Anda di halaman 1dari 20

M.

Fahrizal 2010815210002 Sistem Penyediaan Air Minum Banda Aceh

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. SISTEM HIDROLIKA DALAM DISTRIBUSI


2.1.1. Sistem Pengaliran
Untuk mendistribusikan air minum dapat dipilih salah satu sistem diantara tiga sistem pengaliran,
yaitu :
a. Sistem pengaliran gravitasi
Sistem ini digunakan bila elevasi sumber air baku atau pengolahan jauh berada diatas elevasi daerah
pelayanan dan sistem ini dapat memberikan energi potensial yang cukup tinggi hingga pada daerah
pelayanan terjauh. Sistem ini merupakan yang paling menguntungkan karena pengoperasian dan
pemeliharaannya mudah dilakukan.
b. Sistem pemompaan
Sistem ini digunakan bila beda elevasi antara sumber air atau instalasi dengan daerah pelayanan tidak
dapat memberikan tekanan air yang cukup, sehingga air yang akan didistribusikan dipompa langsung ke
jaringan distribusi. Kelemahan sistem ini yaitu dalam hal biaya yang besar karena dibutuhkan pompa
untuk pengalirannya.
c. Sistem kombinasi
Sistem ini merupakan sistem pengaliran dimana air baku dari sumber air atau instalasi pengolahan
dialirkan ke jaringan pipa distribusi dengan menggunakan pompa atau reservoir distribusi, baik
dioperasikan secara bergantian ataupun bersama-sama dan disesuaikan dengan keadaan topografi daerah
pelayanan.

2.1.2. Sistem Distribusi Air


Air yang disuplay melalui pipa induk akan didistribusikan melalui dua alternatif sistem yakni :
a. Continous System (Sistem Berkelanjutan)
Dalam sistem ini, air minum yang ada akan disuplay dan didistribusikan kepada konsumen secara terus-
menerus selama 24 jam. Sistem ini biasanya diterapkan bila pada setiap waktu kuantitas air baku dapat
mensuplay seluruh kebutuhan konsumen di daerah tersebut.
Keuntungan :
 Konsumen akan mendapatkan air setiap saat
 Air minum yang diambil dari titik pengambilan di dalam jaringan pipa distribusi selalu didapat
dalam keadaan segar
Kerugian :
 Pemakaian air cenderung lebih boros
 Jika ada sedikit kebocoran maka jumlah air yang terbuang besar
b. Intermitten System
Dalam sistem ini, air minum yang ada akan disuplay dan didistribusikan kepada konsumen hanya selama
beberapa jam dalam satu hari. Biasanya berkisar antara 2 hingga 4 jam untuk sore hari. Sistem ini
biasanya diterapkan bila kuantitas dan tekanan air yang cukup tidak tersedia.
Keuntungan :
 Pemakaian air cenderung lebih hemat
 Jika ada kebocoran maka jumlah air yang terbuang relatif kecil.

2
M. Fahrizal 2010815210002 Sistem Penyediaan Air Minum Banda Aceh

Kerugian :
 Bila terjadi kebakaran pada saat tidak beroperasi maka air untuk pemadam kebakaran tidak dapat
disediakan.
 Setiap rumah perlu menyediakan tempat penyimpanan air yang cukup agar kebutuhan air sehari-
hari dapat terpenuhi
 Dimensi pipa yang digunakan akan lebih besar karena kebutuhan air yang disuplay dan
didistribusikan dalam sehari hanya ditempuh dalam jangka waktu yang pendek
Dari kedua sistem hidrolika distribusi diatas dapat diketahui bahwa sistem berkelanjutan (Continous
System) merupakan sistem distribusi air yang baik dan ideal.

2.1.3. Sistem Jaringan Induk Distribusi


Sistem jaringan induk distribusi yang digunakan dalam pendistribusian ada 2 macam, yaitu :
a. Sistem Cabang atau Branch
Pada sistem ini, air hanya mengalir dari satu arah dan pada setiap ujung pipa akhir daerah pelayanan
terdapat titik akhir (dead end). Sistem ini biasanya digunakan pada daerah dengan sifat-sifat sebagai
berikut :
 Perkembangan kota ke arah memanjang
 Sarana jaringan jalan tidak saling berhubungan
 Keadaan topografi dengan kemiringan medan yang menuju satu arah
Keuntungan :
 Jaringan distribusi relatif lebih searah
 Pemasangan pipa lebih mudah
 Penggunaan pipa lebih sedikit karena pipa distribusi hanya dipasang pada daerah yang paling padat
penduduknya
Kerugian :
 Kemungkinan terjadinya penimbunan kotoran dan pengendapan di ujung pipa tidak dapat dihindari
sehingga setidaknya perlu dilakukan pembersihan
 Bila terjadi kerusakan dan kebakaran pada salah satu bagian sistem maka suplay air akan terganggu
 Kemungkinan tekanan air yang diperlukan tidak cukup jika ada sambungan baru
 Keseimbangan sistem pengaliran kurang terjamin, terutama jika terjadi tekanan kritis pada bagian
pipa yang terjauh
b. Sistem Melingkar atau Loop
Pada sistem ini, jaringan pipa induk distribusi saling berhubungan satu dengan yang lain membentuk
lingkaran-lingkaran, sehingga pada pipa induk tidak ada titik mati (dead end) dan air akan mengalir ke
suatu titik yang dapat melalui beberapa arah. Sistem ini biasa diterapkan pada :
 Daerah dengan jaringan jalan yang saling berhubungan
 Daerah yang perkembangan kotanya cenderung ke segala arah
 Keadaan topografi yang relatif datar
Keuntungan :
 Kemungkinan terjadinya penimbunan kotoran dan pengendapan lumpur dapat dihindari (air dapat
disirkulasi dengan bebas)
 Bila terjadi kerusakan, perbaikan, atau pengambilan untuk pemadam kebakaran pada bagian sistem
tertentu, maka suplay air pada bagian lain tidak terganggu

3
M. Fahrizal 2010815210002 Sistem Penyediaan Air Minum Banda Aceh

Kerugian :
 Sistem perpipaan yang rumit
 Perlengkapan pipa yang digunakan sangat banyak

2.2. SISTEM PERPIPAAN DISTRIBUSI


Pada umumnya, macam-macam pipa yang ada dan digunakan dalam perencanaan sistem distribusi
air minum adalah sebagai berikut :

2.2.1. Pipa Primer atau Pipa Induk (Supply Main Pipe)


Pipa ini merupakan pipa yang berfungsi membawa air minum dari instalasi pengolahan atau
reservoir distribusi ke suatu daerah pelayanan. Pipa primer ini memiliki diameter yang relatif besar.
2.2.2. Pipa Sekunder (Arterial Main Pipe)
Pipa sekunder merupakan pipa yang disambungkan langsung pada pipa primer dan mempunyai
diameter yang sama atau lebih kecil dari pipa primer.

2.2.3. Pipa Tersier


Pipa ini berfungsi untuk melayani pipa service karena pemasangan langsung pipa servis pada pipa
primer sangat tidak menguntungkan, mengingat dapat terganggunya pengaliran air dalam pipa dan lalu lintas
di daerah pemasangan. Pipa tersier dapat disambungkan langsung pada pipa sekunder atau primer.

2.2.4. Pipa Service


Pipa servis merupakan pipa yang dihubungkan langsung pada pipa sekunder atau tersier, yang
kemudian dihubungkan pada sambungan rumah (konsumen). Pipa ini memiliki diameter yang relatif kecil.

2.3. STANDARD PENYEDIAAN AIR


2.3.1. Umum
Kebutuhan air merupakan jumlah air yang diperlukan bagi kebutuhan dasar/suatu unit bagi
konsumsi air, dimana kehilangan air dan kebutuhan air untuk pemadam kebakaran juga ikut dipertimbangkan.
Kebutuhan dasar dan kehilangan air tersebut berfluktuasi dari waktu ke waktu, dengan skala jam, hari,
minggu, bulan selama kurun waktu satu tahun. Khusus untuk pemadam kebakaran, kebutuhan airnya tidak
berfluktuasi disebabkan penggunaannya insidental dan dalam kondisi tak terduga.
Besarnya air yang digunakan untuk berbagai jenis penggunaan tersebut dikenal dengan pemakaian
air. Besarnya konsumsi air yang digunakan dipengaruhi oleh faktor seperti :
 Ketersediaan air baik dari segi kualitas, kuantitas dan kontinuitas
 Kebiasaan penduduk setempat
 Pola dan tingkat kehidupan
 Harga air
 Teknis ketersediaan air seperti fasilitas distribusi, fasilitas pembuangan limbah yang dapat
mempengaruhi kualitas air bersih dan kemudahan dalam mendapatkannya
 Keadaan sosial ekonomi penduduk setempat

4
M. Fahrizal 2010815210002 Sistem Penyediaan Air Minum Banda Aceh

2.3.2. Standard Penyediaan Air Domestik


Standard penyediaan air domestik ditentukan oleh jumlah konsumen domestik yang dapat diketahui
dari data penduduk yang ada. Standard penyediaan Kebutuhan air domestik ini meliputi minum, mandi,
masak dan lain-lain. Kecenderungan meningkatnya kebutuhan dasar air ditentukan oleh kebiasaan pola hidup
masyarakat setempat dan didukung oleh kondisi sosial ekonomi.
Jenis pelayanan air memberikan pengaruh terhadap konsumsi air. Ada 2 kategori fasilitas
penyediaan air minum yaitu :
a. Fasilitas perpipaan, meliputi :
 Sambungan rumah dimana kran disediakan di dalam bangunan
 Sambungan halaman dimana kran hanya disediakan hingga halaman rumah saja
 Sambungan umum yakni berupa kran umum atau bak air yang digunakan bersama oleh sekelompok
rumah/bangunan
b. Fasilitas non perpipaan, meliputi sumur umum, mobil air dan mata air.
Jumlah penduduk suatu kota sangat mempengaruhi kebutuhan air perorangan. Hal tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 2.1. Konsumsi Air Bersih

Kategori Kota Jumlah Penduduk Kebutuhan Air


(jiwa) (liter/orang/hari
Metropolitan >1.000.000 170-190
Kota Besar 500.000-1.000.000 150-170
Kota Sedang 100.000-500.000 130-150
Kota Kecil 200.000-100.000 100-130
Ibu Kota Kecamatan <20.000 90-100
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum, Kebutuhan Air Bersih Berdasarkan Kategori Kota 2005.

2.3.3. Standarad Penyediaan Air Non Domestik


Standard penyediaan air non domestik ditentukan oleh banyaknya konsumen non domestik yang
meliputi fasilitas seperti perkantoran, kesehatan, industri, komersial, umum dan lainnya. Untuk memprediksi
perkembangan kebutuhan air non domestik perlu diketahui rencana pengembagan kota serta aktifitasnya.
Apabila tidak diketahui, maka prediksi dapat didasarkan pada satuan ekivalen penduduk, dimana konsumen
non domestik dapat dihitung mengikuti perkembangan standard penyediaan air domestik. Secara lengkap
dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.2. Kebutuhan Konsumsi Air Konsumen Non Domestik


KATEGORI KEBUTUHAN AIR
Masjid 25-40 L/orang/hari
Gereja 5-15 L/orang/hari
Terminal 15-20 L/orang/hari
Umum
Sekolah 15-30 L/orang/hari
Rumah Sakit 220-300 L/tempat tidur/hari
Kantor 25-40 L/orang/hari

5
M. Fahrizal 2010815210002 Sistem Penyediaan Air Minum Banda Aceh

Peternakan 10-35 L/ekor/hari


Industri
Industri Umum 40-400 L/orang/hari
Bioskop 10-15 L/kursi/hari
Hotel 80-120 L/orang/hari
Komersil
Rumah Makan 65-90 L/meja/hari
Pasar/Toko 5 L/m2/hari

Sumber : Ir. Sarwoko, “Penyediaan Air Bersih”

2.3.4. Standard Penyediaan Air Pemadam Kebakaran


Standard penyediaan air untuk pemadam kebakaran bervariasi tergantung pada area pelayanan,
konstruksi bangunan dan jenis pemakaian gedung serta diutamakan untuk area yang rawan kebakaran.
Besarnya kebutuhan air untuk pemadam kebakaran ini tidak berfluktuasi, dikarenakan terjadinya kebakaran
sulit diduga dan tidak dapat ditentukan. Di Indonesia, belum ada standardisasi untuk kebakaran sehingga
penerapannya bersifat subyektif, biasanya sekitar 10 % s.d 25 % dari kebutuhan air harian maksimum.

2.3.5. Fluktuasi Kebutuhan Air


Pada umumnya, masyarakat Indonesia melakukan aktifitas penggunaan air pada pagi dan sore hari
dengan konsumsi air yang lebih banyak daripada waktu-waktu lainnya. Dari keseluruhan aktifitas dan
konsumsi sehari tersebut dapat diketahui pemakaian rata-rata air. Dengan memasukkan besarnya faktor
kehilangan air ke dalam kebutuhan dasar maka selanjutnya dapat disebut sebagai fluktuasi kebutuhan air.
Dan di dalam distribusi air minum, tolak ukur yang digunakan dalam perencanaan maupun
evaluasinya adalah kebutuhan air hari maksimum dan kebutuhan air jam maksimum dengan mengacu pada
kebutuhan air rata-rata.

2.3.6. Kehilangan Air


Kehilangan air adalah selisih antara banyaknya air yang disediakan dengan air yang dikonsumsi.
Pada kenyataannya, kehilangan air dalam suatu perencanaan sistem distribusi selalu ada. Kehilangan air
tersebut dapat bersifat teknis maupun non teknis. Contoh kehilangan air bersifat teknis adalah kebocoran pada
pipa. Sedangkan contoh kehilangan air bersifat non teknis adalah pencurian air yang dilakukan pihak yang
tidak bertanggungjawab. Dalam merencanakan distribusi air minum harus memperhitungkan kebocoran
dengan maksud agar titik pelayanan tetap dapat terpenuh kebutuhannya akan air.
Kehilangan air memiliki pengertian 3 macam yakni :
a. Kehilangan air rencana
Kehilangan air ini dialokasikan untuk melancarkan operasi dan pemeliharaan fasilitas penyediaan air
bersih. Kehilangan air ini akan diperhitungkan dalam penetapan harga air dimana biaya akan dibebankan
pada konsumen.
b. Kehilangan air percuma
Kehilangan air percuma menyangkut aspek penggunaan fasilitas penyediaan air bersih serta
pengelolaannya. Hal ini sangat tidak diharapkan dan harus diusahakan untuk ditekan dengan cara
penggunaan dan pengelolaan fasilitas air bersih secara baik dan benar.
Kehilangan air percuma ini dibagi menjadi 2 macam yaitu :

6
M. Fahrizal 2010815210002 Sistem Penyediaan Air Minum Banda Aceh

 Leakage (bocor), berarti kehilangan air percuma pada komponen fasilitas yang tidak dikendalikan
dengan baik oleh pengelola
 Wastage (terbuang), berarti kehilangan air percuma pada proses pemakaian fasilitas oleh konsumen
c. Kehilangan air insidentil
Adalah kehilangan air diluar kekuasaan manusia misalnya bencana alam.
Dalam perhitungan perencanaan penyediaan air bersih digunakan istilah kehilangan air rencana,
dengan anggapan bahwa kehilangan air percuma dan insidentil telah termasuk di dalamnya. Besarnya
kehilangan air ini direncanakan sebanyak 15 % s.d 25 % dari kebutuhan total air domestik dan non domestik.

2.3.7. Rumus Perhitungan Kebutuhan Air Rata-rata Harian


Yaitu banyaknya air yang dibutuhkan selama satu tahun dibagi dengan banyaknya hari dalam satu
tahun (365 hari). Rumus yang digunakan sebagai berikut :

…persamaan 2.1

dimana :
Qrh = kebutuhan air rata-rata harian (L/hari)
Qn = kebutuhan air selama satu tahun (L/tahun)
Besarnya kebutuhan air rata-rata harian ini digunakan untuk perencanaan pada pembangunan
instalasi pengolahan air minum. Kebutuhan air rata-rata ini mencakup kebutuhan air domestik dan kebocoran.
Total kebutuhan air non domestik direncanakan sebesar 20 % dari kebutuhan domestik. Kebocoran
diperkirakan sebesar 20 % dari total kebutuhan domestik dan non domestik.
Sehingga :
Qrh = Q total + Q kebocoran …persamaan 2.2

2.3.8. Rumus Perhitungan Kebutuhan Air Harian Maksimum


Yaitu banyaknya air yang dibutuhkan terbesar pada hari tertentu selama satu tahun. Rumus yang
digunakan:
Qhm = fhm x Qrh …persamaan 2.3
dimana :
fhm > 1 atau 115% < fhm < 120 %
fhm = faktor harian maksimum
Qhm = kebutuhan air harian maksimum (L/hari)
Qrh = kebutuhan air rata-rata harian (L/hari)

2.3.9. Rumus Perhitungan Kebutuhan Air Jam Maksimum


Yaitu banyaknya air yang dibutuhkan terbesar pada jam tertentu pada kondisi kebutuhan hari
maksimum. Rumus yang digunakan :
Qjm = fjm x Qhm …persamaan 2.4
dimana :
Qjm = kebutuhan air jam maksimum (L/jam)
fjm = faktor jam maksimum ( 1,5 – 2)
Qhm = kebutuhan air harian maksimum (L/hari)
Besarnya kebutuhan air jam maksimum ini digunakan untuk menentukan dimensi pipa induk distribusi.

7
M. Fahrizal 2010815210002 Sistem Penyediaan Air Minum Banda Aceh

2.3.10. Rumus Perhitungan Kebutuhan Air Total


Diperoleh dari :
Q total = Qjm + Qpmk …persamaan 2.5

2.4. PROYEKSI PENDUDUK


Dalam perencanaan suatu sistem distribusi air minum, diperlukan beberapa kriteria sebagai dasar
perencanaan. Tujuan dari pengajuan beberapa kriteria perencanaan adalah untuk mendapatkan suatu hasil
perencanaan yang tepat dan terkondisi untuk suatu wilayah perencanaan.
Kebutuhan air bersih semakin lama semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk di masa yang akan datang. Untuk itu diperlukan proyeksi penduduk untuk tahun perencanaan.
Walaupun proyeksi bersifat ramalan, dimana kebenarannya bersifat subyektif, namun bukan berarti tanpa
pertimbangan dan metoda. Ada beberapa metoda proyeksi penduduk yang dapat digunakan untuk
perencanaan.

2.4.1. Metoda Perbandingan


Cara yang ditempuh adalah dengan membandingkan daerah tinjauan dengan daerah lain yang
dianggap mempunyai perkembangan yang sama. Dalam memilih daerah pola, diperlukan pertimbangan
sebagai berikut :
 Daerah pola mempunyai arti pertumbuhan dan perkembangan faktor sosial, ekonomi, politik dan
kebijaksanaan pembangunan yang dapat dibandingkan dengan daerah tujuan.
 Keadaan tersebut harus tetap terjamin di masa mendatang sesuai dengan perencanaan yang diambil.
Metoda ini digunakan jika data penduduk yang dimiliki kurang lengkap sehingga kelemahannya
terletak pada hasil proyeksi yang kurang mendekati keadaan yang sebenarnya dan sifatnya sementara.

2.4.2. Metoda Ekstrapolasi Grafik


Metoda ini bertujuan untuk menentukan kecenderungan perkembangan penduduk, bukan ketepatan
perkiraan jumlah penduduk. Cara perhitungannya:
 Data penduduk pada masa lampau diplot pada kertas grafik yang telah disiapkan.
 Ditarik garis dari titik yang telah dibuat.
 Garis diperpanjang untuk memperkirakan jumlah penduduk pada masa yang akan datang.
Pada metoda ini, hasil perkiraan penduduk akan berbeda satu dengan yang lain karena tergantung
pada jenis interval waktu yang digunakan. Banyak kelemahan yang dimiliki metoda ini, salah satunya yaitu
ketidak-akuratan hasil yang diperoleh sehingga metoda ini jarang digunakan.

2.4.3. Metoda Aritmatika


Metoda ini sesuai untuk daerah dengan perkembangan penduduk yang selalu meningkat/bertambah
secara konstan.
Rumus untuk perhitungannya :
Pn = Po + a . n …persamaan 2.6
dimana :
Pn = jumlah penduduk pada tahun proyeksi (jiwa)
Po = jumlah penduduk pada awal tahun dasar (jiwa)
a = rata-rata pertambahan penduduk (jiwa/tahun)
n = kurun waktu proyeksi (tahun)
8
M. Fahrizal 2010815210002 Sistem Penyediaan Air Minum Banda Aceh

2.4.4. Metoda Geometri


Proyeksi dengan metoda ini dianggap bahwa perkembangan penduduk secara otomaris berganda
dengan pertambahan penduduk. Metoda ini tidak memperhatikan adanya suatu saat terjadi perkembangan
menurun dan kemudian mantap, disebabkan kepadatan penduduk mendekati maksimum.
Rumus untuk perhitungannya :
Pn = Po ( 1 + r ) n …persamaan 2.7
dimana :
Pn = jumlah penduduk pada tahun proyeksi (jiwa)
Po = jumlah penduduk pada awal tahun dasar (jiwa)
r = rata-rata pertambahan penduduk (%)
n = selisih antara tahun proyeksi dengan tahun dasar ( tahun)

2.4.5. Metoda Least Square


Metoda ini juga dapat digunakan untuk daerah dengan perkembangan penduduk yang mempunyai
kecenderungan garis linear meskipun perkembangan penduduk tidak selalu bertambah.
Rumus perhitungannya :
Pn = a + b . x …persamaan 2.8
dimana :
Pn = jumlah penduduk pada tahun proyeksi (jiwa)
Po = jumlah penduduk pada awal tahun dasar (jiwa)
X = kurun waktu proyeksi (tahun)

b=

2.5. JENIS PIPA DAN PERLENGKAPANNYA


2.5.1. Jenis Pipa
Beberapa jenis pipa yang umum digunakan dalam perencanaan sistem distribusi air minum antara
lain : Cost Iron (CI), Ductile Iron (DI), Asbestos Cement (AC) dan Polyvinil Chlorida (PVC).
Hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan adanya masalah perpipaan adalah :
 Pemilihan Bahan Pipa
Bahan pipa yang akan dipakai dan dipasang harus memperhatikan faktor-faktor seperti harga pipa,
tekanan air maksimum, korosifitas terhadap air dan tanah serta kondisi lapangan (beban lalu lintas, letak
saluran air buangan dan kepadatan penduduk)
 Kedalaman dan peletakan pipa disesuaikan dengan brosur pipa.

2.5.2. Perlengkapan Pipa

9
M. Fahrizal 2010815210002 Sistem Penyediaan Air Minum Banda Aceh

Macam-macam perlengkapan pipa yang mendukung sistem distribusi air minum antara lain :
a. Gate valve
Berfungsi untuk mengontrol aliran dalam pipa assesoris ini dapat menutup suplay air jika diinginkan dan
membagi aliran ke bagian lain.
b. Air release valve
Berfungsi untuk melepaskan udara yang ada di dalam aliran air. Dipasang pada setiap jalur pipa tinggi
dan mempunyai tekanan lebih dari 1 atm.
c. Blow off valve
Adalah gate valve yang dipasang pada setiap dead end atau titik terendah dari setiap jalur pipa
d. Check valve
Valve ini dipasang bila pengaliran di dalam pipa diinginkan satu arah. Alat ini dipasang pada pipa tekan
antara pompa dan gate valve. Tujuannya, bila pompa mati maka pukulan akibat aliran balik tidak
merusak pompa.
e. Fire hydrant
Berfungsi untuk memberikan air bila terjadi kebakaran. Alat ini dipasang pada area yang frekuensi
kebakarannya cenderung tinggi dan tergantung pada :
 Kepadatan penduduk dan aktivitasnya
 Luas daerah pelayanan
 Setiap persimpangan jalan yang cukup padat sehingga memudahkan tugas pemadam kebakaran
f. Manhole/valve chamber
Sebagai tempat pemeriksaan atau perbaikan bila terjadi gangguan pada valve. Penempatannya pada
tempat assesoris yang penting dan pada jalur pipa setiap jarak 300-600 meter, terutama pada pipa
berdiameter besar. Ukuran manhole ini biasanya  60 cm x 60 cm.
g. Bangunan perlintasan pipa
Diperlukan bila pipa harus memotong sungai, rel kereta api dan jalan agar keamanan pipa dapat
terjamin.
h. Thrust block
Diperlukan pada pipa yang mengalami beban hidrolik yang tidak seimbang, misalnya pada pergantian
diameter pipa, akhir pipa dan belokan. Gaya ini harus ditahan oleh thrust block untuk menjaga agar
fitting tidak bergerak. Umumnya lebih praktis memasang thrust block ini setelah saluran ditimbun tanah
dan dipadatkan, sehingga menjamin mampu menahan getaran/gaya hidrolik atau bebam lain. Thrust
block hendaknya dipasang pada sisi parit, maka dari itu perlu untuk meratakan sisi parit atau menggali
sebuah lobang masuk ke dalam dinding parit untuk menahan gaya geser.
i. Meter tekanan
Dipasang pada pompa agar dapat diketahui besarnya tekanan kerja pompa. Kontrol perlu dilakukan
untuk menjaga keamanan distribusi dari tekanan kerja pompa dan menjaga kontinuitas aliran.
j. Meter air
Berfungsi untuk mengetahui besarnya jumlah pemakaian air dan juga sebagai alat pendeteksi kebocoran.
Meter air terpasang pada setiap sambungan yang dipasang secara kontinyu.
k. Sambungan pipa dan perlengkapannya
Sambungan pipa dan perlengkapannya yang sering digunakan meliputi :

10
M. Fahrizal 2010815210002 Sistem Penyediaan Air Minum Banda Aceh

i. Bell dan spigot


Spigot dari suatu pipa dimasukkan ke dalam bell (socket) pipa lainnya. Untuk menghindari
kebocoran, menahan pipa serta memungkinkan defleksi (sudut sambungan berubah) maka
dilengkapi dengan gasket.
ii. Flange joint
Biasanya dipakai untuk pipa bertekanan tinggi dan untuk sambungan yang letaknya dekat dengan
instalasi pompa. Sebelum kedua flange disatukan dengan mur dan baut, maka diantara flange
disisipkan packing untuk mencegah kebocoran.
iii. Ball joint
Digunakan untuk sambungan dua pipa dalam air.
iv. Reducer-increaser
Increaser untuk menyambung pipa dari diameter kecil ke diameter besar sedangkan reducer untuk
menyambung dua pipa dari diameter besar ke diameter kecil.
v. Bend
Merupakan assesoris untuk belokan pipa. Sudut belokan pipa yang umumnya digunakan 90 0,
450,22.50, dan 11.250.
vi. Tee
Untuk menyambung pipa pada percabangan.
vii. Tapping band
Dipasang pada tempat yang perlu disadap dan untuk dialirkan ke tempat lain. Dalam hal ini, pipa
distribusi di bor dan tapping band dipasang dengan baut disekeliling pipa dengan memeriksa agar
cincin melingkar penuh pada keliling lubang dan tidak menutupi lubang tapping. Apabila dimensi
penyadapan terlalu besar, maka pipa distribusi dapat dipotong selanjutnya dipasang tee atau
perlengkapan lain yang sesuai.
2.5.3. Pemilihan Pipa
Beberapa dari faktor-faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan pipa adalah :
 Kekuatan pipa terhadap cairan yang akan ditransportasikan
 Daya tahan terhadap korosi dan erosi
 Pengeluaran yang diperlukan untuk pipa dan penanganannya
 Kondisi pipa, ketersediaan, bahan baku dan biaya pemeliharaan
2.5.4. Profil Perpipaan

Elevasi

Panjang pipa
Gambar 2.1. Profil Pipa

2.6. SISTEM PENANGANAN KEBOCORAN PADA SISTEM PERPIPAAN

11
M. Fahrizal 2010815210002 Sistem Penyediaan Air Minum Banda Aceh

Pada suatu sistem perpipaan tidak jarang terjadi kebocoran. Maka dari itu, dilakukan pengetesan
untuk mengetahui lokasi titik kebocoran itu. Tes yang biasa dilakukan adalah :

2.6.1. Tes isolasi zona


Dalam suatu sistem perpipaan suatu daerah, terbagi atas sejumlah zona perpipaan yang disebut
waste zone. Untuk mendeteksi kebocoran pada sistem perpipan dengan menggunakan metode ini, dilakukan
di setiap wates zone yang ada.
Tes ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa aliran yang masuk suatu waste zone hanya aliran
yang melewati meter air pada titik tapping (satu titik tapping) untuk waste zone tersebut.
Prosedur untuk melakukan tes ini yaitu :
 Tutup katup pada titik tapping yang menuju ke waste zone
 Cek aliran pada pelanggan
 Bila tidak ada aliran berarti zone tersebut telah terisolasi
 Jika masih ada aliran berarti zone tersebut belum terisolasi, maka yang dilakukan berikutnya :
♪ Perlu dilakukan pemerikasaan karena kemungkinan ada pipa dari waste zone yang lain yang
berhubungan dengan zone yang dites
♪ Bila ada, katup pipa tersebut ditutup
♪ Kemungkinan ada kebocoran pada pipa servis
♪ Ulangi tes isolasi sampai zone benar-benar terisolasi atau ditemukan titik kebocoran

2.6.2. Step test


Step test ini dilakukan untuk menentukan lokasi kebocoran yang besar dari suatu step area dimana
step area ini adalah bagian dari suatu waste zone. Jadi, bila kebocoran bukan karena penambahan dari waste
zone yang lain maka perlu dilakukan step test. Waktu pelaksanaannya adalah pada waktu terjadinya AMM
(Aliran Malam Minimum). Bila pada malam hari dimana pada umumnya tidak ada pemakaian air oleh
pelanggan, tetapi dalam pendataan melalui pemeriksaan meter air pada suatu waste zone ternyata
menunjukkan bahwa terdapat AMM berarti kemungkinan terjadi kebocoran pada salah satu step area.
Prosedur step test ini antara lain :
 Tutup katup pada step test area I secara bersamaan. Catat penurunan debit pada meter air zona atau pada
meter air zona atau pada data logger yang dipasang.
 Selang beberapa menit kemudian, tutup katup step area II secara bersamaan. Catat penurunan debit.
 Selang menit yang sama, kemudian tutup katup step area III secara bersamaan.
 Kemudian dengan selang menit yang sama, semua katup dibuka sesuai dengan urutan prosedur a, b dan
c.
 Plot pada grafik seperti dibawah ini sehingga dapat diketahui lokasi pipa yang bocor yaitu pada step
area dengan garis penurunan yang besarnya lebih besar dari AMM.
 Lalu lokasi titik kebocoran pada step zona tersebut dapat dideteksi dengan menggunakan alat pendeteksi
yaitu listening stick, micro cord dan leakage detector

12
M. Fahrizal 2010815210002 Sistem Penyediaan Air Minum Banda Aceh

Q(m/s)

s.a I

s.a II

2400 s.a III (waktu)


Gambar 2.2. Data Step test

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa lokasi titik kebocoran ada pada step area II. Maka pendeteksian dengan
alat dilakukan pada step area II.

2.7. DIMENSI PIPA


Analisa jaringan pipa induk dapat dilakuka dengan 2 metode yakni :
 Metode Hardy Cross dengan cara manual
 Perhitungan dengan menggunakan komputer

2.7.1. Metode Hardy Cross dengan cara manual


Untuk mendapatkan dimensi pipa yang tepat, efisisensi dan ekonomis serta sesuai dengan kriteria
perencanaan yang digunakan maka metode ini dapat digunakan dengan pertimbangan sebagai berikut :
 Keakuratan hasil perhitungan
 Kemudahan dalam pemakaian
 Umum digunakan
Beberapa persamaan yang digunakan adalah :
a. Persamaan Mass Balance
Qin = Qout …persamaan 2.9
b. Persamaan kontinuitas
Q=A.V …persamaan 2.10
c. Persamaan Hazen William

…persamaan 2.11

d. Koreksi debit (Q)

…persamaan 2.12

e. Persamaan Debit yang sebenarnya


Qs = Qa + Q …persamaan 2.13
Cara perhitungan :
1. Asumsikan arah dan debit aliran serta diameter pipa dalam sistem, dengan jumlah debit masuk dalam
setiap sambungan sama dengan debit yang keluar. Kecepatan aliran berkisar antara 0.3 – 2.5 m/dtk.
2. Hitung headloss masing-masing pipa loop berdasarkan debit asumsi dengan memperhatikan arah aliran
(bila searah jarum jam bernilai negatif).

13
M. Fahrizal 2010815210002 Sistem Penyediaan Air Minum Banda Aceh

3. Tanpa memperhitungkan tanda, hitung jumlah nilai Hf/q atau k . Q1,85.


4. Hitung debit koreksi dengan mengoreksi tiap loop.
5. Ulangi prosedur diatas untuk setiap loop sehingga didapat koreksi yang sekecil mungkin (mendekati
nol).

2.6.2. Perhitungan dengan Komputer


Langkah-langkah dalam perhitungan yaitu :
1. Menyediakan disket dos dan disket program loop
2. Menghitung jumlah node dan jumlah pipa pada loop
3. Mengasumsikan arah aliran dan debit setiap tapping untuk mempermudah perhitungan dimana jumlah
total debit setiap tapping untuk mempermudah perhitungan dimana jumlah debit yang masuk dan keluar
sama
4. Mengasumsikan diameter pipa dengan kecepatan dalam aliran pipa pada range 0.3 – 2.5 m/dtk
5. Menentukan konstanta C (asumsi = 130)
6. Menghitung panjang pipa antar tapping (node)
7. Menentukan elevasi tiap node dan elevasi reservoir
8. Memasukkan data sebagai input data

Cara pengoperasiannya adalah sebagai berikut :


1. Masukkan disket pada drive A lalu melakukan warm boot ( Ctrl-Alt-del)
2. Setelah keluar prompt A> keluarkan dos dan masukkan disket program pada drive A lalu ketik loop dan
tekan enter
3. Tekan [C] untuk membuat file baru
4. Masukkan data pada layar pertama
Tittle name : ( judul program perencanaan sistem distribusi)
No of pipe : (jumlah pipa)
No of node : (jumlah node)
Peak Faktor : (gunakan sesuai perencanaan)
Max headloss : (yang diinginkan,10)
Max balance : (debit koreksi terkecil yang diinginkan)
5. Masukkan data pada layar kedua
No of pipe : 1,2,3,…dst
No of node : from…to…
Length : panjang pipa antar node
Diameter pipa : (dalam mm)
6. Masukkan data pada layar ketiga
No node :…
Elevation : (tinggi elevasi node)

7. Masukkan data pada layar keempat


No node : (node untuk reservoir)
Elevation : (elevasi menara)
8. Tekan [TAB] untuk memeriksa data input

14
M. Fahrizal 2010815210002 Sistem Penyediaan Air Minum Banda Aceh

9. Tekan [ESCP] untuk melihat menu


10. Lakukan tindakan saving
Masukkan disket data pada drive B, tekan [S] dan beri nama pada file tersebut
11. Lakukan proses computing
Tekan [ESCP] kemudian tekan [R], tunggu, setelah itu tekan sembarang tombol untuk melihat hasil
computing.
12. Lakukan koreksi
Jika kecepatan terlalu tinggi atau rendah akan mengubah diameter pipa dan perhatikan tekanan air yang
kurang dari 10 m, diperbaiki dengan menaikkan tinggi menara (menambah elevasi)
13. Lakukan saving
14. Untuk mencetak tampilan : tekan [ESCP] lalu tekan enter dan printer dalam keadaan ready lalu tekan [P]
15. Bila pengoperasian selesai, masukkan disket dos pada drive A, tekan [ESCP], tekan [Q] maka program
akan kembali ke dos

2.8. KECEPATAN ALIRAN


Nilai kecepatan aliran dalam pipa yang diizinkan adalah 0.3 – 2.5 m/dtk pada debit jam puncak.
Kecepatan yang terlalu kecil menyebabkan endapan yang ada dalam pipa tidak bisa terdorong. Selain itu,
pemborosan biaya karena diameter pipa yang besar. Sedangkan pada kecepatan terlalu besar mengakibatkan
pipa mudah aus dan mempunyai headloss yang tinggi, sehingga biaya pembuantan elevated reservoir naik.
Untuk menentukan kecepatan aliran dalam pipa digunakan rumus :

…persamaan 2.14

dimana :
Q = debit aliran (m3/detik)
V = kecepatan aliran (m/detik)
D = diameter pipa (m)

2.9. SISA TEKANAN


Nilai sisa tekanan minimum pada setiap titik dalam jaringan pipa induk yang direncanakan adalah
sebesar 10 meter kolom air. Hal ini dimaksudkan agar air dapat sampai di tangan konsumen dengan tekanan
yang cukup deras/kuat.
Dengan persamaan Bernoulli yang mengasumsikan bahwa aliran air berada dalam kondisi steady
state, maka sisa tekanan minimum sebesar 10 meter kolom air dapat diusahakan.

15
M. Fahrizal 2010815210002 Sistem Penyediaan Air Minum Banda Aceh

…persamaan 2.15

kondisi steady state jika

dimana :
Z1 = elevasi pipa 1 dari datum
Z2 = elevasi pipa 2 dari datum
P1 = tekanan di titik 1
P2 = tekanan di titik 2
V1 = kecepatan aliran di titik 1
V2 = kecepatan aliran di titik 2
g = gaya gravitasi
 = massa jenis air
hf = headloss

2.10. KEHILANGAN TEKANAN


Kehilangan tekanan maksimum 10 m per cm panjang pipa. Kehilangan tekanan (hf) dalam pipa
terjadi akibat friksi antar fluida dengan fluida dan antara fluida dengan permukaan bagian dalam pipa yang
dilalui fluida. Jenis dari kehilangan tekanan sebagai berikut :
a. Mayor Losses
Yaitu kehilangan tekanan sepanjang pipa lurus. Dengan rumus sebagai berikut :

…persamaan 2.16

dimana :
Hf = mayor losses sepanjang pipa lurus (m)
L = panjang pipa (m)
Q = debit fluida (L/dtk)
C = konstanta Hazen Williams
D = diameter (cm)
Perhitungan koreksi debit (Q)dengan rumus :

…persamaan 2.17

b. Minor Losses
Yaitu kehilangan tekanan yang terjadi pada tempat-tempat yang memungkinkan adanya perubahan
karakteristik aliran, misalnya belokan, valve dan lain-lain. Rumus perhitungan :

16
M. Fahrizal 2010815210002 Sistem Penyediaan Air Minum Banda Aceh

…persamaan 2.18

dimana :
k = konstanta kontraksi untuk setiap jenis pipa berdasarkan diameternya
v = kecepatan aliran (m/dtk)
g = percepatan gravitasi (m/dtk2)

Untuk mengetahui tekanan dan kecepatan aliran yang ada dalam pipa, selain memerlukan data
besarnya debit, panjang pipa maka diperlukan juga penentuan elevasi tanah pada titik tertentu (node). Cara
mengetahui elevasi node ada 2 macam yaitu dengan interpolasi kontur dan dengan pengukuran langsung di
lapangan dengan altimeter dan theodolit. Akan lebih akurat jika diambil dari lapangan daripada dengan
interpolasi kontur yang ada.
Cara interpolasi kontur yaitu :

…persamaan 2.19

dimana :
ET = tinggi elevasi muka tanah 1 (m)
ER = tinggi elevasi muka tanah 2 (m)
Dxn = jarak (pada peta) antara elevasi muka tanah (m)
Trn = tinggi elevasi muka tanah yang rendah (m)
Ttn = tinggi elevasi muka tanah yang tinggi (m)
Dpn = jarak (pada peta) antara tinggi elevasi muka tanah yang rendah dengan tinggi elevasi muka tanah
yang tinggi mengapit titik n (cm)
Perhitungan slope medan :

…persamaan 2.20

dimana :
P1.2 = jarak antara tinggi titik 1 dan 2 (cm)
S = slope medan

2.11. RESERVOIR
Dalam perencanaan reservoir ada 2 metode penentuan volume reservoir, yaitu cara analitis dan
grafik. Dipilih cara analitis sebagai metode perencanaan karena cara 2 lebih tepat perhitungannya dibanding
cara grafis. Perhitungan kapasitas reservoir memerlukan data-data supply kebutuhan air bersih.
Prosen pemakaian diperoleh dari data di daerah lain atau berdasarkan pemakaian air pada
umumnya. Prosen suply diperoleh dari :
100 % …persamaan 2.21
jumlah jam pemakaian pompa
Prosen selisih debit : prosen supply – prosen pemakaian …persamaan 2.22
Prosen volume reservoir : prosen selisih debit kumulatif …persamaan 2.23

17
M. Fahrizal 2010815210002 Sistem Penyediaan Air Minum Banda Aceh

Prosen kapasitas reservoir :


% volume terbesar - % volume terkecil ...persamaan 2.24
Volume reservoir : Prosen kapasitas reservoir x Qhm …persamaan 2.25

2.11.1. Elevated Reservoir


Direncanakan volume elevated reservoir adalah 1/3 dari volume total reservoir. Sedangkan
sisanya ditampung dalam ground reservoir. Hal ini untuk menghindari dimensi elevated reservoir yang terlalu
besar.
Volume elevated reservoir = 1/3 x volume reservoir …persamaan 2.26

2.11.2. Ground Reservoir


Volume Ground reservoir : 2/3 x volume reservoir …persamaan 2.27

2.11.3. Elevasi Reservoir


Ketinggian elevated reservoir yang dibutuhkan tergantung dari sisa tekan minimum yang
diinginkan pada titik distribusi. Pada perencanaan ini, sisa tekan minimum yang diinginkan adalah 10 m
kolom air.
Ketinggian reservoir : grade line – elevasi muka tanah …persamaan 2.28

2.11.4. Pemompaan Tranmisi


Pemompaan diperlukan untuk menaikkan air dari ground reservoir ke elevated reservoir.
Debit pemompaan : volume elevated reservoir …persamaan 2.29
pemompaan selama kebutuhan

Hf mayor : Hf mayor suction + Hf mayor discharge …persamaan 2.30


Rumus Hf mayor suction :

s …persamaan 2.31

Rumus Hf mayor discharge :

d …persamaan 2.32

Hf minor : Hf minor suction + Hf minor discharge …persamaan 2.33


Rumus Hf minor suction :

…persamaan 2.34

Rumus Hf minor discharge : (n . kbelokan + kvalve) x Vd2/2g …persamaan 2.35


2
H total : Hf mayor + Hf minor + H statis + 2V /2g …persamaan 2.36
2.12. Analisis Jaringan Distribusi Dengan Program EPANET 2.0

2.12.1. Umum
Dalam pengembangan dan pengelolaan sistem distribusi harus ada model jaringan yang dibantu dengan
perangkat lunak atau softwer komputer untuk mengoperasikannya. Pembuatan model jaringan sistem
distribusi, dimana existing sistem telah ada, diperlukan data yang akurat agar model yang dibuat betul-betul
sesuai dengan kenyataan di lapangan. Dengan menggunakan model yang akurat sangat mudah untuk
18
M. Fahrizal 2010815210002 Sistem Penyediaan Air Minum Banda Aceh

mengembangkan sistem distribusi untuk tahun-tahun mendatang. Apabila dalam sistem distribusi terdapat
gangguan misalnya tekanannya rendah, air mengalirnya sangat kecil dan sebagainya, dengan melalui model
dapat diperkirakan penyebabnya. Dengan model pula dapat diperoleh informasi diameter pipa yang paling
ekonomis untuk dipasang. Dengan demikian pergantian dan penambahan pipa dapat diatur seminim mungkin
dengan biaya yang paling ekonomis. Softwer yang digunakan adalah EPANET 2, karena dengan perangkat
lunak ini, perencanaan dapat disimulasikan sehingga mempunyai beberapa keuntungan dalam memodelkan
sistem distribusi, antara lain:
 Sistematik dalam proses editing maupun mengecek kesalahan pada data input.
 Output dapat berupa gambar, misalakan: map yang berwarna dan berkode, histogram, time-series plot,
dan lainya.
 Dapat dihubungkan dengan softwer aplikasi yang lain, seperti databases, spreadsheets, program design
CAD ataupun GIS (Geographic Information System).
 Mampu menampilkan analisis jaringan, seperti optmialisasi besar pipa, optimalisasi jadwal pemompaan,
kalibrasi secara automatis dan modeling kualitas air dalam pipa bertekanan. Tampilan dari lembaran
kerja EPANET 2 dapat dilihat pada gambar 2.3 dan 2.4.

Gambar 2.3 Workspace dari epanet 2

. Workspace dari EPANET 2

Gambar 2.4. Curva Editor

2.12.2. Komponen Fisik


Model EPANET dalam sistem distribusi air merupakan banyak penghubung (links) yang dihubungkan
ke beberapa node. Link gambaran dari pipa, pompa, atau katup kontrol, sedangkan node gambaran dari
junction, tank, atau reservoir. Gambar 3.19 dibawah ini menggambarkan bagaimana setiap obyek dapat
terkoneksi satu dengan yang lainnya.

19
M. Fahrizal 2010815210002 Sistem Penyediaan Air Minum Banda Aceh

Gambar 2.5. Komponen fisik dalam sistem distribusi air


2.12.3. Komponen Non Fisik
EPANET menggunakan tiga tipe obyek informasi untuk membantu komponen fisik, yaitu: kurva, pola,
dan control-melukiskan tingkah laku dan aspek operasi pada sistem distribusi.
1. Kurva, terdiri dari:
 Kurva Pompa
 Kurva Efisiensi
 Kurva Volume
 Kurva Head loss
2. Pola, yang digunakan adalah pola waktu (time patterns) merupakan koleksi pengali yang dapat
diaplikasikan ke kuantitas yang diperbolehkan pada periode tertentu.
3. Kontrol, adalah pernyataan yang menggambarkan bagaimana jaringan beroperasi selama waktu
tertentu. Pernyataan ini untuk status yang spesifik pada data/point yang dipilih. Terdapat dua jenis
kontrol yang dapat digunakan:
 Kontrol sederhana (Simple Control)
 Kontrol berdasarakan aturan (Rule-Based Control).
Epanet 2.0 adalah program komputer yang berbasis Windows yang merupakan program simulasi
dart perkembangan waktu dengan profil hidrolis dan perlakuan kualitas air bersih dalam suatu jaringan pipa
distribusi, yang didalamnya terdiri dari titik/node/junction pipa, pompa, valve (accessories) dan reservoir balk
ground reservoir maupun reservoir menara. Out put yang dihasilkan dart program epanet 2.0 antara lain debit
yang mengalir dalam pipa (lt/dt), tekanan air dart masing-masing titik/node/junction yang dapat dipakai
sebagai analisis dalam menentukan operasi instalasi, pompa dan reservoir serta besarnya konsentrasi unsur
kimia yang terkandung dalam air bersih yang didistribusikan serta penentuan umur air dan dapat juga
digunakan sebagai simulasi penentuan lokasi somber sebagai arah pengembangan. Epanet 2.0 didesain
sebagai alat untuk mengetahui perkembangan dan pergerakan air serta degradasi unsur kimia yang
terkandung dalam air di pipa distribusi air bersih, yang dapat digunakan untuk analisis berbagai macam
sistem distribusi, detail desain, model kalibrasi hidrolis, analisis sisa khlor dan beberapa unsur lainnya.

2.12.4. Kegunaan Epanet 2.0


Program Epanet 2.0 merupakan aplikasi komputer dalam sistem WINDOWS 95/98/2000/Me
maupun NT 2000, yang terintegrasi dalam editing jarirngan iliput data, simulasi hidrolis dan kualitas air yang
dapat dilihat outputnya dalam berbagai format, seperti kode jaringan yang berwarna, tabel, desain grafik
terhadap variabel waktu yang dikehendaki.
Didesain sebagai alat untuk mengetahui perkembangan dan pergerakan air serta degradasi unsur
kimia yang ada dalam air di pipa distribusi. Dapat digunakan sebagai dasar analisis dan berbagai macam
sisem distribusi, detail desain, model kalibrasi hidrolik, analisis sisa khlor dan beberapa unsur lainnya.
 Dapat membantu menentukan alternatif strategis manajemen dalam sistem jaringan pipa distribusi
air bersih seperti:
 Sebagai penentuan alternatif sumber/instalasi, apabila terdapat banyak sumber/instalasi.
 Sebagai simulasi dalam penentuan alternatif pengoperasian pompa dalam melakukan pengisian
reservoir maupun injeksi ke sistem distribusi.
 Digunakan sebagai pusat treatment, seperti dimana dilakukan proses khlorinasi, baik itu di instalasi
maupun di dalam sistem jaringan.
 Dapat digunakan sebagai penentuan prioritas terhadap pipa yang akan dibersihkan / diganti.
Data yang komplit dan akurasi model hidrolis merupakan prasyarat agar model kualitas air efektif.
Epanet merupakan analisis hidrolik yang terdiri dari:
 Analisis ini tidak dibatasi oleh letak lokasi jaringan.
 Kehilangan tekanan akibat gesekan (friction) dihitung dengan menggunakan persamaan Hazen-
Williams, Darcy-Weisbach atau Chezy Manning Formulas.

20
M. Fahrizal 2010815210002 Sistem Penyediaan Air Minum Banda Aceh

Disamping mayor losses, minor losses (kehilangan tekanan di bend, elbow, fitting dll) dapat dihitung.
 Model konstanta atau variable kecepatan pompa.
 Perhitungan energi dan harga pompa.
 Berbagai tipe model valve yang dilengkapi dengan shut off, check, presurre regulating dan valve
yang dilengkapi dengan kontrol kecepatan.
 Reservoir yang berbagai bentuk dan ukuran.
 Faktor fluktuasi pemakaian air.
 Sebagai dasar operating sistem untuk mengontrol level air di reservoir dan waktu.
Epanet juga mamberikan analisis water quality:
 Model pergerakan unsur matrial non reaktif yang melalui jaringan pada setiap saat.
 Model perubahan matrial reaktif dalam proses desinfektan dan sisa khlor.
 Model umur air yang mengalir dalam jaringan.
 Model reaksi kimia sebagai akibat pergerakan air dan dinding pipa.

2.12.5. Input Data Dalam Epanet 2.0


Data-data yang dibutuhkan dalam epanet 2.0 sangat penting sekali dalam proses analisis, evaluasi
dan simulasi jaringan distribusi air bersih berbasis epanet.
Input data yang dibutuhkan adalah:
1. Peta jaringan.
2. Node/junctionltitik dari komponen distribusi.
3. Elevasi.
4. Panjang pipa distribusi.
5. Diameter dalam pipa.
6. Jenis pipa yang digunakan.
7. Umur pipa.
8. Jenis sumber (mata air, sumur bor, IPAM, dan lain-lain).
9. Spesifikasi pompa (bila menggunakan pompa).
10. Bentuk dan ukuran reservoir.
11. Beban masing-masing node (besarnya tapping).
12. Faktor fluktuasi pemakaian air.
13. Kosentrasi chlor di sumber.
Output yang dihasilkan diantaranya adalah:
1. Hidrolik head masing-masing titik.
2. Tekanan dan kualitas air.

2.12.6. Konsep Perencanaan Jaringan Pipa Distribusi dalam Epanet


Jaringan pipa bisa berbentuk loop atau cabang maupun kombinasinya. Untuk kehilangan tekanan
pada pipa dalam program yang dipakai ini dapat memilih 5 (lima) hukum friksi yang ada yaitu :

 White Colerbrook  Machtswet


 Manning  Darcy
 Weisbach
Juga hubungan tersendiri antara Q dan H dapat didefinisikan. Program Epanet bisa menjalankan
satu kali proses untuk menghitung beberapa network atau satu network dengan kebutuhan yang berbeda.
Perubahan terhadap karakteristik jaringan dan kebutuhan mungkin terjadi serta perubahan tersebut bisa
dengan pengulangan atau tidak. Pada umumnya untuk menyelesaikan analisis jaringan pipa data-data yang
harus dipersiapkan adalah :
a. data geometri sistem seperti panjang pipa, diameter pipa, detail tentang layout dan sambungan pipa,
lokasi reservoir, pompa dan valve.
b. data ketinggian tanah (ground level) dapat diperoleh dari peta maupun dari survey.
c. debit (flow) dalam bentuk kebutuhan air yang ditentukan pada node dalam komputer.

21

Anda mungkin juga menyukai