Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

EVALUASI DAMPAK PENTING HIPOTETIK


PEMBANGUNAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR
LIMBAH (IPAL) DI KOTA ABCD

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAKIDENDE

KONAWE

2023
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Kegiatan yang dihasilkan oleh masyarakan sehari-hari akan menghasilkan


limbah pembuangan, seperti limbah padat dan limbah cair. Limbah padat umumnya
telah dikelola, misalnya dengan mengangkut sampah yang dihasilkan secara rutin
oleh masyarakat atau membuat suatu unit pengomposan sampah. Kondisi ini
berbanding terbalik dengan pengelolaan limbah cair yang seringkali diabaikan.

Limbah cair seringkali langsung dibuang begitu saja ke saluran kota/badan air
tanpa sebelumnya memalui proses pengolahan atau dibiarkan menjadi genangan di
banyak titik di perkotaan. Selain dapat menjadi tempat berkembang biaknya vektor
penyakit, genangan air ini juga dapat mempengaruhi estetika dari permukiman atau
perkotaan. Padahal kesan buruk ini dapat dihapus dengan membuat suatu sistem
pengolahan limbah cair.

Pengelolaan limbah cair yang baik seharusnya berupa suatu terpadu yang
mengantar mulai dari input, proses sampai output. Sistem pengolahan limbah cair
yang umum digunakan adalah Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Menurut
Peraturan pemerintah No.32 tahun 2009 seharusnya limbah cari dari rumah tangga
harus disalurkan terlebih dahulu menuju IPAL sebelum dibuang ke saluran umum
(Satiti E. 2011).

Limbah domestik dapat mencemari lingkungan atau badan air penerima,


seperti air tanah, drainase, sungai, dan air laut. Limbah domestik yang dihasilkan
masyarakat mengandung material organik dan anorganik. Limbah domestik dibagi
menjadi dua kategori, yaitu kakus atau Water Closet (WC) yang biasa disebut (black
water), dan non kakus yang biasa disebut (grey water). Sistem pengolahan air
buangan domestik sendiri dikelompokkan menjadi dua, yaitu sistem setempat (on-site
system) dan sistem terpusat (off-site system). Sistem setempat yaitu pengolahan air
limbah yang dilakukan di dalam lahan milik pribadi (Gafur, Fitriyanti, dan Rahman,
2019). Sistem terpusat yaitu pembuangan air limbah dari beberapa rumah yang
disalurkan secara terpusat ke bangunan sebelum dibuang ke badan perairan (Hidayah,
Djalalembah, Asmar, dan Cahyonugroho, 2018).

Berdasarkan uraian hasil penelitan sebelumnya maka, sangat diperlukan


sebuah kajian yang membahas tentang evaluasi dampak penting hipotetik
pembangunan instalasi pengolahan air limbah di kota ABCD dengan pertimbangan
kebersihan, kesehatan, dan keamanan.

1.3. Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk melakukan evaluasi dampak penting hipotetik


Pembangunan pada instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di Kota ABCD, dengan
acuan PP 27 tahun 1999 tentang kriteria mengenai dampak besar dan penting.

1.4. Kegunaan

Makalah ini diharapkan bermanfaat bagi penulis seperti menjadi sarana


belajar dan jalan untuk mengimplementasikan ilmu di bidang kesehatan lingkungan.
serta dapat mengkaji dan memecahkan permasalahan lingkungan yang terjadi di
masyarakat.
BAB. II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dampak air limbah bagi lingkungan

Menurut Kamala.A (1988), air limbah penting untuk dikelola antara lain karena
alasan berikut, yaitu:

a. Air limbah dapat menyebabkan kondisi sanitasi yang buruk di lokasi tempat
air limbah tersebut dihasilkan. Hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan lalat,
bakteri, nyamuk, dan lain sebagainya yang dapat menyebabkan gangguan
kesehatan.
b. Air limbah umunya dibuang ke badan air terdekat atau ke tanah. Ini dapat
menyebabkan terjadinya pencemaran air dan menyebabkan bahaya serta
ketidaknyamanan bagi masyarakat yang tinggal di dekat badan air tersebut.
c. Air limbah yang dihasilkan oleh industri umunya sangat kompleks dan
bertendensi mengandung bahan toksik yang dapat membahayakan makhluk
hidup serta kehidupan akuatik
d. Air limbah dapat mengalami perlokasi dan mengkontaminasi air permukaan

2.2. Definisi dan istilah

Berikut adalah beberapa istilah seputar air limbah yang berhubungan erat
dengan laporan ini:

a. Air limbah, merupakan sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud
cair (PP no.82 tahun 2001)
b. Air limbah domestik, merupakan air limbah yang berasal dari usaha dan
kegiatan permukiman (real estate), rumah makan (restoran), perkantoran,
perniagaaan, apartemendan asrama (Kepmen LH no.112 tahun 2003)
c. Air industri, merupakan air limbah yang berasal dari kegiatan industri
d. Infiltrasi merupakan air masuk ke dalam system pengumpulan, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Air ini dapat berasal dari kebocoran
sambungan, retakan, maupun rembesan.
e. Stromwater, merupakan limpasan yang berasal dari jalan, halaman, dan
sumber lain yang dihasilkan saat hujan masuk kedalam sistem
pengumpulan.
f. Air limbah municipal merupakan istilah yang digunakan untuk gabungan
air limbah, baik berasal dari air limbah domestik, industri, infiltrasi,
inflow dan sumber lain yang masuk ke dalam sistem pengumpulan.

Dalam Metcalf dan Eddy (2004) disebutkan bahwa poin b,c,d dan e
merupakan komponen air limbah yang secara umum dihasilkan oleh suatu komunitas
sebelum ke sistem pengumpulan. Salah satu signifikasi pengelolaan air limbah,
sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya adalah dapat menyebabkan
terjadinya pencemaran air. Pencemaran air adalah masuk atau dimasukkanya makhluk
hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga
kualitas air turun sampai ke Tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat
berfungsi sesuai dengan peruntukannya (Peraturan Pemerintahan nomor 82 tahun
2001).

2.3. Peraturan yang mengatur pengendalian air limbah

Peraturan yang mengatur mengenai pengendalian pencemaran air dan terkait


langsung dengan penelitian ini, antara lain:

1. Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup


2. Undang-undang Nomor 07 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
3. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air.
4. KepMen LH Nomor 111 Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai syarat
pedoman kajian pembuangan air limbah ke air atau Sumber air
5. KepMen LH Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu air Limbah bagi
Usaha dan Kegiatan domestik.

2.4. Karakteristik Air Limbah

Karakteristik air limbah secra garis besar dibagi menjadi tiga kategori besar,
yaitu; Karakteristik fisik, karakteristik kimia anorganik, dan karakteristik kimia
organik.

a. Karakteristik Fisik merupakan karakteistik dari air limbah yang dapat


dirasakan pleh indra manusia, seperti indra penglihatan, indra penciuman,
indra perasa, maupun indra pembau.
b. Karakteristik Kimia anorganik dibagi menjadi dua kimia organic dan
anorganik. Kimia organic meliputi pH, nitrogen, dan fosforus. Sedangkan
kimia organic meliputi BOD, COD dan minyak lemak.

2.5. Teknologi Pengolahan air limbah akan mencakup

Terminologi dalam pengolahan air limbah mencakup, pengilahan biologis,


pengolahan primer, pengolahan sekunder. Metode yang digunakan untuk mengolah
air limbah sering disebutkan sebagai unit operasi aatau unit proses. Secara umum,
unit operasi melibatkan penghilangan kontaminan dengan menggunakan gaya fisika,
sementara unit proses melibatkan reaksi kimia dan biologi.

Kegiatan pembanguan IPAL dan fasilitas pendukung merupakan kegiatan


yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup dan akan
menyebabkan terjadinya perubahan- perubahan terhadap komponen lingkungan.
Komponen lingkungan yang akan ditelaah yaitu komponen yang diperkirakan akan
terkena dampak penting oleh rencana kegiatan.

Adapun komponen lingkungan yang akan ditelaah ini dibagi menjadi 3


komponen utama yaitu komponen geofisik-kimia, biologi, sosekbud dan kesehatan
masyarakat. Komponen Geofisik-kimia, adapun yang termasuk dalam komponen
geofisik kimia adalah sebagai berikut:
1. Iklim, yang terdiri atas: suhu udara, kelembaban udara, rata-rata curah
hujan, kecepatan dan arah angin.
2. Kualitas Udara dan kebisingan
3. Geologi dan geomorfologi
4. Topografi
5. Hidrologi yang terdiri atas: air aliran, kuantitas air permukaan, kualitas air
permukaan, kualitas air tanah
6. Sistem transportasi: status dan fungsi jalan, kondisi lalu lintas

7. Komponen biologi terdiri atas: flora, fauna, plankton, benthos

8. Komponen sosial, ekonomi dan budaya: kependudukan (struktur umum dan


jenis kelamin), sosial ekonomi, terdiri atas (mata pencaharian, angkatan
kerja).

2.6. Dampak Penting Hipotetik (Efendi H. 2015):

1. Dampak diperoleh dengan melakukan evaluasi dampak potensial pada


kerangka acuan (KA).
2. Dampak harus dikaji lebih lanjut dalam ANDAL untuk diketahui besaran,
sebaran, turunan, dan sifat penting dampak, memalui proses prakiraan
dampak.
3. Penentuan besaran dampak dilakukkan dengan perhitungan matematika dan
permodelan.
4. Sifat penting dampak ditentukan dengan 7 kriteria.
5. Kajian lebih lanjut DPH pada ANDAL bisa menghasilkan Dampak Penting
atau Dampak Tidak Penting.

2.7. Kriteria mengenai dampak besar dan penting (PP 27 Tahun 1999):

1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak


2. Luas wilayah persebaran dampak
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak
5. Sifat kumulatif dampak
6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak.

2.8. AMDAL

AMDAL merupakan perangkat pengelolaan yang bersifat preventif yaitu


tindakan yang dilakukan pada tingkat pengambilan keputusan dan perencanaan yang
harus dipertanggungjawabkan. AMDAL merupakan studi/kajian mengenai dampak
penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup
yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan penyelenggaraan usaha atau
kegiatan serta dokumen pengelolaan dan pemantauan yang cukup efektif (Wahyono et
al. 2012). Kebijakan AMDAL dimulai sejak Peraturan Pemerintah (PP) nomor 29
tahun 1986 tentang analisis mengenai dampak lingkungan dan telah mengalami tiga
kali perubahan sampai dengan PP Nomor 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
Faktor-faktor pendorong perubahan peraturan AMDAL di negara berkembang adalah
tidak tercapainya hasil yang maksimal dan kinerja AMDAL yang lemah dan
penyesuaian kondisi lingkungan dan pengalaman untuk melakukan evaluasi terhadap
kinerja AMDAL (Arend et al. 2013).
BAB. III

PEMBAHASAN

Pada Bab III ini diuraikan dan dibuktikan apakah dampak penting hipotetik
memang merupakan dampak penting atau dampak tidak penting. Jadi prakiraan
dampak penting adalah memprakirakan besaran dampak dan menguraikan sifat
pentingnya dampak untuk menentukan nilai penting dari masing-masing dampak
penting hipotetik tersebut. Dengan demikian akan dapat diketahui nilai penting dari
masing-masing dampak, mana yang tergolong dampak penting dan dampak mana
yang tergolong bukan dampak penting, dampak mana yang perlu dikelola dan
dampak mana pula yang tidak perlu dikelola lebih lanjut. Setiap dampak senantiasa
memiliki 2 (dua) ukuran, yakni ukuran yang menyatakan besaran dampak dan ukuran
yang menyatakan sifat pentingnya dampak.

Besarnya dampak penting dapat ditentukan dengan cara perhitungan


matematis, analogi dengan kegiatan sejenis, dengan cara professional judgement atau
cara lainnya yang lebih sesuai. Kemudian metode yang digunakan untuk
memprakirakan sifat pentingnya dampak dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
berdasarkan peraturan perundangan dan berdasarkan 6 (enam) kriteria dampak
penting.

3.1. Tahap Kegiatan pra Kontruksi

3.1.1. Perijianan, survei dan investigasi tanah

Tinggi dan elevasimat, infiltrasi/ resapan air, pola aliran air tanah dan pola
keamanan dan ketertiban pada tahap kegiatan pra kontruksi bernilai 0 yang artinya
kegiatan pra kontruksi tidak berpengaruh pada dampak penting yang mengakibatkan
terjadinya perubahan pada kompenen tersebut. Sedangkan pada sikap dan persepsi
mayarakat serta keresahan konflik sosial bernilai -1 yang dapat diartikan bahwa
dengan adanya kegiatan pembangunan IPAL di kota ABDC masyarakat sekitar
merasa khawatir jika akan ada penggusuran lahan tempat tinggal dan usaha mereka
Adapun keresahan yang akan timbul nantinya adalah pencemaran lingkungan yang
akan berdampak negatif pada kesehatan masyaraka.

Penentuan dampak penting berdasarkan kriteria dampak penting dapat


diuraikan sebagai berikut:

1. Tinggi dan elevasimat : bernilai (P) Tidak berdampak penting pada saat
perijinan dan survei berlangsung, kerena tidak berpengaruh terhadap
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak.
2. Infiltrasi/ Resapan Air : (P) Dampak akan terjdi pada masa berlangsunya
kontruksi yang berakibat pada banyaknya perubahan komonen lingkungan.
3. Pola aliran air tanah : (P) komponen lingkungan hidup yang terkena dampak
terutama pola aliran air tanah tidak akan berpengaruh terhadap pola aliran air
tanah.
4. Sikap & persepsi masyarakat: (P) Pembangunan IPAL di Kota ABCD akan
mengubah persepsi masyarakat yang akan terkena dampak, terutama pada
terbukanya lapangan pekerjaan.
5. Keresahan/ Konflik soial : (P) Berdampak penting karena kersahan yang
terjadi akibat rencana pembangunan IPAL. Keresahan masyarakat terkait
dengan dampak pencemaran lingkungan sera pmasa penerimaan tenaga kerja
akibat proyek tersebut.
6. Keamanan & keretiban : (P) Sajauh ini pada tahap perijinan keamanan dan
ketertiban masyarakat masih sama pada keadaan semula dan tidak berdampak
penting pada perubahan komponen lingkungan lain yang takan terkena
dampak.
Berdasarkan enam kriteria dampak penting tersebut, untuk sikap & persepsi
masyarakat serta keresehan dan konflik sosial dapat dikategorikan dampak penting
yang perlu dikelola lebih lanjut.

3.1.2.Sosialisasi dan PKM

Tahap sosialisasi dilakukkan pengembang untuk menjelaskan segala kegiatan


dan bentuk kemungkinan dari dampak perubahan yang terjadi selama masa kontruksi
dan operasi berlangsung.

1. Sikap & Persepsi mayarakat : (P) Keresahan masyarakat timbul karena


kekhawatiran terhadap kemungkinan timbulnya limbah yang bersifat infeksius
maupun perubahan yang terjadi pada lingkungan hidup lainnya baik yang
terkelola maupun tidak terkelola. Dampak munculnya keresahan masyarakat
akan dikaji dalam AMDAL.
2. Keresahan konflik sosial : (P) Dengan adanya keresahan masyarakat maka
timbullah sikap dan persepsi negatife masyarakat akibat Pembangunan IPAL.
3. Ketertiban dan keamanan : Tidak berpengaruh terhadap sosialisasi dan PKM.

Berdasarkan enam kriteria dampak penting, Sikap dan persepsi masyarakat serta
keresahan dan konflik sosial berdampak pening yang perlu dikelola lebih lanjut.

3.1.3. Pembebasan Lahan IPAL


1. Sikap & persepsi masyarakat (P): Pembebasan lahan IPAL berpengaruh
pada lamanya dan intensitas sehingga banyaknya komponen lingkungan
hidup lainnya yang terdampak kemudian sifat kumulatif dan berbalik atau
tidak berbaliknya dampak sehingga menimbulkan sikap dan persepsi
masyarakat yang negatif.
2. Keresahan konflik sosial (P) : Persepsi negative yang timbul selama
kegiatan pembebasan lahan dapat menimbulkan keresahan dan konflik
sosial.
3. Keamanan dan ketertiban (P) : Adanya konflik sosial akan menimbulkan
ketidak amanan dan ketertiban masyarakat.
4. Kesempatan kerja & berusaha (TP) : tahap pembebasan lahan belum
banyak terbukanya kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat
sekitar.
5. Pendapatan/ PAD (P) : Pendapatan masyarakat sekitar akan meningkat
selama pembebasan lahan,.

Berdasarkan enam kriteria dampak penting, Sikap dan persepsi masyarakat serta
keresahan dan konflik sosial, keamanan dan ketertiban, dan pendapatan
berdampak pening yang perlu dikelola lebih lanjut.

3.2. Tahap Kontruksi


3.2.1. Penyerapan & Demob. Tenaga Kerja IPAL
1. Sikap dan persepsi Masyarakat (P): Setelah adanya kegiatan Pembangunan
IPAL berjalan penerimaan tenaga kerja dapat menimbulkan persepsi positif
kerana kegiatan berkontribusi terhadap perbanyakan jumlah lapangan kerja.
Selain itu, perspektif negatif juga dapat timbul di internal lingkungan kerja
antara tenaga kerja setempat dengan tenaga kerja dari luar daerah sekitar
kegiatan.
2. Keresahan/konflik sosial (P) : adanya persepsi negatif dari masyarakat dengan
kemungkinan timbulnya konflik internal lingkungan kerja antara tenaga kerja
kerja setempat dengan tenaga kerja dari luar akan berdampak penting dan
perlu dikelola lebih lanjut.
3. Keamanan dan ketertiban (P): Berpengaruh terhadap penyerapan dan
demobilisasi tenaga kerja (IPAL).
4. Kesempatan kerja dan berusaha (P): Jumlah penduduk yang akan terkena
dampak rencana usaha akan menyerap tenaga kerja secara bertahap
disesuaikan dengan kebutuhan dari perusahaan. Luas wilayah terkena dampak
secara khusus meliputi lokasi sekitar kegiatan yaitu kota ABCD. Intensitas
dan lamanya dampak berlangsung selama kegiatan kegitan kontruksi dan
operasi dilaksanakan.
5. Pendapatan /PAD (P) : penyerapan dan demobilisasi tenaga kerja berdampak
pada peningkatan masyarakat setempat.

Berdasarkan enam kriteria dampak penting, kelima point diatas dapat dikatagorikan
sebagai dampak penting yang perlu dikelola lebih lanjut.

3.2.2. Mobilisasi Peralatan & Alat Berat

1. Kualitas udara (P) : Jumlah manusia terkena dampak akibat mobilisasi


peralatan konstruksi adalah penduduk di permukiman sepanjang jalan yang
dilalui oleh mobilisasi material dan peralatan dari Kota ABCD hingga lokasi
kegiatan. Dampak ini dikategorikan sebagai dampak penting karena intensitas
mobilisasi kendaraan termasuk tinggi dan berlangsung hanya pada tahap
konstruksi dan kemungkinan berlangsung sampai tahap operasi. Dampak ini
dikategorikan sebagai dampak penting karena berpotensi menimbulkan
dampak turunan gangguan kesehatan. Dampak ini dikategorikan sebagai tidak
penting karena besarnya dampak akumulasi debu akibat kegiatan. Dampak ini
dianggap tidak penting karena dampak dapat berbalik.
1. Getaran (P) : getaran yang dihasilkan dari mobilisasi peralata & alat berat
akan berdampak pada komponen lingkungan hidup disekitar Kawasan IPAL.
2. Kebisingan (P) : dengan adanya getaran makan juga aka nada kebisingan lalu
Lalang kendaraan yang melewati Kawasan sekitar proyek.
3. Trasportasi darat (P) berdampak karena alat dan kendaraan melalui jalur darat.
4. Keselamatan & Kesehatan Kerja (P) : kesehatan dan keselamatan kerja juga
berdampak karena selama pengangkutan alat berat akan terjadi resiko-resiko
dari kegiatan tersebut yang dapat mengancam keselamatan pekerja.

3.2.3. Penyiapan Tanah Dasar dan Penggalian


1. Kualitas udara (P); tapa penyiapan tanah dan penggalian berdampak pada
kualitas urada disekitar proyek. Komponen yang berpengaruh adalah jumlah
manusia, luas wilayah penggalian dan komponen lingkungan hidup yang
terkena dampak langsung.
2. Getaran (P): getaran selama penggalian dan pengankutan tanah akan
berdampak pada jumlah manusia dan luas wilayah yang terdampak langsung.
3. Kebisingan (P): akibat adanya getaran kebingingan pun tidak dapat terelakan,
akibat intensitas dan luasan daerah yang digali.
4. Ruang & tanah (P): berpengaruh pada perluasan ruang galian dan lamanya
pengangkutan tanah.
5. Hidro-oceanografi (P): berdampak pada jumlah manusia yang terkena dampak
dan luasan wilayan yang terdampak.
6. Hidrogeologi (P): semakin luas penggalian akan berdampak pada ketersediaan
sumber air dan banyaknya komponen lingkungan lainnya.
7. Kulalitas air (P): sama halnya dengan hidrogeologi perluasan penggalian
tanah berdampak pada kualitas air wilayah sekitar.
8. Biota Darat (TDP): tidak berdampak penting terhadap biota darat,
kemungkinan sudah dikonserfasi terlebih dahulu.
9. Biota Perairan (P): berpengaruh terhadap biota perairan, karena selama
penggalian tanah kan merusak biota perairan sekitar proyek.
10. Kesehatan & Keselamatan Kerja (P): berpengaruh penting selama kegiatan
berlangsung teutama pada jumlah manusia yang terkena dampak.

3.2.4. Pembangunan Fasilitas Kerja

a. Kualitas udara (TDP): Pembangunan fasilitas kerja tidak berpengaruh


terhadap perubahan kualitas udara.
b. Transportasi darat (TDP): selama Pembangunan fasilitas kerja tidak banya
menggunakan transportasi darat, dikarenakan pemindahan bahan-bahan sudah
dilakukan sebelumnya.
c. Ruang & tanah (P): berdampak pada jumlah manusia, luasan wilayah
Pembangunan, dan banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena
dampak.
d. Hidro-Oceanografi (P): berdapak pada komponen jumlah manusia, luas
wilayah dan banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak.
e. Hidrogeologi (P): semakin banyaknya manusua, luasnya Pembangunan
fasilitas, dan intensitas pengerjaan proyek maka akan berdampak pada
hidrogeologi.
f. Kualitas air (P): kualitas air akan berpengaruh pada komponen 1, 2, dan 3
kriteria dampak penting.
g. Biota darat (P): semakin lama pengerjaan Pembangunan bangunan fasilitas
akan berdampak pada biota darar disekitar Pembangunan.
h. Biota Perairan (P): intensitas dan lamanya dampak berlangsung serta
banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena akan berpengaruh
terhadap biota perairan.
i. Kesehatan & keselamatan kerja (P): jumalah tenaga kerja serta warga sekitar
ikut terkena dampak dari Pembangunan bangunan fasilitas.

3.2.5. Pengangkutan dan Bahan-bahan dan Material

1. Kualitas udara (P) : kegiatan mobilisasi material dan peralatan ini melewati
daerah pemukiman di daerah Kota ABCD sampai dengan area proyek. Hal ini
terjadi pada jangka waktu masa konstruksi proyek berlangsung. Sebelum ada
kegiatan ini, jalan dari daerah Kota ABCD hingga area proyek tidak umum
dilalui lalu lintas yang sibuk. Mobilisasi peralatan dan material menghasilkan
dampak turunan berupa peningkatan debu serta kebisingan sehingga akan
berakumulasi pada penuruan kualitas uadra. Selanjutnya penurunan kualitas
udara dapat berdampak terhadap penurunan kesehatan masyarakat. Kadar
debu yang meningkat dapat meningkatkan keterjangkitan penyakit ISPA dan
gangguan kesehatan lainya.
2. Getaran (P): pengangkutan bahan-bahan material menghasilkan getaran
sehingga berpengaruh pada kenyamanan serta komponen lingkungan hidup
lainnya.
3. Kebisingan (P): masyarakat sepanjang jalan akses Kota ABCD akan terpapar
dengan tingkat kebisingan melebihi baku tingkat kebisingan yang
dipersyaratkan. Dampak kebisingan tidak mempengaruhi luasan are yang akan
terdampak dari kegiatan pembangunn IPAL. Dampak berlangsung selama
masa konstruksi namun hanya sementara saat kendaraan lewat. Dampak dapat
dikategorikan sebagai dampak tidak penting. Dampak ini dikategorikan
sebagai dampak tidak penting karena tidak mempengaruhi komponen
lingkungan lain. Karena rendahnya frekuensi mobilisasi, maka dampak
dianggap tidak ada dampak kumulatif. Kondisi awal dapat kembali seperti
semula.
4. Transportasi darat (P): Jumlah manusia terkena dampak akibat mobilisasi
peralatan konstruksi adalah manusia yang bemukim yang dilalui oleh
mobilisasi material dan peralatan dari Kota ABCD hingga lokasi kegiatan.
Desa-desa sekitar lokasi proyek yang akan dilalui oleh kendaraan konstruksi.
Berlangsung selama kegiatan konstruksi berlangsung. Namun aktivitas
mobilisasi akan menurun pada akhir kegiatan konstruksi. Dampak mobilisasi
peralatan dan material tidak mempengaruhi komponen lingkungan hidup
lainnya. Tidak menyebabkan kumulatif dampak. Kondisi transportasi akan
kembali seperti semula setelah masa konstruksi selesai.
5. Keselamatan & Kesehatan kerja (P): Jumlah manusia terkena dampak akibat
mobilisasi peralatan konstruksi adalah jumlah manusia yang bermukim di area
yang dilalui oleh mobilisasi material dan peralatan dari Kota ABCD hingga
lokasi kegiatan. Area pemukiman yang dilalui kendaraan konstruksi. Selama
kegiatan konstruksi berlangsung. Tidak ada dampak terhadap komponen
lingkungan hidup lainnya. Tidak ada kumulatif dampak. Dampak dapat
berbalik jika dilakukan pengelolaan dengan tepat.
3.2.6. Pembangunan Instalasi IPAL

1. Kualitas udara (P): pembangunan IPAL sangat berdampak pada banyaknya


orang yang terlibat, luas wilayah persebaran dampak dan intensitas dan
lamanya dampak pada kualitas udara yang munggkin merugikan masyarakat..
2. Transportasi darat (TDP): tidak berpengaruh terhadap semua komponen
dampak penting.
3. Ruang & tanah (P): berdampak pada komponen jumlah manusia, luas wilayah
dan banyaknya komponen lingkungan lainnya yang rekena dampak.
4. Hidro-Oceanografi (P): berdamapak pada luasan wilayah, danyaknya tenaga
pekerja, dan komponen lingkungan lainya,
5. Hidrogeologi (P): berpengaruh apabila luas wilayah Pembangunan IPAL
terhadap hidrogeologi.
6. Kualitas air (P): berpengaruh pada penggunaan jumlah air tanah secara
berlebihan, jumlah manusia serta komponen lainya.
7. Biota Darat (TDP): tidak berpengaruh terhadap semua komponen dampak
penting.
8. Biota perairan (TDP): tidak berpengaruh terhadap semua komponen dampak
penting.
9. Kesehatan & keselamatan kerja (P): semakin banyak manusia, yang
terdampak maka keselamatan serta Kesehatan kerja pun ikut berpengaruh.

3.2.7. Pembangunan Bangunan Penunjang

1. Kualitas udara (P) : Durasi dari dampak akan berlangsung selama masa
Pembangunan bangunan penunjang akan tetapi frekuensi pemaparan gas
beracun dan berbau yang melebihi baku mutu relatif jarang. Tidak ada
komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak. Dampak penurunan
kualitas udara dari kegiatan opersional tidak berakumulasi dengan kegiatan
lainnya. Kualitas udara dapat kembali seperti kondisi rona awal setelah masa
operasi selesai.
2. Transportasi darat (TDP): tidak berdampak pada semua komponen kriteria
dampak langsung pembangunan IPAL.
3. Ruang & tanah (P): berdampak pada sempitnya tempat permukiman serta
lahan lainnya,yang berakibat pada tergusurnya komponen lingkungan lainya
yang terkena dampak pembangunan IPAL.S
4. Hidro-oceanografi (P): pengaruh Pembangunan bangunan penunjang juga
berdampak pada meluasnya pencemaran akibat pembuangan limbah cair akhir
di areal laut.
5. Hidrogeologi (P): berpengaruh dalam intensitas yang panjang dan
penyempitan terhadap ketersediaan sumber air bersih
6. Kulaitas air (P): berpengaruh akibat jumlah manusia yang padat, perluasan
wilayah Pembangunan, intensitas pembangunan yang bisa mencemari kualitas
air.
7. Biota darat (P): Berdampak penting akibat penyempitan wilayas biota darat
serta jumlah penduduk yang semakin meningkat.
8. Biota Perairan (TDP): tidak berdampak langsung karena Pembangunan
bangunan penunjang dibang di daratan.
9. Kesehatan & keselamatan kerja (TDP): tidak berdampak karena selama
Pembangunan tidak danyak pencemaran yg dihasilkan.

3.2.8. Demobilisasi Peralatan & Alat Berat

a. Kualitas udara(P) : Demobilisasi peralatan dan alat berat dapat menimbulkan


dampak pada penurunan kualitas udara, dikarenakan intensitas ataulamanya
pengerjaan kontruksi alat berat menimbulkan banyaknya debu yang
bertebaran pada sekitar proyek dan permukiman warga.
b. Getaran(P) : getaran yang disebabkan oleh demobilisasi peralatan dan alat
berat akan derdampak pada kebisingan serta goncangan terhadap banyaknya
komponen lingkungan hidup terutama tanah dan udara.
c. Kebisingan(P) : akibat adanya getaran dari alat berat serta mobilitas alat berat
proyek akan berdampak pada kebisingan yang dirasakan mengganggu
kegiatan masyarakat, terutama pada kenyamanan tinggal.
d. Transportasi darat(P) : Demobilisasi peralatan dan alat berat umunya diangkut
dengan transportasi darat. Selama proyek kontruksi akan berpengaruh
terhadap banyakanya masyarakat yang terkena dampak, intensitas dan
lamanya dampak langsung, serta lingkungan hidup lainya yang terkena
dampak.
e. Keselamatan & Kesehatan kerja (P): dampak langsung akibat mobilitas
peralatan dan alat berat akan menggangu keselataman dan kesehatan baik
pekerja maupun masyarakat.

3.2.9. Pelepasan & Demobilisasi Tenaga Kerja

1. Sikap & Persepsi Masyarakat (P): Diperkirakan akan terjadi pelepasan tenaga
kerja secara bertahap. Luas wilayah terkena dampak secara khusus meliputi
lokasi sekitar kegiatan yaitu Kota ABCD. Berlangsung secara bertahap,
tergantung dari jenis pekerjaan, hingga berakhir kegiatan konstruksi
keseluruhan. Tidak berdampak pada komponen lingkungan hidup lainnya.
Disimpulkan tidak ada sifat kumulatif dari dampak.
2. Keresahaan konflik sosial (P): Keresan dan konflik sosial yang timbul akibat
persepsi masyarakat terkait pelepasan dan mobilitas kerja akan berdampak
pada jumlah manusia yang bekerja sehingga dapat bersinggungan dengan
warga sekitar kota ABCD.
3. Ketertiban (TDP): Konsflik sosial yang terjadi dapat menggangu ketertiban
kegitan pekerja, namun bisa diatasi bila Perusahaan memberikan kontribusi
kepada warga sekitar.
4. Kesempatan kerja & Berusaha (TDP): Kesempatan bekerja hanya berdampak
pada jumlah manusia yang terkena dampak langsung. Untuk komponen lainya
tidak berpengaruh,.
5. Pendapatan /PAD (TDP) : Hanya berpengaruh terhadap jumlah manusia yang
terkena dampak.

3.3. Operasi

3.3.1. Penyerapan Mobilitas & demobilitas tenaga kerja pengelolaan IPAL

1. Sikap & Persepsi Masyarakat (P): Penyerapan mobilitas dan demobilitas


tenaga kerja pengelolaan IPAL, berpengaruh terhadap jumlah manusia
yang terdampak serta sifat kumulatif berdampak positif pada persepsi
masyarakat.
2. Keresahan/ konflik sosial (P): Akibat pesepsi masyarakat tadi timbul
konflik dan keresahan masyarakat terhadap jumlah pekerja yang akan
dating dari luar wilayah proyek, yang akan menimbulkan bertambahnya
krpadatan pendududk sekitar kota ABCD.
3. Ketertiban (P): Semakin banyaknya jumlah manusia yang direkrut dalam
proyek tersebut akan berdampak pada sulitnya me3ngatur ketertiban di
daerah tersebut.
4. Kesempatan kerja & berusaha (P): Tingginy pospulasi manusia pada
daerah sekitar proyek maka akan terbukanya kesempatan kerja dan
berusaha bagi warga setempat serta juga akan berdampak pada komponen
lingkungan lainnya yang terkena dampak.
5. Pendapatan /PAD (TDP): Penyerapan dan mobilisasi tenaga kerja tidak
berpengaruh pada semua komponen kriteria dampak penting
pembangunan.

3.3.2. Pengoperasian & pemeliharaan instalasi IPAL

1. Kualitas udara (P): pengoperasian IPAL sangat berdampak pada banyaknya


orang yang terlibat, luas wilayah persebaran dampak dan intensitas dan
lamanya dampak pada kualitas udara yang munggkin merugikan masyarakat..
2. Estetika (TD) : pengiperasian dan pemeliharaan tidak berdampak penting
terhadap estetika.
3. Hidro-Oceanografi (P) : Luas wilayah yang terkena dampak langsung akan
berdampak juga terhadap hidrooceanografis yang mana, kemungkinan
pembuangan air limbah akan diuang ke laut. Intensitas dan lamanya juga
berdampak pada kerusakan lingkungan laut.
4. Kualitas air (P): jelas berdampak pada kualitas air, karena pengelolaan IPAL
pada akhirnya akan dibuang ke badan air.
5. Biota perairan (P): lamanya intensitas pengoperasian limbah serta luas
wilayah yang terkena dampak langsung akan berpengaruh pada biota perairan
dan juga komponen lingkungan hidup lainya yang terkena dampak.
6. Sikap & Pesepsi Masyarakat (P): diperkirakan akan ada persepsi negatif
akibat kadar bau pada pengelolaan limbah. Durasi dan intensi dampak
disimpulkan sebagai penting. Tidak ada dampak lainnya pada komponen
lingkungan hidup. Dampak persepsi bersifat kumulatif dan munculnya
persepsi negatif dapat menghambat operasional apabila tidak dikelola dengan
baik. Jika dilihat dari kemampuan berbaliknya dampak, dampak terhadap
keresahan dianggap tidak penting.
7. Pendapatan/PAD (P): berpengaruh terhadap luasan wilayah, jumlah manusia,
dan banyaknya komponen lingkungan lainya yang terkena dampak.
8. Insidensi & prevalensi penyakit (P): Insiden serta gejala berpengaruh pada
semua konponen enam kriteria dampak penting.
9. Pola penyakit (P): penyebaran penyakit akan berkorelasi terhadap luasan
wilayah persebaran dampak dan jumlah manusia yang terkena dampak.
10. Sanitasi lingkungan (P): berdampak penting pada jumlah manusia yang
terkena dampak dan luas wilayah terkena dampak semakin besar.
11. K3 & amenitas (P): Pengoperasian IPAL akan berdampak negtif pada
banyaknya kesehatan dan keselamatan serta amenitas masyarakat dan pekerja
sekitar proyek.

3.3.3. Pengoperasian & pemeliharaan banguan penunjang genset & gardu PLN
1. Estatika (P) : tidak berdampak pada pengoperasian dan pemeliharaan
bangunan penunjanggenset dan PLN.
2. Sanitasi lingkungan (P): tidak berdampak penting bagi kimponen lainya
kecuali pada banyaknya komponen lingkungan lainya yang terkena dampak.
3. K3 & amenitas (P) : keselamatan kerja dan fasilitas pendukung untuk
keinginan wisata sangat berdampak penting terutama pada fasilitas bangunan
penunjang yang ada, yang akan berdapak pada resiko keselamatan pekerja dan
juga masyarakat sekitar dikarenakan bangunan penunjang genset dan gardu
PLN memiliki tegangan kelistrikan yang tinggi yang cukup berbahaya bila
dekat dengan aktifitas warga. Maka perlu dikelola dengan baik.

3.3.4. Pengoperasian & pemeliharaan bangunan penunjang kantor, garasi &


ruang jaga

1. Estetika (TD): tidak berdampak pada pengoperasian dan pemeliharaan


bangunan penunjang kantor, garasi, dan ruang jaga, hanya saja perluasan
wilayah akan semakin besar dan bertambah.
1. Sanitasi lingkungan (TD): tidak berdampak penting bagi kimponen lainya
kecuali pada banyaknya komponen lingkungan lainya yang terkena dampak.
2. K3 & amenitas (P): keselamatan kerja dan fasilitas pendukung untuk
keinginan wisata sangat berdampak penting terutama pada fasilitas bangunan
penunjang yang ada, yang akan berdapak pada jumlah tenaga kerja yang akan
diperjakan unutk merawat bangunan tersebut. Sehingga sangat diperlukan
pengelolaan yang baik.
BAB. IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil table matriks evaluasi dampak penting hipotetik pada


pembangunan instalasi pengolahan limbah bcair dikota ABCD dapat disimpulkan
bahwa terdapat beberapa komponen dampak penting yang harus dikelola lebih lanjut
terutama pada tahap kegitan kontruksi dan operasi. Apabila pengelolaan tidak
dikelola dengan baik dikhawatirkan akan berdampak Panjang bagi kelangsungan
hidup masyarakat sekitar.

2.2. Saran
1. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dalam hal identifikasi evaluasi
dampak penting hipotetik limbah cair IPAL kota ABCD, perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjut untuk membahas cara pengelolalan limbah
terhadap setiap komponen kriteria dampak penting yang mengacu pada
peraturan tentang penanganan AMDAL .

DAFTAR PUSTAKA

Arend, J., P.J. Peter, A.C. Hens. 2013. An analysis frame work for characterizing and
explaining development of EIA legislation in developing countries.
Environmental Impact Assesment Revirew 38.
Effendi H. 2015. Dampak Penting Hipotetik Amdal Bendungan atau
Ketenagalistrikan. Makalah. Direktorat Pencegahan Dampak Lingkungan
Usaha dan Kegiatan. Direktorat Jendral. Planologi Kehutanan dan Tata
Lingkungan Kementerian Lingkungan Hudup dan Kehutanan. Jakarta.
Gafur, Abd, Fitriyani, Aninditta Putri dan Rahman, Rahman. 2019. Pengolahan dan
kualitas limbah cair hotel Swiss Bell Pankukkang Di Kota Makassar tahun
2017. Celebes Envirimental Science Journal. 1(1), 13-20.
Hidayah, Euis Nurul, Djalalembah, Andrysah, Asmar, Gina Aprilliana, dan
Cahyonugroho, Okik Hendriyanto. 2018. Pengaruh Aerasi Dalam Constructed
Wetland pada Pengolahan Air Limbah Domestik. J. Ilmu Lingkungan.
16(2).155.
Kamala. A. 1988. Environmental Engineering : Water Supply, Sanitary Engineering,
and Pollution. New Delhi : Tata McGraw Hill Publishing.
[KLH] Keneterian Lingkungan Hidup. 2012. Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 16 tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen
Lingkungan Hidup. KLH. Jakarta.
[KLH] Kementerian Lingkungan Hidup. 2009. Undang-Undang Nomor 32 tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. KLH. Jakarta.
Metcalf and Eddy inc. 2004. Wastewater engineering, treatment and reuse. (4th ed).
Singapore : McGraw-Hill.
Satiti. E. 2011. Identifikasi dan Karakterisasi Limbah Cair Serta Evaluasi Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) Pasar Tradisional. Skripsi. Program Studi Tenik
Lingkungan. Fakultas Teknik. Depok.
Wahyono, Suntoro, Sutarno. 2012. Efektifitas pelaksanaan dokumen lingkungan
dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan Hidup di Kabupaten Pacitan.
Jurnal ekosains 4.

Anda mungkin juga menyukai