi geologi
Lamanya waktu konsentrasi terdiri atas waktu yang diperlukan air
untuk mengalir melalui permukaan tanah ke saluran yang terdekat (to) dan
waktu untuk mengalir di dalam saluran ke tempat terukur (td).

2.4.6 Intensitas Rata-rata Curah Hujan


I adalah besarnya intensitas rata-rata hujan, yang diperhitungkan
dalam perhitungan banjir adalah tergantung dari lamanya hujan dan waktu
konsentrasi (tc).

38
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

2.4.7 Daerah Tangkapan


Karakteristik suatu daerah tangkapan yang berpengaruh terhadap
perhitungan debit banjir adalah sebagai berikut :
bentuk daerah tangkapan
kemiringan lahan, vegetasi atau jenis material penutupnya
luas daerah tangkapan
kepadatan rumah dan kepadatan penduduk
kondisi bangunan dan kepadatan penduduknya
Pertimbangan Teknik
1. Aspek Hidrologi, meliputi :
a. Penentuan debit rencana agar dihitung melalui lengkung kekerapan
durasi deras hujan
b. Penentuan Debit desain dan tinggi jagaan agar didasarkan pada
macam kota, macam daerah, macam saluran
c. Penetapan karakteristik daerah aliran, berupa luas daerah aliran,
koefisien aliran, dan penetapan tinggi jagaan agar didasarkan pada
macam kota dan daerah
d. Drainase perkotaan yang menggunakan bangunan stasiun pompa,
perlu mempertimbangkan penyediaan waduk atau kolam tandon
dan memperhitungkan volume total aliran serta waktu konsentrasi
curah hujan.
2. Aspek Hidrolik
a. Kecepatan maksimum aliran agar ditentukan tidak lebih besar dari
pada kecepatan maksimum yang diizinkan sehingga tidak terjadi
kerusakan
b. Kecepatan minimum aliran agar ditentukan tidak lebih kecil dari
pada kecepatan minimum yang dizinkan sehingga tidak terjadi
pengendapan dan pertumbuhan tanaman air
c. Bentuk penampang saluran agar dipilih tanpa segi-empat,
trapesium, lingkaran, bagian dari lingkaran, bulat telur, bagian dari
bulat telur, atau kombinasi dari bentuk-bentuk tersebut

39
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

d. Saluran sebaiknya dibuat dengan bentuk majemuk, terdiri atas


saluran kecil dan saluran besar, guna mengurangi beban
pemeliharaan
e. Kelancaran pengaliran air dari jalan kedalam saluran drainase agar
dilewatkan melalui lubang pematus yang berdimensi dan berjarak
penempatan tertentu
f. Dimensi bangunan pelengkap seperti gorong-gorong, pintu air dan
lubang pemeriksaan agar ditentukan berdasarkan kriteria desain
sesuai dengan macam kota, daerah, macam saluran.
3. Aspek Struktur
a. Jenis dan mutu bahan bangunan agar dipilih sesuai dengan
persyaratan desain, tersedia cukup banyak dan mudah diperoleh
b. Kekuatan dan kestabilan bangunan agar diperhitungkan sesuai
dengan umur layanan yang ditentukan.

2.5 Bangunan Pelengkap


Got
Kapasitas pengaliran dari got tergantung pada kemiringan dan
kekasarannya. Persamaan Manning dapat dipergunakan untuk
menghitung aliran didalam got.
Bangunan Pompa
Dibutuhkan dalam sistem drainase untuk mengangkut air hujan dari
tempat yang rendah ke tempat yang lebih tinggi.
Bangunan Sadap
Aliran dalam got disadap dan diarahkan ke saluran pembuang dibawah
tanah oleh bangunan sadap terjun. Terdapat dua jenis bangunan sadap
dengan berbagai pola komersial yang terdapat untuk tiap- tiap jenis :
- Bangunan sadap berkisi adalah lubang-lubang didasar got yang
dilindungi oleh kisi-kisi.
- Bangunan sadap lubang penahan adalah suatu lubang dipermukaan
penahan yang bertindak serupa dengan bangunan pelimpah alur

40
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

samping. Bangunan sadap lubang penahan hanya cocok jika


penahannya mempunyai permukaan yang cukup tegak.
Lubang Orang
Lubang orang melayani dalam dua tujuan adalah :
- Sistem drainase, yaitu menyediakan jalan masuk kedalam selokan
drainase untuk pembersihan.
- Sebagai kotak pertemuan untuk cabang-cabang saluran drainse.
Syphon
Diperlukan jika saluran melintasi saluran drainase yang besar,
sungai, atau rel kereta api. Penentuan dimensi syphons harus
memperhatikan :
- Kehilangan energi
- Kemudahan dalam pemeliharaan
- Kemampuan dalam menyalurkan
- Syphon dilengkapi manhole pada awal dan kahir syphons.
Street Inlet
Dalam kriteria struktur perencanaa sistem drainase ini diperlukan
street inlet. Street inlet berfungsi untuk menampung dan menyalurkan air
hujan yang ada di sepanjang jalan menuju saluran di tepi jalan. Street
inlet ini dan cekungan penampangnya harus mempunyai ukuran yang
memadai untuk menerima dan menyalurkan limpasan potensial yang
dihitung tanpa menyebabkan luapan. Konstruksinya harus berdaya tahan
tinggi sehingga tidak terkikis dan dapat menerima beban potensial tanpa
resiko ambruk.
Ada beberapa street inlet, yaitu :
- Crub opening inlet, merupakan lubang yang vertikal terletak pada
sisi trotoar. Inlet ini digunakan jika kemiringan memanjang jalan,
datar dan kemiringan melintang jalan, terjal.
- Gutter inlet, jika kemiringan melintang jalan, datar dan kemiringan
memanjang terjal.

41
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

BAB III
KRITERIA PERENCANAAN

3.1 Data curah hujan


Data data hidrologi yang tersedia untuk perencanaan yang diperoleh dan
dikumpulkan dari institusi pengelola dalam hal ini BMKG (Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika). Dalam penentuan besarnya angka
pengaliran sebagai pengaruh dari setiap faktor sangatlah sulit sehingga
menyebabkan sukarnya penentuan-penentuan angka pengaliran (C).

3.2 Waktu konsentrasi


Yang dimaksud dengan lama waktu konsentrasi ialah jumlah waktu yang
dibutuhkan oleh banjir untuk dapat berkumpul atau masuk ke dalam saluran
serta mengalir pada suatu titik tinjauan.
Lama waktu konsentrasi terdiri atas waktu yang diperlukan air untuk
mengalir melalui permukaan tanah menuju saluran yang terdekat (To) dan
waktu untuk mengalir ke dalam saluran yang terukur (Td).
To adalah waktu yang diperlukan air untuk mengalir melalui permukaan
tanah menuju saluran terdekat. Jika nilai To lebih besar dari nilai Tc
sebelumnya, maka dapat digunakan rumus diatas. Tapi jika Tc lebih besar dari
To nya, maka digunakan rumus Tc + Td.

3.3 Intensitas rata rata curah hujan ( I )


I adalah besarnya intensitas rata rata hujan, yang diperhitungkan dalam
perhitungan banjir adalah tergantung dari lamanya hujan dan waktu
konsentrasi (Tc), karena waktu intensitas rata rata yang harus diperhitungkan
adalah intensitas rata rata selang waktu Tc.

42
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

3.4.Kriteria Perencanaan Hidrolika Saluran


1. Kecepatan aliran
Kecepatan aliran di dalam saluran ini dimaksudkan agar tidak
terjadi sedimentasi pada aliran minimum dan tidak tergantung pada
aliran maksimum:
- Untuk lapisan yang dilapisi beton, pasangan batu kali, plester, dan
lain-lain kecepatan yang dianjurkan adalah 0.6 0.8 m/detik atau
rata-rata 0.75 m/detik. Sedangkan kecepatan maksimum yang
diijinkan ialah 3 m/detik.
- Untuk saluran alam dimana kandungan erosi besar, dianjurkan
kecepatan aliran tidak melebihi 2 m/detik
2. Ambang batas ( freeboard )
Besarnya ambang batas biasanya ditentukan berdasarkan perkiraan
saja, hanya untuk mencegah luapan air akibat gelombang fluktuasi
permukaan air di dalam saluran (F = 0.2 0.5).

43
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

BAB IV
GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI

Dalam tugas ini, mahasiswa melakukan perencanaan sistem drainase


hanya pada saluran utama saja, sehingga tidak memerlukan data sedetail itu.
Pada kota Bumi Trisakti Damai terdapat 3 daerah pemukiman, yaitu :
Tabel 4.1 Jenis Pemukiman
Daerah A
Daerah B

Sedangkan daerah non domestik Kota Bumi Trisakti Damai terdiri dari :
Tabel 4.2 Data Sarana Kota
Sarana Kota
RS ( Rumah Sakit )
S ( Sekolah )
ST ( Stasiun Bis )
K ( Kantor )
H (Hotel)

Kota yang akan direncanakan pada sistem drainase ini terletak pada
elevasi + 296 sampai + 308 meter diatas permukaan laut. Skala peta kota
perencanaan ini yaitu 1:7.000. Elevasi dari selatan ke barat daya kota, timur ke
barat daya kota, dan dari utara kota menurun ke barat daya sehingga kota ini
hanya dapat menggunakan 1 Wadu. Namun, untuk beberapa wilayah yang
mempunyai elevasi yang lebih tinggi dapat dialirkan ke sungai.
Data curah hujan daerah Kota Bumi Trisakti Damai yang digunakan untuk
menghitung intensitas hujan yaitu curah hujan 10 tahun di Stasiun Sultan
Mahmud Badarudin II, Palembang dengan data sebagai berikut :

44
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

Tabel 4.3 Data Curah Hujan


TAHUN 2004
JAN FEBI MAR APRIL MAY JUNI JULI AGT SEPT OKT NOV DES Maksimum
Hujan Harian
41,3 72,5 56,5 73,4 34,5 47,5 98,8 0,9 25,8 119,4 43,9 30,6 119,4
Max

TAHUN 2005
JAN FEB MAR APRIL MAY JUNI JULI AGT SEPT OKT NOV DES Maksimum
Hujan Harian
100,4 46,4 127,2 116,6 62,7 83,5 76,9 12,5 80,8 35 47,3 60,5 127,2
Max

TAHUN 2006
JAN FEB MAR APRIL MAY JUNI JULI AGT SEPT OKT NOV DES Maksimum
Hujan Harian
119 91,7 143,3 130,9 31,3 47,2 43,6 50,1 0,4 21,7 51,7 32,5 143,3
Max

TAHUN 2007
JAN FEB MAR APRIL MAY JUNI JULI AGT SEPT OKT NOV DES Maksimum
Hujan Harian
100,2 78,4 34,9 121,2 48,5 53,6 17,3 1,8 15,2 32,3 58,2 66,5 121,2
Max

TAHUN 2008
JAN FEB MARET APRIL MAY JUNI JULI AGT SEPT OKT NOV DES Maksimum
Hujan Harian
36 59,4 67,6 37,8 6,3 5,2 36,3 22,6 19,7 28,2 65,8 42,7 67,6
Max

45
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

TAHUN 2009
JAN FEB MAR APRIL MAY JUNI JULI AGT SEPT OKT NOV DES Maksimum
Hujan Harian
30,7 13,1 70,7 45,3 19,1 72,6 3,5 11,7 8,9 47,2 102,8 51,7 102,8
Max

TAHUN 2010
JAN FEB MAR APRIL MAY JUNI JULI AGT SEPT OKT NOV DES Maksimum
Hujan Harian
21,2 22,7 133 38,2 73,7 63,9 113,8 19,5 82,8 40,8 102,4 32,5 133
Max

TAHUN 2011
JAN FEB MAR APRIL MAY JUNI JULI AGT SEPT OKT NOV DES Maksimum
Hujan Harian
126,6 51,3 69,4 45,3 32,3 53,1 26 22,5 3,1 40,4 68 58,4 126,6
Max

TAHUN 2012
JAN FEB MAR APRIL MAY JUNI JULI AGT SEPT OKT NOV DES Maksimum
Hujan Harian
66,7 75,5 26,3 102,4 73,3 29,5 15,1 31,4 61,6 40,3 214,1 87,3 214,1
Max

TAHUN 2013
JAN FEB MAR APRIL MAY JUNI JULI AGT SEPT OKT NOV DES Maksimum
Hujan Harian
72 80,2 95,8 48,8 19,2 75,3 24,5 36,7 37,5 53,6 78,3 126,6 126,6
Max

46
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

BAB V
PERHITUNGAN

5.1 Pemilihan Metode Penentuan R24


Analisis curah hujan rencana ini ditujukan untuk mengetahui besarnya
curah hujan maksimum dalam periode ulang tertentu yang nantinya
dipergunakan untuk perhitungan debit banjir rencana. Perhitungan hujan rencana
digunakan analisa frekuensi, cara yang dipakai adalah dengan menggunakan
metode kemungkinan (Probability Distribution) teoritis yang ada. Beberapa
jenis distribusi antara lain :
1. Metode Distribusi Loq Person Tipe III.
Rumus umum:
____
Log XT = Log XT + K.SD

Dimana:
- Log XT = Log (Curah hujan maksimum periode ulang hujan)
____
- Log XT = Log (mean dari curah hujan harian maksimum selama
periode tertentu)
- SD = standard deviasi (data curah hujan terhadap rata-rata data)
- K = Faktor frekuensi, didapatkan dari table dengan mengetahui
koefisien kemencengan (Cs)
n _
n (log x i - log x ) 3
i 1
CS =
(n 1)( n 2) S 3

Maka langkah yang dilakukan yaitu:


a. Mengubah nilai curah hujan menjadi dalam bentuk log
b. Menghitung nilai rata-rata dari log xi;

Log XT =
log xi
n

47
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

c. Menghitung standar deviasi


Menghitung standar deviasi data terhadap rata-rata data, SD3 dan CS

( )
SD =

n _
n (log x i - log x ) 3
i 1
CS =
(n 1)( n 2) S 3

Dimana:
- SD = Standar Deviasi
- Log xi = hasil dari log data curah hujan
- Log x = hasil dari rata-rata log xi
- n = jumlah data

2. Metode Gumbel
Rumus Umum :

x = x + SD.K

Dimana:
- x = Curah hujan maksimum periode ulang hujan

- x = mean dari curah hujan harian maksimum selama periode tertentu
- SD = standard deviasi (data curah hujan terhadap rata-rata data)
- K = Faktor frekuensi.
Ytr Yn
K=
Sn

Dimana:
- Yn = reduce mean, tergantung jumlah data
- Sn = reduce standard deviation, tergantung pada jumlah data
- tr = fungsi waktu balik (tahun)

48
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

- Ytr = reduce variate, dapat dihitung dengan persamaan berikut:

tr - 1
ln ln
Ytr = tr

Maka langkah yang dilakukan yaitu:


a. Menghitung rata-rata dari data curah hujan
b. Menghitung standar deviasi untuk data curah hujan

( )
Sr =

Dimana :
X = X rata rata tahunan
Sr = simpangan baku
n = jumlah data
c. Menghitung Yt (reduce variate) untuk PUH 2, 5, 10, 25 tahun
d. Menghitung nilai K (faktor koreksi)
e. Menghitung R24 untuk PUH 2, 5, 10, 25 tahun

R24 = x + SD.K

Tabel perhitungan Metode Gumbell dan Log Pearson terdapat pada


Lampiran 8. Berdasarkan nilai R24 yang digunakan untuk mengukur
intensitas hujan merupakan nilai R24 dari Metode Gumbell.

3. Menentukan R24 dari metode terpilih


Nilai R24 yang dipakai merupakan nilai R24 dari metode yang terpilih,
yaitu metode yang memiliki nilai standar deviasi yang paling kecil. Maka
perlu dicari nilai standar deviasi data awal terhadap data hasil perhitungan
untuk tiap metode.

49
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

5.2 Menentukan Intensitas Hujan


Intensitas hujan (I) adalah laju rata rata hujan yang lamanya sama dengan
lama waktu konsentrasi dengan masa hujan tertentu. Lama waktu konsentrasinya
untuk berbagai daerah didalam kota adalah berbedabeda.
Intensitas hujan akan dicari untuk tiap PUH yaitu 2, 5, 10 dan 25 tahun
masingmasing PUH dengan durasi yang sama. Kemudian dicari
intensitas curah hujan dengan menggunakan metode Talbot, Sherman dan
Ishiguro. Intensitas hujan yang digunakan untuk membuat kurva IDF yaitu
intensitas hujan dari metode yang terpilih.
Kurva IDF didapatkan dengan terlebih dahulu menentukan intensitas curah
hujan rata-rata dengan menggunakan rumus terpilih dari rumus Talbot, Sherman
dan Ishiguro. Nilai a dan b yang diperhitungkan sesuai dengan perhitungan tahun
perencanaan terpilih.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan intensitas hujan
berdasarkan metode yang terpilih PUH 2 dan 25 R24 dari metode Gumbel, yaitu :
1. Konversi nilai R24 untuk tiap PUH 2, 5, 10 tahun menjadi
Intensitas hujan (mm/jam).
Rumus yang digunakan yaitu:
a x R24
R = b + R24 I =

Dimana :
R24 = data curah hujan (mm)
t = waktu lamanya hujan (menit)
I = intensitas hujan (mm/jam)

2. Menentukan konstanta a, b dan n dari 3 metode


Perhitungan a dan b dilakukan untuk setiap PUH yaitu PUH 2
tahun, PUH 5 tahun, PUH 10 tahun , dan PUH 25 tahun.

50
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

1) Metode Talbot

a
Ixtx I I xtx I
2 2

Nx I I x I
2

b
Ixtx I I xtxN
2

Nx I I x I
2

2) Metode Sherman

log a
log I x log t log Ix log t x t
2

Nx (log t ) log t x log t


2

n
log I x log t log Ix log t xN
Nx (log t ) log t x log t
2

3) Metode Ishiguro

a
Ix t x I I
2 2

x t x I
Nx I I x I
2

b
Ix t x I I 2
x t xN
Nx I I x I
2

3. Menentukan Nilai Intensitas Hujan dan Standar Deviasi dari Ketiga


Metode
Untuk menentukan Debit Hujan Rencana perlu didapatkan harga
suatu Intensitas Curah Hujan. Intensitas curah hujan adalah ketinggian
curah hujan yang terjadi padasuatu kurun waktu di mana air tersebut
berkonsentrasi. Analisis intensitas curah hujan ini dapat diproses dari data
curah hujan yang telah terjadi pada masa lampau.
Dalam perencanaan ini menggunakan 3 metode dalam menetukan
intensitas curah hujan yaitu :

51
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

a. Metode Talbot
a
I
t b
b. Metode Ishiguro
a
I
tn n

c. Metode Sherman
a
I
t b
d. Standar Deviasi

1 n n
Ii I 1 i
n i 1 N i 1

Berdasarkan perhitungan pada lampiran 9, nilai intensitas hujan yang


digunakan untuk perencanaan adalah nilai yang mempunyai standar
deviasi paling kecil. Metode yang memiliki standar deviasi paling kecil
adalah metode Ishiguro untuk PUH 2, PUH 5, PUH 10, dan PUH 25.

4. Membuat Kurva IDF dari metode terpilih


Intensitas hujan yang telah ditentukan oleh metode terpilih selanjutnya
diplotkan dalam suatu kurva yang disebut kurva IDF. Kurva IDF dan
perhitungannya terlampir pada Lampiran 9.

5.3 Analisa Debit Limpasan Hujan


Perhitungan debit limpasan hujan terdapat pada Lampiran 10 (Tabel D2).
Dalam menghitung debit banjir atau debit yang ditampung saluran, maka dapat
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

52
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

a) Perencanaan jalur saluran.


Merencanakan jalur saluran yang akan mengalirkan air hujan ke
badan air penerima dengan memperhatikan syarat-syarat tertentu. Jalur ini
dibuat sesuai dengan wilayah yang akan direncanakan.
b) Menentukan blok pelayanan dan tata guna lahan.
Blok pelayanan dan tata guna lahan yang dimaksud adalah daerah
yang mendapatkan pelayanan saluran air hujan. Cakupan wilayah
pelayanan tersebut meliputi daerah domestik dan non-domestik. Hasil area
didapatkan dalam satuan ha. Kemudian untuk setiap jalur, luas daerah
pelayanan dikumulatifkan.
Setiap tata guna lahan memiliki nilai koefisien pengaliran (C) yang
berbeda-beda. Dengan diketahuinya nilai C dan luas area, maka akan
diketahui nilai C x A, sigma C x A dan C rata-rata.
c) Mengukur elevasi muka tanah awal limpasan dan elevasi muka tanah akhir
limpasan.
Elevasi tanah awal limpasan (Ho1) dan akhir limpasan (Ho2) diukur
berdasarkan garis kontur yang sudah ada di peta, kemudian dilakukan
interpolasi sehingga didapatkan ketinggian pada titik tersebut.
d) Mengukur slope limpasan.
Slope limpasan atau kemiringan medan limpasan (So) didapatkan
dengan mengukur ketinggian saluran (Ho2) dan ketinggian titik terjauh
suatu (Ho1) daerah kemudian mengukur panjang lintasan dari titik yang
terjauh ke saluran (Lo).
1 2
=

e) Mengukur panjang saluran (Ld)


Ld adalah panjang pipa pelayanan yang diukur dengan perkalian skala
dan diperoleh hasil dalam meter.

53
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

f) Menghitung kecepatan aliran pada saluran


Kecepatan aliran (Vd) diasumsikan antara 0,6 3 m/dtk. Kecepatan
tiap jalur perencanaan drainase berbeda karena beberapa faktor tertentu.
g) Menghitung waktu konsentrasi (tc)
Waktu konsentrasi adalah waktu yang dibutuhkan air untuk mengalir
dari titik terjauh daerah tangkapan hujan ke saluran keluar/outlet. Waktu
konsentrasi (tc) tergantung dari beberapa faktor, yaitu: Luas dan bentuk
daerah, Kondisi permukaan tanah dan koefisien pengaliran, dan Kondisi
topografi.
Lama waktu konsentrasi terdiri atas waktu yang diperlukan air untuk
mengalir melalui permukaan tanah menuju saluran yang terdekat (To) dan
waktu untuk mengalir ke dalam saluran yang terukur (Td).
To adalah waktu yang diperlukan air untuk mengalir melalui
permukaan tanah menuju saluran terdekat.

Tc = Td + To

Penentuan besarnya to dapat dipergunakan grafik atau rumus.


Penentuan to berdasarkan jarak pengaliran dengan menggunakan rumus
Kerby, yaitu:
a. to untuk Lo < 300 m
3.26 (1.1 c) (Lo)1/2
to = ( So )1/3

b. to untuk daerah pengaliran s/d 1000 m

108 n ( Lo )1/3
to = ( So )1/3

c. to untuk daerah pengaliran >1000 m


58.5
tc =

54
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

Dimana :
to = inlet time ( waktu limpasan ) ( menit )
c = koefisien pengaliran
Lo = panjang limpasan ( m )
So = kemiringan medan limpasan (%)
n = harga kekasaran permukaan tanah
Td = waktu air mengalir ke tempat yang diukur

Penentuan besarnya Td dapat menggunakan rumus berikut:

Td = Ld / Vd

Dimana :
L = panjang jalur yang ditinjau ( m )
V = kecepatan aliran air dalam saluran ( m/dtk )
A = daerah tangkapan
h) Menghitung intensitas hujan dan menghitung debit
Intensitas (I) dihitung dengan diambil periode ulang 2,5,10,25 tahun
dan menggunakan metode terpilih yaitu Metode Ishiguro, kemudian debit
(Q) dihitung berdasarkan nilai I, C dan A dengan menggunakan rumus:

Q = 1/360 x C x I
xA
Dimana :
Q = Debit banjir maksimum
C = Koefisien pengaliran. (Angka pengaliran (C) berubah dari waktu
ke waktu sesuai dengan perubahan yang terjadi pada daerah urban
terhadap faktor faktor tersebut).
I = intensitas hujan

5.4 Analisa Dimensi Saluran Drainase


Bentuk profil saluran yang digunakan adalah bentuk segiempat dengan
kemiringan dinding sesuai dengan kondisi yang ada. Kemiringan dasar saluran

55
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

sesuai dengan kemiringan tanah yang ada. Perhitungan dimensi saluran


diperhitungkan dengan menggunakan rumus Manning. Rumus ini
memperhitungkan kemiringan muka air (slope, kekasaran dinding) dasar saluran
dan jari jari hidrolis untuk mendapatkan kecepatan aliran. Perhitungan terlampir
pada Lampiran 11 (Tabel D3) dengan cara- cara sebagai berikut :
1. Debit
Debit atau biasanya bersimbol Q mempunyai satuan m3/dtk. Q telah
dihitung dalam analisa debit saluran pada bab sebelumnya.
2. Elevasi muka tanah awal dan akhir
H1 merupakan elevasi awal saluran.H2 merupakan elevasi akhir saluran.
H1 dan H2 mempunyai satuan meter
3. Panjang Saluran
Mempunyai simbol L dengan satuan meter, merupakan jarak antar satu
mainhole ke mainhole lainnya
4. Kemiringan Tanah
Slope atau kemiringan tanah dihitung menggunakan rumus
1 2
=

5. Kemiringan Saluran
Slope saluran diusahakan agar sama dengan slope tanah tetapi dapat
diubah jika diperlukan untuk memenuhi kriteria perencanaan.
6. Tinggi Muka Air
Dimensi saluran yang dipilih sesuai dengan kondisi lapangan yang ada.
Namun untuk y optimum dapat menggunakan rumus berikut:

=

7. Lebar Saluran
Lebar saluran optimum dapat dihitung menggunakan rumus berikut:

b=2xy

56
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

8. Ambang bebas (Freeboard)


Ambang bebas dapat diambil (0,20 0,50) m. Freeboard saluran adalah
jarak vertikal dari permukaan tertinggi saluran ke permukaan air didalam
saluran pada kondisi perencanaan.
9. Tinggi Saluran
Ketinggian saluran dapat dihitung menggunakan rumus
H=y+f

10. Jari-jari Hidrolis


Jari-jari hidrolis adalah luas penampang saluran yang akan terbasahi,
sehingga disebut jari-jari hidrolis. Dapat dihitung menggunakan rumus:
(bxy)
R = 2(b+y)

11. V asumsi
D samakan dengan V pada analisa debit saluran.

5.5 Perhitungan Kedalaman Saluran


Sistem perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 12 (Tabel D4) dengan
ketentuan antara lain :
1. Saluran ( dari ke )
Jalur saluran drainase menjelaskan daerah pelayanan satu ke daerah
pelayanan yang lainnya, atau jalur saluran drainase dari satu manhole ke
manhole berikutnya.
2. Nilai Y, Nilai F, Nilai H, Nilai V, Nilai L, Nilai S
Nilai nilai ini didapat dari Lampiran 11, slope yang digunakan dalam
tabel ini adalah slope saluran.
3. Elevasi tanah
- Awal : inlet
- Akhir : outlet

57
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

4. Elevasi dasar saluran


- Awal : elevasi tanah - H
- Akhir : elevasi dasar saluran awal (slope x L)
5. Elevasi muka air
- Awal : elevasi dasar saluran awal + Y
- Akhir : elevasi dasar saluran akhir + Y

58
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

BAB IV
PENUTUP

6.1 Simpulan
Perencanaan penyaluran drainase Kota Bumi Trisakti Damai dilakukan
dengan menggunakan jenis pengaliran terbuka agar air hujan yang turun dapat
dialirkan secara langsung ke badan air penerima. Sistem Drainase di perkotaan
dianggap perlu karena bila air hujan dibiarkan begitu saja akan terjadi dampak
yang merugikan bagi masyarakat. Selain itu masalah-maslah lain seperti banjir
serta tanah longsor sehingga dapat mengganggu ekosistem sekitar dan kelestarian
alam.
Penyaluran akhir dari sistem drainase tersebut disalurkan dengan
menggunakan sistem gravitasi. Pemilihan sistem gravitasi ini adalah dengan
pertimbangan segi ekonomis dan mudah dalam pengoperasiannya. Tidak semua
air hujan berakhir di Waduk Barat Daya, tetapi ada beberapa daerah yang berakhir
di sungai.
Desain dan perhitungan yang tepat akan sangat membantu dalam
mengatasi kesulitan dalam masalah perencanaan teknis. Oleh karena itu,
perhitungan harus dilakukan secara teliti sehingga masalah yang timbul dari
sistem drainase dapat dihindarkan.

6.2 Saran
Dalam membuat perencanaan Sistem Penyaluran Air Limbah ini, saran yang
dapat diberikan adalah :
1. Dalam membagi daerah pelayanan sebaiknya dibagi secara merata agar
perencanaan yang dibuat bagus.
2. Mahasiswa harus lebih teliti dalam memasukkan data ke dalam tabel
perhitungan.
3. Mahasiswa sebaiknya mengkoreksi dan mencari literatur terlebih dahulu
rumus yang dimasukkan ke dalam tabel perhitungan, karena umunya
kesalahan terjadi karena salah memasukkan rumus.

59
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060

DAFTAR PUSTAKA

Fair and Geyer. 1966. Water and Wastewater Engineering. Vol. 1. New York:
Wiley Int. Ed.
M. Anis Al-Layla, Shamin ahmad, E. Joe Middlebrooks, Water Supply
Engineering Design . Ann Arbor Science, 1978.
Metcalf & Addy, Waste Water Engineering Treatment, Disposal, Reuse , Edisi
3, Mc Graw Hill. International Edition, 1991
Sri Harto Br. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
V.Giles, Ronald. 1977 Theory And Problem Of Flid Mechanics And
Hydraulics . Mc Graw-Hill Inc. Terjemahan oleh Ir. Herman Widodo
Winarni. 2004. Modul I Sistem Penyediaan Air Minum. Jakarta: Jurusan Teknik
Lingkungan: Universitas Trisakti.

60

Anda mungkin juga menyukai