BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat serta
banyak aspek kesehatan manusia dipengaruhi oleh lingkungan. Menurut Ehless dan
Steel, air limbah atau air buangan adalah sisa air dibuang yang berasal dari rumah
tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya
mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan
manusia serta mangganggu lingkungan hidup.
Pada saat ini air buangan yang berasal dari buangan rumah tangga,iIndustri dan
infiltrasi merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi oleh pemukiman
penduduk yaitu terjadinya pencemaran lingkungan yang ditimbulkan darisisa air
buangan domestik atau buangan rumah tangga, sehingga diperlukan adanya suatu
saluran khusus untuk menyalurkan air buangan atau penanganan yang khusus untuk
menyelesaikan masalah tersebut.Batasan lainnya mengatakan bahwa air limbah
adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman,
perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air
pemukiman dan air hujan yang mungkin ada.
Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan
tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air, sungai, rawa, danau, situ,
waduk, dan muara (PP No 82 Tahun 2001). Apabila air buangan tersebut dibuang
ke sumber air atau kebadan air yang memiliki kapasitas pemurnian sendiri (self
purification) yang tidak memadai. Pencemaran air permukaan akibat pembuangan air
buangan secara terpusat (Off Site) menjadi pendorong untuk mencari cara agar dapat
mengolah air buangan tersebut terlebih dahulu.
Namun demikian tidak selamanya harus diolah sebelum dibuang kelingkungan.
Ada limbah yang langsung dapat dibuang tanpa pengolahan, ada limbah yang setelah
diolah dimanfaatkan kembali. Dimaksudkan tanpa pengolahan adalah limbah yang
begitu keluar dari pabrik langsung diambil dan dibuang. Ada beberapa jenis limbah
yang perlu diolah dahulu karena mengandung pollutant yang dapat mengganggu
kelestarian lingkungan.
Cara yang baik untuk membuang air bekas atau dari sumber air limbah untuk
berbagai keperluan adalah dengan cara menyalurkan kedalam suatu sistem saluran air
buangan tertutup sehingga kotoran dan air bekas yang tercemar tersebut tidak akan
berkontak dengan manusia atau mengotori fasilitas lainnya yang dibutuhkan oleh
manusia, khususnya air dan selanjutnya disalurkan kedalam saluran atau tempat-
tempat khusus seperti Instalasi Pengolahan air limbah, dimana dilakukan pengolahan
terlebih dahulu sehingga memenuhi persyaratan kualitas tertentu dan sesuai baku
mutu sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir (badan air penerima), kriteria
baku kerusakan lingkungan hidup adalah ukuran batas perubahan sifat fisik, kimia,
dan/atau hayati lingkungan hidup yang dapat ditenggang oleh lingkungan hidup untuk
dapat tetap melestarikan fungsinya (UU No. 32 Tahun 2009).
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) 1
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) 2
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi dan Sumber Air Limbah
2.1.1 Definisi Air Limbah
Setiap komunitas memproduksi limbah padat dan limbah cair. Berdasarkan
sumbernya, air limbah didefinisikan sebagai air bekas yang berasal dari rumah
tangga, institusi, komersil ataupun industri yang telah bercampur dengan air tanah, air
permukaan, dan air hujan (Metcalf dan Eddy, 1991). Secara umum dapat
dikemukakan air buangan adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga,
industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan biasanya mengandung bahan-
bahan/zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu
kelestarian hidup.
Ketika air limbah yang belum diolah terakumulasi dan mulai membusuk,
penguraian bahan organik, kandungan air limbah akan menganggu aktivitas termasuk
produksi gas berbau busuk. Sebagai tambahan, air limbah yang belum diolah
mengandung beragam mikroorganisme patogen yang hidup dalam sistem pencernaan
manusia. Air limbah juga mengandung nutrien yang dapat merangsang pertumbuhan
tumbuhan air dan kemungkinan mengandung senyawa kimia berbahaya yang
berpotensi mutagenesis (Metcalf dan Eddy, 2003).
2.1.2 Sumber Air Limbah
Air limbah dapat berasal dari sejumlah sumber yaitu air limbah dari aktivitas
rumah tangga, industri, pertanian, dan pertambangan. Air limbah ini banyak
mencemari sungai-sungai dan wilayah perairan lainnya.
1. Air Limbah Domestik
Setiap rumah tangga menghasilkan limbah, baik berupa limbah padat
(sampah) maupun limbah cair. PERMENLHK Nomor P. 68 Tahun 2016
mendefinisikan air limbah domestik merupakan air limbah yang berasal dari
aktivitas hidup sehari-hari manusia yang berhubungan dengan pemakaian air.
Limbah cair rumah tangga merupakan gabungan dari berbagai sumber,
sehingga sulit dikenali secara langsung. Bahkan diantara komponen-
komponen yang terkandung didalamnya bisa terdapat limbah beracun dan
berbahaya (Limbah B3). Oleh karena itu, diperlukan pre-treatment sebelum
dibuang ke perairan seperti sungai atau danau.
Sumber utama air domestik berasal dari pemukiman dan daerah perdagangan,
perkantoran serta fasilitas rekreasi. Dari sekian banyak limbah rumah tangga,
limbah yang paling banyak mencemari lingkungan ialah detergen.
Penggunaan detergen menyebabkan pencemaran lingkungan karena
kandungan fosfat yang tinggi. Fosfat merupakan komponen hara bagi
fitoplankton . Dengan kelebihan komponen hara akan terjadi algae blooming,
sehingga suplai oksigen di dalam air berkurang. Akibatnya, beberapa ikan
mati dan segelintir ikan dapat bertahan hidup.
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) 3
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) 4
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Diameter pipa air buangan lebih kecil karena Biayanya lebih besar karena ada 2 saluran
hanya untuk air buangan saja
Tidak dipengaruhi oleh perbedaan debit Beban pengolahan untuk Bangunan
musim hujan ataupun kemarau Pengolahan Air Buangan (BPAB) lebih besar
Lebih higienis -
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) 5
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) 6
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) 7
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
perkotaan kemungkinan besar terkontaminasi ketika air itu memasuki dan melintasi
atau berada di lingkungan perkotaan. Setelah melewati lingkungan perkotaan, air
hujan dengan atau tanpa limbah domestik, membawa polutan ke badan air (Tanudjaja,
2008).
PERMEN PU Nomor 12 Tahun 2014 menimbang bahwa wilayah perkotaan
perlu mendapatkan pengelolaan drainase yang terpadu agar tidak terjadi genangan
yang berlebihan pada suatu kawasan tertentu serta seiring dengan pertumbuhan kota
dan perkembangan industri. Dengan melihat kondisi iklim Indonesia yang memiliki
curah hujan rata-rata sangat beragam, mulai kurang dari 1.000 mm/tahun di kawasan
semi-arid tropik, 1.780-3.175 mm/tahun di dataran rendah, hingga 6.100 mm/tahun di
kawasan pegunungan. Kelembaban udara umumnya sangat tinggi, dengan nilai
kelembaban relatif (RH) umumnya di atas 80% (Universitas Indonesia dalam Litbang
Pertanian, 20). Oleh karena itu, pemakaian saluran secara campuran tidak efesien
diterapkan di Indonesia.
Penyaluran air hujan harus dipisahkan dari penyaluran limbah. Saluran air
hujan menggunakan saluran terbuka, sedangkan konstruksi air limbah menggunakan
saluran tertutup. Saluran tertutup dikenal juga dengan sistem perpipaan. Alternatif
pemilihan sistem perpipaan akan dipaparkan dalam Tabel 2.2.
1. Sistem Penyaluran Konvensional (Conventional Sewer)
Conventional sewer merupakan suatu jaringan perpipaan yang membawa air
buangan ke suatu bangunan pengolahan. Sistem ini terdiri dari jaringan persil,
pipa servis, pipa lateral dan pipa induk yang melayani daerah pelayanan yang
cukup luas. Setiap jaringan pipa dilengkapi dengan manhole yang
ditempatkan pada lokasi-lokasi tertentu. Apabila kedalaman pipa tersebut
mencapai 7 meter, maka air buangan dipompakan dan selanjutnya dialirkan
secara gravitasi ke lokasi pengolahan dengan mengandalkan kecepatan aliran
(Nawasis, 2015).
2. Sistem Shallow Sewer
Sistem shallow sewer mengangkut air buangan dalam skala kecil dan pipa
dipasang dengan kemiringan lebih landai. Peletakan sistem ini biasanya
diterapkan pada blok-blok rumah. Shallow sewer lebih cocok sebagai jaringan
sekunder di daerah perkampungan dengan kepadatan tinggi dan tidak dilewati
oleh kendaraan berat (Nawasis, 2015).
3. Sistem Small Bore Sewer
Sistem small bore sewer dikenal juga dengan sistem roil dangkal. Sistem roil
dangkal merupakan sistem penyaluran air limbah yang didesain untuk
menerima air limbah rumah tangga tanpa diendapkan terlebih dahulu dalam
tangki interceptor.
Daerah pelayanan relatif lebih kecil. Pipa servis dan pipa persil biasanya
dipasang menuju lokasi pembuangan akhir, kecuali untuk daerah perencanaan
dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan debit air buangan yang besar.
Sistem ini dilengkapi dengan instalasi pengolahan sederhana (Nawasis, 2015).
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) 8
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Kekurangan 1. Biaya konstruksi yang relatif lebih 1. Memerlukan lahan tangki septik;
mahal; 2. Memungkinkan untuk terjadinya
2. Pengaturan jaringan akan sulit apabila clogging karena diameter pipa
dikombinasikan dengan saluran small kecil.
bore sewer, karena kedua sistem
tersebut membawa air buangan dengan
karakteristik yang berbeda, sehingga
tidak boleh ada cabang dari
konvensional ke saluran small bore
sewer.
Penerapan 1. Daerah yang mempunyai kepekaan 1. Kepadatan penduduk sedang (> Sistem ini cocok untuk daerah
yang tinggi, misalnya perumahan 150 jiwa/Ha); pelayanan dengan kepadatan penduduk
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) 9
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) 10
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I11
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I12
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I13
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I14
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
a. Aplikasi
Sambungan rumah;
Saluran gravitasi;
Pipa bertekanan (terbatas).
b. Bahan baku
Semen;
Silika;
Fiber asbes;
Hanya pipa semen asbes autoclaved dipakai untuk saluran.
c. Diameter dan Panjang Lapangan
Diameter 100-1050 mm, panjang 4 m;
Diameter 250-525 mm, panjang 2 m.
a. Tipe Sambungan
Lengan (coupling) dari asbes semen dengan cincin karet fleksibel.
e. Lining
Bahan lining pipa asbes berupa bitumen.
f. Keuntungan
Ringan;
Penanganan mudah;
Sambungan kedap;
Peletakan panjang hingga 4 m;
Permukaan halus, dengan koefisien kekasaran n = 0,01 sehingga dapat
dipasang lebih landai atau diameter lebih kecil;
Durabel (lebih tahan).
g. Kerugian
Tidak tahan terhadap korosi asam dan H2S.
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I15
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I16
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
5. Pipa Plastik
Pipa plastik seringkali digunakan karena ringan, mudah dalam pemasangan
dan penanganan. Kelebihannya adalah terbebas dari korosi, resisten yang baik
terhadap getaran, fleksibel, karakteristik aliran sangat baik, ringan sehingga
mudah dalam transportasi dan penanganan, serta lebih panjang sehingga
mengurangi jumlah sambungan.
a. Bahan
PVC (polyvinyl chloride);
PE (polyethylene).
b. Aplikasi
PVC digunakan untuk sambungan rumah dan pipa cabang;
PE digunakan untuk daerah rawa atau persilangan di bawah air.
c. Klasifikasi
Standar JIS K 6741-1984
Klas D/VU dengan tekanan 5 kg/cm2;
Klas AW/VP dengan tekanan 10 kg/cm2.
Standar SNI 0084-89-A/SII-0344-82
Seri S-8 dengan tekanan 12,5 kg/cm2;
Seri S-10 dengan tekanan 10 kg/cm2;
Seri S-12,5 dengan tekanan 8 kg/cm2;
Seri S-16 dengan tekanan 6,25 kg/cm2.
Pemilihan kelas di atas tergantung pada beban pipa dan tipe
bedding dan dalamkondisi pengaliran secara grafitasi atau dengan adanya
pompa (tekanan).
d. Diameter dan panjang lapangan
Diameter sampai dengan 300 mm;
Panjang standar 6 m.
e. Sambungan
Solvent (lem) digunakan untuk diameter kecil;
Cincin karet digunakan untuk diameter lebih besar.
f. Keuntungan
Ringan;
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I17
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Sambungan kedap;
Peletakan pipa panjang;
Beberapa jenis pipa tahan korosi.
g. Kerugian
Kekuatannya mudah terpengaruh sinar matahari dan temperatur
rendah;
Ukuran tersedia terbatas;
Perlu lateral support.
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I18
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Perancangan dan
Pemeliharaan Sistem
18 Pasar Tradisional/Modern 0,30 Plambing, Soufyan M.
Noerbambang dan Takeo
Morimurab
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I19
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
1. Manhole
Manhole adalah salah satu bangunan perlengkap sistem penyaluran air
buangan yang berfungsi sebagai tempat memeriksa, memperbaiki, dan
membersihkan saluran dari kotoran yang mengendap dan benda-benda yang
tersangkut selama pengaliran, serta untuk mempertemukan beberapa cabang
saluran, baik dengan ketinggian sama maupun berbeda.
a. Lokasi Manhole
Pada jalur saluran yang lurus, dengan jarak tertentu tergantung
diameter saluran, tapi perlu disesuaikan juga terhadap panjang
peralatan pembersih yang akan dipakai;
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I20
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
b. Klasifikasi Manhole
Manhole dangkal: Kedalaman (0,75-0,9) m, dengan cover kedap;
Manhole normal: Kedalaman 1,5 m, dengan cover berat;
Manhole dalam: Kedalaman di atas 1,5 m, dengan cover berat;
Khusus Manhole dalam dapat diklasifikasikan lagi sesuai dengan
kedalaman, ketebalan dinding, keberadaan drop, keberadaan pompa, dan
lain-lain sesuai dengan kebutuhan.
c. Manhole khusus
Junction chamber;
Drop manhole;
Flushing manhole;
Pumping manhole.
d. Eksentrisitas
Eksentrisitas manhole pada suatu jalur sistem perpipaan tergantung
pada diameter salurannya;
Untuk pipa dimensi besar (D > 1,20 m), manhole diletakkan secara
eksentrik agar memudahkan operator turun ke dasar saluran;
Untuk pipa dimensi kecil [D (0,2-1,2) m], manhole diletakkan secara
sentrik, langsung di atas pipa.
e. Bentuk Manhole
Pada umumnya bentuk manhole empat persegi panjang, kubus atau bulat.
f. Dimensi Manhole
Dimensi horizontal harus cukup untuk melakukan pemeriksaan dan
pembersihan dengan masuk ke dalam saluran. Dimensi vertikal
bergantung pada kedalamannya;
Lubang masuk (access shaft), minimal 50 cm x 50 cm atau diameter
60 cm;
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I21
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
h. Bottom invert
Dasar manhole pada jalur pipa dilengkapi saluran terbuka dari beton
berbentuk U (cetak di tempat) dengan konstruksi dasar setengah bundar
menghubungkan invert pipa masuk dan ke luar. Ketinggian saluran U
dibuat sama dengan diameter saluran terbesar dan diberi benching ke
kanan/kiri dengan kemiringan 1:6 hingga mencapai dinding manhole.
i. Notasi
Manhole yang ada, dengan nomor urut 9. Contoh:
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I22
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I23
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
f. Ukuran pipa terminal cleanout sama dengan diameter pipa air buangan
namun untuk menghemat biaya digunakan pipa tegak berdiameter 8”.
5. Drop Manhole
Drop Manhole adalah bangunan yang dipasang jika elevasi permukaan air
pada riol penerima lebih rendah dan mempunyai perbedaan ketinggian lebih
besar dari 0.6 meter (2 ft) terhadap dasar riol pemasukkannya dalam satu
manhole pertemuan. Sebelum sampai di riol pertemuan itu, riol
pemasukkannya harus dibelokkan terlebih dahulu miring atau vertikal ke
bawah di luar manhole dengan sambungan Y atau T.
Drop Manhole berfungsi untuk menghindari terjadinya spalshing air buangan
yang dapat merusak dasar manhole serta mengganggu operator. Selain itu
drop manhole pun berfungsi untuk mengurangi pelepasan H2S yang terbentuk
dalam saluran.
Dua jenis drop manhole yang sering digunakan:
a. Tipe Z (pipa drop 900);
b. Tipe Y (pipa drop 450);
6. Junction dan Transition
Junction adalah bangunan pelengkap yang berfungsi untuk menyambungkan
satu atau lebih saluran pada satu titik temu dengan saluran induk. Junction ini
dilengkapi dengan manhole agar memudahkan pemeliharaan, karena
penyumbatan akibat akumulasi lumpur sering terjadi.
Transition adalah bangunan pelengkap yang berfungsi untuk menyambung
saluran bila terjadi perubahan diameter dan kemiringan. Transition juga
dilengkapi dengan manhole.
Junction dan transition dapat menyebabkan berkurangnya energi aliran, untuk
memperkecil kehilangan energi, maka perlu dipenuhi kriteria-kriteria sebagai
berikut:
a. Kecepatan aliran dari setiap saluran yang bersatu harus seragam;
b. Dinding saluran dibuat selicin mungkin;
c. Perubahan sudut aliran pada junction tiadak boleh terlalu tajam. Sudut
pertemuan antara saluran yang masuk (saluran cabang) dan saluran yang
keluar (saluran utama) maksimum 450.
7. Ventilasi
Ventilasi adalah bangunan pelengkap sistem penyaluran air buangan yang
berfungsi:
a. Untuk mencegah terakumulasinya gas-gas yang eksplosif dan juga gas-gas
yang korosif.
b. Untuk mencegah terlepasnya gas-gas berbau yang terkumpul pada saluran.
c. Untuk mencegah timbulnya H2S sebagai dekomposisi zat-zat organik
dalam saluran.
d. Untuk mencegah terjadinya tekanan di atas dan di bawah tekanan atmosfer
yang dapat menyebabkan aliran balik pada water seal alat-alat plumbing.
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I24
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
8. Tikungan / Bend
Dalam pembuatan tikungan harus diperhatikan beberapa hal, yaitu:
a. Dinding saluran harus selicin mungkin.
b. Bentuk saluran harus seragam, baik radius maupun kemiringan saluran.
c. Untuk mempermudah pemeriksaan terhadap clogging, perlu dibuat
manhole.
d. Untuk meminimalisir kehilangan energi akibat belokan, maka perlu
dihindari radius lengkung belokan yang sangat pendek. Batas bentuk
radius lengkungan dari pusat adalah lebih besar dari 3 kali diameter
saluran.
e. Dihindari adanya perubahan penampang melintang saluran.
Di dalam sistem saluran air buangan terdapat saluran pengumpul. Jenis saluran
pengumpul dapat dikategorikan sebagai berikut (Masduki, 2000):
1. Pipa Persil
Pipa persil yaitu pipa yang ada dipekarangan rumah/tanah milik. Pipa ini
merupakan sambungan dari plambing rumah. Diameter pipa persil 100 – 150
mm atau sekurang-kurangnya sama dengan diameter akhir plambing rumah.
2. Pipa Service/Pelayanan
Pipa persil merupakan sabungan dari sistem persil dan biasanya benda
dijalan. Kapasitas ideal yang ditampung adalah 50 rumah. Kemiringan
saluran 0,5 – 1%. Diameter paling sedikit 150 mm dengan lebar galian
pemasangannya minimum 0,45m dengan kedalaman awal paling sedikit 0,6
m.
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I25
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
4. Pipa Cabang
Pipa cabang adalah pipa yang menerima aliran air buangan dan sistem pipa
lateral untuk dialirkan ke pipa induk. Diameternya bervariasi tergantung dari
debit yang mengalir pada masing-masing pipa. Kemiringan pipa sekitar 0,2–
1%.
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I26
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I27
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
1 2 1
V = 𝑛 x 𝑅3 x 𝑖 2
(2.4)
Dimana,
Q = Debit aliran (m3/s)
P = Keliling penampang basah (m)
A = Luas penampang basah (m2)
R = Jari – jari hidrolis (m)
I = Kemiringan saluran
n = Kekasaran Manning
Air buangan dikenal dengan beberapa istilah debit, yaitu debit rata-rata
(Qaverage), debit hari maksimum (Qmd), debit minimum (Qmin), debit infiltrasi (Qinf),
debit puncak (Qpeak), dan debit air buangan non-domestik (Qx).
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I28
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I29
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Contoh soal
Rencanakan screw pump dalam sistem pengolahan air limbah Kota Sumenep yang
menyalurkan debit air buangan minimum sebesar 0,047 m3/s dan debit puncak
sebesar 0,487 m3/s dengan sudut kemiringan pompa 30º.
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I30
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Bar racks atau saringan kasar 6-75 mm Untuk menghilangkan padatan yang berukuran
besar, kain dan puing.
Kecepatan aliran masuk harus kurang dari 0.4 m/s untuk memperkecil
endapan solid dalam saluran. Kecepatan terusan saluran harus kurang dari 0.9 m/s
saat debit puncak untuk memperkecil material dari saringan.
Mekanisme pembersihan bar racks dapat dibedakan menjadi 4 kategori:
perangsang rangkaian, pembalasan membabat, catenary, lajur selanjutnya. Secara
umum, saringan front-cleaned dan front-return chain-driven lebih efektif dalam
menahan padatan yang tertangkap dalam saringan, tetapi kinerjanya kurang bagus,
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I31
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
serta mudah sekali terjadi kemacetan. Saringan ini jarang digunakan untuk
bangunan penerima dengan kotoran tercampur. Kinerja saringan back-cleaned
lebih baik, tapi lebih mudah membawa padatan ke sisi hilir.
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I32
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I33
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Efisiensi tetap lebih dari lebar rentang aliran Konsumsi daya tinggi
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I34
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Keuntungan Kerugian
Kandungan organik dapat dikontrol dengan Senyawa kimia organik mungkin terlepas
kecepatan udara
Sedikit pre-aeration dapat mengurangi kondisi Dibutuhkan tenaga kerja untuk pemeliharaan
pembusukan alat grit chamber
Air limbah dibawa menuju vortex grit chamber menurut garis singgung.
Di pusat ruangan turbin beputar dengan blades perputaran yang disesuaikan
bersamaan dengan dasar berbuntuk cerobong memproduksi sebuah pola spiral.
Pola ini menuju ke partikel organik yang halus dan mengendapkan kerikil ke
pengumpul kerikil. Outlet efluen berukuran dua kali lebar dari saluran air yang
mengalir masuk.
Padatan dihilangkan dari pengumpul dengan pompa kerikil atau pompa
pengangkat udara. Secara khusus, udara atau pemeriksa air digunakan untuk
melepaskan kerikil padat saat sebelum itu dihilangkan dari chamber. Keuntungan
dan kerugian dari vortex grit chambers diringkas dalam Tabel 2.8.
Tabel 2.9 Keuntungan dan Kerugian dari Vortex Grit Chamber
Keuntungan Kerugian
Efisiensi tetap lebih dari lebar rentang aliran Desain punya perencana
Nilai headloss paling rendah Turbine blades dapat menangkap potongan kain
kecil
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I35
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I36
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I37
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Tabel 2.10 Kriteria Desain Tangki Sedimentasi Tipe Rectangular dan Circular
Item Unit Range Typical
Rectangular
Kedalaman m 3-4.9 4.3
Panjang m 15-90 24-40
Lebar m 3-24 4.9-9.8
Kecepatan m/min 0.6-1.2 0.9
Circular
Kedalaman m 3-4.9 4.3
Diameter m 3-60 12-45
Slope bawah mm/mm 1/16-1/6 1/12
Kecepatan r/min 0.02-0.05 0.03
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I38
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I39
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Kolam pengolahan telah digunakan untuk mengolah air limbah sejak lama.
Banyak istilah yang digunakan untuk menggambarkan tipe sistem yang
berbeda. Kolam oksidasi telah digunakan secara luas sebagai istilah bagi
semua jenis kolam. Semulanya, kolam oksidasi adalah kolam yang
menerima air limbah secara parsial, mengingat kolam yang menerima air
limbah yang belum diolah dikenal sewage lagoon. Kolam oksidasi
digunakan sebagai istilah yang berkenaan dengan kolam atau lagoon
digunakan untuk mengolah limbah organic dengan proses secara fisika dan
biologi. Kolam oksidasi diklasifikasikan lebih lanjut sebagai berikut
(Caldwell et al. dalam Davis, 2013):
a. Aerobic ponds merupakan suatu kolam yang dangkal di mana
cahaya menembus dasar, dengan memelihara fotosintesis alga di
seluruh sistem;
b. Facultative ponds memiliki kedalaman 1-2.5 m. Kolam fakultatid
terkenal karena waktu retensi yang lama memudahkan pengelolaan
fluktuatif aliran limbah dengan pengaruh yang tidak signifikan
dalam kualitas efluen. Biaya operasional dan pemeliharaan rendah
dibandingkan dengan proses pengolahan secara biologis lainnya.
c. Anaerobic ponds digunakan terutama pada proses pre-treatment dan
terutama cocok untuk suhu yang tinggi, dan jumlah air limbah yang
banyak;
d. Maturation or tertiary ponds menerima air limbah efluen air limbah
dari sistem pengolahan tahap kedua, namun kolam ini tidak
termasuk proses pengolahan secara biologis. Tipe kolam ini dikenal
juga sebagai polishing pond;
e. Aerated lagoons mengoksidasi permukaan atau menyemburkan
oksigen. Kolam ini merupakan tipe proses activated sludge.
2. Sistem Lumpur Aktif
Pengolahan air limbah dengan proses lumpur aktif konvensional secara
umum terdiri dari bak pengendap awal, bak aerasi, bak pengendap akhir,
serta bak klorinasi. Bak penampung ini berfungsi sebagai bak pengatur
debit air limbah serta dilengkapi dengan saringan kasar. Kemudian air
limbah dalam bak penampung dipompa ke bak pengendap awal.
Bak pengendap awal berfungsi untuk menurunkan padatan tersuspensi
sekitar 30-40% dan BOD sekitar 25%. Air limpasan dari bak pengendap
awal dialirkan ke bak aerasi secara gravitasi. Di dalam bak aerasi ini, air
limbah dihembus dengan udara, sehingga mikroorganisme yang ada akan
menguraikan zat organik yang ada di dalam limbah. Energi yang
didapatkan dari hasil penguraian zat organik tersebut digunakan oleh
mikroorganisme untuk proses pertumbuhannya.
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I40
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Dari bak aerasi, air limbah dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak
ini lumpur aktif mengandung massa mikroorganisme diendapkan dan
dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan proses sirkulasi lumpur.
Didalam bak kontaktor klor, air limbah dikontakkan dengan senyawa klor
untuk membunuh mikroorganisme patogen. Air olahan dapat langsung
dibuang ke lingkungan. Skema proses pengolahan air limbah dengan sistem
lumpur aktif konvensional dapat dilihat Gambar 2.21.
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I41
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
b. Limbah yang masuk kedalam tangki aerasi tidak diolah lebih dahulu
dalam pengendapan primer;
c. Sistem beroperasi dengan rasio F/M yang lebih rendah (umumnya <
0.1 kg BOD/kg MLSS per hari) dibandingkan dengan sistem lumpur
aktif konvensional (0.2-0.5 kg BOD per kg MLSS per hari);
d. Sistem ini membutuhkan sedikit aerasi dibandingkan dengan
pengolahan konvensional dan terutama cocok untuk komunitas yang
kecil yang menggunakan paket pengolahan.
Diagram proses pengolahan air limbah dengan sistem extended aeration dan
kriteria perencanaan ditunjukkan seperti Gambar 2.22.
4. Proses dengan Sistem Oksidasi Parit (Oxidation Ditch)
Sistem oksidasi parit terdiri dari bak aerasi berupa parit atau saluran yang
berbentuk oval yang dilengkapi dengan satu atau lebih rotor rotasi untuk
aerasi limbah. Saluran atau parit tersebut menerima limbah yang telah
disaring dan mempunyai waktu tinggal hidraulik mendekati 24 jam.
Diagram proses pengolahan air limbah dengan sistem oxidation ditch dan
kriteria perencanaan ditunjukkan seperti Gambar 2.23.
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I42
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I43
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I44
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I45
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
polutan organik yang tinggi. Prinsip kerja pengolahan air limbah yang
mengandung polutan organik dengan RBC yakni air limbah yang
mengandung polutan organik dikontakkan dengan mikroorganisme yang
melekat pada permukaan media di dalam suatu reaktor. Media tempat
melekatnya film biologis ini berupa piringan dari bahan polimer atau
plastik yang ringan dan disusun dari berjajar pada suatu poros sehingga
membentuk suatu modul atau paket, selanjutnya modul tersebut diputar
secara perlahan dalam keadaan tercelup sebagian ke dalam air limbah yang
mengalir secara kontinu ke dalam reaktor tersebut.
Dengan cara seperti ini mikroorganisme seperti bakteri, algae, protozoa dan
lainnya tumbuh melekat pada permukaan media yang berputar tersebut
membentuk suatu lapisan yang terdiri dari mikroorganisme yang disebut
dengan biofilm. Mikroorganisme akan menguraikan senyawa organik yang
ada di dalam air serta mengambil oksigen yang larut dalam air atau udara
untuk proses metabolismenya, sehingga kandungan senyawa organik dalam
air limbah berkurang.
Pada saat biofilm yang melekat pada media yang berupa piringan tipis
tersebut tercelup kedalam air limbah, microorganism menyerap senyawa
organik yang ada dalam air limbah yang mengalir pada permukaan biofilm,
dan pada saat biofilm berada di atas permukaan air, mikroorganisme
menyerap oksigen dari udara ataupun oksigen terlarut dalam air untuk
menguraikan senyawa organik. Energi hasil penguraian senyawa organik
tersebut digunakan oleh mikroorganisme untuk proses metabolisme.
Senyawa hasil metabolisme mikroorganisme tersebut akan keluar dari
biofilm dan terbawa oleh aliran air atau yang berupa gas akan tersebar ke
udara melalui rongga-rongga yang ada pada mediumnya, sedangkan untuk
padatan tersuspensi (SS) akan tertahan pada permukaan lapisan biologis
dan akan terurai menjadi bentuk larut dalam air.
Pertumbuhan mikroorganisme tersebut makin lama makin tebal, sampai
akhirnya karena gaya beratnya sebagian akan mengelupas dari mediumnya
dan terbawa aliran air keluar. Selanjutnya, mikroorganisme pada
permukaan media akan tumbuh lagi dengan sendirinya hingga terjadi
kesetimbangan sesuai dengan kandungan senyawa organik yang ada dalam
air limbah.
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I46
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I47
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I48
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Proses Penerapan
2. Kontrol dari pertumbuhan lendir di
saluran-saluran air kotor;
3. Kontrol bau.
Netralisasi kimia Mengontrol ph
Oksidasi kimia 1. Menghilangkan BOD, minyak, dll;
2. Menghilangkan ammonia;
3. Menghancurkan mikroorganisme;
4. Mengontrol bau disaluran, stasiun pompa,
dan tempat pengolahan;
5. Menghilangkan senyawa organik.
Pengendapan kimia 1. Menghilangkan TSS dan BOD di
sedimentasi utama;
2. Menghilangkan fosfor;
3. Menghilangkan logam-logam berat;
4. Pengolahan secara fisika-kimia;
5. Kontrol dari korosi disaluran limbah
karena H2S
Kontrol kimia secara berkala Kontrol berkala untuk kalsium karbonat dan
senyawa terkait
Stabilisasi kimia Stabilisasi effluent
Ion exchange 1. Menghilangkan ammonia (NH4) , logam-
logam berat, TDS;
2. Menghilangkan senyawa organik.
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I49
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
air. Air dipisahkan dikembalikan ke pabrik air limbah untuk diproses. Selain itu,
lumpur diperlakukan untuk mengurangi kepadatan patogen dan mengurangi
perbusukannya.
Proses dasar untuk pengolahan lumpur, yaitu:
1. Operasi pendahuluan
Operasi pendahuluan meliputi Screening, grinding, degritting, blending,
dan penyimpanan dapat menjadi bagian dari operasi awal untuk
melindungi peralatan selanjutnya.
2. Pengentalan
Proses ini digunakan untuk memisahkan air dari padatan untuk
mengurangi ukuran fasilitas berikutnya dan untuk meningkatkan efisiensi.
Air dipisahkan oleh gravitasi, flotasi, gravitasi belt, rotary filtrasi gendang,
atau sentrifugasi.
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I50
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I51
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Solid Bowl Hasil yang baik, meminimalkan Membutuhkan grit removal dan
Centrifuge efek bau, cepat dan gampang penghancur lumpur dalam sistem
dalam pengoperasian. aliran.
Mudah dalam pengaplikasian Dibutuhkan keahlian khusus
Biaya pengoperasian murah dalam pengoperasian.
Memproduksi lumpur kering
secara relatif.
Belt filter press Energi yang dibutuhkan rendah Dibutuhkan penghancur lumpur
Biaya pengoperasian murah di dalam saluran
Mesin bertekanan dapat Sangat sensitif
memproduksi lumpur yang Tak dapat dioperasikan secara
sangat kering otomatis
Sludge drying Tidak dibutuhkan operator Dibutuhkan lahan yang luas
beds yang banyak. Disain harus memperhatikan
Energi yang digunakan sedikit pengaruh cuaca
Dapat menyesuaikan dengan
beragam lumpur
Kandungan solid lebih tinggi
dari metoda mekanik.
Sludge lagoons Kebutuhan energi rendah Sangat potensial dalam
Tidak membutuhkan bahan menimbulkan masalah bau
kimia Sangat potensial dalam polusi
Lebih baik dalam menstabilkan air
materi organik Kebutuhan lahan yang lebih luas
Tidak membutuhkan tenaga dari sistem mekanik
operator yang banyak dalam Hasil tak dapat dilihat
pengoperasian langsung
Proses desain harus
mempertimbangkan iklim
Sumber: Metcalf & Eddy ,1991
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I52
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
BAB IV
PERENCANAAN PENYALURAN AIR BUANGAN
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I53
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
= 338,544 m3/hari
Dengan cara yang sama, dilakukan juga perhitungan blok lainnya, Hasil
perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I54
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Sarana Mesjid 1 15 500 500 0,087 0,069 12,000 0,04 0,0003 0,052879
Peribadatan Musholla 6 15 150 900 0,156 0,125 12,000 0,04 0,0005 0,095183
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I55
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Jenis Fasilitas Jumlah Standar Jiwa/Unit Kapasitas Kebutuhan Rasio Qr Air Limbah PE/1000 kumulatif Qmin Qmax
Sarana (Unit) Kebutuhan Air Minum Air Non Domestik
Air Limbah
(L/o/h) L/s L/s L/o/h Jiwa
Restoran 6 25 150 900 0,260 0,208 20,000 0,11 0,0029 0,356347
Sarana Kantor Besar 2 15 1200 2400 0,417 0,333 12,000 0,33 0,0176 1,373061
Perkantoran
Kantor 5 15 750 3750 0,651 0,521 12,000 0,33 0,0275 2,145408
Menengah
Kantor Kecil 6 15 300 1800 0,313 0,250 12,000 0,33 0,0132 1,029796
Lain-Lain Hotel 4 200 75 300 0,694 0,556 160,000 1,67 0,2056 8,373378
Bioskop 0 10 450 0 0,000 0,000 0,08 0,0000 0
Stadion 0 10 400 0 0,000 0,000 0,08 0,0000 0
Terminal Bis 0 25 4000 0 0,000 0,000 0,02 0,0000 0
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I56
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Sarana Mesjid 1 15 500 500 0,087 0,069 12,000 0,04 0,0003 0,052879
Peribadat
Musholla 4 15 150 600 0,104 0,083 12,000 0,04 0,0004 0,063455
an
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I57
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Jenis Fasilitas Jumlah Standar Jiwa/Unit Kapasitas Kebutuhan Air Rasio Qr Air Limbah PE/1000 Qmin Qmax
Sarana (Unit) Kebutuh Minum Air Non-Domestik kumulatif
an Air Limbah
(L/o/h) (L/s) L/s L/o/h Jiwa
Sarana Pasar 2 10 1000 2000 0,231 0,185 8,000 0,30 0,0087 0,706811
Perdagan
Toko 2 15 75 150 0,026 0,021 12,000 0,67 0,0026 0,151223
gan
Restoran 4 25 150 600 0,174 0,139 20,000 0,11 0,0020 0,237565
Sarana Kantor 1 15 1200 1200 0,208 0,167 12,000 0,33 0,0088 0,686531
Perkantor Besar
an
Kantor 3 15 750 2250 0,391 0,313 12,000 0,33 0,0165 1,287245
Menengah
Lain-Lain Hotel 3 200 75 225 0,521 0,417 160,000 1,67 0,1542 6,280033
Bioskop 1 10 450 450 0,052 0,042 0,08 0,0004 0,055241
Stadion 0 10 300 0 0,000 0,000 0,08 0,0000 0
Terminal 0 10 4000 0 0,000 0,000 0,02 0,0000 0
Bis
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I58
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Sarana Mesjid 1 15 500 500 0,087 0,069 12,000 0,04 0,0003 0,052879
Peribadatan Musholla 5 15 150 750 0,130 0,104 12,000 0,04 0,0004 0,079319
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I59
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Jenis Fasilitas Jumlah Standar Jiwa/Unit Kapasitas Kebutuhan Rasio Qr Air Limbah PE/1000 kumulatif Qmin Qmax
Sarana (Unit) Kebutuhan Air Minum Air Non-Domestik
Air (l/o/h) Limbah
(L/s) L/s L/o/h Jiwa
Restoran 6 25 150 900 0,260 0,208 20,000 0,11 0,0029 0,356347
Sarana Kantor Besar 3 15 1200 3600 0,625 0,500 12,000 0,33 0,0264 2,059592
Perkantoran
Kantor 4 15 750 3000 0,521 0,417 12,000 0,33 0,0220 1,716327
Menengah
Kantor Kecil 6 15 300 1800 0,313 0,250 12,000 0,33 0,0132 1,029796
Lain-Lain Hotel 4 200 75 300 0,694 0,556 160,000 1,67 0,2056 8,373378
Bioskop 0 10 450 0 0,000 0,000 0,08 0,0000 0
Stadion 1 10 400 400 0,046 0,037 8,000 0,08 0,0004 0,049103
Terminal Bis 0 10 4000 0 0,000 0,000 0,02 0,0000 0
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I60
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Sarana Mesjid 1 15 500 500 0,087 0,069 12,000 0,04 0,0003 0,052879
Peribadatan Musholla 5 15 150 750 0,130 0,104 12,000 0,04 0,0004 0,079319
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I61
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Jenis Fasilitas Jumlah Standar Jiwa/Unit Kapasitas Kebutuhan Rasio Qr Air Limbah PE/1000 Qmin Qmax
Sarana (Unit) Kebutuhan Air Minum Air Non Domestik kumulatif
Air Limbah
(l/o/h)
(L/s) L/s L/o/h Jiwa
Perdagangan Toko 3 15 75 225 0,039 0,031 12,000 0,67 0,0039 0,226835
Restoran 5 25 150 750 0,217 0,174 20,000 0,11 0,0025 0,296956
Sarana Kantor Besar 2 15 1200 2400 0,417 0,333 12,000 0,33 0,0176 1,373061
Perkantoran
Kantor 4 15 750 3000 0,521 0,417 12,000 0,33 0,0220 1,716327
Menengah
Kantor Kecil 5 15 300 1500 0,260 0,208 12,000 0,33 0,0110 0,858163
Lain-Lain Hotel 3 200 75 225 0,521 0,417 160,000 1,67 0,1542 6,280033
Bioskop 0 10 450 0 0,000 0,000 0,08 0,0000 0
Stadion 0 10 400 0 0,000 0,000 0,08 0,0000 0
Terminal Bis 1 25 4000 600 0,00069 0,001 0,02 0,0000 0,000241
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I62
4.1.3 Fluktuasi Pengaliran
Fluktuasi pengaliran meliputi debit rata-rata, debit minimum, dan debit
total puncak:
Contoh perhitungan Blok A:
Q air buangan domestik = 0,017786 m3/detik
Q air buangan non-domestik = 0,003918 m3/detik
Maka,
Qrata-rata = Qdomestik + Qnon-domestik
= 0,017786 m3/detik + 0,003918 m3/detik
= 0,021704 m3/s
Dengan cara yang sama, dilakukan juga perhitungan blok lainnya, Hasil
perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut.
Tabel 4.7 Debit Rata-rata Air Limbah
Blok Q Air Q Air Q Air Q Air Qrata-rata
Limbah Limbah Limbah Limbah (m3/s)
Domestik Domestik Non- Non-
(m3/hari) (m3/s) Domestik Domestik
(L/s) (m3/s)
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I64
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
2. Penginstalannya mudah;
3. Tahan terhadap bahan kimia;
4. Kekuatannya cukup besar;
5. Memiliki daya tahan korosi;
6. Daya konduksi panas yang rendah;
7. Biaya instalasinya rendah;
8. Hampir bebas pemeliharaan (virtually free maintenance);
9. Mudah dibentuk;
10. Elastis.
Blok C Blok D
1 2
a
b
BPAB
c
Blok A
Blok B
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I65
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
= 0,0343 m3/s
Contoh Perhitungan Qmin Air Buangan Perjalur:
Jalur 1-a
Blok yang dilayani = A
Debit air buangan = 100 % Qmin blok A
= 100 % x 0,0053 m3/s
= 0,00533 m3/s
Qkumulatif ataupun Qtotal merupakan penjumlahan dari Qsaluran. Selanjutnya
akan ditampilkan pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.11 Pembebanan Saluran
Jalur Jenis Panjang Blok Qpeak Air Buangan Qmin Air Buangan
Pipa Saluran (m) Pelayanan (m3/s) (m3/s)
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I66
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
1-a Service 0.00533 0.8 0.98 0.035 1 0.211 0.25 25 25 0.063 0.000 0.006 0.973 0.048 1.140 1.110
a-b Lateral 0.00978 0.8 0.98 0.0755612 1 0.310 0.315 25 25 0.079 0.001 0.003 0.824 0.064 1.140 0.940
b-c Cabang 0.0189 0.8 0.98 0.1377041 1 0.419 0.45 25 25 0.113 0.001 0.002 0.752 0.120 1.140 0.857
c-
Induk 0.0189 0.8 0.98 0.1377041 1 0.419 0.45 25 25 0.113 0.001 0.002 0.752 0.120 1.140 0.857
BPAB
Sumber: Hasil Perhitungan Tugas Besar SPAL dan PBPAL Kecamatan Sukajadi, 2016
Tidak
1-a Service 0.25 0.25 0.063 0.65 0.973 0.6326548
Gelontor
Tidak
a-b Lateral 0.31 0.315 0.098 0.749 0.824 0.6175422
Gelontor
b-c Cabang 0.39 0.45 0.176 0.86 0.752 0.6468415 Tidak
Gelontor
c-BPAB Induk 0.39 0.45 0.176 0.86 0.752 0.6468415 Tidak
Gelontor
Sumber: Hasil Perhitungan Tugas Besar SPAL dan PBPAL Kecamatan Sukajadi, 2016
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I67
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I68
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I69
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Contoh perhitungan jalur pipa air buangan pada jalur 1-a, sebagai berikut:
1. Jalur = 1-a
2. Jalur Pipa = Pipa service
3. Panjang Pipa = 210 meter
4. Blok Pelayanan =A
5. d/D = 0,8
6. Qp/Qf = 0,98
7. Qfull Awal = Qpeak/0,98
= 0,0343 m3/s/0,98
= 0,035 m3/s
8. Koefisien manning (n) = 0,012
9. Kecepatan aliran (Vf) = 1 m/s (Asumsi)
10. Penduduk terlayani = 13830 Jiwa
𝑄𝑓𝑢𝑙𝑙
4𝑥
=√ 𝑣𝑓𝑢𝑙𝑙
11. Dhitungan 𝜋
Dhitungan = 0,211 m
Dpasaran = 250 mm = 0,25 m
12. Elevasi tanah dapat dilihat dari Peta RTRW Kota Pekanbaru, di mana
Kecamatan Sukajadi memiliki elevasi tanah relatif datar sebesar 25 m.
13. R (Jari-jari hidrolis) = 0,25 x D
R = 0,25 x 0,25 m
R = 0,063 m
14. Spipa diasumsikan dengan syarat nilai vfull tidak kurang 0,6 m/s dan tidak lebih
dari 3 m/s.
Tabel 4.13 Kemiringan Saluran atau Pipa (%) Berdasarkan Diameter Pipa
Diameter
Kemiringan Tipikal
Inchi mm
4 100 0.45-7.4 1.2
6 150 0.40-4.93 0.6
8 200 0.39-3.70 0.4
10 250 0.29-2.96 0.38
12 300 0.22-2.47 0.37
14 350 0.17-2.11 0.37
15 400 0.15-1.85 0.36
16 410 0.14-1.64 0.36
18 460 0.12-1.64 0.36
21 530 0.10-1.34 0.36
24 610 0.08-1.23 0.36
27 690 0.07-1.06 0.35
30 760 0.06-2.99 0.35
36 910 0.05-0.82 0.35
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I70
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Diameter
Kemiringan Tipikal
Inchi mm
42 1050 0.04-0.74 0.35
48 1200 0.03-0.74 0.35
54 1370 0.03-0.74 0.35
Sumber: Metcalf and Eddy, 1991
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I71
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I72
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
= 0,75 m
18. Tinggi galian akhir = Elevasi tanah – elevasi bawah pipa akhir
= 25 m – 23,24 m
= 1,76 m
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I73
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Salah satu syarat utama manhole adalah besarnya diameter manhole harus
cukup untuk pekerja dan peralatannya masuk kedalam serta dapat mudah
melakukan pekerjaannya, diameter manhole bervariasi sesuai dengan kedalaman
manhole.
Contoh Perhitungan:
Jalur 1-a
Diameter pipa = 200 mm
Panjang jalur = 210 m
Panjang jalur 210
Jumlah manhole= Jarak antar manhole = = 1,1 buah ≈ 1 buah
200
Sumber: Hasil Perhitungan Tugas Besar SPAL dan PBPAL Kecamatan Sukajadi, 2016
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I74
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I75
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
elevasi yang rendah menuju elevasi yang tinggi. Pompa ini juga dapat digunakan
pada drop manhole agar aliran dapat terus mengalir menuju IPAL. Namun pada
perencanaan di Kecamatan Sukajadi ini tidak digunakan pompa, karena
penanaman pipa tidak ada yang mencapai kedalaman 8,5 m.
16-63 150
75-110 250
125-315 500
355-500 700
630-710 910
800-1000 1200
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I76
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I77
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
BAB V
ALTERNATIF PENGOLAHAN
5.1 Kuantitas dan Kualitas Air Limbah
Saat ini, perkembangan industri di Provinsi Riau meningkat secara signifikan,
meningkatnya jumlah limbah industri telah dan terus meningkat. Jumlah logam berat
dan senyawa-senyawa organik sintetis yang dihasilkan oleh aktivitas industri telah
meningkat. Air limbah yang dikumpulkan dari perkotaan dan industri pastinya
kembali dibuang ke badan air atau ke tanah atau digunakan kembali. Oleh karena itu,
pengolahan air limbah menjadi bagian terpenting dalam keseluruhan program
manajemen kualitas air.
Pelaksanaan program pengolahan air limbah memunculkan pertanyaan bagi
engineer dan pekerja kesehatan masyarakat untuk memastikan perlindungan terhadap
kesehatan masyarakat dan lingkungan. Jawaban dari pertanyaan diatas membutuhkan
analisis kebutuhan dan kondisi setempat secara rinci, penerapan ilmu sains dan
pertimbangan teknis didasarkan kepada pengalaman terdahulu dan pertimbangan
undang-undang kenegaraan (Metcalf dan Eddy, 2003).
Metode pengolahan dimana menyisihkan kontaminan yang dilakukan oleh
reaksi kimia dan biologi dikenal dengan unit proses. Pada saat ini, unit operasi dan
proses dikelompokkan untuk melengkapi beragam tingkat pengolahan dikenal
sebagai pengolahan preliminary, primary, advanced primary, secondary (tanpa atau
dengan penyisihan nutrient) dan advanced (atau tertiary). Tabel 5.1 menampilkan
deskripsi tingkatan pengolahan air limbah (Metcalf dan Eddy, 2003).
Tabel 5.1 Tingkatan Pengolahan Air Limbah
Tingkat Pengolahan Deskripsi
Preliminary Penyisihan konstituen seperti robekan kain,
batang kayu, pasir dan lemak yang dapat
menyebabkan masalah operasi dan pemeliharan
operasi, proses dan sistem tambahan pengolahan
Primary Penyisihan bahan padat tersuspensi dan bahan
organik dari air limbah
Advanced primary Meningkatkan penyisihan bahan padat tersuspensi
dan bahan organik dari air limbah. Tipikal
diselesaikan dengan bantuan bahan kimia atau
filtrasi
Secondary Penyisihan bahan organik biodegradable (dalam
bentuk larutan atau suspensi dan padatan
tersuspensi. Desinfeksi juga tipikal termasuk
dalam definisi pengolahan kedua konvensional
Secondary dengan penyisihan nutrient Penyisihan organik biodegradable, padatan
tersuspensi dan nutrient (nitrogen, fosfor atau
keduanya)
Tertiary Penyisihan residu padatan tersuspensi (setelah
pengolahan kedua), biasanya dengan filtrasi
media granula atau microscreen. Desinfeksi juga
tipikal bagian pengolahan ketiga. Penyisihan
nutrien sering termasuk definisi ini
Advanced Penyisihan materi tersuspensi dan terlarut yang
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I78
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Berdasarkan Tabel 5.3 dapat terlihat beban pengolahan yang akan disisihkan
oleh IPAL Kecamatan Sukajadi meliputi BOD, COD, TSS, pH dan NH3-N. Hal
penting yang menjadi perhatian dalam pengolahan air limbah terdapat pada Tabel 5.4.
Standar pengolahan air limbah berkaitan dengan penyisihan bahan organik
biodegradable, total suspended solids, dan patogen. Sudah banyak pengolahan yang
lebih ketat telah dikembangkan untuk menangani penyisihan nutrien, logam berat dan
polutan khusus.
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I79
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Tabel 5.4 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pengolahan Air Limbah
Konstituen Hal-hal yang Diperhatikan
Padatan tersuspensi Padatan tersuspensi dapat menyebabkan
perkembangan endapan lumpur dan kondisi
anaerobik ketika limbah dibuang ke badan
perairan
Bahan organik biodegradable Terdiri atas protein, karbohidrat, dan lemak,
bahan organik biodegradable diuji menjadi COD
dan BOD. Jika efluen langsung dibuang ke
lingkungan, stabilisasi biologis dapat
menyebabkan penurunan sumber oksigen alami
dan meningkatkan bau busuk
Patogen Penyakit menular dapat dibawa oleh organisme
patogen yang mungkin terdapat pada air limbah
Nutrien Nitrogen dan fosfor, bersamaan dengan karbon,
merupakan nutrien penting bagi pertumbuhan
bakteri. Ketika dibuang ke lingkungan, nutrien
dapat menyebabkan kehidupan perairan akuatik
yang tidak diinginkan. Nutrien dibuang dengan
konsentrasi yang berlebih di lahan, akan
menyebabkan pencemaran air tanah
Sumber: Metcalf dan Eddy, 2003
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I80
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I81
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I82
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Semua proses penyisihan nitrogen secara biologis berisi zona aerobik dimana
nitrifikasi biologis terjadi. Beberapa volume anoxic atau waktu harus juga
dimasukkan untuk menyediakan denitrifikasi biologis untuk mencapai penyisihan
total nitrogen dengan oksidasi NH4-N dan NO3—N dan reduksi NO2—N dan gas
nitrogen. Reduksi nitrat membutuhkan pendonor elektron, yang mana menyuplai
dalam bentuk BOD5 influen air limbah, dengan respirasi endogen, atau sumber
karbon eksternal.
Tipe proses penyisihan nitrogen dengan suspended growth dapat
dikategorikan menjadi dua antara lain single-sludge atau two-sludge. Istilah single-
sludge adalah hanya satu alat pemisahan padatan (biasanya secondary clarifier),
sedangkan sistem two-sludge, sistem yang paling sering digunakan meliputi proses
aerobik (untuk nitrifikasi) diikuti dengan proses anoxic (untuk denitrifikasi), masing-
masing dengan clarifier sendiri, sehingga menghasilkan dua lumpur. Berikut ini akan
dipaparkan kelebihan dan kekurangan dari proses activated-sludge untuk
menyisihkan nitrogen.
Tabel 5.6 Kelebihan dan Kekurangan dari Proses Activated Sludge Untuk
Menyisihkan Nitrogen
Proses Kelebihan Kekurangan
Sequencing batch reactor 1. Proses fleksibel dan mudah 1. Unit cadangan diperlukan
dioperasikan untuk kehandalan
2. Mixed-liquor solids tidak operasional kecuali sisten
dapat dicuci oleh lonjakan aerasi dapat dijaga tanpa
hidraulik karena aliran menguras tanki aerasi
ekualisasi disediakan 2. Desain proses lebih
3. Pengendapan membutuhkan kompleks
efluen TSS yang rendah 3. Kualitas efluen bergantung
4. 5-8 mg/L TN dapat tercapai atas fasilitas decanter yang
dapat diandalkan
4. Mungkin perlu pemerataan
buangan limbah
Oxidation ditch 1. Volume reaktor yang besar 1. Kemampuan penyisihan
mampu bertahan untuk nitrogen dibatasi oleh
bervariasi beban tanpa tingginya konsentrasi TKN
berdampak kualitas efluen
secara signifikan
2. Mempunyai kapasitas yang
baik untuk penyisihan
nitrogen, efluen TN sebesar
10 mg/L dimungkinkan
Sumber: Metcalf dan Eddy, 2003
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I83
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
1. Alternatif I
Alternatif I menggunakan pengolahan secara fisik, kimiawi, biologis dengan
sistem aerobik yaitu oxidation ditch, serta pengelolaan lumpur. Flow diagram
oxidation ditch dapat dilihat pada Gambar 5.1.
2. Alternatif II
Alternatif II menggunakan pengolahan secara fisik, kimiawi, biologis dengan
sistem aerobik yaitu sequencing batch reactor, serta pengelolaan lumpur.
Flow diagram sequencing batch reactor dapat dilihat pada Gambar 5.2.
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I84
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Bak pengendap I
Oxidation ditch Bak ekualisasi
a. BOD = 570 mg/L; a. BOD = 950 mg/L;
Untuk kemampuan
Untuk kemampuan penyisihan pada b. COD = 1368 mg/L; b. COD = 2280 mg/L; Priyanka (2012) meneliti
penyisihan pada bak
oxidation ditch yang direncanakan c. TSS = 126 mg/L; c. TSS = 360 mg/L; kualitas beban
pengendap I yang
adalah sebagai berikut (Metcalf dan d. pH = 4; d. pH = 4; pengolahan terhadap
direncanakan adalah sebagai
Eddy, 1981): e. NH3-N = 25 mg/L e. NH3-N = 25 mg/L beban organik di Gedung
berikut (Metcalf dan Eddy,
a. BOD = 95%; Pertamina Maritime
2003):
b. COD = 85%; Training Center sebesar:
a. BOD = 40%;
c. TSS = 90%; a. BOD = 20%;
b. COD = 40%;
d. NH3-N = 50%. b. COD = 20%
c. TSS = 65%.
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I85
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I86
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I87
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I88
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I89
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I90
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
MASS BALANCE
1. Grit Chamber
Influen
Diketahui:
Qave = 0,072 m3/s = 6220,8 m3/hari
CODMin = 18662,4 kg/hari
CODin = 3000 mg/L =3 kg/m3
BODMin = 15552 kg/hari
BODin = 2500 mg/L = 2,5 kg/m3
TSSMin = 4976,64 kg/hari
TSSin = 800 mg/L = 0,8 kg/m3
NH3-NMin = 155,52 kg/hari
NH3-Nin = 25 mg/L = 0,025 kg/m3
Removal
CODMr = (5%) * CODMin = 933,12 kg/hari
CODr = (5%) * COD in = 150 mg/L
BODMr = (5%) * BODMin = 777,6 kg/hari
BODr = (5%) * BOD in = 125 mg/L
TSSMr = (10%) * TSSMin = 497,664 kg/hari
TSSr = (10%) * TSSin = 80 mg/L
Lumpur terdiri dari 94% air dan 6% TSS, sehingga:
Massa lumpur = (100/6) * TSSMr
= 8294,4 kg/hari
Debit Lumpur = Massa lumpur/1030
= 8,053 m3/hari
Note = 1030 adalah berat jenis lumpur 1,03*1000
Efluen
CODMef = CODMin – CODMr = 17729,28 kg/hari
CODef = CODin – CODr = 2850 mg/L
BODMef = BODMin – BODMr = 14774,4 kg/hari
BODef = BODin – BODr = 2375 mg/L
TSSMef = TSSMin – TSSMr = 4478,976 kg/hari
TSSef = TSSMin – TSSMr = 720 mg/L
NH3-NMin = 155,52 kg/hari
NH3-Nin = 25 mg/L = 0,025 kg/m3
Debit lumpur = Qave in – Qlumpur r = 6212,747 m3/hari
2. Bak Ekualisasi
Influen
Diketahui:
CODMin = 17729,28 kg/hari
CODin = 2850 mg/L
BODMin = 14774,4 kg/hari
BODin = 2375 mg/L
TSSMin = 4478,976 kg/hari
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I91
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I92
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
COD in-COD ef
% Removal COD = COD in
x 100%
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I93
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
TSS in-TSS ef
% Removal TSS = x 100%
TSS in
800 mg/l – 16,128 mg/l
% Removal TSS = x 100% = 97,98 %
800 mg/l
NH3 -N in-NH3 -N ef
% Removal NH3-N = x 100%
NH3 -N in
25 mg/l – 0,55 mg/l
% Removal NH3-N = x 100% = 97,8 %
25 mg/l
Hasil Perhitungan Mass Balance dapat dilihat pada Tabel 5.7 sebagai berikut:
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I94
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Tabel 6. Data Dimensi Tipikal untuk Bak Pengendap I Berbentuk Circular yang
Digunakan Untuk Pengolahan Primer dari Air Limbah
Hal SI Unit
Unit Rentang Tipikal
Circular
Kedalaman M 3 – 4,9 4,3
Diameter M 3 – 60 12 – 45
Slope mm/mm 1/16 – 1/6 1/12
Kecepatan putaran r/min 0,02 – 0,05 0,03
Sumber: Metcalf dan Eddy, 2003
Jika kita sedang merencanakan bangunan pengolahan air minum, kita terlebih
dahulu mengetahui prinsip penggunaan debit dalam desain dan pengoperasiannya.
Tabel 6. akan menampilkan prinsip penggunaan debit dalam desain dan
pengoperasian IPAL.
Tabel 6. Prinsip Penggunaan Debit dan Pengoperasian IPAL
Debit Kegunaan dalam Desain dan Pengoperasian
Rata-rata harian Digunakan untuk memperkirakan pemompaan,
kuantitas lumpur dan biaya bahan kimia;
Pengidentifikasian saluran limbah domestik
dimana aliran tidak mencapai kecepatan
minimum
Minimum per jam Memperkirakan derajata turunan untuk fasilitas
dan rentang yang rendah untuk pengukuran debit
bangunan IPAL
Minimum per hari Mengukur komponen bangunan IPAL (Saluran
influen limbah, sistem pengolahan secara biologis
termasuk kebutuhan recycle untuk trickling
filters)
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I95
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
10886,4 m3 /hari
= = 136,08 m2
80 m3 /m2 hari
4xA
c. Diameter bak =√ π
4 x 136,08 m2
=√ ≈ 13,166 m
3,14
d. Total kedalaman bak = Kedalaman bak + freeboard
= 4 m + 0,5 m = 4,5 m
π x D2 x T
e. Volume bak = 4
3,14 x (13,166 m)2 x 4,5 m
= = 612,336 m3
4
f. Waktu detensi
V
td = Q
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I96
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
612,336 m3
td = = 4860 s = 1,35 jam
0,126 m3 /s
g. Cek overflow rate
Q
Overflow rate (OR) = A
0,126 m3 /s
= 136,08 m2 ≈ 9,26 x 10-4 m3/m2.s
= 80 m3/m2.hari (Memenuhi kriteria)
2. Struktur Influen
Struktur influen terdiri dari pipa inlet dan center feedwell. Pipa influen masuk
melintang tangki sampai ke center feedwell, sehingga air akan keluar di dalam
center feedwell. Inlet didesain untuk menghasilkan kecepatan 0,5 m/s pada
debit rata-rata. Untuk menjaga kecepatan dalam pipa sebesar 0,5 m/s, maka:
Q
a. Luas permukaan pipa inlet, Ainlet = 0,5 m/s
0,126 m3 /s
= = 0,252 m2
0,5 m/s
4 x 0,252 m2
b. Diameter pipa inlet =√ = 0,567 m
3,14
= 567 mm
Pipa yang dipakai adalah pipa berdiameter 550 mm, dengan pipa pasaran
22 inchi.
Q
Koreksi kecepatan, v =A
inlet
0,126 m3 /s
= = 0,5 m/s (Memenuhi
0,238 m2
kriteria)
c. Diasumsikan waktu detensi selama 20 menit di feedwell, dan kedalaman
feedwell sebesar 50% kedalamam bak, dimensi feedwell dihitung:
20 menit
∀ = (10886,4 m3/hari) ( menit) = 151,2 m
3
1440
hari
Kedalaman feedwell = (0,5) (4,5 m) = 2,25 m
151,2 m3
A = = 67,2 m2
2,25 m
4xA
Dfeedwell = √ π
4 x 67,2 m2
=√ = 9,252 m
3,14
Acylinder = 𝜋Dh = 3,14 (9,252 m) (4,5 m – 2,25 m) = 65,365 m2
Kecepatan aliran melewati area ini adalah
10886,4 m3 /hari
v = (46,219m2)(86400 s = 1,928 x 10-4 m/s
)
jam
Kecepatan aliran harus diatas 0,02 m/s. Oleh karena itu, semakin besarnya
kedalaman feedwell untuk mengurangi diameter.
d. Iterasi ke-2
Kedalaman feedwell = (0,55) (4,5 m) = 2,475 m
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I97
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
151,2 m3
A = = 61,09 m2
2,475 m
4xA
Dfeedwell = √ π
4 x 61,09 m2
=√ = 8,822 m
3,14
Acylinder = 𝜋Dh = 3,14 (8,822 m) (4,5 m – 2,475 m) = 56,095 m2
Kecepatan aliran melewati area ini adalah
10886,4 m3 /hari
v = (56,095 m2 )(86400 s = 0,02 m/s (Memenuhi kriteria)
)
hari
1
e. Gunakan 10 s waktu detensi dan kedalaman 2 dari kedalaman feedwell,
diameter EDI (energy dissipating inlets) adalah:
Kedalaman EDI = (0,5) (2,475 m) =1,2375 m
10 s
∀ = (10886,4 m3/hari) (86400 s ) = 1,26 m3
hari
1,26 m3 2
A = 1,2375 m = 1,019 m
4xA
DEDI = √ π
4 x 1,019 m2
=√ = 1,14 m
3,14
3. Timbulan Lumpur
Perhitungan berat dan volume lumpur yang akan dihasilkan bak pengendap I
dapat dilihat pada subbab 5.4.
Jumlah produksi lumpur per hari = Q x TSS x 86400 s/hari
= 2911,334 kg/hari
Jumlah lumpur yang mengendap = 60% x 2911,334 kg/hari
= 1746,8 kg/hari
Persentase SS dalam lumpur 6%
Jumlah produksi lumpur yang mengendap
Volume lumpur yang dihasilkan per hari= Berat jenis lumpur z % kadar SS dalam lumpur
1746,8 kg/hari
= 1030 kg/m3 x 6% = 28,265 m3/hari
4. Dimensi Ruang Lumpur
Ruang lumpur direncanakan berbentuk limas terpancung miring:
2 x Vzona lumpur
a. Kedalaman ruang lumpur =
A
2 x 87,894 m3
= ≈ 1,8 m
58,598 m2
Kedalaman ruang lumpur
b. Slope ruang lumpur = Diameter bak
1,8 m
= 13,166 m = 0,14 (1/14, Memenuhi kriteria)
Diasumsikan panjang sisi atas 11,3 m dan panjang sisi bawah 1,13 m sehingga
didapatkan volume limas tersebut:
1
Vzona lumpur = 3 t (s12 + s1s2 + s22)
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I98
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
1
Vzona lumpur = 3 t ((1,13 m)2 + (11,3 m x 1,13 m) + (11,3 m)2)
1
Vzona lumpur = 3 t ((1,13 m)2 + (11,3 m x 1,13 m) + (11,3 m)2)
Vzona lumpur = 84,795 m3
Volume zona lumpur
Rentang waktu pengurasan yang dilakukan = Volume lumpur yang dihasilkan per hari
84,795 m3
= 28,265 m2/hari = 3 hari
5. Perhitungan Pompa Penguras
Pada perencanaan bangunan pengolahan air limbah direncanakan
menggunakan dua pompa penguras jenis sentrifugal pada tiap bak, dimana
satu buah pompa dijadikan sebagai cadangan. Efisiensi pompa ditetapkan
sebesar 80% dengan posisi ketinggian pompa 4 m.
𝜌𝑥𝑄𝑥𝑔𝑥𝐻
Daya pompa, P = 𝜂
kg m
1030 3 x 0.838 m3 /s x 9,81 2 x 4 m
= 80%
m
= 42337,02 W ≈ 42,337 kW
s
Diameter pipa pengurasan lumpur tidak boleh kurang dari 150 mm. Kecuali
kecepatan lebih dari 1,5 – 1,8 m/s, pipa lumpur umumnya kurang dari 200
mm. Pipa yang digunakan adalah HDPE. Diasumsikan pemompaan
pembuangan lumpur akan selesai pada periode waktu yang singkat selama 24
jam:
84,795 m3
Q = 1 jam x 3600 s/jam
87,894 m3
= = 0,024 m3/s
1 jam x 3600 s/jam
3,14 x (0,15 𝑚)2
A = = 0,0176625 m2
4
Q
v = A
0,024𝑚3 /𝑠
= 0,0176625 𝑚2 = 1,4 m/s (Memenuhi kriteria)
6. Struktur Efluen
Struktur outlet terdiri dari weir v-notch, dan saluran efluen. Weir v-notch yang
digunakan bersudut 90o, diletakkan di tepi tangki.
Q
a. Panjang weir yang dibutuhkan = Weir loading rate
10886,4 m3 /hari
= = 43,546 m
250 m3 /m.hari
Q
b. Cek weir loading rate =P
weir
10886,4 m3 /hari
= = 250 m3 /m.hari
43,546 m
(Memenuhi kriteria)
Pweir
c. Jumlah pelimpah yang dibutuhkan, N = 2D
43,546 m
= 2 x 11,33 m = 2 buah
d. Tinggi muka air setelah melewati pelimpah, hl
Lebar saluran pelimpah (b) = 0,5 m
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I99
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
BAB VII
UNIT PENGOLAHAN BIOLOGIS
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I100
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Koefisien:
Yield coeficient Y = 0,3 – 0,7 gr VSS/gr COD
Endogenous respiration coefficient Kd = 0,08 hari-1
SSV/SS ratio pada reactor = 0,69
Siklus operasional:
Sistem konvensional = 4-6 jam
Sistem dengan pengurangan nutrien biologi = 6-8 jam
Kriteria terpilih:
1. Qpeak = 0,126 m3/s = 10886,4 m3/hari
2. Direncanakan 4 bak. Tiga bak digunakan pada saat beroperasi, sedangkan bak
lainnya digunakan pada saat maintenance
Q
3. Debit tiap bak = 3
10886,4 m3 /hari
= =3628,8 m3/hari
3
4. Influent BOD concentration (So) = 1140 mg/L
5. Efluen BOD concentration (S) = 26,22 mg/L
6. Umur lumpur = 10 hari (Mode konvensional)
7. Konsentrasi MLVSS = 2000 mg/L
8. Kemampuan lumpur untuk mengendap = sedang
9. Jumlah siklus perhari, n = 3 kali
10. Jumlah reaktor, m = 3
11. Waktu masuknya limbah = 24 jam/hari
12. Total tinggi reaktor = 6 m
Perhitungan :
1. Total waktu siklus
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I101
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
24 24
Ttotal= m = 3 = 8 jam/siklus
2. Waktu masuknya limbah setiap siklus
T day 24
Tcycle = m = 3 = 8 jam
3. Volume reactor
0,8 0,8
fb = 1 + 0,2. Kd. θc = 1 + 0,2. 0,08/hari. 10 hari = 0,7
Y. θ. Q. (So-S) 0,6. 10 hari. 3628,8 m3 /hari. (1140-26,22)
Vreact = Xv. (1 + fb. Kd. θc) = = 7772,47 m3
2000. (1 + 0,7. 0,08. 10)
a. Fill Volume
Q
Vfill =m
3628,8 m3 /hari
= 3
= 1209,6 m3
b. Transition Volume
Vtrans = fHfill x Vfill = 0,1 x 1209,6 = 120,96 m3
c. Sludge Volume
Vsludge = Vreact = 1209,6 m3
d. Volume total reaktor
Vtot = Vreact + Vfill + Vtrans = 7853,015 + 1209,6 + 120,96 = 9103,03 m3
4. Kedalaman Reaktor
a. Kedalaman
Vfill 1209,6
Hfill = (Vtot/Htot) = (9103,03/6 ) = 0,527 m
b. Tinggi Transisi
Htrans = fHfill x Hfill = 0,1 x 0,74 m = 0,0527 m
c. Tinggi lumpur
Hsludge = Htot – (Hfill + Htrans) = 4m – (0,527 m + 0,0527 m) = 3,186 m
5. Massa MLSS dan konsentrasi
a. Konsentrasi dalam reaktor
Xv 2000 𝑚𝑔/𝑙
X = (SSV/SS) = (0,69) = 2898,55 mg/l
b. Massa MLSS dalam reactor
X . Vtot 2898,55 𝑚𝑔/𝑙 𝑥 14773,282
Mx = (1000) = = 42821,097 kg SS
1000
6. Konsentrasi SS rata-rata dalam endapan lumpur
Mx . 1000 𝑉𝑡𝑜𝑡 .𝑋
Xr = Vlodo = Vtot (Hsludge / Htot)
X 2898,55 𝑚𝑔/𝑙
= (Hsludge / Htot) = =3639,109 mg/l
(3,186 m /4 m)
Konsentrasi ini menunjukkan konstrasi exceses sludge, jika dihilangkan selama tahap
idle.
7. Waktu dalam siklus
a. Waktu fill
Tfill= Tarrival of influent during cycle / n = 8/3 = 2,7 jam
b. Waktu aktif
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I102
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Vreact 11779,522 𝑚3
Tactive = Ttotal. =8𝑥 = 6,38 jam
Vtot 14773,282 𝑚3
c. Waktu reaksi
Treact = Tactive – Tfill = 6,38 – 2,7 = 3,68 jam
d. Waktu pengendapan
Kecepatan pengendapan lumpur harus diperhitungkan. diasumsikan bahwa
kemudahan lumpur untuk mengendap diantara fair and poor.
vo = (8,6 + 6,2)/2 = 7,40 m/jam
e. K = (0,50 + 0,67)/2 = 0,59 m3/kg
Kehilangan kecepatan pengendapan adalah suatu fungsi dari konsentrasi
lumpur.
v = 7,4.e (-0,59.X/1000) = 7,4.e (-0,59. 2898,55/1000) = 1,34 m/jam
Waktu yang diperlukan oleh lumpur cair pada permukaan untuk mengendap
dengan jarak Hfill + Htrans
(𝐻𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠+𝐻𝑓𝑖𝑙𝑙) 0,074 𝑚 +0,74 𝑚
f. Tsettle = = = 0,6 jam
v 1,34 m/jam
g. Waktu pengurasan supernatant
Waktu pengurasan supernatant diasumsikan pada tahap draw
Tdraw ≤ Ttotal – Tfill- Treact – Tsettle
Tdraw = 0,5 jam (asumsi)
h. Waktu idle
Waktu idle merupakan waktu yang tertinggal disemua siklus
Tidle = Ttotal – ( Tfill+ Treact + Tsettle+ Tdraw)
Tidle = 8 – (2,7 + 6,35 + 0,6 + 0,5) = 1,224 jam
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I103
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
BAB VIII
UNIT PENGOLAHAN KIMIA
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I104
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I105
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I106
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
Dosis klorin ekuivalen dengan total kebutuhan klorin (yang mana terkait erat
dengan kualitas kimiawi dan mikrobiologi air) ditambah dengan jumlah sis klorin
yang diharapkan pada akhir sistem. Di post-chlorination, klorin mungkin
ditambahkan di saluran outlet atau jaringan hisap dari pompa. Dosis klorin (umumnya
3-10 mg/L) tergantung sifat air dan waktu kontak yang diperlukan (Al-Layla, 1977).
Terlebih dahulu, kita mengkonversikan m3/s menjadi MGD sebesar 1,646 MGD
Kapasitas penginjeksian klorin (lb/hari) = Dosis klorin (mg/L) x debit (MGD) x 8,34
lb/gal
= 3 mg/L x 1,646 MGD x 8,34 lb/gal
≈ 41,183 lb/hari
≈ 18,680 kg/hari
Berat tabung klorinator di pasaran
Waktu isi ulang klorinator = Laju penginjeksian klorin
68 kg
= 12,391 kg/hari = 5,488 hari ≈ 5,49 hari
T10
Waktu kontak = 0,5
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I107
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
15 menit
= = 30 menit
0,5
Kapasitas penginjeksian klorin
Debit pengaliran, Qa = Densitas klor
12,391 kg/hari
== = 0,014 m3/hari
860 kg/m3
𝑄
A = 𝑣𝑎
di mana, kecepatan aliran dalam pipa sebesar 0,3-6 m/s (Kawamura, 1991), maka:
1,62 x 10-7 m3 /s
A = = 5,4 x 10-7 m2
0,3 m/s
π x D2
A = 4
4xA
D =√ π
4 x 5,4 x 10−7 𝑚2
D =√ = 8,294 x 10-3 m
3,14
D = 8,294 mm
Gas klorin divacuum menuju bangunan clearwell. Clearwell merupakan suatu
bangunan yang berfungsi untuk menampung air olahan yang keluar dari unit filtrasi.
Di unit ini akan air akan diinjeksikan gas klor.
Untuk desain bak, bentuk bak merupakan pertimbangan yang penting. Bak
kontak berbentuk circular telah digunakan, namun tidak bekerja secara efesien.
Kebanyakan bak berbentuk rectangular, yang mana merupakan bentuk yang paling
praktis (Al-Layla, 1977).
Pertimbangan lainnya adalah kedalaman. Pada bak yang dangkal,
kemungkinan akan terjadi short-circuiting. Namun, umunya ini tidak menjadi
masalah pada bak yang didesain dengan kedalaman standar sekitar 3 m (Al-Layla,
1977).
V
Waktu kontak (t) =Q
di mana,
1. Clearwell didesain 1 bak sehingga debit yang ditampung menjadi 0,0721
m3/s.
V
30 menit. x 60 s.menit -1 = 0,072 m3 /s
V
1800 s = 0,072 m3 /s
V = 129,6 m3
Maka panjang setiap sisi bak adalah:
V = s3
3
129,6 m = s3
5,0 m =s
Cek waktu kontak desain
Volume tiap bak
T = Q tiap bak
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I108
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
129,6 m3
T = 0,072 m3 /s = 1800 s = 30 menit (OK!)
Air olahan ini akan dibawa oleh menuju badan perairan. Air olahan ini dibawa
dengan kecepatan 0,3 m/s dengan pipa berukuran:
Q =Axv
3
0,036 m /s = A x 0,3 m/s
0,12 m2 =A
π x D2
0,12 m2 = 4
2 3,14 x D2
0,12 m = 4
0,390 m = Doutlet
di mana, diameter outlet pasaran 400 mm sehingga kita perlu mengecek kecepatan
aliran dalam pipa:
Q
v =A
0,036 m3 /s
v = πD2
( )
4
0,036 m3 /s
v = 3,14 x (0,4 m)2
( )
4
v = 0,3 m/s (OK!)
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I109
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI
BAB IX
PENGOLAHAN LUMPUR
Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I110