PROPOSAL PENELITIAN
OLEH
NIM 130612607897
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 3
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 3
E. Kegunaan Penelitian ............................................................................ 3
F. Asumsi Penelitian ................................................................................ 4
G. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ...................................... 5
H. Definisi Istilah ..................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Jenis dan Bahaya Polutan Pada Limbah Cair Terhadap
Lingkungan ......................................................................................... 7
B. Gambaran Kota Malang ...................................................................... 10
C. Kemampuan Tumbuhan Dalam Menurunkan Kadar Polutan
Pada Limbah Cair ................................................................................. 12
D. Peran Tumbuhan Melati Air (Echinodorus Palaefolius) Dan
Eceng Gondok (Eichornia Crassipes) Dalam Mengurangi
Polutan Dalam Limbah Cair ................................................................ 15
E. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 18
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian .......................................................................... 19
B. Subjek Penelitian ................................................................................. 20
C. Instrumen Penelitian ............................................................................ 21
D. Pengumpulan Data .............................................................................. 21
E. Teknik Analisis Data ........................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 24
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Limbah cair adalah air kotor yang mengandung zat-zat pencemar hasil dari
proses kegiatan industri maupun rumah tangga. Beberapa industri telah
menerapkan proses pengolahan limbah sesuai dengan standard perundang-
undangan yang telah ditetapkan, akan tetapi beberapa industri lainnya juga masih
banyak yang dengan sengaja langsung mengalirkan limbahnya ke aliran sungai
maupun drainasse. Tidak hanya limbah industri saja, limbah domestik yang
dihasilkan oleh kegiatan warga sehari-hari juga banyak yang tidak mengalami
pengolahan terlebih dahulu dan biasanya langsung dibuang ke aliran sungai. Hal
ini tentu akan mempengaruhi kualitas badan air permukaan sekitar pemukiman.
Laundry adalah salah satu usaha yang menyediakan jasa layanan dalam
mencuci pakaian. Bagi mereka yang malas mencuci pakaian karena kesibukan
yang dijalani, bisa memanfaatkan jasa laundry untuk meringankan beban
mencucinya. Semakin tinggi daya saing masyarakat dalam mencari pekerjaan,
usaha mendirikan jasa laundry menjadi sesuatu yang menguntungkan apalagi jika
usaha tersebut dibuka dekat dengan universitas, instansi atau di perumakan yang
di dalamnya banyak orang sibuknya (Asfawi, 2014). Namun berdirinya jasa
layanan laundry ini tidak sepenuhnya berdampak positif, dampak negatif dari
penggunaan deterjen juga menjadi masalah kesehatan lingkungan yang perlu
untuk diperhatikan. Kandungan fosfat dalam limbah cair laundry akan
2
Melati air merupakan jenis tanaman yang mampu hidup dengan konsentrasi
air yang tinggi. Ternyata selain sebagai tanaman hias yang biasanya ditanam di
pekarangan, tanaman melati air juga bisa dijadikan sebagai agen fitoremediator
limbah cair termasuk penurunan kadar fosfat pada limbah deterjen
(Padmaningrum, 2014). Sebenarnya tanaman air yang kebanyakan dianggap
sebagai gulma air bisa dimanfaatkan untuk tanaman fitoremediasi yang mampu
mengurangi kadar zat pencemar yang terkandung dalam limbah cair. Selain
tanaman melati air, tanaman eceng gondok ternyata juga mampu menurunkan
kadar fosfat. Hal ini karena tanaman air tersebut mampu melakukan tahapan-
tahapan dalam mengelola logam berat yang terkandung di dalam air sehingga
kandungan logam berat di dalam air bisa berkurang.
Malang merupakan salah satu kota besar nomor dua di Jawa Timur setelah
Kota Surabaya. Kota yang memliki iklim dingin ini dihuni oleh sekitar 804.500
penduduk. Suatu jumlah yang cukup banyak jika dibandingkan dengan luas
wilayahnya yaitu 110,06 km2. Selain penduduk yang menetap, banyak penduduk
dari luar daerah yang berdatangan ke Malang karena ingin menuntut ilmu atau
ingin mencari lapangan pekerjaan. Salah satu usaha jasa yang sedang menjamur di
Malang adalah usaha laundry, mengingat bahwa jasa laundry sangat dibutuhkan
oleh mahasiswa maupun para pekerja yang sibuk serta tidak sempat mencuci
pakaian sendiri.
Oleh karena latar belakang tersebut, peneliti ingin melakukan suatu penelitian
eksperimen dengan judul Pengaruh Tanaman Melati Air (Echinodorus
paleafolius) Dan Eceng Gondok (Eichornia Crassipes) Sebagai Penurun Kadar
Fosfat Pada Limbah Laundry Di Kota Malang Tahun 2017. Harapannya dengan
dengan diadakan penelitian ini dapat menekan tingkat pencemaran air terutama
yang terjadi di badan air permukaan di Kota Malang. Sehingga hal ini dapat sesuai
dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik yang mewajibkan setiap penanggung jawab usaha dan atau
kegiatan pemukiman (real estate), rumah makan (restaurant), perkantoran,
3
B. Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh tanaman melati air (Echinodorus Palaefolius) dan eceng
gondok (Eichornia Crassipes) terhadap penurunan kadar fosfat pada limbah
laundry di Kota Malang?
C. Tujuan Penelitian
D. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh antara penerapan
tanaman melati air (Echinodorus Palaefolius) dan eceng gondok (Eichornia
Crassipes) terhadap penurunan kadar fosfat pada limbah laundry di Kota Malang.
E. Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk pemerintah
a. Dapat dijadikan langkah alternatif dalam pengolahan limbah usaha
laundry yang ramah lingkungan.
b. Diharapkan dapat ditindaklanjuti dengan cara membuat kolam dengan
ukuran lebih luas, sehingga selain sebagai sarana penghijauan kolam
tersebut mampu digunakan sebagai upaya pengolahan limbah laundry
dalam jumlah yang banyak.
c. Diharapkan mampu menurunkan bahan pencemar khususnya fosfat
pada badan air permukaan terutama yang berasal dari limbah laundry,
sehingga mampu menekan terjadinya pencemaran fosfat di badan air
permukaan.
4
2. Untuk masyarakat
a. Diharapkan dapat mengurangi bahan pencemar pada air permukaan
yang sebagian besar masih digunakan oleh masyarakat.
b. Menurunkan prevalensi penyakit pada masyarakat yang diakibatkan
oleh pencemaran air.
c. Bagi masyarakat yang mempunyai jasa usaha laundry, dapat
menerapkan cara ini karena selain terbilang murah, dengan
menerapkan cara ini mereka sudah turut berpartisipasi dalam upaya
penyehatan lingkungan perairan.
3. Untuk Mahasiswa
a. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya
b. Dapat menjadi salah satu kajian empiris yang dapat digunakan oleh
kalangan akademisi dalam menganalisis pengaruh tumbuhan air yang
dapat menurunkan kadar fosfat dalam limbah laundry.
4. Untuk bidang Keilmuan Kesehatan Masyarakat
a. Dapat dijadikan sebagai salah satu upaya preventif dalam menangani
limbah cair laundry yang salah satu dampaknya nanti akan sampai
pada kesehatan masyarakat.
b. Menjadi bahan pembelajaran di bidang ilmu kesehatan masyarakat
khususnya di pilar kesehatan lingkungan.
F. Asumsi Penelitian
2. Faktor keadaan air yang dapat mempengaruhi kondisi fosfat pada limbah
laundry. Limbah laundry yang dihasil oleh usaha jasa laundry yang
menggunakan air PDAM dengan yang menggunakan air sumur gali pasti
menghasilkan kadar fosfat yang berbeda dan faktor terkait perbedaan
keadaan air ini tidak diteliti.
H. Definisi Istilah
1. Melati air adalah tanaman yang memiliki nama latin Echinodorus
Palaefolius dan biasanya mampu hidup di tempat yang memiliki kadar air
tinggi.
2. Eceng gondok adalah tanaman yang memiliki nama latin Eichornia
Crassipes dan biasanya hidup sebagai gulma air.
3. Kadar fosfat adalah sejumlah senyawa fosfat yang yang terkandung dalam
limbah laundry.
4. Limbah laundry adalah sejenis limbah cair yang berasal dari sisa
pembuangan kegiatan usaha laundry.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Limbah cair adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga,
industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya mengandung
bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta
mengganggu lingkungan hidup (Notoatmodjo, 2011:194). Sehingga dapat
diartikan pula bahwa air buangan atau limbah cair adalah air yang tersisa dari
kegiataan manusia baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti
indutri, perhotelan, dan sebagainya.
Limbah cair diklasifikasikan menjadi dua, yaitu air limbah industri dan air
limbah perkotaan. Kedua air limbah ini secara bersamaan sering dibuang di
saluran-saluran yang sama maupun ke badan-badan air, seperti selokan atau
sungai-sungai. Sumber utama air limbah rumah tangga dari masyarakat adalah
berasal dari perumahan sedangkan sumber limbha cair dari industri sederhananya
dapat berasal dari pabrik tempe, pabrik tahu, dan usaha laundry. Air limbah
mempunyai tiga karakteristik fisikawi (seperti: warna, kekeruhan, suhu, dan
kandungan padatan), karakter kimiawi (seperti: pH dan alkalinitas, BOD,COD, N,
P, S dan kemungkinan keberadaan logam berat. Karakter biologis (seperti: jumlah
Coliform, keberadaan jamur, virus dan lain-lain. (Setyanto dkk, 2011)
Sedangkan yang dimaksud dengan polutan adalah zat atau bahan yang dapat
mengakibatkan pencemaran terhadap lingkungan. Sehingga yang dimaksud
dengan pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan perairan sehingga
menyebabkan keadaan air tersebut mengalami penyimpangan dari keadaan
normalnya. (Wardhana, 2004)
Fosfor merupakan salah satu nutrisi utama yang sangat penting dalam
pertumbuhan tanaman. Fosfor tidak terdapat secara bebas di alam. Fosfor
ditemukan sebagai fosfat dalam beberapa mineral, tanaman dan merupaka unsur
pokok dari protoplasma. Fosfor terdapat dalam air sebagai ortofosfat. Ortofosfat
sendiri merupakan bentuk fosfat yang dapat dimanfaatkan langsung oleh tanaman.
Fosfat terdapat tiga bentuk yaitu H2PO4- , HPO42-, PO43-. Fosfat umumnya diserap
oleh tanaman dalam bentuk ortofosfat primer H2PO4- atau ortofofat sekunder
HPO42- sedangkan PO43- lebih sulit diserap oleh tanaman.
Pada pH yang lebih rendah, tanaman lebih banyak menyerap ion ortofosfat
primer dan pada pH yang lebih tinggi ion ortofosfat sekunder yang lebih banyak
diserap oleh tanaman (Hanafiah, 2005). Fosfat merupakan elemen kunci diantara
nutrient utama tanaman yang mengakibatkan terjadinya proses eutrofikasi. Fosfat
berasal dari detergen dalam limbah cair dan pestisida serta insektisida dari lahan
pertanian. Fosfat terdapat dalam air alam atau air limbah sebagai senyawa
ortofosfat, polifosfat dan fosfat organis. Setiap senyawa fosfat tersebut terdapat
dalam bentuk terlarut, tersuspensi atau terikat di dalam sel organisme dalam air.
Di daerah pertanian ortofosfat berasal dari bahan pupuk yang masuk ke dalam
sungai melalui drainase dan aliran air hujan. Pada konsentrasi kurang dari 0,01
mg/l pertumbuhan tanaman dan algae akan terhambat, keadaan ini dinamakan
oligotrop. Sehingga bila kadar fosfat serta nutrien lainnya tinggi, pertumbuhan
tanaman dan algae tidak terbatas lagi dan kondisi ini disebut eutrofikasi.
Sebenarnya eutrofikasi merupakan suatu proses alamiah dimana badan air
mengalami penuaan secara bertahap dan menjadi lebih produktif bagi tumbuhnya
biomassa. Dibutuhkan proses hingga ribuan tahun untuk sampai pada kondisi
eutrofik. Akan tetapi proses alamiah ini, oleh manusia dengan segala aktivitas
modernnya, secara tidak disadari dipercepat dalam hitungan dekade atau bahkan
beberapa tahun saja. (Rosariawari, 2005)
9
Polifosfat dapat memasuki sungai melalui air buangan penduduk dan industri
yang menggunakan bahan detergen yang mengandung fosfat, seperti industri
pencucian, industri logam dan sebagainya. Fosfat organis terdapat dalam air
buangan penduduk (tinja) dan sisa makanan. Menurut Hardyanti (2007), kadar
10
fosfat (PO4) yang diperkenankan dalam air minum adalah 0,2 ppm. Kadar fosfat
dalam perairan alami umumnya berkisar antara 0,005-0,02 ppm. Kadar fosfat
melebihi 0,1 ppm, tergolong perairan yang eutrof.
820 RT
dan 739 RT
Terkait dengan pengelolaan air limbah, kondisi limbah cair rumah tangga di
Kota Malang sebagian sudah melalui proses pengolahan ada pula yang langsung
tangga, namun demikian kondisi septic tank ini belum menjamin bahwa hasil
mengacu pada Rencana Strategi Nasional untuk Pengelolaan Air Buangan Rumah
dilakukan dengan berpedoman pada SK. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa
Timur No. 413 Tahun 1987 dan SK Gubernur No. 414 Tahun 1987 tentang
Penggolongan dan Baku Mutu Air Limbah di Jawa Timur. Kota Malang memiliki
sanitasi (DSS) untuk kondisi air limbah (Grey Water) adalah sebagai berikut:
12
Produk
Interface Penampungan Pengaliran/ pengolah ulang/
Input
Pengangkutan an aktif pembuang
terpusat an akhir
Pembawa
Sistem 2 dan 3 dianggap yang terbaik atau memiliki akses pelayanan sanitasi dan
Menurut Fitriyah (2013) secara runtutan, mekanisme kerja oleh tanaman yang
digunakan sebagai agen fitomediator meliputi proses fitoekstraksi, rhizofiltrasi,
fitodegradasi, fitostabilisasi dan fitovolatilisasi yang akan dijelaskan sebagai
berikut:
dan tidak memerlukan biaya yang tinggi, teknologi yang ramah lingkungan dan
bersifat estetik bagi lingkungan, serta dapat mereduksi kontaminan dalam jumlah
yang besar. Sedangkan kerugian fitoremediasi ini adalah prosesnya memerlukan
waktu lama, bergantung kepada keadaan iklim, dapat menyebabkan terjadinya
akumulasi logam berat pada jaringan dan biomasa tumbuhan, dan dapat
mempengaruhi keseimbangan rantai makanan pada ekosistem.
Menurunnya konsentrasi pencemar dapat disebabkan adanya kompetisi antara
tumbuhan dan mikroba (baik dari akar tumbuhan maupun dari kompos). Senyawa
organik pada limbah akan digunakan sebagai sumber karbon bagi mikroba dan
tumbuhan sendiri. Hal ini menyebabkan kadar kontaminan organik menurun
(Pivetz dalam Caroline, 2015)
Melati air merupakan salah satu tumbuhan yang mampu hidup di tempat yang
konsentrasi airnya tinggi, selain sebagai tanaman hias, melati air ternyata juga
bisa dimanfaatkan sebagai tanaman fitoremediator limbah cair domestik. Menurut
(Caroline, 2015) dalam penelitiannya, disebutkan bahwa tumbuhan melati air
juga dapat dimanfaatkan sebagai agen fitoremediator yaitu untuk menurunkan
kadar timbal (Pb) yang terkandung dalam limbah industri peleburan tembaga dan
kuningan. Tidak hanya melati air, tumbuhan kayu apu ternyata juga bisa
dimanfaatkan untuk agen fotoremediator limbah detergen.
berbentuk menyerupai hati serta di bagian bawah daun ditumbuhi bulu-bulu yang
kasar. Melati air merupakan salah satu tanaman yang mudah beradaptasi dengan
lingkungan, namun tumbuhan ini tidak terlalu tahan dengan cahaya matahari.
Akar tumbuhan ini terletak pada dasar perairan serta reproduksinya secara
fleksibel. Tanaman ini dapat dimanfaatkan pada fitoremediasi karena dapat
menurunkan kadar nutrien (eutrofikasi) pada perairan. (Lehtonen dan Brouwer
dalam Caroline, 2015)
Eceng gondok merupakan salah satu jenis tumbuhan air yang pertama kali
ditemukan secara tidak sengaja oleh Karl Von Martius pada tahun 1824 ketika
sedang melakukan ekspedisi di Sungai Amazon Brazilia. Pertumbuhan eceng
gondok yang tinggi, membuat tumbuhan ini dianggap sebagai gulma perairan
yang dapat merusak ekosistem lingkungan perairan. Eceng gondok dengan mudah
menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya. Pertumbuhan massal eceng
gondok akan terjadi bila perairan mengalami penyuburan oleh pencemaran
terutama oleh fosfat. Keadaan ini akan terjadi bila kemampuan asimilasi zat yang
masuk ke perairan mengalami penurunan.
E. Kerangka Pemikiran
1. Jumlah tanaman
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan
penelitian pra-eksperimen. Yang dimaksud dengan rancangan penelitian pra-
eksperimen adalah jenis eksperimen tanpa pengendalian variabel-variabel yang
berpengaruh, diperlukan kelompok kontrol sebagai pembanding. Pertama
dilakukan observasi atau pretest (pengambilan sampel limbah laundry yang telah
ditentukan sebagai unit eksperimen). Selanjutnya sampel ini akan diukur kadar
fosfat yang terkandung di dalamnya menggunakan alat spektrofotometer. Data
hasil pengukuran inilah yang akan dijadikan pembanding untuk sampel limbah
laundry yang telah diberi perlakuan. Supaya lebih efektif, maka dalam proses
eksperimen perlu dilakukan pemisahan penampungan (bak) terhadap limbah
laundry yang baru keluar dari proses pencucian dengan limbah laundry yang
sedang mengalami perlakuan.
Selanjutnya akan dilakukan pengujian dan pengamatan perubahan-
perubahannya setelah adanya eksperimen (penerapan tanaman melati air dan
eceng gondok pada limbah laundry). Bentuk rancangan pra-eksperimen adalah
sebagai berikut:
01 X 02
Keterangan:
01 : Pretest (Hasil pengukuran kadar fosfat pada limbah laundry awal)
X : Perlakuan (Pemberian perlakuan tanaman melati air dan eceng gondok pada
limbah laundry)
02 : Posttest (Hasil pengukuran kadar fosfat dangan cara uji lab menggunakan alat
spektrofotometer)
20
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian pada penelitian ini adalah kawasan yang memiliki jasa usaha
laundry tertinggi (paling banyak) di Kota Malang. Kemudian diambil satu usaha
laundry untuk dijadikan unit eksperimen yang nantinya akan diberi perlakuan.
Penentuan unit eksperimen ini berdasarkan data terkait letak geografis serta
21
C. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian mengenai pengaruh tanaman melati air dan eceng gondok
terhadap penurunan kadar fosfat pada limbah laundry menggunakan instrumen
observasi dan tes.
1. Observasi pada penilitian ini dilakukan guna menentukan lokasi usaha laundry
yang akan digunakan sebagai sampel penelitian. Kemudian dari berbagai asal
sampel limbah laundry tersebut akan diuji menggunakan perlakuan tanaman
melati air dan eceng gondok. Setelah mengalami perlakuan maka limbah
laundry akan diukur kadar fosfatnya menggunakan spektrofotometer yang
mana hasilnya nanti disesuaikan dengan peraturan daerah terkait ambang batas
fosfat yang boleh dibuang ke lingkungan.
2. Pengujian tes pada penelitian ini mengacu pada ambang batas maksimal kadar
fosfat yang boleh dibuang ke lingkungan yang telah ditetapkan oleh peraturan
daerah setempat. Selanjutnya nilai fosfat yang didapat merupakan hasil dari
pengukuran kadar fosfat dalam limbah laundry menggunakan
spektrofotometer.
D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara survei internet, data terkait
peraturan dari Dinas Lingkungan Hidup yang ada di daerah setempat,
PERMENKES dan data hasil tes pengukuran limbah laundry sebelum dan sesudah
diberi perlakuan tanaman melati air dan eceng gondok menggunakan alat
spektrofotometer. Lebih rinci akan dijelaskan pada beberapa tahap di bawah ini;
1. Tahap persiapan
a. Studi pustaka untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk
penelitian selanjutnya.
b. Menentukan subjek penelitian yang pada penelitian ini dibentuk unit
eksperimental.
c. Menyusun instrument penelitian.
d. Mengurus surat ijin penelitian.
e. Menyiapkan surat ijin untuk uji kadar fosfat di laboratorium.
22
Daftar Pustaka
Asfawi, S, dkk. 2014. Dampak Usaha Laundry Terhadap Tigkat Pencemaran Air
Studi Kasus di Kelurahan Pindrikan Kidul. Semarang: Laporan Penelitian
Dosen Pemula Universitas Dian Nuswantoro
Bappeda Pemerintah Kota Malang, 2010. Buku Putih Sanitasi Kota Malang.
Malang: Pemerintah Kota Malang
Fitriyah, A. W, dkk. 2013. Analisis Kandungan Tembaga (Cu) dalam Air dan
Sedimen di Sungai Surabay. Surabaya: Jurnal
Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Juhaeti, T., dkk. 2004. Inventaris Tumbuhan Potensial Untuk Fitoremediasi Lahan
dan Air Terdegradasi Penambang Emas. (Online),
(http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/D/D0601/D060106.pdf), diakses pada 14
Mei 2016
Mehta, O. 2012. Pengolahan Limbah Cair Industri Pulp dan Kertas Kasar Secara
Biologis Menggunakan Tumbuhan Eceng Gondok (Eichornia Crassipes
(Mart.) Solm). Skripsi, ITENAS. Bandung
Notoatmodjo, S. 2011. Kesehatan Masyarakat: Ilmu & Seni. Jakarta: PT. Rineka
Cipta