Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memili tujuan
tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para anggotanya.
Keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan merupakan prestasi manajemen.
Penilitian prestasi atau kinerja suatu perusahaan diukur karena dapat dipakai sebagai dasar
pengambilan keputusan baik pihak internal maupun eksternal.
Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu
perusahaan yang dianalisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya
keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode
tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya

digunakan secara optimal dalam

menghadapi perubahan lingkungan. Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara
yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap
para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan.
Menurut Sutrisno (2009, hal 53) kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi
yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat
kesehatan perusahaan tersebut. Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa kinerja
merupakan indicator dari baik buruknya keputusan manajemen dalam pengambilan
keputusan selain itu kinerja perusahaan merupakan hasil keputusan keputusan manajemen
untuk mencapai suatu tujuan secara efektif dan efesian.
Untuk dapat mengetahui kinerja suatu perusahaan dapat dilihat dan aspek nonkeuangan dan aspek keuangan. Penilian kinerja melalui aspek non-keuangan relatif lebih
sulit dilakukan, karena penelitian tersebut tergantung dan pihak penilian, dapat dikatakan
peniliaan dari satu orang akan berbeda dengan hasil penilaian orang lain. Sehingga dalam
peniliaan kinerja kebanyakan menggunakan aspek keuangan dan pada umumnya banyak

yang beranggapan bahwa keadaan keuangan keuangan akan mencerminkan keadaan


seutuhnya. Pengukuran kinerja dengan aspek keuangan dapat dilakukan dengan
menggunakan alat analisis berupa rasio keuangan. Menurut Kasmir (2010, hal 110) untuk
mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan dapat
dilakukan dengan beberapa rasio keuangan. Setiap rasio keuangan memiliki tujuan,
kegunaan, dan arti tertntu.
Secara umum pengukuran kinerja keuangan perusahaan banyak dilakukan dengan
menggunakan rasio keuangan seperti rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktifitas, dan
rasio profitabilitas.
Salah satu tujuan terpenting sebuah perusahaan adalah memperoleh laba atau
keuntungan yang maksimal untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan
digunakan rasio keuntungan atau rasio profitabilitas. Menurut Fahmi (2011, hal 135) rasio
profitabilitas mengukur efektifitas manajemen secara keselurahan yang ditujukan oleh
besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan
maupun investasi.
Rasio menggambarkan

suatu

hubungan

atau

perimbangan

(mathematical

relationship ) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dan dengan
menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau member gambaran
kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu
perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut diabndingkan dengan angka rasio
pembandingan yang digunakan sebagai standar.
Standar yang digunakan dalam hal ini adalah standar industry, yaitu merupakan
perbandingan anatar rasio suatu perusahaan dengan berbagai perusahaan lainnya yang
hamper sama atau dengan rata-rata industry pada suatu periode. Perbandingan semacam
semacam ini memberikan pandangan kedalam mengenai kondisi keuangan dan kinerja
relative perusahaan sehingga diketahui apakah perusahan berada di atas rata-rata industry,
berada pada rata-rata, atau terletak di bawah rata-rata industri.
Table 1.1. Data Rasio Profitabilitas PT. Mutiara Indah Multi, Tahun 2010-2013

Rasio
Tahun
Standar
profitabilita
2010
2011
2012
2013
Industri
s
Gross Profit
22,32% 23,53% 24,32% 22,08%
30%
Margin
Net Profit
8,53%
5,98%
4,94%
2,19%
20%
Margin
Return On
7,70%
5,58%
5,85%
2,07%
30%
Asset
Return On
19,90% 15,19% 16,46% 7,75%
40%
Equity
Sumber Data diolah dari Laporan Keuangan PT. Mutiara Indah Multi, Tahun 2010-2013
Berdasarkan table 1.1 menunjukkan Rasio gross profit margin PT. Mutiara Indah
Multi pada tahun 2010 sebesar 22,32% yang berarti setiap rupiah penjualan
mengahasilkan 22,32%, laba kotor. Kemudian pada tahun 2011 rasio gross profit margin
PT. Mutiara Indah Multi mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya menjadi sebesar
23,53%. Kenaikan juga terjadi pda rasio gross profit margin PT. Mutiara Indah Multi pada
tahun 2012 menjadi sebesar 24,32%. Tetapi selanjutnya terjadi penurunan rasio gross
profit margin PT. Mutiara Indah Multi pada tahun 2013 menjadi sebesar 22,08%.
Rasio gross profit margin merupakan ukuran kemampuan tingkat keuntungan kotor
yang diperoleh setiap rupian penjualan. Standar industry GPM berdasarkan Kasmir
(2008,hal 200) adalah 30%. Dari uraian di atas dapat terlihat bahwa gross profit margin
perusahaan belum baik karena masih jauh di bawah standar indutsri gross profit margin
sebesar 30%. Hal tersebut menunjukkan adanya pemborosan dalam biaya untuk
menghasilkan produk atau jasa.
Rasio net profit margin PT. Mutiara Indah Multi pada tahun 2010 sebesar 8,53%.
Kemudian pada tahun 2011 rasio net profit margin PT. Mutiara Indah Multi mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya menjadi sebesar 5,98%. Penurunan juga terjadi pada
rasio net profit margin PT. Mutiara Indah Multi pada tahun 2012 menajdi sebesar 4,94%.

Penurunan tersebut terus terjadi hingga tahun 2013, rasio net profit margin PT. Mutiara
Indah Multi pada tahun tersebut hanya sebesar 2,19%.
Rasio net profit margin merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dari tingkat volume usaha tertentu. Standar industry NPM berdasarkan
Kasmir (2008, hal 201) adalah 20%. Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa net profit
margin perusahaan belum baik karena masih jauh dibawah standar industri net profit
margin sebesar 20%. Hal tersebut menunjukkan perusahaan tidak efektif dan efesien
dalam menjalankan operasinya dan dalam meminimilkan

biaya biaya yang ada

diperusahaan.
Rasio return on asset PT. Mutiara Indah Multi pada tahun 2010 sebesar 7,70%.
Kemudian pada tahun 2011 rasio return on asset PT. Mutiara Indah Multi mengalami
penurunan dan tahun sebelumnya menjadi sebesar 5,58%. Selanjutnya rasio return on
asset PT. Mutiara Indah Multi pada tahun 2012 sedikit mengalami kenaian menjadi
sebesar 5,85% tetapi masih dikategorikan tetap dan sama dari tahun sebelumnya sebesar
5%. Selanjutnya return on asset PT. Mutiara Indah Multi pada tahun 2013 mengalami
penurunan yang cukup jauh dari tahun sebelumnya yaitu menjadi sebesar 2.07%.
Rasio return on asset merupakan ukuran kemampuan perusahaan dengan keseluruhan
dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan. Standar industry ROA berdasarkan Kasmir (2008,ha; 203)
adalah 30%. Dalam hal ini return on asset perusahaan masih belum baik karena masih
jauh dibawah standar industry return on asset sebesar 30%. Hal tersebut menunjukkan
perusahaan kurang mampu mendayagunakan asset dengan baik umtuk memperoleh
keuntungan.

Rasio return on equity PT. Mutiara Indah Multi pada tahun 2010 sebesar 19,90%.
Kemudian pada tahun 2011 rasio return on equity PT. Mutiara Indah Multi mengalami
penurunan menjadi sebesar 15,19%. Selanjutnya rasio return on equity PT. Mutiara Indah
Multi pada tahun 2012 mengalami kenaikan menjadi sebesar 16,46%. Sedangkan rasio
return equity PT. Mutiara Indah Multi tahun 2013 kembali mengalami penurunan yang
cukup signifikan dari tahun sebelumnya menjadi sebesar 7,75%.

Anda mungkin juga menyukai