Anda di halaman 1dari 24

TUGAS UTS TAKE HOME

MK PENGOLAHAN AIR MINUM


(3 SKS)

Disusun Oleh :
Achmad Rizki Azhari
NIM. 25010113140258

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
TAHUN 2016
1. Karakteristik Sumber Air Baku dan Permasalahannya
Beberapa masalah kualitas air baku adalah sebagai berikut: (Tri Joko, 2010)
a. Masalah kualitas dari parameter bau:
 Bau tanah
 Bau besi
 Bau sulfur
 Bau lainnya
b. Masalah kualitas dari parameter rasa:
 Rasa asin atau payau
 Rasa besi
 Rasa tanah tanpa kekeruhan
 Rasa lainnya
c. Masalah kualitas dari parameter kekeruhan:
 Kekeruhan sedang, coklat dari lumpur
 Kekeruhan tinggi, coklat dari lumpur
 Kekeruhan berwarna putih
 Kekeruhan berwarna sedikit kuning setelah air berada sebentar di
dalam ember
d. Masalah kualitas dari parameter warna:
 Cokelat tanpa kekeruhan
 Cokelat bersama dengan kekeruhan
 Warna utih
 Warna lainnya

A. Karakteristik dan Permasalahan Sumber Air Baku Permukaan


Karakteristik dan permasalahan air baku permukaan yang ada di Indonesia
secara umum digolongkan menjadi: (Tri Joko, 2010)
A. Air permukaan dengan tingkat kekeruhan tinggi
Air permukaan ini telah mengalir pada permukaan tanah yang rentan
terhadap erosi atau ditutupi dengan vegetasi yang rendah kerapatannya.
B. Air permukaan dengan tingkat kekeruhan rendah sampai sedang
Air ini pada umumnya mempunyai sifat stabil di danau atau waduk
yang sedikit mengandung gulma atau tanaman air seperti halnya air
pada golongan pertama, hanya saja telah mengalami pengendapan
yang cukup lama dengan waktu tinggal lebih dari satu minggu.
C. Air permukaan dengan tingkat kekeruhan yang sifatnya temporer
Air yang mengalir di atas permukaan yang tertutup vegetasi cukup
rapat dan curam akan mengahsilkan air keruh ssat musim hujan dan
jernih saat tidak hujan. Saat hujan terjadi erosi sedimentasi setelah
debit dan kecepatan air meningkat tajam. Tingkat kekeruhan yang
tinggi hanya terjadi beberapa saat, 2-3 jam setelah hujan reda air
kembali ke aliran dasar “base flow” dan air kembali jernih. Air sungai
dengan kekeruhan temporer sering terjadi di daerah pegunungan.
D. Air permukaan dengan kandungan warna yang sedang sampai tinggi
Air ini umumnya telah mengalir pada daerah dengan tingkat humus
tinggi atau gambut. Pada umumnya air mempunyai tingkat warna di
atas 20 PtCo sebagai akibat terlarutnya zat tannin dari sisa-sisa humus.
Biasanya pH air bersifat asam (4-7). Air ini mempunyai tingkat
kekeruhan dan warna tinggi.
E. Air permukaan dengan tingkat kesadahan tinggi
Kesadahan pada prinsipnya adalah terkontaminasinya air oleh unsur
kation seperti Ca, Mg, Na dan sebagainya. Air sadah tinggi mengalir
pada daerah bebatuan kapur. Kesadahan dapat dikatakan tinggi dan
mulai berakibat pada alat-alat masak adalah di atas 100 mg/l CaCO3.
Kesadahan di atas 300 mg/l bila dikonsumsi secara terus menerus akan
merusak ginjal manusia.
F. Air permukaan dengan kekeruhan sangat rendah
Air permukaan dengan tingkat kekeruhan sangat rendah dapat
dijumpai pada danau-danau yang masih belum tercemar atau air yang
baru keluar dari mata air.

B. Karakteristik dan Permasalahan Sumber Air Tanah


Permasalahan pada air tanah (dangkal dan dalam) yaitu: (Tri Joko, 2016)
 Jumlah sumur yang berkualitas buruk sedikit dan lokasi tersebar
 Hampir semua sumur pedesaan berkualitas buruk
 Rasa asin atau payau pada air
 Kekeruhan tinggi pada sumur gali dan sumur pompa tangan (SPT)
 Air mengandung kadar besi dan atau mangan
 Air berwarna dan berbau

2. Kategori Partikel dalam Air dan Sifat-Sifatnya


Jenis-jenis partikel yang dapat ditemukan pada air permukaan dan air tanah
yaitu inorganik, organic, dan partikel biologis. (AWWARF dan IWSA, 1997).
Gambaran dari tiga komposisi utama partikel tersedia di bawah ini: (AWWA,
2011)
 Mayoritas partikel organik dalam air alami adalah hasil dari degradasi
tanaman dan hewan bahan. Kandungan organic tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai bahan organik alami/Natural Organic Matter
(NOM). NOM dalam air alami/natural water terdiri dari lebih banyak
partikel tersuspensi dan molekul NOM larut.
 Mayoritas partikel anorganik dalam air alami adalah partikel mineral.
Sebagian besar partikel ini berasal dari pelapukan alami mineral.
Contohnya termasuk tanah liat, oksida besi, aluminium oksida, dan kalsit.
Partikel anorganik sering masuk ke dalam sumber air dengan cara erosi
dan runoff.
 Partikel biologis termasuk mikroorganisme seperti virus, bakteri, dan
protozoa. Mikroorganisme ini masuk air melalui debit langsung dari air
limbah, limpasan dari daerah aliran sungai, atau kotoran hewan, dan
beberapa dapat tumbuh dan berkembang dalam badan air. Mikroorganisme
juga dapat melekat pada partikel bahan tersuspensi. Tipe lain dari partikel
biologis adalah ganggang, yang menggunakan nutrisi mineral (nitrogen
dan fosfor) dan fotosintesis untuk tumbuh.

3. Prinsip-Prinsip Pengolahan Air Minum


Prinsip-prinsip pengolahan air minum secara umum, yaitu: (WHO, 2006)
a) Menghilangkan atau menonaktifkan kontaminan mikroba (bakteri, virus,
protozoa)
b) Menghilangkan kontaminan kimia (inorganic dan organic)
c) Menghilangkan kontaminan estetis (rasa yang tidak diinginkan, bau,
warna, kekeruhan)

Prinsip-prinsip tujuan pengolahan air minum secara proses, yaitu: (Tri Joko,
2010)
a) Pengolahan fisik
Bertujuan untuk mengurangi/menghilangkan kotoran-kotoran besar,
penyisihan lumpur dan pasir, mengurangi zat-zat organic yang ada pada air
yang akan diolah, dan mengolah air tanpa zat kimia
b) Pengolahan kimia
Bertujuan untuk membantu proses pengolahan selanjutnya, misalnya
pembubuhan tawas membantu mengurahi kekeruhan air.
c) Pengolahan biologi
Bertujuan untuk membunuh/memusnakan bakteri-bakteri terutama bakteri
penyebab penyakit yang terkandung dalam air.

4. Contoh Data Kualitas Air Baku


Tabel 1. Kualitas air salah satu muara sungai Tallo, Makassar (Latif, 2012)

Batas Melebihi
Maksimum Batas
Hasil
No Parameter Satuan Air Kelas 1 Maksimum
Pengujian
(PP No. 82
Tahun 2001)
A. Fisika
1 Temperatur C 1 Deviasi 3 Tidak
Residu Ya
2 mg/l 2690 1000
Terlarut (TDS)

3 Residu mg/l 11 50 Tidak


Tersuspensi
(TSS)
B. Kimia
1 pH mg/l 6,93 6-9 Tidak
Tidak
2 DO mg/l 0 6+
(Rendah)
3 Nitrat (NO3-N) mg/l 0,1 10 Tidak
4 Nitrit (NO2-N) mg/l 0,012 0,06 Tidak
5 Sulfat (SO4) mg/l 134,8 400 Tidak
C. Mikrobiologi
Jml/100 Ya
1 Total Coliform >16000 1000
ml
Jml/100 Ya
2 Fecal Coliform 16000 100
ml

5. Pengolahan Air Minum Sumber Air Baku Sungai Tallo


A. TDS Melebihi Batas Maksimum
Pengolahan air dengan TDS yang tinggi dapat dilakukan dengan metode
destilasi dan reverse osmosis. (Extension, 2010a)
 Destilasi (Extension, 2010b)
Destilasi adalah salah satu proses pengolahan air tertua. Air direbus
dan uap yang dihasilkan dikumpulkan dan didinginkan dalam wadah
(chamber) terpisah. Air hasil olahan disebut air suling yang relatif bebas
dari banyak kontaminan. Distilasi biasanya menghilangkan lebih dari 99,9
persen dari bahan terlarut, sehingga membuat air bersifat korosif dan tanpa
mineral. (Extension, 2010b)
Metode ini efektif menangani beberapa logam berat, padatan terlarut,
beberapa bakteri dan virus, bahan anorganik seperti nitrat, natrium,
fluoride, dan sulfat, dan beberapa bahan kimia organik beracun yang
terdapat dalam air baku. Tetapi tidak efektif untuk mengolah air yang
mengandung kebanyakan senyawa volatil dan semivolatile organik
(VOC), dan beberapa bakteri. (Extension, 2010b)
 Reverse Osmosis
Membran adalah lapisan tipis bahan semi-permeabel yang memisahkan
zat ketika kekuatan pendorong diterapkan melintasi membran. Proses
membran semakin digunakan untuk menghilangkan bakteri,
mikroorganisme, partikulat, dan bahan organik alami, yang dapat memberi
warna, rasa, dan bau air dan bereaksi dengan disinfektan untuk
membentuk produk samping desinfeksi/ disinfection byproducts (DBP).
Reverse osmosis merupakan salah satu jenis membrane. (NESC, 2009)
Reverse osmosis memerlukan tekanan tinggi sekitar 10-60 bar dalam
pengoperasiannya sehingga dapat mengatasi tekanan osmotic dan tekanan
hidrolik membrane. (Tri Joko, 2010).
Reverse osmosis efektif untuk menangani kontaminan anorganik
dalam air seperti: garam terlarut dari natrium, besi terlarut (ferrous), nitrat,
lead, fluoride, sulfat, kalium, mangan, aluminium, silika, klorida, total
padatan terlarut, kromium, dan ortofosfat. Juga efektif dalam
menghilangkan beberapa deterjen, beberapa rasa, warna dan bau akibat
bahan kimia, kontaminan organik tertentu, dan beberapa pestisida. Tetapi
metode ini tidak efektif menangani gas-gas terlarut, kebanyakan
kontaminan organik yang mudah menguap dan semi-volatile termasuk
beberapa pestisida dan pelarut. Unit reverse osmosis tidak dianjurkan
secara tunggal untuk treatment bakteri dan organisme mikroskopis lainnya.
(Extension, 2010c)

B. DO Tidak Mencapai Batas Minimum


Metode yang digunakan untuk mengatasi kekurangan O2 terlarut dalam
air adalah aerasi. Aerasi merupakan proses pengolahan air dengan cara
mengontakkan air dengan udara. Proses aerasi pada dasarnya adalah untuk
memberikan oksigen ke dalam air atau meningkatkan kandungan oksigen
terlarut dalam air. (Tri Joko, 2010).

C. Fecal Coliform ataupun Total Coliform Melebihi Batas Maksimum


Disinfeksi adalah usaha untuk mematika mikroorganisme yang masih
tersisa dalam proses, terutama ditjukan kepada mikroorganisme yang
bersifat pathogen. Terdapat bermacam-macam cara desinfeksi: (Tri Joko,
2010)
 Kimia : Larutan kaporit, gas chloor, dan gas ozon
 Fisika : Gelombang mikro, ultraviolet
Untuk membunuh mikroorganisme yang bersifat pathogen tekandung
di dalam air, misalnya adalah mikroba E. Colli (tergolong jenis bakteri
coliform fecal). Bahan berupa kaporit, bromin klorida, gas klor, gas iod,
ozon, dan kalium permanganate. Desinfektan yang sering digunakan
adalah kaporit, gas klor, dan sinar ultra. (Tri Joko, 2010).

6. Pengolahan Air Minum Terhadap Beberapa Indikator


A. Pengolahan Terhadap Kesadahan
Kesadahan disebabkan oleh ion-ion bervalensi +2 terutama ion
calcium dan magnesium. Ion calcium dan magnesium terlarut dari batuan
kapur, dolomite, dan mineral-mineral lainnya. Efek dari kesadahan
meningkatkan pemakaian sabun, tertutupnya pori kulit, merubah warna
porcelain. (Tri Joko, 2010).
Jenis-jenis kesadahan yaitu kesadahan tetap dan kesadahan
sementara. Kesadahan tetap disebabkan sulfat, klorida, nitrat, silikat,
kalsium, dan magnesium, sedangkan kesadahan sementara disebabkan
oleh karbonat dan bikarbonat.
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan kesadahan air. Kesadahan
dalam air disebabkan oleh ion calcium dan magnesium hasil kontak air
dengan system dengan susunan geologi. (Tri Joko, 2010).
Dua metode dasar yang digunakan yaitu proses kapur soda dan
proses pertukaran ion. Pelunakan presipitasi menggunakan kapur (CaO)
dan soda abu (Na2CO3) untuk menghilangkan calcium dan magnesium dari
larutan. Pelenuakan dengan memakai ion penukar (ion exchange)
menggunakan rezin untuk menghilangkan ion bivalen dan
menggantikannya dengan ion sodium. (Tri Joko, 2010).
1. Proses kapur soda
Pada proses kapur soda, kapur [Ca(OH2)] dan abu soda (NaCO3)
ditambahkan ke air, akan bereaksi dengan garam calcium dan
magnesium membentuk endapan kalsium karbonat (CaCO3) dan
magnesium hidroksida [Mg(OH)2], reaksi kimiawi yang umum adalah:
Ca(HCO3)2 + Ca(OH)2  2CaCO3 + 2H2O
Mg(HCO3)2 + 2Ca(OH)2  2CaCO3 + Mg(OH)2 + 2H2O
MgSO4 + Ca(OH)2  Mg(OH)2 + CaSO4
CaSO4 + NaCO3  CaCO3 + Na2SO4
2. Proses pertukaran ion (ion exchange)
Suatu perangkat pertukaran ion mirip dengan suatu filter pasir yang
medium filternya berupa suatu getah pertukaran ion R, yang dapat
bersifat alamiah (zeolite) atau sintesis. Bila air sudah melewati filter
penukar ion tersebut maka akan terjadi suatu pertukaran kation:
kalsium dan magnesium di dalam air diperuntukkan dengan sodium di
dalam getah tesebut. (Tri Joko, 2010).

Gambar 1. Reaksi Pertukaran Ion R, Ca, dan Mg (Tri Joko, 2010)

Terdapat beberapa proses yang termasuk pertukasin ion:


 Kation exchange: pertukaran antara ion positif
 Anion exchange: pertukaran antara ion negative
 Zeolite: pertukaran ion sodium bervalensi satu dengan grup ion
alkali, ammonia, beberapa ion logam bervalensi dua.
Keleman dari metode penghilangan kesadahan ini adalah
menghasilkan konsentrasi sodium yang mungkin berbahaya bagi orang
yang sakit jantung. (Tri Joko, 2010).

B. Pengolahan Terhadap Besi dan Mangan


Metode yang sering digunakan untuk menghilangkan besi dan
mangan, yaitu: 1) Oksidasi dan presipitasi; 2) Penambahan bahan-bahan
kimia serta filtrasi; dan 3) Pertukaran ion. (Tri Joko, 2010).
Diantara reaksi tersebut yang sering digunakan yaitu reaksi oksidasi:
4Fe (HCO3)2 + O2 + 2H2O  4Fe(OH)3 + 8CO2
Besi dalam bentuk ferrous (+2) dioksidasi menjadi ferric hidroksida
terlarut yang dapat dihilangkan melalui presipitasi.
Besi ferro (Fe++) dan mangan manganous (Mn++) adalah terlarut,
bentuk yang tidak terlihat, mungkin terdapat dalam air sumur atau air yang
anaerobic. Apabila kontak dengan udara, bentuk ini teroksidasi berubah
perlahan menjadi bentuk yang tidak larut, bentuk kelihatan nyata, besi
teroksidasi, ferri (Fe++++) dan mangan manganic (Mn++++). Besi dan
mangan teroksidasi tersebut dapat seluruhnya dihilangkan dengan proses
pengendapan dan penyaringan. (Tri Joko, 2010).
Sementara besi dan mangan teroksidasi secara kimiawi oleh system
chlor bebas atau potassium permanganate pada tingkat oksidasi, lebih
besar dari pada oksigen terlarut. (Tri Joko, 2010).
Apabila chlor digunakan, sisa chlor bebas yang ada dipertahankan
melalui proses pengolahan. Penyaringan yang efektif mengikuti aerasi atau
oksidasi kimiawi adalah penting bila sejumlah floculant oksida metal tidak
cukup berat untuk mengendap dengan cara gravitasi. (Tri Joko, 2010).

C. Pengolahan Terhadap CO2 Agresif


CO2 agresif merupakan bentuk karbondioksida yang paling
berbahaya kadar CO2 agresif yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan
pada logam-logam dan beton. (Tri Joko, 2010). Cara yang dilakukan untuk
menghilangkan CO2 di dalam air yaitu dengan metode oksidasi dengan
udara (aerasi).
Aerasi merupakan proses pengolahan air dengan cara mengontakkan
air dengan udara. Aerasi secara luas telah digunakan untuk mengurangi
kandungan zat padat dan gas terlarut dalam air. Aerasi adalah
pencampuran udara dengan air sehingga terjadi perubahan konsentrasi zat-
zat yang mudah menguap di dalam air. Dengan tersedianya oksigen
terlarut dapat meningkatkan karateristik fisik dan kimia air. (Tri Joko,
2010).
Proses aerasi pada dasarnya adalah untuk memberikan oksigen ke
dalam air atau meningkatkan kandungan oksigen terlarut dalam air,
diantaranya bertujuan untuk: (Tri Joko, 2010)
a) Perpindahan gas (gas transfer), proses ini terjadi pada:
 Menghilangkan CO2 yang terlarut dalam air, dengan cara
melepaskan CO2 ke udara, dengan proses ini sekaligus menaikkan
pH air
 Menghilangkan gas amoniak (NH3); H2S dengan kondisi tertentu
b) Proses oksidasi, contoh pada proses penghilangan besi dan mangan
terlarut menjadi besi endapan (tersuspensi halus) dengan proses
oksidasi dengan oksigen

7. Fungsi Unit-Unit Pengolahan Air


A. Screening
Tahap awal unit pemurnian yaitu air baku (air permukaan) melewati
layar/screen logam untuk mencegah organisme hidup berukuran besar dan
puing-puing mengambang seperti tongkat, daun dan sampah masuk ke
dalam sistem pengolahan, tetapi memungkinkan air baku (air permukaan)
untuk melewati screen tersebut. (Waterwise, 2011)

Gambar 2. Screening Air Permukaan (Waterwise, 2011)

B. Pra-Sedimentasi
Pra-sedimentasi dimaksudkan untuk menangkap benda kasar yang
mudah mengendap yang terkandung dalam air baku seperti pasir atau
dapat juga disebut partikel diskret. Partikel diskret merupakan partikel
yang tidak mengalami perubahan bentuk selama proses pengendapan. Unit
ini dapat dilengkapi penangkap minyak dan lemak bila diperlukan. (Tri
Joko, 2010).
Penggunaan unit prasedimentasi memanfaatkan prinsip gravitasi
untuk mengendapkan material pasir dan lain-lain (partikel diskret) yang
tidak tersaring screening. (Tri Joko, 2010).
Gambar 3. Bak Pra Sedimentasi
(Sumber: http://www.panoramio.com/photo/37650485)

C. Koagulasi
Koagulasi adalah penambahan koagulan (aluminium sulfat/tawas,
natrium aluminat, ferro sulfat, ferri chlorida) ke dalam air baku diikuti
dengan pengadukan cepat yang bertujuan untuk mencampur antara
koagulan dengan koloid. Koagulasi berfungsi untuk mempermudah butiran
ukuran halus (missal berdiameter 0,06 mm) yang sangat lama mengendap
dalam unit sedimentasi dan koloid-kolid yang bermuatan listrik yang
selalu bergerak-gerak serta tidak dapat diendapkan secara gravitasi untuk
mengendap. (Tri Joko, 2010).
Partikel-partikel yang sangat halus atau koloid bersifat stabil dalam
air dinon satabilkan muatan permukaannya dengan zat koagulan sehingga
terjadi gaya tarik-menarik membentuk flok-flok yang dapat dipisahkan
dengan air melalui proses sedimentasi. Untuk meratakan pencampuran zat
koagulan dan pembentukan flok (mikrofloak) dilakukan proses
pengadukan cepat dan pengadukan lambat. (Tri Joko, 2010).
Pengadukan yang memanfaatkan gaya hidrolisis air (biasa disebut
pengadukan hidrolisis) yang biasa dipakai untuk debit air di atas 50
liter/detik adalah dengan terjunan air. Pembubuhan koagulan dilakukan
sesaat sebelum air diterjunkan sehingga air yang terjun sudah mengandung
koagulan yang siap diaduk. (Tri Joko, 2010).

Gambar 4. Ilustrasi Perubahan Ukuran Partikel Sebelum (sisi kiri)


dan Setelah (sisi kanan) Penambahan Koagulan
(Sumber: http://apec-vc.or.jp/e/modules/tinyd00/?id=57&kh_open_cid_00=8)

Gambar 5. Ilustrasi Koagulasi


(Sumber: http://apec-vc.or.jp/e/modules/tinyd00/?id=57&kh_open_cid_00=8)

D. Flokulasi
Flokulasi secara umum disebut juga pengadukan lambat, dimana
dalam unit ini berlangsung proses terbentuknya penggumpalan flok-flok
yang lebih besar dan akibat adanya perbedaan berat jenis terhadap air,
maka flok-flok tersebut dapat dengan mudah mengendap di bak
sedimentasi. (Tri Joko, 2010).
Flokulasi dilakukan setelah proses koagulasi. Flokulator berjalan
dengan kecepatan lambat dengan maksud terjadi pembentukkan flok besar.
Kecepatan air dalam bak pengaduk dijaga pada harga 15-30 cm/detik, agar
tidak terjadi pengendapan maupun kerusakan flok yang telah terbentuk.
(Tri Joko, 2010).

Gambar 6. Ilustrasi Perubahan Ukuran Partikel Sebelum dan Setelah


Proses Flokulasi
(Sumber: http://apec-vc.or.jp/e/modules/tinyd00/?id=57&kh_open_cid_00=8)
Gambar 7. Ilustrasi Flokulasi
(Sumber: http://apec-vc.or.jp/e/modules/tinyd00/?id=57&kh_open_cid_00=8)

E. Sedimentasi
Proses sedimentasi secara umum diartikan sebagai proses
pengendapan, dimana akibat gaya gravitasi, partikel yang mempunyai
berat jenis lebih besar dari berat jenis air akan mengendap ke bawah dan
jika lebih kecil berat jenisnya maka akan mengapung. Kecepatan
pengendapan partikel akan bertambah sesuai dengan pertambahan ukuran
partikel dan berat jenisnya. (Tri Joko, 2010).
Fungsi dari bangunan sedimentasi adalah untuk menyingkirkan
beberapa macam partikel yang terkandung di dalam air yaitu: (Tri Joko,
2010)
1. Partikel terendapkan.
2. Partikel yang telah terkoagulasi seperti kekeruhan dan warna.
3. Hasil endapan dari proses presipitasi seperti hardness (CaCO3), besi,
dan mangan.
4. Untuk memisahkan flok yang telah terbentuk dari sub unit flokulator
sehingga mudah dibuang.

F. Saringan Pasir Cepat


Saringan pasir dapat menghasilkan air bersih sejumlah 1,3 – 2,7
liter/m3/detik, Diameter pasir yang digunakan 0,4 mm – 0,8 mm dengan
ketebalan 0,4 – 0,7 m. Saringan pasir hanya mampu berfungsi untuk
menahan bahan padat terapung dan tidak bias menyaring mikroorganisme
seperti virus atau bakteri pathogen, sehingga diperlukan unit disinfeksi
setelah pengolahan air dengan saringan pasir cepat. (Untung, 2008)
Secara umum bahan lapisan saringan yang digunakan sama dengan
saringan pasir lambat, yaitu pasir kerikil, dan batu. Selain ukuran pasir
yang digunakan, saringan pasir cepat memiliki perbedaan dengan saringan
pasir lambat dalam segi arah aliran ketika penyaringan. Saringan pasir
lambat menggunakan arah aliran air dari atas ke bawah, sedangkan pada
saringan pasir cepat menggunakan arah aliran air dari bawah ke atas.
(Wibowo, 2009)
Gambar 8. Ilustrasi Arah Aliran Saringan Pasir Cepat dan Lambat
(Sumber:http://www.nicofilter.co.id/sistem-dan-teknik-penjernihan-air-sederhana.html)

G. Desinfeksi
Desinfeksi adalah usaha untuk memetikan mikroorganisme yang
masih tersisa dalam proses pengolahan air minum, terutama ditujukan
kepada mikroorganisme pathogen. Terdapat bermacam-macam cara
desinfeksi: (Tri Joko, 2010)
 Kimia : Larutan kaporit, gas chloor, dan gas ozon.
 Fisika : Gelombang mikro, ultraviolet.
Untuk membunuh mikroorganisme yang bersifat pathogen tekandung
di dalam air, misalnya adalah mikroba E. Colli (tergolong jenis bakteri
coliform fecal). Bahan atau media desinfeksi berupa kaporit, bromin
klorida, gas klor, gas iod, ozon, dan kalium permanganate. Desinfektan
yang sering digunakan adalah kaporit, gas klor, dan sinar ultra. (Tri Joko,
2010).
Kemampuan dari desinfektan ini adalah sebagai berikut: (Tri Joko,
2010)
 Menghilangkan bau
 Mematikan alga
 Mengoksidasi Fe (II) menjadi Fe (III) sehingga konsentrasi di air
turun.
 Mengoksidasi Mn.
 Mengoksidasi H2S menjadi H2SO4.
 Mengoksidasi nitrit menjadi nitrat
 Mengoksidasi ammonia menjadi senyawa amin
 Mengoksidasi phenol menjadi senyawa yang tidak berbahaya.

Untuk desinfeksi air secara kimiawi, desinfektan berikut dapat digunakan:


(Lenntech, 2004)
 Klorin (Cl2)
 Klorin dioksida (ClO2)
 Hypo klorit (OCl-)
 Ozon (O3)
 Halogen: bromin (Br2), iodene (I)
 Brom klorida (BrCl)
 Logam: tembaga (Cu2+), perak (Ag+)
 Kaliumpermanganate (KMnO4)
 Fenols
 Alkohol
 Sabun dan deterjen
 Garam Kwartair amonium
 Hidrogen peroksida
 Beberapa asam dan basa

Untuk desinfeksi air secara fisik, desinfektan berikut dapat digunakan:


(Lenntech, 2004)
 Sinar ultraviolet (UV)
 Radiasi Elektronik
 Sinar gamma
 Suara
 Panas

H. Water Softening
Kesadahan disebabkan oleh ion-ion bervalensi +2 terutama ion
calcium dan magnesium. Ion calcium dan magnesium terlarut dari batuan
kapur, dolomite, dan mineral-mineral lainnya. Efek dari kesadahan
meningkatkan pemakaian sabun, tertutupnya pori kulit, merubah warna
porcelain. (Tri Joko, 2010).
Jenis-jenis kesadahan yaitu kesadahan tetap dan kesadahan
sementara. Kesadahan tetap disebabkan sulfat, klorida, nitrat, silikat,
kalsium, dan magnesium, sedangkan kesadahan sementara disebabkan
oleh karbonat dan bikarbonat.
Water softening atau pelunakan air berfungsi untuk menghilangkan
kesadahan air. Kesadahan dalam air disebabkan oleh ion calcium dan
magnesium hasil kontak air dengan system dengan susunan geologi. (Tri
Joko, 2010).
Dua metode dasar yang digunakan yaitu proses kapur soda dan
proses pertukaran ion. Pelunakan presipitasi menggunakan kapur (CaO)
dan soda abu (Na2CO3) untuk menghilangkan calcium dan magnesium dari
larutan. Pelunakan dengan memakai ion penukar (ion exchange)
menggunakan rezin untuk menghilangkan ion bivalen dan
menggantikannya dengan ion sodium. (Tri Joko, 2010).
I. Oksidasi
Oksidasi berfungsi untuk menghilangkan besi dan atau mangan.
Oksidasi yaitu menaikkan tingkat oksidasi oleh suatu oksidator (udara,
khlorin, dan permanganat/KMnO4) dengan tujuan mengubah bentuk besi
dan atau mangan terlarut menjadi besi dan atau mangan tidak terlarut
(endapan). Endapan yang terbentuk dihilangkan dengan proses
sedimentasi dan atau filtrasi. (Tri Joko, 2010).
Contoh reaksi oksidasi besi dan mangan dalam pengolahan air
minum dengan oksidator berupa udara (O2) adalah sebagai berikut:

4Fe(HCO3)2 + O2 + 2H2O = 4Fe(OH)3- + 8CO2

ferrous bicarbonate oxygen water ferric carbon


hydroxide dioxide

2Mn(HCO3)2 + O2 = 2MnO2 + 4CO2 - + 2H2O

manganese oxygen manganese carbon water


bicarbonate dioxide dioxide

Ferrous bicarbonate dan manganese bicarbonate merupakan bentuk besi


dan mangan yang larut dalam air. Sehingga dengan penambahan O2 dalam
air, dapat mengubah kedua bentuk tersebut menjadi ferric hidroksida dan
manganese dioksida yang bersifat tidak larut air dan dapat dihilangkan
dengan sedimentasi atau filtrasi. (GE Power, 2007).

J. Reduksi
Reduksi digunakan untuk pengolahan air minum secara biologis
(microbial biomass). Proses biologis dapat digunakan untuk mengatasi
berbagai macam kontaminan organik dan anorganik di air permukaan dan
air tanah.
Tabel 2. Beberapa Kontaminan yang Dapat Diolah Secara Reduksi
Biologis
Kategori
Aplikasi Removal Deskripsi
Kontaminan

 Perchloroethylene
(PCE)
 Trichloroethylene Biologi deklorinasi
(TCE) reduktif menghasilkan
Halogenated organics
metana inokokus/tidak
 Dibromochloro- berbahaya atau CO2
propane (DBCP)
 Chloroform
 Perchlorate Reduksi biologis
menghasilkan produk
 Chlorate akhir inokokus (Cl-,
N2, Br, H2O), sehingga
 Nitrate
menghilangkan
 Nitrite pembentukan aliran
konsentrat yang
 Bromate terkontaminasi.
Inorganics Reduksi biologis
menghasilkan spesies
tidak dapat larut yang
 Selenate dapat mudah disaring
atau diendapkan,
 Chromate sehingga
menghilangkan
kebutuhan untuk
reduksi kimia.

Proses Dasar
Bakteri memperoleh energi dan bereproduksi dengan mediasi
transfer elektron dari senyawa pendonor (yaitu, senyawa yang mudah
menyumbangkan elektron) ke senyawa teroksidasi (yaitu, senyawa yang
siap menerima elektron). Sekali senyawa pendonor menyumbangkan
elektron, maka electron tersebut melakukan perjalanan bolak-balik
melintasi membran mitokondria sel dalam serangkaian reaksi oksidasi-
reduksi internal. Pada akhirnya, elektron disumbangkan untuk senyawa
penerima elektron terminal. Rangkaian reaksi, yang secara kumulatif
dikenal sebagai rantai transpor elektron, menciptakan gradien elektrokimia
di membran sel yang digunakan bakteri untuk menghasilkan adenosin
trifosfat atau juga dikenal sebagai energi. (Brown, 2007).
Sebagai senyawa yang mendapatkan atau kehilangan elektron,
mereka akan dikonversi ke bentuk yang berbeda, sering tidak berbahaya,
yang termodinamikanya lebih stabil daripada senyawa aslinya. Contoh di
bawah ini menggambarkan reaksi oksidasi-reduksi mikroba dimediasi
antara asetat (donor elektron) dan oksigen terlarut dan nitrat (dua elektron
lingkungan akseptor).
 CH3COO- + 2O2 → 2HCO3- + H+
ΔG° = -844 KJ/mol acetate
 CH3COO- + 3/5NO3- + 13/5H+ → 2HCO3- + 4/5H20 + 4/5 N2
ΔG° = -792 KJ/mol acetate

Kontaminan umum di air minum (nitrat), dikonversi ke gas nitrogen yang


tidak berbahaya. (Brown, 2007).
Proses pengolahan air minum biologis didasarkan pada pertumbuhan
komunitas bakteri yang mampu menengahi reaksi oksidasi-reduksi yang
melibatkan setidaknya satu sasaran kontaminan (Gambar 9). Proses
biologis heterotrofik menggunakan donor elektron organik (misalnya,
asam asetat), sedangkan proses biologis autotrophic menggunakan donor
elektron anorganik (misalnya, hidrogen). (Brown, 2007).

Gambar 9. Mikroba Sebagai Mediasi Reaksi Oksidasi-Reduksi


(Brown, 2007)

K. Preklorinasi
Pra-klorinasi adalah ketika klorin diterapkan untuk air segera setelah
memasuki fasilitas pengolahan. Pada langkah pra-klorinasi, klorin
biasanya ditambahkan langsung ke air baku (air untreatment yang
memasuki fasilitas pengolahan), atau ditambahkan di flash mixer (mesin
pencampuran yang cepat, dispersi seragam dari klorin). Klorin
ditambahkan ke air baku untuk menghilangkan ganggang dan bentuk lain
dari kehidupan aquatic dari air sehingga tidak akan menimbulkan masalah
pada tahap selanjutnya dari pengolahan air. Pra-klorinasi di flash mixer
dilakukan untuk menghilangkan rasa dan bau, dan mengendalikan
pertumbuhan biologis seluruh sistem pengolahan air, sehingga mencegah
pertumbuhannya dalam tangki sedimentasi dan media filtrasi. Penambahan
klorin juga akan mengoksidasi besi apapun, mangan dan / atau hidrogen
sulfida yang hadir, sehingga mereka juga dapat dihilangkan dalam
sedimentasi dan filtrasi. (SDWF, 2008).

L. Netralisasi
Netralisasi adalah salah satu upaya agar pH air menjadi normal.
Netralisasi dalam mengolah air gambut adalah mengatur pH air gambut
yang bersifat asam (pH < 7) menjadi netral (pH 7-8) dengan cara
pembubuhan alkali. Cara yang paling mudah dan murah adalah dengan
membubuhkan CaO (kapur tohor) atau CaCO3 (batu gamping). Tujuan
proses netralisasi adalah untuk membantu efektivitas proses selanjutnya,
antara lain: (Said dan Widayat, 2010)
 Pada proses Oksidasi dengan udara, pengurangan Fe dan Mn akan
sangat efektif pada pH 7 – 8.
 Pada proses oksisdasi dengan chlorine reaksi efektif pada pH 7–8,5
(80%), sedangkan pada pH <6 dan >8,5 hanya bereaksi < 40%.
 Pada proses koagulasi dengan menggunakan alum akan afektif pada
pH ≥ 6.
 Pengendapan semua logam akan terjadi pada pH ≥ 8,3; Fe pada pH 8 –
9 dan Mn pada pH 11.
Zat alkali dipakai untuk mengolah air dengan tujuan mengatur pH
agar pH air menjadi netral agar proses flokulasi dan koagulasi dapat
berjalan baik dan efektif. Zat-zat alkali yang sering digunakan adalah batu
kapur (slake lime), soda abu, Na (HCO3). Batu kapur (slake lime) banyak
digunakan karena harganya murah dan hasilnya baik. Tetapi mempunyai
beberapa kekurangan yaitu kelarutan kecil dan dapat memperbesar
kesadahan. (Said dan Widayat, 2010).

M. Aerasi
Aerasi adalah suatu bentuk perpindahan gas dan dipergunakan dalam
berbagai bentuk variasi operasi meliputi: (Tri Joko, 2010)
1. Tambahan oksigen untuk mengoksidasi besi dan mangan terlarut
2. Pembuangan carbon dioksida
3. Pembuangan hydrogen sulfide untuk menghilangkan baud an rasa
4. Pembungan minyak yang mudah menguap dan bahan-bahan penyebab
bau dan rasa serupa yang dikeluarkan oleh ganggang serta
mekroorganisme lain
Aerator merupakan nama alat yang digunakan dalam proses aerasi.
Aerator dibagi dalam dua kategori. Aerator memasukkan udara ke air, atau
air ke udara. Metode air-dalam-udara yang dirancang untuk menghasilkan
tetesan kecil air yang jatuh melalui udara. Metode udara-dalam-air
menciptakan gelembung kecil udara yang disuntikkan ke dalam aliran air.
Semua aerator dirancang untuk menciptakan sejumlah besar kontak antara
udara dan air untuk meningkatkan transfer gas dan meningkatkan oksidasi.
(MRWA, 2011)

Gambar 10. Aerator Udara-dalam-Air


(Sumber: http://www.purewateroccasional.net/hwaerationtank.html)
Gambar 11. Aerator Air-dalam-udara
(Sumber: http://www.unh.edu/research/blog/2014/04/seeking-trial-participants-new-
system-treat-drinking-water-disinfectant-products)

N. Saringan Pasir Lambat


Saringan pasir lambat adalah saringan yang menggunakan pasir
sebagai media filter dengan ukuran butiran sangat kecil, namun
mempunyai kandungan kuarsa yang tinggi. (Taweel dan Ali, 2000).
Proses filtrasi yang terjadi pada saringan pasir lambat, terjadi dengan
memisahkan air dari kandungan kontaminan berupa partikel tersuspensi
dan koloid, serta bakteri, dengan cara melewatkan air pada suatu media
berpori. Pada prinsipnya material ini dapat berupa material apa saja,
seperti lapisan granular pasir, batu yang dihancurkan, antrachite, kaca, sisa
arang, dan lain-lain. Pada prakteknya di lapangan, media berpori yang
paling sering digunakan adalah pasir, karena pasir mudah ditemui dalam
jumlah banyak, biaya yang murah, dan hasil pengolahan yang diberikan
juga sangat memuaskan. Effective size (ES) dari media pasir berkisar
antara 0,15 mm – 0.35 mm. Kecepatan filtrasi dari saringan pasir lambat
biasanya berkisar antara 0,1 – 0,3 m/jam (Longsdon et al., 2002). Secara
keseluruhan penyisihan kontaminan dengan proses filtrasi merupakan
kombinasi dari beberapa proses yang berbeda – beda, dan yang terpenting
adalah mechanical straining, sedimentasi, dan adsorpsi, dan aktivitas
biologi (Huisman, 1974).
Pengolahan dengan saringan pasir lambat pada umumnya tidak
menggunakan bahan kimia sebagai pengolahan pendahuluan, sehingga air
baku yang digunakan haruslah dalam kondisi yang sudah baik. Di bawah
ini merupakan beberapa rekomendasi untuk air baku yang akan diolah
dengan saringan pasir lambat tanpa menggunakan pengolahan
pendahuluan berupa saringan pasir cepat: (Longsdon et al., 2002)
• Kekeruhan rendah, kurang dari 5 NTU
• Tidak mengandung alga, dan konsentrasi klorofil maksimum 0,05
dg/L.
• Konsentrasi maksimum besi 0,3 mg/L, dan konsentrasi maksimum
mangan 0,05 mg/L.
• Hindari air baku yang mengandung logam berat.
• Hindari air baku dengan kandungan pestisida dan herbisida kecuali
digunakan karbon aktif.
• Hindari air baku dengan warna tinggi kecuali apabila digunakan
pengolahan pendahuluan ozone.
• Tidak ada residu oksidan, misalnya chlorine yang digunakan sebelum
saringan pasir lambat.

Beberapa parameter yang dapat disisihkan dengan menggunakan unit


ini antara lain: (Astari dan Iqbal, 2009)
 kekeruhan dengan efisiensi penyisihan hingga 92,6%,
 besi dengan efisiensi penyisihan sebesar 91,5%, mangan dengan
efisiensi 93%,
 zat organic dengan efisiensi penyisihan sebesar 23.5%,
 total solid terlarut dengan efisiensi penyisihan 7.7%,
 kesadahan total dengan efisiensi penyisihan 4.7%,
 nitrit hingga 80%, dan
 nitrat hingga 69%.

Gambar 12. Ilustrasi Saringan Pasir Lambat


(Sumber: http://oasisdesign.net/water/treatment/slowsandfilter.htm)
Daftar Pustaka

Astari, Safira; Iqbal, Rofiq. 2009. Kehandalan Saringan Pasir Lambat


Dalam Pengolahan Air. Institut Teknologi Bandung.
http://www.ftsl.itb.ac.id/kk/rekayasa_air_dan_limbah_cair/wp-
content/uploads/2010/11/pi-w5-safira-astari-15305043.pdf.
Diakses pada 01 April 2016.
AWWA. 2007. Chapter 1 Particle and Natural Organic Matter
Removal In Drinking Water.
http://www.awwa.org/Portals/0/files/publications/documents/sa
mples/30037_excerpt.pdf. Diakses pada 01 April 2016.
AWWARF (American Water Works Association Research
Foundation); IWSA (International Water Supply Association).
1997. Treatment Process Selection For Particle Removal. ISBN
0-89867-887-0.
Brown, Jess C. 2007. Biological Treatments of Drinking Water.
https://www.nae.edu/Publications/Bridge/ExpandingFrontiersof
Engineering/BiologicalTreatmentsofDrinkingWater.aspx.
Diakses pada 02 April 2016.
Extension. 2010a. Drinking Water Contaminant - High total dissolved
solids. http://articles.extension.org/pages/31556/drinking-water-
contaminant-high-total-dissolved-solids. Diakses pada 31 Maret
2016.
Extension. 2010b. Drinking Water Treatment - Distillation.
http://articles.extension.org/pages/31572/drinking-water-
treatment-distillation. Diakses pada 31 Maret 2016.
Extension. 2010c. Drinking Water Treatment - Reverse Osmosis.
http://articles.extension.org/pages/31582/drinking-water-
treatment-reverse-osmosis. Diakses pada 31 Maret 2016.
GE Power. 2007. Chapter Four - Aeration.
http://www.gewater.com/handbook/ext_treatment/ch_4_aeratio
n.jsp. Diakses pada 01 April 2016.
Huismann. 1974. Slow Sand Filter. Netherlands, University of
Technology.
Joko, Tri. 2010. Unit Produksi dalam Sistem Penyediaan Air Minum.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Joko, Tri. 2016. Unit Air Baku.
https://www.academia.edu/24099347/Unit_Air_Baku. Diakses
pada 06 April 2016.
Latif, Muh. Ali Akbar. 2012. Studi Kuantitas dan Kualitas Air Sungai
Tallo Sebagai Sumber Air Baku. Jurnal Tugas Akhir. Makassar,
Universitas Hasaniddin.
Lenntech. 2004. What is water disinfection?
http://www.lenntech.com/processes/disinfection/what-is-water-
disinfection.htm. Diakses pada 01 April 2016.
Longsdon, G.S., Kohne, R., Abel, S., LaBonde, S. . 2002. Slow Sand
Filter for Small Water Treatment Systems. J. Environ. Eng. Sci
1.
MRWA (Minnesota Rural Water Association). 2011. Aeration.
http://www.mrwa.com/WaterWorksMnl/Chapter%2011%20Aer
ation.pdf. Diakses pada 02 April 2016.
Said, Nusa Idaman; Widayat, Wahyu.2010. Bab 8 Teknologi
Pengolahan Air Gambut Sederhana.
http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuAirMinum/BAB8G
AMBUT.pdf. Diakses pada 02 April 2016.
SDWF (Safe Drinking Water Foundation). 2008. What is
Chlorination?
http://www.safewater.org/PDFS/resourcesknowthefacts/Whatis
Chlorination.pdf. Diakses pada 02 April 2016.
Taweel, E.G.; Ali, G.H. 2000. Evaluation Of Roughing And Slow
Sand Filters For Water Treatment, Water, Air, and Soil
Pollution, 120: 21–28.
The National Environmental Services Center (NESC). 2009. Tech
Brief National Drinking Water Clearinghouse Fact Sheets:
Membrane Filtration.
http://www.nesc.wvu.edu/pdf/dw/publications/ontap/2009_tb/m
embrane_DWFSOM43.pdf. Diakses pada 30 Maret 2016.
Waterwise. 2011. The Story Behind Tap Water.
http://www.waterwise.co.za/site/water/purification/story-tap-
water.html. Diakses pada 01 April 2016.
WHO. 2006. Health Aspects Of Plumbing, 2. Basic Priciples of Safe
Drinking-Water Supply.
http://www.who.int/water_sanitation_health/hygiene/plumbing2
.pdf. Diakses pada 31 Maret 2016.
Wibowo, Satriyo. 2009. Teknik Penjernihan Air.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/satriyo-
wibowo-spd/teknik-penjernihan-air.docx. Diakses pada 02 April
2016.
http://www.purewateroccasional.net/hwaerationtank.html. Diakses
pada 02 April 2016.
http://www.panoramio.com/photo/37650485. Diakses pada 01 April
2016.
http://apec-vc.or.jp/e/modules/tinyd00/?id=57&kh_open_cid_00=8).
Diakses pada 01 April 2016.
http://www.unh.edu/research/blog/2014/04/seeking-trial-participants-
new-system-treat-drinking-water-disinfectant-products. Diakses
pada 02 April 2016.
http://oasisdesign.net/water/treatment/slowsandfilter.htm. Diakses
pada 01 April 2016.
http://www.nicofilter.co.id/sistem-dan-teknik-penjernihan-air-
sederhana.html. Diakses pada 02 April 2016.

Anda mungkin juga menyukai