4.1 Tujuan Percobaan Tujuan dari Percobaan Breakpoint Chlorination(BPC) yaitu untuk menentukan besarnya kebutuhan desinfektan (kaporit) dari sampel air 4.2 Tinjauan Pustaka Klorinasi adalah proses desinfeksi dengan menggunakan Klor pada pengolahan air bersih maupun air limbah. Proses klorinasi dimaksudkan untuk membunuh bakteri yang ada yang dapat membahayakan kesehatan kita. Dalam klorinasi dikenal istilah Chlorine Dosage, Chlorine Demand, Chlorine Residual, Ketersediaan residu klorin bebas, dan Residu Klorin terkobinasi. Chlorine dosage adalah jumlah klorin yang ditambahkan, biasanya dinyatakan dalam mg/L. Chlorine demand adalah jumlah klorine yang tidak tersedia sebagai desinfektan sebagai akibat reaksi dari berbagai senyawa. Chlorine residual adalah jumlah klorin sebagai desinfektan setelah waktu kontak tertentu. Ketersediaan residu klorin bebas adalah jumlah dari residu klorin yang tersedia di dalam air bersih dan air limbah. Sementara residu klorin terkombinasi adalah jumlah dari residual klorin yang telah terkombinasi dengan ammonia atau organik nitrogen lainnya seperti cloroamine dan masih memiliki kekuatan desinfeksi. Bermacam-macam zat kimia seperti Ozon(O3),klor (Cl), klordioksida (CIO) dan proses fisik seperti penyinaran dengan ultra violet dll dapat digunakan untuk desinfeksi air. Dari bermacam-macam zat kimia tersebut klor merupakan zat kimia yang paling sering dipakai karena harganya murah dan mempunyai daya desinfeksi sampai beberapa jam setelah pembubuhannya. Selain dapat membasmi bakteri dan mikroorganisme seperti amoeba,ganggang dan lain-lain, klor juga dapat mengoksidasi ion-ion logam dan memecah molekul seperti warna. Selama prpses tersebut klor sendiri direduksi menjadi klorida yang tidak mempunyai daya desinfeksi. Disamping ini klor juga bereaksi dengan amoniak. Breakpoint chlorination (klorinasi titik rendah) ajalah jumlah klor yang dibutuhkan sehingga : 1. Semua zat yang dapat dioksidasi dapat teroksidasi 2. Amoniak hilang sebagai gas N 3. Masih ada residu klor aktif terlarut yang konsentrasinya dianggap perlu untuk membasmi kuman-kuman. Penambahan kaporit harus sesuai dengan hasil yang didapat dari Break Point Chlorination (BPC) karena bila kurang dari hasil yang didapatkan akan mengakibatkan mikroorganisme yang ada di dalam air kolam renang tidak dapat tereduksi sempurna dan bila kelebihan penambahan kaporit bisa menyebabkan rasa gatal pada kulit akibat reaksi dari kalsium hipoklorit yang berlebih (Tchobanoglous, G, 1991) dan menyebabkan bau yang sangat menyengat dari phenol (Clesceri,L.S., et.al., 1998). Break Point Clorination (BPC) adalah penentuan jumlah klor yang dibutuhkan dalam pereaksian, sehingga semua zat yang dapat dioksidasi menjadi teroksidasi, amoniak hilang sebagai gas N2, dan masih ada residu klor aktif terlarut yang konsentrasinya dianggap perlu untuk desinfeksi mikroorganisme (Santika, S.S.,1987). Proses yang terjadi dari penambahan kaporit sampai didapatkan BPC adalah sebagai berikut : logam – logam zat organik seperti Fe²⁺, Mn²⁺, H2S dan organik lainnya akan bereaksi dengan klorin dan sebagian akan berubah menjadi ion klorida. Kelebihan klorin akan bereaksi dengan amoniak sehingga menghasilkan kloramin, jika jumlah NH3 ( amoniak ) lebih banyak dari klorin maka monokloramin dan dikloramin juga banyak terbentuk (pada awal penyisihan NH4⁺). Tetapi hal ini tergantung dari pH dan temperatur. Penambahan klorin secara terus menerus pada akhir breakpoint akan meningkatkan klorin bebas (yang tidak bereaksi dengan hipoklorit) sehingga peningkatan akan berlangsung selama breakpoint clorination beroperasi. Persen dari penambahan klorin akan bereaksi dengan nitrogen organik dan kemungkinan akan membentuk kurva breakpoint (Tchobanoglous, G., 1991). Jumlah klorin yang harus ditambahkan untuk mencapai tingkat residu yang diinginkan disebut kebutuhan klorin. Dari grafik BPC yang telah diketahui kebutuhan klorinnya bisa digunakan untuk mendapatkan prosentase penyisihan dari ammonium (NH4 ). Konsentrasi kaporit yang didapat dari hasil Break Point Chlorination (BPC) harus dikalikan dengan jumlah air yang akan didesinfektan untuk mendapatkan prosentase penyisihan ammonium ( NH4⁺ ) yang optimum (Clesceri, L.S., et al., 1998).
4.3 Alat dan Bahan
- Alat a. Dapus
Modul praktikum
Clesceri, L.S., Greenberg, A.E., Eaton,
A.D, 1998. Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater. American Public Health Association. Washington DC.
Santika, S.S., Alaerts, G. 1984 . Metoda
Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya
Tchobanoglous, G., Burton, F.L. 1991.
Wastewater Engineering Treatment Disposal Reuse. McGraw-Hill. New York