Disusun Oleh :
Achmad Rizki Azhari
NIM. 25010113140258
Prinsip-prinsip tujuan pengolahan air minum secara proses, yaitu: (Tri Joko,
2010)
a) Pengolahan fisik
Bertujuan untuk mengurangi/menghilangkan kotoran-kotoran besar,
penyisihan lumpur dan pasir, mengurangi zat-zat organic yang ada pada air
yang akan diolah, dan mengolah air tanpa zat kimia
b) Pengolahan kimia
Bertujuan untuk membantu proses pengolahan selanjutnya, misalnya
pembubuhan tawas membantu mengurahi kekeruhan air.
c) Pengolahan biologi
Bertujuan untuk membunuh/memusnakan bakteri-bakteri terutama bakteri
penyebab penyakit yang terkandung dalam air.
Batas Melebihi
Maksimum Batas
Hasil
No Parameter Satuan Air Kelas 1 Maksimum
Pengujian
(PP No. 82
Tahun 2001)
A. Fisika
1 Temperatur C 1 Deviasi 3 Tidak
Residu Ya
2 mg/l 2690 1000
Terlarut (TDS)
B. Pra-Sedimentasi
Pra-sedimentasi dimaksudkan untuk menangkap benda kasar yang
mudah mengendap yang terkandung dalam air baku seperti pasir atau
dapat juga disebut partikel diskret. Partikel diskret merupakan partikel
yang tidak mengalami perubahan bentuk selama proses pengendapan. Unit
ini dapat dilengkapi penangkap minyak dan lemak bila diperlukan. (Tri
Joko, 2010).
Penggunaan unit prasedimentasi memanfaatkan prinsip gravitasi
untuk mengendapkan material pasir dan lain-lain (partikel diskret) yang
tidak tersaring screening. (Tri Joko, 2010).
Gambar 3. Bak Pra Sedimentasi
(Sumber: http://www.panoramio.com/photo/37650485)
C. Koagulasi
Koagulasi adalah penambahan koagulan (aluminium sulfat/tawas,
natrium aluminat, ferro sulfat, ferri chlorida) ke dalam air baku diikuti
dengan pengadukan cepat yang bertujuan untuk mencampur antara
koagulan dengan koloid. Koagulasi berfungsi untuk mempermudah butiran
ukuran halus (missal berdiameter 0,06 mm) yang sangat lama mengendap
dalam unit sedimentasi dan koloid-kolid yang bermuatan listrik yang
selalu bergerak-gerak serta tidak dapat diendapkan secara gravitasi untuk
mengendap. (Tri Joko, 2010).
Partikel-partikel yang sangat halus atau koloid bersifat stabil dalam
air dinon satabilkan muatan permukaannya dengan zat koagulan sehingga
terjadi gaya tarik-menarik membentuk flok-flok yang dapat dipisahkan
dengan air melalui proses sedimentasi. Untuk meratakan pencampuran zat
koagulan dan pembentukan flok (mikrofloak) dilakukan proses
pengadukan cepat dan pengadukan lambat. (Tri Joko, 2010).
Pengadukan yang memanfaatkan gaya hidrolisis air (biasa disebut
pengadukan hidrolisis) yang biasa dipakai untuk debit air di atas 50
liter/detik adalah dengan terjunan air. Pembubuhan koagulan dilakukan
sesaat sebelum air diterjunkan sehingga air yang terjun sudah mengandung
koagulan yang siap diaduk. (Tri Joko, 2010).
D. Flokulasi
Flokulasi secara umum disebut juga pengadukan lambat, dimana
dalam unit ini berlangsung proses terbentuknya penggumpalan flok-flok
yang lebih besar dan akibat adanya perbedaan berat jenis terhadap air,
maka flok-flok tersebut dapat dengan mudah mengendap di bak
sedimentasi. (Tri Joko, 2010).
Flokulasi dilakukan setelah proses koagulasi. Flokulator berjalan
dengan kecepatan lambat dengan maksud terjadi pembentukkan flok besar.
Kecepatan air dalam bak pengaduk dijaga pada harga 15-30 cm/detik, agar
tidak terjadi pengendapan maupun kerusakan flok yang telah terbentuk.
(Tri Joko, 2010).
E. Sedimentasi
Proses sedimentasi secara umum diartikan sebagai proses
pengendapan, dimana akibat gaya gravitasi, partikel yang mempunyai
berat jenis lebih besar dari berat jenis air akan mengendap ke bawah dan
jika lebih kecil berat jenisnya maka akan mengapung. Kecepatan
pengendapan partikel akan bertambah sesuai dengan pertambahan ukuran
partikel dan berat jenisnya. (Tri Joko, 2010).
Fungsi dari bangunan sedimentasi adalah untuk menyingkirkan
beberapa macam partikel yang terkandung di dalam air yaitu: (Tri Joko,
2010)
1. Partikel terendapkan.
2. Partikel yang telah terkoagulasi seperti kekeruhan dan warna.
3. Hasil endapan dari proses presipitasi seperti hardness (CaCO3), besi,
dan mangan.
4. Untuk memisahkan flok yang telah terbentuk dari sub unit flokulator
sehingga mudah dibuang.
G. Desinfeksi
Desinfeksi adalah usaha untuk memetikan mikroorganisme yang
masih tersisa dalam proses pengolahan air minum, terutama ditujukan
kepada mikroorganisme pathogen. Terdapat bermacam-macam cara
desinfeksi: (Tri Joko, 2010)
Kimia : Larutan kaporit, gas chloor, dan gas ozon.
Fisika : Gelombang mikro, ultraviolet.
Untuk membunuh mikroorganisme yang bersifat pathogen tekandung
di dalam air, misalnya adalah mikroba E. Colli (tergolong jenis bakteri
coliform fecal). Bahan atau media desinfeksi berupa kaporit, bromin
klorida, gas klor, gas iod, ozon, dan kalium permanganate. Desinfektan
yang sering digunakan adalah kaporit, gas klor, dan sinar ultra. (Tri Joko,
2010).
Kemampuan dari desinfektan ini adalah sebagai berikut: (Tri Joko,
2010)
Menghilangkan bau
Mematikan alga
Mengoksidasi Fe (II) menjadi Fe (III) sehingga konsentrasi di air
turun.
Mengoksidasi Mn.
Mengoksidasi H2S menjadi H2SO4.
Mengoksidasi nitrit menjadi nitrat
Mengoksidasi ammonia menjadi senyawa amin
Mengoksidasi phenol menjadi senyawa yang tidak berbahaya.
H. Water Softening
Kesadahan disebabkan oleh ion-ion bervalensi +2 terutama ion
calcium dan magnesium. Ion calcium dan magnesium terlarut dari batuan
kapur, dolomite, dan mineral-mineral lainnya. Efek dari kesadahan
meningkatkan pemakaian sabun, tertutupnya pori kulit, merubah warna
porcelain. (Tri Joko, 2010).
Jenis-jenis kesadahan yaitu kesadahan tetap dan kesadahan
sementara. Kesadahan tetap disebabkan sulfat, klorida, nitrat, silikat,
kalsium, dan magnesium, sedangkan kesadahan sementara disebabkan
oleh karbonat dan bikarbonat.
Water softening atau pelunakan air berfungsi untuk menghilangkan
kesadahan air. Kesadahan dalam air disebabkan oleh ion calcium dan
magnesium hasil kontak air dengan system dengan susunan geologi. (Tri
Joko, 2010).
Dua metode dasar yang digunakan yaitu proses kapur soda dan
proses pertukaran ion. Pelunakan presipitasi menggunakan kapur (CaO)
dan soda abu (Na2CO3) untuk menghilangkan calcium dan magnesium dari
larutan. Pelunakan dengan memakai ion penukar (ion exchange)
menggunakan rezin untuk menghilangkan ion bivalen dan
menggantikannya dengan ion sodium. (Tri Joko, 2010).
I. Oksidasi
Oksidasi berfungsi untuk menghilangkan besi dan atau mangan.
Oksidasi yaitu menaikkan tingkat oksidasi oleh suatu oksidator (udara,
khlorin, dan permanganat/KMnO4) dengan tujuan mengubah bentuk besi
dan atau mangan terlarut menjadi besi dan atau mangan tidak terlarut
(endapan). Endapan yang terbentuk dihilangkan dengan proses
sedimentasi dan atau filtrasi. (Tri Joko, 2010).
Contoh reaksi oksidasi besi dan mangan dalam pengolahan air
minum dengan oksidator berupa udara (O2) adalah sebagai berikut:
J. Reduksi
Reduksi digunakan untuk pengolahan air minum secara biologis
(microbial biomass). Proses biologis dapat digunakan untuk mengatasi
berbagai macam kontaminan organik dan anorganik di air permukaan dan
air tanah.
Tabel 2. Beberapa Kontaminan yang Dapat Diolah Secara Reduksi
Biologis
Kategori
Aplikasi Removal Deskripsi
Kontaminan
Perchloroethylene
(PCE)
Trichloroethylene Biologi deklorinasi
(TCE) reduktif menghasilkan
Halogenated organics
metana inokokus/tidak
Dibromochloro- berbahaya atau CO2
propane (DBCP)
Chloroform
Perchlorate Reduksi biologis
menghasilkan produk
Chlorate akhir inokokus (Cl-,
N2, Br, H2O), sehingga
Nitrate
menghilangkan
Nitrite pembentukan aliran
konsentrat yang
Bromate terkontaminasi.
Inorganics Reduksi biologis
menghasilkan spesies
tidak dapat larut yang
Selenate dapat mudah disaring
atau diendapkan,
Chromate sehingga
menghilangkan
kebutuhan untuk
reduksi kimia.
Proses Dasar
Bakteri memperoleh energi dan bereproduksi dengan mediasi
transfer elektron dari senyawa pendonor (yaitu, senyawa yang mudah
menyumbangkan elektron) ke senyawa teroksidasi (yaitu, senyawa yang
siap menerima elektron). Sekali senyawa pendonor menyumbangkan
elektron, maka electron tersebut melakukan perjalanan bolak-balik
melintasi membran mitokondria sel dalam serangkaian reaksi oksidasi-
reduksi internal. Pada akhirnya, elektron disumbangkan untuk senyawa
penerima elektron terminal. Rangkaian reaksi, yang secara kumulatif
dikenal sebagai rantai transpor elektron, menciptakan gradien elektrokimia
di membran sel yang digunakan bakteri untuk menghasilkan adenosin
trifosfat atau juga dikenal sebagai energi. (Brown, 2007).
Sebagai senyawa yang mendapatkan atau kehilangan elektron,
mereka akan dikonversi ke bentuk yang berbeda, sering tidak berbahaya,
yang termodinamikanya lebih stabil daripada senyawa aslinya. Contoh di
bawah ini menggambarkan reaksi oksidasi-reduksi mikroba dimediasi
antara asetat (donor elektron) dan oksigen terlarut dan nitrat (dua elektron
lingkungan akseptor).
CH3COO- + 2O2 → 2HCO3- + H+
ΔG° = -844 KJ/mol acetate
CH3COO- + 3/5NO3- + 13/5H+ → 2HCO3- + 4/5H20 + 4/5 N2
ΔG° = -792 KJ/mol acetate
K. Preklorinasi
Pra-klorinasi adalah ketika klorin diterapkan untuk air segera setelah
memasuki fasilitas pengolahan. Pada langkah pra-klorinasi, klorin
biasanya ditambahkan langsung ke air baku (air untreatment yang
memasuki fasilitas pengolahan), atau ditambahkan di flash mixer (mesin
pencampuran yang cepat, dispersi seragam dari klorin). Klorin
ditambahkan ke air baku untuk menghilangkan ganggang dan bentuk lain
dari kehidupan aquatic dari air sehingga tidak akan menimbulkan masalah
pada tahap selanjutnya dari pengolahan air. Pra-klorinasi di flash mixer
dilakukan untuk menghilangkan rasa dan bau, dan mengendalikan
pertumbuhan biologis seluruh sistem pengolahan air, sehingga mencegah
pertumbuhannya dalam tangki sedimentasi dan media filtrasi. Penambahan
klorin juga akan mengoksidasi besi apapun, mangan dan / atau hidrogen
sulfida yang hadir, sehingga mereka juga dapat dihilangkan dalam
sedimentasi dan filtrasi. (SDWF, 2008).
L. Netralisasi
Netralisasi adalah salah satu upaya agar pH air menjadi normal.
Netralisasi dalam mengolah air gambut adalah mengatur pH air gambut
yang bersifat asam (pH < 7) menjadi netral (pH 7-8) dengan cara
pembubuhan alkali. Cara yang paling mudah dan murah adalah dengan
membubuhkan CaO (kapur tohor) atau CaCO3 (batu gamping). Tujuan
proses netralisasi adalah untuk membantu efektivitas proses selanjutnya,
antara lain: (Said dan Widayat, 2010)
Pada proses Oksidasi dengan udara, pengurangan Fe dan Mn akan
sangat efektif pada pH 7 – 8.
Pada proses oksisdasi dengan chlorine reaksi efektif pada pH 7–8,5
(80%), sedangkan pada pH <6 dan >8,5 hanya bereaksi < 40%.
Pada proses koagulasi dengan menggunakan alum akan afektif pada
pH ≥ 6.
Pengendapan semua logam akan terjadi pada pH ≥ 8,3; Fe pada pH 8 –
9 dan Mn pada pH 11.
Zat alkali dipakai untuk mengolah air dengan tujuan mengatur pH
agar pH air menjadi netral agar proses flokulasi dan koagulasi dapat
berjalan baik dan efektif. Zat-zat alkali yang sering digunakan adalah batu
kapur (slake lime), soda abu, Na (HCO3). Batu kapur (slake lime) banyak
digunakan karena harganya murah dan hasilnya baik. Tetapi mempunyai
beberapa kekurangan yaitu kelarutan kecil dan dapat memperbesar
kesadahan. (Said dan Widayat, 2010).
M. Aerasi
Aerasi adalah suatu bentuk perpindahan gas dan dipergunakan dalam
berbagai bentuk variasi operasi meliputi: (Tri Joko, 2010)
1. Tambahan oksigen untuk mengoksidasi besi dan mangan terlarut
2. Pembuangan carbon dioksida
3. Pembuangan hydrogen sulfide untuk menghilangkan baud an rasa
4. Pembungan minyak yang mudah menguap dan bahan-bahan penyebab
bau dan rasa serupa yang dikeluarkan oleh ganggang serta
mekroorganisme lain
Aerator merupakan nama alat yang digunakan dalam proses aerasi.
Aerator dibagi dalam dua kategori. Aerator memasukkan udara ke air, atau
air ke udara. Metode air-dalam-udara yang dirancang untuk menghasilkan
tetesan kecil air yang jatuh melalui udara. Metode udara-dalam-air
menciptakan gelembung kecil udara yang disuntikkan ke dalam aliran air.
Semua aerator dirancang untuk menciptakan sejumlah besar kontak antara
udara dan air untuk meningkatkan transfer gas dan meningkatkan oksidasi.
(MRWA, 2011)