Anda di halaman 1dari 57

PERANCANGAN UNIT BANGUNAN PENGOLAHAN AIR

BERSIH DI PONDOK PESANTREN BAITURRAHMAN


CIPARAY BANDUNG

RAIDAH AFIFATUL HAQ

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
2

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN


SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perancangan Unit


Bangunan Pengolahan Air Bersih di Pondok Pesantren Baiturrahman Ciparay
Bandung adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2018

Raidah Afifatul Haq


NIM F44140002
3

ABSTRAK
RAIDAH AFIFATUL HAQ. Perancangan Unit Bangunan Pengolahan Air Bersih
di Pondok Pesantren Baiturrahman Ciparay Bandung. Dibimbing oleh CHUSNUL
ARIF dan YANUAR CHANDRA WIRASEMBADA.

Kebutuhan air bersih yang terus bertambah di Pondok Pesantren


Baiturrahman menyebabkan terjadinya kekurangan air. Air irigasi yang berlebih
dapat diproses untuk air bersih sebagai solusi kekurangan air. Tujuan penelitian ini
untuk menganalisis kebutuhan air bersih, menganalisis kualitas dan kuantitas air
baku, merancang desain unit pengolahan air bersih, dan membuat rencana anggaran
biaya (RAB) bangunan pengolahan air. Waktu penelitian berlangsung dari Maret
sampai Juni 2018. Analisis kebutuhan air bersih berdasarkan proyeksi pertumbuhan
penduduk 10 tahun mendatang. Analisis kualitas dan kuantitas air baku berdasarkan
uji sampel dan pengukuran debit air irigasi. Perancangan desain pengolahan
berdasarkan SNI 6774:2008. Pada tahun 2030 kebutuhan air bersih sebesar 307.18
m3/hari. Pada hasil uji sampel air terdapat 10 parameter air yang tidak sesuai baku
mutu. Debit hasil pengukuran sebesar 9.4 liter/detik. Produksi air bersih dari air
irigasi sebesar 690.34 m3/hari. Perancangan desain unit pengolahan terpilih dimulai
dari intake, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan reservoir. Biaya
pembangunan yang dibutuhkan sebesar Rp. 71.230.949,-.

Kata kunci: biaya, debit air bersih, desain unit pengolahan air, parameter air.

ABSTRACT
RAIDAH AFIFATUL HAQ. Design of Water Treatment Unit at Baiturrahman
Islamic Boarding School Ciparay Bandung. Supervised by CHUSNUL ARIF
and YANUAR CHANDRA WIRASEMBADA.

The increasing of clean water demand at Baiturrahman Islamic Boarding


School is causing water shortages. Irrigation water can be process to get clean water
as water shortage solution. This research aimed to analyze clean water demand, to
analyze the quality and the quantity of raw water, to design the water treatment unit,
and to calculate construction cost (RAB) of water treatment unit. The study was
conducted from March to June 2018. The analysis of clean water demand was based
on the projected of population growth for the next 10 years. Analysis of quality and
quantity of raw water was based on water quality test and discharge measurement
of irrigation water. Designing of the processing unit was based on SNI 6774:2008.
In 2030 clean water demand were 307.18 m3/day. Water quality test result showed
that 10 parameters didn’t meet the standard. The measurement discharge was 9.4
liters/sec. The production of clean water from irrigation water was 690.34 m3/day.
The design sequences of selected processing unit started from intake, coagulation,
floculation, sedimentation, filtration, and reservoir. The total construction cost
required was Rp. 71,230,949, -.

Keywords: cost, clean water discharge, water treatment unit design, water
parameter.
4

PERANCANGAN UNIT BANGUNAN PENGOLAHAN AIR


BERSIH DI PONDOK PESANTREN BAITURRAHMAN
CIPARAY BANDUNG

RAIDAH AFIFATUL HAQ

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
5

Judul Penelitian : Perancangan Unit Bangunan Pengolahan Air Bersih di Pondok


Pesantren Baiturrahman Ciparay Bandung
Nama : Raidah Afifatul Haq
NIM : F44140002

Disetujui oleh

Dr. Chusnul Arif, S.TP. M.Si Yanuar Chandra W, S.T., M.Si


Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nora H Pandjaitan, DEA


Ketua Departemen

Tanggal lulus:
i

PRAKATA

Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah Swt, karena hanya dengan
rahmat dan karunia-Nya skripsi yang berjudul “Perancangan Unit Bangunan
Pengolahan Air Bersih di Pondok Pesantren Baiturrahman Ciparay Bandung” ini
dapat diselesaikan. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan
pada Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan.
Penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan atas dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih disampaikan kepada:
1. Dr. Chusnul Arif, S.TP., M.Si dan Bapak Yanuar Chandra Wirasembada, S.T.,
M.Si selaku pembimbing skripsi yang senantiasa mengarahkan dan memberi
dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Tri Sudibyo, S.T., M.Sc selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan untuk penyempurnaan skripsi ini.
3. Orang tua, Bapak KH. Ir. Iman Abdurrahman dan ibu Maryati, S.Pdl serta
keluarga yang selalu memberikan dukungan dalam bentuk apapun.
4. Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA selaku Ketua Departemen Teknik Sipil dan
Lingkungan atas segala pembelajaran yang diberikan.
5. Pimpinan Pondok Pesantren Baiturrahman, Bapak Yamin Kamaludin yang telah
memberikan kemudahan dalam penelitian ini.
6. Teman-teman satu bimbingan, Fitriani, Yulvin, Ricky, dan Ridho Aarasyi yang
selalu saling mendukung.
7. Teman-teman yang berperan dalam proses penelitian, Ridho Aditya, Eviana,
Claudia, Ginar, Teguh, Revo, Aenur, Rekha, Nadia, dan Difa.
8. Teman-teman di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Pertanian
Bogor angkatan 51 (SIL 51) untuk semangat dan motivasi yang tiada henti dalam
penyelesaian skripsi ini.
Harapannya seluruh pihak yang terkait dapat memberikan saran, tanggapan,
dan solusi yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini
memberikan manfaat nyata terhadap perkembangan pendistribusian air bersih,
khususnya perkembangan di Pondok Pesantren Baiturrahman.

Bogor, Juli 2018

Raidah Afifatul Haq


ii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR LAMPIRAN iii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 3
Baku Mutu Air 3
Kebutuhan Air 3
Instalasi Pengolahan Air 4
METODE PENELITIAN 8
Waktu dan Lokasi 8
Alat dan Bahan 8
Prosedur Penelitian 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 13
Proyeksi Pertumbuhan Penduduk dan Kebutuhan Air 13
Kuantitas dan Kualitas Air Baku 15
Perancangan Pengolahan Air Bersih dan Tata Letak Pengolahan 17
Rencana Anggaran Biaya (RAB) 19
SIMPULAN DAN SARAN 20
Simpulan 20
Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 21
LAMPIRAN 23
RIWAYAT HIDUP 55
iii

DAFTAR TABEL
1. Data kebutuhan air tahun 2018 14
2. Proyeksi kebutuhan air tahun 2030 14
3. Debit produksi hasil pengolahan satu kali operasi (4 jam) 15
4. Debit produksi hasil pengolahan enam kali operasi (24 jam) 15
5. Hasil pengujian kualitas air baku 16
6. Perhitungan kosentrasi pasca pengolahan 16
7. Tahapan pekerjaan 20

DAFTAR GAMBAR
1. Contoh bangunan intake 4
2. Contoh unit koagulasi 5
3. Contoh unit flokulasi 6
4. Contoh unit sedimentasi 6
5. Contoh unit filtrasi 7
6. Diagram alir penelitian 12
7. Perbandingan penduduk 2017 dan 2030 13
8. Skema unit pengolahan air bersih 17
9. Kolam penampungan sementara 17

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kriteria perencanaan air bersih 23


2. Denah Pondok Pesantren baiturrahman 25
3. Hasil proyeksi pertumbuhan penduduk 27
4. Hasil uji kualitas air baku 28
5. Kriteria desain pengolahan SNI 6774:2008 29
6. Desain pengolahan terpilih 32
7. Gambar detail engineering design (DED) 41
8. Rencana Anggaran Biaya (RAB) 53
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi manusia sehingga menjadi hal
yang wajar jika sektor air bersih menjadi prioritas dalam penanganan dan
pemenuhannya (Vitta dan Agustina 2007). Kebutuhan air bersih tiap tahun
mengalami peningkatan sedangkan ketersediaan air bersih semakin terbatas,
dikarenakan semakin sempitnya daerah resapan, banyaknya pembangunan yang
tidak memperhatikan keseimbangan alam, dan eksploitasi sumber air baku yang
tidak memperhatikan kelestarian sumber air (Ariyanto 2007). Hal tersebut akan
menyebabkan terjadinya kekurangan suplai air bersih yang akan sangat berengaruh
pada berbagai faktor kehidupan manusia, baik kesehatan, ekonomi, dan lain
sebagainya (Tanudjaja et al 2013).
Pondok Pesantren Baiturrahman berlokasi di desa Cikoneng, kecamatan
Ciparay, kabupaten Bandung, provinsi Jawa Barat, dengan luas lahan sebesar empat
hektar. Dalam satu kawasan Pondok Pesantren Baiturrahman, terdapat kawasan
pemukiman guru, kawasan asrama putri, kawasan asrama putra, tempat makan
beserta dapur, masjid, UKS, dan gedung sekolah. Berdasarkan informasi dari
Pimpinan Pondok, saat ini Pondok Pesantren Baiturrahman menampung sekitar 600
jiwa. Debit air bersih saat ini dirasa kurang mencukupi kebutuhan air bersih untuk
seluruh sivitas. Kurangnya suplai air bersih di Pondok Pesantren Baiturrahman
seringkali menjadi alasan para murid untuk telat datang ke sekolah dan juga
menjadi alasan murid tidak mencuci pakaian, sehingga tidak jarang terdapat murid
yang terkena penyakit kulit.
Berdasarkan hasil survei terdapat air irigasi yang dialirkan ke Pondok
Pesantren Baiturrahman untuk mengaliri area persawahan. Akan tetapi, area
persawahan tersebut sudah dialih fungsikan menjadi area pembangunan lainnya,
sehingga terdapat peluang, bahwa air tersebut berpotensi untuk diolah menjadi air
bersih. Oleh karena itu diperlukan perancangan unit pengolahan air bersih untuk
memenuhi baku mutu air bersih seperti yang tertera pada Peraturan Pemerintah
Nomor 82 tahun 2001, sehingga air tersebut dapat didistribusikan kepada penduduk
di Pondok Pesantren Baiturrahman.
Faktor yang memengaruhi pemilihan unit pengolahan salah satunya
karakteristik air baku (Priambodo 2016). Tindakan peningkatan kualitas air
dilakukan melalui instalasi pengolahan air bersih dengan proses rekayasa teknologi.
Pengolahan air bisa dimulai dengan menggunakan sistem yang sederhana dan dapat
juga dengan pengolahan yang lengkap, sesuai dengan tingkat kebutuhan yang
diperlukan tergantung dari kualitas badan air yang akan diolah (Faradilla 2014).
Pemilihan unit pengolahan yang tepat dan efisien diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan air besih di Pondok Pesantren Baiturrahman. Selain pembuatan desain
instalasi pengolahan air, perlu juga dilakukan analisis rencana anggaran biaya
(RAB). Perhitungan rencana anggaran biaya (RAB) merupakan suatu cara
perhitungan harga satuan pekerjaan konstruksi yang dijabarkan per indeks bahan
bangunan dan upah kerja dengan harga bahan bangunan dan upah pekerja
berdasarkan standar daerah perencanaan untuk menyelesaikan harga pekerjaan dari
konstruksi tersebut (Marchelino et al 2016).
2

Perumusan masalah

Rumusan masalah yang menjadi dasar untuk melakukan perancangan unit


bangunan pengolahan air bersih di Pondok Pesantren Baiturrahman adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana pertumbuhan penduduk dan peningkatan kebutuhan air bersih
di Pondok Pesantren Baiturrahman?
2. Bagaimana kualitas dan kuantitas air irigasi sawah untuk kebutuhan air
bersih sivitas Pondok Pesantren Baiturrahman?
3. Bagaimana desain unit pengolahan air bersih dengan air baku air irigasi
sawah yang akan digunakan?
4. Berapa besar biaya total pembangunan pengolahan air bersih?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari perancangan unit bangunan pengolahan air bersih di Pondok


Pesantren Baiturrahman ini adalah:
1. Menganalisis kebutuhan air bersih di Pondok Pesantren Baiturrahman.
2. Menganalisis kualitas dan kuantitas air baku untuk memenuhi kebutuhan air
bersih Pondok Pesantren Baiturrahman.
3. Merancang bangunan pengolahan air bersih.
4. Membuat rencana anggaran biaya (RAB) bangunan pengolahan air bersih.

Manfaat Penelitian

Hasil dari perancangan ini diharapkan dapat memberi rekomendasi kepada


pihak Pondok Pesantren Baiturrahman dalam hal penyediaan air bersih dengan
memanfaatkan air irigasi sawah dan menjadi acuan awal pembangunan pengolahan
air bersih.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari perancangan unit bangunan pengolahan air bersih di


Pondok Pesantren Baiturrahman adalah sebagai berikut:
1. Wilayah studi yang direncanakan adalah kawasan Pondok Pesantren
Baiturrahman Ciparay Bandung.
2. Standar yang digunakan dalam analisis kualitas dan kuantitas air adalah
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001.
3. Pengujian kualitas air baku akan dilakukan oleh laboratorium pengendalian
kualitas lingkungan (LPKL).
4. Sumber air baku yang digunakan berasal dari air irigasi sawah yang
dialirkan ke Pondok Pesantren Baiturrahman.
5. Tidak merancang saluran pembawa air irigasi sawah ke bangunan
pengolahan.
6. Tidak merancang saluran pembuangan dan unit pengolahan lumpur.
7. Perancangan teknis meliputi:
a) Proyeksi kebutuhan air 10 tahun mendatang.
b) Perhitungan ketersediaan air baku.
3

c) Penentuan dan perhitungan unit-unit bangunan pengolahan air bersih


tanpa memperhatikan struktur dan konstruksi.
d) Gambar detail engineering desain (DED).
e) Rencana anggaran biaya (RAB).

TINJAUAN PUSTAKA

Baku Mutu Air

Air adalah sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi kehidupan
manusia dan dalam sistem tata lingkungan air adalah unsur lingkungan (Silalahi
2002). Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan
menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih
adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Adapaun
persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi
kualitas fisik, kimia, biologi, dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak
menimbulkan efek samping (Permenkes No. 416 tahun 1990). Pemanfaatan air
sebagai air bersih dan air minum tidak dapat dilakukan secara langsung, akan tetapi
membutuhkan proses pengolahan terlebih dahulu. Pengolahan dilakukan agar air
tersebut memenuhi standar sebagai air bersih maupun air minum.
Klasifikasi mutu air menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 (PP No. 82
tahun 2001), ditetapkan menjadi empat kelas. Kelas satu, air yang peruntukannya
dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas dua, air
yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain
yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas empat, air
yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi, pertanaman dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.

Kebutuhan Air

Kebutuhan air bersih tiap tahun mengalami peningkatan, sedangkan


ketersediaan air bersih semakin terbatas dikarenakan semakin sempitnya daerah
resapan, banyaknya pembangunan yang tidak memperhatikan keseimbangan alam,
dan eksploitasi sumber air baku yang tidak memperhatikan kelestarian sumber air
(Ariyanto 2007). Perkembangan wilayah pada suatu daerah akan menyebabkan
kebutuhan air terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk.
Pemenuhan kebutuhan pangan dan aktivitas penduduk selalu erat kaitannya dengan
kebutuhan akan air (Sari et al 2011). Tuntutan tersebut tidak dapat dihindari, tetapi
harus diprediksi dan direncanakan pemanfaatannya sebaik mungkin.
4

Menurut Ariyanto (2007), kebutuhan air adalah banyaknya jumlah air yang
dibutuhkan untuk keperluan rumah tangga, industri, penggelontoran kota, dan lain-
lain. Kebutuhan air bersih berbeda-beda, sesuai dengan kebiasaan pemakaian air di
setiap wilayah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik pemakaian
air adalah iklim, tingkat kesejahteraan penduduk, kesadaran masyarakat untuk
menghemat air, industri dan perdagangan, ukuran kota, tingkat pendidikan, jumlah
dan jenis fasilitas kota, dan kondisi air tanah (Putra 2012). Menurut Rahardjo
(2008), kriteria terpenuhinya kebutuhan air bersih bagi suatu masyarakat tertentu
menjadi suatu acuan dalam menentukan apakah masyarakat di suatu lokasi atau
desa sudah cukup sejahtera atau belum.
Adapun kebutuhan air dapat dibedakan berdasarkan dua sektor, yaitu sektor
domestik dan non domestik. Untuk mengetahui kriteria perencanaan air bersih pada
tiap-tiap kegiatan terlampir pada Lampiran 1. Kebutuhan air domestik untuk kota
dibagi dalam beberapa kategori, yaitu kota kategori I (Metropolitan), kota kategori
II (Kota besar), kota kategori III (Kota sedang), kota kategori IV (Kota kecil), kota
kategori V (Desa).

Instalasi Pengolahan Air

Berbagai teknik pengolahan air irigasi untuk menyisihkan bahan polutannya


telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air irigasi
yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode
pengolahan, yaitu secara fisika, kimia, dan biologi. Untuk suatu jenis air irigasi
tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara sendiri-
sendiri atau secara kombinasi (Hafni 2012). Secara garis besar satuan operasi
dalam proses pengolahan air yang biasa dipergunakan adalah intake, koagulasi,
flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan desinfeksi. Alternatif pengolahan perlu
dilakukan untuk mengoptimalkan pengolahan (Smaradhana et al 2016).

Intake

Intake berfungsi untuk menangkap air baku dari sumber sebelum masuk ke
instalasi pengolahan (Utami et al 2016). Intake adalah konstruksi yang dibangun di
sumber air baku untuk mengambil sejumlah air yang direncanakan. Beberapa lokasi
intake pada sumber air yaitu intake sungai, intake danau dan waduk, dan intake air
tanah. Jenis-jenis intake, yaitu intake tower, shore intake, intake crib, intake pipe
atau conduit, infiltration gallery, sumur dangkal dan sumur dalam (Arifiani dan
Hadiwidodo 2007).

Gambar 1 Contoh bangunan intake


5

Koagulasi – Flokulasi

Koagulasi adalah proses kimia fisik dari pencampuran bahan kimia ke dalam
aliran air dan selanjutnya diaduk secara cepat dalam bentuk larutan tercampur. Pada
proses koagulasi, air dari bak penampungan dipompakan ke bak koagulasi dan
diaduk cepat dengan koagulan (Yuliati 2006). Koagulan adalah bahan kimia yang
mempunyai kemampuan menetralkan muatan koloid dan mengikat partikel tersebut
sehingga membentuk flok atau gumpalan (Hammer 1986).
Beberapa jenis koagulan dalam praktek pengolahan air, antara lain
alumunium sulfat (Al2(SO4)3.14,3H2O), ferri klorida (FeCl3/ FeCl3.13,1H2O/
FeCl3.6H2O), ferri sulfat (Fe2(SO4)3.9H2O/ Fe2(SO4)3.36,9H2O), dan ferro sulfat
(FeSO4.7H2O) (Qasim et al 2000). Dalam tulisan Yuliati (2006), koagulan yang
banyak digunakan adalah koagulan anorganik dan koagulan organik. Alumunium
sulfat dan poly alumunium chloride (PAC) merupakan koagulan anorganik dengan
produksi terbanyak. Alumunium sulfat biasanya disebut juga sebagai tawas. Bahan
ini banyak dipakai, karena efektif untuk menurunkan kadar karbonat. Bahan ini
paling ekonomis (murah) dan mudah didapat pada pasaran serta mudah disimpan
(Suciati dan Sutrisno 1987).
Penambahan koagulan ke dalam air baku diikuti dengan pengadukan cepat
yang bertujuan untuk mencampur antara koagulan dengan koloid. Pengadukan
dapat dilakukan dengan menggunakan mixer (Hardyanti dan Fitri 2006) dan dapat
juga dilakukan dengan hidrolis sekat atau terjunan (BSN 2008).

(mekanis) (hidrolis)

(pneumatis)
Gambar 2 Contoh unit koagulasi

Flokulasi merupakan pengadukan lambat untuk menggabungkan partikel-


partikel padat yang telah terdestabilisasi menjadi flok-flok yang dapat diendapkan
pada unit pengolahan berikutnya dengan cepat (Reynolds 1982). Sedangkan
menurut Steel dan McGhee (1985), flokulasi adalah proses penambahan flokulan
pada pengadukan lambat untuk meningkatkan saling hubung antar partikrl yang
goyah, sehingga meningkatkan penyatuannya (algomerasi). Flokulasi dapat
dilakukan dengan cara pengadukan hidrolis, mekanik, dan pneumatik (BSN 2008).
6

(mekanis) (hidrolis)
Gambar 3 Contoh unit flokulasi

Koagulasi dan flokulasi merupakan proses yang sangat berkaitan erat dimana
keberhasilan proses flokulasi sangat bergantung dari proses koagulasi yang
merupakan rangkaian proses pembentukan flok-flok. Pada kedua proses ini
dibutuhkan flocculating agent yaitu bahan kimia tertentu yang membantu proses
pembentukan flok (Yuliati 2006).

Sedimentasi

Bak pengendap atau bak sedimentasi berperan dalam memisahkan partikel


tersuspensi (TSS) dari air limbah melalui pengendapan secara gravitasi. Ketika air
limbah mengandung suspended solid masuk ke bak sedimentasi, padatan-padatan
dengan berat jenis lebih kecil dari air akan mengapung ke permukaan air
(Kurniawan 2015). Bentuk bangunan sedimentasi secara umum berupa (Priambodo
2016):
a. Segi empat (rectangular)
Air baku mengalir secara horizontal dari inlet menuju outlet. Partikel flokulen
yang terbentuk diharapkan mengendap secara gravitasi ke settling zone.
b. Lingkaran (circular)
Air baku masuk melalui bagian tengah lingkaran dan secara horizontal menuju
ke outlet di bagian keliling lingkaran. Partikel flokulen yang terbentuk
mengendap secara gravitasi ke bawah.

Gambar 4 Contoh unit sedimentasi


7

Pengendapan kandungan zat padat di dalam air dapat digolongkan menjadi


pengendapan diskrit (kelas 1), pengendapan flokulen (kelas 2), pengendapan zona,
dan pengendapan kompresi/tertekan. Jenis bak pengendap adalah bak pengendap
aliran batch dan bak pengendap aliran kontinu. Uniformitas dan turbulensi aliran
pada bidang pengendap sangat berpengaruh. Oleh sebab itu, bilangan Fraude yang
menggambarkan tingkat uniformitas aliran dan turbulensi aliran yang digambarkan
oleh bilangan Reynold harus memenuhi kriteria yaitu bilangan Fraude Fr>105 dan
bilangan Reynold Re < 2000 (Arifiani dan Hadiwidodo 2007).

Filtrasi

Proses filtrasi adalah mengalirkan air hasil sedimentasi melalui media pasir.
Proses yang terjadi selama penyaringan adalah pengayakan, flokulasi antar butir,
sedimentasi antar butir, dan proses biologis. Dilihat dari segi desain kecepatan,
filtrasi dapat digolongkan menjadi saringan pasir cepat dan saringan pasir lambat
(Arifiani dan Hadiwidodo 2007). Pada proses pengolahan secara filtrasi, terjadi
masa pencucian ulang filter (backwash) dalam kurun waktu tertentu dengan
menggunakan air bersih sebanyak 50 m3 dalam sekali pencucian. Pencucian
tersebut dilakukan apabila kemampuan filter dalam menyaring polutan yang ada
memiliki efisiensi yang rendah dan media filtrasi mengalami titik jenuh (Asrifah
2015).

Gambar 5 Contoh unit filtrasi

Desinfeksi

Desinfeksi adalah memusnahkan mikroorganisme yang dapat menimbulkan


penyakit. Desinfeksi merupakan benteng manusia terhadap paparan
mikroorganisme patogen penyebab penyakit, termasuk di dalamnya virus, bakteri,
dan protozoa parasit. Desinfeksi yang sering digunakan adalah dengan klorinasi
menggunakan gas klor. Klorinasi adalah proses untuk pengaman terhadap
mikroorganisme patogen (Said 2007).

Reservoir

Air yang telah melalui proses pengolahan ditampung dalam suatu reservoir
sebelum didistribusikan ke konsumen. Kapasitas efektif reservoir adalah mampu
menampung air yang diproduksi selama minimum satu jam. Reservoir digunakan
8

pada sistem distribusi untuk meratakan aliran, untuk mengatur tekanan, dan untuk
keadaan darurat (Arifiani dan Hadiwidodo 2007).
Mengutip dalam tulisan Smaradhana et al (2016), dalam prakteknya air akan
diolah dari sumber air baku kemudian menuju transmisi air baku, setelah itu
dilakukan prasedimentasi dan dilakukan pengolahan dengan instalasi air baku yang
ditetapkan, kemudian disimpan di dalam reservoir lalu didistribusikan kepada
pelanggan. Pengerjaan awal akan dilakukan dengan merancang desain teknis
bangunan pengolahan air bersih serta menghitung biaya investasi pembangunan dan
biaya operasional yang akan dikeluarkan. Menurut Hammer (1986), kapasitas
reservoir dapat langsung dihitung dengan memperkirakannya sebesar 15%-20%
dari debit rata-rata.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi

Penelitian dilaksanakan di Pondok Pesantren Baiturrahman Ciparay,


Bandung terlampir dalam Lampiran 2. Lokasi pengujian kualitas air baku dilakukan
di lembaga pengendalian kualitas lingkungan (LPKL) Bandung. Analisis data
dilakukan di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor.
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga bulan Juni 2018.

Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah laptop


dengan software pendukung, yaitu program Microsoft Ofice 2013, ArcGIS, Google
Earth, AutoCAD 2010, dan SketchUp 2015, serta alat pendukung, seperti flow
meter dan meteran. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah air baku yang
berasal dari air irigasi sawah.

Prosedur Penelitian

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data mencakup data pertumbuhan murid, data pertumbuhan


pegawai, data pertumbuhan penduduk yang digunakan berdasarkan hasil proyeksi
dengan metode Verhulst (1) dan aritmatik (2), sampai tahun 2030 dengan
menggunakan Microsoft Excel, data kebutuhan air bersih, data pengujian kualitas
air baku dari LPKL, data pengukursn debit air baku, kriteria desain unit pengolahan
dari SNI 6774:2008, dan harga satuan kerja kabupaten Bandung.
𝑃∞
𝑃= 𝑃∞ (1)
{ 1+( )𝑒 −𝐾𝑡 }
𝑃𝑜
9

Dimana P adalah jumlah penduduk, P∞ adalah jumlah penduduk maksimal, K


adalah konstanta pertumbuhan penduduk, dan t adalah selisih tahun ke-n dengan
tahun pertama.

𝑃𝑛 = 𝑃𝑜 {1 + (𝑟 𝑥 𝑛)} (2)

Dimana Pn adalah jumlah penduduk tahun ke-n, Po adalah jumlah penduduk awal,
r adalah angka pertumbuhan penduduk, dan n adalah selisih tahun rencana dan
tahun awal.

2. Analisis kebutuhan air bersih

Analisis kebutuhan air bersih menggunakan data pertumbuhan penduduk


yang telah diproyeksi sebelumnya. Data penduduk yang diproyeksi adalah,
penduduk total, murid SMP, dan murid SMA. Data pertumbuhan pegawai
dilakukan dengan menghitung rasio murid dan pegawai. Dari hasil proyeksi
tersebut dikalikan dengan kebutuhan air harian setiap sektor untuk mengetahui
kebutuhan air pada tahun proyeksi yang ditentukan. Berdasarkan data tersebut
dilakukan analaisis kebutuhan air bersih pada tahun 2017 dan tahun 2030 dengan
menggunakan acuan kebutuhan air bersih dari Ditjen Karya Cipta Kementrian PU
tahun 1996.

3. Analisis kualitas dan kuantitas air baku

Pengujian kualitas air baku mengacu kepada SNI 06-6989-2005, SNI 06-
6989-2004, SNI 6989:2009, SNI 6989:2011, APHA 4500 P-D-2012, APHA 3114-
C-2012, US EPA Methode No 200.7-2001, APHA 9221-E-2012, APHA 921-B-
2012, dan Colorimetri. Data kualitas air baku yang telah diuji, kemudian
dibandingkan dengan baku mutu yang berlaku, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor
82 (PP 2001). Kemudian parameter-parameter yang tidak sesuai dianalisis
menggunakan tabel removal efficiency untuk mengetahui pengolahan yang tepat.
Untuk mendapatkan nilai debit, dilakukan terlebih dahulu pengukuran kecepatan
aliran dengan flow meter, kemudian dilakukan pengukuran dimensi saluran.
Perhitungan debit dilakukan dengan persamaan (3). Nilai debit aliran per satuan
detik kemudian dianalisis untuk memprediksi besar debit hasil produksi. Pada
perhitungan diasumsikan kehilangan air saat pengolahan sebesar 15%.

𝑄 =𝐴𝑥𝑣 (3)

Dimana Q adalah debit alira (m3/detik). A adalah luas penampang saluran


2
(m ). v adalah kecepatan aliran (m/detik).

4. Perancangan unit-unit pengolahan

Data yang diperoleh dari hasil survei lapangan terdapat lahan kosong seluas
150 m2 yang bisa digunakan untuk pembangunan pengolan air bersih. Kriteria
perancangan dan persamaan tiap unit mengacu kepada SNI 6774:2008.
10

Perancangan unit dibuat menggunakan software AutoCAD 2010 untuk desain dua
dimensi dan tiga dimensi, dan SketchUp 2015 untuk tiga dimensi.
Adapun beberapa persmaan perancangan unit yang digunakan adalah sebagai
berikut:

1) Dimensi koagulasi tipe hidrolis dengan jenis pengaduk statis

𝑃 = 𝑃𝑑 + 𝑃𝑙 (4)

Dimana P adalah panjang total bak koagulasi (m). Pd adalah panjang terjunan
(m). Pl adalah panjang loncatan (m).
𝑉
𝐿= (5)
(P x 𝑦2 )

Dimana L adalah panjang total bak koagulasi (m). V adalah volume bak (m3).
y2 adalah tinggi ait di titik 2 setelah terjunan (m).
𝑉𝑜
𝑃𝑝 = (6)
(L x Hn)

Dimana Pp adalah panjang bak penampung (m). Hn adalah tinggi air di


ambang (m). Vo adalah volume asumsi bak penampung (m3).

2) Flokulasi tipe hidrolis dengan jenis pengaduk statis

V = Q x td (7)

Dimana V adalah volume bak (m3). Td adalah waktu detensi atau waktu
tinggal (detik). Q adalah debit air (m3/detik).
𝑉
𝐴= (8)
𝐻 𝑎𝑖𝑟

Dimana A adalah luas penampang bak (m2). V adalah volume bak (m3). H
adalah kedalaman air asumsi (m).

A=pxl (9)

Dimana A adalah luas penampang bak (m2). P adalah panjang bak (m). L
adalah lebar bak (m).

𝑈 𝑥 𝑡𝑑 𝑥 𝐺 2
ℎ= (10)
𝑔

Dimana U adalah niali dari µ/𝜌 (m2/detik). g adalah gravitasi (m3/detik). G


adalah nilai gradien kecepatan (/detik).
11

3) Dimensi unit sedimentasi

𝑄
𝐴= (11)
𝑆𝐿

Dimana A adalah luas bak pengendapan (m2). SL adalah surface loading


(m/detik). Q adalah debit air (m3/detik).

A=pxl (12)

Dimana A adalah luas penampang bak (m2). P adalah panjang bak (m). L
adalah lebar bak (m).
Pb = 15% x P (13)

Dimana Pb adalah panjang bak inlet. P adalah panjang bak total (m).

∑ sisi sejajar = (Lp x 2)/H lumpur (14)

Dimana Lp adalah luas ruang lumpur (m2). H adalah tinggi lumpur (m).

Po = do+ds (15)

Dimana Po adalah panjang bak outlet (m). Do adalah diameter pipa outlet
(m). Ds adalaha jarak pipa ke bak (m).

4) Dimensi unit filtrasi (penyaring)

N = 12 x Q0.5 (16)

Dimana N adalah jumlah bak filtrasi. Q adalah debit air masuk (m3/detik).
𝑄
𝐴𝑓𝑡 = (17)
𝑉𝑓

Dimana Aft adalah luas filtrasi (m2). Vf adalah kecepatan filter (m/detik).

A=pxl (18)

Dimana A adalah luas penampang bak (m2). P adalah panjang bak (m). L
adalah lebar bak (m).

5) Dimensi reservoir

V=PxLxH (19)

Dimana V adalah volume reservoir (m3). H adalah kedalaman (m). P adalah


panjang bak (m). L adalah lebar bak (m)
12

5. Analisis rencana anggaran biaya (RAB)

Berdasarkan desain pembangunan yang telah dibuat, ditentukan harga satuan


kerja keseluruhan unit. Kemudian dilakukan analisis harga satuan kerja
menggunakan koefisien kerja yang digunakan di kabupaten Bandung. Harga satuan
yang ditetapkan mengacu kepada harga satuan pokok Kabupaten Bandung. Setelah
melakukan analisis harga satuan, maka dibuat tabel urutan pekerjaan sesuai dengan
masing-masing pekerjaan. Dari setiap pekerjaan kemudian dijumlahkan untuk
mengetahui total biaya pembangunan pengolahan. Diagram alur penelitian
disajikan pada Gambar 6.

Mulai

Persiapan studi

Pengumpulan Data

Data primer: Data Sekunder:


a. Debit air baku a. Data penduduk
b. Hasil uji b. Kriteria perencanaan
kualitas air air bersih
baku c. Kriteria desain
pengolahan
d. HSPK kab. Bandung

Proyeksi pertumbuhan penduduk ke tahun 2030

Analisis Kebutuhan air bersih

Analisis kualitas dan kuantitas air baku

Perancangan unit-unit pengolahan

Perhitungan efesiensi penggunaan air bersih

Menganalisis RAB pembangunan pengolahan air bersih

Selesai
Gambar 6 Diagram alir penelitian
13

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proyeksi Pertumbuhan Penduduk dan Kebutuhan Air

Proyeksi pertumbuhan penduduk perlu dilakukan untuk mendapatkan data


penduduk pada tahun yang ditetapkan. Data penduduk diproyeksikan sampai 10
tahun mendatang sesuai syarat perencanaan pengolahan air yang tercantum dalam
SNI 6774:2008. Tahun proyeksi dibulatkan hingga tahun 2030. Perbandingan
jumlah penduduk tahun 2017 dan 2030 disajikan pada Gambar 2. Dapat dilihat bar
dari kiri ke kanan adalah bar pegawai SMP, bar pegawai SMA, bar murid SMP, bar
murid SMA, dan bar penduduk domestik (keseluruhan pegawai dan murid).

1237
1200

1000

800
657 661 2017
600 2030
464
400 307
234
200
75
35 33 65
0

Gambar 7 Perbandingan penduduk 2017 dan 2030

Kebutuhan air bersih yang dianalisis terbagi menjadi enam sektor, yaitu
sektor perkantoran, sekolah, UKS, masjid, dapur, dan domestik. Pembagian
tersebut didasari oleh kebutuhan air harian yang berbeda di setiap sektor. Data
kebutuhan air di Pondok Pesantren Baiturrahman disajikan pada Tabel 1 dan Tabel
2. Acuan angka konsumsi air domestik di Pondok Pesantren Baiturrahman penulis
menggunakan acuan dari hasil survei Pudjastanto (2007). Menurut Direktur PDAM
Pudjastanto dalam penyajian hasil survei pada Dialog Penajaman Pola Konsumsi
dan Kebutuhan Pokok Minimal Nasional, Senin (05/03/2018) di Jakarta,
“Hasil survei yang dilakukan Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta Karya
pada 2006 menunjukkan setiap orang Indonesia mengkonsumsi air rata-rata sebanyak 144
liter per orang per hari. Dari sejumlah itu pemakaian terbesar untuk keperluan mandi, yakni
sebanyak 65 liter per orang per hari atau 45% dari total pemakaian air”.

Dapat dilihat pada Tabel 1, K1 adalah kantor pegawai SMA, sedangkan K2


adalah kantor pegawai SMP. Untuk sektor sekolah, S1 adalah gedung sekolah SMP,
sedangkan S2 adalah gedung sekolah SMA. Untuk sektor dapur, D1 adalah dapur
siswa SMP dan D2 adalah dapur siswa SMA. Domestik adalah jumlah penduduk
14

keseluruhan yang mencakup murid, guru, dan pegawai lain yang tinggal di wilayah
Pondok Pesantren Baiturrahman. Berdasarkan Tabel 1, didapat angka kebutuhan air
bersih pada tahun 2017 sebesar 158,874 liter/hari atau sebesar 158.874 m3/hari.
Kemudian kebutuhan air bersih yang dianalisis berikutnya adalah kebutuhan
air bersih pada tahun 2030. Hasil analisis kebutuhan air bersih pada tahun 2030
akan dijadikan acuan minimal produksi air bersih yang akan direncanakan dari hasil
pengolahan. Hasil analisis tersebut disajikan pada Tabel 2.

Tabel 1 Data kebutuhan air tahun 2017


Deskripsi Notasi Jumlah (jiwa,unit) Kebutuhan Air (liter/hari)
Perkantoran K1 35 350
K2 33 330
Sekolah S1 307 3070
S2 234 2340
UKS UKS 10.00 500
Masjid M1 1 3000
Dapur D1 307 30700
D2 234 23400
Domestik 661 95184
TOTAL 158,874

Tabel 2 Proyeksi kebutuhan air tahun 2030


Deskripsi Notasi Jumlah (jiwa,unit) Kebutuhan air (liter/hari)
Perkantoran K1 46 460
K2 47 470
Sekolah S1 657 6570
S2 464 4640
UKS UKS 26 1300
Masjid M1 1 3000
Dapur D1 657 65700
D2 464 46400
Domestik 1700 255045
TOTAL 307,175

Perencanaan pendistribusian air bersih pada tahun 2030 sama halnya seperti
pembagian sektor pada tahun 2017. Dapat dilihat pada Tabel 2, besar kebutuhan air
bersih pada tahun 2030 adalah sebesar 307,175 liter/hari atau sebesar 307.175
m3/hari. Artinya, pada pengolahan air yang akan dibuat, harus direncanakan hasil
produksi air bersih setiap harinya minimal 307.18 m3/hari. Jika hal ini dapat
terpenuhi, maka masalah kekurangan air di Pondok Pesantren Baiturrahman tidak
akan terulang.
15

Kuantitas dan Kualitas Air Baku

Kuantitas Air Baku

Dalam rangka memenuhi kebutuhan air bersih di Pondok Pesantren


Baiturrahman, kemudian direncanakan pengolahan air bersih yang berkelanjutan.
Debit air baku yang didapat hasil pengukuran sebesar 0.0094 m3/detik. Dalam
perancangan desain, ditentukan waktu satu kali operasi adalah 4 jam. Penentuan
waktu operasi tersebut disesuaikan dengan waktu kerja operator dan menyesuaikan
dengan perhitungan dimensi unit, yang diharapkan dimensi unit yang akan
dirancang akan sesuai jika ditempatkan di lahan yang direncanakan sebagai lahan
pembangunan pengolahan air. Hasil perhitungan dan analisis kuantitas air baku
dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Tabel 3 Debit produksi hasil pengolahan satu kali operasi (4 jam)


Deskripsi Debit (m3/hari)
Inlet 135.36
Kehilangan air 20.3
Outlet 115.06

Pada setiap kali operasi, diasumsikan besar kehilangan air sebesar 15% dari air yang
masuk ke pengolahan. Maka dalam satu kali operasi diprediksi hasil produksi air
sebesar 115.06 m3/hari, sehingga dalam satu hari (6 x 4jam) dapat diproduksi air
bersih sebesar 690.336 m3/hari, dengan debit tersebut maka kebutuhan air bersih
yang telah dianalisis sebelumnya, dapat terpenuhi dengan tiga kali operasi.

Tabel 4 Debit produksi hasil pengolahan enam kali operasi (24 jam)
Deskripsi Debit (m3/hari)
Inlet 812.16
Kehilangan air 121.82
Outlet 690.34

Kualitas Air Baku

Analisis kualitas air baku perlu dilakukan untuk mengetahui unit pengolahan
yang tepat untuk mengolah air baku menjadi air bersih. Pengujian kualitas air baku,
mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 82 (PP 2001), tentang pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Kualitas yang yang dijadikan acuan
adalah kualitas kelas II atau kelas air bersih. Terdapat 25 parameter yang diuji, di
antaranya parameter fisika, kimia, dan mikrobiologi. Hasil pengujian tersebut
disajikan pada Lampiran 4. Dari 25 parameter tersebut, terdapat 10 parameter yang
tidak sesuai dengan baku mutu. Pada Tabel 5 berikut disajikan 10 parameter yang
tidak sesuai.
TSS merupakan parameter fisika, sedangkan BOD5, COD, kadmium,
tembaga, timbal, seng, nitrit, klorin bebas, dan deterjen adalah parameter kimia.
Hasil pengujian TSS didapatkan sebesar 296 mg/lt, sedangkan baku mutu hanya
sebesar 50 mg/lt. Diperlukan pengolahan yang dapat mereduksi TSS sebesar 246
16

mg/lt agar TSS memenuhi nilai minimal dari baku mutu. Nilai BOD5 hasil
pengujian didapat sebesar 15.02 mg/lt, sehingga perlu direduksi sebesar 12.02 mg/lt
untuk memenuhi baku mutu. Hasil pengujian COD asalah sebesar 43.81 mg/lt,
sehingga perlu direduksi sebesar 18.81 mg/lt untuk memenuhi baku mutu. Begitu
pun dengan parameter lainnya, besar nilai yang harus direduksi adalah selisih antara
hasil pengujian dan baku mutu.

Tabel 5 Hasil pengujian kualitas air baku


Baku mutu Hasil pengujian
No Parameter (mg/lt) (mg/lt)
1 Padatan Tersuspensi Total (TSS) 50 296
2 BOD5 3 15.02
3 COD 25 43.8068
4 Kadmium (Cd) 0.01 0.05864
5 Tembaga (Cu) 0.02 0.14561
6 Timbal (Pb) 0.03 0.14867
7 Seng (Zn) 0.05 0.09909
8 Nitrit (NO2-N) 0.06 1.3545
9 Klorin Bebas (Cl2) 0.03 0.2
10 Deterjen (MBAS) 0.2 0.2994

Parameter yang tidak sesuai dengan baku mutu, kemudian dianalisis


berdasarkan removal efficiency dari berbagai unit pengolahan. Dengan tujuan untuk
mendapatkan unit pengolahan yang tepat untuk mereduksi kelebihan nilai uji
tersebut. Berdasarkan hasil analisis parameter fisika, unit sedimentasi dan filtrasi
adalah unit yang tepat sebagai unit pengolahan paramater fisika, untuk mereduksi
kelebihan dari hasil pengujian TSS. Pada Tabel 6 disajikan proses penurunan
konsentrasi dari beberapa parameter yang diuji berdasarkan removal efficiency tiap
unit.

Tabel 6 Perhitungan kosentrasi pasca pengolahan


Koagulasi Sedimentasi Filtrasi BM
Parameter Konsentrasi %
NR C1 % Rem NR C2 % Rem NR C3
Rem
TSS (mg/lt) 296 70 207.2 88.8 65 57.72 31.08 80 24.86 6.22 50 ok
BOD5
(mg/lt) 15.02 80 12.02 3.0 40 1.20 1.8 50 0.9 0.9 3 ok
COD
(mg/lt) 43.8 50 21.90 21.9 40 8.8 13.14 50 6.57 6.57 25 ok
Keterangan : % Rem: persentase removal, NR: nilai removal, C1: konsentrasi setelah koagulasi,
C2: konsentrasi setelah sedimentasi, C3: konsentrasi setelah filtrasi, BM: baku mutu.

Berdasarkan Tabel 6, diambil contoh untuk penurunan nilai konsentrasi


parameter TSS. Sebelum pengolahan kontsentrasi TSS sebesar 296 mg/lt, kemudian
setelah melalui pengolahan di unit koagulasi, konsentrasi TSS menurun menjadi
88.8 mg/lt Kemudian setelah melalui unit berikutnya, yaitu unit sedimentasi,
konsentrasi TSS menurun menjadi 31.1 mg/lt. Terakhir setelah melalui unit filtrasi,
konsentrasu TSS menurun menjadi 6.2 mg/lt. Berdasarkan peraturan yang
digunakan, baku mutu untuk parameter TSS pada kelas II sebesar 50 mg/lt. Dengan
17

begitu, konsentrasi TSS telah memenuhi baku mutu dengan unit pengolahan yang
digunakan tersebut.

Perancangan Pengolahan Air Bersih dan Tata Letak Pengolahan

Skema pengolahan yang sesuai dengan tata cara perencanaan unit instalasi
adalah dimulai dari intake. Pada penelitian ini tidak didesain intake karena telah
terdapat sebelumnya dan ditampung di kolam penampungan sementara. Kemudian
air dari kolam penampungan dialirkan ke unit koagulasi, flokulasi, sedimentasi,
filtrasi, dan kemudian ditampung di reservoir. Skema pengolahan disajikan pada
Gambar 8.
Perencanaan pengolahan ini menggunakan kolam penampungan sementara
sebagai bak prasedimentasi sehingga tidak diperlukan pembangunan unit
prasedimentasi. Kolam penampungan sementara disajikan pada Gambar 9. Kriteria
perencanan tiap unit pengolahan yang digunakan dalam perhitungan disesuaikan
dengan SNI 6774 (BSN 2008).

Intake Koagulasi Flokulasi Sedimentasi Filtrasi Reservoir

Gambar 8 Skema unit pengolahan air bersih

Gambar 9 Kolam penampungan sementara

Kriteria desain seluruh unit berdasarkan SNI 6774 tahun 2008 terlampir pada
Lampiran 5. Kriteria desain terpilih dan perhitungan terlampir pada Lampiran 6.

Unit Koagulasi

Unit koagulasi direncanakan pada pengolahan ini adalah koagulasi tipe


hidrolis dengan menggunakan terjunan. Bagian integral dari proses koagulasi
adalah pencampuran cepat (rapid mixing). Tujuan pencampuran cepat adalah untuk
mencampur dan mendistribusikan bahan kimia ke seluruh bagian air baku secara
merata. Unit koagulasi hidrolis terjunan ini direncanakan dengan pertimbangan
konstruksi mudah dan murah, pengoperasian mudah, biaya operasi murah karena
tidak memerlukan energi tambahan.
Koagulan yang digunakan adalah alumunium sulfat (Al2(SO4)3), atau dikenal
dengan nama tawas. Penggunaan tawas sebagai koagulan dikarenakan harganya
murah dan mudah diperoleh. Dengan pembubuhan koagulan, maka stabilitas
larutan koloidal yang mengandung partikel-partikel kecil dan koloid akan
terganggu karena molekul-molekul koagulan dapat menempel pada permukaan
18

koloid dan mengubah muatan elektrisnya. Misalnya molekul Al pada alum yang
bermuatan positif, akan menetralkan muatan koloid yang biasanya bermuatan
negatif.
Persyaratan G (nilai gradien kecepatan) pada SNI adalah >750, maka
ditetapkan G sebesar 800. Kemudian waktu detensi yang ditentukan di SNI adalah
1-5 detik, maka ditetapkan waktu detensi 5 detik dengan asumsi waktu tersebut
optimal untuk pengadukan cepat dan mendapatkan dimensi unit yang sesuai dengan
lahan. Unit koagulasi didesain dengan dimensi yaitu kedalaman asumsi 0.6 m
dengan freeboard 0.3 m, panjang total koagulasi 0.408 m dibulatkan menjadi 0.5 m,
lebar bak koagulasi seesar 1.941 m dibulatkan menjadi 1.95 m, dan panjang bak
penampung sebesar 1.518 m dibulatkan menjadi 1.52 m. Desain unit koagulasi
secara detail disajikan pada Lampiran 7.

Unit Flokulasi

Unit flokulasi adalah unit yang berfungsi untuk pengadukan lambat air baku
menggunakan koagulan dengan bertujuan terbentuknya flok-flok. Air yang sudah
bercampur koagulan dialirkan ke unit flokulasi, pada unit ini koagulan yang
bercampur air akan mengikat flok-flok kecil, sehingga bersatu menjadi flok-flok
besar. Unit flokulasi yang direncanakan adalah flokulasi hidrolis dengan tiga bak
dan dua kompartemen. Unit tersebut dipilih karena memiliki kelebihan dalam sisi
biaya yang murah dan mudah dalam pengoperasiannya.
Waktu detensi pada unit flokulasi ditetapkan selama 10 menit dengan nilai
gradien kecepatan (G) sebesar 60 /detik di kompartemen 1 dan 55/ detik pada
kompartemen 2. Dimensi bak dari hasil perhitungan didapat panjang bak sebesar 2
m, lebar 1 m, dan kedalaman 2.3 m untuk setiap bak. Desain unit flokulasi secara
detail disajikan pada Lampiran 7.

Unit Sedimentasi

Unit sedimentasi adalah unit yang berfungsi untuk proses pengendapan flok-
flok yang sudah terbentuk pada proses flokulasi. Air beserta flok-flok tersebut
dialirkan ke unit sedimentasi. Pada unit ini flok-flok besar secara gravitasi akan
mengisi zona lumpur, sehingga air sudah terpisah dari flok-flok besar. Flok yang
mengendap adalah flok besar yang memiliki berat jenis lebih besar disbanding berat
jenis air. Unit sedimentasi yang direncanakan adalah sedimentasi dalam bentuk
rectangular. Jenis unit tersebut dipilih karena memiliki kelebihan dalam biaya yang
murah dan mudah dalam pengoperasiannya.
Pada unit sedimentasi terdapat empat zona, yaitu zona inlet, zona
pengendapan, zona lumpur, dan zona outlet. Waktu detensi pada unit sedimentasi
ditetapkan selama 30 menit. Nilai bilangan Froud hasil perhitungan didapat sebesar
4.5x10-6, dengan syarat >10-5 maka nilai bilangan Froude memenuhi syarat. Nilai
bilangan Reynold hasil perhitungan didapat sebesar 528.65, dengan syarat <2000
maka nilai bilangan Reynolds memenuhi syarat. Pada unit sedimentasi dilakukan
pengurasan sebanyak satu kali dalam satu minggu.
Berdasarkan hasil perhitungan dimensi pada zona pengendapan, yaitu lebar 2
m, panjang 3 m, dan kedalaman 1 m. Pada zona inlet panjang bak 0.45 m. Zona
lumpur (trapesium) memiliki sisi 1 0.53 m, sisi 2 0.27 m, dan slope : 0.05. Zona
19

outlet panjang bak 0.3 m dan kedalaman bak 0.67 m. Desain unit sedimentasi secara
detail disajikan pada Lampiran 7.

Unit Filtrasi

Unit filtrasi adalah unit yang berfungsi sebagai unit penyaring flok-flok
ringan yang tidak terendapkan pada unit sedimentasi. Air dengan sisa flok-flok
kecil dialirkan melalui pipa manifold dan lateral dan akan melewati media
penyaring. Media penyaring yang digunakan adalah kerikil, anthrasit, dan pasir.
Berdasarkan perhitungan jumlah bak didapat satu buah bak saringan filtrasi
yang akan didesain pada perencanaan unit ini. Kecepatan penyaringan ditetapkan
sebesar 0.0025 m/detik. Dengan debit konstan, maka didapat dimensi bak filter
dengan lebar 1.38 m dan panjang bak 2.75 m. Serta dimensi bak outlet panjang 1
m, lebar 1.37 m, dan kedalaman 2.6 m. Desain unit filtrasi secara detail disajikan
pada Lampiran 7.

Reservoir

Kemudian air dialirkan untuk ditampung terlebih dahulu di reservoir sebelum


didistribusikan. Pipa distribusi dari reservoir terdapat tiga buah, pipa satu
disambungkan ke roof tank yang berada di atas rusunawa untuk berikutnya
didistribusikan ke wilayah rusunawa dan pemukiman guru. Pipa dua disambungkan
ke roof tank yang berada di atas dapur untuk berikutnya air diditribusikan ke dapur,
dan wilayah asrama putra. Pipa tiga disambungkan ke roof tank yang berada di atas
masjid yang berikutnya air didistribusikan ke masjid, sekolah, UKS, perkantoran,
dan wilayah asrama putri.
Reservoir adalah tempat penampungan air sementara sebelum
didistribusikan. Selain itu, reservoir juga berfungsi sebagai ruang persediaan air
yang dipergunakan saat pasokan air baku sedang kritis. Reservoir didesain dengan
kapasitas 20% dari pemakaian air setiap hari. Desain bangunan reservoir secara
detail disajikan pada Lampiran 7.

Tata Letak Pengolahan

Berdasarkan skema unit pengolahan yang telah dibuat, maka dibuat tata letak
pengolahan seperti Lampiran 7. Tata letak pengolahan dibuat dengan lebar sebesar
4 m dan panjang pengolahan 25 m, sehingga luas keseluruhan pengolahan 100 m2.
Hasil interpretasi peta kontur menggunakan software Google Earth diketahui besar
slope dari pengolahan sebesar 0.04.

Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Pembuatan rencana anggaran biaya (RAB) didasari oleh harga stauan kerja
kabupaten Bandung. Harga satuan item pekerjaan terlebih dahulu dinalaisis
menggunakan koefisien yang telah ditetapkan oleh kabupaten Bandung. Volume
pekerjaan disesuaikan dengan desain bangunan pengolahan yang telah dibuat sesuai
dengan perhitungan. Pekerjaan pembangunan pengolahan air dibagi dalam lima
20

tahap, yaitu tahap pekerjaan tanah, pekerjaan pasangan dinding bata, pekerjaan
pengecatan, pekerjaan beton, dan pekerjaan perpipaan. Berdasarkan lima tahapan
kerja tersebut, didapat total biaya kerja sebesar Rp. 71,230,949,-. Total biaya
pekerjaan setiap unit pengolahan disajikan pada Tabel7 dan biaya lengkap
pekerjaan disajikan pada Lampiran 8.

Tabel 7 Total biaya pekerjaan per unit


Unit pengolahan Harga (Rp)
Koagulasi 4,209,429
Flokulasi 16,991,114
Sedimentasi 10,383,429
Filtrasi 15,737,527
Reservoir 23,909,450
Total 71,230,949

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, diolah, dan dianalisis, maka dapat
disimpulkan hasil dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Jumlah kebutuhan air bersih di Pondok Pesantren Baiturrahman pada tahun


2017 sebesar 158.87 m3/hari dan pada tahun 2030 berdasarkan hasil
proyeksi, kebutuhan air bersih sebesar 307.18 m3/hari.
2. Terdapat 10 parameter air baku yang tidak sesuai dengan baku mutu, di
antaranya adalah parameter fisika dan kimia, sehingga pengolahan yang
tepat adalah koagulasi dan flokulasi untuk pengolahan kimia serta
sedimentasi dan filtrasi untuk pengolahan fisika. Kemudian diketahui debit
intake sebesar 0.0094 m3/detik, sehingga dalam satu kali operasi (4 jam)
dapat dihasilkan debit air sebesar 115.6 m3/hari. Maka dalam 1 hari debit
air yang dihasilkan sebesar 690.34 m3/hari.
3. Unit pengolahan yang didesain adalah koagulasi hidrolis dan flokulasi
hidrolis, sedimentasi rectangular, dan filtrasi dengan media penyaring,
antara lain anthrasit, pasir, dan kerikil. Reservoir dibuat dengan kapasitas
tampungan 20% dari besar pemakaian air per hari. Luas lahan
pembangungan yang direncanakan sebesar 100 m2 (25 m x 4 m).
4. Hasil analisis rencana anggaran biaya didapatkan total biaya pembangunan
yang diperlukan sebesar Rp. 71,230,949,-.
21

Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya adalah membangun pengolahan yang telah


dirancang pada penelitian ini serta menguji kelayakan struktur bangunan
pengolahan, dan mengevaluasi pengolahan air bersih serta menganalisis kualitas air
bersih yang dihasilkan dari pengolahan.

DAFTAR PUSTAKA

Arifiani NF, Hadiwidodo M. 2007. Evaluasi Desain Instalasi Pengolahan Air


PDAM Ibu Kota Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten. Jurnal
Presipitasi Vol. 3 No.2 Hal. 78.
Ariyanto D. 2007. Analisis Kebutuhan Air Bersih dan Ketersediaan Sumber Air di
IPA Sumur Dalam Banjarsari PDAM Kota Surakarta Terhadap Jumlah
Pelanggan [Tugas Akhir]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Asrifah D. 2015. Pengolahan Air Backwash Tangki Filtrasi Menggunakana Proses
Koagulasi Flokulasi dan Sedimentasi (Studi Kasus: Unit Pengolahan Air
Bersih Rsup Dr. Sarjito). Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Vol. 7, No.
1, 30.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2008. Tata Cara Perencanaan Unit Paket
Instalasi Pengolahan Air. SNI 6774-2008. Jakarta (ID): BSN.
Darmasetiawan M. 2001. Teori dan Perencanaan Instalasi Pengolahan Air.
Bandung (ID): Yayasan Suryono.
Faradilla AR. 2014. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum [skripsi].
Jakarta (ID): Universitas Trisakti.
Hafni. 2012. Proses Pengolahan Air Bersih Pada PDAM Padang. Jurnal Momentum
Vol. 13 No. 2 Hal. 12-16.
Hammer MJ. 1986. Water and Wastewater Technology. New Jersey (US) :
Prentice-Hall Int. Inc.
Hardyanti N, Fitri ND. 2006. Studi Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Bersih Untuk
Kebutuhan Domestik dan Non Domestik (Studi kasus Perusahaan Tekstil
Bawen Kabupaten Semarang). Jurnal Presipitasi Vol. 1 No. 1 Hal. 41.
[KemenKes] Kementrian Kesehatan. 1990. Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas
Air. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 416 tahun 1990. Jakarta (ID):
Kementrian Kesehatan.
[KemenKes] Kementrian Kesehatan. 2010. Persyaratan Kualitas Air Minum.
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 492 tahun 2010. Jakarta (ID):
Kementrian Kesehatan.
[KemenLH] Kementrian Lingkungan Hidup. 2003. Pedoman Penentuan Status
Mutu Air. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 115 tahun 2003.
Jakarta (ID): Kementrian Lingkungan Hidup.
Kurniawan A. 2015. Rancang Bangun Unit Sedimentasi Rectangular Pada Instalasi
Pengolahan Air Limbah. Proceeding National Conference On Conservation
For Better Life: 75. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
22

Marchelino DH, Oktoawan W, Jatmiko A. 2016. Perencanaan Detail Engineering


Desain (DED) Instalasi Pengolahan Lindi (IPL) Peningkatan Tempat
Pemrosesann Akhir (TPS) Jatibarang Kota Semarang. Jurnal Teknik
Lingkungan Vol. 5, No. 1, 3-4.
[PP] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2001. Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
nomor 82 tahun 2001. Jakarta (ID): Presiden Republik Indonesia.
Priambodo EA. 2016. Perancangan Unit Bangunan Pengolahan Air Minum
Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember [skripsi]. Surabaya (ID):
Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Putra IPHS. 2012. Analisis Karakteristik Pemakaian Air Bersih Kelompok Rumah
Tangga di Kota Singaraja [Thesis]. Denpasar (ID): Universitas Udayana.
Qasim SR. 1985. Waste Water Treatment Plants; Planning, Desain, and Operation.
New York (US): CBS College Publishing.
Qasim SR, Edward M, Moutley, Guang Z. Water Works Engineering: Planning,
Design and Operation. New Jersey (US): Prentice Hall PTR, Upper Saddle
River.
Quddu SR. 2014. Teknik Pengelolaan Air Bersih dengan SIstem Saringan Pasir
Lambat (Dowflow) yang Bersumber dari Sungai Musi. Jurnal Teknik Sipil
dan Lingkungan Vol. 2, No. 4 Hal. 669-670.
Rahardjo PN. 2008. Masalah Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih Tiga Desa di
Kabupaten Ende. Jurnal Air Indonesia Vol. 4, No. 1, 1.
Reynold TD. 1982. Unit Operations and Processes in Environmental Engineering.
California (US): Wadsworth Inc.
Said NI. 2007. Disinfeksi Untuk Proses Pengolahan Air Minum. Jurnal JAI Vol. 3
No. 1 Hal. 15-16.
Sari IK, Limantara LM, Priyantoro D. 2011. Analisa Ketersediaan dan Kebutuhan
Air Pada DAS Sampean. Jurnal Pengairan Vol. 2, No. 1, 2.
Smaradhana C, Samudro G, Nugraha WD. 2016. Perencanaan Teknis Instalasi
Pengolahan Air Minum Pejaten Jakarta Selatan dengan Debit 200 Liter Per
Detik. Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 5, No. 4, 2.
Steel EW, McGhee. 1985. Water Supply and Sewerage. New York (US) : McGraw-
Hill Inc.
Suciati E, Sutrisno CT. 1991. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta (ID):
Rineka Cipta.
Tanudjaja L, Wuisan EM, Nelwan F. 2013. Perencanaan Jaringan Air Bersih Desa
Kima Bajo Kecamatan Wori. Jurnal Sipil Statik Vol. 1, No. 10, 1.
Triadmojo B. 1995. Hidrolika I. Yogyakarta (ID): Beta Offset.
Utami DS, Oktiawan W, Wardana IW. 2016. Desain Instalasi Pengolahan Air
Minum Untuk Optimalisasi Pelayanan Air Bersih Wilayah Pelayanan Luar
Kota Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo. Jurnal teknik Lingkungan
Vol. 5, No. 1, 2.
Vitta D, Agustina. 2007. Analisa Kinerja Sistem Distribusi Air Bersih PDAM
Kecamatan Banyumanik di Perumnas Banyumanik (Studi Kasus Perumnas
Banyumanik Kel. Srondol Wetan) [Thesis]. Jogjakarta (ID): Universitas
Dipenogoro.
Yuliati S. 2006. Proses Koagulasi – Flokulasi Pada Pengolahan Tersier Limbah Cair
PT. Capsugel Indonesia. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
23

Lampiran 1 Kriteria perencanaan air bersih

Kategori kota berdasarkan jumlah penduduk


Kategori kota berdasarkan jumlah penduduk (jiwa)
>1.000.000 500.000 100.000 20.000 <20.000
s/d s/d s/d
Uraian 1.000.000 500.000 100.000
Kota Kota Kota Kota
Desa
Metropolitan Besar Sedang Kecil
1. Konsumsi unit
sambungan >150 120-150 90-120 80-120 60-80
rumah (SR) (liter/orang/hari)
2. Konsumsi unit hidran
(HU) (liter/orang/hari) 20-40 20-40 20-40 20-40 20-40

3.Konsumsi unit non


domestik
a. niaga kecil (liter/unit/hari) 600-900 600-900 600
b. niaga besar 1000-
1000-5000 1500
(liter/unit/hari) 5000
c. industri besar
0.2-0.8 0.2-0.8 0.2-0.8
(liter/detik/ha)
d. pariwisata (liter/detik/ha) 0.1-0.3 0.1-0.3 0.1-0.3
4. kehilangan air (%) 20-30 20-30 20-30 20-30 20-30
5. Faktor hari maksimum 1.15- 1.15- 1.15-
1.15-1.25 1.15-1.25
1.25 1.25 1.25
*harian *harian
*harian *harian *harian
6. faktor jam puncak 1.75-2.0 1.75-2.0 1.75-2.0 1.75-2.0
1.75-2.0 *hari
*hari *hari *hari *hari
maks
maks maks maks maks
7. Jumlah jiwa per SR (jiwa) 5 5 5 5 5
8. Jumlah jiwa per HU
100 100 100 100-200 200
(jiwa)
9. Sisa tekan di penyediaan
10 10 10 10 10
distribusi (meter)
10. Jam operasi (jam) 24 24 24 24 24
11. Volume reservoir (%
15-25 15-25 15-25 15-25 15-25
Max Day Demand)
12. SR : HU 50 : 50 s/d 80 : 50 : 50 s/d
80 : 20 70 : 30 70 : 30
20 80 : 20
13. Cakupan pelayanan (%) 90 90 90 90 70

Kebutuhan air non domestik untuk kota kategori I, II, III, IV


Sektor Nilai Satuan
Sekolah 10 liter/murid/hari
Rumah sakit 200 liter/bed/hari
Puskesmas 2000 liter/unit/hari
Masjid 3000 liter/unit/hari
Kantor 10 liter/pegawai/hari
Pasar 12000 liter/hektar/hari
24

Lampiran 1 Kriteria perencanaan air bersih (Lanjutan)

Kebutuhan air non domestik untuk kota kategori I, II, III, IV (lanjutan)
Sektor Nilai Satuan
Hotel 150 liter/bed/hari
Rumah makan 100 liter/tempat duduk/hari
Kompleks militer 60 liter/orang/hari
Kawasan industri 0.2-0.8 liter/detik/hektar
Kawasan pariwisata 0.1-0.3 liter/detik/hektar

Kebutuhan air non domestik untuk kategori V (desa)


Sektor Nilai Satuan
Sekolah 5 liter/murid/hari
Rumah Sakit 200 liter/bed/hari
Puskesmas 1200 liter/unit/hari
Masjid 3000 liter/unit/hari
Musholla 2000 liter/unit/hari
Pasar 12000 liter/hektar/hari
Komersial/Industri 10 liter/hari
Kebuutuhan air non domestik untuk kategori lain
Sektor Nilai Satuan
Lapangan terbang 10 liter/orang/detik
Pelabuhan 50 liter/orang/detik
Stasiun KA dan terminal bus 10 liter/orang/detik
Kawasan industri 0.75 liter/detik/hektar
Sumber : Kriteria Perencanaan Dirjen Cipta Karya Dinas PU (1996).
Lampiran 2 Denah Pondok Pesantren Baiturrahman 25

PEMUKIMAN WARGA
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

JL. CIBODAS
CATATAN :
1. MASJID 10. DAPUR
2. SEKOLAH MENENGAH PERTAMA 11. LAPANGAN SEPAK BOLA
3. SEKOLAH MENENGAH ATAS 12. LAPANGAN BULUTANGKIS

5 PEMUKIMAN WARGA 4. ASRAMA PUTRI


5. ASRAMA PUTRA
13. LAPANGAN BASKET
14. LAPANGAN UPACARA
8 6. ASRAMA PUTRA
7. PEMUKIMAN GURU
15. KOLAM
16. UNIT INTAKE
11 8. PEMUKIMAN GURU 17. UNIT IPA
9. DAPUR BATAS WILAYAH PONDOK
9
JL. CIBODAS

NO TANGGAL REVISI PARAF


JL. CIBODAS

1.
17
6 2.
1 2
10 3.
JL. CIBODAS
JUDUL GAMBAR :
12
15 13 DENAH
4 PONDOK PESANTREN BAITURRAHMAN

7
3 JENIS PEKERJAAN

JL. CIBODAS PENELITIAN

PEMERIKSA PARAF
14
U Dr. CHUSNUL ARIF, S.TP, M.Si
YANUAR CHANDRA W, S.T., M.Si

DIGAMBAR OLEH NIM

RAIDAH AFIFATUL H. F44140002


PERSAWAHAN SATUAN SKALA

MM 1 :1500
16 TANGGAL DIBUAT TANGGAL DIKOREKSI

5 JULI 2018 13 JULI 2018


30

Lampiran 3 Hasil proyeksi pertumbuhan penduduk


Aritmatika Bunga-berbunga Malthus Verhulst
Tahun Murid Murid Murid Murid Murid Murid Murid Murid
Domestik Domestik Domestik Domestik
SMP SMA SMP SMA SMP SMA SMP SMA
2017 692 345 243 661 307 234 661 307 234 661 307 234
2018 734 369 260 718 338 260 718 338 260 715 336 259
2019 776 393 277 779 372 289 779 372 289 774 368 287
2020 818 417 294 846 410 322 846 410 322 836 402 316
2021 860 441 311 919 451 358 919 451 358 902 439 349
2022 902 465 328 998 497 398 998 497 398 973 478 384
2023 944 489 345 1083 547 442 1083 547 442 1048 520 423
2024 986 513 362 1176 603 492 1176 603 492 1127 565 464
2025 1028 537 379 1277 664 547 1277 664 547 1211 612 508
2026 1070 561 396 1387 731 608 1387 731 608 1300 662 555
2027 1111 585 413 1506 804 677 1506 804 677 1393 714 606
2028 1153 609 430 1635 886 752 1635 886 752 1491 769 659
2029 1195 633 447 1776 975 837 1776 975 837 1594 826 715
2030 1237 657 464 1928 1074 930 1928 1074 930 1700 885 774

27
28

Lampiran 4 Hasil uji kualitas air baku


Baku Konsentrasi
NO Parameter Satuan mutu hasil uji Metode acuan Ket
Fisika
Padatan Terlarut SNI 06-6989.27-
1 Total (TDS) mg/L 1000 185 2005 sesuai
Padatan
Tersuspensi Total tidak
2 (TSS) mg/L 50 296 SNI 06-6989.3-2004 sesuai
Kimia
SNI 06-6989.11-
1 pH - 6-9 7.35 2004 sesuai
tidak
2 BOD5 mg/L 3 15.02 SNI 6989.72:2009 sesuai
tidak
3 COD mg/L 25 43.8068 SNI 6989.2:2009 sesuai
Total Fosfat APHA 4500 P-D-
4 Sebagai P mg/L 0.2 < 0.0380 2012 sesuai
5 Nitrat (NO3-N) mg/L 10 8.2385 SNI 6989.79:2011 sesuai
6 Arsen (As) mg/L 1 < 0.0021 APHA 3114-C-2012 sesuai
7 Kobal (Co) mg/L 0.2 0.03857 SNI 6989.68:2009 sesuai
US EPA Methode
8 Boron (B) mg/L 1 0.13425 No 200.7-2001 sesuai
9 Selenium (Se) mg/L 0.05 < 0.0013 APHA 3114-C-2012 sesuai
tidak
10 Kadmium (Cd) mg/L 0.01 0.05864 SNI 6989.16:2009 sesuai
Krom Heksavalen
11 (Cr-VI) mg/L 0.05 < 0.0083 SNI 6989.71:2009 sesuai
tidak
12 Tembaga (Cu) mg/L 0.02 0.14561 SNI 6989.6:2009 sesuai
tidak
13 Timbal (Pb) mg/L 0.03 0.14867 SNI 6989.8:2009 sesuai
0.00
14 Air Raksa (Hg) mg/L 2 < 0.0004 SNI 6989.78:2011 sesuai
tidak
15 Seng (Zn) mg/L 0.05 0.09909 SNI 6989.7:2009 sesuai
16 Sianida (CN') mg/L 0.02 < 0.0050 SNI 6989.77-2011 sesuai
tidak
17 Nitrit (NO2-N) mg/L 0.06 1.3545 SNI 06-6989.9-2004 sesuai
tidak
18 Klorin Bebas (Cl2) mg/L 0.03 0.2 Colorimetri sesuai
19 Minyak dan Lemak mg/L 1 < 0.94 SNI 6989.10:2011 sesuai
SNI 06-6989.51- tidak
20 Deterjen (MBAS) mg/L 0.2 0.2994 2005 sesuai
0.00 SNI 06-6989.21-
21 Fenol mg/L 1 0.0006 2004 sesuai
Mikrobiologi
Jml/
1 Fecal Coliform 100 mL 1000 1000 APHA 9221-E-2012 sesuai
Jml/
2 Coliform 100 mL 5000 2100 APHA 921-B-2102 sesuai
29

Lampiran 5 Kriteria desain pengolahan SNI 6774:2008

Unit koagulasi
Unit Kriteria
Pengaduk
 Tipe Hidrolis:
a. Terjunan
b. Saluran bersekat

c. Dalam pinstalasi pengolahan air bersekat


Mekanis:
a. Bilah (Blade), pedal (padle) Kinstalasi
pengolahan airs
b. Flotasi
 Waktu pengadukan (detik) 1-5
 Nilai G/detik >750

Unit Flokulasi
Flokulator mekanis
Flokulator sumbu sumbu Flokulator
Kriteria umum
hidrolis horizontal vertikal clarifier
dengan pedal dengan bilah
G (gradien kecepatan) 60 (menurun) 60 (menurun) 70 (menurun)
100 - 10
1/detik -5 -5 -5
Waktu tinggal (menit) 30 - 45 30 - 40 20 - 40 20 - 100
Tahap flokulasi (buah) 6 -10 3 -6 2-4 1
Bukaan pintu/ Kecepatan Kecepatan Kecepatan
Pengendalian energi
sekat putaran putaran aliran air
Kecepatan aliran max
0.9 0.9 1.8 - 2.7 1.5 -0.5
(m/detik)
Luas bilah/pedal
- 5- 20 0.1 - 0.2 -
dibandingkan luas bak (%)
Kecepatan perputaran
- 1-5 8 - 25 -
sumbu (rpm)
Tinggi (m) 2-4
30

Lampiran 5 Kriteria desain pengolahan SNI 6774:2008 (Lanjutan)

Unit Sedimentasi
Bak persegi aliran
Bak
Bak persegi vertika; Bak bundar
bundar
Kriteria umum (aliran (menggunakan (aliran vertikal Clarifier
(kontak
horizontal) pelat/tabung radial)
padatan)
pengendap)
Beban
permukaan 0.8 - 2.5 3.8 - 7.5 1.3 - 1.9 2-3 0.5 - 1.5
(m3/m2/jam)
Kedalaman (m) 3 -6 3 -6 3 -6 3 -6 0.5 - 1.0
Waktu tinggal
1.5 - 3 0.07 1-3 1-2 2 - 2.5
(jam)
Lebar / panjang > 1/5 - - - -
Beban pelimpah
< 11 < 11 3.8 - 15 7 - 15 7.2 10
(m3/m2/jam)
Bilangan
< 2000 < 2000 - - < 2000
Reynold
Kecepatan pada
pelat/tabung
- max 0.15 - - -
pengendap
(m/menit)
Bilangan Fraude > 10^-5 > 10^-5 - - > 10^-5
Kecepatan
vertikal - - - <1 <1
(cm/menit)
3 - 5%
Sirkulasi lumpur - - -
dari input
Kemiringan
dasar bak (tanpa 45o - 60 o 45 o - 60 o 45 o - 60 o > 60 o 45 o - 60 o
scraper)
Periode antar
pengurasan 12 - 24 8 - 24 12 - 24 Kontinyu 12 - 24
lumpur (jam)
Kemiringan
30 o / 60 o 30 o / 60 o 30 o / 60 o 30 o / 60 o 30 o / 60 o
tube/plate

Unit filtrasi
Jenis saringan
Unit Saringan biasa Saringan dengan Saringan
(gravitasi) pencucian antar saringan Bertekanan
Jumlah bak saringan N = 12 Q(0.5) minimum 5 bak -
Kecepatan penyaringan
6 - 11 6 - 11 12 - 33
(m/jam)
31

Lampiran 5 Kriteria desain pengolahan SNI 6774:2008 (Lanjutan)

Unit filtrasi
Jenis saringan
Unit Saringan biasa Saringan dengan Saringan
(gravitasi) pencucian antar saringan Bertekanan
Pencucian
Tanpa/dengan Tanpa/dengan
Tanpa/dengan blower &
- Sistem pencucian blower & atau blower & atau
atau surface wash
surface wash surface wash
- Kecepatan (m/jam) 36 - 50 36 - 50 72 - 196
- Lama pencucian (menit) 10 -15 10 - 15 -
- Periode antara dua
18 - 24 18 - 24 -
pencucian (jam)
- Ekspansi (%) 30 - 50 30 - 50 30 - 50
Media pasir:
- tebal (mm) 300 - 700 300 - 700 300 - 700
- single media 600 - 700 600 - 700 600 - 700
- media ganda 300 - 600 300 - 600 300 - 600
- ukuran efektif, ES (mm) 0.3 - 0.7 0.3 - 0.7 -
- koefisien keseragaman,
1.2 - 1.4 1.2 - 1.4 1.2 - 1.4
UC
- berat jenis (kg/dm3) 2.5 - 2.65 2.5 - 2.65 2.5 - 2.65
- porositas 0.4 0.4 0.4
- kadar SiO2 > 95% > 95% > 95%
Media antrasit:
- tebal (mm) 400 -500 400 -500 400 -500
- ES (mm) 1.2 - 1.8 1.2 - 1.8 1.2 - 1.8
- UC 1.5 1.5 1.5
- berat jenis (kg/dm3) 1.35 1.35 1.35
- porositas 0.5 0.5 0.5
Filter botom/dasar saringan
1) Lapisan penyangga dari
atas ke bawah
- kedalaman (mm) 80 - 100 80 - 100 -
ukuran butir (mm) 2-5 2-5 -
- kedalaman (mm) 80 - 100 80 - 100 -
ukuran butir (mm) 5 - 10 5 - 10 -
2) Filter Nozel
- lebar slot nozel (mm) < 0.5 < 0.5 , 0.5
- prosentase luat slot nozel
> 4% > 4% > 4%
terhadap luas filter (%)
32

Lampiran 6 Desain pengolahan terpilih

UNIT KOAGULASI FLOKULASI

A Koagulasi
1 Q : 9.4 liter/detik
2 Q : 0.0094 m3/detik
3 G : 800 /detik
4 td : 5 detik
5 Ln : 1.2 m
6 Cd : 1.2
7 μ : 0.0009 kg/m.detik
8 ρ : 997 kg/m3
o
9 T(suhu) : 25 C
10 Head loss yang dibutuhkan (HL) : 0.294 m
11 Tinggi air pada ambang (Hn)/h : 0.017 m
12 q : 0.008 m2/detik
13 asumsi H : 0.6 m
14 Bilangan terjunan (D) : 2.90E-05
15 Panjang terjunan (Pd) : 0.154 m
16 y1 : 0.004 m
17 y2 : 0.059 m
18 y2/y1 : 15.529 >2.4
19 Panjang loncatan antara 4.3-5.2 kali y2 : 0.255 m
20 P total koagulasi : 0.408 m
21 Volumen bak koagulasi : 0.047 m3
22 Lebar bak koagulasi (Lk) : 1.941 m
23 asumsi bak penampung sebelum ambang : 0.050 m3
24 Panjang bak penampung (Pp) : 1.518 m

B Flokulasi
1 Volume bak minimum, Vol : 5.64 m3
2 Luas penampang bak, A : 2.82 m2
3 Menentukan dimensi bak
• Lebar bak : 1.19 m
• panjang bak, P : 2.37 m
4 Menentukan tinggi terjunan, h
µ′ 𝑥 𝑡𝑑 𝑥 𝐺 2
h=
• Kompartemen 1 : 𝑔 : 0.18 m
• Kompartemen 2 : : 0.16 m
33

Lampiran 6 Desain pengolahan terpilih (Lanjutan)

UNIT SEDIMENTASI

C Sedimentasi
a Zona Pengendapan
1 Menentukan dimensi bak
• Debit, Q : 0.0094 m³/dtk
• Surface loading, SL : 50 m³/m² hari
• Luas penampang bak yang dibutuhkan, A : 2.7072 m2
• Perbandingan panjang : lebar : 1:4
Lebar bak sedimentasi, L : 0.82 m
Panjang bak sedimentasi, P : 3.29 m
• Menentukan kedalaman bak, H: :
Asumsi waktu detensi, td : 1800 detik
Volume bak minimum : 16.92 m3
Kedalaman bak, H : 2.82 m
Syarat kedalaman: : 1<H<3
Kondisi : OK
2 Mengecek kondisi aliran Reynold
• Jari-jari hidrloki, R : 0.5 m
• Bilangan Reynold, Nre : 1978.70
Syarat Nre : <2000
Kondisi : OK
3 Mengecek kondisi aliran Froud
• Kecepatan awal, vₒ : 0.0047 m/detik
• Bilangan Froud : 4.5.10-5
Syarat NFr : >10-5
Kondisi : OK
4 Desain sekat
• Rencana jumlah sekat : 5 sekat
6 ruang
• Lebar rencana satu ruangan yang dibatasi 2 sekat, L' : 0.31 m
• Cek lagi bilangan Reynold
Jari-jari hidrolik, R : 0.13 m
Bilangan Reynold, Nre : 528.61
Kondisi : OK
• Cek lagi bilangan Froud
Kecepatan awal, vₒ : 0.003 m/detik
Bilangan Froud : 8.76 . 10-5
Kondisi : OK
34

Lampiran 6 Desain pengolahan terpilih (lanjutan)

b Zona Inlet
1 Dimensi bak inlet
• Luas bak inlet, A bakinlet : 2 m
• Panjang bak inlet, P inlet : 0.45 m
• Volumen bak inlet, Vol inlet : 0.9 m
• Penampang bak inlet, Ainlet : 0.03 m
• diameter inlet, d inlet : 200 mm
2 Dimensi lubang
• Kecepatan aliran di lubang, VL : 0.075 m/detik
• Diameter lubang, DL : 66.67 mm
•Luas penampang lubang, AL : 0.003 m2
•Debit di lubang, QL : 0.0003 m3/det
• Banyaknya lubang, nL : 36 lubang
• Rencana peletakkan lubang
n horizontal : 6
n vertikal : 6
3 Perhitungan jarak lubang
• Perhitungan jarak pada 1 ruang bak pengendap, diketahui : 0.31 m
Lebar ruang (di antara 2 sekat), L skt : 1 m
Kedalaman sekat, H skt :
• Jarak tepi lubang ke tepi sekat horizontal, JLH : 0.12 m
• Jarak tepi lubang ke tepi sekat vertikal, JLV : 0.17 m
• Jarak antar lubang vertikal, JLL : 0.05 m
4 Penentuan diameter pipa inlet
• Debit pipa inlet Qpipa : 0.0094 m3/deti
• Luas penampang pipa, A pipa : 0.03 m2
• Diameter pipa inlet, D ppa : 200 mm
• Cek kecepatan aliran dengan diameter yang dipilih
Luas penampang pipa terpilih : 0.03 m2
Kecepatan aliran di pipa terpilih : 0.30 m/detik
Kondisi :

c Zona Lumpur
1 Perhitungan volume lumpur per hari
• Kekeruhan air baku : 35.5 NTU
• konsentrasi endapan, C : 0.03 kg/m³
• Berat lumpur per hari : 4.06 kg/hari
• Volume lumpur kering : 0.004 m³/hari
• Volume lumpur basah per hari : 0.08 m³/hari
35

Lampiran 6 Desain pengolahan terpilih (Lanjutan)

c Zona Lumpur (lanjutan)


2 Volume bak lumpur
kali
• Rencana pengurasan : 1 seminggu
• Volume bak lumpur : 0.56 m³
3 Dimensi bak lumpur
• Lebar ruang lumpur = lebar zona pengendapan : 2 m
• Luas profil ruang lumpur : 0.28 m²
• Menghitung dimensi bak trapesium
Perbandingan kedua sisi sejajar : 2:1
Panjang sisi 1 : 0.53 m
Panjang sisi 2 : 0.27 m
• Kemiringan bak (slope) : 0.05 m
• Tinggi tekan tersedia, H : 1.75 m
H = H zona pengendapan + tinggi ruang lumpur +
slope
• Cek bilangan Reynold
Jari-jari hidrolik, R : 0.33 m
1319.7
Bilangan Reynold, Nre : 3
4 Menentukan lama pengurasan lumpur
• Bilangan chezy, Cd : 0.43
• Kecepatan air : 2.51 m/dt
• Asumsi diameter pipa penguras : 100 mm
Luas penampang pipa penguras, A : 0.01 m²
Debit pipa penguras, Q : 0.02 m³/dt
• Lama pengurasan : 28.27 dt

d Zona Outlet
1 Perhitungan Gutter dan V-notch
• Jumlah gutter yang dibutuhkan, n : 1 buah
• Maka, debit masing-masing gutter, Qg : 0.33 cfs
• Tinggi air di dalam gutter, Ho : 11.57 cm
• Lebar gutter, Bp : 17.36 cm
• Tinggi gutter, Hp : 20.81 cm
Hp = Ho + 15%Ho + tinggi air di Vnotch + freeboard
• Debit di V-notch, Qvn : 0.00076 m³/dt
• Total V-notch yang dibutuhkan tiap gutter : 12 buah V-notch
V-notch punya 2 sisi, maka satu sisi mempunyai : 6 buah V-notch
• Tinggi freeboard : 0.025 m
• Lebar muka air V-notch, Lavn : 0.1 m
• Lebar pintu V-notch, Lvn : 0.15 m
36

Lampiran 6 Desain pengolahan terpilih (Lanjutan)

d Zona Outlet (lanjutan)


• Panjang gutter, Pg : 1 m
• Jarak tiap V-notch, ∆Vn : 0.02 m
• Jarak V-notch ke tepi : 0.83 cm
• Jarak antar gutter : 0.55 m
2 Perhitungan saluran pengumpul
• A saluran pengumpul = A gutter : 0.04 m²
• Diameter pipa outlet, d : 200 mm
• Kecepatan air di pipa outlet, v : 0.23 m/dt
• Diasumsikan, jarak dari pinggir pipa ke pinggir bak yaitu
setengah dari diameter pipa, maka
• Panjang bak outlet : 0.34 m
• Kedalaman bak : 0.67 m

UNIT FILTRASI

D Filtrasi
1 Perhitungan unit filtrasi
• Debit Filtrasi, Q : 0.0094 m3/det
• Jumlah bak, n : 1
• Kecepatan filter, Vf : 0.0025 m/det
• A filtrasi total, Aft : 3.76 m2
• A tiap filtrasi, Af : 3.76 m2
2 Perhitungan dimensi bak
P:L : 2
• Lebar : 1.37 m
• Panjang : 2.74 m
3 Perhitungan dimensi under drain
ORIFICE
• A orifice : A bak : 0.00
• D orifice : 0.02 m
• A orifice : 0.01 m2
• A tiap orifice : 0.0003 m2
• jumlah orifice : 42
LATERAL
• A lateral : A orifice : 3
• Jarak antar lateral : 0.25 m
• Jarak lateral - dinding : 0.2 m
• A Lateral Total : 0.04 m2
37

Lampiran 6 Desain pengolahan terpilih (Lanjutan)

D Filtrasi (lanjutan)
• Panjang manifold : 2.34 m
• Jumlah Lateral : 19
• Orifice 1 lateral : 2
• A tiap lateral : 0.002 m
• Diameter lateral : 0.05 m
MANIFOLD
• A manifold : A lateral : 2
• A manifold : 0.08 m2
• Diameter manifold : 0.32 m
• Panjang Lateral tiap sisi : 0.65 m
• Jarak antar orifice : 0.04 m
4 Media Penyaring
ANTHARASIS
• Tebal, Ls : 0.5 m
• Ukuran elektif, ɸ : 500 mm
• Porositas awal, Po : 0.55
PASIR
• Tebal, Lc : 0.6 m
• Ukuran elektif, ɸ : 600 mm
• Porositas awal, Po : 0.42
KERIKIL
• Tebal, Lt : 0.1 m
• Ukuran elektif, ɸ : 100 mm
• Porositas awal, Po : 0.5
5 Perhitungan HL pada sistem under drain
• Debit Tiap bak : 0.0094 m3/det
• Orifice
• Debit orifice : 0.00 m3/det
• Kecepatan Orifice : 0.71 m/det
• Hl orifice : 0.04 m
• Lateral
• Debit lateral : 0.00 m3/det
• Kecepatan Lateral : 0.24 m/det
• Hl lateral : 0.00 m
• Manifold
• Debit manifold : 0.01 m3/det
• Kecepatan manifold : 0.12 m/det
• Hl manifold : 0.00 m
• Hl filtrasi : 0.3220102 m
6 Perhitungan Backwash
• Kecepatan backwash : 0.01 m/det
38

Lampiran 6 Desain pengolahan terpilih (Lanjutan)

D Filtrasi (lanjutan)
Pasir
• Porositas akhir filtrasi , Po' : 0.17
• Porositas ekspansi, Pe : 0.46 ps
• Tinggi ekspansi, Le : 0.93 m
• Persentase Ekspansi : 54.54 %
• Hl pasir : 0.82 m
Antharasit
• Porositas akhir filtrasi, Po' : 0.20
• Porositas ekspansi, Pe : 0.532 ps
• Tinggi ekspansi, Le : 0.86 m
• Persentase Ekspansi : 71.32 %
• Hl antharasit : 0.66 m
• Hl backwash : 1.49 m
• Debit pencucian : 0.04 m3/det
• Waktu densitas : 300 det
• Volume air pencucian : 11.28 m3
7 Perhitungan zona outlet filtrasi
• Sl : 0.002
• Jarak antar v notch : 0.05 m
• Tinggi muka air v notch : 0.05 m
• Freeboard v notch : 0.025 m
• Kedalaman bak : 2.58 m
• jumlah gutter : 2 buah
• Debit masing-masing gutter : 0.00 m3/det
Untuk satu gutter
• Q gutter dalam cfs : 0.17 cfs
• Kedalaman air gutter (ft) : 0.29 ft
• Kedalaman air gutter : 0.09 m
• Lebar gutter : 0.13 m
• Tinggi Gutter : 0.17 m
• Debit v notch : 0.001 m3/det
• V notch/gutter : 6
• V notch tiap sisi gutter : 3
• tinggi freeboard : 0.025 m
• Lebar muka air v notch : 0.1 m
• lebar pintu air v notch : 0.15 m
• Panjang gutter : 2.74 m
• Jarak tiap v notch : 0.57 m
• Jarak antar gutter : 0.075 m
• Saluran Pengumpul
• Luas penampang outlet : 0.02 m2
39

Lampiran 6 Desain pengolahan terpilih (Lanjutan)

D Filtrasi (lanjutan)
• diameter outlet : 0.17 m2
• Kecepatan outlet : 0.42 m/det
8 Dimensi bak outlet
• Panjang : 1 m
• Lebar : 1.37 m
• Kedalaman : 2.58 m
40
Lampiran 7 Gambar Detail Engineering Design (DED) 41

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
24064

4350 4350 4600


2320 6600

500
SEDIMENTASI

2000

2200
1000

1380
FLOKULASI
500
1950

RESERVOIR
KOAGULASI
FILTRASI

TATA LETAK PENGOLAHAN


SKALA 1:100

NO TANGGAL REVISI PARAF


1.

2.

3.

JUDUL GAMBAR :

TATA LETAK DAN PROFIL


HIDROLIS PENGOLAHAN
JENIS PEKERJAAN

PENELITIAN
+758.0 +757.9 +757.5
+757.8 +757.6
+757.4 PEMERIKSA PARAF
+757.3
+757.2 +757.1
+757.0
Dr. CHUSNUL ARIF, S.TP., M.Si
YANUAR C. W., S.T., M.Si

DIGAMBAR OLEH NIM

RAIDAH AFIFATUL H. F44140002


KOAGULASI FLOKULASI SEDIMENTASI FILTRASI GROUND RESERVOIR
PROFIL HIDROLIS PENGOLAHAN
SKALA 1:100 SATUAN SKALA

MM 1 : 100

TANGGAL DIBUAT TANGGAL DIKOREKSI

22 MEI 2018 13 JULI 2018


Lampiran 7 Gambar Detail Engineering Design (DED) (Lanjutan) 43

2320
1520 500 150 150
150 DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
5 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
A

PIPA OUTLET 100


KE FLOKULASI

2250
1950
A

PIPA INLET 100


DARI INTAKE

150
DENAH KOAGULASI NO TANGGAL REVISI PARAF
SKALA 1:40
1.

2.
3.

JUDUL GAMBAR :

DED UNIT KOAGULASI

JENIS PEKERJAAN

PENELITIAN
2320
150 1520 500 150
PEMERIKSA PARAF
5
Dr. CHUSNUL ARIF, S.TP., M.Si
1050

PIPA OUTLET 100


600

KE FLOKULASI
YANUAR C. W., S.T., M.Si
PIPA INLET 100
DARI INTAKE
DIGAMBAR OLEH NIM
150
GAMBAR POTONGAN A-A
SKALA 1:40 RAIDAH AFIFATUL H. F44140002

SATUAN SKALA

MM 1 : 40

TANGGAL DIBUAT TANGGAL DIKOREKSI

22 MEI 2018 13 JULI 2018


Lampiran 7 Gambar Detail Engineering Design (DED) (Lanjutan) 45

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
150 6600
150 2000 150 2000 150 2000 150

A A
1300
1000

PIPA INLET 100 PIPA OUTLET 100


DARI KOAGULASI KE SEDIMENTASI

150
DENAH FLOKULASI
SKALA 1:70

NO TANGGAL REVISI PARAF


1.

2.
3.

JUDUL GAMBAR :

DED UNIT FLOKULASI

JENIS PEKERJAAN

150
6600 PENELITIAN
2000 150 2000 150 2000 150

PIPA INLET 100


DARI KOAGULASI PEMERIKSA PARAF
180

160

Dr. CHUSNUL ARIF, S.TP., M.Si


2300
2450

PIPA OUTLET 100


KE SEDIMENTASI

YANUAR C. W., S.T., M.Si

DIGAMBAR OLEH NIM


150

RAIDAH AFIFATUL H. F44140002


GAMBAR POTONGAN A-A
SKALA 1:70 SATUAN SKALA

MM 1 : 70

TANGGAL DIBUAT TANGGAL DIKOREKSI

22 MEI 2018 13 JULI 2018


Lampiran 7 Gambar Detail Engineering Design (DED) (Lanjutan) 47

150 150
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
4350 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
150 450 530 2470 300 150
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

150

PIPA INLET 100 PIPA OUTLET 200


DARI FLOKULASI KE FILTRASI
A A
2300
2000

175
100

150 DENAH SEDIMENTASI


SKALA 1:50 NO TANGGAL REVISI PARAF
1.

2.

3.

JUDUL GAMBAR :

DED UNIT SEDIMENTASI

JENIS PEKERJAAN
150 150
4350 PENELITIAN
450 150 3000 300 150

PIPA INLET 100 PEMERIKSA PARAF


660

DARI FLOKULASI
820
1000
1150

Dr. CHUSNUL ARIF, S.TP., M.Si


YANUAR C. W., S.T., M.Si
150

DIGAMBAR OLEH NIM


PIPA OUTLET 200
KE FILTRASI RAIDAH AFIFATUL H. F44140002
PIPA PENGURASAN LUMPUR 100

GAMBAR POTONGAN A-A


SATUAN SKALA
SKALA 1:50

MM 1 : 50

TANGGAL DIBUAT TANGGAL DIKOREKSI

22 MEI 2018 13 JULI 2018


Lampiran 7 Gambar Detail Engineering Design (DED) (Lanjutan) 49

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


4200
150
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
150 2750 1000 150
150
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
50

A
A

1680
1380
PIPA INLET 200 PIPA OUTLET 200
DARI SEDIMENTASI 140 KE RESERVOIR

PIPA MANIFOLD 350

150

DENAH FILTRASI
SKALA 1:50

NO TANGGAL REVISI PARAF


1.
2.

3.

JUDUL GAMBAR :

DED UNIT FILTRASI

4200
150 JENIS PEKERJAAN
150 2750 1000 150

PENELITIAN
170

PEMERIKSA PARAF

Dr. CHUSNUL ARIF, S.TP., M.Si


2600
2750

YANUAR C. W., S.T., M.Si


PIPA INLET 200
DARI SEDIMENTASI
PIPA MANIFOLD 350 DIGAMBAR OLEH NIM

PIPA OUTLET 200


KE RESERVOIR
RAIDAH AFIFATUL H. F44140002

150
GAMBAR POTONGAN A-A SATUAN SKALA
SKALA 1:50

MM 1 : 50

TANGGAL DIBUAT TANGGAL DIKOREKSI

22 MEI 2018 13 JULI 2018


Lampiran 7 Gambar Detail Engineering Design (DED) (Lanjutan) 51

4600
150 4300 150 150
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

500
MANHOLE

500
A

2200
2500
PIPA INLET 200
DARI FILTRASI

PIPA DISTRIBUSI 50
500

DENAH GROUND RESERVOIR 150


SKALA 1:50
NO TANGGAL REVISI PARAF
1.

2.

3.

JUDUL GAMBAR :

DED RESERVOIR
4600
150 4300 150
150
JENIS PEKERJAAN

PENELITIAN

PEMERIKSA PARAF

Dr. CHUSNUL ARIF, S.TP., M.Si


PIPA INLET 200
YANUAR C. W., S.T., M.Si
3500
3800

DARI FILTRASI

DIGAMBAR OLEH NIM

RAIDAH AFIFATUL H. F44140002

PIPA DISTRIBUSI 50
SATUAN SKALA

MM 1 : 50
GAMBAR POTONGAN A-A 150
SKALA 1:50
TANGGAL DIBUAT TANGGAL DIKOREKSI

22 MEI 2018 13 JULI 2018


53

Lampiran 8 Rencana anggaran biaya


Harga
Harga
Uraian pekerjaan Volume Satuan satuan
(Rp)
(Rp)
Unit Koagulasi
Pemadatan tanah 1.04 m3 20500 21320
Urugan pasir 1.04 m3 119000 123760
Pekerjaan Beton K-250 1.2 m3 920600 1104720
Pembesian beton bertulang 145 kg 12080 1750247
bekisting beton bertulang 5.2 m2 195900 1022598
Pengecatan bidang tembok baru 1.23 m3 10800 13284
Memasang pipa PVC 4" 1 m 173500 173500
Unit Flokulasi
Galian tanah sedalam 2 m3 59.82 m3 21500 1286130
Urugan tanah kembali 59.82 m3 7800 466596
Pemadatan tanah 1.72 m3 20500 35260
Urugan pasir 1.72 m3 119000 204680
Pekerjaan Beton K-250 5.5 m3 920600 5063300
Pembesian beton bertulang 664 kg 12080 8021966
bekisting beton bertulang 8.58 m2 195900 1680822
Pengecatan bidang tembok baru 5.45 m3 10800 58860
Memasang pipa PVC 4" 1 m 173500 173500
Unit Sedimentasi
Galian tanah sedalam 2 m3 31.15 m3 21500 669725
Urugan tanah kembali 31.15 m3 7800 242970
Pemadatan tanah 2 m3 20500 41000
Urugan pasir 2 m3 119000 238000
Pekerjaan Beton K-250 2.6 m3 920600 2393560
Pembesian beton bertulang 313.924 kg 12080 3792202
bekisting beton bertulang 10 m2 195900 1959000
Pengecatan bidang tembok baru 2.59 m3 10800 27972
Memasang pipa PVC 4" 2 m 173500 347000
Memasang pipa PVC 8" 1 m 672000 672000
Unit Filtrasi
Galian tanah sedalam 2 m3 17.62 m3 21500 378830
Urugan tanah kembali 17.62 m3 7800 137436
Pemadatan tanah 1.41 m3 20500 28905
Urugan pasir 1.41 m3 119000 167790
Pekerjaan Beton K-250 4.5 m3 920600 4142700
Pembesian beton bertulang 543.33 kg 12080 6563426
bekisting beton bertulang 7 m2 195900 1371300
54

Lampiran 8 Rencana anggaran biaya (Lanjutan)


Harga
Uraian pekerjaan Volume Satuan satuan Harga (Rp)
(Rp)
Pengecatan bidang tembok baru 4.55 m3 10800 49140
Memasang pipa PVC 8" 1 m 672000 672000
Memasang pipa PVC 10" 2 m 1113000 2226000
Ground Reservoir
Galian tanah sedalam 2 m3 61.66 m3 21500 1325690
Urugan tanah kembali 61.66 m3 7800 480948
Pemadatan tanah 2.3 m3 20500 47150
Urugan pasir 2.3 m3 119000 273700
Pekerjaan Beton K-250 7.5 m3 920600 6904500
Pembesian beton bertulang 906 kg 12080 10939044
bekisting beton bertulang 11.5 m2 195900 2252850
Pengecatan bidang tembok baru 7.46 m3 10800 80568
Memasang pipa PVC 2" 10 m 160500 1605000
TOTAL 71,230,949
55

RIWAYAT HIDUP

Raidah Afifatul Haq dilahirkan di Bandung pada tanggal 27


Juli 1996 dari pasangan Bapak KH. Ir. Iman Abdurrahman dan
Ibu Maryati, S.Pdl. Penulis merupakan putri kedua dan
memiliki dua saudari perempuan berrnama Syahida Nisa
Abdurraman dan Salwa Fathinah Muadzah serta satu saudara
laki-laki bernama Yahya Basyirul Haq. Penulis menyelesaikan
pendidikan sekolah dasar pada tahun 2008 di MI Zakaria I,
Kota Bandung, Jawa Barat. Penulis melanjutkan pendidkan
menengah pertama di SMP Terpadu Baiturrahman Ciparay
hingga tahun 2011 dan menamatkan pendidikan menengah atas pada tahun 2014 di
SMA Terpadu Baiturrahman Ciparay, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Penulis
melanjutkan kuliah di Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Teknik Sipil
dan Lingkungan melalui seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri
(SNMPTN) pada tahun 2014. Penulis aktif dalam organisasi mulai dari smester III,
yaitu sebagai Bendahara II di Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan
(Himatesil) periode 2015-2016. Penulis juga menjadi panitia Humas dan Publikasi
indonesia civil and environmental festival (ICEF) pada tahun 2015 dan panitia
sponsorship merangkap liaison officer (LO) indonesia civil and environmental
festival (ICEF) pada tahun 2016. Setelah itu, penulis juga menjadi ketua departemen
community development (Comdev) di himpunan mahasiswa teknik sipil dan
lingkungan (Himatesil) periode 2016-2017. Setelah itu, penulis juga menjadi
delegasi himpunan untuk mengikuti Kongres Nasional ikatan mahasiswa teknik
lingkungan indonesia (IMTLI) di Malang pada tahun 2016. Selain dalam
organisasi, penulis juga pernah menjadi asisten praktikum pada mata kuliah
Mekanika Fluida dan Hidrolika I tahun ajaran 2016-2017 dan asisten praktikum
mata kuliah Teknik Suplai Air tahun ajaran 2016-2017. Selain itu, penulis juga
mendapatkan beasiswa dari Bakti BCA pada tahun ajaran 2016-2017. Penulis juga
mengikuti perlombaan bidang kesenian seperti vocal group acoustic pada tahun
2014 dan solo vocal pada tahun 2016 dan 2017. Selain itu, penulis juga mengikuti
perlombaan dalam bidang olahraga seperti futsal pada tahun 2016 dan 2017 serta
basket pada tahun 2015, 2016, dan 2017. Penulis melakukan praktik lapangan (PL)
di PDAM Tirtawening Kota Bandug di bagian produksi air bersih pada tahun 2017
dan menulis laporan yang berjudul “Mempelajari Proses Pengolahan Air di IPA
Badaksinga bagian Produksi Satu PDAM Tirtawening Kota Bandung Jawa Barat”.
Penulis menyelesaikan tugas akhir dengan dibimbing oleh Dr. Chusnul Arif, S.TP.,
M.Si dan Bapak Yanuar Chandra Wirasembada, S.T., M.Si yang berjudul
“Perancangan Unit Bangunan Pengolahan Air Bersih di Pondok Pesantren
Baiturrahman Ciparay Bandung”.

Anda mungkin juga menyukai