ABSTRAK
RAIDAH AFIFATUL HAQ. Perancangan Unit Bangunan Pengolahan Air Bersih
di Pondok Pesantren Baiturrahman Ciparay Bandung. Dibimbing oleh CHUSNUL
ARIF dan YANUAR CHANDRA WIRASEMBADA.
Kata kunci: biaya, debit air bersih, desain unit pengolahan air, parameter air.
ABSTRACT
RAIDAH AFIFATUL HAQ. Design of Water Treatment Unit at Baiturrahman
Islamic Boarding School Ciparay Bandung. Supervised by CHUSNUL ARIF
and YANUAR CHANDRA WIRASEMBADA.
Keywords: cost, clean water discharge, water treatment unit design, water
parameter.
4
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal lulus:
i
PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah Swt, karena hanya dengan
rahmat dan karunia-Nya skripsi yang berjudul “Perancangan Unit Bangunan
Pengolahan Air Bersih di Pondok Pesantren Baiturrahman Ciparay Bandung” ini
dapat diselesaikan. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan
pada Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan.
Penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan atas dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih disampaikan kepada:
1. Dr. Chusnul Arif, S.TP., M.Si dan Bapak Yanuar Chandra Wirasembada, S.T.,
M.Si selaku pembimbing skripsi yang senantiasa mengarahkan dan memberi
dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Tri Sudibyo, S.T., M.Sc selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan untuk penyempurnaan skripsi ini.
3. Orang tua, Bapak KH. Ir. Iman Abdurrahman dan ibu Maryati, S.Pdl serta
keluarga yang selalu memberikan dukungan dalam bentuk apapun.
4. Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA selaku Ketua Departemen Teknik Sipil dan
Lingkungan atas segala pembelajaran yang diberikan.
5. Pimpinan Pondok Pesantren Baiturrahman, Bapak Yamin Kamaludin yang telah
memberikan kemudahan dalam penelitian ini.
6. Teman-teman satu bimbingan, Fitriani, Yulvin, Ricky, dan Ridho Aarasyi yang
selalu saling mendukung.
7. Teman-teman yang berperan dalam proses penelitian, Ridho Aditya, Eviana,
Claudia, Ginar, Teguh, Revo, Aenur, Rekha, Nadia, dan Difa.
8. Teman-teman di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Pertanian
Bogor angkatan 51 (SIL 51) untuk semangat dan motivasi yang tiada henti dalam
penyelesaian skripsi ini.
Harapannya seluruh pihak yang terkait dapat memberikan saran, tanggapan,
dan solusi yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini
memberikan manfaat nyata terhadap perkembangan pendistribusian air bersih,
khususnya perkembangan di Pondok Pesantren Baiturrahman.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR LAMPIRAN iii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 3
Baku Mutu Air 3
Kebutuhan Air 3
Instalasi Pengolahan Air 4
METODE PENELITIAN 8
Waktu dan Lokasi 8
Alat dan Bahan 8
Prosedur Penelitian 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 13
Proyeksi Pertumbuhan Penduduk dan Kebutuhan Air 13
Kuantitas dan Kualitas Air Baku 15
Perancangan Pengolahan Air Bersih dan Tata Letak Pengolahan 17
Rencana Anggaran Biaya (RAB) 19
SIMPULAN DAN SARAN 20
Simpulan 20
Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 21
LAMPIRAN 23
RIWAYAT HIDUP 55
iii
DAFTAR TABEL
1. Data kebutuhan air tahun 2018 14
2. Proyeksi kebutuhan air tahun 2030 14
3. Debit produksi hasil pengolahan satu kali operasi (4 jam) 15
4. Debit produksi hasil pengolahan enam kali operasi (24 jam) 15
5. Hasil pengujian kualitas air baku 16
6. Perhitungan kosentrasi pasca pengolahan 16
7. Tahapan pekerjaan 20
DAFTAR GAMBAR
1. Contoh bangunan intake 4
2. Contoh unit koagulasi 5
3. Contoh unit flokulasi 6
4. Contoh unit sedimentasi 6
5. Contoh unit filtrasi 7
6. Diagram alir penelitian 12
7. Perbandingan penduduk 2017 dan 2030 13
8. Skema unit pengolahan air bersih 17
9. Kolam penampungan sementara 17
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi manusia sehingga menjadi hal
yang wajar jika sektor air bersih menjadi prioritas dalam penanganan dan
pemenuhannya (Vitta dan Agustina 2007). Kebutuhan air bersih tiap tahun
mengalami peningkatan sedangkan ketersediaan air bersih semakin terbatas,
dikarenakan semakin sempitnya daerah resapan, banyaknya pembangunan yang
tidak memperhatikan keseimbangan alam, dan eksploitasi sumber air baku yang
tidak memperhatikan kelestarian sumber air (Ariyanto 2007). Hal tersebut akan
menyebabkan terjadinya kekurangan suplai air bersih yang akan sangat berengaruh
pada berbagai faktor kehidupan manusia, baik kesehatan, ekonomi, dan lain
sebagainya (Tanudjaja et al 2013).
Pondok Pesantren Baiturrahman berlokasi di desa Cikoneng, kecamatan
Ciparay, kabupaten Bandung, provinsi Jawa Barat, dengan luas lahan sebesar empat
hektar. Dalam satu kawasan Pondok Pesantren Baiturrahman, terdapat kawasan
pemukiman guru, kawasan asrama putri, kawasan asrama putra, tempat makan
beserta dapur, masjid, UKS, dan gedung sekolah. Berdasarkan informasi dari
Pimpinan Pondok, saat ini Pondok Pesantren Baiturrahman menampung sekitar 600
jiwa. Debit air bersih saat ini dirasa kurang mencukupi kebutuhan air bersih untuk
seluruh sivitas. Kurangnya suplai air bersih di Pondok Pesantren Baiturrahman
seringkali menjadi alasan para murid untuk telat datang ke sekolah dan juga
menjadi alasan murid tidak mencuci pakaian, sehingga tidak jarang terdapat murid
yang terkena penyakit kulit.
Berdasarkan hasil survei terdapat air irigasi yang dialirkan ke Pondok
Pesantren Baiturrahman untuk mengaliri area persawahan. Akan tetapi, area
persawahan tersebut sudah dialih fungsikan menjadi area pembangunan lainnya,
sehingga terdapat peluang, bahwa air tersebut berpotensi untuk diolah menjadi air
bersih. Oleh karena itu diperlukan perancangan unit pengolahan air bersih untuk
memenuhi baku mutu air bersih seperti yang tertera pada Peraturan Pemerintah
Nomor 82 tahun 2001, sehingga air tersebut dapat didistribusikan kepada penduduk
di Pondok Pesantren Baiturrahman.
Faktor yang memengaruhi pemilihan unit pengolahan salah satunya
karakteristik air baku (Priambodo 2016). Tindakan peningkatan kualitas air
dilakukan melalui instalasi pengolahan air bersih dengan proses rekayasa teknologi.
Pengolahan air bisa dimulai dengan menggunakan sistem yang sederhana dan dapat
juga dengan pengolahan yang lengkap, sesuai dengan tingkat kebutuhan yang
diperlukan tergantung dari kualitas badan air yang akan diolah (Faradilla 2014).
Pemilihan unit pengolahan yang tepat dan efisien diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan air besih di Pondok Pesantren Baiturrahman. Selain pembuatan desain
instalasi pengolahan air, perlu juga dilakukan analisis rencana anggaran biaya
(RAB). Perhitungan rencana anggaran biaya (RAB) merupakan suatu cara
perhitungan harga satuan pekerjaan konstruksi yang dijabarkan per indeks bahan
bangunan dan upah kerja dengan harga bahan bangunan dan upah pekerja
berdasarkan standar daerah perencanaan untuk menyelesaikan harga pekerjaan dari
konstruksi tersebut (Marchelino et al 2016).
2
Perumusan masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Air adalah sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi kehidupan
manusia dan dalam sistem tata lingkungan air adalah unsur lingkungan (Silalahi
2002). Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan
menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih
adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Adapaun
persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi
kualitas fisik, kimia, biologi, dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak
menimbulkan efek samping (Permenkes No. 416 tahun 1990). Pemanfaatan air
sebagai air bersih dan air minum tidak dapat dilakukan secara langsung, akan tetapi
membutuhkan proses pengolahan terlebih dahulu. Pengolahan dilakukan agar air
tersebut memenuhi standar sebagai air bersih maupun air minum.
Klasifikasi mutu air menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 (PP No. 82
tahun 2001), ditetapkan menjadi empat kelas. Kelas satu, air yang peruntukannya
dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas dua, air
yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain
yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas empat, air
yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi, pertanaman dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
Kebutuhan Air
Menurut Ariyanto (2007), kebutuhan air adalah banyaknya jumlah air yang
dibutuhkan untuk keperluan rumah tangga, industri, penggelontoran kota, dan lain-
lain. Kebutuhan air bersih berbeda-beda, sesuai dengan kebiasaan pemakaian air di
setiap wilayah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik pemakaian
air adalah iklim, tingkat kesejahteraan penduduk, kesadaran masyarakat untuk
menghemat air, industri dan perdagangan, ukuran kota, tingkat pendidikan, jumlah
dan jenis fasilitas kota, dan kondisi air tanah (Putra 2012). Menurut Rahardjo
(2008), kriteria terpenuhinya kebutuhan air bersih bagi suatu masyarakat tertentu
menjadi suatu acuan dalam menentukan apakah masyarakat di suatu lokasi atau
desa sudah cukup sejahtera atau belum.
Adapun kebutuhan air dapat dibedakan berdasarkan dua sektor, yaitu sektor
domestik dan non domestik. Untuk mengetahui kriteria perencanaan air bersih pada
tiap-tiap kegiatan terlampir pada Lampiran 1. Kebutuhan air domestik untuk kota
dibagi dalam beberapa kategori, yaitu kota kategori I (Metropolitan), kota kategori
II (Kota besar), kota kategori III (Kota sedang), kota kategori IV (Kota kecil), kota
kategori V (Desa).
Intake
Intake berfungsi untuk menangkap air baku dari sumber sebelum masuk ke
instalasi pengolahan (Utami et al 2016). Intake adalah konstruksi yang dibangun di
sumber air baku untuk mengambil sejumlah air yang direncanakan. Beberapa lokasi
intake pada sumber air yaitu intake sungai, intake danau dan waduk, dan intake air
tanah. Jenis-jenis intake, yaitu intake tower, shore intake, intake crib, intake pipe
atau conduit, infiltration gallery, sumur dangkal dan sumur dalam (Arifiani dan
Hadiwidodo 2007).
Koagulasi – Flokulasi
Koagulasi adalah proses kimia fisik dari pencampuran bahan kimia ke dalam
aliran air dan selanjutnya diaduk secara cepat dalam bentuk larutan tercampur. Pada
proses koagulasi, air dari bak penampungan dipompakan ke bak koagulasi dan
diaduk cepat dengan koagulan (Yuliati 2006). Koagulan adalah bahan kimia yang
mempunyai kemampuan menetralkan muatan koloid dan mengikat partikel tersebut
sehingga membentuk flok atau gumpalan (Hammer 1986).
Beberapa jenis koagulan dalam praktek pengolahan air, antara lain
alumunium sulfat (Al2(SO4)3.14,3H2O), ferri klorida (FeCl3/ FeCl3.13,1H2O/
FeCl3.6H2O), ferri sulfat (Fe2(SO4)3.9H2O/ Fe2(SO4)3.36,9H2O), dan ferro sulfat
(FeSO4.7H2O) (Qasim et al 2000). Dalam tulisan Yuliati (2006), koagulan yang
banyak digunakan adalah koagulan anorganik dan koagulan organik. Alumunium
sulfat dan poly alumunium chloride (PAC) merupakan koagulan anorganik dengan
produksi terbanyak. Alumunium sulfat biasanya disebut juga sebagai tawas. Bahan
ini banyak dipakai, karena efektif untuk menurunkan kadar karbonat. Bahan ini
paling ekonomis (murah) dan mudah didapat pada pasaran serta mudah disimpan
(Suciati dan Sutrisno 1987).
Penambahan koagulan ke dalam air baku diikuti dengan pengadukan cepat
yang bertujuan untuk mencampur antara koagulan dengan koloid. Pengadukan
dapat dilakukan dengan menggunakan mixer (Hardyanti dan Fitri 2006) dan dapat
juga dilakukan dengan hidrolis sekat atau terjunan (BSN 2008).
(mekanis) (hidrolis)
(pneumatis)
Gambar 2 Contoh unit koagulasi
(mekanis) (hidrolis)
Gambar 3 Contoh unit flokulasi
Koagulasi dan flokulasi merupakan proses yang sangat berkaitan erat dimana
keberhasilan proses flokulasi sangat bergantung dari proses koagulasi yang
merupakan rangkaian proses pembentukan flok-flok. Pada kedua proses ini
dibutuhkan flocculating agent yaitu bahan kimia tertentu yang membantu proses
pembentukan flok (Yuliati 2006).
Sedimentasi
Filtrasi
Proses filtrasi adalah mengalirkan air hasil sedimentasi melalui media pasir.
Proses yang terjadi selama penyaringan adalah pengayakan, flokulasi antar butir,
sedimentasi antar butir, dan proses biologis. Dilihat dari segi desain kecepatan,
filtrasi dapat digolongkan menjadi saringan pasir cepat dan saringan pasir lambat
(Arifiani dan Hadiwidodo 2007). Pada proses pengolahan secara filtrasi, terjadi
masa pencucian ulang filter (backwash) dalam kurun waktu tertentu dengan
menggunakan air bersih sebanyak 50 m3 dalam sekali pencucian. Pencucian
tersebut dilakukan apabila kemampuan filter dalam menyaring polutan yang ada
memiliki efisiensi yang rendah dan media filtrasi mengalami titik jenuh (Asrifah
2015).
Desinfeksi
Reservoir
Air yang telah melalui proses pengolahan ditampung dalam suatu reservoir
sebelum didistribusikan ke konsumen. Kapasitas efektif reservoir adalah mampu
menampung air yang diproduksi selama minimum satu jam. Reservoir digunakan
8
pada sistem distribusi untuk meratakan aliran, untuk mengatur tekanan, dan untuk
keadaan darurat (Arifiani dan Hadiwidodo 2007).
Mengutip dalam tulisan Smaradhana et al (2016), dalam prakteknya air akan
diolah dari sumber air baku kemudian menuju transmisi air baku, setelah itu
dilakukan prasedimentasi dan dilakukan pengolahan dengan instalasi air baku yang
ditetapkan, kemudian disimpan di dalam reservoir lalu didistribusikan kepada
pelanggan. Pengerjaan awal akan dilakukan dengan merancang desain teknis
bangunan pengolahan air bersih serta menghitung biaya investasi pembangunan dan
biaya operasional yang akan dikeluarkan. Menurut Hammer (1986), kapasitas
reservoir dapat langsung dihitung dengan memperkirakannya sebesar 15%-20%
dari debit rata-rata.
METODE PENELITIAN
Prosedur Penelitian
1. Pengumpulan data
𝑃𝑛 = 𝑃𝑜 {1 + (𝑟 𝑥 𝑛)} (2)
Dimana Pn adalah jumlah penduduk tahun ke-n, Po adalah jumlah penduduk awal,
r adalah angka pertumbuhan penduduk, dan n adalah selisih tahun rencana dan
tahun awal.
Pengujian kualitas air baku mengacu kepada SNI 06-6989-2005, SNI 06-
6989-2004, SNI 6989:2009, SNI 6989:2011, APHA 4500 P-D-2012, APHA 3114-
C-2012, US EPA Methode No 200.7-2001, APHA 9221-E-2012, APHA 921-B-
2012, dan Colorimetri. Data kualitas air baku yang telah diuji, kemudian
dibandingkan dengan baku mutu yang berlaku, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor
82 (PP 2001). Kemudian parameter-parameter yang tidak sesuai dianalisis
menggunakan tabel removal efficiency untuk mengetahui pengolahan yang tepat.
Untuk mendapatkan nilai debit, dilakukan terlebih dahulu pengukuran kecepatan
aliran dengan flow meter, kemudian dilakukan pengukuran dimensi saluran.
Perhitungan debit dilakukan dengan persamaan (3). Nilai debit aliran per satuan
detik kemudian dianalisis untuk memprediksi besar debit hasil produksi. Pada
perhitungan diasumsikan kehilangan air saat pengolahan sebesar 15%.
𝑄 =𝐴𝑥𝑣 (3)
Data yang diperoleh dari hasil survei lapangan terdapat lahan kosong seluas
150 m2 yang bisa digunakan untuk pembangunan pengolan air bersih. Kriteria
perancangan dan persamaan tiap unit mengacu kepada SNI 6774:2008.
10
Perancangan unit dibuat menggunakan software AutoCAD 2010 untuk desain dua
dimensi dan tiga dimensi, dan SketchUp 2015 untuk tiga dimensi.
Adapun beberapa persmaan perancangan unit yang digunakan adalah sebagai
berikut:
𝑃 = 𝑃𝑑 + 𝑃𝑙 (4)
Dimana P adalah panjang total bak koagulasi (m). Pd adalah panjang terjunan
(m). Pl adalah panjang loncatan (m).
𝑉
𝐿= (5)
(P x 𝑦2 )
Dimana L adalah panjang total bak koagulasi (m). V adalah volume bak (m3).
y2 adalah tinggi ait di titik 2 setelah terjunan (m).
𝑉𝑜
𝑃𝑝 = (6)
(L x Hn)
V = Q x td (7)
Dimana V adalah volume bak (m3). Td adalah waktu detensi atau waktu
tinggal (detik). Q adalah debit air (m3/detik).
𝑉
𝐴= (8)
𝐻 𝑎𝑖𝑟
Dimana A adalah luas penampang bak (m2). V adalah volume bak (m3). H
adalah kedalaman air asumsi (m).
A=pxl (9)
Dimana A adalah luas penampang bak (m2). P adalah panjang bak (m). L
adalah lebar bak (m).
𝑈 𝑥 𝑡𝑑 𝑥 𝐺 2
ℎ= (10)
𝑔
𝑄
𝐴= (11)
𝑆𝐿
A=pxl (12)
Dimana A adalah luas penampang bak (m2). P adalah panjang bak (m). L
adalah lebar bak (m).
Pb = 15% x P (13)
Dimana Pb adalah panjang bak inlet. P adalah panjang bak total (m).
Dimana Lp adalah luas ruang lumpur (m2). H adalah tinggi lumpur (m).
Po = do+ds (15)
Dimana Po adalah panjang bak outlet (m). Do adalah diameter pipa outlet
(m). Ds adalaha jarak pipa ke bak (m).
N = 12 x Q0.5 (16)
Dimana N adalah jumlah bak filtrasi. Q adalah debit air masuk (m3/detik).
𝑄
𝐴𝑓𝑡 = (17)
𝑉𝑓
Dimana Aft adalah luas filtrasi (m2). Vf adalah kecepatan filter (m/detik).
A=pxl (18)
Dimana A adalah luas penampang bak (m2). P adalah panjang bak (m). L
adalah lebar bak (m).
5) Dimensi reservoir
V=PxLxH (19)
Mulai
Persiapan studi
Pengumpulan Data
Selesai
Gambar 6 Diagram alir penelitian
13
1237
1200
1000
800
657 661 2017
600 2030
464
400 307
234
200
75
35 33 65
0
Kebutuhan air bersih yang dianalisis terbagi menjadi enam sektor, yaitu
sektor perkantoran, sekolah, UKS, masjid, dapur, dan domestik. Pembagian
tersebut didasari oleh kebutuhan air harian yang berbeda di setiap sektor. Data
kebutuhan air di Pondok Pesantren Baiturrahman disajikan pada Tabel 1 dan Tabel
2. Acuan angka konsumsi air domestik di Pondok Pesantren Baiturrahman penulis
menggunakan acuan dari hasil survei Pudjastanto (2007). Menurut Direktur PDAM
Pudjastanto dalam penyajian hasil survei pada Dialog Penajaman Pola Konsumsi
dan Kebutuhan Pokok Minimal Nasional, Senin (05/03/2018) di Jakarta,
“Hasil survei yang dilakukan Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta Karya
pada 2006 menunjukkan setiap orang Indonesia mengkonsumsi air rata-rata sebanyak 144
liter per orang per hari. Dari sejumlah itu pemakaian terbesar untuk keperluan mandi, yakni
sebanyak 65 liter per orang per hari atau 45% dari total pemakaian air”.
keseluruhan yang mencakup murid, guru, dan pegawai lain yang tinggal di wilayah
Pondok Pesantren Baiturrahman. Berdasarkan Tabel 1, didapat angka kebutuhan air
bersih pada tahun 2017 sebesar 158,874 liter/hari atau sebesar 158.874 m3/hari.
Kemudian kebutuhan air bersih yang dianalisis berikutnya adalah kebutuhan
air bersih pada tahun 2030. Hasil analisis kebutuhan air bersih pada tahun 2030
akan dijadikan acuan minimal produksi air bersih yang akan direncanakan dari hasil
pengolahan. Hasil analisis tersebut disajikan pada Tabel 2.
Perencanaan pendistribusian air bersih pada tahun 2030 sama halnya seperti
pembagian sektor pada tahun 2017. Dapat dilihat pada Tabel 2, besar kebutuhan air
bersih pada tahun 2030 adalah sebesar 307,175 liter/hari atau sebesar 307.175
m3/hari. Artinya, pada pengolahan air yang akan dibuat, harus direncanakan hasil
produksi air bersih setiap harinya minimal 307.18 m3/hari. Jika hal ini dapat
terpenuhi, maka masalah kekurangan air di Pondok Pesantren Baiturrahman tidak
akan terulang.
15
Pada setiap kali operasi, diasumsikan besar kehilangan air sebesar 15% dari air yang
masuk ke pengolahan. Maka dalam satu kali operasi diprediksi hasil produksi air
sebesar 115.06 m3/hari, sehingga dalam satu hari (6 x 4jam) dapat diproduksi air
bersih sebesar 690.336 m3/hari, dengan debit tersebut maka kebutuhan air bersih
yang telah dianalisis sebelumnya, dapat terpenuhi dengan tiga kali operasi.
Tabel 4 Debit produksi hasil pengolahan enam kali operasi (24 jam)
Deskripsi Debit (m3/hari)
Inlet 812.16
Kehilangan air 121.82
Outlet 690.34
Analisis kualitas air baku perlu dilakukan untuk mengetahui unit pengolahan
yang tepat untuk mengolah air baku menjadi air bersih. Pengujian kualitas air baku,
mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 82 (PP 2001), tentang pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Kualitas yang yang dijadikan acuan
adalah kualitas kelas II atau kelas air bersih. Terdapat 25 parameter yang diuji, di
antaranya parameter fisika, kimia, dan mikrobiologi. Hasil pengujian tersebut
disajikan pada Lampiran 4. Dari 25 parameter tersebut, terdapat 10 parameter yang
tidak sesuai dengan baku mutu. Pada Tabel 5 berikut disajikan 10 parameter yang
tidak sesuai.
TSS merupakan parameter fisika, sedangkan BOD5, COD, kadmium,
tembaga, timbal, seng, nitrit, klorin bebas, dan deterjen adalah parameter kimia.
Hasil pengujian TSS didapatkan sebesar 296 mg/lt, sedangkan baku mutu hanya
sebesar 50 mg/lt. Diperlukan pengolahan yang dapat mereduksi TSS sebesar 246
16
mg/lt agar TSS memenuhi nilai minimal dari baku mutu. Nilai BOD5 hasil
pengujian didapat sebesar 15.02 mg/lt, sehingga perlu direduksi sebesar 12.02 mg/lt
untuk memenuhi baku mutu. Hasil pengujian COD asalah sebesar 43.81 mg/lt,
sehingga perlu direduksi sebesar 18.81 mg/lt untuk memenuhi baku mutu. Begitu
pun dengan parameter lainnya, besar nilai yang harus direduksi adalah selisih antara
hasil pengujian dan baku mutu.
begitu, konsentrasi TSS telah memenuhi baku mutu dengan unit pengolahan yang
digunakan tersebut.
Skema pengolahan yang sesuai dengan tata cara perencanaan unit instalasi
adalah dimulai dari intake. Pada penelitian ini tidak didesain intake karena telah
terdapat sebelumnya dan ditampung di kolam penampungan sementara. Kemudian
air dari kolam penampungan dialirkan ke unit koagulasi, flokulasi, sedimentasi,
filtrasi, dan kemudian ditampung di reservoir. Skema pengolahan disajikan pada
Gambar 8.
Perencanaan pengolahan ini menggunakan kolam penampungan sementara
sebagai bak prasedimentasi sehingga tidak diperlukan pembangunan unit
prasedimentasi. Kolam penampungan sementara disajikan pada Gambar 9. Kriteria
perencanan tiap unit pengolahan yang digunakan dalam perhitungan disesuaikan
dengan SNI 6774 (BSN 2008).
Kriteria desain seluruh unit berdasarkan SNI 6774 tahun 2008 terlampir pada
Lampiran 5. Kriteria desain terpilih dan perhitungan terlampir pada Lampiran 6.
Unit Koagulasi
koloid dan mengubah muatan elektrisnya. Misalnya molekul Al pada alum yang
bermuatan positif, akan menetralkan muatan koloid yang biasanya bermuatan
negatif.
Persyaratan G (nilai gradien kecepatan) pada SNI adalah >750, maka
ditetapkan G sebesar 800. Kemudian waktu detensi yang ditentukan di SNI adalah
1-5 detik, maka ditetapkan waktu detensi 5 detik dengan asumsi waktu tersebut
optimal untuk pengadukan cepat dan mendapatkan dimensi unit yang sesuai dengan
lahan. Unit koagulasi didesain dengan dimensi yaitu kedalaman asumsi 0.6 m
dengan freeboard 0.3 m, panjang total koagulasi 0.408 m dibulatkan menjadi 0.5 m,
lebar bak koagulasi seesar 1.941 m dibulatkan menjadi 1.95 m, dan panjang bak
penampung sebesar 1.518 m dibulatkan menjadi 1.52 m. Desain unit koagulasi
secara detail disajikan pada Lampiran 7.
Unit Flokulasi
Unit flokulasi adalah unit yang berfungsi untuk pengadukan lambat air baku
menggunakan koagulan dengan bertujuan terbentuknya flok-flok. Air yang sudah
bercampur koagulan dialirkan ke unit flokulasi, pada unit ini koagulan yang
bercampur air akan mengikat flok-flok kecil, sehingga bersatu menjadi flok-flok
besar. Unit flokulasi yang direncanakan adalah flokulasi hidrolis dengan tiga bak
dan dua kompartemen. Unit tersebut dipilih karena memiliki kelebihan dalam sisi
biaya yang murah dan mudah dalam pengoperasiannya.
Waktu detensi pada unit flokulasi ditetapkan selama 10 menit dengan nilai
gradien kecepatan (G) sebesar 60 /detik di kompartemen 1 dan 55/ detik pada
kompartemen 2. Dimensi bak dari hasil perhitungan didapat panjang bak sebesar 2
m, lebar 1 m, dan kedalaman 2.3 m untuk setiap bak. Desain unit flokulasi secara
detail disajikan pada Lampiran 7.
Unit Sedimentasi
Unit sedimentasi adalah unit yang berfungsi untuk proses pengendapan flok-
flok yang sudah terbentuk pada proses flokulasi. Air beserta flok-flok tersebut
dialirkan ke unit sedimentasi. Pada unit ini flok-flok besar secara gravitasi akan
mengisi zona lumpur, sehingga air sudah terpisah dari flok-flok besar. Flok yang
mengendap adalah flok besar yang memiliki berat jenis lebih besar disbanding berat
jenis air. Unit sedimentasi yang direncanakan adalah sedimentasi dalam bentuk
rectangular. Jenis unit tersebut dipilih karena memiliki kelebihan dalam biaya yang
murah dan mudah dalam pengoperasiannya.
Pada unit sedimentasi terdapat empat zona, yaitu zona inlet, zona
pengendapan, zona lumpur, dan zona outlet. Waktu detensi pada unit sedimentasi
ditetapkan selama 30 menit. Nilai bilangan Froud hasil perhitungan didapat sebesar
4.5x10-6, dengan syarat >10-5 maka nilai bilangan Froude memenuhi syarat. Nilai
bilangan Reynold hasil perhitungan didapat sebesar 528.65, dengan syarat <2000
maka nilai bilangan Reynolds memenuhi syarat. Pada unit sedimentasi dilakukan
pengurasan sebanyak satu kali dalam satu minggu.
Berdasarkan hasil perhitungan dimensi pada zona pengendapan, yaitu lebar 2
m, panjang 3 m, dan kedalaman 1 m. Pada zona inlet panjang bak 0.45 m. Zona
lumpur (trapesium) memiliki sisi 1 0.53 m, sisi 2 0.27 m, dan slope : 0.05. Zona
19
outlet panjang bak 0.3 m dan kedalaman bak 0.67 m. Desain unit sedimentasi secara
detail disajikan pada Lampiran 7.
Unit Filtrasi
Unit filtrasi adalah unit yang berfungsi sebagai unit penyaring flok-flok
ringan yang tidak terendapkan pada unit sedimentasi. Air dengan sisa flok-flok
kecil dialirkan melalui pipa manifold dan lateral dan akan melewati media
penyaring. Media penyaring yang digunakan adalah kerikil, anthrasit, dan pasir.
Berdasarkan perhitungan jumlah bak didapat satu buah bak saringan filtrasi
yang akan didesain pada perencanaan unit ini. Kecepatan penyaringan ditetapkan
sebesar 0.0025 m/detik. Dengan debit konstan, maka didapat dimensi bak filter
dengan lebar 1.38 m dan panjang bak 2.75 m. Serta dimensi bak outlet panjang 1
m, lebar 1.37 m, dan kedalaman 2.6 m. Desain unit filtrasi secara detail disajikan
pada Lampiran 7.
Reservoir
Berdasarkan skema unit pengolahan yang telah dibuat, maka dibuat tata letak
pengolahan seperti Lampiran 7. Tata letak pengolahan dibuat dengan lebar sebesar
4 m dan panjang pengolahan 25 m, sehingga luas keseluruhan pengolahan 100 m2.
Hasil interpretasi peta kontur menggunakan software Google Earth diketahui besar
slope dari pengolahan sebesar 0.04.
Pembuatan rencana anggaran biaya (RAB) didasari oleh harga stauan kerja
kabupaten Bandung. Harga satuan item pekerjaan terlebih dahulu dinalaisis
menggunakan koefisien yang telah ditetapkan oleh kabupaten Bandung. Volume
pekerjaan disesuaikan dengan desain bangunan pengolahan yang telah dibuat sesuai
dengan perhitungan. Pekerjaan pembangunan pengolahan air dibagi dalam lima
20
tahap, yaitu tahap pekerjaan tanah, pekerjaan pasangan dinding bata, pekerjaan
pengecatan, pekerjaan beton, dan pekerjaan perpipaan. Berdasarkan lima tahapan
kerja tersebut, didapat total biaya kerja sebesar Rp. 71,230,949,-. Total biaya
pekerjaan setiap unit pengolahan disajikan pada Tabel7 dan biaya lengkap
pekerjaan disajikan pada Lampiran 8.
Simpulan
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, diolah, dan dianalisis, maka dapat
disimpulkan hasil dari penelitian ini sebagai berikut:
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Kebutuhan air non domestik untuk kota kategori I, II, III, IV (lanjutan)
Sektor Nilai Satuan
Hotel 150 liter/bed/hari
Rumah makan 100 liter/tempat duduk/hari
Kompleks militer 60 liter/orang/hari
Kawasan industri 0.2-0.8 liter/detik/hektar
Kawasan pariwisata 0.1-0.3 liter/detik/hektar
PEMUKIMAN WARGA
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
JL. CIBODAS
CATATAN :
1. MASJID 10. DAPUR
2. SEKOLAH MENENGAH PERTAMA 11. LAPANGAN SEPAK BOLA
3. SEKOLAH MENENGAH ATAS 12. LAPANGAN BULUTANGKIS
1.
17
6 2.
1 2
10 3.
JL. CIBODAS
JUDUL GAMBAR :
12
15 13 DENAH
4 PONDOK PESANTREN BAITURRAHMAN
7
3 JENIS PEKERJAAN
PEMERIKSA PARAF
14
U Dr. CHUSNUL ARIF, S.TP, M.Si
YANUAR CHANDRA W, S.T., M.Si
MM 1 :1500
16 TANGGAL DIBUAT TANGGAL DIKOREKSI
27
28
Unit koagulasi
Unit Kriteria
Pengaduk
Tipe Hidrolis:
a. Terjunan
b. Saluran bersekat
Unit Flokulasi
Flokulator mekanis
Flokulator sumbu sumbu Flokulator
Kriteria umum
hidrolis horizontal vertikal clarifier
dengan pedal dengan bilah
G (gradien kecepatan) 60 (menurun) 60 (menurun) 70 (menurun)
100 - 10
1/detik -5 -5 -5
Waktu tinggal (menit) 30 - 45 30 - 40 20 - 40 20 - 100
Tahap flokulasi (buah) 6 -10 3 -6 2-4 1
Bukaan pintu/ Kecepatan Kecepatan Kecepatan
Pengendalian energi
sekat putaran putaran aliran air
Kecepatan aliran max
0.9 0.9 1.8 - 2.7 1.5 -0.5
(m/detik)
Luas bilah/pedal
- 5- 20 0.1 - 0.2 -
dibandingkan luas bak (%)
Kecepatan perputaran
- 1-5 8 - 25 -
sumbu (rpm)
Tinggi (m) 2-4
30
Unit Sedimentasi
Bak persegi aliran
Bak
Bak persegi vertika; Bak bundar
bundar
Kriteria umum (aliran (menggunakan (aliran vertikal Clarifier
(kontak
horizontal) pelat/tabung radial)
padatan)
pengendap)
Beban
permukaan 0.8 - 2.5 3.8 - 7.5 1.3 - 1.9 2-3 0.5 - 1.5
(m3/m2/jam)
Kedalaman (m) 3 -6 3 -6 3 -6 3 -6 0.5 - 1.0
Waktu tinggal
1.5 - 3 0.07 1-3 1-2 2 - 2.5
(jam)
Lebar / panjang > 1/5 - - - -
Beban pelimpah
< 11 < 11 3.8 - 15 7 - 15 7.2 10
(m3/m2/jam)
Bilangan
< 2000 < 2000 - - < 2000
Reynold
Kecepatan pada
pelat/tabung
- max 0.15 - - -
pengendap
(m/menit)
Bilangan Fraude > 10^-5 > 10^-5 - - > 10^-5
Kecepatan
vertikal - - - <1 <1
(cm/menit)
3 - 5%
Sirkulasi lumpur - - -
dari input
Kemiringan
dasar bak (tanpa 45o - 60 o 45 o - 60 o 45 o - 60 o > 60 o 45 o - 60 o
scraper)
Periode antar
pengurasan 12 - 24 8 - 24 12 - 24 Kontinyu 12 - 24
lumpur (jam)
Kemiringan
30 o / 60 o 30 o / 60 o 30 o / 60 o 30 o / 60 o 30 o / 60 o
tube/plate
Unit filtrasi
Jenis saringan
Unit Saringan biasa Saringan dengan Saringan
(gravitasi) pencucian antar saringan Bertekanan
Jumlah bak saringan N = 12 Q(0.5) minimum 5 bak -
Kecepatan penyaringan
6 - 11 6 - 11 12 - 33
(m/jam)
31
Unit filtrasi
Jenis saringan
Unit Saringan biasa Saringan dengan Saringan
(gravitasi) pencucian antar saringan Bertekanan
Pencucian
Tanpa/dengan Tanpa/dengan
Tanpa/dengan blower &
- Sistem pencucian blower & atau blower & atau
atau surface wash
surface wash surface wash
- Kecepatan (m/jam) 36 - 50 36 - 50 72 - 196
- Lama pencucian (menit) 10 -15 10 - 15 -
- Periode antara dua
18 - 24 18 - 24 -
pencucian (jam)
- Ekspansi (%) 30 - 50 30 - 50 30 - 50
Media pasir:
- tebal (mm) 300 - 700 300 - 700 300 - 700
- single media 600 - 700 600 - 700 600 - 700
- media ganda 300 - 600 300 - 600 300 - 600
- ukuran efektif, ES (mm) 0.3 - 0.7 0.3 - 0.7 -
- koefisien keseragaman,
1.2 - 1.4 1.2 - 1.4 1.2 - 1.4
UC
- berat jenis (kg/dm3) 2.5 - 2.65 2.5 - 2.65 2.5 - 2.65
- porositas 0.4 0.4 0.4
- kadar SiO2 > 95% > 95% > 95%
Media antrasit:
- tebal (mm) 400 -500 400 -500 400 -500
- ES (mm) 1.2 - 1.8 1.2 - 1.8 1.2 - 1.8
- UC 1.5 1.5 1.5
- berat jenis (kg/dm3) 1.35 1.35 1.35
- porositas 0.5 0.5 0.5
Filter botom/dasar saringan
1) Lapisan penyangga dari
atas ke bawah
- kedalaman (mm) 80 - 100 80 - 100 -
ukuran butir (mm) 2-5 2-5 -
- kedalaman (mm) 80 - 100 80 - 100 -
ukuran butir (mm) 5 - 10 5 - 10 -
2) Filter Nozel
- lebar slot nozel (mm) < 0.5 < 0.5 , 0.5
- prosentase luat slot nozel
> 4% > 4% > 4%
terhadap luas filter (%)
32
A Koagulasi
1 Q : 9.4 liter/detik
2 Q : 0.0094 m3/detik
3 G : 800 /detik
4 td : 5 detik
5 Ln : 1.2 m
6 Cd : 1.2
7 μ : 0.0009 kg/m.detik
8 ρ : 997 kg/m3
o
9 T(suhu) : 25 C
10 Head loss yang dibutuhkan (HL) : 0.294 m
11 Tinggi air pada ambang (Hn)/h : 0.017 m
12 q : 0.008 m2/detik
13 asumsi H : 0.6 m
14 Bilangan terjunan (D) : 2.90E-05
15 Panjang terjunan (Pd) : 0.154 m
16 y1 : 0.004 m
17 y2 : 0.059 m
18 y2/y1 : 15.529 >2.4
19 Panjang loncatan antara 4.3-5.2 kali y2 : 0.255 m
20 P total koagulasi : 0.408 m
21 Volumen bak koagulasi : 0.047 m3
22 Lebar bak koagulasi (Lk) : 1.941 m
23 asumsi bak penampung sebelum ambang : 0.050 m3
24 Panjang bak penampung (Pp) : 1.518 m
B Flokulasi
1 Volume bak minimum, Vol : 5.64 m3
2 Luas penampang bak, A : 2.82 m2
3 Menentukan dimensi bak
• Lebar bak : 1.19 m
• panjang bak, P : 2.37 m
4 Menentukan tinggi terjunan, h
µ′ 𝑥 𝑡𝑑 𝑥 𝐺 2
h=
• Kompartemen 1 : 𝑔 : 0.18 m
• Kompartemen 2 : : 0.16 m
33
UNIT SEDIMENTASI
C Sedimentasi
a Zona Pengendapan
1 Menentukan dimensi bak
• Debit, Q : 0.0094 m³/dtk
• Surface loading, SL : 50 m³/m² hari
• Luas penampang bak yang dibutuhkan, A : 2.7072 m2
• Perbandingan panjang : lebar : 1:4
Lebar bak sedimentasi, L : 0.82 m
Panjang bak sedimentasi, P : 3.29 m
• Menentukan kedalaman bak, H: :
Asumsi waktu detensi, td : 1800 detik
Volume bak minimum : 16.92 m3
Kedalaman bak, H : 2.82 m
Syarat kedalaman: : 1<H<3
Kondisi : OK
2 Mengecek kondisi aliran Reynold
• Jari-jari hidrloki, R : 0.5 m
• Bilangan Reynold, Nre : 1978.70
Syarat Nre : <2000
Kondisi : OK
3 Mengecek kondisi aliran Froud
• Kecepatan awal, vₒ : 0.0047 m/detik
• Bilangan Froud : 4.5.10-5
Syarat NFr : >10-5
Kondisi : OK
4 Desain sekat
• Rencana jumlah sekat : 5 sekat
6 ruang
• Lebar rencana satu ruangan yang dibatasi 2 sekat, L' : 0.31 m
• Cek lagi bilangan Reynold
Jari-jari hidrolik, R : 0.13 m
Bilangan Reynold, Nre : 528.61
Kondisi : OK
• Cek lagi bilangan Froud
Kecepatan awal, vₒ : 0.003 m/detik
Bilangan Froud : 8.76 . 10-5
Kondisi : OK
34
b Zona Inlet
1 Dimensi bak inlet
• Luas bak inlet, A bakinlet : 2 m
• Panjang bak inlet, P inlet : 0.45 m
• Volumen bak inlet, Vol inlet : 0.9 m
• Penampang bak inlet, Ainlet : 0.03 m
• diameter inlet, d inlet : 200 mm
2 Dimensi lubang
• Kecepatan aliran di lubang, VL : 0.075 m/detik
• Diameter lubang, DL : 66.67 mm
•Luas penampang lubang, AL : 0.003 m2
•Debit di lubang, QL : 0.0003 m3/det
• Banyaknya lubang, nL : 36 lubang
• Rencana peletakkan lubang
n horizontal : 6
n vertikal : 6
3 Perhitungan jarak lubang
• Perhitungan jarak pada 1 ruang bak pengendap, diketahui : 0.31 m
Lebar ruang (di antara 2 sekat), L skt : 1 m
Kedalaman sekat, H skt :
• Jarak tepi lubang ke tepi sekat horizontal, JLH : 0.12 m
• Jarak tepi lubang ke tepi sekat vertikal, JLV : 0.17 m
• Jarak antar lubang vertikal, JLL : 0.05 m
4 Penentuan diameter pipa inlet
• Debit pipa inlet Qpipa : 0.0094 m3/deti
• Luas penampang pipa, A pipa : 0.03 m2
• Diameter pipa inlet, D ppa : 200 mm
• Cek kecepatan aliran dengan diameter yang dipilih
Luas penampang pipa terpilih : 0.03 m2
Kecepatan aliran di pipa terpilih : 0.30 m/detik
Kondisi :
c Zona Lumpur
1 Perhitungan volume lumpur per hari
• Kekeruhan air baku : 35.5 NTU
• konsentrasi endapan, C : 0.03 kg/m³
• Berat lumpur per hari : 4.06 kg/hari
• Volume lumpur kering : 0.004 m³/hari
• Volume lumpur basah per hari : 0.08 m³/hari
35
d Zona Outlet
1 Perhitungan Gutter dan V-notch
• Jumlah gutter yang dibutuhkan, n : 1 buah
• Maka, debit masing-masing gutter, Qg : 0.33 cfs
• Tinggi air di dalam gutter, Ho : 11.57 cm
• Lebar gutter, Bp : 17.36 cm
• Tinggi gutter, Hp : 20.81 cm
Hp = Ho + 15%Ho + tinggi air di Vnotch + freeboard
• Debit di V-notch, Qvn : 0.00076 m³/dt
• Total V-notch yang dibutuhkan tiap gutter : 12 buah V-notch
V-notch punya 2 sisi, maka satu sisi mempunyai : 6 buah V-notch
• Tinggi freeboard : 0.025 m
• Lebar muka air V-notch, Lavn : 0.1 m
• Lebar pintu V-notch, Lvn : 0.15 m
36
UNIT FILTRASI
D Filtrasi
1 Perhitungan unit filtrasi
• Debit Filtrasi, Q : 0.0094 m3/det
• Jumlah bak, n : 1
• Kecepatan filter, Vf : 0.0025 m/det
• A filtrasi total, Aft : 3.76 m2
• A tiap filtrasi, Af : 3.76 m2
2 Perhitungan dimensi bak
P:L : 2
• Lebar : 1.37 m
• Panjang : 2.74 m
3 Perhitungan dimensi under drain
ORIFICE
• A orifice : A bak : 0.00
• D orifice : 0.02 m
• A orifice : 0.01 m2
• A tiap orifice : 0.0003 m2
• jumlah orifice : 42
LATERAL
• A lateral : A orifice : 3
• Jarak antar lateral : 0.25 m
• Jarak lateral - dinding : 0.2 m
• A Lateral Total : 0.04 m2
37
D Filtrasi (lanjutan)
• Panjang manifold : 2.34 m
• Jumlah Lateral : 19
• Orifice 1 lateral : 2
• A tiap lateral : 0.002 m
• Diameter lateral : 0.05 m
MANIFOLD
• A manifold : A lateral : 2
• A manifold : 0.08 m2
• Diameter manifold : 0.32 m
• Panjang Lateral tiap sisi : 0.65 m
• Jarak antar orifice : 0.04 m
4 Media Penyaring
ANTHARASIS
• Tebal, Ls : 0.5 m
• Ukuran elektif, ɸ : 500 mm
• Porositas awal, Po : 0.55
PASIR
• Tebal, Lc : 0.6 m
• Ukuran elektif, ɸ : 600 mm
• Porositas awal, Po : 0.42
KERIKIL
• Tebal, Lt : 0.1 m
• Ukuran elektif, ɸ : 100 mm
• Porositas awal, Po : 0.5
5 Perhitungan HL pada sistem under drain
• Debit Tiap bak : 0.0094 m3/det
• Orifice
• Debit orifice : 0.00 m3/det
• Kecepatan Orifice : 0.71 m/det
• Hl orifice : 0.04 m
• Lateral
• Debit lateral : 0.00 m3/det
• Kecepatan Lateral : 0.24 m/det
• Hl lateral : 0.00 m
• Manifold
• Debit manifold : 0.01 m3/det
• Kecepatan manifold : 0.12 m/det
• Hl manifold : 0.00 m
• Hl filtrasi : 0.3220102 m
6 Perhitungan Backwash
• Kecepatan backwash : 0.01 m/det
38
D Filtrasi (lanjutan)
Pasir
• Porositas akhir filtrasi , Po' : 0.17
• Porositas ekspansi, Pe : 0.46 ps
• Tinggi ekspansi, Le : 0.93 m
• Persentase Ekspansi : 54.54 %
• Hl pasir : 0.82 m
Antharasit
• Porositas akhir filtrasi, Po' : 0.20
• Porositas ekspansi, Pe : 0.532 ps
• Tinggi ekspansi, Le : 0.86 m
• Persentase Ekspansi : 71.32 %
• Hl antharasit : 0.66 m
• Hl backwash : 1.49 m
• Debit pencucian : 0.04 m3/det
• Waktu densitas : 300 det
• Volume air pencucian : 11.28 m3
7 Perhitungan zona outlet filtrasi
• Sl : 0.002
• Jarak antar v notch : 0.05 m
• Tinggi muka air v notch : 0.05 m
• Freeboard v notch : 0.025 m
• Kedalaman bak : 2.58 m
• jumlah gutter : 2 buah
• Debit masing-masing gutter : 0.00 m3/det
Untuk satu gutter
• Q gutter dalam cfs : 0.17 cfs
• Kedalaman air gutter (ft) : 0.29 ft
• Kedalaman air gutter : 0.09 m
• Lebar gutter : 0.13 m
• Tinggi Gutter : 0.17 m
• Debit v notch : 0.001 m3/det
• V notch/gutter : 6
• V notch tiap sisi gutter : 3
• tinggi freeboard : 0.025 m
• Lebar muka air v notch : 0.1 m
• lebar pintu air v notch : 0.15 m
• Panjang gutter : 2.74 m
• Jarak tiap v notch : 0.57 m
• Jarak antar gutter : 0.075 m
• Saluran Pengumpul
• Luas penampang outlet : 0.02 m2
39
D Filtrasi (lanjutan)
• diameter outlet : 0.17 m2
• Kecepatan outlet : 0.42 m/det
8 Dimensi bak outlet
• Panjang : 1 m
• Lebar : 1.37 m
• Kedalaman : 2.58 m
40
Lampiran 7 Gambar Detail Engineering Design (DED) 41
500
SEDIMENTASI
2000
2200
1000
1380
FLOKULASI
500
1950
RESERVOIR
KOAGULASI
FILTRASI
2.
3.
JUDUL GAMBAR :
PENELITIAN
+758.0 +757.9 +757.5
+757.8 +757.6
+757.4 PEMERIKSA PARAF
+757.3
+757.2 +757.1
+757.0
Dr. CHUSNUL ARIF, S.TP., M.Si
YANUAR C. W., S.T., M.Si
MM 1 : 100
2320
1520 500 150 150
150 DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
5 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
A
2250
1950
A
150
DENAH KOAGULASI NO TANGGAL REVISI PARAF
SKALA 1:40
1.
2.
3.
JUDUL GAMBAR :
JENIS PEKERJAAN
PENELITIAN
2320
150 1520 500 150
PEMERIKSA PARAF
5
Dr. CHUSNUL ARIF, S.TP., M.Si
1050
KE FLOKULASI
YANUAR C. W., S.T., M.Si
PIPA INLET 100
DARI INTAKE
DIGAMBAR OLEH NIM
150
GAMBAR POTONGAN A-A
SKALA 1:40 RAIDAH AFIFATUL H. F44140002
SATUAN SKALA
MM 1 : 40
A A
1300
1000
150
DENAH FLOKULASI
SKALA 1:70
2.
3.
JUDUL GAMBAR :
JENIS PEKERJAAN
150
6600 PENELITIAN
2000 150 2000 150 2000 150
160
MM 1 : 70
150 150
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
4350 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
150 450 530 2470 300 150
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
150
175
100
2.
3.
JUDUL GAMBAR :
JENIS PEKERJAAN
150 150
4350 PENELITIAN
450 150 3000 300 150
DARI FLOKULASI
820
1000
1150
MM 1 : 50
A
A
1680
1380
PIPA INLET 200 PIPA OUTLET 200
DARI SEDIMENTASI 140 KE RESERVOIR
150
DENAH FILTRASI
SKALA 1:50
3.
JUDUL GAMBAR :
4200
150 JENIS PEKERJAAN
150 2750 1000 150
PENELITIAN
170
PEMERIKSA PARAF
150
GAMBAR POTONGAN A-A SATUAN SKALA
SKALA 1:50
MM 1 : 50
4600
150 4300 150 150
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
500
MANHOLE
500
A
2200
2500
PIPA INLET 200
DARI FILTRASI
PIPA DISTRIBUSI 50
500
2.
3.
JUDUL GAMBAR :
DED RESERVOIR
4600
150 4300 150
150
JENIS PEKERJAAN
PENELITIAN
PEMERIKSA PARAF
DARI FILTRASI
PIPA DISTRIBUSI 50
SATUAN SKALA
MM 1 : 50
GAMBAR POTONGAN A-A 150
SKALA 1:50
TANGGAL DIBUAT TANGGAL DIKOREKSI
RIWAYAT HIDUP