FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAKIDENDE
KONAWE
2023
BAB 1
PENDAHULUAN
Limbah cair seringkali langsung dibuang begitu saja ke saluran kota/badan air
tanpa sebelumnya memalui proses pengolahan atau dibiarkan menjadi genangan di
banyak titik di perkotaan. Selain dapat menjadi tempat berkembang biaknya vektor
penyakit, genangan air ini juga dapat mempengaruhi estetika dari permukiman atau
perkotaan. Padahal kesan buruk ini dapat dihapus dengan membuat suatu sistem
pengolahan limbah cair.
Pengelolaan limbah cair yang baik seharusnya berupa suatu terpadu yang
mengantar mulai dari input, proses sampai output. Sistem pengolahan limbah cair
yang umum digunakan adalah Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Menurut
Peraturan pemerintah No.32 tahun 2009 seharusnya limbah cari dari rumah tangga
harus disalurkan terlebih dahulu menuju IPAL sebelum dibuang ke saluran umum
(Satiti E. 2011).
1.3. Tujuan
1.4. Kegunaan
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Kamala.A (1988), air limbah penting untuk dikelola antara lain karena
alasan berikut, yaitu:
a. Air limbah dapat menyebabkan kondisi sanitasi yang buruk di lokasi tempat
air limbah tersebut dihasilkan. Hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan lalat,
bakteri, nyamuk, dan lain sebagainya yang dapat menyebabkan gangguan
kesehatan.
b. Air limbah umunya dibuang ke badan air terdekat atau ke tanah. Ini dapat
menyebabkan terjadinya pencemaran air dan menyebabkan bahaya serta
ketidaknyamanan bagi masyarakat yang tinggal di dekat badan air tersebut.
c. Air limbah yang dihasilkan oleh industri umunya sangat kompleks dan
bertendensi mengandung bahan toksik yang dapat membahayakan makhluk
hidup serta kehidupan akuatik
d. Air limbah dapat mengalami perlokasi dan mengkontaminasi air permukaan
Berikut adalah beberapa istilah seputar air limbah yang berhubungan erat
dengan laporan ini:
a. Air limbah, merupakan sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud
cair (PP no.82 tahun 2001)
b. Air limbah domestik, merupakan air limbah yang berasal dari usaha dan
kegiatan permukiman (real estate), rumah makan (restoran), perkantoran,
perniagaaan, apartemendan asrama (Kepmen LH no.112 tahun 2003)
c. Air industri, merupakan air limbah yang berasal dari kegiatan industri
d. Infiltrasi merupakan air masuk ke dalam system pengumpulan, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Air ini dapat berasal dari kebocoran
sambungan, retakan, maupun rembesan.
e. Stromwater, merupakan limpasan yang berasal dari jalan, halaman, dan
sumber lain yang dihasilkan saat hujan masuk kedalam sistem
pengumpulan.
f. Air limbah municipal merupakan istilah yang digunakan untuk gabungan
air limbah, baik berasal dari air limbah domestik, industri, infiltrasi,
inflow dan sumber lain yang masuk ke dalam sistem pengumpulan.
Dalam Metcalf dan Eddy (2004) disebutkan bahwa poin b,c,d dan e
merupakan komponen air limbah yang secara umum dihasilkan oleh suatu komunitas
sebelum ke sistem pengumpulan. Salah satu signifikasi pengelolaan air limbah,
sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya adalah dapat menyebabkan
terjadinya pencemaran air. Pencemaran air adalah masuk atau dimasukkanya makhluk
hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga
kualitas air turun sampai ke Tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat
berfungsi sesuai dengan peruntukannya (Peraturan Pemerintahan nomor 82 tahun
2001).
Karakteristik air limbah secra garis besar dibagi menjadi tiga kategori besar,
yaitu; Karakteristik fisik, karakteristik kimia anorganik, dan karakteristik kimia
organik.
2.7. Kriteria mengenai dampak besar dan penting (PP 27 Tahun 1999):
2.8. AMDAL
PEMBAHASAN
Pada Bab III ini diuraikan dan dibuktikan apakah dampak penting hipotetik
memang merupakan dampak penting atau dampak tidak penting. Jadi prakiraan
dampak penting adalah memprakirakan besaran dampak dan menguraikan sifat
pentingnya dampak untuk menentukan nilai penting dari masing-masing dampak
penting hipotetik tersebut. Dengan demikian akan dapat diketahui nilai penting dari
masing-masing dampak, mana yang tergolong dampak penting dan dampak mana
yang tergolong bukan dampak penting, dampak mana yang perlu dikelola dan
dampak mana pula yang tidak perlu dikelola lebih lanjut. Setiap dampak senantiasa
memiliki 2 (dua) ukuran, yakni ukuran yang menyatakan besaran dampak dan ukuran
yang menyatakan sifat pentingnya dampak.
Tinggi dan elevasimat, infiltrasi/ resapan air, pola aliran air tanah dan pola
keamanan dan ketertiban pada tahap kegiatan pra kontruksi bernilai 0 yang artinya
kegiatan pra kontruksi tidak berpengaruh pada dampak penting yang mengakibatkan
terjadinya perubahan pada kompenen tersebut. Sedangkan pada sikap dan persepsi
mayarakat serta keresahan konflik sosial bernilai -1 yang dapat diartikan bahwa
dengan adanya kegiatan pembangunan IPAL di kota ABDC masyarakat sekitar
merasa khawatir jika akan ada penggusuran lahan tempat tinggal dan usaha mereka
Adapun keresahan yang akan timbul nantinya adalah pencemaran lingkungan yang
akan berdampak negatif pada kesehatan masyaraka.
1. Tinggi dan elevasimat : bernilai (P) Tidak berdampak penting pada saat
perijinan dan survei berlangsung, kerena tidak berpengaruh terhadap
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak.
2. Infiltrasi/ Resapan Air : (P) Dampak akan terjdi pada masa berlangsunya
kontruksi yang berakibat pada banyaknya perubahan komonen lingkungan.
3. Pola aliran air tanah : (P) komponen lingkungan hidup yang terkena dampak
terutama pola aliran air tanah tidak akan berpengaruh terhadap pola aliran air
tanah.
4. Sikap & persepsi masyarakat: (P) Pembangunan IPAL di Kota ABCD akan
mengubah persepsi masyarakat yang akan terkena dampak, terutama pada
terbukanya lapangan pekerjaan.
5. Keresahan/ Konflik soial : (P) Berdampak penting karena kersahan yang
terjadi akibat rencana pembangunan IPAL. Keresahan masyarakat terkait
dengan dampak pencemaran lingkungan sera pmasa penerimaan tenaga kerja
akibat proyek tersebut.
6. Keamanan & keretiban : (P) Sajauh ini pada tahap perijinan keamanan dan
ketertiban masyarakat masih sama pada keadaan semula dan tidak berdampak
penting pada perubahan komponen lingkungan lain yang takan terkena
dampak.
Berdasarkan enam kriteria dampak penting tersebut, untuk sikap & persepsi
masyarakat serta keresehan dan konflik sosial dapat dikategorikan dampak penting
yang perlu dikelola lebih lanjut.
Berdasarkan enam kriteria dampak penting, Sikap dan persepsi masyarakat serta
keresahan dan konflik sosial berdampak pening yang perlu dikelola lebih lanjut.
Berdasarkan enam kriteria dampak penting, Sikap dan persepsi masyarakat serta
keresahan dan konflik sosial, keamanan dan ketertiban, dan pendapatan
berdampak pening yang perlu dikelola lebih lanjut.
Berdasarkan enam kriteria dampak penting, kelima point diatas dapat dikatagorikan
sebagai dampak penting yang perlu dikelola lebih lanjut.
1. Kualitas udara (P) : kegiatan mobilisasi material dan peralatan ini melewati
daerah pemukiman di daerah Kota ABCD sampai dengan area proyek. Hal ini
terjadi pada jangka waktu masa konstruksi proyek berlangsung. Sebelum ada
kegiatan ini, jalan dari daerah Kota ABCD hingga area proyek tidak umum
dilalui lalu lintas yang sibuk. Mobilisasi peralatan dan material menghasilkan
dampak turunan berupa peningkatan debu serta kebisingan sehingga akan
berakumulasi pada penuruan kualitas uadra. Selanjutnya penurunan kualitas
udara dapat berdampak terhadap penurunan kesehatan masyarakat. Kadar
debu yang meningkat dapat meningkatkan keterjangkitan penyakit ISPA dan
gangguan kesehatan lainya.
2. Getaran (P): pengangkutan bahan-bahan material menghasilkan getaran
sehingga berpengaruh pada kenyamanan serta komponen lingkungan hidup
lainnya.
3. Kebisingan (P): masyarakat sepanjang jalan akses Kota ABCD akan terpapar
dengan tingkat kebisingan melebihi baku tingkat kebisingan yang
dipersyaratkan. Dampak kebisingan tidak mempengaruhi luasan are yang akan
terdampak dari kegiatan pembangunn IPAL. Dampak berlangsung selama
masa konstruksi namun hanya sementara saat kendaraan lewat. Dampak dapat
dikategorikan sebagai dampak tidak penting. Dampak ini dikategorikan
sebagai dampak tidak penting karena tidak mempengaruhi komponen
lingkungan lain. Karena rendahnya frekuensi mobilisasi, maka dampak
dianggap tidak ada dampak kumulatif. Kondisi awal dapat kembali seperti
semula.
4. Transportasi darat (P): Jumlah manusia terkena dampak akibat mobilisasi
peralatan konstruksi adalah manusia yang bemukim yang dilalui oleh
mobilisasi material dan peralatan dari Kota ABCD hingga lokasi kegiatan.
Desa-desa sekitar lokasi proyek yang akan dilalui oleh kendaraan konstruksi.
Berlangsung selama kegiatan konstruksi berlangsung. Namun aktivitas
mobilisasi akan menurun pada akhir kegiatan konstruksi. Dampak mobilisasi
peralatan dan material tidak mempengaruhi komponen lingkungan hidup
lainnya. Tidak menyebabkan kumulatif dampak. Kondisi transportasi akan
kembali seperti semula setelah masa konstruksi selesai.
5. Keselamatan & Kesehatan kerja (P): Jumlah manusia terkena dampak akibat
mobilisasi peralatan konstruksi adalah jumlah manusia yang bermukim di area
yang dilalui oleh mobilisasi material dan peralatan dari Kota ABCD hingga
lokasi kegiatan. Area pemukiman yang dilalui kendaraan konstruksi. Selama
kegiatan konstruksi berlangsung. Tidak ada dampak terhadap komponen
lingkungan hidup lainnya. Tidak ada kumulatif dampak. Dampak dapat
berbalik jika dilakukan pengelolaan dengan tepat.
3.2.6. Pembangunan Instalasi IPAL
1. Kualitas udara (P) : Durasi dari dampak akan berlangsung selama masa
Pembangunan bangunan penunjang akan tetapi frekuensi pemaparan gas
beracun dan berbau yang melebihi baku mutu relatif jarang. Tidak ada
komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak. Dampak penurunan
kualitas udara dari kegiatan opersional tidak berakumulasi dengan kegiatan
lainnya. Kualitas udara dapat kembali seperti kondisi rona awal setelah masa
operasi selesai.
2. Transportasi darat (TDP): tidak berdampak pada semua komponen kriteria
dampak langsung pembangunan IPAL.
3. Ruang & tanah (P): berdampak pada sempitnya tempat permukiman serta
lahan lainnya,yang berakibat pada tergusurnya komponen lingkungan lainya
yang terkena dampak pembangunan IPAL.S
4. Hidro-oceanografi (P): pengaruh Pembangunan bangunan penunjang juga
berdampak pada meluasnya pencemaran akibat pembuangan limbah cair akhir
di areal laut.
5. Hidrogeologi (P): berpengaruh dalam intensitas yang panjang dan
penyempitan terhadap ketersediaan sumber air bersih
6. Kulaitas air (P): berpengaruh akibat jumlah manusia yang padat, perluasan
wilayah Pembangunan, intensitas pembangunan yang bisa mencemari kualitas
air.
7. Biota darat (P): Berdampak penting akibat penyempitan wilayas biota darat
serta jumlah penduduk yang semakin meningkat.
8. Biota Perairan (TDP): tidak berdampak langsung karena Pembangunan
bangunan penunjang dibang di daratan.
9. Kesehatan & keselamatan kerja (TDP): tidak berdampak karena selama
Pembangunan tidak danyak pencemaran yg dihasilkan.
1. Sikap & Persepsi Masyarakat (P): Diperkirakan akan terjadi pelepasan tenaga
kerja secara bertahap. Luas wilayah terkena dampak secara khusus meliputi
lokasi sekitar kegiatan yaitu Kota ABCD. Berlangsung secara bertahap,
tergantung dari jenis pekerjaan, hingga berakhir kegiatan konstruksi
keseluruhan. Tidak berdampak pada komponen lingkungan hidup lainnya.
Disimpulkan tidak ada sifat kumulatif dari dampak.
2. Keresahaan konflik sosial (P): Keresan dan konflik sosial yang timbul akibat
persepsi masyarakat terkait pelepasan dan mobilitas kerja akan berdampak
pada jumlah manusia yang bekerja sehingga dapat bersinggungan dengan
warga sekitar kota ABCD.
3. Ketertiban (TDP): Konsflik sosial yang terjadi dapat menggangu ketertiban
kegitan pekerja, namun bisa diatasi bila Perusahaan memberikan kontribusi
kepada warga sekitar.
4. Kesempatan kerja & Berusaha (TDP): Kesempatan bekerja hanya berdampak
pada jumlah manusia yang terkena dampak langsung. Untuk komponen lainya
tidak berpengaruh,.
5. Pendapatan /PAD (TDP) : Hanya berpengaruh terhadap jumlah manusia yang
terkena dampak.
3.3. Operasi
3.3.3. Pengoperasian & pemeliharaan banguan penunjang genset & gardu PLN
1. Estatika (P) : tidak berdampak pada pengoperasian dan pemeliharaan
bangunan penunjanggenset dan PLN.
2. Sanitasi lingkungan (P): tidak berdampak penting bagi kimponen lainya
kecuali pada banyaknya komponen lingkungan lainya yang terkena dampak.
3. K3 & amenitas (P) : keselamatan kerja dan fasilitas pendukung untuk
keinginan wisata sangat berdampak penting terutama pada fasilitas bangunan
penunjang yang ada, yang akan berdapak pada resiko keselamatan pekerja dan
juga masyarakat sekitar dikarenakan bangunan penunjang genset dan gardu
PLN memiliki tegangan kelistrikan yang tinggi yang cukup berbahaya bila
dekat dengan aktifitas warga. Maka perlu dikelola dengan baik.
4.1. Kesimpulan
2.2. Saran
1. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dalam hal identifikasi evaluasi
dampak penting hipotetik limbah cair IPAL kota ABCD, perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjut untuk membahas cara pengelolalan limbah
terhadap setiap komponen kriteria dampak penting yang mengacu pada
peraturan tentang penanganan AMDAL .
DAFTAR PUSTAKA
Arend, J., P.J. Peter, A.C. Hens. 2013. An analysis frame work for characterizing and
explaining development of EIA legislation in developing countries.
Environmental Impact Assesment Revirew 38.
Effendi H. 2015. Dampak Penting Hipotetik Amdal Bendungan atau
Ketenagalistrikan. Makalah. Direktorat Pencegahan Dampak Lingkungan
Usaha dan Kegiatan. Direktorat Jendral. Planologi Kehutanan dan Tata
Lingkungan Kementerian Lingkungan Hudup dan Kehutanan. Jakarta.
Gafur, Abd, Fitriyani, Aninditta Putri dan Rahman, Rahman. 2019. Pengolahan dan
kualitas limbah cair hotel Swiss Bell Pankukkang Di Kota Makassar tahun
2017. Celebes Envirimental Science Journal. 1(1), 13-20.
Hidayah, Euis Nurul, Djalalembah, Andrysah, Asmar, Gina Aprilliana, dan
Cahyonugroho, Okik Hendriyanto. 2018. Pengaruh Aerasi Dalam Constructed
Wetland pada Pengolahan Air Limbah Domestik. J. Ilmu Lingkungan.
16(2).155.
Kamala. A. 1988. Environmental Engineering : Water Supply, Sanitary Engineering,
and Pollution. New Delhi : Tata McGraw Hill Publishing.
[KLH] Keneterian Lingkungan Hidup. 2012. Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 16 tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen
Lingkungan Hidup. KLH. Jakarta.
[KLH] Kementerian Lingkungan Hidup. 2009. Undang-Undang Nomor 32 tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. KLH. Jakarta.
Metcalf and Eddy inc. 2004. Wastewater engineering, treatment and reuse. (4th ed).
Singapore : McGraw-Hill.
Satiti. E. 2011. Identifikasi dan Karakterisasi Limbah Cair Serta Evaluasi Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) Pasar Tradisional. Skripsi. Program Studi Tenik
Lingkungan. Fakultas Teknik. Depok.
Wahyono, Suntoro, Sutarno. 2012. Efektifitas pelaksanaan dokumen lingkungan
dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan Hidup di Kabupaten Pacitan.
Jurnal ekosains 4.