Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN ANTARA

Review Rencana Induk SPAM Kota Cimahi

4 BAB IV
KRITERIA PERENCANAAN

4.1 STANDAR KEBUTUHAN AIR

Tingkat pemakaian air perorang sangat bervariasi antara suatu daerah dengan daerah
lainnya, sehingga secara keseluruhan penggunaan air dalam suatu sistem penyediaan air
minum juga akan bervariasi. Bervariasinya pemakaian air ini disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain : iklim, standar hidup, aktivitas masyarakat, tingkat sosial dan
ekonomi, pola serta kebiasaan masyarakat dan hari libur.

Berhubungan dengan fluktuasi pemakaian air, terdapat tiga macam pengertian, yaitu :

1. Kebutuhan Rata-rata
Pemakaian air rata-rata dalam satu hari adalah pemakaian air dalam setahun dibagi
dengan 365 hari.
2. Kebutuhan Maksimum (Qmax)
Fluktuasi pemakaian air dari hari ke hari dalam satu tahun sangat bervariasi dan
terdapat satu hari dimana pemakaian air lebih besar dibandingkan dengan hari
lainnya.Kebutuhan air pada hari maksimum digunakan sebagai dasar perencanaan
untuk menghitung kapasitas bangunan penangkap air, perpipaan transmisi dan
Instalasi Pengolahan Air (IPA). Faktor hari maksimum (fm) berkisar antara 1,1
sampai 1,5 (Lampiran III Permen PU Nomor 18 tahun 2007). Dalam penyusunan
Rencana Induk SPAM Kawasan Perkotaan Bandung Raya, faktor hari maksimum
(fm) yang digunakan sebagai kriteria desain adalah 1,2.
3. Kebutuhan Puncak
Faktor jam puncak (fp) adalah suatu kondisi dimana pemakaian air pada jam
tersebut mencapai maksimum. Faktor jam puncak biasanya dipengaruhi oleh
jumlah penduduk dan tingkat perkembangan kota, dimana semakin besar jumlah
penduduknya semakin beraneka ragam aktivitas penduduknya. Dengan
bertambahnya aktivitas penduduk, maka fluktuasi pemakain air semakin kecil.
Berdasarkan standar yang tercantum dalam Lampiran III Permen PU No.18 Tahun

PT. Maza Pradita Sarana


4-1
LAPORAN ANTARA
Review Rencana Induk SPAM Kota Cimahi

2007, faktor jam puncak (fp) berkisar antara 1,15 – 3. Dalam penyusunan Rencana
Induk SPAM Kawasan Perkotaan Bandung Raya, faktor jam puncak (fp) yang
digunakan sebagai kriteria desain adalah 1,5.

Kebutuhan air ditentukan berdasarkan :


1. Proyeksi Penduduk
Proyeksi penduduk harus dilakukan untuk interval 5 tahun selama periode
perencanaan.
2. Pemakaian Air (L/o/h)
Jumlah pemakaian air diproyeksikan setiap interval 5 tahun.
3. Ketersediaan air
Perkiraan kebutuhan air hanya didasarkan pada data sekunder sosial ekonomi dan
kebutuhan air diklasifikasikan berdasarkan aktifitas perkotaan atau masyarakat.

4.1.1 Kebutuhan Domestik

Kebutuhan Domestik merupakan kebutuhan air yang berasal dari rumah tangga dan
sosial standar konsumsi pemakaian domestik ditentukan berdasarkan rata-rata
pemakaian air perhari yang diperlukan oleh setiap orang.Standar konsumsi pemakaian
air domestik dapat dilihat dari Tabel 4.1.

Tabel 4-1 Tingkat Konsumsi/Pemakaian Air Rumah Tangga Sesuai Kategori Kota

No. Kategori Kota Jumlah Penduduk Sistem Tingkat


Pemakaian Air
1. Kota Metropolitan >1.000.000 Non Standar 190
2. Kota Besar 500.000 – 1.000.000 Non Standar 170
3. Kota Sedang 100.000 – 500.000 Non Standar 150
4. Kota Kecil 20.000 – 100.000 Standar BNA 130
5. Kota kecamatan <20.000 Standar IKK 100
6. Kota Pusat Pertumbuhan <3.000 Standar DPP 60
Sumber : SK-SNI Air minum

Kebutuhan air untuk rumah tangga (domestik) dihitung berdasarkan jumlah penduduk tahun
perencanaan.Kebutuhan air minum untuk daerah domestik ini dilayani dengan sambungan rumah (SR) dan
hidran umum (HU). Kebutuhan air minum untuk daerah domestik ini dapat dihitung berdasarkan persamaan
berikut :

Kebutuhan air = % pelayanan x a x b


Dimana :
a = jumlah pemakaian air (liter/orang/hari)

PT. Maza Pradita Sarana


4-2
LAPORAN ANTARA
Review Rencana Induk SPAM Kota Cimahi

b = jumlah penduduk daerah pelayanan (jiwa)

4.1.2 Kebutuhan Non Domestik

Kegiatan non domestik adalah kegiatan penunjang kota terdiri dari kegiatan komersil
berupa industri, perkantoran, perniagaan dan kegiatan sosial seperti sekolah, rumah
sakit dan tempat ibadah. Penentuan kebutuhan air non domestic didasarkan pada faktor
jumlah penduduk pendukung dan jumlah unit fasilitas yang dimaksud. Fasilitas
perkotaan tersebut antara lain adalah fasilitas umum, industri dan komersil. Perhitungan
kebutuhan air non domestik di Kabupaten Bandung diasumsikan sebesar 15-20%.

4.2 KRITERIA PERENCANAAN

Pertumbuhan dan perkembangan wilayah berdampak terhadap tumbuhnya kegiatan


ekonomi dan sosial penduduk di suatu daerah dan telah memberikan berbagai akibat
pada proses perubahan tata guna lahan, baik di pusat kota maupun di sekitarnya. Proses
perubahan ini tidak dapat diimbangi oleh kesetaraan penyediaan dan pelayanan
prasarana lingkungan seperti pelayanan air minum, sistem sanitasi dan sistem
penyediaan ruang terbuka hijau. Kecenderungan yang terjadi adalah kegiatan
penggalian sumber daya alam dan lingkungan yang berlebihan serta adanya proses
penurunan tingkat pelayanan prasarana lingkungan hidup.
Guna mengimbangi pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di perkotaan,
pemerintah telah mencanangkan program penyediaan prasarana lingkungan yang
dilakukan secara bertahap, sehingga dari hasil tersebut terlihat bahwa upaya
pembangunan yang dilakukan (supply) tetap tidak cukup untuk mengejar demand yang
semakin besar. Saat ini masih terjadi in-efisiensi dalam memanfaatkan kapasitas yang
tersedia yang disebabkan oleh pengelolaan dan penyelenggaraan pengoperasian dan
pemeliharaan sarana dan prasarana air minum yang belum sesuai standar.
Akibat proses penurunan tingkat pelayanan terutama pada pemukiman di perkotaan
adalah terganggunya produktifitas air minum karena semakin terbatasnya sumber daya
serta meningkatnya pencemaran sumber air. Dari segi ekonomi, penurunan tingkat
pendapatan masyarakat serta meningkatnya biaya pengoperasian akan menjadi kendala
yang lain. Untuk merencanakan sistem penyediaan air minum suatu perkotaan yang

PT. Maza Pradita Sarana


4-3
LAPORAN ANTARA
Review Rencana Induk SPAM Kota Cimahi

memenuhi syarat dari segi kuantitas, kualitas dan kontinuitas dibutuhkan suatu standar
dan kriteria perencanaan yang sesuai.
Tabel 4-2 Kriteria Perencanaan Sistem Air Minum

No Uraian Kriteria Perencanaan


1 Kapasitas Aliran:
a. Sumber Air Hari Maksimum (Maximum Day Demand)
b. Kapasitas Produksi Hari Maksimum (Maximum Day Demand)
c. Pemakaian Air (100-120) liter/orang/hari
d. Pompa
 Intake Hari Maksimum (Maximum Day Demand)
 Distribusi Peak Hour (Peak Hour Demand)
e. Jaringan Perpipaan Hari Maksimum (Maximum Day Demand)
f. Transmisi Hari Rerata dan Peak Huor
 Distribusi
2 Faktor Pengaliran
a. Harian Maksimum (max. day Factor) (1,05 – 1,15)
b. Jam Puncak (Peak Hour Factor) (1,50 – 1,75)
3 Dimensi Pipa
a. Kecepatan Aliran (Velocity Flow) (0,3 – 2,0) meter/detik
b. Diameter pipa Induk/primer >150 mm
c. Diameter Pipa Sekunder/tersier <150 mm
4 Kualitas dan Tekanan Kerja di Jaringan
a. Kualitas Stander PERMENKES RI No.416/1990
b. Distribusi (40-60) meter kolom air (MKA)
c. Minimum sisa tekanan (10-20) meter kolom air (MKA)
5 Jam Operasi 24 Jam
6 Kapasitas Reservoar (storage capacity) (10%-15) x Hari Rerata
Kehilangan Air (Uncounted for water) (20%-25%) x total Demand Consumption
Sumber : SK-SNI Air minum
Penyusunan kriteria perencanaan berpedoman pada kriteria yang umum digunakan dan
Petunjuk Teknis Perencanaan Rancangan Teknik Sistem Penyediaan Air Minum,
Kementerian Pekerjaan Umum dan disesuaikan dengan kondisi daerah perencanaan.

Bagian yang menjadi dasar kriteria perencanaan sistem penyediaan air minum adalah
sebagai berikut :
 Unit Air Baku.
 Unit Transmisi.
 Unit Produksi.
 Unit Distribusi.
 Unit Pelayanan.

PT. Maza Pradita Sarana


4-4
LAPORAN ANTARA
Review Rencana Induk SPAM Kota Cimahi

4.2.1 Unit Air Baku

Unit Air Baku dapat berupa bangunan penampungan air, bangunan pengambilan/
penyadapan, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, sistem pengadaan dan/ atau
sarana pembawa serta perlengkapannya. Unit air baku merupakan sarana pengambilan
dan/ atau penyedia air baku.
Ketentuan Teknis
1. Air Baku
Sumber air yang dapat digunakan sebagai sumber air baku meliputi : mata air, air
tanah, air permukaan dan air hujan. Untuk mengidentifikasi ketersediaan air baku
disuatu wilayah bagi kebutuhan air bersih diperlukan studi hidrologi dan studi
hidrogeologi. Studi tersebut terutama dimaksudkan untuk memperoleh informasi
mengenai :
a. Jarak dan beda tinggi sumber-sumber air.
b. Debit optimum (safe yield) sumber.
c. Kualitas air dan pemakaian sumber saat ini (bila ada).
Pada umumya terdapat sejumlah alternatif sumber yang berbeda. Alternatif
sumber terpilih harus dipertimbangkan terhadap aspek ekonomi dan kehandalan
sumber. Tingkat kehandalan sumber merupakan suatu faktor yang sulit dinilai
secara ekonomi dan penilaian bobotnya tergantung pada besar kecilnya kota atau
kawasan yang dilayani. Untuk kota-kota yang lebih kecil bobot penilaiannya lebih
besar dari kota besar. Analisis pemilihan alternatif sumber dilakukan terhadap
sumber-sumber yang telah diidentifikasi menurut jenis sumber air :
a. Mata Air.
b. Air Permukaan (Sungai, saluran).
c. Danau.
d. Air Tanah.
Dalam melakukan analisis pemilihan alternatif sumber faktor dipertimbangkan
seperti :
a. Air sungai pada umumnya memerlukan pengolahan untuk menghasilkan air
bersih, sehingga sumber air sungai baru dapat diperbandingkan dengan mata
air, hanya apabila lokasi penyadapan (intake) terletak dekat dengan daerah
pelayanan.

PT. Maza Pradita Sarana


4-5
LAPORAN ANTARA
Review Rencana Induk SPAM Kota Cimahi

b. Danau atau rawa, pengisiannya (in-flow) umumnya berasal dari satu atau
beberapa sungai. Alternatif sumber danau dapat dioperbandingkan dengan air
permukaan (sungai). Apabila volume air danau jauh lebih besar dari aliran
sungai-sungai yang bermuara kedalamnya, sehingga waktu tempuh yang lama
(long detention time) dari aliran sengai ke danau menghasilkan suatu proses
penjernihan alami atau self purification.
c. Dalam hal air permukaan (sungai) telah terkontaminasi berat, pemilihan
alternatif sumber air tanah dalam dapat diajukan, mengingat kualitas tanah
secara bakteorologi lebih aman daripada air permukaan.
d. Pertimbangan lain yang berkaitan dengan kebijaksanaan Pemerintah Daerah
mengenai peruntukan sumber.
Secara kualitas, sumber air baku untuk penyediaan air minum harus ditinjau
berdasarkan standar air baku yang berlaku, yaitu berdasarkan Permenkes Nomor
492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas air. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel 4-3 Persyaratan Kualitas Air Minum

Kadar Maksimum
No. Jenis Parameter Satuan yang
diperbolehkan
1 Parameter yang berhubungan langsung dengan Kesehatan
Parameter Mikrobiologi
1) E. Coli Jumlah per 100 ml sampel 0
2) Total Bakteri Koliform Jumlah per 100 ml sampel 0
Kimia an-organik
1) Arsen mg/l 0,01
2) Fluorida mg/l 1,5
3) Total Kromium mg/l 0,05
4) Kadmium mg/l 0,003
5) Nitrit, (sebagai NO2) mg/l 3
6) Nitrat, (sebagai NO3) mg/l 50
7) Sianida mg/l 0,07
8) Selenium mg/l 0,01
2 Parameter yang berhubungan langsung dengan Kesehatan
Parameter Mikrobiologi
1) Bau Tidak berbau
2) Warna TCU 15
3) Total zat padat terlarut (TDS) mg/l 500
4) Kekeruhan NTU 5
5) Rasa Tidak berasa
o
6) Suhu C Suhu udara ±3

PT. Maza Pradita Sarana


4-6
LAPORAN ANTARA
Review Rencana Induk SPAM Kota Cimahi

Kadar Maksimum
No. Jenis Parameter Satuan yang
diperbolehkan
Parameter Kimiawi
1) Aluminium mg/l 0,2
2) Besi mg/l 0,2
3) Kesadahan mg/l 500
4) Khlorida mg/l 250
5) Mangan mg/l 0,4
6) pH mg/l 6,5-8,5
7) Seng mg/l 3
8) Sulfat mg/l 250
9) Tembaga mg/l 2
10) Amonia mg/l 1,5
Sumber : Permenkes No. 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air

Tabel 4-4 Parameter Tambahan Persyaratan Kualitas Air Minum

Kadar Maksimum yang


No. Jenis Parameter Satuan
diperbolehkan
1 KIMIAWI
a. Bahan Anorganik
Air Raksa mg/l 0,001
Antimon mg/l 0,02
Barium mg/l 0,7
Boron mg/l 0,5
Molybdenum mg/l 0,07
Nikel mg/l 0,07
Sodium mg/l 200
Timbal mg/l 0,01
Uranium mg/l 0,015
b. Bahan Organik
Zat Organik (KmnO4) mg/l 10
Deterjen mg/l 0,05
Chlorinated alkanes
Carbon tetracchloride mg/l 0,004
Dichloromethane mg/l 0,02
1,2-Dichloroethane mg/l 0,05
Chlorinated ethenes
1,2-Dichloroethane mg/l 0,05
Trichloroethene mg/l 0,02
Tetrachloroethente mg/l 0,04
Aromatic Hydrocarbons
Benzene mg/l 0,01
Toluene mg/l 0,7
Xylenes mg/l 0,5
Ethylbenzene mg/l 0,3
Styrene mg/l 0,02
Chlorinated Benzenes
1,2-Dichlorobenzene (1,2-DCB) mg/l 1
1,4-Dichlorobenzene (1,4-DCB) mg/l 0,3

PT. Maza Pradita Sarana


4-7
LAPORAN ANTARA
Review Rencana Induk SPAM Kota Cimahi

Kadar Maksimum yang


No. Jenis Parameter Satuan
diperbolehkan
Lain-lain
Di(2-ethylhexyl)phthalate) mg/l 0,008
Acrylamide mg/l 0,0005
Epichlorohydrin mg/l 0,0004
Hexachlorobutadiene mg/l 0,0006
Ethylenediaminetetrascetic acid mg/l 0,6
(EDTA)
Nitrilotriacetic acid (NTA) mg/l 0,2
c. Pestisida
Alachor mg/l 0,02
Aldicarb mg/l 0,01
Aldrin dan dieldrin mg/l 0,00003
Altrazine mg/l 0,02
Carbofuran mg/l 0,007
Chlordane mg/l 0,0002
Chlorotoluron mg/l 0,03
DDT mg/l 0,001
1,2-Dibromo-3-chloropropane (DBCP) mg/l 0,001
2,4-Dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) mg/l 0,03
1,2-Dichloropropane mg/l 0,04
Isoproturon mg/l 0,009
Lindane mg/l 0,002
MCPA mg/l 0,002
Methoxychlor mg/l 0,02
Metolachlor mg/l 0,01
Molinate mg/l 0,006
Pendimethalin mg/l 0,02
Pentachlorophenol (PCP) mg/l 0,009
Permethrin mg/l 0,3
Simazine mg/l 0,002
Trifluralin mg/l 0,2
Chlorophenoxy herbicedes selain 2,4-D
dan MCPA
2,4-DB mg/l 0,090
Dichlorprop mg/l 0,10
Fenoprop mg/l 0,009
Mecoprop mg/l 0,001
2,4,5-Trichlorophenoxyacetic acid mg/l 0,009
d. Desinfektan dan Hasil Sampingannya
Desinfektan
Chlorine mg/l 5
Hasil Sampingan
Bromate mg/l 0,01
Chlorate mg/l 0,7
Chlorite mg/l 0,7
Chlorophenols
2,4,6- Trichlorophenol (2,4,6-TCP) mg/l 0,2
Bromoform mg/l 0,1
Dibromochloromethane (DBCM) mg/l 0,1
Bromodichloromethane (BDCM) mg/l 0,06

PT. Maza Pradita Sarana


4-8
LAPORAN ANTARA
Review Rencana Induk SPAM Kota Cimahi

Kadar Maksimum yang


No. Jenis Parameter Satuan
diperbolehkan
Chloroform mg/l 0,3
Chlorinated acetic acids
Dichloroacetic acid mg/l 0,05
Trichloroacetic acid mg/l 0,02
Chloral Hydrate
Halogenated acetonitrilies
Dichloroacetonitrile mg/l 0,02
Dibromoacetonitrile mg/l 0,07
Cyanogen Chloride (sebagai CN) mg/l 0,07

2. RADIOAKTIFITAS
Gross alpha activity Bq/l 0,1
Gross beta activity Bq/l 1
Sumber : Permenkes No. 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air

2. Dasar-Dasar Perencanaan Bangunan Pengambilan Air Baku :


a. Survey dan identifikasi sumber air baku, mengenai : mata air, debit, kualitas
air, pemanfaatan.
b. Perhitungan debit sumber air baku.
1) Pengukuran debit mata air, menggunakan :
a) Pengukuran debit dengan pelimpah. Alat ukur pelimpah yang dapat
digunakan ialah Alat ukur Thomson berbentuk V dengan sudut celah
30o, 45 o, 60 o, 90 o. Alat ukur Thomson sudut celah 90 o dengan rumus :

Q = 1,417. H3/2

dimana :
Q = debit aliran (m³/detik)
H = tinggi muka air dari ambang
1,417 = konstanta konversi waktu (perdetik)
b) Penampung dan pengukuran volume air dengan mengukur lamanya (t)
air mengisi penampungan air yang mempunyai volume tertentu:
Volume penampunga n
Debit air ( Q )  ( L / det ik )
t

Dengan mengukur perubahan tinggi muka air (H) dalam penampangan


yang mempunyai luas tertentu (A) dalam jangka waktu tertentu maka
dapat dihitung :

H x A
Debit (Q )  ( L / det ik )
t

PT. Maza Pradita Sarana


4-9
LAPORAN ANTARA
Review Rencana Induk SPAM Kota Cimahi

2) Potensi Air Tanah


a) Perkiraan potensi air tanah dangkal dapat diperoleh melalui survei
terhadap 10 buah sumur gali yang bisa mewakili kondisi air tanah
dangkal di desa tersebut.
b) Perkiraan potensi sumur tanah dalam dapat diperoleh informasi data
dari instansi terkait, meliputi : kedalaman sumur, kualitas air dan
kuantitas serta konstruksinya.
3) Perhitungan debit air permukaan terdiri dari :
a) Perhitungan debit air sungai pengukuran debit sungai dilakukan
dengan mengukur luas potongan melintang penampang basah sungai
dan kecepatan rata-rata alirannya, dengan rumus :

Q  A .V

V  C. R .S

dimana :
Q = debit (m³/detik)
A = luas penampang basah (m²)
R = jari-jari hidrolik (m)
S = kemiringan/slope
m = koefisien Bazin
Selain pengukuran perlu diperoleh data-data lain dan informasi yang
dapat diperoleh dari penduduk. Data-data yang diperlukan meliputi
debit aliran, pemanfaatan sungai, tinggi muka air minimum dan tinggi
muka air maksimum.

b) Perhitungan debit air danau


Perhitungan debit air danau dilakukan berdasarkan pengukuran
langsung. Cara ini dilakukan dengan pengamatan atau pencatatan
fluktuasi tinggi muka air selama minimal 1 tahun. Besarnya fluktuasi
debit dapat diketahui dengan mengalikan perbedaan tinggi air
maksimum dan minimum dengan luas muka air danau.
Pengukuran ini mempunyai tingkat ketelitian yang optimal bila
dilakukan dengan periode pengamatan yang cukup lama. Data-data di

PT. Maza Pradita Sarana


4-10
LAPORAN ANTARA
Review Rencana Induk SPAM Kota Cimahi

atas dapat diperoleh dari penduduk setempat tentang fluktuasi yang


pernah terjadi (muka air terendah).
c) Perhitungan debit embung
Pengukuran debit yang masuk ke dalam embung dapat dilakukan pada
saat musim penghujan, yaitu dengan mengukur luas penampang basah
sungai/ parit yang bermuara di embung dan dikalikan dengan
kecepatan aliran. Sedangkan volume tampungan dapat dihitung
dengan melihat volume cekungan untuk setiap ketinggian air. Volume
cekungan dapat dibuat pada saat musim kering (embung tidak terisi
air), yaitu dari hasil pemetaan topografi embung dapat dibuat
lengkung debit (hubungan antara tinggi air dan volume).

3. Persyaratan lokasi penempatan dan konstruksi bangunan pengambilan :


a. Penempatan bangunan penyadap (intake) harus aman terhadap polusi yang
disebabkan pengaruh luar (pencemaran oleh manusia dan mahluk hidup lain);
b. Penempatan bangunan pengambilan pada lokasi yang memudahkan dalam
pelaksanaan dan aman terhadap daya dukung alam (terhadap longsor dan lain-
lain);
c. Konstruksi bangunan pengambilan harus aman terhadap banjir air sungai,
terhadap gaya guling, gaya geser, rembesan, gempa dan gaya angkat air (up-
lift);
d. Penempatan bangunan pengambilan disusahakan dapat menggunakan sistem
gravitasi dalam pengoperasiannya;
e. Dimensi bangunan pengabilan harus mempertimbangkan kebutuhan
maksimum harian;
f. Dimensi inlet dan outlet dan letaknya harus memperhitungkan fluktuasi
ketinggian muka air;
g. Pemilihan lokasi bangunan pengambilan harus memperhatikan karakteristik
sumber air baku;
h. Konstruksi bangunan pengambilan direncanakan dengan umur pakai (lifetime)
minimal 25 tahun;
i. Bahan/ material konstruksi yang digunakan diusahakan menggunakan material
lokal atau disesuaikan dengan kondisi daerah sekitar.
4. Tipe Bangunan Pengambilan Air Baku

PT. Maza Pradita Sarana


4-11
LAPORAN ANTARA
Review Rencana Induk SPAM Kota Cimahi

a. Sumber air baku mata air. Bangunan Pengambilan air baku untuk mata air
secara umum dibedakan menjadi bangunan penangkap dan bangunan
pengumpul atau sumuran :
1) Bangunan penangkap
a) Pertimbangan pemilihan bangunan penangkap adalah pemunculan
mata air cenderung arah horisontal dimana muka air semula tidak
berubah, mata air yang muncul dari kaki perbukitan; apabila keluaran
mata air melebar maka bangunan pengambilan perlu dilengkapi
dengan konstruksi sayap yang membentang di outlet mata air.
b) Perlengkapan bangunan penangkap adalah outlet untuk konsumen air
bersih, outlet untuk konsumen lain (perikanan atau pertanian dan lain-
lain), peluap (overflow), penguras (drain), bangunan pengukur debit,
konstruksi penahan erosi, lubang periksa (manhole), saluran drainase
keliling, pipa ventilasi.
2) Bangunan pengumpul atau sumuran
a) Pertimbangan pemilihan bangunan pengumpul adalah pemunculan
mata air cenderung arah vertikal, mata air yang muncul pada daerah
datar dan membentuk tampungan, apabila outlet mata air pada suatu
tempat maka digunakan tipe sumuran, apabila outlet mata air pada
beberapa tempat dan tidak berjatuhan maka digunakan bangunan
pengumpul atau dinding keliling.
b) Perlengkapan bangunan penangkap adalah outlet untuk konsumen air
bersih, outlet untuk konsumen lain (perikanan atau pertanian, dan
lain-lain), peluap (overflow), penguras (drain), bangunan pengukur
debit, konstruksi penahan erosi, lubang periksaan (manhole), saluran
drainase keliling, pipa ventilasi.
b. Sumber Air Baku Air Tanah. Pemilihan bangunan pengambilan air tanah
dibedakan menjadi sumur dangkal dan sumur dalam.
1) Sumur dangkal
a) Pertimbangan pemilihan sumur dangkal adalah secara umum
kebutuhan air di daerah perencanaan kecil; potensi sumur dangkal
dapat mencukupi kebutuhan air bersih di daerah perencanaan (dalam
kondisi akhir musim kemarau/ kondisi kritis).

PT. Maza Pradita Sarana


4-12
LAPORAN ANTARA
Review Rencana Induk SPAM Kota Cimahi

b) Perlengkapan bangunan sumur dangkal dengan sistem sumur gali,


meliputi : ring beton kedap air, penyekat kontaminasi dengan air
permukaan tiang beton, ember/ pompa tangan. Sedangkan
perlengkapan sumur dangkal dengan sistem sumur pompa tangan
(SPT) meliputi pipa tegak (pipa hisap), pipa selubung, saringan, sok
reducer.
2) Sumur dalam
a) Pertimbangan pemilihan sumur dalam adalah secara umum kebutuhan
air di daerah perencanaan cukup besar; di daerah perencanaan potensi
sumur dalam dapat mencukupi kebutuhan air minum daerah
perencanaan sedangkan kapasitas air dangkal tidak memenuhi.
b) Sumur dalam sumur pompa tangan (SPT) dalam meliputi pipa tegak
(pipa hisap), pipa selubung, saringan, sok reducer. Sumur pompa
benam (submersible pump) meliputi pipa buta, pipa jambang,
saringan, pipa observasi, pascker socket/reducer, dop socket, tutup
sumur, batu kerikil.
c. Sumber air baku air permukaan
Pemilihan bangunan pengambilan air permukaan dibedakan menjadi :

1) Bangunan penyadap a) Pertimbangan pemilihan bangunan


(Intake) bebas penyadap (intake) bebas adalah fluktuasi
muka air tidak terlalu besar, ketebalan air
cukup untuk dapat masuk inlet.
b) Kelengkapan bangunan pada bangunan
penyadap (intake) bebas adalah saringan
sampah, inlet, bangunan pengendap,
bangunan sumur.
2) Bangunan penyadap a) Pertimbangan pemilihan bangunan
(Intake) dengan penyadap (intake) dengan bendung adalah
bendung ketebalan air tidak cukup untuk intake
bebas.
b) Kelengkapan bangunan penyadap (intake)
dengan bendung adalah saringan sampah,
inlet, bangunan sumur, bendung, pintu

PT. Maza Pradita Sarana


4-13
LAPORAN ANTARA
Review Rencana Induk SPAM Kota Cimahi

bilas.

3) Saluran Resapan a) Pertimbangan pemilihan saluran resapan


(Infiltration galleries) (Infiltration galleries) adalah ketebalan air
sangat tipis, sedimentasi dalam bentuk
lumpur sedikit, kondisi tanah dasar cukup
poros (porous), aliran air bawah tanah
cukup untuk dimanfaatkan, muka air tanah
terletak maksimum 2 meter dari dasar
sungai.
b) Kelengkapan bangunan pada saluran
resapan (Infiltration galleries) media
infiltrasi : pipa pengumpul berlubang,
sumuran.

4.2.2 Unit Transmisi

Sistem transmisi merupakan salah satu bagian dari Unit Produksi air minum yang
berguna untuk menghantarkan air baku ke Instalasi Pengolahan Air. Dalam perencanaan
sistem transmisi ini digunakan satu jalur pipa. Kedalaman dari penempatan pipa
transmisi adalah 0.8 m – 1.5 m dari muka tanah, hal ini perlu diperhatikan untuk
menjamin keamanan sistem dari berbagai gangguan. Kecepatan aliran air di dalam pipa
adalah 0.6 m/ detik – 3 m/ detik. Untuk menentukan dari sistem transmisi, maka perlu
diperhatikan dengan baik jalur pipa transmisi air baku guna menciptakan energi yang
baik, ekonomis, mudah dirawat.

Pada kondisi kemiringan tanah cukup besar sehingga untuk dapat menghantarkan air
dalam jumlah yang cukup maka pipa transmisi dilengkapi dengan perlengkapan
pembantu seperti valve, bak pelepas tekan, blow off dan sebagainya.

Perletakan pipa transmisi sebaiknya ditempatkan pada daerah yang telah mempunyai
jalur untuk mempermudah pengangkutan, pemasangan, pemgawasan dan perawatan.
Penentuan diameter dilakukan dengan memperhitungkan jumlah air yang akan
dialirkan, perbedaan tinggi yang tersedia, kapasitas dari perlengkapan pipa maupun
suku cadangnya dan kehilangan tekanan maksimum yang mungkin terjadi.

PT. Maza Pradita Sarana


4-14
LAPORAN ANTARA
Review Rencana Induk SPAM Kota Cimahi

Dalam perencanaan pipa transmisi ini ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan
adalah faktor-faktor berikut ini :

1. Dari segi tinjauan hidrolis

Cara pengaliran diusahakan secara gravitasi dengan menggunakan tekanan yang


tersedia semaksimal mungkin dan diakhir transmisi disarankan terdapat sisa tekan yang
dapat mengalirkan air ke Unit IPA atau ke reservoir distribusi sehingga proses dapat
berjalan dengan sistem gravitasi secara keseluruhan. Pada akhir transmisi diharapkan
terdapat sisa tekan minimal 5 mka.

2. Dari segi ekonomis

Jalur transmisi diusahakan pendek dan penggunaan diameter yang paling sesuai serta
menghindari penggunaan perlengkapan yang terlalu banyak dan perlu memperhatikan
pula umur dari pipa agar dapat diperhitungkan berapa besar biaya yang diperlukan
untuk memelihara sistem dan adanya kemungkinan pengadaan jalur yang baru.

3. Dari segi teknis dan operasional

Menghindari penggalian dan penimbunan tanah yang terlalu banyak. Penempatan pipa
dipilih daerah yang mudah pengerjaannya dan mudah untuk melakukan
pengawasannya.

Perhitungan Pipa Transmisi


Dimensi pipa transmisi dapat ditentukan menggunakan rumus Hazen William sebagai
berikut :

1 / 2 , 63
 Q 
D 
 0 , 54 
 0 . 2785 .C . S 

Dimana :
D = Diameter pipa (m)
Q = Debit aliran (m3/ detik)
C = Koefisien kekerasan
S = Sloop (m/ m)
Koefisien kekasaran pipa, bergantung pada jenis dan kondisinya. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4-5 Nilai Koefisien Kekasaran Pipa Untuk Pipa Baru

PT. Maza Pradita Sarana


4-15
LAPORAN ANTARA
Review Rencana Induk SPAM Kota Cimahi

No. Material Hazen Wiliams C


1 Cast Iron 130 – 140
2 Concrete or Concrete Line 140
3 Galvanized Iron 120
4 Plastic dan PVC 140 – 150
5 Steel dengan Cemen Lining 140 – 150
6 Vitrified Clay 110
Sumber : Teknik Sumber Daya Air, Jilid 1, Djoko Sasongko, 1985

4.2.3 Unit Produksi

Salah satu bagian dari Unit Produksi adalah Instalasi Pengolahan Air (IPA). Jenis IPA ada
berbagai macam, pemilihannya biasanya sesuai dengan kondisi kualitas air baku yang
akan digunakan. Berikut ini akan diuraikan jenis-jenis IPA yang umum digunakan di
Indonesia, yaitu yang sesuai dengan kebutuhan kondisi kualitas air yang umum dijumpai.
Berikut beberapa metode untuk sistem pengolahan/ produksi sumber air baku :

1. Mata Air

Berdasarkan kualitas mata air secara umum, sistem pengolahan untuk sumber mata air
cukup dengan Chlorinasi saja.

2. Air Permukaan

Secara umum setelah dibandingkan dengan standar baku mutu air minum, secara fisik,
kimia, maupun bakteriologis tidak memenuhi standar baku mutu air minum. Maka,
pengolahan yang diperlukan adalah pengolahan lengkap (Complete Treatment).

3. Air Tanah

Air Tanah yang digunakan adalah Air Tanah Dangkal dan Air Tanah Dalam. Untuk air
tanah dangkal, secara fisik air tanah dangkal sudah memenuhi walaupun sebagian
parameter ada yang tidak memenuhi standar baku mutu seperti bau, kadar besi, secara
bakteriologis untuk air tanah dangkal tidak memenuhi standar baku mutu air minum.
Untuk Air Tanah Dalam secara fisik maupun kimiawi sudah memenuhi standar baku
mutu air minum tetapi parameter bakteriologis belum tentu dapat dipertahankan
kualitasnya, karena air yang diambil tetap kontak dengan udara.

PT. Maza Pradita Sarana


4-16
LAPORAN ANTARA
Review Rencana Induk SPAM Kota Cimahi

4.2.4 Unit Distribusi

Unit distribusi perpipaan adalah suatu sarana untuk melayani atau menyampaikan air
kepada konsumen yang membutuhkannya dengan syarat memenuhi aspek kuantitas,
kualitas dan kontinuitas.Sistem ini adalah merupakan salah satu komponen dari sistem
penyediaan air bersih.

Pengaliran air bersih ke konsumen dilakukan dengan menggunakan sistem jaringan


perpipaan. Pengaliran air dalam pipa dapat dilakukan secara gravitasi atau dengan
pompa. Untuk memastikan apakah pengaliran air dilakukan secara gravitasi atau pompa
perlu terlebih dahulu diketahui perbedaan elevasi antara unit produksi dengan daerah
pelayanan. Oleh karena itu diperlukan pengukuran topografi sepanjang jalur pipa
distribusi.

Jaringan pipa distribusi pelayanan air harus dapat mengalirkan air bersih dengan debit
sesuai kebutuhan jam puncak (kebutuhan peak) dan tekanan pada setiap tapping
pelayanan minimal 10 mka.

Jenis pipa yang digunakan sebagai pipa distribusi harus disesuaikan dengan kondisi
daerah pelayanan dan kondisi sepanjang jalur pipa.

Jenis pipa yang dapat dipakai meliputi :

1. Pipa Plastik (PVC).


2. Pipa Besi (Pipa Galvanise, Pipa Steel dsb).
3. Pipa HDPE.

Sepanjang jalur pipa distribusi dimungkinkan diperlukan kelengkapan-kelengkapan


seperti :

1. Jembatan Pipa.
2. Siphon.
3. Crossing Jalan.
4. Wash Out.
5. Air Release Valve.

Selain menggunakan sistem perpipaan, distribusi air minum dapat dilakukan dengan
menggunakan sistem non perpipaan seperti pelayanan dengan menggunakan sistem

PT. Maza Pradita Sarana


4-17
LAPORAN ANTARA
Review Rencana Induk SPAM Kota Cimahi

Mobile Service dengan menggunakan Truk Air ataupun pelayanan setempat dengan
menggunakan Kran Umum.

Terdapat beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam suatu sistem distribusi,
yaitu :

1. Kualitas air minum yang sampai kepada konsumen harus memenuhi syarat air
minum.
2. Menghindari terjadinya kebocoran sepanjang jaringan distribusi dengan
menggunakan pipa yang berkualitas baik yang dilengkapi dengan peralatan dan
perlengkapannya sehingga dapat berfungsi seefisien dan seefektif mungkin.
3. Kuantitas air yang disediakan mencukupi dalam arti dapat memenuhi kebutuhan
konsumen setiap saat.
4. Seluruh daerah pelayanan harus tercukupi kebutuhannya dengan sistem distribusi
yang dirancang, dengan memperhatikan tekanan dalam pengaliran harus dapat
menjangkau daerah pelayanan yang paling kritis.
5. Besar aliran dan tekanan yang memadai adalah hal yang perlu diperhatikan, agar air
dapat sampai ke konsumen dengan memuaskan.

Jaringan perpipaan digunakan untuk mengalirkan air minum ke semua blok-blok


pelayanan suatu daerah pelayanan atau merupakan sarana fisik yang bertujuan untuk
mentransportasikan air minum dari tempat penampungan (reservoar) menuju
konsumen di daerah pelayanan. Selain itu sistem distribusi harus pula dilengkapi dengan
peralatan dan perlengkapan lain agar dapat berfungsi dengan baik.

1. Sistem Jaringan Distribusi Perpipaan

Sistem jaringan distribusi perpipaan merupakan suatu sarana fisik yang bertujuan
membawa atau memindahkan air minum dari reservoir menuju konsumen di daerah
pelayanan. Selain itu sistem distribusi harus pula dilengkapi dengan peralatan dan
perlengkapan lain agar dapat berfungsi dengan baik.

a. Klasifikasi Sistem Perpipaan


Tujuan dari pengklasifikasian jaringan perpipaan ini adalah :
1) Memisahkan bagian jaringan menjadi suatu sistem hidrolis tersendiri
sehingga memberikan beberapa keuntungan seperti :
a) Kemudahan dalam pengoperasian, sesuai dengan debit yang mengalir.

PT. Maza Pradita Sarana


4-18
LAPORAN ANTARA
Review Rencana Induk SPAM Kota Cimahi

b) Mempermudah perbaikan jika terjadi kerusakan.


c) Meratakan sisa tekan dalam jaringan perpipaan, sehingga setiap
daerah pelayanan mendapatkan sisa tekan relatif tidak jauh berbeda.
2) Mempermudah pengembangan jaringan perpipaan, sehingga jika dilakukan
perluasan tidak perlu mengganti jaringan yang sudah ada, dengan catatan
masih memenuhi syarat kriteria hidrolis.
b. Perencanaan Jalur Perpipaan
Penyampaian air secara baik dan optimum kepada konsumen perlu
memperhatikan perencanaan jalur perpipaan yang akurat, seperti :
1) Pemakaian energi untuk operasi diusahakan seminimal mungkin.
2) Jaringan sedapat mungkin mengikuti jalur yang ada, untuk memudahkan
pemasangan, pengoperasian dan pemeliharaan.
3) Jaringan memenuhi syarat-syarat teknis, yaitu air dapat sampai ke
konsumen sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang diharapkan.
4) Jaringan direncanakan dengan biaya yang paling ekonomis, yaitu mencari
jalur yang terpendek dan diameter kecil.
Sedangkan kriteria teknis yang perlu dipenuhi dalam perencanaan jalur pipa
induk adalah :
1) Jalur pipa menghindari medan yang sulit.
2) Jalur pipa sedapat mungkin dipilih di atas tanah milik pemerintah atau
sepanjang jalan umum.
3) Jalur pipa harus menghindari belokan tajam baik horizontal maupun vertikal
dan harus menghindari siphon yang aliran airnya di atas garis hidrolis.
4) Jalur pipa sedikit mungkin melintasi jalan raya, sungai, jalan kereta api, jalan
kurang stabil, sebagai dasar pipa dan daerah yang dapat menjadi sumber
kontaminan.
c. Pola Jaringan Perpipaan

PT. Maza Pradita Sarana


4-19
LAPORAN ANTARA
Review Rencana Induk SPAM Kota Cimahi

Pola jaringan perpipaan sistem distribusi air bersih umumnya dapat


diklasifikasikan menjadi sistem jaringan melingkar (Loop System), sistem

jaringan bercabang (Branch System) dan sistem kombinasi dari keduanya.


Bentuk sistem jaringan perpipaan tersebut tergantung pada pola jalan,
topografi, tingkat dan tipe perkembangan daerah pelayanan serta lokasi instalasi
pengolahan.

a. Cabang b. Kisi atau Loop c. Kombinasi

Gambar 4-1 Pola Jaringan Distribusi Air Bersih

Untuk lebih jelasnya berikut ini diterangkan mengenai ketiga sistem tersebut.
1) Sistem Jaringan Perpipaan Bercabang
Sistem jaringan bercabang terdiri dari pipa induk utama (main feeder)
disambungkan dengan pipa sekunder, lalu disambungkan lagi dengan pipa
cabang lainya sampai akhirnya pada pipa yang menuju konsumen.
Dari segi ekonomis sistem bercabang ini sangat menguntungkan, karena
jalur pipa lebih pendek dan diameter yang kecil, namun dari segi
operasional mempunyai keterbatasan diantaranya :
a) Jika terjadi kerusakan, akan terdapat daerah pelayanan yang tidak akan
mendapatkan air karena tidak adanya sirkulasi air.
b) Jika terjadi kebakaran, suplai air pada fire hidran lebih sedikit karena
aliranya satu arah.
Sistem jaringan perpipaan bercabang digunakan untuk daerah pelayanan
dengan karakteristik sebagai berikut :
a) Bentuk dan arah perluasan memanjang dan terpisah.
b) Jalur jalannya tidak berhubungan satu sama lainnya.
c) Elevasi permukaan tanahnya mempunyai perbedaan tinggi.
d) Luas daerah pelayanan relatif kecil.

PT. Maza Pradita Sarana


4-20
LAPORAN ANTARA
Review Rencana Induk SPAM Kota Cimahi

2) Sistem Perpipaan Lingkaran


Sistem jaringan perpipaan melingkar terdiri dari pipa induk dan cabang yang
saling berhubungan satu sama lainnya dan membentuk suatu loop (jaringan
yang melingkar), sehingga terjadi sirkulasi air ke seluruh jaringan distribusi.
Dari pipa induk dilakukan penyadapan oleh pipa cabang dan selanjutnya
dari pipa cabang dilakukan pendistribusian untuk konsumen.
Dari segi ekonomis, sistem ini kurang menguntungkan karena diperlukan
katup dan diameter pipa yang bervariasi, sedangkan dari segi hidrolis
(pengaliran), sistem ini lebih baik karena jika terjadi kerusakan pada
sebagian sistem, selama perbaikan daerah layanan masih dapat disuplai
melalui loop lainnya.
Sistem jaringan perpipaan melingkar digunakan untuk daerah pelayanan
dengan karakteristik sebagai berikut :
a) Bentuk dan perluasannya menyebar ke seluruh arah.
b) Jaringan jalannya berhubungan satu dengan yang lainya.
c) Elevasi tanahnya relatif datar.
3) Sistem Jaringan Perpipaan Kombinasi
Sistem jaringan perpipaan kombinasi merupakan gabungan dari sistem
jaringan perpipaan bercabang dan jaringan perpipaan melingkar. Sistem ini
diterapkan untuk daerah pelayanan dengan karakteristik sebagai berikut :
a) Kota yang sedang berkembang.
b) Bentuk perluasan kota yang tidak diatur, demikian pula jaringan
jalannya tidak berhubungan satu sama lain pada bagian tertentu.
c) Terdapat daerah pelayanan yang terpencil.
d) Elevasi muka tanah yang bervariasi.
d. Hidrolika Jaringan Perpipaan
1) Sisa Tekan
Sisa tekan yang tersedia besarnya bervariasi menurut klasifikasi jaringan
perpipaan dan daerah pelayanan, serta jenis pipanya. Kriteria sisa tekan
menurut Draft Guidelines for Design and Construction of Publik Water
Supply System in Indonesia, 1980 sisa tekan minimum yang harus
disediakan adalah :

PT. Maza Pradita Sarana


4-21
LAPORAN ANTARA
Review Rencana Induk SPAM Kota Cimahi

a) Untuk pipa Distribusi Utama, sisa tekan minimum pada daerah kritis
sekitar 15 meter kolom air.
b) Untuk pipa pelayanan ditentukan menurut daerah layanannya
terendah, yaitu 10 meter kolom air .
2) Kecepatan Aliran
Kecepatan rata-rata aliran dalam pipa distribusi menurut Al-Layla dalam
bukunya Water Supply Engineering Design, 1980 adalah sampai 0,1 – 1,5
m/ detik.
e. Jenis Perlengkapan Pipa
1) Jenis Pipa
Pemilihan jenis pipa dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut yaitu ketentuan dan daya tahan terhadap tekanan yang terdiri dari
:
a) Tekanan dari dalam yaitu tekanan statik dan water hammer.
b) Tekanan dari luar pipa yaitu tekanan tanah dan air tanah serta beban
lalu lintas.
c) Diameter yang tersedia dipasaran.
d) Daya tahan terhadap korosi dari luar.
e) Kemudahan pengadaan, pengangkutan dan pemasangan di daerah
yang bersangkutan.
 Pipa Distribusi Utama
Jenis pipa yang umum dipakai untuk pipa induk adalah ACP (Asbestos
Cement Pipe), DCIP (Ductile Cast Iron Pipe), GIP (Galvanized Iron Pipe),
Steel Pipe dan pipa HDPE.
Pipa CIP terbuat dari besi tuang. Pipa jenis ini sangat kuat, berat dan
tahan lama tetapi mudah terkena korosi terutama pada bagian
permukaan dan sambungannya, oleh karena itu ada jenis pipa CIP yang
diberi lapisan anti korosi yaitu DCIP.
Pipa GIP terbuat dari baja atau besi. Umumnya tidak tahan terhadap
korosi, tahan terhadap kesadahan tinggi, harganya mahal,
pengangkutan dan pemasangan mudah tetapi tidak tahan terhadap
tekanan dari luar.

PT. Maza Pradita Sarana


4-22
LAPORAN ANTARA
Review Rencana Induk SPAM Kota Cimahi

Steel Pipe merupakan pipa yang terbuat dari baja. Umumnya tahan
terhadap benturan ringan, pembuatanya mudah tetapi tidak tahan
terhadap korosi dan membutuhkan banyak waktu untuk
penyambungan serta mahal harganya.
Pipa PVC (Poly Vinyl Chlorida) merupakan pipa yang terbuat dari palstik
Poly Vinyl Chlorida. Umumnya tahan terhadap korosi, ringan,
pemasangan dan pengangkutannya mudah.
Pipa HDPE adalah jenis pipa plastik yang sekarang direkomendasikan
untuk mendukung pada drinking water atau air siap minum
 Pipa Pelayanan
Jenis pipa yang umum dipakai adalah GIP, Steel Pipe dan pipa PVC
(Poly Vinyl Chlorida). Dengan melihat jalur distribusi saat ini dan
mudah ditemukan dipasaran, maka untuk pipa pelayanan memakai
pipa PVC. Dengan berkembangnya teknologi dan bergesernya kearah
pelayanan air minum maka dari aspek standar kualitas yang
mendukung adalah pipa PE.
f. Sistem Pengaliran
Sistem pengaliran dalam sistem distribusi air bersih dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
1) Sistem Gravitasi
Sistem pengaliran dengan gravitasi dilakukan dengan memanfaatkan beda
tinggi muka tanah, dalam hal ini jika daerah pelayanan terletak lebih rendah
dari sumber air (reservoir). Untuk daerah pelayanan yang mempunyai beda
tinggi yang besar, sistem gravitasi sangat baik digunakan, karena
menghemat energi (pemompaan). Bila digabungkan dengan pola jaringan
bercabang akan membentuk sistem yang optimal, baik dari segi ekonomis
maupun dari segi teknis.
2) Sistem Pemompaan
Sistem pengaliran dengan pemompaan digunakan di daerah yang tidak
mempunyai beda tinggi yang besar dan relatif datar. Perlu diperhitungkan
besarnya tekanan pada sistem untuk mendapatkan sistem pemompaan
yang optimal, sehingga tidak terjadi kekurangan tekanan yang dapat
mengganggu sistem pengaliran, atau kelebihan tekanan yang dapat

PT. Maza Pradita Sarana


4-23
LAPORAN ANTARA
Review Rencana Induk SPAM Kota Cimahi

mengakibatkan pemborosan energi dan kerusakan pipa. Sistem distribusi


air minum di Perumahan Kota Wisata cocok menggunakan sistem
pengaliran dengan pemompaan.
3) Sistem Kombinasi
Sistem ini merupakan sistem gabungan dari sistem gravitasi dan sistem
pemompaan. Pada sistem kombinasi ini, air yang didistribusikan
dikumpulkan terlebih dahulu dalam reservoir pada saat permintaan air
minimum. Jika permintaan air meningkat maka air akan dialirkan melalui
sistem gravitasi maupun sistem pemompaan.
g. Hidrolis Jaringan Perpipaan
1) Sisa tekan yang tersedia besarnya bervariasi menurut klasifikasi jaringan
perpipaan dan daerah pelayanan, serta jenis pipanya. Kriteria sisa tekan
minimum yang harus disediakan adalah :
a) Untuk pipa induk, sisa tekan minimum pada daerah krisis sekitar 15
meter kolom air.
b) Untuk pipa pelayanan ditentukan menurut daerah layanannya, yaitu
10 meter kolom air jika daerah tersebut mayoritas bangunan tidak
bertingkat dan 12 meter jika mayoritas bangunan di daerah tersebut
bertingkat.
2) Kecepatan Aliran
Kecepatan rata-rata aliran dalam pipa distribusi menurut Al-Layla dalam
bukunya Water Supply Engineering Design, 1980 adalah sampai 0,6 – 3 m/
detik.
h. Struktur Khusus Jalur Pipa
3) Perlintasan Sungai/ Badan Air
Ada 3 (tiga) metoda untuk perlintasan sungai dan atau badan air, yang
dapat digunakan, yaitu :
a) Melalui badan sungai/ badan air.
b) Melalui/ mengikuti jembatan yang ada.
c) Membuat jembatan penyembrangan pipa.

Pemilihan perlintasan ini dilakukan berdasarkan pedoman standar IKK atau


BNA, yaitu berdasarkan diameter pipa dan besarnya bentang. Pipa yang
diletakkan pada bawah badan air sebaiknya dibungkus dengan massa

PT. Maza Pradita Sarana


4-24
LAPORAN ANTARA
Review Rencana Induk SPAM Kota Cimahi

beton dengan tebal 10 mm. penutup pipa dari dasar sungai sampai dengan
bagian atas beton diusahakan 1 (satu) meter. Sedangkan untuk perlintasan
yang tidak sesuai dengan standar, perlu dibuat disain khusus yang sesuai
dengan kondisi lapangan. Pada setiap jembatan pipa minimum dipasang 1
(satu) buah air valve dan 2 (dua) buah wash-out dan minimum 1 (satu)
buah wash out dan 2 (dua) buah air valve untuk pipa yang diletakkan
melintas dibawah sungai/ badan air.

i. Perlintasan Kereta Api


Perlintasan pada jalur jalan/ rel kereta api dapat menggunakan atau melalui
gorong-gorong yang ada. Jika tidak ada gorong-gorong yang dekat dengan lokasi
maka diputuskan dengan melakukan pemboran pipa melalui dalam tanah
(dengan thrustbrote).
j. Thrust Blocks
Tekanan pada bagian dalam pipa akan dapat berkembang menjadi besar apabila
terjadi kesalahan penempatan lokasi jalur pipa (ketidak seimbangan gaya
penahan).
Blok penahan pipa ini dipasang pada :
1) Akhir/ ujung setiap jalur pipa (cap ands).
2) Setiap perubahan arah (bend) atau diameter (taper).
3) Setiap cabang pipa.

Terjadinya ketidak seimbangan gaya pada jalur penyambungan pipa tersebut


dapat dilawan dengan blok beton yang diserap oleh material pondasi. Dimensi
dari blok beton tersebut diperhitungkan berdasarkan prinsip mekanika tanah.
Sebagai penahan gaya geser pada dasar blok beton dilakukan oleh gaya literal
pada gaya luar dari permukaan pipa dan blok. Dalam disain ini dipergunakan
juga standar disain sesuai bentuk dari blok penahan tersebut.

Sebagaimana telah diuraikan dalam lingkup pekerjaan pada bab terdahulu, maka
DED yang di buat untuk menyusun pekerjaan Instalasi Pengolahan Air (IPA)
dengan kapasitas 50 l/ detik, telah disepakati bahwa unit pengolahan yang akan
digunakan (dibangun) terdiri dari unit pengolahan lengkap.

PT. Maza Pradita Sarana


4-25
LAPORAN ANTARA
Review Rencana Induk SPAM Kota Cimahi

Dimana design konstruksi dan struktur bangunan IPA menggunakan metode


dengan penelitian kondisi site plan yang ada serta fasilitas yang telah tersedia
dalam site plan tersebut.

4.2.5 Unit Pelayanan

Pelayanan air bersih ke konsumen dapat dilakukan secara individu atau kelompok.
Secara individu artinya setiap rumah mendapat pelayanan air langsung dengan
sambungan rumah yang dilengkapi dengan meter air. Jenis pelayanan seperti ini
diterapkan untuk kota dengan tingkat kepadatan bangunan relatif tinggi, sedangkan
untuk daerah pelayanan dengan tingkat kepadatan bangunan relatif rendah dimana
daerah kosong (Blank Areas) banyak maka pelayanan yang dipakai berupa pelayanan
secara kelompok yaitu dengan Hidran Umum (HU) atau Kran Umum (KU). Penempatan
HU atau KU didasarkan hasil survey lapangan dan survey sosek, sehingga penempatan
HU/ KU optimal sesuai kebutuhan dan dapat menjangkau konsumen.

Selain itu pelayanan air bersih kepada konsumen dapat didasarkan kepada hasil analisa
sosial ekonomi. Untuk masyarakat yang memiliki kemauan dan kemampuan membayar
air PAM akan dilayani dengan sambungan rumah (SR), sedang untuk masyarakat yang
kemampuan membayarnya rendah akan diberikan pelayanan sambungan dengan Hidran
Umum atau pelayanan dengan mobil tangki air.

4.3 STANDAR KEBUTUHAN AIR

4.3.1 Kebutuhan Domestik

Kebutuhan air untuk domestik (rumah tangga) yaitu pemakaian air di lingkungan rumah
tangga dihitung berdasarkan :

1. Jumlah penduduk.
2. Persentase jumlah penduduk yang akan dilayani.
3. Pelayanan air.
4. Konsumsi pemakaian air (liter/ orang/ hari).

Pola penggunaan air di Wilayah Studi akan menentukan berapa standar konsumsi air
yang akan menjadi dasar untuk menghitung perkiraan kebutuhan air sampai dengan

PT. Maza Pradita Sarana


4-26
LAPORAN ANTARA
Review Rencana Induk SPAM Kota Cimahi

akhir tahun perencanaan. Standar kebutuhan air minum juga dikeluarkan oleh
Departemen Pekerjaan Umum yang akan dijadikan acuan perhitungan.

Tabel 4-6 Pedoman Standar Konsumsi Air Minum Rumah Tangga

Standar konsumsi air berdasarkan skala kota


Dan jumlah penduduk (jiwa)
No Uraian > 1.000.000 500.000 s/d 100.000 s/d 20.000 < 20.000
Metro 1.000.000 500.000 s/d 100.000 Desa
Besar Sedang Kecil
1 Konsumsi unit Sambungan 190 170 150 130 30
Rumah (SR) L/o/h
2 Konsumsi unit Hidran 30 30 30 30 30
Umum (HU) L/o/h
3 Konsumsi unit 20- 30 20 - 30 20 - 30 20 - 30 20-30
non domestik
4 Kehilangan air (%) 20- 30 20 - 30 20 - 30 20 - 30 20
5 Faktor maksimum day 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1
6 Faktor peak - hour 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5
7 Jumlah jiwa per SR 5 5 6 6 10
8 Jumlah jiwa per HU 100 100 100 100 - 200 200
9 Sisa tekan dijaringan 10 10 10 10 10
distribusi (mka)

10 Jam operasi 24 24 24 24 24
11 Volume reservoir 20 20 20 20 20
(%) (maks day demand)

12 SR : HU 50 : 50 s/d 50 : 50 s/d 80:20:00 70:30:00 70:30:00


80:20:00 80 : 20
Sumber : Petunjuk Teknis Perencanaan Rancangan Teknik Sistem Penyediaan Air Minum vol VI, 1998, Dept.
PU.
Keterangan :
- *) Tergantung survey sosial ekonomi
- **) 60 % perpipaan, 30 % non perpipaan
- ***) 25 % perpipaan, 45 % non perpipaan

Disamping berdasarkan kepada pedoman standar konsumsi yang dikeluarkan oleh


Departemen Pekerjaan Umum, tetapi juga harus mengacu kepada konsumsi nyata (Real
Demand). Data yang cukup akurat untuk mengetahui kebutuhan nyata adalah data yang
dimiliki oleh PDAM. Kebutuhan akan diambil berdasarkan rata-rata pemakaian konsumsi
rumah tangga. Berdasarkan Standar Pelayanan Minimum Permen PU Nomor 14 tahun
2010 mengenai tersedianya akses air minum yang aman melalui Sistem Penyediaan Air
Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi, yaitu :

PT. Maza Pradita Sarana


4-27
LAPORAN ANTARA
Review Rencana Induk SPAM Kota Cimahi

1. Kriteria air minum yang aman melalui SPAM dengan jaringan perpipaan dan bukan
perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/ orang/ hari adalah
bahwa sebuah kabupaten/ kota telah memiliki SPAM dengan jaringan perpipaan
dan bukan jaringan perpipaan terlindungi (sesuai dengan standar teknis berlaku)
dengan penyelenggara baik BUMN, BUMD, Badan Usaha Swasta, Koperasi, maupun
kelompok masyarakat, dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/ orang/ hari dan
diharapkan dapat meningkatkan cakupan pelayanannya.
2. Kebutuhan pokok minimal merupakan kebutuhan untuk mendapatkan kehidupan
yang sehat, bersih, dan produktif, dengan penggunaan air hanya untuk minum –
masak, cuci pakaian, mandi (termasuk sanitasi), bersih rumah dan ibadah.
3. Nilai SPM cakupan akses terhadap air minum yang aman melalui SPAM dengan
jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi adalah peningkatan
jumlah unit pelayanan baik melalui Sambungan Rumah, Hidran Umum, maupun
Terminal Air yang dinyatakan dalam persentase peningkatan jumlah masyarakat
yang mendapatkan pelayanan SPAM dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan
perpipaan terlindungi pada akhir tahun pencapaian SPM terhadap jumlah total
masyarakat di seluruh kabupaten/ kota.

Kebutuhan pokok minimal 60 liter/ orang/ hari pada tahun 2014 dibagi berdasarkan
cluster pelayanan air minum saat ini (sumber data Susenas BPS 2009), sebagai berikut :

Tabel 4-7 Target Pencapaian SPM Air Minum

Cluster Nilai Tahun


Indikator
Pelayanan SPM Pencapaian
Sangat Buruk Tersedianya akses air minum yang aman 40% 2004
Buruk melalui Sistem Penyediaan Air Minum 50%
dengan jaringan perpipaan dan bukan
Sedang jaringan perpipaan terlindungi dengan 70%
Baik kebutuhan pokok minimal 60 80%
liter/orang/hari
Sangat Baik 100%
Sumber : Standar Pelayanan Minimum Permen PU N0 14 Tahun 2010

Cluster pelayanan air minum per kabupaten/ kota sebagaimana tercantum dalam tabel
dijabarkan sebagai berikut :

Tabel 4-8 Cluster Pelayanan Air Minum Untuk Satu Wilayah Administrasi Kabupaten/ Kota

Persentase Akses Aman Terhadap


No Cluster Pelayanan
Air Minum*
1 Sangat Buruk < 30%
2 Buruk 30% - < 40%

PT. Maza Pradita Sarana


4-28
LAPORAN ANTARA
Review Rencana Induk SPAM Kota Cimahi

Persentase Akses Aman Terhadap


No Cluster Pelayanan
Air Minum*
3 Sedang 40% - < 60%
4 Baik 60% - < 70%
5 Sangat Baik > 70%
Sumber : Standar Pelayanan Minimum Permen PU N0 14 Tahun 2010

*Akses aman terhadap air minum meliputi Sistem Penyediaan Air Minum dengan
jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi

4.3.2. Kebutuhan Non Domestik

Total kebutuhan Non Domestik dihitung berdasarkan kebutuhan domestic, yaitu (15%
dari kebutuhan domestik). Non domestik diantaranya komersial, perkotaan, fasilitas
umum, industri, pelabuhan, dan lain-lain. Perhitungannya dihitung berdasarkan
persentase kebutuhan Non Domestik terhadap Domestik.

Tabel 4-9 Tingkat Pemakaian Air Non Rumah Tangga

No Kategori Kota Jumlah Penduduk


1 Sekolah 10 Liter/hari
2 Rumah Sakit 200 Liter/hari
3
3 Puskesmas (0,5 – 1) m /unit/hari
3
4 Peribadatan (0,5 – 2) m /unit/hari
3
5 Kantor (1 – 2) m /unit/hari
3
6 Toko (1 – 2) m /unit/hari
3
7 Rumah Makan 1 m /unit/hari
3
8 Hotel/Losmen (100 – 150) m /unit/hari
3
9 Pasar (6 – 12) m /unit/hari
3
10 Industri (0,5 – 2) m /unit/hari
3
11 Pelabuhan/Terminal (10 – 20) m /unit/hari
3
12 SPBU (5 – 20) m /unit/hari
3
13 Pertamanan 25 m /unit/hari
Sumber : SK-SNI Air Minum Tahun 1989

4.4 ANALISA PROYEKSI PENDUDUK

Permintaan terhadap air (demand) atas air memiliki kecenderungan meningkat seiring
dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk dan terus bertumbuhnya kegiatan
ekonomi hampir disemua sektor akibat pesatnya pembangunan. Semua hal di atas
menyebabkan penggunaan air semakin intensif dimana segenap sumber air, baik air
permukaan maupun air tanah dieksploitasi sebanyak dan sebisa mungkin dengan
berbagai cara.

PT. Maza Pradita Sarana


4-29
LAPORAN ANTARA
Review Rencana Induk SPAM Kota Cimahi

Eksploitasi sumber air untuk memenuhi demand yang tidak disertai upaya pembaruan
ini pada akhirnya menciptakan keterbatasan supply (ketersediaan) akibat kuantitas
ataupun kualitas air yang menurun. Secara keseluruhan masalah air minum menjadi
kompleks karena di satu sisi demand akan terus meningkat sementara di sisi lain supply
yang tetap atau cenderung menurun akibat kualitas air yang menurun juga, serta
ditambah lagi dengan daya beli penduduk yang masih rendah menyebabkan
diperkirakan Indonesia akan menghadapi krisis air.

Penduduk merupakan faktor utama dalam perencanaan, karena suatu perencanaan


yang disusun untuk keperluan pada massa datang didasari oleh pengetahuan tentang
masalah yang sama pada masa sebelumnya. Perkembangan kehidupan dan semua
aktivitas merupakan hal yang penting dalam Sistem Penyediaan Air Minum. Angka
pertambahan penduduk tidak lepas dari data–data penduduk sebelumnya. Banyak
faktor yang mempengaruhi angka pertambahan penduduk seperti masalah kesehatan,
sosial, ekonomi, politik dan lain–lain. Populasi berubah dengan angka–angka kematian,
kelahiran dan perpindahan penduduk. Jadi faktor–faktor seperti kelahiran, kematian dan
migrasi. Proyeksi penduduk berguna untuk memperkirakan kebutuhan air di masa akan
datang dan perkiraan timbulan air buangan akibat pemakain air tersebut, dengan
demikian dapat memberikan tahap perencanaan dan perkiraan pembiyaan
pembangunan.

Adapun cara–cara yang diambil untuk menghitung proyeksi penduduk tergantung oleh
beberapa hal berikut, diantaranya:

1. Keadaan dan jenis kota.


2. Rencana pengembangan kota.
3. Data kependudukan yang ada.
4. Metode yang digunakan dalam proyeksi penduduk adalah Metode Aritmatika,
Geometrik, dan Metode Tren Exponensial.

Berikut adalah rumus yang digunakan untuk beberapa metode analisa proyeksi
penduduk.

1. Metode Aritmatika. Biasanya digunakan untuk :


a. Untuk Kota-kota tua, tidak berkembang dan luas.
b. Untuk Kota-kota yang memilik Industri.
Persamaan yang digunakan dalam metode ini adalah :

PT. Maza Pradita Sarana


4-30
LAPORAN ANTARA
Review Rencana Induk SPAM Kota Cimahi

Pn = Po + Ka .x

Ka = (Pn – Po) / t

dimana :
Pn = Jumlah Penduduk di tahun akhir data.
Po = Jumlah Penduduk di tahun awal data.
t = Interval waktu tahun data.
x = Jumlah Tahun Proyeksi.
Ka = Angka pertumbuhan penduduk.
2. Metode Geometrik. Biasanya digunakan untuk :
a. Untuk Kota-kota muda yang cenderung ke industri yang sedang berkembang.
b. Untuk Kota-kota tua yang sudah tidak berkembang dengan laju pertumbuhan
penduduk 20 – 30 % per- tahun.
Persamaan yang digunakan dalam metode geometrik adalah :

Pn = Po ( 1 + r )n

Ka = (Pt / Po)1/t

dimana :
Pn = Jumlah Populasi pada tahun yang diinginkan
Po = Jumlah Populasi pada tahun awal data
Pt = Jumlah Penduduk ada tahun akhir data
t = Jumlah Data
n = Interval atau selang waktu
r = Rasio pertambahan penduduk
3. Metode Tren Exponensial. Biasanya digunakan untuk :
a. Untuk Kota-kota tua berukuran, luas.
b. Pertumbuhan ekonomi.
c. Sistem transportasi.

Persamaan yang digunakan dalam metode least square :

Y = Log a + Log b.x

dimana :
Y = Proyeksi Penduduk.
X = Variable Waktu.

PT. Maza Pradita Sarana


4-31
LAPORAN ANTARA
Review Rencana Induk SPAM Kota Cimahi

a,b = Koefisien Regresi.


n = Jumlah Data.

4.5 PERIODA PERENCANAAN

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 2007 tentang Penyelenggaraan


Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Periode Perencanaan Rencana Induk
Pengembangan SPAM adalah antara 15-20 tahun. Kemudian Rencana induk
Pengembangan SPAM sebagaimana dimaksud harus dikaji ulang setiap 5 tahun atau
dapat dirubah bila ada hal-hal khusus dengan memperhatikan perkembangan penataan
ruang wilayah nasional, provinsi dan/ atau kabupaten atau kota.

4.6 KRITERIA DAERAH LAYANAN

Berdasarkan kriteria teknis Pedoman Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Sistem


Penyediaan Air Minum Sasaran pelayanan pada tahap awal prioritas harus ditujukan
pada daerah yang belum mendapat pelayanan air minum dan berkepadatan tinggi serta
kawasan strategis. Setelah itu prioritas pelayanan diarahkan pada daerah
pengembangan sesuai dengan arahan dalam perencanaan induk kota.

Pada dasarnya sasaran wilayah pelayanan suatu daerah tergantung pada fungsi strategis
kota atau kawasan, tingkat kepadatan penduduk dan ketersediaan sumber air. Wilayah
pelayanan tidak terbatas pada wilayah administrasi yang bersangkutan sesuai hasil
kesepakatan dan koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait dalam rangka menunjang
pembangunan sistem penyediaan air minum.

Kondisi wilayah pelayanan yang menjadi sasaran pelayanan mengacu pada


pertimbangan teknis dalam standar spesifikasi teknis berikut. Pertimbangan teknis
dalam menentukan wilayah pelayanan antara lain namun tidak dibatasi oleh :
1. Kepadatan penduduk.
2. Tingkat kesulitan dalam memperoleh air.
3. Kualitas sumber air yang ada.
4. Tata ruang kota.
5. Tingkat perkembangan daerah.
6. Dana investasi, dan
7. Kelayakan operasi.

PT. Maza Pradita Sarana


4-32
LAPORAN ANTARA
Review Rencana Induk SPAM Kota Cimahi

Komponen wilayah pelayanan adalah :

1. Kawasan permukiman.
2. Kawasan perdagangan.
3. Kawasan pemerintahan dan pendidikan.
4. Kawasan industri.
5. Kawasan pariwisata.
6. Kawasan khusus: pelabuhan, rumah susun.

PT. Maza Pradita Sarana


4-33

Anda mungkin juga menyukai