Anda di halaman 1dari 110

TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat serta
banyak aspek kesehatan manusia dipengaruhi oleh lingkungan. Menurut Ehless dan
Steel, air limbah atau air buangan adalah sisa air dibuang yang berasal dari rumah
tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya
mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan
manusia serta mangganggu lingkungan hidup.
Pada saat ini air buangan yang berasal dari buangan rumah tangga,iIndustri dan
infiltrasi merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi oleh pemukiman
penduduk yaitu terjadinya pencemaran lingkungan yang ditimbulkan darisisa air
buangan domestik atau buangan rumah tangga, sehingga diperlukan adanya suatu
saluran khusus untuk menyalurkan air buangan atau penanganan yang khusus untuk
menyelesaikan masalah tersebut.Batasan lainnya mengatakan bahwa air limbah
adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman,
perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air
pemukiman dan air hujan yang mungkin ada.
Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan
tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air, sungai, rawa, danau, situ,
waduk, dan muara (PP No 82 Tahun 2001). Apabila air buangan tersebut dibuang
ke sumber air atau kebadan air yang memiliki kapasitas pemurnian sendiri (self
purification) yang tidak memadai. Pencemaran air permukaan akibat pembuangan air
buangan secara terpusat (Off Site) menjadi pendorong untuk mencari cara agar dapat
mengolah air buangan tersebut terlebih dahulu.
Namun demikian tidak selamanya harus diolah sebelum dibuang kelingkungan.
Ada limbah yang langsung dapat dibuang tanpa pengolahan, ada limbah yang setelah
diolah dimanfaatkan kembali. Dimaksudkan tanpa pengolahan adalah limbah yang
begitu keluar dari pabrik langsung diambil dan dibuang. Ada beberapa jenis limbah
yang perlu diolah dahulu karena mengandung pollutant yang dapat mengganggu
kelestarian lingkungan.
Cara yang baik untuk membuang air bekas atau dari sumber air limbah untuk
berbagai keperluan adalah dengan cara menyalurkan kedalam suatu sistem saluran air
buangan tertutup sehingga kotoran dan air bekas yang tercemar tersebut tidak akan
berkontak dengan manusia atau mengotori fasilitas lainnya yang dibutuhkan oleh
manusia, khususnya air dan selanjutnya disalurkan kedalam saluran atau tempat-
tempat khusus seperti Instalasi Pengolahan air limbah, dimana dilakukan pengolahan
terlebih dahulu sehingga memenuhi persyaratan kualitas tertentu dan sesuai baku
mutu sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir (badan air penerima), kriteria
baku kerusakan lingkungan hidup adalah ukuran batas perubahan sifat fisik, kimia,
dan/atau hayati lingkungan hidup yang dapat ditenggang oleh lingkungan hidup untuk
dapat tetap melestarikan fungsinya (UU No. 32 Tahun 2009).

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) 1
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari tugas perencanaan penyaluran air limbah domestik ini adalah
membandingkan sejauh mana tingkat pemahaman secara teori dengan pemahaman
segi teknis dalam membuat sebuah laporan simulasi penyusunan perencanaan
penyaluran air limbah domestik dalam suatu wilayah.
Tujuan dari perencanaan penyaluran air limbah domestik ini adalah , sebagai
berikut:
1. Merancang sistem penyaluran air buangan perkotaan beserta
pengolahannya dengan melihat berbagai faktor yang mempengaruhinya
sehingga nanti dapat diterapkan dalam merancang suatu sistem penyaluran
air buangan yang baik.
2. Mampu mendesain unit pengolahan dengan gambar teknik yang
memenuhi kaidah-kaidah perencanaan.
3. Syarat kelulusan mata kuliah Perencanaan Pengolahan Air Limbah di
Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Riau.

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup dari perencanaan sistem penyaluran air limbah domestik ini
adalah membuat perencanaan sistem penyaluran air limbah domestik lengkap untuk
Kecamatan sukajai dengan periode perencanaan 20 tahun, antara lain mencakup:
1. Proyeksi penduduk untuk periode perencanaan 20 tahun (dengan beberapa
metode dan dasar pemilihan metode yang digunakan);
2. Studi kebutuhan air bersih dan timbulan air buangan Kecamatan Sukajadi;
3. Perencanaan Sistem Penyaluran Air Limbah Domestik yang meliputi
penentuan jalur pipa air limbah domestik, dimensi pipa, bangunan-
bangunan pengolahan dan penentuan konstruksi dan Jenis pipa air
buangan lengkap dengan asesoris pipa.

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) 2
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi dan Sumber Air Limbah
2.1.1 Definisi Air Limbah
Setiap komunitas memproduksi limbah padat dan limbah cair. Berdasarkan
sumbernya, air limbah didefinisikan sebagai air bekas yang berasal dari rumah
tangga, institusi, komersil ataupun industri yang telah bercampur dengan air tanah, air
permukaan, dan air hujan (Metcalf dan Eddy, 1991). Secara umum dapat
dikemukakan air buangan adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga,
industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan biasanya mengandung bahan-
bahan/zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu
kelestarian hidup.
Ketika air limbah yang belum diolah terakumulasi dan mulai membusuk,
penguraian bahan organik, kandungan air limbah akan menganggu aktivitas termasuk
produksi gas berbau busuk. Sebagai tambahan, air limbah yang belum diolah
mengandung beragam mikroorganisme patogen yang hidup dalam sistem pencernaan
manusia. Air limbah juga mengandung nutrien yang dapat merangsang pertumbuhan
tumbuhan air dan kemungkinan mengandung senyawa kimia berbahaya yang
berpotensi mutagenesis (Metcalf dan Eddy, 2003).
2.1.2 Sumber Air Limbah
Air limbah dapat berasal dari sejumlah sumber yaitu air limbah dari aktivitas
rumah tangga, industri, pertanian, dan pertambangan. Air limbah ini banyak
mencemari sungai-sungai dan wilayah perairan lainnya.
1. Air Limbah Domestik
Setiap rumah tangga menghasilkan limbah, baik berupa limbah padat
(sampah) maupun limbah cair. PERMENLHK Nomor P. 68 Tahun 2016
mendefinisikan air limbah domestik merupakan air limbah yang berasal dari
aktivitas hidup sehari-hari manusia yang berhubungan dengan pemakaian air.
Limbah cair rumah tangga merupakan gabungan dari berbagai sumber,
sehingga sulit dikenali secara langsung. Bahkan diantara komponen-
komponen yang terkandung didalamnya bisa terdapat limbah beracun dan
berbahaya (Limbah B3). Oleh karena itu, diperlukan pre-treatment sebelum
dibuang ke perairan seperti sungai atau danau.
Sumber utama air domestik berasal dari pemukiman dan daerah perdagangan,
perkantoran serta fasilitas rekreasi. Dari sekian banyak limbah rumah tangga,
limbah yang paling banyak mencemari lingkungan ialah detergen.
Penggunaan detergen menyebabkan pencemaran lingkungan karena
kandungan fosfat yang tinggi. Fosfat merupakan komponen hara bagi
fitoplankton . Dengan kelebihan komponen hara akan terjadi algae blooming,
sehingga suplai oksigen di dalam air berkurang. Akibatnya, beberapa ikan
mati dan segelintir ikan dapat bertahan hidup.

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) 3
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

2. Air Limbah Industri


Industri menghasilkan limbah sisa proses produksi. Limbah tersebut
bervariasi tergantung jenis, besar dan kecilnya industri, pengawasan pada
industri dan derajat pengolahan air limbah yang ada.
Pada proses produksi, industri-industri kimia menggunakan bahan kimia
berbahaya, sehingga pengolahan air limbahnya cukup rumit.
Besar kecilnya industri juga berkaitan dengan besar kecilnya jumlah limbah
yang dihasilkan. Industri besar akan menghasilkan limbah dalam jumlah yang
besar.
3. Air Limbah dari Aktivitas Pertanian
Air limbah dari aktivitas pertanian berasal dari pestisida dan pupuk.
Penggunaan hama bertujuan untuk membunuh hama, tetapi penggunaan yang
berlebihan dapat membunuh kehidupan. Para petani juga sering menggunakan
pupuk secara berlebihan. Akibatnya, pupuk tersebut akan terbawa air hujan
dan memasuki ekosistem perairan sehingga terjadi eutrofikasi.
4. Air Limbah dari Aktivitas Pertambangan
Bahan tambang yang diperoleh dari aktivitas pertambangan memerlukan
pemrosesan lanjutan sebelum menjadi bahan berharga. Sebagai contoh,
pertambangan emas memerlukan Hg untuk memerlukan emas yang
diinginkan. Air limbah dari proses tersebut akan masuk ke dalam badan air
dan meracuni ekosistem perairan.

2.2 Jaringan Sistem Penyaluran Air Limbah


Kriteria yang dipergunakan pada perencanaan jaringan penyaluran air limbah
domestik untuk daerah yang akan direncanakan, didasarkan dan disesuaikan dengan
keadaan dan kondisi daerahnya, yang merupakan batasan serta parameter dalam
perencanaan teknis cara pengaliran air limbah domestik dan perhitungan lainnya. Ada
beberapa sistem penyaluran air buangan, yaitu (Ditjen Cipta Karya, 2013):
1. Sistem Terpisah (Separate System)
Sistem penyaluran terpisah atau biasa disebut separate system/full sewerage
adalah sistem dimana air buangan disalurkan tersendiri dalam jaringan riol
tertutup, sedangkan limpasan air hujan disalurkan tersendiri dalam saluran
drainase khusus untuk air yang tidak tercemar. Sistem ini diperuntukkan
untuk daerah dengan kriteria sebagai berikut:
a. Disarankan untuk tipe perumahan dengan golongan pendapatan
menengah dan tinggi, dimana mereka mampu membayar retribusi;
b. Ketersediaan air bersih tidak menjadi faktor yang menentukan;
c. Tingkat kepadatan penduduk lebih dari 300 jiwa/Ha, permeabilitas
tanah tidak memenuhi syarat, angka permeabilitas tanah terlalu tinggi
> 4,2. 10-3 L/m2/det atau terlalu rendah < 2,7.10-4 L/m2/det;
d. Kemiringan tanah lebih besar dari 2%.
Keuntungan dan kerugian dari sistem penyaluran terpisah akan ditampilkan
dalam Tabel 2.1.

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) 4
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Tabel 2.1 Keuntungan dan Kerugian dari Sistem Penyaluran Terpisah


Keuntungan Kerugian

Diameter pipa air buangan lebih kecil karena Biayanya lebih besar karena ada 2 saluran
hanya untuk air buangan saja
Tidak dipengaruhi oleh perbedaan debit Beban pengolahan untuk Bangunan
musim hujan ataupun kemarau Pengolahan Air Buangan (BPAB) lebih besar

Debit air buangan (Qab) kecil -

Lebih higienis -

Gambar 2.1 Sistem Saluran Terpisah


2. Sistem Tercampur
Sistem penyaluran tercampur merupakan sistem pengumpulan air buangan
yang tercampur dengan air limpasan hujan (Sugiharto, 1987). Sistem ini
digunakan apabila daerah pelayanan merupakan daerah padat dan sangat
terbatas untuk membangun saluran air buangan yang terpisah dengan saluran
air hujan, debit masing–masing air buangan relatif kecil sehingga dapat
disatukan, memiliki kuantitas air buangan dan air hujan yang tidak jauh
berbeda serta memiliki fluktuasi curah hujan yang relatif kecil dari tahun ke
tahun.
Kelebihan sistem ini adalah hanya diperlukannya satu jaringan sistem
penyaluran air buangan sehingga dalam operasi dan pemeliharaannya akan
lebih ekonomis. Selain itu terjadi pengurangan konsentrasi pencemar air
buangan karena adanya pengenceran dari air hujan. Sedangkan kelemahannya
adalah diperlukannya perhitungan debit air hujan dan air buangan yang
cermat. Selain itu karena salurannya tertutup maka diperlukan ukuran riol
yang berdiameter besar serta luas lahan yang cukup luas untuk menempatkan
instalasi pengolahan buangan.

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) 5
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Gambar 2.2 Sistem Penyaluran Tercampur


3. Sistem Kombinasi (Riol Interseptor)
Pada sistem penyalurannya secara kombinasi dikenal juga dengan istilah
interceptor, dimana air buangan dan air hujan disalurkan bersama-sama
sampai tempat tertentu baik melalui saluran terbuka atau tertutup, tetapi
sebelum mencapai lokasi instalasi antara air buangan dan air hujan dipisahkan
dengan bangunan regulator. Air buangan dimasukkan ke saluran pipa induk
untuk disalurkan ke lokasi pembuangan akhir, sedangkan air hujan langsung
dialirkan ke badan air penerima.
Pada musim kemarau air buangan akan masuk seluruhnya ke pipa induk dan
tidak akan mencemari badan air penerima. Sistem kombinasi ini cocok
diterapkan di daerah yang dilalui sungai yang airnya tidak dimanfaatkan lagi
oleh penduduk sekitar, dan di darah yang untuk program jangka panjang
direncanakan akan diterapkan saluran secara konvensional, karena itu pada
tahap awal dapat dibangun saluran pipa induk yang untuk sementara dapat
dimanfaatkan sebagai saluran air hujan.

Gambar 2.3 Sistem Penyaluran Kombinasi

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) 6
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

2.3 Perencanaan Sistem Penyaluran Air Limbah


2.3.1 Daerah Pelayanan
Daerah rencana merupakan daerah pelayanan yang diusahakan mencakup
keseluruhan kota dengan pendekatan bertahap, efektifitas dan efisiensi. Daerah
rencana merupakan daerah target dimana air limbah akan disalurkan, ditampung dan
diolah menuju bangunan instalasi pengolahan air limbah domestik. Daerah pelayanan
yang ditentukan dalam perencanaan ini adalah Kecamatan Sukajadi dengan
berdasarkan pertimbangan yang ada:
1. Daerah yang kekurangan suplai air bersih;
2. Daerah dengan kepadatan penduduk tinggi;
3. Daerah yang telah menerima pelayanan air bersih tetapi belum maksimal;
4. Daerah yang berpotensi berkembang menjadi pusat kota Provinsi Riau;
5. Aspek teknis seperti topografi yang menentukan proses distribusi;
6. Aspek ekonomi.
2.3.2 Kuantitas dan Fluktuasi Air Limbah
Penentuan kuantitas air buangan yang akan dilayani di akhir tahun periode
perencanaan, maka total kebutuhan air bersih harus dihitung terlebih dahulu. Setelah
total kebutuhan air bersih telah diketahui, faktor air buangan dapat ditentukan dengan
cara persentase air buangan yang dihasilkan dari penggunaan air bersih. Untuk rumah
tangga, faktor air buangan ditetapkan 80%. Untuk fasilitas kota faktor air buangan
ditetapkan 75-90% yang besarnya tergantung dari fungsi masing-masing fasilitas kota
(Taha, 1982).
Pola kebiasaan masyarakat dalam menggunakan air perlu diperhatikan dalam
merencanakan instalasi pengolahan air limbah. Umumnya pemakaian maksimum
terjadi pagi dan sore hari dan saat minimum terjadi pada larut malam. Besarnya
fluktuasi aliran air limbah yang masuk ke pipa bergantung pada jumlah populasi di
suatu kawasan. Besarnya fluktuasi terhadapaliran rata-rata adalah sebagai berikut
(Ditjen Cipta Karya, 2013):
1. Untuk daerah pelayanan memiliki penduduk < 10.000 jiwa dengan
Qmax/Qaverage = 4 s/d 3,5 dan Qmin/Qaverage = 0,2 s/d 0,35;
2. Untuk daerah pelayanan memiliki penduduk antara 10.000 jiwa s/d 100.000
dengan Qmax/Qaverage = 3,5 s/d 2 dan Qmin/Qaverage = 0,35 s/d 0,55;
3. Untuk daerah pelayanan memiliki penduduk > 100.000 jiwa dengan
Qmax/Qaverage = 2,0 s/d 1,5 dan Qmin/Qaverage = 0,55 s/d 0,6.
Rata-rata pemakaian air bersih adalah sebesar 20 liter/kapita/hari dan air
limbah yang masuk ke jaringan perpipaan perpipaan adalah 80% dari konsumsi air
tersebut atau kira-kira 100 L/kapita/hari. Kecepatan aliran maksimum tergantung
jenis pipa yang digunakan dan pada umumnya berkisar antara 2-4 m/s. Kecepatan
aliran minimum diharapkan dapat menghindari terjadinya pengendapan dalam pipa
sehingga kecepatan aliran minimum harus lebih besar dari 0,6 m/s.
2.3.3 Jenis Saluran
Secara umum sistem drainase merupakan suatu rangkaian bangunan air yang
berfungsi mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan. Saluran
drainase di wilayah perkotaan tidak hanya menerima limpasan air hujan, tetapi juga
air limbah domestik, dan mungkin juga limbah pabrik. Hujan yang jatuh di wilayah

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) 7
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

perkotaan kemungkinan besar terkontaminasi ketika air itu memasuki dan melintasi
atau berada di lingkungan perkotaan. Setelah melewati lingkungan perkotaan, air
hujan dengan atau tanpa limbah domestik, membawa polutan ke badan air (Tanudjaja,
2008).
PERMEN PU Nomor 12 Tahun 2014 menimbang bahwa wilayah perkotaan
perlu mendapatkan pengelolaan drainase yang terpadu agar tidak terjadi genangan
yang berlebihan pada suatu kawasan tertentu serta seiring dengan pertumbuhan kota
dan perkembangan industri. Dengan melihat kondisi iklim Indonesia yang memiliki
curah hujan rata-rata sangat beragam, mulai kurang dari 1.000 mm/tahun di kawasan
semi-arid tropik, 1.780-3.175 mm/tahun di dataran rendah, hingga 6.100 mm/tahun di
kawasan pegunungan. Kelembaban udara umumnya sangat tinggi, dengan nilai
kelembaban relatif (RH) umumnya di atas 80% (Universitas Indonesia dalam Litbang
Pertanian, 20). Oleh karena itu, pemakaian saluran secara campuran tidak efesien
diterapkan di Indonesia.
Penyaluran air hujan harus dipisahkan dari penyaluran limbah. Saluran air
hujan menggunakan saluran terbuka, sedangkan konstruksi air limbah menggunakan
saluran tertutup. Saluran tertutup dikenal juga dengan sistem perpipaan. Alternatif
pemilihan sistem perpipaan akan dipaparkan dalam Tabel 2.2.
1. Sistem Penyaluran Konvensional (Conventional Sewer)
Conventional sewer merupakan suatu jaringan perpipaan yang membawa air
buangan ke suatu bangunan pengolahan. Sistem ini terdiri dari jaringan persil,
pipa servis, pipa lateral dan pipa induk yang melayani daerah pelayanan yang
cukup luas. Setiap jaringan pipa dilengkapi dengan manhole yang
ditempatkan pada lokasi-lokasi tertentu. Apabila kedalaman pipa tersebut
mencapai 7 meter, maka air buangan dipompakan dan selanjutnya dialirkan
secara gravitasi ke lokasi pengolahan dengan mengandalkan kecepatan aliran
(Nawasis, 2015).
2. Sistem Shallow Sewer
Sistem shallow sewer mengangkut air buangan dalam skala kecil dan pipa
dipasang dengan kemiringan lebih landai. Peletakan sistem ini biasanya
diterapkan pada blok-blok rumah. Shallow sewer lebih cocok sebagai jaringan
sekunder di daerah perkampungan dengan kepadatan tinggi dan tidak dilewati
oleh kendaraan berat (Nawasis, 2015).
3. Sistem Small Bore Sewer
Sistem small bore sewer dikenal juga dengan sistem roil dangkal. Sistem roil
dangkal merupakan sistem penyaluran air limbah yang didesain untuk
menerima air limbah rumah tangga tanpa diendapkan terlebih dahulu dalam
tangki interceptor.
Daerah pelayanan relatif lebih kecil. Pipa servis dan pipa persil biasanya
dipasang menuju lokasi pembuangan akhir, kecuali untuk daerah perencanaan
dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan debit air buangan yang besar.
Sistem ini dilengkapi dengan instalasi pengolahan sederhana (Nawasis, 2015).

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) 8
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Tabel 2.2 Alternatif Pemilihan Sistem Perpipaan


Parameter Conventional Sewer Shallow Sewer Small Bore Sewer
Pembanding
Syarat Penerapan 1. Suplai air bersih yang tinggi karena 1. Suplai air bersih 60%; 1. Memerlukan tangki untuk
diperlukan untuk penggelontoran; 2. Kemiringan < 2%; memisahkan padatan dan cairan;
2. Diameter pipa minimal 100 mm, 3. Muka air tanah minimum adalah 2. Diameter pipa minimal 100 mm
karena membawa padatan; 2 m. karena tidak membawa padatan;
3. Aliran dalam pipa harus aliran 3. Kecepatan maksimum 3 m/s
seragam; (aliran dalam pipa tidak harus
4. Slope pipa harus diatur, sehingga memenuhi vcleansing).
vcleansing terpenuhi (0,6 m/s);
5. Kecepatan maksimum pada
penyaluran konvensioanal 3 m/s.
Kelebihan Tidak memerlukan tangki septik Biaya sistem ini lebih murah 1. Biaya pemeliharaan relatif
dibandingkan dengan sistem sanitasi murah;
setempat. Biaya murah ini bisa 2. Mengurangi kebutuhan air;
mencapai 30-50% dari biaya sistem 3. Mengurangi kebutuhan
penyaluran konvensional karena pengolahan, misalnya screening.
penggalian yang dangkal, diameter 4. Biasanya dibutuhkan untuk
pipa kecil, dan unit pengawasan daerah yang tidak lagi memiliki
sederhana dalam manhole yang tidak lahan untuk bidang resapan
besar. karena permeabilitasnya jelek.

Kekurangan 1. Biaya konstruksi yang relatif lebih 1. Memerlukan lahan tangki septik;
mahal; 2. Memungkinkan untuk terjadinya
2. Pengaturan jaringan akan sulit apabila clogging karena diameter pipa
dikombinasikan dengan saluran small kecil.
bore sewer, karena kedua sistem
tersebut membawa air buangan dengan
karakteristik yang berbeda, sehingga
tidak boleh ada cabang dari
konvensional ke saluran small bore
sewer.
Penerapan 1. Daerah yang mempunyai kepekaan 1. Kepadatan penduduk sedang (> Sistem ini cocok untuk daerah
yang tinggi, misalnya perumahan 150 jiwa/Ha); pelayanan dengan kepadatan penduduk

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) 9
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Parameter Conventional Sewer Shallow Sewer Small Bore Sewer


Pembanding
mewah dan daerah pariwisata; 2. Permeabilitas tanah buruk (< sedang sampai tinggi, terutama untuk
2. Lokasi perencanaan, dimana 0,0416 cm/menit); daerah yang telah menggunakan tangki
penduduknya memiliki penghasilan 3. Persentase yang memiliki tangki septik tetapi tanah sekitarnya tidak lagi
cukup tinggi dan mampu membayar septic (< 60%). mampu menyerap effluent tangki
biaya operasional dan perawatan; septik.
3. Di pusat kota yang terdapat gedung-
gedung bertingkat apabila tidak
dibangun saluran, akan memerluka
lahan untuk pembuangan dan
pengolahan sendiri;
4. Di pusat kota, dengan kepadatan
penduduk > 300 jiwa/Ha dan
umumnya penduduk menggunakan air
tanah, serta lahan untuk pembuatan
sistem setempat sangat sulit dan
permeabilitas tanah buruk.
Sumber: Nawasis, 2015

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) 10
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

2.3.4 Jenis dan Bentuk Pipa


Pemilihan bahan pipa harus dipertimbangkan mengingat air limbah banyak
mengandung bahan yang dapat mengganggu atau menurunkan kekuatan pipa.
Oleh karena itu, faktor-faktor di bawah ini perlu diperhatikan dalam pemilihan
pipa secara menyeluruh adalah (Ditjen Cipta Karya, 2013):
1. Umur ekonomis;
2. Pengalaman pipa sejenis yang telah diaplikasikan di lapangan;
3. Resistensi terhadap korosi (kimia) atau abrasi (fisik);
4. Koefisiensi kekasaran (hidrolik);
5. Kemudahan transpor dan handling;
6. Kekuatan struktur;
7. Biaya suplai, transpor dan pemasangan;
8. Ketersediaan di lapangan;
9. Ketahanan terhadap disolusi di dalam air;
10. Kekedapan dinding;
11. Kemudahan pemasangan sambungan.
Pipa yang bisa dipakai untuk penyaluran air limbah adalah Vitrified Clay
(VC), Asbestos Cement (AC), Reinforced Concrete (RC), Steel, Cast Iron, High
Density Poly Ethylene (HDPE), Unplasticised Polyvinylchloride (uPVC) dan
Glass Reinforced Plastic (GRP).
1. Pipa Beton
Pipa beton terbuat dari bahan campuran semen, pasir, dan kerikil. Kualitasnya
perlu diperhatikan secara khusus, terutama terhadap asam sehingga dinding
pipa bagian dalam diberi lapisan email. Kualitas pipa beton cor lebih jelek
daripada cast concrete centrifugal karena cast concrete resisten terhadap
korosi, lebih halus dan lebih kedap (Masduki, 2000).
a. Aplikasi
 Pada pengaliran gravitasi (lebih umum) dan bertekanan;
 Untuk pembuatan sifon;
 Untuk saluran drainase dengan diameter 300-3600 mm akan lebih
ekonomis mengingat durabilitasnya jauh lebih baik dibandingkan
dengan bahan saluran lainnya;
 Hindari aplikasi sebagai sanitary sewer dengan dimensi kecil terutama
bila ada air limbah industri atau mengandung H2S berlebih. Untuk
dimensi kecil hingga diameter 45 mm, biasanya dipakai pipa dengan
bahan PVC atau lempung;
 Pada sanitary trunk sewer, beton bertulang juga dipakai dengan
diameter lebih besar daripada diameter VCP maksimal, dengan lining
plastik atau epoksi (diproses monolit di pabrik); atau pengecatan
bitumas-tik atau coal tar epoxy (dilakukan setelah instalasi di
lapangan).

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I11
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

b. Ukuran dan Panjang Pipa


 Pipa pracetak dengan diameter di atas 600 mm harus dipasang dengan
tulangan, meskipun pada diameter yang lebih kecil tetap dibuat beton
bertulang.
 Untuk konstruksi beton bertulang (pracetak), diameter, dan panjang
yang tersedia di lapangan:
Diameter : [(300)-600-2700] mm;
Panjang : - 1,8 m untuk pipa dengan diameter < 375 mm;
- 3 m untuk pipa dengan diameter > 375 mm
Tersedia 5 kelas berdasarkan pada kekuatan beban eksternal.
 Untuk konstruksi beton tidak bertulang (pra-cetak)
Diameter : (100-600) mm;
Panjang : (1,2-7,3) m.
c. Sambungan
 Tongue dan groove (khusus beton bertulang)
Untuk diameter > 760 mm;
Dengan menggunakan sambungan senyawa mastik atau gasket karet
yang membentuk seal kedap air dengan plastik atau tar panas mastik,
clay tile, atau senyawa asphatik.
 Spigot dan soket dengan semen
Untuk diameter (305-760) mm
Ekonomis
Mudah pemasangannya
Aman dan memuaskan.
 Cincin karet fleksibel.
d. Lining (Lapisan Dasar Pipa)
Penerapan lining dilakukan bila pipa yang bersangkutan menyalurkan air
limbah yang belum terolah dengan bahan tahan korosi seperti:
 Spesi semen alumina tinggi
Tebal 12 mm untuk diameter ≤ 675 mm;
Tebal 20 mm untuk diameter (750-825) mm.
 PVC atau ekuivalen untuk diameter ≥ 900 mm;
 PVC sheet;
 Penambahan ketebalan dinding sebagai beton deking.
e. Komponen bahan
Komponen bahan pipa beton menggunakan agregat limestone atau
dolomite dengan semen tipe 5.
f. Kelebihan pipa beton
Beberapa pertimbangan pemilihan pipa beton:
 Konstruksi: kuat;
 Dimensi: tersedia dalam variasi yang besar dan dapat dipesan.

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I12
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

g. Kerugian/kelemahan pipa beton


Beberapa kelemahan aplikasi pipa beton (karena semen dari bahan alkali)
adalah korosi terhadap asam atau H2S, kecuali bila diberi lining,
pemeliharaan kecepatan glontor, ventilasi yang memadai, dan
pembubuhan bahan kimia.
h. Spesifikasi
Untuk pelaksanaan konstruksi dilapangan yang perlu diminta atau
diketahui adalah spesifikasinya, minimal mencakup:
 Diameter;
 Kelas dan/atau kekuatan;
 Metode manufaktur;
 Metode sambungan;
 Lining
 Komposisi bahan (macam agregat bila limestone).
 Penyambungan Sambungan Rumah
Untuk pipa beton diameter besar dapat dilakukan pelobangan, dengan
memasukkan spigot dari sambungan rumah sambil menutup sela-selanya
dengan spesi beton (mortar).

Gambar 2.4 Pipa Beton


2. Pipa Cast Iron
Keuntungan dari penggunaan pipa ini adalah umur yang panjang, karakteristik
aliran yang baik, toleran terhadap tekanan dalam yang tinggi dan muatan yang
besar, serta resisten terhadap korosi pada hampir semua jenis tanah. Pipa ini
terlalu mahal jika digunakan untuk penyaluran air limbah, bahkan untuk
negara-negara industri sekalipun (Masduki, 2000).
a. Aplikasi
 Bangunan layang di atas tanah (perlintasan sungai, jembatan dan
sebagainya);
 Stasiun pompa;
 Pengaliran (pembawa) lumpur;
 Pipa bertekanan;
 Situasi yang sulit (misal pondasi jelek);
 Pipa yang diaplikasikan pada tanah yang bermasalah dengan akar
pepohonan;
 Tidak cocok bila diaplikasikan pada:

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I13
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Daerah payau yang selalu ada aksi elektrolit


Sambungan rumah karena biaya mahal
Daerah dengan tanah mengandung sulfat
 Pipa yang akan dipasang pada kedalaman lebih dari 0,5 m mengingat
bila menggunakan cara pemasangan pipa dangkal cenderung akan
menemukan banyak gangguan.
b. Diameter dan Panjang Tersedia
 Diameter: 2-48 inchi;
 Panjang: 3,6 m.
c. Sambungan
 Flanged dan spigot;
 Flanged dan soket;
 Tarred gasket dengan cauled lead.
d. Sistem Pelapisan
Pelapisan semen dengan mantel aspal pada interior pipa.
e. Spesifikasi
 Diameter;
 Tebal;
 Kelas atau strength;
 Tipe sambungan;
 Tipe lining;
 Tipe coating eksterior.

Gambar 2.5 Pipa Cast Iron

3. Pipa Asbes Semen


Pipa asbes-semen sangat tahan terhadap korosi oleh asam, buangan yang
sangat septik, dan alkalinitas tanah yang sangat tinggi. Keuntungan dari
penggunaan pipa ini adalah biaya yang murah, sambungan kedap air, infiltrasi
rendah, karakteristik yang baik, ringan, mudah dalam penanganaan, serta
mudah dalam pemasangan sambungan. Kekurangannya ialah harganya lebih
mahal dari pipa beton dan pipa verified clay, tidak mudah dipindahkan, dan
debu asbes menyebabkan asbestosis.

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I14
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

a. Aplikasi
 Sambungan rumah;
 Saluran gravitasi;
 Pipa bertekanan (terbatas).
b. Bahan baku
 Semen;
 Silika;
 Fiber asbes;
 Hanya pipa semen asbes autoclaved dipakai untuk saluran.
c. Diameter dan Panjang Lapangan
 Diameter 100-1050 mm, panjang 4 m;
 Diameter 250-525 mm, panjang 2 m.
a. Tipe Sambungan
Lengan (coupling) dari asbes semen dengan cincin karet fleksibel.
e. Lining
Bahan lining pipa asbes berupa bitumen.
f. Keuntungan
 Ringan;
 Penanganan mudah;
 Sambungan kedap;
 Peletakan panjang hingga 4 m;
 Permukaan halus, dengan koefisien kekasaran n = 0,01 sehingga dapat
dipasang lebih landai atau diameter lebih kecil;
 Durabel (lebih tahan).
g. Kerugian
Tidak tahan terhadap korosi asam dan H2S.

Gambar 2.6 Pipa Asbes Semen

4. Vitrified Clay Pipe (VCP)


Ukuran pipa vitrified clay berkisar antara 18-24 inchi (450-600 mm). Pipa ini
terbuat dari tanah liat atau lempung yang telah dicetak dan dikeringkan
dengan cara dibakar. Pipa ini sangat resisten terhadap korosi, tidak

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I15
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

membutuhkan pelapisan khusus. Kekurangannya ialah ukuran pasaran kecil,


mudah patah dalam pengiriman dan penanganan.
a. Aplikasi
 Untuk pipa pengaliran gravitasi;
 Sebagai sambungan rumah (SR)
SR pipa standar
SR pipa dengan riser vertical.
b. Aksesoris
 T dan Y sebagai penyambung sambungan rumah ke pipa lateral
(common sewer);
 Penutup (stopper) sebagai penutup ujung bell, yang diperkuat dengan
spesi, sampai saatnya dilakukan koneksi;
 Saddle dipakai bila dilakukan panyambungan pada puncak sewer, atau
bila akan dibuat koneksi secara vertikal, atau common sewer yang
dalam;
 Slant digunakan untuk membuat koneksi ke saluran beton atau
pasangan batu. Tentunya dibutuhkan spesi beton untuk menutup
sekitar sambungan agar tidak bocor.
c. Diameter dan panjang lapangan
 Diameter : - (100-1050) mm
- (100-375) mm
 Panjang: (0,6-1,5) m;
 Tersedia dalam bentuk standar dan ekstra kuat.
d. Keuntungan
 Tahan korosi asam dan basa;
 Tahan erosi dan gerusan.
e. Kerugian
 Kekuatan terbatas (perlu kehati-hatian pada saat pengangkutan dan
peletakan);
 Dapat pecah;
 Pendek;
 Sambungan banyak, karena pendek;
 Potensi infiltrasi tinggi;
 Waktu pemasangan lebih lama daripada pipa PVC karena ukuran pipa
pendek.
f. Sambungan
 Sambungan karet fleksibel;
 Sambungan senyawa poured bituminous;
 Sambungan slip seal.
g. Lining
Tidak perlu menggunakan lining.

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I16
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Gambar 2.7 Pipa Clay

5. Pipa Plastik
Pipa plastik seringkali digunakan karena ringan, mudah dalam pemasangan
dan penanganan. Kelebihannya adalah terbebas dari korosi, resisten yang baik
terhadap getaran, fleksibel, karakteristik aliran sangat baik, ringan sehingga
mudah dalam transportasi dan penanganan, serta lebih panjang sehingga
mengurangi jumlah sambungan.
a. Bahan
 PVC (polyvinyl chloride);
 PE (polyethylene).
b. Aplikasi
 PVC digunakan untuk sambungan rumah dan pipa cabang;
 PE digunakan untuk daerah rawa atau persilangan di bawah air.
c. Klasifikasi
 Standar JIS K 6741-1984
Klas D/VU dengan tekanan 5 kg/cm2;
Klas AW/VP dengan tekanan 10 kg/cm2.
 Standar SNI 0084-89-A/SII-0344-82
Seri S-8 dengan tekanan 12,5 kg/cm2;
Seri S-10 dengan tekanan 10 kg/cm2;
Seri S-12,5 dengan tekanan 8 kg/cm2;
Seri S-16 dengan tekanan 6,25 kg/cm2.
Pemilihan kelas di atas tergantung pada beban pipa dan tipe
bedding dan dalamkondisi pengaliran secara grafitasi atau dengan adanya
pompa (tekanan).
d. Diameter dan panjang lapangan
 Diameter sampai dengan 300 mm;
 Panjang standar 6 m.
e. Sambungan
 Solvent (lem) digunakan untuk diameter kecil;
 Cincin karet digunakan untuk diameter lebih besar.
f. Keuntungan
 Ringan;

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I17
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

 Sambungan kedap;
 Peletakan pipa panjang;
 Beberapa jenis pipa tahan korosi.
g. Kerugian
 Kekuatannya mudah terpengaruh sinar matahari dan temperatur
rendah;
 Ukuran tersedia terbatas;
 Perlu lateral support.

Gambar 2.8 Pipa PVC


6. Pipa HDPE
Meskipun pipa HDPE dibuat dalam ukuran dari 100 sampai 1200 mm, pipa ini
digunakan untuk sistem transmisi. Seperti PVC, ukuran tersebut untuk
kapasitas tekanan pada 23ºC. Pipa HDPE lebih tahan korosi dan tidak ada
lining yang digunakan.

Gambar 2.9 Pipa HDPE

2.3.5 Dimensi Pipa


Dari perhitungan dimensi pipa berdasarkan aliran atau tiap jalur pipa dari
berbagai sumber air limbah dapat dihitung dimensi pipa. Perhitungan dimensi
pipa dari rumah tangga akan mudah diketahui bila sudah diketahui jumlah
populasi dan jumlah pemakaian air bersihnya. Untuk mengetahui secara cepat
dimensi pipa dari kegiatan lain seperti bisnis area, rumah sakit, pasar dan
sebagainya digunakan populasi ekuivalen. Berikut ini disampaikan besaran
populasi ekuivalen dari berbagai jenis kegiatan:

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I18
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Tabel 2.3 Nilai Populasi Ekuivalen Untuk Setiap Kegiatan


No. Kegiatan Nilai PE Acuan

1 Rumah Biasa 1 Study JICA 1990a

2 Rumah Mewah 1,67 Sofyan M Noerlambanga

3 Apartemen 1,67 Sofyan M Noerlambanga

4 Rumah Susun 0,67 Sofyan M Noerlambanga

5 Puskesmas 0,02 Sofyan M Noerlambanga

6 Rumah Sakit Mewah 6,67 SNI 03 – 7065-2005a

7 Rumah Sakit Menengah 5 SNI 03 – 7065-2005a

8 Rumah Sakit Umum 2,83 SNI 03 – 7065-2005a

9 SD 0,27 SNI 03 – 7065-2005a

10 SLTP 0,33 SNI 03 – 7065-2005a

11 SLTA 0,53 SNI 03 – 7065-2005a

12 Perguruan Tinggi 0,53 SNI 03 – 7065-2005a

13 Ruko 0,67 SNI 03 – 7065-2005a

14 Kantor 0,33 SNI 03 – 7065-2005a

15 Stasiun 0,02 SNI 03 – 7065-2005a

16 Restoran 0,11 SNI 03 – 7065-2005a

17 Pabrik/Industri 0,33 SNI 03-7065-2005b

Perancangan dan
Pemeliharaan Sistem
18 Pasar Tradisional/Modern 0,30 Plambing, Soufyan M.
Noerbambang dan Takeo
Morimurab

19 Gedung Bioskop 0,08 SNI 03-7065-2005b

20 Gedung Peribadatan 0,04 SNI 03-7065-2005b

21 Hotel Melati s/d Bintang 2 1,00 SNI 03-7065-2005b

22 Hotel Bintang 3 ke atas 1,67 SNI 03-7065-2005b


a
Sumber: Ditjen Cipta Karya, 2013
b
Sumber: Lampiran II Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2005

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I19
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

2.4 Bangunan Pelengkap Sistem Penyaluran


Beberapa bangunan pelengkap yang dipergunakan dalam sistem perpipaan
air limbah diantaranya di bawah ini adalah sebagai berikut (Ditjen Cipta Karya,
2013):
a. Manhole;
b. Ventilasi udara;
c. Terminal clean out;
d. Drop manhole;
e. Tikungan (Bend);
f. Transition dan Junction;
g. Bangunan penggelontor;
h. Syphon;
i. Rumah pompa.
Gambar 2.10 Beberapa Bangunan Pelengkap pada Perpipaan Air Limbah

Sumber: Ditjen Cipta Karya, 2013

1. Manhole
Manhole adalah salah satu bangunan perlengkap sistem penyaluran air
buangan yang berfungsi sebagai tempat memeriksa, memperbaiki, dan
membersihkan saluran dari kotoran yang mengendap dan benda-benda yang
tersangkut selama pengaliran, serta untuk mempertemukan beberapa cabang
saluran, baik dengan ketinggian sama maupun berbeda.
a. Lokasi Manhole
 Pada jalur saluran yang lurus, dengan jarak tertentu tergantung
diameter saluran, tapi perlu disesuaikan juga terhadap panjang
peralatan pembersih yang akan dipakai;

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I20
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

 Pada setiap perubahan kemiringan saluran, perubahan diameter, dan


perubahan arah aliran, baik vertikal maupun horizontal;
 Pada lokasi sambungan, persilangan atau percabangan (intersection)
dengan pipa atau bangunan lain.
Tabel 2.4 Jarak antar Manhole Pada Jarak Lurus
Diameter Jarak antar Manhole Referensi
(mm) (m)
20-50 50-75 Materi Training + Hammer
50-75 75-125 Materi Training + Hammer
100-150 125-150 Materi Training + Hammer
150-200 150-200 Materi Training + Hammer
1000 100-150 Bandung (Jalan Soekarno –
Hatta)
Sumber: Ditjen Cipta Karya, 2013

b. Klasifikasi Manhole
 Manhole dangkal: Kedalaman (0,75-0,9) m, dengan cover kedap;
 Manhole normal: Kedalaman 1,5 m, dengan cover berat;
 Manhole dalam: Kedalaman di atas 1,5 m, dengan cover berat;
Khusus Manhole dalam dapat diklasifikasikan lagi sesuai dengan
kedalaman, ketebalan dinding, keberadaan drop, keberadaan pompa, dan
lain-lain sesuai dengan kebutuhan.
c. Manhole khusus
 Junction chamber;
 Drop manhole;
 Flushing manhole;
 Pumping manhole.
d. Eksentrisitas
 Eksentrisitas manhole pada suatu jalur sistem perpipaan tergantung
pada diameter salurannya;
 Untuk pipa dimensi besar (D > 1,20 m), manhole diletakkan secara
eksentrik agar memudahkan operator turun ke dasar saluran;
 Untuk pipa dimensi kecil [D (0,2-1,2) m], manhole diletakkan secara
sentrik, langsung di atas pipa.
e. Bentuk Manhole
Pada umumnya bentuk manhole empat persegi panjang, kubus atau bulat.
f. Dimensi Manhole
 Dimensi horizontal harus cukup untuk melakukan pemeriksaan dan
pembersihan dengan masuk ke dalam saluran. Dimensi vertikal
bergantung pada kedalamannya;
 Lubang masuk (access shaft), minimal 50 cm x 50 cm atau diameter
60 cm;

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I21
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

 Dimensi minimal di sebelah bawah lubang masuk dengan kriteria


sebagai berikut:
Untuk kedalaman Manhole sampai 0,8 m, dimensi yang digunakan 75
cm x 75 cm;
Untuk kedalaman Manhole (0,8-2,1) m, dimensi yang digunakan 120
cm x 90 cm atau diameter 1,2 m;
Untuk kedalaman Manhole > 2,1 m, dimensi yang digunkan
120 cm x 90 cm atau diameter 140 cm.
g. Manhole step atau ladder ring
 Perlengkapan ini merupakan sebuah tangga besi yang
dipasang menempel di dinding manhole sebelah dalam
untuk keperluan operasional;
 Dipasang vertikal dan zig-zag 20 cm dengan jarak vertikal
masing-masing 30-40 cm.

h. Bottom invert
Dasar manhole pada jalur pipa dilengkapi saluran terbuka dari beton
berbentuk U (cetak di tempat) dengan konstruksi dasar setengah bundar
menghubungkan invert pipa masuk dan ke luar. Ketinggian saluran U
dibuat sama dengan diameter saluran terbesar dan diberi benching ke
kanan/kiri dengan kemiringan 1:6 hingga mencapai dinding manhole.
i. Notasi
 Manhole yang ada, dengan nomor urut 9. Contoh:

 Manhole rencana, dengan nomor urut 9. Contoh:


2. Bangunan penggelontor
Bangunan penggelontor berfungsi untuk mencegah pengendapan kotoran
dalam saluran, mencegah pembusukkan kotoran dalam saluran, dan menjaga
kedalaman air pada saluran. Penggelontoran diperlukan untuk penyaluran air
buangan dengan sistem konvensional, sementara penyaluran air buangan
dengan menggunakan sistem Small Bore Sewer (SBS), tidak memerlukan
penggelontoran, karena pipa saluran hanya mengalirkan effluent cair dari air
buangan tidak berikut padatannya.
a. Aplikasi
Di setiap garis pipa di mana kecepatan pembersihan (self-cleansing) tidak
tercapai akibat kemiringan tanah/pipa yang terlalu landai atau kurangnya
kapasitas aliran. Hal ini bisa dilihat pada tabel kalkulasi dimensi pipa.
b. Cara Penggelontoran
Dengan periode Waktu Tetap

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I22
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

 Dipilih pada waktu keadaan debit aliran minimum tiap harinya, di


mana pada saat itu kedalaman renang air limbah tidak cukup untuk
membersihkan tinja/endapan-endapan.
 Air untuk penggelontoran dapat menggunakan air sungai yang terdekat
dengan persyaratan air yan cukup bersih. Kebutuhan air untuk
penggelontoran dimasukkan kedalam perhitungan dimensi pipa.
 Bila menggunakan tangki gelontor
a) Dioperasikan secara otomatis
b) Dilakukan pada saat tengah malam, di mana bangunan
penggelontor dengan peralatan syphon diatur pada kran pengatur,
tepat penuh mengisi bak penggelontor sesuai jadwal waktu
periodik penggelontoran tiap harinya. Kapasitas tangki minimal 1
m3 dan/atau 10 % dari kapasitas pipa yang disuplai sesuai dengan
kebutuhan.
3. Syphon
Syphon merupakan bangunan perlintasan aliran dengan defleksi vertikal /
miring. Misalnya, bila saluran harus melintasi sungai, jalan kereta api, jalan
raya rendah, saluran irigasi, lembah, dan sebagainya, dimana elevasi dasarnya
lebih rendah dari elevasi dasar saluran riol.
a. Aplikasi
Sebagai bangunan perlintasan, seperti pada sungai/kali, jalan kereta, api,
atau depressed highway.
b. Komponen Struktur
a. Inlet dan outlet (box)
Berfungsi sebagai pengendalian debit dan fasilitas pembersihan pipa.
b. (Depressed sewer (pipa syphon)
 Berfungsi sebagai perangkap, sehingga kecepatan pengaliran harus
cukup tinggi, di atas 1 m/detik pada saat debit rata-rata
 Terdiri dari minimal 3 unit (ruas) pipa sifon dengan dimensi yang
berbeda, minimal 150 mm. Pipa ke 1 didesain dengan Qmin, pipa
ke 2 didesain dengan (Qr-Qmin) dan pipa ke 3 didesain dengan
(Qp-Qr).
4. Terminal Clean Out
Cleanout adalah bangunan pelengkap saluran yang biasanya diletakkan pada
ujung awal saluran, pada jarak 150-200 ft dari manhole. Jarak antar cleanout
berkisar 250-300 ft. Cleanout berfungsi sebagai:
a. Tempat untuk memasukkan alat pembersih ujung awal pipa servis/lateral.
b. Tempat memasukkan alat penerangan saat dilakukan pemeriksaan.
c. Tempat pemasukkan air penggelontor sewaktu diperlukan.
d. Menunjang kinerja manhole dan bangunan penggelontor.
e. Turut berperan dalam proses sirkulasi udara.

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I23
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

f. Ukuran pipa terminal cleanout sama dengan diameter pipa air buangan
namun untuk menghemat biaya digunakan pipa tegak berdiameter 8”.
5. Drop Manhole
Drop Manhole adalah bangunan yang dipasang jika elevasi permukaan air
pada riol penerima lebih rendah dan mempunyai perbedaan ketinggian lebih
besar dari 0.6 meter (2 ft) terhadap dasar riol pemasukkannya dalam satu
manhole pertemuan. Sebelum sampai di riol pertemuan itu, riol
pemasukkannya harus dibelokkan terlebih dahulu miring atau vertikal ke
bawah di luar manhole dengan sambungan Y atau T.
Drop Manhole berfungsi untuk menghindari terjadinya spalshing air buangan
yang dapat merusak dasar manhole serta mengganggu operator. Selain itu
drop manhole pun berfungsi untuk mengurangi pelepasan H2S yang terbentuk
dalam saluran.
Dua jenis drop manhole yang sering digunakan:
a. Tipe Z (pipa drop 900);
b. Tipe Y (pipa drop 450);
6. Junction dan Transition
Junction adalah bangunan pelengkap yang berfungsi untuk menyambungkan
satu atau lebih saluran pada satu titik temu dengan saluran induk. Junction ini
dilengkapi dengan manhole agar memudahkan pemeliharaan, karena
penyumbatan akibat akumulasi lumpur sering terjadi.
Transition adalah bangunan pelengkap yang berfungsi untuk menyambung
saluran bila terjadi perubahan diameter dan kemiringan. Transition juga
dilengkapi dengan manhole.
Junction dan transition dapat menyebabkan berkurangnya energi aliran, untuk
memperkecil kehilangan energi, maka perlu dipenuhi kriteria-kriteria sebagai
berikut:
a. Kecepatan aliran dari setiap saluran yang bersatu harus seragam;
b. Dinding saluran dibuat selicin mungkin;
c. Perubahan sudut aliran pada junction tiadak boleh terlalu tajam. Sudut
pertemuan antara saluran yang masuk (saluran cabang) dan saluran yang
keluar (saluran utama) maksimum 450.
7. Ventilasi
Ventilasi adalah bangunan pelengkap sistem penyaluran air buangan yang
berfungsi:
a. Untuk mencegah terakumulasinya gas-gas yang eksplosif dan juga gas-gas
yang korosif.
b. Untuk mencegah terlepasnya gas-gas berbau yang terkumpul pada saluran.
c. Untuk mencegah timbulnya H2S sebagai dekomposisi zat-zat organik
dalam saluran.
d. Untuk mencegah terjadinya tekanan di atas dan di bawah tekanan atmosfer
yang dapat menyebabkan aliran balik pada water seal alat-alat plumbing.

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I24
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

8. Tikungan / Bend
Dalam pembuatan tikungan harus diperhatikan beberapa hal, yaitu:
a. Dinding saluran harus selicin mungkin.
b. Bentuk saluran harus seragam, baik radius maupun kemiringan saluran.
c. Untuk mempermudah pemeriksaan terhadap clogging, perlu dibuat
manhole.
d. Untuk meminimalisir kehilangan energi akibat belokan, maka perlu
dihindari radius lengkung belokan yang sangat pendek. Batas bentuk
radius lengkungan dari pusat adalah lebih besar dari 3 kali diameter
saluran.
e. Dihindari adanya perubahan penampang melintang saluran.
Di dalam sistem saluran air buangan terdapat saluran pengumpul. Jenis saluran
pengumpul dapat dikategorikan sebagai berikut (Masduki, 2000):
1. Pipa Persil
Pipa persil yaitu pipa yang ada dipekarangan rumah/tanah milik. Pipa ini
merupakan sambungan dari plambing rumah. Diameter pipa persil 100 – 150
mm atau sekurang-kurangnya sama dengan diameter akhir plambing rumah.

Gambar 2.11 Pipa Persil

2. Pipa Service/Pelayanan
Pipa persil merupakan sabungan dari sistem persil dan biasanya benda
dijalan. Kapasitas ideal yang ditampung adalah 50 rumah. Kemiringan
saluran 0,5 – 1%. Diameter paling sedikit 150 mm dengan lebar galian
pemasangannya minimum 0,45m dengan kedalaman awal paling sedikit 0,6
m.

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I25
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Gambar 2.12 Pipa Pelayanan


3. Pipa Lateral
Pipa lateral adalah pipa yang menerima aliran air buangan dan sistem pipa
service untuk di alirkan ke pipa cabang/terletak memanjang di sepanjang
jalan sekitar daerah pelayanan. Diameternya sama dengan 200 mm.

Gambar 2.13 Pipa Lateral

4. Pipa Cabang
Pipa cabang adalah pipa yang menerima aliran air buangan dan sistem pipa
lateral untuk dialirkan ke pipa induk. Diameternya bervariasi tergantung dari
debit yang mengalir pada masing-masing pipa. Kemiringan pipa sekitar 0,2–
1%.

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I26
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Gambar 2.14 Pipa cabang


5. Pipa Induk
Pipa induk adalah pipa utama yang menerima aliran air buangan dari pipa-
pipa cabang dan meneruskannya ke lokasi instalasi pengolahan air buangan.
Kemiringan pipanya sekitar 0,2 – 1%.

Gambar 2.15 Pipa induk

2.5 Aspek Hidrolika


Analisis pada aspek hidrolika ini meliputi analisa profil muka air sungai,
profil muka air rencana, debit banjir pada muara Kali Silandak. Perencanaan
penampang melintang diperlukan untuk mendapatkan penampang yang ideal dan
efisien dalam penggunaan lahan serta dapat mengalirkan debit air agar tidak
sampai meluap ke daerah yang akan dikeringkan. Perhitungan dimensi
penampang menggunakan rumus berikut (Reynolds, 1982):
a. Rumus Manning
Kecepatan Aliran
1 2 1
V = 𝑛 x 𝑅 3 x 𝑖 2 m/s
(2.1)
b. Perhitungan Debit Air
Q=AxV
(2.2)
𝐴
R=𝑃
(2.3)

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I27
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

1 2 1
V = 𝑛 x 𝑅3 x 𝑖 2
(2.4)
Dimana,
Q = Debit aliran (m3/s)
P = Keliling penampang basah (m)
A = Luas penampang basah (m2)
R = Jari – jari hidrolis (m)
I = Kemiringan saluran
n = Kekasaran Manning
Air buangan dikenal dengan beberapa istilah debit, yaitu debit rata-rata
(Qaverage), debit hari maksimum (Qmd), debit minimum (Qmin), debit infiltrasi (Qinf),
debit puncak (Qpeak), dan debit air buangan non-domestik (Qx).

1. Debit Rata-Rata Air Buangan (Qaverage)


Debit rata-rata air buangan adalah debit air buangan yang berasal darirumah
tangga, bangunan umum, bangunan komersial, dan bangunan industri.
Dariberbagai sarana di atas, tidak semua air yang diperlukan untuk kegiatan
sehari-hari terbuang ke saluran pengumpul, hal ini disebabkan beragamnya
kegiatan. Berkurangnya jumlah air yang terbuang sebagai air buangan
disebabkan kegiatan-kegiatan seperti mencuci kendaraan, mengepel lantai,
menyiram tanaman, dan lain-lain.
2. Debit Hari Maksimum (Qmd)
Debit hari maksimum adalah debit air buangan pada keadaan pemakaianair
maksimum.
3. Debit Minimum (Qmin)
Debit minimum adalah debit air buangan pada saat minimum. Debitminimum
ini berguna dalam penentuan kedalaman minimum, untuk menentukanapakah
saluran harus digelontor atau tidak.
4. Debit Inflow/Infiltrasi (Qinf)
Debit infiltrasi adalah debit air yang masuk saluran air buangan yang berasal
dari air hujan, infiltrasi air tanah, dan air permukaan. Infiltrasi air dari
sumber-sumber di atas biasanya masuk melalui jalur pipa dan sambungan
rumah. Infiltrasi dari sumber-sumber yang disebutkan di atas tidak dapat
dihindari, hal ini desebabkan oleh :pekerjaan sambungan pipa kurang
sempurna jenis bahan saluran dan sambungan yang dipergunakankondisi
tanah dan air tanah adanya celah-celah pada tutup manhole. Besar debit
infiltrasi/inflow ditentukan berdasarkan:luas daerah pelayananpanjang saluran
dan diameter. Besarnya debit inflow berdasarkan luas daerah pelayanan
menurut ASCE dan WPCF adalah 400 – 200000 gpd/acre.
5. Debit Puncak (Qpeak)

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I28
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Debit puncak adalah debit air buangan yang dipergunakan dalammenghitung


dimensi saluran. Debit puncak merupakan penjumlahan dari debitmaksimum
dan debit infiltrasi/inflow.
6. Debit Air Buangan Non Domestik (Qx)
Debit air buangan non-domestik adalah debit air buangan yang berasal
daribangunan komersial, bangunan industri, bangunan umum/institusi, dan
bangunanpemerintahan. Debit air buangan non domestik tergantung dari
pemakaian air dan jumlah penghuni bangunan-bangunan tersebut. Kecuali
air buangan yang berasaldari bangunan industri, semua air buangan yang
berasal dari non domestik dilayani sistem penyaluran air buangan, dengan
alasan karakteristik air buangannya mempunyai kesamaan dengan air
buangan domestik. Dalam perhitungan debit puncak, debit air buangan yang
berasal daribangunan non domestik diekivalenkan dengan jumlah penduduk
yang dilayanipada daerah domestik.

2.6 Bangunan Pengolahan Pertama (Pre-treatment)


Ketika air limbah masuk kedalam bangunan pengolahan, itu mengalir
melalui pre-treatment. Bangunan pengolahan pertama berfungsi untuk menjamin
kualitas efluen dan lumpur, serta untuk melindungi proses pengolahan dari
kegagalan pemakaian serupa dengan penimbunan screenings, puing-puing, zat-zat
anorganik, pembentuk buih yang berlebihan atau kehilangan efisiensi karena
lemak atau minyak (EPA, 1995). Operasi bangunan pre-treatment meliputi
penyaringan, pengumpul atau penggiling, melepaskan kerikil halus dan ekualisasi
aliran.
2.6.1 Stasiun Pompa
Desain stasiun pompa adalah tinggi dan luas sama dengan yang
ditempatkan pada sistem pengumpul. Screw pumps atau Archimedes screw
merupakan alternatif yang menghubungkan stasiun pompa dengan bangunan
pengolahan air limbah.
Screw pumps memiliki volume 0,01 𝑚3 /s dengan diameter 0,3-3 m, alat
ini bekerja pada tekanan atmosfer yang dapat memompa beragam padatan dan
puing-puing di air limbah tanpa penyaringan. Pompa ini dibedakan menjadi dua
antara lain baling-baling terbuka dan baling tertutup. Kecepatan motor pada
pompa 30-50 rpm. Kedua pompa ini memiliki keuntungan, yaitu mengontrol batas
air-minyak berkumpul dan menyamakan kecepatan aliran limbah yang masuk.
Kerugian dari screw pumps adalah wilayah yang luas karena sudut slope antara
baling-baling dan ujung dapat mencapai sekitar 10 m (Davis, 2013).

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I29
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Gambar 2.16 Perencanaan Screw Pumps dengan Sketsa Bagian Putaran


Sumber: Davis, 2013

Tabel 2.5 Kriteria Desain Screw Pump

Diamete Kapasitas Maksimum dengan Ketinggian Maksimum dengan


Maksimum, Kemiringan 30, m3/h Kemiringan 30, m
r Screw,
rpm
m
1-flight 2-flight 3-flight 1-flight 2-flight 3-flight
0.3 110 34 42 52 2.4 2.2 2.1
0.41 91 66 83 101 2.9 2.7 2.5
0.51 79 112 140 175 3.4 3 3
0.61 70 168 210 262 4 3.7 3.7
0.76 60 288 360 451 4.2 3.9 4.7
0.91 53 434 531 678 4.8 4.4 4.2
1.07 48 621 776 970 5.3 5 4.6
1.22 44 881 1,101 1,376 4.7 4.3 4.1
1.37 41 1,132 1,415 1,769 5.6 5.2 4.9
1.52 38 1,486 1,858 2,322 5.2 4.7 4.4
1.68 35 1,774 2,216 2,771 5.9 5.5 5.1
1.83 33 2,230 2,788 3,484 5.6 5.1 4.7
2.03 31 2,791 3,488 4,360 5.1 4.6 4.3
2.13 30 3,219 4,023 5,029 5.8 5.3 4.9
Sumber: Davis, 2013

Contoh soal
Rencanakan screw pump dalam sistem pengolahan air limbah Kota Sumenep yang
menyalurkan debit air buangan minimum sebesar 0,047 m3/s dan debit puncak
sebesar 0,487 m3/s dengan sudut kemiringan pompa 30º.

Perencanaan yang Digunakan:


1. Digunakan 2 pompa: 1 pompa operasi dan 1 pompa cadangan yang
digunakan secara bergantian;
2. Sudut kemiringan pompa (α) = 30º;
3. Qmin = 0,047 m3/detik = 2,82 m3/menit;
4. Qpeak = 0,487 m3/detik = 29,22 m3/menit.

Perhitungan Screw Pump: ƒ


Dengan menggunakan α =30º, dari data teknis screw pump diperoleh: ƒ

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I30
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

untuk Qmin, n = 75 rpm; D = 550 m; H2 = 4,5 m ƒ


untuk Qpeak, n = 44 rpm ; D = 1200 m ; H2 = 5,6 m ƒ
Kedalaman air di sumur pengumpul: ƒ
3 3
h1 = 4 x D x cos α = 4 x (1,2 m) x cos 30º = 0,78 m
Kedalaman air di discharge: ƒ
𝐷 1,2 𝑚
∆ℎ = ƒ= = 0,3 m
4 4
Total head pompa: ƒ
H = H2 + h1 – Δh = 5,6 m + 0,78 m – 0,3 m = 5,12 m ƒ
Power pompa pada efisiensi 70 %:
𝑄
P = (r x g x H2 x )
𝐸𝑓𝑓𝑙𝑢𝑒𝑛
𝑘𝑔 𝑚 𝑚3
1000 3 𝑥 9,81 2 𝑥 5,6 𝑚 𝑥 0,487
𝑚 𝑠 𝑠
P= = 38,22 KWh
0,7
2.6.2 Bar Racks dan Saringan
Hampir semua kasus mengatakan saringan harus diinstal didepan grit
chamber untuk mencegah mengotori alat grit chamber. Klasifikasi racks dan
saringan berdasarkan tujuannya dan ukuran bukaan. Klasifikasi bar racks dan
saringan akan ditampilkan pada Tabel 2.4.

Tabel 2.6 Klasifikasi Bar Racks dan Saringan


Tipe Tipe Bukaan Tipe Kegunaan

Rak sampah 40-150 mm Untuk menghalangi batang kayu, akar kayu,


puing-puing berat berasal dari proses
pengolahan.

Bar racks atau saringan kasar 6-75 mm Untuk menghilangkan padatan yang berukuran
besar, kain dan puing.

Saringan halus 1.5-6 mm Untuk menghilangkan padatan berukuran kecil.

Saringan sangat halus 0.25-1.5 mm Untuk mengurangi padatan tersuspensi hampir


mendekati primary treatment.

Saringan mikro 1 𝜇m-0.3 mm Digunakan di perbatasan dengan saringan sangat


halus untuk penggosokan efluen.

Sumber: Daukss dalam Davis, 2013

Kecepatan aliran masuk harus kurang dari 0.4 m/s untuk memperkecil
endapan solid dalam saluran. Kecepatan terusan saluran harus kurang dari 0.9 m/s
saat debit puncak untuk memperkecil material dari saringan.
Mekanisme pembersihan bar racks dapat dibedakan menjadi 4 kategori:
perangsang rangkaian, pembalasan membabat, catenary, lajur selanjutnya. Secara
umum, saringan front-cleaned dan front-return chain-driven lebih efektif dalam
menahan padatan yang tertangkap dalam saringan, tetapi kinerjanya kurang bagus,

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I31
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

serta mudah sekali terjadi kemacetan. Saringan ini jarang digunakan untuk
bangunan penerima dengan kotoran tercampur. Kinerja saringan back-cleaned
lebih baik, tapi lebih mudah membawa padatan ke sisi hilir.

Gambar 2.17 Saringan Pembersih Kasar dengan Mesin


Sumber: Davis, 2013

Pembalasan membabat atau climber screens meniru gerakan manusia


menyapu saringan. Climber screens dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
pembersih pertama dan pengembalian bagian depan. Saringan ini efektif dalam
menangkap dan membongkar saringan tanpa membawanya. Kerugiannya ialah
single rake dapat mengurangi kemampuan untuk menangani beban saringan dan
memiliki kebutuhan untuk tingkat biaya izin yang tinggi untuk menyesuaikan
dengan mekanisme babatan.
Apabila dibandingkan dengan saringan chain-driven, catenary screen
tidak memiliki gilingan di bawah permukaan air. Saringan ini dapat menangani
objek yang berat. Lajur selanjutnya dapat menangani padatan kasar dan halus.
Lajur selanjutnya tidak memiliki gilingan di bawah permukaan air.
Rentang desain untuk bar racks dirangkum dalam Tabel 2.6. Dalam
penggunaannya saat ini, material dari bar racks adalah tahan terhadap korosi
seperti stainless steel dan plastik.

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I32
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Tabel 2.7 Rentang Desain Bar Racks


Parameter Metode Pembersihan
Secara Manual Dengan Mesin
Ukuruan Penghalang
Lebar 5-15 mm 5-15 mm
Tinggi 25-40 mm 25-40 mm
Jarak bersih dengan saringan 25-50 mm 6-75 mm
Slope dari vertikal 30-45 º 0-30º
Sumber: Daukss dalam Davis, 2013

2.6.3 Coarse Screen


Sebuah alternatif untuk menangkap padatan kasar dengan bar racks atau
saringan bertujuan untuk mengiris atau menggilas padatan dan
mengembalikannya kedalam aliran. Adapun tiga alat yang paling sering
digunakan adalah communitors, macerators, dan grinders.
Communitor digunakan sebagai saringan konstan secara mendatar untuk
menahan padatan dalam aliran dan bar pemotong penggiliran atau terombang-
ambing untuk mengunting padatan. Ukuran padatan akan berkurang sekitar 6-20
mm.
Macerators merupakan penggiling berkecapatan rendan yang
menggunakan dua perangkat pemasangan blade. Daya tahan pada pemasangan
macerator blades cukup rendah (biasanya 6-9 mm), di mana material lewat
dicincang secara efektif. Pencincangan ini mengurangi potensi produksi ikatan
potongan kain dan plastik.
Grinders menghancurkan padatan dengan kecepatan penggiliran yang
tinggi. Blades pemotongan memaksa material melewati jaringan konstan yang
menutupi pertemuan.
Kehilangan energi melalui alat ini adalah 100-300 mm dan dapat mencapai
900 mm dalam unit yang besar dengan aliran yang cepat. Hal ini dikarenakan unit
ini diterima sebagai peralatan yang dapat berkerja sendiri, tidak memerlukan
perincian desain. Bagaimanapun, data perencana dijadikan sebagai acuan untuk
dimensi saluran yang dianjurkan, kapasitas, headloss dan keperluan daya. Dalam
mengevaluasi alternatif, penilaian harus diturunkan sekitar 80 persen karena
perencana menggunakan air bersih untuk menyusun penilaian (Metcalf & Eddy,
2003).
2.6.4 Penghilangan Grit
Pasir, kerikil, pecahan kaca, cangkang telur, dan material lainnya
mempunyai kecepatan pengendapan lebih besar dibandingkan bahan organic di air
limbah disebut dengan grit. Penghilangan grit memperlengkapi perlindungan
peralatan mekanis dari abrasi, mengurangi pembentukan endapan di saluran dan
jaringan pipa, dan mengurangi frekuensi pembersihan digester yang dibutuhkan
karena akumulasi grit.

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I33
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Untuk memisahkan material inert grit dari material organik, pengilangan


grit bergantung kepada perbedaan specific gravity antara bahan organik dan
anorganik. Berdasarkan standar gravity separation semua partikel diasumsikan
mengendap dalam Persamaan Newton,
4 𝑔 (𝜌𝑠 − 𝜌)𝑑 1/2
𝑣𝑠 = ( ) (2.5)
3 𝐶𝐷 𝜌
Dalam grit chamber dengan aliran horizontal, untuk menjamin
menghilangkan grit dan memeriksa bahan organik yang terendapkan, tiga kondisi
ini harus terjadi:
1. Debit ruangan harus sama dengan kecepatan pengendapan dari parikel
inert grit,
2. Kecepatan horizontal harus kurang dari kecepatan inert particles,
3. Kecepatan horizontal harus lebih dari kecepatan inert particles.
Adapun empat tipe umum dari sistem penghilangan grit antara lain grit
chambers beraliran horizontal, tanki detritus, aerated grit chambers, dan grit
chamber dengan aliran pusaran air. Grit chamber beraliran horizontal pada
dasarnya merupakan saluran berkecepatan terkontrol. Kecepatan ini dikontrol oleh
bendungan proposional atau Parshall flume. Tanki detritus adalah grit chamber
berbentuk kotak beraliran horizontal. Tanki ini pada dasarnya merupakan sebuah
kolam sedimentasi dengan waktu detensi yang singkat. Aliran ini mengarah
melintasi tanki dengan rangkaian gerbang atau bendungan dan pembebasan keluar
dari bendungan yang mengoperasikan sisi berlawanan dari tanki. Pada aerated
grit chambers, udara masuk sepanjang satu sisi dari tanki dekat bagian bawah dan
menyebabkan putaran spiral yang vertical sehingga aliran melewati tanki. Sistem
vortex bergantung kepada stimulasi vortex secara mekanis untuk menangkap grit.
Saat air limbah masuk ke dalam ruangan secara spiral, partikel kerikil
berat mengendap ke dasar tanki. Partikel halus terutama bahan organik dalam
bentuk suspensi dan dibawa keluar tanki. Kecepatan putaran air melewati dasar
tanki mengontrol ukuran specific gravity dari partikel yang akan mengendap.
Putaran ini terimbas oleh air diffuser adalah aliran bebas menuju tanki. Kecepatan
difusi air bentuk tanki menentukan kecepatan putaran. Partikel-partikel yang akan
diendapkan berpindah oleh aliran spiral dari air melewati dasar tangki menuju
pengumpul kerikil. Kerikil dihilangkan dari pengumpul dengan salah satu dari hal
berikut: rangkaian dan pengumpul, bor sekrup, sekrup clamshell atau recessed
impeller atau pompa pengangkat udara.
Berikut ini merupakan keuntungan dan kerugian dari aerated grit chamber
yang ditampilkan dalam Tabel 2.7.
Tabel 2.8 Keuntungan dan Kerugian dari Grit Chamber
Keuntungan Kerugian

Efisiensi tetap lebih dari lebar rentang aliran Konsumsi daya tinggi

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I34
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Keuntungan Kerugian

Nilai headloss paling rendah Tenaga kerja diperlukan untuk sistem


pemeliharaan

Kandungan organik dapat dikontrol dengan Senyawa kimia organik mungkin terlepas
kecepatan udara

Chamber dapat digunakan untuk menambahkan Bau dapat menjadi masalah


dan mencampur senyawa kimia

Sedikit pre-aeration dapat mengurangi kondisi Dibutuhkan tenaga kerja untuk pemeliharaan
pembusukan alat grit chamber

Sumber: Spangler dan Davis, 2013

Air limbah dibawa menuju vortex grit chamber menurut garis singgung.
Di pusat ruangan turbin beputar dengan blades perputaran yang disesuaikan
bersamaan dengan dasar berbuntuk cerobong memproduksi sebuah pola spiral.
Pola ini menuju ke partikel organik yang halus dan mengendapkan kerikil ke
pengumpul kerikil. Outlet efluen berukuran dua kali lebar dari saluran air yang
mengalir masuk.
Padatan dihilangkan dari pengumpul dengan pompa kerikil atau pompa
pengangkat udara. Secara khusus, udara atau pemeriksa air digunakan untuk
melepaskan kerikil padat saat sebelum itu dihilangkan dari chamber. Keuntungan
dan kerugian dari vortex grit chambers diringkas dalam Tabel 2.8.
Tabel 2.9 Keuntungan dan Kerugian dari Vortex Grit Chamber
Keuntungan Kerugian

Efisiensi tetap lebih dari lebar rentang aliran Desain punya perencana

Nilai headloss paling rendah Turbine blades dapat menangkap potongan kain
kecil

Efisiensi energi Kerikil tersusun rapat

Catatan kaki sederhana

Sumber: Spangler dalam Davis, 2013

2.6.5 Ekualisasi Aliran


Air limbah tidak mengalir menuju bangunan pengolahan air limbah
perkotaan dengan kecepatan yang konstan. Bahkan di cuaca kering, kecepatan rata-
rata bervariasa dari jam ke jam, mencerminkan gaya hidup daerah yang dilayani
dan variabel proses aliran dari industri. Di cuaca basah, perpindahan dan infiltrasi
menunjukkan gelombang kecepatan rata-rata dan perubahan yang signifikan pada
konsentrasi padatan tersuspensi dan biochemical oxygen demand (𝐵𝑂𝐷5 ). Jumlah
perubahan yang konstan dan persentase air limbah yang akan diolah membuat ini
sulit untuk mengoperasikan proses pengolahan secara efektif. Selain itu,

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I35
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

kebanyakan bangunan pengolahan didesain untuk kondisi aliran maksimum, di


mana benar-benar mengakibatkan terlalu besar dari dari kenyataannya untuk
kondisi rata-rata. Ekualisasi aliran bertujuan untuk memperkecil perbedaan,
sehingga air limbah dapat diolah mendekati kecepatan rata-rata konstan. Ekualisasi
aliran dapat meningkatkan dayaguna bangunan yang ada di lapangan dan kapasitas.
Faktor-faktor umum yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan
kolam ekualisasi antara lain lokasi dan bentuk, volume, dimensi kolam,
pengadukan dan kebutuhan udara, peralatan, dan fasilitas pompa.
1. Lokasi dan Bentuk
Kolam ini biasanya berada dekat ujung bangunan pengolahan, seringkali
berada hilir fasilitas pre-treatment seperti bar screens dan grit chambers.
Bentuk bangunan pengolahan air limbah diantaranya in-line equalization
dan off-line equalization. Beban konstituen yang dipertimbangkan, sama
halnya dengan debit, dapat dilakukan dengan in-line equalization. Off-line
equalization khusus digunakan pada saat cuaca basah.
2. Dimensi Kolam
Jika bentuk kolam untuk in-line equalization, dimensi harus memenuhi
fungsi kolam sebagai tanki reaktor digerakkan oleh aliran kontinu. Ini
mengungkapkan bahwa kolam panjang berbentuk kotak harus dihindari,
dan inlet dan outlet harus dipilih untuk menghindari short circuit. Secara
khusus, inlet harus diberhentikan dekat alat pengadukan. Earth basins
dengan batas tertutup umumnya paling murah. Slope bervariasi antara 3:1
dan 2:1. Kedalam air minimum bergantung dengan tipe alat aerasi, tapi
biasanya berada pada range 1.5 sampai dengan 2 m. Batas atas dari tanggul
perlu dilindungi dari erosi terimbas oleh angin. Batas puncak dari tanggul
harus cukup lebar untuk memudahkan mesin bergerak. Anggar harus
disediakan untuk menjaga jalan masuk masyarakat umum.

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I36
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Gambar 2.18 Diagram Aliran Bangunan Pengolahan Air Limbah


Tergabung dalam Ekualisasi Aliran
Sumber: Metcalf dan Eddy dalam Davis, 2013
3. Pengadukan dan Kebutuhan Udara
Kolam in-line and off-line equalization membutuhkan pengadukan. Aerasi
yang cukup dan pengadukan harus disediakan untuk mencegah baud an
endapan padatan. Aerator secara mekanis dan diffused aeration telah
digunakan untuk menyediakan pengadukan.
Sistem diffused aeration menetapkan penyimpanan dari 1.8 sampai dengan
2.9 m 3 of air/h 𝑚3 untuk pengadukan. Sistem diffused aeration harus
menggunakan diffusers perantara atau kasar. Diffusser perantara dipelihara
dari penyumbatan. Oleh karena variasi kedalaman siklus operasional,
Peraturan tekanan harus dipertimbangkan dalam desain blower.
Kebutuhan pengadukan secara mekanis dengan konsentrasi padatan
tersuspensi 200 mg/L rentang penyimpanan dari 0.004 to 0.008 kW/𝑚3 .
Untuk mempertahankan kondisi aerobik, udara harus disuplai dengan angka
0.6 to 0.9 𝑚3 /h 𝑚3 .
Efisiensi pemindahan oksigen dari aerator secara mekanis lebih rendah dari
air limbah dibandingkan dengan air keran dibawah kondisi standar. Asumsi
yang masuk akal untuk efisiensi pemindahan oksigen dari desain kolam
adalah 0.16 sampai dengan 0.39 kg/MJ (WEF dalam Davis, 2013).

2.7 Bak Pengendap I


Bak pengendap I bertujuan untuk menghapus padatan yang mudah
mengendap dan material yang mengapung dan untuk mengurangi zat suspended

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I37
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

solid. Sedimentasi primer digunakan sebagai langkah pendahuluan di proses lebih


lanjut pada air limbah. Efisiensi desain dan operasi sedimentasi primer dapat
menghapus 50-70% suspended solid dan 25-40% BOD.
Tangki sedimentasi dapat digunakan sebagai tangki retensi kelebihan air,
dimana didesain untuk penyediaan moderasi dengan waktu detensi 10-30 menit
untuk limpahan dari berbagai saluran air limbah atau limpasan saluran air limbah.
Tujuan dari sedimentasi adalah untuk menghapus bagian substansi dari bahan
organik solid yang jika tidak maka akan dibuang langsung ke badan air.
Dua atau lebih tangki harus disediakan sehingga proses dapat tetap
berlangsung ketika salah satu tangki di service untuk perawatan. Bentuk bak
pengendap dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu bak circular dan bak
rectangular. Adapun kriteria desainnya dapat dilihat pada tabel 2.9

Tabel 2.10 Kriteria Desain Tangki Sedimentasi Tipe Rectangular dan Circular
Item Unit Range Typical
Rectangular
Kedalaman m 3-4.9 4.3
Panjang m 15-90 24-40
Lebar m 3-24 4.9-9.8
Kecepatan m/min 0.6-1.2 0.9
Circular
Kedalaman m 3-4.9 4.3
Diameter m 3-60 12-45
Slope bawah mm/mm 1/16-1/6 1/12
Kecepatan r/min 0.02-0.05 0.03

1. Bak circular (lingkaran)


Pada tangki berbentuk lingkaran , pola aliran teoritisnya
adalah radial. Air limbah dibawa ke pusat tangki oleh pipa yang
tergantung dari jembatan atau oleh pipa yang terbungkus beton di
bawah tangki. Di pusat tangki, aliran memasuki feedwell melingkar
yang dirancang untuk mendistribusikan aliran limbah ke segala arah.
Kelebihan bak circular yaitu kurangnya perawatan
yangdiperlukan dan biaya konstruksi yang umumnya lebih murah
dibandingkan dengan bak persegi panjang. Sedangkan kelemahannya
yaitu memerlukan footprint yang lebih besar dan membutuhkan
halaman luas untuk fasilitas perpipaan dan perpompaan.

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I38
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Gambar 2.19 Bak Pengendap Tipe Circular

2. Bak rectangular (Persegi panjang)


Meskipun bak dengan aliran melintang dan vertikal telah
digunakan , bak pengendap utama didisain untuk aliran longitudinal.
Aliran masuk dan keluar menuju ujung yang sempit. Air limbah
dibawa kesaluran tertutup.air limbah memasuki tangki dari satu atau
lebih inlet. Sebuah baffle disediakan untuk memperlambat kecepatan
pada inlet dan untuk mendistribusikan aliran an padatan sama
keseluruh penampang tangki.

Gambar 2.20 Bak Pengendap Tipe Rectangular

2.7 Bangunan Pengolahan Kedua (Biologis)


Proses pengolahan air limbah secara biologis dapat dilakukan dengan
kondisi aerobik, kondisi anaerobik ataupun kombinasi aerobik dan anaerobik.
Proses biologis aerobik biasanya digunakan untuk pengolahan air limbah dengan
beban BOD yang tidak terlalu besar, sedangkan proses biologis anaerobik
digunakan untuk pengolahan air limbah dengan beban BOD yang sangat tinggi.
Pengolahan air limbah secara biologis dapat dibagi menjadi tiga yakni proses
bilogis dengan biakan tersuspensi (suspended culture), proses biologis dengan
biakan melekat (attached culture), dan proses pengolahan dengan sistem lagoon.
2.7.1 Proses Pengolahan Air Limbah dengan Biakan Tersuspensi
Proses pengolahan air limbah dengan biakan tersuspensi telah digunakan
secara luas di seluruh dunia untuk mengolah limbah domestik. Proses ini
merupakan proses aerobik di mana senyawa organik dioksidasi menjadi CO2 ,
H2O, NH4, dan sel biomassa baru.
1. Kolam Oksidasi

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I39
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Kolam pengolahan telah digunakan untuk mengolah air limbah sejak lama.
Banyak istilah yang digunakan untuk menggambarkan tipe sistem yang
berbeda. Kolam oksidasi telah digunakan secara luas sebagai istilah bagi
semua jenis kolam. Semulanya, kolam oksidasi adalah kolam yang
menerima air limbah secara parsial, mengingat kolam yang menerima air
limbah yang belum diolah dikenal sewage lagoon. Kolam oksidasi
digunakan sebagai istilah yang berkenaan dengan kolam atau lagoon
digunakan untuk mengolah limbah organic dengan proses secara fisika dan
biologi. Kolam oksidasi diklasifikasikan lebih lanjut sebagai berikut
(Caldwell et al. dalam Davis, 2013):
a. Aerobic ponds merupakan suatu kolam yang dangkal di mana
cahaya menembus dasar, dengan memelihara fotosintesis alga di
seluruh sistem;
b. Facultative ponds memiliki kedalaman 1-2.5 m. Kolam fakultatid
terkenal karena waktu retensi yang lama memudahkan pengelolaan
fluktuatif aliran limbah dengan pengaruh yang tidak signifikan
dalam kualitas efluen. Biaya operasional dan pemeliharaan rendah
dibandingkan dengan proses pengolahan secara biologis lainnya.
c. Anaerobic ponds digunakan terutama pada proses pre-treatment dan
terutama cocok untuk suhu yang tinggi, dan jumlah air limbah yang
banyak;
d. Maturation or tertiary ponds menerima air limbah efluen air limbah
dari sistem pengolahan tahap kedua, namun kolam ini tidak
termasuk proses pengolahan secara biologis. Tipe kolam ini dikenal
juga sebagai polishing pond;
e. Aerated lagoons mengoksidasi permukaan atau menyemburkan
oksigen. Kolam ini merupakan tipe proses activated sludge.
2. Sistem Lumpur Aktif
Pengolahan air limbah dengan proses lumpur aktif konvensional secara
umum terdiri dari bak pengendap awal, bak aerasi, bak pengendap akhir,
serta bak klorinasi. Bak penampung ini berfungsi sebagai bak pengatur
debit air limbah serta dilengkapi dengan saringan kasar. Kemudian air
limbah dalam bak penampung dipompa ke bak pengendap awal.
Bak pengendap awal berfungsi untuk menurunkan padatan tersuspensi
sekitar 30-40% dan BOD sekitar 25%. Air limpasan dari bak pengendap
awal dialirkan ke bak aerasi secara gravitasi. Di dalam bak aerasi ini, air
limbah dihembus dengan udara, sehingga mikroorganisme yang ada akan
menguraikan zat organik yang ada di dalam limbah. Energi yang
didapatkan dari hasil penguraian zat organik tersebut digunakan oleh
mikroorganisme untuk proses pertumbuhannya.

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I40
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Dari bak aerasi, air limbah dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak
ini lumpur aktif mengandung massa mikroorganisme diendapkan dan
dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan proses sirkulasi lumpur.
Didalam bak kontaktor klor, air limbah dikontakkan dengan senyawa klor
untuk membunuh mikroorganisme patogen. Air olahan dapat langsung
dibuang ke lingkungan. Skema proses pengolahan air limbah dengan sistem
lumpur aktif konvensional dapat dilihat Gambar 2.21.

Gambar 2.21 Diagram Proses Pengolahan Air Limbah dengan Lumpur


Aktif

3. Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeration System)


Proses ini secara khusus untuk mengolah air limbah dari pemukiman kecil.
Proses aerasi diperpanjang hingga 24 jam bahkan lebih. Dengan kondisi
seperti ini, respirasi endogen mempengaruhi proses oksidasi. Ini akan
mengecilkan massa endapan.
Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem
paket dengan beberapa ketentuan antara lain.
a. Waktu aerasi lebih lama (sekitar 30 jam) dibandingkan sistem
konvensional. Usia lumpur juga lebih lama dan dapat diperpanjang
15 hari;

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I41
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

b. Limbah yang masuk kedalam tangki aerasi tidak diolah lebih dahulu
dalam pengendapan primer;
c. Sistem beroperasi dengan rasio F/M yang lebih rendah (umumnya <
0.1 kg BOD/kg MLSS per hari) dibandingkan dengan sistem lumpur
aktif konvensional (0.2-0.5 kg BOD per kg MLSS per hari);
d. Sistem ini membutuhkan sedikit aerasi dibandingkan dengan
pengolahan konvensional dan terutama cocok untuk komunitas yang
kecil yang menggunakan paket pengolahan.
Diagram proses pengolahan air limbah dengan sistem extended aeration dan
kriteria perencanaan ditunjukkan seperti Gambar 2.22.
4. Proses dengan Sistem Oksidasi Parit (Oxidation Ditch)
Sistem oksidasi parit terdiri dari bak aerasi berupa parit atau saluran yang
berbentuk oval yang dilengkapi dengan satu atau lebih rotor rotasi untuk
aerasi limbah. Saluran atau parit tersebut menerima limbah yang telah
disaring dan mempunyai waktu tinggal hidraulik mendekati 24 jam.
Diagram proses pengolahan air limbah dengan sistem oxidation ditch dan
kriteria perencanaan ditunjukkan seperti Gambar 2.23.

Gambar 2.23 Diagram Pengolahan Air Limbah dengan Sistem Extended


Aeration dan Kriteria Perencanaan

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I42
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Gambar 2.24 Diagram Pengolahan Air Limbah dengan Sistem


Oxidation Ditch dan Kriteria Perencanaan

5. Sistem Stabilisasi Kontak (Contact Stabilization)


Air limbah tercampur dengan dikembalikan activated sludge di reaktor
yang memiliki waktu detensi yang relatif singkat (20-40 menit), aliran
tersebut dialirkan ke tanki penjernih dan lumpur dikembalikan ke tanki
stabilisasi dengan waktu 4-8 jam. Keuntungan dari sistem ini adalah
penurunan volume tanki, sedangkan kerugiannya ialah sistem ini
membutuhkan perhatian dan kemampuan substansial operator. Diagram
proses pengolahan air limbah dengan sistem contact stabilization dan
kriteria perencanaan ditunjukkan seperti Gambar 2.25.

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I43
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Gambar 2.25 Diagram Pengolahan Air Limbah dengan Sistem Contact


Stabilization dan Kriteria Perencanaan

2.7.2 Pengolahan Air Limbah dengan Proses Film Mikrobiologis (Biofilm)


1. Proses Trickling Filter
Menurut sejarah, trickling filter adalah proses pengolahan secara biologis
yang popular. Konstruksi yang paling sering digunakan adalah bed
sederhana dari batu dengan kedalaman 1 sampai dengan 3 m setelah
dilewati air limbah. Air limbah disebar ke atas permukaan bebatuan dengan
alat pelantak berputar. Diameter filter berkisar sampai dengan 60 m.
Trickling filters tidak termasuk ke dalam proses penyaringan seperti
namanya. Bebatuan dalam trickling filter berdiameter 25-100 mm, sebab itu
punya bukaan yang sangat besar untuk menyaring padatan. Bebatuan, yang
dijelaskan.

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I44
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Gambar 2.26 Penampang Bak Trickling Filter

disini, sejumlah besar permukaan di mana mikroorganisme dapat


lengket dan tumbuh dalam lumpur di atas bebatuan seperti
mikroorganisme diberikan bahan organik.
Meskipun bebatuan dari trickling filters menunjukkan hasil yang
baik dari tahun ke tahun, tapi memiliki kelemahan tertentu. Dibawah
beban organik yang tinggi, pertumbuhan lumpur biologis dapat menjadi
profilik yang dapat menyumbat ruang kosong antar bebatuan,
menyebabkan banjir dan kegagalan dalam sistem. Ini menghambat
sirkulasi udara dan ketersediaan oksigen bagi mikroba (Davis, 2013).
Didalam operasional trickling filter secara garis besar dibagi
menjadi dua yakni trickling filter standar (Low rate) dan trickling filter
berkecepatan tinggi. Parameter desain untuk trickling filter standar (Low
rate), trickling filter berkecepatan sedang, dan trickling filter
berkecepatan tinggi ditunjukkan pada Tabel 2.10.
Tabel 2.11 Perbandingan dari Berbagai Tipe Trickling Filter
Parameter Trickling Filter Berkecepatan Trickling Filter
Standar Sedang Berkecepatan
Tinggi
1-4 4 – 10 10- 40
Beban hidrolik
0.08 - 0.22 0.26 - 0.51 0.3 - 3.2
Beban BOD
0 0-1 1-3
Rasio Resikulasi
1.5 - 3 1.5 – 2.5 1-2
Kedalaman
80 - 85 50 - 70 40 - 80
Penghilangan BOD5

Sumber: Davis, 2013

2. Pengolahan Air Limbah dengan Proses Reaktor Biologis Putar


Reaktor biologis putar (rotating biological contactor) disingkat RBC
adalah salah satu teknologi pengolahan air limbah yang mengandung

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I45
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

polutan organik yang tinggi. Prinsip kerja pengolahan air limbah yang
mengandung polutan organik dengan RBC yakni air limbah yang
mengandung polutan organik dikontakkan dengan mikroorganisme yang
melekat pada permukaan media di dalam suatu reaktor. Media tempat
melekatnya film biologis ini berupa piringan dari bahan polimer atau
plastik yang ringan dan disusun dari berjajar pada suatu poros sehingga
membentuk suatu modul atau paket, selanjutnya modul tersebut diputar
secara perlahan dalam keadaan tercelup sebagian ke dalam air limbah yang
mengalir secara kontinu ke dalam reaktor tersebut.
Dengan cara seperti ini mikroorganisme seperti bakteri, algae, protozoa dan
lainnya tumbuh melekat pada permukaan media yang berputar tersebut
membentuk suatu lapisan yang terdiri dari mikroorganisme yang disebut
dengan biofilm. Mikroorganisme akan menguraikan senyawa organik yang
ada di dalam air serta mengambil oksigen yang larut dalam air atau udara
untuk proses metabolismenya, sehingga kandungan senyawa organik dalam
air limbah berkurang.
Pada saat biofilm yang melekat pada media yang berupa piringan tipis
tersebut tercelup kedalam air limbah, microorganism menyerap senyawa
organik yang ada dalam air limbah yang mengalir pada permukaan biofilm,
dan pada saat biofilm berada di atas permukaan air, mikroorganisme
menyerap oksigen dari udara ataupun oksigen terlarut dalam air untuk
menguraikan senyawa organik. Energi hasil penguraian senyawa organik
tersebut digunakan oleh mikroorganisme untuk proses metabolisme.
Senyawa hasil metabolisme mikroorganisme tersebut akan keluar dari
biofilm dan terbawa oleh aliran air atau yang berupa gas akan tersebar ke
udara melalui rongga-rongga yang ada pada mediumnya, sedangkan untuk
padatan tersuspensi (SS) akan tertahan pada permukaan lapisan biologis
dan akan terurai menjadi bentuk larut dalam air.
Pertumbuhan mikroorganisme tersebut makin lama makin tebal, sampai
akhirnya karena gaya beratnya sebagian akan mengelupas dari mediumnya
dan terbawa aliran air keluar. Selanjutnya, mikroorganisme pada
permukaan media akan tumbuh lagi dengan sendirinya hingga terjadi
kesetimbangan sesuai dengan kandungan senyawa organik yang ada dalam
air limbah.

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I46
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Gambar 2.26 Diagram Proses Pengolahan Air Limbah dengan Sistem


RBC

2.8 Bangunan Pengolahan Ketiga (BP II)


Bak pengendap II atau biasa dikenal dengan sedimentasi, sedimentasi
adalah pengendapan partikel-partikel padat yang melayang dan mengapung dalam
air limbah. Pada dasarnya , parameter pengendali sedimentasi yang paling utama
dalah kecepatan pengendapan partikel. Walaupun semua ‘tipe’ pengendapan
sering terjadi pada clarifier utama, partikel yang mengendap didominasi oleh
fenomena yang disebut tipe pengendapan II. Sedimentasi tipe II ditandai dengan
adanya partikel yang terflokulasi. (Davis, 2010). Bentuk bak pengendap dapat
diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
3. Bak circular (lingkaran)
Pada tangki berbentuk lingkaran , pola aliran teoritisnya adalah radial.
Air limbah dibawa ke pusat tangki oleh pipa yang tergantung dari
jembatan atau oleh pipa yang terbungkus beton di bawah tangki. Di
pusat tangki, aliran memasuki feedwell melingkar yang dirancang
untuk mendistribusikan aliran limbah ke segala arah.
Kelebihan bak circular yaitu kurangnya perawatan yangdiperlukan dan
biaya konstruksi yang umumnya lebih murah dibandingkan dengan
bak persegi panjang. Sedangkan kelemahannya yaitu memerlukan
footprint yang lebih besar dan membutuhkan halaman luas untuk
fasilitas perpipaan dan perpompaan.

Gambar 2.27 Bak Pengendap Tipe Circular

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I47
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

4. Bak rectangular (Persegi panjang)


Meskipun bak dengan aliran melintang dan vertikal telah digunakan ,
bak pengendap utama didisain untuk aliran longitudinal. Aliran masuk
dan keluar menuju ujung yang sempit. Air limbah dibawa kesaluran
tertutup.air limbah memasuki tangki dari satu atau lebih inlet. Sebuah
baffle disediakan untuk memperlambat kecepatan pada inlet dan untuk
mendistribusikan aliran an padatan sama keseluruh penampang tangki.

Gambar 2.28 Bak Pengendap Tipe Rectangular

2.9. Bangunan Secara Kimia


Prinsip dari unit proses kimia yang digunakan untuk pengolahan air
limbah, diantaranya (Metcalf&Eddy, 1991):
1. Koagulasi kimia;
2. Pengendapan kimia;
3. Desinfeksi kimia;
4. Oksidasi kimia;
5. Proses oksidasi lanjutan;
6. Ion exchange;
7. Netralisasi kimia, kontrol secara berkala dan stabilisasi.
Tabel 2.12 Penerapan dari Unit Proses Kimia pada Pengolahan Air
Limbah
Proses Penerapan
Proses oksidasi lanjutan Menghilangkan senyawa-senyawa organik
tahan panas
Koagulasi kimia Destabilisasi kimia dari partikel-partikel di ar
limbah untuk membawa kumpulan selama
terjadi perikinetik dan flokulaso orthokinetik
Desinfeksi kimia 1. Disinfeksi dengan klorin, senyawa-
senyawa klorin, bromine dan ozon;

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I48
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Proses Penerapan
2. Kontrol dari pertumbuhan lendir di
saluran-saluran air kotor;
3. Kontrol bau.
Netralisasi kimia Mengontrol ph
Oksidasi kimia 1. Menghilangkan BOD, minyak, dll;
2. Menghilangkan ammonia;
3. Menghancurkan mikroorganisme;
4. Mengontrol bau disaluran, stasiun pompa,
dan tempat pengolahan;
5. Menghilangkan senyawa organik.
Pengendapan kimia 1. Menghilangkan TSS dan BOD di
sedimentasi utama;
2. Menghilangkan fosfor;
3. Menghilangkan logam-logam berat;
4. Pengolahan secara fisika-kimia;
5. Kontrol dari korosi disaluran limbah
karena H2S
Kontrol kimia secara berkala Kontrol berkala untuk kalsium karbonat dan
senyawa terkait
Stabilisasi kimia Stabilisasi effluent
Ion exchange 1. Menghilangkan ammonia (NH4) , logam-
logam berat, TDS;
2. Menghilangkan senyawa organik.

Gambar 2.29 Tipe Fasilitas Penyimpanan Bahan Kimia


Keterangan: (A) Fasilitas Diluar Ruangan dan (B) Fasilitas Di Dalam Ruangan

2.10 Bangunan Pengolahan Lumpur


Dalam proses pemurnian air limbah, masalah lain dibuat: lumpur. Semakin
tinggi tingkat pengolahan air limbah, semakin besar pula residu lumpur yang
harus ditangani.Lumpur terdiri dari bahan yang mengendap dari air limbah
mentah dan padatan yang dihasilkan dalam proses pengolahan air limbah.
Jumlah lumpur yang terlibat signifikan. Dimana untuk perawatan utama,
lumpur berkisar 0,25-0,35 persen dari volume air limbah yang diberlakukan.
Proses lumpur aktif meningkatkan jumlah 1,5 menjadi 2,0 persen dari volume air
yang diolah. Penggunaan bahan kimia untuk menghilangkan fosfor dapat
menambah 1,0 persen lain. Lumpur ditarik dari proses yang sebagian besar masih

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I49
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

air. Air dipisahkan dikembalikan ke pabrik air limbah untuk diproses. Selain itu,
lumpur diperlakukan untuk mengurangi kepadatan patogen dan mengurangi
perbusukannya.
Proses dasar untuk pengolahan lumpur, yaitu:
1. Operasi pendahuluan
Operasi pendahuluan meliputi Screening, grinding, degritting, blending,
dan penyimpanan dapat menjadi bagian dari operasi awal untuk
melindungi peralatan selanjutnya.

Gambar 2.30 Grinder Lumpur

Gambar 2.31 Screening Lumpur Tekan

2. Pengentalan
Proses ini digunakan untuk memisahkan air dari padatan untuk
mengurangi ukuran fasilitas berikutnya dan untuk meningkatkan efisiensi.
Air dipisahkan oleh gravitasi, flotasi, gravitasi belt, rotary filtrasi gendang,
atau sentrifugasi.

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I50
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Gambar 2.32 Skema diagram Gravity Thickener


3. Stabilisasi
Sludge distabilkan untuk mengurangi patogen, menghilangkan bau ofensif,
dan menghambat pembusukan. Biosolids adalah produk yang dihasilkan
dari stabilisasi. Tiga proses stabilisasi adalah stabilisasi basa, stabilisasi
aerobik (lebih umum disebut pencernaan aerobik), dan stabilisasi
anaerobik (lebih umum disebut anaerobic digestion). Dua proses terakhir
juga memberikan manfaat tambahan seperti pengurangan volume dan
peningkatan dewatering. Dalam kasus stabilisasi anaerobik, metana
dihasilkan. Metana dapat digunakan sebagai bagian dari sumber energi
untuk menjalankan instalasi pengolahan air limbah.
4. Pendingin
Proses ini memperlakukan lumpur dengan bahan kimia atau panas
sehingga lebih banyak air dapat dengan mudah dipisahkan.
5. Dewatering
Proses ini digunakan untuk mengurangi air untuk memenuhi peraturan
pembuangan, meningkatkan penanganan, mengurangi biaya transportasi,
mencegah lindi dari tempat pembuangan dan, dalam kasus proses
pengurangan tindak-on (yaitu, insinerasi), mengurangi energi Persyaratan.
Proses pemisahan termasuk sentrifugasi, menekan filter, dan tempat
pengeringan.
6. Reduksi
Reduksi berfungsi untuk mencapai bentuk paling stabil dari residu dan
untuk meminimalkan volume residu, kompos atau proses pengurangan
panas seperti pengeringan atau pembakaran digunakan.
Tabel 2.13 Metode - Metode Pengeringan Lumpur
Metode Keuntungan Kerugian

Vacuum filter  Biaya perawatan rendah  Dibutuhkan energi yang besar


 Mudah dalam pengoperasian dalam pengoperasian.
 Pompa vakum berisik dan
saringan akan mengandung

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I51
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Metode Keuntungan Kerugian

material tersupensi tinggi.

Solid Bowl  Hasil yang baik, meminimalkan  Membutuhkan grit removal dan
Centrifuge efek bau, cepat dan gampang penghancur lumpur dalam sistem
dalam pengoperasian. aliran.
 Mudah dalam pengaplikasian  Dibutuhkan keahlian khusus
 Biaya pengoperasian murah dalam pengoperasian.
 Memproduksi lumpur kering
secara relatif.
Belt filter press  Energi yang dibutuhkan rendah  Dibutuhkan penghancur lumpur
 Biaya pengoperasian murah di dalam saluran
 Mesin bertekanan dapat  Sangat sensitif
memproduksi lumpur yang  Tak dapat dioperasikan secara
sangat kering otomatis
Sludge drying  Tidak dibutuhkan operator  Dibutuhkan lahan yang luas
beds yang banyak.  Disain harus memperhatikan
 Energi yang digunakan sedikit pengaruh cuaca
 Dapat menyesuaikan dengan
beragam lumpur
 Kandungan solid lebih tinggi
dari metoda mekanik.
Sludge lagoons  Kebutuhan energi rendah  Sangat potensial dalam
 Tidak membutuhkan bahan menimbulkan masalah bau
kimia  Sangat potensial dalam polusi
 Lebih baik dalam menstabilkan air
materi organik  Kebutuhan lahan yang lebih luas
 Tidak membutuhkan tenaga dari sistem mekanik
operator yang banyak dalam  Hasil tak dapat dilihat
pengoperasian langsung
 Proses desain harus
mempertimbangkan iklim
Sumber: Metcalf & Eddy ,1991

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I52
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

BAB IV
PERENCANAAN PENYALURAN AIR BUANGAN

4.1 Perhitungan Debit Air Buangan


Untuk menentukan debit air limbah suatu kota sangat bergantung pada
kebutuhan air yang digunakan oleh penduduk kota tersebut. Perencanaan sistem
penyaluran air limbah Kecamatan Sukajadi dirancang untuk 20 tahun. Jumlah
penduduk Kecamatan Sukajadi selama 20 tahun mendatang sebesar 60261 jiwa.
Angka ini diperoleh dari hasil proyeksi penduduk dengan metode aritmetika yang
sudah dilihat pada Tugas Besar Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
(PBPAM) dan Teknik Penyedian Air Minum (TPAM).

4.1.1 Debit Air Buangan Domestik


Perencanaan sistem penyaluran air limbah domestik Kecamatan Sukjadi,
besarnya debit air limbah direncanakan sebesar 80% dari kebutuhan air bersih.
Untuk memudahkan dalam sistem penyalurannya, Kecamatan Sukajadi dibagi
menjadi 4 blok yaitu A , B , C, dan D Pembagian blok ini didasarkan kepada
kelurahan yang ada. Debit air limbah Kecamatan Sukajadi dihitung berdasarkan
kebutuhan air bersih dari tiap-tiap sambungan rumah (SR) dan hidran umum (HU)
yang ada di tiap-tiap blok pelayanan. Debit air limbah domestik Kecamatan
Sukajadi dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Debit Air buangan Domestik


No Blok Jumlah Kebutuhan Air Rasio Air Q Air Q Air Bersih Q Air
penduduk Buangan Bersih Limbah
(Jiwa) SR HU Domestik Domestik Domestik
(L/s) (L/s) (L/s) (m3/hari) (m3/hari)
1 A 15367 21,966 0,267 80% 22,232 1.920,84 1.536,67
2 B 9220 13,179 0,160 13,339 1.152,49 921,99
3 C 13830 19,769 0,240 20,009 1.728,78 1.383,02
4 D 12805 18,303 0,222 18,526 1.600,64 1.280,51
Total 51.222 73,217 0,889 74,106 6.402,75 5.122,19
Sumber: Hasil Perhitungan Tugas Besar PBPAL Kecamatan Sukajadi, 2016

4.1.2 Debit Air Buangan Non-Domestik


Debit air buangan non domestik dapat dihitung berdasarkan kebutuhan air
bersih dari tiap fasilitas yang ada pada masing–masing blok pelayanan. Debit air
buangan non-domestik adalah 80% dari debit air bersih non domestik.

Contoh perhitungan Blok A:


Q air bersih non-domestik = 4,898L/detik
= 4,898 x 10-3m3/detik x 86400 detik/hari
= 423,18 m3/hari
Q air buangan non-domestik = 80 % x 423,18 m3/hari

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I53
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

= 338,544 m3/hari
Dengan cara yang sama, dilakukan juga perhitungan blok lainnya, Hasil
perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Debit Air Buangan Non-Domestik


Blok Q Air Bersih Q Air Bersih Q Air Buangan Non- Q Air
Non-Domestik Non-Domestik Domestik Buangan
(L/s) (m3/hari) (m3/hari) Non-
Domestik
(L/s)
A 4,898 423,19 338,54 3,918
B 3,136 270,95 216,76 2,509
C 4,541 392,34 313,87 3,633
D 3,640 314,49 251,60 2,912
Total 16,215 1.400,97 1.120,77 12,972
Sumber: Hasil Perhitungan Tugas Besar PBPAL Kecamatan Sukajadi, 2016

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I54
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Tabel 4.3 Debit Air Limbah Non-Domestik Kecamatan Sukajadi di Blok A


Jenis Fasilitas Jumlah Standar Jiwa/Unit Kapasitas Kebutuhan Rasio Qr Air Limbah PE/1000 kumulatif Qmin Qmax
Sarana (Unit) Kebutuhan Air Minum Air Non Domestik
Air Limbah
(L/o/h) L/s L/s L/o/h Jiwa
Sarana TK 5 10 110 550 0,064 80% 0,051 8,000 0,27 0,0021 0,178661
Pendidikan SD 8 10 550 4400 0,509 0,407 8,000 0,27 0,0169 1,429289
SMP 3 10 750 2250 0,260 0,208 8,000 0,33 0,0110 0,858163
SMU 2 10 750 1500 0,174 0,139 8,000 0,53 0,0130 0,835773
PT/Akademi 2 10 950 1900 0,220 0,176 8,000 0,53 0,0164 1,058645

Sarana Mesjid 1 15 500 500 0,087 0,069 12,000 0,04 0,0003 0,052879
Peribadatan Musholla 6 15 150 900 0,156 0,125 12,000 0,04 0,0005 0,095183

Gereja 2 15 400 800 0,139 0,111 12,000 0,04 0,0005 0,084607


Sarana Rumah Sakit 1 150 250 250 0,434 0,347 5,00 0,4791 12,58298
Kesehatan
Puskesmas 1 150 20 20 0,035 0,028 120,000 0,02 0,0001 0,012148

Klinik 3 150 30 90 0,156 0,125 120,000 0,02 0,0002 0,054668


Industri Besar 0 60 80 0 0,000 0,000 0,33 0,0000 0
Sarana 100 120 0 0,000 0,000 0,33 0,0000 0
Industri Industri Kecil 6 60 4 24 0,017 0,013 48,000 0,33 0,0007 0,054922
100 6 36 0,042 0,033 80,000 0,33 0,0018 0,137306
Sarana Pasar 2 10 1000 2000 0,231 0,185 8,000 0,30 0,0087 0,706811
Perdagangan Toko 3 15 75 225 0,039 0,031 12,000 0,67 0,0039 0,226835

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I55
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Jenis Fasilitas Jumlah Standar Jiwa/Unit Kapasitas Kebutuhan Rasio Qr Air Limbah PE/1000 kumulatif Qmin Qmax
Sarana (Unit) Kebutuhan Air Minum Air Non Domestik
Air Limbah
(L/o/h) L/s L/s L/o/h Jiwa
Restoran 6 25 150 900 0,260 0,208 20,000 0,11 0,0029 0,356347
Sarana Kantor Besar 2 15 1200 2400 0,417 0,333 12,000 0,33 0,0176 1,373061
Perkantoran
Kantor 5 15 750 3750 0,651 0,521 12,000 0,33 0,0275 2,145408
Menengah

Kantor Kecil 6 15 300 1800 0,313 0,250 12,000 0,33 0,0132 1,029796

Lain-Lain Hotel 4 200 75 300 0,694 0,556 160,000 1,67 0,2056 8,373378
Bioskop 0 10 450 0 0,000 0,000 0,08 0,0000 0
Stadion 0 10 400 0 0,000 0,000 0,08 0,0000 0
Terminal Bis 0 25 4000 0 0,000 0,000 0,02 0,0000 0

Total 3,918 680,000 0,822 31,64686


Sumber: Hasil Perhitungan Tugas Besar PBPAL Kecamatan Sukajadi, 2016

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I56
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Tabel 4.4 Debit Air Limbah Non-Domestik Kecamatan Sukajadi di Blok B


Jenis Fasilitas Jumlah Standar Jiwa/Unit Kapasitas Kebutuhan Air Rasio Qr Air Limbah PE/1000 Qmin Qmax
Sarana (Unit) Kebutuh Minum Air Non-Domestik kumulatif
an Air Limbah
(L/o/h) (L/s) L/s L/o/h Jiwa
Sarana TK 3 10 110 330 0,038 80% 0,031 8,000 0,27 0,0013 0,107197
Pendidika
SD 5 10 550 2750 0,318 0,255 8,000 0,27 0,0106 0,893305
n
SMP 2 10 750 1500 0,174 0,139 8,000 0,33 0,0073 0,572109
SMU 1 10 750 750 0,087 0,069 8,000 0,53 0,0065 0,417886
PT/Akade 1 10 950 950 0,110 0,088 8,000 0,53 0,0082 0,529323
mi

Sarana Mesjid 1 15 500 500 0,087 0,069 12,000 0,04 0,0003 0,052879
Peribadat
Musholla 4 15 150 600 0,104 0,083 12,000 0,04 0,0004 0,063455
an

Gereja 1 15 400 400 0,069 0,056 12,000 0,04 0,0002 0,042303


Sarana Rumah 0 150 250 0 0,000 0,000 5,00 0,0000 0
Kesehatan Sakit

Puskesma 0 150 20 0 0,000 0,000 0,02 0,0000 0


s

Klinik 2 150 30 60 0,104 0,083 120,000 0,02 0,0002 0,036445


Industri 1 60 80 80 0,056 0,044 0,33 0,0023 0,183075
Besar
Sarana 100 120 120 0,139 0,111 0,33 0,0059 0,457687
Industri
Industri 4 60 4 16 0,011 0,009 48,000 0,33 0,0005 0,036615
Kecil
100 6 24 0,028 0,022 80,000 0,33 0,0012 0,091537

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I57
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Jenis Fasilitas Jumlah Standar Jiwa/Unit Kapasitas Kebutuhan Air Rasio Qr Air Limbah PE/1000 Qmin Qmax
Sarana (Unit) Kebutuh Minum Air Non-Domestik kumulatif
an Air Limbah
(L/o/h) (L/s) L/s L/o/h Jiwa
Sarana Pasar 2 10 1000 2000 0,231 0,185 8,000 0,30 0,0087 0,706811
Perdagan
Toko 2 15 75 150 0,026 0,021 12,000 0,67 0,0026 0,151223
gan
Restoran 4 25 150 600 0,174 0,139 20,000 0,11 0,0020 0,237565
Sarana Kantor 1 15 1200 1200 0,208 0,167 12,000 0,33 0,0088 0,686531
Perkantor Besar
an
Kantor 3 15 750 2250 0,391 0,313 12,000 0,33 0,0165 1,287245
Menengah

Kantor 4 15 300 1200 0,208 0,167 12,000 0,33 0,0088 0,686531


Kecil

Lain-Lain Hotel 3 200 75 225 0,521 0,417 160,000 1,67 0,1542 6,280033
Bioskop 1 10 450 450 0,052 0,042 0,08 0,0004 0,055241
Stadion 0 10 300 0 0,000 0,000 0,08 0,0000 0
Terminal 0 10 4000 0 0,000 0,000 0,02 0,0000 0
Bis

Total 2,509 560,000 0,2468 13,575


Sumber: Hasil Perhitungan Tugas Besar PBPAL Kecamatan Sukajadi, 2016

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I58
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Tabel 4.5 Debit Air Limbah Non-Domestik Kecamatan Sukajadi di Blok C


Jenis Fasilitas Jumlah Standar Jiwa/Unit Kapasitas Kebutuhan Rasio Qr Air Limbah PE/1000 kumulatif Qmin Qmax
Sarana (Unit) Kebutuhan Air Minum Air Non-Domestik
Air (l/o/h) Limbah
(L/s) L/s L/o/h Jiwa
Sarana TK 5 10 110 550 0,064 80% 0,051 8,000 0,27 0,0021 0,178661
Pendidikan SD 7 10 550 3850 0,446 0,356 8,000 0,27 0,0148 1,250628
SMP 3 10 750 2250 0,260 0,208 8,000 0,33 0,0110 0,858163
SMU 1 10 750 750 0,087 0,069 8,000 0,53 0,0065 0,417886
PT/Akademi 1 10 950 950 0,110 0,088 8,000 0,53 0,0082 0,529323

Sarana Mesjid 1 15 500 500 0,087 0,069 12,000 0,04 0,0003 0,052879
Peribadatan Musholla 5 15 150 750 0,130 0,104 12,000 0,04 0,0004 0,079319

Gereja 1 15 400 400 0,069 0,056 12,000 0,04 0,0002 0,042303


Sarana Rumah Sakit 1 150 250 250 0,434 0,347 120,000 5,00 0,4791 12,58298
Kesehatan
Puskesmas 1 150 20 20 0,035 0,028 120,000 0,02 0,0001 0,012148

Klinik 3 150 30 90 0,156 0,125 120,000 0,02 0,0002 0,054668


Industri Besar 0 60 80 0 0,000 0,000 0,33 0,0000 0
Sarana 100 120 0 0,000 0,000 0,33 0,0000 0
Industri Industri Kecil 5 60 4 20 0,014 0,011 48,000 0,33 0,0006 0,045769
100 6 30 0,035 0,028 80,000 0,33 0,0015 0,114422
Sarana Pasar 1 10 1000 1000 0,116 0,093 8,000 0,30 0,0044 0,353405
Perdagangan Toko 3 15 75 225 0,039 0,031 12,000 0,67 0,0039 0,226835

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I59
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Jenis Fasilitas Jumlah Standar Jiwa/Unit Kapasitas Kebutuhan Rasio Qr Air Limbah PE/1000 kumulatif Qmin Qmax
Sarana (Unit) Kebutuhan Air Minum Air Non-Domestik
Air (l/o/h) Limbah
(L/s) L/s L/o/h Jiwa
Restoran 6 25 150 900 0,260 0,208 20,000 0,11 0,0029 0,356347
Sarana Kantor Besar 3 15 1200 3600 0,625 0,500 12,000 0,33 0,0264 2,059592
Perkantoran
Kantor 4 15 750 3000 0,521 0,417 12,000 0,33 0,0220 1,716327
Menengah

Kantor Kecil 6 15 300 1800 0,313 0,250 12,000 0,33 0,0132 1,029796

Lain-Lain Hotel 4 200 75 300 0,694 0,556 160,000 1,67 0,2056 8,373378
Bioskop 0 10 450 0 0,000 0,000 0,08 0,0000 0
Stadion 1 10 400 400 0,046 0,037 8,000 0,08 0,0004 0,049103
Terminal Bis 0 10 4000 0 0,000 0,000 0,02 0,0000 0

Total 3,633 808,000 0,804 30,38393


Sumber: Hasil Perhitungan Tugas Besar PBPAL Kecamatan Sukajadi, 2016

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I60
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Tabel 4.6 Debit Air Limbah Non-Domestik Kecamatan Sukajadi di Blok D


Jenis Fasilitas Jumlah Standar Jiwa/Unit Kapasitas Kebutuhan Rasio Qr Air Limbah PE/1000 Qmin Qmax
Sarana (Unit) Kebutuhan Air Minum Air Non Domestik kumulatif
Air Limbah
(l/o/h)
(L/s) L/s L/o/h Jiwa
Sarana TK 4 10 110 440 0,051 80% 0,041 8,000 0,27 0,0017 0,142929
Pendidikan SD 7 10 550 3850 0,446 0,356 8,000 0,27 0,0148 1,250628
SMP 3 10 750 2250 0,260 0,208 8,000 0,33 0,0110 0,858163
SMU 1 10 750 750 0,087 0,069 8,000 0,53 0,0065 0,417886
PT/Akademi 1 10 950 950 0,110 0,088 8,000 0,53 0,0082 0,529323

Sarana Mesjid 1 15 500 500 0,087 0,069 12,000 0,04 0,0003 0,052879
Peribadatan Musholla 5 15 150 750 0,130 0,104 12,000 0,04 0,0004 0,079319

Gereja 2 15 400 800 0,139 0,111 12,000 0,04 0,0005 0,084607


Sarana Rumah Sakit 0 150 250 0 0,000 0,000 5,00 0,0000 0
Kesehatan
Puskesmas 1 150 20 20 0,035 0,028 120,000 0,02 0,0001 0,012148

Klinik 3 150 30 90 0,156 0,125 120,000 0,02 0,0002 0,054668


Industri Besar 0 60 80 0 0,000 0,000 0,33 0,0000 0
Sarana Industri 100 120 0 0,000 0,000 0,33 0,0000 0
Industri Kecil 5 60 4 20 0,014 0,011 48,000 0,33 0,0006 0,045769
100 6 30 0,035 0,028 80,000 0,33 0,0015 0,114422
Sarana Pasar 1 10 1000 1000 0,116 0,093 8,000 0,30 0,0044 0,353405

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I61
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Jenis Fasilitas Jumlah Standar Jiwa/Unit Kapasitas Kebutuhan Rasio Qr Air Limbah PE/1000 Qmin Qmax
Sarana (Unit) Kebutuhan Air Minum Air Non Domestik kumulatif
Air Limbah
(l/o/h)
(L/s) L/s L/o/h Jiwa
Perdagangan Toko 3 15 75 225 0,039 0,031 12,000 0,67 0,0039 0,226835
Restoran 5 25 150 750 0,217 0,174 20,000 0,11 0,0025 0,296956
Sarana Kantor Besar 2 15 1200 2400 0,417 0,333 12,000 0,33 0,0176 1,373061
Perkantoran
Kantor 4 15 750 3000 0,521 0,417 12,000 0,33 0,0220 1,716327
Menengah

Kantor Kecil 5 15 300 1500 0,260 0,208 12,000 0,33 0,0110 0,858163

Lain-Lain Hotel 3 200 75 225 0,521 0,417 160,000 1,67 0,1542 6,280033
Bioskop 0 10 450 0 0,000 0,000 0,08 0,0000 0
Stadion 0 10 400 0 0,000 0,000 0,08 0,0000 0
Terminal Bis 1 25 4000 600 0,00069 0,001 0,02 0,0000 0,000241

Total 2,912 680,000 0,261 14,74776


Sumber: Hasil Perhitungan Tugas Besar PBPAL Kecamatan Sukajadi, 2016

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I62
4.1.3 Fluktuasi Pengaliran
Fluktuasi pengaliran meliputi debit rata-rata, debit minimum, dan debit
total puncak:
Contoh perhitungan Blok A:
Q air buangan domestik = 0,017786 m3/detik
Q air buangan non-domestik = 0,003918 m3/detik
Maka,
Qrata-rata = Qdomestik + Qnon-domestik
= 0,017786 m3/detik + 0,003918 m3/detik
= 0,021704 m3/s
Dengan cara yang sama, dilakukan juga perhitungan blok lainnya, Hasil
perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut.
Tabel 4.7 Debit Rata-rata Air Limbah
Blok Q Air Q Air Q Air Q Air Qrata-rata
Limbah Limbah Limbah Limbah (m3/s)
Domestik Domestik Non- Non-
(m3/hari) (m3/s) Domestik Domestik
(L/s) (m3/s)

A 1536,67 0,017786 3,918 0,003918 0,021704


B 921,99 0,010671 2,509 0,002509 0,01318
C 1383,02 0,016007 3,633 0,003633 0,01964
D 1280,51 0,014821 3,051 0,003051 0,017872
Total 5122,19 0,05928 13,111 0,01311 0,0724
Sumber: Hasil Perhitungan Tugas Besar SPAL dan PBPAL Kecamatan Sukajadi, 2016

1. Debit Puncak (Qpeak) menggunakan persamaan:


3
Qp= fp × qr air limbah m /s
2. fp = 1,75 (1,75 – 2,0; Sumber: Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta
Karya Dinas PU, 1996.)
3. Debit Minimum (Qmin) menggunakan persamaan:
Qmin= 0,2 x PE 1,2x Qab
4. Qmax menggunakan persamaan:
Qmax = 5 x PE0,8 x fhm x Qr
Perhitungan diatas dilakukan untuk mendapatkan data fluktuasi pengaliran
air buangan masing-masing blok. Data fluktuasi akan ditampilkan dalam Tabel
4.10. Jika PE untuk rumah = 1,33 ( PE rata-rata dari rumah mewah dan rumah
biasa), dan fhm yang digunakan adalah 2, maka Tabel 4.9 akan menampilkan debit
maksimum dan minimum air buangan.
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Tabel 4.8 Debit Puncak Air Buangan Kecamatan Sukajadi


Blok Jumlah Q Air Q Air Q rata-rata Q rata-rata Qp
Penduduk Buangan Buangan Non- (m3/hari) (m3/s) (m3/s)
(Jiwa) Domestik Domestik
(m3/hari) (m3/hari)

A 15367 1.536,67 338,54 1.875,21 0,0217 0,037975


B 9220 921,99 216,76 1.138,75 0,0131 0,022925
C 13830 1.383,02 313,87 1.696,89 0,0196 0,0343
D 12805 1.280,51 251,6 1.532,11 0,0177 0,030975
Total 51.222 5.122,19 1.120,77 6.242,96 0,0721 0,126175
Sumber: Hasil Perhitungan Tugas Besar PBPAL Kecamatan Sukajadi, 2016

Tabel 4.9 Debit Maksimum Dan Minimum Air Buangan


Blok Qr Air PE Qmin Qmin Non- Qmin Qmax Qmax Non- Qmax
Limbah Rumah Domestik Domestik Total Domestik Domestik Total
(Domestik (L/s) (L/s) (L/s) (L/s) (L/s) (L/s)
(L/s)
A 17,78 1,335 5,03 0,822 5,85 224,04 31,64 255,68
B 10,67 1,335 3,02 0,2468 3,27 134,45 13,57 148,02
C 16 1,335 4,53 0,804 5,33 201,61 30,38 231,99
D 14,82 1,335 4,19 0,261 4,45 186,74 14,75 201,49
Total 59,27 16,77 2,1338 18,90 746,83 90,34 837,17
Sumber: Hasil Perhitungan Tugas Besar PBPAL Kecamatan Sukajadi, 2016

Tabel 4.10 Data Fluktuasi Pengaliran Air Limbah


Blok Qrata-rata Qpuncak Qmax Qmin
(m3/s) (m3/s) (m3/s) (L/s)
A 0,0217 0,037975 0.256 0.00585
B 0,0131 0,022925 0.148 0.00327
C 0,0196 0,034300 0.232 0.00533
D 0,0177 0,030975 0.202 0.00445
Total 0,0721 0,126175 0.838 0.0189
Sumber: Hasil Perhitungan Tugas Besar PBPAL Kecamatan Sukajadi, 2016

4.2 Rencana Saluran Air Buangan


4.2.1 Pemilihan Bentuk Dan Jenis Pipa
Pemilihan jenis pipa yang akan dipasang pada jalur yang telah ditetapkan,
harus berhubungan dengan kondisi lapangan, baik dari segi topografi maupun
struktur tanah. Selain itu, pemilihan jenis pipa yang digunakan harus memenuhi
syarat antara lain:
1. Sesuai dengan kebutuhan desain;
2. Daya tahan tinggi terhadap kondisi lapangan;
3. Suku cadang pipa mudah diperoleh dengan harga yang pantas.
Berdasarkan pertimbangan faktor-faktor diatas, dipilih pipa PVC dengan
koefisien kekasaran Manning sebesar 0,015 (koefisien kekasaran Manning
perencanaan pipa baru) dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Ringan dan permukaan dalamnya licin;

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I64
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

2. Penginstalannya mudah;
3. Tahan terhadap bahan kimia;
4. Kekuatannya cukup besar;
5. Memiliki daya tahan korosi;
6. Daya konduksi panas yang rendah;
7. Biaya instalasinya rendah;
8. Hampir bebas pemeliharaan (virtually free maintenance);
9. Mudah dibentuk;
10. Elastis.

Blok C Blok D

1 2
a
b

BPAB
c

Blok A

Blok B

Gambar 4.1 Skema Jalur Pipa Air Limbah

4.2.2 Pembebanan Saluran


Pembebanan saluran dilakukan untuk mencari debit yang mengalir dari
awal pelayanan sampai ke IPAL sehingga dengan adanya debit tersebut bisa
ditentukan diameter yang sesuai dengan debit yang mengalir.
Contoh perhitungan untuk jalur a-b:
Contoh Perhitungan Qpeak Air Buangan Perjalur:
Jalur 1-a
Blok yang dilayani = A
Debit air buangan = 100 % Qp blok A
= 100 % x 0,0343 m3/s

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I65
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

= 0,0343 m3/s
Contoh Perhitungan Qmin Air Buangan Perjalur:
Jalur 1-a
Blok yang dilayani = A
Debit air buangan = 100 % Qmin blok A
= 100 % x 0,0053 m3/s
= 0,00533 m3/s
Qkumulatif ataupun Qtotal merupakan penjumlahan dari Qsaluran. Selanjutnya
akan ditampilkan pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.11 Pembebanan Saluran
Jalur Jenis Panjang Blok Qpeak Air Buangan Qmin Air Buangan
Pipa Saluran (m) Pelayanan (m3/s) (m3/s)

1-a Service 210 C 0.0343 0.00533


a-b Lateral 600 Blok C 0.065275 0.00978
dan Blok
D
b-c Cabang 100 A, B, C 0.126175 0.0189
dan D
c-BPAB Induk 300 A, B, C 0.126175 0.0189
dan D
Sumber: Hasil Perhitungan Tugas Besar SPAL dan PBPAL Kecamatan Sukajadi, 2016

4.2.3 Perhitungan Dimensi Pipa Air Buangan


Saluran air buangan direncanakan menggunakan pipa PVC dengan
koefisien kekasaran pipa n = 0,012. Dimensi saluran air buangan dihitung tiap
saluran dengan menggunakan grafik ‘’Hydraulic element for circular sewer’’
.kecepatan minimal dalam pipa adalah 0,6 m/s agar mampu menggelontor pasir
yang mungkin terkandung dalam air limbah.
Untuk lebih jelasnya mengenai perhitungan jalur perpipaan system
penyaluran air buangan Kecamatan Sukajadi, maka berikut ini akan diuraikan
contoh perhitungan salah satu bagian jalur tersebut, yakni pada jalur 1-a yang
merupakan pipa pelayanan/service. Adapun data-data umum yang diperlukan
nantinya antara lain:
Jenis Pipa yang dipakai adalah pipa PVC. Contoh perhitungan jalur pipa
air buangan Kecamatan Sukajadi akan ditampilkan dalam Tabel 4.11 dan Tabel
4.12.

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I66
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Tabel 4.11 Perhitungan Dimensi Pipa Air Buangan


Elevasi
Tanah S Qfull
Jenis Qmin Qfull Awal Vfull Dhitung Ddesain S Pipa Vfull Vpeak
Jalur d/D Qp/Qf R (m) Tanah Akhir Vpeak/Vfull
Pipa (m3/s) (m3/s) (m/s) (m) (m) (%) (m/s) (m/s)
Awal Akhir (%) (m3/s)

1-a Service 0.00533 0.8 0.98 0.035 1 0.211 0.25 25 25 0.063 0.000 0.006 0.973 0.048 1.140 1.110
a-b Lateral 0.00978 0.8 0.98 0.0755612 1 0.310 0.315 25 25 0.079 0.001 0.003 0.824 0.064 1.140 0.940

b-c Cabang 0.0189 0.8 0.98 0.1377041 1 0.419 0.45 25 25 0.113 0.001 0.002 0.752 0.120 1.140 0.857

c-
Induk 0.0189 0.8 0.98 0.1377041 1 0.419 0.45 25 25 0.113 0.001 0.002 0.752 0.120 1.140 0.857
BPAB
Sumber: Hasil Perhitungan Tugas Besar SPAL dan PBPAL Kecamatan Sukajadi, 2016

Tabel 4.12 Lanjutan Perhitungan Dimensi Pipa Air Buangan


Jenis Ddesain dmin
Jalur dmin/D vmin/vfull vfull vmin Keterangan
Pipa (m) (m)

Tidak
1-a Service 0.25 0.25 0.063 0.65 0.973 0.6326548
Gelontor
Tidak
a-b Lateral 0.31 0.315 0.098 0.749 0.824 0.6175422
Gelontor
b-c Cabang 0.39 0.45 0.176 0.86 0.752 0.6468415 Tidak
Gelontor
c-BPAB Induk 0.39 0.45 0.176 0.86 0.752 0.6468415 Tidak
Gelontor
Sumber: Hasil Perhitungan Tugas Besar SPAL dan PBPAL Kecamatan Sukajadi, 2016

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I67
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Perhitungan dimensi saluran air limbah dilakukan untuk mengetahui


kapasitas saluran, kecepatan aliran penuh akhir (vfull), dan debit aliran penuh akhir
(Qfull akhir). Nilai Qpeak digunakan untuk menghitung debit penuh awal (Qfull
awal). Perhitungan Qfull awal diawali dengan penentuan perbandingan tinggi muka
air dan diameter saluran (d/D). Selanjutnya, perbandingan nilai Qpeak dan Qfull
awal (Qpeak/Qfull) diketahui melalui grafik Hydraulic element for circular sewer
(Gambar 4.2). Nilai d/D digunakan sebesar 0.8 sehingga nilai Qpeak/Qfull
digunakan sebesar 0.98. Kemudian, Qfull awal dihitung dengan menggunakan data
tersebut.
Selain nilai Qfull awal, penentuan dimensi saluran memerlukan nilai
kecepatan aliran penuh (vfull) yang diasumsikan. Nilai vfull (asumsi) digunakan
sebesar 1 m/s. Kecepatan aliran digunakan antara 0.6 m/s hingga 3 m/s untuk
menjaga kondisi fisik saluran. Penyumbatan pada saluran terjadi jika vfull (asumsi)
di bawah 0.6 m/s, sedangkan kerusakan pada dinding saluran terjadi jika vfull
(asumsi) melebihi 3 m/s. Setelah nilai Qfull awal dan vfull (asumsi) diketahui, maka
nilai diameter saluran (D) dapat dihitung. Nilai D hasil perhitungan tersebut
diubah sesuai dengan diameter pipa di pasaran. Nilai diameter saluran tersebut
digunakan untuk menghitung jari-jari hidrolis (R) yang mempengaruhi
perhitungan vfull.
Jari-jari hidrolis adalah perbandingan luas penampang yang dialiri air
dengan keliling basah saluran. Selain jari-jari hidrolis, kemiringan (slope) pipa
juga merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap nilai vfull.
Nilai kemiringan pipa dapat berupa asumsi dengan syarat nilai vfull tidak kurang
dari 0.6 m/s dan tidak lebih dari 3 m/s. Menurut Erikkson dalam Dewi (2014),
kecepatan aliran kurang dari 0.6 m/s menimbulkan sedimentasi, sedangkan
kecepatan aliran melebihi 3 m/s menyebabkan erosi pada permukaan saluran.
Nilai kemiringan pipa digunakan antara 0.5% hingga 1% (DPU, 2011) karena jika
kurang dari 0.5% maka vfull tidak mencapai 0.6 m/dt, sebaliknya jika lebih dari
1% maka nilai vfull melebihi 3 m/s. Nilai kemiringan diusahakan sekecil mungkin,
tetapi mampu memberikan kecepatan yang diharapkan sehingga tidak terjadi
penyumbatan dan merusak permukaan saluran.
Setelah nilai kemiringan pipa diketahui maka vfull dapat dihitung. Selain R
dan kemiringan pipa, nilai koefisien kekasaran manning (n) juga diperlukan dalam
perhitungan vfull. Nilai n untuk pipa beton yaitu 0.010 hingga 0.012. Nilai n
digunakan sebesar 0.012.
Nilai dmin terbesar pada pipa menuju IPAL sebesar 176 mm. Jika tinggi
muka air minimum kurang dari 100 mm, maka penggelontoran perlu dilakukan.
Kecepatan aliran minimum (vmin) dapat diketahui dengan menggunakan
perbandingan tinggi muka air dan diameter (d/D) serta grafik Hydraulic element
for circular sewer. Nilai vmin terkecil pada pipa menuju IPAL adalah 0,618 m/s,
sedangkan nilai vmin terbesar pada IPAL adalah 0.647 m/s. Penggelontoran perlu
dilakukan apabila kecepatan aliran minimum kurang dari 0.6 m/s.

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I68
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Gambar 4.2 Grafik Hydraulic element for circular sewer

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I69
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Contoh perhitungan jalur pipa air buangan pada jalur 1-a, sebagai berikut:
1. Jalur = 1-a
2. Jalur Pipa = Pipa service
3. Panjang Pipa = 210 meter
4. Blok Pelayanan =A
5. d/D = 0,8
6. Qp/Qf = 0,98
7. Qfull Awal = Qpeak/0,98
= 0,0343 m3/s/0,98
= 0,035 m3/s
8. Koefisien manning (n) = 0,012
9. Kecepatan aliran (Vf) = 1 m/s (Asumsi)
10. Penduduk terlayani = 13830 Jiwa
𝑄𝑓𝑢𝑙𝑙
4𝑥
=√ 𝑣𝑓𝑢𝑙𝑙
11. Dhitungan 𝜋

Dhitungan = 0,211 m
Dpasaran = 250 mm = 0,25 m
12. Elevasi tanah dapat dilihat dari Peta RTRW Kota Pekanbaru, di mana
Kecamatan Sukajadi memiliki elevasi tanah relatif datar sebesar 25 m.
13. R (Jari-jari hidrolis) = 0,25 x D
R = 0,25 x 0,25 m
R = 0,063 m
14. Spipa diasumsikan dengan syarat nilai vfull tidak kurang 0,6 m/s dan tidak lebih
dari 3 m/s.

Tabel 4.13 Kemiringan Saluran atau Pipa (%) Berdasarkan Diameter Pipa
Diameter
Kemiringan Tipikal
Inchi mm
4 100 0.45-7.4 1.2
6 150 0.40-4.93 0.6
8 200 0.39-3.70 0.4
10 250 0.29-2.96 0.38
12 300 0.22-2.47 0.37
14 350 0.17-2.11 0.37
15 400 0.15-1.85 0.36
16 410 0.14-1.64 0.36
18 460 0.12-1.64 0.36
21 530 0.10-1.34 0.36
24 610 0.08-1.23 0.36
27 690 0.07-1.06 0.35
30 760 0.06-2.99 0.35
36 910 0.05-0.82 0.35

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I70
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Diameter
Kemiringan Tipikal
Inchi mm
42 1050 0.04-0.74 0.35
48 1200 0.03-0.74 0.35
54 1370 0.03-0.74 0.35
Sumber: Metcalf and Eddy, 1991

Spipa = 0,0055 didapatkan vfull koreksi sebesar 0,973 m/s


𝑣𝑓𝑢𝑙𝑙 𝑎𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑥 𝑛2
Kemiringan total didapatkan dengan cara S = 𝜋
𝑚 2
1 𝑥 0.012
𝑠
S= = 0,0058057
0.00632/3
Stanah = Stotal - Spipa
Stanah = 0,0058057 – 0,0055
Stanah = 0,0003
1
15. Qfull Akhir = 4 𝜋 Ddesain2
1
Qfull Akhir = 4 x 3,14 x 0,242
Qfull Akhir = 0,048 m3/s
𝑣𝑝𝑒𝑎𝑘
16. didapatkan dari grafik ‘’Hydraulic element for circular sewer’’dengan
𝑣𝑓𝑢𝑙𝑙
nilai d/D = 0,8 didapatkan 1,140.
𝑣𝑝𝑒𝑎𝑘
17. = 1,14
𝑣𝑓𝑢𝑙𝑙
vpeak = 1,14 x 0,973 m/s
vpeak = 1,110 m/s
Perhitungan dimensi pipa air limbah Kecamatan Sukajadi dapat dilakukan dengan
langkah-langkah di atas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.14.

4.3 Penanaman Pipa


Pada penanaman pipa saluran air limbah, kemiringan (slope) pipa
memiliki peran yang sangat penting, sehingga tidak diperbolehkan adanya
kesalahan, karena kesalahan pemasangan pipa akan mempengaruhi kecepatan
aliran yang dihasilkan. Harus di perhatikan bahwa kedalaman penanaman dan
pemasangan saluran pipa untuk awal saluran kedalaman adalah 0,45 meter (untuk
pipa persil), 0,6 meter (untuk pipa service) dan 1-1,20 meter (untuk pipa lateral)
sedangkan untuk kedalaman ujung akhir saluran pipa induk tidak melebihi
kedalaman 7 meter, apabila lebih maka harus menggunakan pompa untuk
menaikkan air dalam saluran.
Sistem perpipaan yang dilengkapi dengan pemasangan manhole di
beberapa lokasi untuk mempermudah pengawasan sistem tersebut. Pemasangan
perpipaan pada sistem pengolahan air limbah adalah sebagai berikut:
a. Perpipaan dipasang pada inlet bangunan pengolahan dan antar bangunan
pengolahan bila diperlukan;
b. Pipa yang dipasang harus memperhatikan profil hidrolis dari sistem
pengolahan yang ada;

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I71
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

c. Diameter pipa inlet air limbah ke bangunan pengolahan harus


memperhitungkan elevasi pipa pengaliran air limbah yang dilakukan
secara gravitasi. Serta memperhitungkan volume gas yang ada pada air
limbah yang dialirkan
Adapun pemasangan pipa pada saluran air limbah ini mempunyai
beberapa ketentuan, yaitu:
a. Sistem perpipaan ini dipasang mulai dari sumber air limbah menuju
bangunan pengolahan dengan kemiringan minimum pipa sebesar 1%;
b. Pipa yang dipasang harus memperhatikan profil hidrolis dari sistem
pengolahan yang ada;
c. Karena pengaliran dilakukan secara gravitasi maka penting untuk
memperhitungkan elevasi lahan yang dilalui sistem ini. Dengan kedalaman
pipa maksimum 7 m di bawah permukaan tanha, maka bila lebih dari itu
harus menggunakan pompa untuk menaikkan air limbah ke elevasi yang
cukup untuk mengalir secara gravitasi;
d. Pada beberapa tempat dipasang manhole untuk memudahkan pengawasan
yang dilakukan terhadap sistem;
e. Untuk mempermudah pengaliran dalam pipa, air limbah yang berasal dari
sumber sebaiknya ditampung dulu di dalam sumur pengumpul baru
dialirkan ke bangunan pengelolaan.
Berikut adalah contoh perhitungan Jalur 1-a
1. Jalur pipa = 1-a
2. Jenis pipa = Pipa service
3. d/D = 0,98
4. Headloss = 1,26 m
5. Spipa = 0,006
6. Stanah = 0,0003
7. Panjang pipa = 210 m
8. Elevasi Tanah Awal = 25 m
9. Elevasi Tanah Akhir = 25 m
10. Diameter Pipa = 0,25 m
11. Tinggi urugan awal = 0,5 m
12. Tinggi urugan akhir = 0,5 m
13. Elevasi bawah pipa awal = Elevasi tanah awal – tinggi urugan – D
= 25 m – 0,5 m - 0,25 m
= 24,25 m
14. Elevasi bawah pipa akhir = Elevasi tanah awal – tinggi urugan - Hf
= 25 m – 0,5 m – 1,26 m
= 23,24 m
15. Elevasi atas pipa awal = Elevasi bawah pipa awal + D (m)
= 24,25 m + 0,25 m
= 24,5 m
16. Elevasi atas pipa akhir = Elevasi bawah pipa akhir + D (m)
= 23,24 m + 0,25 m
= 23,49 m
17. Tinggi galian awal = Elevasi tanah – elevasi bawah pipa awal
= 25 m – 24,25 m

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I72
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

= 0,75 m
18. Tinggi galian akhir = Elevasi tanah – elevasi bawah pipa akhir
= 25 m – 23,24 m
= 1,76 m

4.4 Bangunan Pelengkap


Pada sistem penyaluran air limbah di butuhkan bangunan-bangunan
penunjang yang penting untuk memperlancar pengaliran air limbah dalam saluran
dan dapat pula digunakan untuk pemeriksaan saluran agar tidak terjadi
pengendapan yang berlebihan yang nantinya dapat menimbulkan penyumbatan.
4.4.1 Manhole
Manhole adalah salah satu bangunan pelengkap sistem penyaluran air
limbah yang berfungsi sebagai tempat memeriksa, memperbaiki, dan
membersihkan saluran dari kotoran yang mengendap dan benda-benda yang
tersangkut selama pengaliran, serta untuk mempertemukan beberapa cabang
saluran, baik dengan ketinggian sama maupun berbeda. Manhole dapat
ditempatkan pada:
a. Permulaan saluran lateral;
b. Setiap perubahan arah, vertikal, yaitu pada ketinggian terjunan lebih besar
dari dua kali diameter digunakan jenis drop manhole. horizontal, pada
belokan lebih besar 22,5°;
c. Setiap perubahan diameter;
d. Setiap perubahan bangunan;
e. Setiap pertemuan atau percabangan beberapa pipa;
f. Setiap terjadi perubahan kemiringan lebih besar dari 45°;
g. Sepanjang jalan lurus, dengan jarak tertentu dan sangat tergantung pada
diameter saluran.

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I73
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Gambar 4.2 Manhole

Salah satu syarat utama manhole adalah besarnya diameter manhole harus
cukup untuk pekerja dan peralatannya masuk kedalam serta dapat mudah
melakukan pekerjaannya, diameter manhole bervariasi sesuai dengan kedalaman
manhole.
Contoh Perhitungan:
Jalur 1-a
Diameter pipa = 200 mm
Panjang jalur = 210 m
Panjang jalur 210
Jumlah manhole= Jarak antar manhole = = 1,1 buah ≈ 1 buah
200

Tabel 4.15 Perhitungan Jumlah Manhole

Diameter Panjang Jalur Jarak Antar Manhole Jumlah


Jalur
(m) (m) (m) manhole

1-a 0.200 210 200 1


a-b 0.315 600 100 6
b-c 0.400 100 100 1
c-BPAB 0.400 300 100 3

Sumber: Hasil Perhitungan Tugas Besar SPAL dan PBPAL Kecamatan Sukajadi, 2016

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I74
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

4.4.1.1 Bentuk dan Dimensi Manhole


Manhole yang akan digunakan pada sistem penyaluran air limbah
Kecamatan Sukajadi adalah berbentuk penampang bulat, karena konstruksinya
yang lebih kuat sehingga menahan beban lebih besar dibandingkan bentu empat
persegi panjang. Salah satu syarat utama manhole adalah besarnya diameter
manhole harus cukup untuk pekerja dan peralatannya masuk ke dalam serta dapat
mudah melakukan pekerjaannya, diameter manhole bervariasi sesuai dengan
kedalaman manhole.
Perhitungan:
a. Kedalaman rencana = 1,8 m;
b. Maka berdasarkan Tabel 4.20 didapatkan diameter manhole berkisar antara
1,2 m.

4.4.1.2 Ketebalan Manhole


Ketebalan manhole serta lantai kerja tergantung pada:
a. Kedalaman;
b. Kondisi tanah;
c. Beban yang diterima;
d. Material yg digunakan.
Rumus ketebalan dinding manhole
T = 2 + d/2
= 2 + ((1,2 x 3,28084 ft)/2)
= 2 + (3,937008 ft/2)
= 2 + 1,968504
= 3,968504 inchi
= (3,968504 inchi x 0,0254 meter inchi-1)
≈ 0,1 meter ≈ 100 mm

4.4.2 Drop Manhole


Manhole jenis ini digunakan apabila perbedaan tinggi elevasi antara dua
saluran atau lebih yang akan memotong kemiringan medan. Drop manhole
digunakan apabila saluran yang datang (biasanya lateral), memasuki manhole
pada titik dengan ketinggian lebih dari 2 ft (0,6 m) di atas saluran selanjutnya.
Drop manhole bertujuan untuk menghindari penceburan atau splashing air limbah
yang dapat merusak saluran akibat penggerusan dan pelepasan H2S.
Dimensi minimum drop manhole menurut Hager (2010), antara lain lebar
ruang benturan (Lp) ≥ 0.50 m, ruang jatuh (LA) ≥ 1.25 m, panjang manhole 2 m,
dan tebal dinding 25 penahan benturan minimal 0.6 m.

4.4.3 Ventilasi Udara


Perlengkapan ini dibutuhkan untuk mencegah terkumpulnya gas yang
memacu terbentuknya H2SO4 yang dapat menurunkan korosi, mencegah
terjadinya tekanan udara dalam saluran dan mempertahankan kesegaran udara.
Pada perencanaan ini, ventilasi udara dibuat pada lubang manhole.
4.4.4 Pompa
Pompa digunakan apabila pipa air buangan yang akan ditanam memiliki
kedalaman lebih dari 8,5 m. Pompa ini berfungsi untuk menaikkan head dari

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I75
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

elevasi yang rendah menuju elevasi yang tinggi. Pompa ini juga dapat digunakan
pada drop manhole agar aliran dapat terus mengalir menuju IPAL. Namun pada
perencanaan di Kecamatan Sukajadi ini tidak digunakan pompa, karena
penanaman pipa tidak ada yang mencapai kedalaman 8,5 m.

4.5 Elevasi Saluran


Elevasi atau beda tinggi yang dihitung dari saluran yang direncanakan
adalah:
1. Elevasi dasar saluran awal;
2. Elevasi dasar saluran akhir.
Elevasi tanah digunakan untuk menentukan nilai elevasi dasar saluran hulu
(EDS) awal dan akhir. Setelah kedua data tersebut diketahui, maka kedalaman
galian dapat diperoleh. EDS akhir pada node pertama harus sama dengan EDS
awal pada node selanjutnya.
Cara perhitungan:
1. Data elevasi dasar saluran awal dan akhir telah dihitung pada Tabel 4.14
Penanaman Pipa. Elevasi dasar saluran dikenal juga dengan elevasi bawah
pipa.
2. Elevasi muka air awal = elevasi dasar saluran awal + (d/D x D) – Selisih
diameter
= 24,25 m + (0,8 x 0,25 m) – 0 m
= 24,45 m
3. Elevasi muka air akhir = elevasi dasar saluran akhir + (d/D x D) – Selisih
diameter
= 23,24 m + (0,8 x 0,25 m) – 0 m
= 23,44 m

Tabel 4.17 Standar Lebar Galian Minimum Pipa PVC


Rekomendasi Lebar Galian

Pipe Diameter,r Minimum Trench, (mm)


(mm)

16-63 150

75-110 250

125-315 500

355-500 700

630-710 910

800-1000 1200

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I76
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Tabel 4.14 Penanaman Pipa


Elevasi Bawah
Elevasi Atas Kedalaman Pipa
Jenis Panjang D Slope Slope Elevasi Tanah Tinggi Urugan Pipa
Jalur d/D Headloss Pipa
Pipa Pipa (mm) Pipa Tanah
Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir
1-a Service 210 250 0.8 0.006 0.0003 1.26 25 25 0.5 0.5 24.5 23.49 24.25 23.24 0.75 1.76
a-b Lateral 600 315 0.8 0.003 0.001 1.8 25 25 1.45 0.08 23.55 23.435 23.235 23.12 1.765 1.88
b-c Cabang 100 450 0.8 0.002 0.001 0.2 25 25 1.43 1.8 23.57 23.45 23.12 23 1.88 2
c-
Induk 300 450 0.8 0.002 0.001 0.6 25 25 1.55 1.5 23.45 23.35 23 22.9 2 2.1
BPAB
Sumber: Hasil Perhitungan Tugas Besar SPAL dan PBPAL Kecamatan Sukajadi, 2016

Tabel 4.16 Elevasi Saluran


Elevasi Muka Elevasi Dasar Lebar Lebar
Jenis Panjang D Slope Selisih Elevasi Muka Air
Jalur d/D Hf Fb Tanah Saluran Galian Galian
Pipa Pipa (mm) Pipa Diameter
Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir (mm) (m)
1-a Service 210 250 0.8 0.006 0 1.26 0.5 25 25 24.25 23.24 24.45 23.44 500 0.5
a-b Lateral 600 315 0.8 0.003 0.065 1.8 0.5 25 25 23.235 23.12 23.422 23.307 500 0.5
b-c Cabang 100 450 0.8 0.002 0.135 0.2 0.5 25 25 23.12 23 23.345 23.225 700 0.7
c-BPAB Induk 300 450 0.8 0.002 0 0.6 0.5 25 25 23 22.9 23.36 23.26 700 0.7
Sumber: Hasil Perhitungan Tugas Besar SPAL dan PBPAL Kecamatan Sukajadi, 2016

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I77
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

BAB V
ALTERNATIF PENGOLAHAN
5.1 Kuantitas dan Kualitas Air Limbah
Saat ini, perkembangan industri di Provinsi Riau meningkat secara signifikan,
meningkatnya jumlah limbah industri telah dan terus meningkat. Jumlah logam berat
dan senyawa-senyawa organik sintetis yang dihasilkan oleh aktivitas industri telah
meningkat. Air limbah yang dikumpulkan dari perkotaan dan industri pastinya
kembali dibuang ke badan air atau ke tanah atau digunakan kembali. Oleh karena itu,
pengolahan air limbah menjadi bagian terpenting dalam keseluruhan program
manajemen kualitas air.
Pelaksanaan program pengolahan air limbah memunculkan pertanyaan bagi
engineer dan pekerja kesehatan masyarakat untuk memastikan perlindungan terhadap
kesehatan masyarakat dan lingkungan. Jawaban dari pertanyaan diatas membutuhkan
analisis kebutuhan dan kondisi setempat secara rinci, penerapan ilmu sains dan
pertimbangan teknis didasarkan kepada pengalaman terdahulu dan pertimbangan
undang-undang kenegaraan (Metcalf dan Eddy, 2003).
Metode pengolahan dimana menyisihkan kontaminan yang dilakukan oleh
reaksi kimia dan biologi dikenal dengan unit proses. Pada saat ini, unit operasi dan
proses dikelompokkan untuk melengkapi beragam tingkat pengolahan dikenal
sebagai pengolahan preliminary, primary, advanced primary, secondary (tanpa atau
dengan penyisihan nutrient) dan advanced (atau tertiary). Tabel 5.1 menampilkan
deskripsi tingkatan pengolahan air limbah (Metcalf dan Eddy, 2003).
Tabel 5.1 Tingkatan Pengolahan Air Limbah
Tingkat Pengolahan Deskripsi
Preliminary Penyisihan konstituen seperti robekan kain,
batang kayu, pasir dan lemak yang dapat
menyebabkan masalah operasi dan pemeliharan
operasi, proses dan sistem tambahan pengolahan
Primary Penyisihan bahan padat tersuspensi dan bahan
organik dari air limbah
Advanced primary Meningkatkan penyisihan bahan padat tersuspensi
dan bahan organik dari air limbah. Tipikal
diselesaikan dengan bantuan bahan kimia atau
filtrasi
Secondary Penyisihan bahan organik biodegradable (dalam
bentuk larutan atau suspensi dan padatan
tersuspensi. Desinfeksi juga tipikal termasuk
dalam definisi pengolahan kedua konvensional
Secondary dengan penyisihan nutrient Penyisihan organik biodegradable, padatan
tersuspensi dan nutrient (nitrogen, fosfor atau
keduanya)
Tertiary Penyisihan residu padatan tersuspensi (setelah
pengolahan kedua), biasanya dengan filtrasi
media granula atau microscreen. Desinfeksi juga
tipikal bagian pengolahan ketiga. Penyisihan
nutrien sering termasuk definisi ini
Advanced Penyisihan materi tersuspensi dan terlarut yang

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I78
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Tingkat Pengolahan Deskripsi


tertinggal setelah pengolahan biologis ketika
dibutuhkan untuk penerapan penggunaan kembali
air
Sumber: Crites dan Tchobanoglous dalam Metcalf dan Eddy, 2003

Pemilihan teknologi pengolahan air limbah tidak terlepas dari pemahaman


masing-masing proses yang terlibat. Pertimbangan kelebihan dan kekurangan dari
setiap proses sangat berguna untuk memilih proses yang paling tepat sehingga
dihasilkan teknologi pengolahan air limbah yang efisien dengan menghasilkan efluen
yang sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan. Pada tabel 5.2 berikut disajikan
perbandingan proses aerobik dan anaerobik.
Tabel 5.2 Perbandingan Proses Aerobik dan Anaerobik
Uraian Proses Aerobik Proses Anaerobik
Pemakaian listrik Besar Kecil
Penghasilkan excess sludge Besar Kecil
Kualitas efluen Baik (Umum) Kurang-sedang (Umum)
Organic loading Kecil Besar
Strat-up Cepat Lambat
Lain-lain - Menghasilkan gas metan
Sumber: Metcalf dan Eddy, 2003

Proses industri menghasilkan polutan yang berbagai macam. Karakteristik dan


konsentrasi air limbah bervariasi. Tabel 5.3 menunjukkan data karakteristik air
limbah di Kecamatan Sukajadi sebagai berikut:
Tabel 5.3 Karakteristik Air Limbah di Kecamatan Sukajadi
Parameter Satuan Kadar Maksimum Konsentrasi Air % Removal
(PERMENLHK Limbah yang
Nomor 68 Tahun Kecamatan Dibutuhkan
2016) Sukajadi
BOD mg/L 30 2500 98,8%
COD mg/L 100 3000 96,667%
TSS mg/L 30 800 96,25%
pH 6-9 4 -
NH3-N mg/L 10 25 60%

Berdasarkan Tabel 5.3 dapat terlihat beban pengolahan yang akan disisihkan
oleh IPAL Kecamatan Sukajadi meliputi BOD, COD, TSS, pH dan NH3-N. Hal
penting yang menjadi perhatian dalam pengolahan air limbah terdapat pada Tabel 5.4.
Standar pengolahan air limbah berkaitan dengan penyisihan bahan organik
biodegradable, total suspended solids, dan patogen. Sudah banyak pengolahan yang
lebih ketat telah dikembangkan untuk menangani penyisihan nutrien, logam berat dan
polutan khusus.

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I79
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Tabel 5.4 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pengolahan Air Limbah
Konstituen Hal-hal yang Diperhatikan
Padatan tersuspensi Padatan tersuspensi dapat menyebabkan
perkembangan endapan lumpur dan kondisi
anaerobik ketika limbah dibuang ke badan
perairan
Bahan organik biodegradable Terdiri atas protein, karbohidrat, dan lemak,
bahan organik biodegradable diuji menjadi COD
dan BOD. Jika efluen langsung dibuang ke
lingkungan, stabilisasi biologis dapat
menyebabkan penurunan sumber oksigen alami
dan meningkatkan bau busuk
Patogen Penyakit menular dapat dibawa oleh organisme
patogen yang mungkin terdapat pada air limbah
Nutrien Nitrogen dan fosfor, bersamaan dengan karbon,
merupakan nutrien penting bagi pertumbuhan
bakteri. Ketika dibuang ke lingkungan, nutrien
dapat menyebabkan kehidupan perairan akuatik
yang tidak diinginkan. Nutrien dibuang dengan
konsentrasi yang berlebih di lahan, akan
menyebabkan pencemaran air tanah
Sumber: Metcalf dan Eddy, 2003

Bahan pencemar yang mengandung material-material organik dan anorganik


dapat ditentukan dengan dua parameter, yaitu BOD dan COD, sedangkan
kemampuan penguraian bahan pencemar (biodegradability) dapat ditentukan dengan
rasio BOD/COD. Rasio BOD/COD > 0,6 untuk bahan pencemar yang bersifat
biodegradable, rasio BOD/COD sebesar 0,3-0,6 diperlukan treatment, dan rasio
BOD/COD < 0,3 untuk bahan pencemar yang bersifat non-biodegradable (Tamyiz,
2015). Oleh karena itu, kita mengetahui bahwa rasio BOD/COD air limbah di
Kecamatan Sukajadi sebesar 0,833 sehingga pengolahan air limbah dilakukan secara
aerobik. Proses pengolahan air limbah secara aerobik dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5 Proses Pengolahan Air Limbah Secara Aerobik
No. Proses Teknologi Penggunaan
1. Biakan tersuspensi (Suspended growth) Proses lumpur aktif: Penghilangan BOD,
Konvensional standar nitrifikasi
Pencampuran
sempurna
Step Aeration
Proses oksigen murni
Kontak stabilisasi
Oxidation ditch
Proses deep shaft
aeration
Suspended growth Nitrifikasi
nitrification
Aerabic digestion Penghilangan BOD
Proses konvensional Stabilisasi,
dengan udara penghilangan BOD
Proses dengan udara

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I80
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

No. Proses Teknologi Penggunaan


murni
2. Biakan melekat (Attacthed growth) Trickling Filter Penghilangan BOD,
Proses dengan nitrifikasi
kecepatan tinggi
Proses dengan
kecepatan rendah
Filter kasar (Roughing Penghilangan BOD
filter)
Reaktor putar biologis Penghilangan BOD,
(RBC) nitrifikasi
Biofilter dengan Penghilangan BOD,
unggun tetap nitrifikasi
3. Kombinasi Proses lumpur aktif Penghilangan BOD,
biofilter, proses nitrifikasi
trickling filter – solid
contact, proses biofilter
– lumpur aktif, proses
trickling filter seri –
lumpur aktif, dan lain-
lain
Sumber: Kelair BPPT

5.2 Alternatif Pengolahan Air Limbah


Air limbah dikarakterisasi menjadi komposisi fisika, kimia dan biologi.
Pemahaman mengenai air limbah merupakan dasar desain dan operasi pengumpulan
air limbah, pengumpulan dan fasilitas penggunaan kembali air limbah, diskusi
terperinci mengenai konstituen air limbah dapat dilihat pada Tabel 5.4 (Metcalf dan
Eddy, 2003).
Tabel 5.3 Unit Operasi dan Proses Digunakan Untuk Menyisihkan Konstituen yang
Ditemukan di Air Limbah
Konstituen Unit Operasi dan Proses
Padatan tersuspensi Screening
Grit removal
Sedimentasi
High-rate clarification
Flotasi
Presipitasi Kimia
Depth filtration
Surface filtration
Bahan organik biodegradable Variasi aerobic suspended growth
Variasi aerobic attached growth
Variasi anaerobic suspended growth
Variasi anaerobic attached growth
Variasi lagoon
Sistem fisika-kimia
Oksidasi kimia
Advanced oxidation
Membran filtrasi
Nutrien
Nitrogen Breakpoint chlorination

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I81
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Konstituen Unit Operasi dan Proses


Suspended-growth nitrification dan
denitrifikasi
Air stripping
Ion exchange
Patogen Senyawa klorin
Klorin dioksida
Ozon
Radiasi UV
Sumber: Metcalf dan Eddy, 2003

Dengan mengetahui karakteristik air limbah Kecamatan Sukajadi yang akan


diolah, maka alternatif pengolahan dapat ditentukan. Alternatif unit pengolahan
dipilih dengan mempertimbangkan kriteria pemilihan teknologi pengolahan antara
lain:
1. Efisiensi pengolahan
Efisiensi pengolahan berhubungan dengan kemampuan proses tersebut
dalam mengolah air limbah.
2. Aspek teknis
Aspek teknis meliputi kemudahan dari segi konstruksi, ketersediaan
tenaga ahli, untuk mendapatkan bahan-bahan konstruksi, operasi maupun
pemeliharaan.
3. Aspek ekonomis
Aspek ekonomis meliputi pembiayaan dalam hal konstruksi, operai
maupun pemeliharaan dari instalasi bangunan pengolahan air limbah.
4. Aspek lingkungan
Aspek lingkungan meliputi kemungkinan adanya gangguan terhadap
penduduk dan lingkungan, yaitu yang berhubungan dengan keseimbangan
ekologis, serta penggunaan lahan.
Tabel 5.5 Efisiensi Removal pada Masing-masing Unit Pengolahan Air Limbah
Unit Pengolahan Efisiensi Removal Konstituen (%)
BOD COD TSS NH3-N
Bar racks Nil Nil Nil Nil
Grit chamber 0-5 0-5 0-10 Nil
Primary 30-40 30-40 50-65 0
sedimentation
Activated sludge 80-95 80-85 80-90 8-15
Klorinasi Nil Nil Nil Nil
Sumber: Metcalf dan Eddy, 1991

Penyisihan nitrogen dibutuhkan sebelum air limbah olahan dibuang ke badan


air untuk mencegah eutrofikasi, atau untuk recharge air tanah atau penerapan reuse
lainnya. Penyisihan nitrogen dapat menjadi satu kesatuan dari sistem pengolahan
secara biologis atau proses tambahan pada bangunan pengolahan. Penyisihan nitrogen
dapat dilakukan dengan proses anoxic/aerobic, proses step-feed anoxic/aerobic, aerasi
intermittent, sequencing batch reactor, dan denitfikasi postanoxic dengan
penambahan methanol.

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I82
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Semua proses penyisihan nitrogen secara biologis berisi zona aerobik dimana
nitrifikasi biologis terjadi. Beberapa volume anoxic atau waktu harus juga
dimasukkan untuk menyediakan denitrifikasi biologis untuk mencapai penyisihan
total nitrogen dengan oksidasi NH4-N dan NO3—N dan reduksi NO2—N dan gas
nitrogen. Reduksi nitrat membutuhkan pendonor elektron, yang mana menyuplai
dalam bentuk BOD5 influen air limbah, dengan respirasi endogen, atau sumber
karbon eksternal.
Tipe proses penyisihan nitrogen dengan suspended growth dapat
dikategorikan menjadi dua antara lain single-sludge atau two-sludge. Istilah single-
sludge adalah hanya satu alat pemisahan padatan (biasanya secondary clarifier),
sedangkan sistem two-sludge, sistem yang paling sering digunakan meliputi proses
aerobik (untuk nitrifikasi) diikuti dengan proses anoxic (untuk denitrifikasi), masing-
masing dengan clarifier sendiri, sehingga menghasilkan dua lumpur. Berikut ini akan
dipaparkan kelebihan dan kekurangan dari proses activated-sludge untuk
menyisihkan nitrogen.
Tabel 5.6 Kelebihan dan Kekurangan dari Proses Activated Sludge Untuk
Menyisihkan Nitrogen
Proses Kelebihan Kekurangan
Sequencing batch reactor 1. Proses fleksibel dan mudah 1. Unit cadangan diperlukan
dioperasikan untuk kehandalan
2. Mixed-liquor solids tidak operasional kecuali sisten
dapat dicuci oleh lonjakan aerasi dapat dijaga tanpa
hidraulik karena aliran menguras tanki aerasi
ekualisasi disediakan 2. Desain proses lebih
3. Pengendapan membutuhkan kompleks
efluen TSS yang rendah 3. Kualitas efluen bergantung
4. 5-8 mg/L TN dapat tercapai atas fasilitas decanter yang
dapat diandalkan
4. Mungkin perlu pemerataan
buangan limbah
Oxidation ditch 1. Volume reaktor yang besar 1. Kemampuan penyisihan
mampu bertahan untuk nitrogen dibatasi oleh
bervariasi beban tanpa tingginya konsentrasi TKN
berdampak kualitas efluen
secara signifikan
2. Mempunyai kapasitas yang
baik untuk penyisihan
nitrogen, efluen TN sebesar
10 mg/L dimungkinkan
Sumber: Metcalf dan Eddy, 2003

5.3 Pemilihan Alternatif Pengolahan


Setelah mempertimbangkan proses penyisihan nitrogen yang telah dipaparkan
pada subbab 5.2, kita selanjutnya akan memilih alternatif pengolahan berdasarkan
efisiensi pengolahan. Dengan demikian, akan didapatkan alternatif pengolahan yang
efektif dan efisien yang memenuhi kualitas effluent air limbah sesuai dengan
PERMENLHK Nomor 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I83
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

1. Alternatif I
Alternatif I menggunakan pengolahan secara fisik, kimiawi, biologis dengan
sistem aerobik yaitu oxidation ditch, serta pengelolaan lumpur. Flow diagram
oxidation ditch dapat dilihat pada Gambar 5.1.
2. Alternatif II
Alternatif II menggunakan pengolahan secara fisik, kimiawi, biologis dengan
sistem aerobik yaitu sequencing batch reactor, serta pengelolaan lumpur.
Flow diagram sequencing batch reactor dapat dilihat pada Gambar 5.2.

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I84
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Air limbah perkotaan di Grit chamber


Sukajadi berasal dari
Fine screen Untuk kemampuan penyisihan
pemukiman dan industri.
a. BOD = 1250 mg/L; pada grit chamber yang
Karakteristik air limbah di Rotary drum fine screen b. COD = 3000 mg/L; direncanakan adalah sebagai
Kecamatan Sukajadi adalah Screw pump mampu menyisihkan BOD c. TSS = 440 mg/L; berikut (Metcalf dan Eddy,
sebagai berikut: dan TSS sebesar: a. BOD = 1187,5 mg/L;
d. pH = 4; 1991):
a. BOD = 2500 mg/L; a. BOD: 50%; b. COD = 2850 mg/L;
e. NH3-N = 25 mg/L a. BOD = 5%;
b. COD = 3000 mg/L; b. TSS: 45% c. TSS = 360 mg/L;
c. TSS = 800 mg/L; b. COD = 5%;
d. pH = 4;
d. pH = 4; c. TSS = 10%;
e. NH3-N = 25 mg/L
e. NH3-N = 25 mg/L.

Bak pengendap I
Oxidation ditch Bak ekualisasi
a. BOD = 570 mg/L; a. BOD = 950 mg/L;
Untuk kemampuan
Untuk kemampuan penyisihan pada b. COD = 1368 mg/L; b. COD = 2280 mg/L; Priyanka (2012) meneliti
penyisihan pada bak
oxidation ditch yang direncanakan c. TSS = 126 mg/L; c. TSS = 360 mg/L; kualitas beban
pengendap I yang
adalah sebagai berikut (Metcalf dan d. pH = 4; d. pH = 4; pengolahan terhadap
direncanakan adalah sebagai
Eddy, 1981): e. NH3-N = 25 mg/L e. NH3-N = 25 mg/L beban organik di Gedung
berikut (Metcalf dan Eddy,
a. BOD = 95%; Pertamina Maritime
2003):
b. COD = 85%; Training Center sebesar:
a. BOD = 40%;
c. TSS = 90%; a. BOD = 20%;
b. COD = 40%;
d. NH3-N = 50%. b. COD = 20%
c. TSS = 65%.

a. BOD = 28,5 mg/L; Bak pengendap II a. BOD = 17,1 mg/L;


b. COD = 205,2 mg/L; b. COD = 61,56 mg/L;
c. TSS = 12,6 mg/L; Untuk kemampuan penyisihan pada
c. TSS = 12,6 mg/L;
d. pH sudah dinetralkan bak pengumpul yang direncanakan Desinfeksi Sludge thickening Digestion
d. pH sudah dinetralkan
dengan penambahan adalah sebagai berikut (Suharno,
dengan penambahan
lime; 2012):
lime;
e. NH3-N = 25 mg/L b. BOD = 40%;
e. NH3-N = 25 mg/L
c. COD = 70%.

Gambar 5.1 Flow Diagram Alternatif I Pengolahan Air Limbah

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I85
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Air limbah perkotaan di Grit chamber


Sukajadi berasal dari
pemukiman dan industri. Untuk kemampuan penyisihan
Karakteristik air limbah di pada grit chamber yang a. BOD = 2375 mg/L;
Kecamatan Sukajadi adalah Sumur direncanakan adalah sebagai b. COD = 2850 mg/L;
Screw pump Saluran
sebagai berikut: pengumpul berikut (Metcalf dan Eddy, c. TSS = 720 mg/L;
pembawa
a. BOD = 2500 mg/L; 1991): d. pH = 4;
b. COD = 3000 mg/L; a. BOD = 5%; e. NH3-N = 25 mg/L
c. TSS = 800 mg/L; b. COD = 5%;
d. pH = 4; c. TSS = 10%;
e. NH3-N = 25 mg/L.
Bak pengendap I Bak ekualisasi

Sequencing batch reactor Untuk kemampuan Priyanka (2012) meneliti


a. BOD = 1140 mg/L;
penyisihan pada bak a. BOD = 1900 mg/L; kualitas beban
Kader (2009) melakukan studi b. COD = 1368 mg/L;
pengendap I yang b. COD = 2280 mg/L; pengolahan terhadap
perbandingan antara SBR dan c. TSS = 252 mg/L;
direncanakan adalah sebagai c. TSS = 720 mg/L; beban organik di Gedung
activated sludge konvensional, ia d. pH = 4;
berikut (Metcalf dan Eddy, d. pH = 4; Pertamina Maritime
mendapati efisiensi removal e. NH3-N = 25 mg/L
1991): e. NH3-N = 25 mg/L Training Center sebesar:
sequencing batch reactor mampu
a. BOD = 40%; c. BOD = 20%;
menyisihkan BOD, COD, TSS dan
b. COD = 40%; d. COD = 20%
NH3-N masing-masing sebesar
c. TSS = 65%;
97,7%, 95% 93,6%, 97,8%

a. BOD = 26,22 mg/L;


b. COD = 68,4 mg/L;
Desinfeksi Sludge Sludge
c. TSS = 16,128 mg/L;
thickening digestion
d. pH sudah dinetralkan
dengan penambahan
lime;
e. NH3-N = 0,55 mg/L

Gambar 5.2 Flow Diagram Alternatif II Pengolahan Air Limbah

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I86
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

5.3.1 Pemilihan Teknologi Pengolahan Air Limbah


Nitrogen pada pengolahan air limbah mengandung sekitar 60-70% ammonia-
nitrogen dan 30-40% nitrogen-organik (Tchobanoglous et al., 2003; Crites dan
Tchobanoglous, 1998). Oleh karena itu, penyisihan nitrogen selalu dibutuhkan
sebelum membuang air limbah yang diolah ke badan perairan. Penyisihan nitrogen
dapat menjadi bagian terintegrasi dari sistem pengolahan biologis atau proses
tambahan dari suatu pengolahan.
Semua proses penyisihan nitrogen secara biologis meliputi zona aerobik yang
mana terjadinya nitrifikasi biologis. Beberapa volume atau waktu anoxic juga harus
termasuk untuk menyediakan denitrifikasi untuk menyelesaikan penyisihan total
nitrogen dengan oksidasi NH4-N dan reduksi NO3-N dan NO2-N menjadi gas
nitrogen. WWTP direncanakan nitrifikasi dan denitrifikasi dapat menghilangkan 80-
95% nitrogen anorganik, tetapi penyisihan nitrogen-organik tidak terlalu efesien
(Pehlivanoglu-Mantas dan Sedlak, 2006). Ada beberapa unit pengolahan biologis
yang dapat digunakan untuk nitrifikasi dan denitrifikasi antara lain aerasi
konvensional atau plug flow aeration, proses complete mix activated sludge, kontak
stabilisasi, extended aeration, step-feed aeration dan sequencing batch aeration.
Tabel 5.7 Kelebihan dan Kekurangan Pengolahan Air Limbah
Teknologi Pengolahan Kelebihan Kekurangan
Oxidation Ditch1 1. Mempunyai level air yang 1. Konsentrasi TSS efluen
konstan dan pembuangan relatif tinggi;
effluen yang kontinu yang 2. Membutuhkan lahan yang
memperkecil weir overflow luas.
rate dan mengurangi
lonjakan effluen periodic
yqng umumnya proses
biologis yang lain seperti
SBR;
2. Waktu retensi hidrolik yang
lama dan meminimalkan
akibat dari shock loading dan
lonjakan hidrolik;
3. Memproduksi sedikit lumpur
dibandingkan proses
pengolahan biologis yang
lain;
4. Lebih hemat energi.
Sequencing Batch Reactor2 1. Sistem SBR lebih fleksibel 1. Tingkat kecanggihan
dalam menangani variabel teknologi diperlukan
limbah cair (baik beban (dibandingkan dengan
pengolahan maupun sistem konvensional);
komposisinya) hanya dengan 2. Tingkat pemeliharaan yang
menyesuaikan siklus, durasi lebih rumit (dibandingkan
setiap fase, aerasi selama dengan sistem konvensional)
setiap siklus; terkait dengan sistem kontrol
2. Operasional SBR yang yang canggih, katup
fleksibel memungkinkan otomatis, dan sakelar
kontrol bakteri filamen otomatis;
melalui siklus feast/famine; 3. Potensi pembuangan

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I87
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Teknologi Pengolahan Kelebihan Kekurangan


3. Kondisi operasi (Konsentrasi biosolid yang mengapung
subtrat yang tinggi/rendah) atau mengendap selama fase
menyeleksi bakteri. Adaptasi draw/decant dengan
lumpur terhadap konsentrasi beberapa konfigurasi SBR;
oksigen dan substrat, selama 4. Potensi kebutuhan untuk
semua tahap dalam siklus, ekualisasi setelah SBR,
dapat mempertahankan tergantung proses hilir.
kinerja yang baik pada shock
loading;
4. Kemampuan menahan
kontaminan sampai benar-
benar terdegradasi membuat
sistem ini sangat baik untuk
pengolahan senyawa-
senyawa berbahaya;
5. Kapasitas untuk
menyesuaikan masukan
energi dan fraksi volume
yang digunakan sesuai
dengan beban influen dapat
mengurangi biaya
operasional. Selain itu,
sedikit ruang diperlukan
karena semua operasi terjadi
dalam satu bak.
Sumber:
1
EPA, 2000
2
GÜRTEKİN, 2014

5.3.1 Analisis Alternatif Unit Bangunan Pengolahan Air Limbah


Faktor-faktor pertimbangan lainnya selain dari tinjauan syarat pemenuhan
baku mutu effluen yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan lahan bangunan pengolahan yang tersedia terbatas, karena
sempitnya luas lahan yang ada dan harga tanah yang mahal di pusat
perkantoran;
2. Biaya investasi instalasi yang diharapkan seminimal mungkin;
3. Biaya operasi dan pelaksanaannya sehari-hari serta biaya pemeliharaan yang
relatif murah;
4. Tingkat keahlian tenaga kerja yang dibutuhkan tidak perlu tinggi/bersertifikat;
5. Besar beban organik yang sanggup ditangani;
6. Tersedianya peralatan yang diperlukan di pasaran.
5.3.1.1 Kebutuhan Lahan
Oxidation ditch membutuhkan luas lahan yang besar dibandingkan dengan
sistem pengolahan biologis lainnya, karena waktu retensi solid (SRT) memiliki
rentang 4-48 hari atau lebih. Sequencing batch reactor hanya memerlukan lahan yang
sedikit untuk mengolah air limbah, di mana proses aerob, anoxic dan anaerob serta
bak pengendap berada pada satu bak.

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I88
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

5.3.1.2 Biaya Investasi Awal


SBR membutuhkan biaya investasi yang lebih ekonomis, karena mahalnya
teknologi yang digunakan seperti sistem kontrol yang canggih, katup otomatis, dan
sakelar otomatis. SBR memiliki suatu keunikan yaitu proses aerasi dan sedimentasi
pada tanki yang sama dan tidak memerlukan sludge, sedangkan OD merupakan bak
aerasi yang dilengkapi dengan satu atau lebih rotor rotasi untuk aerasi dan pompa
resirkulasi lumpur, sehingga memerlukan biaya investasi yang paling besar.
5.3.1.3 Biaya Pengoperasian dan Pemeliharaan
Unit pengolahan oxidation ditch dan sequencing batch reactor membutuhkan
biaya operasional yang besar untuk biaya pengoperasian aerator dan pompa
pengembalian lumpur serta harus membiayai operator ahli.
5.3.1.4 Tingkat Keahlian Tenaga Kerja
Sistem parit oksidasi hanya memerlukan tenaga kerja untuk mengoperasikan
aerator dengan adanya proses pengembalian lumpur, sedangkan SBR membutuhkan
tingkat keahlian tenaga kerja yang tinggi untuk menjaga debit air buangan,
mengoperasikan aerator, pengoperasian pengembalian lumpur, sistem kontrol yang
canggih, katup otomatis dan sakelar otomatis.
5.3.1.5 Kualitas Pengolahan
Melalui flow diagram proses pengolahan, dapat disimpulkan bahwa
sequencing batch reactor efektif dalam menyisihkan ammonia-nitrogen (NH3-N)
apabila dibandingkan dengan oxidation ditch.

5.3.2 Pemaparan Teknologi Pengolahan Limbah Terpilih


Seperti yang telah dipaparkan pada subbab 4.1 bahwa air limbah berasal dari
domestik maupun non-domestik sehingga memiliki kandungan bahan pencemar yang
beragam. Air limbah tersebut dipompakan dengan screw pump. Screw pump memiliki
keuntungan antara lain kecepatan yang konstan, karena keluaran, tergantung kapasitas
desain, dikontrol oleh level sumur dan menyamakan laju alir influen. Pertimbangan
lainnya adalah mampu memompakan cairan dengan kapasitas yang berfluktuasi
berdasarkan tinggi muka air pada inletnya. Dengan demikian tidak diperlukan sistem
pemompaan secara berangkai seperti halnya penggunaan pompa sentrifugal.
Selanjutnya, air limbah dialirkan menuju grit chamber. Pada unit ini, kami
mengharapkan dapat memisahkan grit dan bahan organik dalam air limbah.
Pemisahan ini memperbolehkan bahan organik diolah di proses selanjutnya. Pada
perencanaan bangunan air limbah ini, kami memilih aerated grit chamber. Aerated
grit chamber dipilih tidak hanya headloss seminimal mungkin, tetapi kontaminan
organik dapat dikontrol dengan laju udara dan ruang dapat digunakan untuk
menambahkan dan mencampurkan bahan kimia.
Dengan mempertimbangkan kondisi cuaca dan iklim di Provinsi Riau, bak
ekualisasi akan digunakan untuk memperbaiki kinerja bangunan pengolahan dan
meningkatkan kapasitasnya. Bak ekualisasi diletakkan di depan unit pengolahan
pertama dan unit pengolahan secara biologis membutuhkan pengadukan untuk
menghalangi endapan padatan dan aerasi untuk mengatasi masalah bau.
Bak ekualisasi diletakkan secara in-line. Peredaman beban pengolahan dan
laju alir yang cukup besar dapat dicapai dengan in-line equalization. Davis (2010)

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I89
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

menyatakan bahwa apabila konfigurasi bak untuk pemerataan in-line equalization,


maka geometri seharusnya memperbolehkan bak berfungsi sebagai tangki reaktor
pengaduk secara kontinu. Ini menyiratkan bahwa bak persegi panjang harus dihindari.
Baik in-line maupun off-line equalization membutuhkan pengadukan.
Pengadukan dan aerasi yang cukup disediakan untuk mencegah bau dan endapan.
Efluen air limbah olahan bak ekualisasi keluar menuju bak pengendap I.
Pengolahan primer merupakan proses pertama dalam bangunan pengolahan air
limbah untuk menyisihkan pecahan signifikan dari partikulat organik (suspended
solid). Bak pengendap I berbentuk circular karena lebih mudah pemeliharaannya dan
biaya konstruksi lebih murah dibandingkan tanki rectangular.
Sequencing batch reactor atau yang disingkat dengan SBR adalah tipe sistem
reaktor fill-draw yang melibatkan reaktor tunggal complete mix yang mana terjadi
seluruh tahapan dari lumpur aktif. SBR mempunyai kemampuan untuk menciptakan
kondisi aerobik atau anoxic dalam hasil reaktor di keadaan yang disesuaikan, hasil
pengolahan limbah lebih baik.
Proses desifenksi yang dilakukan oleh IPAL berbeda dengan pengolahan air
minum, yaitu mengurangi konsentrasi patogen menjadi tingkat yang dapat diterima.
Standar ini digunakan untuk aktivitas rekreasi. Desinfektan yang digunakan adalah
klorin karena cocok digunakan untuk berinteraksi dengan bahan organik, bersifat
stabil, harganya murah dan mampu menghilangkan bau busuk.

5.4 Perhitungan Mass Balance pada Alternatif Pengolahan Terpilih


Kesetimbangan massa merupakan hal yang dibutuhkan dalam perencanaan
dimensi unit pengolahan air limbah. Adapun perhitungan kesetimbangan massa pada
unit pengolahan terpilih adalah sebagai berikut:

Karakteristik Influen Air Limbah


COD = 3000 mg/L
BOD = 2500 mg/L
TSS = 800 mg/L
pH = 4
NH3-N = 25 mg/L
Standar Baku Mutu Air Limbah Domestik (PERMEN LHK No. 68 Tahun 2016)
COD = 100 mg/L
BOD = 30 mg/L
TSS = 30 mg/L
pH = 6-9
NH3-N = 10 mg/L
Kuantitas Air Limbah
Qave = 0,072 m3/s
Qpeak = 0,126 m3/s
Qmax = 0,838 m3/s
Qmin = 0,019 m3/s

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I90
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

MASS BALANCE
1. Grit Chamber
Influen
Diketahui:
Qave = 0,072 m3/s = 6220,8 m3/hari
CODMin = 18662,4 kg/hari
CODin = 3000 mg/L =3 kg/m3
BODMin = 15552 kg/hari
BODin = 2500 mg/L = 2,5 kg/m3
TSSMin = 4976,64 kg/hari
TSSin = 800 mg/L = 0,8 kg/m3
NH3-NMin = 155,52 kg/hari
NH3-Nin = 25 mg/L = 0,025 kg/m3
Removal
CODMr = (5%) * CODMin = 933,12 kg/hari
CODr = (5%) * COD in = 150 mg/L
BODMr = (5%) * BODMin = 777,6 kg/hari
BODr = (5%) * BOD in = 125 mg/L
TSSMr = (10%) * TSSMin = 497,664 kg/hari
TSSr = (10%) * TSSin = 80 mg/L
Lumpur terdiri dari 94% air dan 6% TSS, sehingga:
Massa lumpur = (100/6) * TSSMr
= 8294,4 kg/hari
Debit Lumpur = Massa lumpur/1030
= 8,053 m3/hari
Note = 1030 adalah berat jenis lumpur 1,03*1000
Efluen
CODMef = CODMin – CODMr = 17729,28 kg/hari
CODef = CODin – CODr = 2850 mg/L
BODMef = BODMin – BODMr = 14774,4 kg/hari
BODef = BODin – BODr = 2375 mg/L
TSSMef = TSSMin – TSSMr = 4478,976 kg/hari
TSSef = TSSMin – TSSMr = 720 mg/L
NH3-NMin = 155,52 kg/hari
NH3-Nin = 25 mg/L = 0,025 kg/m3
Debit lumpur = Qave in – Qlumpur r = 6212,747 m3/hari

2. Bak Ekualisasi
Influen
Diketahui:
CODMin = 17729,28 kg/hari
CODin = 2850 mg/L
BODMin = 14774,4 kg/hari
BODin = 2375 mg/L
TSSMin = 4478,976 kg/hari

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I91
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

TSSin = 720 mg/L


NH3-NMin = 155,52 kg/hari
NH3-Nin = 0,025 kg/m3
Debit lumpur = 6212,747 m3/hari
Removal
CODMr = 20% * CODMin = 3545,856 kg/hari
CODr = 20% * COD = 570 mg/L
BODMr = 20% * BODMin = 2954,88 kg/hari
BODr = 20% * BOD = 475 mg/L
Efluen
CODMef = CODMin – CODMr = 14183,424 kg/hari
CODef = CODin – CODr = 2280 mg/L
BODMef = BODMin – BODMr = 11819,52 kg/hari
BODef = BODin – BODr = 1900 mg/L
TSSMef = 4478,976 kg/hari
TSSef = 720 mg/L
NH3-NMef = 155,52 kg/hari
NH3-Nef = 0,025 kg/m3
3. Bak Pengendap I
Influen
Diketahui:
CODMin = 14183,424 kg/hari
CODin = 2280 mg/L
BODMin = 11819,52 kg/hari
BODin = 1900 mg/L
TSSMin = 4478,976 kg/hari
TSSin = 720 mg/L
NH3-NMin = 155,52 kg/hari
NH3-Nin = 0,025 kg/m3
Debit lumpur = 6212,747 m3/hari
Removal
CODMr = 40% * CODMin = 5673,37 kg/hari
CODr = 40% * COD = 912 mg/L
BODMr = 40% * BODMin = 4727,808 kg/hari
BODr = 40% * BOD = 760 mg/L
TSSMr = 65% * TSSMin = 2911,334 kg/hari
TSSr = 65% * TSS = 468 mg/L
Massa lumpur = (100/6) * TSSMr
= 48522,233 kg/hari
Debit lumpur = Massa lumpur/1030
= 47,109 m3/hari
Efluen
CODMef = CODMin – CODMr = 8510,054 kg/hari
CODef = CODin – CODr = 1368 mg/L

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I92
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

BODMef = BODMin – BODMr = 7091,712 kg/hari


BODef = BODin – BODr = 1140 mg/L
TSSMef = TSSMin – TSSMr = 1567,642 kg/hari
TSSef = TSSin – TSSr = 252 mg/L
NH3-NMef = 155,52 kg/hari
NH3-Nief = 0,025 kg/m3
Debit = Qave in - Qlumpur r = 6165,638 m3/hari
4. Sequencing Batch Reactor
Influen
Diketahui:
CODMin = 8510,054 kg/hari
CODin = 1368 mg/L
BODMin = 7091,712 kg/hari
BODin = 1140 mg/L
TSSMin = 1567,642 kg/hari
TSSin = 252 mg/L
NH3-NMin = 155,52 kg/hari
NH3-Nin = 0,025 kg/m3
Debit lumpur = 6165,638 m3/hari
Removal
CODMr = 95% * CODMin = 8084,55 kg/hari
CODr = 95% * CODin = 1299,6 mg/L
BODMr = 97,7% * BODMin = 6928,603 kg/hari
BODr = 97,7% * BODin = 1113,78 mg/L
TSSMr = 93,6% * TSSMin = 1467,313 kg/hari
TSSr = 93,6% * TSSin = 235,872 mg/L
NH3-NMr = 97,8% * NH3-NMin = 152,099 kg/hari
NH3-Nr = 97,8% * NH3-Nin = 24,45 mg/L
Massa lumpur = (100/6) * TSSMr
= 24455,217 kg/hari
Debit lumpur = Massa lumpur/1030
= 23,743 m3/hari
Efluen
CODMef = CODMin – CODMr = 425,504 kg/hari
CODef = CODin – CODr = 68,4 mg/L (OK)
BODMef = BODMin – BODMr = 163,109 kg/hari
BODef = BODin – BODr = 26,22 mg/L (OK)
TSSMef = TSSMin - TSSMr = 100,329 kg/hari
TSSef = TSSin – TSSr = 16,128 mg/L (OK)
NH3-NMef = NH3-NMin – NH3NMr = 3,421 kg/hari
NH3-N ef = NH3-Nin – NH3Nr = 0,55 mg/L (OK)

COD in-COD ef
% Removal COD = COD in
x 100%

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I93
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

3000 mg/l – 68,4 mg/l


% Removal COD = x 100% = 97,72 %
3000 mg/l
BOD in-BOD ef
% Removal BOD = x 100%
BOD in
2500 mg/l – 26,22 mg/l
% Removal BOD = x 100% = 98,95 %
2500 mg/l

TSS in-TSS ef
% Removal TSS = x 100%
TSS in
800 mg/l – 16,128 mg/l
% Removal TSS = x 100% = 97,98 %
800 mg/l

NH3 -N in-NH3 -N ef
% Removal NH3-N = x 100%
NH3 -N in
25 mg/l – 0,55 mg/l
% Removal NH3-N = x 100% = 97,8 %
25 mg/l

Hasil Perhitungan Mass Balance dapat dilihat pada Tabel 5.7 sebagai berikut:

Tabel 5.7 Hasil Perhitungan Mass Balance


Parameter Standar Baku Influen Efluen Persentase
Mutu (Permen Penurunan (%)
LHK no. 68
Tahun 2016)
COD (mg/l) 100 3000 68,4 97,72
BOD (mg/l) 30 2500 28,5 98,95
TSS (mg/l) 30 800 10 98,95
NH3-N (mg/l) 10 25 8 97,8
pH 6-9 4 6-9
Sumber: Hasil Perhitungan Tugas Besar SPAL dan PBPAL Kecamatan Sukajadi, 2017

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I94
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

6.5 Bak Pengendap I


Pengolahan dengan sedimentasi bertujuan untuk menghilangkan padatan yang
sudah terendapkan dan material melayang jadi mengurangi kontaminan padatan
tersuspensi. Bak pengendap I biasanya digunakan sebagai langkah pendahuluan di
proses pengolahan air limbah yang lebih lanjut.
Pada bab sebelumnya, kita memilih bentuk circular. Bentuk circular dan
rectangular memiliki kriterianya masing-masing, yang dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Informasi Desain Tipikal untuk Bak Pengendap I
Hal SI Unit
Unit Rentang Tipikal
Bak pengendap I diikuti pengolahan biologis
Waktu detensi Jam 1,5 – 2,5 2,0
Overflow rate
Untuk debit rata-rata m3/m2.hari 30 – 50 40
Untuk debit puncak per m3/m2.hari 80 – 120 100
jam
Weir loading m3/m.hari 125 – 500 250
Sumber: Metcalf dan Eddy, 2003

Tabel 6. Data Dimensi Tipikal untuk Bak Pengendap I Berbentuk Circular yang
Digunakan Untuk Pengolahan Primer dari Air Limbah
Hal SI Unit
Unit Rentang Tipikal
Circular
Kedalaman M 3 – 4,9 4,3
Diameter M 3 – 60 12 – 45
Slope mm/mm 1/16 – 1/6 1/12
Kecepatan putaran r/min 0,02 – 0,05 0,03
Sumber: Metcalf dan Eddy, 2003

Jika kita sedang merencanakan bangunan pengolahan air minum, kita terlebih
dahulu mengetahui prinsip penggunaan debit dalam desain dan pengoperasiannya.
Tabel 6. akan menampilkan prinsip penggunaan debit dalam desain dan
pengoperasian IPAL.
Tabel 6. Prinsip Penggunaan Debit dan Pengoperasian IPAL
Debit Kegunaan dalam Desain dan Pengoperasian
Rata-rata harian Digunakan untuk memperkirakan pemompaan,
kuantitas lumpur dan biaya bahan kimia;
Pengidentifikasian saluran limbah domestik
dimana aliran tidak mencapai kecepatan
minimum
Minimum per jam Memperkirakan derajata turunan untuk fasilitas
dan rentang yang rendah untuk pengukuran debit
bangunan IPAL
Minimum per hari Mengukur komponen bangunan IPAL (Saluran
influen limbah, sistem pengolahan secara biologis
termasuk kebutuhan recycle untuk trickling
filters)

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I95
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Debit Kegunaan dalam Desain dan Pengoperasian


Minimum per bulan Pemilihan unit operasional yang dibutuhkan
selama debitnya rendah (Khususnya untuk
membuat fasilitas yang baru); mengatur waktu
istirahat untuk pemeliharaan
Puncak per jam Mengukur saluran limbah, fasilitas saluran pompa
dan pemompaan, unit fisika termasuk bar racks
dan screening, grit chamber, tanki sedimentasi,
filtrasi dan tanki kontak dengan klorin
Maksimum per hari Mengukur bak ekualisasi dan sistem pemompaan
lumpur
Maksimum per bulan Mengukur fasilitas penyimpanan bahan kimia
Sumber: Davis, 2010

6.5.2 Kriteria Desain Terpilih


Pada perhitungan mendesain bak pengendap I (primary sedimentation)
diperlukan data-data antara lain:
1. Direncanakan 2 bak, di mana 1 bak digunakan untuk pengoperasian bak
pengendap I, sedangkan 1 bak digunakan sebagai bak cadangan;
2. Bak pengendap I mengolah Qrata-rata di Kecamatan Sukajadi sebesar 0,126 m3/s
atau 10886,4 m3/hari;
3. Ditetapkan freeboard 0,5 m;
4. Ditetapkan overflow rate untuk debit rata-rata adalah 80 m3/m2.hari dan weir
loading sebesar 250 m3/m.hari;
6.5.3 Perhitungan Desain Bak Pengendap I
1. Dimensi Bak Pengendap I
a. Konversi debit puncak per detik menjadi debit puncak per jam:
Qpeak = 0,126 m3/s x 3600 s/jam = 453,6 m3/jam = 10886,4 m3/hari
𝑄
b. Luas bak = Overflow rat𝑒

10886,4 m3 /hari
= = 136,08 m2
80 m3 /m2 hari

4xA
c. Diameter bak =√ π
4 x 136,08 m2
=√ ≈ 13,166 m
3,14
d. Total kedalaman bak = Kedalaman bak + freeboard
= 4 m + 0,5 m = 4,5 m
π x D2 x T
e. Volume bak = 4
3,14 x (13,166 m)2 x 4,5 m
= = 612,336 m3
4
f. Waktu detensi
V
td = Q

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I96
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

612,336 m3
td = = 4860 s = 1,35 jam
0,126 m3 /s
g. Cek overflow rate
Q
Overflow rate (OR) = A
0,126 m3 /s
= 136,08 m2 ≈ 9,26 x 10-4 m3/m2.s
= 80 m3/m2.hari (Memenuhi kriteria)
2. Struktur Influen
Struktur influen terdiri dari pipa inlet dan center feedwell. Pipa influen masuk
melintang tangki sampai ke center feedwell, sehingga air akan keluar di dalam
center feedwell. Inlet didesain untuk menghasilkan kecepatan 0,5 m/s pada
debit rata-rata. Untuk menjaga kecepatan dalam pipa sebesar 0,5 m/s, maka:
Q
a. Luas permukaan pipa inlet, Ainlet = 0,5 m/s
0,126 m3 /s
= = 0,252 m2
0,5 m/s
4 x 0,252 m2
b. Diameter pipa inlet =√ = 0,567 m
3,14
= 567 mm
Pipa yang dipakai adalah pipa berdiameter 550 mm, dengan pipa pasaran
22 inchi.
Q
Koreksi kecepatan, v =A
inlet
0,126 m3 /s
= = 0,5 m/s (Memenuhi
0,238 m2
kriteria)
c. Diasumsikan waktu detensi selama 20 menit di feedwell, dan kedalaman
feedwell sebesar 50% kedalamam bak, dimensi feedwell dihitung:
20 menit
∀ = (10886,4 m3/hari) ( menit) = 151,2 m
3
1440
hari
Kedalaman feedwell = (0,5) (4,5 m) = 2,25 m
151,2 m3
A = = 67,2 m2
2,25 m
4xA
Dfeedwell = √ π
4 x 67,2 m2
=√ = 9,252 m
3,14
Acylinder = 𝜋Dh = 3,14 (9,252 m) (4,5 m – 2,25 m) = 65,365 m2
Kecepatan aliran melewati area ini adalah
10886,4 m3 /hari
v = (46,219m2)(86400 s = 1,928 x 10-4 m/s
)
jam
Kecepatan aliran harus diatas 0,02 m/s. Oleh karena itu, semakin besarnya
kedalaman feedwell untuk mengurangi diameter.
d. Iterasi ke-2
Kedalaman feedwell = (0,55) (4,5 m) = 2,475 m

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I97
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

151,2 m3
A = = 61,09 m2
2,475 m
4xA
Dfeedwell = √ π
4 x 61,09 m2
=√ = 8,822 m
3,14
Acylinder = 𝜋Dh = 3,14 (8,822 m) (4,5 m – 2,475 m) = 56,095 m2
Kecepatan aliran melewati area ini adalah
10886,4 m3 /hari
v = (56,095 m2 )(86400 s = 0,02 m/s (Memenuhi kriteria)
)
hari
1
e. Gunakan 10 s waktu detensi dan kedalaman 2 dari kedalaman feedwell,
diameter EDI (energy dissipating inlets) adalah:
Kedalaman EDI = (0,5) (2,475 m) =1,2375 m
10 s
∀ = (10886,4 m3/hari) (86400 s ) = 1,26 m3
hari
1,26 m3 2
A = 1,2375 m = 1,019 m
4xA
DEDI = √ π
4 x 1,019 m2
=√ = 1,14 m
3,14
3. Timbulan Lumpur
Perhitungan berat dan volume lumpur yang akan dihasilkan bak pengendap I
dapat dilihat pada subbab 5.4.
Jumlah produksi lumpur per hari = Q x TSS x 86400 s/hari
= 2911,334 kg/hari
Jumlah lumpur yang mengendap = 60% x 2911,334 kg/hari
= 1746,8 kg/hari
Persentase SS dalam lumpur 6%
Jumlah produksi lumpur yang mengendap
Volume lumpur yang dihasilkan per hari= Berat jenis lumpur z % kadar SS dalam lumpur
1746,8 kg/hari
= 1030 kg/m3 x 6% = 28,265 m3/hari
4. Dimensi Ruang Lumpur
Ruang lumpur direncanakan berbentuk limas terpancung miring:
2 x Vzona lumpur
a. Kedalaman ruang lumpur =
A
2 x 87,894 m3
= ≈ 1,8 m
58,598 m2
Kedalaman ruang lumpur
b. Slope ruang lumpur = Diameter bak
1,8 m
= 13,166 m = 0,14 (1/14, Memenuhi kriteria)
Diasumsikan panjang sisi atas 11,3 m dan panjang sisi bawah 1,13 m sehingga
didapatkan volume limas tersebut:
1
Vzona lumpur = 3 t (s12 + s1s2 + s22)

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I98
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

1
Vzona lumpur = 3 t ((1,13 m)2 + (11,3 m x 1,13 m) + (11,3 m)2)
1
Vzona lumpur = 3 t ((1,13 m)2 + (11,3 m x 1,13 m) + (11,3 m)2)
Vzona lumpur = 84,795 m3
Volume zona lumpur
Rentang waktu pengurasan yang dilakukan = Volume lumpur yang dihasilkan per hari
84,795 m3
= 28,265 m2/hari = 3 hari
5. Perhitungan Pompa Penguras
Pada perencanaan bangunan pengolahan air limbah direncanakan
menggunakan dua pompa penguras jenis sentrifugal pada tiap bak, dimana
satu buah pompa dijadikan sebagai cadangan. Efisiensi pompa ditetapkan
sebesar 80% dengan posisi ketinggian pompa 4 m.
𝜌𝑥𝑄𝑥𝑔𝑥𝐻
Daya pompa, P = 𝜂
kg m
1030 3 x 0.838 m3 /s x 9,81 2 x 4 m
= 80%
m
= 42337,02 W ≈ 42,337 kW
s

Diameter pipa pengurasan lumpur tidak boleh kurang dari 150 mm. Kecuali
kecepatan lebih dari 1,5 – 1,8 m/s, pipa lumpur umumnya kurang dari 200
mm. Pipa yang digunakan adalah HDPE. Diasumsikan pemompaan
pembuangan lumpur akan selesai pada periode waktu yang singkat selama 24
jam:
84,795 m3
Q = 1 jam x 3600 s/jam
87,894 m3
= = 0,024 m3/s
1 jam x 3600 s/jam
3,14 x (0,15 𝑚)2
A = = 0,0176625 m2
4
Q
v = A
0,024𝑚3 /𝑠
= 0,0176625 𝑚2 = 1,4 m/s (Memenuhi kriteria)
6. Struktur Efluen
Struktur outlet terdiri dari weir v-notch, dan saluran efluen. Weir v-notch yang
digunakan bersudut 90o, diletakkan di tepi tangki.
Q
a. Panjang weir yang dibutuhkan = Weir loading rate
10886,4 m3 /hari
= = 43,546 m
250 m3 /m.hari
Q
b. Cek weir loading rate =P
weir
10886,4 m3 /hari
= = 250 m3 /m.hari
43,546 m
(Memenuhi kriteria)
Pweir
c. Jumlah pelimpah yang dibutuhkan, N = 2D
43,546 m
= 2 x 11,33 m = 2 buah
d. Tinggi muka air setelah melewati pelimpah, hl
Lebar saluran pelimpah (b) = 0,5 m

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I99
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Tinggi saluran pelimpah (ho) = 0,4 m


0,5
[hl 2 +2(2q x D)2 ]
ℎ𝑜 = { (9,81 x 0,52 x h ) }
l
0,5
[hl 2 +2(2 𝑥 2,893 𝑥 10−3 m3 /m.s 𝑥 11,33 𝑚)2 ]
0,4 = { (9,81 𝑥 (0,5 𝑚)2 𝑥 hl )
}
2
(hl +0,017)
0,16 = (2,4525 hl )
0,3924 hl = hl 2 + 3,18 x 10-3
hl2 = 0,3924 hl – 3,18 x 10-3
-b ± √b 2 - 4ac
x1,2 = 2a
-(-0,3924) ± √(-0,3924)2 - 4 x 1 x 3,18 x 10−3
= 2
0,3924 ± 0,376
= 2
hl = 0,3842 m
Headloss pada pelimpah, HI
H I = ho – h l
HI = 0,4 – 0,3842 = 0,016 m
D
e. Keliling bak = 2 x 𝜋 x 2
11,33 m
= 2 x 3,14 x = 35,576 m
2
f. V-notch
V-notch yang dipakai adalah V-notch standar 90o, dengan jarak dari pusat ke
pusat V-notch pada setiap bak, n
D
n =bxN
11,33 m
= x 2 = 45,32 ≈ 45 buah
0,5 m
Q
g. Debit per V-notch, q = Jumlah v-notch
0,126 m3 /s
= 45 buah = 2,8 x 10-3 m3/s
h. Tinggi air di atas v-notch, H
15 𝑞 2/5
H=[8 ( 0,5 𝜃)]
𝐶𝐷 𝑥 (2𝑔) 𝑥 tan
2
15 2,8 𝑥 10−3 𝑚3 /𝑠
H=[8 ( 𝑚 0,5
)]2/5
0,6 𝑥 (2 𝑥 9,81 2 ) 𝑥 tan 45
𝑠
15
H = [ 8 (2,379 𝑥 10−5 )]2/5
H = [4,46 𝑥 10−5 ]2/5
H = 0,018 m = 18 mm = 1,8 cm

BAB VII
UNIT PENGOLAHAN BIOLOGIS

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I100
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Inti dari SBR adalah penyimpanan biomassa tanpa dibutuhkannya resirkulasi


lumpur oleh pompa. Dengan mempertahankan biomassa pada system, umur lumpur
jadi lebih tinggi dari pada waktu detensi hidrolik, dimana sifat ini mendasar pada
proses aktivitas sludge. Durasi dari masing masing siklus dapat diubah atas variasi
dari debit influent, persyaratan dari pengolahan dan karakteristik dari limbah dan
biomassa pada system.Perencanaan biasanya memiliki dua atau lebih SBR dengan
system paralel, masing masing memiliki tahap yang berbeda dari siklus oprasional.
Kriteria desain :
Umur lumpur:
4-6 hari (Mode konvensional, tanpa pengurangan nutrien)
8-10 hari (Mode konvensional, dengan pengurangan nutrien)
20-25 hari (Mode extended aeration, dengan pengurangan nutrien)
Konsentrasi MLVSS = Konsentrasinya antara 1500 mg/liter- 3500 mg/liter

Koefisien:
Yield coeficient Y = 0,3 – 0,7 gr VSS/gr COD
Endogenous respiration coefficient Kd = 0,08 hari-1
SSV/SS ratio pada reactor = 0,69

Siklus operasional:
Sistem konvensional = 4-6 jam
Sistem dengan pengurangan nutrien biologi = 6-8 jam

Kriteria terpilih:
1. Qpeak = 0,126 m3/s = 10886,4 m3/hari
2. Direncanakan 4 bak. Tiga bak digunakan pada saat beroperasi, sedangkan bak
lainnya digunakan pada saat maintenance
Q
3. Debit tiap bak = 3
10886,4 m3 /hari
= =3628,8 m3/hari
3
4. Influent BOD concentration (So) = 1140 mg/L
5. Efluen BOD concentration (S) = 26,22 mg/L
6. Umur lumpur = 10 hari (Mode konvensional)
7. Konsentrasi MLVSS = 2000 mg/L
8. Kemampuan lumpur untuk mengendap = sedang
9. Jumlah siklus perhari, n = 3 kali
10. Jumlah reaktor, m = 3
11. Waktu masuknya limbah = 24 jam/hari
12. Total tinggi reaktor = 6 m

Perhitungan :
1. Total waktu siklus

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I101
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

24 24
Ttotal= m = 3 = 8 jam/siklus
2. Waktu masuknya limbah setiap siklus
T day 24
Tcycle = m = 3 = 8 jam
3. Volume reactor
0,8 0,8
fb = 1 + 0,2. Kd. θc = 1 + 0,2. 0,08/hari. 10 hari = 0,7
Y. θ. Q. (So-S) 0,6. 10 hari. 3628,8 m3 /hari. (1140-26,22)
Vreact = Xv. (1 + fb. Kd. θc) = = 7772,47 m3
2000. (1 + 0,7. 0,08. 10)
a. Fill Volume
Q
Vfill =m
3628,8 m3 /hari
= 3
= 1209,6 m3
b. Transition Volume
Vtrans = fHfill x Vfill = 0,1 x 1209,6 = 120,96 m3
c. Sludge Volume
Vsludge = Vreact = 1209,6 m3
d. Volume total reaktor
Vtot = Vreact + Vfill + Vtrans = 7853,015 + 1209,6 + 120,96 = 9103,03 m3
4. Kedalaman Reaktor
a. Kedalaman
Vfill 1209,6
Hfill = (Vtot/Htot) = (9103,03/6 ) = 0,527 m
b. Tinggi Transisi
Htrans = fHfill x Hfill = 0,1 x 0,74 m = 0,0527 m
c. Tinggi lumpur
Hsludge = Htot – (Hfill + Htrans) = 4m – (0,527 m + 0,0527 m) = 3,186 m
5. Massa MLSS dan konsentrasi
a. Konsentrasi dalam reaktor
Xv 2000 𝑚𝑔/𝑙
X = (SSV/SS) = (0,69) = 2898,55 mg/l
b. Massa MLSS dalam reactor
X . Vtot 2898,55 𝑚𝑔/𝑙 𝑥 14773,282
Mx = (1000) = = 42821,097 kg SS
1000
6. Konsentrasi SS rata-rata dalam endapan lumpur
Mx . 1000 𝑉𝑡𝑜𝑡 .𝑋
Xr = Vlodo = Vtot (Hsludge / Htot)
X 2898,55 𝑚𝑔/𝑙
= (Hsludge / Htot) = =3639,109 mg/l
(3,186 m /4 m)
Konsentrasi ini menunjukkan konstrasi exceses sludge, jika dihilangkan selama tahap
idle.
7. Waktu dalam siklus
a. Waktu fill
Tfill= Tarrival of influent during cycle / n = 8/3 = 2,7 jam
b. Waktu aktif

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I102
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Vreact 11779,522 𝑚3
Tactive = Ttotal. =8𝑥 = 6,38 jam
Vtot 14773,282 𝑚3
c. Waktu reaksi
Treact = Tactive – Tfill = 6,38 – 2,7 = 3,68 jam
d. Waktu pengendapan
Kecepatan pengendapan lumpur harus diperhitungkan. diasumsikan bahwa
kemudahan lumpur untuk mengendap diantara fair and poor.
vo = (8,6 + 6,2)/2 = 7,40 m/jam
e. K = (0,50 + 0,67)/2 = 0,59 m3/kg
Kehilangan kecepatan pengendapan adalah suatu fungsi dari konsentrasi
lumpur.
v = 7,4.e (-0,59.X/1000) = 7,4.e (-0,59. 2898,55/1000) = 1,34 m/jam
Waktu yang diperlukan oleh lumpur cair pada permukaan untuk mengendap
dengan jarak Hfill + Htrans
(𝐻𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠+𝐻𝑓𝑖𝑙𝑙) 0,074 𝑚 +0,74 𝑚
f. Tsettle = = = 0,6 jam
v 1,34 m/jam
g. Waktu pengurasan supernatant
Waktu pengurasan supernatant diasumsikan pada tahap draw
Tdraw ≤ Ttotal – Tfill- Treact – Tsettle
Tdraw = 0,5 jam (asumsi)
h. Waktu idle
Waktu idle merupakan waktu yang tertinggal disemua siklus
Tidle = Ttotal – ( Tfill+ Treact + Tsettle+ Tdraw)
Tidle = 8 – (2,7 + 6,35 + 0,6 + 0,5) = 1,224 jam

8. Kesimpulan durasi dari setiap fase dalam siklus


Tahap Nomenclature Durasi Persentase
(Jam) (%)
Fill Tfill 2,7 33,75
React Treact 2,55 31,875
Settle Tsettle 1,026 12,825
Draw Tdraw 0,5 6,25
Idle Tidle 1,224 15,3
Total 8 100

9. Debit efluen dari setiap reaktor


Nilai dari efesiensi removal per hari sama dengan produk dari nilai siklus per
hari (m) dan jumlah reaktor (n)
a. Nilai removal perhari = m . n = 3 x 2 = 6 removal/hari
Voleme rata rata dari setiap removal (m3) sesuai dengan debit rata rata dibagi
dengan nilai removal per hari.
b. Volume dari setiap removal = Q / (m.n) = 5443,2 m3/hari/6 = 907,2 m3/
removal
Debit dalam setiap removal (m3/jam) merupakan hasil bagi antara volume
setiap removal dan waktu removal (Tdraw).

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I103
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

c. Debit dari setiap removal = Vremoval/Tdraw


= 907,2 m3/removal/0,5
= 1814,4 m3/jam = 504 L/s
10. Syarat oksigen dan produksi lumpur
Ketika menghitung syarat power, ditekankan bahwa power yang dipasang
harus lebih baik dari power yang digunakan. Ini karena aerator harus mentransfer
oksigen yang dibutuhkan biomassa selama waktu ketika mereka aktif. Oleh karena
itu, syarat power harus berlipat berdasarkan faktor jumlah untuk waktu dengan total
waktu ketika aerator hidup. Contohnya, ketika aerator hidup hanya ketika fase
bereaksi, waktu ketika aerator hidup akan menjadi 3,1 jam/siklus dan total waktu
putaran akan menjadi 8 jam/siklus. Faktor pemeriksaan, yaitu 8/3.1 = 2,6. Power
yang dipasang harus 2,6 kali lebih baik daripada power yang dibutuhkan.

11. Dimensi Reaktor Sequencing Batch Reactor


Kedalaman minimum setelah decant dipertimbangkan karena akan
mempertimbangkan kedalaman bak pengendap dalam aliran yang melalui sistem.
Oleh karena proses SBR memerlukan luas permukaan pengendapan yang cukup
besar, kedalaman minimum 8 ft. Namun, desain yang lebih konservatif adalah 10 ft.
Kedalaman maksimum 20 ft dapat digunakan dan biasanya cocok ketika volume
decanter mewakili sebagian besar fraksi volume total.
V
A = Htot
tot
8720,75 m3
= 30 m = 290,69 m2
Perancangan IPAL mengasumsikan bak rectangular dengan sisi dinding
konstruksi yang sama.
Panjang = Lebar = (290,69 m2)0,5 = 17 m

BAB VIII
UNIT PENGOLAHAN KIMIA

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I104
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Desinfeksi dapat dikatakan


penghancuran selektif dari
organisme penyebab
penyakit. Ini yang menyebabkan
desinfeksi dari sterilisasi. Agen
kimia dapat digunakan
sebagai desinfektan termasuk klorin
dan senyawa- senyawanya,
bromin, iodin, senyawa fenol,
alkohol, logam berat, sabun dan
detergen sintetis, hidrogen
peroksida dan bermacam-
macam alkali dan asam (Metcalf dan Eddy, 1991).
IPAL Kecamatan Sukajadi mengolah air limbah sebesar 0,0721 m3/s, yang
dikonversikan menjadi 6229,44,4 m3.hari-1. WHO (2003) menyatakan bahwa gas
klorin tidak direkomendasikan untuk debit dibawah 500 m3/hari. Dengan mengingat
pasokan 100 L sehari setiap penduduk, tipikal lingkungan pendesaan, gas klorin
digunakan direkomendasikan hanya untuk populasi lebih dari 5000 orang.
Sebuah kesimpulan dari desinfektan dan pertimbangan dalam pemilihan
alternatif dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Pertimbangan untuk Desinfektan yang Terpilih


Pertimbangan Cl2
Ketahanan resistan Rendah
Mempengaruhi Ph Berpengaruh
Masalah keamanan Sangat tinggi
Peralatan yang kompleks Kompleks
Keandalan peralatan Bagus
Pengendalian proses Dikerjakan dengan sangat baik
Kebutuhan operasional dan pemeliharaan Tidak terlalu
Sumber: Haas, 1999; Hesby, 2005; MWH, 2005

Senyawa kimia klorin yag biasanya digunakan dalam bangunan pengolahan


air limbah adalah gas klorin (Cl2), kalsium hipoklorit Ca(OCl)2, klorin dioksida
(ClO2) dan natrium hipoklorit (NaOCl). Kalsium dan natrium hipoklorit sering
digunakan di bangunan pengolahan yang kecil, karena kemudahannya dan
keamanannya (Metcalf dan Eddy, 1991).
Desinfeksi dengan gas klorin tidak mahal teknologi yang paling banyak
digunakan di dunia. Gas yang tersedia secara komersial dalam 75 kg dan 1 ton
silinder baja dan dalam kontainer yang dirancang khusus. Penginjeksian gas klorin
bekerja dengan dua prinsip: dengan vacuum melalui pipa injeksi dan dibawah tekanan
dengan cara difusi di saluran terbuka atau pipa. Sistem vacuum merupakan teknologi
yang paling umum digunakan (WHO, 2003).

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I105
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Gambar 6. Peralatan Vacuum Gas Klorin

Sistem klorinator beroperasi melalui vacuum yang dihasilkan dengan injector


venturi aliran air yang diaktifkan yang mengeluarkan campuran air dan gas di titik
aplikasi, di mana gas terdifusi dan larut. Sistem ini harus dilengkapi dengan katup
anti-return untuk menjaga air agar air tidak memasuk pipa klorin dan merusak
peralatan.
Oleh karena klorin adalah gas yang berbahaya, maka harus dikendalikan
dengan hati-hati. Dari segi keamanan dan ekonomis, sistem klorinator harus didesain
dan dipasang oleh orang-orang yang berpengalaman dan berlokasi jauh dari
laboratorium, ruang penyimpanan, kantor, ruang pengoperasian, untuk menghindari
kontaminan dari kemungkinan kebocoran. Gambar di bawah ini menampilkan
perencanaan bangunan tipikal untuk fasilitas klorinator yang berukuran kecil. Tabung
silinder klorin harus disimpan di ruangan yang terpisah dengan tujuan khusus dan
menjaga dari paparan sinar matahari langsung untuk menghindari pemanasan.
Pemasangan harus mempunyai ventilasi yang cukup, selalu berada di lantai karena
klorin lebih berat dari pada udara. Sejak 1 ton silinder diletakkan posisi horizontal,
cranes harus tersedia untuk meletakkan klorin dan berfungsi sebagai sistem penahan
untuk menjaga mereka agar tidak berputar (WHO, 2003).

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I106
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

Gambar 6. Perencanaan Bangunan Tipikal untuk Fasilitas Klorinasi Berukuran Kecil

Pada perhitungan mendesain bak pengendap I (primary sedimentation)


diperlukan data-data antara lain:
Tabel 6. Kriteria Desain Desinfeksi
Parameter Jumlah Unit
% klorin aktif 99,5 %
Waktu kontak klorin, T10 15-45 menit
Dosis klorin 3-10 mg/L
Rasio buffle T10/T 0,5
Berat jenis gas klor 0,86 kg/L
Kecepatan aliran di bak ≥2 m/menit
Bilangan reynolds ≥ 10000
Sumber: Metcalf dan Eddy, 1991

Dosis klorin ekuivalen dengan total kebutuhan klorin (yang mana terkait erat
dengan kualitas kimiawi dan mikrobiologi air) ditambah dengan jumlah sis klorin
yang diharapkan pada akhir sistem. Di post-chlorination, klorin mungkin
ditambahkan di saluran outlet atau jaringan hisap dari pompa. Dosis klorin (umumnya
3-10 mg/L) tergantung sifat air dan waktu kontak yang diperlukan (Al-Layla, 1977).
Terlebih dahulu, kita mengkonversikan m3/s menjadi MGD sebesar 1,646 MGD
Kapasitas penginjeksian klorin (lb/hari) = Dosis klorin (mg/L) x debit (MGD) x 8,34
lb/gal
= 3 mg/L x 1,646 MGD x 8,34 lb/gal
≈ 41,183 lb/hari
≈ 18,680 kg/hari
Berat tabung klorinator di pasaran
Waktu isi ulang klorinator = Laju penginjeksian klorin

68 kg
= 12,391 kg/hari = 5,488 hari ≈ 5,49 hari
T10
Waktu kontak = 0,5

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I107
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

15 menit
= = 30 menit
0,5
Kapasitas penginjeksian klorin
Debit pengaliran, Qa = Densitas klor
12,391 kg/hari
== = 0,014 m3/hari
860 kg/m3
𝑄
A = 𝑣𝑎
di mana, kecepatan aliran dalam pipa sebesar 0,3-6 m/s (Kawamura, 1991), maka:
1,62 x 10-7 m3 /s
A = = 5,4 x 10-7 m2
0,3 m/s
π x D2
A = 4
4xA
D =√ π
4 x 5,4 x 10−7 𝑚2
D =√ = 8,294 x 10-3 m
3,14
D = 8,294 mm
Gas klorin divacuum menuju bangunan clearwell. Clearwell merupakan suatu
bangunan yang berfungsi untuk menampung air olahan yang keluar dari unit filtrasi.
Di unit ini akan air akan diinjeksikan gas klor.
Untuk desain bak, bentuk bak merupakan pertimbangan yang penting. Bak
kontak berbentuk circular telah digunakan, namun tidak bekerja secara efesien.
Kebanyakan bak berbentuk rectangular, yang mana merupakan bentuk yang paling
praktis (Al-Layla, 1977).
Pertimbangan lainnya adalah kedalaman. Pada bak yang dangkal,
kemungkinan akan terjadi short-circuiting. Namun, umunya ini tidak menjadi
masalah pada bak yang didesain dengan kedalaman standar sekitar 3 m (Al-Layla,
1977).
V
Waktu kontak (t) =Q
di mana,
1. Clearwell didesain 1 bak sehingga debit yang ditampung menjadi 0,0721
m3/s.
V
30 menit. x 60 s.menit -1 = 0,072 m3 /s
V
1800 s = 0,072 m3 /s
V = 129,6 m3
Maka panjang setiap sisi bak adalah:
V = s3
3
129,6 m = s3
5,0 m =s
Cek waktu kontak desain
Volume tiap bak
T = Q tiap bak

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I108
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

129,6 m3
T = 0,072 m3 /s = 1800 s = 30 menit (OK!)
Air olahan ini akan dibawa oleh menuju badan perairan. Air olahan ini dibawa
dengan kecepatan 0,3 m/s dengan pipa berukuran:
Q =Axv
3
0,036 m /s = A x 0,3 m/s
0,12 m2 =A
π x D2
0,12 m2 = 4
2 3,14 x D2
0,12 m = 4
0,390 m = Doutlet
di mana, diameter outlet pasaran 400 mm sehingga kita perlu mengecek kecepatan
aliran dalam pipa:
Q
v =A
0,036 m3 /s
v = πD2
( )
4
0,036 m3 /s
v = 3,14 x (0,4 m)2
( )
4
v = 0,3 m/s (OK!)

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I109
TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH KECAMATAN SUKAJADI

BAB IX
PENGOLAHAN LUMPUR

9.1 Sludge Thickening


Kontaminan lumpur unit pengolahan primary, activated sludge, trickling filter
atau mixed sludge (Seperti primary dan waste activated) bervariasi tergantung
karakteristik lumpur, penyisihan lumpur, fasilitas pemompaan dan metode
operasional. Thickening merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk
meningkatkan kontaminan lumpur dengan mengurangi porsi dari fraksi air.
Pengurangan volume diperoleh dengan konsentrasi lumpur yang berguna untuk
beberapa proses pengolahan, seperti digestion, dewatering, drying dan pembakaran
antara lain kapasitas tanki dan perlengkapan yang diperlukan, kuantitas bahan kimia
yang digunakan untuk sludge conditioning, dan jumlah energi yang dibutuhkan oleh
digesters dan jumlah bahan bakar yang digunakan untuk insinerasi.

Tabel 9.1 Metode Thickening dan Pengolahan Lumpur


Metode Sumber Lumpur Frekuensi Penggunaan dan
Tingkat Keberhasilan
Gravity, co-settling in clarifier Primary dan waste activaed
Gravity, thickening in separate
tank

Hirda Nopma Paggattari (1307114927), Kristiani Widya Karo (1307114518), M. Ghifar Alharis (1307122686) I110

Anda mungkin juga menyukai