Anda di halaman 1dari 60

OBSERVASI PENELITIAN AIR BERSIH PDAM

TIRTAWENING KOTA BANDUNG

Laporan Observasi

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Rekayasa Lingkungan
yang diampu oleh
Dr. Dra. Rina Marina Masri, MP

Disusun oleh :

Kelompok 7

Azmi Baharudin Yusuf (1600480)


Erna Nopitasari (1603413)
Kathlien Nur Fajrin (1606156)
Mayang Eva (1607322)
Muhammad Arik F.F (1604093)
Vinny Hermina (1606414)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2018

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2

1.3 Identifikasi Masalah.......................................................................................2

1.4 Tujuan Observasi............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................

A Kajian Teori......................................................................................................3

A. 2.1 Pengertian Air bersih dan Air Minum........................................................3

A. 2.2 Syarat Air Minum.......................................................................................7

A. 2.3 Kebutuhan air bersih dan air minum..........................................................9

B. Temuan / Hasil Penelitian..............................................................................11

B. 2.1 Lokasi Kegiatan........................................................................................11

B.2.2 Waktu Kegiatan.........................................................................................11

B.2.3 Metode Kegiatan.......................................................................................11

B.2.4 Teknik Pengumpulan data..........................................................................11

B.3.1 Sejarah PDAM Tirtawening Kota Bandung.............................................13

B.3.2 Visi dan Misi.............................................................................................16

B.3.3 Maksud dan tujuan pdam kota Bandung..................................................18

B.3.4 Fasilitas....................................................................................................21

B.3.5 Program Pemberdayaan............................................................................22

B.3.6 Layanan....................................................................................................23

2
B.3.7 Hasil Observasi........................................................................................23

B.3.8 Skema pengolahan air bersih....................................................................24

B.3.9 Kapasitas Produksi..................................................................................36

B.3.10 Keluhan pelanggan PDAM......................................................................40

B.3.11 Kendala yang menghambat PDAM.........................................................40

C. Rekayasa Kelola Lingkungan............................................................................

C.2.1 Hasil Observasi........................................................................................23

C.2.2 Skema pengolahan air bersih....................................................................24

C.2.3 Kapasitas Produksi..................................................................................36

C.2.4 Keluhan pelanggan PDAM........................................................................40

C.2.5 Kendala yang menghambat PDAM...........................................................40

BAB III PENUTUP...................................................................................................

3.1 Kesimpulan...................................................................................................42

3.2 Saran.............................................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................43

LAMPIRAN

KATA PENGANTAR

3
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
petunjuk,bimbingan dan kekuatan sehingga dapat menyelesaikan laporan praktek
kunjungan lapangan di PDAM Tirtawening Kota Bandung Cabang Dago Pakar
dalam mata kuliah Rekayasa Lingkungan dalam konsep penyediaan, pengolahan,
pendistribusian air , yang dilakukan di PDAM Tirtawening Kota Bandung, Dago
Pakar.

Selama melaksanakan praktek kunjungan lapangan ini penyusun telah


banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari semua pihak. Oleh karena itu
penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Sonny Salimi sebagai direktur utama PDAM Tirtawening Kota


Bandung.
2. Bapak Cica dan Bu Rina , selaku pembimbing PDAM
Tirtawening Kota Bandung Cabang Dago Pakar. pada pelaksanaan
praktek lapangan ini.

3. Bu Dr. Dra. Rina Marina Masri, MP


Bapa Dr. Ir. Drs. H. Iskandar Muda Purnawaamijaya, MT,
Selaku dosen pengampu mata kuliah Rekayasa Lingkungan.
4. Semua pihak yang telah membantu penyusun dalam menyelesaikan laporan
ini,baik berupa moril maupun materil sehingga pelaksanaan praktek lapangan
ini dapat selesai, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Disadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu
penyusun mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan laporan ini, semoga
bermanfaat bagi kita.

Bandung, Mei 2018

Penyusun

BAB I

4
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Instalasi pengolahan air bersih merupakan suatu hal yang sangat penting
karena menunjang kebutuhan primer manusia. Air bersih nyatanya merupakan
poin penting dalam peningkatan kesehatan manusia tanpa ada air yang bersih
dan bebas dari bakteri serta hal-hal yang membahayakan manusia, mungkin
manusia tidak akan berkembang sebagaimana berkembangnya manusia
dewasa ini. Akan tetapi, pada masa sekarang air telah banyak tercemar dan
sulitnya mendapat air bersih yang layak pakai karena kurangnya kesadaran
manusia dalam melakukan penghematan air serta kurangnya kepedulian
manusia terhadap lingkungan sekitar.

Air bersih di Indonesia dikelola oleh badan resmi yang disebut dengan
PDAM atau Perusahaan Daerah Air Minum merupakan badan khusus yang
mengelola air kotor atau air sungai yang layak untuk diolah menjadi air bersih
yang layak pakai dan layak untuk diminum. PDAM tersebar di beberapa
daerah di Indonesia dengan tingkat pencemaran air yang berbeda, menjadi
topik yang menuai tanda tanya apakah air yang dihasilkan benar-benar layak
dan bagaimana proses pengolahan dari air tercemar menjadi air bersih
merupakan topik yang kami kaji dalam laporan ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang disebut dengan air minum dan air bersih?
2. Bagaimana kuantitas dan kualitas air minum?
3. Bagaimana kebutuhan air minum manusia?
4. Apa yang disebut dengan PDAM ?
5. Bagaimana struktur organisasi PDAM kota Bandung?
6. Bagaimana pengolahan air minum di PDAM kota Bandung?\

1.3 Identifikasi Masalah

1.2.1 Bagaimana proses pengolahan air minum yang dilakukan oleh


PDAM Kota Bandung.
1.2.2 Bagaimana kualitas air bersih yang dihasilkan oleh PDAM Kota
Bandung.

5
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa itu air minum dan air bersih
2. Untuk mengetahui kuantitas dan kualitas air minum
3. Untuk mengetahui kebutuhan air minum manusia
4. Untuk mengetahui apa itu PDAM
5. Untuk mengetahui struktur organisasi PDAM kota Bandung
6. Untuk mengetahui pengolahan air minum di PDAM kota Bandung

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kajian Teori

A.2.1 Pengertian Air bersih dan Air Minum

Pada prinsipnya, jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti sebuah alur
yang dinamakan siklus hidrologi. Air yang berada di permukaan menguap ke
langit, kemudian berkondensasi dan turun kembali dalam bentuk air melalui
hujan. Air dapat dibagi ke dalam empat kelompok berdasarkan sumbernya,
yaitu air laut, air atmosfir, air permukaan, dan air tanah (Sutrisno dan
Suciastuti 1987). Air murni adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna,
dan bau, yang terdiri dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimiawi.

Karena air merupakan suatu larutan yang hampir-hampir bersifat universal,


maka zat-zat yang paling alamiah maupun buatan manusia hingga tingkat
tertentu terlarut di dalamnya. Dengan demikian, air di dalam mengandung zat-
zat terlarut. Di samping itu, akibat daur hidrologi, air juga mengandung
berbagai zat lainnya, termasuk gas. Zat-zat ini sering disebut pencemar yang
terdapat dalam air.

Air memiliki beberapa ciri dari segi fisik, kimia, dan biologi yang dapat
mengukur tingkat mutu dari air tersebut. Ciri-ciri fisik yang utama dari air
adalah keseluruhan bahan padat, kekeruhan, warna, rasa dan bau, serta suhu.
Ciri-ciri kimiawi air dapat diketahui melalui pengujian seperti tingkat
keasaman, kandungan logam, anion-kation terlarut, alkalinitas, kesadahan,
hantaran, dan konsentrasi karbon dioksida. Sedangkan ciri-ciri biologi air
merupakan keberadaan organisme mikro dalam air tersebut. Organisme mikro
yang terdapat di dalam air sekarang ini disebut binatang, tumbuhan, dan
protista. Organisme mikro yang paling dikenal adalah bakteri (Linsley dan
Franzini 1979). Dalam sebuah sistem penyediaan air bersih, yang pertama kali
perlu diperhatikan ialah bagaimana kualitas dari air yang akan dikonsumsi.

7
Secara kualitas, air bersih harus memenuhi persyaratan fisik, kimia, dan
biologi.

Standar persyaratan kualitas air bersih perlu diterapkan dengan pertimbangan


bahwa air bersih yang memenuhi syarat kesehatan, sebagaimana yang telah
ditetapkan Departemen Kesehatan RI yang meliputi fisis, kimia, biologi, dan
radioaktivitas, dapat mempertinggi derajat kesehatan dan kesejahteraan rakyat.
Dengan dasar pertimbangan tersebut, maka usaha pengolahan dan
pengelolaan terhadap air yang akan digunakan oleh manusia harus juga
berpedoman pada standar pemenuhan kualitas air bersih yang sudah ada
(Sutrisno dan Suciastuti 1987). Selain itu, dalam penyediaan air bersih
diperlukan pula pendataan untuk menentukan banyaknya air bersih yang
harus disuplai. Penyuplaian air bersih ini memerlukan perhitungan mengenai
kebutuhan air yang digunakan oleh setiap orang yang menempati suatu
wilayah atau tempat tertentu

Air yang benar-benar tersedia bagi keperluan manusia hanya 0,62 %, meliputi
air yang terdapat di danau, sungai dan air tanah. Jika ditinjau dari segi
kualitas, air yang memadai bagi konsumsi manusia hanya 0,003 % dari
seluruh air yang ada (sumber : Effendi,2003).

Dalam Peraturan Menteri No 416 Tahun 1990 yang dimaksud dengan air
meliputi:

a. Air adalah air minum, air bersih, air kolam renang, dan air pemandian
umum.

b. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan
dapat langsung diminum.

c. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak.

8
d. Air kolam renang adalah air di dalam kolam renang yang digunakan untuk
olah raga renang dan kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan.

e. Air Pemandian Umum adalah air yang digunakan pada tempat pemandian
umum tidak termasuk pemandian untuk pengobatan tradisional dan kolam
renang yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan.

Sedangkan dalam PERMENKES NO: 907/MENKES/SK/VII/2002, yamg


dimaksud air adalah:

1. Air Minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum.

2. Sampel Air adalah air yang diambil sebagai contoh yang digunakan untuk
keperluan pemeriksaan laboratorium.

3. Pengelola Penyediaan Air Minum adalah Badan Usaha yang mengelola air
minum untuk keperluan masyarakat.

Peraturan Pemerintah No 20 Tahun 1990 mengelompokkan kualitas air


menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya

1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu

2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air
minum

3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan


perikanan dan peternakan

4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan


pertanian, usaha di perkotaan, industry, dan pembangkit listrik tenaga
air.

9
Sedangkan Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82
tahun 2001, Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga
tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukkannya untuk menjamin
agar kualitas air tetap dalam kondisi alamiahnya. Klasifikasi mutu air di
Indonesia ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas sebagai berikut ini.

1. kelas satu, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut;

2. kelas dua, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk


prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan tawar, peternakan,
air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

3. kelas tiga, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk


pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan air yang
sama dengan kegunaan tersebut, dan

4. kelas empat, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk mengairi


pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Menurut Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang


Syarat¬Syarat dan Pengawasan Kualitas Air bersih, Air minum adalah air
yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan dan langsung dapat
diminum.Menurut Permendagri No. 23 tahun 2006 tentang Pedoman Teknis
dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air
Minum, Departemen dalam Negeri Republik Indonesia, Air minum adalah air
yang melalui proses pengolahan atau tanpa pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum.

10
Berdasarkan Kepuktusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri terdapat pengertian mengenai air bersih. Yaitu air
yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi
persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak. Secara tidak langsung
definisi tersebut diartikan bahwa dalam menjalankan fungsi kehidupan sehari-
hari manusia amat tergantung pada air, karena air dipergunakan pula untuk
mencuci, membersihkan peralatan, mandi, dan lain sebagainya. Manfaat lain
dari air berupa pembangkit tenaga, irigasi, alat transportasi, dan lain
sebagainya.

A.2.2 Syarat Air Minum

Lalu apa saja yang menjadi persyaratan air minum tersebut layak
dikonsumsi. Berikut ini adalah beberapa syaratnya sesuai dengan Keputusan
Menteri Kesehatan.

1. Persyaratan Fisik

Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan fisik, diantaranya adalah


jernih atau tidak keruh. Syarat fisik air yang layak dikonsumsi adalah jernih
atau tidak keruh, karena air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-
butiran koloid dari tanah liat. Sehingga apabila air tersebut semakin keruh
maka kandungan koloid di dalamnya semakin banyak. Kemudian tidak
berwarna, air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari terutama untuk
minum harus jernih. Karena apabila air tersebut berwarna itu berarti
mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.

Syarat fisik air layak konsumsi yang ketiga adalah rasanya tawar. Secara
fisika air dapat dirasakan oleh lidah kita, jika air yang kita minum terasa tawar
maka air tersebut baik untuk dikonsumsi. Namun, apabila air tersebut
memiliki rasa seperti asam, pahit, manis, dan asin itu menunjukkan air
tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang

11
larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan dari kandungan asam organic
maupun anorganik.

Persyaratan fisik lainnya adalah tidak berbau, air yang baik memiliki ciri
tidak berbau saat dicium baik dari kejauhan maupun dari dekat. Air yang
berbau busuk berarti mengandung bahan organik yang sedang mengalami
dekomposisi atau penguraian oleh mikoorganisme lain. Kemudian air yang
layak dikonsumsi adalah air yang memiliki temperature yang normal. Suhu air
sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi pelarutan zat
kimia yang ada pada saluran atau pipa, yang dapat membahayakan kesehatan
dan menghambat pertumbuhan mikro organisme. Dan syarat fisik yang
terakhir supaya air layak dikonsumsi adalah tidak mengandung zat padatan.

2. Persyaratan Kimia

Syarat kimia yang harus dipenuhi pertama adalah kandungan pH atau


derajat keasaman. pH sangatlah penting dalam proses penjernihan air karena
keasaman air pada umumnya disebabkan gas Oksida yang larut dalam air
terutama karbondioksida. Pengaruh menyangkut aspek kesehatan dari pada
penyimpangan standar kualitas air minum dalam hal pH yang lebih kecil dari
6,5 dan lebih besar dari 9,2 dapat menyebabkan beberapa senyawa kimia
berubah menjadi racun yang sangat mengganggu kesehatan. Yang kedua
adalah kesedahan, ada dua jenis kesedahan yaitu kesedahan sementara dan
kesedahan non karbonat atau permanen. Kesedahan sementara akibat dari
keberadaan Kalsium dan Magnesium bikarbonat yang hilang karena
memanaskan air hingga mendidih atau menambahkan kapur dalam air.

Sedangkan kesedahan non karbonat disebabkan oleh sulfat dan karbonat,


Chlorida dan Nitrat dari Magnesium dan Kalsium disamping Besi dan
Alumunium. Konsentrasi kalsium dalam air minum lebih rendah dari 75 mg/l
dapat menyebabkan penyakit tulang rapuh, sedangkan konsentrasi yang lebih
tinggi dari 200 mg/l dapat menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa air. Syarat
kimia yang lainnya adalah kandungan besi dalam air. Air yang mengandung
besi akan berwarna kuning dan menyebabkan rasa logam besi dalam air. Batas

12
maksimal yang terkandung dalam air adalah 0,1 mg/l. Selain besi kandungan
alumunium juga tidak boleh terdapat dalam air, batas maksimal adalah 0,2
mg/l. Masih ada lagi unsur kimia lainnya yang tidak boleh terkandung dalam
air yaitu zat organik, sulfat, nitrat dan nitrit. Karena apabila air mengandung
unsur-unsur kimia di atas sudah dapat dipastikan bahwa air tersebut tidak
layak konsumsi, sedangkan yang layak konsumsi adalah yang tidak
mengandung semua itu.

3. Persyaratan Mikrobiologi

Syarat air layak konsumsi berdasarkan mikrobioogi adalah air yang tidak
mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera, dan bakteri
pathogen penyebab penyakit.

Jika kesemua syarat di atas telah dipenuhi maka air tersebut layak
dikonsumsi untuk diminum. Air bersih yang diupayakan oleh pemerintah
melalui kerjasama antara BPPSPAM dan PDAM telah memenuhi syarat-syarat
di atas. Jadi anda tidak perlu khawatir untuk menggunakan air dari PDAM
yang anda langgani tersebut untuk diolah dijadikan air minum. Karena air
tersebut sudah memenuhi syarat air minum, sehingga layak dikonsumsi.

(sumber: http://air-minum.org)

A.2.3 Kebutuhan air bersih dan air minum


Di Bumi, badan air terbesar terdapat di laut sebesar 97 persen dan sisanya
sebesar 3 persen adalah air tawar yang kita digunakan untuk menunjang
kehidupan sehari-hari. Dari air tawar itu dua per tiga nya adalah gletser dan es
di kutub yang berfungsi menstabilkan iklim global dan hanya satu pertiganya
saja yang dapat dimanfaatkan 7 milyar jiwa manusia di dunia (2011).

Air tawar adalah hal yang paling penting untuk kesejahteraan kita. Seperti
mesin raksasa atau darah di tubuh kita, air bekerja siang dan malam. Siklus air
dan ekosistem yang melekat adalah faktor utama bagi kehidupan planet ini.
Dalam kehidupan manusia air tawar digunakan untuk minum, mengolah

13
makanan, mandi, energi, transportasi, pertanian, industri, dan rekreasi.

Jumlah air yang terbatas dan semakin banyaknya manusia menyebabkan


terjadinya krisis air bersih. Selain jumlahnya, kualitas air tawar yang ada pun
semakin rusak. Perebutan penggunaan air bersih untuk berbagai penggunaan
menyebabkan hilangnya akses yang layak terhadap air bersih bagi sebagian
orang. Perilaku boros air bersih menyebabkan semakin banyak lagi orang
yang kehilangan akses terhadap air bersih.
Menurut PBB, lebih dari satu miliar orang tidak memiliki akses terhadap
air bersih, tiga miliar orang tidak memiliki layanan sanitasi yang memadai,
dan angka kematian akibat penyakit menular melalui air yang kurang bersih
mencapai tiga juta kematian per tahun.

Selain manusia yang tinggal di daerah dengan ketersediaan air yang


kurang, kualitas air yang kurang baik menyebabkan mereka yang tinggal dekat
badan air juga mengalami kesulitan akses terhadap air bersih dan sanitasi yang
baik. Pencemaran air sungai, seperti untuk industri, pertanian, dan kegiatan
domestik menambah beban sungai sehingga tidak mampu lagi menyediakan
manusia penghuni bantaran sungai dengan air yang berkualitas baik. Penghuni
bantaran sungai saat ini terpaksa memanfaatkan air kotor untuk kegiatan
sehari-hari.

Hasil survey yang dilakukan Direktorat Pengembangan Air Minum,


Ditjen Cipta Karya pada 2006 menunjukkan setiap orang Indonesia
mengkonsumsi air rata-rata sebanyak 144 liter per hari. Dari sejumlah itu
pemakaian terbesar untuk keperluan mandi, yakni sebanyak 65 liter per orang
per hari atau 45% dari total pemakaian air.

Perhitungan kebutuhan air dengan persamaan berikut: Qmd= ℎ


dimana : Qmd = kebutuhan air (liter/hari), q = konsumsi air per orang per
hari(liter/orang/hari)

14
B. Temuan / Hasil Penelitian

B.2.1 Lokasi Kegiatan

Lokasi kegiatan observasi kelompok dilaksanakan di PDAM Tirtawening


Kota Bandung Cabang Dago Pakar yang berada di daerah Ciburial, Cimenyan
Bandung, Jawa Barat 40198.

B.2.2 Waktu Kegiatan

Observasi dilaksanakan pada :


Hari/Tanggal : Selasa, 24 April 2018
Pukul : 09.00-14.00

B .2.3 Metode Kegiatan

Metode kegiatan yang kami lakukan adalah dengan survei lapangan atau
observasi lapangan atau kunjungan lapangan.

B. 2.4 Teknik Pengumpulan data

Dalam proses penyusunan observasi ini, penulis menggunakan 3 teknik


pengumpulan data guna mendeskripsikan analisa kasus yang dibahas, yaitu:

1. Studi Pustaka

15
Yaitu teknik pengumpulan data dengan menganalisa hasil
penelitian yang berhubungan dengan PDAM Tirtawening Kota Bandung
Cabang Dago Pakar dan berita terkini mengenai perkembangan PDAM
Tirtawening Kota Bandung Cabang Dago Pakar pada media massa dalam
internet sebagai pendukung informasi yang berhubungan dengan kegiatan
observasi ini.

2. Observasi
Yaitu pengamatan terhadap setiap kegiatan untuk melakukan
pengukuran. Pengamatan ini dilakukan dengan indra penglihatan yang
berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Obervasi dilakukan
dengan mengunjungi langsung tempat sehingga data yang diperoleh
adalah data yang autentik, metode ini diharapkan dapat menunjukan
keobjektifan data yang sebenarnya tanpa ada manipulasi.

3. Wawancara
Pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan langsung
kepada nara sumber, dari jawaban yang diberikan narasumber kemudian
dicatat atau direkam, pihak yang diwawancarai adalah pihak dari bagian
keuangan, bagian SDM dan bagian pelayanan dari PDAM Tirtawening
Kota Bandung Cabang Dago Pakar yaitu Bapak Tri

16
B.2.5 Sejarah PDAM Tirtawening Kota Bandung

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung pada


mulanya milik Belanda didirikan tahun 1916 dengan nama Water Leiding
Bednif (Perusahaan Air) yang dikelola oleh Technische Dienst Afleding (DTA)
dan disebut Dienst Afleding A. Pada saat itu dengan luas + 2150 Ha dan
jumlah penduduk + 70.000 jiwa, terdapat sumberair sebanyak 9 buah mata air
dan tiap debit mencapai + 130 liter/detik dan prosentase pelayanan mencapai
+ 80 % dari jumlah warga yang membutuhkan.

Pada tahun 1940 terdapat sembilan mata air dan sebelas buah sumur antesis
dengan tiap debit air mencapai + 196 liter/detik. Jumlah penduduk saat itu
mencapai + 240.000 jiwa dengan prosentase pelayanan mencapai + 40 %.

Pada tahun 1954 terjadi perubahan dalam kedudukan perusahaandimana


perusahaan air berada di bawah Dinas Perusahaan dan di sebut Dinas
perusahaan bagian B (DPB). Data yang didapat pada saat itu luas Kota + 8098
Ha dengan jumlah penduduk + 950.000 jiwa terdapat sepuluh buah mata air
pam sebelas buah sumur artesis, debit air + 206 liter/detikserta prosentase
mencapai + 25 % dari jumlah penduduk yang ada. Pada saat itu sudah tersa
bahwa pelayanan air minum untuk Kota Bandung perluditingkatkan sejalan
dengan adanya perluasan Kota Bandung danpertambahan penduduk yang
cukup pesat. Oleh Karena itu pada tahun 1958 mulai dibangun Pengolahan Air
Minum yang berlokasi di Jalan Badak Singa dengan sumber air baku diambil
dari Sungai Cisangkuy dengan produksi rata-rata + 850 liter/detik yang mulai
berfungsi pada tahun 1960. Pada tahun 1960 Pengolahan Air Minum dengan
sumber air baku yang sudah diambil dari Sungai Cisangkuy mulai berfungsi
sehingga sumber air yang ada yaitu sepuluh buah mata air, sebelas buah sumur
artesis dan pengolahan air Sungai Cisangkuy dengan debit air + 1044
liter/detik,namun karena tingkat kenaikan junlah penduduk yang cukup pesat,
maka masih dirasakan kurangnya pelayanan air minum. Dengan wilayah Kota
Bandung + 8098 Ha dan jumlah penduduk sebanyak + 960.000 jiwa,
prosentase pelayanan yang dicapai baru sekitar + 25 % dari jumlah penduduk.

17
Pada tahun 1967 perusahaan mengalami perubahan organisasi lagi, dimana
perusahaan air minum kemudian berdiri sendiri dan disebut Dinas Teknik
Penyehatan, termasuk didalamnya bagian riel. Struktur organisasi ini
berdasarkan Surat Keputusan Wali Kota Bandung Nomor : 8364/64 tanggal 15
juni 1967.

Tahun 1972 Dinas Teknik Penyehatan mengalami penyempurnaan pokok,


yaitu penyediaan air minum dan membantu pemerintah daerah.Struktur
Organisasi Surat Keputusan WaliKota Bandung Nomor : 9226/72 tanggal 1
juni 1972. Karena dirasakan masih kurangnya pelayanan air minum, maka
pada tahun 1972/1973 mulai diadakan studi kelayakanuntuk peningkatan
pelayanan air minum Kota Bandung yang dilaksanakan oleh konsultan dari
Denmark (Nielsen Rus henberger Cowioonsult-NCR) yang kemudian
dilanjutkan dengan perencanaan detail yang dilaksanakanm oleh Konsultan
German Water Engineering GmbH-GWE dari Jerman Barat.

Pada tahun 1974 dengan Surat Kuputusan WaliKota No.17496/74


tertanggal 19 November 1974 pada tanggal 16 Desember 1974 Dinas Teknik
Penyehatan berubah status menjadi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Didirikannya Perusahaan Daerah Air Minum ini disebabkan pengelolaan air
bersih di Kota Bandung dipandang sudah waktunya diselenggarakan oleh
suatu badan hukum otonom yaitu dengan status perusahaan daerah. Dengan
demikian Perusahaan Daerah Air Minum sudah dapat mengurus
kepentingannya sendiri keluar maupun kedalam terlepas dari organisasi
pemerintah daerah.

Pada tahun 1980 dengan telah selesainya studi kelayakan dan perencanaan
detail pengembangan air Kota Bandung mulai dirasakan fisik pengembangan
Asia (ADB) berupa loan sebesar 11,5 juta dollar AS (Loan 195-INOSF) dan
kemudian ditambah lagi dengan loan 401 SF sebesar 8 juta dollar AS.
Disamping itu diperoleh pula dana dari Pemerintah Pusat sebesar Rp 15,2
Milyar. Pada saat itu kondisi air minum Kota Bandung, yaitu dengan luas Kota
+ 8098 Ha dan jumlah penduduk + 1.400.000 jiwa terdapat sumber air sepuluh
buah mata air, panjang pipa terpasang + 484,884 km. Prioritas pelayanan +

18
23,5 % dengan jumlah pelanggan 47.000 sambungan terpasang. Hasil yang
dicapai pada Proyek Tahap I yang dapat diselesaikan pada awal tahun 1982
meliputi :
1. Pembuatan 22 buah sumur produksi
2. Pembuatan 44 buah sumur observasi dan sumur pengetesan
3. Pembuatan tiga buah bak penampungan air, yaitu :
a. R.9 Cikutra berkapasitas 11.000 m³, melayani daerah Bandung Timur
dengan debit + 280 liter/detik.
b. R.10 Cipedes, berkapasitas 3.000 m³, melayani daerah Bandung Utara
dengan debit + 172 liter/detik.
c. R.11 Ledeng berkapasitas 3.000 m³, melayani daerah Bandung Barat
dengan debit + 172 liter/detik.
4. Pengadaan dan pemasangan pipa trasmisi dan distribusi sepanjang + 450
km, dengan diameter 80 m s/d 1000 m di seluruh daerah pelayanan ( Bandung
Utara, Timur, Tengah/Selatan dan Barat ).
5. Pemasangan kran umum sebanyak + 200 buah dan MCK + 35 buah di
daerah-daerah yang diperkirakan kurang mampu berlangganan dan/atau
daerah yang belum memungkinkan untuk diberikan pelayanan langsung ke
rumah-rumah.
6. Pengadaan 13.000 buah mata air.
Walaupun secara umum Proyek Tahap I boleh dikatakan berhasil baik dalam
sasaran peningkatan pelayanan air minum Kota Bandung maupun dalam
pengembangannya. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya jumlah
langganan yang dapat dilayani oleh PDAM Kota Bandung yang saat itu
mencapai + 76.000 langganan aktif, namun walaupun demikian sasaran utama
tidak tercapai, dari target prosentase pelayanan + 61 % hanya bias terlayani
sebesar + 42 % saja, keadaan seperti ini disebabkan oleh peningkatan
penduduk yang bertambah dengan pesat dan pemukiman yang harus dilayani
air bersihnya terus berkembang.Pada periode transisi ini dengan segala dana
yang ada PDAM terus meningkatkan pelayanan air minum untuk masyarakat
Kota Bandung antara lain pemasangan pipa-pipa tertier dan sambungan rumah
serta perakitan meteran air, akan tetapi masih banyak calon pelanggan yang
tidak terlayani. Oleh karena itu agar kebutuhan air minum Kota Bandung
dapat terpenuhi, maka Proyek Tahap II harus segera terealisir. Rencana Proyek
Air Minum Tahap II ini meliputi penambahan :
1. Sumber Air :Air tanah dalam/mata air/sungai Cikandung/Sungai
Cigulung ditampung di Reservoir Pakar dan Pengembangan Pengolahan
Sungai Cisangkuy.

19
2. Debit : + 1.200 liter/detik
3. Pelayanan :Target yang harus dicapai sampai akhir Pelita IV sebesar 75%
4. Pelanggan : 1.286.000 orang
5. Distribusi : Permintaan Air Bersih dari daerah diluar Wilayah Kota
Bandung (+ 550.000 orang).

Proyek Tahap II tersebut dilaksanakan oleh PDAM untuk melanjutkan


Proyek Tahap I, Dimana masyarakat masih banyak yang belum menikmati
pelayanan air minum dan agar pada akhir target pelayanan air minum sebesar
+ 75 % pada akhir PELITA IV dapat terlayani. Pada saat ini dengan jumlah
penduduk Kota Bandung sebanyak + 2.058.112 jiwa Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Kota Bandung mempunyai jumlah pelanggan sebanyak
124.484 sambungan langganan. Dengan jumlah tersebut penduduk yang dapat
dilayani sarana air bersih baru mencapai + 60 % dari seluruh jumlah penduduk
Kota Bandung. Kebutuhan air minumnya diperoleh daripenjernihan air Sungai
Cisangkuy dan Sungai Cikapundung serta beberapa mata air dan sumur bor,
yaitu air permukaan, mata air dan air tanah dengan total + 2.400 l/detik.

B. 4.2 Visi dan Misi

PDAM Tirtawening Kota Bandung Cabang Dago Pakar telah


merencanakan secara jelas visi, misi, dan strategi dalam pengelolaan
perusahaannya di sebuah coorporate plan. Visi, misi, dan strategi dalam
pengelolaan PDAM tersusun dalam sebuah perencanaan perusahaan (coorporate
plan).Rumusan strategi yang dikembangkan PDAM Tirta Makmur Kabupaten
Sukoharjo dilandasi oleh :

VISI :
Terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pelayanan air minum
dan air limbah yang berwawasan lingkungan, dan berkelanjutan.

MISI :
1. Memberikan pelayanan dan kemanfaatan umum kepada
seluruh masyarakat melalui pelayanan air minum dan air
limbah yang berwawasan lingkungan.

20
2. Mewujudkan pengelolaan keuangan perusahaan secara
mandiri melalui pendapatan yang diperoleh dari masyarakat
dan dikembalikan lagi kepada masyarakat guna
meningkatkan pelayanan dan penyediaan air minum
maupun sarana air limbah.
3. Meningkatkan pengolahan kualitas air minum dan air
limbah yang sesuai dengan standar kesehatan dan
lingkungan.
4. Mewujudkan penambahan cakupan pelayanan air minum
dan air limbah yang disesuaikan dengan pertambahan
penduduk kota Bandung.

MOTTO : " TIRTA DAYA MARTA UTAMA "

Pengertian :
Tirta = Air , Daya = Kekuatan, Tenaga, Yang menyebabkan sesuatu
bergerak, Marta = Kehidupan, Utama = Utama, Baik

Filosofi :
Tuhan menciptakan air untuk memenuhi kebutuhan semua mahluk
hidup. Air memiliki peranan yang sangat penting karena 60% kandungan
di dalam tubuh manusia adalah air sehingga air menjadi unsur utama
dalam kehidupan manusia agar dapat berdaya dan teurs berkarya.

B. 2.6 Maksud dan tujuan pdam kota Bandung

Sesuai Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 15 Tahun 2009


PDAM Tirtawening Kota Bandung didirikan dengan maksud dan tujuan :
Menyelenggarakan usaha pengelolaan air minum dan air limbah
bagi kepentingan umum dalam jumlah dan mutu yang memadai serta
usaha lainnya di bidang air minum dan air limbah.

21
Memupuk keuntungan dan melaksanakan penugasan Pemerintah
Daerah di bidang air minum dan air limbah dalam rangka menunjang
pembangunan dengan menetapkan prinsip perusahaan.

Tugas & fungsi pdam


Tugas pokok Perusahaan Daerah Air Minum Tirtawening Kota
Bandung sesuai Peraturan Walikota Bandung Nomor 236 Tahun 2009
adalah bergerak di bidang pengelolaan air minum dan pengelolaan sarana
air limbah di daerah, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang
mencakup aspek ekonomi, sosial, kesehatan dan pelayanan umum.

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, PDAM


menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut :
 Perumusan kebijakan dan strategi usaha pengelolaan air
minum dan sarana air limbah ;
 Melaksanakan pelayanan umum/jasa kepada masyarakat
konsumen dalam penyediaan air minum dan sarana air
limbah ;
 Perencanaan pembangunan, pemeliharaan dan pengawasan
sarana dan prasarana air minum dan air limbah ;
 Pengelolaan keuangan Perusahaan Daerah untuk
membiayai kelangsungan hidup Perusahaan Daerah dan
Pembangunan Daerah Pengelolaan pegawai PDAM ;
 Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan dan
usaha PDAM kepada Walikota melalui Badan Pengawas.

Struktur Organisasi PDAM Tirtawening Kota Bandung Cabang Dago Pakar

22
23
B. 2.7 Fasilitas
1. Kualitas Air PDAM
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah ada, disimpulkan bahwa : Dari uji
fisika maka air sampel sudah memenuhi sebagai air bersih sedangkan dari uji
kimia ada beberapa sampel yang tidak memenuhi standar kualitas air bersih.

2. Kuantitas Air PDAM

24
Kuantitas air yang dimaksud adalah besarnya debit air yang keluar dari
kran masing-masing pengguna air bersih PDAM. Melalui data teknis kita
biasa mengambil keterangan tentang kuantitas yang tertahankan oleh PDAM.
Unsur yang berpengaruh penting dalam data teknis mengenai kuantitas air
PDAM yaitu persentase air yang tidak dipertanggungjawabkan, persentase air
yang dipertanggungjawabkan, efektivitas kemampuan mesin produksi maupun
distribusi.
3. Kontinuitas Air PDAM
Hasil konsultasi dengan Kabag Humas PDAM Tirtawening Kota Bandung
Cabang Dago Pakar, yaitu:
Distribusi air dibuka selama 24 jam, akan tetapi akan ditutup apabila ada
perbaikan, gangguan pada pipa dan rutinitas membersihkan pipa. Perbaikan-
perbaikan pipa berupa :
a. PDAM Tirtawening Kota Bandung Cabang Dago Pakar, memperbaiki pipa-
pipa pelanggan, perbulan perbaikan-perbaikannya yaitu :
- Perbaikan pipa ¾ inch berlangsung selama 5 menit langsung di tempat.
Perbaikan tersebut selama sebulan ada 10 perbaikan di 1 tempat.
- Perbaikan pipa 2 inch langsung di tempat. Perbaikan tersebut selama
sebulan ada 5 perbaikan di 1 tempat.
- Perbaikan pipa 4 inch langsung di tempat. Perbaikan tersebut selama
sebulan ada 2 perbaikan di 1 tempat.
- Perbaikan pipa 2 inch berlangsung selama 1 jam langsung di tempat.
Perbaikan tersebut selama sebulan ada 5 perbaikan.

b. Pengurasan reservoir dilakukan per 1,5 bulan pada siang hari selama 3 jam
mulai dari jam 10 pagi sampai jam 13 siang.
c. Pembersihan pipa primer dilakukan satu bulan sekali.

d. PDAM melakukan Wash out. Satu proses wash out dilakukan selama 3 jam
terjadi di malam hari. Kegiatan ini dimulai dari jam 20.00 sampai jam
24.00.
B. 2.8 Program Pemberdayaan

1. Sosialisasi keunggulan dan promosi manfaat air bersih PDAM

Tirtawening Kota Bandung Cabang Dago Pakar

2. Meningkatkan efisiensi kapasitas produksi

25
3. Memelihara kualitas serta mutu pelayanan

4. Meningkatkan efisiensi distribusi

5. Meningkatkan kualitas kinerja perusahaan yang lebih baik

6. Meningkatkan mutu dan kualitas barang maupun pelayanan

7. Sosialisasi perbandingan kualitas sumur sekitar dengan air bersih PDAM


Tirtawening Kota Bandung Cabang Dago Pakar
8. Mengusahakan, pengembangan, dan pelatihan SDM

9. Membangun sarana dan prasarana yang dibutuhkan

10. Meningkatkan efisiensi biaya

11. Membangun sistem penyediaan air besih

12. Mendirikan suatu forum umum pendapat, saran, dan kritik dari
masyarakat
13. Memperbaiki sistem penilaian kerja

14. Memperbaiki sistem distribusi ke pelanggan

15. Menetapkan strategi bisnis baru yang lebih efisien dan efektif

16. Menetapkan keseimbangan harga dan biaya

17. Lebih memperhatikan kualitas dan mutu pelayanan terhadap konsumen.

B. 2.10 Layanan
1. Pemasangan sambungan baru tepat waktu sesuai jadwal yang dijanjikan

2. Air yang disalurkan sudah terjamin jumlah dan tekanan yang cukup

3. Air yang disalurkan sudah terjamin dalam 24 jam

4. Air yang disalurkan terjamin kualitasnya (tidak keruh)

5. Petugas pembaca meter air telah melakukan tugasnya dengan tepat

6. Meter air yang rusak diperbaiki secepatnya

26
B. 2.11 Hasil Observasi

PDAM, biasanya melakukan pengolahan secara fisika dan kimiawi dalam


proses penyediaan air bersih. Secara umum, skema pengolahan air bersih di
daerah-daerah di Indonesia terlihat seperti pada gambar di bawah. Terdapat 3
bagian penting dalam sistem pengolahannya.

B. 2.11 Skema pengolahan air bersih

1. Bangunan Intake

Gambar intake PDAM Kota Bandung

27
Bangunan intake ini berfungsi sebagai bangunan pertama untuk masuknya
air dari sumber air. Pada umumnya, sumber air untuk pengolahan air bersih,
diambil dari sungai. Pada bangunan intake ini biasanya terdapat bar screen
yang berfungsi untuk menyaring benda-benda yang ikut tergenang dalam air.
Selanjutnya, air akan masuk ke dalam sebuah bak yang nantinya akan
dipompa ke bangunan selanjutnya, yaitu WTP – Water Treatment Plant.

2. Water Treatment Plant

Water Treatment Plant atau lebih populer dengan akronim WTP adalah
bangunan utama pengolahan air bersih. Biasanya bagunan ini terdiri dari 4
bagian, yaitu : bak koagulasi, bak flokulasi, bak sedimentasi, dan bak filtrasi.
Nah, sekarang kita bahas satu per satu bagian-bagian ini.

a) Aerator

28
Untuk mereaksikan air dengan udara ( O2 ) yang bertujuan untuk
mengubah Fe ( besi ) terlarut dalam air menjadi senyawa Fe padat. Proses aerasi
dapat memperluas permukaan kontak air dengan udara sehingga mempercepat
pengendapan Fe terlarut.

 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi :

1) Suhu

2) Tekanan

3) Katalis

4) Luas permukaan kontak

5) Konsentrasi berlebih

b) Settler / Bak Pengendap

Air dari bak aerator masuk / mengalir ke bak pengendap ( sedimentasi )


untuk mengendapkan flok / padatan dan Fe padat.

Prinsip utama bak pengendap ini adalah kecepatan pengendapan lebih


besar dari pada kecepatan aliran. Jika kecepatan aliran lebih besar dari kecepatan
pengendapan akan membuat endapan tidak terendapkan dan ikut mengali bersama
air.

29
V0 diupayakan sekecil mengkin agar lebih kecil dari V1. Jika V0 = Vs maka tidak
ada padatan yang terendapkan.

Q1 = Q0 = V0.A0 jika Q1 = Qp = Q0 +Qs jika V0<<maka>>A0

Catatan : Q dalam liter/detik dan tinggi penyekatnya 2 meter

c) Sand Filter

Dikenal sebagai saringan lambat, prisip utamanya menyaring flok yang


tidak terendapkan di bak pengendap. Tergantung dari kualitas air bakunya, sand
filter perlu di back wash secara berkala. Bahan yang dipakai untuk sand filter
biasanya adalah pasir kuarsa, karena pasir jenis ini mempunyai pori-pori halus
yang bagus untuk menyaring. Penambahan kaporit dilakukan untuk desinfeksi bila
angka E. coli dalam air tinggi, penambahan dilakukan saat air akan dialirkan ke
reservoir. Dalam proses sand filter membutuhkan biaya yang cukup mahal karena
terdapat proses back wash. Pada kenyataan satu kali proses back wash memelukan
± 20 m3 air sedangkan proses back wash tersebut dilakukan sebanyak dua kali.
Sand filter memang perlu di back wash secara berkala.

30
d. Flokulasi

Setelah dari unit koagulasi, selanjutnya air akan masuk ke dalam unit
flokulasi. Unit ini ditujukan untuk membentuk dan memperbesar flok. Teknisnya
adalah dengan dilakukan pengadukan lambat (slow mixing).

31
Proses Flokulasi Partikel Koloid

e. Sedimentasi

Setelah melewati proses destabilisasi partikel koloid melalui unit


koagulasi dan unit flokulasi, selanjutnya perjalanan air akan masuk ke
dalam unit sedimentasi. Unit ini berfungsi untuk mengendapkan partikel-
partikel koloid yang sudah didestabilisasi oleh unit sebelumnya. Unit ini
menggunakan prinsip berat jenis. Berat jenis partikel koloid (biasanya
berupa lumpur) akan lebih besar daripada berat jenis air. Dalam bak
sedimentasi, akan terpisah antara air dan lumpur.

32
Proses Sedimentasi

Gabungan unit koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi disebut unit aselator

Unit Aselator pada Water Treatment Plant

d. Filtrasi

Setelah proses sedimentasi, proses selanjutnya adalah filtrasi. Unit filtrasi


ini, sesuai dengan namanya, adalah untuk menyaring dengan media berbutir.
Media berbutir ini biasanya terdiri dari antrasit, pasir silica, dan kerikil silica
denga ketebalan berbeda. Dilakukan secara grafitasi.

33
Unit Filtrasi

Pasir Silika untuk menyaring kotoran dalam air

Selesailah sudah proses pengolahan air bersih. Biasanya untuk proses


tambahan, dilakukan disinfeksi berupa penambahan chlor, ozonisasi, UV,

34
pemabasan, dan lain-lain sebelum masuk ke bangunan selanjutnya, yaitu
reservoir.

Penambahan chlor pada air melalui pipa

Tampat pengujian air melalui kran

35
Tangki tempat Absorpsi chlor

3. Reservoir

Setelah dari WTP dan berupa clear water, sebelum didistribusikan, air
masuk ke dalam reservoir.

Reservoir merupakan bak penampung akhir setelah air melalui proses back
wash di dalam sand filter.

Reservoir ini berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air bersih


sebelum didistribusikan melalui pipa-pipa secara grafitasi. Karena kebanyakan
distribusi di kita menggunakan grafitasi, maka reservoir ini biasanya

36
diletakkan di tempat dengan eleveasi lebih tinggi daripada tempat-tempat yang
menjadi sasaran distribusi. Biasanya terletak diatas bukit, atau gunung.

Reservoir air bersih

Gabungan dari unit-unit pengolahan air ini disebut IPA – Instalasi


Pengolahan Air. Untuk menghemat biaya pembangunan, biasanya Intake,
WTP, dan Reservoir dibangun dalam satu kawasan dengan ketinggian yang
cukup tinggi, sehingga tidak diperlukan pumping station dengan kapasitas
pompa dorong yang besar untuk menyalurkan air dari WTP ke
reservoir. Barulah, setelah dari reservoir, air bersih siap untuk didistribusikan
melalui pipa-pipa dengan berbagai ukuran ke tiap daerah distribusi.

37
Proses Pengolahan Air Bersih

Sebagian Proses penjernihan air PDAM Kota Bandung

38
4. Perencanaan
Seluruh proses perencanan dikerjakan dengan bantuan teknologi, yaitu
menggunakan computer. Setiap akhir bulan diadakan evaluasi hasil
perencanaan. Proses pengerjaanya cukup rumit dan mendetail. Masalah tehnik
yang penting

Keterangan:
1. kadar Fe di daerah Bandung kususnya di daerah Dago Pakar cukup
rendah karena berada di daerah perbukitan.
2. pasir yang digunakan dalam proses penyaringan adalah pasir kuarsa
karena sifat pasir kuarsa seperti spon (berpori-pori tetapi mudah hancur)

Kesimpulan
System pengolahan air di PDAM Tirtawening Kota Bandung Cabang
Dago Pakar, menggunakan cara fisik dan kimia dengan 2 metode pemanfaatan
air yaitu pada air yang perlu pengolahan dengan air yang tidak perlu
pengolahan sehingga langsung didistribusikan ke konsumen. Berkaitan dengan
berbagai macam hal sosial kemasyarakatan, PDAM Tirtawening Kota
Bandung Cabang Dago Pakar, menemui hambatan yang sifatnya mencakup
masalah social, dalam rangka pengembangan daerah di Sleman dan kondisi
geografis daerah Sleman pada khususnya. Sehingga pencapaian baku mutu
qualitas air perlu adanya penanganan berkala karena sifatnya adalah public
consumer.

B. 2.12 Kapasitas Produksi

39
Sumber Air Baku PDAM Kota Bandung pada saat ini memanfaatkan 3 Sumber
Air yaitu :

1. Air Permukaan
a. Sungai Cisangkuy, debit yang diambil + 1400 l/dtk diolah di Instalasi
Pengolahan Badaksinga dari rencana ± 1800 l/dtk
b. Sungai Cikapundung, debit yang diambil + 840 l/dtk, 200 l/dtk diolah di
Instalasi Pengolahan Badaksinga, 600 l/dtl diolah di Instalasi Pengolahan
Dago Pakar dan 40 l/dtk diolah di Mini Plant Dago Pakar
c. Sungai Cibeureum, debit yang diambil 40 l/dtk diolah di Mini
Treatment Cibeureum
d. Sungai Cipanjalu, debit yang diambil ± 20 l/dtk diolah di Mini
Treatment Cipanjalu

2. Mata Air

40
Sumber air ini diambil dari beberapa mata air di daerah Bandung Utara
dengan total debit 190 l/dtk dan diolah di Resevoir XI Ledeng. Ada pun Mata Air-
Mata Air tersebut adalah :
a. Mata air Cigentur I
b. Mata air Cigentur II
c. Mata air Ciliang
d. Mata Air Cilaki
e. Mata air Ciwangun
f. Mata air Cisalada I & II
g. Mata air Cicariuk
h. Mata air Cibadak
i. Mata air Cirateun
j. Mata air Cikendi
k. Mata air Ciasahan
l. Mata air Legok Baygon
m. Mata air Citalaga
n. Mata air Panyairan
o. Mata air Ciwangi

3. Air Tanah
Untuk pengolahan air baku yang berasal dari air tanah dalam digunakan
sistem aerasi, filtrasi dan desinfektanuntuk membunuh bakteri digunakan
gaschlorkaporit. Kualitas air baku ini pada umumnya memiliki kandungan Fe dan
Mn diatas standar yang ditetapkan. Air tanah ini sebagian dimanfaatkan untuk
membantu daerah yang tidak terjangkau oleh pelayanan dari Instalasi Induk
PDAM. Jumlah sumur air tanah dalam PDAM ada 32 buah dengan sistem
pendistribusian secara langsung ke konsumen dengan melalui proses.

Cakupan Layanan Saat ini PDAM Tirtawening Kota Bandung baru


mampu melayani + 72,19 % penduduk Kota Bandung yaitu sebanyak 1.789.836
jiwa. Sedangkan target nasional pelayanan air minum untuk kota besar sebesar 80

41
%, hal ini disebabkan semakin meningkatnya kebutuhan air minum dari tahun ke
tahun.

Sistem Distribusi Air


Sistem pelayanan pendistribusian kepada pelanggan di bagi ke dalam 4
Wilayah Pelayanan yaitu ; - Wilayah Bandung Utara - Wilayah Bandung Tengah
Selatan - Wilayah Bandung Barat - Wilayah Bandung Timur Adapun
pendistribusiannya melalui sistem :
1.Jaringan pipa adalah sistem pendistribusian air melalui jaringan pipa dengan
cara gravitasi ke daerah pelayanan.
2.Pelayanan air tangki adalah armada tangki siap beroperasi melayani kebutuhan
masyarakat secara langsung selama 24 Jam.
3.Kran Umum dan Terminal Air adalah merupakan sarana pelayanan air bersih
untuk daerah pemukiman tertentu yang dinilai cukup padat dan sebagai
penduduknya belum mampu menjadi pelanggan air minum melalui sambungan
rumah dan menggunan tarif sosial.

42
Tarif Air Minum Tarif Air Minum ditentukan berdasarkan Peraturan Walikota

Untuk pemakaian air minum berlaku ketentuan sebagai berikut :


· Biaya Administrasi Air Minum untuk setiap pelanggan sebesar Rp.
10.000,-/bulan · Biaya Pemeliharaan Meter untuk setiap pelanggan/bulan, yaitu :

B. 2.13 . Keluhan pelanggan PDAM

diantaranya :

a. Angka E. coli dalam air tinggi

b. Air PDAM rasanya tidak enak ( berbeda dari air biasa ) / bau kaporit

43
c. Pasokan air tersendat

B. 2.14. Kendala yang menghambat PDAM

a. Pipa tertanam di bawah aspal akibat pelebaran jalan sehingga sulit dilakukan
pengecekan pipa dan banyak pipa yang rusak akibat tekanan berlebihan dari
kendaraan yang lewat.
b. Pipa rusak / bocor akibat akar pohon yang diotanam di atas pipa.

c. Kadar Fe dan Mn yang tinggi di Yogyakarta.

d. Terjadi penjarahan air / pembocoran pipa secara disengaja oleh masyarakat


tertentu.

C. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)

C.2.1 Maksud dan Tujuan penyusunan RKL

Berdasarkan prakiraan dan evaluasi dampak penting maka disusun rencana


tindak lanjut dalam bentuk RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup) dan
RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup) dalam satu kesatuan laporan.
Adapun maksud penyusunan RKL dan RPL tersebut adalah sebagai berikut:

C.2.1.1 Maksud

Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) merupakan rencana


tindak lanjut untuk mengelola dampak penting yang ditimbulkan oleh aktivitas
proyek, sedangkan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) merupakan
piranti untuk memantau hasil pengelolaan lingkungan tersebut. Dengan demikian
penyusunan RKL dan RPL ini dimaksudkan untuk:

 Menyusun rencana pengelolaan dampak penting agar dampak yang ditimbulkan


proyek dapat memenuhi ketentuan baku mutu lingkungan dan / atau
meminimalisasi kerusakan lingkungan sehingga dapat menghindari kemungkinan

44
timbulnya dampak penting yang akan dapat berkembang menjadi isu lingkungan
atau isu sosial yang merugikan berbagai pihak yang berkepentingan.

 Menyusun rencana pemantauan dampak penting guna mengetahui efektivitas


hasil pengelolaan lingkungan sehingga dapat menjadi dasar evaluasi dan
penyusunan rencana tindak lanjut untuk menyempurnakan pengelolaan
lingkungan secara terus menerus.

Dengan adanya RKL dan RPL ini maka setiap dampak penting yang
ditimbulkan oleh kegiatan dapat terkendali dan teredam hingga tidak berkembang
menjadi isu lingkungan regional, nasional atau bahkan menjadi isu lingkungan
internasional.

C.2.1.2 Tujuan

Maksud penyusunan RKL dan RPL adalah mengendalikan dampak


penting agar sesuai dengan norma, standar, prosedur dan kriteria yang berlaku.
Oleh karena itu sesuai dengan maksud penyusunan RKL dan RPL, maka tujuan
penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup tersebut
adalah sebagai berikut:

 Melaksanakan pengelolaan lingkungan sesuai dengan rencana yang telah


dituangkan dalam FS/Feasibility Study maupun DED/Detail Engineering Design
(mitigated impact).

 Mengelola lingkungan secara terpadu dengan menyediakan dana sesuai


kebutuhan pengelolaan lingkungan dengan melibatkan seluruh pemangku
kepentingan sesuai dengan norma, standar, prosedur dan kriteria yang berlaku.

 Memantau dampak negatif penting dari kegiatan proyek guna memastikan


bahwa pelaksanaan pengelolaan lingkungan telah sesuai dengan standar baku
mutu lingkungan yang ditetapkan oleh pemerintah.

 Menyampaikan informasi hasil pemantauan lingkungan proyek kepada para


pemangku kepentingan sebagai bahan acuan untuk evaluasi dan pengambilan
keputusan serta rencana tindak lanjut terhadap pengelolaan lingkungan.

45
Dengan demikian pengelolaan dampak penting akibat kegiatan maupun
pengelolaan dampak yang sudah direncanakan (mitigated impact) senantiasa
terpantau dan terkendali sehingga dapat memenuhi ketentuan baku mutu
lingkungan yang dipersyaratkan oleh pemerintah.

Mitigated impact adalah dampak yang sudah diketahui dari awal,


sedangkan rancangan kegiatan (FS dan DED) sudah mencakup rencana
pengelolaan dan pengendalian dampak tersebut, sehingga dampak tersebut tidak
lagi perlu dikaji dalam AMDAL, namun dicantumkan dalam RKL-1.3.3 Bagi
Kepentingan Masyarakat Pelaksanaan RKL secara baik, konsisten dan
berkesinambungan akan memberikan manfaat bagi masyarakat sebagai berikut:

 Dengan adanya pengelolaan lingkungan yang baik dan konsisten, maka


masyarakat senantiasa merasa tetap terjamin keselamatan, kenyamanan dan
kualitas lingkungan hidupnya agar dapat melaksanakan kehidupannya sehari-hari
dalam suasana aman dan nyaman.

 Dengan adanya Program CSR (Corporate Social Responsibility), masyarakat


merasa mendapatkan perhatian dan sekaligus memperoleh harapan kehidupan
yang lebih baik guna melepaskan diri dari belenggu kehidupan masyarakat
marginal.

 Mendapatkan informasi lingkungan yang lengkap dari hasil pengelolaan


lingkungan yang baik dan konsisten, sehingga masyarakat senantiasa merasa tetap
terjamin keselamatan, kenyaman dan kualitas lingkungan hidupnya untuk dapat
melaksanakan kehidupannya sehari-hari dalam suasana nyaman.

 Mendapatkan informasi yang lengkap tentang sistem pengelolaan CSR yang


melibatkan perusahaan, masyarakat dan pemerintah, sehingga masyarakat merasa
mendapatkan perhatian dari proyek dan sekaligus memperoleh harapan kehidupan
yang lebih baik guna melepaskan diri dari belenggu kehidupan masyarakat
marginal.

Dengan pelaksanaan RKL-RPL secara baik, maka masyarakat senantiasa


akan merasa aman dan nyaman karena tetap terjaminnya keselarasan hubungan
antara masyarakat dengan lingkungan hidupnya. Selain itu kehadiran CSR dari

46
proyek akan dapat memberikan harapan baru bagi masyarakat di sekitar lokasi
proyek untuk dapat memperbaiki kehidupannya.

Rencana kegiatan dan komponen kegiatan proyek pengembangan PDAM


Tirtawening Kota Bandung Cabang Dago Pakar dapat menimbulkan dampak
penting apabila tidak dikelola dengan baik. Untuk mencegah kemungkinan
timbulnya dampak penting tersebut maka perlu dilakukan pengelolaan
lingkungan. Rencana pengelolaan lingkungan PDAM Tirtawening Kota Bandung
Cabang Dago Pakar dilakukan dengan berbagai pendekatan, antara lain
pendekatan teknologi, sosial ekonomi, institusi atau dengan kombinasi.
Perusahaan memiliki komitmen tinggi dalam pengelolaan lingkungan.

Dalam upaya mencapai kelayakan lingkungan, Perusahaan tetap


memperhatikan kelayakan teknis dan ekonomi. Rencana pengelolaan lingkungan
hidup dilaksanakan untuk mencegah dan mengatasi dampak penting terhadap
komponen lingkungan fisik-kimia, biologi, sosial, ekonomi dan budaya serta
kesehatan masyarakat.

C.2.2 Erosi dan Sedimentasi

a. Dampak Lingkungan yang Akan Dikelola

 Perubahan erosi dan sedimentasi.

b. Sumber Dampak

 Penyiapan lahan.

c. Indikator Keberhasilan Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Laju erosi terkendali sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Reboisasi dan
Rehabilitasi Kementerian Kehutanan No. 041/Kpts/V/1998 (<15 ton/ha/tahun).

d. Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Program pengelolaan lingkungan yang perlu diterapkan untuk mencegah


atau menanggulangi dampak yang akan terjadi melalui pendekatan teknologi,
diantaranya:

47
 Mengendalikan aliran permukaan yang berasal dari hujan, misalnya
membuat parit untuk mengarahkan aliran air hujan menuju catch pond.

 Mengendalikan erosi secara teknis dan vegetatif, misalnya dengan


melakukan penanaman pohon tegak lurus aliran atau sejajar kontur atau pada area
terbuka yang rawan erosi.

 Sedapat mungkin melakukan pekerjaan tanah saat musim kemarau.

e. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Area rawan erosi di segmen jalan akses, area tapak sumur dan area
PDAM Tirtawening Kota Bandung Cabang Dago Pakar.

f. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Periode pengelolaan lingkungan hidup akan dilaksanakan selama


kegiatan tahap pengelolaan air.

C.2.1.4 Laju Limpasan Air Permukaan

a. Dampak Lingkungan yang Akan Dikelola

 Perubahan laju limpasan air permukaan.

b. Sumber Dampak

 Penyiapan lahan.

c. Indikator Keberhasilan Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Mengendalikan laju erosi <15 ton/ha/tahun sesuai dengan Keputusan


Direktur Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Kementerian Kehutanan No.
041/Kpts/V/1998.

 Mengendalikan muatan sedimen masuk ke sungai <50 mg/L sesuai PP


No. 82 Tahun 2001.

 Mengendalikan kadar TSS di sungai = Rona awal TSS Sungai citarum


yakni 4 mg/L dan maksimum < 50 mg/L sesuai PP No. 82 Tahun 2001.

d. Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

48
Program pengelolaan lingkungan yang perlu diterapkan untuk mencegah
atau menanggulangi dampak yang akan terjadi melalui pendekatan teknologi,
diantaranya:

 Mengendalikan aliran permukaan yang berasal dari hujan, misalnya


membuat parit untuk mengarahkan aliran air hujan menuju catch pond.

 Mengendalikan erosi secara teknis dan vegetatif, misalnya dengan


melakukan penanaman pohon tegak lurus aliran atau sejajar kontur atau pada area
terbuka yang rawan erosi.

 Sedapat mungkin melakukan pekerjaan tanah saat musim kemarau.

e. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Area tapak proyek PDAM Tirtawening Kota Bandung Cabang Dago


Pakar.

f. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Periode pengelolaan lingkungan hidup akan dilaksanakan selama


kegiatan pengelolaan air.

C.2.2.2 Biota Air

a. Dampak Lingkungan yang Akan Dikelola

 Gangguan terhadap biota air.

b. Sumber Dampak

 Penyiapan lahan, pemboran sumur produksi, sumur injeksi, dan uji


sumur produksi.

c. Indikator Keberhasilan Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Perubahan komposisi biota air di sungai pada lahan yang dibuka.

d. Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

49
Program pengelolaan lingkungan yang perlu diterapkan untuk mencegah
atau menanggulangi dampak yang akan terjadi melalui pendekatan teknologi,
diantaranya:

 Upaya meminimalkan gangguan terhadap biota air adalah melalui


pengendalian erosi tanah dan sedimentasi (seperti dikemukakan pada bagian
2.2.1.3), pengelolaan laju limpasan air pemukaan (seperti dikemukakan pada
bagian 2.2.1.4). dan pengelolaan kualitas air permukaan (seperti dikemukakan
pada bagian 2.2.1.5).

e. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Area tapak proyek PDAM Tirtawening Kota Bandung Cabang Dago


Pakar

50
f. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Periode pengelolaan lingkungan hidup akan dilaksanakan selama


kegiatan tahap pengelolaan air.

2.2.3 Komponen Sosial-Ekonomi Budaya

a. Dampak Lingkungan yang Akan Dikelola

 Terbukanya kesempatan kerja.

b. Sumber Dampak

 Kegiatan penerimaan tenaga kerja.

c. Indikator Keberhasilan Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Jumlah dan proporsi tenaga kerja lokal yang dapat diserap oleh kegiatan
tahap konstruksi.

d. Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Program pengelolaan lingkungan yang perlu diterapkan untuk mencegah


atau menanggulangi dampak yang akan terjadi melalui pendekatan sosial
ekonomi, diantaranya:

 Penyampaian informasi tentang keberadaan lowongan kerja dan


kualifikasi kebutuhan tenaga kerja untuk pelaksanaan konstruksi proyek
pembangunan PDAM Tirtawening Kota Bandung Cabang Dago Pakar .

 Program pendidikan dan pelatihan tenaga kerja untuk dipekerjakan pada


PDAM Tirtawening Kota Bandung Cabang Dago Pakar maupun kegiatan
pemberdayaan masyarakat.

e. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Di sekitar lokasi kegiatan yang termasuk , Kecamatan Dago Pakar, Kota


Bandung.

f. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

51
 Periode pengelolaan lingkungan hidup akan dilaksanakan selama
kegiatan tahap pengelolaan air.

C.2.2.4 Komponen Kesehatan Masyarakat

a. Dampak Lingkungan yang Akan Dikelola

 Dampak penting yang dikelola adalah gangguan kesehatan


masyarakat/penurunan status kesehatan masyarakat.

b. Sumber Dampak

 Sumber dampak berasal dari kegiatan pemboran sumur produksi, sumur


injeksi, uji sumur produksi, dan pemeliharaan sumur

c. Indikator Keberhasilan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Tidak terjadinya peningkatan kejadian penyakit berbasis lingkungan dan


tidak terjadinya perubahan pola penyakit. Masyarakat masih dapat memanfaatkan
sumber daya air untuk kebutuhan sehari-hari dan kemudahan akses pelayanan
kesehatan masyarakat sekitar lokasi proyek.

d. Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

Program pengelolaan lingkungan yang perlu diterapkan untuk mencegah


atau menanggulangi dampak yang akan terjadi melalui pendekatan teknologi,
diantaranya:

 Menyediakan fasilitas sanitasi yang layak dan sehat seperti jamban, WC


dan tempat sampah di sekitar area proyek.

 Meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap kesehatan lingkungan


melalui penyuluhan secara langsung dan tak langsung.

e. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Di sekitar lokasi PDAM Tirtawening Kota Bandung Cabang Dago


Pakar.

f. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

52
 Selama tahap pengelolaan air berlangsung.

C. 2.3 Rencana Kelola Lingkungan

Setelah melakukan kunjungan ke lapangan dapat diketahui bahwa proses


produksi yang dilakukan oleh PDAM Tirtawening Kota Bandung Cabang Dago
Pakar, dilakukan secara alamiah yaitu, menghimpun air dari muara air sungai, air
dari gua-gua, dan air hujan, PDAM Tirtawening Kota Bandung Cabang Dago
Pakar hanya melakukan pengolahan terhadap sebagian kecil air yang dihasilkan
karena biaya yang terlalu mahal mencapai 20 juta tiap bulan dari rata-rata.
Sehingga ini menjadi masalah kerugian bagi PDAM Tirtawening Kota Bandung
Cabang Dago Pakar. Pengolahan menggunakan kaporit tidak digunakan oleh
PDAM Tirtawening Kota Bandung Cabang Dago Pakar karena keluhan
masyarakat pengguna yang tidak menghendaki adanya bau kaporit sehingga ini
memicu kurang bakunya kualitas air di PDAM Tirtawening Kota Bandung
Cabang Dago Pakar.

Kendala PDAM Tirtawening Kota Bandung Cabang Dago Pakar ada


berbagai macam yaitu diantaranya banyaknya penyumbatan pipa pendistribusian
sehiongga memicu kebocoran, dilihat dari kondisi geografis dago pakar bandung
yang berbukit sehingga dapat mengurangi efisiensi pendistribusian karena
memerlukan pipa yang cukup banyak.

53
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Setelah melakukan kunjungan ke lapangan dapat diketahui bahwa proses


produksi yang dilakukan oleh PDAM Tirtawening Kota Bandung Cabang Dago
Pakar, dilakukan secara alamiah yaitu, menghimpun air dari muara air sungai, air
dari gua-gua, dan air hujan, PDAM Tirtawening Kota Bandung Cabang Dago
Pakar hanya melakukan pengolahan terhadap sebagian kecil air yang dihasilkan
karena biaya yang terlalu mahal mencapai 20 juta tiap bulan dari rata-rata.

Selama praktek kunjungan lapangan di PDAM Tirtawening Kota Bandung


Cabang Dago Pakar, kami penyusun dapat menyimpulkan bahwa dengan
perbedaan karakteristik yang meliputi kondisi Geografis, cara pandang
masyarakat, kondisi iklim, dan ketinggian tempat maka proses yang dilaksanakan
PDAM Tirtawening Kota Bandung Cabang Dago Pakar sangatlah berbeda, baik
cara mendapatkan air, cara pengolahannya, dan cara pendistribusianya, tetapi
disini PDAM Tirtawening Kota Bandung Cabang Dago Pakar sama-sama melihat
quantitas air dengan melihat criteria sebagai berikut :

a) penjernihan atau purifikasi yang meliputi :

1) koagolasi dan flokulasi

2) sedimentasi

3) filtrasi

4) desinfeksi

5) pengaturan pH (pH adjustment)

sehingga kualitas hasil PDAM Tirtawening Kota Bandung Cabang Dago Pakar
relative sama berdasarkan standart baku mutu air.

54
3.2. Saran

Dengan melihat dasar diatas maka kami menyarankan agar dilakukan


penyuluhan terhadap masyarakat mengenai kesehatan air dan penyehatannya
menurut baku mutu yang berlaku, dan perlunya penekanan terhadap masyarakat
agar lebih tahu misi dan tujuan PDAM sehingga tercipta suatu kesadaran
masyarakat sehingga mereka tidak akan merusak prasarana PDAM dan tidak ada
komplain akibat bau kaporit karena mereka akan lebih tahu tujuan penggunaan
bahan tersebut.

55
LAMPIRAN

Gambar ketika pa Cica selaku pembimbing praktek lapangan PDAM kota


Bandung memberikan materi tentang alat pengelola air PDAM menggunakan
gambar.

56
Gambar ketika kelompok kami didepan gerbang PDAM kota bandung cabang
dago pakar

Gambar ketika kami sedang mengamati penyaringan air dikolam PDAM

57
Gambar anggota kelompok kami

58
Surat izin kelompok kami dari Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Universitas Pendidikan Indonesia untuk melakukan observasi ke PDAM kota
Bandung

59
Curiculum Vitae

DATA PRIBADI
Nama : Azmi Baharudin Yusuf
Pendidikan : SMA
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir : Bandung/13 april 1998
Umur : 20 Tahun
Tinggi/Berat Badan : 160cm/55 Kg
Alamat : Sukabumi, jawa barat
Email : azmiby5@gmail.com
PENDIDIKAN FORMAL
SD : SDIT Adzkia Cikiray Sukabumi
SMP : SMPN 1 Cisaat Sukabumi
SMA : SMAN 1 Cibadak Sukabumi
S1 : Universitas Pendidikan Indonesia

PENGALAMAN ORGANISASI & KEPANITIAAN


Anggota himpunan mahasiswa sipil fptk upi
SKILL

Yang ada dikerjakan


.
HARAPAN KARIR
Menjadi Insinyur yang berbobot

60

Anda mungkin juga menyukai