Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1Prinsip Penyediaan Air Minum

Penyediaan air bersih harus memenuhi konsep 3K yaitu kualitas, kuantitas, dan
kontinuitas. Kualitas air bersih pengaruhi oleh bahan baku air itu sendiri atau mutu
air tersebut baik yang langsung berasal dari alam atau yang sudah melalui proses
pengolahan. Kuantitas air bergantung pada jumlah dan ketersediaan air yang akan
diolah pada penyediaan air bersih yang dibutuhkan sesuai dengan banyaknya
konsumen yang akan dilayani. Kontinuitas air menyangkut kebutuhan air yang terus
menerus digunakan karena air merupakan kebutuhan pokok manusia apalagi air
sangat dibutuhkan pada musim kemarau tiba (Hericah, 2015).

II.1.1 Kualitas

Air baku yang digunakan menghasilkan air bersih yang telah memenuhi
syarat yang tertuang dalam peraturan pemerintah RI No. 82 tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Pada pasal 8
mengenai klasifikasi dan kriteria mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas:

1. Kelas I yaitu air yang diperuntukan untuk air baku air minum yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaannya.

2. Kelas II yaitu air yang diperuntukan untuk (prasarana/sarana rekreasi air,


pembudidayaan ikan tawar, peternakan, untuk mengaliri tanaman.

3. Kelas III yaitu air yang digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar
peternakan, untuk mengaliri tanaman. Atau untuk peruntukan lainnya
yang sama jenis kegunaannya.

4. Kelas IV yaitu air yang digunakan untuk mengaliri tanaman atau untuk
peruntukan lainnya yang mempersyaratkan mutu yang sama
kegunaannya.
Berikut adalah standar baku mutu kualitas baku berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran air dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Kriteria mutu air berdasarkan kelas


Kualitas atau mutu air yang mengalir dalam suatu jaringan pipa distribusi
air sangat penting, tujuan utama dari perencanaan jaringan distribusi air bersih
yaitu agar para konsumen pengguna distribusi air bersih terhindar dari berbagai
macam penyakit. Persyaratan ini meliputi persyaratan fisik, persyaratan kimia,
persyaratan biologis dan persyaratan radiologis. Berikut adalah standar baku
mutu kualitas air minum berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.492
tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum dapat dilihat pada Tabel
2.2

Tabel 2.2 Persyaratan kualitas air minum


II.1.2 Kuantitas

Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari


banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah
penduduk yang akan dilayani.

Persyaratan kuantitas juga dapat ditinjau dari standar debit air bersih yang
dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih. Kebutuhan
air bersih masyarakat bervariasi, tergantung pada letak geografis, kebudayaan,
tingkat ekonomi, dan skala perkotaan tempat tinggalnya (Agustina 2017).

Berikut ini adalah besarnya konsumsi air berdasarkan kategori kota dapat
dilihat pada Tabel 2.3

Tabel 2.3 Pemakaian air berdasarkan kategori kota


Kategori Kota Jumlah Penduduk (orang) Konsumsi Air (lt/org/hari)
Metropolitan >1.000.000 210
Besar 500.000-1.000.000 170
Sedang 100.000-500.000 150
Kecil 20.000-100.000 90
(Sumber:Kimpraswil 2003)

II.1.3 Kontinuitas
Dalam penyediaan air bersih tidak hanya berhubungan dengan kualitas
dan kuantitas air saja, tetapi dari segi kontinuitas juga harus mendukung.
Kontinuitas adalah di mana air harus bisa tersedia secara terus-menerus
meskipun dimusim kemarau selama umur rencana. Karena tujuan utama dari
perencanaan jaringan distribusi air adalah agar kebutuhan masyarakat akan
terpenuhi secara terus menerus walaupun musim kemarau.
Salah satu cara menjaga agar kontinuitas air tetap tersedia adalah dengan
membuat tempat penampungan air (reservoir) untuk menyimpan air sebagai
persediaan air musim kemarau. Persyaratan kontinuitas juga sangat penting
untuk menghitung aliran kelanjutan pemakaian air baku untuk air bersih secara
terus – menerus setiap harinya. Kontinuitas aliran dapat ditinjau dari dua aspek
yaitu aspek kebutuhan konsumen dan aspek reservoir pelayanan air. Aspek
kebutuhan konsumen, sebagian besar konsumen memerlukan air untuk
kehidupan dan pekerjaannya dalam jumlah yang tidak dapat ditentukan. Karena
itu diperlukan aspek ini pada waktu yang tidak ditentukan. Dan aspek pelayanan
reservoir diperlukan karena fasilitas energi reservoir yang siap setiap saat.
Sistem pada air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan
fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim
hujan.
Kontinuitas dapat diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24 jam per hari
atau setiap saat diperlukan, kebutuhan air harus tersedia. Akan tetapi kondisi
ideal tersebut hampir tidak dapat dipenuhi pada setiap wilayah di Indonesia,
sehingga untuk menentukan kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan dengan
cara pendekatan aktifitas konsumen terhadap pemakaian air.
Pemakaian air dapat diprioritaskan, yaitu minimal selama 12 jam per hari
pada jam – jam aktifitas kehidupan . jam aktifitas di Indonesia adalah pukul
06.00 sampai dengan 18.00. Sistem jaringan perpipaan dirancang untuk
membawa suatu kecepatan aliran tertentu. Kecepatan aliran air di dalam pipa
distribusi minimal 0,3 – 0,6 m/det. Kecepatan maksimal untuk pipa PVC 3 - 4,5
m/det, dan pipa baja 6 m/det. Ukuran pipa pun harus tidak melebihi dimensi
yang diperlukan dan juga tekanan dalam sistem harus tercukupi. Dengan
analisis jaringan pipa distribusi, maka dapat ditentukan dimensi atau ukuran
pipa yang diperlukan sesuai dengan tekanan minimum yang diperbolehkan agar
kualitas aliran terpenuhi (Agustina, 2015).

II.2 Kehilangan Air

Kehilangan air adalah selisih antara banyaknya air yang disediakan dengan air
yang dikonsumsi (Obradovic dan Landsdale 1998). Dalam kenyataannya
kehilangan air dalam suatu sistem distribusi air minum selalu ada. Kehilangan air
ini dapat bersifat teknis, misalnya kehilangan air pada pipa itu sendiri, sedangkan
yang bersifat non teknis misalnya pencurian air dalam pipa distribusi. Dalam suatu
perencanaan perpipaan, kehilangan air dalam pipa tidak dapat dihindari.
Kehilangan air tersebut bersifat teknis. Besarnya kehilangan air harus diperhatikan
dengan tujuan agar titik-titik pelayanan tetap dapat terpenuhi kebutuhan airnya.
Menurut Dirjen Cipta Karya (2009) kehilangan air didefinisikan sebagai jumlah
air yang hilang akibat:
1. Pemasangan sambungan yang tidak tetap.
2. Terkena tekanan dari luar sehingga menyebabkan pipa retak atau pecah.
3. Penyambungan liar.
Untuk mengetahui jika terjadi kehilangan air yang tidak tepat misalnya air
rembesan dari keretakan pipa, dapat diatasi dengan alat pendeteksi kehilangan air
yang disebut leak detector. Sedangkan upaya untuk mengurangi terjadinya
kehilangan air yang lebih besar dalam perencanaan sistem distribusi air dilakukan
pembagian wilayah atau zoning untuk memudahkan pengontrolan kehilangan air
dalam pipa, serta pemasangan meteran air. (Sepmita, 2017).

II.2.1 Kehilangan Air Fisik

Kehilangan air fisik dalah hilangnya sejumlah air minum pada proses
penyediaan, pendistribusian dan pelayanan air minum PDAM yang
diperlihatkan oleh adanya aliran air secara fisik yang keluar dari sistem jaringan
pipa distribusi dan pelayanan PDAM. Penyebab terjadinya kehilangan air dapat
dikarenakan oleh faktor teknis maupun non teknis. Kehilangan air yang
disebabkan oleh faktor teknis antara lain:
a. Kehilangan air pada pipa distribusi dan perlengkapannya.

b. Kehilangan air pada pipa dinas dan komponen instalasi Sambungan


Rumah (SR) sebelum meter air.

c. Penggunaan fire hydrant, pengurasan jaringan pipa, penggunaan air


instalasi.

Sedangkan kehilangan air yang disebabkan oleh faktor non teknis antara lain:

a. Sambungan tidak terdaftar/illegal.


b. Pencurian air.

c.Kecurangan water meter pelanggan

Kehilangan air fisik ada beberapa jenis, diantaranya adalah:

 Semburan/kebocoran yang dilaporkan (reported brust) Semburan


airnya terlihat dan muncul di permukaan tanah, sehingga mudah
dilaporkan oleh masyarakat.
 Semburan/kebocoran yang tidak dilaporkan (unreported brust)
Kebocoran terletak di bawah tanah dan tidak terlihat di permukaan.
Semburan/kebocoran jenis ini dapat ditemukan dengan melakukan
survey deteksi kebocoran menggunakan alat leak detector.

 Semburan/kebocoran kecil (background leakage) Kebocoran


merupakan rembesan yang sangat kecil dan sangat sulit terdeteksi
meskipun menggunakan alat leak detector. (Sepmita, 2017).
II.2.2 Kehilangan Air Non – Fisik

Kehilangan air non fisik adalah hilangnya sejumlah air minum pada proses
pendistribusian dan pelayanan air minum kepada pelanggan PDAM yang tidak
diperlihatkan oleh adanya aliran air secara fisik yang keluar dari sistem jaringan
pipa distribusi dan pelayanan PDAM.
Faktor teknis penyebab kehilangan air non-fisik antara lain meter air yang
tidak akurat. Salah satu penyebab kehilangan air komersial yang paling banyak
ditemui adalah akurasi meter. Meter air mekanikal, yang didalamnya terdapat
roda atau gigi yang terbuat dari bahan plastik, seiring dengan usia akan aus, dan
menyebabkan meter air mencatat lebih rendah dari pemakian semestinya. Oleh
sebab itu meter harus secara berkala diteraulang (re-kalibrasi) Meter air jenis
ultra sonic dan magnetic tidak terlalu terpengaruh ketelitiannya oleh usia meter.
Kualitas air yang buruk juga merupakan salah satu penyebab turunnya kinerja
meter air. Pengendapan kotoran bisa mempengaruhi mekanik meter, sehingga
meter gagal mencatat aliran. Sedangkan, faktor non teknis yang menyebabkan
kehilangan air non-fisik adalah:
a. Kesalahan pembacaan angka pada meter air Sambungan Rumah (SR)

b. Kesalahan pencatatan hasil pembacaan meter air Sambungan Rumah


(SR)

c. Kesalahan perhitungan hasil pembacaan meter air Sambungan Rumah


(SR)

d. Meter air Sambungan Rumah (SR) tidak dibaca


e. Kecurangan pelanggan (meter air ditempel magnit, ditusuk jarum,
ditetesi larutan garam, dimiringkan, dibalik dsb).
II.2.3 Neraca Air
Langkah pertama dalam mengurangi kehilangan air adalah dengan
mengembangkan satu pemahaman mengenai gambaran besar tentang sistem air
yang mencakup penyusunan satu neraca air (water balance). Proses ini
membantu untuk memahami besaran, sumber, dan biaya kehilangan air.
Asosiasi Air Internasional (International Water Association) telah
mengembangkan satu struktur dan terminologi baku untuk neraca air
internasional yang telah diadopsi oleh asosiasi-asosiasi nasional di banyak
Negara (Gambar 2.1).

Gambar 2.1 Neraca Air yang Menunjukan Komponen NRW (Sumber:


Farley dkk,2008)

Air Tak Berekening (Non-renenue water) setara dengan jumlah total air
yang mengalir ke jaringan layanan air minum dari sebuah instalasi pengolahan
air bersih (volume input sistem) minus jumlah total air yang resmi bisa
digunakan industri dan pelanggan rumah tangga (konsumsi resmi). Rumus yang
dipakai dalam menghitung air tak berekening adalah:
NRW = Volume Input Sistem – Konsumsi Resmi Berekening
Dimana:
 NRW : Air Tak Berekening (Non Revenue Water).
 Vol. Input Sistem : Input volume tahunan ke dalam system
penyediaan air bersih.
 Konsumsi Resmi : Volume tahunan air bermeter dan tidak
bermeter yang diambil oleh pelanggan yang terdaftar.
Langkah-langkah untuk menghitung NRW dengan menggunakan neraca
air dapat dijabarkan sebagai berikut:
 Langkah 1: Menentukan volume input sistem.
 Langkah 2: Menentukan konsumsi resmi. - Berekening : Total
volume air yang ditagih rekeningnya oleh PDAM. - Tak Berekening
: Total volume air yang tersedia tanpa dipungut biaya.
 Langkah 3: Memperkirakan kerugian nonfisik/komersial. -
Pencurian air dan pemalsuan. - Sedikitnya meter yang terdaftar. -
Kesalahan penanganan data.
 Langkah 4: Menghitung kerugian fisik - Kehilangan air pada pipa
transmisi. - Kehilangan air pada pipa distribusi. - Kehilangan air
pada tempat penampungan air dan luapan. - Kehilangan air pada
sambungan pipa pelanggan. (Farley, et al, 2008).

Pada hakekatnya neraca air merupakan kerangka untuk menilai kondisi


kehilangan air di suatu PDAM. Perhitungan neraca air berarti juga:

 Mengungkap ketersediaan/keandalan data dan tingkat pemahaman


terhadap situasi Air Tak Berekening (ATR).
 Menciptakan kesadaran tentang adanya masalah Air Tak
Berekening (ATR).
 Petunjuk langsung menuju perbaikan.
Neraca air juga menjadi alat untuk komunikasi dan benchmarking, karena
menggunakan indikator-indikator yang disepakati, seragam dan dapat
diperbandingkan di seluruh dunia. Memahami neraca air hukumnya wajib untuk
penyusunan prioritas perhatian dan investasi (Sepmita, 2017).

II.3 Sistem Distribusi

Sistem distribusi air bersih adalah pendistribusian atau pembagian air melalui
sistem perpipaan dari bangunan pengolahan (reservoir) ke daerah pelayanan
(konsumen). Dalam perencanaan sistem distribusi air bersih, beberapa faktor yang
harus diperhatikan antara lain daerah layanan dan jumlah penduduk yang akan
dilayani, kebutuhan air, letak topografi daerah layanan, jenis sambungan sistem,
pipa distribusi, tipe pengaliran, pola jaringan, perlengkapan sistem distribusi air
bersih, dekteksi kebocoran.

II.3.1 Sistem Supply Air

Macam – macam sistem air yang disuplai melalui pipa induk:


a. Continous Sistem
Didalam sistem ini, penyuplaian air bersih akan digunakan secara
terus menerus selama 24 jam. Sistem ini dapat digunakan ketika kuantitas
air baku cukup untuk menyuplai kebutuhan penduduk di daerah tersebut.
Keuntungan sistem ini adalah:
 Setiap saat konsumen akan mendapatkan air bersih
 Air yang diambil dari titik pengambilan didalam jaringan pipa
distribusi selalu didapatkan dalam keadaan segar.

Kerugian sistem ini adalah:

 Pemakaian secara terus menerus akan cenderung boros


 Bila ada sedikit kebocoran saja, air yang terbuang akan lebih
besar.
b. Intermitten Sistem
Didalam sistem ini adalah kebalikan dari countinous sistem yakni
adalah dimana diberikan batasan hanya beberapa jam saja dalam sehari,
biasanya 2-4 jam dipagi hari dan 2-4 jam disore hari. Sistem ini dipilih
terutama bila kuantitas dan tekanan tersedia dalam sistem.
Keuntungan sistem ini adalah:
 Pemakaian air cenderung lebih hemat
 Jika ada kebocoran maka jumlah air yang terbuang relatif kecil.

Kerugian sistem ini adalah:

 Bila terjadi kebakaran di waktu jam tidak beroperasinya air untuk


pemadaman akan sulit didapatkan.
 Dimensi pipa yang dipakai harus besar karena dalam sehari air yang
akan disuplai ditempuh dalam jangka waktu pendek.

II.3.2 Sistem Pengaliran

Untuk mendistribusikan air minum kepada konsumen dengan kuantitas,


kualitas dan tekanan yang cukup memerlukan sistem perpipaan yang baik,
reservoir, pompa dan dan peralatan yang lain. Metode dari pendistribusian air
tergantung pada kondisi topografi dari sumber air dan posisi para konsumen
berada. Menurut Howard S Peavy et.al (1985, Bab 6 hal. 324-326) sistem
pengaliran yang dipakai adalah sebagai berikut:
a. Cara Gravitasi
Cara pengaliran gravitasi digunakan apabila elevasi sumber air
mempunyai perbedaan cukup besar dengan elevasi daerah pelayanan,
sehingga tekanan yang diperlukan dapat dipertahankan. Cara ini dianggap
cukup ekonomis, karena hanya memanfaatkan beda ketinggian lokasi.
b. Cara Pemompaan
Pada cara ini pompa digunakan untuk meningkatkan tekanan yang
diperlukan untuk mendistribusikan air dari reservoir distribusi ke
konsumen. Sistem ini digunakan jika elevasi antara sumber air atau
instalasi pengolahan dan daerah pelayanan tidak dapat memberikan
tekanan yang cukup.
c. Cara Gabungan
Pada cara gabungan, reservoir digunakan untuk mempertahankan tekanan
yang diperlukan selama periode pemakaian tinggi dan pada kondisi
darurat, misalnya saat terjadi kebakaran, atau tidak adanya energi. Selama
periode pemakaian rendah, sisa air dipompakan dan disimpan dalam
reservoir distribusi. Karena reservoir distribusi digunakan sebagai
cadangan air selama periode pemakaian tinggi atau pemakaian puncak,
maka pompa dapat dioperasikan pada kapasitas debit rata-rata.

Anda mungkin juga menyukai