Disusun Oleh:
Kelompok 9
Kelas Peminatan Kesehatan Lingkungan
Nisa Amira
101211131045
101211132022
................................................................................................................. ii
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Dampak Kesehatan Sifat Kimiawi Air Gambut 4
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Lahan gambut adalah tanah organik yang terbentuk dari pembusukan tumbuhan
sehingga memiliki kandungan bahan organik yang tinggi dan sifatnya cenderung basah.
Indonesia merupakan negara keempat dengan luas lahan rawa gambut terluas di dunia, yaitu
sekitar 20,6 juta ha atau sekitar 10,8% dari luas daratan Indonesia, setelah Kanada (170 juta
ha), Uni Soviet (150 juta ha), dan Amerika Serikat (40 juta ha). Lahan gambut di Indonesia
tersebar di wilayah Sumatra sebesar 7,2 juta ha (35%), sedangkan sisanya di wilayah
Kalimantan dan Papua.
Sifat lahan gambut yang basah menunjukkan adanya kandungan air yang tinggi.
Menurut Mutalib, dkk. (1990) kadar air lahan gambut berkisar 100-1.300% dari berat
keringnya. Hal itu menunjukkan bahwa lahan gambut mampu menyerap air hingga 13 kali
dari beratnya. Sifat hidrofilik lahan gambut tersebut merupakan potensi cadangan air yang
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat mengingat ketersediaan air bersih di beberapa daerah
mulai terbatas. Meskipun demikian, cadangan air pada lahan gambut tidak serta-merta bisa
dimanfaatkan secara langsung karena sifat fisik dan kimia lahan gambut berbeda dari sifat
tanah pada umumnya. Air pada lahan gambut bersifat asam sehingga belum layak konsumsi.
Oleh karena itu pemanfaatan air pada lahan gambut memerlukan treatment khusus melalui
teknologi pengolahan air gambut. Selain itu, akses air bersih masyarakat di lingkungan lahan
gambut masih rendah yaitu sekitar 30%, bahkan diperkirakan akses air bersih pada masyrakat
di lingkungan lahan gambut marginal hanya sebesar 10%. Masyarakat yang tinggal di
wilayah lahan gambut rata-rata masih mengandalkan air dari hujan.
Pusat penelitian limnlogi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah
mengembangkan teknologi Instalasi Pengolahan Air Gambut (IPAG) yang diberi nama
teknologi IPAG60 yang akan kami bahas lebih lanjut pada makalah ini.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan teknologi IPAG60?
2. Bagaimana prinsip kerja teknologi IPAG60?
3. Bagaimana sistem pengolahan air pada teknologi IPAG60?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Memiliki intensitas warna yang tinggi, artinya air ini memiliki warna coklat
kemerahan. Warna ini merupakan akibat tingginya kandunan zat organik yang
berasal dari dekomposisi bahan organik. Dalam kondisi terlarut, zat organik ini
memiliki sifat sangat tahan terhadap mikroorganisme (Syarfi dalam Rubinatta, 2014)
b.
c.
d.
e.
Warna coklat kemerahan pada air gambut disebabkan oleh tingginya kandungan
organik, yang dimaksud dengan bahan organik ini adalah bahan humus. Bentuk
utamanya adalah asam humus dan turunannya. Sedangkan berdasarkan kelarutannya
dalam alkali dan asam, asam humus terbagi dalam tiga klasifikasi, yaitu (Ariyanto,
2009) :
a.
Asam Humat, merupakan golongan yang larut dalam larutan basa, tetapi tidak
larut dalam larutan asam (pH < 2), memiliki gugus fungsional seperti COOH, OH fenolat, maupun OH alkoholat, serta pada pH yang tinggi akan membentuk
koloid sedangkan pada pH rendah mampu mengadsorpsi logam dengan cara
presipitasi.
2
b.
Asam Fulvat, golongan yang larut dalam larutan asam maupun basa
c.
Humin, merupakan golongan yang tidak larut dalam larutan asam maupun basa.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Teknologi IPAG60
Teknologi Instalasi Pengolahan Air Gambut (IPAG60) ini merupakan teknologi yang
dikembangkan oleh Pusat Penelitian Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
untuk mengolah air gambut menjadi air bersih yang layak dikonsumsi oleh masyarakat.
Teknologi ini dikembangkan oleh peneliti dari Pusat Penelitian Limnologi LIPI, yaitu bapak
Ignasius D. A. Sutapa. Pada tahun 2012, LIPI telah memproduksi IPAG60 sebanyak 3 unit
dan hingga saat ini masih terus diproduksi. Teknologi ini sudah digunakan di Kabupaten
Katingan, Kalimantan Tengah dan Kabupaten Bengkalis, Riau untuk membantu ketersediaan
air bersih masyarakat sekitar.
Jumlah air bersih yang dihasilkan IPAG60 tiap menitnya adalah 60 liter. Kualitas air
bersih yang dihasilkan oleh proses pengolahan IPAG60 sudah sesusai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan No. 492 tahun 2010 tentang air bersih. Teknologi IPAG60 tidak
membutuhkan energi listrik yang besar sehingga ke depannya teknologi ini dapat diakses
masyarakat secara menyeluruh.
3.2
meliputi:
1. Koagulasi (pengendapan)
Tahap pertama dilakukan dengan mengendapkan air gambut dengan bantuan
koagulan. Koagulan yang digunakan pada tahapan ini adalah alum sulfat atau
tawas. Konsentrasi alum sulfat yang digunakan tergantung kepekatan air gambut
yang diolah, dengan variasi hingga 50 ppm.
2. Flokulasi
Tahapan berikutnya hampir sama dengan proses koagulasi, flokulasi merupakan
proses pembentukan flok yang dapat diendapkan melalui proses pengadukan yang
lambat. Partikel-partikel yang besar akan bergabung menjadi flok yang besar
sehingga lebih mudah diendapkan.
3. Sedimentasi
Hasil dari koagulasi dan flokulasi akan menghasilkan endapan yang akan
ditampung pada tangki sedimentasi. Sedangkan air
berdasarkan
tingkat
efisiensi
proses
koagulasi.
Media
filter
3.3
fungsinya masing-masing. Secara garis besar sistem pengolahan air pada IPAG60 terdiri dari
4 komponen utama yang secara detail dapat dilihat pada gambar 1.1 dan 1.2 berikut:
1. Penampung: berfungsi untuk menampung air gambut yang akan diolah.
2. Tangki Koagulator: merupakan tempat untuk proses koagulasi dan flokulasi
6
3. Tangki Sedimentasi: merupakan tempat untuk menampung air dan endapan dari
proses sebelumnya
4. Tangki Filtrasi: merupakan tempat untuk menampung air yang akan disaring.
BAB IV
KESIMPULAN
Teknologi Instalasi Pengolahan Air Gambut (IPAG60) ini merupakan teknologi yang
dikembangkan oleh Pusat Penelitian Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
untuk mengolah air gambut menjadi air bersih yang layak dikonsumsi oleh masyarakat.
Prinsip kerja dalam IPAG60 adalah mengikuti tahapan sebagai berikut, koagulasi
(pengendapan), flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dekolorisasi, netralisasi, dan desinfeksi.
Sistem IPAG60 terdiri dari penampung, tangki koagulator, tangki sedimentasi, dan tangki
tangki filtrasi. Meskipun sebelumnya berdasarkan peraturan pemerintah air dari lahan gambut
tidak memenuhi syarat untuk air baku, namun dengan pengolahan IPAG60 air ini dapat
digunakan untuk air baku.
DAFTAR PUSTAKA
Balai Penelitian Tanah. 2012. Page 1 3 Genesis Lahan Gambut Di Indonesia. [ONLINE]
Available
at:
http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/subiksagambut.pdf.
[Accessed 09 April 15].
Corner Stone. 2012. Studi Pemanfaatan Gambut Asal Sumatera: Tinjauan Fungsi Gambut
Sebagai Bahan Ekstraktif, Media Budidaya Dan Peranannya Dalam Retensi Carbon.
[ONLINE]
Available
at:
http://www.cornerstone-msc.net/peat-
[Accessed
27 May 2015].
Eri, Iva Rustanti dan Wahyono Hadi. 2012. Kajian Pengolahan Air Gambut Menjadi Air
Bersih Dengan Kombinasi Proses Upflow Anaerobic Filter Dan Slow Sand Filter.
[ONLINE] Available at: http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-10753-Paper.pdf.
[Accessed 09 April 15].
Iwan, Sasli, 2011. Karakterisasi Gambut Dengan Berbagai Bahan Amelioran Dan
Pengaruhnya Terhdap Sifat Fisik Dan Kimia Guna Mendukung Produktivitas Lahan
Gambut. AGROVIGOR, Vol. 4, No. 1, 42-50.
Kusnaedi, 2006. Mengolah Air Gambut dan Kotor untuk Air Minum. Penebar Swadaya,
Jakarta
NP. Sri, Ratmini, 2012. Karakteristik dan Pengelolaan Lahan Gambut untuk Pengembangan
Pertanian. Jurnal Lahan Suboptimal, Vol. 1, No. 2, 197-206.
Oktavia, Vina. 5 Juli 2014. IPAG60 Sulap Air Gambut Jadi Air Bersih (Online),
http://teknopreneur.com/cleantech/teknopreneur-ipag60-sulap-air-gambut-jadi-airbersih
OPI LIPI. 2012. Kajian Jar Test Koagulasi-Flokulasi Sebagai Dasar Perancangan Instalasi
Pengolahan Air Gambut (Ipag) Menjadi Air Bersih. [ONLINE] Available at:
http://www.opi.lipi.go.id/data/1228964432/data/13086710321320146107.makalah.pdf.
[Accessed 09 April 15].
Pratiwi, Fuji. 22 Oktober 2013. Lahan Gambut Potensi Lahan Perkebunan Indonesia
(Online),
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/10/22/mv1nag-lahan-
gambut-potensi-lahan-perkebunan-indonesia
Rubinatta, Ardy, Rizki Purnaini, Kiki Prio Utomo, 2014. PERANCANGAN ALAT
PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA MENJADI AIR MINUM SKALA
RUMAH TANGGA . Jurnal Online Mahasiwa Fakultas Teknik Untan, [Online].
Available
at:
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uac
t=8&ved=0CC0QFjAC&url=http%3A%2F%2Fjurnal.untan.ac.id%2Findex.php%2Fjm
tluntan%2Farticle%2Fview%2F5555&ei=nGJmVcrbDJOMuASAhoLIBg&usg=AFQj
CNGhqhuDm-De0KgdcU1T1JQq-50UpQ&bvm=bv.93990622,d.c2E
[Accessed
27
May 2015].
Tunggal, Nawa. 3 Agustus 2012. Mengolah Air Gambut Menjadi Air Sehat, (Online),
http://sains.kompas.com/read/2012/08/03/11060761/Mengolah.Air.Gambut.Menjadi.Ai
r.Sehat
Wetlands
International.
Peta
dan
Atlas
Distribusi
Lahan
Gambut
(Online),
http://indonesia.wetlands.org/Infolahanbasah/PetaSebaranGambut/tabid/2834/languag
e/id-ID/Default.aspx
vi