SULIT MODAL KEBERANIAN POLA PIKIR (KOLONIAL) MANAJEMEN PERIJINAN/BIROKRASI DUKUNGAN KELUARGA RASA MALU STATUS KUO (TERLENA DENGAN KENYAMANAN YG DIDAPAT) KEAMANAN
HUBUNGAN HAL-HAL DIATAS DENGAN KORUPSI DENGAN JARANGNYA WIRAUSAHA DI INDONESIA PEMBAHASANAN Wirusaha sering disebut wiraswasta, terjemahan dari entrepeneurship. Secara etimologis, wiraswasta merupakan istilah yang berasal dari kata wira (berani, utama, atau perkasa) dan swasta (swa=sendiri, sta=berdiri). Jadi yang dimaksud wiraswasta adalah mewujudkan aspirasi kehidupan mandiri dengan landasan keyakinan dan watak luhur (PS:13, modul Pengetahuan Sosial, Depdiknas 2004). Ciri-ciri wirausahawan: a. b. c. d. e. mempunyai kepribadian yang kuat memiliki sikap mental wirausaha memiliki kepekaan terhadap arti lingkungan memiliki keterampilan wiraswasta memiliki kemampuan untuk mencari informasi
korupsi adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi atau perbuatan curang yang merugikan Negara dan masyarakat luas dengan berbagai macam modus. Dalam studi literature yang dilakukan oleh Eric Chetwynd, Frances Chetwynd serta Bertram Spector di tahun 2003 dengan Judul Corruption and Poverty : Review of Recent Literature memberikan landasan teoritik yang menerangkan bahwa korupsi tidak bias langsung menghasilkan kemiskinan, Namun korupsi memiliki konsekuensi langsung terhadap factor faktor tata kelola pemerintahan dan perekonomian, yang pada akhirnya melahirkan kemiskinan yang dijabarkan dalam 2 model 1. Model perekonomian
Korupsi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi karena menyebabkan berkurangnya investasi dari dalam dan luar negeri, menjalankan berbagai pungutan yang melemahkan kewirausahaan, menurunkan kualitas infrastruktur, mengurangi pendapatan pajak, menguntungkan para pemburu rente (rent-seeker) ketimbang para wirausahawan sejati, serta merusak keseimbangan komposisi bagi alokasi anggaran untuk publik. Di samping membatasi pertumbuhan ekonomi, terdapat bukti yang menunjukkan bahwa korupsi juga meningkatkan kesenjangan pendapatan. Penjelasannya adalah bahwa korupsi menciptakan distorsi bagi perekonomian, termasuk kerangka kebijakan serta hukumnya yang mengakibatkan sekelompok masyarakat tertentu memiliki keuntungan yang lebih dibandingkan kelompok masyarakat yang lain.
Juga terdapat bukti bahwa korupsi menyebabkan distribusi yang tidak adil dari sumber daya maupun berbagai jenis pelayanan. Bagi masyarakat kelas bawah, korupsi menyebabkan mereka harus membayar proporsi yang lebih besar dari penghasilan mereka untuk menyuap (dibandingkan dengan proporsi yang dikeluarkan oleh masyarakat kelas menengah maupun kelas atas). 2.
ModelTatakelola Pemerintahan
Menerangkan bahwa korupsi pertama-tama mempengaruhi kemampuan pemerintah dalam mengelola pemerintahan (governance), yang setelah itu membawa dampak pada peningkatan angka kemiskinan. Pertama-tama, korupsi mengurangi kapasitas tatakelola pemerintahan, yang berarti memperlemah institusiinstitusi politik serta partisipasi masyarakat yang kemudian berdampak pada menurunnya kualitas infrastruktur serta berbagai pelayanan publik oleh pemerintah. Ketika anggaran bagi kesehatan dan pendidikan dasar tidak lagi menjadi prioritas, sementara berbagai program padat modal (yang selalu menarik bagi para pemburu rente) justru mendapatkan perhatian dari penyelenggara pemerintahan, masyarakat kelas bawah sesungguhnya kehilangan pelayanan dasar yang sangat mereka andalkan untuk bertahan hidup. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika berbagai studi menunjukkan bahwa korupsi selalu memiliki korelasi dengan tingginya angka putus sekolah serta kematian bayi. Kedua, tatakelola pemerintahan yang lemah meningkatkan kemiskinan melalui pembatasan pertumbuhan ekonomi, dan pada akhirnya, karena ketidakmampuannya untuk mengkontrol korupsi. Ketiga, korupsi yang mengurangi kapasitas tatakelola pemerintahan juga akan berdampak pada hilangnya kepercayaan publik pada lembaga-lembaga pemerintah. Pada saat kepercayaan publik ini menurun, berbagai penelitian menunjukkan bahwa tingkat kerapuhan masyarakat miskin akan mengalami peningkatan setiap kali produktivitas ekonomi mereka terganggu oleh berbagai alasan. Pada saat masyarakat menganggap bahwa sistem sosial yang mereka miliki tidak dapat dipercaya dan tidak adil, mereka tidak akan merasa memiliki insentif untuk terlibat dalam berbagai kegiatan ekonomi yang produktif. Dengan terjadinya perubahan mental yang semacam ini, maka akan semakin sulit upaya untuk mengatasi persoalan kemiskinan.
Birokrasi
Ketidakefisienan birokrasi merupakan masalah utama dalam iklim usaha di Indonesia. Masalah berikutnya adalah korupsi serta kurangnya ketersediaan infrastruktur yang memadai. (Menteri Perencanaan Pembangunan