Anda di halaman 1dari 12

Berdasarkan Baku Mutu jenis uji air permukaan sesuai dengan PP No 82 Tahun 2001 Kelas III tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk Pembudidayaan Ikan Air Tawar,
Peternakan, Air untuk Mengairi Pertanahan dan atau Peruntukan Lain yang Mempersyaratkan Air yang
Sama dengan Kegunaan Tersebut.

TABEL : HASIL PENGUJIAN KUALITAS AIR PERMUKAAN

No. Parameter Satuan Baku Mutu Hasil Pengujian Metode Acuan

FISIKA
o
1 Suhu C Deviasi 3 27,2 SNI 06-6989.23-2005
Padatan Terlarut Total
2 mg/L 1.000 100,00 SNI 6989.27-2019
(TDS)
Padatan Tersuspensi
3 mg/L 400 18,00 SNI 6989.3-2019
Total (TSS)
KIMIA
1 Derajat Keasaman (pH) - 6,0-9,0 7,912 SNI 6989.11-2019
2 BOD5 mg/l 6 12,44” SNI-6989.72-2009
3 COD mg/l 50 30,5994 SNI-6989.72-2019
4 Oksigen Terlarut (DO) mg/l >3 3,30 SNI 06-6989.14-2004
5 Total Fosfat Sebagai (P) mg/l 1 0,3431 APHA 4500 P -D 2017
6 Nitrat (NO3N) mg/l 20 2,0088 SNI-6989.79-2011
7 Arsen (As) * mg/l 1 <0,0021 SNI-6989.81 -2018
8 Kobalt (Co) * mg/l 0,2 0,00042 SNI-6989.82 -2018
9 Boron (B) mg/l 1 0,00297 SNI-6989.82 -2018
10 Selenium (Se) * mg/L 0,05 <0,0013 SNI-6989.83 -2018
11 Kadmium(Cd)* mg/L 0,01 <0,00928 SNI-6989.82 -2018
12 Krom Heksavalen/VI (Cr) mg/L 0,05 0,0112 SNI 6989.71:2009

13 mg/l 0,02 <0,00819 SNI-6989.82 -2018


Tembaga (CU) *
14 Timbal (Pb)* mg/L 0,03 <0,01039 SNI-6989.82 -2018
15 Air Raksa (Hg) * mg/L 0,002 <0,0004 SNI-6989.78 -2011
16 Seng (Zn)* mg/L 0,05 <0,01894 SNI-6989.82 -2018
17 Sianida (CN’) mg/L 0,02 <0,0050 SNI-6989.77 -2011
18 Fluorida (F’) mg/L 1,5 0,0459 SNI 06-6989.29 -2005
19 Nitrit (NO2N) mg/L 0,06 0,0586 SNI 06-6989.9 -2004
20 Klorin Bebas (Cl3) mg/L 0,03 0,1 Colorimetri
21 Belerang sebagai H2S mg/L 0,002 0,0066” SNI-6989.70 -2009
22 Minyak dan Lemak mg/L 1 <0,94 SNI-6989.10 -2011
23 Deterjen (MBAS) 0,2 0,0112 SNI 06-6989.51 -2005
24 Fenol mg/L 0,001 <0,00046 SNI 06-6989.21 -2004
MIKROBIOLOGI
1. Fecal Coliform MPN Index/100 m - 210 APHA 9222-8-2017**
No. Parameter Satuan Baku Mutu Hasil Pengujian Metode Acuan

2. Coliform MPN Index/100 m - 290 APHA 9222-8-2017**


Sumber : Laboratorium Pengendalian Kualitas Lingkungan PDAM Tirtawening Kota Bandung, 2020

Penjelasan :
1) Suhu
Suhu adalah sebuah besaran yang menyatakan tingkatan panas atau dingin suatu
benda. Suhu di setiap segmen tidak terdapat perbedaan, yaitu 27,2 0C, kondisi suhu
yang seperti ini masih masuk ambang batas baku mutu air berdasarkan PP No 82
Tahun 2001 karena baku mutu untuk temperature kelas III yaitu deviasi 3 yang
artinya, jika temperature 27,20C, maka kriteria III membatasi temperature air di
kisaran 220C - 280C, dengan demikian suhu air sungai masih dapat menunjang
kehidupan di perairan.

2) Padatan Terlarut Total (TDS)


Padatan terlarut total (TDS) adalah ukuran kandungan gabungan terlarut dari
semua zat anorganik dan organik yang ada dalam cairan dalam bentuk tersuspensi
molekuler, terionisasi, atau mikro granular (sol koloid). Pada hasil pengujian yaitu
100,00 mg/L pada kondisi tersebut masih masuk ambang batas baku mutu yaitu
1000 mg/L, yang artinya air yang mengandung jumlah padatan tidak melebihi
ambang batas, dengan demikian padatan terlarut total (TDS) masih dapat
menunjang kehidupan di perairan.

3) Padatan Tersuspensi Total (TSS)


Padatan Tersuspensi Total (TSS) adalah residu dari padatan total yang tertahan
oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran
partikel koloid. Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida,
ganggang, bakteri dan jamur. TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan
penyaringan. TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan (turbidity) dengan
membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan. Sehingga
nilai kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai TSS. Kekeruhan adalah
kecenderungan ukuran sampel untuk menyebarkan cahaya. Sementara hamburan
diproduksi oleh adanya partikel tersuspensi dalam sampel. Kekeruhan adalah
murni sebuah sifat optik. Pola dan intensitas sebaran akan berbeda akibat
perubahan dengan ukuran dan bentuk partikel serta materi. Kandungan TSS pada
hasil uji yaitu 18 Mg/L, pada kondisi tersebut masih tergolong aman dari baku
mutu ambang batas yaitu 400 Mg/L, yang artinya air yang mengandung jumlah TSS
masih tergolong rendah dari ambang batas, dengan demikian kandungan TSS
masih aman untuk keanekaragaman biota air sungai tersebut.

4) Derajat Keasaman (PH)


pH (Power of Hydrogen) yaitu derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan
tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Larutan dengan
pH < 7 disebut bersifat Asam, sedangkan larutan dengan pH > 7 disebut bersifat
Basa. Kandungan PH dalam hasil uji yaitu 7,912 masih aman berdasarkan standar
baku mutu yang disyaratkan yaitu 6,0 s/d 9,0, yang artinya air mengandung pH > 7
yaitu kondisi air permukaan bersifat basa, dengan demikian nilai PH tersebut masih
memenuhi standar baku mutu sesuai dengan PP no 82 Tahun 2001 dengan
parameter pH 7,5-8,4 masih dapat digunakan untuk sarana rekreasi,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, dan pertanian.

5) BOD
BOD (Biochemical Oxygen Demand) atau Kebutuhan Oksigen Biologi-Kimia dan
Kebutuhan Oksigen Hayati, yaitu analisis empiris melalui laboratorium untuk
mengukur proses-proses biologis, khususnya aktifitas mikroorganisme yang
berlangsung di dalam air. BOD merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
bakteri untuk mengurangi zat sisa yang ada pada limbah domestik/industri.
Semakin tinggi kadar BOD yang terkandung dalam limbah tersebut, maka hal itu
menunjukan bahwa bakteri membutuhkan oksigen yang banyak. Kandungan BOD
pada hasil uji yaitu 12,44 mg/L yang mana tidak memenuhi baku mutu yang
disyaratkan dengan baku mutu 6 mg/L, dengan demikian dapat dikatakan bahwa,
debit yang besar pada sungai juga mempengaruhi peningkatan kadar BOD
diperairan karena mikroorganisme tidak mempunyai waktu yang lama dalam
mengoksidasikan bahan organik tersebut.

6) COD
COD (Chemical Oxygen Demand) atau Kebutuhan Oksigen Kimia, merupakan
jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada pada
air limbah, seperti amonia dan nitrit. Semakin tinggi kadar COD yang terkandung
dalam limbah tersebut, maka menandakan bahwa zat-zat tersebut masih dalam
jumlah yang tidak wajar dan berbahaya apabila langsung di edarkan ke lingkungan
bebas. Kadar COD pada hasil uji yaitu 30,5994 mg/L masih aman berdasarkan
standar baku mutu yang disyaratkan yaitu 50 mg/L, dengan demikian air sungai di
lokasi tersebut tidak mengalami pencemaran.

7) Oksigen Terlarut (DO)


Oksigen terlarut adalah salah satu cara untuk mengetahui seberapa jauh beban
pencemaran lingkungan air dapat dilakukan dengan mengamati beberapa
parameter kimia seperti oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) yang dibutuhkan
oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran
zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan.
Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena
oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan
anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan aktivitas biologis yang dilakukan
oleh organisme aerobik atau anaerobik. Semakin tinggi kandungan Dissolved
Oxygen (DO) semakin bagus kualitas air tersebut. Kadar DO pada hasil uji adalah
3,30 mg/L memenuhi standar baku mutu yang disyaratkan yaitu >3 mg/L, dengan
demikian kondisi air sungai tergolong aman.

8) Total Fosfat Sebagai P


Fosfat dapat ditemukan sebagai ion bebas dalam sistem air. Fosfat dapat
berbentuk organik (fosfor yang terikat secara organik) atau bentuk anorganik
(termasuk ortofosfat dan polifosfat). Salah satu faktor yang dapat menyebabkan
kadar fosfat tinggi di perairan adalah karena adanya limbah domestik yang
mengandung detergen. Kadar fosfat pada hasil uji adalah 0,3431 mg/L memenuhi
standar baku mutu yang disyaratkan yaitu 1 mg/L, dengan demikian kandungan
fosfat dalam perairan tidak berdampak langsung kepada manusia atapun hewan,
tetapi jika dikonsumsi terus menerus akan berdampak kepada masalah
pencernaan.

9) Nitrat
Nitrat merupakan elemen kunci dalam siklus nitrogen karena hubungan antara
proses nitrifikasi dan denitrifikasi. Tingkat nitrat dalam air berfluktuasi menurut
musim, dan tingkat nitrat yang lebih tinggi juga terjadi setelah hujan lebat. Dampak
utama dari nitrat pada badan air tawar adalah pemupukan tanaman dan gulma
yang dapat menyebabkan kadar oksigen terlarut menjadi rendah. Merian (2016)
menyatakan bahwa sebelum menjadi nitrat, bentuk nitrat pertama kali adalah
ammonia yang dioksidasi menjadi nitrit, kemudian menjadi nitrat. Nitrit merupakan
hasil oksidasi dari ammonia dengan bantuan bakteri Nitrisomonas dan Nitrat
merupakan hasil dari oksidasi Nitrit dengan bantuan bakteri Nitrobacter. Bakteri
tersebut akan optimal melakukan proses nitrifikasi pada pH 7,0 – 7,3. Aktifitas
nitrifikasi di dalam sungai akan menguras kadar oksigen terlarut sehingga
menciptakan kondisi anaerobik. Kadar nitrat pada hasil uji adalah 2,0088 mg/L
memenuhi standar baku mutu yang disyaratkan yaitu 20 mg/L, dengan demikian
ketika kondisi air mengandung banyak oksigen tidak akan berbahaya karena akan
terjadi proses denitrifikasi yang akan membuat konsentrasi nitrat rendah.
Konsentrasi nitrat rendah dikarenakan terjadinya proses denitrifikasi dimana nitrat
melalui nitrit akan menghasilkan nitrogen bebas yang akhirnya kembali menjadi
amoniak.

10) Arsen (As)


Arsen (As) merupakan bahan kimia yang bersifat metaloid beracun yang ada dalam
berbagai bentuk organik dan anorganik di alam. Metaloid adalah kelompok unsur
kimia yang memiliki sifat antara logam dan nonlogam, sulit dibedakan dengan
logam. Kadar arsen pada hasil uji adalah <0,0021 mg/L sudah memenuhi standar
baku mutu yang disyaratkan yaitu 1 mg/L, dengan demikian kondisi sungai di
wilayah kegiatan masih dapat menunjang kehidupan di perairan.

11) Kobalt
Kobalt merupakan unsur kimia yang memiliki lambang Co dan nomor atom 27.
Logam berat Co termasuk ke dalam logam transisi yang terdapat pada golongan VIII
B. Ketersedian unsur kimia kobalt terdapat dalam banyak formulasi seperti kertas
perak dan kawat. Logam berat Co banyak terdapat berikatan dengan nikel, perak,
timbal, tembaga, dan biji besi, dimana didapatkan dari hasil samping produksi.
Selain itu Co juga banyak digunakan dalam industri sebagai bahan campuran pada
pembuatan mesin pesawat, magnet, alat pemotong atau penggiling, pewarna kaca,
keramik, dan cat. Konsentrasi logam Co yang diperbolehkan pada sedimen yaitu
sebesar 50,57-158,13 ppm. Keberadaan logam Co yang secara alamiah
terkonsentrasi dalam batuan sedimen juga disebabkan dari dampak antropogenik
seperti limbah rumah tangga. Kadar kobalt (Co) pada hasil uji adalah 0,00042 mg/L
sudah memenuhi standar baku mutu yang disyaratkan yaitu 0,2 mg/L. dengan
demikian menunjukkan bahwa konsentrasi logam berat kobalt pada sedimen
merupakan rendah, sehingga aman untuk penunjang kehidupan di perairan.

12) Boron (B)


Boron adalah elemen kimia dengan simbol B dan nomor atom 5. Diproduksi
sepenuhnya oleh spalasi sinar kosmik dan supernova, bukannya oleh nukleosintesis
bintang, boron adalah elemen dengan kelimpahan rendah di tata surya dan kerak
bumi. Boron terkonsentrasi di Bumi oleh kelarutan dalam air dari senyawanya yang
lebih umum terjadi secara alami, yaitu mineral borat. Kadar boron pada hasil uji
adalah 0,00297 mg/L sudah memenuhi standar baku mutu yang disyaratkan yaitu 1
mg/L, dengan demikian bahwa di dalam air kadar boron (B) berada dalam bentuk
senyawa natrium atau kalsium borat dan terdapat dalam jumlah yang sangat
sedikit, sehingga aman untuk penunjang kehidupan di perairan.

13) Selenium (Se)


Selenium merupakan metalloid (elemen yang memiliki sifat antara logam dannon-
logam) yang bersifat toksik pada kadar tertentu. Dalam beberapa dekade terakhir
ini, penelitian ten tang selenium tidak banyak berkembang terutama di Indonesia.
Padahal selenium ini memiliki kemampuan untuk mengalami bioakumulasi
sehingga berpeluang mengancam kesehatan manusia. Selenium akan memberikan
efek kerusakan pada ginjal dan hati, kerontokan rambut, dan kerusakan pada
sistem syaraf pusat. Kadar selenium (Se) pada hasil uji adalah <0,0013 mg/L sudah
memenuhi standar baku mutu yang disyaratkan yaitu 0,05 mg/L, dengan demikian
kadar selenium (Se) masih tergolong aman untuk penunjang kehidupan di perairan.

14) Kadmium (Cd)


Logam Kadmium (Cd) merupakan logam yang bernomor atom 48 dan massa atom
112,41. Logam ini termasuk dalam logam transisi pada periode V dalam tabel
periodik. Logam Cd dikenal sebagai unsur chalcophile, jadi cenderung ditemukan
dalam deposit sulfide (Manahan,2001). Kemelimpahan Cd pada kerak bumi adalah
0,13 µg/g. Pada lingkungan akuatik, Cd relatif bersifat mudah berpindah. Cd
memasuki lingkungan akuatik terutama dari deposisi atmosferik dan efluen pabrik
yang menggunakan logam ini dalam proses kerjanya. Di perairan umumnya Cd
hadir dalam bentuk ion-ionnya yang terhidrasi, garam-garam klorida,
terkomplekskan dengan ligan anorganik atau membentuk kompleks dengan ligan
organik (Weiner,2008). Kadar kadmium (Cd) pada hasil uji adalah <0,00928 mg/L
sudah memenuhi standar baku mutu yang disyaratkan yaitu 0,01 mg/L, dengan
demikian kadar kadmium (Cd) masih tergolong aman untuk penunjang kehidupan
di perairan.

15) Krom Heksavalen (Cr-VI)


Logam berat kromium heksavalen merupakan logam yang sangat berbahaya,
bersifat toksik dan tidak mudah terurai di lingkungan. Kadar krom heksavalen pada
hasil uji adalah 0,0112 mg/L sudah memenuhi standar baku mutu yang disyaratkan
yaitu 0,05 mg/L, dengan demikian kadar krom heksavalen (Cr-VI) masih tergolong
aman untuk penunjang kehidupan di perairan.
16) Tembaga (Cu)
Tembaga adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Cu
dan nomor atom 29. Lambangnya berasal dari bahasa Latin Cuprum.Tembaga
merupakan konduktor panas dan listrik yang baik. Selain itu unsur ini memiliki
korosi yang cepat sekali. Tembaga murni sifatnya halus dan lunak, dengan
permukaan berwarna jingga kemerahan. Tembaga dicampurkan dengan timah
untuk membuat perunggu. Ion Tembaga(II) dapat berlarut ke dalam air, di mana
fungsi mereka dalam konsentrasi tinggi adalah sebagai agen anti bakteri, fungisi,
dan bahan tambahan kayu. Dalam konsentrasi tinggi maka tembaga akan bersifat
racun, tetapi dalam jumlah sedikit tembaga merupakan nutrien yang penting bagi
kehidupan manusia dan tanaman tingkat rendah. Di dalam tubuh, tembaga
biasanya ditemukan di bagian hati, otak, usus, jantung, dan ginjal. Kadar tembaga
pada hasil penelitian adalah <0,00819 mg/L sudah memenuhi standar baku mutu
yang disyaratkan yaitu 0,02 mg/L, dengan demikian kadar tembaga (Cu) masih
tergolong aman untuk penunjang kehidupan di perairan.

17) Timbal (Pb)


Timbal (Pb) termasuk dalam kelompok logam yang beracun dan berbahaya bagi
kehidupan makhluk hidup. Limbah Timbal (Pb) dapat masuk ke badan perairan
secara alamiah yakni dengan pengkristalan Pb di udara dengan bantuan air
hujan.Penggunaan Pb dalam skala yang besar dapat mengakibatkan polusi baik di
daratan maupun perairan.Logam Pb yang masuk ke dalam perairan sebagai
dampak dari aktifitas manusia dapat membentuk air buangan atau limbah dan
selanjutnya akan mengalami pegendapan yang dikenal dengan istilah sedimen.
Kadar timbal pada hasil pengujian adalah <0,01039 mg/L sudah memenuhi standar
baku mutu yang disyaratkan adalah 0,03 mg/L, dengan demikian kadar timbal (Pb)
masih tergolong aman untuk penunjang kehidupan di perairan.

18) Air Raksa (Hg)


Air raksa termasuk salah satu logam berat, dengan berat molekul tinggi. Dalam
kadar rendah, logam berat ini umumnya sudah beracun bagi tumbuhan dan
hewan, termasuk manusia. Kadar air raksa (Hg) pada hasil pengujian adalah
<0,0004 mg/L sudah memenuhi standar baku mutu yang disyaratkan adalah 0,002
mg/L, dengan demikian kadar air raksa (Hg) masih tergolong aman untuk
penunjang kehidupan di perairan.

19) Seng (Zn)


Seng (Zn) merupakan unsur penting untuk pertumbuhan manusia, hewan, maupun
tanaman. Logam ini memiliki karakteristik cukup reaktif, berwarna putih kebiruan,
dan terbakar bila terkena udara. Kadar seng (Zn) pada hasil pengujian adalah
<0,01894 mg/L sudah memenuhi standar baku mutu yang disyaratkan adalah 0,05
mg/L, dengan demikian kadar seng (Zn) masih tergolong aman untuk penunjang
kehidupan di perairan.

20) Sianida (CN)


Sianida adalah senyawa sianida (CN) yang dikenal sebagai racun yang mudah
terbakar (Slamet, 1994). Menurut Sudarmadji dkk. (1976), sianida mempunyai
berat molekul 27,06, nilai terhirup dapat menyebabkan pingsan dan bahkan
kematian. Sianida terbentuk dari reaksi antara nitrogen (N) dan karbon (C) pada
temperatur tinggi. Kadar sianida (CN) pada hasil pengujian adalah <0,0050 mg/L
sudah memenuhi standar baku mutu yang disyaratkan adalah 0,02 mg/L, dengan
demikian kadar sianida (CN) masih tergolong aman untuk penunjang kehidupan di
perairan.

21) Fluorida (F)


Semua air mengandung fluor dalam konsentrasi yang berbeda-beda sebagian besar
tersedia untuk manusia berkaitan dengan siklus hidrologis, yang berarti bahwa air
berasal dari laut. Air laut mempunyai kandungan fluor yang besar dengan
konsentrasi 0,8 – 1,4 mg/liter. Kadar fluor air danau, sungai dan air sumur buatan
umumnya dibawah 0,5 mg/liter. Air yang tertahan dalam sedimen selama
pengendapannya serta air panas yang berasal dari gunung berapi dan endapan
minum epitermal biasanya mempunyai kadar fluor 3-6 mg/liter. Kadar Flourida (F)
pada hasil pengujian adalah 0,0459 mg/L sudah memenuhi baku mutu yang
disyaratkan adalah 1,5 mg/L, dengan demikian kadar fluoride (F) masih tergolong
aman untuk penunjang kehidupan di perairan.
22) Nitrit
Nitrit (NO2) merupakan bentuk nitrogen yang teroksidasi dengan bilangan oksidasi
+3 dan banyak dijumpai pada instalasi pengolahan air limbah, air sungai dan
drainase. Kadar Nitrit pada hasil pengujian adalah 0,0586 mg/L sudah memenuhi
baku mutu yang disyaratkan adalah 0,06 mg/L, dengan demikian kadar nitrit masih
tergolong aman untuk penunjang kehidupan di perairan.

23) Klorin Bebas


Residu klorin disebut juga dengan klorin bebas atau aktif, dapat diartikan jumlah
klorin yang tersedia sebagai desinfektan setelah waktu kontak tertentu. Residu
klorin ini terdapat dalam dua bentuk antara lain residu klorin terikat dan residu
klorin bebas. Residu klorin ini diketegorikan sebagai zat kimia yang berbahaya bagi
kesehatan. Selain itu sebagai salah satu syarat untuk memenuhi sanitasi dan
hygiene yang baik, maka perlu dilakukan analisa tentang residu klorin. Kadar Klorin
bebas pada hasil pengujian adalah 0,01 mg/L sudah memenuhi baku mutu yang
disyaratkan adalah 0,03 mg/L, dengan demikian kadar klorin bebas masih tergolong
aman untuk penunjang kehidupan di perairan.

24) Belerang Sebagai H2S


Hidrogen Sulfida (H2S), adalah gas yang tidak berwarna, beracun, mudah terbakar
dan berbau seperti telur busuk. Gas ini dapat timbul dari aktivitas biologis ketika
bakteri mengurai bahan organik dalam keadaan tanpa oksigen (aktivitas
anaerobik), seperti di rawa, dan saluran pembuangan kotoran. Gas Hidrogen
Sulfida (H2S) juga muncul pada gas yang timbul dari aktivitas gunung berapi dan gas
alam. Kadar Hidrogen Sulfida (H2S) pada hasil pengujian adalah 0,0066 mg/L tidak
memenuhi baku mutu yang disyaratkan adalah 0,002 mg/L, dengan demikian kadar
Hidrogen Sulfida (H2S) tergolong tidak aman untuk penunjang kehidupan di
perairan.

25) Minyak dan Lemak


Minyak dan Lemak, merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, minyak dan
lemak merupakan triester dari gliserol yang apabila di hidrolisis akan menghasilkan
asam lemak dan gliserol. Kadar minyak dan lemak pada hasil pengujian adalah
<0,94 mg/L sudah memenuhi baku mutu yang disyaratkan adalah 1 mg/L, dengan
demikian kadar minyak dan lemak masih tergolong aman untuk penunjang
kehidupan di perairan.

26) Deterjen (MBAS)


Surfaktan-zat aktif permukaan atau tensides– adalah zat yang menyebabkan
turunnya tegangan permukaan cairan, khususnya air. Ini menyebabkan
pembentukan gelembung dan pengaruh permukaan lainnya yang memungkinkan
zat-zat ini bertindak sebagai zat pembersih atau penghambur dalam industri dan
untuk tujuan rumah tangga. Surfaktan atau surface active agent atau wetting
agent merupakan bahan organik yang berperan sebagai bahan aktif pada deterjen,
sabun dan shampoo. Surfaktan dapat menurunkan tegangan permukaan sehingga
memungkinkan partikel-partikel yang menempel pada bahan-bahan yang dicuci
terlepas dan mengapung atau terlarut dalam air. Kadar deterjen pada hasil
pengujian adalah 0,0112 mg/L sudah memenuhi baku mutu yang disyaratkan
adalah 0,2 mg/L, dengan demikian kadar deterjen masih tergolong aman untuk
penunjang kehidupan di perairan.

27) Fenol
Senyawa phenol merupakan salah satu bahan kimia beracun yang dapat
membahayakan bagi kesehatan manusia. Sebagian besar limbah sintesis zat warna
textile, industri batu bara, kilang minyak, produksi plastik, sintesis kaprolaktam,
sintesis resin, desinfektan, obat-obatan terdapat senyawa hidrokarbon aromatik
yaitu phenol. Kadar phenol pada hasil pengujian adalah <0,00046 mg/L sudah
memenuhi baku mutu yang disyaratkan adalah 0,001 mg/L, dengan demikian kadar
phenol masih tergolong aman untuk penunjang kehidupan di perairan.
28) Fecal Coliform
Bakteri fecal coliform sebagian besar berada pada flora usus manusia dan hewan
berdarah panas sehingga sering ditemukan pada limbah tinja yang digunakan
sebagai indeks keberadaan potensi entro pathogen dalam lingkungan air. Bakteri
fecal coliform dapat menjadi sinyal bahwa sumber air terkontaminasi bakteri
pathogen. Kadar fecal coliform pada hasil pengujian adalah 210 MPN Index/ 100 m
sudah memenuhi baku mutu yang disyaratkan, dengan demikian kadar fecal
coliform masih tergolong aman untuk penunjang kehidupan di perairan.

29) Coliform
Total Coliform, yaitu bakteri mikrobiologi (koliform) yang merupakan golongan
mikroorganisme yang dapat menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi
oleh patogen (bakteri merugikan) atau tidak. Semakin tiinggi kadar total coliform
yang ada pada suatu larutan atau air limbah, maka semakin tinggi pula tingkat
kontaminasi yang disebabkan oleh patogen tersebut. Kadar coliform pada hasil
pengujian adalah 290 MPN Index/ 100 m sudah memenuhi baku mutu yang
disyaratkan, dengan demikian kadar coliform masih tergolong aman untuk
penunjang kehidupan di perairan.

Anda mungkin juga menyukai