Anda di halaman 1dari 25

1

FITOREMEDIASI MENGGUNAKAN TUMBUHAN AIR KIAMBANG


(Salvinia molesta)

ENDAH SUSILOWATI

UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
2

FITOREMEDIASI MENGGUNAKAN TUMBUHAN AIR KIAMBANG


(Salvinia molesta)

(Laporan Praktikum Bioteknologi Kehutanan)

Oleh

ENDAH SUSILOWATI

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
2017
1

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .............................................................................................. i

DAFTAR TABEL....................................................................................... ii

I. PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Tujuan Praktikum........................................................................ 2

II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 3


A. Limbah Cair................................................................................. 3
B. Kiambang (Salvinia molesta)....................................................... 5
C. Fitoremediasi............................................................................... 6

III. METODELOGI PRAKTIKUM........................................................ 8


A. Waktu dan Tempat....................................................................... 8
B. Alat dan Bahan............................................................................. 8
C. Cara Kerja.................................................................................... 8

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 10


A. Hasil............................................................................................. 10
B. Pembahasan................................................................................. 11

V. SIMPULAN DAN SARAN................................................................. 15


A. Simpulan...................................................................................... 15
B. Saran............................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 16

LAMPIRAN .............................................................................................. 18
1

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Kiambang pada Media


Air Sungai yang Tercemar ................................................................... 10
2. Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Kiambang pada Media Air
Bersih ................................................................................................... 11
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wilayah perairan seperti daerah aliran sungai merupakan salah satu lingkungan

yang paling sering terkena dampak pencemaran karena hampir semua limbah

dibuang ke lingkungan perairan. Ini karena pada daerah aliran sungai terdapat

berbagai pengguna lahan seperti hutan, perkebunan, pertanian lahan kering dan

persawahan, perikanan, industri dan pemukiman penduduk. Rumah tangga

memiliki peran yang sangat berpengaruh terhadap pencemaran lingkungan,

terutama air.

Air merupakan sumber kehidupan bagi seluruh makhluk hidup di bumi. Air

menjadi satu-satunya sumberdaya alam yang fungsinya sangat penting dan tidak

dapat digantikan oleh sumberdaya alam yang lain. Artinya tanpa adanya air maka

berbagai kehidupan tidak dapat berlangsung, sehingga ketersediaan air bersih

menjadi hal yang harus diprioritaskan. Pencemaran air yang dilakukan oleh

masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan kualitas

air semakin menurun. Akibatnya air menjadi tidak layak untuk digunakan oleh

manusia. Sehingga perlu dilakukan upaya untuk memperbaiki kualitas air, salah

satunya dengan digunakannya tumbuhan sebagai pemurni air, yang dikenal

dengan istilah fitoremediasi.


2

Kiambang merupakan salah satu tanaman air yang mampu memurnikan air yang

telah tercemar. Hal ini dapat dilihat pada badan air yang tercemar seringkali

dijumpai tumbuh oleh kiambang di permukaan airnya. Oleh sebab itu, praktikum

ini perlu dilakukan agar dapat diterapkan untuk mengurangi pencemaran

lingkungan khususnya di wilayah perairan.

B. Tujuan Praktikum

Tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah.

1. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dari fitoremediasi.

2. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan perubahan pada tumbuhan kiambang

(Salvinia molesta) yang tumbuh di air tercemar dan air bersih.


3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Limbah Cair

Pencemaran lingkungan merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam

kehidupan dan limbah merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya

pencemaran lingkungan. Salah satu jenis limbah berdasarkan sifat fisiknya adalah

air limbah yang merupakan gabungan cairan dan air yang mengandung limbah

yang dapat berasal dari perumahan, perkantoran, kawasan industri ataupun

institusi kependidikan (Merdekaningsih, 2012).

Limbah cair domestik adalah air yang telah dipergunakan dan berasal dari rumah

tangga atau pemukiman termasuk di dalamnya adalah yang berasal dari kamar

mandi, tempat cuci, WC, serta tempat memasak. Walaupun teknologi septic tank

sudah banyak digunakan untuk mengolah air kotor dari WC (black water), namun

grey water yang volumenya sekitar 75% dari air limbah rumah tangga umumnya

langsung dialirkan ke saluran pembuangan menuju sungai. Akibatnya beban

pencemaran sungai semakin tinggi. Greywater sendiri merupakan air yang

berasal dari buangan cair aktivitas dapur, bekas mandi, cuci mencuci dan lain

sejenisnya. Pencemaran air didefinisikan sebagai perubahan langsung atau tidak

langsung keadaan air yang berbahaya atau berpotensi menyebabkan penyakit atau

gangguan bagi kehidupan makhluk hidup. Perubahan langsung dan tidak


4
langsung ini dapat berupa perubahan fisik, kimia, biologi atau radioaktif. Kualitas

air merupakan salah satu faktor yang menentukan kesejahteraan manusia.

Penyebab pencemaran badan air berdasarkan sumbernya secara umum dapat

dikategorikan sebagai sumber kontaminasi langsung dan tidak langsung (Suswati,

2012).

Dua jenis bahan cemaran yang terdapat dalam limbah domestik yaitu BOD dan

fosfat. BOD dari air limbah domestik hasil kegiatan rumah tangga menyumbang

50%-75% BOD yang terdapat di sungai sebagai badan air penerima, sisanya

(25%-50%) berasal dari limbah industri. Kadar BOD yang tinggi dalam air dapat

menurunkan kadar Dissolved Oxygen (DO atau oksigen terlarut). Penurunan DO

dalam perairan dapat mengakibatkan kematian ikan dan mikroorganisme air.

Sumber fosfat dapat berasal dari 7% industri, 10% dari proses alamiah, 17%

pupuk pertanian, 34% rumah tangga, dan 32% limbah peternakan. Keberadaan

fosfat yang berlebihan dibadan air menyebabkan suatu fenomena eutrofikasi,

dimana alga dan tanaman air (contohnya eceng gondok dan kiambang) berukuran

mikro tumbuh berkembangbiak dengan cepat (Cordova, 2008).

Air limbah dengan kandungan material organik tinggi yang dibuang ke badan air

akan mengambil oksigen terlarut dalam jumlah besar untuk proses dekomposisi.

Oleh karenanya diperlukan upaya pengolahan air limbah, sebelum dibuang ke

sungai, bukan sebatas percontohan, tetapi dapat diterapkan secara individu

maupun secara komunal. Alternatif pengolahan limbah yang sederhana dan

berdaya guna sangat diperlukan untuk menyelesaikan masalah ini. Salah satu

upaya preventif dalam penurunan konsentrasi limbah domestik yang bisa


5
diterapkan yaitu teknik fitoremediasi. Teknik fitoremediasi didefinisikan sebagai

teknologi pembersihan, penghilangan atau pengurangan zat pencemar dalam tanah

atau air dengan menggunakan bantuan tanaman (Chussetijowati, 2010).

B. Kiambang (Salvinia molesta)

Tanaman kiambang (Salvinia molesta) merupakan nama umum dari paku air dari

genus Salvinia, divisi Pteridophyta. Paku air ini tidak memiliki nilai ekonomi

tinggi. Pemanfaatan kiambang pun masih sangat jarang, kecuali sebagai bahan

baku pupuk dan sering dipakai sebagai bagian dari dekorasi dalam ruang, atau

sebagai tanaman hias kolam atau akuarium. Tanaman air melalui proses

fotosintesis dapat membantu peredaran udara di dalam air dengan menyerap

kelebihan zat hara yang menyebabkan pencemaran air. Kiambang (Salvinia

molesta) adalah salah satu jenis tanaman yang dapat digunakan dalam teknologi

fitoremediasi (Hermawati, 2005).

Kiambang (S. molesta) adalah satu tanaman yang berpotensi menjadi

fitoremediator logam berat dalam pengolahan limbah dan air buangan. Hal ini

dapat diketahui dengan cara memanfaatkan sifat pertumbuhannya yang cepat serta

bentuk akar yang panjang, berbulu halus dan masuk ke dalam air diharapkan

tanaman tersebut dapat dimanfaatkan untuk penyerapan logam berat di perairan.

Penyerapan dan akumulai logam berat oleh tumbuhan dapat dibagi menjadi tiga

proses yang berkesinambung, yaitu penyerapan logam oleh akar, translokasi

logam dari akar ke bagian tumbuhan lain dan lokalisasi logam pada bagian sel

tertentu untuk menjaga agar tidak menghambat metabolisme tumbuhan tersebut.


6
Sedangkan mekanisme fitoremediasi terdiri dari beberapa macam yaitu

fitoekstraksi, rizofiltrasi, fitodegradasi, fitostabilisasi, fitovolatilisasi dan

rizodegradasi (Setiawati, 2005).

C. Fitoremediasi

Ide dasar bahwa tumbuhan dapat digunakan untuk remediasi lingkungan sudah

dimulai dari tahun 1970-an. Seorang ahli geobotani di Caledonia menemukan

tumbuhan Sebertia acuminata yang dapat mengakumulasi hingga 20% Ni dalam

tajuknya dan pada tahun 1980-an, beberapa penelitian mengenai akumulasi logam

berat oleh tumbuhan sudah mengarah pada realisasi penggunaan tumbuhan untuk

membersihkan polutan (Syahputra, 2005).

Fitoremediasi didefinisikan sebagai pencucian polutan yang dimediasi oleh

tumbuhan, termasuk pohon, rumput-rumputan, dan tumbuhan air. Pencucian bisa

berarti penghancuran, inaktivasi atau imobilisasi polutan ke bentuk yang tidak

berbahaya. Awalnya fitoremediasi hanya difokuskan pada kemampuan

hiperakumulator dalam mengatasi pencemaran logam berat dan zat radioaktif,

tetapi kemudian berkembang untuk pencemar anorganik seperti arsen (As) dan

berbagai substansi garam dan nitrat, serta kontaminan organik seperti klorin,

minyak hidrokarbon dan pestisida (Chaney et al., 1995).

Fitoremediasi adalah salah satu metode remediasi dengan mengandalkan pada

peranan tumbuhan untuk menyerap, mendegradasi, mentransformasi dan

mengimobilisasi bahan pencemar logam berat. Tanaman mempunyai kemampuan

mengakumulasi logam berat yang bersifat esensial untuk pertumbuhan dan


7
perkembangan. (Hardiani. 2009). Sedangkan menurut Bahri (2010) fitoremediasi

adalah penggunaan tumbuhan atau pohon untuk menyisihkan ataumenetralakan k

ontaminan, seperti yang berada dalam tanah atau air yang tercemar.

Ada beberapa strategi fitoremediasi yang sudah digunakan secara komersial

maupun masih dalam taraf riset yaitu strategi berlandaskan pada kemampuan

mengakumulasi kontaminan (phytoextraction) atau pada kemampuan menyerap

dan mentranspirasi air dari dalam tanah (creation of hydraulic barriers).

Kemampuan akar menyerap kontaminan dari air tanah (rhizofiltration) dan

kemampuan tumbuhan dalam memetabolisme kontaminan di dalam jaringan

(phytotransformation) juga digunakan dalam strategi fitoremediasi. Fitoremediasi

juga berlandaskan pada kemampuan tumbuhan dalam menstimulasi aktivitas

biodegradasi oleh mikrob yang berasosiasi dengan akar (phytostimulation) dan

imobilisasi kontaminan di dalam tanah oleh eksudat dari akar (phytostabilization)

serta kemampuan tumbuhan dalam menyerap logam dari dalam tanah dalam

jumlah besar dan secara ekonomis digunakan untuk meremediasi tanah yang

bermasalah (phytomining) (Chaney et al. 1995).


8

III. METODELOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan pada hari kamis, 12 Oktober 2017 bertempat di

Laboratorium Silvikultur dan Perlindungan Hutan serta di Rumah Kaca Fakultas

Pertanian Universias Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan saat melakukan praktikum ini adalah botol air kemasan

ukuran 1,5 liter, pisau, penggaris, alat tulis, kamera, timbangan dan lembar

pengamatan. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air sungai yang tercemar,

air bersih dan tanaman kiambang

C. Cara Kerja

Cara kerja dalam praktikum ini adalah.

1. Menyiapkan alat yang akan digunakan.

2. Memotong botol air kemasan menjadi 2 bagian.

3. Mengisi botol yang telah terpotong dengan air tercemar (3 botol) dan air

bersih (3 botol).
9
4. Menghitung jumlah daun dan jumlah tunas pada setiap tanaman kiambang

yang akan digunakan.

5. Mengukur panjang akar setiap tanaman kiambang.

6. Meletakkan tanaman pada air yang tercemar dan air bersih.

7. Mengamati perubahan dan mencatat hasil pengamatan setiap minggu.

8. Membuat laporan praktikum.


10

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil yang diperoleh selama praktikum di lapangan dapat dilihat pada tabel 1 dan

tabel 2 berikut ini.

Tabel 1. Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Kiambang pada Media Air Sungai


yang Tercemar

Hasil pengamatan pada minggu ke-


Tanaman Variabel Ket.
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Jumlah
2 5 9 12 10 13 13 13
Tunas
Berbunga
Jumlah
14 26 32 50 59 55 67 70 pada
Daun
minggu
Panjang 7.
8.5 9 11 20 27 29 28 ke- 5, 6, 7
Akar (cm) 5
dan 8)
Berat
- - - - - - - 0.36
Kering (gr)
2 Jumlah
1 4 4 8 10 8 8 6
Tunas
Daun
Jumlah
8 18 14 35 43 40 43 48 banyak
Daun
busuk
Panjang 7. 28.
12.5 15 17 22 25 37 (minggu
Akar (cm) 5 5
ke-3)
Berat
- - - - - - - 0.38
Kering (gr)
3 Jumlah Daun
- 2 4 6 5 5 6 6
Tunas banyak
Jumlah busuk
7 9 15 17 24 27 32 30
Daun (minggu
Panjang ke-3) dan
5 6.5 8 10 18.5 7 8 7.5
Akar (cm) tunas
Berat berpisah-
- - - - - - - 0.21
Kering (gr) pisah
11
Tabel 2. Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Kiambang pada Media Air Bersih

Tanama Hasil pengamatan pada minggu ke-


Variabel Ket.
n 1 2 3 4 5 6 7 8
1 Jumlah
1 3 4 5 5 5 5 5
Tunas
Jumlah
6 12 19 29 31 36 39 38 Berbunga
Daun
pada
Panjang
4. minggu ke-
Akar 6.5 8.4 10.5 18.5 22 21.5 21.5
2 5, 6, 7 dan
(cm)
8)
Berat
Kering - - - - - - - 0.10
(gr)
2 Jumlah
- 2 2 2 2 2 2 2
Tunas
Jumlah
4 7 10 14 14 15 15 16 Daun
Daun
banyak
Panjang
2. 8. busuk
Akar 4.3 7.5 8 7.5 8 7.5
8 5 (minggu
(cm)
ke-3)
Berat
Kering - - - - - - - 0.07
(gr)
3 Jumlah
1 4 5 5 4 4 5 5
Tunas Daun
Jumlah banyak
8 19 25 28 27 29 30 27
Daun busuk
Panjang (minggu
7. 14.
Akar 10.7 21.5 18 25 28 25.5 ke-3) dan
6 5
(cm) tunas
Berat berpisah-
Kering - - - - - - - 0.09 pisah
(gr)

B. Pembahasan

Dewasa ini lingkungan banyak sekali mengalami pencemaran. Pencemaran

tersebut sebagian besar disebabkan oleh limbah rumah tangga. Salah satu limbah

rumah tangga yang banyak digunakan adalah detergen. Detergen yang ada di

perairan memerlukan waktu yang lama untuk dapat diuraikan, sehingga terkumpul
12
di badan air. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk memperbaiki

lingkungan, yakni melalui fitoremediasi. Fitoremediasi adalah upaya

penggunaan tanaman dan bagian- bagiannya untuk dekontaminasi limbah dan

masalah-masalah pencemaran lingkungan baik secara ex-situ menggunakan kolam

buatan atau reactor maupun in-situ (langsung di lapangan) pada tanah atau daerah

yang terkontaminasi limbah (Hardyanti, 2007).

Praktikum tentang fitoremediasi ini dilakukan selama 8 minggu, dengan

pengamatan dan pengukuran variabel dilakukan setiap minggu. Praktikum ini

menggunakan dua media pertumbuhan yang berbeda, yakni air bersih dan air yang

tercemar dengan limbah rumah tangga. Tanaman yang digunakan adalah

kiambang (Salvinia molesta).

Pemilihan jenis tanaman kiambang yang digunakan sebagai tumbuhan

fitoremediasi dikarenakan kiambang mampu tumbuh di wilayah perairan yang

kotor. Hal ini sejalan dengan pendapat Biber (2008) yang mengatakan bahwa

Salvinia molesta atau kiambang merupakan salah satu tanaman fitoremediator

logam berat non esensial seperti Kadmium (Cd) dan Kromium (Cr) yang terdapat

pada limbah cair (Sudibyaningsih, 2004), serta mampu beradaptasi pada

lingkungan dengan kondisi salinitas rendah (<10‰).

Berdasarkan data pengamatan pertumbuhan tunas pada media air sungai yang

tercemar limbah rumah tangga terjadi naik turun (tidak pasti). Nilai tertinggi

untuk penambahan jumlah tunas terjadi pada tanaman 1 pada minggu ke 4, yakni

sebanyak 12 tunas. Nilai tersebut mengalami penurunan karena banyak daun dan

tunas yang membusuk sebagai bentuk pertahanan dan penyesuaian dengan tempat
13
tumbuh. Selain jumlah tunas, jumlah daun juga menjadi indikator dalam

pengamatan fitoremediasi tanaman kiambang. Pada pengamatan ini jumlah daun

terus meningkat, walaupun pada saat minggu ke 3 pengamatan banyak daun yang

busuk, namun daun tersebut kembali tumbuh dan subur, bahkan beberapa tanaman

terdapat bunga. Artinya bentuk adaptasi tumbuhan tersebut dengan mengurangi

penguapan melalui daun dan untuk keberlangsungannya tumbuhan ini berbunga

dan bereproduksi.

Pada tumbuhan kiambang yang di letakkan di air tercemar jumlah daun terbanyak

ada pada tumbuhan ke 1 yang terjadi pada pengamatan minggu ke 5 yakni 59

helai daun. Setelah menghitung jumlah tunas dan jumlah daun, selanjutnya

pengukuran panjang akar. Pada pengukuran panjang akar tanaman ke 2 panjang

akarnya terus mengalami pertumbuhan panjang. Hal ini karena nutrisi yang

diperlukan banyak untuk melakukan proses fotosintesis. Berat kering untuk

tumbuhan kiambang yang di letakkan di air besih memiliki nilai 0.36 untuk

tanaman 1, untuk tanaman 2 seberat 0.38 gr dan untuk tanaman 3 seberat 0.21 gr.

Pada media tumbuh air bersih, kiambang tidak mengalami banyak perubahan. Hal

ini terlihat dari jumlah tunas yang mendekati konstan untuk setiap tumbuhan uji.

Berbeda dengan jumlah tunas, jumlah daun selalu meningkat, namun

peningkatannya tidak terjadi secara signifikan. Jumlah daun terbanyak terdapat

pada tanaman 1 di minggu ke 7 yakni 39 helai daun. Pengukuran selanjutnya

dalah pengukuran panjang akar. Akar tumbuhan kiambang pada media air bersih,

nilainya mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2. Akar yang

paling panjang yakni 28 cm (pada tanaman 3 di minggu ke 7). Berat kering untuk
14
tumbuhan kiambang yang di letakkan di air besih memiliki nilai 0.10 untuk

tanaman 1, untuk tanaman 2 seberat 0.07 gr dan untuk tanaman 3 seberat 0.09 gr.
15

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan yang diperoleh setelah melakukan praktikum ini adalah.

1. Fitoremediasi berfungsi untuk memperbaiki kualitas lingkungan yang tercemar

menjadi layak (baik) dengan bantuan tumbuhan.

2. Perbedaan pertumbuhan kiambang pada air tercemar dan air bersih adalah

pertumbuhannya lebih baik dan cepat pada media air yang tercemar, meskipun

mengalami penurunan yang diakibatkan oleh adapatasi lingkungan.

B. Saran

Saran untuk praktikum ini adalah untuk kedepannya sarana dan prasara lebih

ditingkatkan lagi. Hal ini agar hasil yang diperoleh dan dilaporan benar-benar

hasil yang diperoleh secara kontinu dan di perlakuan yang diberikan sesuai

dengan petunjuk (panduan praktikum).


16

DAFTAR PUSTAKA

Bahri, S. 2010. Firoremediasi Timbal (Pb) dalam Air Tercemar oleh Tumbuhan
Air Great Duckweed (Spirodela polyrhiza). Jurnal Teknik Hidraulik. 1(2) :
95 – 192.

Biber, P. D. 2008. Determining Salinitytolerance of giant Salvinia using


chlorophyll fluoreScence. Gulf and Caribbean Research. 21.

Chaney, R.L. 1995. Improving metal hyperaccumulators wild plants to develop


commercial phytoextraction system: aproaches and progress. Di dalam :
Proc Symp Phytoremediation, Inc Conf Biochemistry of Trace Elements.
Berkly, CA.

Chussetijowati, J. 2010. Fitoremediasi Radionuklida 134Cs dalam Tanah


Menggunakan Tanaman Bayam (Amaranthus sp.). Prosiding Seminar
Nasional ke-16 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas
Nuklir.ITS. Surabaya.

Cordova, M. R. 2008. Kajian Air Limbah Domestik di Perumnas Bantar Kemang,


Kota Bogor dan Pengaruhnya pada Sungai Ciliwung. Skripsi. Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
IPB. Bogor

Hardiani, H. 2009. Potensi Tanaman dalam Mengakumulasi Logam Cu pada


Media Tanah Terkontaminasi Limbah Padat Industri Kertas. Jurnal
Penelitian. 44 (1) : 27 – 40.

Hardyanti. 2007. Fitoremediasi Phospat dengan Pemanfaatan Eceng Gondok


(Studi Kasus pada Limbah Cair Industri Kecil Laundry). Jurnal
PRESIPITASI. 2 (1).
17
Hermawati, E., Wiryanto dan Solichatun.. 2005. Fitoremediasi Limbah Detergen
Menggunakan Kayu Apu (Pistia stratiotes L.) dan Genjer (Limnocharis
flava L.). Biosmart. 7(2).

Hidayati, N. 2005. Fitoremediasi dan Potensi Tumbuhan Hiperakumulator. Pusat


Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor.

Merdekaningsih, M. D. 2013. Gulma mata ikan (Lemna perpusilla L.) sebagai


Agen Penyerap Logam Berat (Cu, Cd, Mn dan Fe) dari Limbah Cair
Laboratorium Kimia. Skripsi. Fakultas Sains dan Matematika, Universitas
Kristen Satya Wacana, Salatiga.

Setiawati. 2005. Kajian Eceng Gondok Sebagai Fitoremedia 134


Cs. Jurnal
Penelitian. 7 (1) : 11 – 15.

Sudibyaningsih, 2005. Gulma air Eichhornia crassipes dan Salvinia molesta


sebagai fitoremidiator logam kadmium dan krom heksavalen dalam
penanganan limbah cair. Agris Record. Purwokerto.

Suswati, A.C.S. 2012. Analisis Luasan Constructed Wetland Menggunakan


Tanaman Iris dalam Mengolah Air Limbah Domestik (Greywater).
Indonesia Green Technology Journal. 1 (3).

Syahputra, R. 2005. Fitoremediasi Logam Cu dan Zn dengan Tanaman Eceng


Gondok (Eichornia crassipes). Jurnal Penelitian. 2 (2).
18

LAMPIRAN
19

DOKUMENTASI

Gambar 1. Pengukuran panjang akar tumbuhan kiambang

Gambar 2. Tumbuhan kiambang diawal praktikum yang diberi perlakuan


media yang beda
20

Gambar 3. Tumbuhan kiambang yang sedang beradaptasi dengan lingkungan


barunya (pengamatan minggu ke- 3).

Gambar 4. Tumbuhan kiambang yag sudah beradaptasi dan perlahan membaik


(pengamatan minggu ke- 4)
21

Gambar 5. Tumbuhan kiambang yang berbunga pada media air tercemar

Gambar 6. Tumbuhan kiambang pada media air bersih di akhir pengamatan

Anda mungkin juga menyukai