Anda di halaman 1dari 19

TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH

KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia pencemaran terbanyak berasal dari limbah domestik,
banyaknya jumalah penduduk Indonesia dan disertai permukiman penduduk yang
padat dan ramai membuat bannyaknya badan air yang tercemar akibat banyaknya
masyarakat yang membuang air limbahnya ke badan air. Sehingga banyak sungai
di Indonesia yang telah mengalami pencemaran akibat air limbah domestik ini.
Di Pekanbaru sendiri fasilitas IPAL komunal belum terjadinya pemerataan,
masih banyaknya masyarakat yang membuang limbah mereka ke drainase
maupun ke badan air. Di Kecamatan Sukajadi yang memiliki jumlah masyarakat
yang banyak dan banyaknya aktifitas perkantoran serta pendidikan di kecamatan
ini masih belum adanya IPAL komunal yang dibuat oleh pemerintah. Hanya saja
sekarang pemerintah telah merencanakan IPAL komunal untuk beberapa
kelurahan di Kecamatan Sukajdi. Karena tidak adanya IPAL komunal di
kecamatan ini masih ada didapatinya beberapa masyarakat yang membuang
limbah domestik greywater langsung pada saluran drainase. Sehingga dapat
dilihat kondisi drainase yang cukup kotor akibat air limbah domestik masyarakat
yang membuang ke saluran drainase. Dan ada beberapa rumah yang menggunakan
septic tank sebagai pembuangan limbah individual mereka. Seiring waktu dengan
bertambahan penduduk tiap tahunnya pada Kecamatan Sukajadi ini semakin
meningkat. Baertambahnya jumlah penduduk ini tiap tahunnya tidak berbanding
lurus dengan pelayanan sanitasi IPAL ini. Maka dari itu dibutuhkannya
pengolahan limbah secara komunal agar tidak mencemari lingkungan, dengan
pembuatan IPAL komunal ini, diharapkan bertujuan untuk dapat mencegah dan
mengurangi terjdinya pencemaran lingkungan dengan cara pengolahan yang
menurunkan kualitas bahan pencemar yang terkandung pada air limbah sehingga
tidak berbahaya jika dibuang ke badan air atau lingkungan. Sehingga akan
dicapainya lingkungan masyarakat yang bersih dan sehat.
Oleh karena itu diperlukannya suatu perencanaan Sistem Penyaluran Air
limbah (SPAL) di daerah Kecamatan Sukajdi, agar dapat tercapainya lingkungan
yang bersih dan sehat.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari penulisan Tugas Besar Sistem Penyaluran Air Limbah (SPAL)
adalah untuk mengidentifikasikan permasalahan yang terkait tentang sitem
penyaluran air limbah di Kecamatan Sukajadi.
Tujuan dari penulisan Tugas Besar Sistem Penyaluran Air Limbah (SPAL)
adalah untuk merencanakan sistem penyaluran air limbah, memperkiran debit air
limbah yang dibuang oleh masyarakat Sukajadi serta merencanakan saluran
pembuangan air limbah yang tepat untuk daerah Kecamatan Sukajadi.

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup dari penulisan Tugas Besar SPAL ini adalah menghitung
debit air buangan domestik dan non domestik, menghitung fuktuasi pengaliran,
merencanakan saluran air buangan dengan memilih bentuk dan jenis pipa yang

TASHA FUZFA DWIPUTRI (1607123468)


TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

sesuai, melakukan perhitungan pembebanan saluran, menghitung dimensi pipa air


buangan serta menghitung dan merencanakan penanaman pipa.

TASHA FUZFA DWIPUTRI (1607123468)


TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Sumber Air Limbah


Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No.5
Tahun 2014, air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan/ kegiatan yang berwujud
cair. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 tahun
2008 air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga termasuk tinja
manusia dari lingkungan permukiman.Air limbah sebagai sumber pencemar dapat
berasal dari berbagai sumber yang pada umumnya karena hasil perbuatan manusia
dan kemjuan teknologi.
Sumber-sumber air limbah tersebut dibedakan menajdi 2, yaitu (Hardjosuprapto,
2000):
1. Air limbah rumah tangga (domestic wasted water), limbah domestik adalah
limbah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga tetapi
tidak termasuk tinja. Kegiatan sehari-hari yang dapat menghasilkan limbah
adalah mencuci, memasak, mandi, kegiatan pertanian, kegiatan peternakan.
2. Air limbah non domestik (non domestic wastes water), air limbah ini
umumnya berasal dari daerah perkotaan, perdagangan, sekolah, tempat–
tempat ibadah dan tempat–tempat umum lainnya seperti hotel, restoran, dan
industri. 
2.2 Jaringan Sistem Penyaluran Limbah
Ada beberapa sistem penyaluran air buangan yaitu dapat dilakukan secara
terpisah, tercampur, maupun kombinasi antara saluran air limbah dengan saluran
air hujan yaitu (Hardjosuprapto, 2000):
1. Sistem terpisah

Gambar 2.1 Sistem Terpisah


Sistem ini dikenal dengan full sewerage, dimana air buangan dan air hujan
dialirkan secara terpisah melalui saluran yang berbeda. Sistem ini digunakan
dengan pertimbangan antara lain:
1. Periode musim hujan dan kemarau lama
2. Kuantitas aliran yang jauh berbeda antara air hujan dan air limbah domestik.

TASHA FUZFA DWIPUTRI (1607123468)


TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

3. Air limbah umumnya memerlukan pengolahan terlebih dahulu, sedangkan


air hujan harus secepatnya dibuang ke badan air penerima.
4. Fluktuasi debit (air limbah domestik dan limpasan air hujan) pada
musim kemarau dan musim hujan relatif besar
5. Saluran air buangan dalam jaringan riol tertutup, sedangkan air hujan
dapat berupa polongan (conduit) atau berupa parit terbuka (ditch).
Kelebihan sistem ini adalah masing-masing sistem saluran
mempunyai dimensi yang reatif kecil sehingga memudahkan dalam
konstruksi serta operasi dan pemeliharaannya. Sedangkan kelemahannya
adalah memerlukan tempat luas untuk jaringan masing-masing sistem
saluran.
2. Sistem Penyaluran Tercampur

Gambar 2.2 Sistem Tercampur


Pada sistem ini, air limbah disalurkan bersama dengan limpasan air hujan dalam
satu saluran tertutup. Dasar pertimbangan diterapkan sistem ini antara lain :
1) Debit air hujan dan air limbah secara umum relatif kecil sehingga dapat
disatukan
2) Fluktuasi curah hujan dari tahun ke tahun relatif kecil
Kelebihan sistem ini adalah hanya memerlukan satu jaringan sistem
penyaluran air limbah sehingga operasi dan pemeliharaannya akan lebih
ekonomis. Konsentrasi pencemar dalam limbah akan berkurang karena adanya
pengenceran dari air hujan. Sedangkan kelamahannya adalah memerlukan
perhitungan debit air hujan dan air limbah yang cermat untuk perencanaan
jaringan perpipaan. Karena saluran tertutup maka diperlukan ukuran riol yang
berdiameter besar serta luas lahan yang cukup luas untuk menempatkan
instalasi pengolahan air limbah.

TASHA FUZFA DWIPUTRI (1607123468)


TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

3. Sistem Kombinasi

Gambar 2.3 Sistem Kombinas


Sistem ini dikenal dengan istilah “interceptor” dimana air limbah dan air
hujan disalurkan bersama-sama sampai tempat tertentu baik melalui saluran
terbuka maupun saluran tertutup tetapi sebelum mencapai lokasi instalasi
pengolahan antara air limbah dan air hujan dipisahkan melalui bangunan
regulator.
Air limbah dimasukkan ke saluran pipa induk untuk disalurkan ke
lokasi pembuangan akhir, sedangkan air hujan langsung dialirkan ke badan air
penerima. Pada musim kemarau air limbah akan masuk seuruhnya ke pipa
induk dan tidak akan mencemari badan air. Sistem ini diterapkan pada:
1. Daerah yang dilalui sungai yang airnya dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan tertentu, misalnya sebagai bahan baku penyediaan air bersih
sehingga penting untuk dilindungi dari pencemaran
2. Daerah yang untuk program jangka panjang direncanakan akan diterapkan
sistem saluran secara konvensional. Karena itu pada tahap awal dapat
dibangun saluran pipa induk yang untuk semantara dapat dimanfaatkan
sebagai saluran air hujan.
Sistem penyaluran air limbah dipengaruhi oleh letak dan topografi daerah yang
dilayani. Menurut Soeparman (2002), berdasarkan sistem pengalirannya
penyauran air limbah dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu :
1) Sistem gravitasi, sistem ini digunakan bila badan air berada di bawah
elevasi daerah penyerapan dan memberikan energi potensial yang tinggi
terhadap daerah pelayanan terjauh
2) Sistem pemompaan, sistem pemompaan digunakan apabia elevasi badan
air di atas elevasi daerah pelayanan
3) Sistem kombinasi, sistem kombinasi digunakan apabila air limbah dari
pelayanan dialirkan ke bangunan pengolahan dengan bantuan pompa/
reservoir.

TASHA FUZFA DWIPUTRI (1607123468)


TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

2.3 Perencanaan sitem penyaluran air limbah


2.3.1. Daerah Pelayanan
Daerah rencana merupakan daerah yang dilayani dan diusahakan untuk
perencanaan dan pembangunan sistem penyaluran limbah yang cakupannya untuk
seluruh kota yang nantinya akan dikontrol dan dikendalikan dari pemerintah.
Daerah rencana merupakan daerah target utama dimana air limbah akan
disalurkan, ditampung dan diolah menuju bangunan instalasi pengolahan air
limbah domestik.
2.3.2. Kuantitas dan Fluktuasi Air Limbah
Penentuan kuantitas air buangan secara tepat sangat sulit ditentukan, hal ini
disebabkan karena faktor yang mempengaruhi. Faktor yang mempengaruhi air
buangan adalah (Moduto, 1998) :
1. Jumlah air bersih yang dibutuhkan perkapita akan mempengaruhi jumlah
air limbah yang dihasilkan.
2. Keadaan masyarakat di daerah tersebut, yang dibedakan berdasarkan :
 Tingkat perkembangan suatu daerah. Jumlah air limbah di kota lebih
banyak dari pada di daerah pedesaaan.
 Daerah yang mengalami kekeringan akan berbeda cara membuang
limbahnya jika dibandingkan dengan daerah yang tidak mengalami
kekeringan.
 Pola hidup masyarakat, terutama cara membuang limbahnya.
2.3.3 Jenis saluran
1. Saluran tertutup

Gambar 2.4 Saluran Tertutup


Saluran tertutup merupakan saluran yang alirannya dipengaruhi oleh
tekanan hydraulic dan tidak dipengaruhi tekanan udara secara langsung.
Saluran ini dibangun di dalam tanah dan saluran ini biasanya digunakan
untuk air limbah yang dapat menggangu kesehatan lingkungan
(Hardjosuprapto, 2000).

TASHA FUZFA DWIPUTRI (1607123468)


TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

2. Saluran Terbuka

Gambar 2.5 Saluran Terbuka


Saluran terbuka merupakan saluran yang airnya terpengaruh oleh udara
sehingga dipengaruhi oleh tekanan atmosfir. Dan saluran terbuka ini
sering digunakan untuk saluran air hujan atau air limbah yang memiliki
konsentrasi pencemar yang kurang (Hardjosuprapto, 2000).

2.3.4 Jenis dan bentuk pipa


Jenis pipa saluran limbah cairan yang dipergunakan tidak hanya satu
macam, hal ini ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu (Hasmar, 2002):
1. Kondisi lapangan (drainase, topografi, jenis tanah, dan kemiringan)
2. Karakteristik aliran
3. Ketahanan material terhadap kondisi setempat
4. Ketahanan terhadap gerusan
5. Ketahanan asam, basah, dan korosi
6. Kemudahan dalam penanganan dan instalasinya
7. Kesediaan dalam berbagai ukuran yang dibutuhkan
8. Kehematan
Menurut Soeparman (2002), bahwa yang umumnya dipakai untuk
saluran limbah cair adalah:
1. Pipa asbes semen (asbestos cement pipe)
Pipa asbes semen tahan terhadap korosi akibat asam, tahan terhadap
kondisi limbah yang sangat septik dan pada tanah yang alkalis.
2. Pipa beton (concrete pipe)
Pipa jenis ini sering digunakan untuk saluran limbah cair ukuran
kecil dan sedang ( diameter 600 mm). Penanganannya mudah tetapi
umumnya tidak tahan terhadap asam.
3. Pipa besi cor (cast iron pipe)
Keuntungan pipa ini adalah umur pengunaan yang cukup lama, kuat
menahan beban, dan karakteristik aliran yang baik. Hanya saja secara
ekonomis tidak menguntungkan karena mahal, sulit untuk pengunaan
secara khusus ( misalnya untuk saluran yang melewati rawa).
4. Pipa tanah liat (vetrified clay pipe)
Keuntungan pipa jenis ini adalah tahan korosi akibat produksi H2S
limbah cair. Sedangkan kelemahannya pipa ini mudah pecah dan
umumnya dicetak dalam ukuran pendek.
5. PVC (polyvinyl chloride)

TASHA FUZFA DWIPUTRI (1607123468)


TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

Pipa ini banyak digunakan karena mempunyai banyak keuntungan


antara lain: mudah dalam penyambungan, ringan, tahan korosi,
tahan asam, fleksibel, dan karakteristik aliran sangat baik
2.3.5 Dimensi Pipa
Menurut Wulandari (2014) dalam perhitungan dimensi pipa, harus diketahui
terlebih dahulu debit rata-rata air buangan, debit infiltrasi, debit puncak yang
nantinya diperlukan untuk menentukan kecepatan aliran pada pipa tersebut.
Berdasarkan faktor tersebut air buangan dalam setiap sektor pelayanan
menentukan Wulandari (2014):
1. Debit Rata – rata
Debit rata-rata air buangan yang berasal dari rumah tangga, fasilitas
umum, fasilitas komersil dalam sebuah kota. Dari semua fasilitas tersebut,
tidak semua terbuang menjadi air buangan dan terkumpul di saluran. Hal ini
disebabkan karena beragamnya aktivitas yang dilakukan manusia. Menurut
literatur, faktor timbulan air buangan berkisar antara 50%-80%. Untuk
menghitung debit rata-rata digunakan persamaan berikut:
Qr=Fab× Qam (2.1)
Keterangan:
Qr = Debit rata – rata air buangan (L/detik)
Fab = Faktor timbulan air buangan
Qam = Besarnya kebutuhan rata-rata air minum (L/det) 2
2. Debit Rata – rata Non Domestik
Debit rata-rata non domestik adalah debit air buangan yang berasal dari
fasilitas umum, institusional, industri dan pemerintahan. Besarnya debit air
buangan non domestik tergantung dari pemakaian air dan jumlah penghuni
fasilitas-fasilitas tersebut.
Qn d=Fab× Qam ( nd ) (2.2)
Keterangan:
Qnd = Debit rata-rata air buangan non domestik (L/detik).
Fab = Faktor timbulan air buangan.
Qam(nd) = Besarnya kebutuhan rata-rata air minum non domestik.
3. Debit Infiltrasi
Dalam suatu sistem penyaluran air buangan, terdapat kemungkinan
terjadinya pertambahan jumlah air yang masuk ke saluran yang berasal dari
infiltrasi air tanah dan resapan air hujan. Dalam kondisi ideal, air yang masuk
maupun keluar dari sistem penyaluran tidak dibenarkan, tetapi infiltrasi tidak
dapat dihindarkan sepenuhnya karena hal berikut:
 Jenis-jenis bahan saluran dan bahan sambungan yang digunakan.
 Pengerjaaan sambungan pipa yang kurang sempurna.
 Kondisi tanah dan air tanah.
Persamaan yang dipakai untuk menghitung debit infiltrasi yaitu:
Qinf =Cr . P . Qr+ L . qinf (2.3)
Keterangan:
Qinf = Debit infiltrasi (L/detik)
Qr = Debit rata-rata air buangan (L/detik)
qinf = Debit inflow (L/detik)
Cr = Koef.infiltrasi rata-rata daerah persil = 0.2-0.3

TASHA FUZFA DWIPUTRI (1607123468)


TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

P = Populasi
L = Panjang lajur pipa lateral (km).
4. Debit Puncak
Debit puncak didapat dari hasil perkalian antara faktor puncak dengan
debit rata-rata. Untuk menghitung faktor puncak dari beberapa literatur
diketahui sebagai berikut:
 Persamaan Babbit Fp = 5/P0.2 (2.4)
 Persamaan Harmon Fp = 14/(4+p 0.5
(2.5)
 Persamaan Fair & Geyer Fp = (18+(P)0.5)/(4+P)0.5) (2.6)
 Persamaan Melbourne & Metropolitan Board Of Works (MMBW)
Fp = (2.25+(15x106)/P1.414)1/6 (2.7)
Keterangan:
Fp = Faktor puncak.
P = Jumlah Penduduk.
Untuk mencapai debit puncak, persamaan yang digunakan adalah:
Qpeak = Fp x Qmd + Cr.P.Qr + L/.qinf (2.8)
Keterangan:
P = Jumlah Populasi yang dilayani ( jiwa).
Qmd = Debit maksimal = 1.15 Qr (L/detik)
Qr = Debit rata-rata (L/detik)
L = Panjang pipa (m).
Cr = Koefisien infiltrasi daerah persil = 0.2
qinf = Debit Infiltrasi
Setelah diperoleh debit aliran puncak setiap sektor pelayanan dikali
dengan suatu faktor sehingga diperoleh debit saat penuh. Baru dilakukan
dimensi pipa. Dalam dimensi dilakukan perhitungan kemiringan tanah
dengan persamaan:
St = (E1-E2)/L (2.9)
Keterangan:
St = slope tanah
E1 = elevasi tanah hulu (m)
E2 = elevasi tanah hilir (m)
L = jarak (m)
Setelah kemiringan tanah diketahui, akan didapatkan kemiringan
saluran. Kemiringan saluran awal bisa diperkirakan dengan menganggap pipa
induk sebagai satu pipa yang panjang. Kedalaman penanaman pipa di awal
dan di akhir ditentukan. Setelah itu dihitung kemiringannya dengan
persamaan diatas. Untuk menentukan kecepatan aliran digunakan Nomogram
Manning, dengan menggunakan nilai kemiringan yang telah didapat. Jika
kecepatan aliran tidak memenuhi syarat maka perhitungan dimulai lagi
dengan cara menetapkan kecepatan yang memenuhi syarat pengaliran terlebih
dahulu. Di dalam metode ini digunakan istilah kecepatan penuh sebagai
media perhitungan.
Perhitungan dimensi pipa secara detail dilakukan setelah didapat
kecepatan aliran yang memenuhi syarat. Persamaan yang di gunakan untuk
mendapatkan dimensi pipa adalah sebagai berikut :
V = 1/n x R2/3 x S1/2 (2.10)

TASHA FUZFA DWIPUTRI (1607123468)


TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

Keterangan:
V = Kecepatan aliran (m/det)
Q = Debit aliran (m3/det)
n = Koefisien kekasaran
A = Luas penampang basah aliran
R = Jari-jari hidrolis aliran (m2)
S = Kemiringan saluran
D = Diameter pipa (m)
2.4 Bangunan Pelengkap Sistem Penyaluran
Beberapa bangunan pelengkap yang dipergunakan dalam sistem perpipaan
air limbah diantaranya di bawah ini adalah sebagai berikut (Ditjen Cipta Karya,
2013):
1. Manhole

Gambar 2.6 Manhole


Manhole adalah bak kontrol berupa sumuran yang berfungsi sebagai tempat
memelihara dan memperbaiki pipa air limbah secara periodik, terutama bila
ada penyumbatan. Manhole dipasang dengan jarak tertentu mulai dari pipa
lateral hingga pipa induk (DPU Dirjen Cipta Karya Direktorat Pengembangan
PLP).
Persyaratan manhole adalah sebagai berikut:
a. Dinding dan pondasi harus kedap air
b. Cukup kuat dari gaya-gaya dari luar
c. Cukup luas agar petugas dapat masuk ke dalam manhole
d. Terbuat dari beton atau pasangan batu bata dan batu kali
e. Jika diameter pipa cukup besar dengan kedalaman ≥ 2,50 meter maka
digunakan beton bertulang
f. Bagian atas manhole ditutup dengan rangka penutup ( frame & cover)
yang kuat menahan beban.
2. Bangunan penggelontor
Bangunan penggelontor berfungsi untuk mencegah pengendapan kotoran
dalam saluran, mencegah pembusukkan kotoran dalam saluran, dan menjaga
kedalaman air pada saluran. Penggelontoran diperlukan untuk penyaluran air
buangan dengan sistem konvensional, sementara penyaluran air buangan
dengan menggunakan sistem Small Bore Sewer (SBS), tidak memerlukan
penggelontoran, karena pipa saluran hanya mengalirkan effluent cair dari air
buangan tidak berikut padatannya.

TASHA FUZFA DWIPUTRI (1607123468)


TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

3. Syphon

Gambar 2.7 Syphon


Syphon merupakan bangunan perlintasan aliran dengan defleksi vertikal /
miring. Misalnya, bila saluran harus melintasi sungai, jalan kereta api, jalan
raya rendah, saluran irigasi, lembah, dan sebagainya, dimana elevasi dasarnya
lebih rendah dari elevasi dasar saluran riol.
4. Terminal Clean Out

Gambar 2.8 Terminal Clean out


Cleanout adalah bangunan pelengkap saluran yang biasanya diletakkan pada
ujung awal saluran, pada jarak 150-200 ft dari manhole. Jarak antar cleanout
berkisar 250-300 ft. Cleanout berfungsi sebagai:
a. Tempat untuk memasukkan alat pembersih ujung awal pipa servis/lateral.
b. Tempat memasukkan alat penerangan saat dilakukan pemeriksaan.
c. Tempat pemasukkan air penggelontor sewaktu diperlukan.
d. Menunjang kinerja manhole dan bangunan penggelontor.
e. Turut berperan dalam proses sirkulasi udara.
f. Ukuran pipa terminal cleanout sama dengan diameter pipa air buangan
namun untuk menghemat biaya digunakan pipa tegak berdiameter 8”.

TASHA FUZFA DWIPUTRI (1607123468)


TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

5. Drop Manhole

Gambar 2.9 Drop Manhole


Drop Manhole adalah bangunan yang dipasang jika elevasi permukaan air
pada riol penerima lebih rendah dan mempunyai perbedaan ketinggian lebih
besar dari 0.6 meter (2 ft) terhadap dasar riol pemasukkannya dalam satu
manhole pertemuan. Sebelum sampai di riol pertemuan itu, riol
pemasukkannya harus dibelokkan terlebih dahulu miring atau vertikal ke
bawah di luar manhole dengan sambungan Y atau T.
Drop Manhole berfungsi untuk menghindari terjadinya spalshing air buangan
yang dapat merusak dasar manhole serta mengganggu operator. Selain itu
drop manhole pun berfungsi untuk mengurangi pelepasan H2S yang terbentuk
dalam saluran.
6. Junction dan Transition
Junction adalah bangunan pelengkap yang berfungsi untuk menyambungkan
satu atau lebih saluran pada satu titik temu dengan saluran induk. Junction ini
dilengkapi dengan manhole agar memudahkan pemeliharaan, karena
penyumbatan akibat akumulasi lumpur sering terjadi.
Transition adalah bangunan pelengkap yang berfungsi untuk menyambung
saluran bila terjadi perubahan diameter dan kemiringan. Transition juga
dilengkapi dengan manhole.
7. Ventilasi
Ventilasi adalah bangunan pelengkap sistem penyaluran air buangan yang
berfungsi:
a. Untuk mencegah terakumulasinya gas-gas yang eksplosif dan juga gas-gas
yang korosif.
b. Untuk mencegah terlepasnya gas-gas berbau yang terkumpul pada saluran.
c. Untuk mencegah timbulnya H2S sebagai dekomposisi zat-zat organik
dalam saluran.
d. Untuk mencegah terjadinya tekanan di atas dan di bawah tekanan atmosfer
yang dapat menyebabkan aliran balik pada water seal alat-alat plumbing.
8. Tikungan / Bend
Dalam pembuatan tikungan harus diperhatikan beberapa hal, yaitu:

TASHA FUZFA DWIPUTRI (1607123468)


TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

a. Dinding saluran harus selicin mungkin.


b. Bentuk saluran harus seragam, baik radius maupun kemiringan saluran.
c. Untuk mempermudah pemeriksaan terhadap clogging, perlu dibuat
manhole.
d. Untuk meminimalisir kehilangan energi akibat belokan, maka perlu
dihindari radius lengkung belokan yang sangat pendek. Batas bentuk
radius lengkungan dari pusat adalah lebih besar dari 3 kali diameter
saluran.
2.5 Aspek Hidrolika
Terdapat dua jenis pengaliran di dalam sistem penyaluran air limbah, yaitu
pengaliran bertekanan (under pressure flow) dan aliran tidak bertekanan. Aliran
bertekanan disebabkan oleh gaya luar, seperti tekanan hidraulik atau pemompaan,
sedangkan pengaliran tidak bertekanan dilakukan secara gravitasi, dengan tekanan
dalam sama dengan tekanan luar. Dalam aliran air limbah kondisi bertekanan
hanya dijumpai pada instalasi pemompaan dan siphon, sedangkan dalam
perpipaan disyaratkan yang tidak bertekanan (Hardjosuprapto, 2000).
Kondisi aliran pada sistem penyaluran air limbah dibedakan atas aliran
tunak (steady), yaitu bila debit tetap konstan dengan waktu; dan aliran tak tunak
(unsteady), bila debit berubah dengan waktu. Walaupun aliran dalam riol
umumnya tidak tunak,analisa hidrolisalirannya disederhanakan dengan asumsi
keadaan aliran tunak. Tetapi dalam desain stasiun pompa, aliran dalam pipanya
jelas aliran tidak tunak, khusus dalam hal ini tidak boleh diabaikan. Aliran saluran
terbuka, tunak, merupakan aliran dalam pipa riol. Aliran seragam bila kecepatan
dan kedalamannya tetap sama dari titik ke titik sepanjang pipa. Sebaliknya, aliran
tidak seragam bila kecepatan dan kedalamannya berubah. Aliran dalam pipa
riol,sering tidak seragam, namun diasumsikan seragam.Perhitungan rinci aliran
tidak seragam dalam pipa riol, biasanya hanya dilakukan untuk transisi mayor,
outfalls, dan mungkin pipa utama dalam stasiun pompa (Hardjosuprapto, 2000).
Kedalaman aliran air sangat berpengaruh terhadap kelancaran aliran, oleh
karena itu ditetapkan kedalaman mimimum yang harus dipenuhi dalam
penyaluran air limbah. Kedalaman air limbah ini disamakan dengan kedalaman
berenangnya tinja. Di Indonesia kedalaman berenang ditetapkan 5 cm pada pipa
halus dan 7,5 cm pada pipa kasar. Jika kedalaman minimum kurang dari
kedalaman berenang maka saluran tersebut harus digelontor.Kedalaman aliran air
limbah dalam saluran tidak boleh terlalu kecil, karena dapat mengakibatkan materi
air limbah yang berbentuk padat akan tertahan (Hardjosuprapto, 2000).
Kecepatan aliran dibagi beberapa kecepatan yaitu kecepatan pengaliran
maksimum, minimum dan kecepatan penuh. Kecepatan minimum yang diijinkan
adalah sebesar 60 cm/dtk, dan diharapkan pada kecepatan ini aliran mampu untuk
“membersihkan diri sendiri”. Pertimbangan lain adalah untuk mencegah aliran
limbah terlalu lama dalam pipa, sehingga dapat terjadi pengendapan
dan penguraian air limbah yang akan menaikkan konsentrasi sulfur. Konsentrasi

TASHA FUZFA DWIPUTRI (1607123468)


TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

sulfur yang tinggi merupakan media yang baik untuk berkembang biaknya bakteri
dan dapat mengubah sulfur menjadi sulfida. Sulfida akan membentuk hidrogen
sulfida, yang jika konsentrasinya tinggi melampaui kejenuhan dalam larutan, akan
keluar dari larutan dan membentuk gas H2S yang sangat berbau dan berbahaya
bagi kesehatan. Jika gas ini, dalam pipa mengalami oksidasi, maka akan terbentuk
asam sulfat yang sangat korosif terhadap pipa.
Kecepatan penuh adalah kecepatan dalam keadaan pipa penuh tetapi tanpa
tekanan.Dalam penyaluran tidak boleh terjadi aliran penuh, sehingga istilah
kecepatan penuhanya untuk media perhitungan. Perhitungan kecepatan penuh (Vf)
ini berguna untuk menentukan diameter pipa, kemiringan lajur pipa, dan
kedalaman air pipa (Masduki, 2000).

TASHA FUZFA DWIPUTRI (1607123468)


TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

3.1 Kondisi Wilayah Perencanaan


Kecamatan Sukajadi merupakan salah satu kecamatan di wilayah Kota
Pekanbaru terdiri atas 38 RW dan 151 RT. Luas wilayah Kecamatan Sukajadi
adalah 3,76 km2 dengan luas masing-masing kelurahan sebagai berikut:
a. Kelurahan Jadirejo : 0,60 km2
b. Kelurahan Kampung Tengah : 0,55 km2
c. Kelurahan Kampung Melayu : 0,93 km2
d. Kelurahan Kedungsari : 0,41km2
e. Kelurahan Harjosari : 0,39 km2
f. Kelurahan Sukajadi : 0,44 km2
g. Kelurahan Pulau Karam : 0,44km2
Batas-batas wilayah Kecamatan Sukajadi adalah:
• Sebelah timur : berbatasan dengan Kecamatan Pekanbaru Kota
• Sebelah barat : berbatasan dengan Kecamatan Payung Sekaki
• Sebelah utara : berbatasan dengan Kecamatan Senapelan
• Sebelah selatan : berbatasan dengan Kecamatan Marpoyan Damai
3.1. Aspek Fisik Kota
Kecamatan Sukajadi merupakan salah satu kecamatan di Kota Pekanbaru yang
bertopografi dataran. Suhu di Kecamatan Sukajadi tahun 2018 berkisar antara
22,2°-34,2° C dengan rata-rata 28,2°C, sedangkan kelembaban udara berkisar
antara 74%-88% dengan rata-rata 81%. Keadaan topografi Kecamatan
Sukajadi yaitu datar. Dari segi hidrologinya, Kecamatan Sukajadi tidak ada
dilalui oleh anak sungai.
3.2. Penduduk dan Tenaga Kerja
Dari dara statistik, terlihat jumlah penduduk di Kecamatan Tampan terus
meningkat dari tahun ke tahun. Tabel 3.1 Berikut akan menunjukkan jumlah
penduduk Kecamatan Tampan di 10 tahun terakhir
Tabel 3.1 Jumlah Peduduk Kecamatan Sukajadi Tahun 2008 – 2019
No Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)
55.986
1 2008
52.989
2 2009
47.174
3 2010
47.534
4 2011
48.696
5 2012

TASHA FUZFA DWIPUTRI (1607123468)


TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

49.327
6 2013
50.157
7 2014
51.227
8 2015
47 364
9 2016
47 390
10 2017

Sumber: Data Statistik Kecamatan Sukajadi Dalam Angka 2017

Adapun mata pencarian atau tenaga kerja penduduk kecamatan Tampan.


Pada Umumnya adalah wiraswasta, pedagang petani, perkebunan, perikanan,
peternakan, industri, jasa angkutan, dll. Untuk lebih lanjut dapat dilihat pada tabel
3.2
Tabel 3.2 Jenis Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Sukajadi Tahun 2017
Menurut Umur 15 Tahun Keatas
No Jenis Tenaga Kerja Jumlah Persentase (%)

1 Petani 461 3,42

2 Perkebunan 313 2,26

3 Perikanan 206 1,53

4 Peternakan 214 1,59

5 Industri 817 6,06

6 Pedagang 7.471 55,42

7 Jasa 2085 15,47

8 Angkutan 1.137 8,43

9 Lainnya 777 5,76

Total 13.481 100

Sumber: Data Statistik Kecamatan Sukajadi Dalam Angka 2017

3.3. Sosial
Data sosial pada bab ini menguraikan sebagian dari fasilitas sosial yang ada di
Kecamatan Sukajadi. Adapun fasilitas sosial yang ada di Kecamatan Sukajadi
terdiri atas sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana peribadatan, sarana
perdagangan, sarana perkantoran, dan lainnya.

TASHA FUZFA DWIPUTRI (1607123468)


TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

Pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh sebab


itu berhasil tidaknya pembangunan banyak dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan penduduknya. Sekolah yang ada di Kecamatan Sukajadi ada yang
negeri maupun swasta. Fasilitas pendidikan pada Kecamatan Sukajadi dapat
dilihat pada Tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3.3 Jumlah Sekolah Umum Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan


Sukajadi Tahun 2017
No Sekolah Jumlah
1 TK 14
2 SD 25
3 SMP 10
4 SMA 4
5 SMK 3

Sumber: Data Statistik Kecamatan Sukajadi Dalam Angka 2017


Dalam bidang sosial juga terdapat keagamaan, data yang dikumpulkan dari
Kementerian Agama menunjukkan bahwa pada tahun 2017 di Kecamatan
Sukajadi terdapat 27 tempat ibadah, baik itu masjid, surau / mushalla, dan gereja.
Fasilitas peribadatan pada Kecamatan Sukajadi dapat dilihat pada Tabel 3.4
berikut ini.
Tabel 3.4 Jumlah Tempat Ibadah di Kecamatan Sukajdi Tahun 2017
No Tempat Ibadah Jumlah
1 Mesjid 36
2 Mushalla 19
3 Gereja 5
Sumber: Data Statistik Kecamatan Sukajadi Dalam Angka 2017
Pembangunan bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat
dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan merata. Dengan
tujuan tersebut diharapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat yang baik.
Jenis sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Sukajadi dapat ilihat pada
Tabel 3.5 berikut ini.
Tabel 3.5 Jumlah Sarana Kesehatan di Kecamatan Sukajadi Tahun 2017
No Sarana Kesehatan Jumlah
1 Poliklinik 10

TASHA FUZFA DWIPUTRI (1607123468)


TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

2 Puskesmas 2
3 Puskesmas Pembantu 1
4 Rumah Sakit Bersalin 1
5 Praktek Dokter 39
6 Pos KB 51
Sumber: Data Statistik Kecamatan Sukajadi Dalam Angka 2017
3.4. Pertanian
Data yang disajikan berupa produksi pertanian dan peternakan. Hasil pertanian
di Kecamatan Sukajadi terdiri dari tanaman bahan makanan berupa jagung,
kacang tanah dan ubi kayu, kemudian tanaman sayur – sayuran dan pemeliharaan
ternak.
Tabel 3.6 Luas Panen dan Produksi Tanaman Bahan Makanan Menurut Jenis
Tanaman di Kecamatan Tampan Tahun 2017
No Jenis Tanaman Produksi Kg
1 Pepaya 4620
2 Pisang 12000
3 Mangga 99000
Sumber: Data Statistik Kecamatan Sukajadi Dalam Angka 2017
Tabel 3.7 Populasi Ternak Menurut Jenis Ternak di Kecamatan Sukajadi Tahun
2017
No Jenis Ternak Jumlah Ternak
1 Sapi 223
2 Kerbau 38
3 Kambing 507
4 Ayam Kampung 1200
5 Itik Manila 100
Sumber: Data Statistik Kecamatan Sukajadi Dalam Angka 2017
3.5. Industri
Yang dimaksud industri kecil adalah industri yang mempunyai tenaga kerja 5
s.d 19 orang. Di kecamatan Sukajadi terdapat 191 usaha industri kecil, dengan
jumlah tenaga kerja 515 orang.
Tabel 3.9 Jumlah Industri Kecil Menurut Jenis di Kecamatan Sukajadi Tahun
2017
No JenisIndustri Jumlah
1 Industri kecil 191

TASHA FUZFA DWIPUTRI (1607123468)


TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019

Sumber: Data StatistikKecamatanSukuajadi DalamAngka 2017


3.6. Geologi
Pada umumnya struktur geologi Kota Pekanbaru terdiri atas formasi Minas
yang dikelilingi oleh alluvium muda sepanjang aliran sungai Siak dan alluvium
tua yang berawa rawa. Tanah di Kota Pekanbaru terdiri dari jenis tanah alluvial
hyfromorf yang berasal dari endapan tanah liat dan asosiasi alluvial dengan pasir.
Pada daerah yang tinggi sebagian besarnya tanahnya berjenis podzolik merah
kuning sedangkan didaerah yang lebih rendah berawa dan gambut berjenis tanah
organosol / glei humus.
Keadaan tanah di Kota Pekanbaru memiliki sifat sedikit menahan / kedap air
yang menyebabkan perasapan air berjalan lambat. Untuk keadaan tanah di Kota
Pekanbaru sendiri memiliki daya pikul tanah antara 0,7 kg/cm2 – 1 kg/cm 2,
sedangkan ada beberapa yang berdekatan dengan anak sungai memiliki daya pikul
tanah antara 0,4 kg/cm2 – 0,6 kg/cm2.

TASHA FUZFA DWIPUTRI (1607123468)

Anda mungkin juga menyukai