Anda di halaman 1dari 103

TUGAS BESAR

TEKNIK PENYEDIAAN AIR BERSIH

DISUSUN OLEH : Kelompok 5


 Heru Wandra (M1D117007)
 Sandi Kurniawan (M1D117013)
 Suci Anggela Febrianti (M1D117020)
 Yossi Kristin Anggelina (M1D117027)
 Dion Fahreza Furqon (L1B116046)
 Willy Rezki (L1B114031)

DOSEN PENGAMPU:
Winny Laura CH, S.T., M.T.
Freddy Ilfan, S.T., M.T.
Prof. Dr.Drs.M.Naswir.KM, M.Si.

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JAMBI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur di panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas
Besar mata kuliah Teknik Penyediaan Air Bersih dengan Judul “Perencanaan Sistem
Distribusi Air Bersih di Kota Salatiga” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Kemudian juga penulis berterima kasih pada Bapak Freddy Ilfan, S.T.,
M.T., Bapak Prof. Dr. Drs. M. Naswir, KM, M.Si dan Ibu Winny Laura C.H., S.T.,
M.T. selaku dosen mata kuliah Teknik Penyediaan Air Bersih, Fakultas Teknik,
Universitas Jambi yang telah memberikan arahan dan bimbingan untuk tugas besar ini.
Penulis sangat berharap tugas besar ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Dan juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas
besar ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan proposal penelitian yang telah
di buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga proposal penelitian ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penulis memohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan memohon kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akan datang.
Jambi, Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Contents
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan........................................................................................2
1.3 Ruang Lingkup Penulisan................................................................................................2
1.4 Sistematika Penulisan.....................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................................4
2.1 Umum............................................................................................................................4
2.2 Sistem Sumber Air..........................................................................................................5
2.3 Syarat Sumber Air Baku..................................................................................................7
2.4 Metode Penentuan Kebutuhan Air..............................................................................15
BAB III GAMBARAN UMUM KOTA SALATIGA......................................................................26
3.1. Umum.........................................................................................................................26
3.2 Topografi , Hidrologi, dan Geologi..............................................................................27
3.3 Aspek Sosial dan ekonomi............................................................................................28
BAB IV PERANCANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH....................................................32
4.1 Umum..........................................................................................................................32
4.2 Proyeksi Jumlah Penduduk............................................................................................32
4.3 Perhitungan Kebutuhan Air Kota Salatiga....................................................................42
4.4 Fluktuasi Pemakaian Air...............................................................................................64
4.5 Sistem Transmisi..........................................................................................................66
4.6 Sistem Distribusi...........................................................................................................76
4.7 Epanet..........................................................................................................................86
BAB V PENUTUP.....................................................................................................................89
5.1 Kesimpulan.............................................................................................................89
5.2 Saran......................................................................................................................90
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................91
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salatiga adalah sebuah kota di Provinsi
Jawa Tengah yang berbatasan sepenuhnya
dengan Kabupaten Semarang. Salatiga terletak
49 kilometer di sebelah selatan KotaSemarang
dan 52 kilometer di sebelah utara Kota
Surakarta, serta berada di jalannegara yang
menghubungkan antara Semarang dengan
Surakarta.

Salatiga terdiri atas 4 (empat)


kecamatan dan 23 kelurahan. Salatiga terdiri
atas empat kecamatan 23 kelurahan. Kota ini
hanaya memiliki satu perusahaan untuk
memenuhi kebutuhan air bersih, yaitu PDAM
Salatiga. PDAM Salatiga melayani seluruh
kecamatan di Kota Salatiga. Sampai saat ini
sumber air baku yang digunkan oleh PDAM
untuk dapat memenuhi kebutuhan air bersih
kota salatiga adalah sumur tampungan yang
bersal dari air tanah. Dimana daerah kota
salatiga merupakan salah satu daratan tinggi.
Sejauh ini sudah ada 14 unit sumur yang
digunakan untuk mendukung distribusi air di
salatiga. Sumber air alami yang sejauh ini
digunakan antara lain senjoyo, kalitaman, kali
getek, kali sombo dan kali gojek. Semua itu
merupakan sunber air baku yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi
1.000 pelanggan pada tahun 2018.
1
D engolahan yang berkembang, yang
i mencakup tekstil, produksi ban dan
S pemotongan hewan. Pada tahun 2000,
a industri ini berkontribusi 119,76 miliar
l rupiah terhadap ekonomi Salatiga. Salatiga
a terletak di persimpangan dari dan ke
ti Semarang, Surakarta dan Yogyakarta,
g membawa keuntungan terhadap sektor
a perdagangannya. Pada 2000, sektor
t perdagangan berkontribusi 109 miliar rupiah
e terhadap ekonomi Salatiga.
r
Pertumbuhan penduduk di Salatiga
d
setiap tahunnya bertambah, pada tahun 1900
a
terdapat 10.000 penduduk kemudian di tahun
p
1971 meningkat menjadi 69.184 penduduk
a
dan hingga tahun 2005 tercatat. Pada tahun
t
2015, Salatiga memiliki populasi sebesar
s
183.815, dengan 89.928 laki-laki dan 93.887
e
perempuan. Dengan
b
u
a
h
i
n
d
u
s
t
r
i
p
2
meningkatnya jumlah penduduk di Salatiga dari tahun ke tahun maka
diperlukanya ketersediaan air bersih untuk memenuhui kebutuhan masyarakat
Kota Salatiga dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan tugas besar ini adalah:

1. Untuk menghitung proyeksi jumlah penduduk Kota Salatiga dengan


menggunakan metode Least Square, Aritmatik, dan Geometrik dan kemudian
membandingkan setiap metode.
2. Untuk menghitung kebutuhan air di Kota Salatiga.
3. Untuk menganalisis fluktuasi pemakaian air Kota Salatiga.
4. Untuk menghitung sisitem transmisi.
5. Untuk menghitung sistem distribusi.
1.3 Ruang Lingkup Penulisan

Merencanakan sistem pelayanan jaringan distribusi air bersih dengan


perhitungan jumlah penduduk yang akan dilayani berdasarkan debit dari reservoir
Noborejo sebesar 70 l/dt

1.4 Sistematika Penulisan

BAB I PEDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Ruang Lingkup Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
2.2 Sistem Sumber Air
2.3 Syarat Sumber Air Baku
2.4 Metode Penentuan Kebutuhan Air
BAB III GAMBARAN
3.1 Umum
3.2 Topografi, Hidrologi, dan Geologi
3.3 Aspek Sosial dan Ekonomi
BAB IV PERANCANGAN SISTEM PENYEDIAN AIR MINUM
4.1 Umum
4.2 Proyeksi Jumlah Penduduk
4.3 Perhitungan Kebutuhan Air Kota Salatiga
4.4 Fluktasi Pemakaian Air
4.5 Sistem Transmisi
4.6 Sistem Distribusi
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum
Komponen utama dalam penyedianaan air minum adalah sebagai berikut:
a. Sistem transmisi
Sistem transmisi adalah sistem perpipaan untuk membawa air dari
sumberair ke instalasi pengolahan air atau bila air diambil dari mata air dapat
langsung dihubungkan dengan reservoir. Dalam penyusunan pipa tranmisi
diperlukan peninjauan dari diameter, jumlah jaringan pelayanan dan jumlah
sumber alokasi. Pada dasarnya terdapat dua jenis pipa transmisi, yaitu pipa
transmisi air baku dan pipa transmisi air bersih.
Pipa transmisi air baku merupakan pipa dari sumber air ke instalasi
pengolahan air, sedangkan pipa transmisi air bersih adalah pipa yangmembawa air
dari sumber/reservoir kepada konsumen. Beberapa hal yang perludiperhatikan
dalam merancang pipa trasmisi adalah :
1. Teknik Pengaliran
- Terbuka (open channel),
Digunakan jika letak elevasi sumber lebih tinggidari tempat yang
dituju, prinsipnya membawa air dengan memanfaatkantekanan atmosfir.
- Tertutup (closed condult )
Digunakan jika elevasi sumber lebih rendah daritempat yang dituju,
dengan gravitasi dan pemompaan.
2. Hidrolik
- Elevasi (jarak dari mata air ke reservoir)
- Kecepatan aliran yang ekonomis sebesar 0.6m/dtk - 3 m/dtk
- Kehilangan tekanan- Sisa tekanSelain itu, pipa transmisi membutuhkan
peralatan seperti:
 Gate Valve, yang berfungsi untuk mengisolasi bila terjadi kerusakan lalu di
kuras.
 Chek Valve, digunakan untuk mencegah aliran balik dan mengatur aliran
menjadi searah.
 Air valve, digunakan untuk mencegah udara.
 Blow off, digunakan untuk menguras endapan.
 Air Release Valve, digunakan untuk mengeluarkan udara yang terjebak.
 Bak Pelepas Tekan, digunakan untuk mengurangi tekanan yang tersedia.
b. Intek atau Sumber
Intek adalah sarana yang digunakan untuk menangkap air permukaan, baik
air sungai, danau, maupun waduk. Sesuai peta yang diberikan, sumber air yang
diambil berasal dari sungai terdekat pada kota perencanaan. Adapun hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam lokasi intek jika sumber berasal dari sungai. Hal-hal
tersebut adalah:
1. Intake ditempatkan pada arus yang tenang, sehingga tidak menyebabkan
terjadinya kerusakan pada bangunan.
2. Tanah di sekitar intake stabil untuk mengurangi resiko longsor.
3. Tidak dipengaruhi oleh pasang surut air.
4. Intake diletakkan pada tempat yang rata untuk menghindari sedimentasi.

1.2 Sistem Sumber Air


Membicarakan sumber air, tidak akan terlepas dari pembahasan siklus
hidrologi, yang menggambarkan perjalanan air di alam. Sumber-sumber utama
adalah :
1. Air tanah, dalam bentuk :mata air (mata air alam atau artesis) dan
sumuran (sumur gali, sumur dalam, artesis)
2. Pipa pengambilan horisontal (infiltration gallery). Dapat terdiri dari
sumber dan sistem pengambilan/pengumpulan (collection works) saja
tetapi dapat pula dilengkapi suatu sistem pengolahan
(purification/treatment works).

Berbagai macam sumber air adalah:


1. Air Hujan
Air hujan disebut juga dengan air angkasa. Beberapa sifat dari air hujan
adalah sebagai berikut :
a. Bersifat lunak karena tidak mengandung larutan garam dan zat-zat
mineral
b. Umumnya bersifat lebih bersih
c. Dapat bersifat korosif karena mengandung zat-zat yang terdapat di
udara seperti NH3, CO2 agresif, ataupun SO2. Adanya SO2 yang
tinggi di udara yang bercampur dengan air hujan akan menyebabkan
terjadinya hujan asam.
2. Air Permukaan
Air permukaan yang biasanya dimanfaatkan sebagai sumber penyediaan air
bersih adalah :
a. Air waduk (berasal dari air hujan dan air sungai)
b. Air sungai (berasal dari air hujan dan mata air)
c. Air danau (berasal dari air hujan, air sungai atau mata air)
3. Mata Air
Pada umumnya mata air dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu mata air karang
(rock spring) dan mata air tanah (earth spring), bergantung pada letak sumber
airnya.
4. Air Tanah
Air tanah banyak mengandung garam dan mineral yang terlarut pada waktu
air melewati lapisan-lapisan tanah. Secara praktis air tanah bebas dari
polutan, karena berada di bawah permukaan tanah. Tetapi tidak menutup
kemungkinan air tanah dapat tercemar oleh zat-zat seperti Fe, Mn dan
kesadahan yang terbawa oleh aliran permukaan tanah.
Menurut Sumantri (2010) air yang diperuntukan bagi konsumsi harus berasal
dari sumber yangbersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman,
antara lain:
1. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit.
2. Bebas dari subtansi kimia yang berbahaya dan beracun.
3. Tidak berasa dan tidak berbau.
4. Dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga.
5. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO (World Health
Organization) atau Depertemen Kesehatan RI.

2.3 Syarat Sumber Air Baku


Dalam merencanakan penyediaan air bersih harus memenuhi konsep 3K
yaitu kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Kualitas yaitu menyangkut mutu air,baik
air baku maupun air hasil pengolahan yang siap didistribusikan. Kuantitasyaitu
menyangkut jumlah dan ketersediaan air yang akan diolah pada penyediaanair
bersih yang dibutuhkan sesuai dengan banyaknya konsumen yang akandilayani.
Kontinuitas yaitu menyangkut kebutuhan air yang terus menerus. Artinya sumber
air baku tersebut apakah dapat memasok kebutuhan air secaraterus-menerus
terutama ketika musim kemarau.

2.3.1 Kualitas Air

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001


mengenai Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, klasifikasi
mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas, yaitu:

a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum,
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut
b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama
dengan kegunaan tersebut
c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan
tersebut
d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
Tabel 2.1 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas

Parameter Satuan Kelas Keterangan

I II III IV

Fisika

Temperatur ºC Deviasi Deviasi Deviasi Deviasi Deviasi


3 3 3 5 Temperatur
dari keadaan
alamiah

Residu mg/L 1000 1000 1000 2000


terlarut

Residu mg/L 50 50 400 400 Bagi


tersuspensi pengolahan air
minum secara
konvensional,
residu
tersuspensi
≤5000 mg/L

Kimia Anorganik

pH 6-9 6–9 6-9 5-9 Apabila secara


alamiah di
luar rentang
tersebut, maka
ditentukan
berdasarkan
kondisi
alamiah

BOD mg/L 2 3 6 12

COD mg/L 10 25 50 100

DO mg/L 6 4 3 0 Angka batas


minimum

Total mg/L 0,2 0,2 1 5


Fosfat
sebagai P

NO3 mg/L 10 10 20 20
sebagai N

NH3-N mg/L 0,5 (-) (-) (-) Bgi perikanan,


kandungan
aminia bebas
untuk ikan
yang peka ≤
0,02 mg/L
sebagai NH3

Arsen mg/L 0,05 1 1 1

Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2

Barium mg/L 1 (-) (-) (-)

Boron mg/L 1 1 1 1

Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05


Kadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01

Khrom mg/L 0,05 0,05 0,05 0,01


(VI)

Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2 Bagi


pengolahan air
minum secara
konvensional,
Cu ≤ 1 mg/L

Besi mg/L 0,3 (-) (-) (-) Bagi


pengolahan air
minum secara
konvensional,
Fe ≤ 5 mg/L

Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 1 Bagi


pengolahan air
minum secara
konvensional,
Pb ≤ 0,1 mg/L

Mangan mg/L 1 (-) (-) (-)

Air raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005

Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2 Bagi


pengolahan air
minum secara
konvensional,
Zn ≤ 5 mg/L

Khlorida mg/L 1 (-) (-) (-)


Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 (-)

Flourida mg/L 0,5 1,5 1,5 (-)

Nitrit mg/L 0,06 0,06 0,06 (-) Bagi


sebagai N pengolahan air
minum secara
konvensional,
NO2_N ≤ 1
mg/L

Sulfat mg/L 400 (-) (-) (-)

Khlorin mg/L 0,03 0,03 0,03 (-) Bagi ABAM


bebas tidak
dipersyaratkan

Belerang mg/L 0,002 0,002 0,002 (-)


sebagai
H2S

Mikrobiologi

Fecal Jml 100 1000 2000 2000 Bagi


coliform / pengolaha
100 n air
ml minum
Total Jml 1000 5000 10000 10000 secara
coliform / konvensio
100 nal, fecal
ml coliform ≤
2000 jml/
100 ml
dan total
coliform ≤
10000
jml/100
ml

Radioaktivitas

Gross – A bg/L 0,1 0,1 0,1 0,1

Gross – B bg/L 1 1 1 1

Kimia Organik

Minyak ug/L 1000 1000 1000 (-)


dan lemak

Detergen ug/L 200 200 200 (-)


sebagai
MBAS

Senyawa ug/L 1 1 1 (-)


Fenol

Sebagai ug/L
Fenol

BHC ug/L 210 210 210 (-)

Aldrin/ ug/L 17 (-) (-) (-)


Dieldrin

Chlordane ug/L 3 (-) (-) (-)

DDT ug/L 2 2 2 2
Heptachlor ug/L 18 (-) (-) (-)
dan
Heptachlor
epoxide

Lindane ug/L 56 (-) (-) (-)

Methoxyct ug/L 35 (-) (-) (-)


or

Endrin ug/L 1 4 4 (-)

Toxaphan ug/L 5 (-) (-) (-)

Sumber : PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan


Pengendalian Pencemaran Air

Keterangan :
Mg = miligram
ug = mikrogram
ml = militer
L = liter
Bq = Bequerel
MBAS = Methylene Blue Active Substance
ABAM = Air Baku untuk Air Minum

2.3.2 Kuantitas Air

Secara umum penyediaan air bersih adalah berasal dari sumber air
permukaan atau air dalam tanah. Dimana kuantitas air yang berasal dari air
pemukaan ini mencukupi untuk didistribusikan. Kuantitas atau jumlah air yang
mengalir dari pusat distribusi sangatlah penting dalam merencanakan jaringan
distribusi. Karena tujuan utama dari perencanaan jaringan distribusi adalah agar
kebutuhan masyarakat akan tersedianya air bersih dapat terlayani dengan baik.
Untuk itu hal-hal yang dapat mengurangi jumlah air yang didistribusi anatara lain
disebabkan oleh banyaknya sambungan pipa dan panjangnya pipa sedapat
mungkin dihindarkan.Untuk membuktikan kondisi tersebut menggunakan rumus
kontinuitas
:

Q1 = Q2
A1 x V1 = A2 x V2
Dimana :

Q1 = Debit didaerah 1 (m3/detik)


Q2 = Debit didaerah 2 (m3/detik)
A1 = Luas penampang didaerah 1 (m2)
A2 = Luas penampang didaerah 2 (m2)
V1 = Kecepatan rata-rata didaerah 1 (m/detik)
V2 = Kecepatan rata-rata didaerah 2 (m/detik)

Pemakaian air oleh suatu masyarakat bertambah besar dengan kemajuan


masyarakat tersebut, sehingga pemakain air sering kali dipakai sebagai salah satu
tolak ukur tinggi rendahnya kemajuan suatu masyarakat.

2.3.3 Kontinuitas Air


Dalam penyediaan air bersih tidak hanya berhubungan dengan kualitas
dan kuantitas saja, tetapi dari segi kontinuitas juga harus mendukung. Dimana air
harus bisa tersedia secara terus-menerus meskipun di musim kemarau selama
umur rencana. Karena tujuan utama dari perencanaan jaringan distribusi air
adalah agar kebutuhan masyarakat akan tersedianya air bersih dapat terpenuhi
secara terus- menerus walaupun dimusim kemarau. Salah satu cara menjaga agar

Kontinuitas air tetap tersedia adalah dengan membuat tempat


penampungan air (reservoir) untuk menyimpan air sebagai persediaan air pada
musim kemarau. Kontinuitas dapat diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24
jam per hari atau
setiap saat diperlukan, kebutuhan air harus tersedia. Akan tetapi kondisi ideal
tersebut hampir tidak dapat dipenuhi pada setiap wilayah di indonesia, sehingga
untuk menentukan kontiunuitas pemakain air dapat dilakukan dengan cara
pendekatan aktivitas konsumen terhadap pemakaian air.

2.4 Metode Penentuan Kebutuhan Air


2.4.1 Proyeksi Penduduk

Untuk mengetahui perkiraan jumlah penduduk pada tahun-tahun


mendatang, digunakan beberapa metode antara lain metode aritmatik, metode
geometrik dan Least Square.

2.4.1.1 Metode Aritmatik


Metode ini digunakan bila data berkala menunjukkan jumlah penambahan
yang relative sama setiap tahun. Hal ini terjadi pada kota dengan luas wilayah
yang relatif kecil. Rumus :
Pn = Po + Ka (Tn-To)

Ka = (P2-P1) / (T2-T1)

Dimana :

Pn = Jumlah penduduk tahun ke-n


Po = Jumlah penduduk pada tahun awal
Tn = Tahun ke-n (yang akan diproyeksikan)
To = Tahun awal
Ka = Konstanta
P1 = Jumlah penduduk pada tahun pertama yang diketahui
P2 = Jumlah penduduk pada tahun terakhir yang diketahui
T1 = Tahun pertama yang diketahui
T2 = Tahun terakhir yang diketahui
2.4.1.2 Metode Geometrik
Metode ini digunakan bila data jumlah penduduk menunjukkan
peningkatan yang pesat dari waktu ke waktu. Metode ini tepat untuk diterapkan
pada kasus pertumbuhan penduduk di kota yang pertumbuhan ekonominya tinggi
dan perkembangan kotanya pesat. Rumus :
Pn = Po (1+r)n

r = Po (1+n)1/n

Dimana :

Pn = Jumlah penduduk tahun ke-n


Po = Jumlah penduduk pada tahun awal
r = Tingkat pertumbuhan penduduk
n = Jumlah interval waktu

2.4.1.3 Metode Least Square


Metode ini merupakan metode regresi untuk mendapatkan hubungan antara
sumbu Y dan sumbu X dimana Y adalah jumlah penduduk dan X adalah
tahunnya, dengan cara menarik garis linear antara data-data dan meminimumkan
jumlah pangkat dua dari masing-masing penyimpanan jarak data-data dengan
garis yang dibuat. Rumus:
Ŷ = a + bX
a = ΣY / N
b =(ΣYx)/ΣX2
dimana:

Ŷ = nilai variable berdasarkan garis regresi


X = variable independen
a = konstanta
b = koefisien arah regresi
2.4.2. Kebutuhan Air
Sistem penyediaan air bersih dalam praktiknya terdiri dari dua sistem
penyediaan air bersih, yaitu Sistem Penyediaan Air Bersih (SPAB) Perkotaan
dan SPAB Perdesaan. Dengan pertimbangan jumlah penduduk,
distribusi/sebaran penduduk, dan aktifitas dominan yang dilakukan penduduk,
dapat diketahui bahwa perbedaan antara kedua SPAB tersebut terletak pada;
penerapan teknologi fisik, tingkat kapasitas pelayanan, tingkat jenis sambungan
pelayanan, dan tingkat institusi pengelolaan sistem.

1. Kebutuhan air domestik

Air domestik adalah air yang digunakan untuk keperluan rumah tangga.
Kebutuhan domestik ditentukan oleh adanya konsumen domestik, yang berasal
dari data penduduk, pola kebiasaan dan tingkat hidup yang didukung adanya
perkembangan sosial ekonomi yang memberikan kecenderungan peningkatan
kebutuhan air bersih. Kebutuhan air per orang per hari disesuaikan dengan
standar yang biasa digunakan serta kriteria pelayanan berdasarkan pada kategori
kotanya. Di dalamnya setiap kategori tertentu kebutuhan air per orang per hari
berbeda-beda.

Untuk mengetahui kriteria perencanaan air bersih pada tiap–tiap


kategori dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut ini :

Tabel 2.2 Kriteria Perencanaan Sektor Air Bersih

Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Jiwa


<1.00. 500.000 100.000 20. <20.
No Uraian 000 000 000
s.d s.d s.d
1.000. 500.000 100.
000 000
Metro Besar Sedang Kecil Desa

1 2 3 4 5 6
Konsumsi
1 Unit 190 170 130 100 80
Sambungan
Rumah (SR)
liter/orang/hari
2 Konsumsi 30 30 30 30 30
Unit
Hidran Umum
(HU)
liter/orang/hari
3 Kehilangan 20- 20-30 20- 20- 20
Air (%) 30 30 30 -
30
4 Faktor Hari 1,1 1,1 1,1 1,1 1,
Maksimum 1

5 Faktor Jam 1,5 1,5 1,5 1,5 1,


Puncak 5

6 Jumlah jiwa 5 5 6 6 10
per SR

7 Jumlah jiwa 100 100 100 100- 20


per HU 200 0

8 Jam operasi 24 24 24 24 24
9 Volume 20 20 20 20 20
Resevoir
(% max day
demand)
10 SR:HU 50:5 51:50: 80:20:00 70:30 70:30
0:00 00 :00 :00
80:2 81:20:
0:00 00
Cakupan
11 Pelayanan 90 90 90 90 75
(%)
(Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum)

2. Kebutuhan air non domestik

Air non domestik adalah air yang digunakan untuk keperluan


industri, pariwisata, tempat ibadah, tempat sosial serta tempat komersil dan
umum lainnya. Kebutuhan air non domestik ditentukan oleh adanya
konsumen non domestik, yang memanfaatkan fasilitas-fasilitas antara lain:
1) Perkantoran, tempat ibadah.

2) Prasarana pendidikan, prasarana kesehatan.

3) Komersial (pasar, pertokoan, penginapan, bioskop, rumah makandll).


4) Industri.

Tabel 2.3 Kebutuhan Air Non Domestik


Sektor Nilai Satuan
Sekolah 10 liter/murid/hari
Rumah Sakit 200 liter/bed/hari
Puskesmas 2.000 liter/hari
Masjid 3.000 liter/hari
Kantor 10 liter/pegawai/hari
Pasar 12.000 liter/hektar/hari
Hotel 150 liter/bed/hari
Rumah Makan 100 liter/tempat
duduk/hari
Komplek Militer 60 liter/orang/hari
Kawasan Industri 0,2 - 0,8 liter/detik/hektar
Kawasan 0,1 - 0,3 liter/detik/hektar
Pariwisata
(Sumber: Direktorat Jendral Cipta Karya Dinas PU, 2000)

2.4.3. Sistem Transmisi dan Distribusi

1. Sistem Transmisi

Sistem transmisi air bersih adalah sistem perpipaan dari bangunan


pengambilan air baku ke bangunan pengolahan air bersih. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menentukan sistem transmisi :

a) Type penggalian jaringan pipa transmisi yang meliputi sistem


perpompaan, sistem gravitasi, dan sistem gabungan perpompaan dan
gravitasi. Sistem pemompaan diterapkan pada kondisi dimana letak
dari bangunan intake lebih rendah dari bangunan pengolahan.
Sebaliknya sistem gravitasi diterapkan pada kondisi dimana elevasi
letak bangunan penangkap air relatif tinggi atau sama dengan
bangunan pengolahan air. Sistem gabungan diterapkan pada kondisi
topografi bangunan intake kebangunan pengolahan yang naik turun.
b) Menentukan tempat bak pelepastekan. Bak pelepas tekan dibuat untuk
menghindari tekanan yang tinggi, sehingga tidak akan merusak sistem
perpipaan yang ada. Bak ini dibuat ditempat dimana tekanan tertinggi
mungkin terjadi atau pada sistem penguat (boaster pump) sepanjang jalur
pipa transmisi.
c) Menghitung panjang dan diameterpipa Panjang pipa dihitung
berdasarkan jarak dari bangunan penangkap air kebangunan pengolahan,
sedangkan diameter sesuai dengan debit hari maksimum.
d) Jalur pipa sebaiknya mengikuti jalan raya dan dipilih jalur yang tidak
memerlukan banyak perlengkapan.
Perlengkapan yang ada pada sistem transmisi perpipaan air bersih:

 Washout: Berfungsi untuk penggelontor sedimen atau endapan yang


ada pada pipa
 Air Valve: Berfungsi untuk mengurangi tekanan pada pipa sehingga
pipa tidak pecah
 BlowOff
 Gate Valve: Berfungsi untuk mengatur debit aliran
 Pompa

2. Sistem distribusi air bersih

Yuliana Rivai, Ali Masduki Bowo, dan Djoko Marsono


(Depkimpraswil, 2002) mengemukakan bahwa Sistem Penyediaan Air Bersih
adalah suatu sistem penyediaan air bersih yang meliputi pengambilan air
baku, proses pengolahan dan reservoir serta distribusi.

Sedangkan Sistem distribusi dalam jurnal oleh Yuliana Rivai, Ali Masduki
Bowo, dan Djoko Marsono (Al-Layla,1980) adalah jaringan perpipaan untuk
mengalirkan air minum dari reservoir menuju daerah pelayanan/ konsumen
sistem distribusi air bersih adalah pendistribusian atau pembagian air melalui
sistem perpipaan dari bangunan pengelolaan (reservoir) ke daerah pelayanan
(konsumen). Juga termasuk dalam sistem ini adalah fasilitas penampungan
air yang telah diolah (reservoir distribusi) yang digunakan saat kebutuhan air
lebih
besar dari suplai instalasi.
Terdapat dua hal penting yang harus diperhatikan pada sistem
distribusi adalah tersedianya jumlah air yang cukup dan tekanan yang
memenuhi, serta menjaga keamanan kualitas air yang berasal dari instalasi
pengolahan.
Air yang disuplai melalui jaringan pipa distribusi, sistem
pengalirannya terbagi atas dua alternatif pendistribusian, yaitu :
a. Continuous System (Sistem Berkelanjutan)

Pada sistem ini, suplai dan distribusi air kepada konsumen


dilaksanakan secara terus-menerus selama 24 (dua puluh empat) jam.
Sistem ini biasanya diterapkan bila pada setiap waktu kuantitas air baku
dapat memenuhi kebutuhan konsumsi air di daerah pelayanan.
b. Intermittent System

Pada sistem ini air minum yang disuplai dan didistribusikan


kepada konsumen dilakukan hanya selama dua sampai empat jam pada
pagi dan sore hari. Sistem ini biasanya diterapkan apabila kuantitas air
dan tekanan air tidak mencukupi.
Macam pola jaringan sistem distribusi air bersih :

1. Sistem Cabang

Adalah sistem pendistribusian air bersih yang bersifat terputus


membentuk cabang-cabang sesuai dengan daerah pelayanan.

Sumber Air

Keuntungan :

1) Tidak membutuhkan perhitungan dimensi pipa yang rumit


karena debit dapat dibagi berdasarkan cabang-cabang
pipapelayanan.
2) Untuk pengembangan daerah pelayanan lebih mudah karena
hanya tinggal menambah sambungan pipa yang telahada.
Kerugian :

1) Jika terjadi kebocoran atau kerusakan pengaliran pada seluruh


daerah akanterhenti.
2) Pembagian debit tidakmerata.

3) Opresional lebih sulit karena pipa yang satu dengan yang lain
saling berhubungan.

2. Sistem Loop

Adalah sistem perpipaan melingkar dimana ujung pipa yang


satu bertemu dengan ujung pipa yang lain. Sistem loop inilah yang
digunakan pada perencanaan sistem jaringan distribusi air bersih.

Sumber
Air

Keuntungan :

1) Debit terbagi rata karena perencanaan diameter berdasarkan


pada jumlah kebutuhan total
2) Jika terjadi kebocoran atau kerusakan atau perubahan
diameter pipa maka hanya daerah tertentu yang tidak
mendapat pengaliran, sedangkan untuk daerah yang tidak
mengalami kerusakan aliran air tetap berfungsi.
3) Pengoperasian jaringan lebih
mudah. Kerugian :

Perhitungan dimensi perpipaan membutuhkan kecermatan agar


debit yang masuk pada setiap pipa merata.

3. Dibandingkan dengan sistem-sistem sebelumnya merupakan sistem


yang terbaik. Sirkulasi air dalam jaringan lancar, bila ada
perbaikan kerusakan distribusi air tidak akan terhenti.

Keuntungan lainnya :
1) Pemerataan tekanan baik
Kerugiannya :
1) Biaya investasi mahal
2) Sistem operasi yang sulit

4. Sistem Diagonal

Merupakan Suatu sistem yang paling baik dan efisien karena air
dapat mengalir ke suatu tempat dari berbagai arah, artinya suatu
tempat tidak hanya mendapatkan air dari suatu sistem jaringan
saja. Kerugiannya adalah biaya operasi dan pembuatannya
sangatlah mahal.

----------
3. Sistem pengaliran air bersih

Dalam pendistribusian air bersih terdapat tiga sistem


pengaliran yang pemilihan jenisnya disesuaikan dengan kebutuhan
di lapangan yaitu:
1. Pengaliran Sistem Gravitasi

Sistem ini digunakan bila elevasi sumber air baku atau


instalasi pengolahan secara topografi berada jauh diatas elevasi
daerah pelayanan dan sistem ini dapat memberikan energi potensial
yang cukup tinggi hingga pada daerah pelayanan terjauh.
2. Pengaliran Sistem Pemompaan

Sistem ini digunakan apabila beda elevasi antara sumber air


atau instalasi pengolahan dengan daerah pelayanan tidak dapat
memberikan tekanan air yang cukup, sehingga air yang akan
didistribusikan, agar tekanan meningkat, di pompa ke jaringan pipa
distribusi.
3. Pengaliran Sistem Kombinasi

Sistem ini merupakan kombinasi dari sistem gravitasi dan


pemompaan dimana air minum dari sumber atau instalasi pengolahan
dialirkan ke jaringan pipa distribusi dengan menggunakan pompa dan
reservoir distribusi, dioperasikan secara bergantian atau bersama-
sama sesuai dengan keadaan topografi daerah pelayanan.
BAB III
GAMBARAN UMUM KOTA SALATIGA

3.1. Umum
Kota Salatiga adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Tengah yang
berbatasan sepenuhnya dengan Kabupaten Semarang. Salatiga terletak 49
kilometer di sebelah selatan Kota Semarang dan 52 kilometer di sebelah utara
Kota Surakarta serta berada di jalan negara yang menghubungkan antara
Semarang dengan Surakarta.

Salatiga terdiri atas empat kecamatan 23 kelurahan. Kota ini memiliki


batas-batas wilayah sebagai berikut:

Kecamatan Pabelan (Desa Pabelan dan Desa Pejaten) dan Kecamatan


Utara
Tuntang (Desa Kesongo dan Desa Watu Agung).
Kecamatan Pabelan (Desa Glawan, Desa Sukoharjo, dan Desa Ujung-
Timur Ujung) dan Kecamatan Tengaran (Desa Bener, Desa Nyamat, dan Desa
Tegalwaton).
Kecamatan Getasan (Desa Jetak, Desa Samirono, dan Desa Sumogawe) dan
Selatan
Kecamatan Tengaran (Desa Karang Duren dan Desa Patemon).
Kecamatan Getasan (Desa Polobogo) dan Kecamatan Tuntang (Desa
Barat
Candirejo, Desa Gedangan, Desa Jombor, dan Desa Sraten).

Adapun wilayah Salatiga terletak pada ketinggian antara 450-825 meter


di atas permukaan air laut. Secara morfologi, Salatiga berada di daerah cekungan
kaki Gunung Merbabu dan gunung-gunung kecil, yaitu Gunung Telomoyo,
Gunung Ungaran, Gunung Payung, dan Gunung Rong. Morfologi pegunungan
menyebabkan Salatiga beriklim tropis dengan suhu udara rata-rata antara 230-240
C. Adanya kombinasi lereng dan kaki gunung tersebut juga menyebabkan
Salatiga terletak pada dataran yang miring ke barat dengan tingkat
kemiringannya berkisar
antara 50-100, sehingga dapat dikatakan bahwa Salatiga merupakan dataran
sekaligus lereng gunung dan pegunungan.

3.2 Topografi , Hidrologi, dan Geologi

Secara terperinci, topografi atau bentuk permukaan tanah Salatiga terbagi menjadi
tiga bagian, yaitu:

1. Daerah topografi bergelombang dengan persentase + 65%, yaitu Kelurahan


Bugel, Kelurahan Dukuh, Kelurahan Kauman Kidul, Kelurahan
Kumpulrejo, Kelurahan Kutowinangun Kidul, Kelurahan Kutowinangun
Lor, Kelurahan Ledok, Kelurahan Salatiga, dan Kelurahan Sidorejo Lor.
2. Daerah topografi miring dengan persentase + 25%, yaitu Kelurahan
Cebongan, Kelurahan Gendongan, Kelurahan Kecandran, Kelurahan
Mangunsari, Kelurahan Pulutan, Kelurahan Randuacir, Kelurahan Sidorejo
Kidul, Kelurahan Sidorejo Lor, Kelurahan Tegalrejo, Kelurahan Tingkir
Lor, dan Kelurahan Tingkir Tengah.
3. Daerah topografi datar dengan persentase + 10%, yaitu Kelurahan
Blotongan, Kelurahan Kalibening, Kelurahan Kalicacing, dan Kelurahan
Noborejo.

Salatiga memiliki tiga sumber mata air yang letaknya berdekatan, yaitu
Kalitaman, Benoyo, dan Kalisumbo. Air dari ketiga sumber tersebut memiliki
debit yang cukup besar untuk keperluan sehari-hari. Khusus untuk sumber mata
air Kalitaman dipakai sebagai kolam renang sejak zaman gemeente dan sampai
saat ini menjadi kolam renang bertaraf nasional di Jawa Tengah. Selain ketiga
sumber mata air tersebut, masih ada beberapa sumber mata air lagi di Salatiga,
yaitu Belik Kalioso, Senjoyo, dan Muncul, sehingga tidak aneh apabila beberapa
nama di wilayah ini menggunakan kata-kata yang menunjukkan sumber mata air
tersebut, yaitu Dukuh Kalitaman, Kalisumba, Kalioso, Kalibodri, Kalimangkal,
dan Kalicacup.
Secara Morfologis Kota Salatiga berada di daerah cekungan, kaki gunung
Merbabu diantara gunung-gunung kecil antara lain : Gajah Mungkur, Telomoyo
dan Payung Rong.

3.3 Aspek Sosial dan ekonomi


3.3.1 Tata Guna Lahan

Kondisi Penggunaan tanah Kota Salatiga pada tahun 2013 jauh cukup
berbeda dibandingkan penggunaan tanah pada tahun 2003 dan 2008. Namun
masih bisa di katakan sama. Karena penggunaan tanah yang masih dominan pada
tahun 2008 masih pada penggunaan tanah pertanian dalam kategori tanah
pekarangan. Kemudian penggunaan tanah non pertanian , penggunaan tertinggi
masih sama dengan tahun 2003 yaitu kategori penggunaan tanah pemukiman.
Secara berurutan penggunaan tanah tahun 2008 mulai dari yang paling dominan
masih berupa tanah pertanian, yaitu seluas 3266,270 Ha atau sebesar (57,30%)
dari total luas wilayah Kota Salatiga yang terdiri dati tanah pekarangan (pertanian
tanah kering tegalan/ladang dan kebun campuran) seluas 2330,569 Ha atau
sebesar (41,74%), sawah irigasi seluas 392,997 Ha atau sebesar (7,04%), sawah
non irigasi seluas 293,472 Ha atau sebesar (5,26%), dan perkebunan seluas
182,862 ha atau seluas (3,27%).

Selanjutnya adalah penggunaan tanah non pertanian, di sini terlihat


beberapa peningkatan terutama pada penggunaan tanah sebagai pemukiman.
Penggunaan tanah non pertanian di tahun 2013 yaitu seluas 2384,892 Ha atau
seluas (42,70%) dari total wilayah kota salatiga. Penggunaan tanah non pertanian
ini terdiri dari Pemukiman seluas 1975,046 ha atau sebesar (35,37%), Industri
seluas 85,550 Ha atau sebesar (1,53%), pemakaman seluas 40,111 Ha atau
sebesar (0,72%), Fasos seluas 8,461 Ha atau sebesar (0.15%), kantor/ bangunan
militer seluas 44,140 ha atau sebesar (0,79%), Pendidikan sebesar 94,761 Ha atau
sebesar (1,70%), kesehatan seluas 23,347 Ha atau sebesar (0,42%), Perdagangan
dan jasa sebesar 75,398 Ha atau sebesar (1,35%), perkantoran sebesar 31,540
Ha atau
sebesar (0,56 %), dan TPA seluas 5,738 Ha atau sebesar (0,10%). Jumlah
5583,991 lahan yang digunakan dengan persentase 100,00%.

3.3.2. Demografi

3.3.2.1. Jumlah Penduduk Kota

Pada tahun 2017, jumlah penduduk Kota Salatiga sebesar 188.928 jiwa.
Jumlah penduduk perempuan lebih besar dibandingkan penduduk laki-laki,
ditunjukkan oleh rasio jenis kelamin (rasio jumlah penduduk laki-laki terhadap
penduduk perempuan), sebesar 95,78 Penduduk Kota Salatiga belum menyebar
secara merata di seluruh wilayah Kota Salatiga. Umumnya, penduduk banyak
menumpuk di daerah perkotaan dibandingkan pedesaan. Pada tahun 2017 ratarata,
kepadatan penduduk Salatiga sebesar 3.327 jiwa setiap km persegi.

3.3.2.2. Mata Pencarian

Data Statistik yang termasuk dalam Bidang Pemerintahan ini adalah


Wilayah Administratif Pemerintah Kota Salatiga; Sumber Daya Manusia
pelaksana pemerintahan yaitu, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota
Salatiga, Aparatur Sipil Negara dan Pegawai Kontrak, Sarana Pengamanan
Masyarakat; Kegiatan Pelayanan/Perizinan kepada Masyarakat; Kepemudaan dan
Olahraga. Berdasarkan Wilayah Administratif, Pemerintah Kota Salatiga terdiri
dari 4 Kecamatan dan 23 Kelurahan. Sumber Daya Manusia sebagai pendukung
pelaksanaan pemerintahan di KotaSalatiga adalah Pegawai Negeri Sipil sebanyak
4203 orang dan Tenaga Kontrak sebanyak 92 orang, disamping Sumber Daya
tersebut masih didukung Tenaga Harian Lepas yang belum tercatat secara terpusat
datanya.

Dalam hal sarana pengaman masyarakat adalah data terkait dengan jumlah
anggota LINMAS/HANSIP yang pada Tahun 2016 seluruhnya berjumlah 1177
orang. Selanjutnya data terkait dengan kegiatan pelayanan / perizinan adalah
kegiatan pelayanan KTP, KK, IMB, Akta Kematian, Akta Kelahiran, Akta
Perceraian, Akta Perkawinan, Pelayanan AMDAL/UKL-UPL, SIUP, TDP/TDI,
Izin Reklame. Bidang Kepemudaan dan Olahraga menampilkan jumlah organisasi
kepemudaan yang ada di Kota Salatiga Tahun 2016, Sarana olahraga, atlit
olahraga dan jenisnya, dan prestasi dibidang olahraga yang diraih selama tahun
2016. Banyaknya pencari kerja yang mendaftar selama tahun 2017 sebanyak
1.232 orang. Sebagian besar dari pencari kerja tersebut berpendidikan setingkat
SLTA (71,27 persen), kemudian 26,95 persen berpendidikan Diploma/Perguruan
Tinggi dan 1,79 persen berpendidikan setingkat SLTP.

3.3.2.3 Jenis Pemukiman


Berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman terdapat pengertian-pengertian sebagai berikut:
 Pengertian rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat
tinggal/hunian dan sarana pembinaan keluarga.
 Yang dimaksud dengan perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal/hunian yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana lingkungan.
 Sedangkan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung (kota dan desa) yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal/hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan.
Seperti kebanyakan wajah permukiman di Indonesia banyak kita jumpai
permukiman penduduk yang sering disebut kampung. Adapun pengertian
kampung identik dengan suatu wilayah yang terdapat di pedesaan dan berada
pada kondisi yang terpenuhi kebutuhan masyarakatnya dengan sarana dan
prasarana yang layak. Kampung merupakan lingkungan suatu masyarakat yang
sudah mapan, yang terdiri dari golongan berpenghasilan rendah dan menengah
dan pada umumnya tidak memiliki prasarana, utilitas dan fasilitas sosial yang
cukup baik jumlah maupun kualitasnya dan dibangun di atas tanah yang telah
dimiliki, disewa atau dipinjam pemiliknya .
3.3.3. Fasilitas Perkotaan
Kawasan pusat kota pada umumnya merupakan pusat kegiatan ekonomi
(perdagangan dan industri), pusat pemerintahan maupun pusat kegiatan budaya
dan pariwisata. Dengan adanya peningkatan ekonomi saat ini mengakibatkan
pusat- pusat kota tersebut menjadi sasaran investasi atau penanaman modal
masyarakat baik dalam skala besar maupun kecil (sector informal). Dengan
didukung oleh kebijakan ekonomi suatu daerah akan mendorong pertumbuhan
ekonomi suatu daerah. Hal ini akan menyebabkan perkembangan kegiatan di
pusat kota berjalan sangat pesat. Pertumbuhan pusat kota ini akan menjadikan
daya tarik bagi masyarakat untuk mencari uang di pusat kota tersebut. Baik untuk
masyarakat pencari kerja maupun yang ingin membuka usaha. Masyarakat yang
bekerja di pusat kota akan mencari tempat tinggal tidak jauh dari tempat dia
bekerja. Maka dipilihlah permukiman di pusat kota. Untuk kota Salatiga fasilitas
yang sediakan beragam. Mulai dari taman perkotaan, waduk, taman bermain,
waterpark, gedung gedung kepemerintahan, sekolah, dan sarana lain yang mampu
menunjang kebutuhan masyarakat kota Salatiga.
BAB IV
PERANCANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

4.1 Umum
Kota Salatiga adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan
sepenuhnya dengan Kabupaten Semarang. Salatiga terletak 49 kilometer di
sebelah selatan Kota Semarang dan 52 kilometer di sebelah utara Kota Surakarta
serta berada di jalan negara yang menghubungkan antara Semarang dengan
Surakarta. Salatiga terdiri atas 4(empat) kecamatan dan 23 kelurahan. Salatiga
terdiri atas empat kecamatan 23 kelurahan. Kota ini hanya memiliki satu
perusahaan untuk memenuhi kebutuhan air bersih, yaitu PDAM Salatiga. PDAM
Salatiga melayani seluruh kecamatan di Kota Salatiga. Didalam makalah ini
desain pelayanan instalasi akan melayani sesuai dengan data PDAM Salatiga.

4.2 Proyeksi Jumlah Penduduk


Proyeksi penduduk sangat diperlukan dalam perencanaan pembangunan
jaringan serta instalasi pengolahan air bersih domestik. Secara umum terdapat
beberapa metode yang dapat digunakan dalam melakukan proyeksi jumlah
penduduk di suatu daerah. Berbagai metode tersebut memiliki tingkat ketelitian
tertentu.

4.2.1Metode Aritmatik
Rumus proyeksi penduduk yang digunakan dengan menggunakan Metode
Aritmatik :
Pn = P0 + r (Tn – T0)
Dimana :
Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke
n Po = Jumlah penduduk pada tahun ke
1 r = Laju pertumbuhan penduduk
(Tn – To) = selisih tahun perhitungan

No Tahun JumlahPenduduk

1 2014 181193

2 2015 183815

3 2016 186420

4 2017 188128

Sumber: BPS Kota Salatiga

Perhitungan Jumlah Penduduk

Tabel 4.1 Proyeksi Penduduk Menggunakan

Metode Aritmatik

No Tahun Proyeksi Jumlah r (Ka)


Penduduk

1 2018 190440 2311.667

2 2019 192751 2311.667

3 2020 195063 2311.667

4 2021 197375 2311.667

5 2022 199686 2311.667

6 2023 201998 2311.667

7 2024 204310 2311.667

8 2025 206621 2311.667

9 2026 208933 2311.667


No Tahun Proyeksi Jumlah r (Ka)
Penduduk

10 2027 211245 2311.667

11 2028 213556 2311.667

12 2029 215868 2311.667

13 2030 218180 2311.667

14 2031 220491 2311.667

15 2032 222803 2311.667

16 2033 225115 2311.667

17 2034 227426 2311.667

18 2035 229738 2311.667

19 2036 232050 2311.667

20 2037 234361 2311.667

21 2038 236673 2311.667


Jumlah Penduduk Proyeksi
Aritmatik
250000

200000

150000
y = 2311.7x - 4E+06 Aritmatik
100000 R² = 1 Linear (Aritmatik)
50000

0
201520202025203020352040
Tahun Proyeksi

Grafik 4.1 Proyeksi Penduduk dengan Metode Aritmatik

4.2.2 Metode Least Square


Metode Least Square adalah metode peramalan yang menggunakan
persamaan linear untuk menemukan garis paling sesuai untuk kumpulan
data lampau guna meramalkan data di masa depan.
Y = a + bX
Dimana:
Y = Nilai variabel berdasarkan garis regresi
X = Variabel independen
a = Konstanta
b = Koefisien arah regresi linear
Adapun persamaan untuk mencari koefisien a dan b adalah sebagai
berikut:

𝒂= 𝚺𝐲𝚺𝐱² − 𝚺𝐱𝚺𝐱𝐲
𝐧𝚺𝐱² − (𝚺𝐱)²

𝐧𝚺𝐱𝐲 − 𝚺𝐱𝚺𝐲
𝒃=
𝐧𝚺𝐱² − (𝚺𝐱)²
Bila koefisien b telah dihitung terlebih dahulu, maka koefisien a
dapat ditentukan dengan persamaan :
𝒂 = 𝒀̅ − 𝒃𝑿̅

dimana 𝑌̅dan 𝑋̅adalah rata-rata untuk variabel Y dan X.

Tabel 4.2 jumlah penduduk


No Tahun JumlahPenduduk Jumlah Data Y2 X2 XY

1 2014 181193 1 32833090325 1 181193

2 2015 183815 1 33787954225 1 183815

3 2016 186420 2 35693784184 4 372840

4 2017 188128 3 35693789184 9 564384

total 739556 7 15 1302232

Sumber: BPS salatiga 2018

Tabel 4.3 Proyeksi Penduduk Menggunakan


Metode Least Square
No Tahun JumlahPenduduk

1 2018 191442

2 2019 194355

3 2020 197267

4 2021 200179

5 2022 203092
No Tahun JumlahPenduduk

6 2023 206004

7 2024 208916

8 2025 211829

9 2026 214741

10 2027 217741

11 2028 217654

12 2029 220566

13 2030 223478

14 2031 226391

15 2032 229303

16 2033 232215

17 2034 235128

18 2035 238040

19 2036 240952

20 2037 243865

21 2038 246777

22 2039 249690
Least Square

Jumkah Penduduk
300000

250000

200000

150000 y = 2704.2x - 5E+06 Least Square


R² = 0.998 Linear (Least Square)
100000 50000

0
2015 2020 2025 2030 2035 2040
Tahun

Grafik 4.2 Proyeksi Penduduk dengan Metode Least Square

4.2.3 Metode Geometri


Rumus proyeksi penduduk yang digunakan dengan Metode Geometri :
𝐏𝐧 = 𝑷𝒐(𝟏 + 𝐫)𝐧
Dimana :
Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke n
Po = Jumlah penduduk pada tahun ke 1
r = Laju pertumbuhan penduduk
n = selisih tahun perhitungan

Tabel 4.4 Proyeksi Penduduk Menggunakan Metode Geometri


To Po R Tn n Pn

2017 188128 0.013 2018 1 190574

2017 188128 0.013 2019 2 193052

2017 188128 0.013 2020 3 195561

2017 188128 0.013 2021 4 198104


To Po R Tn n Pn

2017 188128 0.013 2022 5 200679

2017 188128 0.013 2023 6 203287

2017 188128 0.013 2024 7 205930

2017 188128 0.013 2025 8 208608

2017 188128 0.013 2026 9 211319

2017 188128 0.013 2027 10 214067

2017 188128 0.013 2028 11 216849

2017 188128 0.013 2029 12 219668

2017 188128 0.013 2030 13 222524

2017 188128 0.013 2031 14 225417

2017 188128 0.013 2032 15 228347

2017 188128 0.013 2033 16 231316

2017 188128 0.013 2034 17 234223

2017 188128 0.013 2035 18 237369

2017 188128 0.013 2036 19 240455

2017 188128 0.013 2037 20 243580

2017 188128 0.013 2038 21 246477


Geometri

Jumlah Penduduk
300000
250000
200000
150000
100000
50000 Geometri
y = 2801.7x - 5E+06 Linear (Geometri)
0 R² = 0.9989

2015 2020 2025 2030 2035 2040


Tahun

Grafik 4.3 Proyeksi Penduduk dengan Metode Geometri

4.2.4 Perbandingan Proyeksi Jumlah Penduduk

Tabel 4.5 Perbandingan Proyeksi Penduduk


Kota Salatiga sampai Tahun 2038
No Tahun Proyeksi Jumlah Penduduk

Aritmatik Geometrik Least Square

1 2018 190440 190574 191442

2 2019 192751 193052 194355

3 2020 195063 195561 200179

4 2021 197375 198104 203092

5 2022 199686 200679 206004

6 2023 201998 203287 208916

7 2024 204310 205930 211829


No Tahun Proyeksi Jumlah Penduduk

Aritmatik Geometrik Least Square

8 2025 206621 208608 214741

9 2026 208933 211319 217741

10 2027 211245 214067 217654

11 2028 213556 216849 220566

12 2029 215868 219668 223478

13 2030 218180 222524 226391

14 2031 220491 225417 229303

15 2032 222803 228347 232215

16 2033 225115 231316 235128

17 2034 227426 234223 238040

18 2035 229738 237369 240952

19 2036 232050 240455 243865

20 2037 234361 243580 246777

21 2038 236673 246477 249690


Jumlah Penduduk Proyeksi
Perbandingan Proyeksi Penduduk
300000

250000

200000
aritmatik
150000
geometrik
100000
leastsquare
50000 Linear (leastsquare)
0
2015 2020 2025 2030 2035 2040
Tahun Proyeksi

Grafik 4.4 Perbandingan Proyeksi Penduduk

4.3 Perhitungan Kebutuhan Air Kota Salatiga


Dalam melakukan perhitungan terhadap kebutuhan air suatu kota terdapat
hal-hal yang harus diperhatikan salah satunya adalah jumlah penduduk daerah
tersebut. Sehingga dengan mengetahui jumlah penduduk daerah tersebut dapat
ditentukan berapa standar kebutuhan air. Berdasarkan perhitungan proyeksi
penduduk dengan metode aritmatika, diketahui penduduk Kota Salatiga sebagai
berikut:
 Tahap I periode 2019– 2029 penduduknya berjumlah 215868 jiwa
 Tahap II periode 2030– 2038 penduduknya berjumlah 236673 jiwa

Untuk memperhitungkan kebutuhan air tersebut, maka kebutuhan air dibagi


menurut:
1. Kebutuhan domestik, yang dibedakan atas:
a. Sambungan langsung (rumah);
b. Kran umum/hidran umum.
2. Kebutuhan non domestik, yang terdiri atas:
a. Sarana pendidikan;
b. Sarana peribadatan;
c. Sarana perkantoran;
d. Sarana sosial;
e. Sarana perdagangan;
f. Industri;
g. dan lainnya.
3. Hidran Kebakaran
4. Kebocoran/kehilangan air

Standar Pemakaian Air pada Tabel


No Jenis Fasilitas Standar Pemakaian Air Kapasitas

Tahap I Tahap II

1 Rumah Tangga

Sambungan Rumah 130 130 L/jiwa/hari

Hidran Umum 30 30 L/jiwa/hari

2 Sekolah

TK 20 20 L/jiwa/hari

SD 20 20 L/jiwa/hari

SMP 20 20 L/jiwa/hari

SMA 20 20 L/jiwa/hari

3 Peribadatan 70 70 L/jiwa/hari

4 Kesehatan
Rumah Sakit 250 250 L/tt/hari

Puskesmas 250 250 L/tt/hari

Klinik 250 250

Apotek

5 Industri 160 160 L/o/hari

6 Perdagangan

Pasar 5 5 L/m2/hari

Toko 5 5 L/m2/hari

Restoran 15 15 L/m2/hari

7 Perkantoran 50 50 L/jiwa/hari

8 Lain-lain

Hotel 200 200 L/tt/hari

Bioskop 5 5 L/td/hari

Stadion Olahraga* 5 5 L/td/hari

Terminal Bus 2.5 2.5 L/o/hari

Sumber: Direktoratjendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum Tahun 2000

Untuk menentukan kebutuhan air tahap I, dihitung berdasarkan perkiraan


jumlah penduduk tahun 2029, dengan tingkat pelayanan 70 %. Sedangkan untuk
tahap II, dihitung berdasarkan perkiraan jumlah penduduk tahun 2038, dengan
tingkat pelayanan 75%.
Jumlah penduduk pada akhir periode tahap I yang terlayani adalah:
 jumlah penduduk pelayanan = %tingkat pelayanan x jumlah penduduk daerah
pelayanan
= 70% x 215868 jiwa
= 151108 jiwa
Jumlah penduduk pada akhir tahap II yang terlayani adalah:
 jumlah penduduk pelayanan = %tingkat pelayanan x jumlah penduduk daerah
pelayanan
= 75% x 236673 jiwa
= 177505 jiwa

Jumlah penduduk Kota Salatiga tiap tahun semakin meningkat, hal ini dapat
dilihat dari makin banyaknya penduduk yang harus mendapatkan pelayanan air
minum setiap tahunnya. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.6

Tabel 4.6 Rekapitulasi Peningkatan Jumlah Penduduk yang Terlayani

No Uraian Satuan Periode Desain

Awal Tahun Tahap Tahap


I II

2019 2029 2038

1 Jumlah penduduk Jiwa 192751 215868 236673

2 Jumlah penduduk di daerah Jiwa 177012 201172


pelayanan

3 Tingkat Pelayanan PDAM % 80


- Daerah pelayanan 78
82 85
- Tingkat pelayanan
80 82

4 Penduduk yang terlayani Jiwa 141610 164961


Untuk perhitungan kebutuhan air, maka dibedakan atas kebutuhan
domestik dan kebutuhan non domestik.

4.3.1Kebutuhan Air Domestik

Kebutuhan air domestik merupakan air yang dibutuhkan untuk keperluan


kehidupan sehari-hari seperti minum, memasak, mencuci, mck, dan lain-lain.
Kota Salatiga termasuk kedalam kota sedang karena memiliki jumlah penduduk
100.000
- 500.000 jiwa.
Jenis perumahan di Kota Salatiga terdiri dari rumah permanen, semi
permanen dan non permanen. Berikut persentase perbandingan jenis perumahan
di Kota Salatiga yang ditampilkan pada tabel 4.7

Tabel 4.7 Jenis Pemukiman Penduduk Kota Salatiga Tahun 2029 dan 2038
Jenis Rumah Persentase Tahun (%)

Tahap I (2029) Tahap II (2038)

Rumah Permanen 60 70

Rumah Semi 20 15
Permanen

Rumah Non 20 15
Permanen

Sumber: Data Tugas Besar PAM

Data dari tabel 4.10 di atas dapat diketahui persentase jenis rumah yang ada
di Kota Salatiga, sehingga didapatkan persentase penggunaan Sambungan rumah
(SR) dan Hidran umum (HU) yang diasumsikan sebagai berikut:
a. Rumah Permanen, semuanya menggunakan SR;
b. Rumah Semi Permanen, 2/3 menggunakan SR dan 1/3 menggunakan HU;
c. Rumah Non Permanen, semuanya menggunakan HU.
 Tahap I
a. Pengguna SR = 60% + (2/3 x 20%)
= 73,33 %
Jumlah pengguna SR = 73,33 % x 141610 jiwa
= 103843 jiwa
Kebutuhan air untuk SR = Jumlah pengguna SR x standar kebutuhan air
= 103843 jiwa x 130 L/jiwa/hari
= 13499590 L/hari
= 156,24 L/det
b. Pengguna HU = 20% + (1/3 x 20%)
= 26,67%
Jumlah pengguna HU = 26,67 % x 141610 jiwa
= 37767 jiwa
Kebutuhan air untuk HU = 37767 jiwa x 30 L/jiwa/hari
= 1133010 L/hari
= 13,11 L/det

 Tahap II

a. Pengguna SR = 70% + (2/3 x 15%)


= 80 %
Jumlah pengguna SR = 80 % x 164961 jiwa
= 131969 jiwa
Kebutuhan air untuk SR = Jumlah pengguna SR x standar kebutuhan air
= 131969 jiwa x 130 L/jiwa/hari
= 17155970 L/hari
= 198,56 L/det
b. Pengguna HU = 15% + (1/3 x 15%)
= 20%
Jumlah pengguna HU = 20 % x 164961 jiwa
= 32992 jiwa
Kebutuhan air untuk HU = 32992 jiwa x 30 L/jiwa/hari
= 989760 L/hari
= 11,46 L/det

Tabel 4.8 Rekapitulasi Kebutuhan Air Domestik Kota Salatiga

Tahun Tahap I (2029) Tahap II (2038)

Jenis Sambungan SR HU SR HU

Sambungan (%) 73,33 26,67 80 20

Jumlah Penduduk Yang Terlayani 141610 164961


(Jiwa)

Jumlah Pengguna (Jiwa) 103843 37767 131969 32992

Jenis Sambungan SR HU SR HU

Standar Kebutuhan Air (L/o/h) 130 30 130 30

Kebutuhan Air (L/det) 156,24 13,11 198,56 11,46

Kebutuhan Total (L/det) 169,35 210,02

Sumber: Perhitungan dan data tugas besar PAM

4.3.1 Kebutuhan Air Non Domestik


Semakin maju suatu kota, tentu fasilitas kotanya mengalami peningkatan.
Seperti Kota Salatiga yang diasumsikan mengalami peningkatan fasilitas kota pada
tahun 2019
- 2038 seperti pada tabel dibawaah ini.

Tabel 4.9 Asumsi Penambahan Fasilitas Kota Salatiga


No Jenis Fasilitas Jumlah Jumlah Jumlah Kapasitas
tahun tahun tahun
2019 2029 2038

1 Pendidikan

SD 187 188 190 550 jiwa/unit

SMP 64 66 68 750 jiwa/unit

SMA/SMK 60 62 65 750 jiwa/ unit

2 Peribadatan

Masjid 217 220 222 550 jiwa/unit

Mushola 303 305 308 150 jiwa/unit

Gereja 93 93 93 450 jiwa/unit

Pura 1 1 1 100 jiwa/unit

Vihara 5 5 5 100 jiwa/unit

3 Kesehatan

Rumah sakit 6 9 11 250 bed/unit

Puskesmas 7 9 12 50 bed/unit

Apotik 29 32 35

Klinik 26 29 33 20 bed/unit

4 Pariwisata

Hotel 27 30 35 75 bed/unit

Terminal bus 1 2 2 150 unit/hari


5 Industri 1,958 1,959 1,960 1.5 hektar/unit

6 Perdagangan

Restaurant 20 25 30 75m²/unit

Pasar 15 16 17 650m²/unit
tradisional

Toko 19 20 23 80m²/unit

7 Lain- lain

Stadion 1 1 1 3.5 hektar


olahraga

Kebutuhan Air Non Domestik dihitung dengan rumus:

Kebutuhan Air = Jumlah Unit x Jumlah Populasi x

Standar Kebutuhan Air

Berikut perhitungan kebutuhan air non domestik di Kota Salatiga:

a. Sarana pendidikan
Tahap 2019 – 2029
Kebutuhan air untuk SD = 188 Unit x 550 jiwa/unit x 20
liter/jiwa/hari
= 2,068,000Liter/Hari
= 23.93Liter/Detik

Kebutuhan air untuk SMP = 66 unit x 750 jiwa/unit x 20


liter/jiwa/hari
= 990,000Liter/Hari
=11.45 Liter/Detik

Kebutuhan air untuk SMA/SMK = 62 unit x 750 jiwa/unit x 20


liter/jiwa/hari
= 930,000 Liter/Hari
= 10.76 Liter/Detik

Tahap 2030 – 2038


Kebutuhan air untuk SD = 190 unit x 550 jiwa/unit x 20
liter/jiwa/hari
= 2,090,000Liter/Hari
= 24.18 Liter/Detik

Kebutuhan air untuk SMP = 68 unit x 750 jiwa/unit x 20


liter/jiwa/hari
= 1,020,000Liter/Hari
= 11.80 Liter/Detik

Kebutuhan air untuk SMA/SMK = 65 unit x 750 jiwa/unit x 20


liter/jiwa/hari
= 975,000Liter/Hari
= 11.28 Liter/Detik
b. Sarana Peribadatan
Tahap 2019 - 2029
Kebutuhan air untuk Masjid = 220 unit x 550 jiwa/unit x 70
liter/orang/hari
= 8,470,000 liter/hari
= 97.99 Liter/Detik
Kebutuhan air untuk Mushola = 305 unit x 150 jiwa/unit x 70
liter/orang/hari
= 3,202,500 liter/hari
=37.05 Liter/Detik

Kebutuhan air untuk Gereja = 93 unit x 450 jiwa/unit x 70


liter/orang/hari
= 2,2929,500liter/hari
= 33.89 Liter/Detik

Kebutuhan air untuk Pura = 1 unit x 100 jiwa/unit x 70


liter/orang/hari
= 7,000 liter/hari
= 0.08 Liter/Detik

Kebutuhan air untuk Vihara = 5 unit x 100 jiwa/unit x 70


liter/orang/hari
= 35,000 liter/hari
= 0.40 Liter/Detik

Tahap 2030 – 2038


Kebutuhan air untuk Masjid = 222 unit x 550 jiwa/unit x70
liter/orang/hari
= 8,547,000 liter/hari
= 98.89 Liter/Detik

Kebutuhan air untuk Mushola = 308 unit x 150 jiwa/unit x 70


liter/orang/hari
= 3,234,000 liter/hari
= 37.42 Liter/Detik
Kebutuhan air untuk Gereja = 93 unit x 450 jiwa/unit x 70
liter/orang/hari
= 2,929,500 liter/hari
= 33.89 Liter/Detik

Kebutuhan air untuk Pura = 1 unit x 100 jiwa/unit x 70


liter/orang/hari
= 7,000 liter/hari
= 0.08 Liter/Detik

Kebutuhan air untuk Vihara = 5 unit x 100 jiwa/unit x 70


liter/orang/hari
= 35,000 liter/hari
= 0.40 Liter/Detik

c. Kesehatan
Tahap 2019 - 2029
Kebutuhan air untuk rumah sakit = 9 unit x 250 bed/ unit x 300
liter/bed/hari
= 675,000 liter/hari
=7.81 Liter/Detik

Kebutuhan air untuk puskesmas = 9 unit x 50 bed/unit x 300 liter/bed/hari


= 135,000 liter/hari
= 1.56 Liter/Detik

Kebutuhan air untuk klinik = 29 unit x 20 bed x 300 liter/bed/hari


= 174,000 liter/hari
= 2.01 Liter/Detik
Kebutuhan air untuk apotik = 32 unit x 75 m²/unit x 5 liter/m²/hari
= 12,000 liter/hari
= 0.14 Liter/Detik

Tahap 2030 – 2038


Kebutuhan air untuk rumah sakit = 11 unit x 250 bed/unit x 300
liter/bed/hari
= 825,000 liter/hari
= 9.55 Liter/Detik

Kebutuhan air untuk puskesmas =12 unit x 50 bed/unit x 300 liter/bed/unit


= 180,000 liter/hari
= 2.08 Liter/Detik

Kebutuhan air untuk klinik = 33 unit x 20 bed/unit x 300


liter/bed/hari
= 198,000 lier/hari
= 2.29 Liter/Detik
Kebutuhan air untuk apotik = 35 unit x 75 m²/unit x 5 liter/m²/hari
=13,125 liter/hari
= 0.15 Liter/Detik
d. Pariwisata
Tahap 2019 - 2029
Kebutuhan air untuk hotel = 30 unit x 75 bed/unit x 200
liter/bed/hari
=450,000 liter/hari
= 5.21 Liter/Detik

Kebutuhan air untuk terminal bus


asumsi : 1 buah Bus memiliki 40 tempat duduk
Jumlah terminal bus 2 unit dengan kapasitas terminal bus 150 unit/hari
Jumlah pengguna sarana 15 %
Kebutuhan air adalah = 150 unit/hari x 40 td/unit x 15% x 2,5 liter/td/hari x 2
unit
=4,500 liter/hari
= 0.05 Liter/Detik

Tahap 2030 – 2038


Kebutuhan air untuk hotel = 35 unit x 75 bed/unit x 200
liter/bed/unit
= 525,000 liter/hari
=6.07 Liter/Detik

Kebutuhan air untuk terminal bus


asumsi : 1 buah Bus memiliki 40 tempat duduk
Jumlah terminal bus 2 unit dengan kapasitas terminal bus 150 unit/hari
Jumlah pengguna sarana 15 %
Kebutuhan air adalah = 150 unit/hari x 40 td/unit x 15% x 2,5 liter/td/hari x 2
unit
= 4,500 liter/hari
= 0.05 Liter/Detik
e. Industri
Tahap 2019 – 2029
Asumsi : setiap 50 m² terdapat 1 orang
karyawan Luas daerah industri adalah 150
m²/unit
Jumlah daerah industri 1,959 unit
Luas total daerah industri 1,959 unit x 150 m²/unit = 293,850 m²
Jumlah karyawan = 293,850 m² x (1 orang /50 m²) = 5,877 orang
Jumlah karyawan pria = 2/5 x 5,877 orang = 2,350 orang
Jumlah karyawan wanita = 3/5 x 5,877 orang = 3,526 orang
Kebutuhan air :
 Karyawan pria = 2,350 orang x 60 liter/orang/hari =141,000liter/hari
= 1.63 Liter/Detik
 Karyawan wanita = 3,526 orang x 100 liter/orang/hari =352,600liter/hari
= 4.08 Liter/Detik

Tahap 2030– 2038

Asumsi : setiap 50 m² terdapat 1 orang karyawan


Luas daerah industri adalah 150 m²/unit
Jumlah daerah industri 1,960 unit
Luas total daerah industri 1,960 unit x 150 m²/unit = 294,000 m²
Jumlah karyawan = 294,000 m² x (1 orang /50 m²) = 5,880 orang
Jumlah karyawan pria = 2/5 x 5,880 orang = 2,352 orang
Jumlah karyawan wanita = 3/5 x 5,880 orang = 3,528 orang

Kebutuhan air :
 Karyawan pria = 2,352 orang x 60 liter/orang/hari =141,120liter/hari
= 1.63 Liter/Detik
 Karyawan wanita = 3,528 orang x 100 liter/orang/hari =352,800liter/hari
= 4.08 Liter/Detik

f. Perdagangan
Tahap 2019 - 2029
Kebutuhan air untuk restaurant = 25 unit x 75 m²/unit x 15 liter/td/hari
= 28,125 liter/hari
= 0.33 Liter/Detik

Kebutuhan air untuk pasar tradisional = 16 unit x 650 m²/unit x 5


liter/jiwa/hari
= 52,000 liter/hari
= 0.60 Liter/Detik

Kebutuhan air untuk toko = 20 unit x 80 m²/unit x 5 liter/jiwa/hari


= 8,000 liter/hari
= 0.09 Liter/Detik

Tahap 2030 – 2038


Kebutuhan air untuk restaurant = 30 unit x 75 m²/unit x 15 liter/td/ hari
= 33,750 liter/hari
= 0.39 Liter/Detik

Kebutuhan air untuk pasar tradisional = 17 unit x 650 m²/unit x 5


liter/jiwa/hari
= 55,335 liter/hari
= 0.64 Liter/Detik

Kebutuhan air untuk toko = 23 unit x 80 m²/unit x 5 liter/jiwa/hari


= 9,315 liter/hari
= 0.11 Liter/Detik

g. Lain – lain
Tahap 2019-2038
Diasumsikan kapasitas stadion olahraga adalah 6000 orang dan jumlah
pengguna fasailitas air bersih adalah 15% dari kapasitas stadion sehingga
kebutuhan air untuk stadion olahraga adalah :
Kebutuhan air= 1 unit x 6000 orang x 15% x 30 liter/orang/hari
=27,000 liter/hari
= 0.31 Liter/Detik

Tabel 4.10 Rekapitulasi Kebutuhan Air Non Domestik

No Jenis Jumlah (Unit) Kebutuhan


Fasilitas Air (L/det)

Tahap Tahap Tahap Kapasitas Standar Tahap Tahap


Awal I II Kebutuhan I II
Air

1 Pendidikan

SD 187 188 190 550 20 L/o/hari 23,93 24,18


jiwa/unit
SMP 64 66 68 750 20 L/o/hari 11,45 11,80
jiwa/unit
SMA/SMK 60 62 65 750 20 L/o/hari 10,76 11,28
jiwa/unit
2 Peribadatan

Masjid 217 220 222 550 70 L/o/hari 97,99 98,89


jiwa/unit

Mushola 303 305 308 150 70 L/o/hari 37,05 37,42


jiwa/unit

Gereja 93 93 93 450 70 L/o/hari 33,89 33,89


jiwa/unit

No Jenis Jumlah (Unit) Kebutuhan


Fasilitas Air (L/det)
Tahap Tahap Tahap Kapasitas Standar Tahap Tahap
Awal I II Kebutuhan I II
Air

Pura 1 1 1 100 70 L/o/hari 0,08 0,08


jiwa/unit

Vihara 5 5 5 100 70 L/o/hari 0,40 0,40


jiwa/unit

3 Kesehatan
Rumah Sakit 6 9 11 250 300 7,81 9,55
bed/unit L/bed/hari

Puskesmas 7 9 12 50 300 1,56 2,08


bed/unit L/bed/hari

Apotik 29 32 35 75 m2/unit 5 L/m2/hari 0,14 0,15


Klinik 26 29 33 20 300 2,01 2,29
bed/unit L/bed/hari
4 Pariwisata

Hotel 27 30 35 75 200 5,21 6,07


bed/unit L/bed/hari

Terminal Bus 1 2 2 150 2,5 L/o/det 0,005 0,05


unit/hari

5 Industri
Karyawan 1,958 1,959 1,960 1,5 60 L/o/hari 1,63 1,63
Pria ha/unit
Karyawan 1,958 1,959 1,960 1,5 100 L/o/hari 4,08 4,08
Wanita ha/unit
6 Perdagangan

Restaurant 20 25 30 75 m2/unit 15 L/o/hari 0,33 0,39


Pasar 15 16 17 650 5 L/o/hari 0,60 0,64
Tradisional m2/unit
Toko 19 20 23 80 m2/unit 5 L/o/hari 0.09 0,11

7 Lain-lain
Stadion 1 1 1 3,5 ha 30 L/o/hari 0,31 0,31
Olahraga
Total Kebutuhan Air Non Domestik 239,37 216,6

4.3.3 Perhitungan Hidran Kebakaran Umum


Hidran kebakaran berfungsi untuk memadamkan api apabila terjadi
kebakaran. Hidran pemadam kebakaran adalah sebuah alat atau terminal
penghubung untuk bantuan darurat saat terjadi kebakaran.
Perhitungan Kebutuhan Hidran kebakaran Umum
Q = 3860 √𝑃 ( 1 – 0,01√𝑃 )
Dimana :
Q = Kebutuhan Air (liter/menit)
P = Jumlah populasi dalam ribuan

Pada tahap I, dengan jumlah penduduk Kota Salatiga tahun 2029 adalah
215.868 jiwa, maka didapatkan:

Q = 3860 x √215.868 (1 – 0,01 √215.868 )


Q = 48380,34 L/mnt (pemakaian diasumsikan dalam 2 jam/hari)
Q = 48380,34 L/mnt x 120 mnt/hari x hari/86400 dtk
Q = 67,19 L/dtk

Pada tahap II, dengan jumlah penduduk Kota Salatiga tahun 2038 adalah
236.673 jiwa, maka didapatkan:

Q = 3860 x √236.673 ( 1 – 0,01 √236.673)


Q = 50247,36 L/mnt (pemakaian diasumsikan dalam 2 jam/hari)
Q = 50247,36 L/mnt x 120 mnt/hari x hari/86400 dtk
Q = 69,79 L/dtk
D. Kebocoran pipa
Debit kebocoran merupakan hal yang perlu diperhitungkan dalam
penyediaan air minum kota Salatiga, rumus yang digunakan adalah:
Qkebocoran = % tingkat kebocoran x Qtotal...........................................................(4.3)
Qkebocoran = Debit kebocoran (L/dtk)
Tingkat kebocoran yang digunakan sebesar 25% dari debit total kebutuhan air.

 Tahap I (2019 - 2029)


Total kebutuhan domestik = 169,35 L/dtk
Total kebutuhan non domestik = 239,37
L/dtk Q hidran kebakaran umum = 67,19
L/dtk

Qtotal = Qdomestik + Qnon domestik + Qhidran kebakaran umum


= 169,35 + 239,37 + 67,19
= 475,91 L/dtk
Debit kebocoran = 25% x Q total
= 0,25 x 475,91 L/dtk
= 118,98 L/dtk
Maka Q rata-rata = Q total + Q kebocoran
= 475,91 + 118,98
= 594,89 L/dtk
 Tahap II (2030 -2038)
Total kebutuhan domestik = 210,02 L/dtk
Total kebutuhan non domestik = 245,29
L/dtk Q hidran kebakaran umum = 69,79
L/dtk

Qtotal = Qdomestik + Qnon domestik + Qhidran kebakaran umum


= 210,02 + 239,37 + 69,79
= 519,18 L/dtk
Debit kebocoran = 25 % x Q total
= 0,25 x 519,18 L/dtk
= 129,80 L/dtk
Maka Q rata-rata = Q total + Q kebocoran
= 519,18 + 129,80
= 648,98 L/dtk

Berdasarkan perhitungan air domestik, non domestik, dan kebocoran maka


dapat dibuat rekapitulasi kebutuhan air bersih kota Salatiga selama tahun
desain, sebagai berikut :

Tabel 4.11 Rekapitulasi Kebutuhan Air Kota Salatiga Selama Tahun Desain

No Parameter tahun awal tahun desain

2019 2029 2038

1 Jumlah penduduk (jiwa) 192751 215868 236673

2 Penduduk yang dilayani (jiwa) 141610 164961

3 Kebutuhan Air

Sambungan Rumah (l/o/hr) 130 130 130

Hidran Umum (l/o/hr) 30 30 30

4 Kebutuhan Domestik

Sambungan Rumah (l/det) 73,33 80

Hidran Umum (l/det) 26,67 20

Total Kebutuhan Domestik 169,35 210,02

5 Kebutuhan Non Domestik (l/det)


Pendidikan

SD 23,93 24,18

SMP 11,45 11,80

SMA/SMK 10,76 11,28

Peribadatan

Masjid 97,99 98,89

Mushola 37,05 37,42

Gereja 33,89 33,89

Pura 0,08 0,08

Vihara 0,40 0,40

Kesehatan

Rumah Sakit 7,81 9,55

Puskesmas 1,56 2,08

Apotik 0,14 0,15

Klinik 2,01 2,29

Pariwisata

Hotel 5,21 6,07

Terminal Bus 0,005 0,05

Industri

Karyawan Pria 1,63 1,63


Karyawan Wanita 4,08 4,08

Perdagangan

Restaurant 0,33 0,39

Pasar Tradisional 0,60 0,64

Toko 0,09 0,11

Lain-lain

Stadion Olahraga 0,31 0,31

Total Kebutuhan Non Domestik 239,37 245,29

6 Kebutuhan air Hidran 67,19 69,79

7 Kebutuhan Air Total (l/det) 475,91 519,18

8 Kebocoran (25%) 118,98 129,8

9 Kebutuhan rata-rata (l/det) 594,89 648,98

4.4 Fluktuasi Pemakaian Air


4.4.1Perhitungan Kebutuhan Maksimum
Rumus yang digunakan dalam perhitungan kebutuhan air maksimum adalah:
Qmd = Qrata-rata x fmd.................................................................................(4.4)
Dimana:
fmd = 1,1 – 1,7
Faktor maksimum (fmd) dalam tugas ini diambil sebesar 1,1 (Dirjen Cipta
Karya, DPU, 2000).
Maka kebutuhan air maksimum Kota Salatiga adalah:
 Tahap I (Tahun 2019 - 2029)
Q rata rata kota Salatiga tahap I = 594,89 L/dtk
Qmd = 594,89L/dtk x 1,5
= 892,34 L/dtk
 Tahap II (Tahun 2030 - 2038)
Q rata rata kota Salatiga tahap II = 648.98L/dtk

Qmd = 648,98L/dtk x 1,5


= 973,47 L/dtk

4.4.2Perhitungan Kebutuhan Puncak


Dalam perhitungan kebutuhan puncak, digunakan faktor puncak 1,5.
Penetapan faktor ini juga berdasarkan pada data Kriteria Perencanaan Sistem
PAM menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen PU tahun 2000.
Pemakaian puncak terjadi karena adanya pemakaian air yang secara bersamaan
pada jam-jam tertentu dalam satu hari sehingga pemakaiannya lebih tinggi dari
kebutuhan rata- rata.
Persamaan yang digunakan dalam perhitungan Qp ini adalah:
Qp = Qrata-rata x fp............................................................................(4.5)
Dimana:
fp = faktor puncak 1,5 – 3

Maka kebutuhan puncak pada Kota Salatiga adalah:


 Tahap I (Tahun 2019 - 2029)
Qp = 594,89 L/dtk x 3
= 1784,67 L/dtk
 Tahap II (Tahun 2030 - 2038)
Qp = 648,98L/dtk x 3
= 1946,94 L/dtk

Tabel 4.12 Rekapitulasi Qmd dan Qp


Tahap Tahun Q rata-rata Q md Qp
(L/dtk) (L/dtk) (L/dtk)

I 2029 594,89 892,34 1784,67

II 2038 648,98 973,47 1946,94

4.5 Sistem Transmisi


4.5.1Intake

Intake adalah bangunan berupa bak yang berada di dekat sungai yang
berfungsi sebagai penangkap air untuk selanjutnnya dengan menggunakan pompa
atau secara gravitasi dialirkan menuju BPAM.
Komponen Intake:
a. Saringan;

b. Pipa atau saluran air baku;

c. Katup pembuka dan penutup;

d. Sumur pengumpul;

e. Foot valve;

f. Pipa hisap dan pipa backwash.

 Perencanaan Intake

1. Pipa inlet
 Diletakan + 20 cm di bawah muka air maksimum
 Kecepatan aliran 1.4 m/dt (kriteria desain 0,6-1.5 m/det)
 Debit maksimum perhari Kota Salatiga tahun 2038 (Qmd) = 0,97 m3/dtk
Q
A=
v
0,97
= 1,4 = 0,69 𝑚2
A = ¼ (3,14) D2
4A 4
D = √2 =√
(0,69𝑚 ) = 0,93 m
π 3,14
Q 0,97 m /dtk
Cek kecepatan: V = = 3
= 1,4 m/dtk………Ok!
A 0,25×3,14 ×(0,93 m)2

2. Pipa outlet
 Berada + 20 cm di bawah muka air minimum

 Kecepatan aliran 1.5 m/dt (kriteria desain 0,6-1.5 m/det)

 Debit maksimum perhari (Qmd) = 0,97 m3/dtk


Q
A=
v

0,97
= 1,4 = 0,69 𝑚2
A = ¼ (3,14) D2
4A 4
D = √2 =√
(0,69𝑚 ) = 0,93 m
π 3,14
Q 0,97 m /dtk
Cek kecepatan: V = = 3
= 1,4 m/dtk………Ok!
A 0,25×3,14 ×(0,93 m)2

3. Sumur pengumpul (Al-layla, 1978, Hal 65):


 Waktu detensi (td) = 20 menit (1200 detik)

 Tebal dinding 20 cm

 Jarak dari dasar sumur ke muka air minimum 1,52 m

 Beda muka air maksimum dan muka air minimum 1 m

Sehingga diperoleh :
- Volume bak:
V= Q x td
= 0,97 m3/dtk x 1200 detik
= 1164 m3

- Kedalaman efektif intake:


= m.a maksimum – m.a minimum + jarak dasar sumur ke m.a minimum
= 2,5 m – 2,5 m + 1,52 m
= 1,52 m

-Luas permukaan sumur (As):


V
A=
s Heff
=
m3
1164 = 765,79 m2
1,52 m

-Dimensinya:

A = p x l → p = 2l
As 765,79 m
A= 2l2→ l = √ =√ 2 = 19,57 m
2 2

Jadi:

P = 2 x l = 2 x 19,57 m = 39,14 m

-Tinggi intake:

= kedalaman efektif + freeboard (asumsi freeboard =0,5 m)

= 1,52 m + 0,5 m

= 2,02 m

Didapat dimensinya

P = 39,14 m

L = 19,57 m
T = 2,02 m

4. Pipa hisap (Al-layla, 1978):


- kecepatan antara 1 m/s sampai 1,5 m/s (asumsi kec.1,5 m/s).
- luas pipa:
Q 0,97 m3/dtk
A =V = 1,5 m/dtk = 0,65 m2

-Diameter

4 × 0,65 𝑚2
𝐷=√ = 0,91 𝑚
3,14

Q 0,97 m3/dtk
V= = = 1,49 m/dtk ≈ 1,5 m/dtk……. Ok!
A 0,25×3,14 ×(0,91 m)2

5. Pipa backwash
- kecepatan 3 m/s (Al-layla, 1978).
- luas pipa:
Q 0,97 m3/dtk
A =V = 3 m/dtk = 0,32 m2

- Diameter

4 × 0,32 m2
D=√ = 0,63 m
3,14

𝑄 0,97 𝑚3/𝑑𝑡
𝑉= = = 3 𝑚/𝑑𝑡𝑘……. Ok!
𝐴 0,25×3,14 ×(0,63 𝑚)2

6. Foot valve
- kriteria: ukuran foot valve ≥ 0,6 m (Al-layla, 1978)
- asumsi: foot valve 0,6 m.
4.5.2Pemilihan Jalur Pipa Transmisi

Dalam perencanaan penyediaan air minum Kota Salatiga


disediakan satu jalur pipa transmisi. Tabel dibawah ini menyajikan
informasi mengenai satu jalur tersebut.
Tabel 4.13 Alternatif Jalur Pipa Transmisi Kota Salatiga
Uraian Jalur

Bend 90 2

Bend 45 1

Bend 22.5 0

Bend 11.25 2

Gate Valve 2

Check Valve 2

Blow Off 1

Panjang Pipa (m)

Diameter Pipa (mm) 930

Headloss Total (m)

Daya Pompa (KW)

Untuk menentukan jalur pipa mana yang akan dipilih dengan pertimbangan
sebagai berikut :
1. Aspek Hidrolis
Jalur pipa transmisi yang terpilih adalah jalur dengan total kehilangan
tekan paling minimum.
2. Aspek Konstruksi
Aspek konstruksi mencakup hal-hal yang berkaitan dengan proses
pemasangan dan pemeliharaan pipa transmisi. Dalam pemilihan jalur
transmisi, jalur terpilih adalah jalur yang paling mudah dalam proses
konstruksi dan pemeliharaannya.
3. Aspek Peralatan
jalur dengan peralatan perpipaan yang lebih sedikit akan menghemat
pengeluaran serta memudahkan dalam perawatan.
4. Aspek Ekonomis
Biaya awal pada pembangunan sistem transmisi mencakup biaya
pembelian pipa, aksesoris pipa, pembebasan lahan, biaya kontruksi dan
pembelian pompa sedangkan biaya rutin terdiri dari biaya operasional dan
pemeliharaan. Jalur tepilih haruslah jalur dengan investasi awal dan biaya
rutin paling minimum.

4.5.3 Perletakan dan Perlengkapan Pipa

Pipa transmisi pada Kota Salatiga menggunakan diameter yang sama yaitu
930 mm, diameter ini sama dengan diameter pipa outlet pada intake. Elevasi pipa
diletakkan ± 0-1 m di bawah permukaan tanah dan ± 0-50 cm di atas permukaan
tanah. Pada tikungan atau belokan dilengkapi dengan bend sedangkan di awal
pipa transmisi (dari intake) dan pada akhir pipa transimisi (ke reservoar)
digunakan gate valve. Selain itu di awal sistem transmisi juga digunakan check
valve untuk menjaga agar air dalam pipa hisap tidak balik.

Panjang Pipa dan Aksesoris pipa pada jalur terpilih


Titik Panjang Pipa (m) Aksesoris

1-2 121,92 Bend 45

2-3 467,63 Bend 90

3-4 330,45 Bend 11,25

Koefisien aksesoris/perlengkapan pipa yang digunakan dalam perencanaan ini :


a. Koefisien Bend 11,25 = 0,0455
b. Koefisien Bend 22,5 = 0,0788
c. Koefisien Bend 45 = 0,195
d. Koefisien Gate Valve = 0,120
e. Koefisien Blow Off = 0,250
f. Koefisien kontraksi = 0,143
g. Koefisien Check Valve l = 0,750
h. Koefisien ekspansi = 0,277
Sumber : Water Supply and Sawage, 1991

4.5.4 Perhitungan
4.5.4.1 Perhitungan Head Pompa dan Daya Pompa

Headloss mayor dan headloss minor dihitung dengan rumus berikut


(Al-Layla, 1978):

Headloss minor : 𝐻𝑙 = 𝐾 × 𝑣 2
2𝑔

Headloss mayor : 𝐻𝑓 𝑙 𝑉2
=𝑓 𝐷 2𝑔
ΔH total : Headloss minor + Headloss mayor
𝜌×𝑔×𝑄×𝐻
Daya pompa :𝑃=
𝜂
Keterangan :
K = koefisien aksesoris
v = kecepatan (m/s)
g = percepatan gravitasi = 9,81 (m/s2)
Headloss mayor = kehilangan energi akibat gesekan sepanjang pipa
(m) f = faktor gesekan = 0,02
H = head pompa
L = panjang pipa (m)
D = diameter pipa (m)
ρ = massa jenis air (kg/m3) = 1000 kg/m3
η = efisiensi pompa = 80%
Q = debit maksimum = 0,18 m3/dtk

4.5.5.1 Perhitungan Head Pompa dan Daya Pompa


Perhitungan headloss mayor dan headloss minor untuk jalur transmisi

Hmayor = 𝐻𝑓 𝐿 𝑉2
=𝑓 𝐷 2𝑔

306,67 𝑚 (1,4 𝑚/𝑑𝑡𝑘)2


= 0,02 0,93 𝑚 × 2×9,81 𝑚2 /𝑑𝑡𝑘

= 0,658 m
𝑣
Hminor = 𝐻𝑙 = 𝐾 × 2
2𝑔
1,4
Hminor = 𝐻𝑙 = 0,120 × 2 ; untuk gate valve
2 × 9,81

= 0,012 𝑚
1,4
Hminor = 𝐻𝑙 = 0,750 × 2 ; untuk check valve
2 × 9,81

= 0,075 m
1,4
Hminor = 𝐻𝑙 = 0,25 × 2 ; untuk blow off
2 × 9,81

= 0,025 m
1,4
Hminor =𝐻𝑙 = 0,143 × 2 ; untuk kontraksi
2 × 9,81

= 0,014 m
1,4
Hminor = 𝐻 = 0,0788 × 2 ; untuk bend 22,50
2 × 9,81

= 0,008 m
1,4
Hminor = 𝐻 = 0,045 × 2 ; untuk bend 11,250
2 × 9,81

= 0,004 m
1,4
Hminor = 𝐻 = 0,4 × 2 ;untuk bend 900
2 × 9,81
= 0,04 m
1,4
Hminor = 𝐻 = 0,277 × 2 ;untuk ekspansi
2 × 9,81

= 0,028 m
∆H total = Hmayor + ∆Hminor

= ((0,658) + (2 × 0,012 ) + (2 × 0,075 ) + (1 × 0,025 ) +


(0,014 ) + (0,008 ) + (2 × 0,004 ) + (2 × 0,04) +
(0,027 ))

= 1,219
Head pompa dihitung dengan rumus dibawah ini:
2
Head Pompa = headloss statis + ∑ headloss minor + ∑ headloss +𝑉
2𝑔
mayor
Head Statis = elevasi pipa di titik akhir jalur transmisi – elevasi pipa titik
awal jalur transmisi
Berikut perhitungan head pompa :
Jalur
𝐻𝑡 = (565 − 560 𝑚) + 1,219 + 0,1
= 6,32 𝑚

Daya pompa dihitung dengan rumus sebagai berikut : (Al Layla, 1997)
𝜌. 𝑔. 𝑄. Ht
P=
η
Dimana :
P = daya pompa (watt) Q = debit max (m3/s)
𝜌 = massa jenis air (1 kg/m3) Ht = head pompa
g = percepatan gravitasi (m/s3) η = efisiensi pompa (80%)
Berikut perhitungan daya pompa untuk masing-masing jalur :
Jalur
kg m 2 m3
P = 1000 × 9,81 × 0,97 × 6,32 𝑚
m3 dtk0,8 dtk
P = 75174,03 watt = 75,17 KW

Contoh perhitungan HGL, EGL dan sisa tekan pada jalur transmisi adalah:
1. Titik:
- Faktor gesekan : 0,02
- Panjang pipa : 1,3 m
- Kecepatan (v) : 1,2 m/dtk
- Aksesoris pipa:
- Bend 90, k = 0,4
- Kontraksi, k = 0,5
- Gate valve, k = 0,12
- Check valve, k = 0,2
- Blow off, k = 0,25
- Total koefisien gesekan :
1,47 Sehingga ditentukan :
 Head kecepatan

𝑣2 = (1,4 𝑚/𝑑𝑡𝑘)2
2𝑔 = 0,0999 𝑚 ≈ 0,1 𝑚
2 × 9,81 𝑚/𝑑𝑡𝑘 2
 Δh mayor
𝑙 𝑣2
1,3
𝑓 = 0,02 0,1 𝑚 = 0,0028𝑚
 𝑑 2𝑔
Δh minor 0,93

𝑣2
𝑘 = 1,47 × 0,1 𝑚 = 0,147 𝑚
2𝑔
 Δh total = Δh mayor + Δh minor
= 0,0028 m + 0,147 m
= 0,15 m
 Penentuan EGL dan HGL
elevasi di titik O = 0
head pompa = 6,32 𝑚 m
EGL 0 = elevasi+ head pompa
= 0 + 6,32 𝑚
= 6,32 m
HGL 0 = EGL 0 - 𝑣 2
2𝑔

= 6,32 𝑚 – 0,1 m
= 6,22 m
 Penentuan sisa tekan
Sisa tekan = HGL 0 – elevasi
= 6,22 m – 0 m
= 6,22 m

4.6 Sistem Distribusi


4.6.1Reservoir
Reservoir distribusi mempunyai fungsi penting bagi sistem penyediaan
air bersih di suatu kota. Perbedaan kapasitas pada jaringan transmisi yang
menggunakan kebutuhan maksimum per hari dengan kebutuhan pada jam
puncak untuk sistem distribusi, menyebabkan dibutuhkannya reservoir
distribusi. Saat pemakaian air berada di bawah rata-rata, reservoir akan
menampung kelebihan air untuk digunakan saat pemakaian maksimum.
Kapasitas reservoir ditentukan dari grafik fluktuasi pemakaian air
selama sehari penuh (24 jam) dengan mengambil jumlah persentase dari surplus
maksimum dan defisit minimum. Ditambah dengan sejumlah cadangan untuk
keperluan mendadak yang nantinya dapat dipakai untuk mengatasi bahaya
kebakaran. Kapasitas reservoir ini juga harus mampu mengatasi kebutuhan air
di saat puncak.

Instalasi pengolahan air minum memberikan kapasitas berdasarkan


kebutuhan maksimum perhari. Sedangkan sistem distribusi direncanakan pada
debit puncak perjam. Dalam hal ini ada perbedaan yang besar antara kapasitas
yang satu dengan kapasitas yang lainnya. Untuk menyeimbangkan perbedaan
tersebut diperlukan suatu tempat penyimpanan air sementara untuk mengatasi
fluktuasi pengaliran air dari sumber air. Rancangan reservoir dalam suatu sistem
distribusi air minum mengharuskan dipenuhinya kriteria sebagai berikut :
1. Ambang Batas dan Dasar Bak
a. Diperlukan ambang batas minimum sebesar 30 cm di atas permukaan
tertinggi
b. Dasar bak sebaiknya minimum 15 cm dari muka air yang terendah
c. Kemiringan dasar bak sebaiknya 1/100 – 1/500 ke arah pipa penggerusan.

2. Inlet dan Outlet


a. Posisi dan jumlah pipa inlet ditentukan berdasarkan pada pertimbangan
bentuk dan struktur dari reservoir, sehingga tidak ada aliran yang mati
b. Pipa outlet sebaiknya diletakkan minimal 10 cm di atas lantai atau
diletakkan pada muka air yang terendah dan dilengkapi dengan saringan
c. Perlu diperhatikan penempatan pipa yang melalui dinding dari reservoir,
harus dipastikan dinding tersebut kedap air dan diberi flexible joint
sehingga aliran air akan tetap masuk atau keluar dari saluran pipa
walaupun pada ketinggian air minum
d. Pipa inlet dan Outlet dilengkapi dengan gate valve.

3. Ventilasi dan Manhole


a. Reservoir harus dilengkapi dengan ventilasi, manhole dan alat ukur tinggi
muka air
b. Ventilasi harus selalu memberikan sirkulasi udara yang cukup ke dalam
reservoir sesuai dengan volumenya
c. Tinggi ventilasi +50 cm dari bagian dalam, terbuat dari pipa besi
diameter 100 mm dan dipasang pada tempat didekat lubang pemeriksaan.

4. Konstruksi
a. Merupakan bangunan yang terletak di bawah tanah, yang dibuat dari
konstruksi beton bertulang kedap air. Dinding bagian dalam dan lantai
hendaknya di plester halus. Sekat bak penampung terbuat dari konstruksi
beton bertulang dengan permukaan dinding diplester halus, dengan tebal
sekat bak penampung antara 0,15 – 0,25 m
b. Atap bak penampung terbuat dari konstruksi beton dengan permukaan
atasnya dilapisi TAR (coal TAR) dan dilengkapi talang air hujan.
Secara umum, fungsi reservoir adalah :

a. Untuk menampung dan menyimpan air bersih untuk melayani fluktuasi


pemakaian perjam
b. Cadangan air jika terjadi kerusakan pada sistem pengolahan sehingga air
tidak dapat diproduksi
c. Pemerataan aliran dan tekanan akibat bervariasinya pemakai air di daerah
distribusi
d. Sebagai distributor atau sumber pelayanan

Pada umumnya sistem distribusi terdiri dari:

1. Jaringan distribusi
2. Reservoir (Storage Tank)
Terdapat beberapa hal penting untuk diperhatikan dalam distribusi,
yaitu:

a) Kualitas air yang sampai kepada konsumen harus memenuhi syarat air
minum.
b) Kuantitas air yang disediakan harus mencukupi, dalam arti dapat
memenuhi kebutuhan setiap saat.
c) Menghindari terjadinya kebocoran sepanjang jaringan distribusi
dengan perlengkapan dan peralatannya, sehingga dapat befungsi
efektif dan seefesien mungkin.
d) Tekanan dalam pengaliran harus dapat menjangkau daerah pelayanan
yang paling kritis, sehingga seluruh daerah pelayanan dapat tercukupi
kebutuhannya dengan sistem distribusi yang telah dirancang.
Sistem perpipaan yang biasanya digunakan sesuai dengan karakteristik
daerah pelayanan, yaitu:
1. Feeder System
a. Pola cabang
1) Digunakan pada kota yang bentuk dan perluasanya searah dan
memanjang
2) Jalur jalan tidak berhubungan satu sama lain
3) Daerah mempunyai penurunan yang teratur
4) Luas daerah relatif kecil.

b. Pola Grid
1) Bentuk dan penyebaran kota kesegala arah
2) Jaringan jalan saling berhubungan
3) Elevasi tanah relatif dalam
4) Pola gabungan.

c. Bentuk dan Penyebaran Kota Tidak Teratur


1) Digunakan pada kota yang sedang berkembang
2) Jaringan jalan tidak seluruhnya saling berhubungan
3) Terdapat daerah pelayanan yang jauh dan terpencil
4) Elevasi muka tanah bervariasi.

2. Small System digunakan untuk daerah pelayanan yang relatif


kecil Kriteria pipa induk distribusi :
a. Pipa utama
1) Diameter pipa minimal 150 milimeter
2) Kecepatan maksimal 3 – 5 meter/detik
3) Kecepatan minimal 0,3 meter/detik
4) Headstatis tersedia 80 meter
5) Tekanan sisa pada titik kritis 22 meter
6) Tidak melayani penyambungan langsung.

b. Pipa cabang
1) Diameter dihitung dari banyaknya sambungan yamg dilayani
2) Kelas pipa bisa lebih rendah daripada pipa utama
3) Kecepatan maksimal sama dengan pipa utama.

c. Pipa pelayanan
1) Diameter ≤ 50 milimeter
2) Kecepatan minimal 0,3 meter/detik
3) Sisa tekan 6 meter.

4.6.1.1 Rancangan Reservoir


4.6.1.1.1 Perhitungan volume
Volume reservoir dihitung dengan persamaan berikut:
dimana:
V Reservoar = ( Q rata-rata x f max x A% ) + Vol. Kebakaran
∑ 𝑆𝑢𝑟𝑝𝑙𝑢𝑠+ ∑ 𝐷𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑡
A% = 2

Untuk menghitung Volume Kebakaran digunakan rumus (Al-layla, 1978) :


Q = 3860 √P x ( 1 - 0,01√P )
dimana:
Q = Volume kebakaran (l/mnt)
P = Jumlah penduduk dalam 10.000
 Perhitungan Volume Hidran Kebakaran
Jumlah populasi Kota Salatiga pada tahun 2038 adalah 236.673, maka
didapatkan:
Qhidran = 3860 x √236,673(1- 0,01√236,673)

= 3860 x 15,38 (1- 0,01 x 15,38)

= 50236,19 L/menit (pemakaianefektifdiasumsikan 2 jam)


= 50236,19 L/menit x 120 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 x M3
ℎ𝑎𝑟𝑖 1000𝐿
3
= 6028,41 M /hari

 Perhitungan A%

Table 4.13 perhitungan A%

Jam Jumlah Pemakaian (%) Supllay (%) % Selisih


Jam
%Pemakaian %Pemakaian Supllay Supllay Surplus Defisist
(Perjam) Total (Perjam) Total

20.00-21.00 1 3 3 4,16667 4,1667 1,16667

21.00-22.00 1 2 2 4,16667 4,1667 2,16667

22.00-04.00 6 1,5 9 4,16667 25000 16000

04.00-05.00 1 3 3 4,16667 4,1667 1,16667

05.00-06.00 1 4 4 4,16667 4,1667 0,16667

06.00-07.00 1 7,2 7,2 4,16667 4,1667 3,03333

07.00-09.00 2 6 12 4,16667 8,3333 3,66667

09.00-10.00 1 5 5 4,16667 4,1667 0,83333

10.00-13.00 3 5,8 17,4 4,16667 12,5 4,9

13.00-17.00 4 5 20 4,16667 16,6667 3,33333

17.00-18.00 1 11 11 4,16667 4,1667 6,83333

18.00-20.00 2 4 8 4,16667 8,3333 0,33333

Total 100 21,0000 22,6000


∑ 𝑆𝑢𝑟𝑝𝑙𝑢𝑠+ ∑ 𝐷𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑡
A% = 2

21+22,6
= 2 = 21,8 %

• Perhitungan Volume Reservoar

Volume reservoar = (Qmd x A%) + Qkebakaran

= ((973,47 L/dtk x 86400 dtk/hari) x 21,8 %) + 69,79 M3/hari

= 18335,57 M3/hari

4.6.1.1.2 Dimensi reservoar


Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa reservoar yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan air Kota Salatiga memiliki volume 18335.57 M3/hari. Data
hasil perhitungan ini digunakan untuk menentukan dimensi reservoir. Untuk
memenuhi kebutuhan volume tersebut, maka direncanakan reservoar dengan
perhitungan sebagai berikut:
 Perbandingan panjang reservoar dan lebar reservoar = 3:1
 Asumsi tinggi reservoar = 6 m
Maka didapat:
 Volume 1 unit reservoir = P x L x T
18335,57 m3 = 3L x L x 6 m
18335,57 m3 = 3L2 x 6 m
18335,57 m3 = 18 L2
18335,57
m3 = L2
18 𝑚

1018,64 m2 = L2

√1018,64 𝑚2 =L
31,92 m = L
L = 31,92 m
 Subsitusi nilai L, maka didapat nilai P sebagai
berikut. P : L = 3 : 1
P = 3L
P = 3 x 31.92 m
P = 95,76 m
Jadi,

 Panjang reservoar = 95,76 m ≈ 96 m


 Lebar reservoar = 31,92 m ≈ 32 m
 Tinggi reservoar = 6 m
Berdasarkan dimensi tersebut maka diperoleh reservoir yang mempunyai
daya tampung sebesar 18335,57 m³/hari air, yang nantinya diperkirakan akan
dapat memenuhi kebutuhan air Kota Salatiga. Reservoar tersebut direncanakan
akan ditempatkan pada ketinggian (elevasi) 685 meter dari permukaan laut,
sehingga nantinya akan dapat diterapkan sistem pengaliran tanpa menggunakan
pompa yaitu secara gravitasi.

4.6.2Perpipaan Distribusi
Perpipaan distribusi membentuk jaringan pipa yang terdiri dari pipa utama,
pipa cabang dan pipa service. Pipa utama merupakan pipa distribusi pada jaringan
terluar yang menghubungkan blok-blok pelayanan dalam kota dari reservoar ke
seluruh jaringan utama. Pipa cabang adalah pipa yang digunakan untuk menyadap
air langsung dari pipa induk untuk dialirkan ke suatu blok pelayanan. Pipa cabang
ini berhubungan dengan pipa service dimana diameternya ditentukan berdasarkan
banyaknya pipa service yang berhubungan dengan pipa cabang tersebut. Pipa
service merupakan pipa yang melayani langsung ke rumah-rumah.
Kriteria perpipaan distribusi:
a. Pipa utama

- Diameter pipa minimal 150 mm.


- Kecepatan maksimal 3 - 5 m/dt.
- Kecepatan minimal 0,3 m/dt.
- Head statis tersedia ≤ 80 m, biasanya 50 - 60 m.
- Tekanan pada titik kritis adalah 22 m.
- Tidak melayani penyambungan langsung.

b. Pipa cabang
- Diameter dihitung dari banyaknya sambungan yang dilayani.
- Kecepatan maksimal sama dengan pipa utama.
- Tekanan minimum 10 m k a.
- Kelas pipa bisa lebih rendah daripada pipa utama.
c. Pipa pelayanan/Service
- Diameter ≤ 50 mm.
- Kecepatan minimal 0,3 m/dt.
- Sisa tekanan 6 m.

4.6.2.1 Kebutuhan Air Tiap Zona

Distribusi air bersih di Kelurahan Blotongan ini dibagi menjadi 16 zona


untuk mengetahui debit yang akan dialirkan di masing-masing zona. Setiap zona di
Kelurahan Blotongan mempunyai kebutuhan air yang berbeda-beda tergantung
dari banyaknya jumlah penduduk di masing-masing zona tersebut.
Gambar 4.5 Daerah Pembagian Zona

Berikut ini merupakan tabel perhitungan debit pada masing-masing zona di Kelurahan
Blotongan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga.
Tabel 4.14 Kebutuhan Air Tiap Zona
Zona Luas Jumlah Total Debit Factor Debit Yang
(m2) Disalurkan
Penduduk Kebutuhan Puncak
m3/s l/s m3/s l/s
(jiwa) Air (l/h)

1 107533 1030 102994,846 0,001192 1,19 1,15 0,001371 1,37

2 112619 1079 107866,205 0,001248 1,25 1,15 0,001436 1,44

3 28883 277 27664,067 0,000320 0,32 1,15 0,000368 0,37

4 83113 796 79605,430 0,000921 0,92 1,15 0,001060 1,06

5 96329 923 92263,682 0,001068 1,07 1,15 0,001228 1,23


6 309789 2967 296715,152 0,003434 3,43 1,15 0,003949 3,95

7 120974 1159 115868,604 0,001341 1,34 1,15 0,001542 1,54

8 112591 1078 107839,387 0,001248 1,25 1,15 0,001435 1,44

9 157325 1507 150685,503 0,001744 1,74 1,15 0,002006 2,01

10 126916 1216 121559,837 0,001407 1,41 1,15 0,001618 1,62

11 118213 1132 113224,125 0,001310 1,31 1,15 0,001507 1,51

12 77937 746 74647,869 0,000864 0,86 1,15 0,000994 0,99

13 202825 1943 194265,293 0,002248 2,25 1,15 0,002586 2,59

Total 1655047 15852 1585200 0,018347 18,35 0,021099 21,10

4.7 Epanet
Jaringan pipa di Kelurahan Blontongan yaitu sebanyak 16 pipa. Hasil dari
aplikasi Epanet yaitu seperti yang tertera dibawah ini.
Pada tabel jaringan tiap pipa, untuk kecepatan aliran yang paling rendah
yaitu 0,39 m/s dan paling tinggi yaitu 0,86 m/s. Diameter pipa yang digunakan
dalam distribusi bervariasi, yaitu dari 80-200 mm. Kemudian, untuk debit yang
paling cepat yaitu 26,95 l/s dan yang paling lambat yaitu 1,62 l/s. Untuk unit
headloss yang paling kecil yaitu 0,32 m/km dan yang paling besar yaitu 0,98
m/km.

Tabel 4.15 Jaringan Tiap Pipa

Link Diameter Flow Velocity Unit


ID (mm) (LPS) m/s Headloss
m/km
Pipa 1 200 26,95 0,86 4,08

Pipa 2 200 25,58 0,81 3,71


Pipa 3 200 14,84 0,47 1,35
Pipa 4 200 14,47 0,46 1,29
Pipa 5 200 13,41 0,43 1,12
Pipa 6 200 12,18 0,39 0,94
Pipa 7 130 8,23 0,62 3,70
Pipa 8 120 6,69 0,59 3,72
Pipa 9 100 5,25 0,67 5,,78
Pipa 10 90 3,24 0,51 3,95
Pipa 11 80 1,62 0,32 1,94
Pipa 12 150 9,30 0,53 2,31
Pipa 13 100 7,68 0,98 11,69
Pipa 14 100 6,69 0,85 9,05
Pipa 15 100 5,18 0,66 5,64
Pipa 16 80 2,59 0,52 4,63
Pada tabel Jaringan Tiap Zona, untuk base demand yang paling besar yaitu
3,95 l/s dan yang paling kecil yaitu 0,37 l/s. Kemudian, untuk demand yang paling
besar yaitu 3,95 l/s dan yang paling kecil yaitu 0,37 l/s. Untuk head yang paling besar
yaitu 583,65 m dan yang paling kecil yaitu 572,80 m. Selanjutnya, untuk tekanan
yang paling besar yaitu 56,65 m dan yang paling kecil yaitu 12,74 m.

Tabel 4.16 Jaringan Tiap Zona


Node ID Base Demand Head m Pressure Quality
Demand LPS m
LPS
Junc Zona 1 1,37 1,37 583,65 56,65 0,00

Junc Zona 2 1,44 1,44 583,23 52,23 0,00


Junc Zona 3 0,37 0,37 582,95 44,95 0,00
Junc Zona 4 1,06 1,06 582,86 35,86 0,00
Junc Zona 5 1,23 1,23 582,56 26,56 0,00
Junc Zona 6 3,95 3,95 582,44 23,44 0,00
Junc Zona 7 1,54 1,54 580,65 13,65 0,00
Junc Zona 8 1,44 1,44 579,92 15,92 0,00
Junc Zona 9 2,01 2,01 578,74 12,74 0,00
Junc Zona 10 1,62 1,62 578,15 16,15 0,00
Junc Zona 11 1,62 1,62 582,15 58,15 0,00
Junc Zona 12 0,99 0,99 579,19 49,19 0,00
Junc Zona 13 1,51 1,51 577,92 52,92 0,00
Junc Zona 14 2,59 2,59 574,04 55,04 0,00
Junc Zona 15 1,62 1,62 577,88 23,88 0,00
Junc Zona 16 2,59 2,59 572,80 45,80 0,00
Reservoar 17 - 26,95 585,00 00,00 0,00
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari penulisan Tugas Besar Teknik Penyediaan Air Bersih di
Kota Salatiga ini adalah:
1. Proyeksi penduduk yang dilakukan dengan cara 3 metode didapat hasil berupa:

a. Metode Geometri 246477 Jiwa


b. Metode Aritmatik 236673 Jiwa
c. Metode Least Square 249690 Jiwa

Setelah dibandingkan dan dicari linieritas nya, yang paling akurat adalah
perhitungan dengan metode aritmatik (R2 = 1). Sehingga perhitungan
proyeksi penduduk yang digunakan adalah perhitungan dengan metode aritmatik.
2. Kebutuhan air total Kota Salatiga pada tahap I (2029) adalah 475,91 L/det dan
pada tahap II (2038) 519,18 L/det. Dimana tingkat kebocoran (25%) pada tahap I
(2029) adalah 118,98 L/det dan pada tahap II (2038) 129,8 L/det.

3. Fluktuasi kebutuhan air Kota Salatiga didapat debit puncak pada tahap I (2029)
adalah 1784,67 L/det dan pada tahap II (2038) 1946,69 L/det.

4. Sistem transmisi di Kota Salatiga menggunakan satu jalur dari sumber air
bakunya. Jalur transmisi ini juga menggunakan aksesoris pipa seperti koefisiend
bend 11,25, koefisien bend 22,5, koefisien bend 45⁰, koefisien gate valve,
koefisien check valve. Dari perhitungan transmisi didapat headloss totalnya
sebanyak 1,219 m, head pompanya sebanyak 6,32 m, dan daya pompanya
sebanyak 75,17 KW. Dari perhitungan EGL, HGl dan sisa tekanan di titik O-I
didapat EGL O = 6,32 m, HGL O = 6,22 m serta sisa tekanan di titik O-1 adalah
6,22 m.
5. Sistem distribusi Kelurahan Blotongan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga
dibagi menjadi 16 zona, dengan debit terbesar adalah 3,95 L/s dan yang terkecil
adalah 0,37 L/s. Jaringan pipa distribusi Kelurahan Blotongan, Kecamatan
Sidorejo, Kota Salatiga berjumlah 16 pipa, dan 1 reservoir dengan jumlah node
17 titik.

5.2 Saran

Adapun saran untuk Tugas Besar Teknik Penyediaan Air Bersih adalah sebagai
berikut:
1.Pada distribusi air bersih, sebaiknya dicari terlebih dahulu lokasi yang paling
tinggi elevasinya dari daerah tersebut untuk meletakkan reservoirnya.

2.Untuk jalur pipa distribusi, sebaiknya cari jalur yang terpendek untuk distribusi
air bersihnya. Kemudian jalur dengan daerah yang rata, atau elevasi yang tidak
naik turun.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Layla, dkk. 1978. Water Supply Engineering Design. Ann Arbor Science
Publishers : USA.
Al- Layla. 1980. Water Supply Engineering Design. Ann Arbor Science.

Data Tenaga Keperawatan Yang Didayagunakan Di Fasyankes Di Kabupaten Kota


Salatiga, Provinsi Jawa Tengah. (2018). Diperoleh dari
http://bppsdmk.kemkes.go.id/info_sdmk/info/rekap_kab?kab=3373&rumpun=
3
Ditjen Cipta Karya, 2000. Kriteria Perencanaan Air Bersih. Ditjen Cipta Karya,
Departemen Pekerjaan Umum.

Informasi Dokter dan Apotek di Kota Salatiga. (10 April 2018). Diperoleh dari
http://dinkes.salatiga.go.id/?p=470
Jumlah penduduk di Kota Salatiga. (2014). Diperoleh dari
https://salatigakota.bps.go.id/
. (2015). Diperoleh dari https://salatigakota.bps.go.id/
. (2016). Diperoleh dari https://salatigakota.bps.go.id/

. (2017). Diperoleh dari https://salatigakota.bps.go.id/

Jumlah Restoran dan Rumah Makan di Kabupaten Salatiga Provinsi Jawa Tengah.
(20 Agustus 2018). Diperoleh dari
https://jateng.bps.go.id/statictable/2017/10/30/1619/jumlah-restoran-rumah-
makan-menurut-kabupaten-kota-di-provinsi-jawa-tengah-2012-2016.html

Jumlah Rumah Sakit dan Puskesmas di Kota Salatiga. (13 April 2018). Diperoleh dari
http://dinkes.salatiga.go.id/?p=282
Kemala dan Rao, 1988, Perencanaan Sistem Distribusi Air Minum Perumnas
Driyorejo Kabupaten Gresik, Institut Teknologi Sepuluh November,
Surabaya.
Noviana bekti, dkk. 2015. Analisis Kesesuaian Perubahan Penggunaan Tanah
Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (Rtrw) Di Kota Salatiga Tahun
2003,2008, dan 2013. Jurnal Geodesi Undip Vol. 4, No. 4.
Pemerintah Republik Indonesia, 2001. Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun
2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air,
Jakarta.
Profil Kondisi Geografis Kota Salatiga. (2016). Diperoleh dari
http://si.disperakim.jatengprov.go.id/umum/detail_kondisi_geo/17
Rivai, Yuliana; Ali Masduki dan Bowo Djoko Marsono. 2006. Evaluasi Sistem
Distribusi dan Rencana Peningkatan Pelayanan Air Bersih PDAM Kota
Gorontalo. Jurnal SMARTek, Vol. 4 No. 2.
Sumantri, A. 2010. Kesehatan Lingkungan. Kencana: Jakarta

Undang –Undang No 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman.


LAMPIRAN
Potongan 01 – 02
Potongan 03 - 05
Potongan 06 – 09
Detail a-b-c
Peletakan dan kontur

Anda mungkin juga menyukai