Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH SEMINAR PROPOSAL TUGAS AKHIR KAJIAN KEHILANGAN AIR PADA WILAYAH PELAYANAN PDAM (Studi Kasus Kecamatan

Bobotsari Kabupaten Purbalingga )

Disusun Oleh : WIWIED DEWINTARI HARYANI I1B005013

Disetujui oleh : Pembimbing 1 : Dr. Eng Purwanto Bekti S 19720914 200012 1 001 Pembimbing II : Arwan Apriyono 19820426 200501 1 003 ttd : ttd :..

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK JURUSAN TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL PURWOKERTO 2013

A.

JUDUL PENELITIAN KAJIAN KEHILANGAN AIR PADA WILAYAH PELAYANAN PDAM (Studi

Kasus Kecamatan Bobotsari Kabupaten Purbalingga )

B.

BIDANG ILMU Penelitian ini termasuk dalam bidang ilmu Teknik Sipil khususnya bidang ilmu

Mekanika Fluida dan Hidraulika dan Manajemen. C. 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Purbalingga merupakan satu satunya jasa penyedia layanan air bersih bagi masyarakat Kabupaten Purbalingga. Pada tahun 2011 PDAM Kabupaten Purbalingga mempunyai 10 sumber air baku, dengan kapasitas produksi sebanyak 10.632.080 m3/tahun, dan kapasitas terpasang 451 l/dt dengan jumlah penduduk Kabupaten Purbalingga adalah 863.391 jiwa dan jumlah penduduk pelayanan PDAM 113.848 jiwa. Saat ini PDAM Kabupaten Purbalingga mempunyai 29.642 pelanggan dengan cakupan pelayanan perkotaan 47,89% dan cakupan pelayanan pedesaan 19,58%. Jangkauan pelayanan PDAM Purbalingga baru melayani 11 kecamatan dari 18 kecamatan. (PDAM Kabupaten Purbalingga, 2011) Salah satu kecamatan dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup pesat yaitu Kecamatan Bobotsari dengan luas daerah 43,20 km2 terletak di 109 11BT 109 35 BT dan 7 10 LS - 7 29 LS. Dengan jumlah penduduk 47.297 jiwa mempunyai jumlah pelanggan di akhir tahun 2012 sebanyak 1715 pelanggan. Peningkatan jumlah pelanggan sekitar 12%. IKK Bobotsari mendapatkan suplai air dari sumber Air ungai Bodas. Wilayah Ibukota Kecamatan Bobotsari merupakan daerah yang potensial di luar daerah sekitaran perkotaan untuk penggunaan jasa pengelola PDAM. Ini dilihat dari pertumbuhan area yang sebelumnya merupakan wilayah kawedanan sebelum otonomi daerah Kabupaten Purbalingga. Kawedanan sendiri merupakan wilayah administratif diatas kecamatan, sehingga Kecamatan Bobotsari ini mempunyai tingkat keramaian

mendekati area pusat kota. Dilihat dari variasi pelanggan daerah ini mempunyai tingkat ragam pelanggan yang paling variatif, bisa dilihat pada table 1.1 berikut,

Tabel 1.1 Variasi Golongan Kelas Pelanggan Wilayah Pelayanan PDAM Purbalingga
Uraian PDAM PUSAT IKK BKT IKK BBT IKK KTS IKK BJS IKK MRBT IKK KMKIKK RBG IKK PDMR IKK KLM TNI/POLRI Ind. Kecil 37 Ind. Besar 27 Ins. Pemerintah 239 Niaga Kecil 437 Niaga Besar 37 RT B 6909 RT C 7735 Sos Umum Sos Khusus 237

21

204

76

25

72

1162

410

35

15

17

1159

254

34

17

1168

542

34

468

116

16

126

11

842

74

14

1159

1187

35

31

13

2210

474

57

Sumber PDAM Purbalingga 2012

Wilayah pelayanan PDAM Kecamatan Bobotsari dengan kapasitas terpasang 31 liter/detik atau 977.161 m3/tahun. Dengan jumlah penduduk terlayani sekitar 10.290 jiwa, kehilangan air yang terjadi mencapai 27%. (PDAM 2012).

2.

Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari tugas air ini adalah untuk mengetahui kehilangan air yang terjadi pada

Kecamatan Bobotsari di Kabupaten Purbalingga.

Tujuan dari tugas akhir ini adalah mengoptimalisasikan pelayanan PDAM IKK Bobotsari Kabupaten Purbalingga dan berusaha membuat rekomendasi untuk mengendalikan kehilangan air yang terjadi di Kabupaten Purbalingga. 3. Ruang lingkup Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis kehilangan air yang terjadi pada tiap golongan kelas pelanggan pada pilot project. 2. Mengevaluasi kinerja sistem penyediaan air bersih PDAM Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga mencakup evaluasi atas kapasitas, tingkat kecakupan pelayanan dan kehilangan air terjadi saat ini. 3. Memberikan rekomendasi saran pengendalian kehilangan air.

D. TINJAUAN PUSTAKA 1. Air Bersih Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air minum setelah masak terlebih dahulu. Air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Adapun persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping (Ketentuan Umum Permenkes No. 416/Menkes/PER/IX/1990) 2. Kebutuhan Air

Tabel 2.1. Kebutuhan Air Bersih Per Orang Per Hari Keperluan Minum Masak MCK Wudhu Cuci Pakaian Kebersihan Taman Rumah Cuci Lain-lain Kendaraan Konsumsi (liter) Standar Dept Standar Dept 2.0 Pekerjaan Umum Kesehatan 2.0 14.5 12.0 20.0 16.2 15.0 10.7 13.0 31.4 32.0 11.8 11.0 21.1 22.5 21.7 20.0 4

Jumlah

126.9

150.0

Sumber: Wardhana (1995) dan slamet (1994) dalam Aswicaksana (2004)

Kategori Kota Jumlah Penduduk (orang) Metropolitan >1.000.000 Besar 500.000 1.000.000 Sedang 100.000 500.000 Kecil 20.000 100.000 (Sumber : Kimpraswil, 2003) 3. Sistem Distribusi Air Minum

Konsumsi Air (lt/org/hari) 210 170 150 90

Sistem distribusi merupakan system penyaluran air minum dari reservoir ke daerah pelayanan. Perencanaan jaringan pipa distriusi merupakan suatu hal yang sangat penting karena menyangkut kepentingan dan keutuhan orang banyak.. Sistem ini meliputi unsur sistem perpipaan dan perlengkapannya, hidran kebakaran, tekanan tersedia, sistem pemompaan (bila diperlukan), dan reservoir distribusi. istem distribusi air minum terdiri atas perpipaan, katup-katup, dan pompa yang membawa air yang telah diolah dari instalasi pengolahan menuju pemukiman, perkantoran dan industri yang mengkonsumsi air. Juga termasuk dalam sistem ini adalah fasilitas penampung air yang telah diolah (reservoir distribusi), yang digunakan saat kebutuhan air lebih besar dari suplai instalasi, meter air untuk menentukan banyak air yang digunakan, dan keran kebakaran. Dua hal penting yang harus diperhatikan pada sistem distribusi adalah tersedianya jumlah air yang cukup dan tekanan yang memenuhi (kontinuitas pelayanan), serta menjaga keamanan kualitas air yang berasal dari instalasi pengolahan. 4. 4.1 Kehilangan Air Pada Jaringan Distribusi Air Bersih Definisi Kehilangan Air Kehilangan air merupakan faktor yang dapat menyebabkan kerugian pada suatu sistem penyediaan air, baik terhadap PDAM maupun terhadap konsumen. Dengan adanya kehilangan air maka pihak PDAM akan menderita kerugian secara ekonomi dan finansial, sedangkan kerugian yang diderita pihak konsumen adalah terganggunya kapasitas dan 5

kontinuitas pelayanan. Untuk menghitung nilai kehilangan air dapat dibuat neraca kesetimbangan air. Neraca kesetimbangan air dapat dilihat pada Tabel 2.3. Melihat pada Tabel 2.3 dapat disimpulkan air yang bisa direkeningkan sama dengan konsumsi resmi berekening. Maka, Air yang Tak Bisa Direkeningkan (ATBD) adalah input sistem dikurangi konsumsi berekening (Seminar Perpamsi, 2005). Tabel 2.3 Komponen Neraca Air

Billed Authorised Authorised System Consumtion

Billed Metred Consumtion (included water exported) Billed Unmetered Consumtion Unbilled Metered Consumtion Unbilled Unmetered Consumtion Unauthorised

Revenue

Water

Unbilled Consumtion Authorised Consumtion

Apparent Losses

Consumtion Customers Matering Inaccuracies Raw Water Mains and at Non Revenue Water

Water Losses Input Volume Real Losses

the Treatment Works (if applicable) Leakage on Transmission and/or Distribution Mains Leakage on Service Connections up to point of Customers Matering

Sumber : International Water Assosiation (IWA) 6

ATBD = Input sistem Konsumsi Berekening Pada beberapa dekade lalu, diperkenalkan istilah UFW (Unacounted-for- Water) atau Air yang tak Terhitung Kegunaannya. Istilah ini diperkenalkan ketika perusahaan penyedia air tidak dapat menghitung untuk apa kegunaan airnya. Dewasa ini, perusahaan penyedia air sudah dapat menghitung semua komponen kesetimbangan air, bahkan jika air tersebut hilang. Maka, akan lebih relevan jika sekarang digunakan istilah ATBD, selain itu istilah ini lebih mudah untuk dirumuskan dan dipakai dalam perhitungan. Diangkat dari pemahaman tentang Neraca Air versi International Water Assosiation (IWA). Kehilangan air atau ATBD/NRW didefinisikan sebagai perbedaan antara banyaknya air yang dialirkan ke jaringan distribusi dan pemakaian air yang tercatat pada pemakaian tersebut. Kehilangan air akan ATBD menyebabkan kerugian keuangan yang besar (Cipta Karya, 1988). NRW (Non Revenue Water) atau dapat disebut juga ATBD dapat dikategorikan sebagai berikut (Palyja, 2005) : a. Real Losses disebabkan oleh kebocoran pipa, adanya sambungan pipa, overflowing reservoir dan sebagainya. b. Apparent Losses - Commercial Losses disebabkan oleh konsumen yang tak terdaftar, adanya sambungan ilegal, adanya manipulasi atau penipuan dan sebagainya. -Metering Losses disebabkan oleh pembacaan meteran yang salah, tertimbunnya meteran, kesalahan pengujian meteran dan lain lain. Kehilangan air (Seminar Perpamsi, 2005) merupakan : a.. Selisih antara volume input sistem dengan konsumsi resmi. 7

b. Selisih jumlah air yang didistribusikan dan jumlah air yang diterima pelanggan. c. Perbedaan jumlah air yang dibaca pada meter induk dan jumlah air yang dibaca pada meter pelanggan. Konsumsi resmi adalah volume air bermeter dan atau tak bermeter tahunan yang dikonsumsi oleh para pelanggan terdaftar, pensuplai air dan orang-orang yang secara implisit atau eksplisit diberi kewenangan oleh pensuplai air untuk melakukannya. Konsumsi resmi sendiri dibagi menjadi dua, yaitu : a. Konsumsi resmi berekening Yang dimaksud konsumsi resmi berekening adalah suplai air kepada pelanggan, dengan dasar perhitungan meteran dari air yang dikonsumsi maupun dengan dasar penaksiran. b. Konsumsi resmi tak berekening Bisa meliputi elemen-elemen seperti pemadam kebakaran, penyemprotan pipa saluran air dan gorong-gorong, pembersihan jalan, pengairan tamantaman Kabupaten dan air mancur umum. Kehilangan air dapat dibedakan menjadi dua ( Seminar Perpamsi, 2005), yaitu : a. Kerugian Komersial Merupakan nilai bagi semua jenis ketidakakuratan yang berhubungan dengan pemeteran pelanggan dan kesalahan penanganan data ditambah konsumsi ilegal. b. Kebocoran Fisik Merupakan kebocoran tahunan dari sistem yang ditekan hingga ke titik pelanggan. Kehilangan air (Sari, 1999) berarti perbedaan jumlah air yang masuk ke dalam sistem penyediaan air bersih (water supply system) dengan jumlah air yang tercatat. Jenis kehilangan air dapat diklasifikasikan menjadi : a. Kehilangan air yang tercatat / dapat dicatat 8

Kehilangan jenis ini misalnya pemakaian air untuk pengurasan pipa, pemakaian fire hydrant, pemakaian air untuk fasilitas keindahan Kabupaten, pemakaian air untuk penggunaan sosial yang tidak terbayar dan lain-lain. b. Kehilangan air yang tak tercatat Contoh kehilangan air jenis ini adalah kebocoran air pada jaringan pipa distribusi, pemakaian air konsumen yang tidak tercatat oleh meter karena meter rusak atau tidak teliti, pembuatan rekening yang salah dan sebagainya. Nilai kehilangan air di Indonesia dianggap masih normal jika bernilai sekitar 20% sesuai angka kehilangan air yang disarankan Departemen PU, yaitu sekitar 18%-20%, dengan perincian sebagai berikut : Kebocoran pada sistem distribusi Ketelitian pengukuran meter air Kebocoran pipa konsumen Pemakaaian untuk O & M Kehilangan air non fisik dan lainnya Total 5% 3-5% 5% 3% 2% 18-20%

Untuk perbandingan, maka akan ditampilkan kehilangan air di beberapa Kabupaten di dunia, seperti pada Tabel 2.4. Kehilangan air ini juga dapat dibagi menjadi (Ristiarini, 1999) : a. Kehilangan air fisik (nyata) Kehilangan air fisik adalah kehilangan air yang secara fisik/nyata terbuang keluar dari sistem distribusi sehingga tidak dapat dimanfaatkan, misalnya kebocoran air pada pipa distribusi, kebocoran air pada pipa dinas atau kebocoran air pada katup. Kehilangan air ini pada umumnya tergolong kehilangan air tidak tercatat.

Penyebab kehilangan air fisik merupakan faktor teknis yang sering terjadi pada sistem penyediaan air bersih, terutama pada jaringan-jaringan pipa yang sudah berumur tua, tetapi juga sering terjadi pada jaringan-jaringan pipa yang masih baru, dimana karena kelalaian pemasangan dan kualitas pipa yang digunakan akan menyebabkan kebocoran pipa. b. Kehilangan air non fisik (tidak nyata) Kehilangan air non fisik tidak dapat terlihat atau tidak dapat diperhitungkan dalam proses penagihan. Sebagian besar kehilangan air non fisik disebabkan oleh faktor-faktor non teknis yang sulit dilacak maupun ditanggulangi karena menyangkut masalah kompleks baik di dalam maupun di luar PDAM itu sendiri. Kehilangan air ini dapat merupakan kehilangan air yang tercatat maupun yang tidak. Merupakan kehilangan air yang terpakai tetapi tidak dapat dipertanggungjawabkan

penggunaannya karena berbagai alasan. Beberapa contoh kehilangan air non fisik adalah : - Kesalahan membaca meteran - Pencatatan angka meteran pelanggan yang tidak sesuai dengan semestinya, misalnya karena aliran air terlalu kecil atau karena ketidaktelitian meter air. - Kesalahan-kesalahan pembuatan rekening air. - Adanya sambungan liar. Kehilangan air dapat didefinisikan sebagai selisih antara jumlah air yang tercatat masuk ke dalam sistem dan jumlah air yang tercatat keluar dari sistem (Laporan Batang, 2000). Secara sederhana, hal ini dapat dinyatakan sebagai berikut : Kehilangan Air = Input yang Tercatat Output yang Tercatat Definisi ini biasanya tidak termasuk jumlah air yang telah dibuatkan rekening, yang berarti telah tercatat tetapi belum dibayarkan. Karena itu jumlah tagihan dan tunggakan biasanya tidak dimasukkan dalam perhitungan kehilangan air. Tabel 3.4 Kehilangan Air di Beberapa Kabupaten di Dunia 10

No Kabupaten 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Poznan Glasgow Belfast London Liverpool Marseiles Paris Philadelphia Colombus Atlanta San Fransisco Dublin Roma Torino Barcelona Brussel

Negara Polandia Inggris Inggris Inggris Inggris Perancis Perancis AS AS AS AS

Konsumsi ( l/o/h ) 330 500 495 314 349 486 270 741 499 562 608

Kehilangan Air (%) 65,8 49,6 48,1 42,4 35 36 21,5 34,4 23 11,9 11,8

Irlandia 251 31,5 Italia 651 25 Italia 425 12 Spanyol 267 22,1 Belgia 178 15,2 Jerman Munchen 308 13,6 Barat Jerman Hamburg 229 5 Barat Jerman Frankfurt 312 4,8 Barat Jerman Berlin 269 3 Barat The Haque Belanda 148 2 Copenhagen Denmark 311 5,5 Sumber : Bandung Water Supply Augmentation Improvement Phase 2, Feasibility Study Final Report, Vol 4, 1989 (Dikutip dari : Hasil Survey dari IWSA Standing Comitte on Water Distribution 1977 1978)

4.2

Sumber-Sumber Kehilangan Air Kehilangan air terdiri dari bermacam-macam komponen dan pada umumnya dapat

digolongkan sebagai kehilangan air secra fisik dan non fisik. Kehilangan air secara non fisik adalah setiap komponen yang tidak termasuk sebagai kehilangan langsung secara fisik (Laporan Batang, 2000).

11

Kehilangan air secara fisik diakibatkan oleh faktor - faktor teknis pada sistem perpipaan seperti pencatatan meter induk tidak akurat (kurang baik), kebocoran pada reservoir, kebocoran pada sambungan pipa distribusi dan transmisi, jaringan pipa keropos (sudah tua, material kurang bagus, pemasangan pipa tidak memenuhi syarat), sambungan pelanggan gelap (tidak terdeteksi), meter pelanggan tidak akurat (perggantian meter tidak terprogram), kebocoran pada pipa dinas pelanggan (pipa servis sebelum meter air), penggunaan air untuk pencucian dan penggelontoran pipa, kualitas pipa yang digunakan, tekanan yang dihasilkan, perlengkapan perpipaan, sambungan-sambungan pipa dan lain sebagainya (Seminar Perpamsi, 2005). Sedangkan kehilangan air non fisik diakibatkan oleh faktor-faktor non teknis seperti sistem pencatatan meter induk tidak sempurna, sistem pencatatan meter pelanggan tidak baik, perlakuan pencatat meter (pencatatan ditaksir), administrasi pencatat meter tidak baik, sistem penagihan tidak sempurna, kesalahan administrasi, kesalahan pembacaan meter air, akurasi meter air, sambungan-sambungun liar, penggunaan tanpa pemakaian meter air, dan lain sebagainya (Seminar Perpamsi, 2005). Tingkat kehilangan air sering dinyatakan sebagai persentase dari jumlah produksi air, yang ditentukan dari data produksi dan pemakaian air. (Laporan Batang, 2000). Pada dasarnya sumber sumber kehilangan air sama pada setiap sistem, potensinya untuk menghasilkan kehilangan air, juga tergantung pada faktor-faktor yang

mempengaruhinya (Seminar Perpamsi, 2005). Beberapa sumber kehilangan air (Sari, 1999): 1. Meter Air a. Fungsi Meter Air Meter air digunakan pada sistem penyediaan air bersih dengan tujuan : - untuk mengetahui jumlah produksi air - untuk mengetahui besar pemakaian air keperluan pelanggan - untuk mengetahui besar pemakaian air konsumen, termasuk kepentingan sosial

12

- untuk dapat memperhitungkan tarif air - untuk dapat memperhitungkan rekening pelanggan - untuk memperkirakan besar kehilangan air dari sistem instalasi keseluruhan - untuk keperluan penelitian/pengendalian b. Ketelitian Meter Air Hasil pengujian Lembaga Pendidikan menunjukkan bahwa meter air tidak selalu dapat diandalkan kebenaran penunjukkannya. ternyata untuk beberapa kondisi sistem pengaliran air, meter air memperlihatkan kekurangtelitian saat beroperasi. Disamping kecepatan aliran, yang dapat mempengaruhi ketelitian meter air adalah udara. Sebuah instalasi penyaluran air minum yang bekerja secara periodik, pada saat operasi berhenti, maka sejumlah udara akan masuk ke dalam pipa distribusi dari celah sambungan pipa, katup yang tidak tertutup sempurna atau dari pipa yang bocor. Aliran udara dalam meter air akan memutar dial meter dengan cepat. Peristiwa ini sering ditemui di lapangan pada meter air konsumen 3. Pipa Transmisi dan Distribusi Kehilangan air pada pipa transmisi sering terjadi karena adanya kebocoran yang dipengaruhi oleh tekanan di dalam dan di luar pipa yang tidak seimbang. Beberapa hal yang mempengaruhi adalah konstruksi pemasangan, penyambungan serta kualitas material yang digunakan dan usia dari pipa. Pada pipa distribusi yang mengalirkan air kepada pelanggan, kehilangan air sangat besar karena banyaknya pipa-pipa kecil yang potensial sebagai sumber kebocoran. Tekanan Konstruksi Beban Kualitas Material Korosi

4. Perlengkapan Pipa (Fitting)

13

Perlengkapan pipa ini meliputi joint, bend, tee, cross dan valve. Kondisi sistem penyambungan antar fitting yang kurang baik dan tidak sesuai dengan tekanan kerja yang diijinkan akan menyebabkan pipa mudah pecah. Daerah tempat penyambungan fitting dengan pipa merupakan daerah yang rawan akan kebocoran terlebih lebih jika konstruksi pemasangannya tidak baik sehingga sangat dipengaruhi oleh beban yang bekerja pada tempat tersebut (Twort, 1974). 4. Pemakaian Air tanpa Meter Air Pemakaian air oleh pelanggan tetapi tidak dilengkapi oleh meter air. Sehingga untuk beban rekening tidak berdasarkan pemakaian air sebenarnya dan angka menjadi tidak pasti (Leakage Reduction, 1987) 5. Sambungan Liar (Illegal Connection) Sambungan yang terjadi dengan menapping pipa pelayanan tanpa diketahui pihak PDAM. Tujuannya agar pemakaian air tidak tercatat sehingga tidak perlu membayar beban rekening. 6. Pencucian Pipa (Flushing) Air yang digunakan untuk mencuci pipa merupakan jumlah tidak tercatat. Umumnya jumlah dipakai sebesar 2% dari jumlah produksi, tetapi seharusnya melalui meter air agar jelas berapa jumlah pemakaiannya. 7. Kesalahan Administrasi Administrasi kurang tertib, seperti penagihan yang kurang tertib dan tidak menurut sistem yang telah ditetapkan, proses pembacaan meter air, pencatatan meter, kesalahan pada pembukuan lainnya, proses pembuatan rekening ataupun karena petugas pembaca meter tidak membacanya. Pemakaian untuk infrastruktur, hidrant, taman-taman Kabupaten seringkali tidak diketahui secara pasti karena tidak ada meter air. Kesalahan administrasi akan mengacaukan dan sulit untuk dikendalikan. Jumlah pemakaian air menjadi tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan, sehingga air yang terdistribusi dengan yang terpakai menjadi tidak jelas 8. Sosial Budaya 14

Sambungan liar, tanpa meter air, meter air dimodifikasi, sambungan ganda sebelum meter air, melepas meter air saat pengaliran kemudian dipasang lagi, merusak cara kerja meter air, membubuhkan garam pada gelas meter air, meletakkan magnet di dekat dial merupakan bentuk-bentuk kecurangan yang pernah ditemui dan dilakukan oleh konsumen. Tujuan dari itu semua adalah agar angka tercatat lebih kecil sehingga membayarnya menjadi murah. 4.3 Metoda Pengendalian kehilangan Air Untuk meningkatkan kapasitas pelayanan, dibutuhkan penanggulangan kehilangan air dimana dengan penaggulangan kehilangan air ini, kapasitas pelayanan akan ditingkatkan tanpa adanya peningkatan kapasitas sumber, mengingat sumber air baku yang makin lama makin berkurang sementara kebutuhun penduduk akan air bersih semakin lama semakin meningkat. Dalam penanggulangan kebocoran air sendiri ada 3 metoda penurunan kebocoran air yang dapat dilaksanakan (Laporan Batang, 2000), yaitu : a. Kontrol tekanan Pengaturan tekanan air di dalam pipa. Merupakan cara yang paling sederhana dan cepat, karena tidak menyangkut deteksi kebocoran, penurunan tekanan ini dapat dicapai dengan mengurangi tekanan pompa atau pemasangan katup penurunan tekanan pada jaringan pipa distribusi. b. Penurunan kebocoran air secara pasif Dengan metoda pasif kontrol, yaitu memperbaiki kebocoran hanya bila ada laporan dari masyarakat tentang adanya kebocoran atau bila kebocoran itu kebetulan saja diketahui (dapat terlihat secara fisik). Pada metoda ini tidak dilaksanakan pengukuran atau pendeteksian kebocoran. Metoda ini dapat dilaksanakan apabila harga produksi air relatif murah jika dibandingkan biaya operasionalnya, nilai kebocoran relatif masih rendah dan sumber air masih dapat mencukupi kebutuhan konsumen. c. Penurunan kebocoran air secara aktif, melalui cara-cara: Regular Sounding

15

Dengan menginspeksi jaringan pipa distribusi yang dilakukan secara berkala dengan menggunakan alat pendengar kebocoran pada hidran kebakaran atau pun katup yang terdapat pada jaringan distribusi. District Metering (pengukuran zone/wilayah) Yaitu dengan memantau aliran / fluktuasi pemakaian air pada distrik tertentu secara berkala. Caranya dengan memasang meter pada suatu distrik pada lokasi yang tepat, dan debit air yang masuk ke dalam distrik tersebut dicatat secara berkala dan dievaluasi. Bila terjadi peningkatan fluktuasi yang tiba-tiba, maka hal ini mengindikasikan adanya kebocoran pada distrik tersebut. Waste Metering (pengukuran kebocoran) Yaitu memantau kebocoran pada setiap jalur pipa. Cara ini dilakukan dengan memantau aliran air pada malam hari dengan membuka / menutup katup / valve secara bertahap. Jika terjadi peningkatan aliran air yang mencolok secara tiba-tiba, maka hal ini mengindikasikan adanya kebocoran. Untuk mencari kebocoran tersebut, digunakan alat pendeteksi kebocoran. Combined Metering (pengukuran kombinasi) Merupakan gabungan antara district dan waste metering. Dalam penanggulangan kebocoran air secara administratif, usaha yang harus kita lakukan akan lebih sedikit, tetapi hasil yang didapat akan sangat signifikan. Berbeda dengan penanggulangan kebocoran air secara fisik, usaha dan biaya yang dibutuhkan akan sangat banyak dan besar, belum lagi waktu yang dibutuhkan sangat lama. Tetapi, hasil yang didapat tidak sebanding dengan usaha yang sudah dilakukan. Selama ini pengendalian kehilangan air dilakukan secara pasif. Dengan metoda ini memang tidak memerlukan banyak peralatan dan biaya tetapi kehilangan air yang terjadi tidak dapat ditanggulangi dengan baik bahkan cenderung bertambah tiap tahunnya. Hal ini tidak dapat dibiarkan berlarut-larut, harus ditanggulangi secara sistematis dan terencana baik. 4.4. Pendekatan Penurunan Kehilangan Air

16

Dalam makalah pengendalian kehilangan air di wilayah DKI Jakarta, Irzal Djamal dkk., mengemukakan bahwa indicator kunci dari keberhailan setiap penyelenggaraa pelayanan PAM dimanapun juga. Bahkan, kemampuannya mempengaruhi semua prestasi, maka NRW dapat dikatakan key leveraging factor. Pengaruh sekuensial dari penurunan NRW dalam proses pelayanan PAM dapat dilihat pada diagram 2.1 Irzal juga mengemukakan penurunan NRW harus difokuskan kepada penyebab apparent losses atau kehilangan komersial, karena strateginya diperkirakan 20% lebih murah dibandingkan memberikan perhatian utama kepada real losses yang lebih membutuhkan tenaga dan biaya yang tidak sedikit. Bila tingkat kehilangan air mencapai 50% dan disumbangkan oleh kehilangan air komersial, atau 20% dari total produksi, maka diasumsikan jika kehilangan komersial saja ditekan hingga 15% total iair rata-rata, tanpa memperhitungkan kehilangan teknik, sudah dapat duiturukan menjadi 35%. Karena upaya mengutamakan penurunan kehilangan air secara teknis dapat mendorong secara signifikan kompensai dalam bentuk kenaikan tarif. Untuk pembelajaran, jika kompensasi kehilangan tetap dilakukan dalam skala prioritas kedua, maka perkirakan hasilnya akan lebih menguntungkan. (Irzal Djamal, dkk, 2011) Diagram .2.1 NRW sebagai key leveraging factor

17

Kuantitas

Pelayanan Naik

Kualitas

Kontinuitas

Efisiensi Operasi

Pendapatan Naik NRW Turun

Efektivitas Investasi

Laba Usaha

A SOUND PERFORMANC E OF WATER SECURITY AND ASSURANCE

Penghematan Air Permukaan Konservasi Naik Penyelamatan Air Bawah Tanah Water Conserveve culture Penerimaan Publik Kemitraan yang Berhasil

5. Populasi dan Sampel i) Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi, populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki subyek/obyek tersebut (Sugiyono, 1999). ii) Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti 18

dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel tersebut, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu, sampel yang diambil dari populasi harus reprensentatif (Sugiyono, 1999). 5.1. Metoda Pengambilan Sampel Metoda sampling adalah teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat beberapa metoda sampel yang dapat digunakan. 5.1.1. Probability Sampling Probability sampling adalah metoda pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Metoda ini terbagi lagi menjadi : a. Simple Random Sampling Pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. b. Proportionate Stratified Random Sampling Metoda ini digunakan bila populasi mempunyai anggota yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Jumlah sampel yang harus diambil meliputi strata populasi. c. Disproportionate Stratified Random Sampling Metoda ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional. d. Cluster Sampling (Area Sampling) Metoda ini digunakan untuk menentukan ukuran sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber datanya sangatlah luas. 5.1.2. Nonprobability Sampling

19

Nonprobability sampling adalah metoda pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjjadi anggota sampel. Metoda ini terbagi lagi menjadi : a. Sampling Sistematis Metoda pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. b. Sampling Kuota Metoda untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciriciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. c. Sampling Insidental Metoda penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang tersebut cocok sebagai sumber data. a. Sampling Purposif Metoda penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif atau penelitian yang tidak melakukan generalisasi. b. Sampling Jenuh Metoda penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

E. 1.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini penulis akan menganalisis kehilangan air pada perpipaan pelayanan PDAM wilayah pelayanan Kecamatan Bobotsari Kabupaten Purbalingga. Untuk menentukan jenis penelitian kehilangan pada sistem jaringan perpipaan distribusi air minum Kabupaten Purbalingga bisa terjadi kehilangan air secara teknis (real losses) maupun komersial (apparent losses). Kehilangan secara teknis bisa dikarenakan keocoran pipa, kehilangan kerena kelebihan air saat pengisian reservoir, 20

dan lain seagainya. Sedangkan kehilangan komersial karena samungan pipa illegal, pembacaan meteran yang salah dan lainnya. . 2. Tahapan Penelitian Dalam penelitian tugas akhir ini dilakukan tahapan penelitian untuk mempermudah dalam melakukan penelitian yang meliputi pendefinisian masalah dan studi pustaka, pengumpulan data sekunder, analisis kesetimbangan air pada system distribusi, penentuan nilai kehilangan air tiap wulayah pelayanan, penentuan pilot project, pengumpulan data lapangan, dan rekomendasi upaya pengendalian kehilangan air. 3. Diagram Alur Penelitian Bagan alir penelitian ini bisa dilihat pada gambar 3.1. Gambar 3.1. Diagram alur penelitian
MULAI

STUDI LITERATUR Kehilangan Air Klasifikasi Kehilangan Air Sumber Kehilangan Air

PENGUMPULAN DATA DATA PRIMER - Data Debit air - Data Tekanan Air Semua data didapatkan dari PDAM
DATA SEKUNDER - Pengumpulan Studi literatur - Batas Wilayah daerah pelayanan - Jumlah Pelanggan - Peta Jaringan Distriusi - Data Penunjang Lainnya

PENGOLAHAN DATAPenyeleksian Data - Pengklasifikasian Data - Pengelompokan Data

Analisis Kesetimbangan Air pada system ditribusi

Penentuan Kehilangan Air Tiap Wilayah Pelayanan

Penentuan Pilot Projek Pengumpulan Data Lapangan Rekomendasi upaya Pengendalian Pembuatan Laporan

21

4. Pendefinisian Masalah dan Studi Pustaka Langkah pertama yang harus dilakukan untuk menyelesaikan tugas akhir ini adalah pendefinisian masalah. Hal ini harus dilakukan untuk menyamakan konsep antara tujuan akhir dari tugas akhir ini dan tujuan akhir dari program PDAM Kabupaten Purbalingga sehingga akan diketahui ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas pada tugas akhir ini. 5. Pengumpulan Data Sekunder Pengamatan kondisi eksisting dilakukan dengan cara mengambil data sekunder. Data sekunder diperlukan sebagai data awal untuk penentuan kehilangan air. Data sekunder yang diperlukan meliputi antara lain data tentang pemakaian air rata-rata penduduk per wulayah pelayanan dan Sub area setiap bulannya, data tentang jumlah pelanggan, data tentang sistem perpipaan dan kelengkapan sistem perpipaan distribusi yang dipakai sebagai bahan analisis teknis penyebab kebocoran. Data-data tersebut diperoleh dari PDAM Kabupaten Purbalingga. Selain itu, diperlukan juga data besarnya debit yang tersedia untuk melihat kesesuaiannya dengan kebutuhan penduduk, juga besarnya debit sumber air yang didistribusikan keseluruhan dan sistem perpipaan distribusi yang dipakai. Data tersebut diperlukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap sistem distribusi air minum pada wilayah pilot project yang merupakan salah satu zone sistem distribusi air minum pada wilayah Kabupaten Purbalingga. i) Analisis Kesetimbangan dan Kehilangan Air Seluruh Purbalingga Analisis kesetimbangan air dilakukan dengan cara membandingkan antara volume produksi yang berperan sebagai input sistem dengan distribusi dan konsumsi sebagai outputnya. Setelah itu, baru dapat dibuat tabel kesetimbangan air, lalu menyimpulkan kehilangan air untuk wilayah pelayanan Purbalingga khususnya wilayah Kecamatan Bobotsari. 22

Setelah analisis kesetimbangan air secara umum telah dilakukan, maka akan dilihat kehilangan air tiap sub area wilayah pelayanan Kecamatan Bobotsari yang dinaungi oleh PDAM Kabupaten Purbalingga. Hal ini dilakukan untuk memperlihatkan sub area mana saja yang memberikan kehilangan air terbesar dan terkecil bagi PDAM Kecamatan Bobotsari. Dengan cara mencari sub area mana yang mempunyai variasi pelanggan terbanyak, isih yang paling besar dengan model yang sudah ada saat ini, maka akan didapat nilai kehilangan airnya. Setelah mengetahui penyebab terbesarnya, lalu akan dicari solusinya dari segi teknis dan non teknis. ii) Penentuan Pilot Project Penentuan pilot project diperlukan karena kurang memungkinkan penulis menjadikan keseluruhan Kecamatan Bobotsari Purbalingga sebagai wilayah studi. Hal ini dikarenakan banyaknya interkoneksi pipa dan intervensi aliran dan luasnya area dengan topografis yang beragam. Pilot project ditentukan dengan beberapa kriteria sebagai berikut, sub area yang dijadikan pilot project harus mempunyai semua golongan kelas pelanggan, mempunyai sistem pengaliran 24 jam, mempunyai pendistribusian air yang relatif baik, mempunyai efisiensi penagihan yang relatif tinggi, dan tingkat permasalahan meterannya tinggi. Pilot project ditentukan dari sub area yang berada dalam PDAM Kecamatan Bobotsari saja. iii) Pengumpulan Data Lapangan Pengumpulan data lapangan dilakukan dengan penentuan jumlah sampel terlebih dahulu. Metoda sampling yang digunakan adalah metoda disproportionate stratified random sampling. Metoda ini dipakai karena populasi yang ada merupakan populasi yang berstrata tetapi kurang proporsional. Sampling dilakukan selama 2 hari dalam seminggu. Juga dilakukan wawancara dengan pengelola PDAM Kabupaten Purbalingga dan masyarakat sekitar pilot project yang memakai air bersih dari PDAM Kabupaten Purbalingga. Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mencocokkan data yang ada di Data Sambungan Meter Air Pelanggan dengan angka yang ada di meteran air. Hal ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya selisih pembacaan antara data yang dilaporkan dengan keadaan di lapangan. Selisih pembacaan ini bisa dipakai untuk mengindikasikan penyebab kehilangan air terbesar di wilayah pilot project.

23

Observasi lapangan ini sangat penting untuk mengetahui dengan pasti keadaan sebenarnya dari kondisi daerah pilot project, karena data-data yang didapat dari instansi (PDAM) seringkali di lapangan tidak lagi sesuai. iv) Pembuatan Rekomendasi Upaya Pengendalian Kehilangan Air Rekomendasi ini ditujukan untuk memperkirakan langkah-langkah apa yang harus dibuat untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan mengurangi tingkat kehilangan air yang dapat terjadi. Rekomendasi usulan diajukan setela menganalisis output dari data-data yang telah didapat. Untuk dapat memberikan pelayanan lebih bagi pengelolanya guna kebutuhan masyarakat dan menekan pembuangan sumber daya air secara agar tidak sia-sia.

24

Anda mungkin juga menyukai