MODUL 03
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya validasi dan
penyempurnaan Modul Pemahaman Umum Pengawasan Konstruksi sebagai Materi Wawasan
dalam Pelatihan Pengendalian Pengawasan Pekerjaan Konstruksi. Modul ini disusun untuk
memenuhi kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) di bidang PUPR.
Modul Pemahaman Umum Pengawasan Konstruksi disusun dalam 5 (lima) bab yang terbagi
atas Pendahuluan, Materi Pokok, dan Penutup. Penyusunan modul yang sistematis diharapkan
mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami pengendalian pengawasan pada
pekerjaan konstruksi. Penekanan orientasi pembelajaran pada modul ini lebih menonjolkan
partisipasi aktif dari para peserta.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim Penyusun dan
Tim Validasi Sistem Diklat, sehingga modul ini dapat disajikan dengan baik. Perubahan
modul di masa mendatang senantiasa terbuka dan dimungkinkan mengingat akan
perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini
dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kompetensi ASN di bidang PUPR.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................vi
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL.......................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................1
1.2 Deskripsi Singkat............................................................................................................1
1.3 Tinjauan Pembelajaran....................................................................................................1
1.3.1 Hasil Belajar........................................................................................................1
1.3.2 Indikator Hasil Belajar........................................................................................1
1.4 Materi Pokok dan Sub Materi Pokok..............................................................................2
BAB V PENUTUP.......................................................................................................55
5.1 Simpulan........................................................................................................................55
5.2 Tindak Lanjut................................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................57
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Deskripsi
Modul Pemahaman Umum Pengawasan Konstruksi ini terdiri dari tiga kegiatan belajar
mengajar. Kegiatan belajar pertama membahas konstruksi secara umum, kegiatan kedua
membahas mengenai pengenalan bangunan infrastruktur, dan kegiatan ketiga membahas
pedoman umum pengawasan pekerjaan konstruksi.
Peserta pelatihan mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan.
Pemahaman setiap materi pada modul ini diperlukan untuk memahami konstruksi.
Setiap kegiatan belajar dilengkapi dengan latihan atau evaluasi yang menjadi alat ukur
tingkat penguasaan peserta pelatihan setelah mempelajari materi dalam modul ini
Persyaratan
Metode
Alat Bantu/Media
Setelah mengikuti semua kegiatan pembelajaran dalam mata pelatihan ini, peserta
diharapkan mampu memahami Pekerjaan Konstruksi, Bangunan Infrastruktur dan
Pengawasan Pekerjaan Konstruksi.
BAB I
PENDAHULUAN
Setelah mengikuti semua kegiatan pembelajaran dalam mata pelatihan ini, peserta
diharapkan mampu memahami Pekerjaan Konstruksi, Bangunan Infrastruktur dan
Pengawasan Pekerjaan Konstruksi.
9) Rangkuman
10) evaluasi
BAB II
KONSEPSI KONSTRUKSI
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan pekerjaan konstruksi,
permasalahan pada pekerjaan konstruksi dan indikator keberhasilan pekerjaan konstruksi.
Kata Konstruksi secara umum dipahami sebagai segala bentuk pembuatan atau
pembangunan infrastuktur seperti jalan, jembatan, gedung, perumahan, bendung,
saluran irigasi dan lain lain, serta pelaksanaan pemeliharaan dan
a) Kualitas atau mutu adalah sifat dan karakteristik produk (barang atau jasa) yang
memenuhi kebutuhan pelanggan atau pemakai.
b) Kualitas Bangunan adalah bangunan adalah produk berupa barang.
c) Kualitas bangunan adalah kesesuaian antara karakteristik bangunan dengan
kebutuhan pemilik dan atau pengguna bangunan.
d) Kualitas atau mutu, menurut Smith (1995) adalah kemampuan untuk mengatur
proyek dan menyediakan produk (barang atau jasa) sesuai keinginan pengguna
(user requirements), pada saat yang tepat, sesuai anggaran yang tersedia,
sedapat mungkin dengan keuntungan (profit) yang tinggi.
e) Kualitas Kegiatan Kerja konstruksi adalah kesesuaian antara karakteristik
pelaksanaan pembangunan (construction) dengan kebutuhan pemilik bangunan.
f) Sistem Mutu atau Kualitas adalah sistem untuk menghasilkan mutu atau kualitas
yang dibutuhkan.
KUALITAS DESAIN
Metode Konstruksi
Supervisi dan Pengendalian Kesesuaian dengan Dokumen Perencanaan Kualitas Bangunan (Konstruksi)
KESESUAIAN KUALITAS
Desain/Perencanaan
(Design)
Pra Desain
Detail Desain
LAND
PROCURMENT
OPERASI
PEMELIHARAAN KONSTRUKSI
PEMBONGKARAN (MAINTENANCE)
(M) (CONSTRUCTION) (C)
Proses Konstruksi Vs Fungsi Manajemen Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
PLANNING ORGANIZING
S I D LA PROCUR C O M
EMENT PEMBONG
Survey INVES- CONS- OPERA- MAINTE -KARAN
DESAIN LAND AQUISITI ON
TIGASI TRUCION TION NANCE
CONTROLING ACTUATING
Beberapa langkah atau tahap yang harus dilakukan, dalam melaksanakan kegiatan
operasi dan pemeliharaan, meliputi:
a) Menyiapkan perangkat Operasi dan Pemeliharaan
b) Program Operasi dan Pemeliharan
c) Ketersediaan perangkat/ sumber daya operasi dan pemeliharaan
d) Perencanaan perbaikan
e) Pelaksanaan perbaikan
f) Kegagalan bangunan
g) Keluaran/ Output
h) Manfaat/ Outcome
i) Penyerahan proyek selesai.
Apabila suatu konstruksi sudah tidak layak fungsi maka akan dibongkar yang
kemudian dapat dimanfaatkan untuk konstruksi/bangunan yang baru.
Pada kenyataannya saat ini, masalah utama yang telah menjadi permasalahan umum
dalam penyelenggaraan pelaksanaan pekerjaan konstruksi adalah sebagai berikut:
a) Rendahnya Mutu produk hasil pelaksanaan pekerjaan konstruksi,
b) Kurang tepatnya waktu penyelesaian pekerjaan, dan
c) Rendahnya efisiensi & efektifitas penggunaan sumber daya dari yang diharapkan.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah ketersediaan tenaga ahli/
terampil, penguasaan teknologi pelaksanaan konstruksi irigasi dan penguasaan
manajemen konstruksi yang efisien, serta kecukupan permodalan.
Sistem Manajemen, adalah sistem untuk menetapkan kebijakan dan sasaran serta
menetapkan metoda untuk mencapai sasaran tersebut. Sistem Manajemen Konstruksi
merupakan suatu sistem rekayasa dengan memanfaatkan sumber daya seperti man
(manusia), money (uang), material (bahan), machine (peralatan), technology
(teknologi) dan time (waktu) 4M & 2T dalam bentuk kegiatan yang berurutan di
dalam proses penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.
pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar & baik (terhadap pihak-pihak terkait dan sesuai
dengan peraturan yang berlaku).
Kegagalan Konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan konstruksi yang tidak sesuai
dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam kontrak kerja konstruksi
baik sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat kesalahan pengguna jasa dan/atau
penyedia jasa.
Kegagalan Bangunan adalah keadaan bangunan yang tidak berfungsi, baik secara
keseluruhan maupun sebagian dari segi teknis, manfaat, keselamatan dan kesehatan
kerja, dan/atau keselamatan umum sebagai akibat penyedia jasa dan /atau pengguna
jasa setelah penyerahan akhir pekerjaan konstruksi.
Efisien, disini maksudnya, adalah sejauh mana telah dilakukan upaya koordinasi dan
pengawasan pengendalian dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, agar hasil
yang direncanakan dapat terealisasi & tercapai sesuai yang diharapkan.
Jika seluruh rangkaian kegiatan pelaksanaan dan pengawasan tersebut sudah dapat
menghasilkan suatu produk yang kurang lebih memenuhi persyaratan- persyaratan
teknis maupun administratif yang telah ditetapkan, maka manajemen konstruksi pada
akhirnya akan sampai kepada tahap Provisional Hand Over dan kemudian Final
Hand Over setelah melalui tahap warranty period (masa pemeliharaan).
Dengan keseimbangan tersebut, kedua belah pihak dapat mewujudkan kinerja masing-
masing secara baik dalam posisi sama sebagi mitra kerja dan memenuhi prinsip
akuntabilitas baik secara fisik maupun keuangan. Dengan demikian penyelenggaraan
pekerjaan konstruksi dilaksanakan atas dasar manajemen konstruksi yang unggul oleh
penyedia jasa dan pengguna jasa diimbangi dengan sistem pengendalian intern yang
baik.
kontrak suatu pelaksanaan (kurva “S” cash flow, nilai uang keluar, aktiva &
pasiva).
b) Mutu pekerjaan, atau mutu hasil akhir pekerjaan dan proses cara pelaksanaan
pekerjaan harus memenuhi standar tertentu sesuai dengan kesepakatan,
perencanaan, ataupun dokumen kontrak pekerjaan (standar/manual mutu,
prosedur mutu, instruksi kerja, pengendalian).
c) Waktu penyelesaian pekerjaan, harus memenuhi batas waktu yang telah disepakati
dalam dokumen perencanaan atau dokumen kontrak pekerjaan yang bersangkutan
(Kurva ”S”, Barchart, Network Planning, Kurva uang keluar, masalah-
masalah).
Untuk itulah setiap perusahaan dengan beberapa manajernya yang andal selalu
melakukan langkah antisipasi dengan perencanaan dan pengembangan sumber daya
tenaga dan manajemennya, agar selalu menjadi yang terdahulu dan terdepan dalam
setiap era perkembangan teknologi, aplikasi teknologi dan kebutuhan atau trend
dimasa depan. Namun demikian, ketiga kriteria sukses
seperti tersebut diatas masih relevan meskipun ada 2 (dua) poin tambahan yang
sebenarnya merupakan penegasan atas mutu dari suatu pekerjaan.
Dengan penjelasan dan tampilan segitiga sasaran manajemen konstruksi tersebut maka
tolak ukur sukses manajemen pelaksanaan pekerjaan konstruksi bisa diringkas menjadi
5 (lima) poin, yaitu sebagai berikut:
a) Tepat biaya
b) Tepat mutu
c) Tepat waktu
d) Lingkungan kerja yang sehat dan aman serta penerapan K3 yang konsisten
(tingkat kecelakaan, tanggung jawab, legal/ hukum).
e) Semua penyelenggara yang terkait tidak terjadi sengketa dengan proses
pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Karena setiap pekerjaan konstruksi diawali atas dasar aspirasi kebutuhan dan usulan
dari masyarakat pengguna/pemanfaat selaku stake holder (Pemangku Kepentingan),
maka pelaksanaan pekerjaan konstruksi harus tepat sasaran pada lokasi yang
dibutuhkan masyarakat dan memberikan kepuasan serta manfaat yang optimal bagi
masyarakat pengguna/pemakai .
Selain itu pula karena setiap pekerjaan konstruksi selalu menyangkut sumber daya
baik itu dana (keuangan), tenaga ahli (keterampilan) maupun sarana lainnya maka
suatu pekerjaan konstruksi biasanya dikelola secara bisnis artinya suatu pekerjaan
konstruksi itu bisa diikuti dan dikelola secara bisnis bila memenuhi syarat dan
memberikan manfaat bagi kalangan bisnis, karena kepentingan bisnis itulah kontraktor
ikut berperan dalam tim manajemen konstruksi.
Misi yang berat ini harus diemban dan menjadi tanggung jawab tim manajemen
konstruksi. Dengan demikian kriteria sukses sebagai indikator keberhasilan
manajemen pelaksanaan pekerjaan konstruksi tidak lagi berupa lima poin tetapi
menjadi 11 (sebelas) poin, yaitu:
a) Tepat biaya (wajar, efisien dan sesuai kontrak).
b) Tepat mutu (proses dan hasil kerjaan diterima oleh pemilik/pengguna anggaran
dengan baik).
c) Tepat waktu (efektif dan sesuai dengan kesepakatan/kontrak).
d) Lingkungan kerja sehat dan aman, K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
dilaksanakan dengan konsisten.
e) Tepat Manfaat
f) Tepat Lokasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi sesuai rencana yang telah
disepakati dan sesuai kebutuhan masyarakat pemangku kepentingan.
g) Memberi Kepuasan & Manfaat yang optimal bagi masyarakat
pengguna/pemakai
h) Keberhasilan Bagi Perusahaan
i) Memberi keuntungan financial sesuai dengan rencana dan kesepakatan antara
manajer konstruksi dan direksi/perusahaannya.
j) Meningkatkan citra perusahaan sehingga menjadi lebih baik.
k) Semua penyelenggara yang terkait tidak terjadi sengketa dengan proses
pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang dapat berjalan dengan baik dan lancar.
2.12 Latihan
2.13 Rangkuman
Sistem Manajemen, adalah sistem untuk menetapkan kebijakan dan sasaran serta
menetapkan metoda untuk mencapai sasaran, untuk memperkecil munculnya
permasalahan dan mencapai keberhasilan dalam pekerjaan konstruksi.
2.14 Evaluasi
BAB III
PENGENALAN BANGUNAN INFRASTRUKTUR
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan bangunan
infrastruktur.
a. Irigasi Peningkatan
Rehabilitasi
Pemeliharaan
b. Pemanfaatan Air Tanah Pembangunan Sumur bor
Jaringan air tanah Operasi dan Pemeliharaan
c. Pengelolaan Air Baku Saluran air baku
Rehabilitasi Embung Bendung
Pemeliharaan Embung Bendung
d. Rawa&Pantai Jaringan Rawa
Peningkatan / Rehabilitasi
OperasidanPemeliharaan
Bangunan pengaman pantai
e. Sungai &Waduk Pembangunan waduk
Pembangunan Embung
Pengendalibanjir / Daerah terlindung banjir
Sungai beroperasi dan terpelihara
Waduk beroperasi dan terpelihara
Jalan merupakan pendukung konektifitas terutama bagi Penguatan Daya Saing, yang
dilakukan melalui:
a) Jaringan jalan baik jalan lintas maupun jalan di perbatasan perlu di bangun dan
ditingkatkan kapasitasnya.
b) Aset jalan dan jembatan perlu dibangun dan dimanajemeni (seperti penanganan
preservasi dengan cara longsegment dan inovasi pengadaan dengan Performance
Base Contract).
c) Modernisasi jaringan jalan dilakukan dengan membangun jalan tol.
3.4 Latihan
3.5 Rangkuman
3.6 Evaluasi
d. Irigasi, Rawa dan Pantai, Sungai dan Waduk, Pengelolaan Air Baku dan
Pemanfaatan Air tanah.
2. Jenis Infrastruktur Cipta Karya, adalah…
a. Permukiman Pedesaan, Permukiman Kota, Pengelolaan Air baku
b. Permukiman Pedesaan, Permukiman Kota, Pemanfaatan Air tanah.
c. Permukiman Pedesaan, Permukiman Kota, Pengelolaan Air baku,
Pemanfaatan Air tanah.
d. Permukiman Pedesaan, Permukiman Kota, Permukiman MBR.
3. Yang tidak termasuk sub Bidang Permukiman MBR, adalah…
a. Perumahan PNS/TNI/ Polri/Pekerja
b. Rusunawa Terbangun
c. Infrastruktur pulau terpencil
d. Infrastruktur perbatasan.
BAB IV
PEDOMAN UMUM PENGAWASAN PEKERJAAN
KONSTRUKSI
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan pengawasan
pekerjaan Konstruksi.
a) Azas Pengawasan:
Suatu tindakan mengawasi, mendeteksi, membimbing dan mengarahkan kepada
diri sendiri, orang lain maupun kelompok lain dengan tujuan agar kebijaksanaan
maupun rencana pekerjaan dapat diselenggarakan dengan efisien dan memenuhi
kualitas, kuantitas serta ketepatan waktu guna menunjang kepentingan instansi,
para pelaksana serta pengawas itu sendiri.
b) Peranan Pengawas dalam fungsi manajemen:
Posisi pengawas terletak antara dua pihak yang berbeda kepentingannya, yaitu
pihak pemilik (Owner) dan pihak pelaksana/kontraktor. Tidak jarang dijumpai
perbedaan pandangan dalam usaha memecahkan permasalahan di lapangan antara
pihak pemilik dan pihak kontraktor sebagai mitra kerja (organisasi), dalam
keadaan seperti di atas kunci penyelesaiannya terletak pada pemahaman peran
seorang pengawas dalam menjalankan satu peran manajemen, karena peranan
pengawas dalam sistem manajemen proyek secara keseluruhan adalah merupakan
“baji pengunci” yaitu pada peran pengendali (controlling) menurut teori dasar
manajemen.
c) Manajemen Pengawasan Lapangan:
Merupakan bagian dari kegiatan pengendalian kualitas pekerjaan, baik administrasi
maupun teknis dilapangan.
d) Peranan Manajemen untuk keberhasilan suatu pekerjaan: Keberhasilan
suatu pekerjaan akan sangat tergantung pada unsur manusia, karena teori dasar
manajemen sebagai alat untuk keberhasilan suatu kerja pada hakekatnya adalah
pengaturan unsur manusia.
Dalam teori dasar manajemen, ada 4 (empat) unsur yang merupakan alat
pembantu dalam mencapai suatu tujuan, yaitu:
1) Perencanaan (Planning)
2) Pengorganisasian (Organizing)
3) Pelaksanaan (Actuating)
4) Pengendalian (Controlling)
1) Perencanaan (Planning)
Perencanaan dimaksudkan terutama pada kegiatan persiapan kerja yang
menyangkut hubungan personalia dan lingkup kerjanya, sehingga terwujud
pembagian/ tingkatan kerja.
2) Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian pada hakekatnya, adalah pengaturan tentang orang, alat,
tugas dan tanggung jawab serta wewenang melalui kesatuan organisasi,
sehingga dicapai cara kerja yang lebih efisien dan praktis. Tanpa suatu
organisasi yang rapid an teratur, maka jangkauan pengawasan akan menjadi
sulit dicapai dan pekerjaan akan mengalami pemborosan.
3) Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan pengawasan, adalh merupakan realisasi dari perencanaan dan
system pendelegasian wewenang yang ada. Pola-
pola kerja dan struktur organisasi akan menjadi teruji dalam pelaksanaan
tersebut.
4) Pengendalian (Controlling)
Pengendalian adalah merupakan usaha untuk meluruskan apa yang telah
menjadi tanggung jawab/wewenang sehubungan adanya kemungkinan
timbulnya kecenderungan penyimpangan/hambatan dalam pelaksanaan. Maka
dengan cara pembinaan, pendekatan- pendekatan persoalan dapat diatasi.
Pada dasarnya ada 5 (lima) prinsip pengawasan dan 4 (empat) norma pengawasan.
a) Konsep Pengawasan:
1) Batasan Konsep Pengawasan
(c) Berita Acara (misalnya BA. Persetujuan Kemajuan Pekerjaan, BA. Serah
Terima Pertama, BA. Pemeriksaan Akhir).
5) Tata Cara Peneguran
(a) Penyimpangan.
(b) Peneguran dilakukan kepada Pelaksana, kalau terjadi
penyimpangan dari ketentuan-ketentuan yang ada, yaitu:
(1) Bestek & standar-standar atau spesifikasi teknik,
(2) Metode kerja yang telah ditentukan, dan
(3) Kegagalan pencapaian target menurut jadwal pelaksanaan.
(c) Tingkat Peneguran
(1) Peneguran melalui Buku Harian Proyek.
Peneguran ini dibuat jika:
Cara-cara yang dilakukan oleh Pelaksana, diragukan akan
berhasil baik.
Penyimpangan yang terjadi, belum dianggap dapat
menimbulkan risiko terhadap hasil akhir pekerjaan.
Produksi yang dicapai Pelaksana masih dapat ditingkatkan,
walau sudah mencapai target.
Disiplin para pekerja yang dapat mengganggu kelancaran
pelaksanaan pekerjaan.
(2) Peneguran dengan Surat & mengirimkan tembusan kepada
atasan, jika:
Pelaksana tidak tanggap terhadap isi buku harian.
Penyimpangan terlalu jauh dari ketentuan yang ada.
Pengawas meragukan kemampuan Pelaksana akan dapat
menjalankan tugasnya dengan baik.
(3) Peneguran Surat oleh Pemimpin Proyek dengan menyebut sangsi-
sangsi yang tertuang dalam Surat Perjanjian Kerja. Teguran ini
bertahap:
Teguran-I (Pertama): Sifatnya memperingatkan.
Teguran-II (Kedua): Sifatnya mempertegas peringatan-I
(pertama) dengan memuat ancaman sangsi-sangsi.
b) Kriteria Pengawasan
1) Kriteria yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pengawasan, adalah:
Adapun tujuan pengawasan adalah agar proses pelaksanaan dilakukan sesuai ketentuan
dan persyaratan, dan melakukan tindakan perbaikan jika terdapat penyimpangan,
supaya target produk/barang yang dihasilkan sesuai dengan yang direncanakan.
bangunan
(a) Kegagalan Konstruksi
(b) Kegagalan Bangunan
Agar Pengawas dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan memuaskan, maka
Pengawas wajib mengetahui, faham dan meneliti semua sarana pengawasan berupa isi
dokumen kontrak, sehingga dapat memberikan penjelasan atau keputusan kepada
Kontraktor secara tepat & cepat dalam menyelesaikan permasalahan dilapangan.
Dalam menyusun kontrak, pengguna dan penyedia jasa mengacu kepada dan
berdasarkan naskah draft kontrak yang ada dalam dokumen lelang dan dokumen
lainnya seperti dokumen berita acara hasil pembukaan dokumen usulan, berita acara
evaluasi, berita acara klarifikasi & negosiasi, berita acara penetapan calon pemenang
penyedia jasa dan keputusan penunjukan penyedia jasa pemborongan dari pihak
pengguna, dsb.
Sarana Pengawasan berupa Isi Dokumen Kontrak tersebut, antara lain sebagai berikut:
a) Persetujuan Kontrak:
1) Surat Perjanjian Kontrak
2) Surat Penunjukan Penyedia Barang/ Jasa (SPPBJ)
3) Surat Penawaran dan lampiran
4) Addendum dokumen lelang
5) Daftar pekerjaan (List of Work)
6) Daftar kuantitas (Volume) pekerjaan
7) Harga Satuan dan Analisa Harga Satuan
8) Data Kontrak
b) Syarat-Syarat Kontrak:
4.8 Latihan
4.9 Rangkuman
4.10 Evaluasi
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Agar permasalahan dalam Pekerjaan Kontruksi sebagai mana tersebut diatas dapat
dikurangi atau ditiadakan maka peran pengawasan pekerjaan sangatlah penting.
Adanya unsur pengawas dalam penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi/ proyek
pemerintah adalah mutlak.
Tujuan Pengawasan adalah agar proses pelaksanaan dilakukan sesuai ketentuan dan
persyaratan dan melakukan tindakan perbaikan jika terdapat penyimpangan, agar target
produk/ barang yang dihasilkan sesuai dengan yang direncanakan.
1) Menditeksi
2) Mengawasi
3) Mengendali
Selain itu pengawas juga memiliki tugas administrasi dan tugas teknik
DAFTAR PUSTAKA
Perpres No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, sebagaimana terakhir
diubah dengan Perpres No. 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat atas Perpres
No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Permen. PU No. 04/PRT/M/2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Kementerian PU.
Permen. PUPR. No. 15/PRT/M/2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR.
Balai Diklat. PU. Wilayah II, 2005, Diklat Pengawasan Lapangan, Pusdiklat Sekretariat
Jenderal, Kementerian PU, Oktober 2005.
Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi, 2005, Pelatihan Kepala Proyek
Bangunan Gedung, Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia,
Departemen PU, Desember 2005.
Pusdiklat, 2010, Pelatihan Pejabat Inti Satuan Kerja (PISK) Bidang Sumber Daya Air,
Sekretariat Jenderal, Kementerian PU, Oktober 2010.
GLOSARIUM
KUNCI JAWABAN
a) Latihan
1. Sistem Manajemen, adalah sistem untuk menetapkan kebijakan dan sasaran serta
menetapkan metoda untuk mencapai sasaran.
2. Tepat Biaya; Tepat Mutu; Tepat Waktu;
3. Kegagalan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan konstruksi yang tidak sesuai
dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam kontrak kerja
konstruksi baik sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat kesalahan pengguna
jasa dan/atau penyedia jasa
b) Evaluasi
Jawaban:
1. A
2. C
3. C
a) Latihan
1. Jalan; Terminal; Jalan Baja
2. Melakukan manajemen pembangunan infrastruktur bidang Sumber Daya Air,
Jalan, Pemukiman dan Perumahan.
3. Rangkaian kegiatan pembangunan infrastruktur adalah sebagai berikut:
a. Kebutuhan Pemilik dan Pemakai
b. Kegiatan Studi Kelayakan (Feasibility Study)
c. Kegiatan Perencanaan Teknis/Desain/Perancangan (Design)
d. Kegiatan Pengadaan Barang / Jasa (Procurement)
e. Kegiatan Pelaksanaan Konstruksi (Construction)
f. Kegiatan Bangunan/ Konstruksi dipergunakan/ beroperasi
b) Evaluasi
Jawaban:
1. D
2. D
3. B
a) Latihan
1. Pengawasan adalah pengendalian tanpa tindak lanjut, sedangkan
pengendalian adalah pengawasan dengan tindak lanjut.
2. Preventif adalah segala tindakan yang bermaksud untuk mencegah terjadinya
kesalahan-kesalahan sedini mungkin.
3. Organisasi Manajemen Proyek; Penyerahan lapangan; Rapat Persiapan
Pelaksanaan Kontrak (PCM); Metode Pelaksanaan dan Metode Kerja.
b) Evaluasi
Jawaban:
1. A
2. C
3. C