Anda di halaman 1dari 25

REVISI MAKALAH PENGELOLAAN AIR

DESALINASI AIR LAUT DENGAN SISTEM


OSMOSIS BALIK (REVERSE OSMOSIS)

Oleh:
Kelompok 12
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN 2012

Nurvita Tri K

101211132025

Ika Prastiani

101211133007

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
SURABAYA
2015

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ...................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3 Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Air Laut ................................................................................. 4
2.2 Pengertian Pengolahan Air Laut ............................................................. 4
2.3 Aplikasi Pengolahan Air Laut
2.4.1 Pengertian Desalinasi Air Laut dengan Sistem Reverse Osmosis . 6
2.4.2 Peralatan Desalinasi Air Laut dengan Sistem Reverse Osmosis.... 7
2.4.3 Proses Desalinasi Air Laut dengan Sistem Reverse Osmosis ........ 8
2.4.4 Keunggulan dan Kelemahan Sistem Reverse Osmosis .................. 13
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Aplikasi Desalinasi Air Laut dengan Sistem Reverse Osmosis di Desa
Tarupa Kecamatan Taka Bonerate Kabupaten Selayar
3.1.1 Gambaran Umum Desa Tarupa Kecamatan Taka Bonerate
Kabupaten Selayar Pulau Selayar .................................................. 15
3.1.2 Proses Desalinasi Air Laut dengan Sistem Reverse Osmosis ........ 16
3.1.3 Hasil Desalinasi Air Laut dengan Sistem Reverse Osmosis .......... 18
BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 21

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar Kualitas Air Baku .................................................................... 9


Tabel 3.1 Perbandingan antara Standar Air Bersih dengan Air Hasil Sistem
Reverse Osmosis di Pulau Selayar ........................................................................ 19

ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Klasifikasi Proses Desalinasi Air Laut ............................................ 5


Gambar 2.2 Prinsip Dasar Proses Reverse Osmosis............................................ 6
Gambar 2.3 Pompa Tekanan Tinggi Reverse Osmosis ....................................... 7
Gambar 2.4 Filter Cartridge ............................................................................... 7
Gambar 2.5 Bak Penampung Air Produk ............................................................ 7
Gambar 2.6 Modul Membran Reverse Osmosis ................................................. 8
Gambar 2.7 Tangki Reaktor, Saringan Pasir Cepat, Filter Mangan Zeolit dan Filter
Karbon Aktif ....................................................................................................... 8
Gambar 2.8 Skema Injeksi larutan KMnO4 ........................................................ 10
Gambar 2.9 Susunan Media Saringan Pasir Cepat.............................................. 10
Gambar 3.0 Susunan Media Saringan Mangan Zeolit ........................................ 11
Gambar 3.1 Susunan Media dalam Karbon Aktif ............................................... 11
Gambar 3.2 Skema Proses Reverse Osmosis ...................................................... 13
Gambar 3.3 Unit Pre-Treatment ......................................................................... 17
Gambar 3.4 Unit Reverse Osmosis...................................................................... 18

iii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara maritim, negara dengan wilayah perairan
yang luas, bahkan melebihi luas wilayah daratannya. Tercatat bahwa
Indonesia memiliki luas total sebesar 7,7 juta km2 yang terdiri dari 1,9 juta
km2 daratan dan 5,8 juta km2 perairan (Kementrian Kelautan dan Perikanan,
2009). Dengan luas perairan yang mendominasi sebesar 75,32 % dari luas
total membuat Indonesia memiliki banyak potensi terpendam di lautan.
Air minum adalah kebutuhan dasar manusia yang paling penting bagi
kelangsungan hidup dan kualitas hidup manusia. Namun tidak semua daerah
mempunyai sumber daya air yang baik. Wilayah pesisir pantai dan pulaupulau kecil di tengah lautan lepas merupakan daerah-daerah yang sangat
miskin akan sumber air bersih, sehingga timbul masalah pemenuhan
kebutuhan air minum. Sumber daya air yang terdapat di daerah tersebut
umumnya berkualitas buruk, misalnya air tanahnya yang payau atau asin.
Sumber air yang secara kuantitas tidak terbatas adalah air laut, walaupun
kualitasnya sangat buruk karena kadar garam atau TDS (Total Dissolved
Solid) sangat tinggi.
Pada era industrialisasi dengan kemajuan yang sangat pesat seperti
sekarang ini juga mengakibatkan kenaikan tingkat sosial ekonomi
masyarakat. Keadaan tersebut ditambah dengan terus meningkatnya jumlah
penduduk akan semakin memacu peningkatan jumlah kebutuhan dasar
manusia, khususnya air minum. Dengan meningkatnya permintaan akan air
bersih dan semakin terbatasnya sumber daya air di alam, maka peningkatan
efisiensi proses pengolahan air juga merupakan syarat utama.
Untuk itu diperlukan suatu alternatif pemenuhan kebutuhan air bersih dan
air minum yang berkualitas dan tidak membahayakan masyarakat. Mengingat
melimpahnya sumber daya air yang berasal dari laut, maka perlu dikaji
tentang kemungkinan dimanfaatkannya air laut sebagai bahan baku
pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat.

Air asin atau air payau adalah larutan yang mengandung beberapa jenis zat
terlarut seperti garam-garam, yang jumlahnya rata-rata 3 sampai 4,5 %.
Desalinasi berarti pemisahan air tawar dari air asin. Metoda yang digunakan
pada proses ini disebut desalinasi air asin. Dalam pemisahan air tawar dari air
asin, ada beberapa teknologi proses desalinasi yang telah banyak dikenal
antara lain, yakni porses distilasi atau penguapan, teknologi proses dengan
menggunakan membran, proses pertukaran ion dll. Pada proses dengan
membran yakni pemisahan air tawar dari air laut dengan cara pemberian
tekanan dan menggunakan membran Reverse Osmosis atau dengan cara
elektrodialisa (Said, 2003). Berdasarkan kelebihan dan kelemahan yang
dimiliki oleh Reverse Osmosis, menjadikannya sebagai metode yang lebih
unggul dibandingkan dengan metode yang lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian air laut?
2. Apakah pengertian dari pengolahan air laut?
3. Apakah pengertian dari desalinasi air laut dengan sistem Reverse
Osmosis?
4. Apakah peralatan yang dibutuhkan dalam desalinasi air laut dengan
sistem Reverse Osmosis?
5. Bagaimana proses desalinasi air laut dengan sistem Reverse Osmosis?
6. Apakah keunggulan dan kelemahan sistem Reverse Osmosis?
7. Bagaimana aplikasi desalinasi air laut dengan sistem Reverse Osmosis di
Desa Tarupa Kecamatan Taka Bonerate Kabupaten Selayar?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian air laut.
2. Mengetahui pengertian dari pengolahan air laut.
3. Mengetahui pengertian dari desalinasi air laut dengan sistem Reverse
Osmosis.
4. Mengetahui peralatan yang dibutuhkan dalam desalinasi air laut dengan
sistem Reverse Osmosis.

5. Mengetahui proses desalinasi air laut dengan sistem Reverse Osmosis.


6. Mengetahui keunggulan dan kelemahan sistem Reverse Osmosis.
7. Mengetahui aplikasi desalinasi air laut dengan sistem Reverse Osmosis di
Desa Tarupa Kecamatan Taka Bonerate Kabupaten Selayar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air Laut


Menurut Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber
Daya Air, air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah
permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air
hujan, dan air laut yang berada di darat.
Laut adalah kumpulan air asin dalam jumlah yang banyak dan luas yang
menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau. Jadi laut
merupakan air yang menutupi permukaan tanah yang sangat luas dan
umumnya mengandung garam dan berasa asin. Biasanya air mengalir yang
ada di darat akan bermuara ke laut. Luas total permukaan laut ialah 361 juta
km2, dengan rata-rata kedalaman 3.730 m dan total volume sekitar 1,347
miliar km3. Setiap 1 km3 air laut setara dengan berat 1,12 miliar ton dan
mengandung 40 juta ton bahan terlarut.
Aspek paling unik dari bahan terlarut pada air laut ialah kadar garam,
disebut juga salinitas. Salinitas ialah kadar garam yang terlarut dalam air.
Satuan salinitas adalah per mil (), yaitu jumlah berat total (gr) material
padat seperti NaCL yang terkandung dalam 1000 gram air laut (Wibisono,
2004). Kisaran salinitas air laut adalah 30-35 (Nybakken, 1992). Salinitas
35 setara dengan ukuran sekitar 3,5%. Artinya dalam setiap 1 kg air laut
kandungan garamnya sebanyak 35 gram. Lebih dari 90% garam terlarut pada
air laut berasal dari enam (6) elemen utama yaitu Chlorin (Cl-), Sodium
(Na+), Magnesium (Mg2+), Sulfur (SO42-), Calcium (Ca2+) dan Potassium
(K+). Dua elemen penting lainnya adalah Bikarbonat (HCO3-) dan Bromin
(Br-).

2.2 Pengertian Pengolahan Air Laut


Tidak semua air yang terdapat di alam layak untuk dikonsumsi. Agar
dapat dikonsumsi, diperlukan adanya upaya pengolahan air. Upaya
pengolahan air merupakan upaya untuk mendapatkan air bersih dan sehat

untuk air minum dan keperluan sehari-hari sesuai dengan standar mutu air
untuk kesehatan. Pengolahan air laut dapat menjadi sebuah solusi terhadap
krisis air bersih. Dalam pengolahan air laut yang mengandung garam menjadi
air tawar ini bisa menghasilkan garam dapur yang juga dapat dikonsumsi.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 42 tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air Pasal 83, pemanfaatan air laut yang berada di darat
misalnya untuk keperluan:
a. Pengembangan air minum, sistem pendinginan mesin, pembangkit
listrik tenaga pasang surut yang instalasinya dan/atau operasionalnya
berpengaruh terhadap air di darat
b. Irigasi tambak
c. Irigasi pasang surut
Salah satu cara pengolahan air laut untuk pemenuhan kebutuhan air bersih
dan air minum yang berkualitas adalah dengan proses desalinasi. Desalinasi
berarti pemisahan air tawar dari air asin. Metoda yang digunakan pada proses
ini disebut desalinasi air asin. Dalam pemisahan air tawar dari air asin, ada
beberapa teknologi proses desalinasi yang telah banyak dikenal antara lain,
yakni porses distilasi atau penguapan, teknologi proses dengan menggunakan
membran, proses pertukaran ion dan lain-lain (Said, 2003).

Gambar 2.1 Klasifikasi Proses Desalinasi Air Laut


Sumber: Said (2003)

Proses desalinasi dengan cara distilasi adalah pemisahan dengan cara


memanaskan air laut untuk menghasilkan uap air, yang selanjutnya
dikondensasi untuk menghasilkan air bersih. Sedangkan pada proses dengan

membran yakni pemisahan air tawar dari air laut dengan cara pemberian
tekanan dan menggunakan membran Reverse Osmosis atau dengan cara
elektrodialisa (Said, 2003).

2.3 Aplikasi Pengolahan Air Laut


2.3.1

Pengertian Desalinasi Air Laut Dengan Sistem Reverse Osmosis


Prinsip kerja dari sistem Osmosis Balik atau Reverse Osmosis
didasarkan pada peristiwa osmosis yang terjadi di alam. Osmosis
merupakan peristiwa bergeraknya air dari larutan yang memiliki
konsentrasi lebih rendah menuju larutan yang mempunyai konsentrasi
lebih tinggi melalui membran semi permeable sampai tercapainya
keseimbangan (Yusuf, 2009).
Daya penggerak (driving force) yang menyebabkan terjadinya
aliran atau difusi air tawar ke dalam air asin melalui membran semi
permeable tersebut adalah tekanan osmosis. Tekanan osmotis normal
air laut yang mengandung TDS 35.000 ppm dan suhu 25 C adalah
kira-kira 26,7 kg/cm2. Jika sistem osmosis diberikan tekanan yang
lebih besar dari tekanan osmosisnya, maka aliran air tawar akan
berbalik yaitu dari air asin ke air tawar melalui membran semi
permeable, sedangkan garamnya tetap tertinggal di dalam larutan
garammya sehingga menjadai lebih pekat. Proses inilah yang disebut
Osmosis Balik (Reverse Osmosis) (Said, 2003). Dengan Reverse
Osmosis, dimungkinkan untuk memproduksi air tawar dari air laut.

Gambar 2.2 Prinsip Dasar Proses Reverse Osmosis


Sumber: Said (2003)

2.3.2

Peralatan Desalinasi Air Laut Dengan Sistem Reverse Osmosis


1. Pompa tekanan tinggi Reverse Osmosis

Gambar 2.3 Pompa Tekanan Tinggi Reverse Osmosis


Sumber: Said (2003)

2. Filter cartridge

Gambar 2.4 Filter Cartridge


Sumber: Said (2003)

3. Bak penampung air produk

Gambar 2.5 Bak Penampung Air Produk


Sumber: Said (2003)

4. Modul membran Reverse Osmosis

Gambar 2.6 Modul Membran Reverse Osmosis


Sumber: Said (2003)

5. Tangki reaktor, saringan pasir cepat, filter mangan zeolit dan dan
filter karbon aktif

Gambar 2.7 Tangki Reaktor, Saringan Pasir Cepat, Filter Mangan


Zeolit dan Filter Karbon Aktif
Sumber: Said (2003)

2.3.3

Proses Desalinasi Air Laut Dengan Sistem Reverse Osmosis


Efisiensi proses desalinasi air laut dengan Reverse Osmosis adalah
99,5%. Pengolahan air laut menggunakan sistem Reverse Osmosis
sangat dipengaruhi kualitas air baku yang akan diolah. Jika air baku
tidak memenuhi persyaratan sebagai air baku Reverse Osmosis, maka
instalasi pengolahan air nya dilengkapi dengan unit pengolahan awal
(Pre-treatment) dan setelah air baku memenuhi

persyaratan

dilanjutkan dengan pengolahan lanjutan. Air yang masuk ke membran


Reverse Osmosis juga memiliki persyaratan tertentu misal kekeruhan
8

harus nol, Besi dan Mangan harus < 0,1 mg/l, pH netral dan harus
selalu dikontrol agar tidak terjadi pergerakan kalsium karbonat
(Widayat, 2007).
Tabel 2.1 Standar Kualitas Air Baku
No

Parameter

Satuan

Air Baku (Max)

Pt. Co Scale

100

Relatif

NTU

20

Warna

Bau

Kekeruhan

Besi

mg/liter

2,0

Mangan

mg/liter

1,3

Khlorida

mg/liter

4.000

Bahan Organik

mg/liter

40

TDS

mg/liter

12.000

Proses pengolahan air minum dengan sistem Reverse Osmosis


terdiri dari dua bagian yaitu unit pengolahan pendahuluan untuk
memenuhi standar kualitas air baku yang akan diolah pada unit
Reverse Osmosis dan pengolahan lanjut untuk penghilangan garam.
1. Unit pengolahan pendahuluan (Pre-treatment)
Bahan baku air laut terkadang masih mengandung partikel padatan
tersuspensi, mineral, plankton dan lain-lain sehingga air laut
tersebut perlu dilakukan pengolahan pendahuluan sebelum di
proses dalam unit Reverse Osmosis. Pengolahan pendahuluan
terdiri dari unit proses oksidasi dan filtrasi. Proses oksidasi
menggunakan bahan oksidator KMnO4 sedangkan proses filtrasi
menggunakan saringan pasir cepat (rapid sand filter), saringan
mangan zaolit, saringan karbon aktif dan cartridge filter (Widayat,
2007).
a. KMnO4 sebagai oksidator bertujuan untuk mengoksidasi besi
dan mangan yang larut dalam air menjadi bentuk senyawa
oksida besi atau mangan yang tak larut dalam air (Said, 2003).

Gambar 2.8 Skema Injeksi larutan KMnO4


Sumber: Widayat (2007)

b. Saringan Pasir Cepat (Rapid Sand Filter)


Padatan yang terdapat dalam air serta oksida besi dan mangan
yang terbentuk di dalam tangki reaktor akan tertahan di saringan
pasir cepat. Adapun media saringan pasir cepat ini terdiri dari
batu kerikil kasar, kerikil halus, pasir silika kasar dan pasir silika
halus (Widayat, 2007).

Gambar 2.9 Susunan Media Saringan Pasir Cepat


Sumber: Widayat (2007)

c. Saringan Mangan Zeolit


Filter Mangan Zeolit ini berfungsi untuk menghilangkan zat
Besi atau Mangan yang belum teroksidasi di dalam tangki
reaktor sampai konsentrasi < 0,1 mg/l. Zat Besi dan Mangan ini

10

harus dihilangkan terlebih dahulu karena dapat menimbulkan


kerak (scale) di dalam membran Osmosis Balik (Said, 2003).
Media terdiri dari batu kerikil kasar, kerikil halus, pasir silika
kasar, pasir silika halus, dan mangan zeolit (Widayat, 2007).

Gambar 3.0 Susunan Media Saringan Mangan Zeolit


Sumber: Widayat (2007)

d. Saringan Karbon Aktif


Saringan karbon aktif ini berfungsi untuk menghilangkan warna
senyawa warna dalam air baku yang dapat mempercepat
penyumbatan membran Reverse Osmosis (Said, 2003).

Gambar 3.1 Susunan Media dalam Karbon Aktif


Sumber: Widayat (2007)

11

e. Cartridge Filter
Cartridge Filter ini berukuran 0,1 m untuk menyaring partikel
(Said, 2003).
2. Unit Reverse Osmosis
Unit

pengolahan

pendahuluan

diatas

belum

dapat

menghilangkan kadar garam yang ada di air laut sehingga


dilanjutkan dengan pengolahan lanjutan. Unit Reverse Osmosis ini
merupakan pengolahan lanjutan yaitu proses penyaringan dengan
menggunakan membran. Air laut yang telah memenuhi persyaratan
sebagai air baku dipompa dengan tekanan tinggi ke dalam
membran Reverse Osmosis dengan menggunakan pompa tekanan
tinggi sambil diinjeksi dengan zat anti kerak (antiskalant) dan zat
anti biofouling (Said, 2008). Dalam Reverse Osmosis terdapat dua
pipa keluaran, yaitu pipa keluaran untuk air tawar sebagai produk
dan pipa keluaran untuk air garam yang telah dipekatkan sebagai
buangan. Selanjutnya air tawarnya dipompa ke tangki penampung
sambil dibubuhi dengan chlorin dengan konsentrasi tertentu agar
tidak terkontaminasi kembali oleh mikroba, sedangkan air
garamnya dibuang lagi ke laut. Chlorin dibubuhkan pada tahap
terakhir, setelah keluar dari membran RO karena membran RO
tidak tahan terhadap paparan chlorin secara terus menerus. Apabila
diberikan sebelum masuk ke membran RO dapat merusak membran
RO tersebut.
Proses penyaringan yang terjadi pada membran Reverse
Osmosis ini adalah skala molekul, dimana partikel yang memiliki
molekul lebih besar dari molekul air, seperti garam, akan terpisah
dan ikut ke dalam air buangan (Widayat, 2007).

12

Gambar 3.2 Skema Proses Reverse Osmosis


Sumber: BPPT

Dari gambar diatas, dapat diketahui proses Reverse Osmosis


dimulai dari air baku (air laut) dipompa ke tangki reaktor, sambil
diinjeksi larutan KMnO4. Dari tangki reaktor, air dialirkan ke
saringan pasir cepat agar senyawa Besi atau Mangan yang telah
teroksidasi dan juga padatan tersuspensi (TSS) yang berupa partikel
halus, plankton dan lainnya dapat disaring. Air yang keluar dari
saringan pasir selanjutnya dialirkan ke filter Mangan Zeolit lalu ke
filter penghilangan warna dan selanjutnya menuju filter cartridge.
Masuk ke pengolahan lanjutan, air dialirkan ke unit Reverse
Osmosis dengan menggunakan pompa tekanan tinggi sambil
diinjeksi dengan zat anti kerak (antiskalant) dan zat anti biofouling.
Air yang keluar dari modul membran Reverse Osmosis berupa air
tawar dan air buangan garam yang telah dipekatkan.
2.3.4

Keunggulan dan Kelemahan Sistem Reverse Osmosis


1. Keunggulan Sistem Reverse Osmosis
Keunggulan sistem Reverse Osmosis:
a. Kosumsi energi yang sangat rendah. Untuk instalasi dengan
kapasitas kecil yaitu konsumsi energi yang kira-kira 8-9 kwh/T
untuk air aut yang mempunyai 35.000 ppm TDS dan kira-kira 9
13

-11 kwh/T untuk air laut yang mempunyai 42,000 ppm TDS
(Said, 2003).
b. Pengoperasian dilakukan pada suhu kamar, tanpa instalasi
penambah uap serta pengoperasian alat mudah (Said, 2003).
c. Dapat mengurangi dan menghilangkan kandungan garam, zatzat terlarut seperti mangan dan besi sehingga dapat menjadi air
bersih sebagai sumber air minum.
2. Kelemahan Sistem Reverse Osmosis
Kelemahan sistem Reverse Osmosis:
a. Sering terjadi penyumbatan (fouling/clogging) karena bahanbahan tertentu pada permukaan membran. Membran berkerak
karena pengendapan garam terlarut dalam air yang konsentrasi
airnya cukup pekat dan batas kelarutan terlampaui.
b. Perawatannya lebih mahal dibandingkan dengan pengolahan
secara konvensional.
c. Operasi Reverse Osmosis membutuhkan material dan alat
dengan kualitas standar yang tinggi, serta terdapat kemungkinan
terjadi pertumbuhan bakteri pada membran itu sendiri.

14

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Aplikasi Desalinasi Air Laut dengan Sistem Reverse Osmosis di Desa
Tarupa Kecamatan Taka Bonerate Kabupaten Selayar
3.1.1 Gambaran Umum Desa Tarupa Kecamatan Taka Bonerate
Kabupaten Selayar Pulau Selayar
Pulau selayar merupakan salah satu kabupaten diantara 23
kabupaten/kota di Propinsi Sulawesi Selatan. Selayar Sebagai
kabupeten maritim memiliki wilayah daratan seluas 1.188,28 km2
(5,23%), wilayah laut 21.138,41 km2 (94,68%), dan jumlah pulaupulau besar dan kecil sebanyak 126 buah. Pulai ini secara umum
mempunyai permasalahan dalam pengadaan air tawar, dimana
pemenuhan air bersih (tawar) pada umumnya mengandalkan air hujan
atau mengambil dari daerah lain.
Desa Tarupa terletak di salah satu pulau di kecamatan Taka
Bonerate, Kabupaten Selayar yang berpenduduk sekitar 2.000 jiwa,
tergolong desa tertinggal. Daerah ini sangat datar dan hanya
mempunyai perbedaan ketinggian sangat kecil dengan permukaan laut,
sehingga daerah ini didominasi rawa-rawa dan sangat terpengaruh
pasang surut air laut. Sumber air utama penduduk Desa Tarupa pada
waktu musim penghujan adalah menampung air hujan dan pada waktu
musim kemarau kebutuhan air dipenuhi dari daerah lain yang diangkut
dengan kapal-kapal nelayan.
Upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah setempat
terhambat oleh keterbatasan dana dan kualitas sumber daya manusia.
Suplai air bersih ke lokasi mengalami banyak hambatan, misalnya
cuaca dan waktu tempuh yang lama karena hanya dapat ditempuh
dengan jalur laut.
Pada kondisi kemarau panjang dan adanya intrusi air laut, kualitas
air tanah dangkal menurun, sehingga air menjadi asin karena tingginya
kadar garam. Pada kondisi semacam ini kadar garam (Total Dissolved

15

Solid) mencapai lebih dari 12.000 ppm. Oleh karena itu, wilayah
tersebut sangat memerlukan instalasi pengolahan air (IPA) yang mampu
untuk mengolah air asin menjadi air tawar.
Salah satu cara yang memungkinkan untuk pemenuhan air bersih,
khususnya air minum adalah pembangunan unit instalasi pengolahan air
yang sesuai dengan kondisi air baku. Berdasarkan data kualitas air
baku, proses yang harus diterapkan meliputi oksidasi, filtrasi dan
desalinasi air asin dengan sistem Reverse Osmosis (Osmosis Balik).
Instalasi pengolahan air asin dengan sistem Reverse Osmosis dirancang
sesuai dengan tingkat sosial ekonomi serta kebutuhan air minum
masyarakat setempat.
3.1.2 Proses Desalinasi Air Laut dengan Sistem Reverse Osmosis di Desa
Tarupa Kecamatan Taka Bonerate Kabupaten Selayar
Proses pengolahan air minum dengan sistem Reverse Osmosis terdiri
dari dua bagian yaitu unit pengolahan pendahuluan untuk memenuhi
standar kualitas air baku yang akan diolah pada unit Reverse Osmosis
dan pengolahan lanjut untuk penghilangan garam.
1. Unit pengolahan pendahuluan (Pre-treatment)
Pengolahan pendahuluan terdiri dari unit proses oksidasi dan
filtrasi. Proses oksidasi menggunakan bahan oksidator KMnO4
sedangkan proses filtrasi menggunakan saringan pasir cepat (rapid
sand filter), saringan mangan zaolit, saringan karbon aktif dan
cartridge filter (Widayat, 2007).

16

Gambar 3.3 Unit Pre-Treatment


Sumber: Widayat (2007)

2. Unit Reverse Osmosis


Unit Reverse Osmosis ini merupakan pengolahan lanjutan yaitu
proses penyaringan dengan menggunakan membran. Air laut yang
telah memenuhi persyaratan sebagai air baku dipompa dengan
tekanan tinggi ke dalam membran Reverse Osmosis dengan
menggunakan pompa tekanan tinggi sambil diinjeksi dengan zat
anti kerak (antiskalant) dan zat anti biofouling (Said, 2008). Dalam
Reverse Osmosis terdapat dua pipa keluaran, yaitu pipa keluaran
untuk air tawar sebagai produk dan pipa keluaran untuk air garam
yang telah dipekatkan sebagai buangan. Selanjutnya air tawarnya
dipompa ke tangki penampung sambil dibubuhi dengan chlorin
dengan konsentrasi tertentu agar tidak terkontaminasi kembali oleh
mikroba, sedangkan air garamnya dibuang lagi ke laut.

17

Gambar 3.4 Unit Reverse Osmosis


Sumber: Widayat (2007)
3.1.3 Hasil Desalinasi Air Laut dengan Sistem Reverse Osmosis di Desa
Tarupa Kecamatan Taka Bonerate Kabupaten Selayar
Aplikasi teknologi pengolahan air asin menjadi air siap minum
dengan sistem Reverse Osmosis ini mampu memproduksi air siap
minum 10 m3 per hari (8 jam pengoprerasian/hari). Manfaat secara
langsung aplikasi teknologi pengolahan air asin sistem Reverse Osmosis
terhadap masyarakat setempat adalah memperoleh air minum yang
sehat dan memenuhi persyaratan sebagai air minum.
Berikut merupakan perbandingan antara standar air bersih dengan
hasil sistem reverse osmosis di Pulau Selayar.

18

Tabel 3.1 Perbandingan antara Standar Air Bersih dengan Air Hasil
Sistem Reverse Osmosis di Pulau Selayar

Manfaat secara tidak langsung penerapan aplikasi teknologi


pengolahan air asin sistem Reverse Osmosis ini adalah merupakan unit
percontohan penerapan teknologi tinggi yang dikemas sangat sederhana
sehingga dapat dan mudah diterapkan pada daerah lain.
Manfaat secara umum adalah adanya peningkatan taraf kehidupan
masyarakat, karena dengan mengkonsumsi air yang sehat dan bersih
berarti masyarakat juga terhindar dari kemungkinan menderita sakit
(muntaber, disentri atau thypus) dan dengan demikian kesejahteraan
masyarakat juga semakin meningkat.

19

BAB IV
PENUTUP

Air minum adalah kebutuhan dasar manusia yang paling penting bagi
kelangsungan hidup dan kualitas hidup manusia. Namun tidak semua daerah
mempunyai sumber daya air yang baik. Wilayah pesisir pantai dan pulau-pulau
kecil di tengah lautan lepas merupakan daerah-daerah yang sangat miskin akan
sumber air bersih. Sumber daya air yang terdapat di daerah tersebut umumnya
berkualitas buruk, misalnya air tanahnya yang payau atau asin.
Untuk itu diperlukan suatu alternatif pemenuhan kebutuhan air bersih dan
air minum yang berkualitas dan tidak membahayakan masyarakat. Salah satu cara
pengolahan air laut untuk pemenuhan kebutuhan air bersih dan air minum yang
berkualitas adalah dengan proses desalinasi. Salah satu sistem pada proses
desalinasi adalah sistem Reverse Osmosis. Osmosis merupakan peristiwa
bergeraknya air dari larutan yang memiliki konsentrasi lebih rendah menuju
larutan yang mempunyai konsentrasi lebih tinggi melalui membran semi
permeabel sampai tercapainya skeseimbangan (Yusuf, 2009).
Pada sistem Reverse Osmosis terdiri dari dua bagian yaitu unit pengolahan
pendahuluan untuk memenuhi standar kualitas air baku yang akan diolah pada
unit Reverse Osmosis dan pengolahan lanjut untuk penghilangan garam.
Salah satu wilayah yang telah mengaplikasikan sistem Reverse Osmosis
ini adalah Desa Tarupa, Kecamatan Taka Bonerate, Kabupaten Selayar. Sistem
Reverse Osmosis ini mampu memproduksi air siap minum 10 m3 per hari.
Sehingga masyarakat setempat dapat memperoleh air minum yang sehat serta
adanya peningkatan taraf kehidupan masyarakat, karena terhindar dari
kemungkinan menderita sakit (muntaber, disentri atau thypus) dan dengan
demikian kesejahteraan masyarakat juga semakin meningkat.

20

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kelautan dan Perikanan [KKP]. (2009). Kelautan dan Perikanan


dalam Angka 2009. Jakarta: Pusat Data Statistik dan Informasi Kelautan
dan Perikanan.

Nybakken, W.J. (1992) Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia


Pustaka Utama: Jakarta.
Said, Nusa Idaman. (2003) APLIKASI TEKNOLOGI OSMOSIS BALIK
UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN AIR MINUM DI KAWASAN
PESISIR ATAU PULAU TERPENCIL dalam Jurnal Teknologi
Lingkungan. P3TL-BPPT, 4 (2), hal. 15-34. Jakarta: BPPT.

Said, Nusa Idaman. (2008) TEKNOLOGI PENGELOLAAN AIR MINUM: Teori


dan Pengalaman Praktis. Jakarta: Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi.
Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

Undang-Undang RI Nomor 42 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air.

Wibisono, M.S. (2004) Pengantar Ilmu Kelautan. PPPT MGB LEGIMAS.

Widayat, (2007) APLIKASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR ASIN DESA


TARUPA KECAMATAN TAKA BONERATE KABUPATEN SELAYAR
dalam JAI Vol. 3, No. 1, hal. 81-95. Jakarta: BPPT.
Yusuf, Etikasari, Tuhu Agung Rachmanto dan Rudi Laksmono. 2009.
PENGOLAHAN AIR PAYAU MENJADI AIR BERSIH DENGAN
MENGGUNAKAN MEMBRAN REVERSE OSMOSIS dalam Jurnal
Ilmiah Teknik Lingkungan Vol. 1 No. 1 hal. 6-15. Surabaya: Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur.

21

Anda mungkin juga menyukai