BAB I
PENDAHULUAN
1
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
2
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
3
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
5
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
kebutuhan akan lahan, padahal lahan yang tersedia sangat terbatas. Hal ini
menyebabkan semakin sempitnya lahan untuk pemukiman, sehingga keadaan
ini tidak memungkinkan untuk menggunakan sanitasi setempat. Untuk itu
daerah yang kepadatan penduduknya tinggi sebaiknya menggunakan sanitasi
terpusat.
Muka Air Tanah
Daerah dengan muka air tanah yang tinggi tidak dapat menggunakan
sanitasi setempat (septik tank), karena dalam pembuatan septik tank harus
dilakukan penggalian tanah. Jika muka air tanah tinggi maka dikuatirkan air
ini akan masuk ke dalam septik tank atau air ini akan tercemar oleh limbah
resapan dari septik tank.
Keadaan Sosial Ekonomi
Bila keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat tidak memungkinkan
(tidak sanggup untuk membayar restribusi dan pengetahuan masyarakat
mengenai pengolahan air buangan masih kurang), maka sebaiknya tidak
digunakan sanitasi setempat.
6
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
3. Pipa lateral
Pipa lateral adalah pipa yang menerima air buangan dari pipa service.
Ukuran dari pipa lateral tergantung dari pipa service yang dilayani, tetapi
biasanya berdiameter lebih besar dari 12''. Unttuk sistem jaringan kecil, pipa
service dapat berfungsi sebagai pipa letral, sedangkan untuk sistem jaringan
besar, pipa lateral dapat berkembang sebagai pipa cabang.
4. Pipa induk
Pipa induk adalah pipa yang menampung air buangan dari beberapa pipa
lateral. Pipa ini merupakan penyaluran air buangan terakhir sebelum dibawa
ke BPAB. Ukuran dari pipa ini tergantung dari besarnya populasi daerah
pelayanan.
7
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
8
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
9
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
n = C x .R.I
10
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
Dimana :
n = kecepatan aliran (m/detik)
R = jari-jari hidrolik (m)
I = kemiringan saluran
C = konstanta, yang nilainya tergantung dari ukuran, bentuk, dan
kekasaran saluran.
2. Manning
v = 1/n . R 2/3 . S
Dimana :
v = kecepatan aliran (m/detik)
n = koefisien kekasaran manning
R = jari-jari hidrolik (m)
S = kemiringan saluran
Dalam perencanaan sistem penyaluran air limbah ini digunakan beberapa
asumsi seperti :
1. Debit air buangan domestik dan nondomestik adalah 80% dari air
minum.
2. Faktor max day yang dipakai adalah 1.15
3. Koefisien infiltrasi (Cr) yang digunakan adalah 0.2
4. Faktor d/D yang dipakai dalam perhitungan dimensi adalah 0,6 dan 0.8.
11
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
BAB III
KRITERIA PERENCANAAN
Jalur air buangan merupakan hal yang penting dalam penyaluran air buangan.
Jalur air buangan menentukan sistem dan cara yang akan dipakai dalam
perancangan lebih lanjut, seperti pola jaringan, mekanisme pengaliran, dimensi
dan penanaman pipa. Beberapa hal yang terkait dalam pembuatan jalur adalah
arah aliran, pembagian areal pelayanan dan peletakan manhole. Yang perlu
diperhatikan dalam membuat jalur air buangan adalah :
1. Kontur
Aliran dari daerah yang lebih tinggi ke daerah yang lebih rendah agar
mendapatkan aliran secara gravitasi, kecuali untuk keadaan yang tidak
memungkinkan maka dapat dilakukan pengaliran dengan tekanan.
2. Kondisi Pengaliran unsteady non uniform yaitu aliran yang berubah sesuai
dengan waktu
3. Mengurangi terlalu banyak adanya belokan agar saluran dapat berfungsi
dengan baik saat debit maksimum atau minimum, karena adanya belokan yang
banyak mengurangi energi dan membuat headloss menjadi besar
4. Kecepatan pengaliran cukup besar, sehingga waktu pengaliran kebangunan
relatif singkat dan mencapai kecepatan self cleaning (0.6-3) m/s
5. Aliran harus mampu membawa material bila terdapat material tersebut dalam
aliran walaupun dalam keadaan minimum.
Manhole diletakkan pada :
a. Permulaan saluran
b. Setiap perubahan arah aliran
c. Setiap perubahan diameter
d. Setiap perubahan kemiringan saluran
e. Setiap pertemuan atau percabangan pipa
f. Sepanjang jalan lurus dengan jarak tertentu dan sangat tergantung pada
diameter saluran.
12
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
b. Kedalaman aliran
Mengingat aliran buangan umumnya mengandung partikel padat yang
belum hancur, maka harus diperhitungkan kedalaman aliran minimum yang
dianggap mampu membawa partikel tersebut berenang mengikuti aliran pada
saat kecepatan minimum.
Kedalaman minimum ditetapkan sebasar 10 cm. Untuk menjaga kondisi
aliran tetap bersifat terbuka, maka ditetapkan kedalaman maksimum 80% dari
kedalaman aliran penuh.
13
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
c. Kemiringan pipa
Kemiringan saluran dapat dipengaruhi beberapa faktor, yaitu :
Debit aliran.
Diameter pipa.
Profil dan bahan pipa.
Kecepatan yang diinginkan.
Karakteristik aliran.
d. Kapasitas saluran
Saluran yang direncanakan harus memiliki kapasitas yang dapat
menyalurkan air dalam keadaan maksimum maupun minimum dengan tetap
memperhatikan kedalaman air yang diisyaratkan dalam pipa.
14
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
3.4. Penggelontoran
Saluran air buangan yang memiliki Vmin kurang dari 0.6 m/detik dan dmin
kurang dari 100 mm memerlukan penggelontoran. Penggelontoran bertujuan
untuk menambah debit pada jaringan pipa dalam keadaan minimum. Sehingga
aliran dapat mencapai kedalaman minimum dan kecepatan aliran minimun yang
memenuhi syarat. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya pembusukan yang
dapat menimbulkan korosi.
15
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
BAB IV
GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI
Kota yang akan direncanakan pada sistem penyaluran air limbah ini adalah
Kota Bumi Trisakti Damai terletak pada elevasi + 296 sampai + 308 meter diatas
permukaan laut. Skala peta kota perencanaan ini yaitu 1:7.000. Elevasi dari timur
ke barat kota, selatan ke barat kota, dan dari utara kota menurun ke arah barat
sehingga kota ini hanya membutuhkan 1 IPAL. Kota Bumi Trisakti Damai ini
terdiri dari daerah domestik dan nondomestik. Daerah domestik dibagi menjadi
dua daerah dengan kepadatan penduduk yang berbeda untuk tiap-tiap daerah.
Jumlah penduduk tiap daerah bervariasi sesuai dengan kepadatannya yang
berbeda antar daerah yang satu dengan yang lainnya. Pada tabel 2.1 di bawah ini
dapat dilihat data kepadatan penduduk daerah domestik ( perumahan ).
Tabel 4.1 Data Kepadatan Penduduk
Daerah A 230 jiwa/Ha
Daerah B 150 jiwa/Ha
16
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
17
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
BAB V
PERHITUNGAN
18
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
4. Pelayanan
Persen pelayanan yang dipakai sesuai dengan asumsi perencanaan yaitu :
High Income digunakan persen pelayanan 80 %
Medium Income digunakan persen pelayanan 75 %
Low Income digunakan persen pelayanan 75 %
Toko digunakan persen pelayanan 70%
Kantor digunakan persen pelayanan 95 %
Hotel digunakan persen pelayanan 85 %
Sekolah digunakan persen pelayanan 90 %
Rumah Sakit digunakan persen pelayanan 100 %
5. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk merupakan jumlah orang yang ada didalam satu
daerah. Cara menghitung jumlah penduduk yaitu :
6. Debit air
Unit
Unit merupakan unit air buangan yang didapat dari :
19
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
9. Debit minimum, yaitu debit minimum air buangan yang dihasilkan dari
domestik dan sarana-sarana nondomestik. Rumus :
fm : koefisien pemakaian air rata-rata, (1.2 2.0) qr. Asumsi fmd = 1,15
11. Debit maximum, yaitu debit air buangan maximum yang dihasilkan dari
domestik dan non domestik. Rumus :
20
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
5. Asumsi D = 0,6-0,8
21
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
9. Slope pipa
Slope pipa harus disesuaikan dengan slope tanah. Slope pipa tidak
selamanya sama dengan slope tanah. Ada yang slope pipanya lebih miring
dari slope tanah, dan ada juga slope tanah yang lebih miring dari slope
pipa.
10. V full 2 (m/dtk)
Rumus :
Vfull (m/dtk) = 1/n x R 2/3 x S 1/2
22
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
23
So = (Ho2 - Ho1) / Lo
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
Akhir Pipa, Ds
8. Perhitungan V min
V min = Vmin/vfull x Vfull
9. Keterangan
Jika Vmin kurang dari 0.6 m/dtk dan / atau dmin kurang dari 100 mm,
maka perlu penggelontoran. Bila didapat penggelontoran, maka
perhitungan diulang lagi dengan menambah Qmin dengan Qgelontor
pada hasil perhitungan sebelummnya sehingga tidak ada lagi yang
digelontor. Q gelontor itu diperoleh dengan perhtitungan debit dan
kecepatan gelontor.
24
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
Hasil perhitungan Debit dan Volume Gelontor dapat dilihat pada Lampiran
6 (Tabel C4b).
Perhitungan Nilai dg adalah ketinggian muka air pada saat penggelontoran
sedangkan dmin ketinggian muka air minimum titik berat keduanya dirumuskan
sebagai berikut:
1. Dfull
dmin/dfull = dmin : D
4. Perhitungan Amin
Amin = Amin/Afull x Afull
5. dg/dfull
dg/dull = dg : D
8. Perhitungan Vw
25
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
dimana :
Vmin = kecepatan aliran pada saat debit minimum (m /detik)
G = gravitasi (m /detik2)
Dg = kedalaman titik berat air pada saat mencapai kedalaman
berenang (m)
Dmin = kedalaman titik berat air saat debit minimum (m)
Ag = luas basah pada saat kedalaman berenang ( m2 )
Amin = luas basah pada saat kedalaman minimum ( m2 )
9. Perhitungan V gelontor
V gelontor = Qg x (L : Vw)
26
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
27
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
Sistem penyaluran air limbah adalah suatu sistem penyaluran yang
mengalirkan air buangan dari sumber ke Bangunan Pengolah Air Buangan
(BPAB) melalui jarak yang paling pendek agar waktu penyaluran yang
dibutuhkan lebih singkat.
Sistem perencanaan penyaluran air buangan yang direncanakan di Kota
Bumi Trisakti Damai dilakukan dengan menggunakan jenis pengaliran bertekanan
atau pengaliran tertutup. Pola jaringan yang digunakan yaitu pola jaringan zona
biasa. Hal tersebut dikarenakan pola jaringan terpisah ini sangat sesuai dengan
kondisi musim dan lingkungan di Indonesia.
Pengaliran pada sistem penyaluran air limbah ini dialirkan secara gravitasi
dengan memperhatikan kontur pada setiap manhole yang direncanakan. Pemilihan
letak instalasi pengolahan air limbah IPAL berdekatan dengan badan air penerima.
Hal tersebut dilakukan agar hasil dari pengolahan air limbah tersebut dapat
langsung dibuang ke badan air dalam jarak dekat. Pada Kota Bumi Trisakti,
terdapat satu IPAL di bagian barat kota dan lokasi badan air yang digunakan
adalah sungai.
Dalam sistem perencanaan ini dilakukan secara terpisah (separate system)
yaitu air buangan domestik dan non domestik tidak disalurkan dalam satu buangan
dengan air hujan. Waktu pengaliran daerah perencanaan memenuhi kriteria, yaitu
kurang dari 18 jam.
Perhitungan yang dilakukan menggunakan Rumus Manning yang menjadi
dasar dalam perhitungan pipa untuk mendisain pipa air buangan. Desain dan
perhitungan yang tepat akan dapat menghasilkan desain yang efisien, ekonomis
dan tepat pada tujuan untuk membantu dalam mengatasi kesulitan dalam masalah
penyaluran dan pengolahan air limbah.
28
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
6.2 Saran
Dalam membuat perencanaan Sistem Penyaluran Air Limbah ini, saran
yang dapat diberikan adalah :
1. Dalam membagi daerah pelayanan sebaiknya dibagi secara merata agar
perencanaan yang dibuat bagus.
2. Mahasiswa harus lebih teliti dalam memasukkan data ke dalam tabel
perhitungan.
3. Mahasiswa sebaiknya mengkoreksi dan mencari literatur terlebih dahulu
rumus yang dimasukkan ke dalam tabel perhitungan, karena umunya
kesalahan terjadi karena salah memasukkan rumus.
29
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
BAB I
PENDAHULUAN
30
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
hal ini amat merugikan terlebih lagi bila daerah itu mempunyai tingkat curah
hujan yang tinggi. Guna mengatasi hal tersebut, diperlukan suatu sistem
drainase yang baik. Sistem drainase yang baik dapat menjadi alternatif
mengatasi banjir pada daerah yang minim lahan terbuka.
31
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
32
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
33
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
34
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
pembuangan akhir yang berupa laut ataupun danau. Sistem drainase makro ini
terdiri dari sungai, saluran buatan yang besar dan tangul-tangul penahan
banjir berikut fasilitas bangunannya. Sistem drainase makro yang baik harus
mampu menampung air dari curah hujan yang tinggi, walaupun kemungkinan
terjadinya curah hujan yang tinggi tersebut sangat kecil. Perencanaan hujan
untuk sistem drainase makro menggunakan masa ulang 25 tahun, 50 tahun,
100 tahun.
2. Sistem drainase mikro (initial drainage system)
Sistem drainase ini terdiri dari saluran-saluran ranting dan saluran aliran
cabang. Kapasitas atau luas daerah pengalirannya adalaaah untuk daerah
hidrologi lebih kecil dari 10 Ha. Sistem Drainase mikro adalah sebagian dari
sistem drainase yang secara keseluruhan banyak menangani seluruh pinggir
jalan, air hujan di sekitar bangunan gorong-gorong dan saluran drainase kota,
prasarana dengan debit air yang kecil. Umumnya sistem Drainase mikro di
desain untuk hujan masa ulang 2.5 dan 10 tahun tergantung dari tata guna
lahan yang ada. Sistem drainase ini terdiri dari :
- Sistem drainase cabang (secondary system)
- Sistem drainase ranting (tertiary system)
35
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
cekungan dan permukaan tanah yang kedap air. Untuk mengatasi akumulasi
air permukaan yang berlebih akibat hujan lebat diperlukan sarana saluran
drainase permukaan yang memadai.
3. Tanah yang dilanda banjior akibat meluapnya sungai atau saluran selama
waktu tertentu oleh adanya hujan lebat. Keadaan banjir ini desebut-sebut
banjir kiriman. Daerah yang sering dilanda banjir ini adalah daerah lembah
sungai yang elevasinya lebih rendah dari tebing sungainya. Proteksinya
adalah dengan membuat tanggul sepanjang tepi sungai pada daerah lembah,
membuat parit pada kaki tanggul pada daerah lembah dan untuk :
- Lembah pada dataran tinggi, tanpa waduk dan stasiun pompa
- Lembah pada dataran rendah, terlebih pada muara sungai, perlu
waduk dan stasiun pompa.
Khususnya untuk muara pada lantai laut, dengan fluktuasi pasang surut
tinggi mungkin perlu tambahan tanggul pada tepian pantai di daerah lembah
tersebut.
4. Tanah yang mempunyai kedalaman permukaan air tanah sangat kecil
bahkan kadang-kadang nol, sehingga permukaannya menjadi tergenang air.
Daerah ini terletak didaerah perbukitan yang berhutan lebat dan tanahnya
pasir . hal ini sering juga terdapat pada daerah lembah sungai, danau dan
daerah pasang surut. Cara penanggulangannya adalah dengan membangun
sarana saluran drainase bawah permukaan beserta perlengkapannya.
36
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
37
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
38
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
39
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
40
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
41
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
BAB III
KRITERIA PERENCANAAN
42
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
43
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
BAB IV
GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI
Sedangkan daerah non domestik Kota Bumi Trisakti Damai terdiri dari :
Tabel 4.2 Data Sarana Kota
Sarana Kota
RS ( Rumah Sakit )
S ( Sekolah )
ST ( Stasiun Bis )
K ( Kantor )
H (Hotel)
Kota yang akan direncanakan pada sistem drainase ini terletak pada
elevasi + 296 sampai + 308 meter diatas permukaan laut. Skala peta kota
perencanaan ini yaitu 1:7.000. Elevasi dari selatan ke barat daya kota, timur ke
barat daya kota, dan dari utara kota menurun ke barat daya sehingga kota ini
hanya dapat menggunakan 1 Wadu. Namun, untuk beberapa wilayah yang
mempunyai elevasi yang lebih tinggi dapat dialirkan ke sungai.
Data curah hujan daerah Kota Bumi Trisakti Damai yang digunakan untuk
menghitung intensitas hujan yaitu curah hujan 10 tahun di Stasiun Sultan
Mahmud Badarudin II, Palembang dengan data sebagai berikut :
44
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
TAHUN 2005
JAN FEB MAR APRIL MAY JUNI JULI AGT SEPT OKT NOV DES Maksimum
Hujan Harian
100,4 46,4 127,2 116,6 62,7 83,5 76,9 12,5 80,8 35 47,3 60,5 127,2
Max
TAHUN 2006
JAN FEB MAR APRIL MAY JUNI JULI AGT SEPT OKT NOV DES Maksimum
Hujan Harian
119 91,7 143,3 130,9 31,3 47,2 43,6 50,1 0,4 21,7 51,7 32,5 143,3
Max
TAHUN 2007
JAN FEB MAR APRIL MAY JUNI JULI AGT SEPT OKT NOV DES Maksimum
Hujan Harian
100,2 78,4 34,9 121,2 48,5 53,6 17,3 1,8 15,2 32,3 58,2 66,5 121,2
Max
TAHUN 2008
JAN FEB MARET APRIL MAY JUNI JULI AGT SEPT OKT NOV DES Maksimum
Hujan Harian
36 59,4 67,6 37,8 6,3 5,2 36,3 22,6 19,7 28,2 65,8 42,7 67,6
Max
45
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
TAHUN 2009
JAN FEB MAR APRIL MAY JUNI JULI AGT SEPT OKT NOV DES Maksimum
Hujan Harian
30,7 13,1 70,7 45,3 19,1 72,6 3,5 11,7 8,9 47,2 102,8 51,7 102,8
Max
TAHUN 2010
JAN FEB MAR APRIL MAY JUNI JULI AGT SEPT OKT NOV DES Maksimum
Hujan Harian
21,2 22,7 133 38,2 73,7 63,9 113,8 19,5 82,8 40,8 102,4 32,5 133
Max
TAHUN 2011
JAN FEB MAR APRIL MAY JUNI JULI AGT SEPT OKT NOV DES Maksimum
Hujan Harian
126,6 51,3 69,4 45,3 32,3 53,1 26 22,5 3,1 40,4 68 58,4 126,6
Max
TAHUN 2012
JAN FEB MAR APRIL MAY JUNI JULI AGT SEPT OKT NOV DES Maksimum
Hujan Harian
66,7 75,5 26,3 102,4 73,3 29,5 15,1 31,4 61,6 40,3 214,1 87,3 214,1
Max
TAHUN 2013
JAN FEB MAR APRIL MAY JUNI JULI AGT SEPT OKT NOV DES Maksimum
Hujan Harian
72 80,2 95,8 48,8 19,2 75,3 24,5 36,7 37,5 53,6 78,3 126,6 126,6
Max
46
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
BAB V
PERHITUNGAN
Dimana:
- Log XT = Log (Curah hujan maksimum periode ulang hujan)
____
- Log XT = Log (mean dari curah hujan harian maksimum selama
periode tertentu)
- SD = standard deviasi (data curah hujan terhadap rata-rata data)
- K = Faktor frekuensi, didapatkan dari table dengan mengetahui
koefisien kemencengan (Cs)
n _
n (log x i - log x ) 3
i 1
CS =
(n 1)( n 2) S 3
Log XT =
log xi
n
47
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
( )
SD =
n _
n (log x i - log x ) 3
i 1
CS =
(n 1)( n 2) S 3
Dimana:
- SD = Standar Deviasi
- Log xi = hasil dari log data curah hujan
- Log x = hasil dari rata-rata log xi
- n = jumlah data
2. Metode Gumbel
Rumus Umum :
x = x + SD.K
Dimana:
- x = Curah hujan maksimum periode ulang hujan
- x = mean dari curah hujan harian maksimum selama periode tertentu
- SD = standard deviasi (data curah hujan terhadap rata-rata data)
- K = Faktor frekuensi.
Ytr Yn
K=
Sn
Dimana:
- Yn = reduce mean, tergantung jumlah data
- Sn = reduce standard deviation, tergantung pada jumlah data
- tr = fungsi waktu balik (tahun)
48
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
tr - 1
ln ln
Ytr = tr
( )
Sr =
Dimana :
X = X rata rata tahunan
Sr = simpangan baku
n = jumlah data
c. Menghitung Yt (reduce variate) untuk PUH 2, 5, 10, 25 tahun
d. Menghitung nilai K (faktor koreksi)
e. Menghitung R24 untuk PUH 2, 5, 10, 25 tahun
R24 = x + SD.K
49
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
Dimana :
R24 = data curah hujan (mm)
t = waktu lamanya hujan (menit)
I = intensitas hujan (mm/jam)
50
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
1) Metode Talbot
a
Ixtx I I xtx I
2 2
Nx I I x I
2
b
Ixtx I I xtxN
2
Nx I I x I
2
2) Metode Sherman
log a
log I x log t log Ix log t x t
2
n
log I x log t log Ix log t xN
Nx (log t ) log t x log t
2
3) Metode Ishiguro
a
Ix t x I I
2 2
x t x I
Nx I I x I
2
b
Ix t x I I 2
x t xN
Nx I I x I
2
51
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
a. Metode Talbot
a
I
t b
b. Metode Ishiguro
a
I
tn n
c. Metode Sherman
a
I
t b
d. Standar Deviasi
1 n n
Ii I 1 i
n i 1 N i 1
52
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
53
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
Tc = Td + To
108 n ( Lo )1/3
to = ( So )1/3
54
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
Dimana :
to = inlet time ( waktu limpasan ) ( menit )
c = koefisien pengaliran
Lo = panjang limpasan ( m )
So = kemiringan medan limpasan (%)
n = harga kekasaran permukaan tanah
Td = waktu air mengalir ke tempat yang diukur
Td = Ld / Vd
Dimana :
L = panjang jalur yang ditinjau ( m )
V = kecepatan aliran air dalam saluran ( m/dtk )
A = daerah tangkapan
h) Menghitung intensitas hujan dan menghitung debit
Intensitas (I) dihitung dengan diambil periode ulang 2,5,10,25 tahun
dan menggunakan metode terpilih yaitu Metode Ishiguro, kemudian debit
(Q) dihitung berdasarkan nilai I, C dan A dengan menggunakan rumus:
Q = 1/360 x C x I
xA
Dimana :
Q = Debit banjir maksimum
C = Koefisien pengaliran. (Angka pengaliran (C) berubah dari waktu
ke waktu sesuai dengan perubahan yang terjadi pada daerah urban
terhadap faktor faktor tersebut).
I = intensitas hujan
55
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
5. Kemiringan Saluran
Slope saluran diusahakan agar sama dengan slope tanah tetapi dapat
diubah jika diperlukan untuk memenuhi kriteria perencanaan.
6. Tinggi Muka Air
Dimensi saluran yang dipilih sesuai dengan kondisi lapangan yang ada.
Namun untuk y optimum dapat menggunakan rumus berikut:
=
7. Lebar Saluran
Lebar saluran optimum dapat dihitung menggunakan rumus berikut:
b=2xy
56
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
11. V asumsi
D samakan dengan V pada analisa debit saluran.
57
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
58
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
BAB IV
PENUTUP
6.1 Simpulan
Perencanaan penyaluran drainase Kota Bumi Trisakti Damai dilakukan
dengan menggunakan jenis pengaliran terbuka agar air hujan yang turun dapat
dialirkan secara langsung ke badan air penerima. Sistem Drainase di perkotaan
dianggap perlu karena bila air hujan dibiarkan begitu saja akan terjadi dampak
yang merugikan bagi masyarakat. Selain itu masalah-maslah lain seperti banjir
serta tanah longsor sehingga dapat mengganggu ekosistem sekitar dan kelestarian
alam.
Penyaluran akhir dari sistem drainase tersebut disalurkan dengan
menggunakan sistem gravitasi. Pemilihan sistem gravitasi ini adalah dengan
pertimbangan segi ekonomis dan mudah dalam pengoperasiannya. Tidak semua
air hujan berakhir di Waduk Barat Daya, tetapi ada beberapa daerah yang berakhir
di sungai.
Desain dan perhitungan yang tepat akan sangat membantu dalam
mengatasi kesulitan dalam masalah perencanaan teknis. Oleh karena itu,
perhitungan harus dilakukan secara teliti sehingga masalah yang timbul dari
sistem drainase dapat dihindarkan.
6.2 Saran
Dalam membuat perencanaan Sistem Penyaluran Air Limbah ini, saran yang
dapat diberikan adalah :
1. Dalam membagi daerah pelayanan sebaiknya dibagi secara merata agar
perencanaan yang dibuat bagus.
2. Mahasiswa harus lebih teliti dalam memasukkan data ke dalam tabel
perhitungan.
3. Mahasiswa sebaiknya mengkoreksi dan mencari literatur terlebih dahulu
rumus yang dimasukkan ke dalam tabel perhitungan, karena umunya
kesalahan terjadi karena salah memasukkan rumus.
59
SPAL DAN DRAINASE / SITI ZULAIHA / 082001400060
DAFTAR PUSTAKA
Fair and Geyer. 1966. Water and Wastewater Engineering. Vol. 1. New York:
Wiley Int. Ed.
M. Anis Al-Layla, Shamin ahmad, E. Joe Middlebrooks, Water Supply
Engineering Design . Ann Arbor Science, 1978.
Metcalf & Addy, Waste Water Engineering Treatment, Disposal, Reuse , Edisi
3, Mc Graw Hill. International Edition, 1991
Sri Harto Br. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
V.Giles, Ronald. 1977 Theory And Problem Of Flid Mechanics And
Hydraulics . Mc Graw-Hill Inc. Terjemahan oleh Ir. Herman Widodo
Winarni. 2004. Modul I Sistem Penyediaan Air Minum. Jakarta: Jurusan Teknik
Lingkungan: Universitas Trisakti.
60