Anda di halaman 1dari 21

1

PEMBUATAN MOL (MIKROORGANISME LOKAL) DENGAN


MENGGUNAKAN GEDEBOK PISANG

ENDAH SUSILOWATI

UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
1

PEMBUATAN MOL (MIKROORGANISME LOKAL) DENGAN


MENGGUNAKAN GEDEBOK PISANG

(Laporan Praktikum Bioteknologi Kehutanan)

Oleh

ENDAH SUSILOWATI

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
1

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ............................................................................................... i

DAFTAR TABEL ...................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. iii

I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Tujuan Praktikum .............................................................................. 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3

III. METODELOGI PRAKTIKUM ........................................................ 7


A. Waktu dan Tempat............................................................................. 7
B. Alat dan Bahan .................................................................................. 7
C. Cara Kerja .......................................................................................... 7

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 9


A. Hasil ................................................................................................... 9
B. Pembahasan ....................................................................................... 10

V. SIMPULAN ......................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 13

LAMPIRAN ................................................................................................ 14
1

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil Pengamatan Pembuatan MOL ...................................................... 9


1

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. MOL pada pengamatan hari pertama ...................................................... 15

2. MOL pada pengamatan di hari ke-3........................................................ 15

3. MOL pada pengamatan di hari ke-5......................................................... 16

4. MOL pada pengamatan di hari terakhir .................................................. 16


1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

MOL (mikroorganisme lokal) merupakan larutan hasil fermentasi dari bahan sisa-

sisa pembusukan yang mudah terurai. Sehingga didalam MOL terdapat kumpulan

mikroorganisme yang bisa diternakkan, yang berfungsi sebagai starter dalam

pembuatan bokasi atau kompos. Pembuatan MOL dapat dilakukan dengan

memanfaatkan limbah pertanian seperti gedebok pisang yang telah membusuk

sehingga dapat meningkatkan nilai tambah limbah, serta mengurangi pencemaran

lingkungan.

MOL yang telah selesai fermentasinya akan berbentuk larutan kental. Larutan

MOL dapat digunakan sebagai dekomposer. Hal ini dikarenakan larutan MOL

mengandung bakteri yang berpotensi merombak bahan organik. Selain itu larutan

MOL juga mengandung unsur hara mikro dan unsur hara makro yang baik untuk

kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman. Sehingga penggunaannya sebagai

pupuk (baik pupuk cair maupun untuk pembuatan kompos) sangat

menguntungkan. Selain aspek ekologi, secara ekonomi pemakaian MOL juga

memiliki keuntungan karena biaya yang dikeluarkan untuk membuatnya murah

dan pembuatannya sangat mudah.


2

Oleh karna itu, praktikum ini dilakukan untuk mengetahui proses pembuatan

MOL sehingga dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia

B. Tujuan Praktikum

Tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah.

1. Mahasiswa dapat mengetahui cara membuat MOL dari gedebok pisang.

2. Mahasiswa dapat mengetahui ciri-ciri MOL yang siap pakai.


3

II. TINJAUAN PUSTAKA

MOL adalah cairan yang berbahan dari berbagai sumber daya alam yang tersedia

setempat. MOL mengandung unsur hara makro dan mikro dan juga mengandung

mikrobaa yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang

pertumbuhan dan sebagai agen pengendali hama penyakit tanaman. Berdasarkan

kandungan yang terdapat dalam MOL tersebut, maka MOL dapat digunakan

sebagai pendekomposer, pupuk hayati, dan sebagai pestisida organik terutama

sebagai fungisida (Purwasasmita dan Kunia, 2009 dalam Suhastyo, Anas, Santoso

dan Lestari, 2013).

Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai

starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama

MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

mikroorganisme. Bahan dasar untuk fermentasi larutan MOL dapat berasal dari

hasil pertanian, perkebunan, maupun limbah organik rumah tangga. Karbohidrat

sebagai sumber nutrisi untuk mikroorganisme dapat diperoleh dari limbah organik

seperti air cucian beras, singkong, gandum, rumput gajah, dan daun gamal.

Sumber glukosa berasal dari cairan gula merah, gula pasir, dan air kelapa, serta

sumber mikroorganisme berasal dari kulit buah yang sudah busuk, terasi, keong,

nasi basi, dan urin sapi (Hadinata, 2008 dalam Handayani, 2014).
4

MOL sebagai cairan yang terbuat dari limbah atau bahan-bahan organik selain

mengandung mikroba juga mengandung sifat-sifat kimia yang mempengaruhi

pertumbuhan mikrobaa tersebut. Sifat-sifat kimia yang mempunyai pengaruh

terhadap pertumbuhan mikrobaa antara lain adalah pH. pH merupakan derajat

kemasaman yang menunjukkan banyaknya ion H+ atau OH- dalam suatu larutan.

Apabila ion H+ lebih banyak dari OH- disebut masam dan apabila ion OH- lebih

banyak daripada ion H+ disebut basa. Derajat kemasaman penting bagi

pertumbuhan mikrobaa. Sebagian besar mikrobaa menyukai pH netral (pH 7)

untuk pertumbuhannya. Sifat kimia lain yang terdapat dalam larutan MOL adalah

konduktivitas listrik (EC, Electrical Conductivity) atau daya hantar listrik, dimana

EC ini berhubungan dengan pengukuran kadar garam dalam larutan hara. EC

memberi indikasi mengenai hara yang terkandung dalam larutan dan yang diserap

oleh akar. Larutan kaya hara akan mempunyai EC yang lebih besar daripada

larutan yang mempunyai sedikit hara. Nilai EC tergantung jenis ion yang

terkandung dalam larutan hara, konsentrasi ion dan suhu larutan (Suhastyo, Anas,

Santoso dan Lestari, 2013).

Tanaman pisang memiliki banyak manfaat terutama yang banyak dikonsumsi

masyarakat adalah buahnya, sedangkan bagian tanaman pisang yang lain, yaitu

jantung, batang, kulit buah, dan bonggol jarang dimanfaatkan dan dibuang begitu

saja menjadi limbah pisang. Bonggol pisang ternyata mengandung gizi yang

cukup tinggi dengan komposisi yang lengkap, mengandung karbohidrat (66%),

protein, air, dan mineral-mineral penting (Munadjim, 1983 dalam

Kesumaningwati, 2015). Menurut Sukasa dkk.(1996 dalam Kesumaningwati,

2015), bonggol pisang mempunyai kandungan pati 45,4% dan kadar protein
5

4,35%. Bonggol pisang mengandung mikrobia pengurai bahan organik.

Mikrobia pengurai tersebut terletak pada bonggol pisang bagian luar maupun

bagian dalam (Suhastyo, 2011 dalam Kesumaningwati, 2015). Jenis mikrobia

yang telah teridentifikasi pada MOL bonggol pisang antara lain Bacillus sp,

Aeromonas sp., dan Aspergillus nigger. Mikrobia inilah yang biasa

mendekomposisi bahan organik (Kesumaningwati, 2015).

Bagi lingkungan hidup seperti tanah, adanya mikroorganisme dapat menentukan

tingkat kesuburan tanah dan memperbaiki kondisi tanah. Metode pemupukan

dalam pertanian organik sebenarnya bertumpu pada peran mikroorganisme.

Mikroorganisme ini sebenarnya sangat mudah dibudidayakan dan dikenal sebagai

mikroorganisme lokal (MOL). Salah satu mikroorganisme yang menguntungkan

dalam pembuatan kompos adalah bakteri. Seperti yang kita ketahui bahwa

terdapat kelompok bakteri yang mampu mengikat gas N2 dari udara bebas dan

mengubahnya menjadi amonia sehingga ketersediaan nitrogen dalam tanah tetap

terjaga sehingga tanah tetap subur. Bakteri ini misalnya antara lain Azotobacter

vinelandii yang hidup bebas dan menghasilkan amonia berlimpah di dalam tanah

sehingga mampu menyuburkan tanaman, khususnya kelompok jagung-jagungan

dan gandum. Clostridium pasteurinum, hidup bebas dalam berbagai kondisi tanah

dalam lingkungan anaerob. Rhizobium leguminosum yang bersimbiosis dengan

tanaman jenis polong-polongan (leguminoceae) yang membentuk bintil-bintil

akar. Nitrosomonas sp. dan Nitrosococcus sp, yang berperan mengubah amonia

menjadi nitrit serta nitrobacter yang bermanfaat mengoksidasi nitrit menjadi nitrat

dan langsung dapat dimanfaatkan oleh tanaman (Mulyono, 2014).


6

Menurut Ardiansyah (2013), MOL dapat digunakan langsung disemprotkan ke

tanaman dalam meningkatkan kesuburan tanaman dan juga dalam meningkatkan

kesuburan tanah. MOL dapat langsung dimanfaatkan tanaman karena sudah

berupa larutan. MOL juga dapat digunakan dalam proses penguraian

pengomposan. Misalnya, pengomposan pupuk kandang ayam dan pupuk kandang

sapi karena MOL mengandung bakteri pengurai di dalam larutannya. Adapun

manfaat dari MOL sebagai berikut.

1. Menyediakan ketersediaan unsur hara yang sangat cepat karena udah berupa

larutan.

2. Dapat disemprotkan langsung oleh tanaman, sehingga diserap melalui

dedaunan tanaman.

3. Dapat digunakan sebagi dekomposer dalam pengomposan.

4. Mengendalikan hama dan penyakit dan tanaman.

5. Mengurangi penggunaan pestisida yang dapat menurunkan kualitas tanaman.

6. Dengan adanya MOL maka buah-buahan yang busuk ataupun yang lain dapat

dimanfaatkan.
7

III. METODELOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan pada hari kamis, 28 September 2017 bertempat di

Laboratorium Silvikultur dan Perlindungan Hutan Jurusan Kehutanan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung, Bandar Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan saat melakukan praktikum ini adalah ember, tali rafia,

kantong plastik, pengaduk, panci, gayung, golok dan tallysheet. Sedangkan bahan

yang digunakan dalam praktikum ini adalah terasi 1/8 kg, gula pasir ½ kg, bekatul

(dedak) ½ kg, air mendidih 4 liter, air biasa ± 1 liter dan gedebok pisang.

C. Cara Kerja

Cara kerja dalam praktikum ini adalah.

1. Merebus air hingga mendidih sebanyak 4 liter.

2. Memasukkan terasi dan gula pasir, lalu diaduk sampai rata.

3. Menambahkan bekatul (dedak) kedalam air mendidih lalu diaduk rata.

4. Adonan bekantul, gula dan terasi lalu di dinginkan.


8

5. Memeras gedebok pisang yang telah busuk.

6. Memasukkan air perasan gedebok pisang yang telah diberi air dingin kedalam

adonan bekatul yang telah dingin, lalu diaduk rata.

7. Menutup rapat dengan kantong plastik dan diikat dengan tali rafia.

8. Membuka dan mengaduk MOL yang belum jadi tersebut pada hari ke-3, hari

ke-5 dan hari ke-7.

9. Mengamati perubahan warna, aroma dan kondisi fisik dari MOL pada setiap

pengadukan.
9

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil yang diperoleh selama pembuatan MOL dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Pembuatan MOL


Perubahan yang Diamati
Pengamatan
Kondisi Gambar
Hari Ke- Warna Aroma
Fisik

Cair dan
1. Coklat Terasi
padat

2. Coklat susu Sedikit asam Kental

Seperti bau Kental


3. Coklat susu
tapai berbuih

Seperti bau Kental


4. Coklat susu
tapai berbuih
10

B. Pembahasan

MOL dapat dimanfaatkan pada berbagai kebutuhan. Implementasi MOL salah

satunya yaitu sebagai bahan awalan untuk membuat pupuk organik. Menurut

Direktorat Pengelolaan Lahan (2007 dalam Mamilianti 2012), mikroorganisme

lokal (MOL) merupakan bahan cair yang terbuat atau terbentuk dari berbagai

bahan alami disukai tanaman sebagai media hidup dan berkembang yang

dicampurkan agar mikroorganisme dapat berkembang. MOL yang dimanfaatkan

dalam pembuatan pupuk organik berguna dalam mempercepat penguraian bahan

organik agar lebih mudah hancur sehingga lebih cepat di aplikasikan ke lahan-

lahan yang digunakan untuk pertanaman.

Praktikum pembuatan MOL ini dilakukan dengan menggunakan air gula sebagai

sumber glukosa bagi bakteri MOL, air perasan gedebok pisang yang busuk

sebagai bahan MOL, terasi sebagai sumber protein bagi bakteri dan bekatul

(dedak) sebagai sumber karbohidrat untuk bakteri MOL. Gedebok pisang

digunakan sebagai sumber mikroba yang menguntungkan karena pisang

mengandung zat pengatur tumbuh giberellin dan sitokinin. Selain itu menurut

Lukitaningsih (2010 dalam Pratiwi, 2015), di dalam MOL yang terbuat dari

bonggol pisang mengandung tujuh mikroorganisme yang sangat berguna bagi

tanaman yaitu : Azospirillium, Azotobacter, Bacillus, Aeromonas, Aspergillus,

mikroba pelarut fosfat dan mikroba selulotik. Penggunaan terasi pada praktikum

ini bertujuan sebagai sumber protein bagi bakteri.

Pada pembuatan MOL, wadah yang digunakan adalah ember, hal ini dimaksudkan

agar proses pendekomposisian dapat terjadi dengan baik, dan siklus udara atau
11

suplai oksigen cukup baik, sehingga tingkat keberhasilan pembuatan MOL lebih

tinggi. Saat pembuatan MOL, ember di tutup dengan plastik (atau sejenisnya), hal

ini karna proses fermentasi menggunakan bakteri anaerob. Bakteri ini tidak

memerlukan O2 dalam jumlah banyak (yang penting ada sirkulasi O2 dalam

beberapa hari sekali). Setelah MOL dimasukkan ke dalam ember di amati selama

tujuh hari, dengan periode waktu pengamatan dimulai saat setelah mencampurkan

air perasan gedebok pisang kedalam larutan bekatul, kemudian hari ke-3, hari ke-

5 dan hari ke-7. Pada waktu (hari) pengamatan, MOL di buka tutupnya dan

diaduk-aduk, hal ini bertujuan agar proses fermentasi lebih cepat dan suplai O2

tercukupi.

Komponen yang diamati adalah perubahan warna, bau dan tekstur MOL. Pada

hari pertama pengamatan warna dari MOL masih berwarna coklat dengan bau

terasi yang menyengat dan tekstur dari MOL masih belum kental (cairan dan

padatan belum menyatu). Pengamatan di hari ke-3 mengalami perubahan, warna

yang awalnya coklat berubah menjadi coklat susu, bau terasi berubah menjadi bau

sedikit asam dan kondisi fisik MOL-nya sudah kental. Mulai di hari ke-5 sampai

hari ke-7 MOL tidak mengalami perubahan warna, namun baunya berubah

menjadi menyerupai bau tapai dan tekstur (kondisi fisiknya) lebih kental dan ada

buih-buih di permukaannya. Dengan adanya perubahan tersebut dapat dikatakan

bahwa MOL yang dibuat telah berhasil dan dapat diaplikasikan untuk pembuatan

kompos (komposting).
12

V. SIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan praktikum ini adalah.

1. Cara membuat MOL dari gedebok pisang cukup mudah, yakni dengan cara

mencampurkan air perasan gedebok pisang kedalam adonan bekatul, gula dan

terasi.

2. Ciri-ciri MOL yang siap untuk digunakan adalah warnanya coklat susu, pada

permukaannya muncul buih-buih dan adonannya kental serta aromanya

menyerupai aroma tapai ketan.


13

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, F. 2013. MOL (Mikroorganisme Lokal). http://fiqhiardiansyah.


blogspot.co.id/ 2013/ 04/mol-mikro-organisme-lokal.html. Diakses pada 10
Oktober 2017.

Handayani, I. 2014. Mikroorganisme Lokal (MOL) Dan Komposting. Universitas


Lampung. Bandar Lampung. 19 p.

Kesumaningwati, R. 2015. Penggunaan Mol Bonggol Pisang (Musa paradisiaca)


Sebagai Dekomposer Untuk Pengomposan Tandan Kosong Kelapa Sawit.
Jurnal Ziraa`ah. 1(40) : 40-45.

Mamilianti, W. 2012. Pengaruh MOL (Mikroorganisme Lokal) Terhadap


Penggemukan Sapi Potong Sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan
Peternak. Jurnal Agronomix. 2(2) : 85-93.

Mulyono. 2014. Membuat MOL dan Kompos dari Sampah Rumah Tangga. PT
Agro Media Pustaka. Jakarta Selatan.

Pratiwi, D. 2015. Pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL). Universitas


Lampung. Bandar Lampung.

Suhastyo, A. A., Anas, I., Santoso, D. A. dan Lestari, Y. 2013. Studi


Mikrobiologi dan Sifat Kimia Mikroorganisme Lokal (MOL) yang
digunakan Pada Budidaya Padi Metode Sri (System Of Rice Intensification).
Sainteks. 2 (10) : 29 - 39.
14

LAMPIRAN
15

DOKUMENTASI

Gambar 1. MOL pada pengamatan hari pertama.

Gambar 2. MOL pada pengamatan di hari ke-3.


16

Gambar 3. MOL pada pengamatan di hari ke-5.

Gambar 4. MOL pada pengamatan di hari terakhir.

Anda mungkin juga menyukai