Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komposisi Air Limbah (Sewage) dan Pengolahan Air Limbah Secara Umum
Limbah merupakan buangan atau sisa yang dihasilkan dari suatu proses atau kegiatan dari industri
maupun domestik (rumah tangga). Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2014, limbah adalah
sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.
Berdasarkan dari wujud limbah yang dihasilkan, limbah dibagi menjadi tiga yaitu limbah padat, limbah
cair dan gas dengan penjelasan sebagai berikut:
1.

Limbah padat adalah limbah yang berwujud padat. Limbah padat bersifat kering, tidak dapat
berpindah kecuali ada yang memindahkannya. Limbah padat ini misalnya, sisa makanan, sayuran,
potongan kayu, sobekan kertas, sampah, plastik, dan logam

2.

Limbah cair adalah limbah yang berwujud cair. Limbah cair terlarut dalam air, selalu berpindah,
dan tidak pernah diam. Contoh limbah cair adalah air bekas mencuci pakaian, air bekas pencelupan
warna pakaian, dan sebagainya.

3.

Limbah gas adalah limbah zat (zat buangan) yang berwujud gas. Limbah gas dapat dilihat dalam
bentuk asap. Limbah gas selalu bergerak sehingga penyebarannya sangat luas. Contoh limbah gas
adalah gas pembuangan kendaraan bermotor. Pembuatan bahan bakar minyakjuga menghasilkan gas
buangan yang berbahaya bagi lingkungan.

Menurut A. K. Haghi, 2011 menyatakan bahwa berdasarkan Sumber yang menghasilkan limbah dapat
dibedakan menjadi lima yaitu:
1.
Limbah rumah tangga, biasa disebut juga limbah domestik.
2.
Limbah industry merupakan limbah yang berasal dari industri pabrik.
3.
Limbah pertanian merupakan limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan pertanian, contohnya
sisa daun-daunan, ranting, jerami, kayu dan lain-lain.
4.
Limbah konstruksi didefinisikan sebagai material yang sudah tidak digunakan lagi dan yang
dihasilkan dari proses konstruksi, perbaikan atau perubahan. Jenis material limbah konstruksi yang
dihasilkan dalam setiap proyek konstruksi antara lain proyek pembangunan maupun proyek
pembongkaran (contruction and domolition). Yang termasuk limbah construction antara lain
pembangunan perubahan bentuk (remodeling), perbaikan (baik itu rumah atau bangunan komersial).
Sedangkan limba demolition antara lain Limbah yang berasal dari perobohan atau penghancuran
bangunan.
5.
Limbah radioaktif, limbah radioaktif berasal dari setiap pemanfaatan tenaga nuklir, baik
pemanfaatan untuk pembangkitan daya listrik menggunakan reaktor nuklir, maupun pemanfaatan
tenaga nuklir untuk keperluan industri dan rumah sakit. Bahan atau peralatan terkena atau menjadi
radioaktif dapat disebabkan karena pengoperasian instalasi nuklir atau instalasi yang memanfaatkan
radiasi pengion.

II - 1

Limbah digolongkan menjadi dua berdasarkan polimer penyusun mudah dan tidak terdegradasinya antara
lain:
1.
Limbah yang dapat mengalami perubahan secara alami (degradable waste = mudah terurai), yaitu
limbah yang dapat mengalami dekomposisi oleh bakteri dan jamur, seperti daun-daun, sisa makanan,
kotoran, dan lain-lain.
2.
Limbah yang tidak atau sangat lambat mengalami perubahan secara alami (nondegradable waste
= tidak mudah terurai), misanya besi, plastik, kaca, kaleng, dan lain-lain.
Jenis limbah ada 5 berdasarkan sifatnya yaitu:
1.
Limbah korosif adalah limbah yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan dapat membuat
logam berkarat
2.

Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun berbahaya bagi manusia dan lingkungan.
Limbah ini mengakibatkan kematian jika masuk ke dalam laut.

3.

Limbah reaktif adalah limbah yang memiliki sifat mudah bereaksi dengan oksigen atau limbah
organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi dan dapat menyebabkan kebakaran.

4.

Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui proses kimia dapat menghasilkan gas
dengan suhu tekanan tinggi serta dapat merusak lingkungan.

5.

Limbah mudah terbakar adalah limbah yang mengandung bahan yang menghasilkan gesekan atau
percikan api jika berdekatan dengan api.

Limbah yang dihasilkan dari proses atau kegiatan industri antara lain:
1.
Limbah padat: sisa sparepart, tong bekas, kain bekas, besi, dll
2.

Limbah cair: bahan kimia, hasil pelarut, air bekas produksi, oli bekas, dll

3.

Limbah gas: gas buangan kendaraan bermotor, gas buangan boiler, gas hasil pembakaran dll

Limbah yang dihasilkan dari proses atau kegiatan rumah tangga (domestik) antara lain:
1.
Limbah padat: sisa makanan, tinja manusia dll
2.
3.

Limbah cair: urine manusia, air bekas cucian, air bekas mandi dll
Limbah gas: asap dapur, asap hasil pembakaran sampah, dll

Semakin banyak limbah yang dihasilkan akan dapat menyebabkan dampak terhadap lingkungan. Limbah
yang dihasilkan bisa berdampak positif dan negatif terhadap lingkungan. Perlu dilakukan pengolahan
limbah untuk mengurangi dampaknya terhadap lingkungan. Beberapa factor yang mempengaruhi kualitas
limbah antara lain volume limbah, kandungan bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Untuk
mengatasi limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah.
Pengolahan limbah dapat dilakukan berdasarkan beberapa hal yaitu:
II - 2

1.

Pengolahan menurut tingkatan perlakuan

2.

Pengolahan menurut karakteristik limbah

Menurut perkiraan National Urban Development Srtategy (NUDS) tahun 2003 rata rata volume limbah
domestik yang dihasilkan per orang sekitar 0,5 0,6 kg/hari.

2.2 Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik di Indonesia Secara Umum


Secara umum, sistem pengolahan air limbah domestik di Indonesia dilakukan dengan 2 sistem, yaitu:
1. Pengolahan Air Limbah Sistem Setempat (On Site System)
2. Pengolahan Air Limbah Sistem Terpisah (Off Site System)
2.2.1 Pengolahan Air Limbah Sistem Setempat (On Site System)
Pengolahan air limbah dengan sistem sanitasi setempat adalah suatu sistem pengolahan air limbah yang
berada di dalam persil (batas tanah yang memiliki) atau dengan kata lain pada titik dimana limbah
tersebut timbul. Sarana sistem sanitasi setempat dapat secara individual maupun secara komunal seperti
pada sarana MCK (mandi, cuci dan kakus). Beberapa contoh sarana sanitasi dengan sistem pembuangan
secara setempat adalah kakus ceplung,cubluk, septic tank, pengolahan septage.
Terdapat beberapa keuntungan dan kerugian dalam penggunaan sistem sanitasi setempat tersebut antara
lain:
Keuntungan
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Biaya pembuatan murah


Biasanya dibuat secara pribadi
Teknologi serta pembangunannya relatif sederhana
Sistem yang terpisah bagi tiap-tiap rumah dapat menjaga privacy yang aman dan bebas.
Operasi dan pemeliharaannya mudah dan umumnya merupakan tanggung jawab pribadi masingmasing, kecuali yang tidak terpisah atau dalam kelompok/blok.
Manfaatnya dapat dirasakan segera, seperti jamban menjadi bersih, terhindar dari bau dan lalat.

Kerugian
a. Tidak cocok bagi daerah dengan kepadatan penduduk sangat tinggi sehingga lahan yang tersedia bagi
sarana pembuangan menjadi sangat sempit.
b. Tidak cocok bila digunakan pada daerah dengan muka air tanah yang tinggi dan daya resap tanah
rendah.
c. Kedua hal diatas, selain berdampak mencemari lingkungan, juga sangat berbahaya bagi kesehatan
masyarakat bila kebutuhan air sehari-harinya tergantung dari air sumur karena air dari PDAM belum
masuk. Kemungkinan air sumur terkontaminasi tinja akan sangat besar pada kondisi seperti ini
(Darmasetiawan, 2004).
2.2.2 Pengolahan Air Limbah Sistem Terpisah (Off Site System)
II - 3

Sistem sanitasi secara terpusat adalah suatu sistem yang menggunakan sarana tertentu untuk membawa air
limbah keluar daerah persil dan mengolahnya di lokasi tertentu. Air limbah rumah tangga yang diolah
secara terpusat di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) tersebut adalah berasal dari kamar mandi,
toilet, dapur.
Keuntungan penggunaan sistem terpusat antara lain mencegah pencemaran air tanah terutama ketika
penggunaan sistem setempat tidak layak lagi karena kepadatan penduduk yang tinggi. Sistem terpusat
dapat dirancang sesuai dengan perkiraan pertumbuhan penduduk dan tidak tergantung pada kondisi tanah
dan muka air tanah.
Adapun hal yang menjadi kendala biasanya adalah biaya investasi dan operasi dan pemeliharaan yang
cukup tinggi, serta memerlukan tenaga terampil untuk memelihara pipa dan mengoperasikan IPAL.
Sistem ini memerlukan perencanaan yang matang dan sebaiknya pelaksanaannya untuk jangka panjang
(Darmasetiawan, 2004).
2.3 Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik Johkasou
Johkasou adalah kosakata Jepang untuk pengolahan air limbah dengan sistem setempat; berasal dari
gabungan kata jouka, yang berarti purifikasi dan sou, yang berarti tangki atau tub. Johkasou umumnya
digunakan jika tidak ada akses menuju saluran air pembuangan dan pada suatu daerah dengan tingkat
kepadatan penduduk tinggi yang menggunakan pengolahan air limbah sistem setempat termasuk
mereklamasi air (Gaulke, 2006).
Johkasou adalah fasilitas pengolahan yang didesain untuk mengolah air limbah yang baik hanya berasal
dari air bekas penyiraman toilet maupun air buangan yang bercampur dari gray water dan air bekas
penyiraman toilet yang kemudian akan dibuang ke sungai maupun saluran air lainnya.
Johkasou yang memiliki mampu untuk mengolah gray water dan air bekas penyiraman toilet disebut
Gappei-Shori Johkasou, dan Johkasou yang hanya mengolah air bekas penyiraman toilet disebut
Tandoku-Shori Johkasou (Kawamura, et al. 1997).
Selain lebih murah, Johkasou memiliki beberapa keuntungan, khususnya untuk Johkasou skala kecil:
a. Topografi kecil dan terbatas, waktu instalasi yang kecil;
b. Kontribusi yang tidak ternilai dalam menjaga kuantitas air di sungai-sungai kecil dan lingkungan
akuatik dekat kawasan penduduk hunian rendah;
c. Air dan lumpur hasil pengolahan Johkasou sangat muda di reuse (Yang, et al., 2010).
2.3.1 Sejarah Johkasou
Saat Perang Dunia II, Jepang adalah negara dengan masyarakat agricultural yang umumnya menanam
padi. Pada saat itu, pada umumnya pengolahan limbah adalah dengan kubah toilet (lobang kakus), di
mana kotoran manusia dikumpulkan untuk menjadi pupuk agrikultural dan soil conditioner. Setelah
Perang Dunia II, air bekas penyiraman toilet meningkat secarat pesat di seluruh Jepang. Jepang menjadi
negara industri yang bertumbuh pesat, populasi berpusat pada daerah kota dan sanitasi menjadi masalah
akibat kepadatan penduduk (Gaulke, 2006).
Sistem unik Jepang dalam pengolahan kotoran manusia ditemukan dibawah kondisi di atas. Di mana, air
bekas penyiraman toilet meningkat secara cepat pada tahun 1970-an, ketika dengan tuntutan kebutuhan
akan toilet meningkat kuat seiring dengan gaya kehidupan masyarakat modern.Kemudian ditemukan
II - 4

teknologi produksi masalah akan tangki pengolahan kotoran manusia dengan sistem setempat, kemudian
Johkasou, menggunakan fiberglass reinforced plastic (FRP) dan kemudian ditetapkan sebagai stuktur
standar sistem Johkasou yang ditetapkan oleh Building Standards Law yang mulai berlaku pada tahun
1969.
Pada tahap awal, Johkasou hanya dapat mengolah air bekas penyimaran toilet, belum mampu mengolah
gray water (limbah cair domestik belum termasuk kotoran manusia). Sistem Johkasou ini disebut
Tandoku-Shori Johkasou. Dalam teminologi Jepang, tandoku berarti tunggal atau terpisah dan shori
berarti pengolahan (Magara, 2003).
Pada tahun 1980-an, tipe baru dari skala kecil Johkasou yang dikenal sebagai Gappei-Shiro Johkasou,
yang dapat digunakan untuk mengolah black water dan gray water pada tingkat rumah tangga ditemukan.
Johkasou skala kecil menyebar dengan cepat di daerah pinggiran perkotaan dan daerah pedesaan yang
tidak cocok untuk pembangunan konstruksi sistem salumran air limbah. Pembangunan instalasi TandokuShiro Johkasou baru telah dilarang sejak 2001 (Yang, et al., 2010).
2.3.2 Struktur Johkasou
Struktur johkasou harus sesuai dengan struktur yang ditunjuk oleh Menteri Pertanahan, Infrastruktur dan
Transportasi (dikenal sebagai tipe standar tipe struktur), atau struktur disertifikasi oleh Menteri (dikenal
sebagai bersertifikasi tipe struktur).
Johkasou dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis berdasarkan kinerja pengobatannya
-BOD removal types (effluent BOD 20 mg / l)
-Nitrogen or/and phosphorous removal type (effluent BOD 20 mg / l, T-N 20 mg / l, T-P 10
-Membrane johkasou (effluent BOD 5 mg / l)

mg / l)

Tabel 3 Garis standar struktural untuk johkasou

II - 5

2.3.2.1 Pre-Sedimentation 1
Pra-Sedimentasi I merupakan pengendapan partikel diskret, yaitu partikel yang dapat mengendap bebas
secara individual tanpa membutuhkan adanya interaksi antar partikel. Sebagai contoh prasedimentasi tipe
I antara lain pengendapan lumpur kasar pada bak prasedimentasi untuk pengolahan air permukaan dan
pengendapan pasir pada grit chamber. (Komalasari, D. 2011).
2.3.2.2 Pre-sedimentation 2
Pra-Sedimentasi II adalah pengendapan partikel flokulen dalam suspense encer, dimana selama
pengendapan terjadi saling interaksi antar partikel. Selama dalam operasi pengendapan, ukuran partikel
flokulen bertmbah besar, sehingga kecepannya juga meningkat. Sebagai contoh pra-sedimentasi II antara
lain pengendapan pertama pada pengolahan air limbah atau pengendapan partikel hasil proses koagulasiflokulasi pada pengolahan air minum maupun air limbah. (Komalasari, D. 2011).
2.3.2.3 Contact Aeration Tank

II - 6

Aerasi merupakan kontak antara air dan udara yang terjadi karena pergerakan air secara alami. Beberapa
metode yang cukup popular digunakan untuk meningkatkan aerasi alami antara lain menggunakan
cascade aerator, waterfalls, maupun cone tray aerator.
Pada aerasi secara difusi, sejumlah udara dialirkan ke dalam air limbah melalui diffuser. Udara yang
masuk ke dalam air limbah nantinya akan berbentuk gelembung-gelembung (bubbles). Gelembung yang
terbentuk dapat berupa gelembung halus (fine bubble) atau kasar (coarse bubbles). Hal ini tergantung dari
jenis diffuser yang digunakan.
Aerasi secara mekanik atau dikenal juga dengan istilah mechanical agitation menggunakan proses
pengadukan dengan suatu alat sehingga memungkinkan terjadinya kontak antara air dengan udara.
(Utama, R. 2012).
2.3.2.4 Sedimentation Tank
Sedimentasi adalah pemisahan solid-liquid menggunakan pengendapan secara gravitasi untuk
menyisihkan suspended solid. Pada umumnya, sedimentasi digunakan pada pengolahan air minum,
pengolahan air limbah, dan pada pengolahan air limbah tingkat lanjutan. Pada pengolahan air limbah,
sedimentasi umumnya digunakan untuk:
a. Penyisihan grit, pasir, atau silt (lanau)
b. Penyisihan padatan tersuspensi pada clarifier pertama
c. Penyisihan flok/ lumpur biologis hasil proses activated sludge pada clarifier akhir
d. Penyisihan humus pada clarifier akhir setelah tricking filter
Pada pengolahan air limbah tingkat lanjutan, sedimentasi ditunjukkan untuk penyisihan lumpur setelah
koagulasi dan sebelum proses filtrasi. Selain itu, prinsip sedimentasi juga digunakan dalam pengendalian
partikel udara. Prinsip sedimentasi pada pengolahan air minum dan air limbah adalah sama, demikian
juga untuk metoda dan peralatannya. (Komalasari, D. 2011).

2.3.2.5 Desinfection Tank


Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran
jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme
pada benda mati.
Desinfektan adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimi atau secara fisik,
hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme
pathogen. Desinfeksi dilakukan apabila sterilisasi sudah tidak mungkin dikerjakan, meliputi pengacuan
dan pemusnahan mikroorganisme pathogen yang ada tanpa tindakan khusus untuk mencegah kembalinya
mikroorganisme tersebut. (Dian, M. 2011).
2.4 Parameter Kualitas Air Limbah
Menurut Retno (2011), beberapa parameter yang digunakan dalam pengukuran kualitas air limbah antara
lain:
1. Temperatur

II - 7

Suhu air buangan umumnya tidak banyak berbeda dengan suhu udara tapi lebih tinggi daripada suhu air
minum. Suhu dapat mempengaruhi kehidupan dalam air. Kecepatan reaksi atau pengurangan, proses
pengendapan zat padat serta kenyamanan dalam badan-badan air.
2. pH
Pengukuran pH berkaitan dengan proses pengolahan biologis karena pH yang kecil akan menyulitkan,
disamping akan mengganggu kehidupan dalam air bila dibuang ke perairan terbuka.
3. Kandungan Zat Padat
Yang diukur dari kandungan zat padat ini adalah dalam bentuk Total Solid Suspended (TSS) dan Total
Dissolved Solid (TDS). TSS adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air yang tidak larut dan tidak
dapat mengendap langsung. TDS adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan pada air yang sifatnya
terlarut dalam air.
4. Kandungan Zat Organik
Zat organik di dalam penguraiannya memerlukan oksigen dan bantuan mikroorganisme. Salah satu
penentuan zat organik adalah dengan mengukur BOD (Biochemical Oxygen Demand) dari buangan
tersebut. BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk melakukan dekomposisi
aerobik bahan-bahan organik dalam larutan, di bawah kondisi waktu dan suhu tertentu (biasanya lima hari
pada 200C).
5. Coliform
Bakteri golongan Coli terdapat normal di dalam usus dan tinja manusia. Sumber bakteri patogen dalam
air berasal dari tinja manusia yang sakit. Untuk menganalisa bakteri patogen yang terdapat dalam air
buangan cukup sulit sehingga parameter mikrobiologis digunakan perkiraan terdekat jumlah golongan
coliform (MPN/ Most Probably Number) dalam sepuluh mili buangan serta perkiraan terdekat jumlah
golongan coliform tinja dalam seratus mili air buangan.

6. Kandungan Zat Anorganik


Beberapa komponen zat anorganik yang penting untuk mengawasi kualitas air limbah antara lain :
Nitrogen dalam senyawaan Nitrat, Phospor, H 2O dalam zat beracun dan logam berat seperti Hg, Cd, Pb
dan lain-lain.

II - 8

Anda mungkin juga menyukai