DOSEN PENGAMPU:
Winny Laura CH, S.T., M.T.
Freddy Ilfan, S.T., M.T.
Prof. Dr.Drs.M.Naswir.KM, M.Si.
Puji syukur di panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas
Besar mata kuliah Teknik Penyediaan Air Bersih dengan Judul “Perencanaan Sistem
Distribusi Air Bersih di Kota Salatiga” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Kemudian juga penulis berterima kasih pada Bapak Freddy Ilfan, S.T.,
M.T., Bapak Prof. Dr. Drs. M. Naswir, KM, M.Si dan Ibu Winny Laura C.H., S.T.,
M.T. selaku dosen mata kuliah Teknik Penyediaan Air Bersih, Fakultas Teknik,
Universitas Jambi yang telah memberikan arahan dan bimbingan untuk tugas besar ini.
Penulis sangat berharap tugas besar ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Dan juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas
besar ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan proposal penelitian yang telah
di buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga proposal penelitian ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penulis memohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan memohon kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akan datang.
Jambi, Desember 2019
Penulis
i
DAFTAR ISI
Contents
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan........................................................................................2
1.3 Ruang Lingkup Penulisan................................................................................................2
1.4 Sistematika Penulisan.....................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................................4
2.1 Umum............................................................................................................................4
2.2 Sistem Sumber Air..........................................................................................................5
2.3 Syarat Sumber Air Baku..................................................................................................7
2.4 Metode Penentuan Kebutuhan Air..............................................................................15
BAB III GAMBARAN UMUM KOTA SALATIGA......................................................................26
3.1. Umum.........................................................................................................................26
3.2 Topografi , Hidrologi, dan Geologi..............................................................................27
3.3 Aspek Sosial dan ekonomi............................................................................................28
BAB IV PERANCANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH....................................................32
4.1 Umum..........................................................................................................................32
4.2 Proyeksi Jumlah Penduduk............................................................................................32
4.3 Perhitungan Kebutuhan Air Kota Salatiga....................................................................42
4.4 Fluktuasi Pemakaian Air...............................................................................................64
4.5 Sistem Transmisi..........................................................................................................66
4.6 Sistem Distribusi...........................................................................................................76
4.7 Epanet..........................................................................................................................86
BAB V PENUTUP.....................................................................................................................89
5.1 Kesimpulan.............................................................................................................89
5.2 Saran......................................................................................................................90
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................91
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salatiga adalah sebuah kota di Provinsi
Jawa Tengah yang berbatasan sepenuhnya
dengan Kabupaten Semarang. Salatiga terletak
49 kilometer di sebelah selatan KotaSemarang
dan 52 kilometer di sebelah utara Kota
Surakarta, serta berada di jalannegara yang
menghubungkan antara Semarang dengan
Surakarta.
BAB I PEDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Ruang Lingkup Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
2.2 Sistem Sumber Air
2.3 Syarat Sumber Air Baku
2.4 Metode Penentuan Kebutuhan Air
BAB III GAMBARAN
3.1 Umum
3.2 Topografi, Hidrologi, dan Geologi
3.3 Aspek Sosial dan Ekonomi
BAB IV PERANCANGAN SISTEM PENYEDIAN AIR MINUM
4.1 Umum
4.2 Proyeksi Jumlah Penduduk
4.3 Perhitungan Kebutuhan Air Kota Salatiga
4.4 Fluktasi Pemakaian Air
4.5 Sistem Transmisi
4.6 Sistem Distribusi
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Komponen utama dalam penyedianaan air minum adalah sebagai berikut:
a. Sistem transmisi
Sistem transmisi adalah sistem perpipaan untuk membawa air dari
sumberair ke instalasi pengolahan air atau bila air diambil dari mata air dapat
langsung dihubungkan dengan reservoir. Dalam penyusunan pipa tranmisi
diperlukan peninjauan dari diameter, jumlah jaringan pelayanan dan jumlah
sumber alokasi. Pada dasarnya terdapat dua jenis pipa transmisi, yaitu pipa
transmisi air baku dan pipa transmisi air bersih.
Pipa transmisi air baku merupakan pipa dari sumber air ke instalasi
pengolahan air, sedangkan pipa transmisi air bersih adalah pipa yangmembawa air
dari sumber/reservoir kepada konsumen. Beberapa hal yang perludiperhatikan
dalam merancang pipa trasmisi adalah :
1. Teknik Pengaliran
- Terbuka (open channel),
Digunakan jika letak elevasi sumber lebih tinggidari tempat yang
dituju, prinsipnya membawa air dengan memanfaatkantekanan atmosfir.
- Tertutup (closed condult )
Digunakan jika elevasi sumber lebih rendah daritempat yang dituju,
dengan gravitasi dan pemompaan.
2. Hidrolik
- Elevasi (jarak dari mata air ke reservoir)
- Kecepatan aliran yang ekonomis sebesar 0.6m/dtk - 3 m/dtk
- Kehilangan tekanan- Sisa tekanSelain itu, pipa transmisi membutuhkan
peralatan seperti:
Gate Valve, yang berfungsi untuk mengisolasi bila terjadi kerusakan lalu di
kuras.
Chek Valve, digunakan untuk mencegah aliran balik dan mengatur aliran
menjadi searah.
Air valve, digunakan untuk mencegah udara.
Blow off, digunakan untuk menguras endapan.
Air Release Valve, digunakan untuk mengeluarkan udara yang terjebak.
Bak Pelepas Tekan, digunakan untuk mengurangi tekanan yang tersedia.
b. Intek atau Sumber
Intek adalah sarana yang digunakan untuk menangkap air permukaan, baik
air sungai, danau, maupun waduk. Sesuai peta yang diberikan, sumber air yang
diambil berasal dari sungai terdekat pada kota perencanaan. Adapun hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam lokasi intek jika sumber berasal dari sungai. Hal-hal
tersebut adalah:
1. Intake ditempatkan pada arus yang tenang, sehingga tidak menyebabkan
terjadinya kerusakan pada bangunan.
2. Tanah di sekitar intake stabil untuk mengurangi resiko longsor.
3. Tidak dipengaruhi oleh pasang surut air.
4. Intake diletakkan pada tempat yang rata untuk menghindari sedimentasi.
a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum,
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut
b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama
dengan kegunaan tersebut
c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan
tersebut
d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
Tabel 2.1 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas
I II III IV
Fisika
Kimia Anorganik
BOD mg/L 2 3 6 12
NO3 mg/L 10 10 20 20
sebagai N
Boron mg/L 1 1 1 1
Mikrobiologi
Radioaktivitas
Gross – B bg/L 1 1 1 1
Kimia Organik
Sebagai ug/L
Fenol
DDT ug/L 2 2 2 2
Heptachlor ug/L 18 (-) (-) (-)
dan
Heptachlor
epoxide
Keterangan :
Mg = miligram
ug = mikrogram
ml = militer
L = liter
Bq = Bequerel
MBAS = Methylene Blue Active Substance
ABAM = Air Baku untuk Air Minum
Secara umum penyediaan air bersih adalah berasal dari sumber air
permukaan atau air dalam tanah. Dimana kuantitas air yang berasal dari air
pemukaan ini mencukupi untuk didistribusikan. Kuantitas atau jumlah air yang
mengalir dari pusat distribusi sangatlah penting dalam merencanakan jaringan
distribusi. Karena tujuan utama dari perencanaan jaringan distribusi adalah agar
kebutuhan masyarakat akan tersedianya air bersih dapat terlayani dengan baik.
Untuk itu hal-hal yang dapat mengurangi jumlah air yang didistribusi anatara lain
disebabkan oleh banyaknya sambungan pipa dan panjangnya pipa sedapat
mungkin dihindarkan.Untuk membuktikan kondisi tersebut menggunakan rumus
kontinuitas
:
Q1 = Q2
A1 x V1 = A2 x V2
Dimana :
Ka = (P2-P1) / (T2-T1)
Dimana :
r = Po (1+n)1/n
Dimana :
Air domestik adalah air yang digunakan untuk keperluan rumah tangga.
Kebutuhan domestik ditentukan oleh adanya konsumen domestik, yang berasal
dari data penduduk, pola kebiasaan dan tingkat hidup yang didukung adanya
perkembangan sosial ekonomi yang memberikan kecenderungan peningkatan
kebutuhan air bersih. Kebutuhan air per orang per hari disesuaikan dengan
standar yang biasa digunakan serta kriteria pelayanan berdasarkan pada kategori
kotanya. Di dalamnya setiap kategori tertentu kebutuhan air per orang per hari
berbeda-beda.
1 2 3 4 5 6
Konsumsi
1 Unit 190 170 130 100 80
Sambungan
Rumah (SR)
liter/orang/hari
2 Konsumsi 30 30 30 30 30
Unit
Hidran Umum
(HU)
liter/orang/hari
3 Kehilangan 20- 20-30 20- 20- 20
Air (%) 30 30 30 -
30
4 Faktor Hari 1,1 1,1 1,1 1,1 1,
Maksimum 1
6 Jumlah jiwa 5 5 6 6 10
per SR
8 Jam operasi 24 24 24 24 24
9 Volume 20 20 20 20 20
Resevoir
(% max day
demand)
10 SR:HU 50:5 51:50: 80:20:00 70:30 70:30
0:00 00 :00 :00
80:2 81:20:
0:00 00
Cakupan
11 Pelayanan 90 90 90 90 75
(%)
(Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum)
1. Sistem Transmisi
Sedangkan Sistem distribusi dalam jurnal oleh Yuliana Rivai, Ali Masduki
Bowo, dan Djoko Marsono (Al-Layla,1980) adalah jaringan perpipaan untuk
mengalirkan air minum dari reservoir menuju daerah pelayanan/ konsumen
sistem distribusi air bersih adalah pendistribusian atau pembagian air melalui
sistem perpipaan dari bangunan pengelolaan (reservoir) ke daerah pelayanan
(konsumen). Juga termasuk dalam sistem ini adalah fasilitas penampungan
air yang telah diolah (reservoir distribusi) yang digunakan saat kebutuhan air
lebih
besar dari suplai instalasi.
Terdapat dua hal penting yang harus diperhatikan pada sistem
distribusi adalah tersedianya jumlah air yang cukup dan tekanan yang
memenuhi, serta menjaga keamanan kualitas air yang berasal dari instalasi
pengolahan.
Air yang disuplai melalui jaringan pipa distribusi, sistem
pengalirannya terbagi atas dua alternatif pendistribusian, yaitu :
a. Continuous System (Sistem Berkelanjutan)
1. Sistem Cabang
Sumber Air
Keuntungan :
3) Opresional lebih sulit karena pipa yang satu dengan yang lain
saling berhubungan.
2. Sistem Loop
Sumber
Air
Keuntungan :
Keuntungan lainnya :
1) Pemerataan tekanan baik
Kerugiannya :
1) Biaya investasi mahal
2) Sistem operasi yang sulit
4. Sistem Diagonal
Merupakan Suatu sistem yang paling baik dan efisien karena air
dapat mengalir ke suatu tempat dari berbagai arah, artinya suatu
tempat tidak hanya mendapatkan air dari suatu sistem jaringan
saja. Kerugiannya adalah biaya operasi dan pembuatannya
sangatlah mahal.
----------
3. Sistem pengaliran air bersih
3.1. Umum
Kota Salatiga adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Tengah yang
berbatasan sepenuhnya dengan Kabupaten Semarang. Salatiga terletak 49
kilometer di sebelah selatan Kota Semarang dan 52 kilometer di sebelah utara
Kota Surakarta serta berada di jalan negara yang menghubungkan antara
Semarang dengan Surakarta.
Secara terperinci, topografi atau bentuk permukaan tanah Salatiga terbagi menjadi
tiga bagian, yaitu:
Salatiga memiliki tiga sumber mata air yang letaknya berdekatan, yaitu
Kalitaman, Benoyo, dan Kalisumbo. Air dari ketiga sumber tersebut memiliki
debit yang cukup besar untuk keperluan sehari-hari. Khusus untuk sumber mata
air Kalitaman dipakai sebagai kolam renang sejak zaman gemeente dan sampai
saat ini menjadi kolam renang bertaraf nasional di Jawa Tengah. Selain ketiga
sumber mata air tersebut, masih ada beberapa sumber mata air lagi di Salatiga,
yaitu Belik Kalioso, Senjoyo, dan Muncul, sehingga tidak aneh apabila beberapa
nama di wilayah ini menggunakan kata-kata yang menunjukkan sumber mata air
tersebut, yaitu Dukuh Kalitaman, Kalisumba, Kalioso, Kalibodri, Kalimangkal,
dan Kalicacup.
Secara Morfologis Kota Salatiga berada di daerah cekungan, kaki gunung
Merbabu diantara gunung-gunung kecil antara lain : Gajah Mungkur, Telomoyo
dan Payung Rong.
Kondisi Penggunaan tanah Kota Salatiga pada tahun 2013 jauh cukup
berbeda dibandingkan penggunaan tanah pada tahun 2003 dan 2008. Namun
masih bisa di katakan sama. Karena penggunaan tanah yang masih dominan pada
tahun 2008 masih pada penggunaan tanah pertanian dalam kategori tanah
pekarangan. Kemudian penggunaan tanah non pertanian , penggunaan tertinggi
masih sama dengan tahun 2003 yaitu kategori penggunaan tanah pemukiman.
Secara berurutan penggunaan tanah tahun 2008 mulai dari yang paling dominan
masih berupa tanah pertanian, yaitu seluas 3266,270 Ha atau sebesar (57,30%)
dari total luas wilayah Kota Salatiga yang terdiri dati tanah pekarangan (pertanian
tanah kering tegalan/ladang dan kebun campuran) seluas 2330,569 Ha atau
sebesar (41,74%), sawah irigasi seluas 392,997 Ha atau sebesar (7,04%), sawah
non irigasi seluas 293,472 Ha atau sebesar (5,26%), dan perkebunan seluas
182,862 ha atau seluas (3,27%).
3.3.2. Demografi
Pada tahun 2017, jumlah penduduk Kota Salatiga sebesar 188.928 jiwa.
Jumlah penduduk perempuan lebih besar dibandingkan penduduk laki-laki,
ditunjukkan oleh rasio jenis kelamin (rasio jumlah penduduk laki-laki terhadap
penduduk perempuan), sebesar 95,78 Penduduk Kota Salatiga belum menyebar
secara merata di seluruh wilayah Kota Salatiga. Umumnya, penduduk banyak
menumpuk di daerah perkotaan dibandingkan pedesaan. Pada tahun 2017 ratarata,
kepadatan penduduk Salatiga sebesar 3.327 jiwa setiap km persegi.
Dalam hal sarana pengaman masyarakat adalah data terkait dengan jumlah
anggota LINMAS/HANSIP yang pada Tahun 2016 seluruhnya berjumlah 1177
orang. Selanjutnya data terkait dengan kegiatan pelayanan / perizinan adalah
kegiatan pelayanan KTP, KK, IMB, Akta Kematian, Akta Kelahiran, Akta
Perceraian, Akta Perkawinan, Pelayanan AMDAL/UKL-UPL, SIUP, TDP/TDI,
Izin Reklame. Bidang Kepemudaan dan Olahraga menampilkan jumlah organisasi
kepemudaan yang ada di Kota Salatiga Tahun 2016, Sarana olahraga, atlit
olahraga dan jenisnya, dan prestasi dibidang olahraga yang diraih selama tahun
2016. Banyaknya pencari kerja yang mendaftar selama tahun 2017 sebanyak
1.232 orang. Sebagian besar dari pencari kerja tersebut berpendidikan setingkat
SLTA (71,27 persen), kemudian 26,95 persen berpendidikan Diploma/Perguruan
Tinggi dan 1,79 persen berpendidikan setingkat SLTP.
4.1 Umum
Kota Salatiga adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan
sepenuhnya dengan Kabupaten Semarang. Salatiga terletak 49 kilometer di
sebelah selatan Kota Semarang dan 52 kilometer di sebelah utara Kota Surakarta
serta berada di jalan negara yang menghubungkan antara Semarang dengan
Surakarta. Salatiga terdiri atas 4(empat) kecamatan dan 23 kelurahan. Salatiga
terdiri atas empat kecamatan 23 kelurahan. Kota ini hanya memiliki satu
perusahaan untuk memenuhi kebutuhan air bersih, yaitu PDAM Salatiga. PDAM
Salatiga melayani seluruh kecamatan di Kota Salatiga. Didalam makalah ini
desain pelayanan instalasi akan melayani sesuai dengan data PDAM Salatiga.
4.2.1Metode Aritmatik
Rumus proyeksi penduduk yang digunakan dengan menggunakan Metode
Aritmatik :
Pn = P0 + r (Tn – T0)
Dimana :
Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke
n Po = Jumlah penduduk pada tahun ke
1 r = Laju pertumbuhan penduduk
(Tn – To) = selisih tahun perhitungan
No Tahun JumlahPenduduk
1 2014 181193
2 2015 183815
3 2016 186420
4 2017 188128
Metode Aritmatik
200000
150000
y = 2311.7x - 4E+06 Aritmatik
100000 R² = 1 Linear (Aritmatik)
50000
0
201520202025203020352040
Tahun Proyeksi
𝒂= 𝚺𝐲𝚺𝐱² − 𝚺𝐱𝚺𝐱𝐲
𝐧𝚺𝐱² − (𝚺𝐱)²
𝐧𝚺𝐱𝐲 − 𝚺𝐱𝚺𝐲
𝒃=
𝐧𝚺𝐱² − (𝚺𝐱)²
Bila koefisien b telah dihitung terlebih dahulu, maka koefisien a
dapat ditentukan dengan persamaan :
𝒂 = 𝒀̅ − 𝒃𝑿̅
1 2018 191442
2 2019 194355
3 2020 197267
4 2021 200179
5 2022 203092
No Tahun JumlahPenduduk
6 2023 206004
7 2024 208916
8 2025 211829
9 2026 214741
10 2027 217741
11 2028 217654
12 2029 220566
13 2030 223478
14 2031 226391
15 2032 229303
16 2033 232215
17 2034 235128
18 2035 238040
19 2036 240952
20 2037 243865
21 2038 246777
22 2039 249690
Least Square
Jumkah Penduduk
300000
250000
200000
0
2015 2020 2025 2030 2035 2040
Tahun
Jumlah Penduduk
300000
250000
200000
150000
100000
50000 Geometri
y = 2801.7x - 5E+06 Linear (Geometri)
0 R² = 0.9989
250000
200000
aritmatik
150000
geometrik
100000
leastsquare
50000 Linear (leastsquare)
0
2015 2020 2025 2030 2035 2040
Tahun Proyeksi
Tahap I Tahap II
1 Rumah Tangga
2 Sekolah
TK 20 20 L/jiwa/hari
SD 20 20 L/jiwa/hari
SMP 20 20 L/jiwa/hari
SMA 20 20 L/jiwa/hari
3 Peribadatan 70 70 L/jiwa/hari
4 Kesehatan
Rumah Sakit 250 250 L/tt/hari
Apotek
6 Perdagangan
Pasar 5 5 L/m2/hari
Toko 5 5 L/m2/hari
Restoran 15 15 L/m2/hari
7 Perkantoran 50 50 L/jiwa/hari
8 Lain-lain
Bioskop 5 5 L/td/hari
Jumlah penduduk Kota Salatiga tiap tahun semakin meningkat, hal ini dapat
dilihat dari makin banyaknya penduduk yang harus mendapatkan pelayanan air
minum setiap tahunnya. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.6
Tabel 4.7 Jenis Pemukiman Penduduk Kota Salatiga Tahun 2029 dan 2038
Jenis Rumah Persentase Tahun (%)
Rumah Permanen 60 70
Rumah Semi 20 15
Permanen
Rumah Non 20 15
Permanen
Data dari tabel 4.10 di atas dapat diketahui persentase jenis rumah yang ada
di Kota Salatiga, sehingga didapatkan persentase penggunaan Sambungan rumah
(SR) dan Hidran umum (HU) yang diasumsikan sebagai berikut:
a. Rumah Permanen, semuanya menggunakan SR;
b. Rumah Semi Permanen, 2/3 menggunakan SR dan 1/3 menggunakan HU;
c. Rumah Non Permanen, semuanya menggunakan HU.
Tahap I
a. Pengguna SR = 60% + (2/3 x 20%)
= 73,33 %
Jumlah pengguna SR = 73,33 % x 141610 jiwa
= 103843 jiwa
Kebutuhan air untuk SR = Jumlah pengguna SR x standar kebutuhan air
= 103843 jiwa x 130 L/jiwa/hari
= 13499590 L/hari
= 156,24 L/det
b. Pengguna HU = 20% + (1/3 x 20%)
= 26,67%
Jumlah pengguna HU = 26,67 % x 141610 jiwa
= 37767 jiwa
Kebutuhan air untuk HU = 37767 jiwa x 30 L/jiwa/hari
= 1133010 L/hari
= 13,11 L/det
Tahap II
Jenis Sambungan SR HU SR HU
Jenis Sambungan SR HU SR HU
1 Pendidikan
2 Peribadatan
3 Kesehatan
Puskesmas 7 9 12 50 bed/unit
Apotik 29 32 35
Klinik 26 29 33 20 bed/unit
4 Pariwisata
Hotel 27 30 35 75 bed/unit
6 Perdagangan
Restaurant 20 25 30 75m²/unit
Pasar 15 16 17 650m²/unit
tradisional
Toko 19 20 23 80m²/unit
7 Lain- lain
a. Sarana pendidikan
Tahap 2019 – 2029
Kebutuhan air untuk SD = 188 Unit x 550 jiwa/unit x 20
liter/jiwa/hari
= 2,068,000Liter/Hari
= 23.93Liter/Detik
c. Kesehatan
Tahap 2019 - 2029
Kebutuhan air untuk rumah sakit = 9 unit x 250 bed/ unit x 300
liter/bed/hari
= 675,000 liter/hari
=7.81 Liter/Detik
Kebutuhan air :
Karyawan pria = 2,352 orang x 60 liter/orang/hari =141,120liter/hari
= 1.63 Liter/Detik
Karyawan wanita = 3,528 orang x 100 liter/orang/hari =352,800liter/hari
= 4.08 Liter/Detik
f. Perdagangan
Tahap 2019 - 2029
Kebutuhan air untuk restaurant = 25 unit x 75 m²/unit x 15 liter/td/hari
= 28,125 liter/hari
= 0.33 Liter/Detik
g. Lain – lain
Tahap 2019-2038
Diasumsikan kapasitas stadion olahraga adalah 6000 orang dan jumlah
pengguna fasailitas air bersih adalah 15% dari kapasitas stadion sehingga
kebutuhan air untuk stadion olahraga adalah :
Kebutuhan air= 1 unit x 6000 orang x 15% x 30 liter/orang/hari
=27,000 liter/hari
= 0.31 Liter/Detik
1 Pendidikan
3 Kesehatan
Rumah Sakit 6 9 11 250 300 7,81 9,55
bed/unit L/bed/hari
5 Industri
Karyawan 1,958 1,959 1,960 1,5 60 L/o/hari 1,63 1,63
Pria ha/unit
Karyawan 1,958 1,959 1,960 1,5 100 L/o/hari 4,08 4,08
Wanita ha/unit
6 Perdagangan
7 Lain-lain
Stadion 1 1 1 3,5 ha 30 L/o/hari 0,31 0,31
Olahraga
Total Kebutuhan Air Non Domestik 239,37 216,6
Pada tahap I, dengan jumlah penduduk Kota Salatiga tahun 2029 adalah
215.868 jiwa, maka didapatkan:
Pada tahap II, dengan jumlah penduduk Kota Salatiga tahun 2038 adalah
236.673 jiwa, maka didapatkan:
Tabel 4.11 Rekapitulasi Kebutuhan Air Kota Salatiga Selama Tahun Desain
3 Kebutuhan Air
4 Kebutuhan Domestik
SD 23,93 24,18
Peribadatan
Kesehatan
Pariwisata
Industri
Perdagangan
Lain-lain
Intake adalah bangunan berupa bak yang berada di dekat sungai yang
berfungsi sebagai penangkap air untuk selanjutnnya dengan menggunakan pompa
atau secara gravitasi dialirkan menuju BPAM.
Komponen Intake:
a. Saringan;
d. Sumur pengumpul;
e. Foot valve;
Perencanaan Intake
1. Pipa inlet
Diletakan + 20 cm di bawah muka air maksimum
Kecepatan aliran 1.4 m/dt (kriteria desain 0,6-1.5 m/det)
Debit maksimum perhari Kota Salatiga tahun 2038 (Qmd) = 0,97 m3/dtk
Q
A=
v
0,97
= 1,4 = 0,69 𝑚2
A = ¼ (3,14) D2
4A 4
D = √2 =√
(0,69𝑚 ) = 0,93 m
π 3,14
Q 0,97 m /dtk
Cek kecepatan: V = = 3
= 1,4 m/dtk………Ok!
A 0,25×3,14 ×(0,93 m)2
2. Pipa outlet
Berada + 20 cm di bawah muka air minimum
0,97
= 1,4 = 0,69 𝑚2
A = ¼ (3,14) D2
4A 4
D = √2 =√
(0,69𝑚 ) = 0,93 m
π 3,14
Q 0,97 m /dtk
Cek kecepatan: V = = 3
= 1,4 m/dtk………Ok!
A 0,25×3,14 ×(0,93 m)2
Tebal dinding 20 cm
Sehingga diperoleh :
- Volume bak:
V= Q x td
= 0,97 m3/dtk x 1200 detik
= 1164 m3
-Dimensinya:
A = p x l → p = 2l
As 765,79 m
A= 2l2→ l = √ =√ 2 = 19,57 m
2 2
Jadi:
P = 2 x l = 2 x 19,57 m = 39,14 m
-Tinggi intake:
= 1,52 m + 0,5 m
= 2,02 m
Didapat dimensinya
P = 39,14 m
L = 19,57 m
T = 2,02 m
-Diameter
4 × 0,65 𝑚2
𝐷=√ = 0,91 𝑚
3,14
Q 0,97 m3/dtk
V= = = 1,49 m/dtk ≈ 1,5 m/dtk……. Ok!
A 0,25×3,14 ×(0,91 m)2
5. Pipa backwash
- kecepatan 3 m/s (Al-layla, 1978).
- luas pipa:
Q 0,97 m3/dtk
A =V = 3 m/dtk = 0,32 m2
- Diameter
4 × 0,32 m2
D=√ = 0,63 m
3,14
𝑄 0,97 𝑚3/𝑑𝑡
𝑉= = = 3 𝑚/𝑑𝑡𝑘……. Ok!
𝐴 0,25×3,14 ×(0,63 𝑚)2
6. Foot valve
- kriteria: ukuran foot valve ≥ 0,6 m (Al-layla, 1978)
- asumsi: foot valve 0,6 m.
4.5.2Pemilihan Jalur Pipa Transmisi
Bend 90 2
Bend 45 1
Bend 22.5 0
Bend 11.25 2
Gate Valve 2
Check Valve 2
Blow Off 1
Untuk menentukan jalur pipa mana yang akan dipilih dengan pertimbangan
sebagai berikut :
1. Aspek Hidrolis
Jalur pipa transmisi yang terpilih adalah jalur dengan total kehilangan
tekan paling minimum.
2. Aspek Konstruksi
Aspek konstruksi mencakup hal-hal yang berkaitan dengan proses
pemasangan dan pemeliharaan pipa transmisi. Dalam pemilihan jalur
transmisi, jalur terpilih adalah jalur yang paling mudah dalam proses
konstruksi dan pemeliharaannya.
3. Aspek Peralatan
jalur dengan peralatan perpipaan yang lebih sedikit akan menghemat
pengeluaran serta memudahkan dalam perawatan.
4. Aspek Ekonomis
Biaya awal pada pembangunan sistem transmisi mencakup biaya
pembelian pipa, aksesoris pipa, pembebasan lahan, biaya kontruksi dan
pembelian pompa sedangkan biaya rutin terdiri dari biaya operasional dan
pemeliharaan. Jalur tepilih haruslah jalur dengan investasi awal dan biaya
rutin paling minimum.
Pipa transmisi pada Kota Salatiga menggunakan diameter yang sama yaitu
930 mm, diameter ini sama dengan diameter pipa outlet pada intake. Elevasi pipa
diletakkan ± 0-1 m di bawah permukaan tanah dan ± 0-50 cm di atas permukaan
tanah. Pada tikungan atau belokan dilengkapi dengan bend sedangkan di awal
pipa transmisi (dari intake) dan pada akhir pipa transimisi (ke reservoar)
digunakan gate valve. Selain itu di awal sistem transmisi juga digunakan check
valve untuk menjaga agar air dalam pipa hisap tidak balik.
4.5.4 Perhitungan
4.5.4.1 Perhitungan Head Pompa dan Daya Pompa
Headloss minor : 𝐻𝑙 = 𝐾 × 𝑣 2
2𝑔
Headloss mayor : 𝐻𝑓 𝑙 𝑉2
=𝑓 𝐷 2𝑔
ΔH total : Headloss minor + Headloss mayor
𝜌×𝑔×𝑄×𝐻
Daya pompa :𝑃=
𝜂
Keterangan :
K = koefisien aksesoris
v = kecepatan (m/s)
g = percepatan gravitasi = 9,81 (m/s2)
Headloss mayor = kehilangan energi akibat gesekan sepanjang pipa
(m) f = faktor gesekan = 0,02
H = head pompa
L = panjang pipa (m)
D = diameter pipa (m)
ρ = massa jenis air (kg/m3) = 1000 kg/m3
η = efisiensi pompa = 80%
Q = debit maksimum = 0,18 m3/dtk
Hmayor = 𝐻𝑓 𝐿 𝑉2
=𝑓 𝐷 2𝑔
= 0,658 m
𝑣
Hminor = 𝐻𝑙 = 𝐾 × 2
2𝑔
1,4
Hminor = 𝐻𝑙 = 0,120 × 2 ; untuk gate valve
2 × 9,81
= 0,012 𝑚
1,4
Hminor = 𝐻𝑙 = 0,750 × 2 ; untuk check valve
2 × 9,81
= 0,075 m
1,4
Hminor = 𝐻𝑙 = 0,25 × 2 ; untuk blow off
2 × 9,81
= 0,025 m
1,4
Hminor =𝐻𝑙 = 0,143 × 2 ; untuk kontraksi
2 × 9,81
= 0,014 m
1,4
Hminor = 𝐻 = 0,0788 × 2 ; untuk bend 22,50
2 × 9,81
= 0,008 m
1,4
Hminor = 𝐻 = 0,045 × 2 ; untuk bend 11,250
2 × 9,81
= 0,004 m
1,4
Hminor = 𝐻 = 0,4 × 2 ;untuk bend 900
2 × 9,81
= 0,04 m
1,4
Hminor = 𝐻 = 0,277 × 2 ;untuk ekspansi
2 × 9,81
= 0,028 m
∆H total = Hmayor + ∆Hminor
= 1,219
Head pompa dihitung dengan rumus dibawah ini:
2
Head Pompa = headloss statis + ∑ headloss minor + ∑ headloss +𝑉
2𝑔
mayor
Head Statis = elevasi pipa di titik akhir jalur transmisi – elevasi pipa titik
awal jalur transmisi
Berikut perhitungan head pompa :
Jalur
𝐻𝑡 = (565 − 560 𝑚) + 1,219 + 0,1
= 6,32 𝑚
Daya pompa dihitung dengan rumus sebagai berikut : (Al Layla, 1997)
𝜌. 𝑔. 𝑄. Ht
P=
η
Dimana :
P = daya pompa (watt) Q = debit max (m3/s)
𝜌 = massa jenis air (1 kg/m3) Ht = head pompa
g = percepatan gravitasi (m/s3) η = efisiensi pompa (80%)
Berikut perhitungan daya pompa untuk masing-masing jalur :
Jalur
kg m 2 m3
P = 1000 × 9,81 × 0,97 × 6,32 𝑚
m3 dtk0,8 dtk
P = 75174,03 watt = 75,17 KW
Contoh perhitungan HGL, EGL dan sisa tekan pada jalur transmisi adalah:
1. Titik:
- Faktor gesekan : 0,02
- Panjang pipa : 1,3 m
- Kecepatan (v) : 1,2 m/dtk
- Aksesoris pipa:
- Bend 90, k = 0,4
- Kontraksi, k = 0,5
- Gate valve, k = 0,12
- Check valve, k = 0,2
- Blow off, k = 0,25
- Total koefisien gesekan :
1,47 Sehingga ditentukan :
Head kecepatan
𝑣2 = (1,4 𝑚/𝑑𝑡𝑘)2
2𝑔 = 0,0999 𝑚 ≈ 0,1 𝑚
2 × 9,81 𝑚/𝑑𝑡𝑘 2
Δh mayor
𝑙 𝑣2
1,3
𝑓 = 0,02 0,1 𝑚 = 0,0028𝑚
𝑑 2𝑔
Δh minor 0,93
𝑣2
𝑘 = 1,47 × 0,1 𝑚 = 0,147 𝑚
2𝑔
Δh total = Δh mayor + Δh minor
= 0,0028 m + 0,147 m
= 0,15 m
Penentuan EGL dan HGL
elevasi di titik O = 0
head pompa = 6,32 𝑚 m
EGL 0 = elevasi+ head pompa
= 0 + 6,32 𝑚
= 6,32 m
HGL 0 = EGL 0 - 𝑣 2
2𝑔
= 6,32 𝑚 – 0,1 m
= 6,22 m
Penentuan sisa tekan
Sisa tekan = HGL 0 – elevasi
= 6,22 m – 0 m
= 6,22 m
4. Konstruksi
a. Merupakan bangunan yang terletak di bawah tanah, yang dibuat dari
konstruksi beton bertulang kedap air. Dinding bagian dalam dan lantai
hendaknya di plester halus. Sekat bak penampung terbuat dari konstruksi
beton bertulang dengan permukaan dinding diplester halus, dengan tebal
sekat bak penampung antara 0,15 – 0,25 m
b. Atap bak penampung terbuat dari konstruksi beton dengan permukaan
atasnya dilapisi TAR (coal TAR) dan dilengkapi talang air hujan.
Secara umum, fungsi reservoir adalah :
1. Jaringan distribusi
2. Reservoir (Storage Tank)
Terdapat beberapa hal penting untuk diperhatikan dalam distribusi,
yaitu:
a) Kualitas air yang sampai kepada konsumen harus memenuhi syarat air
minum.
b) Kuantitas air yang disediakan harus mencukupi, dalam arti dapat
memenuhi kebutuhan setiap saat.
c) Menghindari terjadinya kebocoran sepanjang jaringan distribusi
dengan perlengkapan dan peralatannya, sehingga dapat befungsi
efektif dan seefesien mungkin.
d) Tekanan dalam pengaliran harus dapat menjangkau daerah pelayanan
yang paling kritis, sehingga seluruh daerah pelayanan dapat tercukupi
kebutuhannya dengan sistem distribusi yang telah dirancang.
Sistem perpipaan yang biasanya digunakan sesuai dengan karakteristik
daerah pelayanan, yaitu:
1. Feeder System
a. Pola cabang
1) Digunakan pada kota yang bentuk dan perluasanya searah dan
memanjang
2) Jalur jalan tidak berhubungan satu sama lain
3) Daerah mempunyai penurunan yang teratur
4) Luas daerah relatif kecil.
b. Pola Grid
1) Bentuk dan penyebaran kota kesegala arah
2) Jaringan jalan saling berhubungan
3) Elevasi tanah relatif dalam
4) Pola gabungan.
b. Pipa cabang
1) Diameter dihitung dari banyaknya sambungan yamg dilayani
2) Kelas pipa bisa lebih rendah daripada pipa utama
3) Kecepatan maksimal sama dengan pipa utama.
c. Pipa pelayanan
1) Diameter ≤ 50 milimeter
2) Kecepatan minimal 0,3 meter/detik
3) Sisa tekan 6 meter.
Perhitungan A%
21+22,6
= 2 = 21,8 %
= 18335,57 M3/hari
1018,64 m2 = L2
√1018,64 𝑚2 =L
31,92 m = L
L = 31,92 m
Subsitusi nilai L, maka didapat nilai P sebagai
berikut. P : L = 3 : 1
P = 3L
P = 3 x 31.92 m
P = 95,76 m
Jadi,
4.6.2Perpipaan Distribusi
Perpipaan distribusi membentuk jaringan pipa yang terdiri dari pipa utama,
pipa cabang dan pipa service. Pipa utama merupakan pipa distribusi pada jaringan
terluar yang menghubungkan blok-blok pelayanan dalam kota dari reservoar ke
seluruh jaringan utama. Pipa cabang adalah pipa yang digunakan untuk menyadap
air langsung dari pipa induk untuk dialirkan ke suatu blok pelayanan. Pipa cabang
ini berhubungan dengan pipa service dimana diameternya ditentukan berdasarkan
banyaknya pipa service yang berhubungan dengan pipa cabang tersebut. Pipa
service merupakan pipa yang melayani langsung ke rumah-rumah.
Kriteria perpipaan distribusi:
a. Pipa utama
b. Pipa cabang
- Diameter dihitung dari banyaknya sambungan yang dilayani.
- Kecepatan maksimal sama dengan pipa utama.
- Tekanan minimum 10 m k a.
- Kelas pipa bisa lebih rendah daripada pipa utama.
c. Pipa pelayanan/Service
- Diameter ≤ 50 mm.
- Kecepatan minimal 0,3 m/dt.
- Sisa tekanan 6 m.
Berikut ini merupakan tabel perhitungan debit pada masing-masing zona di Kelurahan
Blotongan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga.
Tabel 4.14 Kebutuhan Air Tiap Zona
Zona Luas Jumlah Total Debit Factor Debit Yang
(m2) Disalurkan
Penduduk Kebutuhan Puncak
m3/s l/s m3/s l/s
(jiwa) Air (l/h)
4.7 Epanet
Jaringan pipa di Kelurahan Blontongan yaitu sebanyak 16 pipa. Hasil dari
aplikasi Epanet yaitu seperti yang tertera dibawah ini.
Pada tabel jaringan tiap pipa, untuk kecepatan aliran yang paling rendah
yaitu 0,39 m/s dan paling tinggi yaitu 0,86 m/s. Diameter pipa yang digunakan
dalam distribusi bervariasi, yaitu dari 80-200 mm. Kemudian, untuk debit yang
paling cepat yaitu 26,95 l/s dan yang paling lambat yaitu 1,62 l/s. Untuk unit
headloss yang paling kecil yaitu 0,32 m/km dan yang paling besar yaitu 0,98
m/km.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari penulisan Tugas Besar Teknik Penyediaan Air Bersih di
Kota Salatiga ini adalah:
1. Proyeksi penduduk yang dilakukan dengan cara 3 metode didapat hasil berupa:
Setelah dibandingkan dan dicari linieritas nya, yang paling akurat adalah
perhitungan dengan metode aritmatik (R2 = 1). Sehingga perhitungan
proyeksi penduduk yang digunakan adalah perhitungan dengan metode aritmatik.
2. Kebutuhan air total Kota Salatiga pada tahap I (2029) adalah 475,91 L/det dan
pada tahap II (2038) 519,18 L/det. Dimana tingkat kebocoran (25%) pada tahap I
(2029) adalah 118,98 L/det dan pada tahap II (2038) 129,8 L/det.
3. Fluktuasi kebutuhan air Kota Salatiga didapat debit puncak pada tahap I (2029)
adalah 1784,67 L/det dan pada tahap II (2038) 1946,69 L/det.
4. Sistem transmisi di Kota Salatiga menggunakan satu jalur dari sumber air
bakunya. Jalur transmisi ini juga menggunakan aksesoris pipa seperti koefisiend
bend 11,25, koefisien bend 22,5, koefisien bend 45⁰, koefisien gate valve,
koefisien check valve. Dari perhitungan transmisi didapat headloss totalnya
sebanyak 1,219 m, head pompanya sebanyak 6,32 m, dan daya pompanya
sebanyak 75,17 KW. Dari perhitungan EGL, HGl dan sisa tekanan di titik O-I
didapat EGL O = 6,32 m, HGL O = 6,22 m serta sisa tekanan di titik O-1 adalah
6,22 m.
5. Sistem distribusi Kelurahan Blotongan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga
dibagi menjadi 16 zona, dengan debit terbesar adalah 3,95 L/s dan yang terkecil
adalah 0,37 L/s. Jaringan pipa distribusi Kelurahan Blotongan, Kecamatan
Sidorejo, Kota Salatiga berjumlah 16 pipa, dan 1 reservoir dengan jumlah node
17 titik.
5.2 Saran
Adapun saran untuk Tugas Besar Teknik Penyediaan Air Bersih adalah sebagai
berikut:
1.Pada distribusi air bersih, sebaiknya dicari terlebih dahulu lokasi yang paling
tinggi elevasinya dari daerah tersebut untuk meletakkan reservoirnya.
2.Untuk jalur pipa distribusi, sebaiknya cari jalur yang terpendek untuk distribusi
air bersihnya. Kemudian jalur dengan daerah yang rata, atau elevasi yang tidak
naik turun.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Layla, dkk. 1978. Water Supply Engineering Design. Ann Arbor Science
Publishers : USA.
Al- Layla. 1980. Water Supply Engineering Design. Ann Arbor Science.
Informasi Dokter dan Apotek di Kota Salatiga. (10 April 2018). Diperoleh dari
http://dinkes.salatiga.go.id/?p=470
Jumlah penduduk di Kota Salatiga. (2014). Diperoleh dari
https://salatigakota.bps.go.id/
. (2015). Diperoleh dari https://salatigakota.bps.go.id/
. (2016). Diperoleh dari https://salatigakota.bps.go.id/
Jumlah Restoran dan Rumah Makan di Kabupaten Salatiga Provinsi Jawa Tengah.
(20 Agustus 2018). Diperoleh dari
https://jateng.bps.go.id/statictable/2017/10/30/1619/jumlah-restoran-rumah-
makan-menurut-kabupaten-kota-di-provinsi-jawa-tengah-2012-2016.html
Jumlah Rumah Sakit dan Puskesmas di Kota Salatiga. (13 April 2018). Diperoleh dari
http://dinkes.salatiga.go.id/?p=282
Kemala dan Rao, 1988, Perencanaan Sistem Distribusi Air Minum Perumnas
Driyorejo Kabupaten Gresik, Institut Teknologi Sepuluh November,
Surabaya.
Noviana bekti, dkk. 2015. Analisis Kesesuaian Perubahan Penggunaan Tanah
Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (Rtrw) Di Kota Salatiga Tahun
2003,2008, dan 2013. Jurnal Geodesi Undip Vol. 4, No. 4.
Pemerintah Republik Indonesia, 2001. Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun
2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air,
Jakarta.
Profil Kondisi Geografis Kota Salatiga. (2016). Diperoleh dari
http://si.disperakim.jatengprov.go.id/umum/detail_kondisi_geo/17
Rivai, Yuliana; Ali Masduki dan Bowo Djoko Marsono. 2006. Evaluasi Sistem
Distribusi dan Rencana Peningkatan Pelayanan Air Bersih PDAM Kota
Gorontalo. Jurnal SMARTek, Vol. 4 No. 2.
Sumantri, A. 2010. Kesehatan Lingkungan. Kencana: Jakarta